mini project bab 1
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator keberhasilan program kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010
apabila tercapai penurunan angka kematian ibu dan balita serta tercapainya perbaikan gizi
keluarga (Depkes RI, 2005). Sasaran yang menjadi prioritas utama adalah golongan rawan
gizi seperti ibu hamil yang mengalami KEK (Kurang Energi Kronik) dan Anemia Gizi
(Husaini,1998). Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi
pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena
pertumbuhan dan perkembangan anak sangat ditentukan oleh kondisi saat janin dalam
kandungan. Berat bayi lahir yang normal menjadi titik awal yang baik bagi proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya. Berat bayi lahir normal akan mampu
menurunkan risiko menderita penyakit degenerative di usia dewasa. Bayi dengan berat
lahir normal terbukti memiliki kualitas fisik, intelegensia maupun mental yang lebih baik
dibanding bayi dengan berat lahir kurang, sebaliknya bayi dengan berat badan lahir
rendah akan mengalami hambatan dan kemunduran fungsi intelektualnya (Husaini,
1998;25). Bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dimasa dewasanya akan
mempunyai risiko terkena penyakit jantung koroner, diabetes, stroke dan hipertensi,
bahkan menurut hasil penelitian Thompson dkk di Southampton (2001:36) mengenai birth
weight and the risk of depressive in late life, bayi BBLR akan memiliki risiko untuk
mengalami depresi mental. Banyaknya kasus ibu hamil menderita KEK dan anemia,
kejadian BBLR masih cukup tinggi. Maka upaya perbaikan gizi pada ibu selama
kehamilan sangat penting untuk menurunkan angka kejadian BBLR.
Status gizi ibu hamil dapat diukur secara antropometri/pengukuran komposisi tubuh
dengan mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas), disebut KEK bila LILA kurang dari 23,5
cm. LILA merupakan faktor dominan terhadap risiko terjadinya BBLR dengan odd ratio
sebesar 8,24 (Budijanto dan Didik, 2000;40). Menurut Surtiati,E (2009;80) faktor yang
berhubungan dengan kejadian BBLR adalah; usia kehamilan, usia ibu, peningkatan berat
badan selama kehamilan. Peningkatan berat badan selama kehamilan kurang dari 10 Kg
berisiko bayinya BBLR ketika lahir sebesar 3,12 kali. Ibu hamil dengan anemia berisiko
bayinya BBLR ketika dilahirkan sebesar 10,3 kali. Sedangkan faktor paritas ibu, ukuran
LILA dan penyakit tidak memiliki kontribusi terjadinya BBLR pada bayi yang dilahirkan.
Angka kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2003 sekitar 14 % (Sjahmien M,
2003:20), dan tahun 2010 berdasarkan hasil RISKESDAS 2010 sebesar 11.1%
(Kemenkes RI,2010). Prevalensi AKB di Indonesia tahun 2003 sekitar 35 per seribu
kelahiran hidup dan angka kematian neonatal sekitar 25 per seribu kelahiran hidup, 50%
dari kematian neonatal terjadi karena BBLR (Suryatni, 2004).
Dampak dari kurangnya pemeliharaan kesehatan ibu hamil tidak saja
menimbulkan kerugian bagi ibu hamil tetapi juga berpengaruh buruk pada bayi yang akan
dilahirkan. Bagi ibu kurangnya perawatan antenatal menimbulkan resiko tinggi bagi
kehamilannya dan tidak segera terdeteksi. Perdarahan, infeksi, eklamsia, anemia dan
kurang gizi menjadi problem utama ibu hamil. Bagi anak akan berdampak pada gangguan
pertumbuhan sel-sel janin yang nantinya menjadi penyulit bayi baru lahir yaitu; BBLR,
asfiksia, infeksi dan tetanus neonatorum.
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama
masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan
pada buku pedoman pelayanan antenatal bagi petugas Puskesmas (Depkes RI, 1997;14).
Tujuan pelayanan antenatal untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai
(Saifuddin, dkk, 2000:6). Wiknjosastro (1994154) menyatakan bahwa selama pelayanan
antenatal harus diusahakan agar: 1) wanita hamil dari awal kehamilan sampai menjelang
persalinan harus sehat, 2) adanya kelainan fisik atau psikologis harus dideteksi dan
diobati, 3) wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik dan
mental.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan.
Asuhan standar pelayanan antenatal minimal “7T” yaitu; timbang berat badan, ukur
tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, pemberian
tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular
seksual, dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, dkk, 2000;90).
Asuhan standar pelayanan antenatal minimal ini sesuai dengan program Making
Pregnancy Safer (MPS), yaitu harapan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan,
persalinan dan nifas ke tenaga kesehatan yang terlatih yaitu profesi kesehatan yang
terakreditasi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah “ Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan
Pengukuran LILA dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah Wilayah Kerja Puskesmas
Pringin ”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengaruh status gizi
ibu hamil terhadap berat badan bayi lahir di wilayah kerja Puskesmas Paringin,
Balangan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diketahuinya factor dominan yang mempengaruhi berat bayi lahir, secara
teoritis dapat digunakan untuk pengembangan teori perilaku kesehatan utamanya
perilaku ibu hamil dalam pemanfaatan fasilitas tenaga dan sarana kesehatan untuk
pemeriksaan antenatal.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini bisa digunakan untuk evaluasi pelayanan antenatal
dan pemberian layanan prioritas disamping standar layanan minimal yang diberikan
petugas kesehatan untuk memperoleh outcome kehamilan yang normal.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian sebelumnya seperti yang sudah
dilakukan oleh Sulistywati dkk (2008;3) yang melakukan penelitian tentang hubungan
antara kunjungan ANC dengan kejadian Berat Bayi Lahir yang dilakukan di Kecamatan
Gemarang Kabuapten Madiun. Kesamaan dalam penelitian ini adalah pada proses
pengukuran variable berat bayi lahir. Penelitian lain yang serupa juga telah dilakukan oleh
Sunarto,dkk (2010;3) tentang analisis hubungan ANC (dengan prediktor umur ibu, status
gizi, dan kunjungan ANC) dengan berat bayi lahir di kabupaten Magetan. Berdasarkan
saran dalam penelitian tersebut penelitian ini mencoba menganalisis hubungan antara
ANC (dengan prediktor status gizi ibu hamil,kadar Hb dan peningkatan berat badan)
dengan berat bayi lahir.Jadi dalam penelitian ini yang sama adalah pengukuran variable
status gizi dan pengukuran variable berat bayi lahir. Sedangkan yang berbeda dalam
penelitian ini tidaak dilakukan pengukuran umur kehamilan, kemudian melakukan
pengukuran Hb ibu hamil serta kenaikan berat badan ibu hamil.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini memuat uraian secara sistematis tentang hasil-
hasil penelitian terdahulu dan juga menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian ini. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini dipakai dalam mendasari penelitian yang
akan dilakukan.Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang ;
A. Landasan Teori
1. Berat Bayi Lahir
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu
dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3000 gr dan
panjang badan sekitar 50 cm (Pudjiadi S, 2003:11). Secara umum berat bayi lahir yang
normal antara 3000 gr-4000 gr, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan
berat badan lahir rendah (BBLR). Menurut Jumiarni (1995:75), BBLR adalah
neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr. Dahulu
bayi ini dikatakan premature, kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau
berat badan lahir rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya premature
atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan.
Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dikategorikan tiga kelompok yaitu;
1) bayi kurang bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari), 2) bayi cukup bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259-293 hari), dan 3) bayi lebih bulan yaitu bayi dengan masa
kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (Jumiarni, 1995:74).
Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dikategorikan menjadi
dua golongan yaitu prematur dan dismatur. Dikatakan prematur bila neonatus dengan
usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan
berat badan untuk masa kehamilan, atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan. Penyebab premature berasal dari faktor ibu, faktor janin dan faktor
lingkungan. Sedangkan dismatur atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal
ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Organisasi Kesehatan Sedunia memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR
di Negara berkembang pada tahun 2000 sebesar 13-38%, sedangkan laporan untuk di
Indonesia pada tahun yang sama sebesar 14% dari seluruh kelahiran hidup (Sjahmien
M, 2003:40).
2. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu
proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi berat bayi lahir menurut Kardjati (1985:21) antara lain sebagai berikut
:
a. Faktor Lingkungan Internal
Yang termasuk faktor lingkungan internal antara lain; umur ibu, jarak kelahiran,
paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, dan penyakit penyerta saat
kehamilan.
b. Faktor Lingkungan Eksternal
Yang tergolong dalam faktor lingkungan eksternal antara lain; kondisi sosial
ekonomi, asupan zat gizi, pola makan dan kondisi lingkungan (kemiskinan,
pengangguran, sanitasi lingkungan, air bersih, penyakit endemis di masyarakat).
c. Faktor Penggunaan Sarana Kesehatan
Faktor utama yang mempengaruhi kejadian BBLR dari kelompok ini adalah
frekuensi pemeriksaan kehamilan (ANC).
3. Status Gizi Ibu Hamil
Menurut Almatsier (2001:3) status gizi diartikan “ keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi”. Merujuk pendapat Almatsier
ini maka status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil sangat berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Supariasa (2003:29)
menyatakan bahwa “ status gizi ibu hamil buruk sebelum dan selama kehamilan akan
menyebabkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan otak terhambat, anemia pada bayi
baru lahir, bayi mudah infeksi, risiko abortus tinggi”.
Menurut Sitorus (1999:141) dinyatakan bahwa pemantauan gizi ibu hamil
sangat penting. Ukuran antropometri sangat cocok untuk mengetahui apakah status
gizi ibu hamil buruk, normal atau lebih. Indikator antropometri ini antara lain ukuran
LILA (lingkar lengan atas) dan pertambahan berat badan selama kehamilan.Menurut
Tjokronegoro (1986:27) kenaikan berat badan selama hamil dapat dipakai sebagai
indeks untuk menentukan status gizi ibu hamil. Pertambahan berat badan ibu saat
kehamilan normal berkisar antara 7-12 Kg, dan sebaiknya sebelum mulai hamil
seseorang ibu beratnya tidak kurang dari 40 Kg. LILA dapat dipakai sebagai indikator
ibu hamil mengalami KEK (kekurangan energy kronik) atau tidak. Batasan acuan
LILA ibu hamil adalah 23,5 cm. Bila ukuran kurang dari 23,5 cm dikatakan KEK
(Depkes, 2000:15).
a. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Ukuran antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi
ibu hamil adalah LILA. Tujuan pengukuran LILA adalah : 1) mengetahui risiko
KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil, 2) meningkatkan perhatian
dan kesadaran masyarakat untuk deteksi dini kejadian KEK, 3) Meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, 4) pengelolaan upaya perbaikan gizi keluarga yang
menderita KEK. Apabila deteksi ukuran LILA segera diketahui dan dipantau terus
menerus secara periodik, maka risiko BBLR dapat dihindari.
b. Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan
Pertambahan berat badan ibu selama hamil merupakan pencerminan dari
status gizi ibu hamil. Status gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan ukuran
plasenta lebih kecil sehingga suplay oksigen dan makanan ke janin berkurang.
Akibat suplay dan kebutuhan tidak imbang maka dampaknya pertumbuhan janin
terhambat, hingga terjadi BBLR.
Pada kehamilan trimester I laju pertambahan berat badan belum tampak nyata,
karena pertumbuhan janin belum pesat. Pada kehamilan trimester II pertambahan
berat badan ibu sangat pesat dan merupakan masa kritis terjadinya penurunan
status gizi pada ibu hamil. Pada trimester I pertambahan berat badan kurang dari
satu kilogram. Pada trimester kedua sekitar tiga kilogram, sedangkan pada
trimester ketiga sekitar enam kilogram. Pertambahan berat badan yang sangat pesat
pada trimester II dan III, sebagian besar terjadi karena pertumbuhan janin, plasenta
dan bertambahnya jumlah cairan amnion. Berikut disajikan komponen yang
menyebabkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebagaimana tabel 2.1
berikut :
Tabel 2.1 : Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan
Sumber : WHO nutritional and Pregnancy, Technical Report, Series No.32;1995
4. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
a. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah
Sejak tahun 1961 World Health Organitation (WHO) telah mengganti
istilah premature baby dengan low birth baby (bayi dengan berat badan lahir
rendah/BBLR). Pergantian istilah ini dikarenakan tidak semua bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi premature.
Menurut WHO berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang atau sama dengan 2500 gram (Surasmi,2003:35).
b. Pembagian Berat Badan Lahir Rendah
Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dapat dikategorikan menjadi dua
golongan yaitu
1) Prematuritas Murni
Yaitu bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan berat badan
sesuai dengan masa gestasi.
2) Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK).
Yaitu bayi yang berat badannya kurang dari semestinya yaitu berat badan lahir
dibawah persentil ke-10 dari grafik pertumbuhan (wiknjosastro, 1999:771).
KOMPONENPERTAMBAHAN BERAT BADAN(GRAM) PADA
MINGGUKE-10 KE-20 KE-30 KE-40
FetusPlasentaAmnionUterus
Glandula MammaeDarah IbuLain-Lain
5203013534100326
3001702505851806001915
15004306008103601300350
330065080090040512505195
TOTAL 650 4.000 8.500 12.500
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dengan
mengabaikan penyebabnya dan tanpa memperhatikan umur kehamilan / masa
gestate (Claus,1998:201). Dalam bidang kebidanan dikenal dua macam yaitu;
1) BBLR premature, dimana masa gestasi kurang dari 37 minggu dan, 2) BBLR
dismatur dimana masa gestasi lebih dari atau sama dengan 37 minggu.
Didasarkan pada cara penanganan dan harapan hidup, BBLR dibedakan
menjadi tiga yaitu; 1) bayi berat lahir rendah, yaitu berat lahir 1500-2500 gram,
2) bayi berat lahir sangat rendah, yaitu berat kahir kurang dari 1500 gram dan
3) bayi berat lahir ekstrim rendah, yaitu berat lahir kurang dari 1000 gram.
b. Penyebab Berat Badan Lahir Rendah
Penyebab BBLR sangat kompleks dan umunya tidak hanya satu, oleh
karena itu sulit untuk dilakukan pencegahan. Upaya yang bisa dilakukan adalah
menurunkan prevalensi BBLR dengan memberikan perawatan antenatal yang
standar dan paripurna. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan BBLR antara lain;
usia ibu berisiko, riwayat kehamilan pernah BBLR, ibu hamil dengan anemia, ibu
hamil dengan pre eklamsi, ibu hamil dengan penyakit penyerta, adanya cacat
bawaan dan infeksi dalam kandungan.
Menurut Yayan (2008) faktor risiko BBLR terdiri dari tiga kategori yaitu:
1) Faktor ibu; penyakit, komplikasi pada kehamilan, usia ibu, paritas, merokok,
pecandu alcohol dan pengguna narkoba, 2) faktor janin; bayi premature,
hidramnion, gemelli, dan kelainan kromosom dan 3) Faktor lingkungan; radiasi,
social ekonomi, terpapar zat beracun dan bahan berbahaya lainnya.
Menurut Manuaba (1998:326-327), faktor risiko BBLR antara lain; 1)
faktor ibu; penyakit penyerta kehamilan, usia ibu, jarak kehamilan dan factor
pekerjaan, 2) factor janin meliputi; gemelli, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat
bawaan, infeksi kandungan, isufisiensi plasenta dan inkomtabilitas darah ibu dan
janin, 3) faktor plasenta yaitu; plasenta previa dan solution plasenta.
1. Hubungan antara Kenaikan Berat Badan dengan Berat Bayi Lahir
Bertambahnya berat badan ibu saat kehamilan sangat berarti sekali bagi
kesehatan ibu dan janin. Pada ibu hamil yang mengalami kekurangan energy kronik
(KEK), maka ukuran plasenta menjadi lebih kecil. Dampak yang ditimbulkan ke
janin adalah kekurangan suplai oksigen dan nutrisi. Kekurangan suplai makanan ini
menyebabkan janin mengalami retardasi perkembangan janin dalam kandungan dan
beresiko bayi berat lahir rendah (BBLR) (Samsudin&Tjokronegoro, 1996;24).
Menurut Higgins dalam Pudjiaji (2002:8) dilaporkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara berat badan lahir bayi maupun berat badan ibu, jadi ukuran
antropometri ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan.
Pertambahan berat badan selama kehamilan sangat dipengaruhi oleh jumlah zat
gizi yang dikonsumsi. Faktor lain pola makan, keadaan penyakit penyerta selama
kehamilan juga berpengaruh terhadap pertamahan berat badan selama hamil, karena
hubungannya dengan nafsu makan. Kecukupan akan zat gizi yang dikonsumsi secara
tidak langsung dipengaruhi oleh daya beli masyarakat akan bahan-bahan makanan
pokok. Kemampuan daya beli sangat tergantung oleh faktor penghasilan dan
pendapatan per kapita keluarga per bulan.Akar permasalahan utama dari status gizi
ini pada dasarnya terletak pada kemiskinan.Oleh karena itu faktor social ekonomi
keluarga secara tidak langsung sangat mempengaruhi kenaikan berat badan ibu saat
hamil.
2. Hubungan antara Lingkar Lengan Atas dengan Berat Bayi Lahir
Salah satu cara untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita KEK atau tidak
bisa diketahui dari ukuran lingkar lengan atas (LILA). Bila ukuran LILA kurang dari
23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan menderita KEK atau kurang gizi. Ibu
hamil yang KEK beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Fakta menunjukkan bahwa di Indonesia dari semua WUS sepertiganya (35,65%)
menderita KEK (Depkes RI, 2002:7).
Lingkar lengan atas (LILA) sudah digunakan secara umum untuk
mengidentifikasi kurang gizi pada anak di Negara berkembang, khususnya di
Indonesia juga digunakan untuk menjaring ibu hamil yang berpotensi terhadap
kemungkinan melahirkan bayi berat lahir rendah. Dibanding dengan indicator
antropometri lainnya, LILA paling praktis penggunaannya di lapangan. Beberapa
penelitian merekomendasikan bahwa LILA perlu diteliti lebih lanjut untuk dapat
digunakan dalam memprediksi hasil kehamilan. Indikator antropometri lainnya
berupa tinggi badan, berat badan, pertambahan berat badan telah digunakan sebagai
proksi status kesehatan dan proksi keadaan gizi ibu hamil hubungannya dengan berat
bayi lahir.
Ukuran LILA berfluktuasi dengan bertambah tuanya umur kehamilan. Pada
bulan pertama kehamilan, nilai median untuk LILA adalah 24,0 cm, turun pada bulan
kedua menjadi 23,5 cm, naik pada bulan kelima menjadi 23,9 cm, kemudian turun
kembali pada akhir kehamilan menjadi 23,4 cm, oleh karena perbedaan ukuran LILA
dari median tertinggi dan terendah sebesar 0,6 cm, maka dapat dikatakan bahwa
ukuran LILA relative tidak berubah selama periode kehamilan (Husaini, 1998). Umur
kehamilan empat bulan dipakai untuk mengestimasi cut off point ukuran LILA,
karena pada usia empat bulan ini memiliki hubungan yang kuat pada tingkat 50 th
persentil.
3. Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Berat Bayi Lahir
Status gizi ibu hamil dapat diketahui dengan pengukuran secara laboratorium
terhadap kadar hemoglobin darah. Bila kadar hemoglobin kurang dari 11 gr% maka
ibu hamil tersebut menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menyebabkan
gangguan nutrisi dan oksigenisasi utero plasenta. Keadaan ini dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat
bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah (Soeharyo, 1999).
Penelitian Purdyastuti (1994) di Jakarta menyatakan bahwa status gizi ibu
mempunyai pengaruh terhadap berat bayi lahir. Penelitian serupa juga didukung oleh
Bondevik (2000) di Nepal bahwa anemia berhubungan secara signifikan terhadap
meningkatnya kejadian BBLR.
Kandungan besi dalam tubuh bayi baru lahir cukup bulan adalah 65-90
mg/KgBB terbagi dalam konsentrasi tertinggi pada hemoglobin sekitar 50 mg/KgBB,
cadangan besi dalam bentuk ferritin dalam hati, limpa dan system retikuloendotelial
sekitar 25 mg/KgBB, dan sisanya sekitar 5 mg/KgBB sebagai mioglobin dan besi
jaringan. Kebutuhan besi meningkat pada periode pertumbuhan cepat seperti masa
bayi dan pubertas.
Pada waktu lahir persediaan besi bayi tergantung pada beberapa faktor seperti
status besi ibu, berat badan lahir, dan waktu mengikat tali pusat. Pemotongan tali
pusat terlalu cepat setelah persalinan kala II akan mengurangi kandungan besi sekitar
15-30%, sedang bila ditunda sekitar 3 menit dapat menambah jumlah volume sel
darah merah sekitar 85% (Lubis B, 2008). Status besi ibu sangat tergantung pada
status gizi ibu. Ibu hamil yang menderita KEK, maka cadangan zat besi pada tubuh
ibu berkurang, sehingga kemampuan mengikat oksigen juga berkurang. Dampak
akibat kemampuan sel darah merah mengikat oksigen berkurang maka oksigenisasi
utero plasenta menjadi berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat.
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti,(Setiadi;2007). Gambaran
kerangka konseptual hubungan antara factor status gizi, peningkatan berat badan,
kadar hemoglobin, dengan berat bayi lahir adalah sebagai berikut ;
Gambar:2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara factor status gizi, peningkatan berat badan, kadar hemoglobin, dengan berat bayi lahir
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Fak
tor
Inte
rnal
UMUR
Usia Kehamilan
Penyakit
Status Gizi
Berat Badan
Hb. Ibu Hamil
Fak
tor
Eks
tern
al
Sosial Ekonomi
Sarana Kes.
Kecukupan Nutrisi
Pelayanan Kes.
Kesehatan Bumil
BBL Status Kes.
Berat bayi lahir (BBL) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; faktor lingkungan internal,
faktor lingkungan eksternal dan faktor penggunaan sarana kesehatan. Faktor
lingkungan internal meliputi umur ibu, usia kehamilan, status gizi ibu, penyakit
penyerta kehamilan, paritas dan kadar hemoglobin ibu saat hamil. Sedangkan factor
lingkungan eksternal berkaitan dengan akar masalah kecukupan asupan nutrisi yang
disebabkan karena faktor sosial ekonomi keluarga. Faktor penggunaan sarana
kesehatan lebih menekankan pada frekuensi pemeriksaan kehamilan (ANC).
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian , patokan duga atau dalil
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam suatu penelitian. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah “ Ada hubungan antara factor status gizi, dengan berat
bayi lahir di wilayah kerja Puskesmas Paringin Balangan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Desaian Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian analitik observasional dengan pendekatan desain cross sectional. Yang artinya
variable resiko dan kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur dan dikumpulkan
secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu.
B. Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja penelitian adalah tahapan atau langkah-langkah penelitian yang akan
dilakukan untuk mengumpulkan data yang diteliti untuk mencapai tujuan penelitian.
Gambar:3.1 Kerangka Kerja Penelitian
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo,
2002 :79).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang bersalin di
Populasi:Seluruh ibu hamil yang bersalin di wilayah kerja Puskesmas Paringin Balangan selama bulan Januari-Maret
2015sebanyak
Sampel: Dengan (Teknik total sampling)
Pengumpulan data:Melalui data sekunder registrasi kohort ibu hamil
Pengolahan data Editing,coding,tabulating,analising
Analisis Data: Analisis Univariat dan Bivariat
wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan yang tercatat di buku KIA Ibu
Hamil selama tahun 2010 sebesar 321.
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang bersalin
di wilayah Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan dan tercatat di buku register Bidan
dan memiliki buku KIA selama tahun 2010
Besar Sampel
Besar sampel survey didasarkan pada rumus tersebut dibawah ini(Lameshow,
1990:40)
Nn = -------------- 1+N(d)2
Keterangan n = Jumlah sampelN = Jumlah Populasid = Tingkat signifikansi (p)
Dimana N = 321d = 0,05
Jadi besar sampel penelitian sejumlah =178
3. Teknik Sampling
Untuk memenuhi jumlah sampel minimal sebesar 178 dari total populasi seluruh di
wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan sebanyak 321 menggunakan
teknik simple random sampling. Langkah yang dilakukan peneliti dalam teknik
sampling ini adalah; membuat list daftar nama-nama ibu hamil yang bersalin di dua
wilayah Puskesmas di Poncol untuk data tahun 2010 yang berasal dari buku KIA ibu
hamil. Langkah selanjutnya setelah list daftar nama-nama dibuat, adalah melakukan
undian untuk menentukan sejumlah minimal sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian.
B. Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu.
Variable penelitian ini meliputi :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu
kegiatan stimulasi yang dimanipulasi oleh peneliti, menciptakan suatu dampak pada
variabel dependen. Biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam,
2003:102).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah; LILA, Kenaikan Berat Badan
(BB), Kadar Hemoglobin.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada
tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2003:102). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah : Berat Bayi Lahir (BBL)
C. Definisi Operasional Variabel
Difinisi operasional adalah merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitia (Setiadi;2007)
Tabel :3.1 Definisi Operasional Penelitian
Variable Difinisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Karakteristik Ibu
Umur
Paretas
Umur Kehamilan
Tinggi Badan
Hasil hitungan usia yang didasarakan selisih tanggal pendataan dan tanggal kelahiran yg diperoleh dari buku KIA
Didasarkan dari jumlah anak yg dilahirkan
Penghitungan lama kehamilan sampai pada persalian didasarkan HPHT, dari buku KIA
Hasil pengukuran badan dari telapak kaki sampai ujung kepala dengan meteran
Umur dalam tahun
Aterm, Prematur, Sirutinus
Dihitung dalam Minggu
Dalam centi
meter
Buku KIA
Buku KIA
Buku KIA
Buku KIA
Nominal
Ordinal
Ordinal
Nominal
Reproduksi Sehat20 s/d 35 th)Reproduksi Tidak Sehat< 20 th dan > 35 th.
Primi ParaAnak ke IMultiAnak ke 2-4GrandeAnak >5Prematur <36 mggAterm 36-40 mggSerutinus >40 mgg
Normal > 145 CmTidak Normal < 145 cm
Independen
Status Gizi
Kenaikan Berat Badan.
Kadar Haemoglobin(Hb)
Adalah Ukuran Lingkar Lengan Atas Ibu hamil Trimester III menggunakan LILA meter yang tercatat pada buku KIAAdalah ukuran kenaikan pertambahan berat badan ibu selama hamil yang diperoleh dari catatan kenaikan pertambahan berat badan terakhir saat inpartu pada buku KIA
Adalah kadar hemoglobin ibu hamil trimester III yang diukur menggunakan pemeriksaan hemoglobin metode Sahli yang dilakukan oleh bidan dan tercatat pada buku KIA
Besar Lingkar Lengan Atas.
Selisih berat badan awal dan akir kehamilan.
Kadah Hb Darah
LILA Meter
Timbangan Injak One Med
Hb Meter dari Sahli
Nominal
Nominal
Nominal
KEK:< 23,5 cm
NonKEK:≥23,5 cm
Gizi Kurang :Kenaikan < 7 kgGizi Baik :Kenaikan ≥ 7kg
Anemia : Hb < 11gr%
Tdk Anemia : Hb ≥ 11gr%
Dependen
Berat Bayi Lahir
Adalah ukuran berat badan bayi yang diukur langsung setelah bayi lahir oleh petugas menggunakan timbangan bayi dan tercatat pada buku KIA
Berat Badan Timbangan Rasio
D. Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data ANC yang berupa data status
gizi ibu hamil, kenaikan berat badan dan kadah Hb ibu hamil adalah lembar
pengumpulan data dan Buku KIA serta Regester Kohort Ibu Hamil tahun 2010 di
wilayah kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Data variabel independent berupa
data kejadian Berat Badan Bayi Lahir adalah berupa lembar pengumpulan data dan
Buku Bantu Persalinan serta PWS KIA di wilayah kerja Puskesmas Poncol
Kabupaten Magetan pada tahun 2010.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kecamatan
Poncol Kabupaten Magetan. Pemilihan lokasi ini ditentukan berdasarkan jumlah
BBLR dan jumlah ibu hamil. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan April
2011.
3. Proedur Pengumpulan Data
Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu catatan hasil
pemeriksaan ANC yang ada di buku KIA dan atau buku regester kehamilan dan
persalinan yang ada di wilayah penelitian. Setelah mendapatkan ijin penelitian,
langkah pengumpulan data dimulai dengan melakukan pencatatan data LILA(status
gizi), Berat Badan ibu hamil dan Hb ibu hamil yang ada di buku KIA dipindah ke
format data.
Data dari buku KIA ibu hamil selama tahun 2010 dikumpulkan di pusat lokasi
Posyandu, Puskesmas, Polindes pada saat kunjungan nifas atau kunjungan
penimbangan Balita. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh
bidan desa setempat, kader Posyandu dan ibu balita.
4. Pengolahan dan Analisis data
Prosedur pengolahan dan analisis data hasil penelitian sesuai langkah berikut :
a. Editing: langkah ini bertujuan untuk meneliti kembali setiap hasil pencatatan
sudah sesuai dengan ketepatan pengukuran dan sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Coding: langkah ini bertujuan untuk memeberikan kode-kode sebagai pengganti
identitas dan memberikan kode-kode kategori hasil pengukuran
c. Tabulating: langkah ini bertujuan untuk memudahkan proses perhitungan dan
penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi
d. Analisis data untuk mengetahui prevalens BBLR menggunakan bantuan tabel
silang. Sedangkan untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel
menggunakan pendekatan statitik univariat yaitu; tendency central untuk data
interval dan distribusi frekuensi untuk data kategorikal.
Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan pendekatan uji statistic
multivariate regresi linear dengan a < 0,05.