metode pengolahan biopelet dengan...

21
1 METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN MEMANFAATKAN GULMA ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES) Oleh: Edy Sulistiyono NIM: 192009050 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: tranphuc

Post on 27-Apr-2019

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

1

METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN MEMANFAATKAN

GULMA ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES)

Oleh:

Edy Sulistiyono

NIM: 192009050

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

2

Page 3: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

3

Page 4: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

4

Page 5: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

5

Motto

“Sesungguhnya akal yang tinggi tidak bisa lepas dari wahyu,

sebagaimana kecerdasan tidak bisa melepaskan diri dari

teori dan kaidah ilmu pengetahuan” (Imam Al Ghazali)

“ Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika dimulai dari

diri sendiri dan dilandaskan dengan keikhlasan” (Nabi

Muhammad SAW)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka

apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah

bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.” Q.S. Al Insyirah, 94: 6-8

Page 6: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat

menyelesaikan penelitian tugas akhir ini sebagai syarat kelulusan dari Fakultas Sains dan

Matematika UKSW pada program studi Pendidikan Fisika.

Dalam perjuangan menyusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan

dukungan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Andreas Setiawan, S.Si., M.T. selaku pembimbing utama dan Ibu Made Rai Suci Shanti,

S.Si., M.Pd selaku pembimbing pendamping. Terima kasih atas segala ilmu, motivasi,

bimbingan, bantuan, pengarahan, dan nasehat dalam penyusunan tugas akhir ini.

2. Keluarga tercinta. Ayah, Ibu, dan adik-adik. Terima kasih atas jasa-jasanya, kesabaran,

motivasi dan do’a. Tidak pernah lelah dalam memberi cinta yang tulus dan ikhlas kepada

penulis.

3. Dosen-dosen Fisika dan Pendidikan Fisika ( Ibu Dra. Marmi Sudarmi, M.Si, Ibu Made Rai

Suci Shanti, S.Si., M.Pd, Ibu Diane Noviandini, S.Pd., M.Pd, Ibu Debora Natalia Sudjito,

S.Pd., M.Ps.Ed, Ibu dr. Jodelin Munenggar, M.Sc, Bapak Adita Sutresno, S.Si., M.Sc, Bapak

Andreas Setiawan, S.Si, MT, Bapak Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.Nat., Bapak Prof. Dr.

Ferdy Semuel Rondonuwu, M.Sc., Bapak Nur Aji Wibowo, S.Si., M.Si, Bapak Wahyu Hari

Kristiyanto S.Pd., M.Pd, Bapak Alvama Pattiserlihun, S.Pd., S.Si, Bapak Ginerio Maslebu,

S.Pd., S.Si) terima kasih atas ilmu yang sangat berguna bagi penulis.

4. Mas Tri, Mas Sigit, dan Pak Tafip selaku laboran Fisika dan Pendidikan Fisika FSM UKSW.

Terimakasih untuk bantuannya dan canda tawanya.

5. Idem Holic (Dwi, Tri, Novi, Riski, Rendi), mamen holic (Natalis, Ayuk, Candra, Nimang) tim

PKM-T 2014 (Azis, Karina, Yodi ) dan teman seperjuangan (Hafids, Gigih, Koko, dll)

terimakasih atas segala bantuan, motivasi dan kerjasamanya.

6. PHB community (Cilot, Cacing, Jamal, Purkowo, Bogel, Potro, Joko, Sonthol, Budi, Ryancuk).

Terima kasih buat kebersamaan dan motivasinya

7. Teman-teman Program Studi Fisika dan Pendidikan Fisika angkatan 2009 (Aldo, Eka, Riana, ,

Angel, Sendi, Tabita, Martha, Cintya, Devi, Agus, Kila, Tesar, Tian, Moses, Buce, Lani, Miyati,

Lilis, Erma, Saidah, Yanti dan semuanya) yang telah menjadi rekan kerja, dan teman setia

selama masa-masa perkuliahan. Serta adik-adik maupun kakak angkatan yang tidak dapat

disebutkan satu persatu namanya. Terima kasih atas kebersamaannya.

8. Pak Amin Klaten, Brother Taryono, Genduk Eka. Terimakasih buat motivasi, nasehat dan

bantuannya. Jojo (motor tercinta yang selalu mengantarku kemana-mana) dan Toppi (laptop

tersayang yang setia menemani begadang).

Page 7: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

7

9. Dekan Fakultas Sains dan Matematika Bapak Dr. Suryasatriya Trihandaru, S.Si., M.Sc.Nat.

beserta jajarannya.

10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut dan terlibat dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan di masa

mendatang.

Akhir kata, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada

umumnya, untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan pendidikan dan ilmu

pengetahuan.

Salatiga, 20 Januari 2015

Penulis

Edy Sulistiyono

Page 8: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii

LEMBAR HAK BEBAS ROYALTY DAN PUBLIKASI iv

MOTTO v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

BAB 1. PENDAHULUAN

Pendahuluan 1

Dasar Teori 1

Daftar Pustaka 2

BAB 2. METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN MEMANFAATKAN

GULMA ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES)

ABSTRAK 3

Pendahuluan 4

Metode Penelitian 4

Hasil dan Pembahasan 7

Kesimpulan 9

Daftar Pustaka 10

LAMPIRAN 11

Page 9: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

BAB 1

PENDAHULUAN

Pendahuluan

Dewasa ini kebutuhan akan energi semakin meningkat, hal ini terjadi karena pertumbuhan

penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2013 saja penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa

dengan pertumbuhan penduduk 1,49 % per tahun atau bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap

tahunnya (Ririn, 2012). Disisi lain cadangan energi yang tersimpan di dalam bumi semakin

menipis. Salah satu sumber energi yang kini kian mengkhawatirkan adalah ketersediaan bahan

bakar minyak. Hampir setengah dari kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi dengan bahan bakar

minyak. Keadaan ini diperparah akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat (AS) yang diikuti turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG). Hal ini akan berujung

pada naiknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akibat naiknya harga impor

migas.

Salah satu kebijakan yang sekarang ditempuh pemerintah dalam hal ini adalah dengan

melakukan diversifikasi energi berupa pemanfaatan limbah biomassa sebagai sumber energi

alternatif terbaharukan (renewable). Hal ini diperkuat dengan instruksi presiden No. 1/2006 tentang

penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati biofuel sebagai bahan bakar lain (IPRI, 2006).

Indonesia adalah surganya biomassa hal ini dikarenakan Indonesia banyak ditumbuhi oleh

tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biomassa baik saat masih hidup maupun setelah mati.

Biomassa merupakan sumber energi terbarukan dan tumbuh sebagai tanaman (Kong 2010).

Potensi energi biomassa tercatat sebesar 49,81 Giga Watt (GW) dan baru sekitar 320 Mega Watt

(MW) yang sudah dimanfaatkan atau hanya 0,64% dari seluruh potensi yang ada (Arif et al, 2012).

Artinya dari potensi terbarukan yang besar, biomassa merupakan sumber energi yang belum yang

dimanfaatkan.

Biomassa umumnya merupakan limbah yang dapat merusak lingkungan dan banyak yang

tidak dipergunakan. Jika dapat dimanfaatkan secara baik dan dengan penanganan yang baik pula

didukung teknologi sederhana, kebijakan khusus dari pemerintah dan perhatian dari masyarakat,

akan berdampak positif dalam mengatasi permasalahan energi. Fokus perhatian pada studi ini

diarahkan ke pemanfaatan limbah biomassa dalam bentuk biopelet. Biomassa yang dimanfaatkan

adalah tanaman eceng gondok (Eichonia Crassipes) yang banyak tumbuh di perairan Indonesia

khususnya tanaman eceng gondok di daerah Rawa Pening, Jawa Tengah.

Dari latar belakang di atas dibuatlah penelitian ini dengan tujuan untuk membuat biopelet

dari tanaman eceng gondok, menentukan nilai kalor pembakaran dan menentukan komposisi yang

tepat dari bagian eceng gondok.

Hasil penelitian ini akan memberi manfaat berupa informasi tentang biopelet dari eceng

gondok dan nilai kalor pembakaran dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam mengkonversi

biomassa eceng gondok menjadi sumber energi alternatif. Manfaat lain berupa pengurangan limbah

eceng gondok yang pada akhirnya dapat membantu melestarikan lingkungan.

Dasar Teori

A. Eceng gondok

Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan monokotil air tawar yang

termasuk keluarga Pontederiaceae, satu kerabat dengan lily (liliaceae) yang merupakan spesies asli

Brazil wilayah Equador (Bhattacharya dan Kumar, 2010). Eceng gondok dapat tumbuh dengan

Page 10: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

pesat (3 % per hari) di daerah tropis dan di perairan yang relatif tenang seperti danau, rawa-rawa

dan sungai.

B. Metode pembuatan biopelet

Pembuatan biopelet pada penelitian ini mengacu pada pembuatan briket yang dilakukan

Fantozzi dan Buratti (2009). Menurut Fantozzi dan Buratti (2009) pada umumnya pembuatan

biopelet meliputi: perlakuan pendahuluan bahan baku (pre-treatment), pengeringan (drying),

pengecilan ukuran (size reduction), pencetakan biopelet (pelletization), pendinginan (cooling) dan

pengeringan.

C. Water Boiling Test (WBT)

Water Boiling Test (WBT) adalah sebuah metode berupa simulasi pada proses pembakaran

untuk mengetahui seberapa baik transfer energi panas yang dapat dilakukan dari bahan bakar ke

suatu tempat memasak (Bailis et al, 2007). Metode ini memiliki kelebihan dalam proses

menggunakan dan teknik pengmbilan datanya, walaupun cukup sederhana namun hasilnya

menunjukkan hasil yang relatif akurat. Ada tiga tahap penting dalam pengujian WBT; cold start

high power (cold start), hot start high power (hot start) dan low high (simmering) (Bailis et al,

2007).

Daftar Pustaka

Arif, E., L. Salaim, Ariyanto dan Fredy B. 2012. Briket Daun Kering Sebagai Sumber Energi

Alternatif. Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin IX & Thermofluid IV (93).

16-17 Oktober. Universitas Gajah Madha Yogyakarta.

Bailis, R., D. Ogle, N., MacCarty, dan D. Still.2006. The Water Boiling Test (WBT) Version 3.0.

Bergier, I, S. M. Salis, C.H.B. Miranda, E. Ortega, dan C.A. Luengo. 2012. Biofuel Production

From Water Hyacinth In The Pantanal Wetland. Ecohidrology dan Hydrobiology. 12 (1); 17-

84. DOI: 10.2478/v10104-011-0041-4.

Bhttacharya, A., dan P. Kumar. 2010. Water Hyacinth As A Potential Biofuel Crop. Electronic

Journal of Environmental, Agricultural and Food Chemistry 9 (1): 112-122.

[BSN] Badan Standar Nasional. 2013. Kinerja Tungku Biomassa. Indonesia-sni-7926-2013.pdf

El Bassam N. dan P. Maegaard. 2004. Integrated Renewable Energy or Rural Communities.

Planning guidelines, Technologies and Applications. Elsevier. Amsterdam.

Fantozzi S, and Buratti C. 2009. Life cycle assessment of biomass chains: Wood pellet from

shortrotation coppice using data measured on a real plant. Biomass Energy 34 (2010):1796-

1804

Hendra, D. 2011. Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Untuk Bahan Baku Briket

Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23 (2): 189-210.

[IPRI] Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006. Penyediaan dan Pemanfaatan

Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.

http://prokum.esdm.go.id/inpres/2006/inpres_01_2006.pdf

Page 11: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

BAB 2

METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN MEMANFAATKAN GULMA

ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES)

1Edy Sulistiyono

,

1,2Made Rai Suci Shanti,

1,2Andreas Setiawan

1Program studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

2Program studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Jawa Tengah, Indonesia

*E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Kelangkaan energi dan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat merupakan

dua masalah yang berdampak besar bagi kehidupan. Kelangkaan energi berpotensi akan

meningkatkan harga bahan bakar minyak, disisi lain laju pertumbuhan penduduk akan

menaikan konsumsi bahan bakar minyak. Hal ini memacu untuk mengembangkan

energi terbaharukan (renewable) guna membantu menopang konsumsi bahan bakar.

Indonesia kaya akan sumber daya alam yang baik untuk sumber energi, seperti

biomassa. Eceng gondok yang merupakan salah satu biomassa yang cukup melimpah,

kurang dimanfaatkan. Pengolahan eceng gondok menjadi biopelet diharapkan dapat

berkontribusi menjembatani permasalahan kelangkaan energi. Penelitian ini berfokus

pada pengolahan eceng gondok menjadi biopelet dengan membagi bagian eceng gondok

menjadi daun, batang dan akar. Pengolahan biopelet dilakukan melalui beberapa tahap:

pengeringan, karbonisasi, penghalusan, pencampuran dan peletisasi. Setelah itu

dilakukan uji analisis dan didapatkan nilai kalor pembakaran biopelet yang bervariasi

untuk tiap bagian dari eceng gondok sebesar 110 cal/gr – 218 cal/gr. Untuk daun dengan

campuran perekat tepung tapioka 5 % memiliki nilai kalor terbesar yaitu 218,14 ± 2,10

cal/gr, sedangkan akar dengan campuran 15% memiliki nilai kalor terkecil yaitu 110,73

± 3,21 cal/gr. Sedangkan dari perbaikan pada efisiensi tungku dan densitas biopelet

didapatkan nilai kalor 4037,04 cal/gr.

Kata kunci: eceng gondok, biopelet, nilai kalor

Page 12: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

PENDAHULUAN

Dewasa ini kebutuhan akan energi semakin meningkat, hal ini terjadi karena

pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2013 saja penduduk Indonesia

mencapai 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 % per tahun atau bertambah

sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya (Ririn, 2012). Disisi lain cadangan energi yang

tersimpan di dalam bumi semakin menipis. Salah satu sumber energi yang kini kian

mengkhawatirkan adalah ketersediaan bahan bakar minyak. Hampir setengah dari

kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi dengan bahan bakar minyak. Keadaan ini

diperparah akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)

yang diikuti turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG). Hal ini akan berujung pada

naiknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akibat naiknya harga impor

migas.

Salah satu kebijakan yang sekarang ditempuh pemerintah dalam hal ini adalah

dengan melakukan diversifikasi energi berupa pemanfaatan limbah biomassa sebagai

sumber energi alternatif terbaharukan (renewable). Hal ini diperkuat dengan instruksi

presiden No. 1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati biofuel

sebagai bahan bakar lain (IPRI, 2006).

Indonesia adalah surganya biomassa hal ini dikarenakan Indonesia banyak

ditumbuhi oleh tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biomassa baik saat masih hidup

maupun setelah mati. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan dan tumbuh sebagai

tanaman (Kong 2010). Potensi energi biomassa tercatat sebesar 49,81 Giga Watt (GW) dan

baru sekitar 320 Mega Watt (MW) yang sudah dimanfaatkan atau hanya 0,64% dari

seluruh potensi yang ada (Arif et al, 2012). Artinya dari potensi terbarukan yang besar,

biomassa merupakan sumber energi yang belum yang dimanfaatkan.

Biomassa umumnya merupakan limbah yang dapat merusak lingkungan dan

banyak yang tidak dipergunakan. Jika dapat dimanfaatkan secara baik dan dengan

penanganan yang baik pula didukung teknologi sederhana, kebijakan khusus dari

pemerintah dan perhatian dari masyarakat, akan berdampak positif dalam mengatasi

permasalahan energi. Fokus perhatian pada studi ini diarahkan ke pemanfaatan limbah

biomassa dalam bentuk biopelet. Biomassa yang dimanfaatkan adalah tanaman eceng

gondok (Eichonia Crassipes) yang banyak tumbuh di perairan Indonesia khususnya

tanaman eceng gondok di daerah Rawa Pening, Jawa Tengah.

Dari latar belakang di atas dibuatlah penelitian ini dengan tujuan untuk membuat

biopelet dari tanaman eceng gondok, menentukan nilai kalor pembakaran dan menentukan

komposisi yang tepat dari bagian eceng gondok.

Hasil penelitian ini akan memberi manfaat berupa informasi tentang biopelet dari

eceng gondok dan nilai kalor pembakaran dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam

mengkonversi biomassa eceng gondok menjadi sumber energi alternatif. Manfaat lain

berupa pengurangan limbah eceng gondok yang pada akhirnya dapat membantu

melestarikan lingkungan.

METODE PELAKSANAAN

Pembuatan Biopelet Eceng Gondok

Metode pengolahan eceng gondok menjadi biopelet dapat digambarkan pada gambar 3.

Page 13: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

Gambar 3. Skema tahapan pembuatan biopelet eceng gondok

Berdasarkan skema diagram di atas, eceng gondok yang diambil berupa eceng

gondok yang masih hijau, kemudian eceng gondok dipilah menjadi tiga bagian daun,

batang dan akar. Pemilahan ini dilakukan untuk mengetahui nilai kalor yang terdapat pada

daun, batang dan akar.

Proses selanjutnya adalah pengeringan, dalam hal ini pengeringan dilakukan

dengan bantuan sinar matahari selama tiga hari. Berat eceng gondok kering yang

didapatkan umumnya sekitar 10% dari berat basah, hal ini dikarenakan eceng gondok

memiliki kadar air yang sangat tinggi sekitar 90% dari total berat basahnya.

Kemudian dilakukan proses penghalusan dengan mesin penghalus agar didapatkan

ukuran partikel yang seragam. Semakin kecil ukuran partikel bahan dengan jumlah kadar

perekat yang sama akan menghasilkan daya tahan yang semakin kuat, sehingga biopelet

akan memiliki kualitas yang baik karena tidak mudah hancur. (Utomo dan Primastuti,

2013).

Eceng gondok yang sudah halus selanjutnya dikarbonisasi. Metode yang digunakan

adalah dengan cara pembakaran minim oksigen. Hingga warna eceng gondok menjadi

arang kehitaman. Arang eceng gondok hasil karbonisasi, selanjutnya ditambahkan bahan

perekat berupa tepung tapioka dengan kadar 5%, 10% dan 15%. Semakin besar

penambahan tepung tapioka akan mengakibatkan bertambahnya kadar air pada biopelet.

Hal ini akan mengurangi nilai pembakaran biopelet (Zamirza F, 2009).

Pada saat proses pencampuran tambahkan air panas secukupnya agar arang eceng

gondok dan tepung tapioka dapat tercampur dengan rata. Setela semua bahan tercampur

dengan rata, selajutnya adonan tersebut dipeletisasi menggunakan suatu alat yang memliki

untuk mendorong dan memampatkan bahan menjadi pelet yang diinginkan. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah alat pembuat pelet ikan yang berada di perusahaan

pakan ikan di Boyolali. Alat yang digunakan seperti pada gambar 4.

Page 14: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

Gambar 4. Pellet press yang ada di perusahan pakan ikan.

Biopelet yang sudah jadi selanjutnya dikeringkan dan diuji nilai kalor

pembakarannya.

Perancangan Alat Pengujian

Alat instrumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

bagian penting diantaranya: termometer, kompor biopelet, beaker glass dan bahan

instrument yaitu biopelet eceng gondok. Perancangan alat dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Perancangan alat untuk menguji nilai kalor pembakaran biopelet.

Pengujian Biopelet Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengukuran diantaranya massa air, suhu

air sebagai media pengambilan data dan massa masing-masing biopelet. Metode yang

digunakan untuk pengujian nilai kalor pembakaran biopelet adalah metode water boiling

test (WBT). Metode ini dilakukan dengan memanaskan sejumlah air dengan menggunakan

biopelet sebagai bahan bakar.

Nilai kalor pembakaran biopelet dapat dihitung sebagai berikut :

m

QE m 2

Dengan:

aabam cTTMQ 3

dimana :

E = nilai kalor biopelet (cal/gr)

mQ = energi yang diserap oleh air (cal)

m = massa briket yang terpakai selama pemanasan air (gr)

aM = massa air (gr)

termometer

Beaker glass

tungku

Air 200 ml

Kaki penyangga

Biopelet

Page 15: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

aC = kalor jenis air (cal/gr °C)

aT = temperatur awal air (°C)

bT = temperatur akhir air (°C)

Pengujian biopelet meliputi nilai kalor pembakaran. Pembakaran biopelet dilakukan

untuk mengetahui karakteristik pembakaran biopelet sesungguhnya dalam penerapannya.

Prosedur pembakaran biopelet

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat-alat untuk pembakaran

biopelet. Kemudian menimbang air sebanyak 200 gr dan ditempatkan pada gelas ukur.

Mencatat temperatur awal air yang akan dipanaskan. Selanjutnya menimbang massa

biopelet eceng gondok yang akan diuji/ dipakai sebagai bahan bakar, memberikan sedikit

spiritus untuk memicu pembakaran biopelet. Mengatur posisi termometer pada air untuk

mengetahui suhu air. Kemudian saat suhu air sudah mencapai suhu dengan selisih 10°C,

biopelet dimatikan selanjutnya mencatat massa biopelet yang tersisia (tidak terbakar).

Untuk mendapatkan hasil yang lebih presisi, maka dilakukan 5 kali perulangan pada

masing-masing bahan. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu dengan mengulangi kegiatan

di atas untuk masing-masing biopelet. Pada biopelet daun, batang dan akar dengan masing-

masing penambahan perekat tepung tapioka dengan konsentrasi penambahan 5 %, 10%

dan 15 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biopelet yang dihasilkan berbentuk silinder seperti terlihat pada gambar 6. Dimensi

biopelet rata-rata yang dihasilkan adalah: diameter 4 mm, panjang 6-10 mm dengan berat

0,1 gr per biopelet. Nilai rata-rata densitas yang dimiliki biopelet sebesar 0,27 gr/cm3.

Gambar 6. Ukuran biopelet yang dihasilkan.

Jenis biopelet yang dihasilkan ada 9 macam, yaitu: biopelet daun, biopelet batang

dan biopelet akar masing-masing dengan perekat tepung tapioka 5%, 10% dan 15% untuk

setiap bagian eceng gondok.

Hasil Pengujian Biopelet

Dalam proses pengujian dengan metode (Water Boiling Test) WBT untuk

memanaskan air sebanyak 200 ml dengan perubahan suhu mencapai 10°C didapatkan

massa biopelet yang terpakai dalam proses pengujian ditampilkan dalam gambar 7,8, dan

9.

Page 16: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

8

10

12

14

16

18

0% 5% 10% 15% 20%

Mas

sa (

gr)

Komposisi campuran

Daun

8

10

12

14

16

18

0% 5% 10% 15% 20%

Mas

sa (

gr)

Komposisi campuran

Batang

Biopelet daun.

Gambar 7. Grafik penggunaan massa biopelet daun untuk tiap komposisi campuran tepung

tapioka.

Biopelet batang

Gambar 8. Grafik penggunaan massa biopelet batang untuk tiap komposisi campuran

tepung tapioka.

Biopelet akar

Gambar 9. Grafik penggunaan massa biopelet akar untuk tiap komposisi campuran tepung

tapioka.

Dari gambar 7, 8, dan 9 bisa dilihat massa yang terpakai pada ketiga bagian eceng

gondok memiliki persamaan, yaitu pada komposisi penambahan tepung tapioka sebesar

5% didapatkan nilai massa yang terpakai menunjukkan angka yang relatif sedikit. Pada

komposisi penambahan tepung tapioka sebesar 15% didapatkan nilai massa yang paling

banyak.

Dari gambar 7, 8, dan 9 dapat dihitung nilai kalor pembakaran biopelet daun,

batang dan akar eceng gondok menggunakan persamaan 1 diperoleh nilai kalor seperti

terlihat pada gambar 10.

10

12

14

16

18

20

0% 5% 10% 15% 20%

Mas

sa (

gr)

Komposisi campuran

Akar

Page 17: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

Gambar 10. Grafik perbandingan nilai kalor biopelet

Dari gambar 10. akan terlihat pada perekat tepung tapioka sebesar 5% setiap bagian

biopelet yang dihasilkan memiliki nilai kalor pembakaran yang paling besar, sedangkan

untuk perekat tepung tapioka 15% memiliki nilai kalor pembakaran yang lebih kecil. Hal

ini dikarenakan semakin besar penambahan perekat tepung tapioka akan menambah kadar

air sehingga dapat mengurangi nilai kalor biopelet. Sedangkan untuk tiap bagian eceng

gondok, biopelet daun memiliki nilai kalor terbesar pada setiap penambahan campuran

tepung tapioka, sedangkan untuk biopelet akar memiliki nilai kalor terkecil, walaupun

pada penambahan perekat tepung tapioka sebesar 10% biopelet akar memiliki nilai kalor

yang lebih besar daripada biopelet batang. Sehingga dapat disimpulkan nilai kalor

pembakaran pada biopelet daun dengan penambahan perekat sebesar 5% memiliki nilai

yang paling besar, sedangkan untuk biopelet akar dengan penambahan perekat tepung

tapioka sebesar 15% memiliki nilai kalor terkecil.

Dalam penelitian ini nilai kalor yang didapatkan relatif rendah karena digunakan

tungku tradisional untuk menguji nilai pembakaran. Nilai densitas biopelet hanya 0,27

gr/cm3 sedangkan menurut standar yang dimiliki biopelet 1,0-1,4 gr/cm

3 (DIN 51731,

German). Untuk efisiensi tungku 20% (BSN, 2013). Kemudian dilakukan perbaikan dan

kompensasi perhitungan dari efisiensi tungku dan nilai densitas biopelet didapatkan nilai

kalor sebesar 4037,04 cal/gr.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembuatan biopelet daun, batang dan akar eceng gondok yang

dilanjutkan dengan sejumlah pengujian, perhitungan dan analisis data maka dapat dibuat

kesimpulan:

Biopelet dari daun, batang dan akar eceng gondok berbentuk silinder telah

berhasil dibuat.

Nilai kalor yang didapatkan masing-masing bagian eceng gondok yaitu : untuk

biopelet daun 5% adalah 218,14 ± 2,10 cal/gr, 10 % adalah 181,61 ± 3,00 cal/gr,

15% adalah 136,30 ± 3,30 cal/gr; untuk biopelet batang 5% adalah 179,74 ± 3,48

cal/gr, 10% adalah 140,88 ± 3,23 cal/gr, 15% adalah 128,93 ± 3,68 cal/gr; untuk

biopelet akar 5% adalah 176,99 ± 3,49 cal/gr, 10% adalah 139,22 ± 2,28 cal/gr,

15% adalah 110,73 ± 3,21 cal/gr.

Nilai kalor tertinggi diperoleh biopelet daun dengan perekat tepung tapioka

sebesar 218,14 ± 2,10 cal/gr. Sedangkan nilai kalor terendah diperoleh biopelet

akar dengan perekat tepung tapioka 15% sebesar 110,73 ± 3,21 cal/gr.

Nilai dari perbaikan dan kompensasi efisiensi tungku dan densitas biopelet

didapatkan nilai 4037,04 cal/gr.

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

daun

batang

akar

daun

batang

akar

daun

batang

akar

5% 10% 15%M

assa

(gr

)

Komposisi campuran

nilaikalorbiopelet(kal)

Page 18: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut

DAFTAR PUSTAKA

Arif, E., L. Salaim, Ariyanto dan Fredy B. 2012. Briket Daun Kering Sebagai Sumber

Energi Alternatif. Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin IX &

Thermofluid IV (93). 16-17 Oktober. Universitas Gajah Madha Yogyakarta.

Bailis, R., D. Ogle, N., MacCarty, dan D. Still.2006. The Water Boiling Test (WBT)

Version 3.0.

Bergier, I, S. M. Salis, C.H.B. Miranda, E. Ortega, dan C.A. Luengo. 2012. Biofuel

Production From Water Hyacinth In The Pantanal Wetland. Ecohidrology dan

Hydrobiology. 12 (1); 17-84. DOI: 10.2478/v10104-011-0041-4.

Bhttacharya, A. 2010. Water Hyacinth As A Potential Biofuel Crop. Electronic Journal of

Environmental, Agricultural and Food Chemistry 9 (1): 112-122.

[BSN] Badan Standar Nasional. 2013. Kinerja Tungku Biomassa. Indonesia-sni-7926-

2013.pdf

El Bassam N. dan P. Maegaard. 2004. Integrated Renewable Energy or Rural

Communities. Planning guidelines, Technologies and Applications. Elsevier.

Amsterdam.

Fantozzi S, and Buratti C. 2009. Life cycle assessment of biomass chains: Wood pellet

from shortrotation coppice using data measured on a real plant. Biomass Energy 34

(2010):1796-1804

Hendra, D. 2011. Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Untuk Bahan Baku

Briket Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23 (2): 189-

210.

[IPRI] Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006. Penyediaan dan

Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.

http://prokum.esdm.go.id/inpres/2006/inpres_01_2006.pdf

Kong, G. T. 2010. Peran Biomassa Bagi Energi Terbarukan. Jakarta: PT elex Media

Komputindo.

Lehtikangas, P. 2001. Quality properties of pelletised sawdust, logging residues and bark.

Biomass and Bioenergy 20(5): 351-360.

Mani, S. et.all. 2006. Economic of producing fuel pellets from biomass. Applied

Engineering in Agriculture vol. 22(3): 421-426.

Rahman. 2011. Uji Keragaan Biopelet Dari Biomassa Limbah Sekam Padi (Oryza Sativa

Sp.) Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terbarukan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Rahmaningsih, H. D. 2006. Kajian Penggunaan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes). Pada

Penurunan Senyawa Nitrogen Efluen Pengolahan Limbah Cair Pt. Capsugel

Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ririn, N. 2012. BKKBN: 2015. Laju Pertambahan Penduduk Satu Persen.

http://health.kompas.com/read/2012/09/27/07110483/BKKBN.2015.Laju.Pertambah

an.Penduduk.1.Persen

Utomo, F.A. dan N. Primatuti. 2013. Pemanfaatan Limbah Furniture Eceng Gondok

(Eichornia Crassipes) di Koen Gallery Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Briket

Bioarang. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2(2); 220-225.

VITA, F. Testing The Efficeincy Of Wood-Burning Cookstoves: Provisional International

Standards. 1985. Volunteers in Technical Assistance. Arlington, VA. p. 76.

Zamirza, F. 2009. Pembuatan Biopelet dari Bungkil Jarak Pagar (Jathopa Curcis L.)

dengan Penambahan Sludge dan Perekat Tapioka. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Page 19: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut
Page 20: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut
Page 21: METODE PENGOLAHAN BIOPELET DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9570/2/T1_192009050_Full...10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut