mini research final 1 asi
DESCRIPTION
koasTRANSCRIPT
LAPORANKEPANITERAAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TERHADAP
ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEWON I
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat KepaniteraanKlinik
BagianIlmu KesehatanMasyarakat Fakultas Kedokteran danIlmu
KesehatanUniversitas MuhammadiyahYogyakarta
Disusun oleh :
Dahyanto, S.Ked
Rianita Nursanti, S.Ked
Pinkky Vitalita Prasadhana, S.Ked
Duane Ayu Fitri, S.Ked
Woro Nugoho, S.Ked
KEPANITERAAN KLINIK BAGIANILMU KESEHATANMASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERANDANILMUKESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
2
LEMBARPENGESAHAN
LAPORANKEPANITERAAN PUSKESMASSEWONI
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TERHADAP
ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON I
Telah dipresentasikan dan disahkan pada tanggal29Januari 2016
Mengetahui,
Pembimbing IKMPuskesmas SewonI
d r . Ahmad Riyanto
Pembimbing IKMFKIKUMY
dr. Kusbaryanto, M.Kes
3
KATAPENGANTAR
BismillahhirrohmanirrohimAssalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karuniaNyasehinggapenulis dapatmenyelesaikanLaporanKepaniteraan IlmuKesehatanMasyarakatyang berjudul“Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I”.SholawatdansalamsenantiasatercurahkepadaNabiMuhammadSAWyangtelah menjadi suri tauladan bagi kita.
LaporanKepaniteraan IlmuKesehatanMasyarakat inidimaksudkanuntuk memenuhisebagian syaratkepaniteraanklinikdi bagianIlmuKesehatanMasyarakat Fakultas Kedokteran danIlmu KesehatanUniversitas MuhammadiyahYogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisanMini Risetini, antaralain:
1. dr.H.ArdiPramono,Sp.An,M.KesselakuDekanFakultasKedokterandanIlmuKesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. dr. Jaka Hardalaksana, selaku kepala Puskesmas SewonI.3. dr. Kusbaryanto, M.Kesselaku dosen pembimbing Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas MuhammadyahYogyakartayangtelahbersedia meluangkanwaktudan membimbing penulisdenganpenuhkesabarandalammenyelesaikanMiniRiset ini.
4. dr.Ahmad RiyantoselakudokterpembimbingIlmuKesehatanMasyarakatdiPuskesmas SewonI.
5. Seluruh staf Puskesmas Sewon Iatas bimbingan dan masukannya selama penulis menjalankan staseIlmu Kesehatan Masyarakat di PuskesmasSewonI.
PenulismenyadarisepenuhnyabahwapenyusunanMini Risetinimasih jauh darisempurna,sehinggasarandankritikyang bersifatmembangunsangatdiperlukan oleh penulis. Semoga MiniRisetinidapatbermanfaatbagipembaca sertamenambah khasanah ilmu pengetahuan KedokteranIndonesia.
Wassalamualaikumwr.w
b.
4
Yogyakarta, Januari 2016
Penulis
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................6
DAFTAR TABEL....................................................................................................7
BAB I.......................................................................................................................8
PENDAHULUAN...................................................................................................8
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................8
B. Rumusan Masalah.........................................................................................13
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................13
D. Manfaat Penelitian........................................................................................14
BAB II....................................................................................................................15
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................15
A. Dasar Teori...................................................................................................15
1. Pengetahuan.............................................................................................15
2. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif....................................................................19
B. Kerangka Teori.............................................................................................29
BAB III..................................................................................................................30
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................30
A. Desain Penelitian..........................................................................................30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................30
C. Populasi dan Sampel.....................................................................................30
D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................31
E. Definisi Operasional.....................................................................................32
F. Metode Pengolahan......................................................................................33
6
G. Analisis Data.................................................................................................34
H. Etika Penelitian.............................................................................................34
BAB IV..................................................................................................................35
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................35
A. Karakteristik Responden...............................................................................35
B. Tingkat Pengetahuan Responden..................................................................40
C. Pembahasan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan.............................42
BAB V....................................................................................................................50
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................50
A. Kesimpulan...................................................................................................50
B. Saran.............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................52
7
DAFTARGAMBAR
Gambar 2.1: Kerangka Teori
Gambar 4.1: Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Sewon I
Gambar 4.2: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Sewon I6
Gambar 4.3: Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Sewon I7
Gambar 4.4: Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Puskesmas Sewon I8
Gambar 4.5: Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Faktor Sosiodemologi di Puskesmas Sewon I40
Gambar 4.6: Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan FaktorPerilaku di Puskesmas Sewon I 41
Gambar 4.7: Di s tri b us i R es po n d en B e rd asa r k an T i ng k at P e ng eta hu a n Responden Tentang ASI Eksklusif d iPuskesmasS e w o n I 42
Gambar 4.8: Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Tingkat Pengetahuan di Puskesmas Sewon I 43
Gambar 4.9: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan
Gambar 4.10: Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak dengan Tingkat Pengetahuan
Gambar 4.11: Distribusi Responden Berdaarkan Pekerjaan dengan Tingkat Pengetahuan
8
DAFTARTABEL
Tabel 3.1: Definisi Operasional
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasidi Puskesmas Sewon I
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah
Peningkatan kualitas dan pemeliharaan status kesehatan holistikSumber
Daya Manusia (SDM) dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai
usia lanjut, atau dikenal dengan sepanjang siklus kehidupan. Setiap tahap dari
siklus tersebut, manusia menghadapi berbagai masalah yang berbeda
khususnyamasalahgizi yang harus diatasi dengan cepat dan tepat waktu. Salah
satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah dengan
pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI
dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan. Oleh karena itu menyiapkan dan
mengajarkan ibu agar dapat memberikan ASI merupakan bagian dari upaya
peningkatan SDM. Bayi dan anak lebih sehat sehingga akan menurunkan angka
kesakitan sekaligus meningkatkan kualitas SDM yang bersangkutan di tahap
berikutnya (DEPKES RI, 2005).
Salah satu pengalaman yang berharga yang dialami ibu dan bayi adalah
menyusui bayi secara Eksklusif. Sayangnya tidak semua ibu menyadari akan
pentingnya pemberian ASI Eksklusif tersebut. ASI mengandung semua nutrisi
penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya, disamping itu juga
mengandung antibodi yang akan membantu bayi membangun sistem kekebalan
tubuh dalam masa pertumbuhannya. Pemberian ASI Eksklusif juga dapat
10
menciptakan iklim psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi.
Dalam era globalisasi banyak ibu yang bekerja, keadaan ini sering menjadi
kendala bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sehingga
pemberian ASI Eksklusif mungkin tidak tercapai (Mardiati, 2008).
Salah satutujuan Pembangunan MileniumatauMillenium Development
Goals (MDGs) padatahun 2015,
menurunkanangkakematiananakbalitaduapertigadari 68 menjadi 23 per 1.000
kelahiranhidup.Namun, sampaitahun 2007, angkakematianbayi di Indonesia
adalah 34 per 1.000 kelahiranhidup. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
angkakematianbayipadatahun 2011 adalah 17 per 1.000 kelahiranhidup,
sedangkan di KabupatenBantulpadatahun 2011 adalah 8,5 per 1000
kelahiranhidup, tetapikasuskematianbayiterjadihampir di
semuawilayahkecamatan,
sehinggaupayapencegahanmasihtetapdiperlukan.Kebijakanpemerintahpenurunana
ngkakematianbayi di Indonesia adalahmeningkatkanpemberian air susuibu (ASI)
eksklusif, yang diatur di dalamPeraturanPemerintahNomor 33 Tahun 2012
tentangPemberian Air SusuIbuEksklusif.
Menyusuieksklusifselamaenambulansertatetapmemberikan ASI sampai 11
bulandanmakananpendamping ASI padausiaenambulan,
dapatmenurunkankematianbalitasekitar 13%.Sekitar 16% kematian neonatal
dapatdicegahapabilabayidisusuisejakharipertamakelahirandanbayi yang
menyusudalamsatu jam pertamadapatmenurunkanrisikokematiansekitar
11
22%.Namun, angkacakupanpemberian ASI eksklusif di Indonesia
berfluktuasidancenderungmenurun. Salah satupenyebabpemberian ASI eksklusif
di Indonesia yang rendahadalahfasilitasInisiasiMenyusuDini (IMD) yang kurang
optimal.Kebijakan ASI eksklusifbelumlengkapdankomprehensifdan IMD
belumsecaraeksplisitmasukdalamkebijakan.Cakupanpemberian ASI
eksklusifpadabayisampaienambulanpadatahun 2010 adalah 15,3%. Padahal,
sasaranPembinaanGiziMasyarakatberdasarkanRencanaStrategisKementerianKese
hatan tahun 2010-2014, adalah 80% bayiusia 0-6 bulanmendapatkan ASI
eksklusif.
Capaian ASI Eksklusif tahun 2009 di Kabupaten Bantul yaitu 25.21%
jauh dibawah target Renstra Kabupaten Bantul yaitu 80%, Angka Kematian Bayi
(AKB) di Kabupaten Bantul tahun 2009 yaitu 115,8 per 1000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Ibu (AKI) 11,7 per 10000 kelahiran hidup. Pasca gempa bumi di
Yogyakarta tahun 2006 merubah pola budaya masyarakat dalam pemberian ASI
dan bergeser ke susu formula. Hal ini membuat kekhawatiran Pemerintah
Kabupaten Bantul dan berupaya mencari strategi yang efektif. IMD diyakini
mensukseskan pemberian ASI eksklusif serta menyelamatkan sekitar 22% nyawa
bayi baru lahir sedangkan pemberian ASI Ekslusif dapat mencegah 13% kematian
balita.
Padatahun 2011, cakupan ASI eksklusifKabupatenBantul, merupakan
yang terendahketiga (42,34%), di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.Untukmeningkatkanangkacakupan ASI,
12
DinasKesehatanKabupatenBantulmengadakantenagakonselor ASI. Hal
tersebutsangatmungkindilakukanmengingatmerekaditerimaolehkomunitas.Dalam
Kepmenkes RI nomor 369/Menkes/SK/III/2007, konselor ASI adalah orang yang
telahmengikutipelatihankonselingmenyusuidenganmodulpelatihanstandar
WHO/UNICEF 40 jam.Sejaktahun 2007 sampaiawaltahun 2013, di
KabupatenBantul, terdapat 78 orang konselor ASI dan 40 orang di
antaranyaadalahbidan yang bekerja di puskesmas. Jumlahtersebutmerupakan yang
terbanyakdibandingkandengan di kabupaten/kotalain di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.Kesenjanganantarajumlahbidankonselor ASI
terbanyakdengancakupan ASI
KabupatenBantulterendahketigamengindikasikanparabidankonselor ASI di
KabupatenBantulbelummelaksanakan program ASI eksklusifsecaramaksimal.
Studiterhadap lima bidankonselor ASI di tigapuskesmas yang terpilihsecaraacak
di KabupatenBantul, padabulanFebruari 2013,
menemukanseluruhbidanbelummelakukankonseling ASI
secarabaikdantidaklengkapkarenaketerbatasanwaktudantenagauntukmelayanipasi
en di puskesmas. Seluruhnyamenyatakanpengadaantenagakonselor ASI
dapatmembantu program ASI eksklusif, tetapiStandarOperasionalProsedur (SOP)
konseling ASI di puskesmasbelumtersedia.Jumlahbidan yang menjadikonselor
ASI di puskesmassudahbanyak, tetapibelummemberikanpelayanankonseling ASI
secarabaiksehinggaimplementasikebijakanpemberian ASI
eksklusifmelaluikonseling ASI olehbidankonselor ASI
13
tidakmaksimal.Keberhasilanimplementasikebijakanditentukanolehbanyakfaktor
yang salingberhubunganantarasatudengan yang lain. Berbagaifaktor yang
didugamemengaruhikeberhasilanimplementasikebijakanadalahkomunikasi,
ketersediaansumberdaya, disposisi, danstrukturbirokrasi.Padastudiini, faktor yang
memengaruhiimplementasikebijakankonseling ASI
dibatasihanyapadafaktordisposisidanstrukturbirokrasi.
Ketersediaansumberdayamanusiabidankonselor ASI tidakdianalisis,
mengingatjumlah SDM bidankonselor ASI di KabupatenBantulmerupakan yang
tertinggi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.Faktorkomunikasijugatidakdianalisiskarenahasilstuditerdahulumenem
ukankomunikasi yang baikantaradinaskesehatankabupatendenganbidankonselor
ASI melalui forum pertemuanrutinsetiaptigabulan. Selainitu,
dapatdilakukanmelaluitelepon, short message service, danbertemulangsung di
luarjadwaltersebut.Bentukkomunikasiantarapimpinanpuskesmasdanbidankonselor
ASI lebihkepadamemberikaninformasitentangmasalahatauhasilpertemuan yang
diperolehmelaluikegiatan
briefing.Tujuanpenelitianiniadalahmenganalisisimplementasikebijakanpemberian
ASI eksklusifmelaluikonseling ASI olehbidankonselor ASI di
PuskesmaswilayahKabupatenBantulberdasarkanduafaktor,
yaitufaktordisposisi/sikapbidandanfaktorstrukturbirokrasi.
14
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan masih rendahnya tingkat
pemberian ASI Eksklusif oleh ibu pada bayinya. Dalam teori Lawrence Green
(Notoatmodjo,2003) kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yaitu faktor perilaku dan berbagai faktor diluar perilaku (non perilaku).
Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor, berbagai
faktor predisposisi (presdiposing factors) mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan tradisi, norma sosial, dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri
individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) ialah tersedianya
sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Sedangkan
faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas
kesehatan, tokoh masyarakat atau kelompok peers / sesama ibu menyusui. Dalam
teori Lawrence Green juga dikatakan bahwa promosi kesehatan mempunyai
peranan penting dalam mengubahdan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar
searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari
masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya
(Hariweni, 2003).Oleh karena itu, sebagai upaya untuk lebih mengetahui dan
memahami bagaimana gambaran pemberian ASI Eksklusif yang diberikan oleh
ibu pada bayinya maka dilakukan penelitian “Gambaran Tingkat Pengetahuan
Ibu Menyusui Terhadap ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I”.
B. RumusanMasalah
Berdasarkanlatarbelakang danidentifikasimasalahtersebut,makapeniliti
merumuskan masalah dalam penelitian ini : Bagaimana Gambaran Tingkat
15
Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap ASIEksklusif di wilayah Kerja Puskesmas
Sewon I.
C. TujuanPenelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu menyusui terhadap pemberian
asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sewon I.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ASI Eksklusif berdasarkan usia ibu
menyusui.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ASI Eksklusif berdasarkan tingkat
pendidikan ibu.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ASI Eksklusif berdasarkan pekerjaan
ibu.
d. Mengetahui tingkat pengetahuan ASI Eksklusif berdasarkan sumber
informasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapatmenjadiinformasibagipetugaskesehatandanbahanmasukanbagi pimpinan
Puskesmasuntukmenentukanlangkahdalammeningkatkanpemberian ASI
Eksklusif.
2. Dijadikan bahan masukan bagi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta dan sebagai tambahan informasi dan referensi
untuk memperkaya pustaka institusi.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakanhasilmencaritahuyangterjadisetelahseseorang
melakukan penginderaanterhadap suatu objek tertentu
(
Notoadmojo,2003).Penginderaantersebutsebagianbesarberasaldaripenglih
atandan pendengaranyangsering digunakan untuk mendapatkan informasi.
b. Tingkat Pengetahuan
17
Pengetahuan dicakup di dalam domain kognitif enam tingkatan
pengetahuan(Notoatmojo, 2010)
1. Tahu (Know)
Tahu diartikansebagaimengingatsuatumateriyang telah dipelajari
sebelumnya.Termasukke dalampengetahuantingkatiniadalah
mengingatkembali(recall)terhadapsituasiyang sangatspesifikdari
seluruhbahanyangdipelajariataurangsanganyangtelahdipelajari atau
rangsanganyangtelahditerima. Olehsebabitu,iniadalah merupakan
tingkatan pengetahuanyangpaling rendah.
2. Memahami(Comprehension)
Memahamidiartikansebagaisuatu kemampuanuntukmenjelaskan
secarabenartentang objekyang diketahuidandapat
menginterprestasikanmateritersebutdenganbenar.Orangyang telah
pahamharus dapatmenjelaskan, menyimpulkan,meramalkanterhadap
objekyangdipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materiyangtelah dipelajari
pada situasidankondisi nyata.Aplikasidapatdiartikansebagai
penggunaan hokum-hukum, rumus-rumus, metode-metode, prinsip
dan sebagainyadalam konteks atau situasiyanglain.
18
4. Analisis(Analysis)
Suatukemampuan menjabarkan materiatau kedalam komponen-
komponetetapimasihdalamstrukturorganisasitersebut,danmasih
adakaitannyasatusamalain.Kemampuananalisisinidapatditeliti
daripenggantiankata sepertidapatmenggambarkan(menurutbagian),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Menunjukkan kepadasuatu komponen untukmeletakkanatau
menghubungkan bagian-bagian didalam satubentukkeseluruhanyang
baru. Merupakan kemampuan menyusun, merencanakan,
meringkasan, menyesuaikan dansebagainya
terhadapsuatuteoriataurumusan- rumusanyangada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitandengankemampuan melakukanjustifikasiatau penelitian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan
suatukriteriayang ditentukansendiri,ataumenggunakankriteria-
kriteriayangtelahada.
c. Faktor YangMempengaruhi Tingkat Pengetahuan
MenurutNotoatmojo(2007)berikutadalahbeberapafaktoryangdapat
mempengaruhi pengetahuan seseorangtentangsesuatu hal:
1. Usia
Semakin cukup umur,tingkatkematangan dankekuatan seseorang
19
akanlebihmatang dalamberpikirdanbekerja.Semakinbertambah
usia,daya tangkapdanpola pikerakansemakinberkembang,
denganbegitudipercayabahwapengetahuanyang diperolehakan
semakin membaik (Notoatmojo, 2007).
2. Pendidikan
Pendidikanberartibimbinganyang diberikanolehseseorang terhadap
perkembanganorang lainmenujukearahsuatucita-cita
tertentu.Semakintinggitingkatpendidikanseseorang maka
semakinmudah dalammenerima informasi,sehingga semakin
banyakpulapengetahuanyang dimiliki.Sebaliknyapendidikan yang
kurang akan menghambatperkembangansikap seseorang terhadap
nilai-nilaiyang baru dikenal.
3. Lingkungan
Lingkunganadalahseluruhkondisiyangadadisekitarmanusia
danpengaruhnya yangdapatmempengaruhiperkembangandan
perilakuorang ataukelompok.Lingkunganadalahinputkedalam
diriseseorang sehinggasistemadaptifyang melibatkanbaikfaktor
internalmaupunfaktoreksternal.Seseorangyang hidupdalam
lingkunganyang berpikiranluasmakapengetahuannyaakanlebih
baikdaripadaorangyang hidupdilingkunganyang berpikiran sempit.
4. Pekerjaan
Pekerjaanadalahserangkaiantugasatau kegiatanyangharus
20
dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan
atau profesimasing-masing. Statuspekerjaanbisa mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang.
5. Sosial Budayadan Ekonomi
Variabel ini menggambarkan tingkat kehidupanseseorang yang
ditentukandari berbagaiunsur sepertipendidikan, pekerjaan,
penghasilandanbanyakcontohserta ditentukanpulaolehtempat
tinggalkarena halinidapatmempengaruhiberbagaiaspek kehidupan
termasuk pemeliharaan kesehatan.
6. SumberInformasi
Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga
organisasi,mediacetakdan tempatpelayanankesehatan.Ilmu
pengetahuandanteknologimembutuhkan informasisekaligus
menghasilkan informasi. Jika pengetahuan berkembang sangat
cepatmakainformasiberkembang sangatcepatpula.Adanya ledakkan
pengetahuansebagai akibat perkembangan dalam bidang
ilmudanpengetahuan,maka semakin banyakpengetahuanbaru
bermuculan. Pemberianinformasimengenaicara-cara pencapaian
hidupsehat melaluiberbagaimedia danteknologiinformasiakan
meningkatkan pengetahuan masyarakatyang dapatmenambah
21
kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuanyang
dimiliki.
7. Pengalaman
Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh
kebenaran dan pengetahuan.Hal inidilakukan dengan caramengulang
kembalipengalamanyangdiperolehdalam memecahkan
masalahyangdihadapi dimasalalu.
2. ASI (Air Susu Ibu)
a. Definisi
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah SWT untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan serangan
penyakit (Yahya, 2005). Pengertian lain tentang ASI adalah minuman alamiah
untuk semua bayi cukup bulan selama usia bulan-bulan pertama (Nelson, 2000).
Sehingga dapat disimpulkan ASI adalah makanan sempurna bagi bayi baru lahir,
selain itu, payudara wanita memang berfungsi untuk menghasilkan ASI
(Chumbley, 2004). ASI EksklusifMenurut Peratutan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 pada Ayat 1 diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya
disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain”. Semula Pemerintah Indonesia menganjurkan para
ibu menyusui bayinya hingga usia empat bulan. Namun, sejalan dengan kajian
WHO mengenai ASI eksklusif, Menkes lewat Kepmen No 450/2004
menganjurkan perpanjangan pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan. ASI
22
eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2005).
b. Kandungan ASI
ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat
kekebalan, dan sel darah putih, dengan porsi yang tepat dan seimbang.
Komposisi ASI bersifat spesifik pada tiap ibu, berubah dan berbeda dari waktu
ke waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu (Roesli, 2005).
Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI dari hari ke
hari (stadium laktasi) sebagai berikut:
1. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan encer dan sering berwarna kuning atau dapat
pula jernih yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih banyak dari
susu matang) dan protein, dan keluar pada hari pertama sampai hari
ke-4/ke-7. Kolostrum membersihkan zat sisa dari saluran pencernaan
bayi dan mempersiapkannya untuk makanan yang akan datang. Jika
dibandingkan dengan susu matang, kolostrum mengandung
karbohidrat dan lemak lebih rendah, dan total energi lebih rendah.
Volume kolostrum 150-300 ml /24 jam.
2. ASI transisi/peralihan
23
ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI
yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi dan volume akan makin
meningkat. ASI ini keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-
14.
3. ASI matang
Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya, komposisi relatif konstan. Perbedaan komposisi ASI dari
menit ke menitASI yang pertama disebut foremilk dan mempunyai
komposisi berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk).
Foremilk dihasilkan sangat banyak sehingga cocok untuk
menghilangkan rasa haus bayi. Hindmilk keluar saat menyusui hampir
selesai dan mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding
foremilk, diduga hindmilk yang mengenyangkan bayi.
4. Lemak
ASI makanan terbaik otak bayiLemak ASI mudah dicerna dan diserap
bayi karena mengandung enzim lipase yang mencerna lemak. Susu
formula tidak mengandung enzim, sehingga bayi kesulitan menyerap
lemak susu formula.Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang
(omega-3, omega-6, DHA, dan asam arakhidonat) suatu asam lemak
esensial untuk myelinisasi saraf yang penting untuk pertumbuhan otak.
24
Lemak ini sedikit pada susu sapi. Kolesterol ASI tinggi sehingga dapat
memenuhi kebutuhan pertumbuhan otak. Kolesterol juga berfungsi
dalam pembentukan enzim metabolisme kolesterol yang
mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga dapat
mencegah serangan jantung dan arteriosklerosis pada usia muda.
5. Karbohidrat
ASI Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya
lebih banyak dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-
30 % lebih banyak dari susu sapi. Salah satu produk dari laktosa
adalah galaktosa yang merupakan makanan vital bagi jaringan otak
yang sedang tumbuh. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang
sangat penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa juga meningkatkan
pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu, Lactobacillis bifidus.
Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat yang memberikan
suasana asam dalam usus bayi sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri patogen.
6. Protein ASI
Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan protein
utama susu sapi adalah kasein (sukar dicerna). Rasio whey dan kasein
dalam ASI adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80.
ASI tentu lebih menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah
25
dicerna dibanding kasein. ASI mengandung alfa-laktalbumin,
sedangkan susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine serum
albumin yang sering menyebabkan alergi. Selain itu, pemberian ASI
eksklusif dapat menghindarkan bayi dari alergen karena setelah 6
bulan usus bayi mulai matang dan bersifat lebih protektif. ASI juga
mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai
sistem imun usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin membiarkan
flora normal usus untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen. Zat
imun lain dalam ASI adalah suatu kelompok antibiotik alami yaitu
lysosyme.Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah
taurine yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga
penting untuk pertumbuhan retina. Susu sapi tidak mengandung
taurine sama sekali.
7. Faktor Pelindung Dalam ASI
ASI sebagai imunisasi aktif merangsang pembentukan daya tahan
tubuh bayi. Selain itu, ASI juga berperan sebagai imunisasi pasif yaitu
dengan adanya SIgA (secretory immunoglobulin A) yang melindungi
usus bayi pada minggu pertama kehidupan dari alergen.
8. Vitamin
Vitamin, mineral dan zat besi ASIASI mengandung vitamin, mineral
dan zat besi yang lengkap dan mudah diserap oleh bayi.
26
c. Manfaat Pemberian ASI
Menurut Roesli (2004) manfaat ASI bagi bayi yaitu:
1. ASI Sebagai Nutrisi
Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan
tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai
usia 6 bulan.
2. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang
sakit, karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan.
3. ASI Meningkakan Kecerdasan
ASI mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak
ikatan panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan
otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien tersebut tidak ada atau sedikit
sekali terdapat pada susu sapi. Oleh karena itu, pertumbuhan otak bayi
yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal.
4. Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang
Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi
dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang
percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
5. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu sebagai berikut:
Melindungi anak dari serangan alergi
27
Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara
Membantu pembentukan rahang yang bagus
Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak,
dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung
Menunjang perkembangan motorik bayi
Menurut Roesli (2004) menyusui juga memberikan manfaat pada ibu,
yaitu:
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan (post partu. Menyusui
bayi setelah melahirkan akan menurunkan resiko perdarahan post
partum, karena pada ibu menyusui peningkatan kadar oksitosin
menyababkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan
akan lebih cepat berhenti. Hal ini menurunkan angka kematian ibu
melahirkan.
2. Mengurangi terjadinya anemia. Mengurangi kemungkinan terjadinya
kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat besi. Karena
menyusui mengurangi perdarahan.
3. Menjarangkan kehamilan. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan
belum haid, 98% tidak hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan
dan 96% tidak hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
4. Mengecilkan Rahim. Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat
28
akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.
5. Ibu lebih cepat langsing kembali. Oleh karena menyusui memerlukan
energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun
selama hamil.
6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker. Pada umumnya bila
wanita dapat menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih,
diduga akan menurunkan angka kejadian carcinoma mammae sampai
sekitar 25%, dan carcinoma ovarium sampai 20-25%.
7. Lebih ekonomis/murahDengan memberi ASI berarti menghemat
pengeluaran untuk susu formula dan perlengkapan menyusui. Selain
itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi
karena bayi jarang sakit.
8. Tidak merepotkan dan hemat waktuASI dapat segera diberikan tanpa
harus menyiapkan atau memasak air, tanpa harus mencuci botol, dan
tanpa menunggu agar suhunya sesuai.
9. Memberi kepuasan bagi ibu. Saat menyusui, tubuh ibu melepaskan
hormon-hormon seperti oksitosin dan prolaktin yang disinyalir
memberikan perasaan rileks/santai dan membuat ibu merasa lebih
merawat bayinya.
10. Portabel dan praktisAir susu ibu dapat diberikan di mana saja dan
kapan saja dalam keadaan siap minum, serta dalam suhu yang selalu
29
tepat.
11. Ibu yang menyusui memiliki resiko yang lebih rendah untuk terkena
banyak penyakit, yaitu endometriosis, carcinoma endometrium, dan
osteoporosis.
d. Hambatan Menyusui Secara Eksklusif
Hambatan ibu untuk menyusui terutama secara eksklusif sangat bervariasi.
Namun, yang paling sering dikemukakan sebagai berikut (Roesli, 2005):
1. ASI Tidak Cukup
Merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara
eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi
hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi
ASInya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup
untuk bayinya.
2. Ibu Bekerja
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena
waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah. Kebijakan pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan pemberian ASI oleh pekerja wanita
telah dituangkan dalam kebijakan Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI
pada tahun 2009.
3. Alasan Kosmetik
PENGETAHUAN DICAKUP DALAM DOMAIN KOGNITIF6 TINGKAT PENGETAHUAN
Tahu EvaluasiSintesisAnalisisAplikasiMemahami
ASI EKSKLUSIF
Faktor PerilakuFaktor Sosiodemografi30
Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 1995
pada ibu-ibu Se-Jabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama
berhenti memberi ASI pada anak adalah alasan kosmetik. Ini karena
mitos yang salah yaitu „menyusui akan mengubah bentuk payudara
menjadi jelek. Sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah
kehamilan.
B. KERANGKA TEORI
31
Gambar 2.1: Kerangka Teori
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DesainPenelitian
Desainpenelitianyangdigunakanpadapenelitianinidiperolehsecara
observasionaldeskriptif.
B. Lokasi DanWaktuPenelitian
32
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitianadalahtempatyangakandilakukanolehpeneliti dalam
melaksanakan kegiatan penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di
pelayanan KIA PuskesmasSewon I, Bantul.
2. Waktu Penelitian
Waktupenelitianadalahpenelitianinidilaksanakanpadatanggal 20Januari 2016.
C. PopulasiDan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasiyang ditelitidalampenelitianiniadalah wanita yang memiliki balita
yang termasukwilayahkerjaPuskesmasSewonIKabupaten Bantul.
33
2. Sampel
Sampelpenelitianadalah wanita yang memiliki balita di wilayah kerja
Puskesmas Sewon I,Bantul. Diperolehsampelsejumlah
34orang.Pengambilansampeldilakukandengan teknik totalsampling.
Kriteria inklusi subjekpenelitian:
a. Wanita yang memiliki balita.
b. Wilayah kerja Pusksmas Sewon I, Bantul.
c. Wanita yang berkunjung ke layanan KIA pada penelitian.
d. Bersedia menjadi subjekpenelitian.
Kriteriaeksklusisubjek penelitian:
a. Wanita yang memiliki balita wilayah kerjaSewon
IBantulyangtidakhadirpada saat penelitian.
3. Cara Pengambilan Sampel
Sampeldiambildenganmetodetotalsampling danpenyaringan
populasiberdasarkankriteria inklusidankriteriaeksklusi.Sebelummengisi
kuesioner dan wawancara, sampelterlebih dahulu melakukan informed
consent.
D. TeknikPengumpulanData
Teknikpengumpulan data adalahcara penelitiuntukmengumpulkan datayang
akandilakukandalampenelitianyaitudenganmenggunakan data primer. Data
diperoleh dari kuesioneryangdiisi oleh sampel.
34
E. DefinisiOperasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabelyangdiamatiatau diteliti.
Tabel3.1:DefinisiOperasional
Variabel DefinisiOperasional Cara ukur Alatukur Hasilukur
Tingkatpengetahuan
Persepsi respondententang pentingnya pemberiaan ASI ekslusif
Respondenmengisi data di lembarkuesioner
Kuesionerpenelitian
1.Rendah2.Sedang3.Tinggi
Usia Lamahiduprespondenterhitungsejaklahir
Respondenmengisidata dilembarkuesioner
Kuesionerpenelitian
1. < 18 tahun2. 18 - 25 tahun3. 26 – 30 tahun4. > 30 tahun
Pendidikan Proses yang diperoleh dari sebuah pembelajaran, pengetahuan dan keterampilan.
Respondenmengisidata dilembarkuesioner
Kuesionerpenelitian
1. SD2. SM3. SMA4. Perguruan
Tinggi
Pekerjaan Suatu rutinitas untuk mempeoleh pendapatan.
Respondenmengisidata dilembarkuesioner
Kuesionerpenelitian
1. Ibu Rumah Tangga
2. Wiraswasta3. Buruh4. Pegawai Swata5. Pegawai Negeri
Jumlah Anak
Total keseluruhan dari anak yang dimiliki.
Respondenmengisidata dilembarkuesioner
Kuesionerpenelitian
1. 1 – 22. 3 – 43. > 5
35
Sumberinformasi
Sumber informasiyang mempengaruhi responden mengisikuesioner
Respondenmengisidata dilembarkuesioner
Kuesionerpenelitian
1.Mediaelektronik2.Brosurleafletdll3.Seminar4.Buku5.Internet
F. MetodePengolahan
Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan
data. Prosespengolahan data ada4yaitu :
a. Editing
Editing adalahsuatukegiatanuntukpengecekandanperbaikanisian formuliratau
kuesioner.
b. Coding
Coding adalahkegiatanmengubahdataberbentukkalimatatauhuruf menjadi data
angka ataubilangan.
c. Data entry
D
ataentryadalahkegiatanmemasukkandatakedalamprogramatau“software”komp
uter.
d. Tabulating
Kegiatanmembuattabel-tabeldata,sesuaidengantujuanpenelitian atauyang
diinginkanolehpeneliti.Pengolahandatadengan menggunakan progam
komputer.
36
e. Pembersihan data (cleaning)
Pembersihandata merupakankegiatanpengecekankembaliuntuk
melihatkemungkinan adanya kesalahankode, ketidaklengkapandan sebagainya
kemudian dilakukan pembetulanataukoreksi.
G. Analisis Data
Datayang telah terkumpul kemudian diolah dengan mentabulasi, lalu
dipindahkankedalamtabelyang sesuaikebutuhananalisamenggunakan program
Microsoft Excel2010.
H. Etika Penelitian
Padapenelitianini, standar etikadalammelakukan penelitian, antara lain :
a. Informed Consent (Lembar persetujuan)
Pernyataanpersetujuanantarapenelitidenganrespondenyangdengan lisan.
b. Confidentiality(Kerahasiaan)
Kerahasiaanmerupakansalahsatubentukjaminankepadaresponden
bahwaidentitas responden akan tetap terjaga.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Jumlah responden yang masuk kriteria inklusi sebanyak 34
resonden. Karakteristik respondendalam penelitian initerdiri dariusia,
pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan sumber informasi.
Dari penelitian mengenaiTingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja PuskesmasSewon IKabupatenBantul,
DIY didapatkan data sebagai berikut:
11,76%
52,94%
26,47%
8,82%
Distribusi Usia Resonden
< 18 tahun18 - 25 tahun26 - 30 tahun> 30 tahun
Gambar4.1:DistribusirespondenberdasarkanUsiadiPuskesmas Sewon I
Gambar4.1menggambarkandistribusiresponden
penelitianberdasarkanusia, dikelompokan menjadiempat kategoriyaituusia<18
38
tahun, 18-25 tahun, 26–30 tahun dan>30 tahun. Responden denganusia<18
tahunberumlah 4 responden(11.76%), respondenusia18-
25tahunberjumlah18responden(52.94%), responden usia 26–30 tahun berjumlah
9 responden (26.47%) s edangkanrespondenusia>30 tahun
b
erjumlah3responden(8.82%).Dengandatatersebutterlihatbahwarespondenberusia1
8-25 tahun lebihbanyak dari kelompoklainnya.
5,88%
17,65%
35,29%
32,35%
8,82%
Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Tidak sekolahSDSLTPSLTAPerguruan Tinggi
Gambar4.2:DistribusirespondenberdasarkanTingkat PendidikandiPuskesmas Sewon I
Gambar4.2menggambarkandistribusiresponden
penelitianberdasarkantingkat pendidikan, dikelompokan menjadilima
kategoriyaitutidak sekolah, SD, SLTP, SLTA, Dan Perguruan Tinggi. Responden
39
yang tidak sekolahberjumlah 2 responden(5.88%), responden dengan pendidikan
SDberjumlah6responden(17.65%), responden dengan pendidikan SLTP
berjumlah 12 responden (35.29%), responden dengan pendidikan SLTA
berjmlah 11 responden (32.35) s edangkanresponden dengan pendidikan
perguruan
tinggiberjumlah3responden(8.82%).Dengandatatersebutterlihatbahwaresponden
dngan tingkat pendidikan SLTP lebihbanyak dari kelompoklainnya.
38,24%
11,76%
26,47%
17,65%
5,88%
Distribusi Jenis Pekerjaan Reponden
Ibu Rumah Tangga WiraswastaBuruhPegawai SwastaPegawai Negeri
Gambar4.3:DistribusirespondenberdasarkanPekerjaandiPuskesmas Sewon I
Gambar4.3menggambarkandistribusiresponden
penelitianberdasarkanjenis pekerjaan, dikelompokan menjadilima
kategoriyaituIbu rumah tangga, wiraswata, buruh, pegawai swasta, Dan pegawai
negeri. Responden sebagai Ibu rumah tangga berjumlah 13 responden(38.24%),
40
responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta berjumlah4responden(11.76%),
responden dengan pekerjaan sebagai buruh berjumlah 9 responden (26.47%),
responden dengan pekerjaan sebagai pegawa swasta berjmlah 6 responden
(17.36%) s edangkanresponden dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri
berjumlah2responden(5.88%).Dengandatatersebutterlihatbahwaresponden
sebagai Ibu rumah tangga lebihbanyak dari kelompoklainnya.
61,76%
38,24%
2,94%
Distribusi Jumlah Anak
1-2 Orang
3-4 Orang
> 5 Orang
Gambar4.4:DistribusirespondenberdasarkanJumlah anakdiPuskesmas Sewon I
Gambar4.4menggambarkandistribusiresponden
penelitianberdasarkanjumlah anak, dikelompokan menjaditiga kategoriyaitu 1-2
orang, 3-4 orang, dan >5 orang. Responden dengan jumlah anak 1-2 orang
berjumlah 21 responden(61.76%), responden dengan jumlah anak 3-4
orangberjumlah13responden(38.24%), sedangkan responden dengan jumlah anak
41
>5 orang berjumlah 1 responden (2.94%).
Dengandatatersebutterlihatbahwaresponden dengan jumlah anak 1-2 orang
lebihbanyak dari kelompoklainnya.
Tabel4.1:Distribusifrekuensirespondenberdasarkansumber informasidiPuskesmas Sewon I
SumberInformasi Ya Persentase
(%)
Tidak Persentase
(%)
Media Elektronik 21 61.9 13 38.1
Internet 6 16.6 28 83.3
Brosur, Leaflet, 4 7.1 30 92.8
SpandukdanBaliho
Seminar - 0 34 100
Buku 5 14.2 29 85.7
Distribusisumberinformasirespondenpada penelitianinidikelompokan
menjadilima katrgori,yaitumedia elektronik,internet,brosur-leaflet-spanduk-
baliho, seminar dan buku.
Berdasarkan sumberinformasi respondenyang didapatdari
mediaelekronik sebanyak 21 responden (61.9%), sumber informasi dari internet
sebanyak 6 responden(16.6%),sumberinformasiyang
didapatdaribrosur,leaflet.spandukdan
balihosebanyak4responden(7.1%),sumberinformasiyangdidapatdari seminar
42
sebanyak0responden(0%) dansumber informasiyangdidapatdari bukusebanyak5
responden(14.2%).Data tersebutmenunjukanbahwa sumberinformasidarimedia
elektronik banyak digunakan siswadibandingkandengan sumber informasi
lainnya.
B. Tingkat Pengetahuan Responden
Baik, 17.64%
Cukup, 70.18%
Kurang, 11.76%
distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan faktor sosiodemografi
Gambar4.5:Distribusitingkatpengetahuanrespondenberdasarkanfaktorsosi
odemografidiPuskesmas Sewon I
Komponentingkatpengetahuanberdasarkanfaktorsosiodemografiterdiri
dari 10 pertanyaantentangpemberian ASI eksklusif.Distribusitingkat pengetahuan
respondenbedasarkan faktor sosiodemografi pada penelitianini dikelompokan
43
menjadi tigakategori,yaitu baik,cukup dan kurang.
Respondenyang termasukdalamkelompokkurang adalah4responden
(11.76%)sedangkanrespondenyang termasukkelompokcukupadalah24responden
(70.18%)danresponden yangtermasukdalamkelompok baikadalah6responden
(17.64%).
Baik, 26.42%
Cukup, 55.88%
Kurang, 14.70%
distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkAN FAKTOR PERILAKU
Gambar4.6:Distribusitingkatpengetahuanrespondenberdasarkanfaktorperi
lakudiPuskesmasSewon I
Kompo
nentingkatpengetahuanberdasarkanfaktorperilakuterdiridari20pertanyaantentang
pemberian ASI eksklusif. Distribusitingkatpengetahuan
respondenbedasarkanfaktorperilaku dangayahidup pada penelitian ini
44
dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang.
Respondenyang termasukdalamkelompokkurang adalah5responden
(14.70%)sedangkanrespondenyang termasukkelompokcukupadalah19responden
(55.88%)danresponden yang termasukdalamkelompok baik adalah9responden
(26.42%).
Baik, 23.52%
Cukup, 58.82%
Kurang, 17.64%
distribusi tingkat pengetahuan responden tentang asi eksklusif di puskesmas sewoi i
Gambar4.7:Distribusirespondenberdasarkantingkatpengetahuanresponden tentang ASI Eksklusif diPuskesmasSewon I
Komponentingkatpengetahuanterdiridari30pertanyaantentang
pentingya ASI eksklusif.Distribusitingkatpengetahuanrespondenpada penelitian
inidikelompokanmenjadi tiga kategori,yaitu baik,cukup dan kurang.
Respondenyang memiliki tingkat pengetahuanyang cukupadalah 20
responden(58.82%)dan tingkatpengetahuanyang baikadalah8responden
(23.52%), sedangkan tidak adarespondenyangmemilikipengetahuankurang
45
adalah 6 responden (17.64%).
C. Pembahasan karakteristik responden dengantingkatpengetahuan
Karakteristik responden dalam penelitian initerdiridari usia,tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anak dansumber
informasi.Sedangkantingkatpengetahuan dikategorikan menjadi tiga,yaitu
kurang, cukupdan baik. Kemudianakan dilihat frekuensi
danpresentasekarakteristik responden dengan tingkat pengetahuan.
<18 tahun 18-25 tahun 26-30 tahun >30 thun0
2
4
6
8
10
12
Distribusi Responden Bedasarkan Usia dengan Tingkat Pengetahuan
BAIKCUKUPKURANG
Gambar4.8:DistribusirespondenberdasarkanusiadengantingkatpengetahuandiP
uskesmas Sewon I
Berdasarkandistribusidatarespondenusiadengan tingkat pengetahuan
terlihat responden denganusia < 18 tahun memiliki
pengetahuancukupadalah3respondendanyangmemilikipengetahuankurangadalah
46
1responden. Responden memiliki usia 18-25 tahun dengan pengetahuan baik
adalah5responden, cukup sebanyakadalah10responden dan kurang sebanyak 3
responden. Sedangkan responden yang berusia 26 – 30 tahun dengan tingkat
pengetahuan baik adalah 2 responden, cukup sebanyak 6 responden dan kurang
adalah 1 responden. Responden yang berusia diatas 30 tahun dengan
pengetahuan baik adalah 1 responden dan cukup sebanyak 2 responden
sedangkan tidak adayangmemiliki tingkat pengetahuan kurang.
Menurut Notoatmodjo (2007), usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Senakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin baik. Pada usia madya, individu akan berperan aktif di
dalam masyarakat dan kehidupan social serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksenya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan tidak ada
penurunan pada usia ini.
47
Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Perguruan tinggi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan
BAIKCUKUPKURANG
Gambar4.9:DistribusirespondenberdasarkanTingkat PendidikandengantingkatpengetahuandiPuskesmas Sewon I
Berdasarkandistribusidatarespondentingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan terlihat responden yang tidak mengenyam pendidikan memiliki
pengetahuankurangadalah2responden. Responden dengan tingkat pendidikan SD
yangmemilikipengetahuancukupsebanyak 4responden dan tingkat pengetahuan
kurang adalah 2 responden. Responden dengan tingkat pengetahuan SLTPyang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 responden, cukup sebanyak 7 dan kurang
sebanyak 4. Responden dengan tingkat pendidikan SLTA yang memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 4 responden, cukup sebanyak 6 responden, dan
kurang adalah 1 responden. Responden dengan pendidikan perguruan tinggi yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 3 responden.
Menurut Roseli (2005), jika tingkat pendidikan ibu rendah maka
48
pengetahuan ibu tentang ASI juga akan rendah sehingga pemberian ASI Eksklusif
selama 6 bulan tidak akan tercapai. Apalagi ditambah dengan ketidaktahuan
masyarakat tentang lama pemberian ASI eksklusif yang benar sesuai dengan yang
dianjurkan pemerintah.
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin tinggi
pengetahuan ibu tentang ASI sehingga pemberian ASI Eksklusif 6 bulan dapat
tercapai. Dalam penelitian Agustin (2010)menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan lama pemberian ASI ekslusif, begitu
juga antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan lama pemberian ASI eksklusif.
1-2 orang 3-4 orang >5 orang0
2
4
6
8
10
12
14
Dstribusi Responden Berdasakan Jumlah Anak dengan Tingkat Pengetahuan
BAIKCUKUPKURANG
Gambar4.10:DistribusirespondenberdasarkanJumlah AnakdengantingkatpengetahuandiPuskesmas Sewon I
49
Distribusi responden berdasarkan Jumlah Anak dengan tingkat
pengetahuan di Puskesmas Sewon I terlihat 21 responden denganjumlah anak 1-
2 anak 4 orang memiliki tingkat pengetetahuan kurang, 12 orang memiliki
tingkat pengetahuan cukup, 5 orang memiliki tingkat pengetahuan baik.
Sedangkan 13 responden dengan jumlah anak 3-4 orang 2 di antaranya
memiliki pengetahuan kurang, 7 orang memiliki penghetahuan cukup, dan 4
orang memiliki pengetahuanh baik.
Banyaknya anak yang dimiliki seorang ibu, diharapkan agar tetap
memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Hal ini juga berkaitan dengan
pengalaman ibu dalam pemberian ASI.
Jumlah paritas atau jumlah anak 1-2 atau > 2 tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam hal pemberian ASI eksklusif, ini berarti pengalaman menyusui
anak sebelumnya yang dimiliki responden tidak berpengaruh terhadap pemberian
ASI eksklusif.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zul Sathri
(2010) yang menyatakan bahwa jumlah anak tidak berpengaruh terhadap lamanya
menyusui. Pada penelitian Dombkowski, et al dalam Kusmawati (2007)
menyebutkan bahwa semakin besar jumlah anak maka semakin besar kerepotan
ibu dalam mengurus anaknya sehingga memungkinkan keteledoran dalam
pemberian asi ekslusif.
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Andrianto Wai dan Besse
Sarmila bahwa semakin tinggi tingkat paritas ibu atau banyaknya jumlah anak
maka pengaruh positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Alasan mereka adalah
karena jumlah anak mempengaruhi tingkat pengetahuan dan adanya pengalaman
50
menyusui sebelumnya sehingga ibu mempunyai anak banyak akan memberikan
ASI eksklusif.
Secara teoritis paritas atau jumlah anak diperkirakan ada kaitannya
dengan arah pencarian informasi tentang pengetahuan ibu nifas/menyusui dalam
memberikan ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman
sendiri maupun orang lain terhadap pengetahuan yang dapat mempengaruhi
perilaku saat ini atau kemudian.
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta Buruh Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
0123456789
Distribusi Responden Berdsarkan Pekerjaan dengan Tingkat Pngetahuan
BAIKCUKUPKURANG
Gambar4.11:DistribusirespondenberdasarkanPekerjaandengantingkatpengetahuan
diPuskesmas Sewon I
Distribusiresponden berasarkanpekerjaandengan tingkat pengetahuan
terlihat responden denganpekerjaan Ibu Rumah Tangga yang memilki
pengetahuan baik sebanyak 3 orang, sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 2
51
orang dan yang terbanyak yaitu 8 orang ibu rumah tangga berpengetahuan cukup
mengenai ASI Eksklusif. Responden dengan pekerjaan wiraswasta yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang, sama halnya dengan responden
berpengetahuan baik yaituu sebanyak 1 orang sedangkan sebanyak 2
orangberpengetahuan cukup mengenai ASI Eksklusif. Responden dengan
pekerjaan buruh, sebanyak 6 orang berpengetahuan cukup, 3 orang
berpengetahuan kurang mengenai ASI Eksklusif. Responden dengan pekerjaan
pegawai swasta, 2 orang memiliki pengetahuan yang baik, 3 orang memiliki
pengetahuan cukup dan 1 orang memiliki pengetahuan kurang menegenai ASI
Eksklusif. Responden dengan pekerjaan Pegawai Negeri memiliki pengetahuan
baik sebanyak 2 orang.
Sehingga didapatkan untuk tingkat pengetahuan cukup, lebih tinggi
pada responden dengan pekerjaan Ibu Rumah Tangga hal ini bertentangan
dengan teori yang disampaikan oleh Soedjianingsih,2002 yaitu Makin banyak
ibu-ibu yang bekerja dan berpendidikan tinggi sehingga pengetahuan tentang
pemberian ASI eksklusif lebih mudah diperoleh, akan tetapi pada kenyataan
dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan untuk bekerja membantu
ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu memilih bekerja di luar rumah. Dengan
bekerja ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya, akibatnya ibu
cenderung memberikan susu formula dan diberikan melalui botol, menyebabkan
frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi ASI akan menurun. Keadaan
ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Jadi, seorang ibu yang
52
bekerja kemungkinan menyusui bayinya secara eksklusif menurun drastis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan di bab
sebelumnya, makadapatditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkatpengetahuanberdasarkanfaktorsosiodemografi paling banyak tingkat
pengetahuancukup 70.18%
2. Tingkatpengetahuanberdasarkanfaktorperilakupaling banyak tingkat
pengetahuan cukup 55.88%
3. Tingkatpengetahuantentang ASI Eksklusif paling banyak tingkat
pengetahuan cukup 58.82%
4. Tingkatpengetahuandenganusia respondenmenunjukanpada tingkatcukup
pada senua jenjang usia.
53
5. Tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif
menunjukan pada tingkat Perguruan tinggi Baik, SD, SLTA, SLTA
menunjukan pengetahuan cukup sedangkan tidak mengenyam pendidikan
pengetahuannya kurang.
6. Jumlah anak dengan tingkatpengetahuanASI Eksklusif menunjukan
padatingkatcukup.
7. Tingkat pekerjaan dengantingkatpengetahuanASI Eksklusif menunjukan
padatingkatcukup sedangkan pegawai negeri pengetahuannya baik.
B. Saran
1. Bagi institusikedokterandan penelitiselanjutnya
Perludilakukanpenelitianlebihlanjutuntukmengetahui hubungan
tingkatpengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kepatuhan pembberian
ASI Eksklusif dengansampelyang lebihbanyakpada wilayah kerja
Puskesmas, khususnya wilayah Puskesmas Sewon I.
2. Bagi puskesmas SewonI
Mediainformasiuntukpromosikesehatanlebihmaksimalkanlagisehingga
akan tertarik untuk membacanya.
Memberikankonselingdanpenyuluhantentangkepatuhan pemberian ASI
Eksklusif, terutama bagi para calon pengantin dan ibu – ibu hamil sedini
mungkin.
54
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Nur, D. (2007). Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Tembalang Kota Semarang tahun 2007. Diakses dari www.undip.ac.id.11.04.htm tanggal 18 Januari 2016.
Albar, Husein. (2004). Makanan Pendamping ASI, Cermin Dunia Kedokteran. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Sulawesi Selatan.
Blum (1974) dalam laporan Riskesdas NTT. (2007).
Departemen Kesehatan RI. (2002). Manajemen Laktasi. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Depkes RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Kebijakan Depkes Tentang Peningkatan Pemberian ASI Pekerja Wanita. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta.
55
Departemen Kesehatan RI. (2008). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2006-2007. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Jakarta.
Dinas Kesehatan. (2008). Pedoman Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Bali.
Husaini, Yayah,K., Mahdin, A. (2001). Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Juwono, Lilian. (2003). Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta: EGC.
Maramis, W.F. (2009). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Prasetyo, D.S. (2009). ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.
Roesli, U. (2001). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Gramedia.
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Simandjuntak, D. (2001). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-
ASI Dini Pada Bayi di Kecamatan Pasar Rebo Kotamadya Jakarta Timur.
Tesis Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Sulistyowati, L.S. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Jakarta.
Thoha, Z. (2003). PHBS di Rumah Tangga. Jakarta.
56
World Health Organization (WHO). (2001). Global Strategy for Infant and Young Child. Diakses dari http:/www.who.int/ tanggal 18 Januari 2016