minat beli produk yang mengimplementasikan …digilib.unila.ac.id/24952/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
MINAT BELI PRODUK YANG MENGIMPLEMENTASIKAN
GREEN MARKETING DILIHAT DARI FAKTOR
KESADARAN LINGKUNGAN, KESEDIAAN
MEMBAYAR DAN GAYA HIDUP
(Studi Pada Ibu Rumah Tangga di Bandar Jaya Timur)
(Skripsi)
Oleh
OGI ISKANDAR
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ABSTRACT
INTEREST TO BUY PRODUCT OF IMPLEMENTING GREEN MARKETING.
ANALYZED FROM THE ENVIRONMENTAL AWARENESS,
WILLINGNESS TO BUY AND LIFESTYLE FACTORS
By
Ogi Iskandar
This study is aim to know the influence of environmental awareness, willingness to buy and life
style factors to interest to buy product of implementing green marketing concept that are
Tupperware.. This study uses questionairre as an instrument to get sample from 77 respondents,
namely housewives who know Tupperware products. Besides, the data analysis is using multiple
linier regression.
The result of data analysis using multiple linier regression shows that partially environmental
awarness factor variable (X1) are not significant in influencing interest to buy product (Y), while
willingness to pay factor variable (X2) and life style (X3) are significant in influencing interest to
buy green product (Y). Simultaneously environmental awareness, willingness to pay factors
variables are significantly influence in the interest to buy green product. So, Tupperware should
give more attention to willingness to pay and life style factors to develop products that fit cosumers
needs
.
Keywords: environmental awareness, willingness to pay, life style and interest to buy green
product.
ABSTRAK
MINAT BELI PRODUK YANG MENGIMPLEMENTASIKAN GREEN
MARKETING DILIHAT DARI FAKTOR KESADARAN
LINGKUNGAN, KESEDIAAN MEMBELI
DAN GAYA HIDUP
Oleh
Ogi Iskandar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor kesadaran lingkungan,
kesediaan membaya dan gaya hidup terhadap minat beli produk yang mengimplementasikan
konsep green marketing yaitu Tupperware. penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai
instrumen untuk mengambil sampel sebanyak 77 orang responden, yaitu ibu rumah tangga
yang mengetahui produk Tupperware, sementara itu analisis data dengan regresi linier
berganda.
Hasil analisis data dengan menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara
parsial variabel faktor kesadaran lingkungan (X1) berpengaruh tidak signifikan terhadap minat
beli (Y), sedangkan variabel faktor kesediaan membayar (X2) dan gaya hidup (X3)
berpengaruh signifikan terhadap minat beli produk hijau (Y). Secara simultan variabel faktor
kesadaran lingkungan, kesediaan membayar dan gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap
minat beli produk hijau. Oleh karena itu, Tupperware seharusnya lebih memperhatikan faktor
kesadaran membayar dan gaya hidup untuk mengembangkan produk yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen.
Kata kunci : Pengaruh Kesadaran Lingkungan, Kesediaan Membayar, Gaya Hidup dan Minat
Beli Produk hijau.
MINAT BELI PRODUK YANG MENGIMPLEMENTASIKAN GREEN
MARKETING DILIHAT DARI FAKTOR KESADARAN
LINGKUNGAN, KESEDIAAN MEMBAYAR,
DAN GAYA HIDUP
(Studi Pada Ibu Rumah Tangga di Bandar Jaya Timur)
Oleh
Ogi Iskandar
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
Pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat pada
tanggal 27 November 1992. Penulis merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan ayah Imun
Sulaiman dan ibu Yayat Nurhayati.
Penulis memulai pendidikan formal sekolah dasar di SDN
Sindang Agung 2 pada tahun 1999 hingga 2005 Lalu
menempuh pendidikan pada madrasah tsanawiyah di MTsN
Sindang Sari Kuningan pada tahun 2005 sampai 2006 dan dilanjutkan di MTsN
Poncowati Lampung Tengah hingga tahun 2008. Selanjutnya pada tahun 2011 penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menegah Kejuruan di SMK Negeri 2 Terbanggi
Besar Lampung Tengah jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Pada tahun yang sama
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung melalui Jalur SNMPTN tulis.
Dimasa kuliah penulis mengikuti beberapa organisasi. Diantaranya pada tahun 2012
mengikuti HMJ Imu Administrasi Bisnis Sebagai Anggota Bidang Informasi dan
komunikasi. Selanjutnya ditahun yang sama (2012) mengikuti UKMF Forum Studi
Pengembangan Islam FISIP UNILA sebagai kepala bidang media center. Selanjutnya
ditahun 2013 penulis menjadi Sekretaris Umum UKMF Forum Studi Pengembangan
Islam FISIP UNILA. Kemudian pada tahun 2014 penulis menjadi anggota komisi A di
Pusat Komunikasi Daerah FSLDK Lampung. Ditahun 2015 hingga 2016 penulis menjadi
Menteri Kesejahteraan Mahasiswa dan Masyarakat di Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Lampung.
MOTTO
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang
ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah
(dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada
hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
(QS. Al-Baqoroh: 148)
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia.
(HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)
Pendidikan adalah senjata yang paling hebat yang bisa
kamu gunakan untuk mengubah dunia
(Nelson Mandela)
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucap Puji dan Syukur Kepada Allah SWT
Kupersembahkan Karya Ini untuk :
Ayah dan Ibuku Tercinta
Yang Tak Pernah Ada Habisnya Memberikan Dukungan,
Doa dan kasih Sayang Kepadaku
Kakak dan Adikku dan Seluruh Keluarga
Yang Selalu Memberikan Semangat dalam Menyelesaikan
Skripsi ini
Dosen Pembimbing dan Penguji yang Telah Memberikan
Banyak Masukan Demi Penelitian ini
Seluruh Sahabat-sahabatku
Almamater Tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirahmanirahiim.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. Sujud syukur penulis
atasterselesaikanya skripsi ini.
Skripsi dengan judul Minat Beli Produk yssng Mengimplementasikan Green
Marketing Dilihat dari Faktor Kesadaran Lingkungan, Kesediaan Membayar dan
Gaya Hidup (Studi Pada Ibu Rumah Tangga di Bandar Jaya Timur) merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis Universits
Lampung.
Rasa bahagia dan terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Prof. Hasriadi Mat Akin selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Karomani selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dan Alumni.
3. Bapak Dr. Syarif Makhya, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik
4. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos, M.Si Selaku Ketua Jurusan ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5. Bapak Drs. A. Efendi., MM selaku dosen pembimbing skripsi,
terimakasih atas bimbingan, motivasi dan masukan yang membangun.
6. Bapak Nur Efendi, S.Sos., M.Si selaku dosen penguji, terimakasih saya
ucapkan atas saran dan masukannya dalam menyelesaikan skripsi.
7. Kedua orang tua Bapak Imun Sulaiman dan Ibu Yayat Nurhayati atas
dedikasi dan perjuangan mendidik mendoakan dan mendukung setiap
langkah kehidupan saya.
8. Untuk saudari kandung saya Erna Wati dan Inayah terimakasih sudah
menjadi saudara dan penyemangat selama ini.
9. Teman satu gank Bangkongers yang selalu saling memberikan motivasi
dalam setiap langkah. terimakasih telah memberikan cerita yang tak
terluakan dalam menempuh studi. Bambang (Bangkong luncat 2), David
Melsan (Bangkong luncat 3), Supriyanto (Bangkong luncat 4) dan Resty
Wulandari
10. Teman marbot masjid Al-Ukhuwah Pasca Sarjana IAIN Bandar Lampung
Kak Adi Suripto, To’at Maulana, Muhammad Rijal Robbani, Beni
Afifudin, Khoirul Amin dan Nurkholis Aji yang telah mewarnai suka duka
bersama dalam berjuang menempuh studi di Bandar Lampung.
11. Keluarga besar Pondok Pesantren Mahasiswa Daarul Hikmah (PPM DH)
Ustadz Tri Mulyono Lc, M.Hi., Selaku pimpinan PPM DH, Ustadz
Khumaidi M.Hi., Ustadz Komirudin imron Lc., Ustadz Fakhrurozi Lc.,
Ustadz Mujahidin, Ustadz Samsul rizal S.P., M.Si., Ustadz Tirmizi dan
Ustadz Amar.selaku tim pengajar PPM DH. Terimakasih atas ilmu yang
diberikan yang insya Allah akan bermanfaat baik dunia maupun akhirat.
12. Teman teman PPM DH angkatan 2013 M. Panji Wibowo, Aris Setiawan,
To’at maulana, Syarif Maulana sardi, Sofiyan Sumilat Rizki, Dion Dafrisa,
Pradiska Nawang Anggara, Hamzah Syah, Abu Zar, M. Rijal Robbani,
dan teman – teman angkatan 2012 dan 2014 yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Terimakasih kalian selalu mngingatkan dan memotivasi saya
akan kebaikan.
13. Keluarga Lembaga Dakwah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FSPI
FISIP UNILA Kak Prasetyo Nugroho, Kak Dwi Hardoyo, Kak Aziz, Mba
Windi, Nanang Purwadi, Rekza Cahya, To’at Maulana, Arif Sobarudin,
M. Sulaiman, Bambang Irawan, Supriyanto, Imam Ashari, Riko Pambudi,
Ogi Sagara Rahman, M Ilal Akbar, Firdaus, Endriyanto, Wahyu Hidayat,
Faizal Afrizal, Faisal Mardiansa, Sholehudin Ridwan, Tyaz Ariansyah,
Anggi Prasetyo, Eva Etiningsih, Evi Suryani, Riska Fajrianti, Rizky Fitria
Sari, Resty Wulandari, Monica Tamara, Ayu Wulandari, Erfina dan
pejuang dakwah lainya.
14. Teman teman satu perjuangan HMJ Ilmu Adm. Bisnis Angkatan 2011
Anas Khair Prikurnia, Ibtihaj Al Hawa, Wiliyanda Rio Frastowo, Linda,
Heral Viryando Maki, Ibtihaj Al Hawa, Riko Pambudi, Himawan Sutanto,
Anisa Rahmadini, Hotma Margaretha, Damar Wicaksana dll.
15. Keluarga besar BEM U KBM UNILA Kabinet Muda Bergerak, Kita Muda
Kita Bergerak!. Mas Presiden Bambang Irawan, Mas Wapres Deni
Yuniardi, Mensekab Naila Amalia, Menkeu Heni Puspita Sari kalian
adalah presidium yang hebat yang senantiasa mengayomi anggota-
anggotanya. Selanjutnya Novita Sari (Asmen Kesma), Ari Krisnawati
Asmen Keu), Nindriya Kurniandari (Asmen Sekab), Anggi Arif
(Mendagri), Sunarsih (Asmen Dagri), Alex Munandar(Men P&K), Nurul
Hamidah Chaniago (Asmen P&K), Beny Tribiwono (Menkominfo), Nina
syta (Asmen Kominfo), Irkham Bariklana (Menlu), Sri Rahayu (Asmen
Lu), M. Rijal Robbani (Menhan), Siti Muslimah Asmen Han, Nadiril Syah
(Menakspro), Miftahul Huda (Asmen Akspro), Deris Astriawan
(Mensospol), Riska Fajrianti (Asmen Sospol), Ayu Diah Palupi (Men
PPW) dan Marelita Devisa (Asmen PPW). Satu tahun kepengurusan yang
sangat berkesan dan akan selalu diingat.
16. Keluarga Kementrian Kesejahteraan Mahasiswa dan Masyarakat Novita
Sari selaku Asisten Mentri yang kuat dan disiplin yang selalu perhatian
terhadap staf ahli dan KMB sehingga agenda-agenda kementrian dapat
berjalan dengan lancar. Kemudian Uda Abdul Ajiz, Arif Fauzi, Irvan Eko
Saputra, Dedi kurniawan, Gilang, M. Afif, Boy Tanjung, Panca Desty
Silviana, Anggri, Umar, Nia, Ulfah dan yang lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terimakasih atas usaha-usaha super yang telah
diberikan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan mahasiswa dan
masyarakat,
17. Segenap Dosen dan staf adm bisnis Ibu Mertayana terimakasih atas
pembelajaranya dan bantuanya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sepenuhnya sempurna,
semoga skripsi ini berguna dan mempunyai amnfaat untuk kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................. 7
1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Konsumen ................................................................ 9
2.2 Green Marketing .................................................................... 11
2.3 Kesadaran Lingkungan .......................................................... 14
2.4 Kesediaan Membayar ............................................................. 23
2.5 Gaya hidup ............................................................................. 24
2.6 Minat Beli .............................................................................. 27
2.7 Penelitian Terdahulu .............................................................. 29
2.8 Kerangka Pemikiran ............................................................... 33
2.9 Hipotesis ................................................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................... 37
3.3 Definisi Konseptual ............................................................... 37
3.4 Definisi Oprasional ................................................................ 38
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 41
3.6 Populasi dan Sampel .............................................................. 41
3.7 Skala Pengukuran ................................................................... 43
3.8 Teknik engujian ..................................................................... 45
3.8.1 Uji Validitas ................................................................. 45
3.8.2 Uji Realbilitas .............................................................. 46
3.9 Analisis Data .......................................................................... 47
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ......................................... 47
3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik ............................................. 48
3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda ................................ 50
3.10 Pengujian hipotesis .............................................................. 51
3.10.1 Analisis Koefisien Determinan (R2) .......................... 51
3.10.2 Uji F ........................................................................... 51
3.10.3 Uji T ........................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN … ............................................... 54
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Bandar Jaya Timur ................. 54
4.1.1 Kondisi Geografis ........................................................ 55
4.1.2 Sosial Budaya .............................................................. 56
4.1.3 Pemerintahan Umum ................................................... 57
4.1.4 Ekonomi Masyarakat ................................................... 57
4.1.5 Pemberdayaan dan Kesejahteraaan Keluarga .............. 58
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ................................................... 59
4.2.1 Karakteristik Responden .............................................. 59
4.2.2 Analisis Jawaban Responden ....................................... 62
4.2.2.1 Variabel Kesadaran Lingkungan (X1) ............ 62
4.2.2.2 Variabel Kesediaan Membayar (X2) ............... 69
4.2.2.3 Variabel Gaya Hidup (X3) .............................. 71
4.2.2.4 VariabelMinat Beli (Y) ................................... 76
4.2.2.5 Analisis Skor Variabel ..................................... 78
4.3 Pengujian Asumsi Klasik ....................................................... 79
4.3.1 Normalitas .................................................................... 79
4.3.2 Heteroskedastisitas ....................................................... 80
4.3.3 Multikolinieritas ........................................................... 82
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 83
4.5 Pengujian Hipotesis ............................................................... 85
4.5.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ........................... 85
4.5.2 Uji F - Simultan ........................................................... 86
4.5.3Uji T – Parsial ............................................................... 87
4.6 Hasil dan Pembahasan ........................................................... 89
4.6.1 Pengaruh Variabel Kesadaran Lingkungan terhadap
Minat Beli Produk Hijau ............................................. 89
4.6.2 Pengaruh Variabel Kesediaan Membayar terhadap
Minat Beli Produk Hijau ............................................. 92
4.6.3 Pengaruh Variabel Gaya Hidup Minat Beli Produk
Hijau ............................................................................ 93
4.6.4 Pengaruh Variabel Kesadaran Lingkungan, Kesediaan
Membayar dan Gaya Hidup terhadap Minat Beli
Produk Hijau ................................................................ 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 96
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 96
5.2 Saran ...................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Model Penelitian ................................................................ 35
GAMBAR 4.1 Analisis usia ....................................................................... 61
GAMBAR 4.2 Uji normalitas .................................................................... 80
GAMBAR 4.3 Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 81
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Inventaris Gaya Hidup ........................................................... 25
TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................. 32
TABEL 3.1 Definisi Operasional Variabel ................................................ 39
TABEL 3.2 Skor Pernyataan ..................................................................... 44
TABEL 3.3 Uji validitas variabel kesadaran lingkungan (X1) .................. 45
TABEL 3.4 Uji validitas variabel kesediaan membayar (X2) ................... 46
TABEL 3.5 Uji validitas variabel gaya hidup (X3) ................................... 46
TABEL 3.6 Uji validitas variabel minat beli (Y) ....................................... 46
TABEL 3.7 Uji reliabilitas ......................................................................... 47
TABEL 4.1 Kondisi geografis ................................................................... 55
TABEL 4.2 Sosial budaya Bandar Jaya Timur .......................................... 56
TABEL 4.3 Agama .................................................................................... 57
TABEL 4.4 Pemerintahan umum kelurahan Bandar Jaya Timur .............. 57
TABEL 4.5 Ekonomi masyarakat Bandar Jaya Timur .............................. 57
TABEL 4.6 Tingkat kesejahteraan ............................................................. 58
TABEL 4.7 Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga ............................ 58
TABEL 4.8 Karakteristik usia responden .................................................. 59
TABEL 4.9 Analisis usia a ......................................................................... 59
TABEL 4.10 Analisis usia b ....................................................................... 60
TABEL 4.11 Analisis usia c ...................................................................... 60
TABEL 4.12 Analisis usia d ...................................................................... 60
TABEL 4.13 Analisis usia e ...................................................................... 60
TABEL 4.14 Mengetahui ciri udara yang bersih adalah udara yang segar 63
TABEL 4.15 Mengetahui ciri udara yang bersih adalah udara yang tidak
berbau ................................................................................... 64
TABEL 4.16 Mengetahui sumber air yang sehat adalah yang tidak
berwarna ............................................................................... 64
TABEL 4.17 Mengetahui sumber air yang sehat adalah yang tidak berbau 64
TABEL 4.18 Mengetahui sumber air yang sehat adalah yang tidak
berrasa ................................................................................... 64
TABEL 4.19 Mengetahui ciri tanah yang tidak tercemar adalah yang
tidak berbau busuk ............................................................... 65
TABEL 4.20 Mengetahui ciri tanah yang tidak tercemar adalaha tanah
yang subur ............................................................................ 65
TABEL 4.21 Mengetahui asap rokok dapat mencemari udara .................. 65
TABEL 4.22 Mengetahui asap pabrik dapat mencemari udara ................. 65
TABEL 4.23 Mengetahui asap kebakaran hutan dapat mencemari udara . 66
TABEL 4.24 Mengetahui asap kendaraan bermotor dapat mencemari
udara ..................................................................................... 66
TABEL 4.25 Mengetahui membuang limbah kesungai dapat mencemari
air ......................................................................................... 66
TABEL 4.26 Mengetahui menangkap ikan degan racun dapat mencemari
air ......................................................................................... 66
TABEL 4.27 Mengetahui membuang oli ketanah dapat mencemari tanah 67
TABEL 4.28 Mencegah kerusakan lingkungan hidup ............................... 67
TABEL 4.29 Menentang kebijakan yang tidak ramah lingkungan ............ 67
TABEL 4.30 Tupperware adalah perusahaan yang ramah lingkungan ..... 69
TABEL 4.31 Harga Tupperware sudah sesuai dengan kualitasnya ........... 69
TABEL 4.32 Bersedia membayar lebih ..................................................... 70
TABEL 4.33 Pekerjaan yang dimiliki tidak merusak lingkungan ............. 71
TABEL 4.34 Olahraga yang dimiliki tidak merusak lingkungan hidup .... 72
TABEL 4.35 Lebih memperhatikan produk yang ramah lingkungan
ketika berbelanja .................................................................. 72
TABEL 4.36 Tertarik terhadap aktifitas keluarga yang ramah lingkungan 73
TABEL 4.37 Tertarik terhadap rumah yang tidak tercemar ...................... 73
TABEL 4.38 Tertarik terhadap komunitas yang aktif dalam melestarikan
lingkunga hidup .................................................................... 74
TABEL 4.39 Bersedia melestarikan lingkungan demi masadepan yang
sehat ..................................................................................... 74
TABEL 4.40 peduli terhadap lingkungan hidup tumbuh dari diri sendiri . 75
TABEL 4.41 Budaya yang baik adalah budaya yang ramah lingkungan .. 75
TABEL 4.42 Tertarik terhadap produk Tupperware .................................. 76
TABEL 4.43 Ingin membeli produk Tupperware ...................................... 77
TABEL 4.44 Mendukung Tupperware sebagai produk yang ramah
lingkungan ............................................................................ 82
TABEL 4.45 Analisis skor jawaban ........................................................... 78
TABEL 4.46 Uji multikolinieritas ............................................................. 82
TABEL 4.47 Analisis regresi linier berganda ............................................ 83
TABEL 4.48 Analisis koefisien Determinasi ............................................. 85
TABEL 4.49 Uji F ..................................................................................... 86
TABEL 4.50 Uji T X1 ............................................................................... 87
TABEL 4.51 Uji T X2 ............................................................................... 88
TABEL 4.52 Uji T X3 ............................................................................... 88
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Universitas Adelaide mempublikasikan hasil penelitiannya terkait lingkungan.
Ada empat negara, yakni Brazil, Amerika Serikat, China, dan Indonesia
dinyatakan sebagai negara paling berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan di
muka Bumi (Vivanews, 2010). Kerusakan lingkungan dapat disebabkan oleh
banyaknya hutan yang gundul akibat penebangan liar, efek rumah kaca, polusi
udara yang saat ini semakin meningkat, dan limbah yang dihasilkan oleh industri,
kendaraan bermotor hingga peralatan rumah tangga.
Dalam Undang Undang No. 32 tahun 2009 bab 1 pasal 1 poin ke 15 dikatakan
“Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat
fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh
lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya.”
Produk yang digunakan masyarakat setiap haripun menjadi penyumbang
kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh produk yang tidak dapat didaur
ulang dan bahkan mengandung zat berbahaya bagi lingkungan. Apabila hal ini
dibiarkan maka kemungkinan besar akan menyebabkan kerusakan lingkungan.
2
Survei yang dilakukan oleh Gallup dalam kotler dan keller (2012:82)
mengungkapkan persentase orang dewasa Amerika Serikat yang percaya
pemanasan global akan menimbulkan ancaman serius selama hidup mereka telah
meningkat dari 25 persen pada tahun 1998 menjadi 40 persen pada tahun 2008.
Riset A Mediamark & Studi intelijen pada tahun 2008 menemukan bahwa hampir
dua-pertiga dari pria AS dan perempuan menyatakan bahwa "melestarikan
lingkungan sebagai pedoman dalam hidup Anda" adalah "sangat penting." sebuah
jajak pendapat Washington Post / ABC News / Stanford University pada tahun
2007 menemukan bahwa 94 persen responden yang "bersedia" untuk "secara
pribadi mengubah beberapa hal-hal yang Anda lakukan untuk memperbaiki
lingkungan, "dengan 50 persen mengatakan mereka" sangat bersedia"
Sebuah survei TNS 2008 dalam Kotler & Keller (2012:82) menemukan bahwa
hanya 26 persen orang Amerika mengatakan mereka secara aktif mencari produk
yang ramah lingkungan. Sebuah jajak pendapat Gallup 2008 menemukan bahwa
hanya 28 persen responden mengaku telah membuat perubahan besar dalam
belanja mereka sendiri dan kebiasaan hidup atas lima tahun terakhir untuk
melindungi lingkungan. Penelitian lain melaporkan bahwa konsumen lebih peduli
dengan lebih dekat dengan isu-isu lingkungan rumah seperti pencemaran air di
sungai dan danau dari isu-isu yang lebih luas seperti pemanasan global. Seperti
yang sering terjadi, perubahan perilaku mengikuti perubahan sikap bagi
konsumen.
3
Namun demikian, penelitian yang dilakukan oleh GfK Roper Consulting dalam
Kotler & Keller (2012:82) menunjukkan, harapan konsumen untuk perilaku
perusahaan terhadap lingkungan telah berubah secara signifikan, dan dalam
banyak kasus harapan ini lebih tinggi dari tuntutan mereka dan menempatkan
pada diri mereka sendiri. Menariknya, meskipun beberapa pemasar menganggap
bahwa orang yang lebih muda lebih peduli tentang lingkungan dibandingkan
konsumen yang lebih tua, beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumen
lebih tua benar-benar mengambil tanggung jawab ekologi yang lebih serius.
Kotler dan Keler (2012:82) mengemukakan bahwa masa lalu, pemasaran hijau
diluncurkan oleh perusahaan rogram di seluruh produk tertentu dan tidak selalu
sepenuhnya berhasil karena beberapa alasan. Konsumen mungkin berpikir bahwa
kualitas produk tersebut lebih rendah karena ramah lingkungan atau tidak
sepenuhnya ramah lingkungan. Namun ada juga produk-produk hijau yang
berhasil membujuk konsumen bahwa mereka ikut berpartisipasi dalam
kepentingan masyarakat dengan jangka panjang. Beberapa contoh adalah
makanan organik yang dilihat sebagai lebih sehat, enak, dan lebih aman, dan
peralatan hemat energi yang dipandang lebih sedikit mengeluarkan energi untuk
mengoperasikan. Ada beberapa rekomendasi ahli tentang bagaimana untuk
menghindari "miopia pemasaran hijau" dengan berfokus pada positioning nilai
kosumen, kalibrasi pengetahuan konsumen, dan kredibilitas klaim produk. Salah
satu tantangan pemasaran hijau adalah kesulitan konsumen memiliki dalam
memahami manfaat lingkungan dari produk, menyebabkan banyak tuduhan
"greenwashing" di mana produk tidak sepenuhnya ramah. Meskipun ada produk
hijau yang menekankan manfaat alami kepada mereka selama bertahun-tahun.
4
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya kerusakan lingkungan maka
menimbulkan kinginan masyarakat untuk mengurangi penyebab kerusakan ini.
Untuk itu sebagian konsumen akan lebih hati-hati dalam memilih produk, supaya
dapat meminimalisir kerusakan lingkungan. Pengetahuan konsumenpun akan
produk yang dapat merusak dan tidak akan merusak lingkungan sudah mulai
meningkat. Sehingga masyarakat tidak enggan untuk menggunakan produk
ramah lingkungan karena selain untuk menjaga kelestarian lingkungan, produk
hijau lebih aman bagi kesehatan.
Terkait kesadaran lingkungan akan pentingnya menggunakan produk ramah
lingkungan belum tentu semuanya bersedia untuk membeli produk ramah
lingkungan. karena hal ini disebabkan oleh produk ramah lingkungan yang
biasanya harganya relatif lebih mahal daripada produk yang tidak ramah
lingkungan. Selain itu varian produk ramah lingkungan masih terhitung sedikit
dibandingkan produk yang tidak ramah lingkungan.
Lebih dari itu yang menjadi faktor berikutnya adalah gaya hidup konsumen. Hal
ini berpengaruh terhadap pilihan produk. Karena pilihan konsumen tergantung
dengan gaya hidup kesehariannya. Konsumen yang kurang memperdulikan
kesehatan cenderung tidak terlalu memikirkan untuk membeli produk hijau. Akan
tetapi bagi konsumen yang memang sadar akan kesehatan mereka cenderung
memilih produk hijau karena lebih sehat daripada produk yang lain. Dari berbagai
macam masalah diatas sebagian perusahaan mulai berfikir bagaimana mengubah
masalah menjadi sebuah peluang. Untuk itu mereka berlomba-lomba untuk
5
menciptakan suatu produk yang tidak dapat mencemari lingkungan. Hal ini
menjadi penyebab munculnya strategi green marketing.
Green marketing memberikan sebuah konsep pemasaran yang lebih
mengedepankan kelestarian lingkungan. Green marketing membuat produk yang
ramah lingkungan yang disebut produk hijau dan mengajak konsumen untuk lebih
peduli lingkungan dengan menggungakan produk ramah lingkungan.
Dikarenakan produk rumah tangga ikut berperan dalam kerusakan lingkungan
maka Tupperware hadir dengan menerapkan konsep Green Marketing.
Tupperware adalah salah satu produk yang sehat bagi keluarga dan juga ramah
bagi lingkungan. Produk ini mempunyai misi yaitu “mengubah hidup lebih
banyak orang menjadi lebih baik lagi”. Bahan yang digunakan Tupperware
menggunakan bahan berkualitas terbaik, aman bagi kesehatan serta ramah
lingkungan bahkan telah memenuhi ketentuan FDA (Food and Drug
Administration) yaitu salah satu badan yang bertugas mengatur makanan,
suplemen makanan, obat-obatan, produk biofarmasi, transfusi darah, piranti
medis, piranti untuk terapi dengan radiasi, produk kedokteran hewan, dan
kosmetik di Amerika Serikat, dan EFSA (European Food Safety Authority) yaitu
sebuah lembaga yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan kelayakan
makanan di Eropa. Dalam promosinya sering kali perusahan mempromosikan
produknya melalui kegiatan pelestarian lingkungan, serta mengajak masyarakat
untuk terus menjaga melestarikan lingkungan. Tupperware juga memberikan
garansi seumur hidup bagi konsumennya sehingga ketika produk Tupperware
rusak maka akan diganti dengan produk Tupperware yang baru. Hasil
6
pengembalian dari konsumen nantinya akan didaur ulang menjadi peralatan
berbahan plastik yang baru seperti kursi, meja, ember, dll. Sehingga limbah dari
produk Tupperware sangant minim.
Orang yang biasa memperhatikan peralatan rumah tangga biasaunya adalah para
ibu rumah tangga. Hal ini terjadi karena merekalah yang paling sering
menggunakan ataupun memperiapkan peralatan ini. Sehingga bisa diduga bahwa
ibu rumah tangga adalah orang yang paling paham terkait peralatan rumah tangga
dibanding dengan orang lain. Untuk itulah peneliti memilih ibu rumah tangga
sebagai subjek penelitiannya.
Dari uraian diatas maka peneliti ingin meneliti terkait minat beli konsumen
terhadap produk yang mengimplementasikan konsep green marketing yaitu
Tupperware yang ditinjau dari faktor kesadaran lingkungan, kesediaan membayar
dan gaya hidup.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah dari penelitian ini adalah
1. Apakah kesadaran lingkungan berpengaruh signifikan terhadap minat beli
produk hijau?
2. Apakah kesediaan membayar berpengaruh signifikan terhadap minat beli
produk hijau?
3. Apakah gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap minat beli produk hijau?
4. Apakah kesadaran lingkungan, kesediaan membayar dan gaya hidup
berpengaruh signifikan terhadap minat beli produk hijau?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran lingkungan terhadap minat beli
produk hijau
2. Untuk mengetahui pengaruh kesediaan membayar terhadap minat beli produk
hijau
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap minat beli produk hijau
4. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran lingkungan, kesediaan membayar dan
gaya hidup terhadap minat beli produk hijau.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi
penelitian lebih lanjut mengenai penelitian selanjutnya tentang tentang kesadaran
lingkungan, kesediaan membayar dan gaya hidup terhadap minat beli produk hijau.
Serta nantinya dapat digunakan sebagai bahan refrensi dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
8
1.4.2 Manfaat Praktis
penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan yang bermanfaat bagi para
pengusaha produk hijau. Temuan dari penelitian ini dapat dijadikan masukan dan
bahan pertimbangan bagi pengusaha dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERILAKU KONSUMEN
Istilah Perilaku erat hubungannya dengan obyek yang studinya diarahkan pada
permasalahan manusia. Dibidang studi pemasaran, konsep perilaku konsumen
secara terus menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Perilaku
konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Setiadi, 2003:82). Menurut
American Marketing Asociation dalam Peter dan Olson (1999:6) mendefinisikan
perilaku konsumen sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi,
perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran
dalam hidup mereka”.
Definisi ini menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis. Ini berarti bahwa
seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku
konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal
studi perilau konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi
10
perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka waktu tertentu, produk,
dan individu atau grup tertentu.
Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen
menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi
pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama disepanjang waktu,
pasar dan industri. Dalam hal studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya
adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka
waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu.
Hal selanjutnya yang ditekankan dalam perilaku konsumen adalah keterlibatan
interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar (Peter dan
Olson, 1999:8). Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang
mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka
lakukan (perilaku), dan apa serta dimana (kejadian disekitar) yang mempengaruhi
serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan oleh konsumen.
Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah melibatkan
pertukaran diantara individu. Peran pemasar adalah untuk menciptakan pertukaran
dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran. Alasan
terjadinya pertukaran adalah karena adanya kebutuhan (Houston dkk dalam
Setiadi 2008:5).
11
Kotler (2000:12) mengajukan lima kondisi yang harus terpenuhi agar pertukaran
dapat terjadi, yaitu:
a. Terdapat sedikitnya dua pihak.
b. Masing masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak
lain.
c. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan
d. Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran.
e. Masing masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak
dan bermanfaat.
2.2 GREEN MARKETING
Lingkungan menjadi masalah yang perlu diperhatikan melihat keprihatinan
masyarakat yang sadar akan masalah lingkungan, dan dari penekanan kelompok
lingkungan yang semangat mengkampanyekan untuk lingkungan. Media
melaporkan bahwa isu lingkungan meningkat secara dramatis. Banyak regulasi
dan hukum untuk melindungi lingkungan telah diciptakan dalam earth summit in
Rio de Janerio pada tahun 1992 dan ini dilanjutkan pada konperensi di Berlin
tahun 1997 dan di New York 1997 dengan target internasional dapat mendukung
dan bertindak. Banyak fakta fakta yang mempengaruhi pasar dari perilaku
konsumen hijau (Wagner 2001:1)
Menurut Dahlstrom (2011:6) Green marketing adalah suatu proses perencanaan
dan pelaksanaan bauran pemasaran (marketing mix) untuk memfasilitasi
konsumsi, produksi, distribusi, pengemasan, dan reklamasi produk dengan cara
yang sensitif dan responsif terhadap kepedulian ekologi. Green marketing hampir
12
sama dengan bauran pemasaran. Hanya saja dalam teknik ini menggunakan
pendekatan kesehatan dan ramah lingkungan. hal ini akan memberikan nilai lebih
terhadap suatu produk karena dengan menggunakan produk ini maka lingkungan
yang konsumen tempati akan lebih terjaga kelestariannya. Tidak hanya itu
konsumen juga akan mendapatkan kesahatan lebih dari produk hijau yang mereka
gunakan.
a. Produk
Produk adalah suatu sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapat
perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu
keinginan atau kebutuhan (Umar, 2010:31). Shabani et al. (2013:1882)
berpendapat bahwa produk hijau (green product) adalah produk yang tidak
mencemari lingkungan, tidak membuang sumber daya atau yang dapat didaur
ulang.
b. Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari
memiliki atau menggunakan paroduk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh
penjual dan pembeli melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual melalui
satu harga yang sama kepada semua pembeli (Umar, 2010:32). Zeithaml (1988:3)
menjelaskan alasan umum mengapa konsumen mau membayar dengan harga
premium adalah karena mereka yakin terhadap kualitas suatu produk. Persepsi
kualitas (perceived quality) didefinisikan sebagai keputusan konsumen tentang
superioritas dari suatu produk.
13
Sering kali produk ramah lingkungan memiliki harga yang lebih mahal dari pada
produk yang kurang ramah lingkunan. Hal ini terjadi karena produk hijau
umumnya mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk memproduksi produknya.
c. Distribusi
Saluran distribusi adalah suatu kelompok organisasi yang saling tergantung dalam
keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa
tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial
(Umar 2010:34). Shabani et al. (2013:1882) berpendapat bahwa saluran distribusi
hijau memiliki karakteristik sebagai berikut: kemasan produk untuk mengangkut
ke tempat distribusi harus meminimalkan limbah dan penggunaan bahan baku.
Transportasi produk ke tempat distribusi harus ditujukan untuk mengurangi
kerusakan lingkungan, seperti mengurangi konsumsi energi dan mengurangi
polusi.
d. Promosi
Pemasaran tidak hanya berbicara terkait produk, harga dan distribusi, tetapi juga
mengkomunikasikan suatu produk kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan
dibeli (Umar 2010:35). Kotler dan Keller (2012:19) mengungkapkan bahwa promosi
penjualan (sales promotion) merupakan salah satu komponen promosi. Promosi
penjualan (sales promotion) digunakan sebagai pendekatan pembelian atau penjualan
sebuah produk atau layanan.
14
2.3 KESADARAN LINGKUNGAN
Kesadaran lingkungan adalah kemampuan seseorang untuk menyadari hubungan
antara aktifitas manusia dengan keadaan lingkungan sekitarnya untuk menciptakan
lingkungan aman dan sehat (Potabenko, 2004:1). Ciri-ciri utama dari konsep
kesadaran lingkungan yaitu; peduli terhadap lingkungan, memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber kerusakan lingkungan, memiliki pengetahuan
lingkungan yang aman dan sehat, merasa bertanggung jawab dalam mencegah
kerusakan lingkungan dan menentang kegiatan yang merusak lingkungan serta
berkarya terhadap lingkungan dan yang terakhir bersedia ikut ambil bagian dalam
kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan (Potabenko, 2004).
Menurut Mustopa (2009:52), lingkungan dapat dikatakan sehat apabila keadaan di
sekitar dapat mendukung untuk hidup sehat. Ciri dari lingkungan sehat adalah udara
yang bersih, air yang jernih, serta tanahnya tidak tercemar. Udara bersih harus
tersedia di dalam dan di luar rumah. Udara bersih didalam rumah dapat tersedia
dengan mengatur sirkulsi udara. Sedangkan udara bersih diluar rumah akan tersedia
dengan cara memelihara sejumlah pohon. Pepohonan yang rimbun dapat
menghasilkan oksigen. Disamping itu, pepohonan juga dapat menyerap debu dan
bahan pencemar, sehingga udara menjadi bersih dan segar. Udara bersih sangat
diperlukan untuk bernapas.Selain udara, kita juga memerlukan air yang bersih. air
dapat dikatakan bersih apabila tidak berwarna (jernih), tidak berasa (tawar), dan tidak
berbau. Perlunya tanah yang bersih karena tanah merupakan tempat kita bermukim.
Namun, tanah juga sering dipakai tempat pembuangan kotoran, seperti sampah dan
limbah. Tanah yang kotor menyebabkan lingkungan tidak nyaman, kotor dan berbau.
15
Populasi manusia terus meningkat. Dampaknya, kebutuhan manusia juga terus
bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia melakukan upaya dengan
membuat berbagai macam barang. Dari kegiatan tersebut ternyata dapat
mengeluarkan bahan pencemar yang dapat merusak lingkungan, contohnya berupa
asap, limbah cair, serta bahan-bahan padat sisa produksi atau sampah. Jika tidak
dibuang dengan baik maka bahan pencemar tersebut dapat mencemari udara, air, serta
tanah.
Berikut adalah penyebab kerusakan lingkungan menurut Mustopa (2009:54)
a. Pencemaran Udara
Udara berada di alam terbuka, tersebar bebas tanpa ruang dan pembatas. Karena
sifatnya bebas, maka udara mudah tercemar oleh gas-gas berbahaya dan beracun.
Pencemaran udara sering disebut polusi udara. Pencemaran udara terutama
disebabkan gas-gas berikut.
1). Asap pabrik dan asap kendaraan bermotor
Asap pabrik dan kendaraan bermotor mengeluarkan gas buangan yang merugikan
tubuh, misalnya gas karbon monoksida dan karbon dioksida.Karbon monoksida
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Namun, jika terhirup
merupakan racun bagi tubuh, yakni menyebabkan badan lemas. Sebaliknya,
karbon dioksida merupakan gas yang berwarna kelabu sampai hitam. Jika terhirup
gas karbon dioksida menyebabkan pusing-pusing.
16
2). Bau yang tidak sedap
Penyebab bau tidak sedap diantaranya adalah sampah. Bau tersebut berasal dari
bahan-bahan organik dalam sampah yang membusuk, misalnya bekas makanan,
bangkai binatang, dan sampah yang berasal dari sisa tumbuhan. Jika jumlahnya
banyak, bau sampah dapat mencemari udara. Bau sampah dapat menyebar hingga
tercium dari jarak puluhan meter. Bau sampah menyebabkan mual dan napas
sesak
3). Asap kebakaran hutan
Kebakaran hutan sering terjadi pada musim kemarau. Penyebabnya dapat terjadi
akibat gesekan dedaunan atau akibat kelalaian manusia saat membuka ladang.
Kebakaran hutan mengeluarkan asap tebal. Asap tersebut mengakibatkan
pencemaran udara yang cukup besar. Bahkan jika terbawa angin dapat
menimbulkan pencemaran udara yang sangat luas. Akibatnya, banyak orang
menderita penyakit saluran pernapasan karena teralu banyak menghirup asap.
Kebakaran hutan juga menyebabkan jarak pandang terbatas. Hal ini
membahayakan saat berlalu-lintas, baik lalu lintas di darat maupun di udara.
Perjalanan udara terpaksa harus ditunda akibat kabut asap yang tebal.
4). Asap rokok
Asap rokok dapat mencemari udara dalam lingkungan kecil, seperti di rumah, ruang
kelas, dan dalam ruang kendaraan. Saat merokok dapat mengeluarkan asap. Asap
rokok juga dapat mencemari udara. Udara tercemar ini dapat terhirup oleh orang
banyak. Oleh karena itu perokok adalah orang yang meracuni diri sendiri dan orang
lain. Merokok dapat mengganggu kesehatan. Dalam rokok terkandung bahan beracun,
17
yaitu nikotin dan ter tembakau. Nikotin dapat mempengaruhi kerja jantung,
sedangkan ter tembakau dapat menempel di saluran paru-paru.
b. Pencemaran Air
Pencemaran air disebut juga polusi air. Beberapa penyebab polusi air antara lain
timbul akibat kebiasaan berikut.
1) Membuang limbah pabrik ke sungai
Pabrik banyak menggunakan air dalam proses produksinya, misalnya sebagai pelarut,
bahan pencelup, atau untuk mendinginkan mesin. Air bekas proses dari pabrik
seringkali mengandung bahan-bahan kimia, sehingga menjadi berwarna warni dan
berbau. Jika dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, maka limbah cair
tersebut bersifat racun. Air tersebut dapat membunuh ikan serta hewan air lainnya.
Air tersebut juga tidak menyehatkan. Selain menyebar bau, air yang tercemar limbah
pabrik dapat menyebabkan penyakit kulit, seperti gatal gatal.
2) Menangkap ikan dengan racun
Sebagian orang ada yang menangkap ikan dengan bahan berbahaya. Mereka
menggunakan racun potasium (portas) untuk menangkap ikan. Tindakan tersebut
sangat berbahaya. Karena racun yang di masukan dalam air dapat membunuh
sebagian besar ikan, baik yang besar maupun kecil. Tindakan ini juga dapat
menyebabkan pencemaran. Jika air yang beracun tersebut masuk ke kolam dan sum
ber air minum maka dapat membahayakan manusia. Manusia dapat teracuni akibat
minum air yang beracun.
18
c. Pencemaran Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh bagi tumbuhan dan merupakan habitat bagi
sebagian hewan, seperti cacing tanah dan serangga tanah. Hewan-hewan tersebut
sangat berperan dalam memelihara kesuburan tanah. Mereka dapat membusukan
sampah. Namun, hewan-hewan kecil tersebut tidak dapat membusukkan sampah-
sampah tertentu, misalnya plastik dan pecahan kaca. Akibatnya, sampah plastik dan
pecahan kaca dapat mencemari tanah. Pencemaran tanah dapat pula disebabkan oleh
tumpahan minyak, oli bekas, atau bahan kimia seperti pestisida dan limbah detergen.
Jika jumlahnya melimpah, buangan tersebut menyebabkan tanah tidak subur,
sehingga tiak dapat ditanami.
Ciri selanjutnya dalam kesadaran lingkungan adalah merasa bertanggung jawab
mencegah kerusakan lingkungan. Adapun upaya-upaya mencega kerusakan
lingkungan.
1) Membuang Sampah Pada Tempatnya
Setiap hari pasti orang membuang sampah, baik berupa sisa makanan, sampah plastik,
kertas bekas, atau sampah lainnya.Sampah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang dapat
membusuk, misalnya sisa makanan, dedaunan, dan bangkai binatang. Sampah seperti
ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik adalah
sampah yang tidak dapat membusuk, contoh sampah plastik. Sampah plastik
sebaiknya kita kumpulkan agar diambil oleh pemulung. Sampah plastik dapat
didaurulang menjadi barang-baran yang baru. Contohnya ember, gayung, mainan
anak, dan kantung keresek. Sehingga orang yang mempunyai kesadaran lingkungan
biasanya akan membuang sampah pada tempatnya.
19
2) Melakukan Penghijauan
Penghijauan merupakan kegiatan memperindah lingkungan dengan menanam
sejumlah pohon. Menanam pohon besar manfaatnya. Pepohonan dapat mengurangi
pencemaran udara. Pepohonan dapat menghisap gas karbon dioksida yang terkandung
dalam asap. Dengan demikian, udara di sekitarnya menjadi segar bebas polusi.
Pepohonan juga dapat mencegah longsor.
3) Membersihkan saluran air
Di dekat rumah biasanya ada saluran air atau got. Saluran tersebut berguna
menampung air buangan dari rumah lalu disalurkan ke tempat pembuangan. Saluran
air harus bersih dari sampah agar tetap mengalir. Jika menggenang, air got dapat
menjadi sarang nyamuk dan menyebar bau yang tidak sedap.
Kesadaran lingkungan merupakan hal yang perlu ditumbuh kembangkan untuk
membentuk sikap positif terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kesadaran akan
pentingnya lingkungan akan bertindak untuk menciptakan serta mengelola
lingkungan yang bersih. Begitupun dengan konsumen, konsumen yang mempunyai
sikap positif terhadap lingkungan maka ia akan memilih produk-produk yang ramah
lingkungan atau produk hijau (green product). Menurut David dalam Sumarwan
(2012:272) dengan adanya peningkatan kesadaran akan sebuah produk hal tersebut
dapat meningkatkan pemikiran kritis, bertambahnya pengetahuan sosial dan
kehidupan.
Adanya peningkatan kesadaran tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap
produk atas fungsi dari manfaat produk tersebut bagi konsumen maupun bagi
lingkungan (Owen dalam sumarwan, 2012:272). Kesadaran terhadap lingkungan
20
hidup merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan lingkungan hidup karena
kesadaran terhadap lingkungan hidup merupakan bentuk kepedulian seseorang
terhadap kualitas lingkungan, sehingga muncul berbagai aksi menentang
kebijaksanaan yang tidak berwawasan lingkungan (Swan dan Stapp, 1974).
Laroche dalam Sumarwan (2012:271) membagi tiga kategori konsumen yang
mempunyai kesadaran terhadap keberlanjutan lingkungan. Tiga kategori tersebut
ialah :
a. Konsumen yang bersedia membayar harga premium atau konsumen yang
mempunyai willingness to pay (WTP) atas produk-produk yang memperhatikan
keberlangsungan lingkungan.
b. Konsumen yang mempunyai keberpihakan terhadap lingkungan dengan
memperhatikan keberlangsungan lingkungan ketika berbelanja, misalnya meneliti
produk yang akan dibeli berasal dari bahan yang bisa diolah kembali atau dari
bahan yang ramah lingkungan.
c. Konsumen yang mempunyai keberpihakan terhadap lingkungan dengan
membeli produk-produk yang sesuai.
Menurut Sumarwan (2012:272) proses pengambilan keputusan tidak akan berjalan
baik apabila tidak didahului dengan kesadaran (awareness) terhadap objek atau
produk yang dipilih. Namun, selain informasi dari lingkungan itu sendiri diperlukan
pula sebuah sikap, hal ini disebabkan karena kesadaran adalah bagian dari sikap.
Sikap konsumen adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi keputusan
konsumen. Para ahli psikologi sosial berfokus pada kecendrungan untuk menyukai
atau tidak menyukai (sikap atau perilaku objek) tertentu. Oleh sebab itu sikap
21
didefinisikan sebagai tendensi untuk mengevaluasi objek apakah objek itu disukai
atau tidak disukai (Bem 1970, Eagly & Chaiken 1993, Faizo 1990, Olson &Zanna
1993, Petty Wegener, & Fabrigear 1997, dan Wood 2000 dalam Sumarwan 2012).
Peter dan Oloson 1999 dalam Sumarwan (2012:226), sikap merupakan suatu evaluasi
menyeluruh seseorang untuk suatu konsep.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Nordic Swam dalam Sumarwan (2012:273)
tentang kesadaran lingkungan terhadap lingkungan (Consumers environmental
awarness), diketahui bahwa label lingkungan biasa digungakan untuk mengukur
perilaku konsumen terhadap faktor lingkungan (Heiskanen & Timonen dalam
Sumarwan 2012:273).
Tidak semua konsumen yang memahami pentingnya hidup sehat dan peduli akan
lingkungan dapat bersedia untuk membeli produk ramah lingkungan. tingginya harga
produk ramah lingkungan dibandingkan produk konvensional menjadi salah satu
faktor penyebabnya. Hal ini yang membuat konsumen merasa enggan untuk membeli
produk ramah lingkungan. Menurut D’Souza dkk (2006:5) membagi konsumen
menjadi empat segmen atau kategori yang akan menunjukan bagaimana kesediaan
konsumen untuk membeli yang dipengaruhi oleh kesadaran akan produk ramah
lingkungan, yaitu:
a. environmentally green consumer,
Pada kategori ini konsumen dinilai mempunyai kepedulian tinggi terhadap produk
ramah lingkungan dan mempunyai karakteristik sebagai pembeli produk ramah
lingkungan, apabila mempunyai kesempatan untuk melakukan hal tersebut. Oleh
karena itu, ketersediaan produk menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
22
menjawab dan memenuhi kebutuhan konsumen ini.konsumen pada kategori ini
setiap membeli produk maka dia akan meneliti terlebih dahulu informasi pada
label sebagai pembenaran dan kemantapan untuk membeli produk tersebut. Pada
kategori ini konsumen akan melakukan pembelian bahkan apabila kualitas produk
tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan dibandingkan dengan produk yang
tidak mempunyai sertifikat ekolabel sebagai bentuk kepedulian yang tinggi
terhadap kelestarian lingkungan.dalam Volsky et al dalam Sumarwan (2012)
konsumen tersebut sebagai konsumen ultra green. Yaitu konsumen yang menjadi
pendorong, pemerhati, dan pelopor keberlamgsungan lingkungan.
b. Emerging green consumer,
konsumen ini mempunyai perhatiap terhadap produk hijau atau produk yang
mempunyai sertifikat ekolabel, tetapi tidak berminat untuk membeli. Konsumen
pada kategori ini membutuhkan merek yang kuat untuk menarik perhatian dan
meningkatkan motivasi konsumen tersebut agar membeli produk bersertifikasi
ekolabel. Pada kategori ini konsumen memperhatikan kualitas, garansi, serta
kinerja atas suatu produk dalam melakukan evaluas dan seleksi terhadap produk
yang telah dibeli. Seperti Conventional Consumer.
c. Price sensitive green consumers,
Kategori ini konsumen mempunyai kesadaran atas risiko produk yang tidak ramah
lingkungan, tetapi konsumen tersebut sensitif terhadap harga. Pada kategori ini
konsumen tidak bersedia membayar produk bersertifikasi pada harga yang lebih
tinggi dibanding produk yang tidak bersertifikasi. Atau tidak bersedia membayar
23
dengan harga premium. Persepsi konsumen terhadap produk ramah lingkungan
tidak lebih mahal dari produk yang tidak ramah lingkungan. Harga mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap kualitas (Leavitt dalam Sumarwan, 2012:270)
d. Conventional consumers.
Konsumen konvensional adalah konsumen yang tidak peduli, tidak sadar, tidak
paham, dan tidak mempunyai perhatian atas produk yang ramah lingkungan dan
menjaga kelestarian lingkungan. konsumen ini tida peduli terhadap risiko yang
ditimbulkan akibat pembelian pembelian produk yang tidak memperhatikan
keberlangsungan lingkungan. selain itu tidak memperhatikan label hijau atau
sertifikasi label. Dan selanjutnya produk yang berlabel hijau disebut sebagai
produk bersertifikasi ekolabel. Akan tetapi konsumen yang seperti ini dapat
diubah menjadi bagian dari pasar yang potensial.
2.4 KESEDIAAN MEMBAYAR
willingness to pay (WTP) adalah kesediaan untuk membayar sejumlah uang
kepada konsumen dengan tujuan memperoleh barang atau jasa (Latumahina dan
Anastasia, 2014:83). Kesediaan membayar atau willingness to pay (WTP) adalah
harga maksimum dari suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu
tertentu. Zhao & Kling (2004:503). WTP adalah harga pada tingkat konsumen
yang merefleksikan nilai barang atau jasa dan pengorbanan untuk
memperolehnya. (Simonson & Drolet, 2003).
Produk hijau biasanya memiliki harga yang lebih mahal daripada produk yang lain
(harga premium). Menurut Rao dan Bergen (dalam Junaedi, 2005:192) harga
24
premium merupakan harga yang dibayarkan lebih besar jumlahnya di atas harga yang
sesuai dengan kebenaran nilai dari suatu produk, yang menjadi indikator keinginan
konsumen untuk membayar (willingness-to-pay).Konsumen yang mau membayar
lebih untuk produk-produk ramah lingkungan percaya bahwa perusahaan
melaksanakan tanggung jawab sosialnya pada lingkungan (Laroche dalam Sumarwan
(2012:271).
Kesimpulan dari pernyataan kesediaan membayar adalah kesedian konsumen
membayar dengan harga premium terhadap suatu barang atau jasa yang
disebabkan oleh kesesuaian antara harga dengan kualitas atau faktor tertentu dari
barang dan jasa. Konsumen bersedia membayar dengan harga premium karena
melihat kesesuaian antara manfaat yang diberikan dengan jumlah uang yang
dikeluarkan. sehingga walaupun uang yang dilkeluarkan lebih banyak, konsumen
tetap akan merasakan kepuasan karena mendapatkan kualitas produk yang
diharapkan.
2.5 GAYA HIDUP
Gaya hidup (life style) dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli produk.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:170) Gaya hidup merupakan pola hidup
seseorang yang diekspresikan kedalam psikogafisnya. Gaya hidup menangkap
suatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Profil
seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang didunia ditampilkan dari gaya
hidup. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup dapat membantu pemasar
memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup
mempengaruhi perilaku pembelian. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:170)
25
Gaya hidup menggunakan pengukuran dimensi AIO (Activities Interest Opinions)
utama pelanggan. Gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa yang
mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat).
Menurut Setiadi (2003:13) gaya hidup menggambarkan seseorang secara
keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga
mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang. menjelaskan gaya hidup
yang diidentifikasikan oleh Plummer akan berkembang pada masing-masing
dimensi yaitu aktivitas, interest dan opini (AIO). Dimana tersaji dalam tabel
berikut:
Tabel 2.1 Inventaris Gaya Hidup
Aktivitas Interest Opini
Bekerja
Hobi
Peristiwa sosial
Liburan
Hiburan
Anggota club
Komunitas
Belanja
Olahraga
Keluarga
Rumah
Pekerjaan
Komunitas
Rekreasi
Pakaian
Makanan
Media
Presentasi
Dari mereka sendiri
Masalah sosial
Politik
Bisnis
Ekonomi
Pendidikan
Produk
Masa depan
Budaya
Sumber: Setiadi, 2010
Dalam penelitian ini, tidak semua aspek dari aktivitas, minat, dan opini digunakan
sebagai indikator pertanyaan penelitian. Hal ini dikarenakan perlu dilakukannya
penyesuaian dengan karakteristik dari objek penelitian, maka aspek dalam AIO yang
akan digunakan untuk mengukur gaya hidup dalam penelitian ini adalah bekerja,
olahraga, belanja, keluarga rumah komunitas, masa depan, diri sendiri dan budaya.
26
Menurut Kotler dan Keller (2009) keputusan pembelian dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi. Faktor pribadi meliputi usia dan tahap siklus hidup pembeli,
pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup
dan nilai. Dalam perilaku pembelian seseorang akan memilih produk sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan dan sesuai selera konsumen. Selera anak muda
belum tentu sama dengan selera yang sudah lanjut usia. Dari segi pekerjaan setiap
profesi memiliki kebutuhan yang berbeda. Selain itu ketika memilih produk itu
akan sesuai dengan kepribadian kosumen itu sendiri.
Selain pengukuran dengan AIO, terdapat 2 pengukuran lainnya yang telah
dikembangkan yaitu Value and Lifestyle (VALS) dan List of Value (LOV).
Pengukuran VALS telah mendapatkan perkembangan menjadi VALS 1 yang
didasarkan pada teori motivasi maslow dan psikologi, dan VALS 2 yang
dikembangkan untuk mengukur pola pembelian konsumen. Sedangkan
penggunaan LOV bertujuan untuk menilai nilai-nilai yang dominan dari individu.
Bila digunakan dengan baik, konsep gaya hidup dapat membantu orang
pemasaran memahami nilai-nilai konsumen yang berubah dan pengaruhnya pada
perilaku pembelian. Segmentasi psikografik ini dapat digunakan dengan berbagai
cara antara lain :
a. Mendefinisikan pasar sasaran. Informasi ini memungkinkan pemasar
memahami pasar sasarannya tidak hanya sekedar dari profil demografik ataupun
tingkat penggunaan produknya.
27
b. Memosisikan produknya. Informasi psikografik memungkinkan pemasar
membentuk kesan di benak konsumen secara lebih tepat sesuai dengan gaya hidup
pasar yang dituju.
c. Pengembangan strategi pemasaran secara keseluruhan. Informasi psikografik
dapat membantu menemukan peluang baru, menegmbangkan promosi dan
menciptakan lingkungan yang kondusif.
2.6 MINAT BELI
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:206) Minat merupakan satu faktor internal
(individual) yang mempengaruhi perilaku konsumen, minat adalah suatu bentuk
pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dari
jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode merek tertentu.
minat beli timbul setelah adanya proses evaluasi alternatif dan di dalam proses
evaluasi, seseorang akan membuat suatu rangkaian pilihan mengenai produk yang
hendak dibeli atas dasar merek maupun minat.
Ali Hasan (2014:173) menyatakan bahwa minat beli merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta
berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode unit tertentu. Menurut
Chan dalam Junaidi (2005:194) minat pembelian produk hijau adalah keinginan
atau ekspresi niat seorang individu untuk berkomit-men pada aktivitas yang
mendukung keramahan lingkungan. Minat dianggap sebagai sebuah “penangkap”
atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.
Minat juga mengindikasikan seberapa keras seseorang mempunyai kemauan
untuk mencoba. Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan
28
seseorang untuk melakukan sesuatu dari minat yang berhubungan dengan perilaku
selanjutnya. Minat berkaitan dengan keinginan terhadap suatu hal yang biasanya
diikuti oleh tingkah laku yang mendukung keinginan tersebut. Dalam proses
pengambilan keputusan, minat beli menjadi salah satu bagian terjadinya hal
tersebut.
Menurut Kotler dan Keller (2009:179) menjelaskan Teori AIDA (Attention, Interest,
Desire, and Action) merupakan suatu pesan yang harus mendapatkan perhatian,
menjadi ketertarikan, menjadi minat, dan mengambil tindakan. Teori ini
menyampaikan akan kualitas dari pesan yang baik. Definisi di atas dapat
diimplikasikan bahwa AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action) merupakan alat
penyampaian suatu pesan yang ideal kepada konsumen di mana melalui suatu tahapan
yang terdiri dari perhatian (Attention/Awareness), ketertarikan (Interest), minat
(Desire), dan mengambil tindakan (Action). Hal ini di mana seorang pemasar harus
menyadari bahwa pesan yang disajikan tentang AIDA (Attention, Interest, Desire,
and Action), yaitu :
1) Perhatian (Attention)
Menimbulkan perhatian pelanggan berarti sebuah pesan harus dapat menimbulkan
perhatian baik dalam bentuk dan media yang disampaikan. Perhatian itu bertujuan
secara umum atau khusus kepada calon konsumen atau konsumen yang akan
dijadikan target sasaran. Hal tersebut dapat dikemukan lewat tulisan dan gambar yang
menonjol dan jelas, perkataan yang menarik atau mudah diingat, dan mempunyai
karakteristik tersendiri. Pesan yang menarik perhatian merupakan suatu langkah awal
bagi perusahaan dimana pesan tersebut akan dikenal, diketahui, dan diingat oleh
29
konsumen. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai proses awareness / kesadaran akan
adanya produk yang disampaikan ke konsumen (Kotler dan Keller 2009:178).
2) Ketertarikan (Interest) Tertarik berarti pesan yang disampaikan menimbulkan
perasaan ingin tahu, ingin mengamati, dan ingin mendengar serta melihat lebih
seksama. Hal tersebut terjadi karena adanya minat yang menarik perhatian konsumen
akan pesan yang ditunjukkan (Kotler dan Keller 2009:178).
3) Keinginan (Desire)
Pemikiran terjadi dari adanya keinginan ini, berkaitan dengan motif dan motivasi
konsumen dalam membeli suatu produk. Motif pembelian dibedakan menjadi dua,
yaitu motif rasional dan emosional. Hal ini di mana motif rasional
mempertimbangkan konsumen akan keuntungan dan kerugian yang didapatkan,
sedangkan motif emosional terjadi akibat emosi akan pembelian produk (Kotler dan
Keller 2009:178).
4) Tindakan (Action) Tindakan terjadi dengan adanya keinginan kuat konsumen
sehingga terjadi pengambilan keputusan dalam melakukan pembeli produk yang
ditawarkan (Kotler dan Keller 2009:178).
2.7 PENELITIAN TERDAHULU
1. Penelitian terkait Pengaruh gaya hidup dan komunitas terhadap minat beli
jilbab merek elzatta. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi berjilbab
pada Fakultas Ilmu- ilmu Sosial Universitas Hasanuddin. Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 78 responden. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah insidental sampling. Teknik pengumpulan data yaitu melalui
30
penyebaran kuisioner pada anggota hijabers community Delta Sari Surabaya
dan satu instansi dinas perdangan dan perindustrian yang terdiri dari
secretariat dan perdagangan internasional.
Variabel X1 dan X2 berpengaruh signifikan secara simultan terhadap minat
beli jilbab merek Elzatta di Surabaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis pertama yang berbunyi “bahwa X1 (hijabers community) dan X2
(gaya hidup) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Minat Beli jilbab
pada merek Elzatta di Surabaya”, dan (2) variabel X1 berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap variabel Y, yaitu variabel Hijabers Community
berpengaruh terhadap Minat Beli Jilbab pada Merek Elzatta. Akan tetapi
variabel X2 memberikan pengaruh paling dominan terhadap variabel Y (minat
beli), dikatakan variabel hijabers community tidak berpengaruh terhadap
minat beli konsumen jilbab pada merek Elzatta.
2. Endang Tri Margiyanti pada tahun 2013 melakukan penelitian tentang
pengaruh kesadaran lingkungan terhadap niat beli produk hijau. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua orang yang memiliki kesadaran terhadap
lingkungan. Dari populasi tersebut kemudian diambil sampel untuk penelitian
yaitu seluruh mahasiswa UMS dari berbagai fakultas sebanyak 100 orang yang
memiliki ciri mahasiswa yang berusia lebih dari 17 tahun dan belum pernah
membeli produk hijau. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tanpa adanya
pengaruh kesadaran lingkungan maka niat beli produk hijau tetap baik, karena
sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan pengetahuan luas. Akan
tetapi setiap terjadi peningkatan pada kesadaran lingkungan, maka akan
31
meningkatkan niat beli terhadap produk hijau. Variabel kesadaran lingkungan
berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli produk hijau. Kesimpulannya
adalah semakin tinggi kesadaran lingkungan maka niat beli produk hijau
semakin tinggi.
3. Siti Khoirian dan Muh Juan Suam Toro pada tahun 2014 melakukan penelitian
tentang Faktor-Faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar produk.
Populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat di
Surakarta yang mengetahui informasi tentang produk hijau. Sampel penelitian
berjumlah 185 wanita dewasa penduduk Surakarta usia produktif dan memiliki
anak, memiliki pendapatan mandiri, pendidikan minimal diploma, dan yang
memiliki interest terhadap produk hijau. Jumlah sanpel tersebut didasarkan
pada lima kali estimated parameter (Hair et al, 1998). Sehingga jumlah sampel
minimal adalah 5 x 37 = 185. Namun dalam penelitian ini melibatkan 200
responden terpilih. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa kesadaran akan
kesehatan, sikap terhadap lingkungan, dan orientasi nilai berpengaruh positif
pada attitudes toward green product. Semakin tinggi kesadaran konsumen akan
kesehatan, semakin positif kesadaran konsumen terhadap lingkungan, dan
semakin tinggi orientasi nilai konsumen, maka sikap terhadap produk-produk
ramah lingkungan akan semakin positif. Sikap positif terhadap produk ramah
lingkungan akan berdampak pada willingness to pay konsumen untuk
membayar harga produk ramah lingkungan sehingga pada akhirnya niat
membeli produk hijau juga akan semakin meningkat.
32
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
penelitian
Variabel
penelitian
Metode
analisis
Hasil
penelitian
1 Cindy
Purnama
Sari
Pengaruh
hijabers
community dan
gaya hidup
terhadap minat
beli jilbab
merek Elzatta
Variabel
Independen:
Hijabers
community
dan gaya hidup
dependen:
Minat beli
Regresi
linier
berganda
Hijabers
community
dan gaya
hidup
berpengaruh
signifikan
terhadap minat
beli.
2 Endang Tri
Margiyanti
pengaruh
kesadaran
lingkungan
terhadap niat
beli produk
hijau
Variabel
Independen:
kesadaran
lingkungan
Variabel
dependen:
Minat beli
produk hijau
Regresi
linier
tunggal
Kesadaran
lingkungan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap minat
beli produk
hijau
3 Siti
Khoirian
dan Muh
Juan Suam
Toro
Faktor-Faktor
yang
mempengaruhi
kesediaan
membayar
produk
Variabel
independen:
Health
consciousness,
Environmental
attitude, Value
orientation.
Variabel
mediator:
Attitude
toward green
product,
willingness to
pay
Variabel
dependen:
Intention to
purchase
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
kesadaran
akan
kesehatan,
sikap terhadap
lingkungan,
dan orientasi
nilai
berpengaruh
positif pada
attitudes
toward green
product. Sikap
positif
terhadap
produk ramah
lingkungan
akan
berdampak
pada
willingness to
pay. Dan WTP
akan
berdampak
pada minat
beli.
Diolah: 2015
33
2.8 KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan penjelasan permasalahan dalam tinjauan pustaka dan kajian teoritis
yang telah dikemukakan. Menjadi dasar hipotesis penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan kereangka penelitian sebagai uraian sementara yang perlu pengujian
kembali sebagai kerangka. Dalam hal ini peneliti akan meneliti terkait minat beli
produk yang menerapkan pemasaran hijau, yaitu suatu proses perencanaan dan
pelaksanaan bauran pemasaran (marketing mix) untuk memfasilitasi konsumsi,
produksi, distribusi, pengemasan, dan reklamasi produk dengan cara yang sensitif
dan responsif terhadap kepedulian ekologi (Dahlstrom, 2011:6). Laroche dalam
Sumarwan (2012:271) membagi tiga kategori konsumen yang mempunyai kesadaran
terhadap keberlanjutan lingkungan. Tiga kategori tersebut ialah :
a. Konsumen yang bersedia membayar harga premium atau konsumen yang
mempunyai willingness to pay (WTP) atas produk-produk yang memperhatikan
keberlangsungan lingkungan.
b. Konsumen yang mempunyai keberpihakan terhadap lingkungan dengan
memperhatikan keberlangsungan lingkungan ketika berbelanja.
c. Konsumen yang mempunyai keberpihakan terhadap lingkungan dengan membeli
produk-produk yang sesuai.
Dalam pernyataan ini menjelaskan terkait kesadaran lingkungan yang mempunyai
kategori yang terdiri dari kesediaan membayar dengan harga premium untuk
produk hijau, kemudian gaya hidup, yang ditunjukan dengan memperhatikan
keberlangsungan lingkungan ketika berbelanja yang merupakan salah satu
indikator dari gaya hidup. Selanjutnya konsumen membeli produk yang sesuai.
Artinya membeli produk yang ramah lingkungan. Dalam proses pembelian suatu
produk terlebih dahulu muncul minat pada sutu produk baru kemudian konsumen
memutuskan untuk pembelian. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada
34
hubungan antara kesadaran konsumen, kesediaan membayar, gaya hidup dan
minat beli terhadap produk yang mengimplementasikan konsep green marketing
a. Pengaruh Kesadaran Lingkungan Terhadap Minat Beli Produk Hijau
Pemakaian produk-produk hijau (produk-produk ramah lingkungan) merupakan
representasi kesadaran untuk mengurangi kerusakan pada lingkungan daripada
menggunakan produk konvensional (Schifferstein and Ophuis, 1998 dalam
Khoiriah, 2014:68).
Kesadaran lingkungan adalah kemampuan seseorang untuk menyadari hubungan
antara aktifitas manusia dengan keadaan lingkungan sekitarnya untuk
menciptakan lingkungan aman dan sehat (Potabenko, 2004:1). Ketika seseorang
sadar akan pentingnya lingkungan sehat, maka akan timbul kepedulian terhadap
lingkungannya. dia akan berusaha untuk tidak merusak lingkungan. Dengan
begitu barang-barang yang ia punya tentunya akan diminimalisir agar tidak
merusak lingkungan sehingga dia akan membeli produk yang ramah lingkungan.
b. Pengaruh Kesediaan Membayar Pada Minat Beli Produk Hijau
Khoiriah dan Toro (2014:73) mengatakan semakin tinggi kesediaan konsumen
membayar lebih mahal atas produk hijau, semakin tinggi pula kemungkinan
seseorang melakukann pembelian produk hijau secara aktual.
Kesediaan membayar atau willingness to pay (WTP) adalah harga maksimum dari
suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu dan merupakan
refleksi dari nilai suatu barang. Kesedian konsumen membayar suatu barang atau
jasa disebabkan oleh kesesuaian antara harga dengan kualitas atau faktor tertentu
dari barang dan jasa sehingga dapat menimbulkan minat beli.
35
c. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Minat Beli
Minat beli adalah bagian dari rangkaian keputusan pembelian. Menurut Kotler
dan Keller (2009) keputusan pembelian dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Faktor pribadi meliputi usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan dan
keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai. Gaya
hidup merupakan bagian dari perilaku konsumen yang mempengaruhi tindakan
konsumen dalam melakukan pembelian. Minat pembelian konsumen tidak
terlepas dari kebutuhan untuk memenuhi gaya hidup mereka. Keanekaragaman
konsumen dalam memenuhi kebutuhannya dipengaruhi oleh karakteristik gaya
hidup yaitu aktivitas di mana seseorang melakukan kegiatan dalam memenuhi
kebutuhannya seperti pekerjaan, hobi, belanja, hiburan, olahraga, dan minat
seseorang berdasarkan keinginan terhadap produk yang dinginkan, serta pendapat
atau pandangan seseorang terhadap produk yang akan dibeli sehingga dapat
mempengaruhi perilaku keputusan konsumen.
Gambar 2.1 Model Penelitian
KESADARAN
LINGKUNGAN
KESEDIAAN
MEMBAYAR
GAYA HIDUP
MINAT BELI
PRODUK HIJAU
36
2.9 Hipotesis
H01 : Kesadaran lingkungan tidak berpengaruh pada minat beli produk hijau.
Ha1 : Kesadaran lingkungan berpengaruh pada minat beli produk hijau.
H02 : Kesediaan membayar tidak berpengaruh pada minat beli produk hijau.
Ha2 : Kesediaan membayar berpengaruh pada minat beli produk hijau.
H03 : Gaya hidup tidak berpengaruh pada minat beli produk hijau.
Ha3 : Gaya hidup berpengaruh pada minat beli produk hijau.
H04 : Kesadaran lingkungan, kesediaan membayar dan gaya hidup secara
simultan tidak berpengaruh pada minat beli produk hijau.
Ha4 : Kesadaran lingkungan, kesediaan membayar dan gaya hidup secara
simultan berpengaruh pada minat beli produk hijau.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan tipe penelitian kuantitatif yang bersifat verifikatif yaitu
metode metode yang bertujuan untuk menguji secara matematis dugaan mengenai
adanya hubungan antar variabel dari masalah yang sedang diselidiki didalam
hipotesis, atau dengan kata lain penelitian untuk menguji kebenaran suatu
hipotesis dimana dalam penelitian ini yang akan diuji adalah pengaruh kesadaran
lingkungan, kesediaan membayar, dan gaya hidup terhadap niat beli produk ramah
lingkungan dengan objek penelitian produk tupperware yang merupakan produk
ramah lingkungan.
3.2 Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan penjelasan mengenai arti suatu konsep yaitu
mengekposisikan abstrak yang terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan
terhadap fenomena (Sugiyono, 2013: 108). Berdasarkan teorisasi dan
permasalahan yang telah dikemukakan maka variabel independent (variabel
bebas) dalam penelitian ini meliputi kesadaran lingkungan, kesediaan membayar
38
dan gaya hidup dan variabel dependent (variabel terikat) dalam penelitian ini
adalah niat beli.
a. Kesadaran lingkungan (X) adalah kemampuan seseorang untuk menyadari
hubungan antara aktifitas manusia dengan keadaan lingkungan sekitarnya
untuk menciptakan lingkungan aman dan sehat (Potabenko, 2004:1).
b. Kesediaan membayar (X) willingness to pay (WTP) adalah kesediaan untuk
membayar sejumlah uang kepada konsumen dengan tujuan memperoleh
barang atau jasa (Latumahina dan Anastasia, 2014:83)
c. Gaya hidup (X) merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan kedalam
psikogafisnya terkait aktifitas, ketertarikan dan opini. (Kotler dan Amstrong,
2008:170)
d. minat beli produk hijau adalah keinginan atau ekspresi niat seorang individu untuk
berkomit-men pada aktivitas yang mendukung keramahan lingkungan ... Minat
mengindikasikan seberapa keras seseorang mempunyai kemauan untuk mencoba.
(Chan dalam Junaidi 2014:173).
3.3 Definisi Oprasional
Untuk lebih memudahkan dalam pengukuran konsep dijabarkan dalam bentuk
definisi operasional. Definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga
menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara
tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoprasionalkan konstruk
sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran
konstruk yang lebih baik (Arikunto, 2010:159). Tujuannya adalah agar dapat
39
mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah
didefinisikan konsepnya. Dalam penelitian ini definisi operasional akan
menjelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No
. Variabel Definisi Operasional Indikator
1. Kesadaran
lingkungan
(X1)
kemampuan seseorang
untuk menyadari
hubungan antara
aktifitas manusia
dengan keadaan
lingkungan sekitarnya
untuk menciptakan
lingkungan yang sehat
a. Mengetahui udara yang
bersih adalah udara yang
segar
b. Mengetahui udara yang
bersih adalah udara yang
tidak berbau
c. Mengetahui air jernih yang
sehat adalah air yang tidak
memiliki warna.
d. Mengetahui air jernih yang
sehat adalah air yang tidak
memiliki rasa.
e. Mengetahui air jernih yang
sehat adalah air yang tidak
memiliki bau.
f. Mengetahui ciri tanah yang
tidak tercemar adalah tanah
yang tidak berbau busuk
g. Mengetahui ciri tanah yang
tidak tercemar adalah tanah
yang subur
h. Mengetahui asap rokok
dapat mencemari udara
i. Mengetahui asap pabrik
dapat mencemari udara
j. Mengetahui asap kebakaran
hutan dapat mencemari
udara
k. Mengetahui asap kendaraan
bermotor dapat mencemari
udara
l. Mengetahui membuang
limbah kesungai dapat
mencemari air.
m. Mengetahui menangkap
ikan dengan racun dapat
mencemari air
n. Mengetahui membuang oli
40
langsung ketanah dapat
mencemari tanah
o. Mencegah kerusakan
lingkungan
p. Menentang kebijakan yang
tidak berwawasan
lingkungan
2. Kesediaan
membayar
(X2)
kesediaan untuk
membayar sejumlah
uang kepada konsumen
dengan tujuan
memperoleh barang
atau jasa
a. Konsumen percaya
perusahaan melakukan
tanggung jawab sosial
terhadap lingkungan
b. Kualitas dengan harga
sesuai
c. Bersedia membayar lebih
3. Gaya Hidup
(X3)
Suatu pola hidup
seseorang dan
ekspresinya dalam
psikografis
a. Bekerja
b. Olahraga
c. Belanja
d. Keluarga
e. Rumah
f. komunitas
g. Masa depan
h. Diri sendiri
i. Budaya
4. Minat beli
terhadap
produk hijau
(Y)
Keinginan mencoba
produk hijau
a. Tertarik terhadap produk
b. Berminat untuk membeli
c. Mendukung keramahan
lingkungan
Sumber:Diolah, 2015
3.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitiannya
terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti. Dalam penentuan lokasi penelitian, terdapat cara yang dapat
ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substansif dan menjajaki
lapangan dan mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan.
sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu
juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. lokasi yang
diambl dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive). Penelitian ini
41
dilakukan di Kelurahan Bandar Jaya Timur, Lampung Tengah. Dengan
pertimbangan dan alasan, antara lain:
1. Pertimbangan tenaga, biaya dan waktu. Keterbatasan yang dimiliki oleh
peneliti dalam hal tenaga, biaya dan waktu menjadi pertimbangan pemilihan
lokasi
2. Kelurahan Bandar Jaya Timur adalah salah satu pusat kota di kabupaten
Lampung Tengah. Sehingga memungkinkan masyarakat mengenali produk
tupperware karena ketersediaan produk diwilayah tersebut.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survey
menggunakan angket atau kuesioner (Questionnaires), sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2010:194). Kuesioner cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
populasi (Arikunto, 2010:130). Menurut Sugiyono (2013:119) Populasi adalah
wilayah yang terdiri dari: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dapat berupa subyek yang mempunyai kualitas.
42
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di lingkungan kelurahan
Bandar Jaya Timur, Terbanggi Besar, Lampung Tengah yang mengetahui produk
Tupperware.
Populasi ini diambil karena Bandar Jaya Timur adalah sebuah kota yang mulai
berkembang. Ketika kota sudah berkembang maka permasalahan limbah akan
diperhatikan secara serius. Dari segi pendidikan juga bisa dibilang lebih daripada
desa yang lainnya dilampung tengah sehingga kemungkinan masyarakat memiliki
kesadaran yang lebih terhadap kesehatan dan lingkungan. Dan peneliti mengambil
informan ibu rumah tangga karena menyesuaikan dengan produk yang dipilih,
biasanya yang mengatur peralatan rumah tangga adalah wanita sehingga peneliti
ingin mengetahui minat beli wanita yang sudah menikah di lingkungan Bandar
jaya Timur terhadap produk ramah lingkungan.
Sugiyono (2013:120) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apas yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling,
yaitu suatu metode pemilihan sampel di mana setiap unsur (anggota) populasi
tidak mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Hal
ini diambil karena besar populasi yaitu wanita yang sudah menikah yang
43
mengetahui produk Tupperware di Bandar Jaya Timur tidak diketahi jumlahnya.
Dan jenis nonprobability samping mengguankan snowball sampling yaitu peneliti
mulai mengontak beberapa responden potensial dan menanyakan mereka apakah
mereka mengenal seseorang dengan karakteristik yang sama yang dicari dalam
penelitian ini, kita mencari responden yang mengetahui produk Tupperware lalu
menanyakan kembali siapa saja yang sudah mengetahui produk Tupperware.
Ukuran sampel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan pendapat dari Roscoe
dalam Sekaran dalam Ferdinand (2006:191) yaitu ukuran sampel yang lebih besar
dari 30 dan kurang dari 500 sudah memadai bagi kebanyakan penelitian. Dalam
penelitian multivariate besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali variable
independen. Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel independen sehingga besar
sampel sejumlah 75 sampel responden. Akan tetapi peneliti akan menggunakan
sebanya 77 sampel.
3.7 Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini variabel diukur menggunakan skala Likert. Skala Likert
akan menghasilkan respons terhadap sebuah stimuli yang disajikan dalam
bentuk kategorik semantik, yang menyatakan sebuah tingkatan sifat atau
keterangan tertentu (Ferdinand, 2006:220). Dalam penelitian ini diberikan 5
alternatif jawaban kepada responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:
44
Tabel 3.2 Skor Pernyataan
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
Method of Successive Interval (MSI)
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu data ordinal yang diperoleh dari hasil
kuesioner ditransformasikan menjadi data interval. Mentransformasikan data
ordinal menjadi data interval gunanya untuk memenuhi syarat analisis
parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval. Maka data
ordinal tersebut harus ditransformasikan menjadi data interval dengan
menggunakan program penghitungan Method of Succesive Interval (MSI).
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Buka data yang akan diolah melalui Microsoft Exel
2. Buka program Succesive Interval jika ada peringatan Microsoft Office
Exel Security Notice pilih Enable Macros
3. Akan tampil medu baru di microsoft office exel yaitu bernama add-ins,
klik menu add-ins, lalu klik Analize pilih Succesive Interval
4. Pada program Succesive Interval masukan data di kolom input sesuai
dengan banyak jumlah data
5. Selanjutnya klik dan sesuaikan output dengan jumlah data yang ada
6. Rubah frekuensi di bagian option, karena frekuensi dalam penelitian
ini hanya sampai 5 maka max value diubah menjadi 5
7. Lalu klik ok.
45
3.8 Teknik Pengujian
Sehubungan dengan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka akan
dilakukan pengujian berdasarkan data yang diperoleh sebagai berikut.
3.8.1 Uji Validitas
Umar (2010:179) mengatakan validitas menunjukan sejauh mana alat pengukur
itu mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas ini dilakukan untuk
mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu
mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti. Uji validitas ini diperoleh
dengan cara mengkorelasi setiap skor indikator dengan total skor indikator
variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf
siginifikan 0,05. Suatu instrumen dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari
r tabel.
Tabel 3.3 Uji validitas variabel kesadaran lingkungan (X1)
Item r Hitung r Tabel Keterangan
X1.1 0.403 0.2213 Valid
X1.2 0.424 0.2213 Valid
X1.3 0.564 0.2213 Valid
X1.4 0.600 0.2213 Valid
X1.5 0.499 0.2213 Valid
X1.6 0.313 0.2213 Valid
X1.7 0.485 0.2213 Valid
X1.8 0.654 0.2213 Valid
X1.9 0.754 0.2213 Valid
X1.10 0.735 0.2213 Valid
X1.11 0.730 0.2213 Valid
X1.12 0.549 0.2213 Valid
X1.13 0.535 0.2213 Valid
X1.14 0.577 0.2213 Valid
X1.15 0.417 0.2213 Valid
X1.16 0.362 0.2213 Valid
46
Tabel 3.4 Uji validitas variabel kesediaan membayar (X2)
Item r Hitung r Tabel Keterangan
X2.1 0.774 0.2213 Valid
X2.2 0.882 0.2213 Valid
X2.3 0.712 0.2213 Valid
Tabel 3.5 Uji validitas variabel gaya hidup (X3)
Item r Hitung r Tabel Keterangan
X3.1 0.678 0.2213 Valid
X3.2 0.689 0.2213 Valid
X3.3 0.689 0.2213 Valid
X3.4 0.653 0.2213 Valid
X3.5 0.663 0.2213 Valid
X3.6 0.627 0.2213 Valid
X3.7 0.686 0.2213 Valid
X3.8 0.530 0.2213 Valid
X3.9 0.714 0.2213 Valid
Tabel 3.6 Uji validitas variabel minat beli (Y)
Item r Hitung r Tabel Keterangan
Y.1 0.921 0.2213 Valid
Y.2 0.944 0.2213 Valid
Y.3 0.783 0.2213 Valid
3.8.2 Uji Reliabilitas
Menurut Umar (2010:176) Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk
menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Pengukuran keandalan butir pertanyaan
dengan sekali menyebarkan kuisioner pada reponden, kemudian hasil skornya
diukur korelasinya antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama, dengan
fasilitas Cronbach Alpha (a). Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai
47
alpha Cronbach lebih dari atau sama dengan r tabel (0,221). Keseluruhan hasil uji
reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Alpha Keterangan
Kesadaran Lingkungan 0,836 Reliabel
Kesediaan Membayar 0,681 Reliabel
Gaya Hidup 0,791 Reliabel
Minat Beli 0,749 Reliabel
3.9 Analisis Data
Setelah mengolah data, maka tahap selanjutnya adalah dilakukan analisis data.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis statistik
deskriptif dan analisis regresi linier berganda.
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009:206). Data tersebut berasal dari
jawaban-jawaban responden atas item-item yang terdapat dalam kuesioner.
Peneliti akan mengolah data dengan cara dikelompokkan kemudian diberikan
penjelasan.
48
3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi
regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas,
gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat
dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak
terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi (Sunyoto, 2012). Jika
terdapat heteroskedastistas, maka varian tidak konstan sehingga dapat
menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan
sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga
tingkat signifikan koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi
mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja
menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan.
Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Normalitas
Uji asumsi ini akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y)
pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau
berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data
variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau
normal sama sekali (Sunyoto, 2012). Kriteria pengambilan keputusan dalam uji
normalitas menurut Priyatno (2013) yaitu:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
49
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Heteroskesdasitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak
varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi lain. Jika
residualnya mempnyai varians yang sama disebut terjadi homoskedastisitas.
Persamaan yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola
yang teratur, baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang
(Sunyoto, 2012). Menurut Priyatno (2013), dasar pengambilan keputusannya
adalah:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang), maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi
antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada
korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara
variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Dikatakan tidak
50
terjadi multikolonieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil
atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60) (Sunyoto, 2012).
3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis regresi berganda dengan program SPSS 2.0. Analisis regresi berganda
untuk menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan
kejadian (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y). Dalam penelitian ini,
analisis regresi berganda berperan sebagai teknik statistik yang digunakan untuk
menguji ada tidaknya pengaruh faktor Kesadaran lingkungan, Kesediaan
membayar dan Gaya hidup terhadap Niat beli produk hijau di Bandar Lampung.
Analisis regresi menggunakan rumus persamaan regresi bergandayaitu:
Y = b0+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan:
Y = Niat beli konsumen terhadap produk hijau
b0 = Nilai konstanta
b = Koefisien regresi
e = Kesalahan observasi atau pengganggu (merupakan bentuk variable
lainnya yang tidak diteliti oleh peneliti)
X1 = Kesadaran lingkungan
X2 = Kesediaan membayar
X3 = Gaya Hidup
51
3.10 Pengujian Hipotesis
3.10.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut, maka selanjutnya dapat dianalisis
koefisien determinasinya (R2) yaitu koefisien determinasi parsial untuk mengukur
secara terpisah dampak variabel independen (X1, X2, X3) terhadap variabel
dependen (Y), dengan bantuan program SPSS 2.0 pada komputer. Jika (R2) yang
diperoleh mendekati 1 (satu), maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut
menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat.Sebaliknya, jika (R2)
makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variasi variabel bebas terhadap
variabel terikat.
3.10.2 Uji F
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama sama variabel bebas
secara signifikan terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2007).Di mana Fhitung> Ftabel,
maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas dapat menerangkan variabel
terikatnya secara serentak. Sebaliknya, apabila Fhitung< Ftabel, maka dapat dikatakan
variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya. Untuk lebih
mudahnya, dapat dengan melihat probabilitas dan membandingkannya dengan
taraf kesalahan (α) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. Jika probabilitasnya <
taraf kesalahan, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas dapat menerangkan
variabel terikatnya secara serentak, begitu pula sebaliknya.
52
3.10.3 Uji T
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variable bebasnya
secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya
(Sugiyono, 2008).Apabila thitung> ttabel maka dapat dikatakan signifikan, yaitu
terdapat pangaruh antara variabel bebas yang diteliti dengan variabel
terikatnya.Sebaliknya, jika thitung<ttabel, maka dapat dikatakan tidak signifikan.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan :
1. Faktor Kesadaran Lingkungan berpengaruh tidak signifikan terhadap
Minat Beli Produk Hijau. Dengan nilai t hitung (0,312) < t tabel (1,665)
serta nilai signifikansi berada diatas 0,05 yaitu 0,756.
2. Faktor Kesediaan Membayar berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli
produk hijau. Dengan nilai t hitung (3,029) > t tabel (1,665) serta nilai
signifikansi berada dibawah 0,05 yaitu 0,003
3. Faktor Gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Produk
hijau. Dengan t hitung (2,502) > t tabel (1,665) serta nilai signifikansi
berada dibawah 0,05 yaitu 0,015
4. Faktor Kesadaran Lingkungan, Kesediaan membayar dan Gaya Hidup
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Produk
Hijau. Dengan hasil F hitung > F tabel (9,568 > 2,73)
5. Adanya item indikator yang tidak sesuai harapan, atau tidak sesuai dengan
indikator yang lainnya pada variabel yang sama. Indikator ini terdapat
97
pada penyebab pencemaran air dan tanah. Hal ini terjadi karena pertanyaan
dalam kuesioner yang kurang spesifik.
6. Adanya nilai indikator yang tidak sesuai harapan pada indikator
menentang kebijakan yang tidak ramah lingkungan. Hal ini terjadi karena
pertanyaan yang sulit dipahami oleh responden.
7. Sebagian besar Masyarakat Bandar Jaya Timur termasuk dalam kategori
environmentally green consumer. Yaitu konsumen mempunyai kepedulian
tinggi terhadap produk ramah lingkungan dan mempunyai karakteristik
sebagai pembeli produk ramah lingkungan.
5.2 SARAN
1. Dari segi public relation hendaknya Tupperware melakukan pendekatan
kepada konsumen yang memiliki gaya hidup ramah lingkungan,
khususnya komunitas yang mempunyai program pelestarian lingkungan
mengingat adanya pengaruh yang signifikan antara gaya hidup dan minat
beli.
2. Dalam melakukan personal selling, agen Tupperware hendaknya dapat
mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga lingkungan dengan
menggunakan produk yang ramah lingkungan.
3. Dari besarnya nilai koefisien determinasi maupun kontribusi yang
diberikan oleh faktor lain terhadap minat beli produk hijau (71,8%)
menunjukkan bahwa masih diperlukan adanya penelitian lanjutan bagi
peneliti lain untuk meneliti variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini misalnya brand personality, atribut produk dan pengaruh
99
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Penfekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Dahlstrom, Robert.2011. Green Marketing Management. Canada. South-Western
Cengage Learning
Dodds, William B; Monroe, Kent B; Grewal, Dhruv. (1991). Effects of
Price,Brand, And Store Information on Buyers Product Evaluation.
Journal of Marketing Research, Vol. 28 Agustus.
D’Souza dkk. 2006. An Empirical Study on the Influence of Environmental Labels
on Consumers. Emerald Group Publishing Limited: Courporate
Communication an International Journal. Vol 11 no 2, pp 162-173
Fadilah, Nita Rahma. 2013. Pengaruh Gaya Hidup dan Kelompok Refrensi
Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Merek Crocks (Studi Kasus pada
Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi UNAND). Padang: Universitas Andalas
Ferdiand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Hasan, Ali. (2013). Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Yogyakarta: CAPS
(Center for Academic Publishing Service).
Junaidi. Shellyana. Pengaruh Kesadaran Lingkungan pada Niat Beli Produk
Hijau. Surakarta. BENEFIT
Khoiriah, Siti dan Toro, Muh Juan Suam. 2014. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kesediaan Membeli Produk Hijau. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
Kotler, Philip dan Amstrong, Gery. 2008. Prinsip Prinsip Pemasaran. Jakarta:
Erlangga
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Marketing Management 13th Edition.
New Jersey: Pearson Prentice Hall
100
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2012. Manajemen Pemasaran. Jakarta:
Erlangga.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2010. Marketing Manajement. 14th ed.
New Jersey: Prentice Hall.
Latumahina, Grace & Anastasia, Njo. 2014. Kesediaan untuk Membayar pada
Green Residentals. Surabaya: FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 82-86
Margiyanti, Endang Tri. 2013. Pengaruh Kesadaran Lingkungan Terhadap Niat
Beli Produk Hijau.
Mi’raj. Yuyun Yocepta. Pengaruh Kesadaran Lingkungan Pada Niat Beli
Pertamax Sebagai Produk Hijau yang Dimoderaori oleh Harga
Premium. Lampung. Universitas Lampung
Mustopa, Zaenal dkk. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas 3.
Jakarta: Djatnika
Peter, J. Paul & Jerry C Olson. 1999. CONSUMER BEHAVIOR: Perilaku
Konsumen dan Strategi Pemasaran Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Potabenko, Mariya. 2004. “Research on Environmental Awareness in Ukraine”.
23 Januari 2015. http//www.grida.m/impact/mp.envawa/awreness.htm
Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS (Untuk
Pemula). Mediakom. Yogyakarta.
Sari, Cindy purnama. Pengaruh Hijabers Community dan Gaya Hidup Terhadap
Minat Beli Jilbab Merek Elzatta. Surabaya: Universitas Narotama
Surabaya
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk, 2000. Perilaku Konsumen. Jakarta :
Edisi Ketujuh. PT. Indeks.
Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk
Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Shabani, Nazanin., Mahboobeh Ashoori, Moh. Taghinejad, Hamed Beyrami, and
Marjan N. Fekri. 2013. The Study of Green Consumers’ Characteristics
and Available Green Sectors in The Market. International Research
Journal of Applied and Basic Science. Science Explorer Publication,
4(7): 1880-1883.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta
101
Sumarwan. Ujang.2012. Riset Pemasaran dan Konsmen. Bogor: IPB Press
Sunyoto, Danang. 2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran Dan Perilaku
Konsumen. Yogyakarta: CAPS
Swan, J.A, Stapp, W. P. 1974. Environmental Education; Strategy toward a More
Livable Future, New York: John Wiley & Sons Co.
Tupperware. “Profil Perusahaa”. 20 Desember 2014.
http://tupperware.co.id/Pages/Articlestatic/190110/0019/profil-
perusahaan.aspx
Umar, Husain. 2010. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Vivanews (jn). “Indonesia Rangking Empat Perusak Lingkungan”. 15 Desember
2014. http://nasional.news.viva.co.id/news/read/149597-
indonesia__rangking_empat_perusak_lingkungan
Wagner, Sigmund A.1997. Understanding Green Consumer Behaviour. New
York. Routledge
Wikipedia.org. “Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. 4 januari
2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan_Ame
rika_Serikat
Zeithaml, Valarie A. 1988. Consumer Perceptions of Price, Quality, and Value: A
Means- End Model and Synthesis of Evidence. Journal of
Marketing, 52(3): 2-22.
Zhao, Jinhua dan Kling, Chaterine L. 2004. Willingness to Pay, Conpensating
Variation, and The Cost Of Commitment. Western Economic Association
International, Economic Inquiry Vol. 42, No. 3, July 2004, 503-517.