metodologi keperawatan

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut , serta bersifat persisten dan irreversible. Menurut catatan medical record RS Fatmawati klien gagal ginjal kronik yang dirawat di RS Fatmawati pada periode 1 Agustus 2003 – 31 Juli 2004 berjumlah 224 orang atau 6,73% dari 3327 penderita penyakit dalam yang dirawat, adapun periode 1 Agustus 2004 – 31 Juli 2005 berjumlah 237 orang atau 6,03 % dari 3930 klien penyakit dalam yang dirawat, hal ini menunjukan penurunan jumlah penderita gagal ginjal kronis yang dirawat sebesar 0,33 %, namun demikian masalah keperawatan yang sering timbul pada gagal ginjal kronik cukup kompleks, yang meliputi : kelebihan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kecemasan, penurunan cardiac out put, gangguan mobilitas fisik, konstipasi / diare, resiko tinggi injuri perdarahan, perubahan proses pikir dan kurangnya pengetahuan. Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada pasien gagal ginjal kronik, peran perawat sangat penting, 1

Upload: ridwan-conan

Post on 02-Feb-2016

50 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan

fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut , serta bersifat

persisten dan irreversible.

Menurut catatan medical record RS Fatmawati klien gagal ginjal kronik yang dirawat

di RS Fatmawati pada periode 1 Agustus 2003 – 31 Juli 2004 berjumlah 224 orang atau

6,73% dari 3327 penderita penyakit dalam yang dirawat, adapun periode 1 Agustus 2004 –

31 Juli 2005 berjumlah 237 orang atau 6,03 % dari 3930 klien penyakit dalam yang dirawat,

hal ini menunjukan penurunan jumlah penderita gagal ginjal kronis yang dirawat sebesar

0,33 %, namun demikian masalah keperawatan yang sering timbul pada gagal ginjal kronik

cukup kompleks, yang meliputi : kelebihan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, kecemasan, penurunan cardiac out put, gangguan mobilitas fisik,

konstipasi / diare, resiko tinggi injuri perdarahan, perubahan proses pikir dan kurangnya

pengetahuan.

Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada pasien gagal ginjal kronik,

peran perawat sangat penting, diantaranya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, peneliti,

advocate. Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan

secara profesional dan komprehensif yang meliputi : mempertahankan pola nafas yang

efektif, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, meningkatkan asupan nutrisi

yang adekuat, meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi dan mencegah injury.

Sebagai pendidik perawat memberikan pendidikan kesehatan, khususnya tentang

perbatasan diet, cairan, dll. Perawat sebagai pengelola, yaitu perawat harus membuat

perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya

sehingga program pengobatan dan perawatan dapat berjalan dengan baik. Peran perawat

sebagai peneliti adalah menerapkan hasil penelitian di bidang keperawatan untuk meningkat

1

mutu asuhan keperawatan. Peran perawat sebagai advocate adalah membela hak klien

selama perawatan, seperti hak klien untuk mengetahui rasional penatalaksanaan medis,

pemeriksaan penunjang , dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah definisi penyakit gagal ginjal kronik?

Bagaimana epidemiologi kasus penyakit gagal ginjal kronik?

Bagaimana etiologi penyakit gagal ginjal kronik?

Apa sajakah klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik?

Bagaimanakah patofisiologi penyaki gagal ginjal kronik?

Bagaimanakah manifestasi klinis penyakit gagal ginjal kronik?

Apasajakah pemeriksaan diagnostik penyakit gagal ginjal kronik?

Bagaimanakah penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik?

Apa sajakah komplikasi pada penyakit gagal ginjal kronik?

Bagaimanakah prognosis penyakit gagal ginjal kronik?

Bagaimanakah asuhan keperawatan penyakit gagal ginjal kronik?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan gambara tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Hj.H yang

Mengalami Gagal Ginjal Kronik.

1.3.2 Tujuan Khusus

2

a. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.

b. Diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.

c. Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.

d. Implementasi pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.

e. Hasil evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.

1.4 Manfaat

Sebagai dasar dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien penderita

penyakit diabetes mellitus dan sebagai sarana pengembangan ilmu dan penatalaksanaan

pada pasien penyakit diabetes mellitus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3

2.1 Definisi

Penyakit gagal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang

beragam mengakibatkan penurunan fungsi yang progresif, dan pada umumnya berakhir

dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai

dengan penurunan fungsi ginjal yang irrefesibel, pada suatu derejat yang memerlukan terapi

pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.Uremia adalah suatu

sindrom klinik dan labolatirikyang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal

pada penyakit ginjal kronik.

2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insiden penyakit ginjal kronik

diperkirakan 100 kasus per juta penduduk per tahun, dan angka ini meningkat sekitar 8%

setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru

gagal ginjal per tahun. Di negara- negara berkembang lainnya insiden ini diperkirakan sekitar

40-60 kasus per juta penduduk per tahun.

2.3 Etiologi

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam

2 kelompok :

a.Penyakit Parenkhim Ginjal

o Penyakit ginjal primer: Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal Polikistik, TBC

Ginjal.

o Penyakit Ginjal sekunder: Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,

Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM

b.Penyakit Ginjal Obstrukdsi : Pembesaran Prostat, batu saluran Kemih, Refluks ureter.

Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan

o Infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk

o Obstruksi saluran kemih

4

o Dekstruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama.

2.4 Patofisiologi

Pada gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir protein ysng normalnya

diekskresikan ke dalam urine tertimbn dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap

sistem tubuh. Semakin banyak timbunan sampah, maka gejala akan semakin berat.

Penurunan jumlah glomeruli yang normal menyebabkan penurunan klirens subtansi darah

yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan menurunnya glomerulo filtrat rate (GFR)

mengakibatkan penurunan klirens kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum.

Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme protein dalam usus yang menyebabkan

anureksia, naungsea, maupun vomitus yang menimbulkan perubahan nutrisi kurang daro

kebutuhan tubuh. Peningkatan urium kreatinin sampai ke otak mempengaruhi fungsi kerja

mengakibatkan gangguan pada syaraf, terutama pada neurosensori. Selain itu Blood Urium

Nitrogen (BUN) biasa juga meningkat. Pada penyakit ginjal tahap akhir urine tidak dapat

dikosentrasikan atau diencerkan secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan

elektrolit natrium dan cairan tertahan meningkatkan gagal jantung kongestif. Penderita dapat

menjadi sesak napas, akibat dari ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.

Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan asites. Hal ini

menimbulkan resiko kelebihan volume cairan dalam tubuh, sehingga perlu dimonitor balance

cairannya. Semakin menurunnya fungsi renal terjadi asidosis metabolik akibat

mengekskresikan muatan asam( H+)yang berlebih. Terjadi penurunan produksi eritroprotein

yang mengakibatkan terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat timbul keluhan

adanya kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap

aktivitas.

Dengan penurunannya filtrasi glomerulus ginjal terjadi peningkatan kadar fosfat serum

dan penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsiun serum menyebabkan sekresi

parathohormon dari kelenjar paratiroid. Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan

gagal ginjal kronik berkaitan dengan gangguan yang mendasari, ekskresi protein dalam urine,

dan adanya hipertensi(Bruner dan Suddarth, 2001)

2.5 Klasifikasi

5

Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik didasarkan atas 2 hal yaitu atas dasar

derajat(stade) penyakit dan atas dasar etiologi.

Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar EFG yang dihitung dengan

menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:

(140- umur ) X berat badan

LFG (ml/ mnt/ 1,73m2)

72X kreatinin plasma (mg/dl)

Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronikatas Dasar Derajat Penyakit

Derajat Penjelasan LFG(ml/mnt/

1,73m2)

1

2

3

4

5

Kerusakan ginjal denggan LFG normal /meningkat

Kerusakan ginjal dengan LFG menurun ringan

Kerusakan ginjal dengan LFG menurun sedang

Kerusakan ginjal dengan LFG menurun berat

Gagal ginjal

≥90

60-89

30-59

15-29

<15/ dialisis

2.6 Manifestasi Klinik

Gejala – gejala akibat gagal ginjal kronik :

a. Umum : Fatig, malaise, gangguan tumbuh kembang.

b. Kulit : Pucat, mudah lecet.

c. Kepala dan Leher : Fetur uremik, lidah kering dan berselaput.

d. Kardiovaskuler : Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung,

perikarditis, uremik, penyakit vaskuler,.

e. Pernapasan : Hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura.

f. Gastrointestinal : Anoreksia, nausea, gastritis, ulkus

pepetikum, colitis uremik, diare yang disebabkan oleh antibiotic.

6

g. Kemih : Nokturia, poliuria’

h. Reproduksi : Penurunan libido

i. Hematologi : Anemia, mudah mengalami perdarahan.

j. Endokrin : Multiple

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Kreatinin plasma akan meningkat seiring dengan penurunan laju filtrasi glomerulus,

dimulai bila lajunya kurang dari 60 ml/menit. Konsentrasi ureum plasma kurang dapat

dipercaya karena dapat menurun pada diet rendah protein dan meningkat pada diet tinggi

protein. Pemeriksaan biokimia plasma untuk mengetahui fungsi ginjal dan gangguan

elektrolit, mikroskopik urin, urinalisis. USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran

ginjal dan penyebab gagal ginjal, missal adanya obstruksi pelvis ginjal dan kista.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanan penyakit ginjal kronik meliputi :

Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)

Memperlambat pemburukan fungsi ginjal

Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kaardiovaskuler

Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal

2.9 Komplikasi

7

Adapun komplikasi dari gagal ginjal kronik adalah :

Hipertensi

Anemia

Osteodistrofi renal

Payah jantung

Asidosis metabolik

2.10 Prognosis

Pada pasien gagal kronik prognosisnya buruk

BAB III

8

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK

3.1 Pengkajian

Tgl/bln/MRS : 3 April 2007

Ruang : Bedah

Kamar No : 3

1. Identitas klien

Nama : Hj. H

Umur : 40 tahun

No. reg : 0762xxx

Tanggal lahir : 23 januari 1968

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jombang xxx

Suami : H. X

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jombang xxx

No. Telf : 081333xxx

2. Keluhan Utama

9

MRS

Klien mengatakan : Tidak bisa buang air kecil dan nyeri pada pinggang

sebelah kanan.

Saat Pengkajian

Klien mengatakan : Nyeri pada pinggang.

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan : Nyeri pada pinggang, nyeri sering timbul pada malam hari secara

berturut-turut.

4. Riwayat penyakit dahulu

Klien mengatakan : Sebelumnya pasien pernah mengalami hipertensi dan sakit

pinggang sejak dia duduk di bangku kuliah dan pasien dapat

mengatasinya dengan obat-obat yang dibeli ditoko

5. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga mengatakan : Bapak didapatkan penyakit hipertensi dan diabetes militus dan

menyebabkan bapaknya meninggal

GGK

10

Meninggal

Laki-laki

Wanita

Px

3.2 Pola Aktifitas Sehari - hari

Sebelum MRS Sesudah MRS

1. Aktifitas dan istirahat

Pasien mengatakan : susah

tidur pada malam hari ( tidur

hanya 3-4 jam pada malam hari)

Pasien mengatakan : Sering

mengalami kelemahan otot

bahkan keram.

Pasien mengatakan gerak

sedikit mudah lelah.

Pasien mengatakan : Susah tidur

pada malam hari( tidur hanya 2 jam)

Pasien mengatakan : mengalami

kelemahan otot dan sering keram

pada alat gerak

Pasien mengatakan : Mudah lelah

2. Nutrisi

Pasien mengatakan : setiap hari

hanya makan 2x sehari dengan

komposisis:

a.Nasi : 2 entong

b.Sayur : sayur saja tanpa kuah

c.Lauk : tahu,temped an

kadang ikan

Pasien mengatakan : sering

merasa mual setelah makan.

Pasien mengatakan : Berat

badanya bertambah dari 45 kg

naik menjadi 48 kg selama 3

hari.

Pasien mengatakan : Frekuensi

minumnya 13 gelas kali

200cc /hari = 2600cc/hari

Pasie mengatakan : Setiap hari

makan 3x sehari ( diet ahli gizi )

dan tidak habis

Pasien mengatakan : Mualnya

berkanjut bahkan sampai muntah

Pasien mengatakan : Badannya

bertambah dari 48 kg menjadi 50 kg

dalam 2 hari dan terus berlanjut

Pasien mengatakan : frekuensi

minumnya bertambah 14 gelas kali

200cc per hari = 2800cc perhari

11

3. Eliminasi

Pasien mengatakan : jarang

berkemih dan jika berkemih

hanya sedikit kurang lebih

600cc perhari

Pasien mengatakan :

Perutnya sering kembung

dan frekuensi 2x1 hari

Pasien mengatakan :

urinenya agak pekat dan

berwarna kuning

kecoklatan.

Pasien mengatakan ; Sering

diare( tinjanya lembek dan

berair )

Pasien mengatakan : jarang

berkemih dan jika berkemih

hanya sedikit kurang lebih

600cc per hari

Pasien mengatakan :

perutnya sering kembung

dengan frekuensi 3-4x

sehari

Pasien mengatakan :

diarenya berkurang ( tinja

sudah agak lunak dan tidak

berair)

4. Pola persepsi diri dengan konsep

diri

Pasien mengatakan : sedang

mendapat cobaan dan pasien

tidak malu dan sedih akan

penyakitnya serta pasien

optimis akan kesembuhan

penyakitnya.

Pasien mengatakan ; sedang

mendapat cobaan dan pasien

tidak malu dan sedih akan

penyakitnya serta pasien

optimis akan kesembuhan

penyakinya

5. Pola persepsi kognitif ( perasaan )

Pasien dapat membedakan

rasa, raba, lihat,

pendengaran serta

penciuman, dan proses

berpikir lancer.

Pasien mengatakan : ada

rasa nyeri pada pinggang

yang kadang timbul dan

kadang hilang

12

13

3.3 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Pada saat pengkajian, keadaan pasien lemah, letih, dan lesu, kesadaran baik,

penampilan pasien kotor, pakaiannya rusuh, dan badannya mengelurkan baru.

2. TTV

TD : 90/60 mmHg

N : 120x/menit

CRT : 4 detik

Turgor : > 6 detik

Akral : Dingin

TB : 160 cm

BB : 60 kg ( sebelum sakit 55 kg ) meenurun 5 kg.

3. Head to toe

a. Kepala

Inspeksi : kapala berbentuk bulat dan jika dilihat tidak didapatkan benjolan,

rambut kotor dan kemerahan.

Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-), lesi (-).

b. Wajah

Inspeksi : Pucat, skelera ikterik (-)/(-),anemis (+)/(+),Simetris, kotoran

hidung (+)/(-), mukosa bibir kering dan pecah-pacah

Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan

c. Leher

Inspeksi : Pembesaran kelenjar tiroid negative

Palpasi : pembesaran vena jugularis ( -), pembesaran kelenjar limfe (-)

d. thorak

Inspeksi : Simetris, Pembesaran thorak (-), koste tidak menonjol

Palpasi : pembesaran thorak (-), nyeri tekan (-), RR 24x/menit, gangguan

pernapasan (-),Traktil frenitus (-)/(-),krepitasi (-)

Auskultasi : ronchi (-),whizzing (-)

14

e. Ekstermitas

Inspeksi : Pembengkakan ekstermitas SD (+)

Pembengkakan ekstermitas SS (+)

Pembengkakan ekstermitas ID (+)

f. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen N tidak didapatkan benjolan tidak didapat asites

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : tympani

Auskultasi : Bising usus

g. Integumen

Kulit kelihatan pucat, terutama pada bagian wajah

15

3,4 Pohon Masalah

16

Etiologi

Infeksi saluran kemih

Nefron sehat mengalami hipertrofi

Terjadi kerusakan nefron

GFR

Keseimbangan glomerolus-tubulus tidak dapat dipertahankan

Beban kerja nefron

Proses reabsorbsi terganggu

GGK

Fleksibelitas pd proses ekskersi maupun konsentrasi zat terlarut

Gang. Pemenuhan nutrisi

BUN kreatinin

Keringat berbau amoniak

Urea dalam air liurUreum dalam keringat

Penumpukan toxin uranik

Intake nutrisi

Mual, muntah

Bau mulutedema

Gang. Pemenuhan ADL

Lemah,letih,lesu

energi

Msk ke intersisial kulit

Terjadi reflug

Ekskresi terganggu

Pe cairan pd pembuluh darah

Urin masuk dalam darah

Gang. Intregitas kulit

Fungsi lap kulit

Resiko curah jantung

3.5 Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1 Ds : pasien mengatakan jangtung

berdetak dengan cepat.

Do :

TTV : TD :160/90 mmhg

N : 82 kali/mnt

RR : 36 kali/menit

T : 37,8 ⁰C

Klien tampak gelisah

Resiko tinggi terhadap

penurunan curah

jantung

Ketidak seinbangan

cairan dan elektrolit

2 Ds : pasien mengatakan tidak ada nafsu

makan, mual, dan ingin muntah

Do :

Porsi makan tudak habis

Lemak subkutan tipis

BB awal 60 Kg/BB akir 55 Kg

Muntah (+)

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

Intake nutrisi yang

tidak adekuat

3 Ds : pasien mengatakan bengkak pada

tangan Serta terasa nyeri

Do :

Turgor > 2 detik

Piting edema (+)

Tangan klien tampak bengkak

Klien tampak membatasi gerak

Perubahan integritas

kulit

Adanya edema dan

kerapuhan kapiler

4 Do : pasien mengatakan sulit tidur pada

malam hari

Do :

Mata merah (+)

Pucat

Lemah

Gangguan

penemenuhan

pemenuhan ADL

Kelemahan fisik

17

Hb : 7,7 mg/dl

3.6 Diagnosa keprawatan :

1. gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan

muntah

3. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan edema dan kerapuhan kapiler.

4 Resiko tinggi terhadap curah jantung berhubungan dengan peningkatan cairan

18

3.5 NCP

Tgl No

Dx

Perencanaan Rasional Ttd

Tujuan Kriteri hasil Intervensi

1 Jangka pendek :

mampu

beraktifitas untuk

dirinya

Jangka panjang :

mampu

berpartisipasi

dalam aktifitas

perawatan diri

Berkurangnya

kelemahan

Pemenuhan keb

istirahat (tidur)

Dapat

melaksanakan

mobilisasi

dengan baik

Mandiri

Identifikasi

factor yang

dapat

mendukung

pasien untuk

toleransi

terhadap

aktifitas

Atur jadwal

pasien,

pemberian

istirahat antara

aktifitas dan

waktu tidur

yang cukup

Batasi

pengunjung dan

lamanya

kunjung selama

periode istirahat

Bantu pasien

dalam

merencanakan

jadwal aktifitas

sehari-hari

Kolaborasi :

Sebagai indicator

untuk mengetahui

factor yang

mendukung

aktifitas sehingga

memudahkan

dalam memenuhi

ADL.

Dengan pemberian

waktu istirahat

diharapkan klien

lebih menghemat

energy/ komsumsi

O2

Menyediakan

energy yang

dibutuhkan selama

penyembuhan

melalui istirahat

Mengurangi

mobilisasi yang

kurang efektif

19

Pemberian obat

analgesic

sedative (CTM)

Untuk

meningkatkan rasa

ngantuk

2 Jangka pendek :

Pemasukan

makanan yang

adekuat

Jangka panjang :

kebutuhan nutrisi

klien sesuai

dengan toleransi

tubuh

Merencanakan

jumlah

kalori/nutrisi

yang tepat

Mempertahankan

berat badan

Menunjukkan

tingkat energy

yang biasanya

Mandiri

Pantau

masukan nutrisi

makanan setiap

hari

Timbang berat

badan

Beri masukan

nutrisi secara

teratur

Lakukan

perawatan oral

higine

Kolaborasi

Pemeriksaan

lab. BUN,

kreatinin dan

albumin

Kolaborasi

Pemberian diet

tinggi kalori,

rendah garam,

rendah protein

Dengan pantauan

pola makan setiap

hari nutrisi klien

dapat terpenuhi

Merupakan

indicator

pemenuhan nutrisi

yang adekuat

Meminimalkan

anoreksia,

meningkatkan

absorbs

Membantu

menutralkan

amoniak yang

dibentuk oleh

perubahan urea

Sebagai indicator

kebutuhan nutrisi

serta pembatasan

dan kebutuhan

nutrisi

20

Lemak dan protein

tidak digunakan

sebagai energy

utama, sehingga

tidak terjadi

penumpukan yang

bersifat asam, diet

rendah garam

memungkintan

retensi air kedalam

lattravaskular

3 Jangka pendek :

mencegah

timbulnya

infeksi,

menurunkan

resiko terjadinya

kerusakan

integritas kulit

Jangka panjang :

tercapainya

proses

penyembuhan

edema

Berkurangya

edema dan lesi

pada kulit

Turgor < 2 detik

Mandiri

Kaji kulit dari

kemerahan,

kerusakan,

memar

Berikan

perawatan kulit

dengan lotion

untuk

menghindari

keringat

Intruksikan

pasien untuk

tidak

menggaruk

daerah edema

Bantu pasien

untuk

mengubah

posisi tiap 2 jam

Deteksi dini

terhadap masalah

pada kulit untuk

memudahkan

tindakan

Mengurangi gatal

dan keringat pada

kulit, iko mencegah

robekan pada kulit

Menurunkan resiko

intradernal

Mencegah

penekanan terus

menerus yang

21

jika pasien

bedres total

Pertahankan

kulit tetap

kering dan

bebas keringat

Anjurkan klien

untuk memakai

pakaian dari

katun yang

longgar

Kolaborasi

Berikan matras

busa/ flotasi

menyebabkan luka

karena

vaskularisasi tidak

lancer

Menurunkan iritasi

dermal dan resiko

kerusakan kulit

Mencegah iritasi

dermal langsung

dan meningkatnya

evaporasi pada kulit

Menurunkan

tekanan lama pada

jaringan, yang

dapat membatasi

perfusi selular yang

menyebabkan

nekrosis

4 Jangka pendek :

mengembalikan

keseimbangan

cairan sirkulasi

dalam waktu < 2

jam

Jangka panjang :

penurunan

curang jantung

tidak terjadi

Mepertahankan

curah jantung

Mandiri

Awasi TD dan

frekuensi

jantung dengan

melakukan

EKG

Auskultasi

bunyi jantung

dan paru,

evaluasi

Deteksi dini

terhadap kelebihan

cairan

Untuk mengetahui

adanya GGK

( takikardi,

frekuensi jantung

22

adanyya edema

dan keluhan

dispnea

Kaji adanya

derajat

hipertensi

( awasi TD)

Pertahankan

tirah baring dan

pemenuhan

istirahat adekuat

Obserfasi

adanya nyeri

dada

Kolaborasi

Pemeriksaan

lab. (K, Na, Ca,

dan Mg)

Berikan

tambahan

oksigen

Berikan obat

antihipertensi

( kaptopril,

hidralazin,

prazozin, dll).

tidak teratur,

dispnea, seanosis,

edema).

Disfungsi ginjal

dapat

mengakibatkan

hipertensi karena

gangguan pada

system aldosteron

rennin /

angiotensin.

Hipertensi dan GJK

kronis dapat

menyebabakan IM,

kurang lebih pasien

GGK dengan

dialysis mengalami

perikarditis

Ketidakseimbangan

dapat menggangu

konduksi elektrikal

dan fungsi jantung

Menurunkan

konsumsi

oksigen/kerja

jantung

Menurunkan

tahanan faskuler

23

sistemik dan

pengeluaran rennin

untuk menurunkan

kerja miokardial

dan membantu

mencegah GJK.

3.6 Implementasi dan Evaluasi

24

No. Dx

Tgl/ hari/ jam

Implementasi Evaluasi TTD

1. Mengidentifikasi klien 2. Mengatur jadwal istirahat

dan aktivitas klien3. Mengatur jadwal kunjungan

pada klien4. Memberikan obat analgesic

pada klien( CTM)

S :pasien mengatakan bias tidur nyenyakO :mata merah Tidak tampak pucatTidak lemahA :masalah teratasiP :atur jadwal aktivitas dan istirahat

1. Observasi menu makanan klien

2. Menimbang BB klien3. Memberikan masukan nutrisi

secara terutur dan adekuat4. Melakukan perawatan oral

hygyne5. Memantau hasil

pemeriksaan lab (keratin dan albumin)

6. Memberikan menu makanan dengan diet tinggi kalori, rendah garam, dan rendah proten

S :pasien mengatakan napsu makan kembaliO :

pasien mengatakan porsi makan habis

lemak sukotan kembali BB meningkat (dari 55kg

menjadi 60kg) Muntah (-)

A :masalah teratasiP :pertahankan asupan nutrisi yang adekuat serta memenuhi diet rendah garam, rendah protein dan tinggi kalori

1. Mengkaji kondisi kulit2. Memberikan perrawatan

kulit dengan lotion3. Mengintruksikan klien untuk

tidak menggaruk daerah edema

4. Membantu klien merubah posisi setiap 2 jam

5. Mempertahankan kondisi kulit klien agar tetap kering dan bebas dari keringat

6. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang longgar

7. Memberikan matras busa pada klien

S :pasien mengatakan edema mulai menyusut serta nyeri mulai berkurang O :

Tugor >2 dtk Pitting adema (+) Edema pada tangan mulai

menyusut Klien mulai bias beraktivitas

sendiri A :masalah teratasi sebagian P :lakukan impementasi 2, 3, 5, & 7

1. Mengobservasi TD klien dan melakukan EKG

2. Mengauskultasi denyut jantung & paru

3. Mengobservasi adanya nyeri

S :pasien mengatakan detak jantung tidak cepatO :

TD : 120/80mmHg N : 80/ menit

25

dada4. Memantau hasil

pemeriksaan lab (K, Na, Ca, Mg)

5. Memberikan tambahan oksigen

6. Memberikan obat antihipertensi (hidralazin, prozazin, kaploprin)

RR : 20X/menit S : 36,5 ⁰C

A : masalah teratasiP : observasi terus TTV klien

BAB IV

26

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan

lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai

macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Gambaran umum perjalanan gagal ginjal

kronik dapat diperoleh dengan melihat hubungan antara kebersihan kreatinin dan

kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) sebagai persentasi dari keadaan normal, terhadap

kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah (BUN) dengan rusaknya messa nefron

secara progresif oleh penyakit ginjal. Prognosis dari penyakit ini adalah buruk maka dari

itu pencegahan dini harus dilakukan.

4.2 Saran

Bagi klien dan keluarga

Di harapkan klien lebih mengerti dan memahami serta mau menjaga organ –organ

penting didalam tubuh contohnya organ ginjal ssetidaknya klien dan keluarga lebih

berhati-hati serta mencegah timbulnya penyakit tersebut.

Bagi perawat

Di harapkan dalam melakukan tindakan mengacu pada asuhan keperawatan sehingga

masalah yang terjadi dapat teratasi dengan baik dan dapat bekerja secara professional.

27