mikoplasma pneumonia
TRANSCRIPT
REFERAT
MIKOPLASMA PNEUMONIA
Maria Victoria Seran
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
I. PENDAHULUAN
Pneumonia pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang
serius dan banyak menyebabkan kematian pada anak dan balita. Penyebabnya bermacam –
macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama bakteri, virus,
mikoplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun benda asing yang teraspirasi.1
Ada dua jenis mikoplasma yang menyebabkan penyakit pada manusia, salah satunya
Mycoplasma pneumoniae yang merupakan salah satu patogen pada manusia yang
menginfeksi saluran napas terutama pada anak usia sekolah dan dewasa muda.2,4,5 Pneumonia
jenis ini berbeda gejala dan tanda – tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada
umumnya.1 Karena itu, pneumonia mikoplasma ini sering juga disebut pneumonia yang tidak
tipikal (Atypical Pneumonia). Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar pneumonia
pada umumnya (pengecatan gram, biakan darah, pemeriksaan sputum) dan tidak
menunjukkan respons terhadap antibiotika golongan b-laktam.6 Mikoplasma tidak bisa
diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.
Mikoplasma bukan jamur karena tidak mempunyai membran inti, tidak memiliki hifa, tidak
menghasilkan spora. Jamur merupakan kelompok eukariotik dan umumnya multiseluler
dengan struktur sel lebih lengkap.3
Mycoplasma pneumoniae mempunyai afinitas selektif untuk sel epitel saluran napas
misalnya bronkus, bronkiolus, dan alveoli yang akan menghasilkan hidrogen peroksida
(H2O2). Terbentuknya H2O2 pada metabolismenya menyebabkan kerusakan pada lapisan
mukosa saluran napas, misalnya terjadi deskuamasi dan ulserasi lapisan mukosa, edema pada
dinding bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi saluran napas dan alveoli.5,6,7 H2O2
juga menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit.7 Pneumonia akibat mikoplasma
umumnya lebih ringan dan ditandai dengan perjalanan penyakit yang lebih berlarut – larut
atau berkepanjangan.7 Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.1
Mikoplasma Pneumonia 1
Infeksi diperoleh melalui droplet dari kontak dekat.4,8,9 Pneumonia mikoplasma bisa
menimbulkan gejala di luar paru misalnya anemia dan ruam kulit serta sindroma neurologis
seperti meningitis, mielitis dan ensefalitis. Terapi empiris antibiotik diberikan setelah
diagnosis telah ditegakkan.2
II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini menyerang semua kelompok umur, jenis kelamin dan ras.2 Pneumonia
mikoplasma jarang ditemukan pada anak < 5 tahun, lebih sering ditemukan pada usia 5 - 20
tahun dengan perbandingan laki – laki dan perempuan sama namun ada beberapa observasi
yang menyatakan bahwa kondisi yang berat terjadi pada kelompok laki – laki.7
Infeksi M. pneumoniae dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat endemik.4 Infeksi
lebih mudah menyebar melalui udara terutama pada populasi yang padat misalnya di sekolah,
asrama, kamp militer atau pemukiman yang padat.5 Angka serangan bervariasi antara 5 atau >
50 per 1000 per tahun pada kelompok militer dan 1 – 3 per 1000 per tahun pada masyarakat
sipil. M. pneumoniae berpengaruh kepada 40% dari community - acquired pneumonia.2 Laporan
kasus Singer dkk menemukan dalam satu keluarga 3 anak berturut – turut masuk rumah sakit
dengan keluhan gejala respiratorik yang mana sebelum masuk RS telah mendapat pengobatan
Ampisilin tapi tidak menunjukkan adanya perbaikan. Setelah pemeriksaan serologis
ditemukan kenaikan 4 kali atau lebih titer antibodi fiksasi komplemen untuk M. pneumoniae.
Masa inkubasi penyakit ini relatif lama kira – kira 2 sampai 3 minggu. Itulah sebabnya dalam
anggota keluarga tidak terjadi sakit dalam waktu yang bersamaan.5
III. ETIOLOGI
Mikoplasma sebagai organisme terkecil dalam kelompok makluk hidup, secara
taksonomi tidak tergolong bakteri ataupun virus. Mikoplasma berada pada hampir semua
kehidupan baik pada tumbuhan maupun pada hewan sebagai koloni maupun bersifat patogen.
Mikoplasma sangat pleomorfik merupakan prokariota yang tidak mempunyai dinding sel,2,3
namun membran sel dari mikoplasma ini mempunyai keunikan tersendiri karena mengandung
sterol di mana sterol ini tidak ditemui baik pada bakteri maupun virus yang lain. Mikoplasma
ini sangat kecil sekitar 150 – 250 nm dan mempunyai membran yang mampu beregenerasi.
Pada saat pertama kali ditemukan, mikoplasma dipercayai termasuk dalam kelompok virus
karena mikoplasma bisa terlepas dari pertahanan terhadap bakteri namun, tidak seperti virus,
mikoplasma ini bisa hidup di dalam media bebas sel dan mengandung RNA dan juga DNA.
Mikoplasma juga pernah disalah artikan sebagai bakteri bentuk L, di mana bakteri bentuk L
Mikoplasma Pneumonia 2
ini bentuk dinding selnya sama seperti mikoplasma. Namun berbeda dengan mikoplasma,
bakteri bentuk L tidak mengandung sterol di dalam membran selnya.2
5
Gambar 1. Taksonomi kelas Mollicutes (Diambil dari kepustakaan 2)
Mikoplasma tidak terdapat dipelajari dengan cara-cara bakteriologik yang biasa
dilakukan karena koloninya kecil, plastisitas dan kehalusan sel – selnya (akibat tidak
mempunyai dinding sel yang kaku), dan hasil pewarnaannya yang jelek dengan zat warna
aniline. Morfologinya berbeda – beda sesuai dengan cara pemeriksaan yang digunakan
(misalnya, lapangan gelap, imunofluoresensi, sediaan yang diwarnai dengan Giemsa dari
pembenihan padat atau cair, fiksasi agar). Mikoplasma dapat tumbuh atau berkembang biak
dalam perbenihan tanpa sel, dan pertumbuhannya dihambat oleh antibodi spesifik. Kuman ini
mempunyai afinitas selektif untuk sel epitel saluran napas misalnya bronkus, bronkiolus, dan
alveolus yang akan menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Kerusakan ini timbul dalam
waktu yang singkat, antara 24 – 48 jam dan dapat terjadi pada bagian paru yang luas. H 2O2
juga dapat menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit, secara in vitro kerusakan ini
menyebabkan hemolisa yang dapat merubah antigen eritrosit sehingga menstimulasi cold
agglutinin atau agglutinin dingin.5 Pada umumnya bersifat anaerob fakultatif dengan suhu
pertumbuhan optimal 36 – 37°C dan pH optimum 7. Untuk pertumbuhannya diperlukan
kolesterol dan asam lemak rantai panjang, sedangkan sumber energi utama didapatkan dari
Mikoplasma Pneumonia 3
glukosa atau arginin. Mikoplasma ini dapat dibedakan dari ciri – ciri khasnya yaitu
tidak mempunyai dinding sel, Bersifat sangat pleomorf karena spesies ini tidak memiliki dinding
sel peptidoglikan, ia memiliki tiga lapis membran sel yang menggabungkan senyawa sterol,
mirip dengan sel-sel eukariotik.2
Gambar 2. Mikoplasma pneumonia (Diambil dari Kepustakaan 11)
IV. PATOGENESIS
Sel bersilia dari epitel saluran pernapasan merupakan target utama dari infeksi
Micoplasma pneumoniae. Organisme ini memanjang seperti bentuk ular (snake like) dengan
perlekatan yang mempunyai karakteristik electron-dense core dan tiga lapis membran luar.
Perlekatan ini diperantarai oleh protein aksesorius adhesi dan adherence di mana protein ini
berkerja sama secara struktural dan fungsional untuk menggerakkan dan menyebabkan
perlekatan dan menyebabkan mikoplasma dapat berkolonisasi di membran mukosa. M.
penumoniae bisa menginvasi ke dalam sel dan bertahan di dalam sitoplasma atau kawasan
perinuklear untuk satu jangka waktu yang lama. M. pneumoniae ekstrapulmoner sudah pernah
dideteksi dengan menggunakan polymerase-chain-reaction (PCR). Mekanisme yang mungkin
terjadi pada mikoplasma ini adalah mengeluarkan berbagai sitokin yang bersifat pro-inflamasi
dan anti-inflamasi. M. pneumoniae bisa menginduksi keluarnya berbagai interleukin,
interferon, tumor necrosis factor (TNF), dan sitokin yang lain. Penyakit yang diakibatkan
oleh M. penumoniae ini sangat kompleks karena melibatkan respon immunologi dari host
yang menyebabkan timbulnya manifestasi klinik untuk mempertahanan diri sendiri bergantung
pada balans sistem immunitas humoral dan seluler.4
Selain sistem saluran napas sebagai target utama M. pneumonia juga menyerang
organ lain. Meskipun data tentang serangan ekstrapulmoner sedikit yang dilaporkan dengan
PCR pernah terdeteksi M. pneumonia di dalam liquor serebrospinal, cairan pleura dan
Mikoplasma Pneumonia 4
persendian. Mekanisme serangan tidak diketahui jelas tetapi kemungkinan karena invasi
langsung dari kuman mikoplasma atau karena mekanisme autoimun. Pasien dengan atau
tanpa gejala gangguan pernapasan bisa menampilkan manifestasi di kulit, darah, jantung,
sistem saraf pusat, saluran cerna dan persendian.2,4
V. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Gejala dari infeksi Mycoplasma pneumonie biasanya non-spesifik. Masa inkubasi
antara 2 – 4 minggu.11 Onset dari infeksi ini biasanya didahului dengan demam, malaise dan
batuk. Suhu tubuh jarang mencapai lebih dari 38.5˚ C. Batuk merupakan penanda seseorang
itu terkena infeksi M. pneumoniae. Batuk terjadi 2 – 5 hari. Frekuensi batuk dan parahnya
batuk akan meningkat selama beberapa hari setelah onset. Pada pasien yang mengalami
perkembangan infeksi ke arah infeksi saluran napas bagian bawah, gejala yang lebih nyata
akan muncul yaitu batuk non produktif yang semakin parah. Kadang ditemukan sputum
berwarna putih atau disertai bercak darah dan nyeri dada bagian parasternal. Jarang terjadi
batuk dengan sputum purulen.5 Sesak napas tidak ditemui pada penderita M. pnuemoniae
tetapi penderita dapat memberikan tanda dan gejala seperti asma dan penyakit paru obstruktif
kronik eksarsebasi.2
b. Pemeriksaan Fisis
Demam dan batuk merupakan manifestasi yang selalu ditemukan hampir 100% pada
penderita pneumonia mikoplasma. Faring terlihat eritematous tanpa pembesaran kelenjar getah
bening ± 50% dan infeksi telinga sekitar 20%. Malaise kira – kira 75% dari penderita dan sakit
kepala sering mengawali gejala.5 Penderita pneumonia mikoplasma pada pemeriksaan fisik
terlihat seperti tidak sakit. Penderita jarang ditemui dalam sakit berbaring atau perawatan di
rumah sakit karena masih bisa beraktivitas seperti orang sehat (Walking pneumonia) namun
pada pemeriksaan fisik (auskultasi) ditemukan ronki basah hampir pada 75% dari kasus dan
biasanya di lobus bawah. Selain itu mengi didapatkan pada 30 – 40% kasus dan biasanya pada
pasien yang lebih besar. Sangat jarang ditemukan pneumonia fulminan dengan kegagalan
pernapasan namun hal ini bisa saja terjadi.2 Ciri khas dari infeksi mikoplasma ini adalah
ketidaksamaan antara pemeriksaan fisik dan hasil foto thoraks yang terbukti pasien
mengalami pneumonia. Hal ini sama ditemui pada anak penderita TB paru yang secara umum
tampak tidak sakit tetapi hasil foto thoraks menunjukkan gambaran khas TB paru.
Mikoplasma Pneumonia 5
Temuan diagnostik pneumonia karena infeksi M. pneumoniae dapat dibandingkan
dengan penyebab penyebab lain pneumonia atipikal yaitu Chlamidya pneumoniae dan
Legionella pneumophila seperti pada tabel di bawah ini.
Gambar 3. Temuan diagnostik pneumonia atipikal (Diambil dari kepustakaan 6)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada infeksi Mycoplasma pneumoniae, tidak terdapat gejala klinik khusus atau tes
laboratorium khusus untuk benar-benar dapat mendiagnosa infeksi mikoplasma stadium
awal.4 Jumlah leukosit darah dan hitung jenis darah biasanya dalam batas normal. Laju endap
darah (LED) dapat meningkat selama perjalanan klinis penyakit. Kadang – kadang terjadi
hemolisis subklinis. Anak yang menderita penyakit sel sabit memperlihatkan leukositosis
polimorfonuklear yang nyata.10
Pada pemeriksaan foto thoraks dapat ditemukan gambaran infeksi Mycoplasma
penumoniae yaitu keterlibatan kedua bagian paru yang bersifat multifokal atau difus dan bisa
terdapat retikular infiltrat.2,8 Pada kasus yang jarang bisa juga ditemukan efusi pleura.6
Pembesaran kelenjar limfe pada bagian hilus bisa terlihat pada 7 – 22% pasien anak.2
Kultur yang dilakukan pada medium khusus yang memperlihatkan M. pneumoniae biasanya tidak
dapat terdeteksi pada awal minggu pertama.4 Kultur dari sputum atau hapusan tenggorokan dengan
menemukan M. pneumoniae merupakan diagnosa pasti tetapi hal ini tidak dilakukan secara rutin oleh karena
memakan waktu yang lama, 2 – 3 minggu baru ada pertumbuhan kuman, sehingga tidak dapat dipakai
sebagai diagnosa untuk memberikan terapi inisial.5 Beberapa cara pemeriksaan serologi untuk
mendeteksi M. pneumoniae meliputi complement fixation test, ELISA, cold aglutinin, dan
Mikoplasma Pneumonia 6
rapid microagglutinin.6 Peningkatan titer aglutinin dingin sama atau lebih besar dari 1 : 64
dapat menyokong diagnosa tetapi tes aglutinin tidak spesifik untuk pneumonia mikoplasma
karena dapat positif juga pada penyakit lain misalnya penyakit anemia hemolisis, penyakit
liver dan virus lainnya.5
VI. DIAGNOSIS BANDING2
TB Paru
Penyakit pertama yang memiliki tanda dan gejala seperti pneumonia mikoplasma
adalah TB paru. Tanda dan gejala fisik tuberkulosis primer paru pada anak secara
mengherankan sangat kurang mengingat tingkat perubahan radiograf yang ditemukan. Lebih
dari 50% bayi dan anak dengan tuberkulosis paru sedang sampai berat secara radiografis,
tidak mempunyai tanda – tanda fisik dan ditemukan hanya dengan penelusuran kontak. Bayi
lebih mungkin mengalami tanda – tanda dan gejala. Batuk non-produktif dan dyspnea ringan
merupakan gejala yang paling lazim. Keluhan sistemik seperti demam, keringat malam,
anoreksia dan aktivitas berkurang, jarang ditemukan. Beberapa bayi dan anak-anak
mempunyai kesukaran penambahan berat badan atau berkembang menjadi sindrom gagal
tumbuh. Beberapa bayi dan anak-anak dengan obstruksi bronchial mengalami mengi
setempat dengan takipnea atau kadang – kadang distress respirasi.1
Infeksi Clamidia
Namun juga dapat menyebabkan infeksi saluran napas akut bawah seperti pneumonia,
bronkitis dan eksaserbasi akut chronic obstructive pulmonary disease (COPD) pada orang
dewasa. Chlamydia pneumoniae sering menyebabkan infeksi tanpa gejala (asimptomatik)
atau infeksi ringan saluran napas atas. Pada keadaan infeksi berat dapat terjadi pneumonia,
bronkitis, faringitis, sinusitis, eksaserbasi asma. Gejala infeksi saluran napas atas seperti sakit
tenggorokan, serak dan rinitis dengan atau tanpa demam. Infeksi ringan dapat sembuh dengan
spontan atau berlanjut ke infeksi saluran napas bawah seperti batuk kering yang persisten,
rasa tidak nyaman di dada/nyeri dada. Infeksi primer dapat menyebabkan pneumonia ringan
atau bronkitis yang lama pada dewasa muda, secara klinis sama dengan infeksi dengan M.
pneumoniae.4,6
Infeksi Virus Influenza dan Parainfluenza
Virus influenza dan parainfluenza dapat menyebabkan infeksi saluran napas atas atau
infeksi saluran napas bawah pada anak – anak dan dewasa. Virus menyebabkan bronkitis dan
Mikoplasma Pneumonia 7
pneumonia, pada bayi dapat mengalami bronkiolitis. Namun terkadang hanya menyebabkan
hidung meler, batuk ringan, dan sakit tenggorokan.4
Infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Infeksi RSV sering mengenai bayi sampai anak usia 2 tahun. Pada orang dewasa,
lansia dan anak – anak gejala tampak seperti flu biasa. Tanda dan gejala muncul sekitar 4 – 6
hari setelah terpapar virus yakni hidung meler, batuk kering, demam ringan, sakit
tenggorokan dan sakit kepala ringan. Pada kasus yang lebih berat RSV menyebabkan
pneumonia dan bronkiolitis.4
Infeksi Rinovirus
Pasien dengan infeksi rinovirus akan mengalami flu seperti biasa mulai 2 – 3 hari
sejak terinfeksi. Gejalanya meliputi lendir yang menumpuk di hidung, kesulitan bernapas,
bersin, sakit tenggorokan, batuk dan sakit kepala. Demam pada infeksi rinovirus biasanya
ringan. Gejala bisa bertahan 2 – 14 hari dan akan pulih dengan sendirinya.4
VII. PENATALAKSANAAN
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi M. pneumoniae biasanya ringan dan biasanya
tidak memerlukan rawat inap.2
Antibiotika
M. pneumoniae secara in vitro memperlihatkan sensitivitas terhadap eritromisin,
clarithromycin, azithromycin dan tetrasiklin. Antibiotika ini bisa mempercepat penyembuhan
namun tidak mengeradikasi sepenuhnya mikoplasma setelah pengobatan dihentikan. Pada anak
dengan usia kurang dari 10 tahun, obat pilihan adalah Eritromisin, sedangkan Tetrasiklin
tidak dianjurkan karena memiliki efek samping pada anak.
Rincian dosisnya adalah sebagai berikut. Dewasa dengan berat badan ≥ 26 kg :
Eritromisin 1500 mg/hari dibagi 4 dosis. Anak-anak dengan berat badan ≤ 25 kg : Eritromisin
30 – 50 mg/kg BB/hari, diberi selama 2 – 3 minggu.5 Pengobatan lain yang direkomendasikan
adalah clarithromycin dengan dosis 15 mg /kgBB/hari dan diberikan 2 kali secara peroral.
Clarithromycin ini diberikan selama10 hari. Selain clarithromycin bisa juga diberikan
azithromycin dengan dosis 10 mg /kgBB/hari sekali sehari peroral pada hari pertama
pemberian namun pada hari kedua sampai hari kelima dosisnya diturunkan menjadi 5
mg /kgBB/hari. Tetrasiklin tidak dianjurkan karena memiliki efek samping pada anak.4 Obat
baru yang sekarang ini banyak dipakai adalah Roxytromycin, yang ternyata cukup efektif
terhadap M. Pneumoniae dengan sedikit efek samping. Dosis yang diberikan 5-10 mg/kg
Mikoplasma Pneumonia 8
BB/hari dibagi dalam 2 dosis secara oral, diberikan selama 7 - 14 hari. Steroid dapat diberi
bila ditemui komplikasi Stevens-Johnson Syndrome.5
Simptomatik
Istirahat
Analgetik atau Antipiretik
Antitusif
VIII. KOMPLIKASI 2,4
Komplikasi infeksi M. penumoniae di kulit :
Macula erythematous atau ruam seperti morbili
Eksantema papulovesikuler
Multiform eritema
Steven-Johnson Syndrome
Eritema nodosum
Mukositis
Gambar 5. Eritema multiforme pada SSJ (Diambil dari kepustakaan 4)
Komplikasi infeksi Mycoplasma pneumoniae di jantung:
Aritimia atau kelainan EKG (gangguan konduksi)
Gagal jantung kongestif
Perikarditis
Miokarditis
Endokarditis
Komplikasi infeksi Mycoplasma pneumoniae pada sistem saraf:
Ensefalitis dan meningoensefalitis
Mikoplasma Pneumonia 9
Myelitis transversal
Meningitis aseptik
Peripheral neuropati
Kegagalan fungsi dari batang otak
Kelainan pada system piramidal atau ekstrapiramidal
Kelainan di serebelum
Infark serebri
Guillain-Barre Syndrome
Komplikasi infeksi Mycoplasma pneumoniae pada sistem muskuloskeletal:
Poliartralgia
Artritis akut
Nekrosis digitalis
Komplikasi pada sistem hematologi:
Anemia hemolitik
Pansitopenia
Infark splenik
Kelainan menyerupai hemofilia
IX. PROGNOSIS
Kematian yang disebabkan oleh infeksi M. pneumoniae sangat jarang. Kelainan anatomi
seperti terjadinya perubahan pada perfusi di paru, bronkiektasis ringan dan penebalan dinding
bronkus didapat pada anak berusia 1 – 2 tahun yang menderita infeksi M. penumoniae.
Kelainan dari difusi gas di paru didapat pada hampir setengah dari anak pada 6 bulan setelah
sembuh dari infeksi. Pasien biasanya sembuh tanpa komplikasi namun sekuele dari ensefalitis
dapat permanen.4
X. PENCEGAHAN
Tidak ada cara spesifik untuk mencegah pertumbuhan penyakit ini. Cara yang dapat
ditempuh hanya berupa menjaga kebersihan diri, terutama kebiasaan mencuci tangan, serta
menghindari kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Mikoplasma Pneumonia 10
1. Anonim. Pneumonia pada anak : UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian tertinggi anak balita. http://www.pdpersi.co.id/content/article.php?mid=5&catid=9&nid=866 . Diakses pada 26 Juli 2012
2. Chatterjee A. Pediatric Mycoplasma Infections. http://emedicine.medscape.com/article/966785-clinical#showall . Diakses pada 10 Juli 2012
3. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel RM: editor. Mycoplasma dalam : Kayser Color Atlas of Medical Microbiology. New York : Thieme. 2005. p.340 – 341
4. Powell DA. Mycoplasma pneumoniae dalam : Kliegman RD, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Philadelphia : Saunders Elsevier. 2007. Chapter 220
5. Lubis HM. Pneumonia Mikoplasma. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2033/1/anak-helmi3.pdf . Diakses pada 15 Juli 2012
6. Budastra IN, Siadi PP, Subanada IB. Pneumonia Atipikal dalam : Sari Pediatri Volume 9 No. 2 2007. http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/9-2-10.pdf . Diakses pada 26 Juli 2012
7. Bono MJ. Mycoplasma Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/1941994-overview. Diakses pada 10 Juli 2012
8. Mason RJ, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA : editor. Common Cause of Pyogenic Pneumonia dalam : Mason : Murray & Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine, 4th Edition. Philadelphia : Saunders Elsevier. 2005. p. 837
9. Muller NL, Franquet T, Lee KS : editor. Viruses, Mycoplasma, and Chlamydia dalam : Imaging of Pulmonary Infections. Canada : Lippincott Williams & Wilkins. 2007. p.109 – 110
10. Clyde WA. Infeksi Mikoplasma dalam Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph GD : Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1. Jakarta : EGC. 2007. p.768 – 769
11. Waites KB, Talkington DF. Mycoplasma pneumoniae and Its Role As A Human Pathogen dalam : Clinical Microbiology Reviews. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC523564/ . Diakses pada 16 Agustus 2012
Mikoplasma Pneumonia 11