mini project

43
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dermatofitosis terdapat di seluruh dunia, terutama pada daerah tropis dan insiden meningkat pada kelembaban udara yang tinggi. Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan masih merupakan salah satu penyakit rakyat. 4 Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis (Adiguna, 2001). Di Jakarta, golongan penyakit ini menempati urutan kedua setelah dermatitis. Di daerah lain, seperti Padang, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Manado, keadaanya kurang lebih sama, yakni menempati urutan kedua sapai keempat terbanyak dibandingkan golongan penyakit lainnya. 2.,8 Dermatofitosis dapat menyerang semua umur. Dapat menyerang pria dan wanita. Kebersihan badan dan lingkungan yang kurang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan penyakit ini. Cara penularannya dapat langsung dari tanah, hewan dan manusia ke manusia dan secara tidak langsung, yaitu kontak dengan benda yang sudah terkontaminasi, misalnya dari tanaman yang terkena jamur, kateter, pakaian yang lembab, dan air. 3,4,9 1

Upload: sannia-septiana-herman

Post on 27-May-2017

243 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mini Project

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dermatofitosis terdapat di seluruh dunia, terutama pada daerah tropis dan insiden meningkat

pada kelembaban udara yang tinggi. Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan masih

merupakan salah satu penyakit rakyat.4

Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit

Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar

4,8 % (Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus

dermatomikosis (Adiguna, 2001).

Di Jakarta, golongan penyakit ini menempati urutan kedua setelah dermatitis. Di daerah lain,

seperti Padang, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Manado, keadaanya kurang lebih sama,

yakni menempati urutan kedua sapai keempat terbanyak dibandingkan golongan penyakit

lainnya.2.,8

Dermatofitosis dapat menyerang semua umur. Dapat menyerang pria dan wanita.

Kebersihan badan dan lingkungan yang kurang sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan  penyakit ini.

Cara penularannya dapat langsung dari tanah, hewan dan manusia ke manusia dan secara

tidak langsung, yaitu kontak dengan benda yang sudah terkontaminasi, misalnya dari tanaman

yang terkena jamur, kateter, pakaian yang lembab, dan air.3,4,9

Namun belum ada data yang jelas mengenai jumlah penderita penyakit kulit, dalam hal ini,

dermatofitosis di wilayah Riau, khususnya kecamatan Kampar.

Dilihat dari banyaknya ditemukan kasus Dermatofitosis pada Posyandu Lansia di Desa

Limau Manis dan Desa Air Tiris RW 1 bulan November 2013 yaitu sebanyak 24% dan pada

bulan Desember tahun 2013 sebanyak 29%, maka dilakukan observasi gambaran tingkat

kebersihan individu dan lingkungan dengan terjadinya dermatofitosis.

1

Page 2: Mini Project

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagi berikut :

1. Bagaimana gambaran hygiene diri dengan dermatofitosis di Kecamatan Kampar?

2. Bagaimana gambaran hygiene lingkungan dengan dermatofitosis di Kecamatan Kampar?

3. Apakah jenis Dermatofitosis yang sering ditemui pada pasien Posyandu lansia di kecamatan

Kampar?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran tingkat kebersihan diri dan lingkungan rumah pasien dengan

dermatofitosis serta mengetahui cara mencegah dan mengurangi angka kejadian

dermatofitosis.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat kebersihan pasien dengan dermatofitosis di Kecamatan

Kampar

2. Mengetahui gambaran tingkat kebersihan lingkungan dengan pasien dermatofitosis

Kecamatan Kampar.

3. Mengetahui jenis Dermatofitosis yang sering ditemui pada pasien Posyandu lansia di

kecamatan Kampar.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi peneliti

1. Menyelesaikan sebagian syarat pelaksanaan program dokter internsip di Puskesmas

Kampar

2. Menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian berbasis kesehatan masyarakat

3. Menambah pengetahuan dan keterampilan penyusunan laporan penelitian

4. Menambah wawasan mengenai fakta seputar rokok yang terjadi di lingkungan pelajar dan

kalangan remaja/dewasa muda

5. Meningkatkan kemampuan edukasi mengenai rokok kepada pelajar

1.4.2. Bagi ilmu pengetahuan

2

Page 3: Mini Project

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam

memberikan tambahan data berupa fakta seputar penyakit kulit, khususnya dermatofitosis.

1.4.3. Bagi intansi kesehatan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam penyusunan program

pencegahan dan pengurangan angka terjadinya kasus dermatofitosis dalam masyarakat.

1.4.4. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu mengurangi angka terjadinya dermatofitosis.

BAB II

3

Page 4: Mini Project

TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya

stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita

( Budimulja, 2005 ).

Dermatofita dibagi menjadi Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton yang

menyerang epidermis bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut. (Madani, 2000).

Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Hingga kini dikenal sekitar 40

spesies dermatofita, masing-masing dua spesies Epidermophyton, 17 spesies Microsporum dan

21 spesies Trichophyton (Budimulja, 2005). Microsporum menyerang rambut dan kulit.

Trichophyton menyerang rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang

kuku (Sutomo, 2007).

Topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan dengan daerah permukaan

tertentu, seperti anti infeksi topikal yang dioleskan pada daerah tertentu di kulit dan yang hanya

mempengaruhi daerah yang dioles tersebut (Dorland, 1996).

B.     ETIOLOGI

Menurut Petrus 2005 & Utama 2004 faktor yang mempengaruhi adalah udara yang lembab,

lingkungan yang padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan disekitarnya,

obesitas, penyakit sistemik, penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika yang tidak

terkendali.2,7

Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi: microsporum, tricopyton,

dan epidermophyton.2

1.  Microsporum

4

Page 5: Mini Project

Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.

Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah :3

SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)

Microsporum audouinii Anthropophilic

Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)

Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and

rodents)

Microsporum

ferrugineum

Anthropophilic

Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)

Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)

Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)

Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)

Tabel 1. Spesies Microsporum.

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder. Pertumbuhan

pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau sedikit cepat dan diameter dari

koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung

pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai

cinnamon.3,6

2. Epidermophyton

Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan

Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E.

floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu

penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis,

tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum

kulit luar. koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada

suhu 25° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan.3,6,7

3.  Tricophyton

5

Page 6: Mini Project

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan

geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada

rambut, kulit, dan kuku pada manusia.3

NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON SPECIES

Species Natural Reservoir

Ajelloi Geophilic

Concentricum Anthropophilic

Equinum zoophilic (horse)

Erinacei zoophilic (hedgehog)

Flavescens geophilic (feathers)

Gloriae Geophilic

Interdigitale Anthropophilic

Megnini Anthropophilic

Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) /

anthropophilic

Phaseoliforme Geophilic

Rubrum Anthropophilic

Simii zoophilic (monkey, fowl)

Tonsurans Anthropophilic

Vanbreuseghemii Geophilic

Verrucosum zoophilic (cattle, horse)

Tabel 2. Spesies Trichophyton.

C.    PENYEBAB

Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat ditemukan

hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang terjadi di

berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%. Meskipun angka

ini tidak menggambarkan populasi umum. Menurut Rippon tahun 1974 ada 37 spesies

dermatofita yang menyebabkan penyakit di dunia.1,3

6

Page 7: Mini Project

Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain:3,4

1. Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah Trichophyton rubrum

2. 27% Trichophyton mentagrophytes

3. 7% Trichophyton verrucosum

4. 3% Trichophyton tonsurans

5. Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii,

Microsporum canis, Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum

versicolor, Trichophyton equinum, Trichophyton kanei, Trichophyton raubitschekii, and

Trichophyton violaceum.

D.    GEJALA KLINIK

Satu jenis dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda,   tergantung

letak lokasi anatominya

Bentuk – Bentuk gejala klinis Dermatofitosis

1) Tinea Kapitis

Adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut yang disebabkan jamur golongan

dermatofita. Disebabkan oleh species dermatofita trichophyton dan microsporum. Gambaran

klinik keluhan penderita berupa bercak pada kepala, gatal sering disertai rambut rontok ditempat

lesi. Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinis, pemeriksaan lampu wood dan pemeriksaan

mikroskopis dengan KOH, pada pemeriksaan mikroskopis terlihat spora diluar rambut atau

didalam rambut. Pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari, pada

dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu.3,6

7

Page 8: Mini Project

Gambar 1. Tinea Kapitis

2) Tinea Favosa

Adalah infeksi jamur kronis terutama oleh Trychophiton schoen lini, Trychophithon

violaceum, dan Microsporum gypseum. Penyakit ini mirip tinea kapitis yang ditandai oleh

skutula warna kekuningan bau seperti tikus pada kulit kepala, lesi menjadi sikatrik alopecia

permanen. Gambaran klinik mulai dari gambaran ringan berupa kemerahan pada kulit kepala dan

terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan hingga skutula dan kerontokan rambut serta lesi

menjadi lebih merah dan luas kemudian terjadi kerontokan lebih luas, kulit mengalami atropi

sembuh dengan jaringan parut permanen. Diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis langsung,

prinsip pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan tinea kapitis, hygiene harus dijaga.3,6

8

Page 9: Mini Project

Gambar 2. Tinea Favosa

3) Tinea Korporis

Adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (globurus skin) di daerah muka, badan,

lengan dan glutea. Penyebab tersering adalah T. rubrum dan T. mentagropytes. Gambaran klinik

biasanya berupa lesi terdiri atas bermacam-macam efloresensi kulit, berbatas tegas dengan

konfigurasi anular, arsinar, atau polisiklik, bagian tepi lebih aktif dengan tanda peradangan yang

lebih jelas. Daerahsentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara tepi lesi meluas

sampai ke perifer. Kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi dan

tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

gambaran klinik dan lokalisasinya serta kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan

larutan KOH 10-20% untuk melihat hifa atau spora jamur. Pengobatan sistemik berupa

griseofulvin 500mg sehari selama 3-4 minggu, itrakenazol 100mg sehari selama 2 minggu, obat

topikal salep whitfield.1.2,3,6

9

Page 10: Mini Project

Gambar 3. Tinea Korporis

4) Tinea Imbrikata

Adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas

berupa lesi bersisik yang melingkar-lingkar dan gatal. Disebabkan oleh dermatofita T.

concentricum. Gambaran klinik dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering

digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang gatal,

kemudian timbul skuama agak tebal terletak konsensif dengan susunan seperti genting, lesi

tambah melebar tanpa meninggalkan penyembuhan dibagian tangahnya. Diagnosis berdasar

gambaran klinis yang khas berupa lesi konsentris. Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg

sehari selama 4 minggu, sering kambuh setelah pengobatan sehingga memerlukan pengobatan

ulang yang lebih lama, ketokonazol 200 mg sehari, obat topikal tidak begitu efektif karena

daerah yang terserang luas.1,2,3,6

Gambar 4. Tinea Imbrikata

10

Page 11: Mini Project

5) Tinea Kruris

Adalah penyakit jamur dermatofita di daerah lipat paha, genitalia dan sekitar anus, yang

dapat meluas kebokong dan perut bagian bawah. Penyebab E. floccosum, kadang-kadang

disebabkan oleh T. rubrum. Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri mula-mula

lesi berupa bercak eritematosa, gatal lama kelamaan meluas sehingga dapat meliputi scrotum,

pubis ditutupi skuama, kadang-kadang disertai banyak vesikel kecil-kecil. Diagnosis berdasar

gambaran klinis yang khas dan ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan

mikroskopis langsung memakai larutan KOH 10-20%. Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg

sehari selama 3-4 minggu, ketokonazol, obat topikal salp whitefield, tolsiklat, haloprogin,

siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCL.1,2,3,6

Gambar 5. Tinea Kruris

6) Tinea Manus et Pedis

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kilit telapak

tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki serta daerah interdigital.

Penyebab tersering T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum.1,2,8

Gambaran klinik ada 3 bentuk klinis yang sering dijumpai yaitu :5

11

Page 12: Mini Project

1. Bentuk intertriginosa

Berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari tampak warna keputihan

basah terjadi fisura terasa nyeri bila disentuh, lesi dapat meluas sampai ke kuku

dan kulitjari. Pada kaki lesi sering mulai dari sela jari III, IV dan V.7

2. Gambar 6. Tinea Manus et Pedis bentuk intertriginosa

3. Bentuk vesikular akut

Ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bila terletak agak dalam dibawah

kulit sangat gatal, lokasi yang yang sering adalah telapak kaki bagian tengah

melebar serta vesikulanya memecah.7,9

4. Bentuk moccasin foot

Bentuk ini seluruh kaki dan telapak tepi sampai punggung kaki terlihat kulit

menebal dan berskuama, eritema biasanya ringan terutama terlihat pada bagian

tepi lesi. Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinik dan pemeriksaan

kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20% yang menunjukkan elemen jamur.

Pengobatan cukup topikal saja dengan obat-obat anti jamur untuk interdigital dan

vesikular selama 4-6 minggu.7,9

12

Page 13: Mini Project

5. Gambar 7. Tinea Manus et Pedis Bentuk moccasin foot

7) Tinea unguium

Adalah kelainan kuku yang disebabkan infeksi jamur dermatofita. Penyebab tersering adalah

T. mentagrophites, T. rubrum. Gambaran klinik biasanya menyertai tinea pedis atau manus

penderita berupa kuku menjadi rusak warna menjadi suram tergantung penyebabnya, distroksi

kuku mulai dari distal, lateral, ataupun keseluruhan. Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis

pada pemeriksaan kerokan kuku dengan KOH 10-20 % atau biakan untuk menemukan elemen

jamur. Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian kerjasama dan kepercayaan

penderita dengan dokter karena pengobatan sulit dan lama. Pemberian griseofulvin 500 mg

sehari selama 3-4 bulan untuk jari tangan untuk jari kaki 9-12 bulan. Obat topical dapat diberikan

dalam bentuk losion atau crim.7,9

13

Page 14: Mini Project

Gambar 8. Tinea unguium

BAB III

ALAT DAN METODE PENELITIAN

III.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ialah Kuesioner.

III.2 Metode Penelitian

III.2.1 Tempat Penelitian

14

Page 15: Mini Project

Penelitian ini akan dilaksanakan di Posyandu lansia Desa Limau Manis, Kampar

dan Posyandu lansia Desa Air Tiris RW 1, Kampar.

III.2.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat survei deskriptif dengan rancangan cross sectional.

III.2.3 Subjek Penelitian

III.2.3.1 Subjek Penelitian

Kriteria inklusi:

a. Pasien lansia berusia di atas 50 tahun baik laki – laki maupun perempuan.

b. Setuju mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent.

Kriteria Eksklusi :

Pasien lansia yang tidak berkompeten dalam menjawab pertanyaan kuesioner.

III.2.3.2 Jumlah Subjek Penelitian

Populasi penelitian ialah seluruh siswa tingkat menegah atas di Kecamatan Kampar.

Sedangkan sampel yang dibutuhkan dihitung berdasar rumus :

Dimana n ialah jumlah sampel, oleh karena interval kepercayaan yang digunakan

pada penelitian ini ialah 95%, maka diperoleh nilai z sebesar 1,96. Nilai P ialah

estimasi proporsi pasien lansia yang terkena dermatofitosis pada penelitian ini

diperkirakan sebesar 0,5 dan batas kesalahan (nilai d) yang ditoleransi pada

penelitian ini ialah sebesar 15% sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak

38 pasien. Pada penelitian ini berhasil dikumpulkan kuesioner dari 40 pasien lansia.

III.2.4 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor Fisik Usia Jenis Kelamin

15

Page 16: Mini Project

Pasien posyandu lansia Desa Limau Manis dan Desa Air Tiris RW 1, Kampar dengan Penyakit DermatofitosisFaktor Pendidikan

Faktor hygiene diri Kebiasaan mandi 2x/ hari Kebiasaan mandi dengan

sabun Kebiasaan bertukar

pakaian dengan orang lain Kebiasaan mengganti

pakaian minimal 1x/ hari Kebiasaan menggunting

kuku minimal 1x/ minggu Kebiasaan mencuci

rambut minimal 2x / minggu

Kebiasaan mencuci rambut dengan shampo

Kebiasaan mencuci tangan setelah bekerja

Kebiasaan menggunakan sarung tangan saat bekerja

Kebiasaan menggunakan alas kaki saat bekerja

Faktor hygiene lingkungan Type rumah Ventilasi rumah Hewan peliharaan / hewan

di pekarangan rumah keluarga

16

Page 17: Mini Project

Gambar 9. Variabel Penelitian

III.2.5 Pengukuran Hasil Penelitian

Pengukuran dilakukan sesudah selesai pengisian kuesioner berupa data primer, lalu

dilakukan manajemen data dengan tahapan sebagai berikut :

III.2.5.1 Editing

Tahap ini meliputi penyuntingan data untuk memeriksa dan memastikan data

yang terkumpul sudah benar dan dapat terbaca

III.2.5.2 Coding

Pada tahap ini dilakukan klasifikasi dan pemberin kode pada setiap jawaban

dalam bentuk angka sehingg mempermudah dan mempercepat entry serta analisa

data

III.2.5.3 Entry

Pada tahap ini dilakukan pemasukan semua data yang sudah dilakukan pengodean

ke dalam aplikasi SPSS versi 17.01

III.2.5.4 Cleaning

Tahap terakhir dari proses manajemen data sebelum dapat dianalisis ialah

pengecekan kembali data yang terkumpul apakah sudah lengkap atau terjadi

kesalahan dalam pengisian.

III.2.6 Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, data tersebut dianalisis mengunakan uji statitika

univariat menggunakan cross tabulasi.

17

Page 18: Mini Project

III.3 Alur Penelitian

Gambar 10. Bagan Alur Penelitian

III.4 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Tahun 2013 – 2014Des Jan Feb

1. Persiapana. Studi literaturb. Perizinanc. Konsolidasi lapangand. Penyiapan alat

2. PelaksanaanPengumpulan data

3. Pelaporana. Analisis datab. Laporan hasilc. Seminar

----------------------- -------------------- --- --- ------------ -----------

------ ---- --

Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

18

Populasi Penelitian

Randomisasi

Pengisian Kuesioner

Analisis data

Page 19: Mini Project

BAB IV

HASIL PENELITIAN

IV.1 . Karakteristik Dasar Responden

Berdasar hasil yang tampak pada tabel di bawah, dari 40 pasien lansia yang mengisi

kuesioner, sebanyak 18 orang (45%) nya menderita atau pernah menderita dermatofitosis

dalam dua bulan terakhir dan 22 orang (55%) lainnya tidak pernah menderita

dermatofitosis sama sekali.

Usia rerata responden yang menderita dermatofitosis maupun yang tidak, tidak

ditemukan adanya perbedaan yang bermakna. Kedua kelompok memiliki responden

dengan rerata usia berturut – turut 61.6 ± 7.7 dan 65.4 ± 8.1 tahun. Dari karakteristik

responden berdasarkan jenis kelaminnya, memperlihatkan adanya perbedaan yang tidak

bermakna oleh karena jumlah pasien lansia laki – laki yang dating ke posyandu lansia tidak

seimbang dengan jumlah pasien lansia wanita. Jumlah responden laki – laki sebanyak 7

orang (17.5%) dan sisanya berjenis kelamin wanita dengan jumlah responden sebanyak 33

orang (82.5%).

Variabel

Rerata ± SB Jumlah (%)

Dermatofitosisn = 18

Tidak Dermatofitosis

n = 22

Dermatofitosisn = 18

Tidak Dermatofitosis

n = 22

Usia (tahun)

61.6 ± 7.7 65.4 ± 8.1

Jenis KelaminPriaWanita

5 (27.8%)

13 (72.2%)

2 (9.1%)20 (90.9%)

Tabel 4. Karakteristik Dasar Responden

19

Page 20: Mini Project

IV.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kasus Dermatofitosis

IV.2.1. Pendidikan

Variabel

Jumlah (%)n = 40

Dermatofitosisn = 18 (45%)

Tidak Dermatofitosisn = 22 (55%)

PendidikanTidak tamat SD 1 (5.6%) 1 (4.5%)Tamat SD 5 (27.8%) 8 (36.4%)Tamat SMP 9 (50.0%) 9 (40.9%)Tamat SMA 3 (16.7%) 4 (18.2%)Tamat Perguruan Tinggi 0(00.0%) 0 (00.0%)

Tabel 5. Karakteristik pendidikan

Berdasarkan dari Tabel. Menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden tidak

memperlihatkan perbedaan yang bermakna dalam kejadian Dermatofitosis. Dari 2 responden

yang tidak tamat SD, terdapat 1 responden (5.6%) yang terkena Dermatofitosis. Dari 13

responden yang tamat SD, terdapat 5 responden (27.8%) yang terkena Dermatofitosis. Dari

18 responden yang tamat SMP, terdapat 9 responden (50.0%) yang terkena Dermatofitosis.

Dari 7 responden yang tamat SMA, terdapat 3 responden (16.7%) yang terkena

Dermatofitosis.

IV.2.2. Hygiene Diri

Dari literatur, dipaparkan bahwa salah satu etiologi Dermatofitosis adalah hygiene diri.

Mulai dari kebiasaan mandi dalam sehari, mencuci rambut, menggunting kuku, kebiasaan

berganti pakaian, dan kebiasaan perlindungan diri saat bekerja.

Dapat dilihat dari Tabel. , dari ciri kebiasaan mandi didapatkan responden yang mandi

kurang dari dua kali per hari ada 15 responden (83.3%) dari 17 responden. Terdapat 2

responden (11.1%) dari 5 responden dengan kebiasaan suka menggunakan pakaian orang

lain. Terdapat 1 responden (5.6%) yang terkena Dermatofitosis pada responden yang tidak

memiliki kebiasaan mengganti baju satu kali per hari. Terdapat 15 responden (83.3%) dari

27 responden dengan kebiasaan menggunting kuku lebih dari satu kali per minggu yang

terkena dermatofitosis. Sebanyak 11 responden (61.1%) dari 13 responden dengan keadaan

20

Page 21: Mini Project

kuku panjang dan tidak bersih yang terkena dermatofitosis. Terdapat 6 responden (33.3%)

dari 7 responden yang tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan setelah bekerja yang

terkena Dermatofitosis. Terdapat 6 responden (33.3%) dari 9 responden yang memiliki

kebiasaan tidak menggunakan alas kaki saat bekerja yang terkena Dermatofitosis. Dalam hal

ini hampir keseluruhan responden bekerja sebagai petani atau bekerja di lading.

Variabel

Jumlah (%)n = 40

Dermatofitosisn = 18 (45%)

Tidak dermatofitosisn = 22 (55%)

Kebiasaan mandi2x / hari< 2x / hari

3 (16.7%)15 (83.3%)

17 (77.3%)5 (22.7%)

Kebiasaan mandi dengan sabunYa Tidak

18 (100%)0 (00.0%)

22 (100%)0 (00.0%)

Kebiasaan menggunakan pakaian orang lainYaTidak

2 (11.1%)16 (88.9%)

3 (13.6%)19 (86.4%)

Kebiasaan mengganti pakaian minimal 1x/hariYaTidak

17 (94.4%) 1 (5.6%)

22 (100.0%)0 (00.0%)

Kebiasaan menggunting kuku minimal 1x/hari< 1x/minggu>1x/minggu

3 (16.7%)15 (83.3%)

11 (50.0%)11 (50.0%)

Kuku pendek dan bersihYaTidak

7 (38.9%)11 (61.1%)

20 (90.9%)2 (9.1%)

Kebiasaan mencuci tangan setelah bekerjaYaTidak

12 (66.7%)6 (33.3%)

21 (95.5%)1 (4.5%)

Kebiasaan mencuci rambutMin 2x/minggu 4 (22.2%) 14 (63.6%)

21

Page 22: Mini Project

<2x/minggu 14 (77.8%) 8 (36.4%)Kebiasaan mencuci rambut dengan shampooYaTidak

18 (100.0%)0 (00.0%)

22 (100.0%)0 (00.0%)

Kebiasaan menggunakan sarung tangan saat bekerjaYaTidak

0 (00.0%)18 (100.0%)

0 (00.0%)22 (100.0%)

Kebiasaan menggunakan alas kaki saat bekerjaYaTidak

12 (66.7%)6 (33.3%)

19 (86.4%)3(13.6%)

Tabel 6. Faktor Hygiene diri

IV.2.3. Hygiene Lingkungan

Dari sumber yang peneliti baca, selain hygiene diri, hygiene lingkungan juga

mempengaruhi terjadinya kejadian Dermatofitosis. Terdapat 2 responden (11.1%) dari 4

responden yang tinggal di rumah semi permanen yaitu dimana rumah sebagian dari

tembok dan sebagian dari papan dengan lantai semen yang terkena Dermatofitosis.

Hewan peliharaan seperti anjing, kucing, sapi, burung, dan lainnya dapat menjadi

perantara dalam kasus Dermatofitosis. Terdapat 4 responden (22.2%) yang terkena

Dermatofitosis dimana mereka memelihara hewan di sekitar rumah mereka.

Variabel

Jumlah (%)n = 40

Dermatofitosisn = 18 (45%)

Tidak dermatofitosisn = 22 (55%)

Type rumahPermanen Semi permanenTidak permanen

16 (88.9%)2 (11.1%)0 (00.0%)

20 (90.9%)2 (9.1%)0 (00.0%)

Ventilasi rumahCukup memadaiTidak cukup memadai

18 (100%)

0 (00.0%)22 (100%)0 (00.0%)

Hewan peliharaan / di sekitar rumahYaTidak

4 (22.2%)14 (77.8%)

3 (13.6%)19 (86.4%)

22

Page 23: Mini Project

Tabel 7. Faktor hygiene lingkungan

IV.5. Frekuensi Terjadinya Kasus DermatofitosisDi lihat dari Tabel. ,terlihat frekuensi Dermatofitosis yang paling banyak di

temui pada Posyandu lansia di Desa Limau Manis dan Desan Air Tiris adalah Tinea cruris.

Variabel

Jumlah (%)n = 40

Dermatofitosisn = 18 (45%)

Tidak dermatofitosisn = 22 (55%)

Jenis dermatofitosisTinea capitisTinea corporisTinea crurisTinea manus et pedisTInea unguium

0 (00.0%)2 (11.1%)10 (55.6%)4 (22.2%)2 (11.1%)

22 (100.0%)0 (00.0%)0 (00.0%)0 (00.0%)0 (00.0%)

Tabel 8. Frekuensi Kasus Dermatofitosis

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

23

Page 24: Mini Project

1. Dari 40 orang yang dijadikan responden penelitian, terdapat 18 orang menderita

Dermatofitosis atau pernah menderita Dermatofitosis, dan 22 orang tidak pernah

menderita Dermatofitosis.

2. Hygiene diri mempengaruhi terjadinya kasus Dermatofitosis. Terdapat 15 orang

responden (83.3%) dari 18 orang responden (16.7%) yang terkena Dermatofitosis yang

memiliki kebiasaan mandi kurang dari dua kali per hari. Terdapat 2 orang responden

(11.1%) dari 5 orang responden (13.6%) yang terkena Dermatofitosis yang memiliki

kebiasaan suka menggunakan pakaian orang lain. Terdapat 1 orang responden dari 40

orang responden yang terkena Dermatofitosis dengan memiliki kebiasaan tidak

mengganti pakaian minimal satu kali dalam sehari. Terdapat 15 orang responden dari

40 orang responden yang terkena Dermatofitosis dengan memiliki kebiasaan

menggunting kuku lebih dari seminggu.Terdapat 11 orang responden dari 40 orang

responden yang terkena Dermatofitosis dengan kuku yang panjang dan tidak

bersih.Terdapat 6 orang responden dari 7 orang responden yang terkena

Dermatofitosis yang memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan setelah

bekerja.Terdapat 14 orang responden dari 22 orang responden yang terkena

Dermatofitosis yang memiliki kebiasaan mencuci rambut kurang dari dua kali per

minggu. Terdapat 6 orang responden dari 9 orang responden yang terkena

Dermatofitosis yang tidak menggunakan alas kaki saat bekerja di luar rumah.

Sedangkan kebiasaan mandi dengan sabun, kebiasaan mencuci rambut dengan

shampoo, dan kebiasaan menggunakan sarung tangan saat bekerja tidak dapat dinilai

oleh karena semua responden mandi dengan sabun, mencuci rambut dengan shampoo,

dan tidak terbiasa menggunakan sarung tangan saat bekerja.

3. Hygiene lingkungan mempengaruhi terjadinya kejadian Dermatofitosis. Terdapat 4

orang responden dari 7 orang responden yang terkena Dermatofitosis yang memiliki

hewan peliharaan atau hewan yang sering berada di sekitar rumahnya. Sedangkan

keadaan rumah dengan ventilasi rumah tidak dapat dinilai oleh karena, semua

responden mengaku memiliki ventilasi yang baik di rumah mereka.

4. Frekuensi Dermatofitosis yang paling banyak dijumpai di Desa Limau Manis dan Desa

Air Tiris adalah Tinea Cruris (10 orang), Tinea Manus et pedis (4 orang), Tinea

unguium (2 orang)

24

Page 25: Mini Project

V.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mini project dan kesimpulan di atas, tampak ada

beberapa hal yang harus dilakukan untuk menurunkan kejadian Dermatofitosis dan

mencegah terjadinya Dermatofitosis.

1. Bagi masyarakat

Pentingnya masyarakat untuk tau tentang bagaimana menjaga kebersihan diri dan

lingkungan tempat tinggal.

2. Bagi instansi kesehatan

Peneliti menyarankan bagi instansi kesehatan dalam hal ini Puskesmas untuk

melakukan penyuluhan edukasi yang mengangkat tentang Dermatofitosis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adiguna MS. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia. Dalam: Budimulya U, Kuswadji,

Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S, editor. Dermatomikosis Superfisialis. Edisi

ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. h. 1–6.

25

Page 26: Mini Project

2. Brannon, Tinea (Internet). (Diakses tanggal 12 Januari 2014) Tersedia pada:

www.about.com/Dermatology.

3. Budimulya U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. h. 89–105.

4. Burkhart,Craig., et al. Tinea versicolor (Internet). (Diakses tanggal 12 Januari 2014). Tersedia

pada: http://emedicine.medscape.com/article/1091575-overview.

5. Cholis M. Imunologi Dermatomikosis Superfisialis. Dalam: Budimulya U, Kuswadji,

Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S, editor. Dermatomikosis Superfisialis. Edisi

ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. h. 7–18.

6. Ervianti E, Martodiharjo S, Murtiastutik D, editor. Etiologi dan Patogenesis Dermatomikosis

Superfisialis.

7. Koga T. Immune Surveillance against Dermatophytes Infection. In: Fidel PL,Jr.,Huffnagle

G.B, editors. Fungal Imunologi from Organ Perspective. Netherlands: Springer; 2005. p.

443–9.

8. Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis Masa Kini; 11 Mei 2002; Surabaya,

Indonesia.

9. Wollf K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical

Dermatology. 5thed. New York: McGraw-Hill; 2005.

LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN (QUESIONER)

26

Page 27: Mini Project

Pengantar:

Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner ini merupakan acuan bagi penulis untuk

mengetahui bagaimana pengaruh kebersihan terhadap angka penyakit dermatofitosis (penyakit

kulit oleh karena jamur) pada Posyandu Lansia dalam wilayah Kecamatan Kampar.

Pengisian kuesioner ini dilakukan untuk tujuan tulisan ilmiah guna memenuhi salah satu

syarat untuk memenuhi program internship.

Penulis akan benar-benar menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari responden. Penulis

meminta kerjasama/bantuan responden dalam pengisian kuesioner ini.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan dan mengisi jawaban yang sebenar-

benarnya padatempat yang disediakan.

PetunjukPengisian:

1. Bacalahdenganbaikpertanyaandanpilihjawabansesuaidengankeadaan yang

sebenarnya.

2. Isilahjawabanpadatempatjawaban yang telahtersedia.

3. Jawablahseluruhpertanyaantanpaada yang terlewatkan.

No. Responden :

TanggalWawancara:

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur:

3. Jeniskelamin:

4. Lama bekerja:

5. Tingkat Pendidikan:

a. Tidaktamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SLTP

d. Tamat SLTA

e. TamatAkademi/ PT

6. Alamat:

II. KEBERSIHAN PERORANGAN

a. Kebersihan Kulit

1. Apakah saudara/i mandi secara teratur (minimal 2x sehari) :

a. Ya b. Tidak

2. Apakah saudara/i mandi dengan menggunakan sabun :

a. Ya b. Tidak

27

Page 28: Mini Project

3. Apakah saudara/i pernah memakai pakaian orang lain :

a. TidakPernah b. Pernah

4. Apakah saudara/i mengganti pakaian (minimal 1kali sehari):

a. Ya b. Tidak

b. Kebersihan Kuku

5. Berapa kali saudara/i membersihkan/memotong kuku dalam seminggu :

a. 1 kali seminggu b. < 1 kali seminggu

6. Apakah kuku saudara/i dalam keadaan bersih dan pendek (Observasi) :

a. Ya b. Tidak

7. Apakah saudara/i mencucitangansetelahbekerja :

a. Ya b. Tidak

c. Kebersihan Kulit Kepala dan Rambut

8. Apakahsaudara/i mencucirambut (minimal 2x seminggu) :

a. Ya b. Tidak

9. Apakahsaudara/i mencucirambutmenggunakan shampoo ataubahanpencuci

rambutlainnya :

a. Ya b. Tidak

III. PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

10. Apakah saudara/i memakai sarung tangan saat bekerja

a. Ya b. Tidak

11. Apakah saudara/i memakai alas kaki tertutup seperti sepatu saat bekerja dan

dalam keadaan bersih (Observasi)

a. Ya b. Tidak

12. Apakah saudara/i mengganti pakaian (minimal 1kali sehari):

a. Ya b. Tidak

13. Apakah saudara/i memakai pakaian umtuk bekerja dalam keadaan bersih,:

a. Ya b. Tidak

IV. KEBERSIHAN RUMAH

14. Apa tipe rumah yang saudara miliki ?

28

Page 29: Mini Project

a. Permanen (tembokdanbeton)

b. Semi Permanen (kayu, papandantembok).

c. TidakPermanen (kayu, bambudanjelajah).

15. Apakah ventilasi di rumah cukup?

a. Cukup (ventilasi ada di setiap ruangan, ruangan tidak lembab, ada aliran udara keluar

masuk)

b. Tidak cukup (ventilasi tidak ada di setiap ruangan, ruangan lembab, tidak ada aliran udara

keluar masuk)

16. Apakah Anda memiliki hewan peliharaan atau terdapat hewan di sekitar rumah?

a. Ada

b. Tidak ada

V. Keluhan Gangguan Kulit

1. Sejak saudara/i bekerja, apakah saudara/i pernah mengalami keluhan pada kulit:

a. Ya

b. Tidak

2. Jikaya, sebutkankeluhantersebut :

-

-3. Jikaya, sudah berapa lama saudara/i mengalami gejala tersebut :

_______________________

4. Apakahs audara/i pernah merasakan gejala khas seperti gatal-gatal:

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah pada kulit permukaan tubuh saudara/i muncul bintik-bintikmerah/

bentol-bentol/ nanah (Observasi) :

a. Ya

b. Tidak

29

Page 30: Mini Project

6. Apakah keluarga saudara pernah mengalami gangguan kulit :

a. Ya

b. Tidak

30

Page 31: Mini Project

31