metodologi kkg - revisi 2010

67

Upload: ahmad-dhaifullah

Post on 15-Feb-2015

52 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metodologi KKG - Revisi 2010

 

Page 2: Metodologi KKG - Revisi 2010

 

Page 3: Metodologi KKG - Revisi 2010

 

Penulis Teuku Alamsyah

Endah Ariani Madusari Evi Dihanti

Penyunting

Elita Burhanuddin

Pereviu Salam

Evi Dihanti Teuku Hasanuddin

Mudini

Page 4: Metodologi KKG - Revisi 2010

  i

KATA PENGANTAR

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bahasa memiliki tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas guru bahasa, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam rangka memperbaiki mutu dan profesionalitas mereka, PPPPTK Bahasa berperan serta secara aktif dalam proyek Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Sebagai suatu lembaga yang dikelola secara profesional, PPPPTK Bahasa menyediakan program pendidikan dan pelatihan berkualitas yang sejalan dengan reformasi pendidikan serta tuntutan globalisasi yang tertuang dalam program Education for All (EFA). Selain itu, PPPPTK Bahasa meningkatkan kompetensi guru melalui penyediaan bahan ajar yang akan digunakan sebagai sarana untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Dalam menjawab amanat Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, PPPPTK Bahasa menyelenggarakan berbagai pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Pencapaian kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan bahan ajar yang telah disusun dalam kegiatan pelatihan di KKG dan MGMP. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diperlukan dan dapat dikirimkan ke PPPPTK Bahasa, Jalan Gardu, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta 12640, Telepon (021) 7271034, Faksimili (021) 7271032, dan email: [email protected]

Jakarta, Maret 2010 Kepala Pusat, Dr. Muhammad Hatta, M.Ed. NIP 19550720 198303 1 003

Page 5: Metodologi KKG - Revisi 2010

  ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Tujuan.............................................................................................. 1 C. Alokasi Waktu.................................................................................. 2 D. Sasaran ............................................................................................ 2

BAB II KONSEP METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA .......... 3 A. Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik, dan Strategi ................... 3 B. Jenis-Jenis Pendekatan, Metode, Pembelajaran Bahasa ............. 5

BAB III PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BAHASA .................... 24 A. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Bahasa

Indonesia........................................................................................ 24 B. Penerapan Metode dalam Menyusun Rancangan

Pembelajaran ................................................................................. 45

BAB IV RANGKUMAN..................................................................................... 55 BAB V PENILAIAN ........................................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 57 GLOSARIUM..................................................................................................... 59

Page 6: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Selamat berjumpa dengan Program Better Education Through Reformed

Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Program

BERMUTU ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui

profesionalisme dan kinerja guru secara berkelanjutan dengan perberdayaan

berbagai kelompok kerja, termasuk KKG/MGMP. Agar kegiatan yang

diselenggarakan oleh KKG/MGMP berkualitas dan dapat diakreditasi oleh

perguruan tinggi, maka perlu disusun paket pembelajaran yang berkualitas

berupa modul dan suplemennya atau pendukung dan pelengkap Bahan Belajar

Mandiri (BBM) program BERMUTU yang telah dikembangkan sebelumnya.

Modul suplemen ini membahas mengenai Metode Pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan sasaran guru Sekolah Dasar (SD). Setelah Anda

mempelajari modul suplemen ini diharapkan dapat mempermudah guru dalam

memahami dan menerapkan metode pembelajaran bahasa Indonesia di SD.

B. Tujuan Tujuan dari disusunnya suplemen modul ini diharapkan Anda mampu:

1. memiliki pengetahuan yang memadai tentang metode pembelajaran bahasa

Indonesia di SD;

2. menjelaskan konsep metode pembelajaran bahasa Indonesia;

3. mengembangkan bentuk pembelajaran yang bermakna dan bernuansa

PAIKEM; dan

4. mampu menerapkan metode/strategi yang sesuai dengan materi

pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan standar isi dan silabus.

Page 7: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 2

C. Alokasi Waktu Waktu yang dialokasikan untuk mempelajari modul suplemen ini adalah 3 X 50

menit.

D. Sasaran Sasaran modul suplemen ini adalah guru bahasa Indonesia jenjang SD baik

yang berkualifikasi S-1 maupun non-S-1 yang bergabung dalam KKG program

BERMUTU.

Page 8: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 3

BAB II KONSEP METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik , dan Strategi Banyak yang tidak paham dengan perbedaan antara pendekatan, metode, dan

teknik. Sebelum kita membahas mengenai perbedaan tiga hal di atas, terlebih

dahulu kita membahas pengertian model pembelajaran. Model pembelajaran

adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat

strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran. Nah, berikut ini ulasan singkat tentang perbedaan istilah

tersebut.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan

strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau

pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri

serta strategi pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008:127).

Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat

dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur pembelajaran

yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Teknik dan taktik mengajar merupakan

penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan

seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara

yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan

berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian sebelum seorang melakukan

proses ceramah sebaiknya memerhatikan kondisi dan situasi. Taktik adalah

gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.

Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam

mencapai tujuan. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan

Page 9: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 4

yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (J.R. David dalam Sanjaya, 2008:126).

Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126).

Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang

selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa diartikan sebagai suatu

pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran

(Ahmad Rohani, 2004 : 32). Sementara itu, Joyce dan Weil lebih senang

memakai istilah model-model mengajar daripada menggunakan strategi

pengajaran (Joyce dan Weil dalam Rohani, 2004:33).

Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah

“taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar

(pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai

tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam Rohani,

2004: 34) . Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pengajaran ada

pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada

saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi

pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan

teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan

perkataan lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada

metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran

merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Dari metode, teknik

pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat

pembelajaran berlangsung.

Page 10: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 5

B. Jenis-Jenis Pendekatan, Metode, dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia dalam tulisan ini dibatasi pada

empat macam pendekatan, yaitu pendekatan whole language, pendekatan

kontekstual, dan pendekatan komunikatif, dan pendekatan integratif.

1) Pendekatan Whole Language Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang

menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah.

(Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa,

2004). Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu

kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu,

pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa

dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau

otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan

sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga

pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran

berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan

pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam

pendekatan whole language, pembelajaran bahasa dapat juga disajikan

sekaligus dengan materi pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika,

bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama.

Pendekatan whole language didasari oleh paham konstruktivisme yang

menyatakan bahwa anak membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran

aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Robert

dalam Santosa, 2004:2.3). Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat

bahwa yang dipelajarinya memang bermakna bagi mereka. Orang dewasa,

dalam hal ini guru, berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang

menunjang untuk siswa agar mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru

Page 11: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 6

dalam kelas whole language berubah dari fungsi desiminator informasi menjadi

fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993).

Ciri-ciri Kelas Whole Language

Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language. :

a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan.

Barang-barang tersebut kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa

menghiasi dinding dan bulletin board. Karya tulis siswa dan chart yang

dibuat siswa menggantikan bulletin board yang dibuat oleh guru. Salah satu

sudut kelas diubah menjadi perpustakan yang dilengkapi berbagai jenis

buku (tidak hanya buku teks), majalah, koran, kamus, buku pentunjuk dan

berbagai barang cetak lainnya.

b. Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama

melakukan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.

c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.

d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas

whole language hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih

beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru.

e. Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Dalam hal ini

interaksi guru adalah multiarah.

f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak

mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban

yang diberikan siswa dapat diterima.

g. Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik dari guru maupun

temannya. Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada

siswa untuk melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa

yang mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respon positif dari

temannya. Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.

Dari ketujuh ciri tersebut dapat terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam

pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri lagi di depan kelas meyampaikan materi.

Page 12: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 7

Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan

siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara informal.

Penilaian dalam Kelas Whole Language

Dalam kelas whole language guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang

dilakukan oleh siswa. Secara informal selama pembelajaran berlangsung guru

memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam

kelompok maupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap-cakap dengan

temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan. Bahkan, guru juga

memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat. Kemudian,

penilaian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi.

Walaupun guru tidak terlihat membawa-bawa buku, guru menggunakan alat

penilaian seperti lembar observasi dan catatan anekdot. Dengan kata lain,

dalam kelas whole language guru memberikan penilaian pada siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Selain penilaian informal, penilaian juga

dilakukan dengan menggunakan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil

kerja selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa

dapat terlihat secara otentik.

2) Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari

makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui

pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Melalui pemaduan materi

yang dipelajari dengan pengalaman keseharian siswa akan menghasilkan

dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu menggunakan

pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum

pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya.

Siswa diharapkan dapat membangun pengetahuannya yang akan diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah

diterimanya di sekolah.

Page 13: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 8

Nathan Gage in Brown mendefinisikan pengajaran sebagai berikut, “Teaching is

guiding and facilitating learning, enabling the learner to learn, setting the

conditions for learning,” (H. Douglas Brown, 1994:7). Mengajar berarti

memandu dan memfasilitasi belajar memungkinkan pemelajar untuk belajar,

menciptakan kondisi belajar.

Definisi di atas menunjukkan bahwa pengajaran tidak dapat dipisahkan dari

pembelajaran. Pengajaran merupakan kegiatan yang diciptakan oleh guru

untuk memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Pengajaran merupakan

kegiatan yang sangat memerlukan keterlibatan siswa. Demikian juga dengan

pendekatan kontekstual yang berpusat pada siswa.

Kontekstual adalah kaidah yang dibentuk berazaskan maksud kontekstual itu

sendiri, seharusnya mampu membawa pelajar ke pemelajaran isi dan konsep

yang berkenaan atau relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam

kehidupan seharian mereka. Jadi, pemelajaran kontekstual merupakan satu

konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan

bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia sebenarnya dan

memotivasikan pemelajar untuk membuat perkaitan antara pengetahuan

dengan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai ahli keluarga,

warga masyarakat, dan pekerja.

Elaine B. Johnson memberikan penjelasan bahwa Contextual Teaching

Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi

bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna

dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna

dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan

pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. (Elaine

B. Johnson, 2007:14).

Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan komponen yang harus ditempuh,

yaitu: 1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, 2) melakukan

pekerjaan yang berarti, 3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, 4)

Page 14: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 9

bekerja sama, 5) berpikir kritis dan kreatif, 6) membantu individu untuk tumbuh

dan berkembang, 7) mencapai standar yang tinggi, 8) menggunakan penilaian

autentik (Elaine B. Johnson, 2007:65-66).

Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan

kontekstual adalah mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan materi

yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara bersama-sama

membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di

dalamnya.

Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja. Tidak

terkecuali dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut

konsep CTL, “Belajar akan lebih bermakna jika anak didik ‘mengalami’ apa

yang dipelajarinya, bukan sekedar ‘mengetahui’ apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti

berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam

membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

panjang (Hernowo, 2005:61).

CTL merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan

konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan

siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada

siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya

dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan meraka (Sanjaya, 2005:109).

Page 15: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 10

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami, yaitu:

Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk

menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses

pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak

mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan

adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi

yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk

dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu

akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa

sehingga tidak akan mudah terlupakan.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya

dalam kehidupan. Artinya, CTL tidak hanya mengharapkan siswa dapat

memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat

mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam

konteks CTL tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi

sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang

menggunakan CTL:

1) Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari

tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian,

pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh

yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2) Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka

memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).

Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya,

Page 16: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 11

pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian

memperhatikan detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan

yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.

4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya

harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan

dan penyempurnaan strategi.

Di sisi lain, Hernowo (2005:93) menawarkan langkah-langkah praktis

menggunakan strategi pembelajaran berdarakan CTL.

a. Kaitkan setiap mata pelajaran dengan seorang tokoh yang sukses dalam

menerapkan mata pelajaran tersebut.

b. Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara

sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.

c. Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik

berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang diajarkan kepada mereka.

d. Upayakan agar ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak

didik untuk mengulang dan mengaitkannya dengan kehidupan keseharian

mereka.

e. Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu

yang diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan

sendiri cara belajar alamiah yang cocok dengan dirinya.

f. Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan

mereka mengekspresikannya dengan bebas.

g. Bimbing mereka untuk menggunakan emosi dalam setiap pembelajaran

sehingga anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di sekolah).

Berdasarkan penjelasan di atas, berarti pendekatan kontekstual bertujuan

membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan

Page 17: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 12

(ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks

ke konteks lainnya. Dengan transfer diharapkan: (a) siswa belajar dari

mengalami sendiri, bukan dari ‘pemberian orang lain’; (b) keterampilan dan

pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit) sedikit demi

sedikit; (c) Penting bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan ‘bagaimana’ ia

menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

3) Pendekatan Komunikatif Munculnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa bermula dari

adanya perubahan-perubahan dalam tradisi pembelajaran bahasa di Inggris

pada tahun 1960-an menggunakan pendekatan situasional (Tarigan, 1989:270).

Dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara

mempraktikkan/melatihkan struktur-struktur dasar dalam berbagai kegiatan

berdasarkan situasi yang bermakna. Namun, dalam perkembangan

selanjutnya, seperti halnya teori linguistik yang mendasari audiolingualisme,

ditolak di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1960-an dan para pakar

linguistik terapan Inggris pun mulai mempermasalahkan asumsi-asumsi yang

mendasari pengajaran bahasa situasional. Menurut mereka, tidak ada

harapan/masa depan untuk meneruskan mengajar gagasan yang tidak masuk

akal terhadap peramalan bahasa berdasarkan peristiwa-peristiwa situasional.

Apa yang dibutuhkan adalah suatu studi yang lebih cermat mengenai bahasa

itu sendiri dan kembali kepada konsep tradisional bahwa ucapan-ucapan

mengandung makna dalam dirinya dan mengekspresikan makna serta maksud-

maksud pembicara dan penulis yang menciptakannya (Howatt, 1984:280,

dalam Tarigan, 1989:270).

Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk

membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga

mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran 4 keterampilan

berbahasa (mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan

menghargai saling ketergantungan bahasa.

Page 18: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 13

Ciri utama pendekatan komunikatif adalah adanya 2 kegiatan yang saling

berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional

(functional communication activies) dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya

interaksi sosial (social interaction activies). Kegiatan komunikatif fungsional

terdiri atas 4 hal, yakni: mengolah infomasi, berbagi dan mengolah informasi,

berbagi informasi dengan kerja sama terbatas, dan berbagi informasi dengan

kerja sama tak terbatas. Kegiatan interaksi sosial terdiri atas 6 hal, yakni:

improvisasi lakon-lakon pendek yang lucu, aneka simulasi, dialog dan bermain

peran, sidang-sidang konversasi, diskusi, serta berdebat.

Ada delapan aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif (David

Nunan, 1989, dalam Solchan T.W., dkk. 2001:66), yaitu:

1) Teori Bahasa Pendekatan Komunikatif berdasarkan teori bahasa

menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem untuk

mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi semantik dan

komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu, yang perlu

ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan

tentang bahasa.

2) Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan

bahasa kedua secara alamiah.

3) Tujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi

(kompetensi dan performansi komunikatif).

4) Silabus harus disusun searah dengan tujuan pembelajaran dan tujuan yang

dirumuskan dan materi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan siswa.

5) Tipe kegiatan tukar menukar informasi, negosiasi makna atau kegiatan lain

yang bersifat riil.

6) Peran guru fasilitator proses komunikasi, partisipan tugas dan tes,

penganalisis kebutuhan, konselor, dan manajer proses belajar.

7) Peran siswa pemberi dan penerima, sehingga siswa tidak hanya menguasai

bentuk bahasa, tapi juga bentuk dan maknanya.

8) Peranan materi pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa

dalam tindak komunikasi nyata.

Page 19: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 14

Prosedur-prosedur pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif lebih

bersifat evolusioner daripada revolusioner. Adapun garis kegiatan pembelajaran

yang ditawarkan mereka adalah: penyajian dialog singkat, pelatihan lisan

dialog yang disajikan, penyajian tanya jawab, penelaah dan pengkajian,

penarikan simpulan, aktivitas interpretatif, aktivitas produksi lisan, pemberian

tugas, pelaksanaan evaluasi.

4) Pendekatan Integratif Pendekatan Integratif dapat dimaknakan sebagai pendekatan yang

menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi

interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa

aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan

diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan

berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan

keterampilan bahasa. Integratif antarbidang studi merupakan pengintegrasian

bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan

matematika atau dengan bidang studi lainnya.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak

digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung

menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau

yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai

mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak

merasakan perpindahan materi.

Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu

dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan

kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.

Page 20: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 15

2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia 1) Metode Audiolingual Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Metode itu

muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa

target. Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan

cepat. Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa

yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan berkali-kali secara

intensif pola-pola kalimat. Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai

tanpa kesalahan.

Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah (a) penyajian dialog atau

teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa mendengarkan

tanpa melihat teks yang dibaca, (b) peniruan dan penghafalan teks itu setiap

kalimat secara serentak dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat

dilatihkan dengan pengulangan, (d) dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan

kemudian siswa memperagakan di depan kelas, dan (e) pembentukan kalimat

lain yang sesuai dengan yang dilatihkan

2) Metode Komunikatif Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan

berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap

pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk

akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat

dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis. Sepucuk

surat adalah sebuah produk. Demikian pula, sebuah perintah, pesan, laporan,

atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan

begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang

berhasil.

Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b)

mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan

Page 21: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 16

pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi, (d) membuat catatan, (e)

menyusun catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan.

Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas

komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa

lebih intensif.

3) Metode Produktif Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak

berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode

produktif diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam

pikirannya ke dalam ketrampilan berbicara dan menulis secara runtun. Semua

gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif.

Yang dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari lawan

bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis

lawan bicara kita adalah pembaca.

4) Metode Langsung Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar

yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Tujuan

metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat

berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di

masyarakat.

Siswa diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya

melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.

5) Metode Partisipatori Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara

penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa

didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat

menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau

fasilitator.

Page 22: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 17

Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek.

Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam

memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan

sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,

pandai berperan sebagai moderator dan kreatif. Konteks siswa menjadi

tumpuan utama.

6) Metode Membaca Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami

teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa.

Berikut langkah-langkah metode membaca:

1) Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal

ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat

2) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit

(untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya)

3) Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab

4) Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika

dipandang perlu oleh guru

5) Pembicaraan kosakata yang relevan

6) Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau

membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya

yang berkaitan dengan isi bacaan.

7) Metode Tematik Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan

ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami

adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara

kontekstualitas, kontemporer, konkret, dan konseptual.

Page 23: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 18

Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan

siswa yang terjadi saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara kontemporer

sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa juga

harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Tema tidak disajikan secara abstrak

tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak

terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep

kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.

8) Metode Kuantum Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu

dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan pecepatan belajar dengan

cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi

penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri

menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah

fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran,

tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru menggubah lingkungan,

presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar

berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan

dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori,

membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.

9) Metode Diskusi Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap

anggota kelompok saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk

memecahkan suatu masalah,menjawab suatu pertanyaan, menambah

pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan. Apabila

proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran dapat terjadi

secara langsung dan bersifat student centered (berpisat pada siswa) Dikatakan

pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai

melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus dan

keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa karena sebagian

Page 24: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 19

besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif aktif dan

meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi mereka.

10) Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupakan metode yang

banyak dianjurkan oleh para pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk

mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil merupakan metode

pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh

pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama. Tugas guru

hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang ingin diperolah melalui

kerja kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau kemampuan

akademik atau mungkin juga keduanya.

3. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia 1) Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk teknik

pembelajaran ekspositoris, atau teknik penyampaian semacam kuliah (sering

juga digunakan istilah “chalck and talk”).

Strategi pembelajaran langsung, merupakan bentuk dan pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam staretgi ini guru memegang peran yang

sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran

secara terstruktur. Diharapkan, apa yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa

dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic

achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah dan demonstrasi,

merupakan bentuk-bentuk strategi pembelajaran langsung.

2) Strategi Pembelajaran Cooperative Learning Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bias terdiri atas 3 sampai 5

orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai

Page 25: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 20

tuntas. Strategi pembelajaran Cooperative Learning mulai populer akhir-akhir

ini. Melalui Cooperative Learning siswa didorong untuk bekerja sama secara

maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerja sama di sini

dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling bantu. Yang cepat harus

membantu yang lambat karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan

kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok: dan sebaliknya

keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok. Oleh karena itu, setiap

anggota harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.

Beberapa penulis seperti Slavin, Johnson, & Johnson, mengatakan ada

komponen yang sangat penting dalam strategi pembelajaran cooperative yaitu

kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan kooperatif dalam memberikan

dorongan atau motivasi.

Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar bahwa belajar

melalui kooperatif dapat dijelaskan dari bebrapa perspektif, yaitu perspektif

social, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif.

Perspektif motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada

kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu.

Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada dasarnya adalah

keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota

kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.

Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling

membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota

kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi

keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, di mana

setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.

Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi

antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir

mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa

akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah

pengetahuan kognitifnya.

Page 26: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 21

3) Strategi Pembelajaran Problem Solving Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan

masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah

adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan

memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi pembelajaran

pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan

menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan

masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan

pemecahan masalah itu. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada

kedudukan pemecahan masalah itu, Mengajar memecahkan masalah berarti

pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran: sedangkan

pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi. Jadi, kedudukan

pemecahan masalah hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi

pembelajaran.

Ada beberapa ciri strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah, pertama,

siswa bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil: kedua,

pembelajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mendukung persoalan-

persoalan untuk dipecahkan; dan lebih disukai persoalan yang banyak

kemungkinan cara pemecahanya; ketiga, siswa mnggunakan banyak

pendekatan dalam belajar; keempat, hasil dari pemecahan maslah adalah tukar

pendapat ( sharing ) di antara semua siswa.

4) Strategi Mengulang Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekadar membaca ulang

materi tertentu hanya untuk menghafal saja. Contoh lain dari strategi sederhana

adalah menghafal nomor telepon, arah tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan,

dan sebagainya. Memori yang sudah ada di pikiran dimunculkan kembali untuk

kepentingan jangka pendek, seketika, dan sederhana.

Penyerapan bahan belajar yang lebih kompleks memerlukan strategi

mengulang kompleks. Menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan

Page 27: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 22

pinggir, dan menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima merupakan

bagian dari mengulang kompleks. Strategi tersebut tentunya perlu diajarkan ke

siswa agar terbiasa dengan cara demikian.

5) Strategi Elaborasi Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru

akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean lebih

mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi

membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka

pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan

antara informasi baru dengan yang pernah ada.

Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan

PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara

informasi yang dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang didapat

melalui proses mencatat. Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru

dari percampuran dua informasi itu.

Analogi merupakan cara belajar dengan pembandingan yang dibuat untuk

menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda atau ide, misalnya otak kiri

mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan informasi.

P4QR merupakan strategi yang digunakan untuk membantu siswa mengingat

apa yang mereka baca. P4QR singkatan dari Preview (membaca selintas

dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R singkatan dari read, reflect, recite,

dan review atau membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan

mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R merupakan strategi belajar

elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu siswa menghafal informasi

bacaan.

Page 28: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 23

6) Strategi Organisasi Strategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan

bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi organisasi

terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih

kecil. Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau

fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Bentuk strategi

organisasi adalah Outlining, yakni membuat garis besar. Siswa belajar

menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.

Mapping, yang lebih dikenal dengan pemetaan konsep, dalam beberapa hal

lebih efektif daripada outlining. Mnemonics membentuk kategori khusus dan

secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai satu strategi, elaborasi atau

organisasi. Mnemonics membantu dengan membentuk asosiasi yang secara

alamiah tidak ada yang membantu mengorganisasikan informasi menjadi

memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas pemotongan, akronim, dan kata

berkait.

Page 29: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 24

BAB III PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

A. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Mendengarkan di SD Pembelajaran mendengarkan dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama

dengan pembelajaran berbicara atau membaca. Hal penting yang perlu

dilakukan adalah perlunya perhatian terhadap proses mendengarkan itu sendiri.

Proses mendengarkan meliputi menerima lambang lisan, memberi perhatian,

dan menentukan makna. Ada berbagai macam mendengarkan yang dapat

dilakukan, seperti mendengarkan estetik, mendengarkan kritis, mendengarkan

komprehensif, dan sebagainya. Dalam mendengarkan estetik, misalnya, dapat

dilakukan langkah-langkah: (a) memprediksi, (b) menyusun imajinasi mental, (c)

menghubungkan dengan pengalaman pribadi, (d) menghubungkan dengan

pengalaman literatur, (e) memperhatikan keindahan dan kekuatan bahasa, dan

(f) menggunakan pengetahuan untuk pemahaman lebih lanjut.

Belajar berbahasa dimulai dengan mendengarkan, coba perhatikan bagaimana

anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak

mendengar rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna.

Setelah banyak mendengarkan ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah

didengarnya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan.

Proses mendengarkan, mengartikan makna, dan mempraktekkan bunyi bahasa

itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar

berbicara.

Melalui proses mendengarkan, orang dapat menguasai pengucapan fonem,

kosakata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat ini

sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca,

dan menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, atau

menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa

Page 30: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 25

keterampilan mendengarkan memang benar-benar menunjang keterampilan

berbicara, membaca, dan menulis.

Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk

materi pembelajaran mendengarkan siswa diharapkan mampu: mendengarkan

dongeng, wacana lisan tentang deskripsi benda, teks pendek, puisi anak lisan,

pesan pendek, cerita anak, cerita teks drama, petunjuk denah, pengumuman,

pembacaan pantun, narasumber, cerita rakyat, cerpen anak, dan berita

(Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).

Guru bahasa Indonesia di SD harus berupaya agar pengajaran mendengarkan

disenangi oleh siswa. Hal ini dapat terlaksana apabila guru benar-benar

menguasai materi dan cara atau metode pengajaran mendengarkan. Khusus

dalam metode pengajaran mendengarkan tersebut guru harus mengenal,

memahami, menghayati, serta dapat mempraktikkan berbagai cara pengajaran

mendengarkan. Metode pengajaran mendengarkan yang dapat diterapkan

untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:

1). Metode Audiolingual

2). Metode Komunikatif

3). Metode Integratif

Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran mendengarkan yang

dapat diterapkan di SD, antara lain: a) Mendengarkan Cerita Tujuan: Siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita

yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan.

Alat yang digunakan: Kaset cerita dan tape recorder.

(Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara perseorangan

maupun kelompok)

Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang

pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) putarkanlah kaset cerita yang

Page 31: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 26

cocok dengan siswa, (3) siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut, (4)

siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat,

pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan

bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok,

(6) siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain

memberikan penilaian, (7) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran

yang mereka lakukan pada hari itu.

b) Mendengarkan Berantai Tujuan: Siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya

dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang

disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke

teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok.

Alat yang digunakan: Catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan

(ada tiga catatan informasi yang direkayasa).

(Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara kelompok)

Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang

pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) siswa dibagi ke dalam beberapa

kelompok dengan anggota per kelompok sama jumlahnya, (3) siswa dalam

kelompok diatur dengan berjajar ke samping atau ke belakang, (4) setelah

posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil siswa yang

paling depan atau paling kanan/kiri untuk membaca catatan informasi yang

ditunjukkan guru secara rahasia, (5) siswa yang menerima informasi tersebut

secara cepat membisikkan informasi ke teman belakangnya atau sampingnya

(berdasarkan posisi kelompok), (6) secara berantai siswa membisikkan ke

teman berikutnya secara bergantian, (7) siswa yang paling belakang

mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari teman depannya,

(8) siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli (9) berikutnya, guru

dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa informasi) ke

dalam satu kelompok secara bertahap, (10) siswa menyimpulkan tentang

kegiatan yang baru mereka laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang

mereka lakukan pada hari itu.

Page 32: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 27

2. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Berbicara di SD Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan

yang menuntut keterampilan berbicara. Dialog dalam lingkungan keluarga

antara anak dan orang tua, antara ayah dan ibu antara anak-anak, menuntut

keterampilan berbicara. Di luar lingkungan keluarga juga terjadi percakapan,

diskusi, di antara teman dengan teman, tetangga dengan tetangga, kawan

sepermainan, rekan sekerja, teman satu sekolah, dan sebagainya. Dari semua

situasi di atas dituntut keterampilan berbicara setiap individu yang ikut

berpartisipasi. Sebagai anggota masyarakat setiap individu dituntut terampil

berkomunikasi. Terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, perasaan, dan

pikiran. Juga individu itu terampil pula menangkap informasi yang diterimanya.

Kesimpulannya setiap individu harus terampil menyampaikan informasi dan

terampil pula menerima informasi.

Ada beberapa model pembelajaran berbicara yang dilakukan, antara lain

percakapan, berbicara estetik, berbicara bertujuan, dan aktivitas drama

(Tompkins & Hosisson, 1995). Ada beberapa macam percakapan yang dapat

dilakukan siswa di dalam kelas, seperti analisis propaganda iklan,

membandingkan dua pelaku dalam dua cerita, atau topik-topik lain yang sesuai

dengan situasi dan kondisi sekolah. Untuk memulai percakapan dapat meminta

seorang siswa sebagai sukarelawan atau guru mengajukan pertanyaan. Agar

percakapan tetap berlangsung, siswa diminta secara bergantian memberi

komentar atau mengajukan pertanyaan atau mendukung pendapat orang lain.

Untuk menutup percakapan dapat dilakukan dengan pencapaian konsensus

atau kesimpulan yang disepakati bersama.

Berbicara estetik dapat berupa percakapan tentang sastra, bercerita, dan

teater pembaca. Percakapan tentang sastra dapat dilakukan setelah siswa

membaca atau mendengarkan karya sastra. Siswa dapat menyampaikan

pendapat dan komentar mereka tentang karya sastra yang baru mereka

baca/dengar. Bercerita (mendongeng) adalah kegiatan yang sangat

bermanfaat. Kegiatan ini sangat menyenangkan dan sekaligus merangsang

Page 33: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 28

imajinasi anak. Langkah-langkah dapat bercerita adalah memilih cerita,

mempersiapkan diri untuk bercerita, menambah peraga, dan menyampaikan

cerita. Teater pembaca adalah presentasi pembacaan naskah drama oleh

sekelompok siswa. Langkah-langkah kegiatannya, memilih naskah, latihan, dan

presentasi.

Kegiatan berbicara bertujuan dapat berupa laporan lisan, wawancara, atau

debat. Dalam laporan lisan, siswa dapat diminta untuk memberikan informasi

topik tertentu atau melaporkan hasil membaca buku. Langkah-langkah pem-

belajarannya adalah memilih topik, mencari dan menyusun informasi, membuat

peraga, dan mempresentasikan. Wawancara juga dapat dilakukan oleh para

siswa sekolah dasar. Langkah-langkahnya perencanaan, melakukan

wawancara, dan berbagi pengalaman hasil wawancara. Debat juga dapat

dilakukan jika ada isu kontradiktif yang menarik. Sebagian siswa mungkin

setuju atau tidak setuju terhadap isu tersebut. Langkah-langkah

pembelajarannya adalah tentukan isu/usul, mengelompokkan siswa yang setuju

dan yang tidak setuju, dan melakukan debat. Untuk melaksanakannya dapat

dilakukan prosedur: (1) pertanyaan pertama dan ketiga mendukung usul, (2)

pertanyaan kedua dan keempat menolak, (3) pertanyaan sanggahan pertama

dan ketiga disampaikan kelompok siswa setuju, dan (4) pertanyaan sanggahan

kedua dan keempat dilakukan kelompok siswa tak setuju.

Aktivitas drama dapat dilakukan melalui model pembelajaran dengan metode

bermain peran, bermain boneka, dan pementasan drama. Bermain peran dapat

dilakukan baik dengan naskah yang sudah tersedia atau yang dibuat sendiri

oleh siswa. Jika tersedia media boneka, di sekolah dapat dilakukan kegiatan

sandiwara boneka. Sementara itu, pementasan drama dapat juga dilakukan

oleh siswa di kelas dengan segala kesederhanaan sesuai dengan situasi kelas.

Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk

materi pembelajaran berbicara siswa diharapkan mampu mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan: perkenalan, tegur sapa,

Page 34: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 29

pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, deklamasi, gambar, percakapan

sederhana, dongeng, kegiatan bertanya, bercerita, mendeskripsikan benda,

memberikan tanggapan/saran, bertelepon, mendeskripsikan secara lisan

tempat sesuai denah, petunjuk penggunaan suatu alat, berbalas pantun,

bertelepon, menceritakan hasil pengamatan, berwawancara, diskusi, bermain

drama, berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi (Permendiknas No. 22

th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).

Pengajaran berbicara di SD harus dilaksanakan sebaik-baiknya melalui materi

pokok yang ada. Karena itu guru bahasa Indonesia di SD harus mengenal,

mengetahui, menghayati dan dapat menerapkan berbagai metode, teknik atau

cara mengajarkan keterampilan berbicara, sehingga pengajaran berbicara

menarik, merangsang, bervariasi, dan menimbulkan minat belajar berbicara

bagi siswa. Metode pengajaran berbicara yang dapat diterapkan untuk

pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:

1) Metode Audiolingual

2) Metode Produktif

3) Metode Langsung

4) Metode Komunikatif

5) Metode Integratif

6) Metode Partisipatori.

Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran berbicara yang dapat

diterapkan di SD, antara lain:

a) Bermain Peran Tujuan: Siswa dapat memerankan tokoh tertentu dengan ucapan yang tepat.

Siswa menirukan gaya tokoh yang diidentifikasikan dengan ucapan yang mirip

atau sama.

Alat yang diperlukan: Lembar folio kosong.

(Kegiatan dilakukan secara perorangan).

Page 35: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 30

Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan

hari itu, (2) siswa membagi diri ke dalam kelompok, (3) siswa

mengidentifikasikan tokoh yang akan diperankan, (4) siswa memerankan tokoh

di depan kelompok lain, (5) kelompok lain memberi komentar tentang peran dari

anggota kelompok lain, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

b) Cerita Berangkai Tujuan: Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan

tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5 orang) berdiri di

depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke

kanan atau dari kanan ke kiri.

Alat yang diperlukan: Buku catatan

(Kegiatan dilakukan secara perorangan).

Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan

hari itu, (2) siswa membagi kelompok, (3) kelompok menentukan topik yang

akan dibawakan di depan kelas, (4) siswa bercerita secara berangkai di depan

kelas, (5) kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya,

(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

c) Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda Lainnya Tujuan: Siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa

menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat

mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa

minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain.

Alat yang diperlukan: Botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint,

dan lain-lain.

(Kegiatan dilakukan secara kelompok).

Page 36: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 31

Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan

hari itu, (2) siswa mengambil benda yang mereka kenal, (3) dalam waktu dua

menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka

bawa ke dalam kelompok, (4) siswa lain memberi komentar tentang penjelasan

temannya, (50 siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami,

(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu. 3. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Membaca di SD Pembelajaran membaca dapat menggunakan pendekatan proses (Tomkins &

Hoskisson, 1995). Proses yang dimaksud adalah proses membaca. Penelitian

Syamsi (2000) menyimpulkan bahwa pembelajaran membaca dengan

menggunakan pendekatan proses dapat meningkatkan keterampilan membaca

siswa. Menurut hasil penelitian Palmer et.al. (1994) antara lain disebutkan

bahwa siswa akan mendapatkan keuntungan jika proses, seperti proses mem-

baca, diperagakan di hadapan siswa.

Adapun proses membaca meliputi: persiapan untuk membaca, membaca,

merespon, mengeksplorasi teks, dan memperluas interpretasi.

Proses membaca tidak dimulai dengan membuka buku dan langsung membaca

(Tomkins & Hoskisson, 1995), tetapi melalui persiapan. Adapun langkah-

langkah yang dilakukan adalah (1) memilih buku/bacaan, (2) menghubungkan

buku/bacaan dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca

sebelumnya, (3) memprediksi isi buku/bacaan, dan (4) mengadakan tinjauan

pendahuluan terhadap buku/bacaan.

Pada tahap kedua dalam proses membaca, siswa membaca buku atau bacaan

secara keseluruhan. Ada lima macam model membaca (Tomkins & Hoskisson,

1995), yakni 1) membaca nyaring (reading aloud), 2) membaca bersama

(shared reading), 3) membaca berpasangan (buddy reading), 4) membaca

terbimbing (guided reading), dan 5) membaca bebas (independent reading).

Pada tahap ketiga, merespon, siswa memberi respon terhadap kegiatan

membaca mereka dan terus berusaha memahami isi. Ada dua langkah yang

Page 37: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 32

dapat dilakukan siswa untuk tahap ini (Tomkins & Hoskisson, 1995), yakni 1)

membaca dalam format membaca, dan 2) berpartisipasi dalam percakapan

klasikal.

Setelah memberi respon, para siswa kembali memperhatikan buku/bacaan

untuk menggali isinya lebih dalam lagi. Para siswa dapat melakukan langkah-

langkah: 1) membaca ulang buku/bacaan, 2) menguji keahlian khusus penulis

(the author's craft), 3) mempelajari kosakata baru, dan 4) berpartisipasi dalam

pengajaran singkat yang dilakukan guru.

Pada tahap terakhir dalam proses membaca, memperluas interpretasi. dapat

dilakukan kegiatan-kegiatan: 1) memperluas interpretasi dan pemahaman, 2)

merefleksikan pemahaman, dan 3) menilai pengalaman membaca (Tomkins &

Hoskisson, 1995). Ketiga kegiatan itu dapat dilakukan dengan melibatkan

keterampilan berbahasa yang lain, seperti berbicara dan menulis. Kegiatan

seperti bermain peran/drama atau melakukan tugas/proyek khusus juga dapat

dilakukan.

Jika dilihat kembali tahap-tahap membaca seperti disarankan dilakukan dalam

pembelajaran membaca dengan pendekatan proses di atas, tampak bahwa

terdapat begitu banyak kegiatan. Keterlibatan siswa dalam setiap kegiatan itu

sangat berharga dan berguna untuk perkembangan keterampilan membaca.

Pada pembelajaran membaca dengan pendekatan proses, siswa benar-benar

belajar bagimana caranya membaca. Mereka tidak hanya belajar bagaimana

membunyikan tulisan, tetapi mereka juga belajar bagaimana memilih bacaan

yang menarik, melakukan kegiatan membaca dengan berbagai bentuk,

memberi respon, menggali bacaan secara lebih mendalam, serta melakukan

kegiatan lanjutan untuk lebih dapat memahami bacaan. Setiap ada kesulitan

akan selalu berusaha dipecahkan dengan bantuan orang-orang lain baik teman

sekelompok, sekalas, maupun guru. Dengan demikian, sudah tiba waktunya

untuk mengubah model pendekatan pembelajaran membaca secara tradisional

Page 38: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 33

yang sudah berlangsung selama ini dengan pendekatan proses yang secara

teoritik dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca.

Pengembangan keterampilan membaca pertama-tama dibebankan kepada

guru bahasa Indonesia SD. Melalui pengajaran bahasa Indonesia, guru harus

mengarahkan siswanya agar dapat:

1) membaca atau melek huruf

2) memahami pengertian dan peranan membaca

3) memahami teori dasar membaca

4) memiliki minat baca

5) memiliki keterampilan membaca

Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk

materi pembelajaran membaca siswa diharapkan mampu: memahami teks

dengan membaca nyaring, membaca lancar, membaca puisi anak, membaca

dalam hati, membaca intensif, membaca dongeng, memahami teks dengan

membaca intensif (150-200 kata), membaca puisi, memahami teks agak

panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam

kamus/ensiklopedi, membaca pantun, membaca teks percakapan, membaca

cepat 75 kata/menit, dan membaca puisi, membaca sekilas, membaca

memindai, membaca cerita anak, dan membaca teks drama (Permendiknas No.

22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).

Guru harus berupaya agar pengajaran membaca disukai oleh siswa. Hal ini

dapat terlaksana apabila guru telah menguasai materi dan cara penyampaian

materi. Dalam segi penyampaian materi guru harus sudah mengenal,

memahami, menghayati, dan dapat menerapkan berbagai metode pengajaran

membaca. Metode pengajaran membaca yang dapat diterapkan untuk

pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:

1) Metode Membaca

2) Metode Komunikatif

3) Metode Integratif

4) Metode Tematik

Page 39: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 34

5) Metode Kuantum

6) Metode Partisipatori

Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran membaca yang dapat

diterapkan di SD, antara lain:

a) Mengubah Bacaan ke dalam Gambar Tujuan: Siswa dapat memaknai bacaan dengan cara membuat gambar

menurut persepsinya. Siswa membaca sebuah bacaan. Kemudian, siswa

membuat gambar yang dapat menampung isi bacaan.

Alat yang digunakan: Teks bacaan dan alat tulis menulis.

(Kegiatan tersebut dapat dilakukan perseorangan maupun kelompok).

Cara menerapkan: (1) guru memberikan pengantar mengenai teknik

pembelajaran mengubah bacaan ke dalam gambar, (2) guru membagikan teks

bacaan kepada masing-masing siswa, (3) siswa mulai membaca, setelah itu

langsung menuangkan ke dalam gambar, (4) siswa memberikan makna gambar

tersebut, (5) siswa mempresentasikan hasil pemaknaan yang mereka buat, (6)

siswa lain mengomentari presentasi temannya, (7) guru memberikan refleksi

hasil pembelajaran hari itu.

b) Membaca Bergantian Tujuan: Tujuan teknik pembelajaran membaca bergantian adalah agar

siswa dapat membaca bersuara sesuai dengan intonasi dan lafal dengan tepat.

Siswa dengan bersuara membaca tiap paragraf secara bergantian dengan

pasangannya.

Alat yang diperlukan: Teks bacaan.

(Kegiatan ini dilakukan secara berpasangan).

Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang

pembelajaran hari itu, (2) guru mengajak siswa untuk berpasangan, (3) siswa

membuka buku bacaan dan membaca pada bab yang sudah ditentukan dengan

bersuara, (4) siswa (pasangannya) mendengarkan dan memberikan penilaian

Page 40: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 35

kepada pasangannya yang sedang membaca, (5) siswa saling berdiskusi

mengenai kekurangan masing-masing baik intonasi dan lafal dalam membaca,

(6) siswa mengomentari hasil pembelajaran tersebut, (7) guru merefleksikan

kegiatan hari itu.

c) Membaca Memindai Tujuan: Siswa dapat menemukan secara cepat kata, nomor, lambang, dan

apa saja yang dibutuhkan dari daftar panjang, pengumuman, iklan, daftar

telepon, dan nomor acak. Siswa dalam melakukan kegiatan membaca disuruh

menemukan nomor, gambar, atau kata yang dianggap penting.

Alat yang digunakan: Daftar kata, nomor, gambar, atau simbol.

(Kegiatan dilakukan secara perorangan).

Cara menerapkan: (1) guru memberikan sedikit pengantar tentang teknik

membaca memindai, (2) guru memberikan daftar kata, nomor, atau simbol (pilih

salah satu), (3) siswa mengidentifikasi daftar sambil memberi tanda garis

bawah pada yang dianggap penting berdasarkan pertanyaan yang diberikan,

misalnya cari nomor telepon 4266532, (4) siswa melaporkan hasilnya di depan

kelas, (5) siswa lain mengomentari hasil presentasi temannya, (6) guru

merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

d) Membaca Ekstensif Tujuan: Siswa dapat mengintegrasikan isi bacaan dari berbagai bacaan

dalam topik yang sama. Siswa menjelaskan inti bacaan menurut persepsinya

masing-masing setelah membaca topik yang sama dari berbagai bacaan

(koran, majalah, buku teks, dan buku pengetahuan tentang topik yang sama).

Alat yang digunakan: Berbagai macam bacaan yang berbeda-beda dalam

topik yang sama.

Cara menerapkannya: (1) guru memberikan penjelasan mengenai teknik

pembelajaran membaca ekstensif, (2) guru memberikan masing-masing siswa

Page 41: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 36

bacaan dengan topik yang sama, antara siswa yang satu dengan yang lain

tetapi berbeda sumber (ada yang dari koran, majalah, dsb), (3) dalam waktu

tertentu bacaan secara bergilir saling dipertukarkan, (4) siswa memberikan

penjelasan inti dari masing-masing bacaan yang mereka baca, (5) siswa lain

memberikan tanggapan mengenai penjelasan temannya, (6) guru memberikan

refleksi kegiatan hari itu. 4. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Menulis di SD Penelitian Syamsi (2000) juga menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis

dengan pendekatan proses dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Untuk itu, strategi ini kiranya dapat dilakukan sebagai salah satu alternatif

kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran menulis dengan pendekatan proses meliputi lima tahap, yakni

pramenulis, menulis draf, merevisi, menyunting, dan mempublikasi (Tomkins &

Hoskisson, 1995). Pramenulis adalah tahap persiapan untuk menulis. Tahap ini

sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap menulis selanjutnya.

Sebagian besar waktu menulis dihabiskan dalam tahap ini. Adapun hal-hal

yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah: (1) memilih topik, (2)

mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca, dan (3) memperoleh dan

menyusun ide-ide. Siswa dipersilakan untuk menentukan topik karangan

sendiri. Jika ada siswa yang merasa kesulitan, guru dapat membantunya

dengan mengadakan brainstorming (urun rembug) untuk menentukan beberapa

macam topik kemudian meminta siswa yang merasa kesulitan memilih topik

tersebut untuk memilih salah satu yang paling menarik di antara topik-topik itu.

Melalui kegiatan pramenulis, siswa berbicara, menggambar, membaca dan

bahkan menulis untuk mengembangkan informasi yang diperlukan untuk topik-

topik mereka.

Ketika siswa menyiapkan diri untuk menulis, mereka perlu untuk berpikir

tentang tujuan dari menulis yang akan mereka lakukan. Apakah mereka akan

menulis untuk menghibur, menginformasikan sesuatu, atau mempersuasi?

Page 42: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 37

Selain itu mereka juga perlu merencanakan apakah mereka menulis untuk

dirinya sendiri atau untuk orang lain yang bisa teman sekelas, orang tua, nenek,

kakek, paman, atau yang lain. Para siswa juga harus mempertimbangkan ben-

tuk tulisan yang akan mereka buat. Apakah cerita, surat, puisi, laporan atau

jurnal. Dalam satu kegiatan menulis hendaknya ditentukan satu bentuk tulisan

saja.

Para siswa melakukan berbagai kegiatan untuk berusaha memperoleh dan

menyusun ide-ide untuk menulis. Graves (1983) menyebut penulis

mempersiapkan diri untuk menulis sebagai kegiatan persiapan. Ada beberapa

macam bentuk kegiatan yang dapat dilakukan, seperti (1) menggambar, (2)

mengelompokkan, (3) berdiskusi, (4) membaca, (5) bermain peran, atau (6)

menulis cepat.

Pada tahap menulis draf siswa diminta hanya mengekpresikan ide-ide meraka

ke dalam tulisan kasar. Karena penulis tidak memulai menulis dengan

komposisi yang siap seperti disusun dalam pikiran mereka, siswa memulai

menulis draf ini dengan ide-ide yang sifatnya tentatif. Pada tahap membuat draf

ini, waktu lebih difokuskan pada mengeluarkan ide-ide dengan sedikit atau tidak

sama sekali memperhatikan pada aspek-aspek teknis menulis seperti ejaan,

penggunaan istilah, atau struktur.

Pada tahap merevisi siswa memperbaiki ide-ide mereka dalam karangan.

Merevisi bukanlah membuat karangan menjadi lebih halus, tetapi kegiatan ini

lebih berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, dan

penyusunan kembali isi karangan sesuai dengan kebutuhan atau keinginan

pembaca. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa pada tahap ini ada-

lah: (1) membaca ulang seluruh draf, (2) sharing atau berbagi pengalaman

tentang draf kasar karangan dengan teman dalam kelompok, dan (3)

mengubah atau merevisi tulisan dengan memperhatikan reaksi, komentar atau

masukan dari teman atau guru.

Page 43: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 38

Setelah menyelesaikan draf kasar, siswa memerlukan waktu untuk bersitirahat

dan menjauhkan diri dari karangan mereka. Setelah itu, barulah siswa

membaca kembali draf kasar mereka dengan pikiran yang segar. Ketika siswa

membaca inilah, mereka membuat perubahan, seperti: menambah,

mengurangi, menghilangkan atau memindahkan bagian-bagian tertentu dalam

draf karangan. Bisa juga mereka menandai bagian-bagian yang akan diubah itu

dengan memberinya tanda-tanda tertentu atau simbol, atau dengan menggaris

bawahi.

Dalam kelompok, siswa mengadakan tukar pikiran dengan teman sekelompok

atau sekelas. Kelompok-kelompok menulis ini sangat penting di mana guru dan

siswa berbicara, atau memberi komentar tentang cara-cara untuk merevisi

(Calkins, 1983). Kelompok ini dapat dibuat secara spontan atau kelompok yang

sudah dibuat sebelumnya. Adapun kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini

adalah: (1) penulis membaca karangannya, (2) para pendengar (siswa lain)

memberi komentar, (3) penulis membuat pertanyaan, (4) pendengar

memberikan saran, (5) proses itu diulang (sampai semua tampil dalam

kelompoknya untuk membacakan dan meminta respon temannya), dan (6)

penulis merencanakan untuk merevisi. Dalam kegiatan ini, guru bisa membantu

siswa dengan berkeliling dan memonitor setiap kelompok. Kadang-kadang

siswa mendapatkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan dalam kelompok

sehingga memerlukan uluran tangan guru.

Setelah bekerja dalam kelompok, yakni bertukar pikiran dengan teman

sekelompok tentang draf tulisan dan mendapatkan masukan, siswa siap untuk

merevisi. Mereka mungkin menambah, mengurangi, menghilangkan atau

memindahkan bagian-bagian tertentu yang dirasa perlu untuk diubah.

Tahap berikutnya adalah menyunting. Fokus dari tahap menyunting ini adalah

mengadakan perubahan-perubahan aspek mekanik karangan. Siswa

memperbaiki karangan mereka dengan memperbaiki ejaan atau kesalahan

mekanik yang lain. Tujuannya adalah untuk membuat karangan lebih mudah

dibaca orang lain.

Page 44: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 39

Adapun aspek-aspek mekanik yang diperbaiki adalah penggunaan huruf besar,

ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah dan kosakata serta format karangan.

Waktu yang paling tepat untuk mengajarkan aspek-aspek mekanik ini ialah

pada tahap menyunting bukannya melalui latihan-latihan pada buku kerja

siswa.

Pada tahap menyunting ini, siswa melakukan kegiatan: (1) menjauhkan diri dari

karangan, (2) membaca cepat untuk menentukan kesalahan, dan (3)

memperbaiki kesalahan. Siswa akan menjadi penyunting yang baik jika mereka

dijauhkan untuk sementera waktu dari karangan yang akan disunting. Selama

tahap-tahap menulis sebelumnya siswa begitu familiar dengan karangan

mereka. Setelah cukup waktu, siswa dengan keadaan segar akan menyunting

karangan dengan perspektif baru. Siswa mungkin melakukan penyuntingan

untuk karangan sendiri atau membantu karangan milik temannya.

Dalam menyunting, siswa membaca cepat karangan untuk menentukan dan

menandai kemungkinan bagian-bagian tulisan yang salah. Guru dapat

menunjukkan cara membaca cepat ini misalnya dengan membaca karangan

salah satu siswa. Guru membaca karangan itu dengan lambat dan menandai

kemungkinan bagian-bagian karangan yang salah dengan pensil atau pulpen.

Dalam kegiatan membaca dan menandai bagian yang mungkin salah, siswa

dapat menggunakankan daftar chek untuk menentukan tipe-tipe kesalahan.

Setiap tingkatan kelas siswa, dapat menggunakan daftar chek yang berbeda

tergantung tinggi rendahnya kelas siswa.

Setelah siswa membaca cepat dan menentukan kemungkinan kesalahan yang

sebanyak mungkin ada dalam karangan mereka, siswa kemudian

memperbaikinya secara individu atau dengan bantuan orang lain. Beberapa

kesalahan mungkin ada yang mudah untuk dikoreksi, ada yang perlu dilihat

pada kamus, atau ada yang perlu bantuan dari guru secara langsung. Di sinilah

kebermaknaan pembelajaran tata tulis yang dapat meliputi ejaan, tanda baca,

Page 45: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 40

dan penggunaan struktur atau istilah. Siswa benar-benar meresapi keterangan

dan perbaikan dari guru atau teman sekelas.

Pada tahap mempublikasi, tahap akhir menulis, siswa mempublikasikan tulisan

mereka dalam bentuk yang sesuai atau berbagi tulisan dengan pembaca yang

telah ditentukan. Pembaca bisa teman sekelas, guru, pegawai sekolah, atau

bahkan kepala sekolah. Adapun bentuk-bentuk tulisan yang bisa digunakan

adalah buku, jurnal, laporan, atau tulisan lain. Penentuan bentuk tulisan ini

ditetapkan berdasarkan kesepakatan siswa.

Dalam tahap mempublikasi ini, dapat juga dilakukan dengan konsep author

chair atau kursi penulis. Siswa yang telah selesai melakukan kegiatan menulis,

maju ke depan dan duduk di kursi itu. Selanjutnya ia membaca hasil karyanya,

sementara itu para siswa lain dan guru memberikan perhatian dan

menyempaikan aplaus dengan bertepuk tangan setelah pembacaan selesai.

Pembacaan hasil karya siswa itu dapat meliputi sebagian atau seluruh siswa.

Menurut Tomkins & Hoskisson (1995) tahap-tahap yang tercepat dalam proses

menulis itu tidak merupakan kegiatan yang linier. Pada dasarnya proses

menulis bersifat nonlinier, merupakan suatu putaran yang berulang. Ini berarti

setelah penulis merevisi tulisannya mungkin ia melihat ke tahap sebelumnya,

misalnya ke tahap pramenulis untuk melihat kesesuaian isi tulisan dengan

tujuan menulis.

Di samping itu, dalam pelaksanaannya, setiap siswa mungkin akan berada

pada tahap menulis yang tidak sama walaupun sebagian besar siswa mungkin

ada pada tahap yang sama. Hal ini dimungkinkan karena karakteristik setiap

siswa berbeda, ada yang cepat berpikir, ada yang lambat, ada yang selalu

meminta bantuan orang lain, ada yang mandiri, dan sebagainya. Guru sebagai

kolabolator, bukan pemimpin kelas, harus bisa mengakomodasi setiap karakte-

ristik siswa. Guru hendaknya dapat menolong perkembangan keterampilan

menulis setiap siswa semaksimal mungkin.

Page 46: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 41

Setiap ada kesulitan yang dialami siswa, guru harus dapat menciptakan situasi

agar kesulitan siswa itu dapat dipecahkan, baik dengan bantuan orang lain,

teman sekelompok, sekelas, maupun guru. Ini berarti bahwa guru dituntut

memiliki kemampuan pengelolaan pembelajaran menulis dengan baik. Ia

bukanlah pemimpin kelas, tetapi merupakan kolabolator atau teman siswa

dalam memecahkan berbagai persoalan yang muncul dan membantu setiap

siswa yang memiliki kesulitan.

Jika dilihat kembali tahap-tahap menulis seperti yang disarankan dilakukan

dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses di atas, nampak

bahwa terdapat begitu banyak kegiatan. Keterlibatan siswa dalam setiap

kegiatan itu sangat berharga dan berguna untuk pengembangan keterampilan

menulis mereka.

Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa kegiatan menulis paling kecil bila

dibandingkan dengan kegiatan mendengarkan, berbicara, atau membaca.

Urutan anak-anak yang belajar berbahasa selalu mulai mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis. Dalam literatur pengajaran bahasa pun

urutan keempat keterampilan selalu ditulis mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis.

Walaupun posisi menulis selalu di belakang tidak berarti peranan menulis juga

di belakang atau kecil. Berbagai aktivitas orang terpelajar menunjukkan bahwa

peranan menulis cukup penting dalam kehidupan manusia modern.

Di sekolah pihak yang paling berkompeten menumbuhkan keterampilan

menulis itu adalah guru bahasa Indonesia. Mereka harus melatih anak didiknya

agar terampil menulis. Lebih-lebih guru bahasa Indonesia di SD harus dapat

menumbuhkan keterampilan menulis ini pada setiap siswa.

Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk

materi pembelajaran menulis siswa diharapkan mampu: menulis permulaan

dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi. Menyalin huruf

Page 47: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 42

tegak bersambung melalui kegiatan dikte. Menyalin melalui kegiatan

melengkapi cerita dan dikte. Mendeskripsikan benda di sekitar dan menyalin

puisi anak. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk

paragraf dan puisi dalam karangan sederhana dan puisi. Menulis dalam bentuk

percakapan, petunjuk, cerita, dan surat. Menulis pengalaman secara tertulis

dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis bentuk ringkasan,

laporan, dan puisi bebas informasi secara tertulis dalam bentuk formulir,

ringkasan, dialog, dan parafrase naskah pidato dan surat resmi (Permendiknas

No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).

Guru harus berupaya agar pengajaran menulis disukai oleh siswa. Hal ini dapat

terlaksana apabila guru telah menguasai materi dan cara penyampaian materi.

Dalam segi penyampaian materi guru harus sudah mengenal, memahami,

menghayati, dan dapat menerapkan berbagai metode pengajaran menulis.

Metode pengajaran menulis yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa

Indonesia di SD antara lain:

a) Metode Produktif

b) Metode Komunikatif

c) Metode Integratif

d) Metode Tematik

e) Metode Kuantum

f) Metode Partisipatori

g) Metode Konstruktif.

Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran berbicara yang dapat

diterapkan di SD, antara lain:

a) Menulis dari Gambar Teknik pembelajaran menulis dari gambar bertujuan agar siswa dapat menulis

dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan

gambar kebakaran yang melanda sebuah desa. Dari gambar tersebut siswa

dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar. Alat yang

dibutuhkan adalah gambar-gambar yang bervariasi sesuai dengan tema

Page 48: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 43

pembelajaran, yang berukuran sama dengan kalender besar. Teknik ini dapat

dijalankan secara perseorangan maupun secara kelompok.

Cara menerapkan: (1) guru menyampaikan pengantar, (2) guru menempelkan

beberapa gambar di depan kelas, (3) setelah siswa melihat gambar tersebut,

siswa mulai mengidentifikasi gambar dan dari identifikasi itu siswa membuat

tulisan secara runtut dan logis, (4) guru bertanya kepada siswa tentang alasan

tulisan yang dibuatnya, dan (5) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.

Upayakan gambar yang disajikan sesuai dengan tema pembelajaran yang

dipelajari pada minggu itu. Guru dapat memilih gambar yang cocok dengan

karakteristik kelas. Gambar yang telah digunakan siswa dapat ditarik kembali

untuk bahan pembelajaran berikutnya.

b) Menulis Objek Langsung Tujuan: Agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang

dilihat. Guru menunjukkan objek kepada siswa di depan kelas, misal boneka,

vas bunga, mobil-mobilan, dan lain-lain. Dari objek tersebut siswa dapat

membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarka objek yang dilihatnya. Alat

yang dibutuhkan adalah objek-objek yang bervariasi sesuai dengan tema

pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun secara

berkelompok.

Cara menerapkan: (1) guru menyampaikan pengantar, (2) guru memajang

beberapa objek di depan kelas, (3) setelah siswa melihat objek tersebut, siswa

mulai mengidentifikasi objek, (4) siswa membuat tulisan secara runtut dan logis,

(5) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya, dan (6)

guru merefleksikan pembelajaran tersebut.

c) Pembandingan Objek Langsung Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat menulis perbandingan

berdasarkan objek yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan dua benda (objek)

Page 49: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 44

yang sama tetapi berbeda bentuk, warna, fungsi, dan lain-lain. Siswa menulis

dengan cara membandingkan dua objek yang telah diidentifikaikannya. Dari

objek tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis

berdasarkan objek yang dilihat.

Alat yang dibutuhkan adalah benda-benda yang bervariasi sesuai denga tema

pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan baik perorangan maupun kelompok.

Cara menerapkan: (1) Guru menyampaikan pengantar, (2) guru memajang dua

benda (objek) yang sama namun lain warna, fungsi, bentuk, dan lain-lain di

depan kelas, (3) setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai

mengidentifikasi objek, (4) siswa menulis perbandingan secara runtut dan logis,

(5) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya. (6) guru

merefleksikan pembelajaran tersebut.

d) Meneruskan Tulisan Dari teknik pembelajaran meneruskan tulisan, diperoleh kemampuan siswa

dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui

penambahan beberapa paragraf. Dalam proses melengkapi tersebut, siswa

beada dalam kondisi senang, ceria, dan penuh dengan tantangan dalam

komunitas belajar yang kompetitif.

Alat yang digunakan adalah lembaran fotokopi tulisan yang belum selesai

gagasannya, (tulisan tersebut semestinya 10 paragraf tetapi yang 3 paragraf

terakhir dibuang) kemudian siswa menambahkan paragraf sesuai dengan

idenya. Fotokopi sesuai dengan jumlah siswa. Pelaksanaan teknik ini dapat

berupa perseorangan atau kelompok.

Biasakan sebelum memulai, siswa dikondisikan melalui kegiatan persepsi lewat

berbagai cara, misalnya nyanyian, puisi, permainan, dan gerakan. Dalam

pelaksanaan teknik ini (1) guru memberikan persepsi atau pengantar, (2) bagi

kelompok (kalau penerapannya dalam kelompok), (3) guru memberikan rambu-

Page 50: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 45

rambu pelaksanaan, (4) guru memberikan lembar fotokopi kepada siswa, (5)

setelah diberi waktu dan aba-aba, siswa mengerjakan tugas berupa

meneruskan tulisan yang belum selesai dengan idenya sendiri, (6) setelah

waktu yang diberikan habis, siswa melaporkan hasilnya di depan kelas, (7) guru

bertanya kepada siswa alasan tulisan tersebut, dan (8) guru merefleksikan hasil

kegiatan tersebut.

5. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Sastra Salah satu model pembelajaran sastra yang apresiatif adalah pembelajaran

sastra dengan pendekatan resepsi sastra. Dalam penelitiannya terhadap siswa

SMP, Wiyatmi dan Syamsi (2002) menyimpulkan bahwa penerapan

pendekatan resepsi sastra dapat meningkatkan tingkat apresiasi sastra siswa

dan sikap siswa terhadap sastra. Oleh karena itu, strategi ini dipandang perlu

untuk dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran sastra.

Pembelajaran sastra dengan pendekatan resepsi sastra menghendaki siswa

untuk lebih banyak berinteraksi dengan karya sastra. Tanpa banyak diberikan

teori, siswa diminta langsung mengenal (dengan membaca atau

mendengarkan), menikmati, dan menghayati karya sastra dimaksud. Dengan

demikian, dengan model ini siswa banyak bergaul dengan karya sastra baik itu

mendengarkan, berbicara, dan membaca, maupun menulis.

B. Penerapan Metode dalam Menyusun Rancangan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007

tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah,

dinyatakan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan

belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar

pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

Page 51: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 46

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan

yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP terdiri dari: Identitas mata pelajaran, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,

materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran

(pendahuluan, inti, penutup), penutup, dan penilaian hasil belajar, dan sumber

belajar.

Contoh RPP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : V Semester : 1 Waktu : 2 x 35 menit (1 x Pertemuan) Topik : Cerita Rakyat Tanah Gayo

A. Standar Kompetensi Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan B. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya. C. Indikator Setelah mempelajari topik ini siswa diharapkan dapat:

1. Menentukan tema cerita Putri Pukes. 2. Menentukan amanat cerita Putri Pukes. 3. Menyebutkan tokoh-tokoh cerita dalam cerita rakyat Putri Pukes. 4. Mengidentifikasi setting cerita (setting tempat dan setting waktu) dalam

cerita Putri Pukes. 5. Menuliskan kembali isi cerita Putri Pukes dengan kata-kata sendiri.

D. Konsep yang perlu dikuasai siswa

Tema cerita Amanat cerita Tokoh dan penokohan dalam cerita

Page 52: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 47

Setting cerita Menggunakan tanda baca yang tepat dan kalimat yang runtut ketika

menulis E. Nilai yang Diintegrasikan

1. Nilai Imtaq Nilai-nilai religius yang berkembang di suatu daerah sebagaimana

terungkap dalam tema dan amanat cerita. 2. Keragaman Budaya dan Kebajikan Lokal

Menghargai Keragaman Budaya di daerah lain, seperti: (1) adat perkawinan dan (2) situs budaya,

F. Pendekatan/Metode Pembelajaran: Pendekatan : Kontekstual Metode : Audiolingual Integratif, Diskusi G. Materi Pembelajaran Putri Pukes (Inen Mayak Pukes) Cerita Rakyat Tanah Gayo, Aceh Tengah Penulis: Teuku Alamsyah

Tersebutlah di Tanah Gayo seorang putri yang bernama Pukes. Di tempat asal cerita ini, Putri Pukes lazim juga disapa sebagai Inen Mayak Pukes. Putri Pukes sejak kecil hidup bahagia bersama kedua orang tuanya di sebuah rumah adat gayo. Ketika menginjak usia dewasa, Putri Pukes telah menjadi gadis yang cantik jelita, bertabiat santun, dan penuh pengabdian kepada kedua orang tuanya.

Sebuah keluarga di kampung tetangga mendengar berita tentang Putri Pukes dan dia berniat melamar Putri Pukes untuk menjadi menantunya. Putri Pukes akan dikawinkannya dengan putranya Win Ara. Datanglah utusan ke rumah orang tua Putri Pukes untuk melamar sang gadis. Singkat cerita, lamaran diterima dan waktu acara pernikahan pun sudah ditetapkan.

Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Pesta meriah ala Tanah Gayo pun berlang-sung. Tetamu datang dari berbagai penjuru desa. Tidak lupa pula ditampilkan Tari Guel, Tari Resam Berume, dan Tari Putri Bensu. Semua tetamu merasa terhibur. Acara pesta berlangsung tujuh hari tujuh malam. Prosesi Munenes pun digelar. Tangisan membahana

Esoknya adalah hari yang bersejarah bagi Putri Pukes. Ia harus rela berpisah dengan kedua orang tuanya, sanak saudaranya, handai tolan, dan rumahnya tercinta tempat ia mengukir kasih mesra bersama ayah bunda dan adik-adiknya. Ia harus rela pula berpisah dengan tepian Danau Laut Tawar, tempat

Page 53: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 48

ia mandi sejak kecil hingga ia dewasa. Semua itu harus ia tinggalkan. Putri Pukes akan mengiringi suaminya hidup bersama mertua di kampung suaminya. Sulit ia bayangkan kapan ia akan dapat kembali lagi ke kampung halamannya tercinta. Memang adat negerinya sudah demikian adanya.

Ketika akan berangkat meninggalkan rumahnya, ibundanya berpesan, “Wahai anakku Putri Pukes. Kini engkau telah dewasa, engkau telah bersuami. Kami telah mendidikmu dengan segenap kemampuan yang ada. Kini tempuhlah hidupmu dan jadilah dirimu sendiri. Kemesraan yang pernah ada antara kita kini akan berganti dengan kemesraan dalam bentuk yang lain. Dengarlah kata-kata suamimu dan berbaktilah padanya sebagaimana layaknya seorang istri. Janganlah engkau pernah bermasam muka pada suamimu. Semoga engkau menemukan kebahagiaan dalam hidupmu anakku! Satu lagi pesanku, “Setelah meninggalkan rumah ini jangan sekalipun engkau menoleh ke belakang. Teruslah berjalan ke kampung suamimu.”

Dalam keyakinan masyarakat Gayo turun-temurun, jika seorang pengantin baru tidak mengindahkan nasihat orang tuanya pada saat-saat ia akan meninggalkan keluarga asalnya untuk selanjutnya menetap di rumah mertuanya, biasanya akan terkena musibah. Musibah itu dapat bermacam-macam wujudnya.

Dengan diiringi pelukan sanak saudara, kerabat, dan handai tolannya, Putri Pukes pun menapakkan langkah meninggalkan semua yang dicintainya di kampung halamannya. Seberapa jauh lambaian tangan perpisahan mengiringi Kepergiannya, ia pun tak tahu pasti. Ia melangkah mengikuti langkah suaminya. Tiada cakap di antara mereka. Putri Pukes terlena dengan kepedihannya, tergagap dengan kerinduannya yang tak terkatakan. Perasaannya hanyut dalam derap langkah kakinya yang bergerak pelan.

Di tengah perjalanan batas antara kampungnya dan kampung suaminya, kerinduan Putri Pukes tak terbendung lagi. Tanpa sadar ia menoleh ke belakang. Tampak olehnya sayup-sayup atap rumahnya dan tampak pula sepintas pohon alpukat bergoyang bersama angin. Tampak nyata dalam kerinduannya wajah-wajah yang terlalu akrab dengannya, wajah-wajah yang akan dikenangnya sepanjang masa, wajah-wajah yang tulus ikhlas melepas kepergiannya. “Masih adakah hari untuk kita bersua lagi, wahai orang-orang tercinta?” demikian ia membatin. Putri Pukes semakin terbuai dengan lamunannya.

Tanpa disadarinya, suasana alam mulai tak bersahabat. Langit yang mulanya cerah, kini berselimut mendung. Butiran hujan mulai membasahi tubuhnya. Langit semakin kelam, hujan semakin deras disertai petir yang menggelegar. Putri Pukes dan suaminya terkesima. Semua berlangsung begitu cepat. Setelah cuaca bersahabat kembali, mentari menampakkan wajahnya lagi, sepasang

Page 54: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 49

suami istri itu pun hilang dari pandangan mata. Yang terlihat hanyalah dua buah batu menyerupai manusia. Kedua batu tersebut letaknya agak berjauhan. Memang demikianlah cerita ini berakhir, Putri Pukes dan suaminya telah menjadi batu dan hingga kini batu tersebut dapat dijumpai di daerah perbatasan Kota Takengon menuju Bintang.

2) Kaidah Penggunaan Tanda Baca (tanda titik, tanda koma, tanda titik

dua) Tanda baca berupa tanda titik, tanda koma harus digunakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam kaidah EYD. Contoh: Cerita itu sangat menarik. Kita harus patuh, sayang, dan berbakti kepada kedua orang tua. 3) Struktur kalimat bahasa Indonesia Contoh: Putri Pukes menceritakan tentang keadaan kampung halamannya. Kalimat tersebut tergolong sebagai kalimat yang salah strukturnya. Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut. Putri Pukes bercerita tentang keadaan kampung halamannya. Putri Pukes menceritakan keadaan kampung halamannya. I. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

Memperkenalkan gambaran umum pembelajaran: Mendata Cerita Rakyat di NAD Membentuk kelompok: Setiap siswa diminta memilih

salah satu potongan karton manila dengan warna yang disenanginya. Potongan-potongan kertas manila diisi dalam sebuah kotak dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah siswa.

Potongan karton manila yang telah dipilih tidak boleh diperlihatkan kepada teman sekelas.

Setelah semua siswa

15 Menit

Page 55: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 50

mendapat potongan-potongan karton manila, mereka diminta mencari teman yang memilih potongan karton manila dengan warna yang sama.

Setiap siswa diminta duduk sekelompok dengan teman yang memilih potongan karton manila dengan warna yang sama.

2. Kegiatan Inti

Mendengarkan cerita Putri Pukes yang diceritakan oleh guru atau diperdengarkan mela lui tape recorder.

Cerita diperdengarkan sebanyak dua kali

Setiap siswa dalam kelompok mengidentifikasi tema, amanat, tokoh dan penokohan, serta setting cerita

Setiap kelompok berdiskusi dan membuat simpulan hasil diskusi

Setiap kelompok selama 7 menit diminta mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

Kelompok lain diminta mengomentari

Setiap kelompok membuat simpulan hasil diskusi.

Membubarkan kelompok dan memberikan applus untuk kegiatan pembelajaran hari itu

Setiap siswa menuliskan kembali isi cerita dengan memperhatikan kaidah-kaidah bahasa.

45 Menit

3. Kegiatan Penutup

Memberikan penguatan Membuat simpulan Menentukan batas-batas

tugas untuk pertemuan berikutnya.

Membuat refleksi/menulis jurnal tentang proses pembelajaran

15 Menit

Page 56: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 51

Referensi RPP: Depdiknas. 2007. Standar Isi KTSP. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Pintar Berbahasa Indonesia untuk Kelas V SD. Jakarta:

Depdiknas. Nurgiyantoro, Burhan. 2003. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:BPFE LK. Ara. 1989. Adat Budaya Tanah Gayo. (Tidak diterbitkan)

Page 57: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 52

LEMBAR KERJA SISWA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : V Semester : 1 Waktu : 2 x 35 menit (1 x Pertemuan) Topik : Cerita Rakyat Tanah Gayo I. Konsep

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat: Nilai Agama Nilai Budaya Nilai Moral

II. Hasil yang Diharapkan

Siswa dapat membuat sinopsis Cerita Rakyat NAD Siswa dapat menuliskan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat

yang dibacanya. III. Prosedur

1) Setelah pulang sekolah, kunjungilah perpustakaan wilayah atau toko-toko buku.

2) Carilah buku-buku cerita rakyat NAD. 3) Bacalah cerita-cerita tersebut dengan cermat. 4) Pilihlah sebuah cerita dan buatlah sinopsis atau ringkasan cerita. 5) Identifikasikablah nilai agama, nilai budaya, dan nilai moral yang

terdapat dalam cerita rakyat yang kamu baca. 6) Tulislah masing-masing sebuah contoh kutipan nilai agama, nilai

budaya, dan nilai moral dalam cerita rakyat yang kamu baca.

IV. Nilai yang Dikembangkan 1. Nilai Kebajikan Lokal

Dapat menerapkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dalam kehidupan

Menumbuhkan apresiasi siswa terhadap cerita rakyat NAD.

2. Nilai Keragaman Budaya Menumbuhkan kesadaran siswa bahwa di NAD terdapat beragam

cerita rakyat. Melalui cerita rakyat, siswa mengenal keragaman budaya di NAD.

Page 58: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 53

V. Hasil Temuan 1) Cerita-cerita Rakyat NAD

Amat Rhang Manyang Si Tanggang dari Haloban Ompung Garagasi Putri Pukes Putri Bensu Malem Diwa Si Pikhikh dan Bekhudihe Atu Belah Teumaleuk Putri Naga Pulo Asok Nun Parisi

2) Nilai-nilai dalam Cerita Rakyat

a) Nilai Agama Mendengar nasihat orang tua Berbakti pada orang tua Mendirikan shalat Berikhtiar dan berdoa

b) Nilai moral Memupuk rasa setia kawan Menghargai orang lain Menjauhkan sifat iri dan dengki Menjunjung tinggi sopan santun

c) Nilai Budaya Adat perkawinan di Tanah Gayo Acara peusijuek di Aceh Selatan Mengangkat tangan kanan ketika menyapa orang lain Tradisi “Rabu Abeh” pada bulan Safar

Page 59: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 54

LEMBAR EVALUASI

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : V Semester : 1 Waktu : 2 x 35 menit (1 x Pertemuan) Topik : Cerita Rakyat Tanah Gayo Prosedur Evaluasi Ranah yang Diukur Cara Penilaian Skor Penilai A. Kognitif Tes tentang: tema, amanat, penokohan, setting, dan kemampuan menulis.

Akademik Promt (penilaian proses) dilakukan secara lisan

Tes tertulis menyangkut a. unsur intrinsik cerita b. Kemampuan

menulis cerita

10-50 10-50

Guru

B. Afektif Apresiasi terhadap budaya daerah

Pengamatan Tinggi Sedang Rendah

Guru

C. Psikomotor -- -- -- Butir Soal 1) Tuliskan tema yang terkandung dalam cerita Putri Pukes! 2) Tuliskan amanat yang terdapat dalam cerita Putri Pukes! 3) Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita Putri Pukes! 4) Sebutkan setting tempat dan setting waktu dalam cerita PutriPukes! 5) Tulislah kembali cerita Putri Pukes dengan kata-katamu sendiri!

Page 60: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 55

BAB IV RANGKUMAN

Ada perbedaan yang mendasar antara pengertian pendekatan, metode, teknik,

dan strategi. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan

ke pencapaian tujuan. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam

rangka mengimplementasikan suatu metode. Strategi pembelajaran dapat

diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Jenis-jenis pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia: pendekatan Whole

Language, kontekstual, komunikatif, dan integratif. Jenis-jenis metode

pembelajaran bahasa Indonesia: metode audiolingual, komunikatif, produktif,

langsung, partisipatori, membaca, tematik, kuantum, diskusi, dan kerja

kelompok kecil (small-group work). Jenis-jenis strategi pembelajaran: langsung

(direct instruction), cooperative learning, problem solving, mengulang,

elaborasi, dan organisasi.

Page 61: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 56

BAB V PENILAIAN

I. Essai

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat!

1. Jelaskan perbedaan antara pengertian pendekatan, metode, teknik,

dan strategi!

2. Berikan alasan mengapa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

SD guru dapat menggunakan pendekatan Whole Language!

3. Jelaskan kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran bahasa Indonesia!

4. Berikan alasannya, mengapa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

guru dapat menggunakan metode audiolingual !

5. Jelaskan perbedaan antara strategi cooperative learning dengan

problem solving!

II. Tugas Kerjakanlah tugas di bawah ini di lembar kerja!

1. Buatlah rancangan pembelajaran bahasa Indonesia (RPP) Kelas

yang diampu berdasarkan SK dan KD yang terdapat dalam Standar

Isi!

2. Berdasarkan RPP yang dibuat, susunlah Lembar Kerja Siswa dan

Lembar Evaluasi!

Page 62: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 57

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Teuku. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Banda Aceh: FKIP Universitas Syiah Kuala.

Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. Third Edition. New Jersey : Prentice Hall Regents.

Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

_______________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun

2006 Tanggal 23 Mei 2006, tentang Standar Isi. Jakarta. Hernowo. 2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan

Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Bandung: MLC. Kemper, Dave dkk. 1997. Writters Express A Handbook for Young Writters,

Thinkers, and Learners. Burlington: Write Source Educational Publishing House.

Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano: KCL Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo. Johnson, Elaine. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung : MLC Mahmud, Saifuddin. 2003. “Pendekatan Kontekstual” Makalah Disajikan pada

Peringatan Bulan Bahasa, 28 Oktober 2003, Balai Bahasa Banda Aceh. Piegeat, J. 1971. Psychology and Epistemology. New York: The Viking Press. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar

Proses. Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana. ____________. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Page 63: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 58

Suyatno, 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit

Surabaya Intelektual Club.

Page 64: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 59

GLASARIUM A Academic achievement : kemampuan akademik Acquiring knowledge : menambah pengetahuan baru Activing knowledge : proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

Applying knowledge : mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman

dalam kehidupan nyata

B bulletin board : papan buletin

C Cooperative Learning : strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses

kerja sama dalam suatu kelompok

D Direct Instruction : strategi Pembelajaran Langsung

F Feed back : umpan balikan

Functional communication activies : kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional

M Metode Partisipatori Mapping : pemetaan konsep

Metode pembelajaran partisipatori : lebih menekankan keterlibatan siswa

secara penuh.

Mnemonics : membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat

diklasifikasikan sebagai satu strategi, elaborasi atau organisasi.

Page 65: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 60

P Pendekatan komunikatif : suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat

kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa.

Pendekatan kontekstual : mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan

materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa.

Penilaian autentik : proses pengumpulan informasi oleh guru tentang

pengembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui

berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau

menunjukkan secara tepat bahwa tujan pembelajarantelah benar-benar

dikuasai dan dicapai. (Hayat, 2003:3).

Portofolio adalah kumpulan hasil kerja selama kegiatan pembelajaran.

Problem Solving : strategi pembelajaran pemecahan masalah

P4QR : singkatan dar Preview (membaca selintas dengan cepat), Question

(bertanya), dan 4R singkatan dari read, reflect, recite, dan review atau

membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara

menyeluruh. Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti

efektif dalam membantu siswa menghafal informasi bacaan.

R Reflecting knowledge : pengembangan refleksi pengetahuan

Q Quantum Learning : pecepatan belajar

S Social interaction activies : kegiatan-kegiatan yang sifatnya interaksi sosial

Page 66: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 61

Strategi elaborasi : proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan

menjadi lebih bermakna.

T Teacher centered approach : berorientasi kepada guru.

U Understanding knowledge : pemahaman pengetahuan

W Whole language : suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan

pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah.

Page 67: Metodologi KKG - Revisi 2010

Metodologi Pembelajaran – KKG 1