mineral dan mineralogi

32
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Bismillahirahmanirrahim Segala puji saya panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan kesempatan untuk kami bisa menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Terimakasih banyak atas dukungan dari kawan-kawan sekalian terutama untuk asisten Laboratorium Geologi Universitas Islam Bandung yang telah memberikan pengetahuan dan tuntunan kepada kami dalam penyusunan laporan ini. Dalam laporan ini dijelaskan tentang pengertian dari mineral dan ilmu yang mempelajari mineral atau dikenal dengan istilah mineralogi. Dijelaskan tentang berbagai ilmu yang dipelajari dari mineralogi dan menjelaskan tentang mineral dari segi sifat-sifatnya dan golongannya. saya sadari bahwa laporan ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kiranya dapat memaklumi. Akhir kata saya ucapkan terimaksih dan semoga laporan ini bermanfaat untuk khalayak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Bandung, 19 Oktober 2013 Penyusun i

Upload: gilar-antasya-muharam

Post on 01-Jan-2016

139 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mineral Dan Mineralogi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirahmanirrahim

Segala puji saya panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan

kesempatan untuk kami bisa menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat

pada waktunya.

Terimakasih banyak atas dukungan dari kawan-kawan sekalian terutama

untuk asisten Laboratorium Geologi Universitas Islam Bandung yang telah

memberikan pengetahuan dan tuntunan kepada kami dalam penyusunan laporan

ini.

Dalam laporan ini dijelaskan tentang pengertian dari mineral dan ilmu

yang mempelajari mineral atau dikenal dengan istilah mineralogi. Dijelaskan

tentang berbagai ilmu yang dipelajari dari mineralogi dan menjelaskan tentang

mineral dari segi sifat-sifatnya dan golongannya. saya sadari bahwa laporan ini

tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kiranya dapat memaklumi.

Akhir kata saya ucapkan terimaksih dan semoga laporan ini bermanfaat

untuk khalayak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandung, 19 Oktober 2013

Penyusun

i

Page 2: Mineral Dan Mineralogi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 11.1 Latar Belakang ............................................................................ 11.2 Maksud Dan Tujuan .................................................................... 1

1.2.1 Maksud .............................................................................. 11.2.2 Tujuan ................................................................................. 1

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 22.1 Pengertian Mineralogi .................................................................. 22.2 Definisi Mineral............................................................................. 22.3 Asal-Usul Mineral Dan Pembetukannya ...................................... 22.4 Mineral Primer Dan Mineral Sekunder ........................................ 3

2.4.1 Mineral primer ..................................................................... 32.4.2 Mineral sekunder ................................................................ 4

2.5 Golongan Mineral ........................................................................ 52.5.1 Golongan unsur .................................................................. 52.5.2 Golongan sulfida ................................................................. 52.5.3 Golongan oksida ................................................................. 52.5.4 Golongan halida ................................................................. 62.5.5 Golongan karbonat ............................................................. 62.5.6 Golongan sulfat .................................................................. 62.5.7 Golongan pospat ................................................................ 62.5.8 Golongan silikat .................................................................. 6

2.6 Sifat - Sifat Fisik Mineral .............................................................. 72.6.1 Bentuk kristal ...................................................................... 72.6.2 Belahan .............................................................................. 82.6.3 Warna ................................................................................. 82.6.4 Kekerasan .......................................................................... 82.6.5 Gores .................................................................................. 92.6.6 Kilap .................................................................................... 92.6.7 Pecahan ............................................................................. 92.6.8 Berat jenis ........................................................................... 10

BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 113.1 Tugas ........................................................................................... 11

3.1.1 Mendeskripsikan mineral berdasarkan sifat fisiknya ......... 113.2 Pembahasan ............................................................................... 11

3.2.1 Mineral 1 ............................................................................. 113.2.2 Mineral 2 ............................................................................. 123.2.3 Mineral 3 ............................................................................. 123.2.4 Mineral 4 ............................................................................. 133.2.5 Mineral 5 ............................................................................. 133.2.6 Mineral 6 ............................................................................. 14

ii

Page 3: Mineral Dan Mineralogi

3.2.7 Mineral 7 ............................................................................. 153.2.8 Mineral 8 ............................................................................. 15

BAB IV ANALISA ........................................................................................ 17

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

Page 4: Mineral Dan Mineralogi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah ilmu geologi dipelajari tentang mineral dan ilmu yang

mempelajari mineral atau bisa disebut dengan istilah mineralogi. Pada ilmu yang

mempelajari tentang mineral ini merupakan sumber informasi geologi yang

diperlukan untuk tahap perencanaan dan implementasi kegiatan kontruksi pada

dunia pertambangan yang mencakup dalam skala besar maupun skala

menengah.

Pengimpletasiannya juga dapat dilakukan pada proses penggalian bahan

tambang. Dalam ilmu ini dipelajari tentang suatu bahan padat penyusun atau

bahan pembentuk sebuah batuan ataupun bahan galian yang bernilai harganya.

Pengetahuan tentang mineral merupakan hal yang sangat penting untuk

dapat mempelajari bagian padat dari bumi ini yang terdiri dari batuan. Tidak

kurang dari 2000 jenis mineral yang sudah diketahui dan dipelajari lebih dalam

oleh para ahli-ahli mineralogi.

1.2 Maksud Dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari praktikum kali ini yaitu tentang mineral dan mineralogi,

dipelajari definisi ataupun pengertian dari mineral dan cabang ilmu yang

mempelajari mineral. Memahami asal mula mineral terjadi (orogenesa) dan

keterbentukannya serta memahami setiap perbedaan mineral.

1.2.2 Tujuan

Mampu menjabarkan tiap bagian dari cabang ilmu mineralogi yang menjadi

dasar dalam mempelajari suatu mineral.

Mampu mendeskripsikan suatu mineral dengan mengamati sifat fisik

mineral.

1

Page 5: Mineral Dan Mineralogi

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Mineralogi

Mineralogi merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari

tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan.

Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos dimana logos diartikan sebagai ilmu

maka dapat digabungkan dengan mineral sebagai arti dari mineralogi yaitu suatu

ilmu tentang mineral. Mineralogi dapat diartikan juga sebagai ilmu yang

mempelajari tentang ganesa, klasifikasi dan deskripksi mineral serta

pemanfaatannya. Dalam pembelajaran tentang mineralogi meliputi tentang :

Identifikasi mineral

Sifat fisika dan kimia mineral

Pembentukan mineral

Keterjadian

Susunan penyusun mineral

Klasifikasi mineral

2.2 Definisi Mineral

Mineral merupakan suatu bahan padat yang secara struktular bersifat

homogen yang didalamnya mempunyai komposisi kimia dan sifat fisik tertentu.

Mineral terbentuk melalui proses alam secara anorganik serta mempunyai

pengaturan ion-ion atau atom yang teratur membentuk sebuah bidang rata yang

tergambar melalui bentuk atau susunan kristal yang teratur.

Gambar 2.1Mineral yang memperlihatkan struktur kristal

2

Page 6: Mineral Dan Mineralogi

3

2.3 Asal Usul Mineral dan Pembentukannya

Mineral sebagai penyusun utama batuan memiliki karakteristik yang unik

dan beragam dari segi bentuk kristal maupun susunan kimianya. Semakin rumit

susunan kimianya maka bentuk kristal yang dihasilkan dari konfigurasi atom-

atomnya juga semakin rumit. Variasi kandungan senyawa kimia suatu mineral

sangat ditentukan oleh materi penyusunnya dan proses pembentukannya

Dalam pembentukan suatu mineral logam ataupun non logam menurut M.

bateman, proses pembentukan mineral dapat dibagi kedalam beberapa proses

yang menghasilkan jenis mineral yang berbeda. Proses-proses ini meliputi :

Proses magmatis

Proses pegmatisme

Proses pneumatolisis

Proses hydrothermal

Proses evaporasi

Proses sedimenter

Proses metasomatik

Secara umum mineral terbentuk dari hasil lelehan magma silikat yang naik

ke permukaan bumi melalui rekahan-rekahan lapisan litosfer bumi dan

kehilangan mobilitasnya sehingga berhenti dan membentuk sebuah dapur

magma. Dalam keadaan seperti itu magma akan kehilangan gerak bebasnya dan

menyusun diri, menghablur (pembentukan mineral).

Disini magma yang mengalami proses pendinginan dan pembekuan

membentuk sebuah mineral-mineral silikat dan bijih pada temperatur tinggi untuk

selanjutnya diteruskan dengan proses-proses diatas yang nantinya akan

menghasilkan jenis-jenis mineral yang lainnya berdasarkan pengaruh tekanan

dan temperatur yang diterima larutan magma tersebut yang selanjutnya akan

terendapkan dan dan membentuk mineral-mineral baru.

2.4 Mineral Primer dan Mineral Sekunder

Secara garis besar pembentukan mineral terbagi kedalam 2 bagian, yaitu

pembentukan mineral primer dan pembentukan mineral sekunder.

2.4.1 Mineral Primer

Suatu mineral yang terbentuk pertama dari hasil lelehan larutan magma

(proses magmatis) yang mengalami proses pembekuan magma dan mengalami

Page 7: Mineral Dan Mineralogi

4

kristalisasi larutan sehingga membentuk susunan kimianya serta sturuktur

kristalinnya yang menjadi bahan pembentuk mineral utama pada batuan.

Gambar 2.2Proses magmatis pembentuk mineral primer

Dalam mineral primer ini atau bisa disebut sebagai mineral utama dapat

dilihat pada deret seri bowen’s yang didalamnya berisi gambaran dan penjelasan

tentang mineral yang merupakan mineral utama pembentuk sebuah batuan hasil

dari proses magmatis dengan tekanan dan suhu yang mempengaruhinya.

Gambar 2.3Deret seri bowen’s

2.4.2 Mineral sekunder

Mineral sekunder adalah suatu mineral ubahan yang terbentuk dari hasil

rombakan mineral utama atau mineral primer yang disebabkan oleh proses

pelapukan, secara kimia dan fisika. Seperti contoh kalsite, kuarsa dan oksida

besi pada proses sementasi.

Page 8: Mineral Dan Mineralogi

5

Gambar 2.4Pembentukan mineral sekunder dengan proses sementasi

Salah satu contoh pembentukan mineral sekunder lainnya adalah melalui

proses kimia pada oksidasi. Contohnya mineral otrtoklas (Potasium Feldspar)

KAlSi3O8 menjadi mineral lempung.

Gambar 1.5Perubahan kimia pada mineral ortoklas menjadi mineral lempung

2.5 Golongan Mineral

Berdasarkan sifat dan unsur pembentukan mineral, mineral dapat

digolongkan kedalam beberapa golongan, yaitu :

2.5.1 Golongan Unsur (native element)

Golongan ini adalah mineral yang memiliki delapan elektron pada kulit

terluarnya, sehingga membutuhkan ikatan dengan unsur lain untuk menstabilkan

pengaturan ion-ion kristalnya. Contohnya adalah emas (Au).

2.5.2 Golongan Sulfida (S)

Golongan sulfida mempunyai unsur kimia yang hamper serupa dengan

golongan oksida, merupakan golongan pembentuk bijih. Contohnya pyrit.

2.5.3 Golongan Oksida (O) dan Hidroksida

Golongan mineral oksida ini biasa terbentuk dekat dengan permukaan

bumi. Teroksidasi dari hasil pelapupkan mineral lain dan juga sebagai mineral

aksesoris pada batuan beku kerak dan mantel bumi. Kelas oksida ini sangatlah

penting dalam dunia pertambangan karena golongan mineral oksida ini

merupakan mineral pembentuk mineral bijih.

2.5.4 Golongan Halide (F, Cl, Br, l)

Golongan halide adalah grup mineral yang membentuk garam alami (salt)

dan termasuk flourit (kalsium florida), halit (natrium hidroksida), silvit (kalium

Page 9: Mineral Dan Mineralogi

6

khlorida) dan sal amoniak (ammonium khlorida). Golongan mineral ini sering

ditemukan pada derah evaporitik.

2.5.5 Golongan Karbonat (CO3), Nitrat (NO3), dan Borat (BO3 atau BO4)

Golongan karbonat merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan

termasuk kalsit dan aragonite. Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh

endapan sisa organisme laut.

2.5.6 Golongan Sulfat (SO4)2- dan Kromat (CrO4)2-

Golongan sulfat biasa terdiri dari anion sulfat (SO4)2-, biasa terbentuk

didaerah avaporitik yang tinggi kadar airnya. Perlahan-lahan menguap sehingga

formasi sulfat dan halide berinteraksi. Contoh anhydrite (kalsium sulfat).

2.5.7 Golongan Pospat (PO4)3-

Kelas pospat termasuk mineral dengan tetrahedral unit PO4 phosphorus,

antimoni, arsenic atau vanadium. Golongan pospat ini umunya adalah apatite

yang merupakan mineral biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan.

2.5.8 Golongan Silikat (SiO4)2-

Golongan silikat merupakan golongan atau grup terbesar dalam mineral.

Sebagian besar batuan yang ada di bumi >95% termasuk kelompok silikat. Silikat

terdiri dari silicon dan oksigen dengan ion tambahan seperti alumunium,

magnesium, potassium, besi dan kalsium. Contohnya kuarsa, olivin, piroksen,

amphibol, fledspar dan mika.

Gambar 2.6Kandungan unsur kimia pada golongan silikat

2.6 Sifat Fisik Mineral

Sebuah mineral yang terbentuk untuk menyusun sebuah batuan

mempunyai sifat-sifat fisiknya yang membedakan anatara mineral satu dengan

mineral lainnya. Sifat fisik mineral diantaranya adalah :

Page 10: Mineral Dan Mineralogi

7

2.6.1 Bentuk kristal mineral (habit).

Bentuk kristal pada mineral ini merupakan bagian terpenting dari

pembentukan sebuah bentuk mineral. Keadaan ini dipengaruhi oleh keadaan

dimana ia tumbuh yang nantinya akan mempunyai bentuk yang berbeda-beda.

Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas yang

merupakan perwujudan dari kenampakan luar yang terjadi akibat susunan kristal

didalamnya. Adapun bentuk umum dari kristal habitnya adalah prismatic, tabular,

acicular, bladed, fibrous, foliaceous, lamellar, reticulate dan scaly.

Gambar 2.7Bentuk umum kristal habit

Dan bentuk bangun struktur kristal dapat dibagi kedalam tujuh sistem

utama kristal yang diantaranya adalah isometrik, heksagonal, tetragonal,

monoklin, trigonal, orthorombik dan triklin.

Gambar 2.8Bentuk struktur kristal

2.6.2 Belahan (Cleveage)

Belahan merupakan sifat fisik mineral yang cenderung pecah sepanjang

bidang yang teratur (bidang kristal) atau melalui bidang tertentu dalam bentuk

bidang yang rata.

Page 11: Mineral Dan Mineralogi

8

Belahan ini dibagi kedalam bentuk sempurna, tidak sempurna dan tidak

jelas yang mempengaruhi bentuk dari mineral. Belahan juga mempunyai

kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah

tertentu. dibagi kedalam belahan satu arah, dua arah, tiga arah dan empat arah.

Gambar 2.9Arah belahan pada sifat fisik mineral

2.6.3 Warna mineral

Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama dalam

membedakan antara mineral yang satu dan yang lainnya. Namun paling tidak

dengan warna dari mineral dapat dicirikan dengan warna yang khas untuk

mengetahui mineral tersebut dan mengenali unsur tertentu didalamnya. Warna

mineral biasa dikelompokan kedalam warna mineral gelap dan terang.

2.6.4 Kekerasan (hardness)

Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan

mengetaui kekerasan dari mineral. Bisa diartikan sebagai sifat resitensi dari

suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi atau mudah tergores.

Kekerasan mineral relativ yang artinya apabila dua mineral saling digoreskan

satu dengan lainnya, mineral yang tergores adalah mineral yang lebih lunak.

Berdasarkan kekerasan dari mineral dapat dikenal dengan teori skala kekerasan

mosh.

Gambar 2.10Perbandingan skala kekerasan pada mineral

Page 12: Mineral Dan Mineralogi

9

2.6.5 Goresan pada bidang (streak)

Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada

mineral kuarsa dan pyrit yang sangat jelas dan khas.

2.6.6 Kilap (luster)

Kilap adalah suatu kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari

permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada dua jenis, yaitu kilap logam

dan kilap non logam. Kilap logam pada umunya terdapat pada mineral bersifat

logam, sedangkan kilap non logam terdapat pada mineral bukan non logam yang

terdiri atas kilap kaca, kilap sutera, kilap damar, kilap lemak, kilap intan.

2.6.7 Pecahan

Sifat fisik mineral untuk pecahannya yaitu adalah sifat mineral untuk pecah

tidak mengikuti bidang belahnya sehingga terjadi suatu retakan atau pecahan

ataupun patahan. Berdasarkan bentuk pecahannya, mineral dapat dibedakan

menjadi pecahan rata dan pecahan tidak rata dan pecahan kulit kerang

(concodial). Berdasrakan sifat permukaan pecahannya, pecahan dibedakan

menjadi pecahan licin, pecahan berbutir kasar, pecahan berbutir halus, pecahan

tajam dan pecahan serbuk. Sebagai contoh bentuk pecahan kulit kerang

(concodial)

Gambar 2.11Pecahan concodial pada obsidian

2.6.8 Berat jenis (specific gravity)

Berat jenis pada mineral dipengaruhi oleh kepadatan struktur atom mineral

tersebut yang penentuannya dapat dilakukan dengan cara menimbangnya dalam

udara atau dalam air. Penentuan berat jenis digunakan standar

≥ 3 : untuk mineral logam

< 3 : untuk mineral non logam

Page 13: Mineral Dan Mineralogi

BAB III

TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas

Mendeskripsikan sebuah mineral dengan menggunakan sifat-sifat fisiknya

sebagai ciri utama mineral yang membedakan satu sama lainnya, yang meliputi

warna mineral, kilap, kekeraasan, pecahan, belahan, ketahanan, kemagnetan

dan gores dari mineral.

3.2 Pembahasan

Setelah melakukan pengamatan dan pendeskripsian pada beberapa

mineral didapatkan hasil sebagai berikut :

3.2.1 LG / Mineral / 1

Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,

mineral tersebut mempunyai warna mineral saddle brown yang diamati dan

disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap tanah.

Mineral ini mempunyai kekerasan 2.5 - 5.5 dengan media paku tembaga sebagai

bahan uji. Pecahan yang dimiliki mineral ini tidak beraturan dan mempunyai

belahan yang tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya

bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan

putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan

tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat

ditarik oleh magnet).

Foto 3.1 Gambar 3.1

Mineral 1 sketsa mineral 1

11

Page 14: Mineral Dan Mineralogi

12

3.2.2 LG / Mineral / 2

Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,

mineral tersebut mempunyai warna mineral honey dew yang diamati dan

disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap kaca.

Mineral ini mempunyai kekerasan 2.5 - 5.5 dengan media paku tembaga sebagai

bahan uji. Pecahan yang dimiliki mineral ini bersifat konkodial dan mempunyai

belahan yang tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya

bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan

putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan

tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat

ditarik oleh magnet).

Foto 3.2 Gambar 3.2

Mineral 2 sketsa mineral 2

3.2.3 LG / Mineral / 3

Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,

mineral tersebut mempunyai warna mineral aquamarine yang diamati dan

disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap tanah.

Mineral ini mempunyai kekerasan 2.5 - 5.5 dengan media paku tembaga sebagai

bahan uji. Pecahan yang dimiliki mineral ini tidak beraturan dan mempunyai

belahan yang tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya

bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan

aquamarine pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari

goresan tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak

dapat ditarik oleh magnet).

Page 15: Mineral Dan Mineralogi

13

Foto 3.3 Gambar 3.3

Mineral 3 sketsa mineral 3

3.2.4 LG / Mineral / 4

Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,

mineral tersebut mempunyai warna mineral beige yang diamati dan disamakan

warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap mutiara. Mineral ini

mempunyai kekerasan > 7, dapat diukur kekerasannya dengan mineral itu sendiri

sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini berupa konkodial dan

mempunyai belahan sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya

bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan

putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan

tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat

ditarik oleh magnet).

Foto 3.4 Gambar 3.4

Mineral 4 sketsa mineral 4

3.2.5 LG / Mineral / 5

Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,

mineral tersebut mempunyai warna mineral saddle brown yang diamati dan

disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap tanah.

Mineral ini mempunyai kekerasan 0 – 2.5, dapat diukur kekerasannya dengan

kuku jari manusia sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini tidak

Page 16: Mineral Dan Mineralogi

14

beraturan dan mempunyai belahan tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini

terhadap ketahanannya bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa.

Dan mempunyai goresan putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk

mengetahui warna dari goresan tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini

adalah diamagnetik (tidak dapat ditarik oleh magnet).

Foto 3.5 Gambar 3.5

Mineral 5 sketsa mineral 5

3.2.6 LG / Mineral / 6

Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,

mineral tersebut mempunyai warna mineral cornsilk yang diamati dan disamakan

warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap tanah. Mineral ini

mempunyai kekerasan 2.5 – 5.5, dapat diukur kekerasannya dengan paku

tembaga sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini tidak beraturan

dan mempunyai belahan sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya

bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan

putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan

tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat

ditarik oleh magnet).

Foto 3.6 Gambar 3.6

Mineral 6 sketsa mineral 6

Page 17: Mineral Dan Mineralogi

15

3.2.7 LG / Mineral / 7

Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,

mineral tersebut mempunyai warna mineral black (hitam pekat) yang diamati dan

disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap

mutiara. Mineral ini mempunyai kekerasan 0 - 2.5 , dapat diukur kekerasannya

dengan kuku manusia sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini

konkoidal dan mempunyai belahan tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini

terhadap ketahanannya bersifat sektile. Dan mempunyai goresan olive drab pada

porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan tersebut.

Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat ditarik oleh

magnet).

Foto 3.7 Gambar 3.7

Mineral 7 sketsa mineral 7

3.2.7 LG / Mineral / 8

Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,

mineral tersebut mempunyai warna mineral white (putih pekat) yang diamati dan

disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap

mutiara. Mineral ini mempunyai kekerasan 0 - 2.5 , dapat diukur kekerasannya

dengan kuku manusia sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini

menyerat dan mempunyai belahan sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap

ketahanannya bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan

mempunyai goresan putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui

warna dari goresan tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah

diamagnetik (tidak dapat ditarik oleh magnet).

Page 18: Mineral Dan Mineralogi

16

Foto 3.8 Gambar 3.8

Mineral 8 sketsa mineral 8

Page 19: Mineral Dan Mineralogi

BAB IV ANALISA

Dalam praktikum mineral dan mineralogi ini dipelajari tentang ilmu yang

mempelajari tentang mineral yang berkaitan dengan asal mula mineral tersebut

terbentuk, terbagi kedalam golongan-golongan tertentu, susunan penyusun dari

unsur kimia yang menyusunnya dan menjabarkan berbagai sifat dari mineral.

Suatu mineral meruapakan bahan padat yang secara alami terbentuk alami

dengan berbagai prosesnya. Bahan padat dari mineral ini terbentuk dari cairan

magma yang memebeku dan menghablur pada lapisan litosfer bumi. bahan

dasar magma berupa cairan yang bersifat basa dan asam dimana dalam

pembentukan suebuah mineralnya, sifat dari magma ini mempengaruhi suatu

jenis mineral, unsur kimia yang menghablur membentuk sebuah mineral

tergantung dari tempat mineral tersebut dibentuk. Namun mineral-mineral utama

yang terbentuk merupakan mineral hasil penghabluran dari cairan magma yang

bersifat basa. Bilamana magma tersebut belum mengalami pembekuan secara

keseluruhan maka magma tersebut akan naik kembali ke atas permukaan

dengan membawa sisa-sisa dari unsur kimianya yang akan mengalami

pendinginan dan membentuk sebuah mineral dengan proses yang berbeda.

Sifat fisik dari sebuah mineral meruapakan hasil dari berbagai proses yang

dialami oleh suatu mineral dalam proses keterbentukannya. Seperti halnya pada

warna yang dimiliki mineral, dimana warna tersebut merupakan warna asal atau

bawaan yang menjadi ciri khas dari suatu mineral dan ada pula warna mineral

yang berbeda tetapi dengan unsur kimia yang sama yang terjadi akibat proses

isomorfisme ataupun polimorfisme dari suatu mineral. Contohnya mineral kuarsa

yang berwarna putih kilap dengan ametis yang berwarna fiolet dengan unsur

kimia yang sama.

Kekerasan pada suatu mineral merupakan ciri dari suatu mineral yang

dapat menjadi patokan dalam mendeskripsikan mineral satu dengan mineral

yang lainnya. Namun disini untuk mendeskripsikan kekrasan mineral digunakan

metode yang telah ada sebelumnya atau dikenal dengan skala kekerasan mosh,

namun untuk memudahkan dalam pendeskripsian kekerasan mineral dilakukan

dengan bahan-bahan padat yang mempunyai bangun unsur kimia yang sama

17

Page 20: Mineral Dan Mineralogi

18

atau mewakili dengan mineral yang terdapat dalam skala kekerasan mosh

yang seperti halnya kuku manusia, paku tembaga, baja dan dengan mineral itu

sendiri.

Perbedaan pada pendeskripsian pecahan dan belahan pada sebuah

mineral dapat dilihat dengan cara bilamana suatu mineral tersebut pecah tidak

mengikuti bidang belahnya yang mengakibatkan retakan, pecahan dan patahan.

Atau bisa dilihat pada permukaan sebuah mineral, ini disebut sebagai sifat fisik

pecahan dari suatu mineral. Untuk belahan dari mineral merupakan sifat fisik

yang dimana sebuah mineral dapat pecah sepanjang bidang yang teratur atau

mengikuti bidang kristalnya bisa berbentuk sempurna dan tidak sempurna.

Sifat fisik mineral selanjutnya adalah ketahan dimana dalam

pendeskripsian dilakukan uji terhadap mineral untuk mengetahui ketahanan

sebuah mineral apabila dipukul dengan benda lain. Ketahanan dari sebuah

mineral merupakan ketahan terhadap gaya yang diberikan dari luar. Apabila

gaya yang diberikan lebih besar maka mineral yang bila mempunyai ketahanan

rendah akan pecah dan membentuk sebuah bentuk baru yang biasanya

mempunyai sifat hancur, flexsible, elastis, sektil dan melable (biasa terjadi pada

mineral bijih).

Sebuah mineral juga mempunyai sifat fisik untuk goresan (streak), dimana

goresan yang ditimbulkan oleh mineral terhadap bidang kasar atau biasa

dilakukan pada porselen akan menimbulkan warna bekas dari goresan tersebut.

Warna dari goresan merupakan warna asli dari mineral. Tidak selamanya warna

mineral jika digoreskan akan menghasilkan warna yang sama, ini terjadi karena

sebuah mineral dengan warna aslinya mengalami pelapukan sehingga merubah

warna dari mineral itu sendiri. Seperti contohnya mineral pirit, warna mineral ini

kuning keemasan namun memiliki sifat gores berupa warna hitam.

Namun deskripsi yang dilakukan sifat-sifat diatas dilakukan secara

megaskopis. Untuk lebih mengetahui secara jelas mineral tersebut termasuk

kedalam jenisnya bisa dilakukan deskripsi mineral secara mikroskopis.

Page 21: Mineral Dan Mineralogi

BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum kali ini yaitu tentang mineral dan mineralogi dapat diambil

kesimpulan bahwa dalam ilmu geologi terdapat cabang ilmu yang mempelajari

tentang lebih lanjut mengenai mineral. Ilmu yang mempelajari mineral ini disebut

dengan mineralogi. Dalam ilmu dipelajari tentang identifikasi terhadap mineral,

sifat-sifat fisik mineral mapun sifat kimia dari mineral juga dalam cabang ilmu

mineralogi ini dipelajari tentang keterjadian suatu mineral dan susunan yang

menyusun bentuk sebuah mineral.

Dalam kajian ilmu mineralogi, di perdalam pamahaman tentang definisi,

jenis-jenis mineral, bentuk, unsur penyusun dan lainnya. Mineral di muka bumi ini

terbentuk secara alami di alam dan bersifat anorganik. Mempunyai struktur yang

sangat beragam bentuknya. Mineral terbentuk menjadi dua bagian yaitu mineral

primer dan mineral sekunder yang secara teori dihasilkan dari proses

pembekuan magma yang dimana magma tersebut bisa bersifat basa ataupun

asam yang mengalami berbagai prosesnya. Mineral merupakan bahan padat

penyusun sebuah batuan yang terdapat di muka bumi ini. Mineral dapat

dibedakan satu sama lainnya dengan melihat dan memperhatikan sifat-sifat fisik

nya.

19

Page 22: Mineral Dan Mineralogi

DAFTAR PUSTAKA

Syadid, Ahmad, 2012, “Mineralogi”.

http://miningunlam.blogspot.com/2012/01/mineralogi.html. Diakses tanggal

11 Oktober 2013 (html, online)

Christian, Jemmy, 2013, “Proses Pembentukan Mineral”.

http://jhem90.blogspot.com/2013/06/proses-pembentukan-mineral.html.

Diakses tanggal 11 oktober 2013 (html, online)

30, Purnama, 2011, “Mineralogi”.

http://id.scribd.com/doc/47359316/MINERALOGI. diakses tanggal 11

oktober 2013 (pdf, online)

Lembaga pelatihan olimpiade sains, 2012, “Mineralogi kebumian”.

http://elearning.pelatihan-osn.com/riddar/kebumian/mineralogi.pdf. Diakses

tanggal 11 oktober 2013 (pdf, online)

Putih, kuarsa, 2011,”Mineral Dan Mineralogi”.

http://id.scribd.com/doc/93645940/Definisi-Mineralogi-Dan-

Mineral#download. Diakses tanggal 11 oktober 2013 (pdf, online)