mini research
TRANSCRIPT
1
“PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)”
(Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2012)
MINI RESEARCH
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Statistik II
Disusun Oleh :
NAMA: Endah Wulandari
NIM : 2012030005
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ketika banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat
itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi,
karena itu muncul kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini (Wiwoho,
2008). Banyak perusahaan kini mengembangkan apa yang disebut Corporate
Social Responsibility (CSR). Pada prinsipnya CSR merupakan suatu komitmen
berkelanjutan dari perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomi, sosial,
dan lingkungan atau ekologis kepada masyarakat, lingkungan, serta para
pemangku kepentingan (stakeholder). Tanggung jawab tersebut meliputi
mencegah dampak negatif yang ditimbulkan perusahaan terhadap pihak lain dan
lingkungan serta meningkatkan kualitas masyarakat termasuk karyawan,
pemasok, pelanggan, dan lingkungan sekitar perusahaan. Corporate Social
Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering juga dianggap inti dari
etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-
kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder)
tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan
(stakeholder) yang jangkauannya melebihi 2 kewajiban-kewajiban di atas
(ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan merujuk pada semua
hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder,
termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas,
pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.
Banyak faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Tipe industri
didefinisikan sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek pengungkapan
sosial perusahaan. Tipe industri adalah karakteristik yang dimiliki oleh
perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang
3
dimiliki dan lingkungan perusahaan. Secara umum perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena
perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding
perusahaan kecil. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif
signifikan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
yaitu Ira (2013). Penelitian dilakukan dengan menggunakan semua perusahaan
manufaktur yang tercatat di BEI periode 2011 – 2012. Semakin besar keuntungan
yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan
dividennya. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen, tapi juga akan
memperoleh power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian, maka dibuat suatu penelitian dengan “Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR)”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Ira Robiah Adawiyah (2013) yang berjudul “pengaruh tipe industri, ukuran
perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan corporate social
responsibility”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang dikembangkan diatas, maka
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan CSR. Sehingga, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia?
2. Apakah tipe industri memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia?
3. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
CSR dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia?
4
4. Apakah profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang muncul maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan CSR dalam
laporan tahunan perusahaan di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan
CSR dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia.
3. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR dalam
laporan tahunan perusahaan di Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Penulis, dengan melakukan penelitian ini maka penulis akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai akuntansi sosial pada
umumnya, dan pelaporan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan berbagai sektor bisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
2. Entitas bisnis, secara empiris penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan dan
pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan, sehubungan dengan
pelaporan dan pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan di
Indonesia.
3. Akademisi, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian-
penelitian selanjutnya disamping sebagai sarana untuk menambah
wawasan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan
manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan
sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan
tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).
Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan
memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (shareholder), namun
lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang diciptakan oleh perusahaan tidak
terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan
stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan terhadap perusahaan
(Untung, 2008).
Pelaksanaan aktivitas sosial dan pengungkapkan CSR diharapkan
keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi, sehingga akan menghasilkan
hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan
yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan
(sustainability) atau kelestarian perusahaannya. Para pemangku kepentingan
(stakeholders) yang memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk menekan
manajemen entitas bisnis untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial
perusahaan, antara lain: dewan komsaris, masyarakat luas, dan pemilik saham
asing maupun publik.
6
Dewan komisaris merupakan wakil shareholder didalam suatu entitas
yang berbadan hukum perseroan terbatas. Selain sebagai wakil shareholder,
dewan komisaris juga selaku stakeholder, memiliki kemampuan untuk pengaruhi
dan menekan manajemen entitas untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial
perusahaan, karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi didalam
entitas.
Tekanan masyarakat luas (stakeholders) membuat perusahaan tipe high-
profile lebih memperhatikan kegiatan produksinya dan lingkungan sekitar entitas
bisnisnya. Hal tersebut, dimungkinkan bahwa perusahaan tipe high-profile
melakukan kesalahan atau kegagalan pada proses maupun hasil produksinya,
sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan sekitar perusahaan. Dengan adanya
pengungkapan aktivitas sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya
politis bagi perusahaan, sehingga perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa
terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat
(stakeholder) (Hasibuan, 2001).
2.1.2 Teori Agensi (AgencyTheory)
Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan
biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba bersih rendah
atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan
manajemen (salah satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di
mata masyarakat). Kemudian, sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer
sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal, dalam
hal ini adalah pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan.
7
2.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti (Tahun) Alat Analisis Variabel Penelitian
Ira (2013) Regresi Berganda
(Multiple
Regression)
Variabel
Independen: Size,
profitabilitas, ukuran
Peusahaan, leverage
Variabel dependen: CSR
Eka Nanda (2011) Regresi Berganda
(Multiple
Regression)
Variabel Independen:
Dewan Komisaris, Size,
profitabilitas, ukuran
perusahaan,
Kepemilikaan saham
Asing, Kepemilikan
saham publik
Variabel dependen: CSR
2.3 Kerangka Pemikiran
Menurut Hamid (2007), kerangka pemikiran merupakan sintesa dari
serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya
merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau
alternatif solusi dari serangkaian masalah yang di tetapkan. Kerangka berpikir ini
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah tipe
industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage yang mempengaruhi
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Berikut ini merupakan
gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini.
8
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Adanya Kerusakan Lingkungan Akibat
aktivitas suatu perusahaan, oleh karena itu
dikebangkan Corporate Social
Responsibility
Basic Teori:
Teori Stakeholder dan Teori Agency
Variabel Independen Variabel Dependen
Ukuran Dewan komisaris (X1)
Tipe Industri (X2) CSR (Y)
Ukuran Perusahaan (X3)
Profitabilitas (X4)
Metode Analisis Berganda : Uji
Descriptive Statistik, Uji Asumsi
Klasik, Pengujian Hipotesis.
9
2.1.4 Perumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini karekteristik perusahaan yang mempengaruhi
pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan, yaitu: ukuran dewan
komisaris, tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas.
2.4.1 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan wakil shareholder dalam entitas bisnis yang
berbadan hukum perseroan terbatas (PT) yang berfungsi mengawasi pengelolaan
perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung-jawab
Ukuran Dewan Komisaris Tipe Industri Ukuran Perusahaan Profitabilitas
Corporate Social Resposibility Disclosure (CSRD) untuk menentukan apakah
manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan
menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002). Dengan
wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang
cukup kuat untuk menekan manajemen agar mengungkapkan informasi CSR
lebih banyak, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran
dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan CSR.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
H1: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR.
Hasil Pengujian Dan Pembahasan
Penutup : Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
10
2.4.1 Tipe Industri (Industri High-Profile dan Low-Profile)
Banyak para peneliti akuntansi sosial, meneliti mengenai tipe industri yang
diidentifikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Para
peneliti mengklasifikasikan tipe industri menjadi dua jenis yaitu tipe industri high-
profile dan tipe industri low-profile. Robert (1992) dalam Hackston and Milne
(1996: 87) mendefinisikan bahwa high-profile companies sebagai perusahaan
yang memiliki consumer visibility, tingkat risiko politik dan tingkat kompetisi
yang tinggi, sedangkan low-profile companies sebaliknya. Industri yang high-
profile diyakini melakukan pengungkapan sosial yang lebih banyak daripada
industri yang low-profile. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Tipe industri berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR.
2.4.3 Ukuran perusahaan (Corporate size)
Menurut Belkaoui, (1989) dalam Hackston dan Milne, (1996) menyatakan
bahwa ada beberapa penelitian empiris telah banyak menyediakan bukti mengenai
hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan sosial perusahaan.
Perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti oleh masyarakat luas,
sehingga dengan adanya pengungkapan yang lebih banyak oleh entitas bisnis
maka merupakan bagian dari pengurangan biaya tekanan politis sebagai wujud
tanggung jawab sosial entitas. Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas
dari tekanan, dan perusahaan besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang
lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang
memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas (Cowen et al., 1987 dalam
Sembiring, 2005). Hal ini berarti program tanggung jawab sosial perusahaan juga
semakin banyak dan akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Oleh karena itu
perusahaan yang lebih besar lebih dituntut untuk
memperlihatkan/mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Penelitian ini,
menggunakan total aktiva (total asset) yang dimiliki perusahaan sebagai proksi
11
dari ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Berdasarkan uraian di atas,
maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
CSR.
2.4.4 Profitabilitas (Profitability)
Profitabilitas merupakan kemampuan entitas bisnis untuk menghasilkan
laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Menurut Heinze (1976)
dalam Hackston dan Milne (1996) menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan
faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk
mengungkapkan pertanggung-jawaban sosial kepada pemegang saham, sehingga
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
H4: Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif terhadap luas
pengungkapan CSR.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yakni
annual report dan laporan keuangan perusahaan tahun 2011 dan 2012. Metode
pengambilan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu penggunaan
data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada. Data dalam penelitian
ini berasal dari situs IDX (Indonesia Stock Exchanges) yang dimiliki oleh website
BEI, yakni www.idx.co.id.
Untuk metode pengambilan sampel, yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling. Hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan
keseluruhan populasi penelitian yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian
yang sudah ditentukan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini dilakukan dua tahun pengamatan berdasarkan laporan
tahunan (annual report) perusahaan, yakni tahun 2011 dan 2012 untuk
mengetahui perkembangan perusahaan-perusahaan lebih dari satu perusahaan
sebagai obyek penelitian yang telah memenuhi kriteria penelitian yang sudah
ditentukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari annual report dan laporan keuangan tahunan perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2011 dan 2012. Data
sekunder tersebut diperoleh melalui situs IDX (Indonesia Stock Exchanges) yang
dimiliki oleh website BEI. Alasan peneliti menggunakan data sekunder adalah
karena data sekunder lebih mudah diperoleh, biayanya lebih murah, sudah ada
penelitian dengan jenis data ini, serta lebih dapat dipercaya keabsahannya karena
laporan keuangannya telah diaudit oleh akuntan publik.
13
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar
(listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan 2012. Periode 2 tahun
dipilih karena merupakan data terbaru yang bisa diperoleh dan diharapkan dengan
periode waktu 2 tahun akan diperoleh hasil yang baik dalam menjelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR (Fahrizqi, 2010). Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling (BEI 2011 dan 2012). Sampel dipilih melalui metode
purposive sampling yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif
diperdagangkan selama tahun 2011 dan 2012.
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan tahunan (annual report) lengkap
untuk periode 2011 dan 2012.
3. Perusahaan tersebut menyediakan informasi yang lengkap mengenai profil
dewan komisaris, dan pelaksanaan CSR.
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini menganalisis secara empiris mengenai pengaruh
karakteristik perusahaan dan regulasi pemerintah terhadap tingkat pengungkapan
CSR pada Laporan Tahunan perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengujian atas hipotesis-hipotesis yang telah diajukan. Pengujian hipotesis
dilakukan menurut metode penelitian dan analisis yang dirancang sesuai dengan
variabel-variabel yang diteliti agar mendapatkan hasil yang akurat.
3.1.1 Variabel Terikat (Dependen)
14
Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah tingkat
pengungkapan CSR yang diukur menggunakan Corporate Social Responsibility
Index (CSRI). Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian
ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Darwin (2004), yang
mengelompokkan informasi CSR ke dalam tiga kategori, yaitu: aspek kinerja
ekonomi, aspek kinerja lingkungan, dan aspek kinerja sosial. Aspek kinerja sosial
dibagi menjadi empat kategori, antara lain: praktek kinerja, hak manusia, sosial,
dan tanggung jawab terhadap produk. Menurut Darwin (2004) dalam Anggraini
(2006), kategori informasi Sustainability Reporting menjadi dasar yang digunakan
untuk mengukur pengungkapan Corporate Social Responsibility Index (CSRI)
sebagai berikut:
KE : Kinerja Ekonomi
KL : Kinerja Lingkungan
PK : Praktik Kerja
HM : Hak Asasi Manusia
Sos : Sosial
TP : Tanggung jawab Terhadap Produk
Pengukuran CSRI mengacu pada penelitian Haniffa et al. (2005) dalam Sayekti
dan Wondabio (2007), yaitu dengan menggunakan content analysis dalam
mengukur variety dari CSRI. Pendekatan ini pada dasarnya menggunakan
pendekatan dikotomi, yaitu setiap kategori informasi pengungkapan CSR dalam
instrumen penelitian diberi skor 1 jika kategori informasi yang diungkapkan ada
dalam laporan tahunan, dan nilai 0 jika kategori informasi tidak diungkapkan di
dalam laporan tahunan. Selanjutnya, skor dari setiap kategori informasi
Sustainability Reporting dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk
setiap perusahaan.
15
Pengukuran dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Σ Xky= CSRIy
6
Keterangan:
CSRIy : Corporate Social Responsibility Indeks perusahaan y,
Σ Xky : Dummy variable: 1 = jika kategori Sustainability Reporting k
diungkapkan; 0 = jika kategori Sustainability Reporting k tidak diungkapkan.
3.1.2 Variabel Bebas (Independen)
3.1.2.1 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris (UDK) yang dimaksud di sini adalah banyaknya jumlah
anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris
dalam penelitian ini adalah konsisten dengan Sembiring (2005) yaitu dilihat dari
banyaknya jumlah anggota dewan komisaris perusahaan. Pengukuran dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
UDK = Σ Dewan Komisaris Perusahaan (3.2)
3.1.2.2 Tipe Industri (Industry Type)
Tipe industri diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu pemberian skor
1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile, dan skor 0 untuk
perusahaan yang termasuk dalam industri low-profile. Kriteria untuk menentukan
perusahaan termasuk high-profile dan low-profile digunakan pengelompokan
menurut Roberts (1992), Preston (1977) dan Patten (1991) dalam Hakston &
Milne (1996). Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri migas,
kehutanan, pertanian, pertambangan, perikanan, kimia, otomotif, barang
konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi, plastik, dan konstruksi sebagai
industri yang high-profile.
16
3.1.2.3 Ukuran perusahaan (Corporate size)
Ukuran perusahaan diukur dari total aset yang dimiliki perusahaan yang diperoleh
dari laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2008 dan 2009. Size perusahaan
yang diukur dengan total aset akan ditransformasikan dalam logaritma untuk
menyamakan dengan variabel lain karena total aset perusahaan nilainya relatif
besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam penelitian ini.
SIZE = log (nilai buku total aset) (3.3)
3.1.2.4 Profitabilitas (Profitability)
Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham (Fahrizqi, 2010).
Profitabilitas perusahaan diukur dengan Return On Asset (Belkaoui dan Karpik,
1989; Heckston dan Milne, 1996). Return On asset (ROA) merupakan ukuran
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya. Untuk mengukur ROA dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Return On Asset = Laba Bersih setelah Pajak
Total Aset
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Uji Asumsi Klasik
17
3.4.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini ada
2 cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2009). Alat uji yang digunakan
adalah dengan analisis grafik histogram dan grafik normal probability plot dan uji
statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S). Dasar pengambilan
keputusan dengan analisis grafik normal probability plot adalah (Ghozali, 2009):
1. Jika titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika titik menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-
Sample K-S) adalah (Ghozali, 2009):
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti data residual terdistribusi tidak normal.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti data residual terdistribusi normal.
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2009).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat
dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran
ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
18
Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cutoff
yang umum dipakai untuk emnunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
3.5.1.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
penelitian ini menggunakan metode uji Durbin-Watson (DW test).
Metode Durbin-Watson menggunakan titik kritis yaitu batas bawah dl dan batas
atas du. H0 diterima jika nilai Durbin-Watson lebih besar dari batas atas nilai
Durbin-Watson pada tabel. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi dengan menggunakan tabel Durbin-Watson (Ghozali, 2009):
1. Jika du < d < 4 – du, maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
2. Jika 0 < d < dl, maka tidak ada autokorelasi positif.
3. Jika dl ≤ d ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif.
4. Jika 4 – dl < d < 4, maka tidak ada korelasi negatif.
5. Jika 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl, maka tidak ada korelasi negatif.
Berdasarkan DW test yang telah dilakukan, nilai DW model regresi memenuhi
syarat 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl yang berarti H0 tidak ada korelasi negatif.
Keputusan yang diambil terhadap syarat tersebut adalah tidak ada keputusan.
Dikarenakan pengujian autokorelasi menggunakan DW test belum menghasilkan
19
keputusan maka dilakukan pengujian berikutnya yaitu Run test untuk mendeteksi
ada tidaknya autokorelasi.
Run test merupakan bagian dari statistik non-parametik dapat pula digunakan
untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah
acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi
secara random atau tidak (sistematis). Dasar pengambilan keputusan uji statistik
dengan Run test adalah (Ghozali, 2009):
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti data residual terjadi secara tidak random (sistematis).
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti data residual terjadi secara random (acak).
3.5.1.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Ghozali, 2009). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat
melalui hasil uji statistik.
3. PENGUJIAN HIPOTESIS
Menurut Kuncoro (2001), pengujian hipotesis digunakan untuk mengukur
ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir aktual secara statistik hal ini
dapat diukur dari koefisien determinasi (R2), uji statistik t, uji statistik f, dan
analisis regresi berganda.
3.5.3 Uji koefisien determinasi (R²)
20
Nilai R² digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.5.4 Uji Regresi Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, maka
kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai signifikansi f < 0.05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel
dependen.
2. Apabila nilai signifikansi f > 0.05, maka H0 diterima, artinya ketujuh
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
3.5.5 Uji Regresi Parsial (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi vaiabel
dependen. Dengan tingkat signifikansi 5%, maka kriteria pengujian adalah
sebagai berikut:
1. Bila nilai signifikansi t < 5 %, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel
dependen.
2. Apabila nilai signifikansi t > 5 %, maka H0 diterima, artinya terdapat tidak
ada pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap
variabel dependen.
22
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Diskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar BEI pada tahun 2011-2012. Sampel perusahaan yang berhasil
diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 15 perusahaan dengan total data
30 selama 2 tahun. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Fokus penelitian ini adalah ingin melihat
pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, tipe industri, ukuran perusahaan dan
profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR).
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan
ditampilkan dalam tabel. Berikut tabel yang ditampilkan:
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No. Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 30
2 Annual Report tahun 2011 2012 30
2. Diskripsi Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive
sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini merupakan perusahaan
yang memiliki kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel
dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, seperti item pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR) yang diterbitkan dalam annual report, jumlah asset, jumlah
liabilities, dan jumlah laba bersih dalam laporan keuangan perusahaan.
Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam
penelitian ini:
Tabel 4.2
Nama Perusahaan Hasil Observasi
23
No NAMA PERUSAHAAN Emiten
1 PT ALASAKA INDUSTRINDO, Tbk ALKA
2 PT ASTRA OTOPARTS, Tbk AUTO
3 PT GUDANG GARAM, Tbk GGRM
4 PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk ICBP
5 PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk KAEF
6 PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk TOTO
7 PT SEMEN INDONESIA (PERSERO), Tbk SMCB
8 PT HOLCIM INDONESIA, Tbk SMGR
9 PT INDO ACIDATAMA Tbk SRSN
10 PT UNILEVER INDONESIA TBK UNVR
11 PT INTANWIJAYA INTERNASIONAL Tbk INCI
12 PT INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL
Tbk
IMAS
13 PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk AISA
14 PT AKASHA WIRA INTERNATIONAL Tbk ADES
15 PT MAYORA INDAH Tbk MYOR
3. Hasil Uji Analisis Data
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda (multiple regression). Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh Ukuran
Dewan Komisaris, tipe industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
4.1 Hasil Descriptive
Berdasarkan hasil uji Normalitas diperoleh sebanyak 30 data observasi
yang berasal dari jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sampel yang berjumlah 30 yang memiliki data yang lengkap untuk
24
kepentingan penelitian. Alat uji yang digunakan adalah dengan analisis grafik
histogram dan grafik normal probability plot dan uji statistik dengan
Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S).
a. Uji Descriptive statistik
Tabel 4.3
Hasil grafik Histogram
Dari gambar histogram dapat dilihat bahwa kurva histogram membentuk
seperti gunung atau lonceng, sehingga dapat dikatakan data terdistribusi
dengan normal.
b. Uji normal probavility Plot
Tabel 4.3
25
Grafik Q-Q Plot tersebut menggambarkan bahwa grafik normal
probability garis observasi mendekati atau menyentuh garis diagonalnya
yang berarti nilai residual berdistribusi normal.
4.2 Uji Normalitas
Hasil uji normalitas juga bisa dilihat dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut.
c. Uji Kolmogorov Smirnov
Tabel 3.4
26
Hasil uji normalitas dalam kajian penelitian ini menggunakan uji One-
Sample Kolmogrov Smirnov. Terlihat bahwa nilai K-S sebesar 0,638 dengan nilai
signifikansi diatas 0,05 yang berarti nilai residual terdistribusi secara normal atau
memenuhi asumsi klasik.
4.2 Hasil Asumsi Klasik
Tahapan dalam pengujian regresi berganda menggunakan beberapa uji
asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi: uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi yang secara rinci dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hasil Uji Multikoloniearitas
Berikut ini disajikan hasil uji multikoloniearitas yang dapat dilihat pada
tabel 4.5 di halaman selanjutnya.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikoloniearitas
27
Tampilan output SPSS dari tabel 4.5 menunjukkan VIF dan tolerance
mengindikasikan tidak terdapat multikoloniearitas dalam variabel. Hal ini terlihat
pada nilai VIF tidak ada yang melebihi 10 dan nilai tolerance tidak ada yang
kurang dari 0,10.
a. Uji Autokorelasi
Berikut ini disajikan hasil uji untuk autokorelasi yang dapat dilihat pada
gambar 4.2 dibawah ini.
Gambar 4.2
Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel 4.7 diatas terlihat angka Durbin Watson sebesar 1.002. Karena
nilai DW terkisar antara 1,55 sampai 2,46, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi di atas terdapat masalah autokorelasi.
b. Uji Heterokedastisistas
28
Berikut ini disajikan hasil uji untuk heterokedastisitas yang dapat dilihat pada
gambar 4.3 dibawah ini.
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.2 dari grafik scatterplots di atas terlihat bahwa titik-titik membentuk
garis dan menyempit. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi
heteroskedastisitas.
4.1 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien korelasi (R) menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Sedangkan penggunaan adjusted R2 (Adj R2), atau koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, untuk melihat seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen bila dibandingkan dengan R2. Berikut
ini disajikan hasil uji Adj R2 penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
29
Hasil Adj R2
Tabel 4.8 di menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai
sebesar 0,508 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen adalah cukup kuat karena memiliki nila R > 0,5. Adapun nilai Adj
R2 sebesar 0,139 menunjukkan bahwa hanya sebesar 13,9% variasi variabel dependen
(Corporate Social Responsibility) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen (Ukuran Perusahaan, Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Return
On Asset) dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya yang sebesar 86,1% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian yang mungkin dapat
mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) seperti kinerja
lingkungan, kinerja manajerial, dan kepemilikan saham.
b. Hasil Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual (parsial) yaitu tipe industri, ukuran perusahaan,
profitabilitas dan Dewan Komisaris dalam menerangkan variabel dependen yaitu
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Signifikansi model regresi
pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai sig. yang ada di tabel 4.9 di halaman
selanjutnya.
Tabel 4.9
30
Hasil Uji t
Berdasarkan pada hasil analisis data diperoleh persamaan model regresi sebagai
berikut: CSRD = 0,030 - 0,008X1 - 0,056X2 + 0,016X3 - 0,173X4 + ε Berdasarkan
pengujian regresi berganda (multiple regression) sebagaimana telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam empat bagian. Bagian pertama
membahas pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (UDK) terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) (H1). Bagian kedua membahas pengaruh tipe
industri (TYPE) terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (H2).
Bagian ketiga membahas pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (H3). Bagian keempat
membahas pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) (H4). Dari keempat variabel independen yang dimasukkan
dalam model dengan signifikansi lebih dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel
UDK, TYPE, SIZE, ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Berikut ini disajikan hasil uji F penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai
berikut:
Tabel 4.10
31
Hasil Uji F
Tabel 4.10 Dari Output diperoleh nilai F hitung sebesar 2,170 dengan nilai sig.
sebesar 0,102. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility karena nilai
sig. > 0,05. F hitung < F Tabel (2,170 < 3,385) dan Signifikansi >0,05 (0,102 >
0,05), maka dapat disimpulkan bahwa UDK, TYPE, SIZE, dan ROA tidak
berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility (CSR).
4. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
1) Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (UDK) terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility (H1).
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa variabel tipe industri berpengaruh
negativ tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari Koefisien regresi negativ UDK
adalah sebesar 0,008 dengan nilai t hitung sebesar -1,014 dan nilai sig. sebesar
32
0,320. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi > 0,05 yang berarti
berpengaruh negativ tidak signifikan terhadap CSR, berarti perbedaan tipe industri
tidak mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility, sehingga
hipotesis ke-1 tidak berhasil didukung. Hasil penelitian ini
1) Pengaruh tipe industri (TYPE) terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility (H1).
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa variabel tipe industri berpengaruh
negativ tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari Koefisien regresi negative
adalah sebesar -0,056 dengan nilai t hitung sebesar -1,616 dan nilai sig. sebesar
0,119. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi > 0,05 yang berarti
berpengaruh negativ tidak signifikan terhadap CSR, berarti perbedaan tipe industri
tidak mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility, sehingga
hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ira Robiah
Adawiyah (2013) yang juga memberikan hasil yang signifikan. Jumlah sampel
(perusahaan) yang tidak berimbang antara perusahaan high profile dan low profile
menjadi alasan temuan ini. Jumlah perusahaan low profile yang hanya 3
perusahaan berbanding dengan perusahaan tipe high profile yang berjumlah 12
perusahaan sehingga mengurangi optimalisasi hasil penelitian. Artinya sampel
tersebut kurang dapat mendukung penelitian ini. Alasan lainnya berdasarkan teori
stakeholder sebuah perusahaan harus mampu untuk memberikan manfaat bagi
stakeholdernya karena keberadaan sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh stakeholdernya. Manfaat tersebut dapat diberikan
dengan cara menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR)
Sehingga baik perusahaan tipe high profile dan low profile sama-sama akan
berusaha memberikan pengungkapan Corporate Social Responsibility sesuai yang
dibutuhkan oleh masyarakat terutama oleh investor. Oleh karena itu, tipe industri
tidak mempengaruhi besar kecilnya pengungkapan Corporate Social
Responsibility.
33
2) Pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility (H2).
Variabel SIZE menunjukkan koefisien regresi positif 0,016 dengan nilai
t hitung sebesar 0,877 nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,119. Hal ini berarti
tingkat signifikansinya jauh diatas 0,05, sehingga hipotesis ke-3 tidak berhasil
didukung. Nilai ini membuktikan anggapan bahwa tanggung jawab sosial tidak
dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, dimana perusahaan besar belum tentu
mengungkapkan informasi yang lebih luas. Besar kecilnya perusahaan atau
berapapun asset yang dimiliki perusahaan tidak akan menurunkan atau
meningkatkan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan.
3) Pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility (H3).
Variabel ROA menunjukkan koefisien regresi positive sebesar -0,173
dengan nilai t hitung sebesar -2,039 nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,052.
Hal ini berarti tingkat signifikansinya diatas 0,05, sehingga hipotesis ke-4 tidak
berhasil didukung. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mempunyai
profitabilitas tinggi belum tentu lebih banyak melakukan aktivitas sosial karena
perusahaan lebih berorientasi pada laba semata. Hasil penelitian ini tidak
mendukung teori yang menyatakan bahwa dengan adanya laba yang tinggi maka
manajemen akan melakukan pengungkapan sosial yang luas.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan penelitian ini dapat ditemukan bukti empiris tentang pengaruh
Ukuran Dewan Komisaris, tipe industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dilihat dari annual
report dan laporan keuangan perusahaan go public di bursa efek Indonesia (BEI).
Data sampel sebanyak 15 perusahaan dengan total data 30 selama 2 tahun yang
menerbitkan annual report dan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011
sampai dengan tahun 2012. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap corporate Social Responsibility
2. Variabel tipe industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility.
3. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
4. Variabel profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility.
B. Keterbatasan
Dalam Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya yaitu
sebagai berikut:
1. Kurangnya jumlah sampel ysng di ujikan
2. Kurangnya variabel yang di uji sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
35
C. Saran
Diharapkan penelitian tentang Corporate Social Responsibilty (CSR) yang
akan datang bisa lebih baik, dengan mempertimbangkan saran dibawah
ini:
1. Tidak hanya menggunakan data sekunder namun juga data primer.
2. Menambahkan jumlah sampel sehingga hasil yang diperoleh akan
lebih menjelaskan gambaran kondisi yang sesungguhnya.
3. Menambahkan beberapa variabel lain sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR),
seperti ukuran, kepemilikan saham, kinerja lingkungan dan kinerja
manajerial.
36
DAFTAR PUSTAKA
Data Laporan Tahunan Perusahaan. 2011-2012. Diakses pada 19 Desember 2013.
www.idx.co.id
Adawiah, Ira Robiah. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan
Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility: (Studi
Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
Periode 2008-2012). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Putra, eka nanda, pengaruh karakteristik perusahaan terhadap Pengungkapan
corporate social responsibility (csr). Universitas Diponegoro Semarang
Priyatno, Dwi.2009.Belajar Olah Data Dengan SPSS 17.Ygyakarta.CV Andi
Offset
Daftar Perusahaan Emiten Manufaktur Listing di BEI 2012 2013. Diakses Pada
29 Desember 2013.Amrkimi.htm.
Corporate Social Responsibility.2013.Diakses Pada 29 Desember 2013.
http://id.m.wikipedia.org
Dewan Komisaris. Diakses Pada 29 Desember 2013. http://m.wikipedia.org
37
Lampiran
Pengungkapan CSR
Nama Skor CSR
ALKA 1 0,166667
1 0,166667
AUTO 0 0
0 0
GGRM 1 0,166667
1 0,166667
ICBP 0 0
0 0
KAEF 1 0,166667
1 0,166667
TOTO 1 0,166667
1 0,166667
SMCB 1 0,166667
1 0,166667
SMGR 1 0,166667
1 0,166667
SRSN 1 0,166667
1 0,166667
UNVR 1 0,166667
1 0,166667
INCI 1 0,166667
1 0,166667
IMAS 1 0,166667
1 0,166667
AISA 1 0,166667
1 0,166667
ADES 0 0
0 0
MYOR 0 0
0 0
38
Tabulasi Pengumpulan Data
NAMA
PRSAHAAN CSR
DEWAN
KOMISARIS
TIPE
INDUSTRI
UKURAN
PERUSAHAAN
PROFITABILITAS
(LABA ST. PJK)
UKURAN
PERUSAHAAN ROA
ALKA D 4 LP
147.882.362.000
5.122.929.000 11
0,035
ALKA D 4 LP
258.483.778.000
9.969.564.000 11
0,039
AUTO TD 9 HP
8.881.642.000.000
1.135.914.000.000 13
0,128
AUTO TD 9 HP
6.964.227.000.000
1.101.583.000.000 13
0,158
GGRM D 4 HP
41.509.325.000.000
4.068.711.000.000 14
0,098
GGRM D 4 HP
39.088.705.000.000
4.958.102.000.000 14
0,127
ICBP TD 8 HP
17.753.480.000.000
2.282.371.000.000 13
0,129
ICBP TD 8
HP
15.222.857.000.000 2.066.365.000.000 13
0,136
KAEF D 5 HP
2.076.347.580.785
205.763.997.378 12
0,099
KAEF D 5
HP
1.794.399.675.018 171.763.175.754 12
0,096
TOTO D 4 HP
1.522.663.914.388
235.945.643.357 12
0,155
TOTO D 4 HP
1.339.570.029.820
218.124.016.284 12
0,163
SMCB D 6 LP
12.168.517.000.000
1.350.791.000.000 13
0,111
SMCB D 6 LP
10.950.501.000.000
1.063.560.000.000 13
0,097
SMGR D 6 LP
26.579.083.786.000
4.926.639.847.000 13
0,185
SMGR D 6 LP
19.661.602.767.000
3.955.272.512.000 13
0,201
SRSN D 9 HP
402.108.960.000
16.956.040.000 12
0,042
SRSN D 9 HP
361.182.183.000
23.987.816.000 12
0,066
UNVR D 5 HP
11.912.710.000.000
4.805.642.000.000 13
0,403
UNVR D 5 HP
10.436.176.000.000
4.160.209.000.000 13
0,399
INCI D 3 HP
132.278.839.079
4.443.840.864 11
0,034
INCI D 3 HP
125.184.677.577
(17.169.761.427) 11
(0,137)
IMAS D 7 HP
17.577.664.024.361
899.090.885.530 13
0,051
IMAS D 7 HP
12.905.429.951.184
970.891.331.743 13
0,075
AISA D 5 HP
1.544.940.000.000
253.664.000.000
12
0,164
AISA D 5 HP
1.726.581.000.000
149.951.000.000
12
0,087
ADES TD 3 HP
389.094.000.000
83.376.000.000
12
0,214