metode sosiologi

34
1 METODE SOSIOLOGI Sebagaimana telah kita lihat, maka, seperti juga ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang lahir, tumbuh, dan berkembang. Agar ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai segi kehidupan sosial manusia ini dapat tumbuh dan berkembang, perlu dilakukan kegiatan yang dinamakan penelitian sosial. Melalui penelitian sosial para ahli sosiologi mengumpulkan data yang dapat menambah pengetahuan kita mengenai sasaran perhatian mereka, yaitu masyarakat; melalui penelitian sosial para ahli sosiologi menemukan fakta baru yang memperluas cakrawala serta memperdalam pemahaman kita sehingga merupakan sumbangan ke arah pengembangan sosiologi. Bagaimanakah para ahli sosiologi mempelajari sasaran perhatian mereka?. Sebagaimana Anda mungkin masih ingat di kala kita membahas Comte (dengan metode positifnya) dan Durkheim (dengan aturan metode sosiologinya), maka dalam sosiologi dikenal berbagai cara-metode-untuk mempelajari gejala sosial. Metode penelitian yang digunakan ahli sosiologi tidak selalu sama, karena ruang lingkup sasaran perhatian para ahli sosiologi tidak selalu sama; ada yang mempelajari fakta sosial (Durkheim), sistem sosial (Parsons), institusi sosial (Durkheim), tindakan sosial (Weber). Sebagaimana akan

Upload: arnold-jayendra-sianturi

Post on 26-Jul-2015

490 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metode Sosiologi

1

METODE SOSIOLOGI

Sebagaimana telah kita lihat, maka, seperti juga ilmu-ilmu pengetahuan

lainnya, sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang lahir, tumbuh, dan

berkembang. Agar ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai segi kehidupan

sosial manusia ini dapat tumbuh dan berkembang, perlu dilakukan kegiatan yang

dinamakan penelitian sosial. Melalui penelitian sosial para ahli sosiologi

mengumpulkan data yang dapat menambah pengetahuan kita mengenai sasaran

perhatian mereka, yaitu masyarakat; melalui penelitian sosial para ahli sosiologi

menemukan fakta baru yang memperluas cakrawala serta memperdalam pemahaman

kita sehingga merupakan sumbangan ke arah pengembangan sosiologi.

Bagaimanakah para ahli sosiologi mempelajari sasaran perhatian mereka?.

Sebagaimana Anda mungkin masih ingat di kala kita membahas Comte (dengan

metode positifnya) dan Durkheim (dengan aturan metode sosiologinya), maka dalam

sosiologi dikenal berbagai cara-metode-untuk mempelajari gejala sosial. Metode

penelitian yang digunakan ahli sosiologi tidak selalu sama, karena ruang lingkup

sasaran perhatian para ahli sosiologi tidak selalu sama; ada yang mempelajari fakta

sosial (Durkheim), sistem sosial (Parsons), institusi sosial (Durkheim), tindakan

sosial (Weber). Sebagaimana akan kita lihat pada akhir buku ini, maka metode yang

digunakan seorang ahli sosiologi terkait secara erat dengan teori atau paradigma yang

dianutnya.

Dalam usaha mengumpulkan data yang dapat menghasilkan temuan-temuan

baru dalam sosiologi, para ahli sosiologi perlu memperhatikan tahap penelitian, yang

saling berkaitan secara erat. Walaupun jumlah serta jenis tahap yang dijabarkan

dalam berbagai buku penuntun metode penelitian tidak selalu sama, namun dalam

kebanyakan buku tersebut dijumpai beberapa tahap yang dianggap pokok, yaitu

tahap perumusan masalah, penyusunan desain penelitian, pengumpulan data, analisis

data dan penulisan laporan penelitian.

Page 2: Metode Sosiologi

2

PERUMUSAN MASALAH

Berkat hasil pemikiran serta hasil penelitian sejumlah besar ahli sosiologi,

terutama mereka yang telah berhasil mengungkapkan temuan-temuan baru, sosiologi

makin berkembang. Usaha-usaha untuk memperluas cakrawala sosiologi dibangun di

atas hasil temuan para ahli sosiologi terdahulu, dan setiap temuan baru merupakan

suatu sumbangan pada suatu himpunan pengetahuan sehingga pengetahuan kita

mengenai masyarakat bertambah. Karena itulah, sebelum memulai suatu usaha

penelitian seorang ahli sosiologi tertebih dahulu harus melakukan tinjauan pustaka

(literature review), yaitu tinjauan terhadap bahan-bahan pustaka yang ada di bidang

yang bersangkutan agar dapat mengetahui temuan-temuan apa sajakah yang

sebelumnya pernah dilakukan oleh ahli sosiologi lain. Seseorang yang ingin meneliti

masalah sosiologi agama, misalnya, sekurang-kurangnya perlu mengenai tulisan

tokoh klasik seperti Emile Durkheim dan Max Weber maupun tokoh masa kini

seperti Robert Bellah dan Peter Berger mengenai pokok bahasan tersebut. Sukar

dibayangkan suatu penelitian terhadap sistem kasta di India yang tidak didahului

dengan tinjauan terhadap tulisan ahli sosiologi Srinivas dari India mengenai kasta.

Suatu studi terhadap nasionalisme dan revolusi Indonesia pada tahun 1945

harus memanfaatkan karya relevan ilmuwan sosial seperti George McTurnan Kahin

atau Benedict R.O.G. Anderson. Dan tulisan ilmuwan sosial Indonesia seperti Selo

Soemardjan, Koentjaraningrat, Sajogyo, Soedjito Sosrodihardjo, Loekman Soetrisno

merupakan bacaan wajib bagi mereka yang ingin mempelajari masayarakat desa di

Jawa. Hanya melalui cara tinjauan pustakalah seseorang dapat mengetahui

sumbangan apa yang dapat diberikannya kepada pengembangan ilmu melalui

penelitian yang akan dilakukannya itu.

Kadang-kadang seorang peneliti melakukan penelitian terhadap suatu objek

tertentu tanpa terlalu memperhatikan hasil karya ahli sosiologi lain yang

berkecimpung dalam bidang yang sama. Dalam hal demikian mungkin saja beberapa

orang peneliti melakukan kegiatan penelitian serupa, tanpa saling mengetahui

kegiatan masing-masing; dan masing-masing mungkin lalu merasa bahwa ia

melakukan sesuatu yang asli, menemukan sesuatu yang baru. Dalam sejarah ilmu

Page 3: Metode Sosiologi

3

pengetahuan peristiwa semacam ini banyak dijumpai, dan tidak jarang menimbulkan

konflik perihal masalah keaslian temuan yang telah dilakukan masing-masing

peneliti (lihat, antara lain, Merton, 1974). Selama tujuh tahun, misalnya, baik Luc

Montagnier dari Institut Pasteur di Paris maupun Gallo dari Institut Kesehatan

Nasional A.S. di Bethesda, Maryland masing-masing bersiteguh bahwa ialah yang

pertama kali menemukan virus HIV yang menjadi penyebab penyakit AIDS. Semula

tercapai kata sepakat bahwa kedua-duanya berhak mendapat penghargaan sebagai

penemu virus HIV (lihat TIME, 20 Mei 1991), tetapi kemudian Gallo dituduh telah

melakukan kecurangan.

Kemungkinan lain ialah bahwa seseorang merasa telah menemukan sesuatu

yang sebenarnya sudah lama ditemukan oleh ahli lain terdahulu. Masalah seperti ini

terutama banyak dijumpai dalam masyarakat yang sedang berkembang dimana

sarana komunikasi ilmiah seperti perpustakaan, buku, majalah, makalah ilmiah masih

langka dan tradisi melakukan komunikasi ilmiah seperti tukar-menukar informasi

ilmiah masih lemah, sehingga seorang ilmuwan seolah-olah bekerja sendiri secara

terisolasi tanpa banyak mengetahui perkembangan yang terjadi di dalam bidang

ilmunya (lihat, antara lain, Shils, 1972).

Dengan semakin majunya teknologi komunikasi yang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan komunikasi ilmiah, termasuk di dalamnya penggunaan komputer,

jaringan internet, antena parabola, faksimili, komunikasi ilmiahpun menjadi semakin

efektif dan efisien, dan daya jangkaunya semakin luas. Dengan demikian

kemungkinan untuk tertinggal perkembangan ilmupun menjadi semakin besar bagi

para ilmuwan yang tidak mau ataupun tidak mampu memanfaatkan teknologi

komunikasi mutakhir tersebut.

Selain mempelajari karya ahli sosiologi tertentu, dan menggunakannya dalam

rangka usahanya untuk merumuskan masalah penelitian (research problem), maka

seorang ilmuwan wajib pula menyatakan pengakuannya terhadap hasil karya ahli

sosiologi lain tersebut dengan jalan menyebutkan nama dan hasil karya mereka di

dalam tulisannya. Asas ini mencerminkan dianutnya norma kerendahan hati

Page 4: Metode Sosiologi

4

Ilmuwan, yang antara lain terwujud dengan pernyataan Newton mengeni standing on

the shoulders of giants (lihat Merton; 1974). Mereka yang tidak meng-indahkan hal

milik intelektual Ilmuwan lain menghadapi risiko dituduh melakukan pelanggaran

etika akademi dan terancam sanksi.

Suatu penelitian diawali dengan suatu masalah penelitian, yang, sebagaimana

telah kita lihat dalam Bab 2 mengenai pokok bahasan sosiologi, tidak selalu harus

berarti masalah sosial. Bagaimanakah para perintis sosiologi merumuskan masalah

penelitian mereka?

Durkheim tertarik pada gejala bunuh diri, yang dirumuskannya sebagai

"semua kasus kematian yang secara langsung ataupun tidak langsung dihasilkan oleh

suatu tindak positif atau negatif si korban sendiri, yang diketahuinya akan membawa

hasil tersebut" (Durkheim, 1968:44 terjemahan penulis). Dari data dalam berbagai

dokumen Durkheim menyimpulkan bahwa dalam setiap masyarakat dijumpai suatu

fakta sosial yang pasti, yaitu apa yang dinamakannya angka bunuh diri (suicide rate),

angka perbandingan antara jumlah bunuh diri dengan jumlah penduduk masyarakat

yang bersangkutan. Pertanyaan penelitian Durkheim adalah: faktor sosial apakah

yang mempengaruhi angka bunuh diri dalam masyarakat? Kenapa angka tersebut

berbeda antar satu masyarakat dengan masyarakat yang lain? Dan kenapa angka

bunuh diri pada suatu masyarakat dapat berubah? Usaha Durkheim untuk menjawab

pertanyaan penelitian tersebut dengan mengkaji data bunuh diri di berbagai wilayah

di Eropa kemudian menghasilkan karyanya yang terkenal, Suicide (1968).

Contoh lain mengenai suatu pertanyaan awal yang kemudian menghasilkan

suatu karya besar ialah pertanyaan yang diajukan Max Weber. Karyanya The

Protestant Ethic and the Spirit of a Capitalism (judul asli: Die protestantische Ethik

und der Geist des Kapitalismus) dimulai dengan pengamatan bahwa di Jerman

pimpinan perusahaan serta pemilik modal, para karyawan yang berketerampilan

tinggi, serta personel terlatih perusahaan-perusahaan modern sebagian besar

beragama Protestan (Weber, 1958:35). Dari pengamatan ini Weber sampai pada

suatu pertanyaan dasar: kenapa terdapat hubungan antara pernyataan tertentu dari

Page 5: Metode Sosiologi

5

semangat Protestan kuno dengan kebudayaan kapitalis modern? Penelitian Weber

untuk menjawab pertanyaan tersebut menghasilkan tesisnya yang terkenal, yang

hingga kini masih tetap menjadi pokok bahasan para ahli sosiologi.

Sebagaimana halnya dengan hasil penelitian para perintis ilmu-ilmu sosial di

masa lampau maka berbagai hasil penelitian masa kini terhadap masyarakat kitapun

mcncerminkan keinginan para ahli ilmu sosial untuk menjawab suatu pertanyaan

yang dianggap mendasar. Ahli ilmu politik Herbert Feith, misalnya, ingin

mempelajari faktor yang menyebabkan memudarnya demokrasi konstitusional di

Indonesia dalam periode 1948-1957 (Feith, 1968:xi); ahli antropologi Clifforc Geertz

tidak puas dengan pernyataan bahwa lebih dari 90% Jawa beragama Islam, dan

meneliti masyarakat sebuah kota di Jawa Timur untuk mencoba mengungkapkan

keanekaragaman ritual, kepercayaan, dan nilai yang tersembunyi di balik pernyataan

tersebut (Geertz, 1964:7); ahli sosiologi Selo Soemardjan berusaha untuk

menggambarkan perubahan politik dan sosial di Yogyakarta di masa-masa

penjajahan Belanda, pendudukan Jepang dan selama revolusi 1945 - 1949

(1962:xviii-xix). Dengan terjawabnya pertanyaan awal tersebut melalui prosedur

yang disepakati masyarakat ilmiah, maka ilmu berkembang; batas-batas

pengetahuan, "the frontiers of knowledge", diubah.

TAHAP PENYUSUNAN DESAIN PENELITIAN DAN PENGUMPULAN

DATA

Setelah pertanyaan penelitian dirumuskan sedemikian rupa sehingga peneliti

mempunyai suatu gambaran mengenai apa yang hendak diketahuinya melalui

penelitian, maka ia harus menentukan metode penelitian yang akan dipilihnya untuk

mengumpulkan data. Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal berbagai metode pengumpulan

data, seperti metode survai serta beberapa metode nonsurvai seperti metode

pengamatan dan metode eksperimen.

METODE-METODE UTAMA PENGUMPULAN DATA

Penelitian Survai. Penelitian survai (survey research) ialah suatu jenis

penelitian yang di dalamnya hal yang hendak diketahui peneliti dituangkan dalam

Page 6: Metode Sosiologi

6

suatu daftar pertanyaan (questionnaire) baku. Teknik survai ini sudah lama

digunakan; pada tahun 1880, misalnya, Karl Marx mengirimkan daftar pertanyaan

ke-25.000 orang buruh di Perancis, dan ahli sosiologi Max Weber pun dikabarkan

menggunakan teknik survai dalam penelitiannya terhadap Etika Protestan (lihat

Babbie, 1973). Menurut Babbie ahli sosiologi masa kini yang dapat dianggap sebagai

perintis teknik penelitian survai ialah Samuel A. Stouffer dan Paul F. Lazarsfeld.

Suatu daftar pertanyaan pada umumnya memuat sejumlah pertanyaan yang

dikenal dengan nama pertanyaan tertutup karena subyek penelitian diminta memilih

satu dari sejumlah jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Contoh dari

pertanyaan tertutup ialah, misalnya: "Apakah Saudara sekarang telah menikah dan

hidup bersama suami atau istri saudara, janda atau duda, bercerai, berpisah, atau

belum pernah menikah?", yang dijawab subyek penelitian dengan memilih satu di

antara jawaban berikut: "Menikah, Janda/duda, Bercerai, Berpisah, Tidak pernah

menikah."

Kadang-kadang daftar pertanyaan memuat pula pertanyaan terbuka,

pertanyaan yang dijawab secara bebas sesuai dengan keinginan subyek penelitian.

Contohnya: pertanyaan "Mengapa Saudara tidak pernah meminjam uang dari bank?

Harap jelaskan!" dapat dijawab secara bebas tanpa terikat pada sejumlah jawaban

yang telah ditetapkan peneliti.

Teknik survai mengandung persamaan dengan sensus; namun pada sensus

yang menjadi subyek wawancara adalah seluruh populasi, misalnya semua kepala

rumah tangga di seluruh Indonesia, sedangkan dalam teknik survai daftar pertanyaan

diajukan pada sejumlah subyek penelitian yang dianggap mewakili populasi,

misalnya 5% dari seluruh kepala rumah tangga di Indonesia. Biasanya para subyek

penelitian survai merupakan contoh (sample) suatu populasi. Contoh dipilih secara

acak atau dengan teknik penarikan contoh lain.

Pada umumnya daftar pertanyaan dijadikan pedoman oleh pewawancara

untuk mewawancarai subyek penelitian; dalam kasus tertentu (seperti misalnya kasus

Page 7: Metode Sosiologi

7

penelitian terhadap buruh Perancis tersebut di atas), subyek penelitian diminta untuk

mengisi sendiri suatu daftar pertanyaan suatu teknik yang dikenal dengan nama self-

administered questionnaire.

Pengamatan. Pengamatan (observation) merupakan suatu metode penelitian

nonsurvai. Dengan metode ini peneliti mengamati secara langsung perilaku para

subyek penelitiannya. Melalui pengamatan terhadap perilaku seseorang atau

sekelompok orang dalam kurun waktu relatif lama, seorang peneliti memperoleh

banyak kesempatan untuk mengumpulkan data yang bersifat mendalam dan rinci,

suatu hal yang kurang dapat dicapai dengan memakai metode survai. Selain itu,

pengamatanpun memungkinkan peneliti untuk merekam perilaku yang wajar, asli,

tidak dibuat-buat, spontan, yang mungkin kurang nampak bila ia menggunakan

metode survai.

Dalam sosiologi dikenal tipologi pengamatan berdasarkan peranan pengamat

(lihat, antara lain, Denzin 1970, Lin 1976 dan Ritzer 1980). Tipe pertama dalam

tipologi ini penelitian dimana peserta sepenuhnya terlibat (complete participant) atau

melakukan pengamatan terlibat (participant observation). Suatu ciri penting yang

membedakan pengamatan terlibat ini dengan tipe pengamatan lainnya ialah bahwa

dalam penelitian ini para subyek penelitian tidak mengetahui bahwa mereka sedang

diteliti oleh pengamat.

Contoh penelitian yang menggunakan teknik ini ialah, misalnya, penelitian

yang pernah dilakukan mahasiswa jenjang sarjana maupun pascasarjana kita terhadap

kelompok gerakan kharismatik dalam agama Katolik atau persekutuan doa dalam

salah sutu aliran agama Kristen Protestan. Dalam penelitian demikian mahasiswa

menjadi anggota kelompok yang bersangkutan dan sepenuhnya melibatkan diri

secara aktif dalam kegiatan kelompok.

Ahli antropologi Parsudi Suparlan pun meneliti seluk-beluk kehidupan sehari-

hari para gelandangan yang bermukim di Jakarta Pusat dengan melakukan

pengamatan tipe ini (lihat, antara lain, Parsudi Suparlan, 1984:230-251). Ahli

Page 8: Metode Sosiologi

8

sosiologi William Kornblum berhasil mengungkapkan kehidupan di kalangan kaum

buruh pabrik di Chicago Selatan, Amerika Serikat dengan jalan bekerja di suatu

pabrik sebagai buruh (lihat Kornblum, 1974). Seorang ahli antropologi Unud pernah

meneliti perilaku seks buruh bangunan di Denpasar dengan jalan berperan sebagai

seorang buruh bangunan.

Di lapangan kita lebih sering menjumpai kasus dimana status pengamat

selaku peneliti diketahui para subyek penelitian. Dikala sejumlah mahasiswa

antropologi UI tinggal beberapa bulan di pedesaan Flores, Sumba dan Timor untuk

mempelajari kehidupan pengrajin tenun ikat setempat, misalnya, penduduk setempat

pada umumnya mengetahui bahwa para mahasiswa sedang mengumpulkan data

untuk penulisan skripsi atau laporan penelitian lain. Dalam tipe penelitian ini,

dikatakan bahwa para peserta (mahasiswa) sepenuhnya berperan sebagai pengamat

(complete participant-as-observer).

Suatu studi terkenal yang mempergunakan pengamatan tape ini ialah karya

William Foote Whyte: Street Corner Society (1973). Dalam studi tersebut Whyte,

seorang ahli sosiologi, tinggal pada suatu keluarga dalam suatu komunitas miskin di

suatu kota besar Amerika. Whyte berhasil menggambarkan struktur sosial komunitas

tersebut serta pola interaksi di antara para anggotanya, dengan jalan melibatkan diri

dalam berbagai kegiatan sekelompok pemuda yang selalu berkumpul di sudut jalan,

bermain boling dengan mereka, berkerumun di bar, berjudi dan sebagainya.

Para subyek penelitian Whyte umumnya mengetahui bahwa Whyte akan

menulis buku mengenai kehidupan mereka. Para subyek penelitian disertasi ahli

sosiologi Selo Soemardjan di Daerah Istimewa Yogyakarta umumnya pun

mengetahui bahwa kehadirannya dalam komunitas mereka adalah dalam rangka

pengumpulan data untuk suatu laporan penelitian.

Tipe ketiga merupakan teknik yang lebih sering lagi dijumpai karena bila

dibandingkan dengan kedua teknik sebelumnya, dapat dilakukan secara relatif mudah

dan dalam waktu relatif cepat. Dalam penelitian dimana pengamat berperan sebagai

Page 9: Metode Sosiologi

9

peserta (observer as participant) ini peneliti hanya berada di tempat penelitian untuk

jangka waktu pendek. Keterbatasan waktu ini memaksanya untuk melakukan

penelitian dengan memakai pedoman wawancara atau daftar pertanyaan terstruktur.

Meskipun disini masih ada keterlibatan antara peneliti dengan subyek penelitian,

namun keterlibatannya bersifat sangat terbatas.

Dalam tipe pengamatan keempat peneliti merupakan orang yang sepenuhnya

melakukan pengamatan tanpa keterlibatan apa pun dengan subyek penelitian

(complete observer). Salah satu contohnya ialah bentuk pengamatan yang oleh Webb

et al. dinamakan unobtrusive measures, yang menurut mereka merupakan suatu

bentuk non-reactive research (lihat Webb et al., 1966). Unobtrusive measures

merupakan cara penelitian yang tidak mencolok, yang bersifat nonreaktif yaitu tidak

menimbulkan reaksi pada subyek yang diteliti sehingga perilaku yang diamati, cara

bertindak, cara berpakaian, cara berbicara dan sebagainya, terjadi secara wajar, tidak

dibuat-buat. Penelitian ahli sosiologi terhadap perilaku di tempat umum seperti di

pasar atau di terminal bis sering dilakukan dengan memakai bentuk pengamatan ini.

Salah satu kelebihan pengamatan terlibat bila dibandingkan dengan survai

ialah bahwa pengamatan terlibat lebih memungkinkan terjalinnya hubungan dekat

(rapport) antara peneliti dengan subyek penelitiannya; jangka waktu penelitian yang

lebih lama daripada survai memungkinkan peluang lebih besar bagi terjalinnya rasa

percaya subyek terhadap peneliti dan bagi diterimanya peneliti sebagai anggota

masyarakat. Hal ini antara lain dialami ahli antropologi Clifford Geertz tatkala

mengadakan penelitian di Bali (lihat Geertz, 1973:412-453). Berkat sikapnya yang

menunjukkan kesetiakawanan dengan penduduk desa dalam menghadapi razia polisi

terhadap suatu kegiatan sabung ayam, Geertz secara tidak terduga dan mendadak

memperoleh simpati penduduk setempat. Ini memungkinkannya untuk melakukan

pengamatan terlibat secara bebas terhadap kegiatan sabung ayam. Atas dasar

pengamatannya terhadap interaksi sosial yang terjadi selama sabung ayam, Geertz

berhasil menyajikan suatu gambaran komprehensif mengenai jalinan hubungan sosial

di antara pihak yang terlibat dalam kegiatan sabung ayam.

Page 10: Metode Sosiologi

10

Riwayat hidup. Riwayat hidup merupakan suatu teknik pengumpulan data

dalam sosiologi yang jarang digunakan tetapi dianggap dapat mengungkapkan data

yang penting mengenai pengalaman subyektif yang penting bagi pengembangan teori

sosiologi. Kajian terhadap riwayat hidup dapat mengungkapkan data baru yang

belum terungkap dengan memakai teknik pengumpulan data lainnya.

Studi sosiologi terkenal yang memakai pendekatan riwayat hidup ialah tulisan

Thomas dan Znaniecki: The Polish Peasants In Europe dan America (lihat Becker,

1966). Studi awal terkenal lain yang pun menggunakan teknik riwayat hidup ialah

buku The Jack-Roller yang mengisahkan riwayat hidup seseorang yang disekap

dalam rumah tahanan untuk anak nakal (lihat Shaw, 1966 dan Becker, 1966).

Studi Kasus. Dalam penelitian dengan memakai teknik studi kasus berbagai

segi kehidupan sosial suatu kelompok sosial menyeluruh. Penelitian studi kasus

klasik dalam sosiologi ialah penelitian Robert S. Lynd dan Helen Merrell Lynd

terhadap kehidupan masyarakat suatu kota kecil di Amerika Serikat bagian tengah

yang mereka beri nama samaran Middletown. Tujuan penelitian ini sangat luas

karena mencakup segi pencarian nafkah, pembentukan rumah tangga, sosial asasi

anak, penggunaan waktu luang, kegiatan di bidang keagamaan sampai ke

keterlibatan dalam kegiatan komunitas. Hasil penelitian mereka kemudian

dituangkan dalam dua buku, Middletown: A Study In Modern American Culture

(1929) fan Middletown in Transition: A Study in Cultur Conflicts (1937).

Analisis Isi (Content analysis). Suatu masalah penelitian dapat pula

diungkapkan dengan jalan menganalisis isi berbagai dokumen seperti surat kabar,

majalah, dokumen resmi maupun naskah di bidang seni dan sastra. Data dari

berbagai sumber tersebut dialihkan menjadi suatu bentuk yang dapat dianalisis secara

kuantitatif.

Dalam teknik analisis isi peneliti menggunakan datanya itu untuk mengukur

frekuensi suatu gejala sosial atau untuk mengukur perbedaan atau mencari hubungan

antara beberapa gejala. Teknik ini dapat digunakan, misalnya, untuk mengukur

Page 11: Metode Sosiologi

11

besar-kecilnya perhatian seorang penulis atau suatu media terhadap suatu pokok

bahasan tertentu atau membandingkannya dengan perhatian penulis atau media lain.

Satu contoh ialah kontroversi mengenai siapakah sebenarnya penulis sejumlah

dokumen Federalist Papers: James Madison, atau Alexander Hamilton? (lihat

Mosteller dan Wallace, 1972). Dengan menganalisis frekuensi kata dalam sejumlah

dokumen Federalist Papers serta kebiasaan penggunaan kata tertentu oleh Hamilton

maupun Madison, Mosteller dan Wallace sampai pada kesimpulan bahwa bagian

terbesar dokumen yang diperdebatkan itu kemungkinan besar ditulis oleh Madison.

Penggunaan Data yang tersedia. Suatu penelitian dapat pula dilakukan

dengan mengkaji data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, misalnya oleh

berbagai instansi pemerintah serta pihak swasta, ataupun oleh peneliti lain. Kajian

Durkheim terhadap gejala bunuh diri dalam bukunya Le Suicide, misalnya,

memanfaatkan data yang telah dikumpulkan oleh kantor-kantor statistik berbagai

negara Eropa serta Amerika Serikat, data dalam makalah-makalah yang dimuat

dalam berbagai majalah ilmiah, dan berbagai kajian mengenai bunuh diri. Kajian

Durkheim terhadap bentuk-bentuk awal kehidupan keagamaan di Australia pun di

dasarkan pada laporan penelitian orang lain terhadap kaum Aborigin di Australia.

Eksperimen. Meskipun teknik eksperimen lebih banyak dijumpai dalam ilmu

sosial lain seperti psikologi, namun dalam hal tertentu kita pun menjumpai

eksperimen dalam sosiologi. Dalam mikrososiologi, misalnya, kita dapat menjumpai

berbagai penelitian eksperimen. Salah satu diantaranya ialah studi Michael Wolff

terhadap interaksi diantara para pejalan kaki di kala mereka berpapasan di tengah

kota (lihat Wolff, 1973). Dalam eksperimen ini anggota tim peneliti berjalan lurus ke

depan meskipun dari arah berlawanan seorang pejalan kaki lain berjalan tepat ke

arahnya untuk melihat bagaimana reaksi pihak lawan di kala kedua orang hampir

bertabrakan. Dari berbagai reaksi tersebut kemudian disimpulkan adanya pola

tertentu dalam interaksi demikian (gerak tubuh dan gerak tangan tertentu untuk

menghindari kontak fisik, benturan kecil yang kadang-kadang tidak dapat

dihindarkan, umpatan manakala benturan terjadi).

Page 12: Metode Sosiologi

12

Eksperimen dapat pula terdiri atas perbandingan antara kelompok yang diberi

perlakuan (experimental group, kelompok eksperimen) dan kelompok yang tidak

diberi perlakuan (control group, kelompok terkendali). Eksperimen dilakukan

terhadap dua kelompok yang anggotanya dianggap mempunyal ciri sama. Kemudian

kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus, misalnya diikut sertakan dalam suatu

lokakarya, diminta menonton film tertentu, atau menjalani teknik belajar-mengajar

tertentu sedangkan kelompok terkendali tidak diberi perlakuan khusus (mereka tidak

mengikuti lokakarya, tidak menonton film, atau mengikuti teknik belajar-mengajar

yang lazim). Setelah eksperimen selesai kemudian ciri kedua kelompok

dibandingkan untuk rnelihat apakah sebagai akibat eksperimen tersebut telah terjadi

perbedaan yang berarti antara perilaku, sikap atau pengetahuan kedua kelompok.

PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Dalam penelitian sosial sering dibedakan antara penelitian kuantitatif dan

kualitatif. Penelitian yang memakai metode survai dan sensus menggunakan

pendekatan kuantitatif, karena di sini peneliti mengumpulkan data yang dapat diukur,

seperti misalnya tinggi pendidikan, banyaknya jenis pekerjaan, dan besarnya

penghasilan warga masyarakat. Pendekatan kuantitatif dapat pula dilakukan dengan

memakai metode penelitian lain seperti eksperimen, penggunaan data yang tersedia

atau analisis isi.

Penelitian kualitatif, di pihak lain, merupakan penelitian yang mengutamakan

segi kualitas data. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain terdiri atas

berbagai teknik pengamatan yang telah diuraikan di atas dan wawancara mendalam-

teknik yang memerlukan waktu jauh lebih lama dan keterlibatan lebih besar daripada

teknik pengumpulan data kuantitatif seperti survai dan sensus sehingga ruang

lingkup penelitian kualitatif pun jauh lebih terbatas daripada penelitian kuantatif.

Kalau survai dan sensus dapat menjaring informasi dari sejumlah besar subyek

penelitian yang tempat tinggalnya mungkin saja tersebar di seluruh wilayah kota atau

bahkan di seluruh negara kita, maka penelitian kualitatif hanya dapat dilakukan

terhadap sejumlah kecil subyek penelitian yang berada di wilayah yang terbatas

seperti misalnya di suatu desa atau di suatu lembaga seperti misalnya suatu rumah

Page 13: Metode Sosiologi

13

sakit jiwa, rumah tahanan atau sekolah. Namun, di pihak lain, penelitian kualitatif

yang berjangka panjang memungkinkan dikumpulkannya sejumlah besar data secara

rinci mengenai subyek penelitian, suatu hal yang tidak dapat dilakukan dengan

teknik survai atau sensus yang biasanya melibatkan wawancara selama beberapa jam

saja sehingga banyaknya informasi yang terkumpul relatif terbatas.

ETIKA PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ilmu. Kepentingan

ilmu dan kepentingan masyarakat yang menjadi subyek penelitian tidak selalu

sepadan; dalam pencarian maupun pemanfaatan ilmu tersebut dapat melakukan hal

yang melanggar aturan etika.

Dalam pembahasannya mengenai survai Babbie (1973:347-357)

menyebutkan beberapa aturan etika yang harus dihormati setiap peneliti. Meskipun

Babble hanya membahas survai, namun asas yang dikemukakannya umumnya

berlaku pula bagi penelitian yang memakai metode lain. Salah satu di antaranya ialah

keikutsertaan secara sukarela; peneliti tidak dapat memaksa seseorang untuk ikut

serta dalam suatu penelitian. Permintaan seorang peneliti kepada kepala desa untuk

mewajibkan sejumlah warga desa datang ke kelurahan untuk diwawancarai atau per-

mintaan kepada seorang kepala kantor untuk mewajibkan karyawannya datang ke

gedung pertemuan kantor untuk mengisi daftar pertanyaan, misalnya, jelas

merupakan suatu pelanggaran terhadap etika penelitian karena keikutsertaan subyek

dalam penelitian tidak bersifat dengan sukarela melainkan dilakukan secara terpaksa.

Babbie selanjutnya mengemukakan bahwa suatu penelitian tidak boleh

membawa cedera bagi para subyek penelitian. Tanpa disadari, misalnya; seorang

peneliti dapat mempertentangkan jawaban seorang subyek dengan jawaban subyek

lain (misalnya: '"Apakah peristiwanya memang seperti yang Bapak jelaskan? Karena

menurut Pak RT kejadiannya bukan begitu”). Keterangan seorang subyek yang

kemudian disampaikan, oleh peneliti kepada pihak berwajib dapat saja

mengakibatkan bahwa subyek ditindak oleh pihak berwajib. Dalam kasus seperti

peneliti meninggalkan benih konflik dalam masyarakat yang diteliti sehingga

Page 14: Metode Sosiologi

14

mungkin saja subyek akan mengalami cedera, bukan hanya secara psikologis tetapi

mungkin juga cedera fisik.

Babbie menyebutkan dua asas penting lain untuk melindungi identitas subyek

penelitian yaitu asas anonimitas (anonimity) dan kerahasiaan (confidentiality). Dalam

penelitian survai subyek penelitian adalah anonim (tidak dikenal); namanya tidak

dicantumkan pada daftar pertanyaan. Oleh sebab itu menurut Babbie usaha peneliti

untuk mencari identitas subyek yang mengikuti survai (seperti: memberi tanda

tersembunyi pada daftar pertanyaan) tidak dapat dibenarkan karena merupakan

pelanggaran terhadap etika. Peneliti tidak dibenarkan menyelidiki, misalnya, siapa

yang memberikan jawaban secara politis peka, siapa yang membuat pernyataan yang

dapat menyinggung perasaan kelompok tertentu, atau siapa yang mengaku sering

melakukan hubungan homoseks.

Meskipun dalam penelitian dengan metode pengamatan identitas subyek tidak

dapat disembunyikan, namun peneliti terikat pada aturan mengenai kerahasiaan.

Tidak jarang peneliti tidak hanya menyembunyikan nama subyek, tetapi bahkan juga

nama tempat penelitian untuk melindung subyek penelitian mereka. Robert dan

Merrell Lynd (1929 dan 1937), misalnya, mengganti nama sebuah kota kecil di

Negara Bagian Indiana yang mereka teliti menjadi Middletown; nama kota kecil di

Jawa Timur dimana Clifford Geertz (1963) melakukan penelitian diganti menjadi

Mojokuto.

Pemberian keterangan yang keliru untuk mendorong subyek agar mau ikut

sertapun merupakan praktik yang menurut Babbie melanggar etika. Seorang peneliti

tidak dapat, misalnya, memberikan informasi kepada para subyek penelitiannya

bahwa daftar, pertanyaan penelitian wajib diisi karena merupakan bagian dari tugas

kedinasan di kantor apabila daftar pertanyaan tersebut sebenarnya hanyalah

merupakan suatu proyek pribadi belaka yang tidak ada kaitannya samasekali dengan

kebutuhan data instansi.

Penulisan dan penyajian laporan penelitian pun merupakan kegiatan yang

terikat pada berbagai aturan etika. Babbie mengemukakan bahwa peneliti dituntut

Page 15: Metode Sosiologi

15

untuk menyajikan data penelitian secara jujur. Temuan yang negatif, misalnya, perlu

disajikan bersama dengan temuan yang positif. Hipotesis harus dibuat sebelum

penelitian diawali; bukan setelah hasil penelitian diketahui.

ANALISIS DATA DAN PENULISAN HASIL PENELITIAN

Setelah penelitian lapangan selesai data kemudian diolah dan dianalisis.

Dalam tahap analisis data kuantitatif jawaban yang diberikan para subyek suatu

penelitian survai dihitung frekuensinya untuk mencari keteraturan sosial. Dengan

memakai data kuantitatif, peneliti dapat mempelajari ada-tidaknya kecenderungan

tertentu dalam masyarakat. Data kuantitatif memungkinkan kita untuk mengetahui,

misalnya, kecenderungan tingkat pendidikan tertinggi penduduk, pekerjaan mereka,

dan penghasilan mereka. Analisis demikian dinamakan analisis univariat karena

hanya mempelajari satu gejala atau variabel.

Analisis data univariat biasanya menghasilkan data yang memberikan

gambaran mengenai satu gejala. Contoh data univariat ialah, misalnya, data

mengenai Nilai Ebtanas Murni yang diperoleh siswa suatu SMU, atau data mengenai

jenis kelamin siswa SMU tersebut. Analisis seperti ini dinamakan deskriptif, karena

peneliti hanya menggambarkan kecenderungan (misalnya apakah NEM siswa SMU

tersebut cenderung rendah, sedang, atau tinggi, atau apakah siswa SMU tersebut

cenderung terdiri atas laki-laki ataukah perempuan) dan penyimpangan (sejauhmana

dijumpai NEM lebih rendah dan lebih tinggi daripada NEM rata-rata kelas).

Analisis data dapat pula berbentuk bivariat. Seorang peneliti menerapkan

analisis bivariat bila ia ingin mengetahui hubungan antara dua variabel-misalnya

hubungan antara variabel tahun dan variabel jumlah wisatawan. Dengan analisis ini

diukur apakah dari tahun ke tahun frekuensi kunjungan wisatawan dalam dan luar

negeri ke daerah tujuan wisata tertentu seperti Tana Toraja, Pulau Batam, Danau

Kelimutu, atau Danau Maninjau cenderung stabil, meningkat ataukah menurun.

Apabila peneliti meneliti hubungan antara lebih dari dua variabel, ia

dikatakan melakukan analisis multivariat. Baik analisis data univariat, bivariat

maupun multivariat dilakukan dengan teknik statistika tertentu. Para ahli sosiologi

Page 16: Metode Sosiologi

16

pendidikan sering mengadakan analisis multivariat untuk mengukur apakah

penghasilan seseorang lebih cenderung berhubungan dengan pekerjaan orang tuanya,

tingkat pendidikan orang tuanya, tingkat pendidikannya sendiri, ataukah dengan

pekerjaannya sendiri.

Kalau analisis data univariat hanya memungkinkan dilakukannya deskripsi,

maka analisis data bivariat dan multivariat memungkinkan peneliti untuk melakukan

pula penjelasan sebab akibat. Hubungan positif yang ditemukan Durkheim antara

status pernikahan dengan angka bunuh diri, misalnya, mendorongnya untuk antara

lain menyimpulkan bahwa seseorang yang sudah menikah lebih terlindung terhadap

perilaku bunuh diri daripada seseorang yang belum menikah. Diantara banyak

ilmuwan sosial berlangsung perdebatan tak henti-hentinya mengenal faktor yang

menjelaskan kecerdasan manusia; dengan memakai analisis multivariat satu pihak

berusaha membuktikan bahwa kecerdasan lebih ditentukan oleh pendidikan, sedang

pihak lain mencoba membuktikan pandangan bahwa kecerdasan lebih ditentukan

oleh faktor keturunan.

Dalam penelitian kualitatif teknik analisisnya jauh berbeda. Peneliti harus

mempelajari beratus-ratus, dan bahkan mungkin beribu-ribu halaman catatan

penelitian yang dibuatnya tiap hari tatkala dia berada di lapangan, yang secara rinci

memuat tidak hanya hasil wawancara mendalam dengan para subyek penelitiannya

tetapi juga hasil pengamatannya terhadap perilaku para subyek penelitian serta orang

lain yang berada di tempat penelitian. Berbeda dengan analisis atau kuantitatif yang

baru dapat dilaksanakan setelah seluruh data terkumpul dan diolah, maka nalisis data

kualitatif berlangsung terus-menerus semenjak peneliti mulai memasuki lapangan

dan arah penelitian dapat berubah sesuai dengan hasil analisis di lapangan.

HUBUNGAN METODE, TEORI DAN PARADIGMA SOSIOLOGI

Metode penelitian yang dipergunakan ahli sosiologi sering terkait dengan

teori dan paradigma ini rdigma %% sosiologi yang dianutnya. Dalam kaitan dengan

paradigma lni Ritzer (198&akar, pandangannya bahwa paradigma adalah "... a

fundamental image of the subjeithina science ..." (Ritzer, 1980:7). Apa yang

Page 17: Metode Sosiologi

17

dimaksudkannya dengan "gambaran da ' '!1 "pokok bahasan suatu ilmu" itu? Dalam

definisinya yang panjang itu Ritzer menjelash) ,.. v.stratu paradigma: "... serves to

define what should be studied, what questions shoulq ia'ik; 4 how they should be

asked, and what rules should be followed in interpreting the ans4s

Jadi menurut Ritzer masalah apa yang akan diteliti seorang peneliti,

pertanyaan obiained." akan diajukannya, caranya mengajukan pertanyaan penelitian,

dan aturan yang rim, dalam menafsirkan temuan penelitiannya ditentukan oleh

paradigma yang dianutnya

Menurut Ritzer sosiologi merupakan suatu ilmu yang berparadigma

majemukr(a"Wiiiile paradigm science), karena mempunyai tiga paradigma yaitu

paradigma fakta sosial (soda% fact paradigm), paradigma definisi sosial (social

definition paradigm), dan paradigma (social behavior paradigm). Menurutnya ketiga

paradigma tersebut dibedakan satu dengan yang lain dalam tiga hal: (1) exemplar

(acuan atau contoh yang dijadikan teladan), (2) teori, dan (3) metode

Bagaimana hubungan antara teori, paradigma dan metode sosiologi? Menurut

Ritzer metode penelitian yang kita gunakan sangat tergantung pada paradigma yang

kita anut. Paradigrna' pertama, fakta sosial, berteladan pada karya Durkheim,

menggunakan fakta sosial sebagai pokok bahasan sosiologi dan menganut teori

struktur-fungsi atau teori konflik. Metode yang umumnya. digunakan dalam

paradigma ini ialah survai dengan menggunakan daftar pertanyaan dari. wawancara

Paradigma kedua, definisi sosial, berorlentasi pada karya Max Weber

mengenal tindakari sosial. Dalam paradigma ini pokok bahasan sosiologi terdiri atas

definisi situasi serta dampaknya terhadap tindakan soslal. Teorl yang digunakan

dalam paradigma ini bersumber pada pemildran sejumlah tokoh seperti Weber,

Parsons, Maclver, Mead, Cooley, Thomas, Blumer, Schutz, Hu' dan Garfinkel.

Sedangkan metode penelitlan yang diutamakan dl sini ialah pengamatan.

Paradigma ketiga, perilaku sosial, berteladan pada karya Skinner. Dalam

gambaran penganut paradigma Int, pokok bahasan sosiologi lalah perilaku manusla

serta Imbalan dan hukuman yang mempengaruhlnya. Teorl yang dianut di sins lalah

teori perilaku sosial dad Burgess dan Bushell, atau teori pertukaran dad Homans.

Sedangkan metode penelitian yang diutamakan ialah eksperimen.

Page 18: Metode Sosiologi

18

PERKEMBANGAN MUTAKHIR DALAM METODE PENELITIAN

Sebagaimana dikemukakan Sunalo (1996:433-44), dalam dua dasawarsa

terakhir telah berkembang berbagai metode penelitian baru dalam ilmu-ilmu sosial.

Beberapa di antaranya berorlentasi pada masyarakat pedesaan atau perkotaan, seperti

RRA (rapid rural appraisal), RUA (rapid urban appraisal), PRA (participatory rural

appraisal), dan PUR (participatory urban appraisal). Ada pula metode-metode

penelitian sosial yang khas diperuntukkan bagl kaum perempuan sebagai subyekp

seperti misalnya feminist methods yang antara lain mencakup metode penelitian

feminis baik yang berbentukwa Seiarah lisan, analisis isi,studi kasus, kaji tindak

maupun metode majernuk (Iihat Reinharz, 1992)..Pun ada I pendekatan partisipatoris

khas gender (gender-specific participatory approaches. Lihat Kerstan, 1995).

Pendekatan-pendekatan baru lni kini sudah mulal banyak digunakan para

ilmuwan sosial kita. Sebagian di antaranya beisifat terapan dan berorientasi pada

perumusan kebijaksanaan sosial. Meskipun berbagai metode tersebut saling

berhubungan dan mempengaruhi, di antaranya dapat pula kita jumpai perbedaan

penting. Telaah cepat seperti RRA dan RUA, misalnya, menekankan pada segi

kecepatan (rapid) dan didasarkan pada upaya untuk memperoleh data mengenai

masyarakat pedesaan ataupun perkotaan secara cepat tanpa mengorbankan segi

kualitas. Digunakannya teknik ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian

kualitatif secara konvensional sering berjangka panjang sedangkan untuk keperluan

perumusan berbagai kebijaksanaan sosial (seperti kebijaksanaan penanggulangan

kemiskinan, pembinaan usaha kecil, pembangunan permukiman sederhana,

penanggulangan penyakit menular) diperlukan data cukup akurat dalam kurun waktu

relatif singkat

Metode seperti PRA dan PUR, di pihak lain, menekankan pada segi

partisipasi dan diarahkan pada upaya pengembangan masyarakat pedesaan maupun

perkotaan melalui proses pemberdayaan. Pendekatan partisi patoris khas gender

(gender-specific participatory approaches) pun menekankan pada pemberdayaan

perempuan ataupun laki-laki melalui pendekatan partisipatoris.

Teknik analisis data kuantitatif pun berkembang pesat dengan memanfaatkan

perkembangan dalam statistika (lihat Sunarto, 1996:43). Cepatnya perkembangan ini

mengakibatkan kesenjangan lebar antara teknik analisis data kuantitatif yang

Page 19: Metode Sosiologi

19

digunakan para ahli sosiologi dalam komunikasi ilmiah di tingkat internasional

dengan teknik dari tahun 80-an dan sebelumnya yang masih mendominasi buku teks,

bahan kuliah, dan praktik penelitian kuantitatif para ilmuwan sosial kita.

RINGKASAN

Dalam usaha mengumpulkan data yang dapat menghasllkan temuan-temuan

baru dalam sosiologi, para ahli soslologi perlu memperhatikan tahap penelitian, yang

saling berkaitan secara erat. Sebelum memulal suatu usaha penelitlan seorang ahli

soslologi terlebih dahulu harus melakukan tinjauan terhadap bahan-bahan pustaka

agar dapat mengetahul temuan-temuan yang sebelumnya.

Setelah pertanyaan penelitlan dirumuskan, peneliti harus menentukan metode

penelitian yang akan digunakannya. Dalam Ilmu-ilmu sosial dikenal berbagal metode

pengumpulan data, seperti metode survai serta beberapa metode nonsurvai seperti

metode rlwayat hidup, studi Kasus, anllsis isi, kajian data yang telah dikumpulkan

oleh pihak lain, dan eksperlmen.

Dalam penelitian survai hal yang hendak diketahui peneliti dituangkan dalam

suatu daftar pertanyaan baku. Teknik survai mengandung persamean dengan sensus;

namun pada sensus yang menjadi subyek wawancara adalah seluruh populasi

sedangkan dalam teknik survai daftar aertanyaan diajukan pada sejumlah subyek

penelitian yang dlanggap mewakili populasl. Para ;ubyek penelltian merupakan

contoh yang ditarik dad populasi. Contoh dipllih secara acak atau

Pengamatan merupakan suatu, fnetodegmelti ,mengarnati secara langsung

Perilaku PPriP PenelitinnYa„,4a,13 h"lers{c: r, asli, tidak dibuat TIfaivrnendalam

dan rinci. Dalam sosiologi dibedakan antara penelitian djniana tepenuhnya terlibat, )

berperan sebagai pengamat, (3) berperan sebagai peserta nuhnya melakulcan

pengamatan tanpa keterlibatan apa pun dengan subyek Oengamatan terlibat bila

dibandingkah dengan la)A., ah satu kelebihan

Riwayat hidup merupakan suatu teknik pengumpulan data

untUissmengeunigeknap alaman subyektif dengan tujuan mengungkapkan data barn.

Dalam pegelitian;dengan memakai teknik studi kasus berbagai segi kehidupan sosial

suatu kelompok sosial menieluruh.

Page 20: Metode Sosiologi

20

Suatu masalah penelitian dapat pula diungkapkan dengan jalan,inenganalisis

isi berbagai dokumen seperti surat kabar, majalah, dokumen resmi maupun naskah

di_bidang seni dan sastra. Suatu penelitian dapat pula dilakukan dengan mengkaji

data yang telah dikurnpulkan oleh pihak lain--misalnya oleh berbagai instansi

pemerintah serta pihak swasta, ataupun oleh peneliti lain.

Meskipun teknik eksperimen lebin banyak dijumpai dalam ilmu sosial lain

seperti psikologi, namun dalam hal tertentu kita pun menjumpai eksperimen dalam

sosiologi.

Dalam penelitian sosial sering dibedakan antara penelitian kuantitatif dan

kualitatif. Penelitian yang memakai metode survai dan sensus menggunakan

pendekatan kuantitatif, - sedangkan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

mengutamakari segi kualitas data dengan menggunakan teknik pengamatan dan

wawancara mendalam.

Dalam pencarian maupun pemanfaatan ilmu seorang ilmuwan harus

menghomati ,atfan etika, seperti keikutsertaan secara sukarela, tidak membawa

cedera bag i para subyek penelitian, asas anonimitas dan kerahasiaan, tidak

memberikan keterangan yang kehru, dan menyajikan data penelitian secara jujur.

Analisis data kuantitatif dinamakan univarlat bilamana yang

dipelajarLhanya.satutgejala, blvariat bila yang Ingin diketahui lalah hubungan antara

dua gejala, dan multivariat bila yang diteliti lalah hubungan antara leblh dart dua

gejala. Analisis data univarlat hanya memungkinkan dilakukannya deskrlpsl,

sedangkan anallsIs data blvariat dan multivarlat memungkinkan peneliti untuk

melakukan pula penjelasan sebab-akibat.

Dalam penelitian kualitatif mempelajari catatan penelitian lapangan, yang

secara rinci memuat hasil wawancara mendalam dan pengamatannya. Analisis data

kualitatif berlangsung terus-menerus semenjak peneliti mulai memasuki lapangan

dan arah penelitian dapat berubah sesuai dengan hasil analisis di lapangan.

Metode penelitian yang dipergunakan ahli sosiologi sering terkait dengan

teori dan buat,,spootan,dalam kurun waktu retatif lamasehingga

Menurut R=e- =sea* merupakan 'suatu ilmu yang berparadigma majemuk

karena mem- paradigma punyai bga paraders yaltu (1) paradigma fakta sosial (2)

paradigma definisi sosial dan (3) paradigms arillias add. Menurutnya

Page 21: Metode Sosiologi

21

ketiga"paradigma'tersebut dibedakan satu-dengan yang >tarr list (1) exemplar (acuan

atau contoh yang dijadikan teladan), (2) teori, dan (3).

Mounit litter paradigma fakta sosial menganut teori struktur-fungsi atau teori

konflik dan aminpoollian metode survai. Paradigma definisi sosial menggunakan

teori tokoh seperti Weber, eaumar. itactver, Mead, Cooley, Thomas, Blumer, Schutz,

Hussseri, dan Garfinkel, dan metode prialMlian yang diutamakan lalah pengamatan.

Sedangkan penganut paradigma perilaku sosial merigeorakan teori perilaku sosial

dari Burgess dan Bushell, atau teori pertukaran dari Homans Syr mengutamakan

metode eksperimen.

Dalam dua dasawarsa terakhir telah berkembang berbagai metode penelitian

baru dalam arnu-arnu sosial. Ada yang berorientasi pada masyarakat pedesaan dan

ada yang berorientas pada masyarakat perkotaan. Pun ada yang khas diperuntukkan

bagi kaum perempuan sebaga subyek. Ada yang menekankan pada segi kecepatan,

dan ada yang menekankan pada segi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

Teknik analisis data kuantitatif pun berkembang pesat dengan memanfaatkan

perkembangan dalam statistika. Perkembangan ini mengakibatkan kesenjangan

antara teknik yang digunakan dalam komunikasi ilmiah di tingkat internasional

dengan teknik yang kini masitn mendominasi buku teks, bahan kuliah, dan praktik

penelitian kuantitatif para ilmuwan sosial kita.