metode penelitian kualitatif i · 2019-04-30 · metode penelitian kualitatif i peer group dan...

45
Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani 2. 17/413239/SP/27956 Alda Aldera Geary 3. 17/413247/SP/27964 Endang Reforyani 4. 17/413255/SP/27972 Ilham Ramadhan D Arifin 5. 17/414957/SP/28084 Khotima Galuh Nindya Saputri Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

Upload: others

Post on 21-Jun-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

Metode Penelitian Kualitatif I

Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP

Disusun oleh:

1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

2. 17/413239/SP/27956 Alda Aldera Geary

3. 17/413247/SP/27964 Endang Reforyani

4. 17/413255/SP/27972 Ilham Ramadhan D Arifin

5. 17/414957/SP/28084 Khotima Galuh Nindya Saputri

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada

Page 2: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani
Page 3: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

C. Metodologi ...................................................................................... 2

1. Lokasi Penelitian ................................................................. 2

2. Metode Penelitian ................................................................ 2

3. Sumber Data ........................................................................ 3

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 3

5. Analisis Data ...................................................................... 3

BAB II LATAR SOSIAL

BAB III ANALISIS

A. Motif Pribadi................................................................................... 8

B. Konsumsi ...................................................................................... 10

C. Iklan, Promosi dan Artis Idola ...................................................... 14

D. Peer Group .................................................................................. 18

E. Struktur Sosial Ekonomi ............................................................... 23

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fast food atau makanan cepat saji merupakan makanan cepat saji

yang ditandai dengan biaya rendah, ukuran porsi yang besar dan makanan

padat energi yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak (Sharkey

dkk., 2011). Fenomena menjamurnya makanan cepat saji dianggap telah

mengubah selera pemenuhan kebutuhan makan masyarakat Indonesia.

Selain itu, kecenderungan anak usia sekolah mengonsumsi fast food

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya gerai-gerai makanan

cepat saji terutama di kawasan sekolah. Tekanan sosial untuk

menyesuaikan diri dengan teman sebayanya sangat kuat dan hal ini

tercermin pada pilihan makan baik di sekolah maupun di dalam

lingkungan sosialnya (Barasi & Mottram, 1989).

Anak-anak usia sekolah cenderung memiliki sifat eksploratif

dimana mereka ingin mencoba hal-hal baru bersama-sama. Pada proses ini

mungkin saja terdapat hubungan antar individu dalam menciptakan tujuan

dan sistem kerja. Teman sebaya merupakan hal penting dalam masa

remaja, hal ini dikarenakan pada proses sosialisasi teman sebaya untuk

pertama kalinya remaja menerapkan prinsip untuk bekerja sama dalam

jalinan yang kuat hingga terbentuk suatu norma, nilai dan simbol

tersendiri (Mappiare, 1982).

Penelitian yang lebih dulu dilakukan pada remaja, kebiasaan

makan dan pilihan makanan nyatanya lebih kompleks, faktor-faktor

seperti fisik, lingkungan hingga pengaruh lingkungan dapat

mempengaruhi kebiasaan dan pola makan mereka (Robert & Williams

dalam Sari, 2008). Peneliti kemudian mencoba untuk mencari faktor-

Page 5: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

2

faktor apa saja yang mungkin memiliki korelasi dengan pola konsumsi

fast food pada anak usia SMP di Nologaten.

B. Rumusan Masalah

1. Faktor apa saja yang membentuk pola konsumsi fast food pada siswa

Sekolah Menengah Pertama di Nologaten?

C. Metodologi

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RT 03 RW 02 Padukuhan Nologaten,

Depok, Sleman, Yogyakarta. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan

dengan beberapa faktor berikut ini:

a. Padukuhan Nologaten merupakan padukuhan yang

letaknya sangat dekat dengan mall-mall, pusat

perbelanjaan dan hiburan di Yogyakarta.

b. Di wilayah padukuhan terdapat banyak restoran-

restoran makanan cepat saji.

c. Padukuhan Nologaten memiliki banyak penduduk usia

7-18 tahun.

2. Metode / Teknik Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Dikutip dari Perreault dan McCarthy (2006: 176) dalam Sulistiyono

menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian

yang berusaha menggali informasi secara mendalam. Penelitian ini

meminta informan untuk mengungkapkan pikirannya tentang peer

group dan konsumsi fast food yang terjadi pada diri mereka tanpa

Page 6: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

3

memberi batas-batas jawaban. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi yang sebenarnya dan mendalam dari objek

penelitian di lapangan.

3. Data / Sumber Data

Data didapatkan dari hasil wawancara terhadap enam siswa

Sekolah Menengah Pertama di Nologaten.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan wawancara, pertanyaan kunci tidak

ditanyakan sesuai rtera, tetapi diajukan menyesuaikan alur cerita

informan. Informan dipilih secara acak dikarenakan kurangnya

penduduk usia pelajar Sekolah Menengah Pertama di RT 03 RW,

Nologaten.

5. Analisis Data

Tidak semua data yang ada dipakai data yang terhimpun

disaring sesuai dengan topik yang akan dibahas dan didalami. Penulis

mengelompokkan data-data tersebut ke dalam sub-sub bab yang

kemudian akan dibahas dengan lebih rinci.

Page 7: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

BAB II

LATAR SOSIAL

A. Gambaran Umum Latar

Gambar 2.1 Selokan Mataram dan Ambarukmo Plaza

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Padukuhan Nologaten terletak di Kecamatan Depok, Kabupaten

Sleman yang diapit Jalan Selokan Mataram di sebelah utara dan Plaza

Ambarukmo di bagian selatan. Akibatnya terdapat corak wilayah yang

berciri pedesaan dan perkotaan. Hal ini bisa dilihat dengan masih

banyaknya area persawahan di samping juga berkembangnya area

pertokoan di sepanjang jalan raya padukuhan. Selain itu, perkembangan

wilayah Nologaten juga dipengaruhi adanya Sekolah Tinggi Pariwisata

AMPTA. Hal tersebut membentuk masyarakat Nologaten baik dari segi

sosial-budaya dan ekonomi. Dalam segi sosial-budaya masyarakat

Nologaten memiliki sifat campuran antara sifat pedesaan dan perkotaan.

Di tempat kami melakukan observasi kami menemukan nilai-nilai

Page 8: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

5

kehidupan bermasyarakat yang memiliki ciri khas dengan nilai-nilai di

daerah pedesaan termasuk konsep solidaritas. Di sisi lain wawasan dan

pola konsumsinya erat dengan ciri khas perkotaan.

Gambar 2.2 Desa Nologataen RW 01

Sumber : Dokumen Pribadi

Foto-foto di atas menunjukkan tempat penelitian kelompok kami

di RT 03 RW 01, Nologaten. Di daerah ini masih terdapat banyak rumah

warga yang dibangun semi permanen, bahkan peneliti juga menemukan

beberapa yang masih dibangun dari papan. Jika dibandingkan dengan

jalanan utama dari padukuhan dan wilayah-wilayah di sebelah barat jalan

utama yang mana rata-rata rumah warganya sudah berpagar dan

dibangun apik, maka daerah ini akan terlihat sedikit lebih kumuh dan

tidak tertata rapi.

Masyarakat dari RT 03 harus keluar menuju jalan utama untuk

membeli pulsa, token listrik, makanan, alat tulis, hingga fotokopi karena

di RT mereka tidak terdapat toko atau jasa percetakan kecuali toko

kelontong. Hal ini tidak dialami oleh masyarakat di wilayah barat jalan

Page 9: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

6

utama karena dalam wilayah mereka sendiri sudah banyak toko, rumah

makan, bengkel sampai jasa cuci mobil.

Page 10: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

BAB III

ANALISIS

Dalam penelitian ini, peneliti mewawancara enam informan yang

dilakukan di sekitar wilayah Nologaten. Dari wawancara tersebut, peneliti

mendapatkan data mengenai faktor apa saja yang berkaitan dengan konsumsi fast

food pada anak usia SMP (Sekolah Menengah Pertama).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima faktor dalam membentuk

konsumsi fast food pada usia anak SMP. Pertama, motif pribadi. Kedua,

konsumsi. Ketiga, iklan, promosi, artis idola, dan peer group. Keempat, peer

group. Kelima, status sosial ekonomi.

Studi-studi sebelumnya menemukan bahwa pola konsumsi kini turut pula

dipengaruhi oleh artis idola (Thomson, 2006), bagaimana sekarang makanan

bukan saja dilihat sebagai pemuas kebutuhan biologis semata, namun juga

menjadi salah satu cerminan status sosial membuat orang-orang memilih

mengonsumsi makanan untuk memperlihatkan di mana status sosial dia berada

dibandingkan mengonsumsi semata-mata untuk kebutuhan tubuhnya (Twiss,

2011). Selain itu, kebiasaan konsumsi (belanja) remaja, dalam literatur yang

ditulis oleh Borges et al, turut dipengaruhi oleh peer group dan keluarga. Borges

mengatakan bahwa saat kegiatan konsumsi (belanja) dilakukan bersama teman,

para remaja muda berpikir bahwa itu adalah salah satu cara untuk menonjolkan

diri antara teman-temannya, dan membantu membuatnya diakui dalam

kelompok. Sedangkan dalam keluarga, para anggota keluarga yang lebih tua

cenderung untuk memiliki rasa ‘memfasilitasi’ yang lebih muda. Berikut

penjelasan dari kelima faktor tersebut.

Page 11: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

8

A. Motif Pribadi

Terdapat motif atau dorongan pribadi bagi informan untuk

mengonsumsi fast food ala barat bersama dengan teman-temannya.

Dorongan Pribadi sendiri diartikan seberapa kuat seseorang merasa perlu

untuk meraih, mencapai, atau menyelesaikan sesuatu, terdapat dorongan

yang menggerakan seseorang bertingkah laku dikarenakan adanya

kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia.

Motif tidak dapat diamati secara langsung, namun dapat dilihat dari

apa yang dilakukan dan dikatakan oleh individu, seperti yang dilakukan

siswa smp sebagai informan kelompok kami, yang mengungkap, selain

pengaruh dari ajakan dari peer group itu sendiri yaitu pertama untuk

Refreshing dalam kagiatannya informan datang ke gerai fast food ala barat

untuk bertemu temannya, berbagi cerita tentang hobi mereka yang

memunculkan rasa kesenangan pribadi dan melupakan sejenak tugas dan

ujian sekolah untuk menghindari stress. Kedua karena adanya diskon

promosi untuk menghemat pengeluaran. Informan lebih memilih gerai fast

food ala barat yang mengadakan diskon promosi, harga yang murah

menjadi tetap menjadi alasan utama, walaupun terkadang menu makanan

yang disajikan tidak sesuai dengan keinginan informan.

1. Refreshing

Refreshing yang dimaksud adalah refreshing your

mind. Tidak hanya fisik saja yang butuh penyegaran pikiran

atau mental kitapun juga membutuhkan penyegaran Aktivitas

sehari - hari terkadang membuat kita merasa bosan dan jenuh.

Rasa bosan dan jenuh inilah jika dibiarkan lama - lama bisa

melebar menjadi salah satu penyebab stress. Sebagai siswa-

siswi SMP rutinitas sekolah, les/bimbingan belajar, ekstra

kulikuler yang mereka lakukan setiap hari juga dapat

Page 12: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

9

menimbulkan rasa bosan. dan jenuh. Dalam hal ini remaja

seusia pelajar SMP bisa memiliki masalah dalam kemampuan

coping stress atau upaya menangani masalah stress terutama

stress di lingkungan sekolah.

Pergi untuk makan fast food bersama teman-teman

menjadi ajang refreshing bagi mereka, bersosialisasi adalah

kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan ini. Sebagai

makhluk sosial, bersosialisasi adalah kebutuhan. Menurut

Robinson (dalam Papalia, 2008) bahwa keterlibatan remaja

dengan teman sebayanya menjadi menjadi sumber dukungan

yang penting dalam masa pertumbuhannya sepanjang masa

transisi masa remaja.

Informan menjelaskan dalam kegiatannya mereka

membicarakan hobi dan menceritakan kejadian-kejadian

menarik disekolah. Kegiatan tersebut memberi manfaat

tersendiri bagi informan yaitu kesenangan dan dukungan serta

dapat mendekatkan mereka secara individu dan kelompok.

Seorang remaja yang mendapatkan dukungan yang tinggi dari

teman sebayanya akan merasa dicintai dan memiliki harga diri,

yang berdampak positif pada pemikiran sehari-hari dan

seseorang akan mudah untuk mengatasi stress.

2. Menghemat pengeluaran dengan menggunakan diskon promosi

Diskon adalah potongan harga pada setiap barang yang

dijual oleh para penjual agar produknya diminati oleh banyak

pembeli. Ada tiga jenis diskon promosi yang informan

gunakan yang pertama diskon kupon. Diskon kupon adalah

diskon yang diberikan kepada pembeli yang mempunyai kupon

pembelian, kupon tersebut dapat diperoleh pada pembeliaan

Page 13: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

10

pertama dengan jumlah pembelian tertentu. Dan yang kedua

adalah diskon anggota, diskon anggota dalah diskon yang

berlaku untuk anggota tertentu, dan bagi yang tidak menjadi

anggota tidak diberikan diskon. Konsumen yang telah terdaftar

menjadi anggota pada waktu melakukan transaksi

mendapatkan diskon khusus sesuai dengan ketentuan yang

sedang berlaku. Terakhir adalah diskon waktu terbatas, diskon

ini berlangsung pada waktu yang singkat atau terbatas biasanya

pada saat gerai baru buka, perayaan hari besar, atau hari ulang

tahun gerai fast food tersebut. Dengan adanya diskon memberi

dorongan kepada informan untuk mengonsumsi fast food

informan merasa mendapat manfaat dari diskon tersebut yaitu

menghemat pengeluaran, mempunyai kesempatan untuk

mencoba menu dengan harga yang murah.

B. Konsumsi

Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai

pemenuhan akan makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai

pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa

akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap

dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang

konsumsi lima sekali habis dan barang konsumsi yang dapat

dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin,1997).

Dalam wawancara yang peneliti lakukan pada 14 – 15 April

2017 didapatkan fakta bahwa konsumsi informan di pengaruhi oleh

konsumsi keluarga dan konsumsi peer groupnya. Dari enam informan

yang peneliti wawancarai, tiga informan menyatakan bahwa konsumsi

Page 14: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

11

mereka di pengaruhi oleh konsumsi keluarga, dua informan

menyatakan bahwa konsumsi mereka di pengaruhi oleh peer

groupnya, dan satu infoman menyatakan bahwa konsumsinya

dipengaruhi oleh konsumsi keluarga dan konsumsi peer groupnya.

Viorio mengatakan bahwa dia lebih sering mengunjungi gerai

makanan cepat saji ala barat bersama dengan keluarganya, sedangkan

Dhea menjelaskan bahwa dia terbiasa makan fast food dikarenakan

ibunya yang sibuk bekerja dan tidak sempat memasakkan makanan

untuknya.

Ibu dari informan Dhea membelikan anaknya fast food

dikarenakan beliau sibuk bekerja sehingga tidak sempat memasak

untuk anaknya dan juga dikarenakan anaknya menyukai makanan

tersebut, walaupun beliau sudah mengetahui bahwa fast food adalah

makanan yang tidak sehat, dan beliau berpendapat bahwa makanan

fast food dinilai praktis. Fakta yang peneliti temukan tersebut

didukung dengan penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh

Khausik dkk yang mengatakan bahwa pola kerja orangtua – terutama

ibu – diketahui memiliki pengaruh besar dalam menentukan konsumsi

anak. Orangtua yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk

menyiapkan makanan sehat (Kaushik dkk, 2018).

“Kalo saya sih kerja sampe Sabtu ya makannya anak

saya sepengennya dia, kalo dia suka fast food yang Jepang,

kaya takoyaki, ramen (Dhea suka makan makanan cepat saji

ala Jepang seperti takoyaki dan ramen). Kalo saya jaman dulu

kan makan dikasih nasi sama keringan tempe” (Ibu dari

informan Dhea)

Page 15: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

12

“Iya, ya gimana ya saya ngasih fast food ya walaupun

ngga sehat ya, ya emang ga sayur jadi kalau pagi dia makan

burger sama susu” (Ibu dari informan Dhea)

Informan kedua, Lia, menceritakan bahwa keluarganya tidak

pernah membiasakan dia untuk mengonsumsi fast food dan jika ibunya

tidak sempat untuk memasak. Dia akan membeli makanan (sayur) di

warung. Selain itu juga orang tuanya membiasakan dia untuk selalu

sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

“Mesti sarapan, kalau nggak sarapan, Bapak sama Ibu

bilang, "Nggak usah sekolah sekalian." gitu.”. (Lia)

Pernyataan Lia diatas membuktikan relevansi dari teori yang

dikemukanan oleh Kaushik dkk (2011). Dalam penelitiannya

menunjukkan bahwa ada sebuah korelasi positif antara peningkatan

konsumsi makanan cepat saji, melewatkan sarapan, dengan indeks

massa tubuh meningkat yang ditemukan di kalangan remaja.

Vian mengatakan bahwa ia lebih sering makan di rumah

karena makan di rumah lebih sehat dan lezat selain itu ibunya juga

sering masak sesuai dengan keinginan anggota keluarga.

Story Box 01

Peneliti bertemu dengan Vian ketika ia sedang berkumpul

bersama dengan teman – temannya di Burjo yang terletak di

RW 01 RT 04 Nologaten, Caturtunggal. Vian dan teman –

temannya tidak memesan makanan, mereka memesan

minuman di burjo tersebut. Vian mengatakan bahwa kegiatan

yang sering dia dan teman – temannya ketika berkumpul

adalah bermain game online.

“Ya main itu lah game yang hits sekarang Mobile Legend

hahahahah (terbahak)” –Vian.

Page 16: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

13

“Mending makan di rumah sehat hehehe, mending

masakan mama”

Kemudian, ia melanjutkan,

“Sering masak di rumah tapikan itu ditanyain mau

masak apa nih.” (Vian)

Vian juga mengatakan bahwa dia dan keluarganya tidak

pernah ke tempat makanan cepat saji ala barat, biasanya jika ingin

makan diluar dia dan keluarganya pergi makan ke Soto Betawi

Babasari. Selain bersama keluarga, Vian juga menjelaskan bahwa dia

dan temen-temannya juga sering makan bersama di Burjo yang ada di

dekat rumahnya.

Gambar 3.1 Ketika wawancara dengan Vian

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sandra menyatakan bahwa dia dan teman-temannya tidak

pernah mengonsumsi makanan cepat saji ala barat, mereka lebih

sering makan bakso atau mi ayam bersama.

“Biasanya ya cuma bakso, mi ayam.” (Sandra)

Page 17: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

14

Informan yang selanjutnya, Lulu menjelaskan bahwa dia dan

temen-temannya sering mendatangi tempat makan fast food yang

tidak ala barat seperti Olive Chicken dan Popeye Chicken.

“Biasanya sih Popeye nek ra Olive mbak.” (Lulu)

Kemudian ia menambahkan

“(Makan di) Burjo Burneo, Indomie Rp6.000,

biasanya cuma Rp5.000 atau Rp4.000”

C. Iklan, Promosi, Artis Idola, dan Peer Group.

1. Iklan dan Promosi < Peer Group.

Mengikuti alur percakapan para informan, ketika ditanya

mengenai promo-promo yang dilakukan oleh restoran fast food, Lia,

informan kami yang sedang duduk di kelas tujuh MTS 9 Sleman

secara terus terang mengatakan bahwa ia sama sekali tidak tertarik

untuk makan makanan cepat saji. Iklan, kupon, maupun inovasi

menu-menu terbaru yang dilakukan oleh restoran makanan cepat saji

tidak membuatnya tertarik untuk membeli, ia hanya akan pergi jika

ada salah satu teman peer groupnya yang mengajak.

“Ya kalau diajak ya mau-mau aja, Mbak.”

Saat diwawancara, Lia secara lebih detail menjelaskan alasan

dirinya tidak tergiur oleh inovasi menu baru dari restoran makanan

cepat saji adalah karena menu-menunya yang nyeleneh atau bisa

dibilang tidak biasa. Seperti salah satu brand makanan cepat saji yang

baru-baru ini mengeluarkan menu ayam goreng siram cokelat, Lia

merasa bahwa coklat bukan paduan yang pas untuk ayam goreng.

Menurutnya, coklat cocoknya dipadukan dengan roti atau dijadikan

campuran susu.

Page 18: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

15

Berkaitan dengan kupon atau promo potongan harga, Lia

masih merasa bahwa makanan di rumah masih lebih lezat daripada

makanan yang dijual di restoran-restoran fast food. Selain itu,

menurutnya makan makanan yang sudah di rumah lebih hemat karena

ia tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membeli makanan.

Berbeda dengan ketika ia bersama teman-temannya, Lia hampir tidak

pernah menolak untuk diajak makan di restoran fast food.

Meskipun tidak seluruhnya mendukung pernyataan Lia, Dhea,

mengatakan bahwa teman-temannya adalah pemburu diskon dan

kupon dari restoran fast food, seringkali Dhea dan teman-temannya

membeli paket besar untuk dimakan bersama dengan diskon yang

membuatnya merasa diuntungkan. Dhea menganggap bahwa perilaku

teman-temannya ini secara tidak langsung membuatnya terpengaruh

untuk membeli makanan cepat saji, Dhea merasa bahwa hal ini

menguntungkan dirinya karena ia terkadang tidak perlu

mengeluarkan uang sama sekali.

Jawaban lain yang berlawanan dengan dua informan di atas

disampaikan oleh Lulu. Ia tidak pernah makan di restoran makanan

cepat saji, teman-temannya pun demikian. Aktifitas-aktifitas sepulang

sekolah seperti mengerjakan tugas dilakukan bersama-sama di rumah

seorang teman. Lulu dan teman-temannya tidak pernah menaruh

minat terhadap promosi-promosi makanan cepat saji, baik ala barat

maupun bukan. Bagi Lulu, makanan cepat saji adalah mi instan dan

Es Bangjoe (abang-ijo; merujuk pada warna abang (merah) dan ijo

(hijau) khas dari minuman tersebut) yang biasanya ia konsumsi di

Burjo. Lulu pernah makan di KFC, seringkali bersama dengan teman

karena ada event-event tertentu, ia jarang pergi dengan keluarga.

Selain itu, Lulu juga menyetujui pernyataan Lia yang menganggap

Page 19: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

16

bahwa makanan cepat saji ala barat adalah makanan mahal, Lulu

merasa cukup hanya dengan makan di Burjo asalkan bersama dengan

teman-temannya.

Keempat informan di atas, mereka tidak selalu memperdulikan

promo, iklan maupun diskon yang diberikan oleh restoran-restoran

makanan cepat saji ala barat. Jika peer group mereka mengajak,

maka mereka akan pergi, jika tidak, mereka pun tidak terlalu

berminat untuk membeli. Dari kelima orang ini, peer group memberi

kontribusi besar bagi mereka untuk makan atau tidak makan fast

food.

Penelitian-penelitian di masa lalu telah menunjukkan bahwa

perilaku remaja cenderung untuk meniru perilaku teman-teman dalam

peer group mereka (Brechwood & Prinstein, 2011), serupa dengan

hal yang diterangkan di atas bahwa keempat informan cenderung

mengikuti apa yang teman-teman mereka lakukan. Semakin sering

iklan makanan ditayangkan, seperti yang dijelaskan oleh French et al

(2001), semakin banyak produk tersebut akan dimakan, akan tetapi,

wawancara kami dengan informan membuktikan hal tersebut tidak

benar. Setiap informan memiliki pandangan tersendiri terhadap

makanan yang akhirnya menjadi salah satu faktor bagi mereka untuk

tidak memilih fast food.

Page 20: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

17

2. Artis Idola

Seperti yang telah dijabarkan di atas, dalam kaitannya dengan

inovasi menu yang disodorkan oleh restoran-restoran makanan cepat

saji, Lia memiliki pandangannya sendiri terhadap makanan yang

selanjutnya memberikan beberapa alasan bagi dirinya untuk tidak

langsung membeli fast food. Namun, ia menyatakan akan langsung

membeli fast food jika artis idola kesukaannya, Xena Xenita, menjadi

bintang iklan suatu brand fast food.

Foto 3.2 Xena Xenita

Sumber: Instagram Xena Xenita

Story Box 02.

Ketika ditanya tentang iklan, Lia sepenuhnya tidak setuju bahwa

iklan sanggup untuk membuatnya berangkat dan membeli langsung

makanan cepat saji, tetapi setelah ditanya mengenai pendapatnya

mengenai apabila artis idolanya membintangi iklan makanan cepat saji,

Lia, dengan senyum lebar mengatakan bahwa ia tentu akan membelinya.

Ia mengatakan bahwa membeli makanan cepat saji yang dibintangi oleh

idolanya akan membuat dirinya merasa dekat dengan sang artis idola.

Page 21: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

18

Alasan utama dari Lia untuk langsung membeli fast food dari

brand yang dibintangi oleh idolanya adalah karena ia merasa dekat

dengan artis idolanya. Artis idola berubah menjadi suatu brand yang

baru, mereka secara profesional dapat diatur serta memiliki fitur-fitur

tambahan yang dapat diaplikasikan ke satu produk (Simon et al,

2004).

D. Peer Group

Menurut informasi dari informan yang penulis dapat, peer

group sangat mempengaruhi konsumsi makanan anak. Dari informasi

yang penulis dapat dari Lia, ia sering mengunjungi restoran fast food

ala barat dengan teman. Seringkali Lia dan kelompoknya jalan-jalan

ke mall, sehingga mereka menjadi ‘mengenal’ restoran-restoran fast

food ala barat. Dalam peer groupnya juga terdapat teman yang sudah

dibiasakan oleh orang tuanya untuk mengkonsumsi fast food. Hal ini

karena orang tua dari anak tersebut jarang memasak sehingga ia

menyediakan fast food untuk putrinya. Dari kebiasaan yang

diterapkan oleh orangtua anak tersebut, pola konsumsi pada anak

menjadi terbentuk sehingga nantinya anak akan menyebarkan pola

tersebut ke teman lainya. Sebagai contohnya, Lia kerap kali mendapat

ajakan teman untuk kosumsi di restoran fast food ala barat. Dan Lia

pun menyutujuinya. Dari ajakan tersebut, pola konsumsi pada diri

anak (Lia) terbentuk.

Story Box 03

Temanku pernah ada yang bilang, , "Eh aku gendutan nih, aku nggak

mau ah ke (gerai) fast food. Kita nggak usah pergi deh." Jadinya kan

nggak selera gitu kalau nggak ada teman makan. (Lia)

Page 22: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

19

Menurut Lia, mengonsumsi fast food apabila tidak ada

temannya akan menghilangkan selera makannya. Hal ini karena dalam

peer group terdapat keterikatan atau yang biasa disebut dengan

solidaritas. Dikutip dari teori Ainsworth (1978) dalam Tiffani Aprilia

menjelaskan bahwa keterikatan adalah ikatan emosional yang

mendalam dan abadi yang menghubungan satu orang ke orang lain.

Keterikatan individu yang tinggi akan mempengaruhi kepribadian

individu lain dalam menghadapi kehidupan, individu dapat

mengembangkan tingkat solidaritasnya dan dapat bertukar informasi.

Seorang remaja yang memiliki keterikatan tinggi dalam peer groupnya

akan mendasarkan perbuatannya dengan dukungan dan persetujuan

peer groupnya.

Hal tersebut berbeda dari informan yang ke dua, Dhea. Dhea

sudah dibiasakan konsumsi fast food di dalam keluarganya. Ibu Dhea

sering menjajakan fast food untuk anaknya karena ia termasuk pekerja.

Jadi, tidak sempat untuk memasak untuk keluarga sehingga memilih

fast food karena praktis. Namun, dalam peer group Dhea, ia juga

sering mengonsumsi fast food ala barat meskipun bukan di gerai fast

food milik barat. Ia menjadikan makan di resto fast food sebagai

refreshing sekaligus mengerjakan tugas sekolah. Fast food

menurutnya tetap lebih enak bila makannya barengan. Dhea juga

kerap kali menikmati fast food dengan temannya karena potongan

harga, sehingga ia sering tidak keluar uang untuk jajan di gerai fast

food.

Informan yang ketiga, bernama Rahma Sandra. Ia masih duduk

di bangku kelas tujuh di SMP daerah Gunung Kidul. Dalam peer

groupnya yang bernama ‘konco kenthel’ mereka jarang sekali

mengunjungi gerai fast food ala barat. Mereka lebih sering konsumsi

Page 23: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

20

Popeye, Quick Chicken, dan bakso. Saat di Jogja, Rahma juga pernah

mengkonsumsi makanan cepat saji ala barat dengan temannya.

Namun, pada saat itu ia mengunjungi gerai fast food dengan ibu dari

temannya pula, sehingga ia tidak mengeluarkan uang. Ketika teman

rahma membeli makanan seperti burger dengan harga yang mahal, ia

hanya menyimpan keinginannya dan tidak memutuskan untuk

membeli makanan tersebut. Melihat hal tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kebiasaan konsumsi teman akan mempengaruhi

teman yang lainnya.

Kemudian informasi dari informan ke empat yang bernama

Viorio, ia lebih banyak mengkonsumsi fast food ala barat dengan

keluarganya dan belum pernah mengunjungi gerai fast ala barat food

dengan temannya. Vio dengan kelompok bermainnya lebih banyak

menghabiskan waktu di rumah salah seorang temannya. Akan tetapi,

peran kelompok bermain tetap mempengaruhi konsumsinya pada fast

food ala barat. Vio akan terpengaruh jika temannya mengonsumsi

burger maupun Pizza Hut, menurutnya mengonsumsi fast food ala

barat tersebut akan menaikkan gengsinya.

Informan selanjutnya bernama Vari yang masih duduk di

bangku kelas dua SMP, SMP 2 Depok. Ia lebih banyak menghabiskan

waktunya untuk nongkrong di burjonan sambil main Mobile Legend.

Vari juga pernah mengonsumsi fast food ala barat dengan teman

sekolahnya atas dasar ajakan teman. Vari berbeda dari informan yang

lain, ia tidak terlalu suka megonsumsi fast food ala barat. Walaupun ia

tak terlalu suka mengonsumsi fast food ala barat, ia akan tetap

menerima tawaran temannya jika ditraktir makan di gerai fast food ala

barat tersebut. Jadi, berdasar informasi yang diperoleh dari Vari,

Page 24: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

21

kelompok bermain akan mempengaruhi konsumsi makan temannya

melalui ajakan, walaupun ia tak terlalu suka dengan makanan tersebut.

Informan yang ke enam yang bernama Lulu, memiliki

kesenangan meghabiskan waktu untuk motor-motoran yang tidak

memiliki tujuan yang jelas. Ia memiliki geng yang tidak pernah jalan-

jalan di mall dan jarang sekali makan bersama. Ia sedikit berbeda

dengan informan yang lainnya. Ia memutuskan untuk keluar dari

gengnya karea ia menganggap adanya geng malah membuat banyak

masalah karena ketidakcocokan antar anggota geng. Lulu lebih suka

mengonsumsi Popeye, Olive, Mister Burger, Indomie, dan bakso.

Sering kali ia mampir ke indomaret atau burjonan sepulang dari

motor-motoran. Selain itu, teman sebayanya juga lebih sering

mengajak ke burjonan. Apabila di rumah tidak ada makan, Lulu pun

lebih memilih makan yang segar-segar, contohnya bakso. Namun,

saat Lulu masih SD, ia pernah mengonsumsi fast food ala barat dengan

temannya atas dasar ajakan teman. Selain itu, ia juga mengikuti les di

KFC sehingga ia lebih sering konsumsi fast food ala barat ketika

masih SD.

Dari informasi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa teman

sebaya ataupun kelompok main akan mempengaruhi teman lainnya.

Menurut Bernd and Perry (1990) dalam Papalia, D.E., Sally W. O.,

dan Ruth D.S., dalam Puspa Utami Putri remaja cenderung memilih

teman yang hampir sama dengan mereka dan teman yang saling

mempengaruhi agar menjadi semakin mirip. Keterikatan peer group

yang rendah dikarenakan remaja sulit menerima seseorang yang tidak

memiliki kesamaan dengannya. Sebaliknya, keterikatan peer group

yang tinggi disebabkan oleh banyaknya kesamaan antar anggota

Page 25: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

22

peergroup yang nantinya akan mendorong tingkat solidaritas antar

anggota peer group tersebut.

Gambar 3.3

Sumber : Instagram Lulumeilany18

Pengaruh peer group memiliki kapasitas yang besar dalam

mempengaruhi perilaku, persepsi, dan sikap. Menurut Sriutari, D.

(2008), dalam Puspa Utami Putri penelitiannya menemukan bahwa

peer group mempengaruhi kebiasaan makan pada remaja putri.

Pernyataan tersebut sesuai dengan informasi yang didapatkan penulis

Pola konsumsi tersebut dapat ditularkan melalui beberapa cara, seperti

ajakan makan, keinginan saat melihat teman sedang makan, teman

memiliki kupon, dan gengsi. Mayoritas informan mengatakan bahwa

mereka mengonsumsi fast food ala barat karena ajakan kelompok

bermainnya. Hal tersebut menandakan dalam peer group yang

memiliki keterikatan yang tinggi, anggota peer group akan segan

untuk menolak ketika mendapat ajakan teman sebayanya.

Page 26: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

23

E. Status Sosial Ekonomi

Faktor yang memengaruhi konsumsi salah satunya adalah

pengaruh dari status sosial ekonomi individu. Status sosial menurut

Mayor Polak adalah status dimaksudkan sebagai kedudukan sosial

individu dalam kelompok serta dalam masyarakat. Status mempunyai

dua aspek. Pertama, aspeknya yang agak stabil, dan kedua, aspeknya

lebih dinamis Polak mengatakan bahwa status mempunyai aspek

struktural dan aspek fungsional. Pada aspek ruang pertama sifatnya

hierarki, artinya memiliki perbandingan tinggi atau rendahnya secara

relatif terhadap status-status lain. Sedangkan, aspek yang kedua

dimaksudkan sebagai peranan sosial (social role) yang berkaitan

dengan status tertentu, yang dimiliki oleh seseorang (dikutip dari

Kajian Teori (KT1). Status ekonomi adalah kedudukan atau posisi

seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran

tentang keadaan seseorang atau masyarakat yang ditinjau dari segi

sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan,

dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar pembentuk gaya

hidup keluarga . Maka apabila digabung status sosial ekonomi adalah

tinggi rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan pada

pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya atau keberadaan yang

menggambarkan posisi atau kedudukan suatu keluarga masyarakat

berdasarkan kepemilikan materi (KT2).

Page 27: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

24

Gambar 3.4Ambarukmo Plaza

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kondisi sosial ekonomi masyarakat Nologaten sebelumnya

pernah diteliti dimana Plaza Amabarukmo sebagai penyebab

pergeseran kondisi sosial ekonomi mereka. Dimana hal ini

mengungkap bahwa perubahan sosial budaya diawali dengan

perubahan budaya meteriil yang ditandai dengan berdirinya

Ambarukmo Plaza. Perubahan budaya materiil menyebabkan

perubahan budaya non materiil ditandai dengan pergeseran nilai-nilai

budaya Jawa kerena terbentuknya budaya modern, dan perubahan

perilaku dan kebiasaan belanja. Perubahan budaya non meteriil

menimbulkan dampak seperti budaya konsumtif, dan cultural lag.

Perubahan budaya non materiil menimbulkan perubahan sosial yaitu

perubahan terhadap struktur dan sistem kelas sosial yang baru.

Dijelaskan juga telah terjadi perubahan semu yang menciptakan

masyarakat setengah tradisional dan setengah modern (KT3).

Berdasarkan dari ciri-ciri informan yang kami teliti, mayoritas

mereka bersekolah di sekolah negeri baik SMP maupun MTs. Mereka

memiliki aktivitas di luar rumah yang banyak dilakukan bersama

teman-teman mereka. Informan bernama Sandra sering melakukan

Page 28: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

25

aktivitas jalan-jalan menggunakan sepeda motor bersama teman-

temannya berkeliling desa serta mengerjakan tugas. Hal ini kemudian

didukung oleh ke lima informan lainnya, yaitu Vio, Vian, Yulia, Dhea,

dan Lulu dimana mengerjakan tugas sebagai alasan aktivitas mereka

bersama-sama. Bentuk kebersamaan tersebut berlanjut dalam bentuk

konsumsi makanan bersama-sama. Dimana terlihat informan Dhea,

Sandra, Yulia dan Lulu sama-sama mengonsumsi beberapa jenis

makanan. Salah satunya adalah ayam goreng tepung Olive dan

Popeye. Walaupun secara frekuensi informan Yulia, Dhea dan Sandra

lebih jarang mengonsumsi makanan sejenis Olive dan Popeye. Dimana

informan Dhea lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji ala

jepang dan informan Sandra lebih sering mengonsumsi bakso dan mi

ayam. Alasan mereka memilih makan di Olive dan Popeye karena

alasan murah dan enak. Berbeda dengan informan lainya yaitu Vio dan

Vian dimana lebih memilih makan di rumah walau informan Vio dan

Vian pernah sekali makan di Olive dan Popeye. Hal ini disebabkan

oleh pengaruh dari orang tua mereka masing masing dimana informan

Vian mengatakan bahwa masakan ibu lebih enak daripada makanan

yang ada diluar rumah. Hal ini didukung oleh tindakan ibunya yang

menanyakan makanan apa yang diinginkan oleh keluarganya dan

mencoba mensanggupinya. Berbeda dengan informan Vio, Vio secara

pribadai mengatakan tidak terlalu suka makanan sejenis Olive dan

Popeye.

Pilihan tersebut dikondisikan dengan kemampuan uang saku

mereka masing-masing dimana rata-rata memiliki uang saku berkisar

Rp15.000-Rp20.000/hari. Uang saku tersebut peneliti temui tidak

terlalu berdampak signifikan terhadap keputusan konsumsi makanan

cepat saji. Mereka hanya membeli makanan cepat saji tersebut karena

Page 29: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

26

alasan konsumsi bersama teman-teman mereka saja. Selain itu,

konsumsi tersebut juga dipengaruhi antara relasi individu dengan

orangtua teman individu. Hal ini dapat dilihat dari alasan mereka

mengonsumsi makanan cepat saji dengan cara ditraktir. Akibatnya,

pada lingkup pertemanan terjadi konstrusksi hierarki antara teman satu

dengan teman yang lainnya. Hal ini diakibatkan oleh kemampuan

ekonomi orangtua masing-masing anak. Mereka yang tidak bisa

membeli sesuai dengan apa yang kelompok konsumsi, maka akan

terdorong untuk mengonsumsi juga, walau di sisi lain

ketidakmampuan membeli kemudian diselesaikan oleh traktiran atas

dasar solidaritas. Meskipun ada konsep traktir, orangtua informan

kemudian membekali anaknya dengan bahan makanan yang

digunakan apabila terdesak atau sebagai pelengkap makan sehari-hari.

Dapat dilihat dari pernyataan informan Sandra dimana Sandra dibekali

oleh ibunya suplai Energen dan Indomie.

Indikator lainnya adalah penggunan alat komunikasi telepon

genggam berbasis Android dimana kepemilikan telepon genggam

bukan lagi hal yang langka di kalangan pelajar SMP. Komunikasi

yang berlangsung kemudian termediakan oleh adanya grup WhatsApp.

Hal ini dialami oleh informan Sandra yang memiliki grup WhatsApp

bernama “Konco Kenthel” untuk berkomunikasi dengan teman-teman

nya. Hal ini menjadikan interaksi diantara mereka bisa terpusat dalam

satu kelompok di dunia maya dimana mereka bisa berkordinasi,

merencanakan dan mempersiapakan agenda mereka secara bersama-

sama dan kemudian melaksanakannya.

Dari kelima data informan di atas, dapat disimpulkan bahwa

konsumsi berasosiasi dengan status sosial ekonomi mereka masing-

masing. Dimana dalam peer group kondisi tersebut berfungsi sebagai

Page 30: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

27

hierarki yang mengatur posisi antar individu di dalamnya. Hal ini

kemudian ditoleransi atas dasar solidaritas bersama-sama dimana

nilai-nilai pertemanan diutamakan untuk menjaga kelangsungan

pertemanan mereka.

Berdasarkan hasil penelitian yang mengambil tempat di sekitar wilayah

Nologaten, maka yang dapat dari disimpulkan temuan di lapangan adalah peer

group merupakan satu alasan utama mengapa para informan mengonsumsi fast

food. Jika ditanya mengenai konsumsi, maka peer group muncul sebagai alasan

utama mereka mengapa mereka memutuskan untuk membeli makanan cepat saji.

Kemudian, mengenai iklan, promo dan strategi marketing lain. Dari yang

dapat peneliti simpulkan, informan tidak terlalu menghiraukan hal-hal tersebut.

Dua dari informan kami mengatakan bahwa meskipun mereka memiliki voucher

atau bila sebuah restoran fast food ala barat memberikan kupon gratis makan,

mereka tidak akan pergi untuk membeli jika peer group mereka tidak mengajak.

Demikian pula dengan dua sub topik lain yang telah dibahas, status sosial

ekonomi dari informan tidak menentukan makanan apa yang ia makan, informan

cenderung mengikuti di mana saja peer group mereka makan karena yang

mereka inginkan adalah kebersamaan, bukan menu makanan yang disajikan.

Page 31: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

BAB IV

KESIMPULAN

Dalam penelitian yang peneliti lakukan terhadap tujuh siswa Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di Nologaten. Kami mencatat beberapa faktor yang

berkorelasi dalam membentuk pola konsumsi mereka terhadap fast food yaitu,

motif pribadi, peer group, kebiasaan konsumsi, hingga status sosial ekonomi.

Faktor-faktor tersebut baik langsung maupun tidak langsung memengaruhi

tindakan baik di level individu maupun level kelompok dalam mengkonsumsi

fast food.

Faktor-faktor tersebut lahir akibat kondisi geografis, sosial dan budaya

serta posisi nya dalam sektor ekonomi. Nologaten dengan corak campuran

desa kota kemudian membentuk perilaku masyarakat nya yang unik. Semisal

kita masih dapat melihat anak-anak yang masih bermain di sawah di lain sisi

mereka juga bermain di tempat rekreasi modern. Tidak berhenti sampai disitu

hal ini juga berpengaruh dengan konsep pertemanan serta tindakan sosial

mereka. Maka dari sini kita dapat melakukan pemetaan sosial bahwa sebuah

peer group memiliki kekuatan tertentu baik dari segi ekonomi dan sosialnya.

Akibatnya tiap individu dan peer group terus mengkonstrusikan dirinya

sebagai bagian in group terhadap kelompoknya. Artinya bentuk toleransi

terhadap ragam apapun dari kelompok nya dapat di lewati atas nama

solidaritas.

Di lain sisi hal ini kemudian tidak selalu sejalan dengan apa yang

konsep peer group inginkan terdapat beberapa intervensi dari pihak luar (out

of peer group) yaitu orang tua. Disini fungsi sosialisasi terhadap apa yang

dapat dikonsumsi anak menjadikan anak berjalan. Anak kemudian dibiasakan

terhadap pola makan dirumah dan pandangan terhadap makanan rumah yang

Page 32: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

29

menyehatkan. Hal ini kemudian menjadi penghalang kami dalam mencari

informan yang di harapkan.

Dari beberapa faktor tersebut, peer group menjadi faktor yang paling

dominan dalam membentuk pola konsumsi pelajar SMP dalam mengonsumsi

fast food. Hal ini terjadi karna peer group memberikan dan mengenalkan hal-

hal baru kepada informan termasuk pengenalan dan informasi tentang fast

food. Informan cenderung mengikuti ke mana peer groupnya pergi. Mereka

tidak memilih untuk makan fast food jika tidak diajak oleh teman, juga

cenderung untuk meniru perilaku teman-teman dalam peer group mereka.

(Brechwood & Prinstein, 2011).

Page 33: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

DAFTAR PUSTAKA

(KT1) Kajian teoritik, diakses daring http://digilib.uinsby.ac.id/342/5/Bab%202.pdf

(diakses pada 18 Mei 2018, 22:09 WIB)

(KT2) Kajian teori, diakses daring

http://etheses.uin-malang.ac.id/600/6/10410177%20Bab%202.pdf

(diakses pada 18 Mei 2018, pukul 21:30 WIB)

Ainsworth. 1978. The Book Pattern of Attachment : A Psychological Study of The

Strange Situation.New York : Halsted Press

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Barasi, M.E. & R.F Mottram. 1989. Human Nutrition (edisi ketiga). London: England

Publisher

Borges, Adilson., J.C. Chebat., Barry J Babin. 2010. Does a companion always enchance

the shopping experience? Journal of Retailing and Consumer

Services.(www.elsevier.com/locate/jretconser)

Brechwood, W. A., & Prinstein, M. J. (2011). Beyond homophily: A decade of advances

in understanding peer influence processes. Journal of Research on Adolescence,

21(1), 166.

French, S., Story, M., & Jeffery, R. (2001). Environmental influences on eating and

physical activity. Annual Review of Public Health, 22(1), 309-335.

http://etheses.uin-malang.ac.id/600/6/10410177%20Bab%202.pdf

Kaushik, J.S., Manisha N., Ankit Parakh. 2011. Prespective : Fast Food Consumption in

Children, vol.48. New Delhi

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional

Nopirin. 1997. Ekonomi Makro. Cetakan Keempat. BPFE: Yogyakarta

Papalia, D, E., Old, S. W., Feldman, & R. D. (2008). Human Development (terjemahan

A. K. Anwar). Jakarta: Prenada Media Grup

Papalia, D.E., Sally W. O., & Ruth D.S. 2008. Psikologi Perkembangan (edisi sembilan).

Jakarta: Kencana

Sari, RW. (2008). Bahaya makanan cepat saji dan gaya hidup sehat: dangerous junk

food. Yogyakarta: O2.

Sharkey, Joseph R., Cassandra M Johnson, Wesley R Dean, Scott A Horel. 2011.

Association between proximity to and average of traditional fast-food outlets and

Page 34: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

fast food consumption among rural adults. International Journal of Health

Geographics. BioMed Central Ltd.

Simon, Roger., Dan Gilgoff., & Terence Samuel (2004). In the House of the Believers,"

US News and World Report, tersedia dalam daring www.usnews.com

Sriutari, Dyah. 2008. Pengaruh Peer Group Terhadap Kebiasaan Makan Remaja Putri.

Depok: Universitas Indonesia

Suyatna, Hempri. 2016. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Ambarrukmo

Plaza (Studi Tentang Perubahan Habitus dan Hysteresis yang Dialami

Masyarakat di Dusun Tempel dan Nologaten, Caturtunggal Depok Sleman).

Yogyakarta : Electronic Theses & Dissertations (ETD) Gadjah Mada University

Thomson, Matthew. 2006. Human Brands: Investigating Antecedents to Consumers’

Strong Attachments to Celebrities. Journal of Marketing. Vol 70(3). Amerika

Serikat: American Marketing Association

Twiss, Katheryn. 2012. The Archaeology of Food and Social Diversity. Springer Science

and Business Media

Page 35: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

LAMPIRAN

A. Data Informan

1. Nama informan : Yulia Rona

Tanggal wawancara : 15 April 2018

Tempat wawancara : RT 3 RW 1 Nologaten

Pewawancara : Alda Aldera Geary

2. Nama informan : Viorio

Tanggal wawancara : 14 April 2018

Tempat wawancara : Warung burjo dekat basecamp

Nologaten,

Caturtunggal

Pewawancara : Endang Reforyani

3. Nama Informan : Vian Dwi Marwanto

Tanggal Wawancara : 15 April 2018

Tempat Wawancara : Warung Burjo RW 01 RT 04 Nologaten,

Caturtunggal

Pewawancara : Endang Reforyani

4. Nama Informan : Rahmawati Sandra

Tanggal Wawancara : 15 April 2018

Tempat Wawancara : Rumah Sandra RT 03 RW 01

Nologaten, Caturtunggal

Pewawancara : Ilham Ramadhan D Arifin

Page 36: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

5. Nama Informan : Lulu Meilany

Tanggal Wawancara : 15 April 2018

Tempat Wawancara : Rumah Lulu RT 04 RW 01 Nologaten

Pewawancara : Khotima Galuh Nindya Saputri

6. Nama Informan : Dhea

Tanggal Wawancara : 15 April 2018

Tempat Wawancara : RT 01 RW 03 Nologaten

Pewawancara : Devia Putri Maharani

Page 37: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

B. Data Networking (Tugas Individu)

1. Devia Putri Maharani

PEER GROUP

•REFRESHING

•KESAMAAN HOBI

• MENGERJAKAKN TUGAS

•KEINGINAN MAKAN BERSAMA

FAST FOOD

•KUPON PROMO

•BUY 1 GET 1

•DISKON

•DI TRKTIR TEMAN

ANAK SMP

•ORANG TUA BEKERJA

•UANG SAKU YANG CUKUP

•HUBUNGAN DEKAT PG - ORTU

Page 38: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

2. Alda Aldera Geary

Page 39: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

3. Khotima Galuh Nindya Saputri

Page 40: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

4. Endang Reforyani

Page 41: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

5. Ilham Ramdhan D Arifin

Page 42: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

B. Data Networking Kelompok

C.

Page 43: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

C. Poster

Page 44: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

D. Pembagian tugas per sub-bab.

1. Motif Pribadi : Devia Putri M.

2. Konsumsi : Endang Reforyani

3. Iklan, Promosi, Artis Idola, dan Peer Group : Alda Aldera G.

4. Peer Group : Khotima Galuh N.S

5. Status Sosial dan Ekonomi : Ilham Ramadhan D.A

E. Daftar Pertanyaan Inti

1. Apakah Anda memiliki kelompok bermain atau belajar?

2. Apakah Anda dan teman anda memiliki waktu khusus untuk pergi

bersama?

3. Apakah Anda memiliki kegiatan rutin yang dilakukan bersama peer group

Anda?

4. Di mana Anda biasanya melakukan kegiatan tersebut?

5. Dengan siapa Anda pergi ke gerai makanan cepat saji?

6. (Jika narasumber mengatakan bahwa ia pergi dengan peer group)

Seberapa sering Anda dan peer group Anda mengunjungi gerai makanan

cepat saji?

7. (Jika narasumber mengatakan bahwa dia dan peer groupnya tidak sering

datang ke gerai makanan cepat saji.) Dengan siapa Anda sering pergi ke

gerai makanan cepat saji?

8. Jika peer group Anda mengkonsumsi makanan cepat saji, apakah Anda

akan terpengaruh (juga ingin mengkonsumsi makanan tersebut)?

Mengapa?

Page 45: Metode Penelitian Kualitatif I · 2019-04-30 · Metode Penelitian Kualitatif I Peer group dan Konsumsi Fast food Pelajar SMP Disusun oleh: 1. 17/409920/SP/27765 Devia Putri Maharani

F. Kompilasi Tugas Individu

Nama

Daftar Tugas

Reflection Diary

Mind Mapping

Verbatim Transcript Coding Indexing

Devia Putri

Maharani ● ● ● ● ●

Alda Aldera Geary ● ● ● ● ●

Endang Reforyani ● ● ● ● ●

Ilham Ramadhan D.A ● ● ● ● ●

Khotima Galuh

Nindya S. ● ● ● ● ●