metode pengukuran/pemetaan

19
2013 Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Acara II Metode Pengukuran/Pemetaan ACARA II METODE PENGUKURAN / PEMETAAN I. TUJUAN Mengetahui dan menerapkan metode pengukuran Ilmu Ukur Tanah II. ALAT DAN BAHAN 1. Abney Level 2. Compass Surveying 3. Waterpass 4. Theodolite T0 5. Theodolite T100 6. Theodolite RDS 7. Bak Ukur 8. Compass 9. Statif 10. Pita Ukur 11. Yallon 12. Unting-unting III. DASAR TEORI Metode atau cara pengukuran digunakan untuk perhitungan, pengolahan, dan koreksi data untuk menentukan posisi (koordinat) setiap titik yang Niwang Sukma Permatasari 11/316491/GE/07070

Upload: niwang-sukma-permatasari

Post on 05-Nov-2015

115 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

metode pengukuran/pemetaan ilmu ukur tanah

TRANSCRIPT

Acara IIMetode Pengukuran/Pemetaan

ACARA IIMETODE PENGUKURAN / PEMETAAN

I. TUJUAN

Mengetahui dan menerapkan metode pengukuran Ilmu Ukur Tanah

II. ALAT DAN BAHAN

1. Abney Level2. Compass Surveying

3. Waterpass

4. Theodolite T0

5. Theodolite T100

6. Theodolite RDS

7. Bak Ukur

8. Compass

9. Statif

10. Pita Ukur

11. Yallon

12. Unting-unting

III. DASAR TEORI

Metode atau cara pengukuran digunakan untuk perhitungan, pengolahan, dan koreksi data untuk menentukan posisi (koordinat) setiap titik yang terukur dalam wilayah pemetaan. Secara umum metode ini dapat dibagi sebagai berikut :

a. Metode pengukuran pada alat ukur sederhana

1. Pengukuran jarak

Apabila jarak antara dua titik yang akan diukur lebih panjang dari alat ukur yang ada maka dua tahapan yang harus dilakukan : - pelurusan (pembanjaran)

Pembanjaran dilakukan oleh dua orang, seorang membidik sementara yang lain menancapkan yalon sesuai dengan komando dari si pembidik. Seprti yang terlihat pada gambar x, misalnya akan diukur jarak AB, dua buah yalon harus ditancapkan di atas titik A dan B. Selanjutnya pembidik berdiri di belakang yalon A dan mengatur agar mata pembidik satu garis dengan yalon A dan B. Keadaan ini dapat diketahui jika mata si pembidik hanya melihat satu yalon saja. Di antara yalon A dan B harus ditancapkan beberapa yalon atau patok yang jaraknya terjangkau oleh alat ukur.

Seringkali dijumpai rintangan pada areal yang akan diukur sehingga pembanjaran tidak dapat dilakukan seperti gambar diatas. Maka pembanjaran disini perlu perlakuan yang berbeda, dikarenakan :a. Kondisi lapangan yang bergelombang/curam/berbatasan dengan tembok tinggi.b. Ada bangunan/rintangan di tengah areal yang akan diukur, dan sebagainya.

- pengukuran jarak secara langsung

Pengukuran jarak dua titik dapat dilakukan dengan menggunakan kayu meter, rantai meter, pita meter.Untuk permukaan tanah yang miring, pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pita/kayu ukur yang diatur horizontal dengan bantuan nineau serta mengukur langsung tanah yang miring.2. Pengukuran sudut miring

Pengukuran sudut miring sangat diperlukan dalam memperoleh informasi jarak (D) dan beda tinggi (BT) secara tidak langsung. Alat yang biasanya digunakan adalah abney level, yang penggunaannya dengan membidik langsung pada puncak obyek yang diinginkan kemudian menggerakkan niveau yang dihubungkan dengan penunjuk skala hingga berada pada posisi tengah benang. Hasilnya dapat dibaca langsung pada penunjuk skala tersebut.

3. Pengukuran Beda Tinggi (BT)

Pengukuran beda tinggi antara dua titik di lapangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung dengan menggunakan alat ukur yang dipasang mendatar, serta cara tidak langsung dengan mengukur panjang miringnya dan sudut yang terbentuk terhadap lereng.

a. Pengukuran dengan Waterpass InstrumenWaterpass merupakan alat penyipat datar, alat ini digunakan untuk menentukan beda tinggi. Waterpass pada prinsipnya menggunakan prinsip kedataran bidang horizontal. Waterpass selain dapat mengukur beda tinggi juga dapat digunakan untuk mengukur jarak dan sudut arah horizontal, perlu diingat bahwa waterpass tidak dapat digunakan untuk mengukur sudut vertical.

1. Pengukuran jarak (D) dan beda tinggi (BT)

Keterangan:

P: Titik proyeksi sumbu vertical penyipat datar

Q: Titik tempat pemasangan mistar

p : Jarak lensa oyektif ke sumbu vertical

F: Titik api lensa obyektif

fo: Panjang titik api lensa obyektif

D: Jarak alat ukur ke mistar (baak)

d: Jarak antara titik api obyektif ke mistar (baak)

h : Beda tinggi antara kedudukan alat dengan kedudukan mistarPada gambar diatas terlihat bahwa:

A = P + F (ob)( i )

F (ob)

= K x ab

( ii )

A x B

= S

( iii )

Maka : D= A + K.S

Harga K yang terdiri dari komponen f (ob) dan ab oleh pabrik telah ditentukan sebesar 100. untuk pengukuran yang tidak terlalu dekat maka A diabaikan, sehingga diperoleh penyederhanaan rumus menjadi:D = K . S

atau D = 100 . (Ca Cb)

Untuk pengukuran beda tinggi (BT) antara titik P dan Q dapat dihitung berdasarkan tinggi alat dan nilai kurva tengah, sehingga dirumuskan menjadi:

BT = TA Ct2. Pembacaan sudut horizontal (Az)

Sudut arah adalah sudut horizontal yang dibentuk oleh perpotongan suatu garis denganmeridian bumi (utara selatan). Dalam pengukuran, untuk menyatakan besarnya sudut dikenal dua cara, yaitu: Bearing dan Azimuth. Bearing merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan magnet bumi ke titik lain yang searah / berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dengan sudut kisaran antara 00 - 900. Azimuth merupakan sudut arah yang diukur dari utara magnet bumi ke titik yang lain searah jarum jam, sehingga mempunyai kisaran antara 00 - 3600. Contoh model micrometer dengan pembacaan sudut horizontal sebagai berikut

b. Pengukuran dengan TheodoliteTheodolit merupakan alat ukur tanah yang bersifat optis. Ada berbagai macam type dari theodolit tetapi pada dasarnya alat ini mempunyai tiga bagian utama, yaitu: Bagian bawah yang tidak dapat bergerak dengan pelat dasar berkaki tiga, bagian atas yang bisa bergerak dan teropong.1. Pembacaan sudut horizontal (Az)

Sudut arah adalah sudut horizontal yang dibentuk oleh perpotongan suatu garis dengan meridian bumi (utara selatan). Dalam pengukuran, untuk menyatakan besarnya sudut dikenal dua cara, yaitu : Bearing & Azimuth. Bearing merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan magnet bumi ke titik lain yang searah/ berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dengan sudut kisaran antara 0 - 90. Azimut merupakan sudut searah yang diukur dari utara magnet bumi ke titik yang lain searah jarum jam, sehingga mempunyai kisaran antara 0 - 360.

2. Pembacaan sudut miring (V)

Sudut miring merupakan sudut yang di bentuk oleh garis bidik teropong dengan bidang horizontal. Pada umumnya besarnya sudut horizontal dan vertical terdapat dalam satu micrometer, namun adapula yang dipisahkan.

Azimuth 54035

vertikal 8244

Gambar Mikrometer

3. Pengukuran jarak (D) dan beda tinggi (BT)

Jarak (D) dan jarak Horisontal (H) :

D = K . S . Cos

H = D . Cos

Jadi : H = K . S . Cos2

Beda tinggi (BT) :

(BT) = HI = H Tg h

Keterangan :

S= Selisih pembacaan Ca dan Cb

h = Pembacaan kurva tengah

HI= Tinggi instrument alat

= 900 - Pembacaan Vertikal

D= Jarak antara pusat alat ke X (Ct)

V= Tinggi antara Ct (diatas alat atau dibawah alat)

H= Jarak horizontal yang akan dicari antara titi P Q4. Penggambaran posisi tiap titik kenampakan pada peta

Penggambaran dapat dilakukan secara grafis dengan busur derajat untuk menentukan sudut arah dan jaraknya dengan mistar (sesuai skala). Cara lain adalah menggunakan system koordinat yang terdiri atas dua sumbu saling tegak lurus. Posisi tiap sasaran yang diukur digambarkan dengan menghitung harga absis dan koordinatnya.

Contoh : Titik A (x1,y1) jika titik B berjarak D meter dan sudut arah sebesar dari titik A, maka cara menggambarkan posisi titik B sebagai berikut:

X2 = X1 + AB ...(1)

Sin = AB/AB

AB = AB sin

AB = D sin ....(2)Jika persamaan (2) dimasukkan persamaan (1) maka :

Absis titik B(X2) = X1 + D sin

Y2 = Y1 + BB ...(3)

BB = D cos (4)

Jika persamaan (4) dimasukkan persamaan (3) maka :

Y2= Y1 + D cos Dari contoh diatas disimpulkan bahwa letak titik B dapat diketahui dengan syarat:

1. Koordinat titik yang mendahului harus diketahui

2. Sudut arah (Azimuth) titik bersangkutan diketahui

3. Jarak antar titik yang bersangkutan dengan titiokm sebelumnya sudah diukur.

5. Poligon

Polygon adalah rangkaian titik-titik yang dihubungkan secara berurutan. Jika titik awal dan titik akhir bertemu disebut sebagai polygon tertutup, sebaliknya jika titik awal dan titik akhir tidak bertemu maka disebut sebagai polygon terbuka.

Polygon digunakan sebagai kerangka dasar didalam pengukuran kenampakan dilapangan. Polygon terbuka lebih sering digunakan untuk pekerjaan perencanaan / perbaikan jalan, saluran irigasi, dll. Polygon tertutup untuk pembuatan peta areal / wilayah dan kontur.

Untuk pembuatan polygon tertutup pengukuran arah sudut cukup dilakukan pada awal pengukuran saja. Sudut arah untuk titik berikutnya didasarkan pada sudut arah titik sebelumnya dari sudut dalam bersangkutan. Sudut dalam untuk menghitung sudut arah (azimuth) adalah sudut dalam terkoreksi. Tiga parameter yang digunakan sebagai pedoman adanya penyimpangan dan perlu koreksi adalah:

1. Sudut dalam = (n-2) x 18002. D sin = 0

3. D cos = 0

Jika data pengukuran menyimpang dari syarat diatas, maka polygon tidak akan tertutup dan perlu adanya koreksi. Cara koreksi akan dijelaskan lebih lanjut pada acara berikutnya.

Persamaan umum dalam menghitung sudut arah adalah :

Azimuth ()n = (n-1) + 1800 SnSebagai contoh perhitungan Azimuth adalah sebagai berikut:

Untuk koreksi secara grafis, maka polygon yang tidak tertutup setelah tergambar dapat dikoreksi dengan menghitung sudut atau cara graphical plot.IV. CARA KERJA

Penggunaan Pita Ukur

Cara penggunaan Theodolith

Cara Penggunaan Waterpass

V. HASIL PRAKTIKUM1. Hasil dan perhitungan jarak dan beda tinggi

(terlampir)

VI. PEMBAHASAN

Pada dasarnya, pada pengukuran ilmu ukur tanah dilapangan akan menghasilkan data mentah. Data tersebut belum langsung dapat digunakan dan diketahui perhitugannya. Sehingga terlebih dahulu harus diolah dan dilakukan perhitungan, agar nilai hasil pengukuran yang diturunkan dari 2 besaran utama, akan menghasilkan jarak dan beda tinggi Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Waterpass, Theodolite T100, dan Theodolite T.0. Ketiga alat tersebut akan menghasilkan nilai Ca, Cb, Ct dan tinggi alat serta sudut horizontal. Waterpass sendiri tidak memberikan nilai sudut vertical seperti halnya pada theodolite. Nilai-nilai ini diperoleh dengan pembacaan secara manual. Pada theodolite dan waterpass harus dilakukan kalibrasi, terutama untuk menentukan arah utara yang akan dijadikan patokan dalam pengukuran. Kalibrasi yang dilakukan juga untuk memastikan bahwa alat berada pada bidang datar, hal ini dapat dilihat dari nivo yang ada pada alat. Dalam pengukuran ini diperlukan bantuan kompas untuk mengetahui arah utara. Selain itu, kompas juga berfungsi untuk menentukan besarnya sudut horizontal pada Theodolite. Dalam melakukan pengukuran harus dimengerti prosedur-prosedur yang ada seperti cara penyusunan alat, cara pengukuran serta cara pembacaan alat. Hal ini dilakukan untuk memastikan hasil yang diperoleh akurat. Theodolite T.0 merupakan alat Theodolite yang masih manual. Pembacaan sudut, nilai Ca, Cb, dan Ct dilakukan berdasarkan pembacaan pada skala penunjuk yang ada pada alat. Selain itu Theodolite T0 tidak dilengkapi dengan lensa pembalik sehingga menyebabkan posisi Ca dan Cb nya akan terbalik juga. Sehingga dalam pembacaan alatnya harus hati-hati dan membutuhkan ketelitian pengamatan yang tinggi. Theodolite T100 merupakan alat Theodolite yang lebih modern. Pembacaan hasil pengamatan dan kalibrasi dilakukan secara digital melalui layar yang terdapat pada Theodolite. Pada Theodolite T100 dibutuhkan kesabaran dalam proses pengkalibrasian alat, karena membutuhkan waktu yang relative lama. Kelemahan dari alat ini adalah ketidak akuratan data yang dihasilkan, karena apabila terjadi kerusakan pada sistem digitalnya kemungkinan data yang diperoleh juga tidak akan akurat. Pada alat ini sudah dilengkapi dengan lensa pembalik, sehingga posisi Ca, Cb, dan Ct nya tidak dalam posisi terbalik.Waterpass merupakan alat yang berfungsi hamper sama dengan Theodolite yaitu sebagai alat ukur tanah. Tetapi waterpass hanya dapat digunakan untuk mengukur beda tinggi antar titik. Waterpass terdiri atas dua lensa, yaitu lensa obyektif dan lensa okuler. Di samping itu terdapat lensa pembalik yang membuat jalannya sinar dari obyek ke pengamat lurus. Fungsi cermin dipakai untuk mengawasi nivo oleh pengamat sambil mengarahkan teropong ke obyek yang dituju. Untuk mengontrol posisi pesawat apakah sudah datar atau belum, maka gunakan nivo. Sedangkan untuk mengatur teropong sehingga pembacaan titik menjadi jelas digunakan alat penggerak halus.Pengukuran yang dilakukan merupakan pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung dilakukan dengan mengukur dari satu titik ke titik lainnya secara langsung sehingga dapat diketahui nilai yang diukur. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan alat pita ukur. Sedangkan pengukuran tidak langsung dilakukan dengan menggunakan alat yang menghasilkan nilai-nilai yang berbeda variabelnya yang harus diolah terlebih dahulu hingga menghasilkan nilai yang didapat dengan memformulasikan rumus.

Hasil pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung merupakan variabel-variabel berupa sudut dan nilai ca, cb dan ct. Nilai ct dapat dihitung dengan menambahkan nilai ca dan cb yang kemudian dibagi dua. Dalam pengukuran ini output yang dihasilkan adalah jarak dan beda tinggi. Kedua nilai tersebut didapatkan dengan konsep trigonometri yang diformulasikan menjadi rumus. Pengukuran jarak secara langsung jauh lebih efektif jika dilakukan pada pengukuran sempit. Seperti pada penggunaan pita ukur karena panjang pita ukur hanya 50 meter saja jadi pada jarak yang lebih jauh daripada itu tidak dapat diukur. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung baik digunakan pada cakupan pengukuran yang cukup luas. Pengukuran secara tidak langsung akan lebih akurat. Pada pengukuran beda tinggi terdapat nilai negatif. Nilai negatif ini berarti kedudukan alat rebih rendah daripada objek yang dibidik, dalam hal ini baak ukur sebagai penanda objek. Hal yang perlu diperhatikan adalah berbagai kesalahan pada saat pengambilan data di lapangan. Mulai dari kesalahan alat hingga human error. Contoh kesalahan oleh pengamat adalah membaca data yang diperoleh dari alat, ketidaktepatan dalam pembacaan sangat mungkin terjadi. Selain itu pada saat perhitungan, berbagai pembulatan kerap sekali dilakukan. Sehingga diperlukan latihan terus menerus sehingga bisa meminimalisir kesalahan dan bisa didapatkan data yang lebih akurat.VII. KESIMPULAN1. Didalam melakukan pengukuran dapat dibagi menjadi dua,yaitu pengukuran secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung2. Theodolith T.0 dan T.100 merupakan alat pengukuran optik yang menghasilkan nilai ca, cb, ct sudut horizontal dan sudut vertikal.3. Waterpass merupakan alat pengukuran optik yang menghasilkan nilai ca, cb, ct dan hanya sudut horizontal. Dalam pengukuran alat ini perlu dilakukan kalibrasi. Pengolahan variabel pada alat Waterpass lebih mudah dibandingkan alat lainnya terutama untuk pengukuran beda tinggi namun hanya sebatas daerah yang memiliki relief yang datar.VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Faultas Geografi Universitas Gajah MadaSukwardjono. 1996. Dasar-dasar Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Fakultas Geogarfi UGM.

Wongsotjipto, Soetomo. 1977. Ilmu Ukur Tanah. Penerbitan Yayasan Kanisius : Yogyakarta

EMBED CorelDraw.Graphic.13

B

D

C

A

F

d

D

P

Q

Q

a

t

b

a

b

p fo

Hasil Pembacaan Azimuth 145 35

_

---

-

-

-

-

-

--

-

-

-

143

144

145

146

0

30

60

Hasil pembacaan V = 95 54 20

H (AZ) = 130 04 40

V

D

h

F

HI

b1

ts

s1

Y1S

I

H

A

Y

2 -3 = 1-2 + 1800 - S2

2

S2

1-2

2-3

3

1

1-2

4

5

Y

X

Mengenali dan memahami kegunaan dan cara kerja dari masing-masing alat

Memraktekkan cara penggunaan masing-masing alat di lapangan, mulai dari : meneliti alat, membawa alat, memasang statif, menyetel sumbu I vertical, memasang alat, menggunakan pengunci dan penggerak halus, menggunakan nonius, menyetel niveau, membersihkan lensa, mengeluarkan / mengambil / menyimpan alat, mendirikan rambu / baak ukur, memasang yalon, memasang unting-unting, menggunakan meteran.

Mencatat data pengukuran dari masing-masing alat

Melakukan perhitungan dari data pengukuran sesuai dengan masing-masing rumus sesuai alat yang digunakan.

Menggambarkan hasil pembacaan dari penggunaan masing-masing alat

Menentukan titik-titik yang akan diukur jaraknya

Meletakkan umeteran pada salah satu titik, tarik meteran hingga titik lain yang aka diukur jaraknya.

Memasang Theodolith T0 pada statif (yang telah berdiri tegak), kemudian mengencangkan sekrupnya.

Menyetel niveau sehingga gelembungnya berada di tengah-tengah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa theodolith dalam keadaan datar.

Memasang baak ukur pada tempat yang akan diukur jaraknya.

Meluruskan obyek dan mengatur fokus sehingga menjadi jelas.

Mulai mengukur dan mencatat data dari penggunaan alat tersebut

Mengeluarkan waterpass dari tempatnya dan memasangnya pada statif.

Menyetel niveau sehingga gelembungnya berada di tengah-tengah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa theodolith dalam keadaan datar.

Memasang baak ukur pada tempat yang akan diukur untuk menentukan jarak obyek dengan waterpass.

Niwang Sukma Permatasari

11/316491/GE/07070

_1443548734.unknown