mikoplasma pneumonia

17
REFERAT MIKOPLASMA PNEUMONIA Maria Victoria Seran Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang I. PENDAHULUAN Pneumonia pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang serius dan banyak menyebabkan kematian pada anak dan balita. Penyebabnya bermacam – macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama bakteri, virus, mikoplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun benda asing yang teraspirasi. 1 Ada dua jenis mikoplasma yang menyebabkan penyakit pada manusia, salah satunya Mycoplasma pneumoniae yang merupakan salah satu patogen pada manusia yang menginfeksi saluran napas terutama pada anak usia sekolah dan dewasa muda. 2,4,5 Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda – tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. 1 Karena itu, pneumonia mikoplasma ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal (Atypical Pneumonia). Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar pneumonia pada umumnya (pengecatan gram, biakan darah, pemeriksaan sputum) dan tidak menunjukkan respons terhadap antibiotika golongan b- laktam. 6 Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus Mikoplasma Pneumonia 1

Upload: vhyrae-seran

Post on 03-Aug-2015

428 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mikoplasma pneumonia

REFERAT

MIKOPLASMA PNEUMONIA

Maria Victoria Seran

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

I. PENDAHULUAN

Pneumonia pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang

serius dan banyak menyebabkan kematian pada anak dan balita. Penyebabnya bermacam –

macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama bakteri, virus,

mikoplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun benda asing yang teraspirasi.1

Ada dua jenis mikoplasma yang menyebabkan penyakit pada manusia, salah satunya

Mycoplasma pneumoniae yang merupakan salah satu patogen pada manusia yang

menginfeksi saluran napas terutama pada anak usia sekolah dan dewasa muda.2,4,5 Pneumonia

jenis ini berbeda gejala dan tanda – tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada

umumnya.1 Karena itu, pneumonia mikoplasma ini sering juga disebut pneumonia yang tidak

tipikal (Atypical Pneumonia). Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh

mikroorganisme yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar pneumonia

pada umumnya (pengecatan gram, biakan darah, pemeriksaan sputum) dan tidak

menunjukkan respons terhadap antibiotika golongan b-laktam.6 Mikoplasma tidak bisa

diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.

Mikoplasma bukan jamur karena tidak mempunyai membran inti, tidak memiliki hifa, tidak

menghasilkan spora. Jamur merupakan kelompok eukariotik dan umumnya multiseluler

dengan struktur sel lebih lengkap.3

Mycoplasma pneumoniae mempunyai afinitas selektif untuk sel epitel saluran napas

misalnya bronkus, bronkiolus, dan alveoli yang akan menghasilkan hidrogen peroksida

(H2O2). Terbentuknya H2O2 pada metabolismenya menyebabkan kerusakan pada lapisan

mukosa saluran napas, misalnya terjadi deskuamasi dan ulserasi lapisan mukosa, edema pada

dinding bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi saluran napas dan alveoli.5,6,7 H2O2

juga menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit.7 Pneumonia akibat mikoplasma

umumnya lebih ringan dan ditandai dengan perjalanan penyakit yang lebih berlarut – larut

atau berkepanjangan.7 Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.1

Mikoplasma Pneumonia 1

Page 2: Mikoplasma pneumonia

Infeksi diperoleh melalui droplet dari kontak dekat.4,8,9 Pneumonia mikoplasma bisa

menimbulkan gejala di luar paru misalnya anemia dan ruam kulit serta sindroma neurologis

seperti meningitis, mielitis dan ensefalitis. Terapi empiris antibiotik diberikan setelah

diagnosis telah ditegakkan.2

II. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini menyerang semua kelompok umur, jenis kelamin dan ras.2 Pneumonia

mikoplasma jarang ditemukan pada anak < 5 tahun, lebih sering ditemukan pada usia 5 - 20

tahun dengan perbandingan laki – laki dan perempuan sama namun ada beberapa observasi

yang menyatakan bahwa kondisi yang berat terjadi pada kelompok laki – laki.7

Infeksi M. pneumoniae dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat endemik.4 Infeksi

lebih mudah menyebar melalui udara terutama pada populasi yang padat misalnya di sekolah,

asrama, kamp militer atau pemukiman yang padat.5 Angka serangan bervariasi antara 5 atau >

50 per 1000 per tahun pada kelompok militer dan 1 – 3 per 1000 per tahun pada masyarakat

sipil. M. pneumoniae berpengaruh kepada 40% dari community - acquired  pneumonia.2 Laporan

kasus Singer dkk menemukan dalam satu keluarga 3 anak berturut – turut masuk rumah sakit

dengan keluhan gejala respiratorik yang mana sebelum masuk RS telah mendapat pengobatan

Ampisilin tapi tidak menunjukkan adanya perbaikan. Setelah pemeriksaan serologis

ditemukan kenaikan 4 kali atau lebih titer antibodi fiksasi komplemen untuk M. pneumoniae.

Masa inkubasi penyakit ini relatif lama kira – kira 2 sampai 3 minggu. Itulah sebabnya dalam

anggota keluarga tidak terjadi sakit dalam waktu yang bersamaan.5

III. ETIOLOGI

Mikoplasma sebagai organisme terkecil dalam kelompok makluk hidup, secara

taksonomi tidak tergolong bakteri ataupun virus. Mikoplasma berada pada hampir semua

kehidupan baik pada tumbuhan maupun pada hewan sebagai koloni maupun bersifat patogen.

Mikoplasma sangat pleomorfik merupakan prokariota yang tidak mempunyai dinding sel,2,3

namun membran sel dari mikoplasma ini mempunyai keunikan tersendiri karena mengandung

sterol di mana sterol ini tidak ditemui baik  pada bakteri maupun virus yang lain. Mikoplasma

ini sangat kecil sekitar 150 – 250 nm dan mempunyai membran yang mampu beregenerasi.

Pada saat pertama kali ditemukan, mikoplasma dipercayai termasuk dalam kelompok virus

karena mikoplasma bisa terlepas dari pertahanan terhadap bakteri namun, tidak seperti virus,

mikoplasma ini bisa hidup di dalam media bebas sel dan mengandung RNA dan juga DNA.

Mikoplasma juga pernah disalah artikan sebagai bakteri bentuk L, di mana bakteri bentuk L

Mikoplasma Pneumonia 2

Page 3: Mikoplasma pneumonia

ini bentuk dinding selnya sama seperti mikoplasma. Namun berbeda dengan mikoplasma,

bakteri bentuk L tidak mengandung sterol di dalam membran selnya.2

5

Gambar 1. Taksonomi kelas Mollicutes (Diambil dari kepustakaan 2)

Mikoplasma tidak terdapat dipelajari dengan cara-cara bakteriologik yang biasa

dilakukan karena koloninya kecil, plastisitas dan kehalusan sel – selnya (akibat tidak

mempunyai dinding sel yang kaku), dan hasil pewarnaannya yang jelek dengan zat warna

aniline. Morfologinya berbeda – beda sesuai dengan cara pemeriksaan yang digunakan

(misalnya, lapangan gelap, imunofluoresensi, sediaan yang diwarnai dengan Giemsa dari

pembenihan padat atau cair, fiksasi agar). Mikoplasma dapat tumbuh atau berkembang biak

dalam perbenihan tanpa sel, dan pertumbuhannya dihambat oleh antibodi spesifik. Kuman ini

mempunyai afinitas selektif untuk sel epitel saluran napas misalnya bronkus, bronkiolus, dan

alveolus yang akan menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Kerusakan ini timbul dalam

waktu yang singkat, antara 24 – 48 jam dan dapat terjadi pada bagian paru yang luas. H 2O2

juga dapat menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit, secara in vitro kerusakan ini

menyebabkan hemolisa yang dapat merubah antigen eritrosit sehingga menstimulasi cold

agglutinin atau agglutinin dingin.5 Pada umumnya bersifat anaerob fakultatif dengan suhu

pertumbuhan optimal 36 – 37°C dan pH optimum 7. Untuk pertumbuhannya diperlukan

kolesterol dan asam lemak rantai panjang, sedangkan sumber energi utama didapatkan dari

Mikoplasma Pneumonia 3

Page 4: Mikoplasma pneumonia

glukosa atau arginin. Mikoplasma ini dapat dibedakan dari ciri – ciri khasnya yaitu

tidak mempunyai dinding sel, Bersifat sangat pleomorf karena spesies ini tidak memiliki dinding

sel peptidoglikan, ia memiliki tiga lapis membran sel yang menggabungkan senyawa sterol,

mirip dengan sel-sel eukariotik.2

Gambar 2. Mikoplasma pneumonia (Diambil dari Kepustakaan 11)

IV. PATOGENESIS

Sel bersilia dari epitel saluran pernapasan merupakan target utama dari infeksi

Micoplasma pneumoniae. Organisme ini memanjang seperti bentuk ular (snake like) dengan

perlekatan yang mempunyai karakteristik  electron-dense core dan tiga lapis membran luar.

Perlekatan ini diperantarai oleh protein aksesorius adhesi dan adherence di mana protein ini

berkerja sama secara struktural dan fungsional untuk menggerakkan dan menyebabkan

perlekatan dan menyebabkan mikoplasma dapat berkolonisasi di membran mukosa. M.

penumoniae bisa menginvasi ke dalam sel dan bertahan di dalam sitoplasma atau kawasan

perinuklear untuk satu jangka waktu yang lama. M. pneumoniae ekstrapulmoner sudah pernah

dideteksi dengan menggunakan  polymerase-chain-reaction (PCR). Mekanisme yang mungkin

terjadi pada mikoplasma ini adalah mengeluarkan berbagai sitokin yang bersifat pro-inflamasi

dan anti-inflamasi. M. pneumoniae bisa menginduksi keluarnya berbagai interleukin,

interferon, tumor necrosis factor (TNF), dan sitokin yang lain. Penyakit yang  diakibatkan

oleh M. penumoniae ini sangat kompleks karena melibatkan respon immunologi dari host 

yang menyebabkan timbulnya manifestasi klinik untuk mempertahanan diri sendiri bergantung

pada balans sistem immunitas humoral dan seluler.4

Selain sistem saluran napas sebagai target utama M. pneumonia juga menyerang

organ lain. Meskipun data tentang serangan ekstrapulmoner sedikit yang dilaporkan dengan

PCR pernah terdeteksi M. pneumonia di dalam liquor serebrospinal, cairan pleura dan

Mikoplasma Pneumonia 4

Page 5: Mikoplasma pneumonia

persendian. Mekanisme serangan tidak diketahui jelas tetapi kemungkinan karena invasi

langsung dari kuman mikoplasma atau karena mekanisme autoimun. Pasien dengan atau

tanpa gejala gangguan pernapasan bisa menampilkan manifestasi di kulit, darah, jantung,

sistem saraf pusat, saluran cerna dan persendian.2,4

V. DIAGNOSIS

a. Anamnesis

Gejala dari infeksi Mycoplasma pneumonie biasanya non-spesifik. Masa inkubasi

antara 2 – 4 minggu.11 Onset dari infeksi ini biasanya didahului dengan demam, malaise dan

batuk. Suhu tubuh jarang mencapai lebih dari 38.5˚ C. Batuk merupakan penanda seseorang

itu terkena infeksi M. pneumoniae. Batuk terjadi 2 – 5 hari. Frekuensi batuk dan parahnya

batuk akan meningkat selama beberapa hari setelah onset. Pada pasien yang mengalami

perkembangan infeksi ke arah infeksi saluran napas bagian bawah, gejala yang lebih nyata

akan muncul yaitu batuk  non produktif yang semakin parah. Kadang ditemukan sputum

berwarna putih atau disertai bercak darah dan nyeri dada bagian parasternal. Jarang terjadi

batuk dengan sputum purulen.5 Sesak napas tidak ditemui pada penderita M. pnuemoniae

tetapi penderita dapat memberikan tanda dan gejala seperti asma dan penyakit paru obstruktif

kronik eksarsebasi.2

b. Pemeriksaan Fisis

Demam dan batuk merupakan manifestasi yang selalu ditemukan hampir 100% pada

penderita pneumonia mikoplasma. Faring terlihat eritematous tanpa pembesaran kelenjar getah

bening ± 50% dan infeksi telinga sekitar 20%. Malaise kira – kira 75% dari penderita dan sakit

kepala sering mengawali gejala.5 Penderita pneumonia mikoplasma pada pemeriksaan fisik

terlihat seperti tidak sakit. Penderita jarang ditemui dalam sakit berbaring atau perawatan di

rumah sakit karena masih bisa beraktivitas seperti orang sehat (Walking pneumonia) namun

pada pemeriksaan fisik (auskultasi) ditemukan ronki basah hampir pada 75% dari kasus dan

biasanya di lobus bawah. Selain itu mengi didapatkan pada 30 – 40% kasus dan biasanya pada

pasien yang lebih besar. Sangat jarang ditemukan pneumonia fulminan dengan kegagalan

pernapasan namun hal ini bisa saja terjadi.2 Ciri khas dari infeksi mikoplasma ini adalah

ketidaksamaan antara pemeriksaan fisik dan hasil foto thoraks yang terbukti pasien

mengalami pneumonia. Hal ini sama ditemui pada anak penderita TB paru yang secara umum

tampak tidak sakit tetapi hasil foto thoraks menunjukkan gambaran khas TB paru.

Mikoplasma Pneumonia 5

Page 6: Mikoplasma pneumonia

Temuan diagnostik pneumonia karena infeksi M. pneumoniae dapat dibandingkan

dengan penyebab penyebab lain pneumonia atipikal yaitu Chlamidya pneumoniae dan

Legionella pneumophila seperti pada tabel di bawah ini.

Gambar 3. Temuan diagnostik pneumonia atipikal (Diambil dari kepustakaan 6)

c. Pemeriksaan Penunjang

Pada infeksi Mycoplasma pneumoniae, tidak terdapat gejala klinik khusus atau tes

laboratorium khusus untuk benar-benar dapat mendiagnosa infeksi mikoplasma stadium

awal.4 Jumlah leukosit darah dan hitung jenis darah biasanya dalam batas normal. Laju endap

darah (LED) dapat meningkat selama perjalanan klinis penyakit. Kadang – kadang terjadi

hemolisis subklinis. Anak yang menderita penyakit sel sabit memperlihatkan leukositosis

polimorfonuklear yang nyata.10

Pada pemeriksaan foto thoraks dapat ditemukan gambaran infeksi Mycoplasma

penumoniae yaitu keterlibatan kedua bagian paru yang bersifat multifokal atau difus dan bisa

terdapat retikular infiltrat.2,8 Pada kasus yang  jarang bisa juga ditemukan efusi pleura.6

Pembesaran kelenjar limfe pada bagian hilus bisa terlihat pada 7 – 22% pasien anak.2

Kultur yang dilakukan pada medium khusus yang memperlihatkan M. pneumoniae biasanya tidak

dapat terdeteksi pada awal minggu pertama.4 Kultur dari sputum atau hapusan tenggorokan dengan

menemukan M. pneumoniae merupakan diagnosa pasti tetapi hal ini tidak dilakukan secara rutin oleh karena

memakan waktu yang lama, 2 – 3 minggu baru ada pertumbuhan kuman, sehingga tidak dapat dipakai

sebagai diagnosa untuk memberikan terapi inisial.5 Beberapa cara pemeriksaan serologi untuk

mendeteksi M. pneumoniae meliputi complement fixation test, ELISA, cold aglutinin, dan

Mikoplasma Pneumonia 6

Page 7: Mikoplasma pneumonia

rapid microagglutinin.6 Peningkatan titer aglutinin dingin sama atau lebih besar dari 1 : 64

dapat menyokong diagnosa tetapi tes aglutinin tidak spesifik untuk pneumonia mikoplasma

karena dapat positif juga pada penyakit lain misalnya penyakit anemia hemolisis, penyakit

liver dan virus lainnya.5

VI. DIAGNOSIS BANDING2

TB Paru

Penyakit pertama yang memiliki tanda dan gejala seperti pneumonia mikoplasma

adalah TB paru. Tanda dan gejala fisik tuberkulosis primer paru pada anak secara

mengherankan sangat kurang mengingat tingkat perubahan radiograf yang ditemukan. Lebih

dari 50% bayi dan anak dengan tuberkulosis paru sedang sampai berat secara radiografis,

tidak mempunyai tanda – tanda fisik dan ditemukan hanya dengan penelusuran kontak. Bayi

lebih mungkin mengalami tanda – tanda dan gejala. Batuk non-produktif dan dyspnea ringan

merupakan gejala yang paling lazim. Keluhan sistemik seperti demam, keringat malam,

anoreksia dan aktivitas berkurang, jarang ditemukan. Beberapa bayi dan anak-anak

mempunyai kesukaran penambahan berat badan atau berkembang menjadi sindrom gagal

tumbuh. Beberapa bayi dan anak-anak dengan obstruksi bronchial mengalami mengi

setempat dengan takipnea atau kadang – kadang distress respirasi.1

Infeksi Clamidia

Namun juga dapat menyebabkan infeksi saluran napas akut bawah seperti pneumonia,

bronkitis dan eksaserbasi akut chronic obstructive pulmonary disease (COPD) pada orang

dewasa. Chlamydia pneumoniae sering menyebabkan infeksi tanpa gejala (asimptomatik)

atau infeksi ringan saluran napas atas. Pada keadaan infeksi berat dapat terjadi pneumonia,

bronkitis, faringitis, sinusitis, eksaserbasi asma. Gejala infeksi saluran napas atas seperti sakit

tenggorokan, serak dan rinitis dengan atau tanpa demam. Infeksi ringan dapat sembuh dengan

spontan atau berlanjut ke infeksi saluran napas bawah seperti batuk kering yang persisten,

rasa tidak nyaman di dada/nyeri dada. Infeksi primer dapat menyebabkan pneumonia ringan

atau bronkitis yang lama pada dewasa muda, secara klinis sama dengan infeksi dengan M.

pneumoniae.4,6

Infeksi Virus Influenza dan Parainfluenza

Virus influenza dan parainfluenza dapat menyebabkan infeksi saluran napas atas atau

infeksi saluran napas bawah pada anak – anak dan dewasa. Virus menyebabkan bronkitis dan

Mikoplasma Pneumonia 7

Page 8: Mikoplasma pneumonia

pneumonia, pada bayi dapat mengalami bronkiolitis. Namun terkadang hanya menyebabkan

hidung meler, batuk ringan, dan sakit tenggorokan.4

Infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV)

Infeksi RSV sering mengenai bayi sampai anak usia 2 tahun. Pada orang dewasa,

lansia dan anak – anak gejala tampak seperti flu biasa. Tanda dan gejala muncul sekitar 4 – 6

hari setelah terpapar virus yakni hidung meler, batuk kering, demam ringan, sakit

tenggorokan dan sakit kepala ringan. Pada kasus yang lebih berat RSV menyebabkan

pneumonia dan bronkiolitis.4

Infeksi Rinovirus

Pasien dengan infeksi rinovirus akan mengalami flu seperti biasa mulai 2 – 3 hari

sejak terinfeksi. Gejalanya meliputi lendir yang menumpuk di hidung, kesulitan bernapas,

bersin, sakit tenggorokan, batuk dan sakit kepala. Demam pada infeksi rinovirus biasanya

ringan. Gejala bisa bertahan 2 – 14 hari dan akan pulih dengan sendirinya.4

VII. PENATALAKSANAAN

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi M. pneumoniae biasanya ringan dan biasanya

tidak memerlukan rawat inap.2

Antibiotika

M. pneumoniae secara in vitro memperlihatkan sensitivitas terhadap eritromisin,

clarithromycin, azithromycin dan tetrasiklin. Antibiotika ini bisa mempercepat penyembuhan

namun tidak mengeradikasi sepenuhnya mikoplasma setelah pengobatan dihentikan. Pada anak

dengan usia kurang dari 10 tahun, obat pilihan adalah Eritromisin, sedangkan Tetrasiklin

tidak dianjurkan karena memiliki efek samping pada anak.

Rincian dosisnya adalah sebagai berikut. Dewasa dengan berat badan ≥ 26 kg :

Eritromisin 1500 mg/hari dibagi 4 dosis. Anak-anak dengan berat badan ≤ 25 kg : Eritromisin

30 – 50 mg/kg BB/hari, diberi selama 2 – 3 minggu.5 Pengobatan lain yang direkomendasikan

adalah clarithromycin dengan dosis 15 mg /kgBB/hari dan diberikan 2 kali secara peroral.

Clarithromycin ini diberikan selama10 hari. Selain clarithromycin bisa juga diberikan

azithromycin dengan dosis 10 mg /kgBB/hari sekali sehari peroral pada hari pertama

pemberian namun pada hari kedua sampai hari kelima dosisnya diturunkan menjadi 5

mg /kgBB/hari. Tetrasiklin tidak dianjurkan karena memiliki efek samping pada anak.4 Obat

baru yang sekarang ini banyak dipakai adalah Roxytromycin, yang ternyata cukup efektif

terhadap M. Pneumoniae dengan sedikit efek samping. Dosis yang diberikan 5-10 mg/kg

Mikoplasma Pneumonia 8

Page 9: Mikoplasma pneumonia

BB/hari dibagi dalam 2 dosis secara oral, diberikan selama 7 - 14 hari. Steroid dapat diberi

bila ditemui komplikasi Stevens-Johnson Syndrome.5

Simptomatik

Istirahat

Analgetik atau Antipiretik 

Antitusif

VIII. KOMPLIKASI 2,4

Komplikasi infeksi M. penumoniae di kulit :

Macula erythematous atau ruam seperti morbili

Eksantema papulovesikuler

Multiform eritema

Steven-Johnson Syndrome

Eritema nodosum

Mukositis

Gambar 5. Eritema multiforme pada SSJ (Diambil dari kepustakaan 4)

Komplikasi infeksi Mycoplasma pneumoniae di jantung:

Aritimia atau kelainan EKG (gangguan konduksi)

Gagal jantung kongestif 

Perikarditis

Miokarditis

Endokarditis

Komplikasi infeksi Mycoplasma pneumoniae pada sistem saraf:

Ensefalitis dan meningoensefalitis

Mikoplasma Pneumonia 9

Page 10: Mikoplasma pneumonia

Myelitis transversal

Meningitis aseptik 

Peripheral neuropati

Kegagalan fungsi dari batang otak 

Kelainan pada system piramidal atau ekstrapiramidal 

Kelainan di serebelum 

Infark serebri 

Guillain-Barre Syndrome

Komplikasi infeksi Mycoplasma pneumoniae pada sistem muskuloskeletal:

Poliartralgia 

Artritis akut

Nekrosis digitalis 

Komplikasi pada sistem hematologi:

Anemia hemolitik 

Pansitopenia

Infark splenik 

Kelainan menyerupai hemofilia

IX. PROGNOSIS

Kematian yang disebabkan oleh infeksi M. pneumoniae sangat jarang. Kelainan anatomi

seperti terjadinya perubahan pada perfusi di paru, bronkiektasis ringan dan penebalan dinding

bronkus didapat pada anak berusia 1 – 2 tahun yang menderita infeksi M. penumoniae.

Kelainan dari difusi gas di paru didapat pada hampir setengah dari anak pada 6 bulan setelah

sembuh dari infeksi. Pasien biasanya sembuh tanpa komplikasi namun sekuele dari ensefalitis

dapat permanen.4

X. PENCEGAHAN

Tidak ada cara spesifik untuk mencegah pertumbuhan penyakit ini. Cara yang dapat

ditempuh hanya berupa menjaga kebersihan diri, terutama kebiasaan mencuci tangan, serta

menghindari kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Mikoplasma Pneumonia 10

Page 11: Mikoplasma pneumonia

1. Anonim. Pneumonia pada anak : UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian tertinggi anak balita. http://www.pdpersi.co.id/content/article.php?mid=5&catid=9&nid=866 . Diakses pada 26 Juli 2012

2. Chatterjee A. Pediatric Mycoplasma Infections. http://emedicine.medscape.com/article/966785-clinical#showall . Diakses pada 10 Juli 2012

3. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel RM: editor. Mycoplasma dalam : Kayser Color Atlas of Medical Microbiology. New York : Thieme. 2005. p.340 – 341

4. Powell DA. Mycoplasma pneumoniae dalam : Kliegman RD, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Philadelphia : Saunders Elsevier. 2007. Chapter 220

5. Lubis HM. Pneumonia Mikoplasma. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2033/1/anak-helmi3.pdf . Diakses pada 15 Juli 2012

6. Budastra IN, Siadi PP, Subanada IB. Pneumonia Atipikal dalam : Sari Pediatri Volume 9 No. 2 2007. http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/9-2-10.pdf . Diakses pada 26 Juli 2012

7. Bono MJ. Mycoplasma Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/1941994-overview. Diakses pada 10 Juli 2012

8. Mason RJ, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA : editor. Common Cause of Pyogenic Pneumonia dalam : Mason : Murray & Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine, 4th Edition. Philadelphia : Saunders Elsevier. 2005. p. 837

9. Muller NL, Franquet T, Lee KS : editor. Viruses, Mycoplasma, and Chlamydia dalam : Imaging of Pulmonary Infections. Canada : Lippincott Williams & Wilkins. 2007. p.109 – 110

10. Clyde WA. Infeksi Mikoplasma dalam Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph GD : Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1. Jakarta : EGC. 2007. p.768 – 769

11. Waites KB, Talkington DF. Mycoplasma pneumoniae and Its Role As A Human Pathogen dalam : Clinical Microbiology Reviews. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC523564/ . Diakses pada 16 Agustus 2012

Mikoplasma Pneumonia 11