metodologi penelitian praktis

115
1 BAB I MENGENAL PENELITIAN Sebelum seseorang melakukan penelitian, khususnya penelitian yang berkaitan dengan penyusunan karya ilmiah, terlebih dahulu perlu dikenalkan beberapa hal yang harus dipahami agar nantinya bisa melaksanakan penelitian dan menyusun laporannya dalam bentuk karya ilmiah dengan benar dan mudah. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang peneliti sebelum melangkah lebih jauh dalam kegiatan penelitian diantaranya adalah bagaimana kaitan antara Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian, bagaimana cara menemukan kebenaran, pengertian dan prosedur penelitian, jenis-jenis penelitian, maupun rancangan yang harus disusun sebelum penelitian dilakukan. Berbagai hal itulah yang akan diuraikan dalam bab I buku ini, yang akan menjadi modal awal bagi seorang peneliti untuk bisa melaksanakan penelitiannya. 1.1. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Untuk bisa memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan suatu penelitian, disini terlebih dahulu akan dijelaskan kaitan antara ilmu pengetahuan dan penelitian. Dari penjelasan ini akan diketahui suatu sifat dasar yang ada pada setiap manusia, yaitu “rasa ingin tahu” yang dibawa sejak manusia lahir kedunia. Kemudian juga bisa diketahui bagaimana manusia bisa menemukan suatu “kebenaran” yang dicari, terutama melalui pendekatan ilmiah. Ilmu ( sains ) adalah pengetahuan tentang fakta-fakta baik alam maupun sosial, yang berlaku secara umum dan sistematis sehingga dapat menyimpulkan Tujuan pembelajaran : setelah menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kaitan antara Ilmu Pengetahuan dan penelitian, mengetahui makna dan prosedur penelitian, dapat membedakan berbagai jenis penelitian yang ada, serta dapat membuat rancangan penelitian.

Upload: deddy-daendidtya-setiadi

Post on 23-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

metodologi

TRANSCRIPT

Page 1: Metodologi Penelitian Praktis

1

BAB IMENGENAL PENELITIAN

Sebelum seseorang melakukan penelitian, khususnya penelitian yang

berkaitan dengan penyusunan karya ilmiah, terlebih dahulu perlu dikenalkan

beberapa hal yang harus dipahami agar nantinya bisa melaksanakan penelitian

dan menyusun laporannya dalam bentuk karya ilmiah dengan benar dan mudah.

Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang peneliti sebelum melangkah lebih jauh

dalam kegiatan penelitian diantaranya adalah bagaimana kaitan antara Ilmu

Pengetahuan dengan Penelitian, bagaimana cara menemukan kebenaran,

pengertian dan prosedur penelitian, jenis-jenis penelitian, maupun rancangan

yang harus disusun sebelum penelitian dilakukan.

Berbagai hal itulah yang akan diuraikan dalam bab I buku ini, yang akan

menjadi modal awal bagi seorang peneliti untuk bisa melaksanakan

penelitiannya.

1.1. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian

Untuk bisa memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan suatu

penelitian, disini terlebih dahulu akan dijelaskan kaitan antara ilmu pengetahuan

dan penelitian. Dari penjelasan ini akan diketahui suatu sifat dasar yang ada

pada setiap manusia, yaitu “rasa ingin tahu” yang dibawa sejak manusia lahir

kedunia. Kemudian juga bisa diketahui bagaimana manusia bisa menemukan

suatu “kebenaran” yang dicari, terutama melalui pendekatan ilmiah.

Ilmu ( sains ) adalah pengetahuan tentang fakta-fakta baik alam maupun

sosial, yang berlaku secara umum dan sistematis sehingga dapat menyimpulkan

Tujuan pembelajaran : setelah menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa

diharapkan dapat mengetahui kaitan antara Ilmu Pengetahuan dan penelitian,

mengetahui makna dan prosedur penelitian, dapat membedakan berbagai

jenis penelitian yang ada, serta dapat membuat rancangan penelitian.

Page 2: Metodologi Penelitian Praktis

2

pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada kaidah umum. Ilmu mencakup

lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang progres manusia

secara menyeluruh. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan

suatu rasionalisasi sebagai hukum alam, membentuk kebiasaan serta

meningkatkan keterampilan observasi, percobaan (eksperimen), klasifikasi,

analisis, serta membuat generalisasi..

Sedangkan “pengetahuan” muncul dari pemahaman manusia terhadap

kenyataan-kenyataan alam dan sosial karena manusia menggunakan

kemampuan berfikirnya. Dengan kemampuan berfikirnya itulah manusia

berusaha mencapai progress, yang berkaitan dengan upaya pemenuhan

terhadap kebutuhan manusia yang disebabkan karena “rasa ingin tahu” yang

ada pada setiap diri manusia. Inilah salah satu cirri khas manusia yakni

mempunyai rasa ingin tahu yang tidak akan pernah berhenti pada suatu titik final.

Dengan adanya rasa ingin tahu manusia yang terus menerus ini, maka ilmu akan

terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan

berfikir secara logis atau sering disebut dengan “penalaran”.

Konsep antara ilmu dan berfikir pada dasarnya adalah sama. Dalam

memecahkan masalah, keduanya ( ilmu dan berfiir ) memulai dengan adanya

rasa ingin tahu manusia dan menyangsikan/meragukan sesuatu hal yang bersifat

umum. Rasa ingin tahu manusia sendiri sebenarnya berkaitan dengan

pencarian suatu “kebenaran”, dimana manusia bisa menemukan dengan

pendekatan yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah.

Suatu kebenaran yang ditemukan berdasar pendekatan non ilmiah (

seperti penemuan kebenaran berdasar wahyu, penemuan kebenaran berdasar

intuisi, dan sebagainya ) hanya dipercaya dan berlaku bagi orang yang

menemukan atau kelompoknya saja. Sedangkan kebenaran yang ditemukan

berdasarkan pendekatan ilmiah ( disebut dengan kebenaran ilmiah ) dilakukan

melalui “penelitian” terhadap fenomena yang ada melalui proses secara ilmiah.

Pada umumnya suatu kebenaran ilmiah dapat diterima oleh umum karena

disebabkan oleh 3 hal yaitu :

Page 3: Metodologi Penelitian Praktis

3

1. adanya koherensi, yakni kebenaran yang diperoleh itu koheren atau

konsisten dengan kebenaran sebelumnya

2. adanya korespondensi, yakni bahwa suatu pernyataan dianggap benar

jika materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut mempunyai

hubungan (koresponden) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu

sendiri

3. pragmatis, yakni pernyataan dianggap benar karena mempunyai sifat

fungsional dalam kehidupan praktis.

1.2. Pengertian dan Prosedur Penelitian

Kata “penelitian atau riset” merupakan terjemahan dari kata “research”,

yang kemudian menjadi kata baku Indonesia “riset”. Kata research terdiri atas 2

kata yaitu “re” yang berarti kembali dan “to search” yang berarti mencari. Jadi

research dapat diartikan “mencari kembali”. Untuk memahami tentang makna

atau arti dari penelitian, perlu disadari terlebih dahulu bahwa pada dasarnya

penelitian itu merupakan kegiatan penyaluran dari hasrat ingin tahu manusia,

sehingga dalam penelitian itu terkandung 2 bagian pokok yaitu

1.. adanya “pertanyaan” yang membutuhkan jawaban, dan

2. “jawaban” itu sendiri.

Dalam kamus Webster ( Webster New International Dictionary )

disebutkan bahwa “research is a careful, systematic, patient study and

investigation in some field of knowledge, undertaken to establish facts of

principles”. Hampir senada dengan definisi menurut kamus Webster, Clifford

Woody mendefinisikan penelitian sebagai berikut : “research is a careful or

critical inquiry to ascertain something”.

Jadi penelitian merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan dengan

hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan

yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.

Whitney mengutip beberapa definisi tentang penelitian, yang kemudian

diturunkan sebagai berikut : penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry)

secara sistenatis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap

Page 4: Metodologi Penelitian Praktis

4

masalah-masalah yang dapat dipecahkan. Definisi yang lain menyebutkan

bahwa penelitian merupakaan suatu pencarian fakta menurut metode obyektif

yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau

hukum.

Disisi lain R.M. Hutchins medefinisikan penelitian sebagai berikut :

“research is the sense of gathering data for the sake of gathering them has no

place in a University……. Research in the sense of the development, elaboration,

and refinement of principles, together with the collection and use of empirical

materials to aid in these process, is one of the highest activities of a university

and one in wich all its professors should be ngaged”.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan dimuka dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya dalam kegiatan penelitian terkandung beberapa ciri

sebagai berikut :

a. adanya suatu pencarian/penyelidikan terhadap pengetahuan baru,

atau sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi

(tafsiran) baru

b. hasil penelitian boleh signifikan dan boleh tidak signifikan

c. aktivitasnya lebih banyak tertuju pada “to search” daripada “research”

Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut dengan

penelitian ilmiah ( scientific research ). Dalam penelitian ilmiah terkandung 2

unsur penting, yaitu unsur “observasi” atau pengamatan, dan unsur “nalar” atau

reasioning. Oleh karena penelitian berkaitan dengan kegiatan untuk mencari

jawaban atas adanya pertanyaan yang muncul, maka secara rinci dapat

dijelaskan secara umum pengertian penelitian atau riset sebagai berikut.

“Penelitian merupakan suatu kegiatan berupa pengumpulan, pengolahan,

penyajian, dan analisis data, yang dilakukan dengan metode ilmiah secara

efisien dan sistematis, yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu

keadaan atau persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau

untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah atau untuk

menguji sebuah hipotesis”.

Page 5: Metodologi Penelitian Praktis

5

Kegiatan penelitian ilmiah yang sistematis dapat dilakukan dengan

mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang secara umum bisa disebutkan

sebagai berikut :

1. Memilih masalah/topik penelitian

2. Melakukan studi pendahuluan

3. Merumuskan masalah

4. Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis

5. Memilih pendekatan

6. Menentukan variabel dan sumber data

7. Menentukan dan menyusun instrumen

8. Mengumpulkan data

9. Melakukan analisis

10.Menarik simpulan

11.Menyusun laporan

Langkah-langkah tersebut dilakukan secara berurutan dan konsisten

antara langkah satu dengan lainnya meskipun dalam praktek seringkali beberapa

langkah dapat dilakukan secara bersamaan seperti misalnya dalam memilih

pendekatan bisa dilakukan bersamaan dengan menentukan variabel dan sumber

data atau bersamaan dengan penyusunan instrument penelitian.

Urutan langkah-langkah atau prosedur penelitian ilmiah sebagaimana

yang disebutkan dimuka dapat dijelaskan dengan gambar 1 sebagaimana yang

tertera pada halaman 6 berikut ini.

Page 6: Metodologi Penelitian Praktis

6

Gambar 1

Prosedur Penelitian

Sumber : Suharsimi Arikunto ( 1998 : 18 )

Masalah/topik

Studi pendahuluan

Rumusan masalah

Anggapan dasar danhipotesis

Memilih pendekatan

Menentukan variabel Menentukan sumber data

Menyusun instrumen

Mengumpulkan data

Analisis

Menarik simpulan

Menyusun laporan

Page 7: Metodologi Penelitian Praktis

7

1.3. Jenis-Jenis Penelitian

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang berbagai jenis penelitian

yang bisa dilakukan seseorang; namun pada dasarnya penelitian dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yakni a). jenis penelitian yang

didasarkan pada alasan mengapa dilakukan penelitian, b). jenis penelitian yang

berdasar pada tempat dilakukannya penelitian, serta c). jenis-jenis penelitian

dilihat dari tujuan dilakukannya penelitian. Masing-masing jenis penelitian yang

ada pada setiap kelompok akan dijelaskan lebih lanjut.

Berdasarkan alasan dilakukannya penelitian, terdapat 2 jenis penelitian

yaitu penelitian dasar/murni ( basic/pure research ), dan penelitian terapan (

applied research ).

Penelitian dasar ( basic research ) adalah suatu penelitian yang

mempunyai alasan intelektual, bertujuan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan, yakni penelitian yang didasarkan pada keinginan untuk

mengetahui semata-mata dan tidak mempunyai kegunaan praktis secara

langsung. Sedangkan penelitian terapan ( applied research ) adalah penelitian

yang mempunyai alasan praktis, yaitu alasan berdasarkan pada keinginan untuk

mengetahui sesuatu dengan tujuan agar bisa menjadikan sesuatu itu lebih baik,

efektif, dn efisien.

Menurut tempat dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis penelitian yaitu :

penelitian perpustakaan ( library research ), penelitian laboratorium ( laboratory

research ), dan penelitian lapangan ( field research ).

Penelitian perpustakaan ( library research ) adalah penelitian yang

dilakukan dengan jalan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, atau

sumber-sumber data lainnya yang ada di perpustakaan atau ditempat-tempat

tersimpannya dokumen yang bersangkutan. Penelitian laboratorium ( laboratory

research ) merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat

dalam laboratorium yang biasanya bersifat eksperimen dimana dimungkinkan

untuk melakukan pengontrolan terhadap pengaruh dari suatu faktor tertentu.

Sedangkan penelitian lapangan ( field research ) adalah penelitian yang

dilakukan dengan jalan mendatangi obyek yang diteliti seperti misalnya rumah

Page 8: Metodologi Penelitian Praktis

8

tangga, perusahaan, dan sebagainya. Pengumpulan data pada jenis penelitian

ini adalah dengan mendatangi sumber-sumber data atau mendekat dengan

responden baik melalui kegiatan wawancara maupun dengan cara observasi.

Sedangkan jika dilihat dari tujuan dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis

penelitian yaitu penelitian eksplorasi ( explorative research ), penelitian

pengembangan ( development research ), dan penelitian verifikasi ( verificative

research )

Penelitian eksplorasi ( explorative research ) adalah penelitian yang

dilakukan terhadap sesuatu yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Jadi dalam

hal ini apabila ada peristiwa yang terjadi berulang-ulang bisa dilakukan penelitian

untuk mengetahui penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Penelitian

pengembangan ( development research ) merupakan penelitian yang bertujuan

untuk melakukan penyempurnaan terhadap sesuatu yang sudah ada, misalnya

suatu perusahaan melakukan uji coba pengembangan produk, mula-mula dicoba

terhadap sejumlah kecil produk, dan bila ini berhasil dapat diterapkan pada

jumlah produk yang lebih besar. Sedangkan penelitian verifikasi ( verificative

research ) merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk melakukan

pengecekan terhadap kebenaran dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.

Selain pengelompokan jenis penelitian yang dijelaskan dimuka masih

terdapat banyak jenis penelitian sesuai dengan keterkaitan antar variabel

penelitian seperti penelitian deskriptif ( descriptive research ), penelitian

korelasional ( correlational research ), penelitian komparasi ( comparative

research ), dan sebagainya.

Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah penelitian yang

bertujuan untuk mendeskripsikan data-data yang dikumpulkan agar bisa

memecahkan masalah penelitian dan atau menguji hipotesis. Penelitian

korelasional (correlational research) adalah penelitian yang akan menguji

keterkaitan antar variabel baik dalam bentuk hubungan maupun pengaruh.

Sedangkan penelitian komparasi (comparative research) merupakan penelitian

yang akan menguji perbedaan antara dua atau lebih variabel atau fenomena

yang terjadi.

Page 9: Metodologi Penelitian Praktis

9

1.4. Rancangan Penelitian ( Research Design )

Rancangan Penelitian ( Research Design ) atau desain riset adalah

suatu pengaturan (arrangement) daripada syarat-syarat yang diperlukan untuk

mengontrol pengumpulan data sedemikian rupa dengan tujuan untuk

mengkombinasikan segala informasi yang relevan, sesuai dengan tujuan

dilaksanakannya penelitian.

Dalam arti sempit, rancangan penelitian ( research design ) bisa berarti

prosedur pengumpulan dan analisis data; sedangkan dalam arti luas desain riset

mencakup seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan dari suatu penelitian.

Dalam desain riset ini akan tercakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. mengidentifikasi dan memilih masalah/topik riset

2. merumuskan masalah

3. membuat definisi-definisi atau konsep-konsep dan cara pengukuran

variabel

4. menentukan metode sampling yang digunakan dan penentuan jumlah

sampel

5. menentukan teknik pengumpulan data

6. melakukan editing, coding, dan prosesing data

7. menentukan metode analisis

8. membuat rencana penulisan laporan penelitian

Selain itu, dalam merencanakan suatu penelitian, disamping harus

mengikuti prosedur sebagaimana yang dijelaskan dimuka, seorang peneliti juga

perlu memperhatikan segi administrasi penelitian. Hal-hal yang perlu

diperhatikan oleh para peneliti berkaitan dengan administrasi penelitian

diantaranya adalah : anggaran biaya penelitian, organisasi dan alokasi

personalia penelitian ( untuk penelitian kelompok ), kerjasama dengan pihak

responden, batasan daerah dan ruang lingkup penelitian, surat ijin penelitian,

jadual waktu penelitian, dan pembuatan usulan penelitian.

Page 10: Metodologi Penelitian Praktis

10

1.5. Ringkasan bab I.

Setiap manusia memiliki sifat dasar berupa “rasa ingin tahu” yang

dibawanya sejak lahir. Rasa ingin tahu itu sebenarnya berkaitan dengan

pencarian terhadap sesuatu yaitu “kebenaran”, dimana kebenaran ini bisa

diperoleh dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan ilmiah dan pendekatan non

ilmiah.

Pencarian kebenaran melalui pendekatan ilmiah dilakukan melalui

sebuah penelitian terhadap fenomena yang terjadi dan menggunakan proses

ilmiah. Kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah disebut dengan

“kebenaran ilmiah”, dan kebenaran ilmiah ini bisa diterima oleh umum karena

adanya 3 sifat yakni adanya koherensi atau konsistensi dengan kebenaran

sebelumnya, adanya korespondensi atau ada hubungannya dengan obyek yang

dituju, dan adanya sifat progmatis.

Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan data, pengolahan,

penyajian, dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien

dan sistematis, yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu

keadaan/persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk

membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah atau untuk menguji

hipotesis. Dalam kegiatan penelitian, terkandung 3 ciri yaitu :

a. adanya suatu pencarian/penyelidikan (inquiry)

b. hasil penelitian isa signifikan dan bisa tidak signifikan

c. aktivitasnya lebih banyak tertuju pada “to search” saja daripada

“research”.

Penelitian dapat dikelopokkan kedalam beberapa aspek sebagai berikut :

1. Berdasar alasan dilakukannya penelitian, ada 2 jenis penelitian yaitu

penelitian dasar ( basic research ) dan panalitian terapan ( applied research )

2. Berdasar tempat dilakukannya penelitian ada 3 jenis penelitian yaitu

penelitian perpustakaan ( library research ), penelitian laboratorium (

laboratory research ), dan penelitian lapangan ( field research )

Page 11: Metodologi Penelitian Praktis

11

3. Berdasar tujuan dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis penelitian yaitu

penelitian eksploratif ( explorative research ), penelitian pengembangan (

developmental research ), dan penelitian verifikasi ( verificative research )

4. Selain itu masih banyak jenis penelitian lainnya yang biasanya dilihat dari

keterkaitan antar variable atau focus analisisnya, seperti penelitian deskriptif,

penelitian korelasional, test hypothesis research, dan sebagainya.

Sebelum melakukan penelitian, disarankan peneliti membuat rancangan

penelitian ( research design ), yakni sebuah pengaturan atau aransemen dari

syarat-syarat yang diperlukan untuk mengontrol pengumpulan data sedemikian

rupa dengan tujuan untuk mengkombinasikan segala informasi yang relevan,

sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian.

1.6. Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan mengapa suatu “kebenaran” yang ditemukan melalui pendekatan

ilmiah bisa diterima oleh umum

2. Apakah yang dimaksud dengan “penelitian”, dan jelaskan ciri apa saja yang

terkandung kegiatan penelitian

3. Jenis-jenis penelitian dapat dilihat dari berbagai aspek; sebutkan

4. Apa yang dimaksud dengan penelitian eksploratif ? berikan contohnya.

5. Jelaskan mengapa dalam kegiatan penelitian pada umumnya peneliti lebih

menekankan kegiatannya pada “to search” saja daripada “research”.

6. Apakah yang disebut dengan rancangan penelitian ( research design ), dan

mengapa peneliti disarankan membuat rancangan penelitian ini.

7. Jelaskan bagaimana alur kegiatan penelitian dilakukan.

Page 12: Metodologi Penelitian Praktis

12

BAB II

MASALAH/TOPIK PENELITIAN, KONSEP, DAN HIPOTESIS

Sebagaimana dijelaskan dalam alur kegiatan penelitian pada Bab I

dimuka, suatu penelitian akan dimulai dengan adanya masalah/topik yang akan

dipecahkan dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu setiap peneliti hendaknya

memiliki masalah/topik yang dipilih sesuai dengan keinginan peneliti. Setelah

masalah itu dirumuskan maka peneliti bisa menentukan judul penelitian dan

kegiatan lain yang relevan dengan rumusan masalahnya.

Pada Bab II ini akan dijelaskan bagaimana peneliti memilih masalah/topik

penelitian, bagaimana membuat rumusan masalah, membuat konsep dan

definisi serta merumuskan hipotesis penelitian.

2.1. Memilih Masalah/Topik Penelitian.

Masalah timbul karena adanya tantangan, keraguan, atau kebingungan

manusia terhadap suatu fenomena, atau karena adanya celah (gap) antar

fenomena, karena adanya ambiguitas atau pengertian ganda dari suatu

fenomena, dan sebagainya. Masalah bisa muncul dari kehidupan sehari-hari,

dari membaca buku, maupun dari masalah orang lain. Masalah penelitian juga

selalu dihubungkan dengan keperluan praktis dan akademis. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa timbulnya masalah penelitian bisa berasal dari adanya

kesenjangan antara teori-teori yang dipelajari dengan keadaan nyata ( disebut

dengan teori gap ) dan dapat pula berasal dari perbedaan hasil-hasil penelitian

yang sudah dilakukan ( disebut dengan riset gap ).

Masalah yang sudah dipilih kemudian dibuat rumusannya agar bisa

dihubungkan dengan keperluan praktis dan keperluan akademis (teoritis). Tujuan

dari pemilihan dan perumusan masalah penelitian ini adalah :

Tujuan pembelajaran : Melalui pengenalan sumber permasalahan dan

pembuatan konsep/definisi, mahasiswa diharapkan dapat menyusun

rumusan masalah dan hipotesis penelitian.

Page 13: Metodologi Penelitian Praktis

13

1. mencari sesuatu yang dapat memuaskan kepentingan akademis

seseorang

2. memuaskan perhatian dan keingintahuan seseorang akan hal-hal baru

3. meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian

sebelumnya, atau sebagai dasar untuk penelitian berikutnya

4. memenuhi kebutuhan sosial

5. menyediakan sesuatu yang bermanfaat

Dalam memilih masalah/topik penelitian, terlebih dahulu peneliti harus

mengidentifikasi masalah tersebut agar bisa merumuskannya dengan baik dan

dapat dipecahkan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu seyogianya peneliti

bisa memilih masalah/topik yang baik bagi penelitiannya. Suatu masalah

penelitian yang baik adalah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;

a. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian, yakni mempunyai

kegunaan tertentu serta dapat digunakan untuk sesuatu kepentingan.

Dengan demikian masalah yang dipilih harus memiliki keaslian, menyatakan

suatu hubungan, merupakan hal yang penting, dapat diuji, dan dapat

dirumuskan.

b. Masalah harus feasible ( dapat dipecahkan ). Fisibilitas suatu masalah

hendaknya didukung oleh tersedianya data, biaya, waktu, serta syarat-syarat

lain yang memadai

c. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.

Selain memiliki ciri-ciri diatas, suatu masalah penelitian yang baik dapat

memungkinkan seorang peneliti mempermasalahkan fenomena atas salah satu

dari 3 hal berikut ini.

1. Permasalahan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena,

yang kemudian muncul penelitian deskriptif, atau penelitian historis, atau

penelitian filosofis

2. Permasalahan untuk membandingkan 2 fenomena atau lebih, yang kemudian

muncul penelitian komparatif yang dari penelitian itu peneliti dapat mencari

persamaan atau perbedaan antar fenomena serta manfaatnya

Page 14: Metodologi Penelitian Praktis

14

3. Permasalahan untuk mencari hubungan antara 2 fenomena atau lebih, yang

memunculkan penelitian korelasional, baik korelasi sejajar maupun korelasi

sebab akibat.

Berdasarkan permasalahan yang ada pada fenomena-fenomena seperti itulah

yang kemudian dijadikan dasar untuk menentukan judul penelitian dan kegiatan

lain dalam pelaksanaan penelitian.

2.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan titik tolak dari penetapan tujuan

penelitian, perumusan hipotesis, serta penetapan alat analisis yang akan

digunakan. Dengan demikian akan selalu ada konsistensi antar komponen-

komponen dalam kegiatan penelitian ilmiah. Dalam membuat rumusan masalah

ilmiah peneliti tidak diperkenankan membuat rumusan yang berhubungan

dengan etika dan moral karena hal-hal itu bersifat subyektif dan tidak bisa

dipecahkan secara ilmiah.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang peneliti

dalam merumuskan masalah, yaitu :

a. masalah bisa dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan ataupun

dalam bentuk kalimat pernyataan

b. rumusan masalah harus jelas dan padat

c. rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data pendukung untuk

memecahkan masalah tersebut

d. rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis

e. rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian

2.3. Konsep atau Definisi

Agar peneliti dapat mengorganisir data sedemikian rupa sehingga

mempermudah dalam mencari hubungannya satu dengan lainnya, maka peneliti

harus membuat konsep atau definisi secara jelas. Konsep adalah suatu abstraksi

dari kegiatan (event) yang menjadi obyek penelitian. Konsep disusun dengan

Page 15: Metodologi Penelitian Praktis

15

tujuan untuk menyederhanakan pemikiran dengan jalan menggabungkan

sejumlah kejadian dibawah suatu judul yang bersifat umum.

Dalam membuat konsep atau definisi juga perlu menentukan satuan-

satuan ukuran maupun kreteria terutama untuk informasi-informasi atau data

yang bersifat kualitatif, yang harus dipecahkan atau dianalisis secara kualitatif

pula. Jika data bersifat kuantitatif maka penentuan ukuran-ukuran dan kreteria

akan lebih mudah dilakukan; tetapi jika datanya bersifat kualitatif maka perlu

ditentukan metode kuantifikasi yang akan digunakan untuk menentukan

ukuran/kreteria.

Ukuran-ukuran atau kreteria disini tidak lain adalah konsep atau definisi.

Dengan demikian penentuan konsep atau definisi ini harus benar-benar jelas

agar tidak menimbulkan keraguan atau salah penafsiran.

2.4. Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan dasar atau asumsi sangat penting dibuat sebelum seseorang

melakukan penelitian. Anggapan dasar dan hipotesis berfungsi sebagai petunjuk

(guide) dalam pengumpulan data dan analisis. Disamping itu asumsi dan

hipotesis juga bisa digunakan sebagai alat (means) untuk menghubungkan

penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan dengan penyelidikan sebelumnya.

Secara kuantitatif hipotesis berarti pernyataan tentang suatu nilai

parameter. Parameter adalah nilai sesungguhnya ( true value ) yang diperoleh

jika seluruh obyek (populasi) diselidiki satu-persatu. Dalam kamus Webster,

disebutkan definisi hipotesis sebagai berikut : “Hypothesis is an unproved theory,

proposition, supposition, etc., tentatively accepted to explain certain factor or to

provide a basic for further investigation, arguments, etc.” Jadi hipotesis adalah

suatu proposisi, kondisi, stau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap

benar dan barangkali tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi logis

yang dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya

dengan menggunakan data empiris hasil penelitian.

Hipotesis bisa berupa kemungkinan jawaban dari masalah yang diteliti.

Hipotesis merupakan dugaan atau anggapan yang bijaksana dari seorang

Page 16: Metodologi Penelitian Praktis

16

peneliti, atau bisa merupakan dugaan berdasar pengalaman-pengalaman atau

teori-teori yang dipelajari. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan

hipotesis yang diangkat, mengumpulkan data-data penting untuk menguji

hipotesis menjadi suatu “kebenaran (tesis)”. Hal yang perlu diperhatikan oleh

peneliti adalah bahwa ia tidak boleh memaksakan agar hipoitesisnya teruji

dengan mencari data-data yang kurang relevan atau bahkan memanipulasi data.

Meskipun hipotesis sangat diperlukan dalam suatu penelitian, namun

perlu diketahui bahwa tidak semua jenis penelitian harus memiliki hipotesis. Van

Dalen, Deobold menyebutkan ada 3 bentuk interrelationship studies yang

termasuk dalam penelitian berhipotesis, yaitu : studi kasus ( case study ), studi

perbandingan ( causal comparative studies ), dan studi hubungan ( correlations

studies ). Sedangkan termasuk kedalam penelitian tidak berhipotesis

diantaranya adalah studi eksplorasi, penelitian survey, dan penelitian

pengembangan.

Beberapa persyaratan yang disarankan ada dan dimiliki oleh suatu

hipotesis agar dapat menjadi pernyataan penting dalam penelitian sebagaimana

dijelaskan oleh Borg and Gall (1979) adalah :

a. hipotesis dirumuskan secara singkat tetapi jelas

b. hipotesis harus menunjukkan dengan nyata adanya hubungan 2 variabel

atau lebih

c. hhhipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikembangkan para ahli

atau didukung oleh hasil penelitian yang relevan.

Bagaimana merumuskan hipotesis ?

Dalam penelitian, terdapat 2 jenis hipotesis yang dinyatakan, yaitu :

pertama hipotesis nol ( null hypothesis ), biasa disingkat Ho, atau disebut juga

hipotesis statistik, adalah suatu pernyataan bahwa 2 atau lebih variabel tidak

memiliki keterkaitan; dan kedua adalah hipotesis alternative atau hipotesis kerja,

biasa disingkat Ha, adalah pernyataan bahwa 2 atau lebih variabel memiliki

keterkaitan.

Page 17: Metodologi Penelitian Praktis

17

Setiap peneliti akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak

hipotesis nol yang didasarkan atas hasil simpulan dari analisis terhadap sampel

yang kemungkinan besar mempunyai kesalahan didalam keputusan yang

diambil. Dalam pengujian hipotesis ini terdapat 2 kemungkinan kesalahan yang

dilakukan oleh peneliti, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kesalahan tipe I, yakni kesalahan yang terjadi karena memutuskan untuk

menolak hipotesis nol ( Ho ) yang benar, dinyatakan dengan

simbol α

Kesalahan tipe II, yakni kesalahan yang terjadi karena memutuskan untuk

menerima Ho yang salah, dinyatakan dengan simbol β.

Pengujian hipotesis atau disebut dengan tes signifikansi ( test of

significance ) dilakukan berdasar taraf nyata ( level of significance ) tertentu,

dengan menentukan tingkat kesalahan yang ditoleransi oleh peneliti atau eror

( α ) yang ditoleransi untuk kemudian membuat keputusan tentang diterima atau

ditolaknya hipotesis. Kemungkinan kesalahan yang dilakukan sebagaimana

disebutkan dimuka dapat dijelaskan dalam table 1 sebagai berikut.

Tabel 1

Tipe Kesalahan Dalam keputusan Pengujian Hipotesis

Keputusan

Situasi

Menerima Ho

( menolak Ha )

Menolak Ho

( menerima Ha )

Ho benar Tidak ada kesalahan

( 100 – α )

Kesalahan tipe I

( = α )

Ha benar Kesalahan tipe II

( = β )

Tidak ada kesalahan

( 100 – β )

Page 18: Metodologi Penelitian Praktis

18

2.5. Ringkasan bab II.

Kegiatan penelitian didahului dengan adanya masalah atau topic atau

tema penelitian, dimana masalah bisa muncul dari adanya kesenjangan antara

teori-teori dengan fenomena yang terjadi secara riil ( teori gap ), dan bisa juga

muncul karena adanya perbedaan dari hasil-hasil penelitian yang sudah

dilakukan ( riset gap ). Masalah yang diteliti sebaiknya masalah yang memiliki ciri

sebagai berikut :

a. memiliki nilai penelitian

b. fisibel ( dapat dipecahkan ), dan

c. sesuai dengan kualifikasi peneliti

Masalah yang sudah dipilih kemudian dibuat “rumusan masalah”, dibuat

konsep-konsepnya atau kreteria-kreterianya, agar menjadi jelas dan terfokus,

sehingga tidak menimbulkan keraguan atau salah penafsiran. Dalam membuat

rumusan masalah, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1. masalah bisa dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan ataupun

dalam bentuk kalimat pernyataan

2. rumusan masalah harus jelas dan padat

3. rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data pendukung untuk

memecahkan masalah tersebut

4. rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis

5. rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian

Berdasarkan rumusan masalah ini kemudian bisa dibuat pendugaan

(hipotesis) atas kemungkinan-kemungkinan hasil penelitian yang akan dilakukan,

dan selanjutnya peneliti akan bekerja atas dasar hipotesis tersebut.

2.6. Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan darimana saja masalah penelitian timbul ?

2. Bagaimana sifat masalah yang baik untuk diteliti ?

3. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam membuat rumusan masalah ?

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipotesis ?

5. Jelaska pula apa fungsi hipotesis dalam sebuah penelitian !

Page 19: Metodologi Penelitian Praktis

19

BAB III

VARIABEL DAN DATA

Suatu masalah yang diangkat menjadi tema penelitian akan dijadikan

dasar dalam membuat judul penelitian, dimana di dalam judul penelitian selalu

terkandung adanya konsep-konsep yang selanjutnya disebut dengan “variabel”

penelitian. Terhadap variabel penelitian ini kemudian akan dilakukan

pengukuran variabel, dan untuk selanjutnya variabel ini akan dinyatakan dengan

pernyataan yang disebut dengan “data”.

Bab III buku ini menjelaskan tentang pengertian dan jenis variabel,

bagaimana melakukan pengukuran variabel, apa yang dinamakan data,

kegunaan data, sumber data, serta metode pengumpulan data yang bisa

digunakan oleh peneliti.

3.1. Pengertian dan Jenis Variabel

Variabel adalah konsep yang memiliki bermacam-macam nilai. Konsep

menggambarkan suatu fenomena secara abstrak, yang dibentuk dengan jalan

membuat generalisasi dari sesuatu yang khas. Konsep ini dibuat dan dihasilkan

oleh para ilmuwan secara sadar untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu.

Konsep yang demikian itu dinamakan konstruksi (construct). Konsep dapat

dirubah menjadi variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari

variabel itu sendiri. Dalam membuat model matematik/statistik, variabel biasanya

dinyatakan dalam simbol huruf tertentu.

Tujuan pembelajaran : Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa

diharapkan :

1. dapat membedakan jenis-jenis variabel yang ada dan dapat melakukan

pengukuran variabel

2. dapat menentukan jenis dan sumber data serta memilih metode

pengumpulan data yang tepat

Page 20: Metodologi Penelitian Praktis

20

Bagi suatu penelitian variabel akan mendapat perlakuan secara khusus

melalui pengukuran skala variabel dan penentuan indikator variabel. Penentuan

indikator variabel harus didasarkan pada teori dan asumsi yang berlaku, yang

kemudian dipilih indikator-indikator yang cocok bila diterapkan pada obyek yang

diteliti.

Penentuan indikator variabel sangat penting, terutama jika dalam

penelitian diperlukan data primer yang akan dikumpulkan dengan teknik

wawancara atau pemberian daftar pertanyaan. Hal itu disebabkan karena dasar

untuk membuat daftar pertanyaan adalah indikator variabel. Jadi dengan

demikian daftar pertanyaan ( sebagai instrument atau alat pengumpul data )

yang disusun hendaknya benar-benar bisa dijadikan wakil dari setiap indikator

variabel sehingga data yang terkumpul melalui daftar pertanyaan dapat dianalisis

dengan baik dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.

Selain itu, variabel yang digunakan oleh peneliti dapat memiliki banyak

jenis dimana peneliti akan mengoperasikan variabel yang sudah dipilih. Berbagai

jenis variabel yang dapat dipilih dan dioperasikan oleh peneliti diantaranya dapat

disebutkan seperti dibawah ini.

1. Variabel kontinyu, adalah variabel yang nilainya dapat dinyatakan dalam

bentuk pecahan desimal tak terbatas dengan jarak jangkau tertentu.

Contoh : Variabel : berat badan, dinyatakan dalam Kg sbb :

51,5 Kg; 55,50 Kg; 55,500 Kg; dst

2. Variabel diskrit, adalah konsep yang nilainya tidak bisa dinyatakan dalam

bentuk pecahan baik pecahan biasa maupun desimal. Ada 2 macam

variabel diskrit, yaitu :

a. Diskrit dikotomi ( jika variabel itu hanya dapat dinyatakan dengan 2

kategori yang biasanya berlawanan ).

Contoh : Variabel “jenis kelamin” : wanita dan pria;

Variabel “jarak” : dekat dan jauh

b. Diskrit politom ( jika variabel itu dapat dinyatakan dengan 2 kategori atau

lebih )

Page 21: Metodologi Penelitian Praktis

21

Contoh : Variabel “Agama” : Islam, katolik, Kristen, Hindu, Budha

Variabel “tingkat pendidikan” : SD, SMP, SMA, PT

3. Variabel dependent dan independent. Jika dalam penelitian terdapat dua

kelompok variabel yang satu mempengaruhi yang lain, maka ada

kelompok variabel tergantung/terikat ( dependent variable ) dan ada

kelompok variabel bebas ( independent variable ). Variabel

terikat/tergantung ( dependent variable ) adalah variabel yang nilainya

bisa berubah karena dipengaruhi oleh kelompok variabel lain, sedangkan

variabel bebas ( independent variable ) adalah variabel yang nilainya

tidak dipengaruhi oleh kelompok variabel lainnya.

Misalnya suatu penelitian ingin menguji pengaruh kompensasi terhadap

kinerja karyawan, maka kompensasi merupakan variabel bebas (

independent ), dan kinerja karyawan merupakan variabel tergantung

(dependent).

Independent dependent

4. Variabel Moderator

Variabel moderator merupakan variabel antara, yakni variabel yang

memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap variabel lain.

Contoh : secara logika, kompensasi mula-mula mempengaruhi semangat

kerja karyawan, dan kemudian karena ada semangat kerja

maka kinerja karyawan menjadi lebih baik. Dalam hal ini

semangat kerja merupakan variabel moderator

Variabel moderator

kompensasi kinerja karyawan

kompensasi Semangat kerja kinerja

Page 22: Metodologi Penelitian Praktis

22

5. Variabel intervening

Variabel intervening adalah variabel yang dapat memperkuat atau

memperlemah variabel lain, tetapi variabel tersebut kadang-kadang sulit

diukur.

Contoh : kompetensi seseorang dapat berpengaruh terhadap karirnya,

tetapi perlu disadari bahwa perkembangan karir juga tergantung

pada nasib seseorang. Dalam hal ini nasib menjadi variabel

intervening.

Variabel intervening

6. Variabel Random

Variabel random yaitu variabel yang berpengaruh terhadap variabel lain

tetapi tidak dimasukkan kedalam model penelitian. Variabel ini menjadi

pengganggu atau error variable.

Contoh : permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh selera

konsumen, pendapatan konsumen, dan harga barang tersebut.

Jika dalam penelitian hanya memasukkan variabel pendapatan

konsumen dan harga barang, maka selera konsumen merupakan

variabel random (error variable).

kompetensi karir

nasib

Page 23: Metodologi Penelitian Praktis

23

3.2. Pengukuran Variabel

Agar hasil penelitian dapat memberikan simpulan atas analisis yang

dilakukan atau dalam rangka pengujian hipotesis, maka perlu ditetapkan teknik

pengukuran variabel yang tepat. Pengukuran variabel diperlukan untuk

membandingkan simpulan hasil penelitian dengan kondisi senyatanya.

Pada dasarnya pengukuran merupakan usaha untuk menilai sesuatu

berdasarkan satuan nilai tertentu. Dalam penelitian terdapat 2 macam desain

pengukuran variabel, yaitu yang pertama pengukuran variabel yang bertujuan

untuk memberikan nilai kuantitatif atas data kualitatif atau sebaliknya, yang

dikenal dengan istilah teknik scalling atau Scoring. Kedua, pengukuran yang

bertujuan untuk memberi nilai atas satuan atribut, yang dikenal dengan skala

pengukuran variabel.

Dalam teknik scalling/Scoring dikenal adanya 4 macam teknik yang dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1. Skala Likert’s.

Skala Likert’s digunakan untuk mengukur tanggapan responden atau respon

seseorang terhadap obyek yang diteliti, dengan merubah respon/jawaban

yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif. Skala Likert’s dimulai dengan

memberikan pertanyaan kepada responden dengan diberi alternatif jawaban

berjumlah gasal ( 3, 5, 7, 9, dst ) dimana jawaban disusun secara ordinal, dan

jawaban yang berada ditengah merupakan jawaban netral. Alternatif jawaban

itu kemudian diberi skor secara bertingkat (ordinal) dan responden diminta

memilih jawaban yang sesuai/diinginkan.

Contoh pertanyaan :

Suasana kerja pada instansi saudara sangat kondusif sehingga dapat

mendorong semangat kerja.

a. sangat setuju skor 5

b. Setuju skor 4

c. Tidak ada pendapat skor 3

d. kurang setuju skor 2

e. Tidak setuju skor 1

Page 24: Metodologi Penelitian Praktis

24

2. Skala Guttman

Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan ketegasan jawaban

responden. Dalam skala Guttman ini disediakan 2 alternatif jawaban yang

keduanya berlawanan seperti :

a. Ya Tidak

b. Baik Buruk

c. Bersedia Tidak bersedia

Jawaban responden kemudian diberi skor dengan angka nol ( 0 ) untuk

jawaban negatif (rendah/jelek) dan angka satu ( 1 ) untuk jawaban positif

(tinggi/baik).

Contoh pertanyaan :

Apakah selama masa kerja saudara pernah memperoleh tanda jasa atau

penghargaan ?

Pernah skor 1

Belum pernah skor 0

2. Skala Semantic Diferensial

Skala Semantic Diferensial digunakan untuk mengukur sikap responden

tidak dalam bentuk pilihan ganda atau check list tetapi disusun dalam

sebuah garis dengan nilai sangat negatif diujung kiri dan nilai sangat positif

diujung kanan.

Contoh pertanyaan :

Berikan penilaian tentang kondisi lingkungan tempat kerja saudara dengan

memilih angka-angka pada garis berikut.

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

sangat buruk sangat baik

Page 25: Metodologi Penelitian Praktis

25

4. Skala Rating

Pada dasarnya skala rating hampir sama dengan skala Likert’s, yang

digunakan untuk mentransformasikan data kualitatif menjadi data kuantitatif

dengan memberi nilai atau angka rating sebagai berikut ;

Rating 1 jika jawaban sangat jelek

Rating 2 jika jawaban jelek

Rating 3 jika jawaban cukup

Rating 4 jika jawaban baik

Rating 5 jika jawaban sangat baik.

Perbedaan skala rating dengan Likert’s terletak pada jumlah alternative

jawaban pada skala rating tidak harus berjumlah ganjil, dan jika jumlah

alternatif jawabannyaa ganjil maka jawaban yang ditengah tidak

menunjukkan kondisi netral.

Sedangkan dalam desain pengukuran yang ditujukan untuk memberi nilai

pada satuan atribut yang diukur terdapat 4 tingkatan skala pengukuran variabel

sebagai berikut.

1. Skala Nominal.

Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberi simbol

pada kategori tertentu, sehingga pemberian nilai atau angka pada suatu

kategori tidak memiliki fungsi atau makna apa-apa. Skala Nominal

merupakan skala yang memiliki tingkatan paling rendah dalam penelitian.

Contoh : Variabel jenis kelamin

Wanita diberi simbol 1

Pria diberi simbol 2

Dalam contoh ini angka 1 dan 2 tidak berarti yang satu lebih baik dari

yang lain, tetapi hanya untuk memudahkan dalam mengukur saja

sehingga menjadi lebih tegas.

2. Skala Ordinal

Skala ordinal adalah skala pengukuran variabel dengan cara

membuat ranking atau mengurutkan tingkatan-tingkatan obyek dari yang

Page 26: Metodologi Penelitian Praktis

26

terrendah ke yang tertinggi. Ukuran ordinal bukan merupakan nilai absolut

tetapi hanya menunjukkan ranking saja. Skala ordinal ini sering dianggap

sama dengan skala Likert’s karena kesamaan urutan pemberian skor .

Contoh :

Kelompok IPK 3,20 s/d 4,00 ranking 1 skor 5

Kelompok IPK 2,40 s/d 3,19 ranking 2 skor 4

Kelompok IPK 1,60 s/d 2,39 ranking 3 skor 3

Kelompok IPK 0,80 s/d 1,59 ranking 4 skor 2

Kelompok IPK 0,00 s/d 0,79 ranking 5 skor 1

3. Skala Interval

Skala interval merupakan skala pengukuran variabel dengan

memberi nilai/angka pada setiap set dari obyek yang mempunyai sifat

ordinal, kemudian ditambah satu sifat lagi yaitu adanga “jarak yang sama

(interval)” antara ranking pertama dan berikutnya.

4. Skala Rasio.

Skala rasio adalah skala pengukuran variabel yang memiliki

tingkatan paling tinggi karena mencakup ukuran nominal, ordinal, dan

interval, kemudian ditambah satu sifat lagi yaitu keterangan tentang nilai

absolut dari obyek yang diukur.

3.3. Pengertian, Kegunaan, dan Jenis data

Dalam kamus Webster disebutkan bahwa data adalah “things known or

assumed”, yang berarti bahwa data adalah sesuatu yang diketahui dan

dianggap/diasumsikan. Dalam pengertian yang lebih luas, data berarti

keterangan-keterangan atau informasi-informasi yang diperlukan dalam suatu

penelitian sebagai bahan untuk dianalisis. Dengan demikian data dapat

memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan atau peristiwa.

Setelah dianalisis atau diolah, data sangat berguna sebagai dasar yang

obyektif dalam proses pembuatan keputusan atau kebijakan-kebijakan dalam

Page 27: Metodologi Penelitian Praktis

27

rangka pemecahan masalah. Meskipun dalam penelitian diperlukan banyak

informasi atau keterangan, tetapi agar analisis dapat dilakukan dengan baik

maka harus didukung oleh informasi atau data yang baik pula. Jadi hasil akhir

dari suatu penelitian sangat tergantung pada informasi yang diperoleh,

sedangkan akurasi informasi sangat tergantung pada data yang berhasil

dikumpulkan oleh peneliti.

Oleh karena data yang diperoleh bisa menentukan kualitas hasil suatu

penelitian, maka diharapkan setiap peneliti dapat memperoleh data yang baik.

Sifat data yang baik dipengaruhi oleh instrumen penelitian dan teknik

pengumpulan datanya. Jika data yang diperlukan merupakan sebuah estimasi

(yakni data dari sample) yang diperlukan untuk membuat keputusan terhadap

sesuatu yang bersifat universal/umum, maka data yang baik adalah data yang

memiliki standard error kecil.

Data yang dianggap baik bagi suatu penelitian adalah data yang memiliki

sifat-sifat sebagai berikut :

a. bisa dipercaya kebenarannya (reliable)

b. tepat waktu ( up to date )

c. mencakup ruang lingkup yang luas (comprehensive)

Pada tahap selanjutnya, dataakan dipergunakan sebagai alat kontrol

dalam pelaksanaan dari suatu rencana penelitian agar segera diketahui ada /

tidaknya penyimpangan-penyimpangan atau kelemahan-kelemahan yang terjadi

untuk segera diatasi atau diperbaiki. Dan terakhir data akan digunakan sebagai

dasar untuk melakukan evaluasi atas hasil kerja secara keseluruhan.

Dengan diperolehnya data yang baik bisa diharapkan adanya suatu

perencanaan yang tepat, kontrol yang efektif, serta evaluasi yang jujur. Dengan

demikian dalam suatu penelitian data memiliki beberapa manfaat/kegunaan.

Manfaat dari data dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang suatu keadaan

atau persoalan

2. Untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah penelitian,

sehingga data dapat digunakan :

Page 28: Metodologi Penelitian Praktis

28

a. sebagai dasar untuk menyusun perencanaan

b. sebagai alat control dalam pelaksanaan rencana

c. sebagai dasar untuk evaluasi.

Data yang diperlukan dalam suatu penelitian bisa bermacam-macam

jenisnya. Sedangkan untuk mengetahui apa saja jenis data yang ada dapat

disebutkan adanya pembagian jenis data yang didasarkan pada beberapa aspek

berikut ini.

1. Menurut sifat datanya, terdapat dua jenis data yaitu :

a. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berupa angka-angka tetapi

berupa keterangan-keterangan. Misalnya data tentang jenis

kelamin, ada wanita dan ada pria

b. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka. Misalnya

data tentang volume penjualan suatu perusahaan bisa 1000 unit,

1200 unit, dan seterusnya.

2. Menurut sumbernya, ada dua jenis data yaitu :

a. Data internal, yaitu data yang terjadi dalam organisasi obyek

penelitian, misalnya saja tentang gambaran umum obyek yang

diteliti seperti sejarah berdirinya perusahaaan, kapasitas produksi,

daftar kekayaan perusahaan, dan sebagainya.

b. Data eksternal, yaitu data yang terjadi diluar organisasi obyek

penelitian dan mempunyai keterkaitan dengan obyek penelitian

tersebut. Misalnya dalam mengukur pangsa pasar suatu

perusahaan selain diperlukan data penjualan dari perusahaan itu

sendiri juga diperlukan data penjualan seluruh industri, yang ini

diperoleh dari luar organisasi atau obyek penelitian

3. Menurut cara memperolehnya, terdapat dua jenis data sebagai berikut :

a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh dari

sumber utama secara langsung. Misalnya karakteristik responden

yang disampaikan sendiri oleh responden baik melalui wawancara

maupun melalui pengisian daftar pertanyaan.

Page 29: Metodologi Penelitian Praktis

29

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi

berupa publikasi-publikasi dan sudah dikumpulkan oleh orang lain.

Misalnya untuk mengetahui data populasi penduduk, jumlah

angkatan kerja atau pendapatan perkapita disuatu daerah bisa

diketahui dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) setempat.

4. Menurut waktu pengumpulannya, ada dua jenis data yaitu :

a. Data cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu

tertentu dan terjadinya hanya sekali, yang menggambarkan

keadaan pada waktu itu saja. Data cross section juga sering

disebut dengan “at a point time data”. Misalnya besarnya laba

perusahaan pada tahun 2008 adalah Rp 5.000.000,- ( lima juta

rupiah ). Data cross section jika diolah hanya dapat digunakan

untuk menggambarkan kondisi pada saat itu saja, atau dengan kata

lain jika datanya adalah cross section, maka tidak bisa digunakan

untuk membuat prediksi atau perkiraan untuk waktu yang lain.

b. Data time series atau data runtun waktu (berkala), adalah data

yang dikumpulkan dari waktu kewaktu dengan seri waktu yang

sama, yang menggambarkan perkembangan suatu kejadian

selama periode pengamatan. Contoh data berkala tentang omset

penjualan perusahaan dapat disajikan sebagai berikut :

Tahun Omset penjualan ( Kg)

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

12.500

13.000

13.250

13.500

14.000

14.000

13.500

14.500

Page 30: Metodologi Penelitian Praktis

30

Berdasarkan data berkala ini peneliti dapat melakukan analisis

yang hasilnya dapat digunakan untuk membuat prediksi-prediksi

atau perkiraan pada masa yang akan datang, misalnya dengan

metode trend.

3.4. Pengumpulan Data

Peneliti bisa melakukan pengumpulan data dengan menggunakan

instrument atau alat pengumpul data yang telah ditentukan, dan dengan

menggunakan cara atau metode yang sesuai. Pada dasarnya ada 3 cara yang

dapat digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu dengan cara sensus, cara

sampling, dan studi kasus.

Sensus adalah cara pengumpulan data dimana peneliti mencatat seluruh

elemen yang menjadi obyek penelitian (populasi). Dengan cara pengumpulan

data seperti ini akan diperoleh nilai karakteristik sesungguhnya ( true value ) atau

parameter. Meskipun cara sensus memiliki kelebihan karena dapat

menghasilkan true value, namun jika ukuran populasi terlalu besar akan

menyebabkan diperlukan waktu yang lama, biaya mahal, dan butuh tenaga yang

banyak dalam pengumpulan data.

Sampling, adalah cara pengumpulan data dengan mencatat sebagian dari

seluruh elemen/anggota populasi untuk dijadikan sampel. Cara ini banyak

dilakukan oleh peneliti yang menghadapi populasi berukuran besar/luas. Karena

yang dicatat hanya sebagian saja dari elemen populasi, maka dalam cara

sampling ini hasilnya hanya berupa nilai perkiraan ( estimate value ) yang tentu

saja mempunyai kemungkinan kesalahan. Untuk bisa mendapatkan nilai

perkiraan yang akurat, maka jumlah sample yang ditetapkan harus benar-benar

bisa mewakili populasi (representative).

Studi kasus ( case study ) adalah cara pengumpulan data yang hanya

mengamati satu atau beberapa elemen yang tidak jelas populasinya untuk

diselidiki secara mendalam. Simpulan yang dihasilkan dari studi kasus ini hanya

menggambarkan karakteristik dari elemen yang diselidiki tersebut.

Page 31: Metodologi Penelitian Praktis

31

Dengan demikian akan terdapat perbedaan sifat atas hasil penelitian yang

pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sensus, sampling, dan studi kasus

ini. Perbedaan itu dapat dijelaskan sebagaimana disajikan dalam tabel 2 berikut

ini.

Tabel 2Perbedaan Hasil Penelitian Dari penggunaan Sensus,

Sampling, dan Studi Kasus

Aspek Sensus Sampling Studi Kasus

Lingkup penelitian Populasi (seluruh

elemen yang ada)

Sample (sebagian

dari elemen yang

ada)

Satu atau

beberapa elemen

Hasil analisis True value ( tdk

ada kesalahan )

dan berlaku untuk

populasi

Estimate value

(ada kesalahan),

dan berlaku utk

populasi

Kondisi riil dari

elemen/obyek ybs

dan hanya berlaku

bagi obyek tsb.

Terlepas dari cara pengumpulan data apakah akan menggunakan sensus,

sampling, atau studi kasus, untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam

suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan beberapa metode/teknik sebagai

berikut.

1. Wawancara (interview).

Wawancara adalah tanya jawab antara petugas pengumpul data (data

kolektor) dengan pihak responden atau sumber data. Data kolektor yang

mewakili peneliti mentangi responden untuk dimintai informasi dengan cara

tanya jawab.

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengumpul data dengan

metode wawancara ini diantaranya adalah :

a. harus mampu membina hubungan baik dengan pihak responden

b. harus menguasai masalah yang akan diteliti

c. harus memiliki kedisiplinan tinggi

Page 32: Metodologi Penelitian Praktis

32

d. menghindari pertanyaan yang bersifat memberi saran

e. menghindari pertanyaan yang tidak ada kaitannya dengan masalah

penelitian, terutama yang bisa menyinggung perasaan/privasi responden

2. Pengamatan (observasi).

Observasi dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, karena

biasanya observasi dilakukan bila obyek penelitain tidak bisa diajak

berkomunikasi. Tujuan dari teknik observasi ini adalah :

a. untuk membantu responden dalam menjawab pertanyaan

b. untuk mengecek jawaban responden

c. untuk mengetahui perkembangan dri obyek penelitian

3. Dokumentasi.

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara merekam

data/keterangan yang diperlukan dengan menggunakan peralatan elektronik

yang ada seperti misalnya dengan kamera, tape recorder, dan sebagainya.

Teknik ini digunakan untuk membantu peneliti dalam penyimpanan data yang

sudah diperoleh.

4. Surat-Menyurat.

Teknik ini dilakukan dengan jalan mengirim daftar pertanyaan (kuesioner)

yang dimintakan jawaban dari responden yang alamatnya jelas tetapi jauh

dari peneliti. Cara surat menyurat bisa memungkinkan peneliti membuat

pertanyaan yang mencakup hal-hal yang luas, lebih mudah, dan relatif

murah, tetapi ada bahayanya yakni kemungkinan responden tidak bersedia

menjawab, atau memberi jawaban yang tidak sebenarnya, dan responden

tidak mengembalikan kuesioner tersebut.

Dalam membuat daftar pertanyaan peneliti bisa menggunakan berbagai

tipe pertanyaan seperti pertanyaan dengan jawaban bebas (free response)

atau yang sering disebut dengan pertanyaan terbuka atau tipe pertanyaan

Page 33: Metodologi Penelitian Praktis

33

dengan pilihan ganda ( multiple choise ) atau yang sering disebut pertanyaan

tertutup, serta tipe lainnya sesuai dengan keperluan pengumpulan data.

Metode-metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh seorang

peneliti tentu akan disesuaikan dengan siapa atau dari mana sumber data dan

apa jenis datanya. Dalam kaitannya dengan sumber dari mana data yang

diperlukan dalam suatu penelitian dapat diperoleh, terdapat 3 kelompok sumber

data yang biasa disingkat dengan 3 P sebagai berikut.

1. Person ( sumber datanya adalah manusia ). Sumber data ini diperlukan jika

peneliti akan mengumpulkan data dengan cara wawancara dan memerlukan

jawaban secara lisan maupun tertulis.

2. Place ( sumber datanya perlu ada tempat ), yakni sumber data yang

menyajikan tampilan data dalam keadaan tidak bergerak.

3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan informasi-informasi berupa tulisan,

gambar, simbol, angka-angka, dan sebagainya. Sumber data ini yang

menyajikan data sekunder.

3.5. Obyek Penelitian, Unit Analisis, dan Sumber data.

Dalam proses pengumpulan data, sumber data selalu berkaitan dengan

obyek penelitian maupun satuan atau unit yang akan dijadikan fokus analisis

dalam penelitian. Seorang peneliti harus mengenal dengan baik tentang kaitan

antara obyek yang diteliti, unit analisis, variabel penelitiannya, serta sumber data

yang diperlukan dalam penelitian. Tanpa mengenal keterkaitan antara beberapa

hal ini peneliti akan kesulitan dalam membuat rancangan penelitian secara

keseluruhan.

Seringkali peneliti tidak bisa membedakan antara obyek penelitian dengan

unit-unit atau satuan-satuan yang akan dianalisis, yang disebabkan karena

terkadang antara obyek dan unit analisis berada dalam suatu sistem yang sama.

Oleh karena itu perlu diketahui perbedaan diantara keduanya agar bisa

memberikan gambaran kepada para mahasiswa dalam membuat rancangan

penelitiannya. Berikut ini akan diberikan contoh keterkaitan antara judul, obyek

penelitian, variabel yang digunakan, unit analisis, dan sumber datanya.

Page 34: Metodologi Penelitian Praktis

34

Misalnya seorang peneliti mengambil judul penelitian “Pengaruh

Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan Perusahaan X”, maka dapat dijelaskan yang menjadi obyek penelitian,

variabel penelitian, unit analisis maupun sumber datanya sebagai berikut :

Obyek penelitian : Perusahaan X

Variabel penelitian : 1. Kepemimpinan

2. Budaya Organisasi

3. Kompensasi

4. Prestasi Kerja

Unit Analisis : 1. Karyawan

2. Pimpinan perusahaan

Sumber Data : Primer dan sekunder

3.6. Ringkasan bab III.

Dalam suatu penelitian bisa terdapat bermacam-macam variabel yang

bisa dioperasikan, yang kemudian terhadap variabel penelitian itu akan dilakukan

pengukuran variabel. Terdapat 2 macam desain pengukuran variabel, yaitu

pertama pengukuran yang bertujuan untuk memberikan angka-angka skor pada

data kualitatif ( dikenal dengan teknik scalling atau scoring ), dan kedua

pengukuran yang bertujuan untuk memberi nilai atas satuan atribut ( dikenal

dengan skala pengukuran variabel ).

Teknik scoring yang bisa digunakan diantaranya adalah skala likert’s,

skala Guttman, skala Semantic Diferensial, dan skala Rating. Sedangkan skala

pengukuran variabel terdiri atas skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan

skala rasio.

Variabel tidak bisa dipecahkan jika tidak diberi pernyataan dalam bentuk

data. Data yang baik adalah data yang memiliki sifat “reliable, up to date, dan

comprehensive”. Data sangat bermanfaat bagi suatu penelitian, baik sebagai

gambaran tentang suatu keadaan/persoalan, sebagai alat control dalam

pelaksanaan rencana, dan sebagai dasar evaluasi atas hasil penelitian.

Page 35: Metodologi Penelitian Praktis

35

Data bisa dikelompokkan kedalam beberapa aspek yang bisa dijelaskan

sebagai berikut :

a. Menurut sifat data, terdapat 2 jenis data yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif

b. Menurut sumber datanya, ada 2 jenis data yaitu data internal dan data

eksternal

c. Menurut cara memperolehnya, ada 2 jenis data yaitu data primer dan data

sekunder.

d. Menurut waktu pengumpulannya, ada 2 jenis data yaitu data cross section

dan data time series.

Dalam pengumpulan data, peneliti bisa menggunakan beberapa cara

yakni cara sensus, cara sampling, dan cara studi kasus; dimana teknik yang

digunakan bisa dengan wawancara atau interview, pengamatan atau observasi,

dokumentasi, atau dengan surat menyurat.

3.7. Soal-Soal Latihan

1. Apakah yang disebut dengan variabel ?

2. Jelaskan apa saja jenis-jenis variabel yang bisa dioperasikan dalam

penelitian, dan berilah contohnya masing-masing !

3. Jelaskan perbedaan teknik scoring antara “skala Likert’s, skala Guttman,

skala Semantic Diferensial, dan skala Rating”

4. Berikan contoh pengukuran variabel dengan “skala nominal, skala ordinal,

skala interval, dan skala rasio”.

5. Apakah yang disebut dengan data ?

6. Jelaskan sifat-sifat data yang baik bagi suatu penelitian

7. Jelaskan pula apa saja manfaat data bagi suatu penelitian

8. Jelaskan perbedaan cara pengumpulan data dengan cara sensus, cara

sampling, dan cara studi kasus.

Page 36: Metodologi Penelitian Praktis

36

BAB IV

SAMPLING

Sebagaimana disebutkan dalam bab III dimuka, sampling adalah cara

pengumpulan data dimana peneliti hanya mengamati beberapa elemen populasi

untuk dijadikan sampel. Sampel yang ditentukan itulah yang diambil datanya

untuk dianalisis, yang kemudian hasil analisisnya menggambarkan atau

menyimpulkan kondisi populasi.

Populasi merupakan suatu “universe”, yakni wilayah generalisasi yang

terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

simpulannya. Populasi tidak hanya berupa orang, tetapi bisa juga berupa benda

yang lainnya. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja

dipilih oleh peneliti untuk diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil

dibandingkan populasi dan berfungsi sebagai wakil dari populasi.

Sebagai wakil dari populasi, maka jumlah sampel harus benar-benar

representative (bisa mewakili), sehingga hasil analisis yang dilakukan terhadap

sampel bisa menggambarkan kondisi dari populasinya. Dilihat dari ukurannya,

populasi dan sampel dapat diilustrasikan dengan gambar 2 berikut ini.

Tujuan pembelajaran :

1. Dengan mengenal berbagai teknik sampling, mahasiswa

diharapkan dapat memilih salah satu atau kombinasi teknik

sampling yang tepat untuk penelitiannya

2. Melalui pengenalan berbagai metode penentuan ukuran sampel,

mahasiswa diharapkan dapat memilih metode yang tepat dan

dapat menentukan jumlah sampel yang representatif.

Page 37: Metodologi Penelitian Praktis

37

Gambar 2

Populasi dan Sampel

Populasi Sampel

Dalam mengumpulkan data sampel, peneliti disarankan memilih teknik

sampling yang tepat ( sesuai dengan sifat populasi penelitiannya ) dan

menentukan jumlah sample yang representatif. Oleh karena itu dalam bab ini

akan dijelaskan berbagai teknik sampling yang dapat diterapkan dalam suatu

penelitian serta metode penentuan jumlah sample ( sample size ).

4.1. Teknik Sampling

Sampling terdiri atas 2 kelompok yaitu sampling yang didasarkan pada nilai-

nilai probabilitas ( probability sampling ), atau juga sering disebut dengan

“random sampling”, dan sampling tidak berdasar nilai probabilitas ( non

probability sampling ) atau sering disebut dengan non random sampling.

Beberapa teknik yang termasuk dalam kelompok Probability Sampling adalah

sebagai berikut :

1. Simple Random Sampling.

Simple Random Sampling adalah suatu sample yang terdiri atas

sejumlah elemen yang dipilih secara acak, dimana setiap elemen/anggota

Page 38: Metodologi Penelitian Praktis

38

populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

Teknik ini digunakan jika elemen populasi bersifat homogen, sehingga

elemen manapun yang terpilih menjadi sampel dapat mewakili populasi.

Cara yang paling mudah untuk memilih secara random atau acak adalah

dengan cara undian.

Contoh : sebuah populasi beranggota 5 elemen ( X1; X2; X3; X4; X5 );

akan dipilih 2 elemen sebagai sampel, maka kemungkinan

kombinasi 2 sampel itu adalah sebagai berikut :

Kemungkinan I : X1, X2,

Kemungkinan II : X1, X3

Kemungkinan III : X1, X4

Kemungkinan IV : X1, X5

Kemungkinan V : X2, X3

Kemungkinan VI : X2, X4

Kemungkinan VII : X2, X5

Kemungkinan VIII : X3, X4

Kemungkinan IX : X3, X5

Kemungkinan X : X4, X5

2. Stratified Random Sampling.

Teknik ini digunakan jika elemen populasi tidak homogen, sehingga

perlu dibuat pengelompokan atau strata dimana anggota setiap

strata/kelas bersifat lebih homogen. Penyebaran wakil sampel dari setiap

kelompok/strata ditetapkan secara proporsional, dan dari setiap strata

(stratum) tersebut kemudian diambil sampel secara acak, sehingga setiap

strata atau kelompok populasi terwakili oleh sample yang proporsional.

Contoh :

Dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengukur kinerja

pegawai diketahui bahwa populasinya adalah pegawai sebuah instansi

yang berjumlah 100 orang, dan menempati bagian-bagian sbb :

Page 39: Metodologi Penelitian Praktis

39

staf administrasi 50 orang

staf bagian keuangan 10 orang

staf bagian kepegawaian 20 orang

staf umum dan keamanan 20 orang

Jika dari populasi sebanyak 100 pegawai itu akan diambil sampel

sebanyak 20 orang, maka wakil sampel dari setiap bagian dihitung secara

proporsional sebagai berikut :

Staf administrasi 50/100 x 20 = 10 orang

Staf bagian keuangan 10/100 x 20 = 2 orang

Staf bagian kepegawaian 20/100 x 20 = 4 orang

Staf umum dan keamanan 20/100 x 20 = 4 orang

Junlah 20 orang

3. Systematic Random Sampling.

Systematic Random Sampling.adalah pengambilan sampel dimana

sampel pertama diambil secara acak, kemudian sampel kedua, ketiga,

dan seterusnya ditentukan dengan menetapkan jarak atau interval tertentu

yang ditambahkan dari nomor sampel pertama. Penggunaan teknik ini

dapat dibenarkan jika elemen populasi bersifat homogen.

Contoh : dalam sebuah penelitian terdapat 10 perusahaan pada suatu

industri pengolahan ikan, yang akan diambil 3 perusahaan sebagai

sampel, maka pertama kali ditetapkan interval yang besarnya kurang/lebih

= N / n , dimana N adalah ukuran populasi, dan n adalah ukuran

sample. Dengan demikian diperoleh interval sebesar ± 10 / 3 = 3

(dibulatkan). Kemudian kita mengundi (mengacak) kesepuluh perusahaan

itu untuk dijadikan sampel pertama. Misalnya saja sampel pertama jatuh

pada nomor perusahaan 2, maka sampel kedua adalah perusahaan

nomor 2 + 3 = nomor 5, dan sampel ketiga adalah perusahaan nomor 5 +

3 = nomor 8.

Page 40: Metodologi Penelitian Praktis

40

4. Cluster Sampling.

Cluster sampling pada dasarnya adalah hampir sama dengan

stratified random. Perbedaannya adalah bahwa anggota populasi dalam

setiap klaster tidak harus homogen. Dalam teknik ini dilakukan jika lingkup

penelitian cukup luas sehingga paneliti akan memilih klaster-klaster

tertentu untuk dijadikan obyek penelitian, dan sampel diambil dari setiap

klaster dengan jumlah yang sudah ditetapkan lebih dulu.

Contoh : penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan

usaha pengolahan ikan di Jawa Tengah yang memiliki 35

Kabupaten/Kota, dipilih Kabupaten/Kota penghasil ikan dalam jumlah

besar saja yang dijadikan klaster. Misalnya pilihan secara acak jatuh pada

Kota Semarang, Kabupaten Batang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.

Dari masing-masing klaster wilayah ini ditentukan jumlah sampel pengolah

ikan yang akan diteliti lebih dalam masing-masing sebanyak 10

pengusaha.

Setiap teknik sampling yang termasuk dalam probability sampling ini akan

dipilih oleh peneliti dalam pengumpulan data sampel, teknik mana yang paling

sesuai dengan sifat populasinya. Kadang-kadanga peneliti tidak hanya

menggunakan salah satu teknik saja tetapi bisa juga mengkombinasikan

beberapa teknik sampling yang ada untuk keperluan pengumpulan data. Namun

demikian, yang lebih penting bagi para mahasiswa adalah mereka diharapkan

bisa memilih teknik yang benar-benar tepat sesuai dengan sifat dari populasi

penelitiannya. Kesalahan dalam memilih teknik sampling bisa berakibat data

yang terkumpul tidak representative, dan tidak seperti yang diharapkan sehingga

akan mempersulit atau bahkan tidak bisa diolah.

Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknik yang termasuk

dalam kelompok probability sampling dapat dijelaskan dalam tabel 3 yang

disajikan pada halaman 41 berikut ini.

Page 41: Metodologi Penelitian Praktis

41

Tabel 3Kelebihan dan Kekurangan Setiap Teknik

Dalam Kelompok Probability Sampling

No Teknik Sampling Kelebihan Kekurangan

1 Simple Random * mudah diterapkan * butuh daftar anggota

populasi

* butuh waktu lama

* mahal

2 Stratified Random *ukuran sampel dlm strata

terkontrol

* efisien

* menyediakan data utk

analisis tiap strata

* biaya mahal

* kesalahan makin

besar jika grup dipilih

pd tingkat berbeda

3 Systematic Random * lebih mudah dan lebih

murah dr pd sampel

random

* butuh daftar anggota

populasi

4 Cluster Sampling * lebih efisien dr pada

simple random

* biaya per sampel lebih

murah

* mudah digunakan tanpa

daftar populasi

* jika karakteristik di

antara kluster tidak

homogen bisa me-

nyebabkan hasil

menjadi bias.

Sedangkan berbagai teknik sampling yang termasuk dalam kelompok Non

Probability Sampling adalah sebagai berikut :

1. Accidental Sampling ( atau sering disebut dengan Convenience

Sampling), adalah teknik sampling dimana cara memilih sampel

ditentukan secara subyektif ( untuk kemudahan ), yakni setiap elemen

populasi yang dijumpai bisa diambil/dijadikan sampel.

Page 42: Metodologi Penelitian Praktis

42

Contoh : penelitian untuk menilai kepuasan nasabah sebuah perbankan

menetapkan 100 orang nasabah sebagai sampel. Untuk

kemudahan dalam pengumpulan data, peneliti bisa mengambil

data ( dengan kuesioner ) dari setiap nasabah yang ia jumpai

ketika peneliti itu datang ke bank yang dijadikan obyek

penelitian.

2. Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan

pada karakteristik populasi yang telah ditetapkan lebih dulu jumlahnya

( ditentukan kuota sampel lebih dulu ).

3. Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel berdasar kreteria

tertentu untuk bisa memberikan informasi secara optimal. Kreteria

yang ditetapkan dalam teknik ini disesuaikan dengan keperluan

peneliti.

Contoh : Penelitian tentang kepuasan nasabah perbankan dimuka

ditetapkan kreteria nasabah yang akan dijadikan sampel.

Kreteria itu misalnya :

a. minimal datang ke bank 1 kali sebulan

b. telah menggunakan semua layanan produk perbankan

yang ada

c. sudah menjadi nasabah minimal 1 tahun.

4. Snowball Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dimulai

dengan jumlah kecil dan makin lama makin besar, kemudian

berhenti jika informasi yang dibutuhkan sudah terpenuhi.

Contoh : penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jumlah

penggemar motor gede disebuah Kabupaten dimana mula-mula

peneliti hanya mengenal seorang penggemar (misalnya A),

kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan A diketahui

ada beberapa klub motor gede yakni untuk 1000 cc keatas yang

Page 43: Metodologi Penelitian Praktis

43

diketuai oleh B, dan untuk yang kurang dari 1000 cc yang

diketuai oleh C. Secara bertahap dari B dan C diperoleh

informasi adanya sejumlah anggota di masing-masing klub yang

bisa ditambahkan dalam sample. Penambahan sampel akan

dihentikan jika dirasa informasinya sudah cukup untuk

keperluan analisis.

Ilustrasi dari Snowball sampling dapat disajikan pada gambar 3

berikut ini.

Gambar 3

Snowball Sampling

B1

B

B2

B3

A

C1

C C2

Sampel tahap I C3

Sampel tahap II

Sampel tahap III

Page 44: Metodologi Penelitian Praktis

44

4.2. Penentuan Ukuran Sampel ( Sample Size )

Secara logika dapat dikatakan bahwa penggunaan sampel dalam

jumlah yang semakin besar bisa memberikan data yang semakin lengkap,

sehingga hasil analisis dan keputusan yang dibuat juga semakin baik (

mendekati kenyataan ). Jadi dengan kata lain, semakin banyak jumlah sampel

akan semakin kecil tingkat kesalahan yang mungkin terjadi. Dengan demikian

peneliti sedapat mungkin menentukan jumlah sampel sebanyak-banyaknya

untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun demikian tentu saja tanpa aturan yang

jelas mengenai berapa jumlah sampel yang dianggap dapat mewakili populasi

(representative) akan membingungkan bagi peneliti untuk menentukan ukuran

sampel.

Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel

minimal bagi sebuah penelitian, dimana masing-masing metode digunakan untuk

sifat dan ukuran populasi yang berbeda-beda. Beberapa metode yang bisa

digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal diantaranya adalah :

1. Metode Slovin.

Metodenya Slovin yang pertama digunakan jika ukuran populasi jelas, yakni

jumlah anggota populasi dapat diketahui ( sering dikatakan sebagai populasi

yang teridentifikasi ), menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana n adalah jumlah sampel minimal

N adalah jumlah anggota populasi

e adalah sampling error

Contoh : penelitian yang akan mengukur kinerja karyawan sebuah organisasi

memiliki populasi berupa jumlah karyawan sebanyak 400 orang.

Jika peneliti menetapkan sampling error sebesar 10 %, maka

jumlah sampel minimal dapat dihitung sbb :

N n = ----------

1 + N.e²

Page 45: Metodologi Penelitian Praktis

45

400n = --------------------- = 80 1 + 400 (0,10)²

Jadi jumlah sampel minimal adalah 80 orang karyawan.

2. Metode Interval taksiran.

Metode interval taksiran ini merupakan metodenya Slovin yang kedua, yang

digunakan jika populasi penelitian tidak teridentifikasi atau sering juga disebut

populasi tak terhingga, yakni ukuran populasi yang tidak bisa diketahui jumlah

anggotanya secara jelas/pasti. Penentuan ukuran sanpel dengan metode

interval taksiran ini dilakukan dengan menggunakan rumus :

dimana n adalah jumlah sampel minimal

Z adalah luas daerah pada kurva normal

a adalah standar deviasi ( simpangan baku ) dari populasi. Dalam

hal ini karena ukuran populasinya tidak jelas, maka simpangan

baku diasumsikan sebesar 50 %, sehingga a = 0,50

e adalah sampling error

Contoh : penelitian yang bertujuan untuk mengukur kepuasan konsumen

pengguna Handphone merk Nokia di Kota Pekalongan, memiliki

populasi pengguna Nokia yang jumlahnya tidak jelas. Dengan

demikian jika sampling error ditetapkan 5 %, maka sampel minimal

dihitung dengan metode interval taksiran ini sbb :

1,65 ( 0,50 )n = { ------------------ }² = 273

0,05

Jadi jumlah sampel minimal adalah 273 orang.

Za n = { ----- }² e

Page 46: Metodologi Penelitian Praktis

46

3. Metode yang dikembangkan oleh Paul Leedy.

Metode Paul Leedy digunakan jika populasi penelitian merupakan sebuah

proporsi atau bagian dari kelompok populasi lain yang lebih besar

ukurannya, seperti misalnya populasi berupa jumlah keluarga miskin disuatu

daerah, dimana keluarga miskin merupakan bagian dari jumlah KK yang ada

didaerah tersebut. Rumus yang digunakan adalah :

dimana n adalah jumlah sampel minimal

Z adalah luas daerah pada kurva normal

p adalah proporsi pertama dari populasi

q adalah proporsi sisa ( besarnya q = 1 – p )

e adalah sampling error

Contoh : suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan prestasi

akademis mahasiswa Fakultas Ekonomi.Universitas X. Jumlah

seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas X adalah 2000

orang, sedangkan pengamatan dilakukan pada mahasiswa

semester V yang berjumlah 400 orang.

Jika digunakan sampling error 10 %, maka

p = 20 % dan q = 1 – 20 % = 80 %.

1,65Jumlah sampel minimal = { -----------}² ( 20 %) ( 80 % ) = 44

0,10

Jadi jumlah sampel minimal = 44 orang mahasiswa semester V.

Z n = { ------ }² . p . q

e

Page 47: Metodologi Penelitian Praktis

47

4. Metode Gay.

Gay memberikan aturan penentuan jumlah sampel berdasarkan desain

penelitian yang dilakukan, yang dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Untuk penelitian deskriptif, jika populasi berukuran besar dapat

menetapkan sampel minimal 10 % dari populasi; dan jika populasi

berukuran kecil maka sampel minimalnya 20 % dari populasi.

Sebuah populasi dikatakan berukuran besar jika memiliki jumlah

elemen/anggota sebanyak 1000 elemen atau lebih, dan dikatakan

berukuran kecil jika populasi itu memiliki elemen/anggota kurang

dari 1000.

b. Untuk desain penelitian korelasional ditetapkan oleh Gay jumlah

sampel minimalnya adalah sebanyak 30 subyek

c. Untuk penelitian expost vacto atau penelitian yang bersifat kausal

komparatif, ditetapkan jumlah sampel minimal sebanyak 15 subyek

d. Untuk penelitian eksperimental ditetapkan jumlah sampel minimal

sebanyak 15 subyek.

5. Metode Kracjie.

Berbeda dengan metode-metode penentuan jumlah sampel minimal yang

diuraikan dimuka, Kracjie menawarkan sebuah metode penentuan jumlah

sampel dengan sebuah tabel. Tabel yang disusun oleh Kracjie hanya untuk

tingkat toleransi kesalahan atau sampling error sebesar 5 %.

Dengan tabel yang disajikan oleh Kracjie seorang peneliti dengan

mudah bisa mengetahui berapa jumlah sampel minimalnya tanpa harus

menghitung dengan rumus. Hanya saja kelemahan dari metodenya Kracjie ini

selain hanya untuk sampling error 5 % juga ukuran populasi mungkin tidak

sama persis dengan populasi seorang peneliti, sehingga penentuan jumlah

sampelnya juga terkadang tidak persis tepat sesuai dengan tabel yang

disajikan. Tabel ukuran populasi dan sampel dari Kracjie disajikan pada tabel

4 berikut ini.

Page 48: Metodologi Penelitian Praktis

48

Tabel 4

Ukuran Populasi dan Sampel pada α 5 %

N S N S N S N S N S

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

10

14

19

24

28

32

36

40

44

48

52

56

59

63

66

70

73

76

80

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

210

220

230

240

250

260

270

280

290

86

92

97

103

108

113

117

123

127

132

136

140

144

148

152

155

159

162

165

300

320

340

360

380

400

420

440

460

480

500

550

600

650

700

750

800

850

900

169

175

181

186

191

196

201

205

210

214

217

226

234

242

248

254

260

265

269

950

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

1900

2000

2200

2400

2600

2800

3000

3500

4000

274

278

285

291

297

302

306

310

313

317

320

322

327

331

335

338

341

346

351

4500

5000

6000

7000

8000

9000

10000

15000

20000

30000

40000

50000

100000

354

357

361

364

367

368

370

375

377

379

380

381

384

Keterangan : N adalah ukuran populasi

S adalah jumlah sampel

4.3. Ringkasan bab IV.

Sampling adalah salah satu cara pengumpulan data yang biasanya

dipilih oleh peneliti untuk menghindari besarnya kebutuhan anggaran penelitian

jika pengumpulan data dilakukan dengan cara sensus. Oleh karena itu peneliti

Page 49: Metodologi Penelitian Praktis

49

hanya mengambil sebagian dari elemen atau anggota populasi untuk dijadikan

contoh atau sampel dan diselidiki lebih lanjut secara mendalam. Dalam hal ini,

peneliti bisa memilih salah satu teknik sampling atau kombinasi beberapa teknik

sepanjang sesuai dengan sifat populasi penelitiannya, baik yang termasuk dalam

kelompok probability sampling maupun non probability sampling.

Karena dalam cara sampling ini yang diselidiki hanya contoh dari

sebagian anggota populasi, maka agar hasilnya bisa benar-benar

menggambarkan kondisi populasi, jumlah sampel harus reperentatif, dalam arti

jumlahnya mewakili. Untuk menentukan berapa jumlah sampel yang

representative, peneliti bisa menggunakan salah satu metode penentuan jumlah

sampel dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan sifat dan ukuran

populasinya. Penggunaan berbagai metode penentuan sampel pada kelompok

populasi yang tepat dapat diringkas sebagaimana tampak pada tabel 5 berikut

ini.

Tabel 5

Metode Penentuan Sampel dan Sifat Populasi

No Metode Sifat Populasi

1 Slovin Anggota populasi homogen dan jumlahnya

teridentifikasi

2 Interval taksiran Jumlah anggota populasi tidak teridentifikasi

3 Paul Leedy Populasi penelitian merupakan sebuah

proporsi atau bagian dari kelompok populasi

lain yang lebih besar ukurannya

4 Gay Jumlah sampel ditentukan sesuai dengan

desain penelitiannya

5 Kracjie Anggota populasi homogen, jumlahnya

teridentifikasi, dan disajikan dalam tabel

khusus dengan sampling error 5 %

Page 50: Metodologi Penelitian Praktis

50

4.4. Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan apa yang disebut dengan probability sampling dan non

probability sampling !

2. Jelaskan apa alasan bagi seorang peneliti yang memilih teknik non

probability sampling !

3. Metode apa saja yang bisa digunakan untuk menentukan ukuran sampel (

sample size ), dan apa kaitan masing-masing metode dengan sifat

populasi penelitian.

4. jika suatu penelitian memiliki populasi berukuran 300 anggota dan peneliti

menggunakan sampling error sebesar 5 %, tentukan berapa jumlah

sampel minimalnya.

5. Populasi penelitian berupa pasien rawat inap di sebuah Rumah Sakit yang

menempati ruang perawatan dengan jumlah masing-masing sebagai

berikut :

Ruang perawatan Jumlah pasien

V I P 30 orang

Kelas utama 50 orang

Kelas I 80 orang

Kelas II 40 orang

Jumlah 200 orang

a. berdasar data tersebut tentukan jumlah sampel minimal dengan

metode Gay.

b. Hitunglah berapa wakil sampel pada setiap strata ruang perawatan.

Page 51: Metodologi Penelitian Praktis

51

BAB V

USULAN PENELITIAN ( Prpoposal Skripsi )

Sebelum kegiatan penelitian ilmiah dilaksanakan, biasanya didahului

dengan pembuatan usulan penelitian atau yang biasa dikenal dengan proposal

penelitian. Usulan penelitian berfungsi untuk meyakinkan atau memastikan

bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penelitian mulai dari

perencanaan, penetapan rumusan masalah, kesesuaian tujuan penelitian

dengan hipotesis dan alat analisis, data yang diperlukan dan metode

pengumpulannya, instrument penelitian, sampai alat uji hipotesis benar-benar

sudah sesuai dan siap dioperaikan.

Dari usulan penelitian ini orang bisa melakukan penilaian apakah

penelitian yang diajukan memang layak untuk dilaksanakan atau tidak, sehingga

usulan penelitian ini perlu dikaji oleh penelaah yang memiliki kepakaran relevan

untuk memperoeh masukan-masukan guna memperbaiki atau menyempurnakan

rencana penelitian. Penyusunan usulan penelitian mengikuti sistematika yang

memiliki komponen-komponen tertentu, dimana setiap komponen memiliki fungsi

dan peranan masing-masing, serta memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Bab ini akan menjelaskan bagaimana mengembangkan sistematika

dari usulan penelitian, apa fungsi masing-masing komponen dan bagaimana

logika penyusunan setiap komponen, sampai membuat rancangan instrument

penelitian.

Tujuan pembelajaran : Dengan menyelesaikan pokok bahasan ini

mahasiswa diharapkan

1. dapat menyusun Usulan Penelitian (UP) dalam rangka

rencananya untuk melakukan penelitian guna menyususn Skripsi.

2. dapat menyusun instrumen penelitian atau daftar pertanyaan

dengan benar

Page 52: Metodologi Penelitian Praktis

52

5.1. Mengembangkan Sistematika

Pengembangan sistematika penulisan merupakan kebutuhan yang

mutlak dari setiap penyusunan karya ilmiah. Sistematika ini merupakan

rangkuman dari berbagai komponen/unsur yang satu dengan lainnya saling

berkaitan, saling menunjang, saling mengisi, atau saling melengkapi sesuai

dengan fungsi dan kedudukan masing-masing komponen dalam sistematika.

Oleh karena itu, tidak berfungsinya atau terganggunya salah satu komponen

dalam sistematika dapat menyebabkan terhentinya proses secara keseluruhan,

atau setidaknya dapat menimbulkan ketidak-seimbangan atau ketidak-serasian

penyajian karya ilmiah sebagai suatu kesatuan.

Meskipun setiap komponen memiliki perbedaan tingkat vitalitas atau

kontribusinya terhadap sistematika secara keseluruhan, namun sangat penting

artinya bagi pengembangan sistematika itu sendiri. Sebagai suatu kerangka,

sistematika merupakan struktur yang menata dan mengelola berbagai komponen

atau kelompok komponen berdasarkan peranan atau fungsinya. Hal ini tidak

terlepas dari urutan logika dalam mengemukakan materi secara benar sesuai

dengaan relevansinya, sehingga merupakan serentetan sajian yang berangkai

dan meluncur dengan tetap memelihara kejelasan serta ketegasan setiap

komponen serta kaitannya satu dengan yang lain.

Sistematika yang akan disajikan dalam buku ini adalah sebuah

sistematika yang didasarkan pada kebutuhan untuk mencapai tujuan penulisan

karya ilmiah ( dalam bentuk skripsi ) dan tidak ada pretensi bahwa sistematika ini

adalah yang terbaik, tetapi sebuah sistematika yang dianggap bisa mencapai

tujuan penulisan secara optimal.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang disusun berdasarkan

hasil penelitian akan didahului dengan penyusunan Usulan Penelitian (UP), atau

sering disebut dengan Proposal Skripsi. Sistematika yang dikembangkan dalam

menyusun Usulan Penelitian terdiri atas komponen-komponen yang masing-

masing mempunyai fungsi dan peranan berbeda, namun semuanya tetap

merupakan suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

Page 53: Metodologi Penelitian Praktis

53

5.2. Komponen-Komponen Usulan Penelitian

Secara garis besar, komponen-komponen Usulan Penelitian (UP) yang

akan dibuat oleh mahasiswa terdiri atas beberapa hal yang menunjukkan urut-

urutan sebagai berikut :

1. Judul Penelitian

2. Pendahuluan

2.1. Latar Belakang Masalah

2.2. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

2.3. Tujuan Penelitian

2.4. Kegunaan atau Manfaat Penelitian

3. Tinjauan Pustaka

3.1. Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan

3.2. Landasan teori

3.3. Kerangka Pemikiran

3.4. Hipotesis ( kalau ada )

4. Metode Penelitian

4.1. Jenis dan Obyek Penelitian

4.2. Operasionalisasi Variabel

4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik sampling

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.5. Teknik Analisis

5. Daftar Pustaka (sementara)

6. Daftar Pertanyaan (kalau ada)

Setiap komponen dalam UP tersebut mempunyai fungsi dan peranan, dan

penyusunan setiap komponen harus mengikuti logika penyusunan yang benar.

Berikut ini dijelaskan apa fungsi komponen-komponen yang ada dalam UP dan

bagaimana logika penyusunan yang benar.

Page 54: Metodologi Penelitian Praktis

54

5.3. Fungsi dan Logika Penyusunan Komponen-Komponen UP

1. Judul Penelitian

Judul merupakan identitas atau cerminan jiwa secara keseluruhan dari suatu

karya tulis atau karya ilmiah. Oleh karena itu judul hendaknya mempunyai

sifat “menjelaskan diri dan menarik”. Melalui judul pembaca dapat langsung

menduga apa materi atau masalahnya serta kaitan aspek-aspek atau

variabel-variabel dalam karya ilmiah.

Agar suatu judul bisa mencerminkan kaitan dari aspek-aspek dalam

karya ilmiah, maka sebaiknya judul penelitian minimal terdiri atas 2 aspek

atau variabel yang akan dikaitkan, yang dapat mencerminkan interaksi, yakni

dapat saling mempengaruhi, saling berhubungan, saling bertentangan, dan

sebagainya. Perhatikan 3 contoh judul berikut ini.

Contoh 1, Judul yang bersifat mengambang :

“ Pengusaha Kecil”

Contoh 2, judul yang verbalistik :

“Pengusaha Kecil dan Peraturan Baru”

Contoh 3, judul yang berkaitan dan menjelaskan :

“Respon Pengusaha Kecil terhadap Peraturan Baru”, atau

“Pengaruh Peraturan Baru terhadap Pangsa Pasar Pengusaha

Kecil”

2. Pendahuluan.

2.1. Latar belakang Masalah

Faktor pendorong yang menggerakkan seseorang untuk melakukan

penelitian antara lain didasarkan pada suatu permasalahan yang diangkat

oleh peneliti, dimana ia melihat bahwa permasalahan tersebut akan ada

kaitannya dengan suatu proses yang sedang atau akan berlangsung,

sehingga dapat menimbulkan pengaruh terhadap proses tersebut. Faktor-

faktor penggerak ini merupakan suatu dorongan yang melatar-belakangi

mengapa suatu permasalahan dipilih dan diambil oleh seorang peneliti.

Latar Belakang Masalah berisi “justifikasi” terhadap permasalahan

yang diteliti dan yang ditinjau dari segala aspek dalam kaitannya dengan

Page 55: Metodologi Penelitian Praktis

55

tujuan penelitian yang hendak dicapai. Latar Belakang perlu disusun

secara sistematis, terarah, sesuai dengan urutan logika dalam suatu

kerangka sebagai satu kesatuan. Urutan logika itu akan dimulai dari aspek-

aspek yang bersifat umum dan luas ke aspek-aspek yang lebih

khusus/sempit dan bersifat khas.

Agar Latar belakang Masalah bisa menunjukkan justifikasi yang

mengarah pada tujuan penelitian, maka dalam justifikasi yang dikemukakan

hendaknya dilandasi oleh penguasaan materi/teori-teori, permasalahan,

serta metode pendekatan yang mantap.

2.2. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

Identifikasi dan perumusan masalah mempunyai konsekuensi

terhadap relevansi maksud atau tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

kerangka pemikiran, dan metode pendekatan yang digunakan. Apabila

identifikasi permasalahan dilakukan secara cermat dan rinci, kadang-

kadang dapat menjadikan aspek-aspek yang terkait dengan permasalahan

tersebut menjadi sangat luas dan panjang.

Jika dari masalah yang teridentifikasi secara luas tersebut tidak

akan menganalisis semua aspek tetapi hanya mengambil beberapa aspek

saja yang dianggap cukup besar peranannya dalam suatu penelitian saja,

maka peneliti hendaknya membuat pembatasan masalah sesuai dengan

permasalahan yang benar-benar akan diteliti. Kemudian berdasarkan

permasalahan yang sudah dibatasi inilah peneliti membuar rumusan

masalah.

Rumusan masalah harus disusun oleh peneliti agar dalam

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan mempunyai dasar pijak yang jelas,

karena komponen lain dalam sistematika bisa disusun relevan dengan

rumusan masalahnya. Dalam membuat rumusan masalah peneliti dapat

mempertimbangkan beberapa hal sebagaimana telah dijelaskan dalam bab

II dimuka.

Page 56: Metodologi Penelitian Praktis

56

2.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan tindak lanjut dari rumusan

masalah, yang menunjukkan pentingnya suatu penelitian dilakukan. Oleh

karena itu logika penyusunan tujuan penelitian harus mengikuti

konsistensi seperti pada rumusan masalah. Meskipun tujuan penelitian

mencerminkan apa yang menjadi sikap atau perlakuan yang hendak

diambil oleh peneliti , tetapi dalam tujuan ini belum tercermin secara

eksplisit apa manfaat langsung maupun tidak langsung dari penelitian.

2.4. Kegunaan atau Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian menjelaskan sampai seberapa jauh hasil

suatu penelitian dapat diharapkan mempunyai nilai baik nilai guna ilmu

maupun guna laksana. Hal ini penting dilakukan terutama bagi pihak

penyedia dana untuk memperkirakan manfaat langsung maupun tidak

langsung dari hasil penelitian yang dilakukan.

Kegunaan atau manfaat penelitian disusun dengan mengikuti

logika penulisan yang bisa mencerminkan adanya 2 kelompok manfaat

tersebut, yaitu berupa manfaat/kegunaan akademis (guna ilmu) dan

manfaat/kegunaan praktis.

3. Tinjauan Pustaka.

3.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Seorang peneliti perlu mereview hasil penelitian terdahulu untuk

melihat apakah ada aspek yang memberikan kontribusi terhadap penelitian

yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena secara logika, referensi terbaik

bagi sutu penelitian adalah hasil penelitian. Disamping digunakan sebagai

acuan bagi peneliti, hasil penelitian terdahulu perlu disajikan untuk

menghindari adanya dugaan bahwa peneliti melakukan penelitian plagiat atau

duplikasi. Oleh karena itu dalam mencantumkan hasil penelitian terdahulu ini

peneliti disarankan untuk mengemukakan apa persamaan dan perbedaan

Page 57: Metodologi Penelitian Praktis

57

dari penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu yang sudah

dilakukan oleh orang lain.

3.2. Landasan Teori.

Selain menggunakan referensi hasil penelitian terdahulu,

penyusunan karya ilmiah juga wajib menggunakan referensi yang

berasal dari buku-buku teks yang memuat berbagai teori yang relevan

dengan pemecahan masalah. Dengan demikian karya ilmiah yang

disusun bisa memenuhi kaidah akademis, yakni pernyataan-pernyataan

yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada ilmu/teori yang sudab berlaku

secara umum.

Yang perlu diingat oleh peneliti adalah bahwa peneliti hendaknya

hanya menuliskan teori-teori yang relevan dan bermanfaat untuk

memecahkan masalah penelitian saja.

3.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan justifikasi ilmiah terhadap

penelitian yang dilakukan, yang pada hakekatnya merupakan landasan

yang kuat bagi judul yang diambil, yang relevan dengan rumusan

masalahnya, dan relevan dengan metode pendekatan secara global

dalam memperoleh data yang dibutuhkan dan dianalisis sehingga dapat

mendukung tujuan serta kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian.

Kerangka pemikiran berfungsi sebagai tulang punggung penelitian

secara keseleuruhan. Untuk bisa menjadi tulang punggung yang kuat

maka kerangka pemikiran harus didukung oleh teori yang kuat, ditunjang

oleh data yang diperoleh dari berbagai sumber, didukung oleh hasil

penelitian terdahulu, didukung pula oleh saran-sarang dari sumber yang

berkompeten, sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran baru dalam

pendekatannya.

Sebagai tulang punggung penelitian, kerangka pemikiran juga

merupakan bangun konstuksi secara logis ( logical construct ) yang

Page 58: Metodologi Penelitian Praktis

58

menunjukkan kuat/lemahnya penelitian yang dilakukan. Berdasarkan

kerangka pemikiran yang dikemukakan oleh peneliti dapat memberikan

implikasi penilaian orang lain (pembaca) terhadap peneliti, terutama dari

segi :

a. penguasaan materi dan masalah

b. kekuatan landasan teori dan sikap terhadap informasi

penunjang lainnya

c. relevansi aktualitas permasalahan terhadap perkembangan

tuntutan dan tantangan kebutuhan

d. orisinalitas karya ilmiah

Berkaitan dengan orisinalitas suatu karya ilmiah, akan sangat sulit

ditentukan kreterianya untuk mengatakan suatu karya ilmiah itu orisinal

atau tidak, terutama kreteria orisinalitas secara murni. Oleh karena itu

dalam menilai orisinalitas suatu karya ilmiah dapat menggunakan salah

satu dari beberapa kreteria sebagai berikut :

1. kemampuan menganalisis atau meramu berbagai teori dan informasi

penunjang lainnya menjadi sebuah pemikiran baru, implisit dengan

metode pendekatananya

2. responsif terhadap komentar atu saran yang bersifat penyempurnaan

atas kemampuan diri

3. mampu menciptakan sumbangan baru bagi pengembangan IPTEK

4. mampu menciptakan tambahan atau penyempurnaan terhadap

istilah-istilah yang lebih tepat

5. memberikan jembatan untuk merangsang penelitian lanjutan

berdasar masalah baru yang timbul dari implikasi hasil penelitiannya.

Sebagai justifikasi ilmiah, kerangka pemikiran disusun dengan

mengacu pada teori-teori yang relevan dan hasil penelitian terdahulu

yang kemudian dikemukakan konsep-konsep pemikiran sesuai dengan

kemampuan berfikir peneliti. Dengan demikian kerangka pemikiran bisa

diturunkan dari teori dan informasi pendukung lainnya ( termasuk hasil

Page 59: Metodologi Penelitian Praktis

59

penelitian yang relevan ) menjadi urutan logika seperti yang disajikan

pada bagan berikut.

Gambar 4

Menurunkan Logika Berpikir

3.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan pendugaan terhadap suatu pengaruh atau

keterkaitan yang timbul dari permasalahan yang diteliti, yang merupakan

konsep pemikiran atau prakiraan yang secara tentatif dianggap benar.

Oleh karena itu dugaan yang sifatnya masih sementara/tentatif itu perlu

diuji untuk mengetahui apakah dugaan itu diterima atau ditolak. Dalam

pengujian hipotesis peneliti menetapkan tingkat keyakinan atau taraf

nyata ( level of significance ) tertentu. Dengan taraf nyata yang

ditetapkan berarti peneliti mempunyai toleransi kesalahan ( α ) yang

digunakan untuk melakukan pengujian.

Hasil penelitianTerdahulu

Landasan Teori

Kerangka pemikiran

Hipotesis

Page 60: Metodologi Penelitian Praktis

60

4. Metode Penelitian

4.1. Jenis dan Obyek Penelitian

Dalam menyusun karya ilmiah peneliti akan menentukan apa yang

menjadi obyek penelitiannya, termasuk unit yang akan dianalisis. Disini

perlu disebutkan nama obyek, lokasi, dan tingkat unit yang akan

dianalisis. Selain itu berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian, bisa disebutkaqn jenis penelitian yang

digunakan.

4.2.Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel yang akan dikaitkan dan yang tercermin dalam

permasalahan penelitian kemudian akan dioperasikan atau diterapkan.

Dalam operasionalisasi variabel ini akan diuraikan nama, konsep,

indikator, dan pengukuran variabel. Berdasarkan indikator variabel

kemudian peneliti bisa menyusun instrumen penelitian ( daftar

pertanyaan ). Jadi dengan demikian daftar pertanyaan yang disusun

harus benar-benar mewakili indikator variabel penelitian.

Contoh :

Nama variabel : kinerja karyawan

Konsep variabel : kinerja karyawan adalah nilai atas sesuatu pekerjaan

yang sudah dilakukan oleh karyawan.

Indikator variabel : 1. kualitas hasil pekerjaan

2. tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan

3. kerjasama dengan sesama karyawan

4. inisiatif karyawan dalam bekerja

Skala pengukuran : ordinal

Seringkali peneliti menyajikan dalam sebuah tabel dari variabel-variabel

operasional, dengan tujuan lebih sistematis dan mudah dibaca. Jika variabel

operasional akan disajikan dalam tabel, bisa mengikuti format tabel sebagai

berikut.

Page 61: Metodologi Penelitian Praktis

61

Tabel 6

Contoh Penyusunan Konsep dan Indikator Variabel

No Nama

Variabel

Konsep variabel Indikator variabel Skala

pengukuran

1 Produktivitas

kerja

Rasio antara output

pekerjaan seseorang

dibandingkan dengan

input yang digunakan

- jumlah jam kerja

yg digunakan

- jumlah hasil

pekerjaan

Rasio

2 Kualitas

pelayanan

Tingkat pelayanan yg

bisa memuaskan

pengguna jasa

- Tangible

- Reliability

-Responsiveness

-Empathy

-Assurance

Ordinal

4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.

Populasi adalah suatu “universe”, yakni wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan

kemudian ditarik simpulannya. Jadi populasi bukan hanya berupa orang,

tetapi juga bisa berupa benda yang lain. Sedangkan sampel merupakan

sebagian dari elemen/anggota populasi yang akan didata, diamati, dan

kemudian dianalisis untuk memecahkan masalah penelitian.

Pada bab IV telah dijelaskan tentang sampel dan teknik sampling

yang bisa digunakan oleh peneliti, termasuk metode penentuan jumlah

sampelnya. Oleh karena itu disini peneliti tinggal menuliskan saja apa

populasi penelitiannya dan bagaimana sifatnya. Setelah itu peneliti bisa

memilih salah satu metode penentuan jumlah sampel dan teknik

samplingnya.

Page 62: Metodologi Penelitian Praktis

62

4.4. Metode Pengumpulan Data.

Sudah cukup jelas, bahwa dalam penelitian akan digunakan satu

atau beberapa metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Disini

peneliti tinggal menuliskan saja, metode pengumpulan data yang dipilih

dari beberapa metode yang telah dijelaskan dalam bab III buku ini.

4.5. Teknik Analisis

Tuliskan teknik atau metode analisis atau pengolahan data yang

akan digunakan, yang dipilih sesuai dengan rumusan masalahnya,

termasuk pengujian hipotesis yang akan dilakukan.

5. Daftar Pustaka ( cukup jelas )

6. Daftar Pertanyaan ( cukup jelas )

5.3. Menyusun Daftar Pertanyaan ( Instrumen Penelitian )

Daftar pertanyaan (questionnaire) atau yang dibakukan dalam bahasa

Indonesia menjadi kuesioner merupakan suatu alat atau instrumen yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data primer yang bersumber dari

responden yang dijadikan sampel atau unit analisis.

Dalam membuat daftar pertanyaan ini banyak tipe pertanyaan yang bisa

digunakan seperti dicontohkan dibawah ini.

1. Pertanyaan dengan jawaban bebas ( free response ), atau biasa dikenal

dengan istilah pertanyaan terbuka yang biasanya berbentuk esay.

Pertanyaan tipe ini sangat baik digunakan untuk menggali jawaban seluas-

luasnya dari responden, tetapi data yang terkumpul akan sulit diolah.

Contoh : Bagaimana pendapat saudara tentang berlakunya Undang-Undang

tentang Guru dan Dosen ?

2. Pertanyaan dengan jawaban ganda ( multiple choise ), disini responden

diminta memilih salah satu jawaban yang paling tepat. Pertanyaan seperti ini

biasanya digunakan untuk mengekspresikan keperluan untuk memperoleh

data ordinal ( misalnya dengan skala Likerts )

Page 63: Metodologi Penelitian Praktis

63

Contoh : Apakah saudara setuju jika subsidi BBM ditiadakan ?

a. sangat setuju d. kurang setuju

b. setuju e. tidak setuju

c. tidak berpendapat

3. Pertanyaan bertingkat (Open-end question ), yakni suatu pertanyaan

diberikan sebagai lanjutan dari jawaban pertanyaan sebelumnya.

Contoh :

Pertanyaan 1 : Apakah anda setuju dengan kebijakan penghapusan subsidi

BBM ?

Pertanyaan 2 : Berikan alasan dari jawaban anda untuk pertanyaan 1.

Sebagaimana dijelaskan dalam bab-bab terdahulu bahwa pertanyaan

dapat disusun dengan dasar indikator dari variabel-variabel penelitian, maka

dalam menyusun daftar pertanyaan akan mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut ini.

1. menentukan variabel

2. menentukan indikator atau sub indikator setiap variabel

3. membuat pertanyaan dengan dasar indikator atau sub indikator

tersebut.

Sebagai ilustrasi dari langkah-langkah tersebut, dibawah ini diberikan

contoh dalam menyusun pertanyaan sebagai instrumen penelitian yang disajikan

dalam sebuah tabel sebagai berikut.

Page 64: Metodologi Penelitian Praktis

64

Tabel 7

Menurunkan Pertanyaan dari Indikator Variabel

Variabel Indikator Sub Indikator PertanyaanPrestasi kerja

1. Produktivitas

2. Kemandirian

1.1. jam kerja

1.2. hasil kerja

2.1. petunjuk atasan

2.2. bantuan teman

Berapa jam anda bekerja dalam 1 hari?

Berapa output yang anda hasilkan dalam 1 hari ?

Apakah anda selalu menunggu petunjuk atasan dlm bekerja ?

Apakah anda selalu minta bantuan teman sekerja dalam melakukan pekerjaan anda ?

Sebuah instrumen penelitian perlu diuji apakah alat pengumpul data

tersebut bisa diandalkan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian

keandalan instrumen, yang menurut Sevilla ada 5 kreteria keandalan instrumen

yaitu : validitas, reliabilitas, sensitivitas, obyektivitas, dan fisibilitas. Akan tetapi

kreteria yang umum digunakan adalah validitas dan reliabilitas, karena kreteria

yang lain akan terwakili atau terpenuhi dengan teknis membuat pertanyaan yang

baik, valid, dan reliabel. Oleh karena itu hanya pengujian validitas dan reliabilitas

saja yang akan dibahas dalam buku ini.

Validitas

Sebuah instrumen pengumpul data dikatakan valid apabila instrumen

tersebut memiliki kemampuan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Agar suatu penelitian dapat menghasilkan simpulan yang benar, maka instrumen

yang digunakan untuk mengumpulkan data perlu diuji validitasnya lebih dahulu.

Pengujian validitas instrumen dapat berupa :

a. pengujian validitas eksternal, yakni sebuah instrumen dikatakan valid jika

data yang dikumpulkan dengan instrumen tersebut sesuai dengan

Page 65: Metodologi Penelitian Praktis

65

informasi lain mengenai variabel yang dimaksud. Alat uji validitas

eksternal adalah dengan menghitung koefisien korelasi parsial ( korelasi

product moment ).

Contoh :

Jika selama ini orang beranggapan bahwa untuk mengukur kemampuan

berhitung mahasiswa dilihat dari nilai Matematika, maka diantara nilai

ujian Matematika, Statistik, Penganggaran, dan Manajemen Operasional,

manakah yang dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengukur

kemampuan mahasiswa dalam berhitung.

Data nilai ujian 10 orang mahasiswa untuk keempat mata kuliah diatas

adalah sebagai berikut :

Responden Matematika Statistik Penganggaran M. Opersnl

123456789

10

958748768

10

8678497598

7576567685

6776566789

Dengan menggunakan alat uji korelasi product moment diperoleh nilai

koefisien korelasi sbb :

Responden Matematika Statistik Penganggaran M. Operasl

Matematika 1,000

Statistik 0,803 1,000

Penganggaran 0,392 0,504 1,000

M. Operasnl 0,560 0,363 0,056 1,000

Page 66: Metodologi Penelitian Praktis

66

Berdasarkan tabel hasil perhitungan nilai koefisien korelasi diatas

diketahui bahwa nilai korelasi Statistik dengan Matematika adalah yang

paling tinggi ( 0,803 ), dengan demikian Statistik merupakan instrumen

yang paling valid untuk mengukur kemampuan berhitung mahasiswa.

b. Pengujian validitas internal, yakni sebuah instrumen dikatakan valid jika

terdapat konsistensi diantara bagian-bagian dalam instrumen dengan

instrumen itu sendiri secara keseluruhan. Alat uji validitas internal bisa

menggunakan :

b.1. analisis factor, yang dilakukan dengan cara mengelompokkan item-

item pertanyaan menjadi beberapa variabel dengan menggunakan

alat analisis factor

b.2. analisis butir, yang dilakukan dengan cara mengkorelasikan setiap

butir pertanyaan dengan jumlah seluruh butir yang ada dengan alat uji

korelasi product moment.

Hasil pengujian dikatakan valid apabila nilai korelasi setiap butir

pertanyaan terhadap totalitas lebih besar daripada α yang ditetapkan.

5.4.2. Reliabilitas.

Reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya, dalam arti jika instrumen itu digunakan berulang-ulang maka hasil

pengukurannya akan konsisten. Beberapa alat uji reliabilitas diantaranya adalah

dengan rumus Alpha Cronbach dan rumus Spearman-Brown.

Beda dengan uji validitas yang digunakan untuk butir-butir pertanyaan, uji

reliabilitas dilakukan terhadap variabel atau sub atau indicator variabel. Suatu

variabel atau indikatornya dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach atau

Spearman-Brown yang dihitung lebih besar dari α yang ditetapkan. Berikut ini

sebuah contoh ilustrasi pengujian validitas dan reliabilitas suatu variabel yang

memiliki 10 butir pertanyaan.

Page 67: Metodologi Penelitian Praktis

67

Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0,728

0,654

0,694

0,518

0,720

0,643

0,563

0,661

0,642

0,728

0,254

0,254

0,254

0,254

0,254

0,254

0,254

0,254

0,254

0,254

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

valid

Koefisien Alpha

Nilai r tabel

0,8495

0,254

Reliabel

5.4. Ringkasan bab V.

Sebelum seseorang melakukan penelitian, akan didahului dengan

penyusunan sebuah Usulan Penelitian (UP) yang terdiri atas berbagai komponen

dan disusun dengan mengikuti sebuah sistematikaa tertentu. Masing-masing

komponen dalam sistematika memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, saling

menunjang, saling mengisi, dan salaing melengkapi sesuai dengan fungsi dan

kedudukan masing-masing.

Sebagai pelengkap dari Usulan Penelitian, peneliti bisa menyusun daftar

pertanyaan yang berfungsi sebagai instrument penelitian, yaitu alat untuk

mengumpulkan data. Sebagai instrument panelitian, daftar pertanyaan yang

disusun peneliti harus bisa diandalkan. Sebuah instrument penelitian yang

handal adalah yang memenuhi kreteria validitas, reliabilitas, sensitivitas,

obyektivitas, dan fisibilitas. Namun demikian dalam menguji instrumen peneliti

biasanya hanya menguji validitas dan reliabilitas, karena kreteria yang lain bisa

terpenuhi dengan teknik membuat pertanyaan.

Page 68: Metodologi Penelitian Praktis

68

5.5. Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan komponen apa saja yang harus ada dalam Usulan Penelitian

untuk Skripsi

2. “Kerangka Pemikiran” merupakan salah satu komponen penting dalam

UP, yang merupakan landasan ilmiah (logical construct) dan sekaligus

sebagai alat bagi pembaca untuk menilai orisinalitas karya ilmiah.

Jelaskan makna orisinalitas karya ilmiah.

3. Jelaskan bagaimana menurunkan logika berfikir dalam karya ilmiah.

4. Sebagai instrumen penelitian, daftar pertanyaan harus memenuhi syarat

keandalan instrument. Jelaskan bagaimana cara menguji keandalan

instrumen tersebut.

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “pertanyaan terbuka” dan

“pertanyaan tertutup”.

Page 69: Metodologi Penelitian Praktis

69

BAB VI

ANALISIS ATAU PENGOLAHAN DATA

Kegiatan utama dan yang sangat menentukan hasil suatu penelitian

berupa analisis atau pengolahan data. Pengolahan data dimaksudkan agar data-

data yang sudah dikumpulkan bisa bermanfaat baik untuk mengambil keputusan

dalam rangka pemecahan masalah maupun untuk pengujian hipotesis. Peneliti

bisa melakukan pengolahan data dengan program-program komputerisasi yang

sesuai dengan rumusan masalah dan model penelitiannya.

Bab ini menjelaskan bagaimana data-data dianalisis sedemikian rupa,

mulai dari tujuan analisis, langkah-langkahnya, sampai dengan pemilihan model

pendekatan dalam pengolahan data, termasuk pemilihan alat uji hipotesis.

6.1. Tujuan Analisis atau Pengolahan Data

Pengolahan data atau analisis merupakan hal terpenting dalam suatu

penelitian karena dengan melakukan analisis inilah data yang sudah terkumpul

dapat memiliki makna yang sangat bermanfaat bagi pemecahan masalah

penelitian. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan dari kegiatan

pengolahan data atau analisis adalah agar data bisa bermakna bagi pemecahan

masalah penelitian dan/atau pengujian hipotesis.

Dalam kegiatan analisis ini, data mentah yang sudah dikumpulkan dengan

metode-metode tertentu kemudian disusun dalam kelompok-kelompok, diadakan

kategorisasi, dan disaring sedemikian rupa sehingga data tersebut siap untuk

Tujuan pembelajaran : Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini

mahasiswa diharapkan :

1. mengenal langkah-langkah analisis atau pengolahan data

2. dapat memilih alat analisis dan/atau alat uji hipotesis yang tepat

3. dapat melakukan pengolahan data

Page 70: Metodologi Penelitian Praktis

70

diolah agar bisa mempunyai makna untuk menjawab masalah penelitian

dan/atau untuk menguji hipotesis yang diangkat.

6.2. Langkah-Langkah Analisis

Proses pengolahan data akan dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan

efisien dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang secara garis

besar terdiri atas 3 langkah utama yaitu : pertama persiapan atau ceking data,

kedua tabulasi, dan ketiga adalah menerapkan data sesuai dengan pendekatan

analisis yang digunakan untuk tujuan penarikan simpulan hasil penelitian. Ketiga

langkah utama tersebut dapat dijelaskan secara lebih rinci berikut ini.

a. Persiapan atau ceking data.

Sebelum data diolah lebih lanjut, pertama-tama perlu dilakukan

pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran data. Apabila terjadi

kekurang-lengkapan data untuk keperluan analisis, perlu diselidiki lagi

kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan untuk menambah kelengkapan

data, baik dalam arti banyaknya data maupun jenis datanya.

Demikian juga sebelum melakukan pengolahan data perlu diteliti terlebih

dahulu kebenaran dari setiap data yang terkumpul. Kebenaran data menyangkut

kesesuaiannya dalam mendukung kegiatan analisis dalam rangka pengambilan

keputusan tentang pemecahan masalah penelitian maupun dalam rangka

pengujian hipotesis.

Dengan demikian dalam tahap persiapan atau ceking data ini akan

dilakukan kegiatan penyortiran dan penyaringan data sedemikian rupa sehingga

hanya tinggal data-data yang akan terpakai saja yang disiapkan lebih lanjut

untuk diolah dengan metode pendekatan atau alat analisis yang sudah

ditentukan.

b. Tabulasi.

Tabulasi merupakan kegiatan untuk menyiapkan data kedalam tabel-tabel

yang diperlukan untuk mempermudah penerapan metode dalam proses analisis.

Dalam kegiatan tabulasi ini akan dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

Page 71: Metodologi Penelitian Praktis

71

1). Melakukan editing atau mengedit data. Kegiatan mengedit data hamper sama

dengan penyortiran data, tetapi kegiatan editing sifatnya lebih spesifik karena

sealing mengecek data, editing juga meliputi kegiatan untuk memperbaiki

dan/atau melengkapi data.

2). Melakukan coding, yakni pemberian nomor-nomor atau angka-angka yang

berfungsi sebagai kode terhadap kelompok-kelompok data sehingga

memungkinkan bisa memasukkan data yang homogen kedalah kolom yang

sesuai.

3). Verifying, yakni kegiatan untuk mengecek kebenaran dari program-program

yang akan digunakan atau kebenaran dari instruksi-instruksi yang diperlukan

dalam mengoperasikan program tersebut.

4). Membuat worksheet atau lembar kerja, yakni merupakan kegiatan

penyusunan rencana-rencana tabel sebelum diperoleh tabel final.

Tabel-tabel yang dapat disusun oleh peneliti bisa memiliki

beberapa jenis, yaitu :

b) Tabel induk ( master table ), yaitu tabel yang berisi ringkasan semua data

yang bisa ditabelkan, yang digunakan sebagai dasar penyusunan tabel-tabel

lain yang lebih ringkas. Tabel induk ini biasanya berupa lembar kerja (

worksheet ) yang merupakan kegiatan tabulasi tahap pertama.

c) Tabel teks ( text table ), yaitu tabel yang sudah diringkas untuk suatu

keperluan tertentu yang biasanya menyertai keterangan-keterangan atau teks

tentang sesuatu hal. Tabel teks merupakan bagian dari tabel induk yang

isinya singkat/ringkas dan padat.

d) Tabel frekuensi, adalah tabel yang menyajikan tentang banyaknya kejadian

dari sesuatu hal. Tabel frekuensi bisa disajikan dengan angka-angkaa

prosentase (%) yang kemudian disebut “tabel frekuensi relatif”, dan bisa juga

disajikan dengan angka-angka secara kumulatif yang kemudian dikenal

dengan nama “tabel frekuensi kumulatif”.

Page 72: Metodologi Penelitian Praktis

72

c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan analisis.

Pada dasarnya, analisis atau pengolahan data merupakan kegiatan untuk

menguraikan atau menjelaskan data dengan menggunakan model pendekatan

tertentu agar data bisa memberikan makna dan manfaat dalam penelitian.

Dengan begitu peneliti dapat menarik simpulan untuk menunjukkan tingkat

pencapaian tujuan penelitian yang ditetapkan.

Secara rinci, kegiatan pengolahan data akan berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan untuk :

1). Membandingkan atau mengkomparasikan, yang berarti membandingkan dua

hal/variabel atau lebih untuk mengetahui selisih atau rasio.

2). Menguraikan atau mendeskripsikan, yakni memecah suatu totalitas menjadi

bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil agar bisa

mengetahui komponen yang menonjol atau ekstrim, membandingkan satu

komponen dengan yang lain, serta membandingkan satu atau beberapa

komponen terhadap totalitas.

3). Memperkirakan pengaruh secara kuantitatif atas perubahan satu atau

beberapa kejadian terhadap satu atau beberapa kejadian yang lain serta

memprediksikan kejadian-kejadian berikutnya.

6.3. Desain atau Rancangan Analisis

Sebelum peneliti melangkah lebih lanjut dalam kegiatan pengolahan data,

terlebih dahulu perlu dibuat rancangan atau desain analisis sebagai panduan

dalam kegiatan analisis. Oleh karena terdapat berbagai jenis penelitian yang

bisa dilakukan oleh seorang peneliti, maka rancangan analisis yang disusun juga

berlainan sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan.

a. Untuk Penelitian Deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsi atau menerangkan/menjelaskan cirri atau sifat masalah penelitian

agar bisa ditarik simpulan. Karena penelitian deskriptif termasuk dalam jenis

penelitian yang tidak berhipotesis, maka rancangan analisis dapat dilakukan

dengan cara :

Page 73: Metodologi Penelitian Praktis

73

1). Memisahkan data menjadi 2 kelompok yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif.

2). Data kualitatif dijelaskan melalui kalimat-kalimat uraian yang menjelaskan

masalah berdasarkan data yang ada sampai memperoleh simpulan,

sedangkan data kuantitatif diolah lebih lanjut dengan menggunakan

model pendekatan atau alat analisis yang ditentukan

b. Untuk Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif bertujuan untuk menemukan perbedaan dan/atau

persamaan dari 2 atau lebih variabel dalam penelitian serta untuk mengetahui

sebab-sebab perbedaan tersebut.

Jika penelitian komparatif tidak berhiptesis, maka rancangan analisis yang

disusun adalah sebagai berikut.

1). Menetapkan standar-standar atau asumsi-asumsi sebagai alat banding

dalam mengambil keputusan tentang simpulan hasil penelitian

2). Menguji sejauhmana fenomena-fenomena yang ada bisa mencapai

standar yang ditetapkan

3). Menarik simpulan dari pembandingan fenomena terhadap standar atau

asumsi.

Sedangkan jika penelitian komparatif berhipotesis, maka rancangan

analisisnya akan difokuskan pada pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah

dugaan yang dibuat benar atau salah. Hasil pengujian hipotesis inilah yang

digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan atau simpulan hasil

penelitian.

c. Untuk Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat

keterkaitan antar variabel penelitian, baik dalam arti hubungan maupun dalam

arti pengaruh, dan kemudian peneliti akan menilai makna dari keterkaitan

tersebut. Penelitian korelasional termasuk dalam kelompok penelitian

berhipotesis, sehingga rancangan analisis difokuskan pada pengujian hipotesis

penelitian.

Page 74: Metodologi Penelitian Praktis

74

Dalam menguji keterkaitan antar variabel penelitian pada penelitian

korelasional ini bisa digunakan beberapa alat analisis yang berupa analisis

regresi ( untuk menguji pengaruh satu kelompok variabel terhadap kelompok

variabel lain), dan analisis korelasi ( untuk menguji hubungan antar variabel ).

6.4. Teknik-Teknik Statistik dalam Analisis

Statistik memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian, baik

dalam kaitannya dengan penyusunan model, perumusan hipotesis, pengujian

instrumen penelitian, penentuan sampel, maupun dalam kaitannya dengan

analisis data. Statistik juga merupakan bidang ilmu yang akan membantu

meringkas informasi dari data numerik dan pembuatan inferensi tentang suatu

populasi dari informasi yang terdapat dalam sebuah sampel.

Statistik terbagi menjadi 2 yaitu statistik desktiptif dan statistik inferensial.

Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan dan menyajikan secara

ringkas informasi dari sejumlah besar data. Dengan statistik deskriptif data

mentah diubah kedalam suatu bentuk yang dapat memberikan informasi untuk

menggambarkan serangkaian faktor dalam suatu keadaan tertentu seperti

frekuensi, pengukuran tendensi sentral ( mean, median, modus ), pengukuran

disperse ( range, varians, standar deviasi ), serta trend.

Stataistik inferensial dimaksudkan untuk membuat inferensi ( prediksi atau

keputusan ) mengenai sebuah populasi berdasarkan informasi yang terdapat

dalam sebuah sampel. Statistik inferensial dikelompokkan kedalam statistik

parametrik dan statistik non parametrik. Statistik parametrik terbagi lagi kedalam

statistic univariat dan statistik multivariate. Statistik parametrik digunakan jika

memenuhi asumsi bahwa populasi asal sampel didistribusikan secara normal

dari data yang memenuhi skala interval atau skala rasio.

Beberapa teknik statistik inferensial baik parametrik maupun non

parametrik dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

Page 75: Metodologi Penelitian Praktis

75

Tabel 8

Alat Uji Statistik

Statistik non parametrik Statistik parametrik

univariat

Statostik parametric

multivariat

1. sign test

2. Mann-Whitney U test

3. Korelasi Spearman

4. Chi Square

1. t test

2. Z test

3. Korelasi Pearson

4. ANOVA

1. MANOVA

2. Regresi berganda

3. Analisis Faktor

4. Analisis Cluster

5. Analisis Diskriminan

6. LISREL atau SEM *

7. Multi Dimensional

Scalling (MDS)

Keterangan : * LISREL : Linear Structural Relationship

SEM : Structural Equation Models

6.5. Analisis Regresi dan Korelasi

Analisis Regresi dan Korelasi merupakan teknik statistik yang paling

banyak digunakan dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena kebanyakan

peneliti akan melihat keterkaitan antar variabel yang diteliti. Seorang peneliti

harus bisa memilih teknik yang paling sesuai dengan rumusan masalah atau

rumusan hipotesis penelitiannya. Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa teknik

regresi dan korelasi yang biasa digunakan dalam penelitian. Khusus untuk

teknik-teknik korelasi akan disajikan baik untuk kelompok statistik parametrik

maupun statistik non parametrik.

6.5.1. Teknik-Teknik Korelasi

1. Statistik Parametrik

Sebagaimana disebutkan dimuka, statistik parametrik digunakan jika data

berbentuk interval atau rasio dan berdistribusi (didistribusikan) secara normal.

Page 76: Metodologi Penelitian Praktis

76

Beberapa teknik korelasi yang termasuk dalam statistik parametrik ini

diantaranya disebutkan dibawah ini.

a. Korelasi Product Moment

Korelasi Product Moment dikembangkan oleh ahli statistic bernama

Pearson, sehingga korelasi product moment juga sering dikenal dengan korelasi

Pearson, Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan/atau

menguji hipotesis hubungan dua variabel bila kedua variabel tersebut berskala

interval atau rasio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama.

Bentuk umum rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut.

Dimana :

r adalah korelasi antara variabel X dan Y _

x adalah = ( Xi – X ) _

y adalah = ( Yi – Y )

Kemudian setelah dihitung koefisien korelasi product moment, perlu diuji

apakan hubungan yang terjadi diantara dua variabel tersebut signifikan atau

tidak, dengan menggunakan uji t ( t test ) yang kemudian nilai t hitung ini

dibandingkan dengan nilai t pada tabel untuk tingkat α yang ditentukan. Rumus

untuk nilai t hitung adalah :

Σ xyr = ---------------- √ ( Σ x² y² )

r √ n – 2t = ------------- √ 1 - r²

Page 77: Metodologi Penelitian Praktis

77

b. Korelasi Parsial

Korelasi parsial digunakan jika peneliti bermaksud menganalisis

hubungan atau pengaruh antara variabel independent terhadap variabel

dependen. Korelasi parsial adalah angka atau nilai yang menunjukkan arah dan

kuatnya hubungan antara dua variabel. Jika dalam penelitian terdapat beberapa

variabel independent maka korelasi parsial mengukur kuatnya hubungan antara

setiap variabel independent secara parsial dengan variabel dependennya.

Nilai korelasi parsial dapat ditentukan atau dihitung dengan menggunakan

rumus korelasi product moment sebagaimana dijelaskan pada poin a diatas.

c. Korelasi Ganda

Korelasi ganda ( multiple correlation ) merupakan angka atau nilai

yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih

secara bersama-sama atau secara simultan dengan variabel lain. Jika misalnya

dalam sebuah penelitian terdapat 2 variabel bebas ( X1 dan X2 ) serta 1 variabel

terikat Y, maka rumus korelasi ganda adalah :

Dimana Ryx1x2 adalah korelasi antara X1 dan X2 secara bersama dengan Y

ryx1 adalah korelasi parsial antara X1 dengan Y

ryx2 adalah korelasi parsial antara X2 dengan Y

r x1x2 adalah korelasi antara X1 dengan X2

2. Statistik Non Parametrik

Berbeda dengan statistik parametrik yang digunakan jika data berbentuk

interval atau rasio dan berdistribusi (didistribusikan) secara normal, dalam

statistik non parametrik datanya tidak harus interval atau rasio tetapi bisa data

r² yx1 + r² yx2 – 2ryx1 ryx2 rx1x2Ryx1x2 = 1 - r² x1x2

Page 78: Metodologi Penelitian Praktis

78

nominal atau ordinal. Beberapa teknik korelasi yang termasuk dalam statistik

non parametrik ini diantaranya adalah :

a. Koefisien kontingensi

Koefisien kontingensi digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel

bila datanya berbentuk nominal. Teknik ini memiliki kaitan erat dengan teknik Chi

Square atau Chi kuadrat yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif

lebih dari 2 sampel yang independent. Oleh karena itu rumus yang digunakan

mengandung unsur Chi kuadrat, yaitu :

Sedangkan harga dari X² dihitung dengan rumus :

r k ( OPij + Eij )²X² = Σ Σ -----------------

I=1 j=1 EPij

b. Korelasi Rank (Jenjang) Spearman

Pada korelasi product moment sumber data untuk variabel yang

dikorelasikan adalah sama dan berbentuk interval atau rasio serta variabel-

variabel tersebut membentuk distribusi normal, maka pada korelasi Rank dari

Spearman ini sumber data dari variabel yang akan dikorelasikan bisa berasal

dari sumber yang berbeda dengan jenis data adalah ordinal dan variabel-variabel

itu tidak harus berdistribusi normal. Jadi korelasi Rank (jenjang) dari Spearman

ini bekerja dengan data ordinal dan bebas distribusi.

Untuk menghitung nilai atau koefisien korelasi Spearman dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

X² C = ------------ N + X²

Page 79: Metodologi Penelitian Praktis

79

Dimana ρ (rho) adalah koefisien korelasi Rank Spearman

Kemudian setelah dihitung koefisien korelasi Rank dari Spearman ini,

perlu diuji apakan hubungan yang terjadi diantara dua variabel tersebut signifikan

atau tidak, dengan menggunakan uji Z ( Z test ) yang kemudian nilai Z hitung ini

dibandingkan dengan nilai Z pada tabel untuk tingkat α yang ditentukan. Rumus

untuk nilai Z hitung adalah :

6.5.2. Teknik-Teknik Regresi

Dalam memecahkan masalah penelitian, antara korelasi dan regresi

mempunyai hubungan atau keterkaitan yang sangat erat karena setiap regresi

pasti ada korelasinya. Oleh karena itu dalam penelitian yang menggunakan

teknik analisis regresi biasanya akan dilanjutkan dengan menghitung

korelasinya.

Analisis regresi digunakan jika peneliti akan mengetahui apakah variabel

dependen dapat diprediksi melalui variabel independent, atau dengan kata lain

jika peneliti ingin melihat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel

dependen maka teknik analisis yang tepat adalah dengan analisis regresi ini.

Analisis regresi merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan, dan

menggunakan persamaan tersebut untuk membuat prediksi atau perkiraan. Sifat

6 Σ bi²ρ = 1 - -------------- n ( n² - 1 )

ρ Zh = ------------- 1 ------------- √ n – 1

Page 80: Metodologi Penelitian Praktis

80

hubungan antar variable dalam persamaan regeresi merupakan hubungan

sebab-akibat ( causal relationship ), sehingga sebelum menggunakan

persamaan regresi perlu diyakini terlebih dahulu bahwa secarateoritis dua atau

lebih variable memiliki hubungan sebab-akibat. Beberapa teknik regresi akan

dijelaskan dibawah ini.

a. Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana didasarkan pada adanya hubungan atau

keterkaitan secara fungsional maupun kausan antara satu variabel independent

dengan satu variabel dependen. Regresi sederhana memiliki bentuk persamaan

sebagai berikut.

Dimana : Y adalah variabel dependen yang akan diprediksi

a adalah bilangan konstan ( nilai Y bila X = 0 )

b adalah koefisien arah atau koefisien regresi

X adalah variabel independent

Dengan persamaan regresi sederhana yang dituliskan dimuka maka

model penelitian yang akan menggunakan teknik analisis regresi sederhana

dapat digambarkan seperti berikut ini.

Kemudian untuk mencari nilai a dan b dari persamaan regresi dimuka

dapat digunakan bantuan rumus-rumus berikut ini.

Y = a + b X

( Σ Yi )( Σ Xi² ) – ( Σ Xi )( Σ Xi Yi )a = --------------------------------------------- n Σ Xi² - ( Σ Xi )²

X Y

Page 81: Metodologi Penelitian Praktis

81

b. Regresi Linier Berganda

Jika pada regresi sederhana variabel prediktor (independen) hanya terdiri

atas satu variabel saja, dalam regresi berganda variabel prediktor terdiri atas dua

atau lebih variabel. Dengan demikian prediksi yang dilakukan dapat berupa

pengaruh dari setiap variabel independen secara sendiri-sendiri (parsial) dan

bisa pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependen secara

bersama (simultan).

Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa ( ordinary

least square ) merupakan model regresi yang bisa menghasilkan estimator linier

yang tidak bias dan terbaik, atau dengan kata lain sebuah model regresi

seharusnya memenuhi kreteria “BLUE estimate” ( Best Linier Unbias

Estimator ). Kondisi BLUE estimate ini akan terjadi jika dapat dipenuhi

beberapa asumsi yang dikenal dengan “asumsi klasik regresi”, yang terdiri atas :

a. Data berdistribusi normal (normalitas)

Cara mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat

dilakukan dengan menggunakan “histogram regression” yang sudah

distandarkan, atau menggunakan analisis “chi kuadrat” kolmogorov-

smirnov”. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai kolmogorov-

smirnov Z < Z tabel; atau nilai Asymp. Sig. ( 2- tailed ) > α.

b. Tidak terjadi multikolinier antar variabel (multikolinearitas)

Cara mendeteksi apakan dalam model regresi terdapat gejala multikolinier

atau tidak dapat dilakukan dengan melihat nilai dari “Variance Inflation

Factor (VIF)” dari masing-masing variabel bebas terhadap variable

terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari ( VIF ≤ 10 ), maka model regresi

tidak mengandung unsur multikolinearitas. Selain menggunakan nilai VIF,

n Σ Xi Yi - ( Σ Xi )( Σ Yi )b = ------------------------------------- n Σ Xi² - ( Σ Xi )²

Page 82: Metodologi Penelitian Praktis

82

juga bisa dilihat dari nilai koefisien korelasi antar variabel bebas. Jika

koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas ≥ 0,5 maka model

tersebut tidak mengandung multikolinearitas.

c. Tidak ada gejala heteroskedastis (heteroskedastisitas)

Heteroskedastis menunjukkan adanya varians variabel dalam model yang

tidak konstan. Untuk melihat ada tidaknya gejala heteroskedastisitaas

dalam model regresi bisa digunakan metode Park Gleyser, dimana

apabila nilai probabilitas koefisien regresi masing-masing variabel bebas >

dari nilai α maka didalam model tersebut tidak mengandung unsur

heteroskedastis.

d. Tidak ada gejala autokorelasi

Cara mendeteksi apakah ada gejala autokorelasi diantara variabel

penelitian dapat digunakan metode Durbin-Waston ( uji D-W ).

Analisis data dengan regresi berganda bisa dilakukan secara manual

maupun dengan program komputer yakni SPSS for Windows. Bentuk

persamaan umum regresi berganda adalah :

Dimana : n adalah banyaknya variabel bebas

ε adalah nilai residu

Dengan memperhatikan bentuk hubungan yang tergambarkan dalam

persamaan regresi berganda dimuka maka model penelitian yang dikembangkan

dapat terlihat seperti dibawah ini.

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ……. + bn Xn + ε

Page 83: Metodologi Penelitian Praktis

83

Untuk penyelesaian secara manual, mencari nilai-nilai a, b1, b2, …., bn dapat

digunakan bantuan persamaan-persamaan dibawah ini.

Sedangkan untuk menguji apakah pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat itu berarti atau tidak, dilakukan pengujian dengan menggunakan

tingkat signifikansi tertentu agar variabel bebas dapat memprediksi secara

signifikan atau tidak terhadap variabel terikatnya. Oleh karena dalam regresi

berganda ini terdapat dua bentuk pengaruh atau hubungan yaitu secara parsial

dan secara simultan maka pengujian keberartian pengaruh juga dilakukan untuk

menguji secara parsial dan secara simultan.

Menguji pengaruh secara parsial atau secara individu dari setiap variabel

bebas terhadap variabel terikat dilakukan dengan uji t ( t test ), sedangkan untuk

menguji pengaruh bersama atau simultan dilakukan dengan uji F ( F test ). Nilai t

dan F hitung dapat diketahui dengan menggunakan rumus-rumus sebagai

berikut.

Σ Y = an + b1 Σ X1 + b2 X2 + bn Xn

Σ X1Y = a Σ X1 + b1 Σ X1² + b2 Σ X1X2 + bn Σ X1Xn

Σ X2Y = a Σ X2 + b1 Σ X1X2 + b2 Σ X2² + bn Σ X2Xn

Σ XnY = a Σ Xn + b1 Σ X1Xn + b2X2Xn + bn Σ Xn²

X1

X2

X3

Y

Page 84: Metodologi Penelitian Praktis

84

S adalah simpangan baku ( standar deviasi )

R² adalah koefisien determinasi yang bisa dihitung sebagai berikut :

Apabila penyelesaian model regresi berganda dilakukan dengan

menggunakan program SPSS maka tampilan hasil pengolahan data dengan

program komputer adalah sebagai berikut.

Misalnya suatu penelitian berjudul “Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran

terhadap pangsa Pasar Produk ABC pada Perusahaan DEF”. Hasil

pengolahan analisis regresi berganda dengan program SPSS

menunjukkan hal-hal sebagai berikut.

1). Koefisien :

Coefficientª

Model Unstandarized Standarized t Sig.

coefficient coefficient

β Std error Beta

(constant) - 13,90 2,315 -6,045 ,000

X1 ,583 ,119 ,404 4,884 ,000

X2 ,498 ,147 ,282 3,376 ,001

X3 ,569 ,098 ,482 5,799 ,000

X4 ,261 ,142 ,153 1,842 ,070

bt hit = ------ Sb

R² / (k-1)F hit = ------------------ 1 - R² / (n-k)

_S = 1/(n-1) Σ ( Xi - X )²

Σ ( Y – Ŷ )²R² = 1 - ----------------- Σ ( Y – Ý )²

Page 85: Metodologi Penelitian Praktis

85

Dari tabel koefisien tersebut dapat diketahui bahwa persamaan regresinya

adalah : Y = - 13,90 + 0,583 X1 + 0,489 X2 + 0,569 X3 + 0,261 X4

Dari 4 variabel bauran pemasaran ( bauran produk, bauran harga, bauran

distribusi, dan bauran promosi ) semuanya memberikan pengaruh positif

terhadap pangsa pasar ( semua koefisien regresi bertanda positif ). Selain itu

dilihat dari tingkat signifikansi (Sig) menunjukkan bahwa bauran produk (X1),

bauran harga (X2), dan bauran distribusi (X3) secara parsial berpengaruh secara

signifikan terhadap pangsa pasar (Y) pada α 5 %; sedangkan variabel bauran

promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap pangsa pasar karena tingkat

signifikansinya lebih besar dari 5 %.

2). Tabel ANOVA

ANOVA

Model Sum of Square df Mean Square F Sig

Regression

Residual

Total

232,406

181,808

414,213

4

65

69

58,101

2,797

20,772 ,001

Tabel ini menunjukkan pengujian pengaruh secara simultan dari 4 variabel

bauran pemasaran terhadap pangsa pasar adalah signifikan ( nilai Sig. dibawah

α yang ditentukan yakni 5 % ).

3). Tabel Summary

Model R R Square Ajusted

R square

Std error of

estimate

Durbin -

Watson

1 ,749 ,561 ,534 1,6724 2,053

Page 86: Metodologi Penelitian Praktis

86

Tabel ini menunjukkan :

a. R square = 0,561, berarti bahwa 4 variabel bauran pemasaran dapat

memprediksi atau menentukan pangsa pasar sebesar 56,1 % dan sisanya

adalah variabel error, yakni variabel yang tidak dimasukkan dalam

penelitian seperti : tingkat persaingan, daya beli konsumen, pertumbuhan

industri, permintaan, dan sebagainya.

b. Harga Durbin-Watson berada disekitar nilai 2 berarti tidak terdapat

multikolinieritas ganda diantara 4 variabel bauran pemasaran.

c. Analisis jalur ( Path Analysis )

Analisis jalur merupakan sebuah teknik statistik yang menggambarkan

adanya hubungan atau pengaruh sebab-akibat dari sekelompok variabel bebas

(penyebab) terhadap variabel terikat (akibat). Bentuk hubungan antara variabel

penyebab dan variabel akibat digambarkan dalam sebuah diagram jalur.

X1

X2 Y

X3 ε

X1, X2, dan X3 adalah variabel eksogenus

Y adalah variabel endogenus

ε adalah variabel residu

Selanjutnya prosedur penyelesaian dengan teknik analisis jalur ini akan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

Page 87: Metodologi Penelitian Praktis

87

1). Menghitung korelasi antar variabel

2). Menghitung korelasi antar variabel bebas

3). Menghitung Matriks Inferst korelasi antar variabel bebas

4). Menghitung koefisien jalur

PYX1 C11 C12 C13 C1i RYX1

PYX2 = C21 C22 C23 C2i x RYX2

PYX3 C31 C32 C33 C3i RYX3

PY Ci1 Ci2 Ci3 Cii RYXi

X1 X2 X3 Xi Y

1 rX1X2 rX1X3 rX1Xi rX1Y

Ri = 1 rX2X3 rX2Xi rX2Y

1 rX3Xi rX3Y

1 RxIy

X1 X2 X3 Xi

1 rX1X2 rX1X3 rX1Xi

Ri = 1 rX2X3 rX3Xi

1 rX3Xi

1

X1 X2 X3 Xi

C11 C12 C13 C1i

R1ˉ¹ = C21 C22 C23 C2i

C31 C32 C33 C3i

Page 88: Metodologi Penelitian Praktis

88

5). Menghitung koefisien determinasi

rYX1

rYX2

R²Y (X1, X2, X3, Xi) = { PYX1 PYX2 PYX3 PYXi } x rYX3

rYXi

6). Menghitung koefisien pengaruh dari variabel lain

PYεi = 1 - R²Y ( X1, X2, X3, Xi )

7). Menguji pengaruh secara simultan, dengan menentukan F hitung :

( n – k – 1 ) R²Y ( X1, X2, X3, Xi )F = ------------------------------------------------

k ( 1 - R²Y ) ( X1, X2, X3, Xi )

8). Menguji pengaruh secara parsial dengan menentukan t hitung :

PYXit = --------------------------------

( 1 - R²YXi ) Cii--------------------- ( n – k – 1 )

9). Menghitung pengaruh secara proporsional

a) Pengaruh X1 terhadap Y

Pengaruh X1 langsung : PYX1 . PYX1

Pengaruh X1 melalui X2 : PYX1 . rX1X2 . PYX2

Pengaruh X1 melalui X3 : PYX1 . rX1X3 . PYX3

Total pengaruh X1 -----------------------------

Page 89: Metodologi Penelitian Praktis

89

b) Pengaruh X2 terhadap Y

Pengaruh X2 langsung : PYX2. PYX1

Pengaruh X2 melalui X1 : PYX2 . rX1X2 . PYX1

Pengaruh X2 melalui X3 : PYX2 . rX2X3 . PYX3

Total pengaruh X2 : -----------------------------

c) Pengaruh X3 terhadap Y

Pengaruh X3 langsung : PYX3 . PYX3

Pengaruh X3 melalui X1 : PYX3 . rX1X3 . PYX1

Pengaruh X3 melalui X2 : PYX3 . rX2X3 . PYX2

Pengaruh X3 total : -----------------------------

d. Regresi Intervening dan Regresi moderating

Seringkali dijumpai pada suatu penelitian bahwa dalam hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat bisa muncul variabel lain yang ikut

mempengaruhi hubungan tersebut. Dalam bab III sudah dijelaskan tentang

adanya variabel intervening dan variabel moderating.

Model regresi intervening dan regresi moderating ini dapat diselesaikan

dengan program SPSS yang akan menghasilkan output berupa pengaruh

langsung dan pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening atau variabel

moderating tersebut.

1). Regresi Moderating

Bentuk umum dari persamaan regresi moderating dapat dituliskan sebagai

berikut :

Pengaruh total X1 + pengaruh total X2 + pengaruh total X3 = koefisien

determinasi

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X1X2 + ε

Page 90: Metodologi Penelitian Praktis

90

Dimana b3 merupakan koefisien variabel moderasi.

Untuk penyelesaian dengan program SPSS dilakukan dengan membuka

file untuk regresi moderasi ( moderating regression ). Langkah-langkah

penyelesaian selanjutnya hamper sama dengan regresi berganda.

Contoh : Sebuah penelitian berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Rumah

Makan X terhadap Loyalitas Pelanggan, dengan Kepuasan Sebagai

Variabel Moderating”.

Hipotesis : 1. kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas

2. Kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas

3. Kepuasan memoderasi antara kualitas pelayanan dengan loyalitas

Contoh ini bisa diselesaikan dengan 3 metode yang akan digunakan, yaitu :

a). Uji Interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis

(MRA), yang merupakan aplikasi dari regresi linier yang mengandung

unsure interaksi ( perkalian 2 atau lebih variabel independent )

Uji interaksi dilakukan dengan cara mengalikan data untuk variabel

kualitas pelayanan dengan kepuasan. Jika hasil pengujian terhadap

perkalian tersebut signifikan maka variabel kepuasan memoderasi antara

kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan.

b). Uji Selisih Nilai Mutlak

Uji nilai selisih mutlak dilakukan dengan cara mencari selisih nilai mutlak

terstandarisasi diantara kedua variabel bebas ( kualitas pelayanan dan

kepuasan pelanggan ). Jika selisih nilai mutlak tersebut signifikan maka

variabel kepuasan memoderasi hubungan antara variabel kualitas

pelayanan dengan loyalitas pelanggan.

c). Uji Residual

Uji residual difokuskan pada adanya ketidakcocokan ( lack of fit ) yang

dihasilkan dari deviasi hubungan linier antara variabel kualitas pelayanan

dan kepuasan. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual dalam regresi.

Jika variabel terikat ( loyalitas pelanggan ) diregresikan terhadap nilai

Page 91: Metodologi Penelitian Praktis

91

absolut residual dan hasilnya ternyata signifikan dan negative, maka

dapat disimpulkan terjadi moderasi dalam persamaan regresi tersebut.

2). Regresi Intervening

Dalam sebuah penelitian akan diuji apakah kompetensi seseorang dapat

berpengaruh terhadap karirnya dengan nasib sebagai variabel intervening.

Untuk melihat besarnya pengaruh kompetensi terhadap karir dilihat dari koefisien

regresi terstandarisasi.

Langkah pertama, regresikan kompetensi terhadap karir

Langkah kedua, regresikan kompetensi dan nasib terhadap karir

Langkah ketiga, ujilah hasil kedua langkah regresi tersebut untuk mengetahui

apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.

e. Regresi Logit ( Logistic Regression )

Model keterkaitan diantara variabel-variabel penelitian bisa saja terjadi

bahwa variabel yang diprediksikan atau variabel independennya merupakan

sebuah variabel dichotomous, sedangkan variabel prediktornya atau variabel

dependennya bersifat kuantitatif, kategorisasi, atau kombinasi keduanya. Jika

model keterkaitan yang terjadi seperti ini maka model-model regresi diatas tidak

tepat lagi digunakan, tetapi akan lebih tepat menggunakan model regresi logit

atau regresi logistik ( logctic regression ).

Sebagai contoh, misalnya sebuah penelitian berjudul “Pengaruh tingkat

pendidikan terhadap pemakaian kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur

(PUS)”. Dalam contoh ini maka :

Variabel prediktor atau independent adalah tingkat pendidikan ( berbentuk

kategori ), dan variabel yang diprediksi atau variabel dependennya adalah

pemakaian kontrasepsi ( variabel diskrit dikhotomi ).

Untuk yang memakai kontrasepsi diberi simbol 1

Untuk yang tidak memakai kontrasepsi diberi simbol 0

Page 92: Metodologi Penelitian Praktis

92

Model regresi logit diawali dengan adanya sebuah persamaan atau fungsi

logistik untuk regresi linier sebagai berikut :

Dimana : P adalah estimasi probabilitas

Z adalah variabel predictor

e adalah logaritma dasar ( e = 2,71828…)

Berdasarkan regresi logit awal tersebut maka persamaan regresi logit berganda

dapat dituliskan sebagai berikut.

Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan fungsi-fungsi determinan sebagai

berikut.

atau

f. Analisis Faktor (Factor Analysis )

Analisis faktor adalah sebuah statistik yang digunakan untuk menentukan

beberapa dimensi dasar dari suatu kumpulan besar variabel yang saling

berhubungan. Analisis faktor digunakan apabila antara faktor yang satu dengan

1P = ------------- -z 1 + e

1P = -------------------------------------------------------

- ( a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn ) 1 + e

Logit P = a + b1X1 + b2X2 + ….. + bnXn

PLog -------- = a + b1X1 + b2X2 + ….. + bnXn 1 - P

Page 93: Metodologi Penelitian Praktis

93

yang lainnya terdapat kesamaan, kesinambungan, atau tumpang tindih. Dalam

hal ini akan diuji dengan cara mengkorelasikan jumlah skor pada masing-masing

faktor dengan jumlah skor total. Jika ada seperangkat variabel yang telah

dikorelasikan, maka dengan analisis faktor variabel-variabel tersebut dapat diatur

dan dikurangi sehingga terjadi penyederhanaan jumlah variabel.

Model atau persamaan umum yang digunakan dalam analisis faktor

dapat dirumuskan sebagai berikut.

Xi adalah variabel standar ke i

Aij adalah factor loading atau koefisien regresi berganda dari variabel I

pada factor j

F adalah faktor umum

Vi adalah koefisien standar regresi variabel I pada faktor khusus atau

uniq i

Ui adalah faktor khusus dari variabel i

m adalah jumlah faktor umum

Dalam analisis faktor akan digunakan beberapa konsep sehubungan

dengan proses penyelesaiannya, yang meliputi :

1. Correlation Matrix, digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel

yang hampir tidak mempunyai korelasi dengan variabel lain sehingga bisa

dikeluarkan dari analisis.

2. Barlett’s Test of Spericity, yakni tes statistik yang digunakan untuk menguji

hipotesis bahwa antara variabel-variabel yang ada dalam populasi tidak

saling berhubungan

3. Kaiser-Meijer Olkin, merupakan indeks yang digunakan untuk menguji

ketepatan analisis faktor, dengan nilai-nilai yang tinggi (antara 0,5 s/d 1,0)

menunjukkan bahwa analisis itu tepat

Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 + ………… + AimFm + Vi Ui

Page 94: Metodologi Penelitian Praktis

94

4. Eigen Value, adalah nilai yang mewakili total varians yang dijelaskan oleh

setiap faktor.

5. Loading factor, adalah korelasi sederhana antar variabel dan antar faktor.

Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut, analisis faktor dapat

diselesaikan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut ini.

a. Menyusun matriks korelasi, yang diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang sudah diprediksi tetapi hampir tidak ada korelasinya dengan

faktor lainnya dalam model penelitian untuk dikeluarkan. Dengan matriks

korelasi ini sekaligus dapat diketahui faktor-faktor atau variabel yang bisa

menimbulkan masalah multikolinier, kemudian disatukan dan dipilih salah

satu untuk dianalisis.

b. Menyususn matriks ekstrasi faktor yang digunakan untuk menentukan jumlah

faktor yang diperlukan untuk mewakili data. Dengan melakukan ekstrasi

faktor ini akan diketahui faktor-faktor yang secara empiris dapat mewakili

seperangkat variabel dengan melihat eigen value dari setiap faktor. Semakin

besar eigen value menunjukkan semakin representatif faktor tersebut untuk

mewakili variabel. Nilai eigen value yang baik memiliki batas minimum = 1,00.

c. Melakukan rotasi faktor, yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

baru yang lebih mudah diinterpretasikan, yakni dengan memilih faktor yang

memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,5.

d. Melakukan uji Mann Whitney, digunakan untuk menguji apakah dua

kelompok variabel yang independent telah ditarik dari populasi yang sama,

misalnya antara kelompok pria dan wanita, antara kelompok dengan tingkat

pendidikan yang berbeda, dan sebagainya. Uji Mann Whitney dilakukan

dengan menggunakan rumus :

n2 ( n2 + 1 )Mean : µ = ------------------ 2

Page 95: Metodologi Penelitian Praktis

95

(n1) (n2) ( n1 + n2 + 1 )Dengan deviasi standar σµ = ---------------------------------

12

Dan nilai Z hitung dapat dicari sebagai berikut :

n1 adalah jumlah sampel pertama

n2 adalah jumlah sampel kedua

6.6. Pemilihan Alat Uji Hipotesis.

Sebelum seorang peneliti memilih alat uji hipotesis, terlebih dulu perlu

dipersiapkan langkah apa saja yang akan dilakukan dalam rangka pengujian

hipotesis ini. Secara garis besar kegiatan dalam menguji hipotesis akan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tuliskan hipotesis penelitian

b. Buat rumusan hipotesis

c. Tentukan level of significance atau tingkat kesalahan yang ditoleransi ( α )

d. Pilih alat uji yang sesuai dan lakukan perhitungan dengan alat uji itu

e. Periksa hasil pengujian dan bandingkan dengan α yang ditetapkan

f. Buat simpulan, dengan acuan :

Hipotesis teruji secara signifikan jika Ho salah (ditolak) atau Ha benar

(diterima); dan sebaliknya hipotesis tidak teruji secara signifikan jika Ho

benar (diterima) atau Ha salah (ditolak).

Dalam menguji hipotesis, tentu saja peneliti harus bisa memilih alat uji

statistik yang paling tepat, sesuai dengan rancangan penelitiannya. Oleh karena

secara umum rancangan penelitian berkaitan dengan penelitian deskriptif,

U - UµZ = ------------ σµ

Page 96: Metodologi Penelitian Praktis

96

penelitian komparatif, dan penelitian asosiatif, maka alat uji hipotesis juga

dikaitkan dengan ketiga bentuk hipotesis yang muncul.

Pemilihan alat uji statistik tentu saja disesuaikan dengan bentuk

keterkaitan antar variabel penelitian serta tingkatan data yang akan diuji, apakah

datanya memiliki gejala nominal, ordinal, interval, atau rasio. Berikut ini akan

dijelaskan dengan disertai contoh hipotesisnya dengan penggunaan alat uji

statistik yang sesuai untuk setiap jenis hipotesis.

1. Hipotesis Deskriptif.

Hipotesis deskriptif merupakan sebuah pendugaan tentang nilai suatu

variabel secara mandiri, tidak dikaitkan dengan variabel yang lain.

Contoh : Sebuah lembaga bimbingan belajar membuat pernyataan bahwa

sebanyak 75 % lebih siswa lulusan lembaga tersebut dapat

diterima di Perguruan Tinggi Negeri.

Langkah penyelesaian :

a. Hipotesis : diduga bahwa 75 % lebih siswa lulusan lembaga bimbingan

belajar diterima di perguruan Tinggi Negeri.

b. Rumusan hipotesis :

Ho : U < 0,75

Ha : U ≥ 0,75

c. Tentukan α

d. Pilih alat uji yang sesuai dengan pedoman sebagai berikut :

Tingkatan Data Alat Uji Statistik

Nominal 1. Tes Binomial

2. Chi Square ( 1 sampel )

Ordinal Run test

Interval / Rasio t test ( 1 sampel )

Page 97: Metodologi Penelitian Praktis

97

2. Hipotesis komparatif.

Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan suatu pendugaan

tentang perbedaan nilai dalam dua atau lebih variabel pada sampel yang

berbeda. Dalam hipotesis komparasi ini harus diingat bahwa dua atau lebih

variabel yang akan dikomparasikan itu bisa berkorelasi dan bisa independent.

Contoh : Diduga ada perbedaan kinerja antara karyawan yang memperoleh

fasilitas kendaraan dinas dengan karyawan yang tidak

,memperoleh fasilitas kendaraan dinas.

Penyelesaian :

a. Hipotesis : terdapat perbedaan kinerja antara karyawan yang memperoleh

fasilitas kendaraan dan karyawan yang tidak memperoleh fasilitas

kendaraan

b. Rumusan hipotesis :

Ho : U1 = U2

Ha : U1 ≠ U2

c. Tentukan α

d. Pilih alat uji statistik yang sesuai untuk tingkatan data, jumlah variabel

yang dikomparasikan, dan bentuk keterkaitan antar variabel, dengan

mengikuti pedoman sebagai berikut.

Tingkatan data

Sampel Interval / Rasio Nominal Ordinal

2 sampel a. berkorelasi

b. independen

t test ( 2 sampel )

t test ( 2 sampel )

Mc. Nemar

F testChi Square

Sign testWilcoxonMedian testMann Whitney testKolmogorov Smirnov

K sampela. berkorelasi

b. independen

Anova

Anova

Chi SquareChohran QChi Square

FriedmanAnovaMedian ExtentionKruskal Walls Anova

Page 98: Metodologi Penelitian Praktis

98

3. Hipotesis Asosiatif

Hipotesis asosiatif merupakan sebuah pernyataan yang menunjukkan dugaan

tentang hubungan antara dua atau lebih variabel.

Contoh : Diduga ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan

efektivitas kerja karyawan.

Penyelesaian :

a. Hipotesis : terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan

dengan efektivitas kerja karyawan.

b. Rumusan hipotesis

Ho : r = 0

Ha : r ≠ 0

c. Tentukan α

d. Pilih alat Uji Statistik yang sesuai dengan tingkatan data sebagai berikut.

Tingkatan data Alat Uji Statistik

Nominal Koefisien Kontingensi

Ordinal 1. Rank Spearman

2. Kendal tau

Interval / Rasio 1. Pearson product moment

2. korelasi ganda

3. korelasi parsial

Kreteria Pengujian

Setelah melakukan pengujian hipotesis sampai didapat simpulan hasil

pengujiannya, biasanya peneliti akan melengkapi laporannya dengan

menunjukkan simpulan hasil pengujian hipotesis tersebut pada kurva kreteria

hasil pengujian.

Pada intinya, menentukan kreteria pengujian dilakukan dengan cara

menggambarkan pada sebuah kurva normal sebagai alat penunjuk kreteria

Page 99: Metodologi Penelitian Praktis

99

dengan menggunakan toleransi kesalahan tertentu. Dengan menggunakan kurva

normal, terdapat 2 macam kreteria pengujian hipotesis, yaitu :

1). Uji satu sisi ( one tail test )

Kreteria ini digunakan jika rumusan hipotesis menunjukkan adanya

ketegasan perbedaan dari hipotesis yang akan diuji. Hasil pengujian

diletakkan pada salah satu ujung dari kurva normal.

Misalnya rumusan hipotesisnya adalah :

Ho : µ = 0

Ha : µ > 0

Maka kreteria pengujiannya menggunakan uji satu sisi sebelah kanan

sebagai berikut :

daerah terima Ho

daerah tolak Ho

α

Tetapi jika rumusan hipotesisnya adalah :

H0 : µ = 0

Ha : µ < 0

Maka akan digunakan kreteria uji satu sisi pada ujung kiri kurva sebagai berikut

daerah terima Ho

daerah tolak Ho

α

Page 100: Metodologi Penelitian Praktis

100

2). Uji dua sisi (two tail test )

Kreteria ini digunakan jika rumusan hipotesis tidak menyatakan dengan tegas

dari hipotesis yang akan diuji. Hasil pengujian menggunakan dua ujung dari

kurva normal ( ujung kiri dan ujung kanan sekaligus ).

Misalnya rumusan hipotesisnya adalah :

Ho : r = 0

Ha : r ≠ 0

Maka kreteria pengujiannya menggunakan uji dua sisi, dan α disebar ke

ujung kiri dan ujung kanan kurva masing-masing ½ α. Perhatikan gambar

kreteria pengujian dibawah ini.

daerah

terima Ho

½α ½α

daerah tolak Ho

6.7. Ringkasan bab VI.

Bagian terpenting dalan suatu penelitian adalah analisis atau pengolahan

data, karena tanpa pengolahan data yang sudah terkumpul tidak bisa bermakna

baik dalam pengujian hipotesis maupun dalam pemecahan masalah penelitian.

Pengolahan data dilakukan dengan 3 langkah utama, yaitu ceking data, tabulasi,

dan penerapan data sesuai dengan pendekatan analisis. Dalam mengolah data

perlu disusun rancangan analisis (analysis design), baik untuk penelitian

deskriptif, penelitian komparatif, maupun penelitian korelasional.

Page 101: Metodologi Penelitian Praktis

101

Untuk penelitian-penelitian social-ekonomi, banyak digunakan teknik atau

model analisis dengan regresi dan korelasi dengan berbagai bentuk yang sesuai

dengan model penelitiannya. Model-model regresi dan korelasi yang biasa

digunakan dalam penelitian sosial ekonomi dapat disebutkan sebagai berikut.

Model korelasi yang termasuk dalam statistik parametrik :

a. korelasi product moment

b. korelasi parsial

c. korelasi ganda

Model korelasi yang termasuk dalam statistik non parametrik :

a. koefisien kontingensi

b. korelasi jenjang (rank) Spearman

Beberapa model regresi :

a. regresi linier sederhana

b. regresi linier berganda

c. analisis jalur ( path analysis )

d. regresi intervening

e. regresi moderating

f. regresi logit ( logistic regression )

g. analisis factor

Khusus untuk penggunaan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu

harus dilakukanpengujian apakah model regresi yang digunakan itu memenuhi

kreteria “BLUE estimate” atau tidak. Sebuah regresi yang baik adalah yang bisa

memenuhi kreteria BLUE estimate, sehingga perlu dilakukan pengujian asumsi

regresi (asumsi klasik) yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

Kemudian setelah melakukan analisis dengan model yang sesuai, peneliti

juga harus memilih alat uji hipotesis ( jika penelitiannya berhipotesis ) sesuai

dengan rancangan penelitiannya, apakah termasuk dalam hipotesis deskriptif,

hipotesis komparatif, atau hipotesis asosiatif. Dalam pengujian hipotesis juga

perlu memperhatikan kreteria pengujian yang dipilih sebagai dasar untuk

membuat simpulan hasil pengujian hipotesis.

Page 102: Metodologi Penelitian Praktis

102

6.8. Soal-Soal Latihan.

1. Jelaskan bagaimana langkah-langkah dalam melakukan analisis atau

pengolahan data

2. Jelaskan pula tujuan dari analisis atau pengolahan data

3. Bagaimana rancangan penelitian yang harus dibuat untuk penelitian

deskriptif, untuk penelitian komparatif, dan untuk penelitian korelasional

4. Statistika memiliki peran yang sangat besar dalam penelitian, terutama

berkaitan dengan pengujian instrument dan hipotesis. Statistika sendiri

terdiri atas dua kelompok yaitu statistik parametrik dan statistik non

parametrik. Jelaskan perbedaan dari ke dua kelompok statistic tersebut.

5. Salah satu alat analisis untuk penelitian korelasional adalah regresi linier

berganda. Jelaskan bagaimana rumus umum untuk model regresi linier

berganda, dan gambarkan modelnya.

6. Jika alat analisis yang digunakan adalah regresi, maka secara teori

regresi tersebut harus memenuhi “BLUE estimate” atau asumsi klasik

regresi. Jelaskan apa yang dimaksud dengan BLUE estimate itu.

7. Apa perbedaan anta regresi linier berganda dengan analisis jalur,

jelaskan.

8. Jelaskan bagaimana langkah-langkah dalam pengujian hipotesis

9. Dalam menguji hipotesis, ada pengujian secara parsial dan pengujian

secara simultan. Jelaskan makna dari ke dua jenis pengujian hipotesis

tersebut

10. Untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis, digunakan 2 macam kreteria

pengujian, yaitu yang dinamakan dengan “one tail test” dan “two tail test”.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan one tail test dan two tail test

tersebut.

11. Jika pengolahan data menggunakan program atau software, jelaskan apa

yang harus dipersiapkan oleh peneliti sebelum menggunakan program

12. Salah satu program yang faforit digunakan adalah “Program SPSS”.

Jelaskan kepanjangan dari SPSS dan apa saja yang bisa diselesaikan

dengan SPSS tersebut.

Page 103: Metodologi Penelitian Praktis

103

BAB VII

PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

Kegiatan terakhir yang dilakukan oleh seorang peneliti adalah menulis

laporan hasil penelitian. Berbeda dengan penulisan secara umum, penulisan

hasil penelitian ilmiah dilakukan dengan metode ilmiah. Artinya penulisannya

mengikuti sistematika dan aturan penulisan yang memenuhi kaidah keilmuan,

dalam arti bahasa penulisannya menggunakan bahasa ilmiah, dan substansi

yang ditulis bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Berikut ini akan dijelaskan teknik menulis laporan hasil penelitian dalam

bentuk “skripsi”, sebagai tugas akhir yang harus disusun oleh setiap mahasiswa

yang menempuh program pendidikan Strata Satu (S1). Dalam penulisan skripsi

terdapat sistematika dan teknik penulisan yang biasanya dijadikan pedoman

pada suatu perguruan tinggi.

7.1. Beberapa Acuan Tentang Bahasa Penulisan

Dalam menulis karya ilmiah, unsur bahasa penulisan harus mendapat

perhatian yang cukup agar tidak mengurangi nilai akademis dari karya ilmiah itu

sendiri. Sebuah karya ilmiah yang baik adalah yang memenuhi kaidah efisiensi

dan efektivitas penulisan. Efisiensi berkaitan dengan kehematan penggunaan

kata atau kalimat, dalam arti tidak perlu menulis suatu hal berulang-ulang dan

dengan kalimat yang panjang lebar tetapi justru mengurangi esensi dari karya

ilmiah itu sendiri. Sedangkan efektivitas berkaitan dengan kejelasan makna yang

terkandung dari setiap kalimat yang disusun.

Penulisan dengan bahasa Indonesia yang benar bisa mengacu pada

buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

Tujuan pembelajaran : Dengan menyelesaikan pokok bahasan ini

mahasiswa diharapkan dapat memilih kata atau kalimat yang tepat untuk

melakukan penyusunan skripsi berdasarkan sistematika yang benar.

Page 104: Metodologi Penelitian Praktis

104

Beberapa cuplikan dari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan, yang dianggap penting untuk diperhatikan dalam penulisan

ilmiah diantaranya adalah :

a. Pemakaian huruf miring

1) Untuk menuliskan judul buku, jurnal, majalah dan sebagainya yang

menjadi sumber kutipan.

Misalnya : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Buku Metode Penelitian Bisnis

2). Untuk menulis kata-kata asing ( kecuali yang sudah di “Indonesia” kan )

atau kata/nama ilmiah.

Misalnya : Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling

Pemanfaatan e-commerce dalam dunia bisnis

3). Untuk penegasan atau mengkhususkan huruf, suku kata, atau kelompok

kata.

Misalnya : Huruf pertama kata abad adalah a

Bab ini tidak membahas kajian pustaka

Responden minta kerahasiaan data pribadi

b. Pemakaian kata depan ( di, ke, dari )

Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali dalam

penggabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti : kepada,

daripada, barangkali.

Misalnya : Komputer itu ditaruh di sini

Di mana ada semut, di situ ada gula

Ramalan penjualan satu tahun ke depan

Anggaran disusun lebih besar dari semestinya

Perhatikan : Masyarakat percaya sepenuhnya kepadanya

Manajer baru keluar sebentar

IPK Mawar lebih baik daripada Melati

Page 105: Metodologi Penelitian Praktis

105

c. Penulisan kata serapan

Banyak kata Indonesia yang berasal dari serapan kata asing dan

kemudian sudah dijadikan kata baku Indonesia. Perhatikan contoh-contoh

berikut.

* Kata diakhiri huruf ief atau ive menjadi -if

Effective, effectief, menjadi efektif

Objective, objectief, menjadi objektif

* Kata diakhiri huruf ic, ics, ica, ique menjadi -ik, -ika

Public menjadi publik

Logic, logica menjadi logika

Technique menjadi teknik

* Kata diakhiri isch, ic, menjadi -ik

Mechanisch menjadi mekanik

Electronic menjadi elektronik

* Kata diakhiri ical, menjadi –is

Economical menjadi ekonomis

Practical menjadi praktis

Logical menjadi logis

d. Tanda Baca

* Tanda titik (.) dipakai pada akhir dari singkatan gelar, pangkat, jabatan, dan

sapaan.

Misalnya : Dr. (Doktor)

dr. (Dokter)

Ir. (Insinyur)

M.S / M.Si ( Magister Sains atau Master of Science )

M.B.A. ( Master of Business Administration )

Prof. (Profesor)

Yth. ( Yang terhormat )

Sdr. (Saudara)

Page 106: Metodologi Penelitian Praktis

106

* Tanda koma (,) dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan

kalimat setara berikutnya yang didahului kata : tetapi, melainkan.

Misalnya : - Inflasi diprediksi akan turun, tetapi yang terjadi justru naik

- Penelitian ini bukan penelitian deskriptif, melainkan penelitian

eksploratif.

Selain beberapa cuplikan dari buku pedoman tersebut, dalam menulis

karya ilmiah juga harus memperhatikan etika penulisan, dimana sebagai warga

Negara yang baik kita harus menghormati bahasa kita yaitu Bahasa Indonesia.

Oleh karena itu dalam menuliskan istilah-istilah asing atau berbahasa asing,

harus dituliskan istilah dalam bahasa Indonesia lebih dulu, baru istilah asing

didalam tanda kurung.

Misalnya dalam skripsi yang disusun, mahasiswa akan menulis kalimat

“liquidity ratio digunakan untuk mengukur …………………”

Penulisan yang etis adalah :

“Rasio likuiditas ( liquidity ratio ) digunakan untuk mengukur …………………. “.

7.2. Sistematika Skripsi

Meskipun masalah menulis berkaitan dengan “selera”, namun dalam

menulis karya ilmiah perlu dibuat sistematika yang secara umum dianggap

memenuhi kaidak akademis. Demikian pula dalam penulisan skripsi, perlu

dikembangkan suatu sistematika agar mahasiswa mempunyai panduan dalam

menulis skripsi.

Secara garis besar skripsi terdiri atas 3 bagian utama yaitu : bagian awal

skripsi ( front matter ), bagian isi atau tubuh skripsi ( main body ), dan bagian

akhir skripsi ( reference section ). Sistematika skripsi merupakan penjabaran dari

ketiga bagian tersebut dan akan dijelaskan lebih lanjut pada bab ini.

Bagian awal skripsi ( front matter ) berisi segala sesuatu yang diperlukan

untuk bisa mengantarkan pembaca kepada isi skripsi, biasanya memuat :

1. Halaman Judul

Page 107: Metodologi Penelitian Praktis

107

2. Halaman pengesahan ( Tanda Persetujuan Skripsi )

3. Surat Pernyataan Keaslian Skripsi (bermeterai)

4. Abstraksi

5. Halaman motto atau Kata Persembahan ( kalau ada )

6. Kata Pengantar

7. Daftar Isi

8. Daftar Tabel ( kalau ada )

9. Daftar Gambar ( kalau ada )

10.Daftar Lampiran ( kalau ada )

Bagian isi atau tubuh skripsi ( main body ), terdiri atas bab-bab yang perlu

disajikan dalam laporan penelitian berbentuk skripsi, yang terdiri atas 6 bab

sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi Latar belakang Masalah; Identifikasi,

Pembatasan, dan Perumusan Masalah; Tujuan penelitian; dan

Kegunaan atau Manfaat Penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini memuat Penelitian terdahulu yang relevan;

Teori-Teori yang melandasi; Kerangka Pemikiran Teoritis; dan Hipotesis

( kalau ada )

Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi Jenis dan Obyek Penelitian;

Operasionalisasi variabel; Populasi dan sampel; Metode Pengumpulan

Data; Teknik Analisis ( termasuk pengujian hipotesis )

Bab IV Gambaran Umum Obyek Penelitian, memuat identitas dari obyek yang

diteliti seperti sejarah perkembangan obyek, lokasi, organisasi,

personalia, aspek produksi, aspek pemasaran, dan sebagainya.

Bab V Analisis dan Pembahasan. Bab ini memuat uraian secara rinci tentang

proses dan prosedur pemecahan masalah atau pengolahan data dan

pengujian hipotesis hingga diketahui hasilnya.

Bab VI Simpulan dan Saran. Simpulan hasil penelitian bisa berupa simpulan

secara umum dari hasil pengamatan pada obyek, dan simpulan khusus

dari hasil analisis atau pengujian hipotesis. Sedangkan saran dibuat

Page 108: Metodologi Penelitian Praktis

108

sebagai tindak lanjut dari simpulan; artinya saran boleh diberikan

terhadap sesuatu yang sudah disimpulkan lebih dulu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para peneliti dalam

membuat simpulan ini diantaranya adalah :

a. Simpulan harus merupakan jawaban dari hipotesis.

Jika hipotesis merupakan dugaan pembenar sementara atas

rumusan masalah penelitian, maka simpulan yang dibuat harus

menunjukkan adanya relevansi dengan rumusan masalah dan

hipotesis. Jika penelitian tidak berhipotesis maka simpulan

seharusnya menunjukkan intisari hasil pemecahan masalah.

b. Simpulan dibuat secara jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan

penafsiran yang berbeda-beda dari pembaca

c. Simpulan hendaknya dinyatakan dengan singkat tetapi padat, dalam

arti tidak terjadi pengulangan kalimat-kalimat yang sudah dituliskan

dalam analisis atau pembahasan.

d. Simpulan yang disusun harus didasarkan pada data yang akurat dan

telah diolah dengan metode yang tepat sehingga tidak mengandung

unsur subyektivitas.

e. Dalam membuat simpulan sebaiknya dihindari penulisan angka-

angka statistik karena hal itu sudah dituliskan dalam bab analisis.

Dengan demikian dalam simpulan ini hanya menuliskan hasil ujinya

saja.

f. Sebaiknya menghindari simpulan yang berupa pesanan baik dari

pihak sponsor maupun dari pemilik obyek yang diteliti.

Bagian akhir skripsi ( reference Section ), merupakan bagian yang

diperlukan sebagai penjelas atau pelengkap yang diperlukan sehubungan

dengan penyusunan skripsi, yang bisa berisi Daftar Pustaka dan Lampiran-

Lampiran yang perlu.

Page 109: Metodologi Penelitian Praktis

109

7.3. Penulisan Sumber Pustaka

Menuliskan sumber pustaka merupakan suatu keharusan dalam menulis

karya ilmiah karena berkaitan dengan etika penulisan dimana penulis harus

menghormati orang lain yang karyanya telah dikutip atau diacu dalam menyusun

skripsi. Penulisan sumber pustaka terdiri atas 2 kelompok yaitu menulis sumber

kutipan dalam kalimat-kalimat uraian yang ada kutipannya; dan dalam bentuk

daftar pustaka.

Jika menuliskan sumber kutipan dalam kalimat-kalimat uraian yang

memuat kutipan, yang kita tuliskan adalah nama penuis, tahun, dan halaman

yang dikutip. Sumber kutipan bisa diletakkan di awal kalimat, di tengah, atau di

belakang kalimat kutipan. Tata cara penulisan sumber pustaka akan dijelaskan

lebih rinci disertai dengan contoh pada bagian teknik penulisan secara umum

berikut ini.

7.4. Teknik Penulisan Umum

Dalam menulis karya ilmiah (skripsi), penulis diharuskan mengikuti

petunjuk atau pedoman umum penulisan yang ditentukan oleh lembaga atau

Perguruan Tinggi tempat penulis berada. Meskipun demikian dalam bab ini akan

dijelaskan teknik penulisan karya ilmiah yang secara umum digunakan oleh

perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

Beberapa pedoman umum dalam penulisan karya ilmiah (skripsi) adalah

sebagai berikut :

1. Jenis kertas yang digunakan adalah kertas putih bersih jenis HVS dengan

tebal 70 atau 80 gram, berukuran kuarto ( A4 ). Pemakaian kertas diluar

ketentuan ini diperbolehkan untuk keperluan-keperluan khusus seperti

pembuatan tabel, gambar, dan sebagainya.

2. Tipe huruf yang digunakan adalah huruf standar ( ukuran font : 12 )

dengan model huruf Roman atau sejenisnya berwarna hitam.

3. Jarak baris menggunakan spasi ganda ( 2 spasi ) dengan pengaturan

ruang ketikan dibatasi oleh marjin tepi kertas sebagai berikut :

marjin kiri dan atas kertas masing-masing 4 Cm

Page 110: Metodologi Penelitian Praktis

110

marjin kanan dan bawah masing-masing 3 Cm

4. Pemberian nomor halaman menggunakan ketentuan sebagai berikut :

a. Bagian awal skripsi diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil

( i; ii; iii; dan seterusnya )

b. Bagian isi skripsi diberi nomor halaman dengan angka Arab ( 1; 2; 3;

dan seterusnya )

c. Bagian akhir skripsi diberi nomor halaman dengan angka Arab dan

meneruskan nomor halaman bagian isi skripsi.

d. Nomor halaman diletakkan di ruas kanan atas ruang ketikan sejajar

dengan marjin kanan, sedangkan untuk halaman-halaman yang ada

judul bab nya, nomor halaman diketakkan di tengah-bawah ruang

ketikan, sejajar dengan marjin bawah.

5. Pemberian nomor bab, sub bab, bagian, sub bagian, dan seterusnya

mengikuti aturan sebagai berikut :

Bab dan Bagiannya Penomoran

Bab I; II; III; dst

Sub Bab 1.1.’ 1.2.; 1.3.; dst

Bagian 1.; 2.; 3.; dst

Sub Bagian a.; b.; c.; dst

Seksi 1).; 2).; 3). Dst

Sub Seksi a).; b).; c). dst

6. Judul bab ditulis dengan huruf capital, diletakkan ditengah-tengah ruang

ketikan, dan dicetak tebal (bold). Sedangkan sub judul ditulis dengan

huruf besar pada setiap inisial atau huruf awal setiap kata dan dicetak

tebal.

7. Pengetikan judul tabel atau judul gambar diletakkan ditengah atas tabel

atau gambar dan diberi nonor tabel atau gambar yang menunjuk bab nya.

Dibawah tabel atau gambar dicantumkan sumber nya, kecuali untuk tabel

olahan atau analisis.

Page 111: Metodologi Penelitian Praktis

111

Contoh : untuk menuliskan tabel pertama yang ada pada bab IV,

dituliskan sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Data Personalia Perusahaan

Nomor Bagian Jumlah orang

1

2

3

4

Administrasi umum

Keuangan

Produksi

Supervisi

20

5

80

10

J u m l a h 115

Sumber : data primer

8. Penulisan sumber kutipan dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Jika nama penulis diletakkan di awal kalimat

“Menurut Suharsimi Arikunto ( 1997 : 8 ) terdapat banyak ragam

penelitian ,……………………… “

b. jika nama penulis diletakkan di tengah kalimat

“……............ Ditemukan oleh Diers ( 1963 : 45 ) , di dalam

………………… “

c. Jika nama penulis diletakkan di akhir kalimat

“ Strategi penetapan harga ……………… ( Cravens, 2003 : 52 )”

d. Jika penulis dua orang, maka dua-duanya dituliskan

e. Jika penulis lebih dari 2 orang :

“Rosen, et al, 1994 : 15 ) ……… menyebutkan bahwa ………….. “

“Ridwan, dkk, 2004 : 42 ) menyatakan bahwa pengujian ………… “

f. Jika mengacu dari sumber ke dua :

“Menurut Keynes ( dalam Sudiono, 1995 : 22 ) pengeluaran konsumsi

merupakan ……….. “

Page 112: Metodologi Penelitian Praktis

112

9. Penulisan daftar pustaka mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. penulisan berurutan mulai dari nama pengarang, tahun, judul buku atau

tulisan, penerbit, dan kota terbit. Judul buku atau karangan dicetak

miring ( model italic )

b. daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan nama pengarang

dengan ketentuan :

1). untuk nama asing ditulis nama belakang ( last name ) lebih dulu,

baru nama depan atau nama diri ( first name )

2). untuk nama Indonesia jika tahu persis ada nama marga

dibelakang nama diri, maka penulisannya nama belakang lebih

dulu, tetapi jika tidak ada nama marga, penulisannya tidak

dibalik

3). gelar atau tiel tidak perlu ditulis

4). jika penulisan tidak cukup dalam satu baris, maka baris kedua

dan seterusnya ditulis masuk kedalam 7 ketukan untuk

menegaskan beda antara satu pustaka dengan pustaka yang

lain

5). daftar pustaka tidak perlu diberi nomor urut

6). daftar pustaka ditulis dengan spasi tunggal

7). jika bahan pustaka tidak ada nama pengarangnya ( misalnya

berupa Undang-Undang atau peraturan ) bisa dituliskan paling

akhir dengan cara mengganti nama penulis dengan tanda

………….. , atau boleh dituliskan pertama dengan mengganti

nama dengan “Anonim”.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Ariff, mohammed and Lester, W. Johnson, 1990. Securities

Market and Stock Pricing; Evidence form a Developing

Capital Market in ASIA, Singapore; longmaan

Page 113: Metodologi Penelitian Praktis

113

Husein Umar, 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis

Bisnis ; PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, cetakan

ketiga.

Husein Umar,2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen;

PT. Gramedia Pustaka Utama, jakarta

Sekaran, Uma, 2000. Research Method for Business, a Skill

Building Approach ; John Willey and Sons Inc. third

edition.

…………., 2003. Complete List Of test. (On-Line). Available

http://www. Psychotests.com

10.Abstraksi ditulis dengan spasi tunggal dengan panjang tulisan maksimum

200 kata ( setara dengan 1 halaman kuarto ), dan diutamakan dengan

menggunakan bahasa Inggris jika karya ilmiah ditulis dalam bahasa

Indonesia.

11.Sampul skripsi atau cover menggunakan kertas karton tebal (hard cover)

dengan warna sampul dan warna tulisan yang ditetapkan oleh program

studi atau perguruan tinggi yang bersangkutan.

Page 114: Metodologi Penelitian Praktis

114

DAFTAR PUSTAKA

Budi Purwadi, 2000. Riset Pemasaran, Aplikasinya dalam Bauran Pemasaran;

PT. Grasindo, Jakarta

Djarwanto, PS dan Pangestu Subagyo, 1998. Statistik Induktif; penerbit BPFE

Yogyakarta

Fandi Tjiptono, dkk, 2004. Marketing Scales, Andi Offset, Yogyakarta

Gujarati, Damodar, 1995. Basic Econometrics; Prentice Hall. New Jersey,

International Edition

Harun Al-Rasyid, Analisis Jalur ( Path Analysis ); LP3E Fakultas Ekonomi

Universitas Padjadjaran, bandung

Husein Umar, 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis; PT.

Grafindo, Jakarta

Husein Umar, 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa; Ghalia Indonesia,

Jakarta

Imam Ghozali, 2001. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS; Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

J. Supranto, 1986. Metode Riset, Aplikasinya dalam Pemasaran; Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

J. Supranto, 1997. Pengukuran Kepuasan Pelanggan; Rineka Cipta, Jakarta

J. Supranto, 2001. Teknik Riset Pemasaran dan Ramalan Penjualan; Rineka

Cipta, Jakarta, cetakan kedua

Moh. Nazir, 1988. Metode Penelitian; Ghalia Indonesia, Jakarta, cetakan ketiga

M. Sudradjat, SW, 1985. Statistika Non Parametrik; penerbit Armico, Bandung

Retherford,Robert D. and Kim Choe, Minja, 1993. Statistical Models for Causal

analysis; john Wiley & Sons Inc. Singapore

Sekaran, Uma; 2000. Research Method for Business; John Willey and Sons.

Inc., Singapore

Sidney Siegel, 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial; PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Page 115: Metodologi Penelitian Praktis

115

Sri Sularso, 2003. Metode penelitian Akuntansi, Sebuah Pendekatan Replikasi,

BPFE Yogyakarta

Sugiyono dan Ari Wibowo, 2001. Statistika Penelitian dan Aplikasinya Dengan

SPSS for Window; Alfabeta, Bandung

Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian; Alfabeta, bandung

Suharsimi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian; Rineka Cipta, Jakarta

Suliyanto, 2006. Metode Riset Bisnis; Andi Offset, Yogyakarta.

_______; Keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

KEP/25/M.PAN/2/2004; tentang Pedoman Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.