metulil winda
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya waktu
dengan era globalisasi seperti ini,
pembangunan di berbagai kota di dunia
berkembang cukup pesat. Besarnya
kebutuhan manusia tethadap fasilitas
bangunan baru dihadapkan pada
permasalahan terbatasnya ketersediaan
lahan. untuk menhadapi permasalahan
seperti ini, yang didukung dengan
berkembangnya teknologi maka alternative
pemecahan permasalahnnya yaitu dengan
pembangunan secara vertikal, highrise
building. Bahkan pada kota-kota besar
orientasi pembangunan lebih diarahkan pada
bangunan pencakar langit (skycrapers).
Pambangunan bangunan tinggi
khususnya pada kota besar menyebabkan
banyak permasalahan khusunya berdampak
pada pemanasan global warming yang
merupakan kesalahan dari para perancang
dalam proses mendesain. Sehingga konsep
green architecture yang diterapkan dalam
mendesain diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada khususnya pada
bangunan tinggi.
Green architecture erat kaitannya
dengan sustainable
architecture/pembangunan berkelanjutan
yang memiliki satu harapan yaitu :
Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
generasi masa kini tanpa mengorbankan
generasi masa depan untuk memenuhi
kebutuhannya dimasa mendatang ( The
Bruntland Report 1987 ). Ada banyak
gagasan yang berkembang untuk
menciptakan bangunan dengan konsep green
arhitecture, mulai dari bangunan ramah
lingkungan, bangunan hemat energi,
gagasan ini bukan merupakan hal baru
melainkan muncul dari hasil pemikiran
solusi dari permasalahan yang terjadi,
Memanfaatkan potensi alam dan iklim
melalui inovatif teknologi merupakan kunci
utama dalam implementasi green
architecture.
Suatu keterpaduan dari perencanaan
atau desain, penggunaan bahan ( alam atau
buatan ), sistim bangunan, sistim utilitas dan
metode konstruksi yang inovatif serta
memasukan konsep green architecture
mewujudkan terjadinya green building,
seperti skematik gambar dibawah ini :
Gambar 1
Diagram keterkaitan antar elemen bangunan, komponen bangunan dan sistim konstruksi yang
inovatif menjadi green building.
Elemen yang dimaksud seperti
fasade, lantai, dinding, cladding; sedangkan
komponen yang dimaksud berupa bahan
bangunan, mesin, peralatan dan utilitas,
sistim yang dimaksud adalah metode
konstruksi inovatif dan hasilnya adalah
green building.
Gambar 2
Korelasi antara Elemen bangunan,komponen
bangunan dan Inovatif teknologi.
Pendekatan isu green architecture
pada bangunan menciptakan beberapa
keterkaitan antara konsep dan metode yang
yang memiliki kesinambungan antara satu
sama lainnya seperti :
Arsitektur Bioklimatik
(Bioclimatic Architecture/Low-
Energy Architecture). Merupakan
arsitektur yang berlandaskan pada
pendekatan desain pasif dan
minimum energi, dengan
memanfaatkan energi alami iklim
setempat untuk menciptakan kondisi
kenyamanan. Dicapai melalui
konfigurasi bentuk massa bangunan,
perencanaan site, orientasi, desain,
fasade, shading devide, instrumen
penerangan alam, warna fasade,
lansekap horisontal dan vertikal,
ventilasi alami.
Arsitektur Hemat Energi (Energy-
Efficient Architecture). Merupakan
arsitektur yang berlandaskan pada
pemikiran minimalisasi penggunaan
energi tanpa membatasi/mengubah
fungsi bangunan, kenyamanan dan
produktifitas penghuninya dengan
memanfaatkan sains dan teknologi
modern. Dicapai melalui sinergi
antara metode pasif dan aktif dengan
materiall dan instrumen hemat
energi.
Solar Architecture. Merupakan
arsitektur yang memanfaatkan energi
surya, baik secara langsung (radiasi
cahaya dan termal) maupun secara
tidak langsung (energi angin),
dimana elemen-elemen ruang
berfungsi secara integratif sebagai
sistem surya aktif ataupun pasif.
Dicapai dengan inovasi
Permasalahan yang timbul pada
bangunan tinggi/highrise building dapat di
selesaikan memalui pendekatan green
architecture sehingga menciptakan
bangunan yang ramah lingkungan dan dapat
meminimalisir dari dampak global warming.
Telah kita ketahui bahwa pembangunan
bangunan tinggi banyak memakan energy
dan material yang tidak ramah lingkungan
untuk menghidupi bangunan tersebut.
Dengan memanfaatkan konsep green
architecture pada bangunan maka
diharapkan lingkungan dan si pemakai dapat
mendapatkan manfaat yang baik dan terjadi
hubungan timbal balik satu sama lain.
Implementasi Green Architecture pada Bangunan Tinggi
Green architetecture Merupakan
arsitektur yang berwawasan lingkungan dan
berlandaskan kepedulian tentang konservasi
lingkungan global alami dengan penekanan
pada efisiensii energi, pola berkelanjutan
(sustainable) dan pendekatan holistic
(holistic approach). Paradigma ini bertitik
tolak pada konsep desain ekologi yang
menekankan pada ketergantungan
(interdependencies) dan keterkaitan
(interconnectedness) antara semua sistem
(natural dan artificial) dengan lingkungan
lokal dan biosfer.
Prinsip-prinsip dalam green
architecture merupakan syarat untuk
implemetasi dari prinsip tersebut meliputi
konservasi energy, bekerja sama dengan
iklim, meminimalkan sumber daya alam
yang baru, respek terhadap pemakai dan
terhadap tapak. Green architecture memiliki
banyak manfaat yaitu untuk menurunkan
jumlah produksi sampah, pemilihan bahan
material yang akan dipakai, pencegahan
polusi dan pencegahan global warming.
Green architecture merupakan konsep baru
dalam arsitektur yang diharapkan dapat
menyelesaikan permasalahan dalam
arsitektur dengan berdampak baik untuk
lingkungan.
Bangunan tinggi merupakan salah
satu solusi untuk meminimalisir
pemanfaatan lahan. Kebanyakan pada
bangunan tinggi terdapat lift dan
memanfaatkan bahan bangunan yang lebih
murah dan kuat. Bangunan tinggi memiliki
ketinggian antara 23m hingga 150m. System
struktur bangunan tinggi meliputi struktur
dasar bangunan yaitu Unsur Linear berupa
kolom dan balok yang mampu menahan
gaya aksial dan gaya rotasi, Unsur
Permukaan terdiri dari dinding dan plat, dan
Unsur Spasial merupakan pembungkus
fasade atau core (inti) dengan mengikat
bangunan agar berlaku sebagai satu
kesatuan. Banguan tinggi memiliki beberapa
tipe system struktur meliputi : (1)Dinding
pendukung sejajar (Pararel bearing wall),
(2) Inti dan dinding pendukung fasade (Core
and fasade bearing wall), (3) Self support
box, (4) Cantilevered slab, (5) Flat slab, (6)
Interspatial, (7) Suspention, (8) Staggered
truss, (9) Rigid frame (10) Rigid frame and
core, (11) Trussed frame, (12) Belt trussed
frame and core, (13)Tube in tub,
(14)Bundled tube.
Implementasi green architecture
pada bangunan tinggi yaitu merupakan
penerapan prinsip-prinsip green architecture
pada bangunan. Prinsip pertama yaitu
konservasi energy. Energy yang terdapat di
dalam bangunan dapat kita manfaatkan dan
kita olah sendiri, misalnya pemanfaatan
pergerakan matahari yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energy listrik
dengan pemanfaatan solar panel.
Gambar 3
roof of hauptbahnhof berlin station
gambar 4
solar panel
Cara lainnya yaitu dengan
memanfaatkan pergerakan arah matahari
sebagai system pencahayaaan alami
sehingga bangunan tidak boros energy untuk
pengcahayaan sedangkan system
penghawaan pada bangunan tinggi dapat
dimanfaatkan dengan system vertical
window sehingga pergerakan udara dapat
mengalir bebas dalam ruangan.
Gambar 4
Detail sun-shading sebagai penangkal sinar matahari pada Mesiniaga Tower
(Sumber: Kenneth Yeang, 1994, “Bioclimatic Skyscraper”, hal 59 )
Gambar 5
Sketsa menunjukkan bentuk bangunan, lansekap, dan balkon pada rancangan Mesiniaga Tower oleh Ken
Yeang(Sumber: Kenneth Yeang, 1994, “Bioclimatic
Skyscraper”, hal 62)
Meminimalkan sumber daya yang
baru, contoh kecilnya saja seperti
pemanfaatan air hujan yang dapat
dimanfaatkan kembali untuk bnagunan
dengan mendaur ulang air tersebut sehingga
dapat digunakan kembali,begitu pula halnya
dengan sampah-sampah yang lain seperti
sampah hasil limbah stp yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman,
dan biogas kegiatan rumah tangga dalam
bangunan.
Gambar 6
sistem STP
Gambar 7
system biogas
KESIMPULAN
Strategi dalam arsitektur untuk
mengendalikan keterbatasan lahan
khususnya pada daerah perkotaan yaitu
dengan membangun highrise building. High
rise building merupakan solusi dengan
menciptakan ruang kegiatan yang dizonakan
secara vertikal ke atas. Banyak pemasalahan
yang timbul khususnya berkaitan dengan
efek yang ditimbulkan dari pembangunan
bangunan tinggi khususya keterkaitan
terhadap dampaknya ke lingkungan. Oleh
karena itu green architecture merupakan
solusi dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut.
Green architetecture Merupakan
arsitektur yang berwawasan lingkungan dan
berlandaskan kepedulian tentang konservasi
lingkungan global alami dengan penekanan
pada efisiensii energi, pola berkelanjutan
(sustainable) dan pendekatan holistic
(holistic approach). Paradigma ini bertitik
tolak pada konsep desain ekologi yang
menekankan pada ketergantungan
(interdependencies) dan keterkaitan
(interconnectedness) antara semua sistem
(natural dan artificial) dengan lingkungan
lokal dan biosfer.
Implementsi green architecture
terhadap desain highrise bulding dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu seperti
efisiensi energy terhadap bangunan, respek
terhadap lingkungan dan pemakai,
pemilihan material yang ramah lingkungan,
penggunaan kembali energy yang masih bias
digunkanan dengan memperhatikan system
utilitas. Hal ini diharapkan dapat
memberikan dampak yang positif terhadap
si pemakai bangunan dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Sylvie WirawatI (2011) .
Penggunaan teknologi bahan inovatif pada
pembangunan berkelanjutan. Palembang :
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Mohammad Pranoto S (2008).
Multilevel urban green area : solusi terhadap
global warming dan high energy building.
jawa timur : jurnal rekayasa perencanaan,
vol. 4, no. 3, juni 2008.
Jimmy Priatman. ”Energy-efficient
architecture” paradigma dan manifestasi
arsitektur hijau..
http://puslit.petra.ac.id/journals/architectur
e
www, google.com