metode pemetaan

Download METODE PEMETAAN

If you can't read please download the document

Upload: firdaus-matasin

Post on 24-Nov-2015

100 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Cara Pemetaan Zona Kerentanan Tanah

TRANSCRIPT

  • PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN

    TANAH

  • TATAAN GEOLOGI INDONESIA

    INDONESIA TERLETAK INTERAKSI DARI 3 LEMPENG (TRIPLE JUNCTION) YANG MEMBENTUK ZONA SUBDUKSI YANG UNIK DI DUNIA, AKIBATNYA;

    Indonesia mempunyai 129 gunungapi aktif (terbanyak

    di dunia)

    Banyak terjadi gempabumi baik di darat maupun di

    laut yang bisa memicu tsunami

    Banyak terdapat lipatan, patahan, punggungan, bukit

    dengan kemiringan sedang hingga terjal kondisi yang

    demikian menyebabkan rentan terjadi gerakan tanah/

    tanah longsor yang di picu oleh curah hujan atau

    gempabumi

    LATAR BELAKANG

  • Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia

    Dampak Positif:

    Tanah subur

    Pemandangan Indah

    Banyak Kandungan mineral logam,

    non logam dan migas

    Dampak Negatif:

    Rawan bencana alam geologi

    seperti gempabumi/tsunami,

    letusan gunungapi, tanah

    longsor

    Tektonik dan Sebaran Gunungapi Indonesia

    PASIFIK

    EURASIA

    INDO - AUSTRALIA

  • PROVINSI Kejadian MD LL RR RH RT BLR BLH LPR JLN SIPJawa Barat 76 27 13 448 61 636 8 2 20 130 6

    Jawa Tengah 22 13 3 68 61 693 1 0 0 0 1

    Jawa Timur 15 6 0 523 105 18 6 3 35 305 0

    DIY 1 5

    Banten 1 0 0 12 8 30 0 0 0 0 0

    Lampung 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

    Sumatera Barat 3 11 1 2 2 54 0 0 0 25 25

    Riau 1 0 0 0 0 0 0 0 0 48 0

    NAD 3 8 1 54 3 33 0 0 0 0 0

    Papua 1 11 0 2 3 0 0 0 0 0 0

    NTT 4 0 0 90 0 47 0 0 0 0 0

    Sulawesi Selatan 2 5 0 300 13 0 0 0 108 0 0

    Sulawesi Tengah 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    Kalimantan Timur 2 2 0 34 0 0 0 0 0 0 0

    Maluku 4 4 5 0 2 10 0 0 0 0 0

    Sulawesi Utara 1 0 0 14 0 34 0 0 0 0 0

    TOTAL 139 88 23 1553 258 1555 15 5 163 508 32

    Catatan :

    MD : Meninggal Dunia BLR : Bangunan Lain Rusak RH : Rumah Hancur JLN : Jalan

    LL : Luka - luka BLH : Bangunan Lain Hancur RT : Rumah Terancam SIP : Saluran Irigasi Putus

    RR : Rumah Rusak LPR : Lahan Pertanian Rusak

    KEJADIAN GERAKAN TANAH DI TIAP PROVINSI TAHUN 2008

    PROVINSI Kejadian MD LL RR RH RT BLR BLH LPR JLN SIP

    Jawa Barat 31 5 0 137 7 97 0 0 0 14 0

    Jawa Tengah 13 6 0 112 22 334 2 3 0 345 0

    Banten 1 92 179 0 250 0 0 0 0 0 0

    Sumatera Barat 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0

    Papua 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    NTB 2 0 0 30 0 1 1 0 0 0 0

    Sulawesi Selatan 2 1 0 3 0 65 0 0 0 0 0

    TOTAL 54 106 181 282 279 497 3 3 0 359 0

    KEJADIAN GERAKAN TANAH DI TIAP PROVINSI TAHUN 2009 (Sampai dengan 31 Maret 2009)

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • MITIGASI BENCANA GEOLOGI

  • Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Pemetaan Gerakan Tanah Lama

    Distribusi Kejadian Gerakan Tanah

    Kemiringan Lereng

    Rata-rata Curah Hujan

    Tata Guna Lahan

    Kondisi Geologi

    Mekanika Tanah

    Software

    Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah

    Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

    Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

    Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

    Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Sangat Rendah

    Rendah

    Tinggi

    Sangat jarang

    terjadi Gerakan

    Tanah

    Gerakan tanah bisa

    terjadi jika ada

    gangguan lereng

    Tingkatan Status Kerentanan Gerakan Tanah

    Dan Respon Masyarakat Sering terjadi gerakan tanah jika musim hujan

    Gerakan tanah lama bisa

    aktif kembali

    Tidak tinggal

    di bantaran sungai

    PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

    Gerakan Tanah berpotensi

    terjadi jika curah hujan tinggi

    dan ada gangguan lereng

    Lokasi bangunan

    vital & Strategis.

    Menengah

    Tidak Melakukan

    Pemotongan lereng,

    Waspada jika curah

    hujan tinggi

    Jangan tinggal di

    lereng terjal

    Tidak dibangun permukiman,

    bangunan vital strategis, Konservasi Lahan

    Waspada, Mengungsi jika Curah Hujan Tinggi

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH PETA PERKIRAAN CURAH HUJAN

    Sistem peringatan dini gerakan tanah dilakukan pada awal musim hujan dengan mengirim surat, booklet, dan poster tentang mitigasi bencana gerakan tanah.

    Peta perkiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah dibuat dengan cara overlay antara peta zona kerentanan gerakan tanah dan prediksi curah hujan bulanan. Hasilnya berupa 3 tingkatan zona potensi gerakan tanah tinggi, sedang dan rendah yang diinformasikan kepada Pemerintah Daerah.

    SISTEM PERINGATAN DINI (EARLY WARNING)

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Kerjasama dengan BMG (Data prakiraan curah hujan bulanan)

    Hasil prakiraan wilayah berpotensi terjadi gerakan tanah yaitu overlay dari peta zona kerentanan gerakan tanah dan prakiraan curah hujan bulanan

    Peringatan dini kepada Pemda di seluruh Indonesia setiap awal musim hujan meliputi kabupaten, kecamatan, desa yang rentan terjadi gerakan tanah

    Jalur jalan rawan gerakan tanah dikirim setiap awal musim hujan dan hari libur keagamaan

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH INDONESIA

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • MAKSUD DAN TUJUAN PEMETAAN

    Untuk memberikan informasi tentang daerah derah yang rentan terhadap bencana alam gerakan tanah dan memperkecil / mengurangi kerusakan prasarana pembangunan serta korban jiwa manusia.

    Informasi yang termuat dalam Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah dapat digunakan untuk melengkapi data dasar dalam perencanaan Tata Ruang.

    TAHAPAN PENYUSUNAN PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

    1. Pengumpulan data

    Data primer;

    Data sekunder

    2. Analisis laboratorium mekanika tanah

    Sifat fisik dasar ; kadar air, berat jenis, berat isi asli, berat isi kering,

    berat isijenuh, angka pori, permeabilitas

    Sifat mekanika tanah atau batuan; direct shear atau triaxial test -kohesi

    dan sudut geser dalam

  • TAHAPAN PENYUSUNAN PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

    3. Penggambaran peta penunjang

    1. Peta geologi

    2. Peta tataguna lahan

    3. Peta satuan kemiringan lereng

    4. Peta distribusi kejadian gerakan tanah

    5. Peta curah hujan rata -rata tahunan

    6. Peta percepatan kegempaan regional

    4. Analisis data / Metode

    1. Analisis secara langsung

    2. Analisis secara tidak langsung

    3. Analisis gabungan

  • PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH (landslide susceptibility map) Peta kerentanan gerakan tanah adalah sebuah peta yang

    menggambarkan tingkat kestabilan lereng pada suatu daerah menjadi kategori stabil sampai tidak stabil . Peta ini menunjukkan tingkat kerentanan suatu daerah untuk terjadi gerakan tanah atau longsoran.

    Kerentanan gerakan tanah tergantung juga pada faktor pemicu terjadinya longsoran seperti curah hujan dan kegempaan.

  • PETA BAHAYA LONGSORAN

    (landslide hazard map)

    Peta bahaya gerakan tanah (landslide hazard map) adalah sebuah peta yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya gerakan tanah pada suatu daerah dengan memperhitungkan adanya ancaman . Sebuah peta bahaya gerakan tanah yang ideal tidak hanya memperlihatkan kemungkinan gerakan tanah dapat terjadi pada suatu tempat tertentu, tetapi juga mempunyai kemungkinan gerakan tanah berasal dari tempat yang jauh dan menghantam daerah tersebut . Bahaya gerakan tanah mengacu kepada potensi terjadinya kerusakan akibat gerakan tanah yang meliputi hilangnya nyawa atau korban luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi dan penurunan kualitas lingkungan.

  • PETA RESIKO GERAKAN TANAH (landslide risk map) Peta resiko gerakan tanah (landslide risk map) adalah peta yang menggambarkan besarnya penanggulangan tahunan yang harus disediakan untuk menanggulangi kerusakan akibat gerakan tanah. Peta resiko merupakan penggabungan dari informasi kemungkinan gerakan tanah pada peta bahaya gerakan tanah dengan analisa terhadap keseluruhan konsekuensi yang timbul akibat gerakan tanah. Resiko gerakan tanah mengacu kepada kemungkinan konsekuensi bahaya yang timbul, seperti korban jiwa, korban luka-luka, kerusakan properti dan sistem ekologi atau gangguan perekonomian pada daerah rawan gerakan tanah.

  • Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

    Zona ini sering terjadi gerakan tanah, gerakan tanah lama masih dapat aktif kembali, terutama karena curah hujan yang tinggi.

    Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

    Dapat terjadi gerakan tanah berukuran kecil, terutama di tebing pemotongan jalan, tebing sungai, daerah curam dengan batuan dasar kuat dan tanah pelapukan yang tipis. Gerakan tanah lama masih dapat berkembang aktif kembali, terutama pada bagian gawir gerakan tanah yang disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi.

    Zona Kerentanan Gerakan Tanah

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

    Jarang terjadi gerakan tanah apabila tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah lama. Gerakan tanah dapat juga terjadi dalam skala kecil, terutama pada tebing lembah sungai yang terjal

    Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah

    Daerah ini mempunyai tingkat kecenderungan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah. Umumnya merupakan daerah mantap, sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah.

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • PUBLIKASI PETA

    ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

    Skala 1 : 500.000

    Peta Provinsi, contoh Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jawa

    Barat.

    Skala 1 ; 250.000.

    Peta Zona kerentanan gerakan tanah luar P. Jawa, contoh Peta zona

    kerentanan gerakan tanah Pulau Lombok.

    Skala 1 : 100.000

    Contoh Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah L. Cianjur,

  • ANALISIS DATA / METODE PEMETAAN

    Pemetaan zona kerentanan gerakan tanah dilakukan dengan pendekatan menggunakan metoda tidak langsung (statistik) dan metoda langsung (pengamatan lapangan), penyelesaian dilakukan dengan menggabungkan kedua metoda tersebut .

    Metoda pemetaan tidak langsung dilakukan dengan melakukan tumpang tindih (overlaying) untuk mancari pengeruh faktor -faktor yang terdapat pada peta-peta parameter (peta geologi, kemiringan lereng dan tata guna lahan) terhadap sebaran (distribusi) gerakan tanah, kemudian analisis dilakukan dengan mengunakan GIS (Geografi Informasi Sistem ) menggunakan Software ILWIS (Integrated Land and Water Information System ) versi 2.1 (for Windows), sehingga zonasi kerentanan gerakan tanah dapat ditentukan .

    Cara langsung adalah dengan memetakan secara langsung zona kerentanan gerakan tanah di lapangan dengan mempelajari distribusi gerakan tanah, morfologi, geologi, tataguna lahan dan struktur geologi.

    Cara gabungan adalah menggabungkan peta zona kerentanan gerakan tanah cara tidak langsung dengan peta zona kerentanan gerakan tanah cara langsung sehingga menghasilkan peta zona kerentanan gerakan tanah final

  • BAGAN ALIR PEMETAAN GERAKAN TANAH

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Metoda langsung merupakan hasil pemetaan langsung zona kerentanan gerakan tanah di lapangan. Kriteria untuk zona kerentanan gerakan tanah didasarkan pada kondisi lapangan, yaitu :

    a. Penelitian gerakan tanah di lapangan, meliputi :

    Kejadian gerakan tanah

    Morfologi (kemiringan lereng dan bentuk lereng)

    Geologi (sifat fisik batuan dan tanah serta ketebalan tanah pelapukan)

    Struktur geologi dan kondisi keairan

    Kondisi tataguna lahan dan aktivitas manusia

    b. Mempelajari sifat fisik dan keteknikan tanah hasil uji laboratorium

    (data pemetaan terdahulu)

    c. Melakukan analisis balik untuk mendapatkan nilai kuat geser pada saat harga

    faktor keamanan (Fs) = 1,2

    d. Melakukan analisis kemantapan lereng

    e. Menyusun tingkat kerentanan gerakan tanah

  • Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Tingkat kerentanan gerakan tanah, yaitu tingkat yang menggambarkan kecenderungan suatu lereng alam natural slope untuk terkena gerakan tanah. Tingkat kerentanan suatu lereng untuk terjadi gerakan tanah ditunjukkan dalam suatu nilai faktor keamanan yang dikemukakan oleh Ward, (1976),

  • TANAH PELAPUKAN BATUAN KEMIRINGAN LERENG

    (KEJADIAN GERAKAN

    TANAH)

    0-5%

    ( 0-3 )

    5-15%

    (3-9 )

    15-30%

    (9-17 )

    30-50%

    (17-27 )

    50-70%

    (27-36 )

    >70%

    (36-90 )

    Tufa dan breksi Gn. Api Muda

    dari G. Ambulombo (Qhva)

    ( Tidak ada kejadian gerakan

    tanah )

    -- -- - - - -

    Breksi aglomerat dan tufa Gn.

    Api Muda dari G. Ine Rie

    (Qhvl) (3 X kejadian gerakan

    tanah)

    -- - - 3 - -

    Lava dan breksi Gn. Api Tua

    (Qtvu) (103 X kejadian

    gerakan tanah)

    - - 5 35 -53 10-

    DISTRIBUSI GERAKAN TANAH

  • TANAH PELAPUKAN BATUAN KEMIRINGAN LERENG

    (KEJADIAN GERAKAN

    TANAH)

    0-5%

    ( 0-3 )

    5-15%

    (3-9 )

    15-30%

    (9-17 )

    30-50%

    (17-27 )

    50-70%

    (27-36 )

    >70%

    (36-90 )

    Tufa dan breksi Gn. Api Muda

    dari G. Ambulombo (Qhva)

    ( Tidak ada kejadian gerakan

    tanah )

    -- -- - - - -

    Breksi aglomerat dan tufa Gn.

    Api Muda dari G. Ine Rie

    (Qhvl) (3 X kejadian gerakan

    tanah)

    -- - - 3 - -

    Lava dan breksi Gn. Api Tua

    (Qtvu) (103 X kejadian

    gerakan tanah)

    - - 5 35 -53 10-

    JENIS GERAKAN

    TANAH

    KEMIRINGAN LERENG

    0-5% 5-15% 15-30% 30-50% 50-70% >70%

    (0-3 ) (3-9 ) (9-17 ) (17-27 ) (27-36 ) (36-90 )

    Longsoran Bahan Rombakan Nendatan

    - -

    - -

    5 -

    35

    -3

    51

    2

    10

    -

  • Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • KEMIRINGAN LERENG

    TANAH PELAPUKAN 0 5% 5 15% 15-30% 30 70% 50-70% >70%

    0 - 3 3 - 9 9-17 17-27 27-36 > 36

    Tufa dan breksi Gn. Api Muda dari G. Ambulombo (Qhva)

    Breksi aglomerat dan tufa Gn. Api Muda dari G. Ine Rie (Qhvl)

    Lava dan breksi Gn. Api Tua (Qtvu)

    I

    I

    I

    I

    II

    I

    II/III

    II

    II

    III

    II/III

    II/III

    III/!V

    III

    III

    III/IV

    III

    III/IV

    Keterangan : I. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah

    II. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

    III. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

    IV. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

    TINGKAT KERENTANAN GERAKAN TANAH UNTUK MASING MASING TANAH PELAPUKAN BATUAN PADA KEMIRINGAN LERENG TERTENTU

    Tingkat kerentanan gerakan tanah, yaitu tingkat yang menggambarkan kecenderungan suatu lereng alam natural slope untuk terkena gerakan tanah. Berdasarkan pertimbangan pada sudut kemiringan lereng kritis di lapangan maupun hasil analisis, maka kerentanan gerakan tanah pada setiap kisaran kemiringan lereng pada tanah pelapukan batuan dapat ditentukan, seperti terlihat pada Tabel dibawah ini.

  • Peta Zona Kerentanan Gerakan tanah Cara Langsung

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Metoda Tidak Langsung (Statistik ) Metoda tidak langsung adalah proses pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah didasarkan atas perhitungan kerapatan (density ) gerakan tanah dan nilai bobot (weight value) dari masing-masing unit/klas/tipe pada setiap peta parameter .

    Kerapatan (density) adalah pencerminan dari luas kejadian gerakan tanah

    pada satu satuan (kelas) perluas dari luas unit (kelas) parameter.

    Luas gerakan tanah pada (unit/klas/tipe)

    Kerapatan (unit/klas/tipe) = Luas (unit/klas/tipe

    Luas gerakan tanah Luas seluruh gerakan pada (unit/klas/tipe) tanah pada peta Nilai bobot = ( unit/klas/tipe ) Jumlah luas (unit/klas/tipe) Luas seluruh daerah peta

  • Tahapan dan prosedur perhitungan adalah sebagai berikut :

    1. Tumpang tindih antara peta parameter dan peta sebaran gerakan

    tanah.

    2. Menghitung luas daerah yang terkena gerakan tanah, dan luas seluruh

    peta.

    3. Menghitung kerapatan gerakan tanah (dalam persen) pada seluruh

    daerah peta.

    4. Menghitung kerapatan gerakan tanah (dalam persen) pada setiap

    unit/klas/tipe.

    5. Menghitung nilai bobot pada tiap kelas unit/klas/tipe.

    6. Pemberian nomor (urutan) nilai bobot pada tiap-tiap peta parameter.

    7. Membuat tabel klasifikasi untuk mengklasifikasi ulang nilai bobot ber-

    dasarkan peta parameter.

    8. Menjumlahkan semua nilai bobot dari tiap peta parameter.

    9. Mengklasifikasikan angka-angka hasil dari penjumlahan nilai bobot

    antara batas atas dan bawah menjadi 4 zona, yaitu : kerentanan

    sangat rendah, rendah, menengah dan tinggi.

  • SATUAN BATUAN

    LUAS (km

    2)

    LUAS GERAKAN

    TANAH (km2)

    DENSITY WEIGHT

    Tufa dan breksi Gn. Api Muda dari G. Ambulombo (Qhva)

    Breksi aglomerat dan tufa Gn. Api Muda dari G. Ine Rie (Qhvl)

    Lava dan breksi Gn. Api Tua (Qtvu)

    21,3700

    41,6752

    492,1822

    0,00

    0,0925

    2,5500

    0,0001

    0,0052

    0,00027

    -0,0047

    0,0004

    0,00005

    TATAGUNA

    LAHAN

    LUAS (km2)

    LUAS GERAKAN TANAH (km2)

    DENSITY

    WEIGHT

    Kampung

    Persawahan

    Tanah kosong

    Hutan lindung

    Perkebunan

    Tegalan

    8,3950

    9,38316

    69,84213

    153,98290

    164,5692

    149,0549

    0,00 00

    0,00500

    0,240144

    0,43776

    0,777969

    1,18321

    0,00038

    0,0008

    0,00347

    0,002860,

    0,00474

    0,00795

    0,00449

    0,00399

    0,00132

    -0,00193

    -0,00005

    -0,00316

  • KEMIRINGAN LERENG (%)

    LUAS (km2)

    LUAS GERAKAN

    TANAH (km2) DENSITY WEIGHT

    0 5 (0 - 3 )

    5 15 (3 8,5 )

    15 30 (8,5 - 17 )

    30 50 (17 - 27 )

    50 70 (27 - 36 )

    > 70 (> 36 )

    24,8262

    97,7094

    187,8854

    150,1532

    48,9347

    45,7182

    0,0025

    0,1675

    0,1675

    0,9279

    0,3251

    0,0725

    0,0002

    0,0017

    0,0050

    0,0077

    0,0067

    0,0016

    - 0,0046

    - 0,0031

    0,0002

    0,0029

    0,0019

    -0,0032

  • TABEL PENGELOMPOKKAN NILAI BOBOT KEDALAM KELAS ZONASI

    NILAI BATAS

    KELAS

    DERAJAT

    KERENTANAN

    - 0,00270

    1

    Sangat Rendah

    0,00363

    2

    Rendah

    0,01045

    3

    Menengah

    0,02384

    4

    Tinggi

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • PETA GABUNGAN HASIL PEMETAAN LANGSUNG DENGAN STATISTIK SEBAGAI PETA FINAL

    Pembuatan zonasi kerentanan gerakan tanah merupakan tahap akhir dari semua proses yang dilakukan dengan cara melakukan tumpang tindih antara peta zona statistik dengan peta zona pemetaan langsung, hasilnya berupa peta dan tabel gabungan. Peta ini menggambarkan gabungan antara 4 (empat) kelas dari peta zona statistik dan 4 kelas dari hasil pemetaan langsung (Tabel di bawah). Untuk mengelompokkan zona tersebut dalam 4 (empat) kelas, maka pada tabel tersebut ditambah kolom final yang nilainya merupakan kelas rata -rata antara peta statistik dan peta pemetaan langsung, sehingga menjadi 4 kelas. Penggabungan antara peta statistik dan lapangan pada pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah dapat dibuat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

    PZ = TG.Final (PG )

    PZ = Peta zona kerentanan gerakan tanah akhir

    TG = Tabel gabungan

    Final = Kolom final tabel gabungan yang menggambarkan kelas rata -rata

    PG = Peta gabungan

  • No.

    Rec.

    PETA

    ANALISIS

    STATISTIK

    PETA

    LAPANGAN

    Nr.

    Pixels

    LUAS

    (Km) P e t a F i n al

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16

    1

    1

    1

    1

    2

    2

    2

    2

    3

    3

    3

    3

    3

    4

    4

    4

    1

    2

    3

    4

    1

    2

    3

    4

    1

    2

    3

    4

    1

    2

    3

    4

    686

    4578

    662

    15

    9387

    100727

    18536

    245

    651

    59117

    15623

    143

    67

    6902

    4729

    22

    1,716205

    11,445540

    1,656163

    0,037526

    234,664831

    251,81688

    46,34005

    0,612931

    1,628644

    147,79131

    39,057435

    0,357751

    0,167618

    17,25462

    11,823305

    0,055039

    1

    1

    2

    2

    1

    2

    3

    3

    2

    2

    3

    3

    1

    3

    4

    4

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • N

    US

    EN

    ER

    GI

    DA

    M BER

    E

    D AY

    AM

    IN

    RA

    L

    AIMERRE

    2107 - 221

    2107 - 241

    LETE

    2107 - 223

    837'30"

    845' 00"

    852' 30"

    900' 00"

    12045' 00" 12052' 30"

    2107 - 224

    2107 - 242 2107 - 331

    LOKANGEKO SOA

    2107 - 313

    12100' 00"

    DONAWAEBELA

    2107 - 222

    BAJAWA MATALOKO

    12107' 30"

    845' 00"

    852' 30"

    900' 00"

    2107 - 311

    RADAMUDE

    12045' 00" 12052' 30"

    Lokasi Penyelikan

    Lokasi Penyelikan

    93'5

    8"

    12119'6"

    93'5

    8"

    12113'56"

    12107' 30"12100' 00"837'30"

    INDEK LEMBAR PEMETAAN

    12113'56"

    90'3

    8"

    12119'6"

    90'3

    8"

    PETA PETUNJUK LOKASI

    -6 9' 28"

    A. KABUPATEN NGADAa Kecamatan. Ngadabawab. Kecamatan. Aimenac. Kecamatan. Bajawad. Kecamatan. Golawe

    b

    85

    8'5

    2" L

    S

    85

    5'2

    0"

    LS

    a

    c

    1218'53" BT

    1218'53" BT

    d

    PEMBAGIAN ADMINISTRASI

    1211134" BT

    855'2

    0"

    LS

    85

    8'5

    2" L

    S

    1211134" BT 116 21' 47"-11 27' 5"

    Zona 2 = 0,10 g

    Zona 3 = 0,15 g

    Zona 4 = 0,20 g

    Zona 5 = 0,25 g

    Zona 6= 0,30 g

    2

    116 21' 47"

    4

    3

    6

    4

    3

    5

    126 11'-6 9' 28"

    2-11 27' 5"

    126 11'

    0 - 1000

    121 11' 56"

    -8 5

    8' 47"

    4000 - 5000 mm1000 - 2000 2000 - 3000 3000 - 4000

    121 11' 56" 121 19'

    PETA CURAH HUJAN RATA-RATA TAHUNAN

    121 19'

    -8 5

    8' 47"

    -8 5

    5' 3

    3"

    -8 5

    5' 3

    3"

    PETA PERCEPATAN PULAU FLORES DAN SEKITARNYA

    -11 27' 5"

    116 21' 47"

    -6 9' 28"

    2003

    1983

    116 21' 47"

    1982 20031987

    1975

    1989

    1992

    2004

    1982

    Magnitude

    > 6

    5 - 6

    < 5

    Kedalaman

    0 - 33 km

    33 - 90 km

    > 90 km

    PETA EPISENTER PULAU FLORES DAN SEKITARNYA

    3

    126 11'

    -6 9' 28"

    126 11'

    -11 27' 5"

    Wae Wu

    Aimere

    Leko Gok

    o

    Keligejo

    Wae Lako

    sebowuli

    Foa

    Warupade

    Robadora

    Pomasule

    Paliseso

    Paupaga

    Ngelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu Ngelo

    Teluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk Waiwae

    Pomalewa

    Wolo Lega

    Wae Koe Wolo Runu

    125

    0

    Ekowolo

    Wawowae

    Wolo Bawa

    1430

    Lok

    ana

    re

    Warupele satu

    Lok

    apo

    la

    Amere

    Tiworiwu

    Wolo BogoWarupele dua

    Leko

    Nag

    o

    Ngalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu Rita

    DEPARTEMEN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL

    BADAN GEOLOGI

    PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI

    JALAN DIPONEGORO 57 BANDUNG

    KEC. BAJAWA

    Mari

    Bomeri

    Bojawa

    Beja

    Wolo Nariwowo

    BAJAWA

    Susu

    Trikora

    Kisanata

    Wolo Pipidod0

    Ngalisabu

    Wolokelo

    Borani

    Rutojawa

    Nenowea

    DariwaliMalabhaga

    Tiworiwu

    Wae T

    adu

    Watumanu

    Delawawi

    Garusina

    Ngadusawu

    Kelitei

    Ngalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu Burusi

    Sewowoto

    Waebela

    Ngalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu Wae

    Wae W

    oki

    Wolo Lele

    Mangulewa

    Faobata

    Ubedolumolo

    Naru

    Bosiko

    Wae B

    etu

    Nuamuzi

    Rakateda Satu

    Wolo Kapa

    Rakateda Dua

    Lokalodo

    Wolo Bombara

    1428

    WolodalaBorobere

    Bajawa

    KEC. NGADABAWA

    InelikaFaupadi

    100

    0

    750

    Dadawea

    Wolo Tolorojo

    Majamala

    Sobo

    Wolo soge

    Wae B

    ula

    Mangulewa

    Watutedo

    Wogowela

    Loko

    bo

    ba

    Wa

    e T

    iwu

    kale

    Dona

    KEC. AIMERE

    Wolo Pale

    Nariwolo

    1354

    Ratogesa

    Weresatu

    Radabata

    Jadho

    Were

    Gisil iba

    KAB. NGADA

    KEC. GOLEWA

    Lokaguru

    Todabelu

    Toda

    500

    250

    250

    500

    750

    100

    0

    125

    0 1500

    150

    0

    Wolo Atagae

    1250

    Wolo Fela

    Keli lnerei

    Wolo Bobo

    12501500

    17502000

    L A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B U

    750

    500

    1300

    Wolo Ngali

    1000

    NgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRano

    Ngalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu Boba

    Ngedhusuba

    Wolo lesa

    Ngalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu Watumubu

    250

    Ngedhubasa

    Mataloko

    Ululanga

    Sangadeto

    500

    Wolo Sasa

    Boba

    1205

    Wolo BeoWolo Roka

    KEC. GOWELA

    Ngalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu Watuwawi

    Rowa

    Solo

    Woloroa

    Sarasedu

    Loko Mataana

    KEC. BOAWAE

    KETERANGAN

    Sungai

    Jalan

    BATASAN DAN FUNGSI PETA

    SIMBOL TOPOGRAFI

    SARAN UNTUK PEMAKAI PETA

    4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

    0

    3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

    2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

    1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah

    terkecuali pada daerah yang tidak luas disekitar tebing sungai.

    Garis ketinggian tiap 50 m

    SIMBOL GERAKAN TANAH

    Longsoran

    Gawir longsoran

    Nendatan

    2,5

    2009

    5 Km

    Ngalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu Wolongiju

    Sadha

    KuwujawaTakatunga

    Malaraja

    Laja

    Wolo Dagha

    Weredua

    KezeweaBela

    KEC. MAUPONGGO

    Wae Luja

    Zona kerentanan gerakan tanah yang termuat dalam peta ini bersifat umum, untuk informasi awal tentang daerah

    daerah yang mempunyai kemungkinan terjadinya gerakan tanah dan daerah-daerah yang relatif mantap. Perubahan

    Oleh : Rachman Sobarna, Yunara D.Triana , M. Iskak

    Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering

    terjadi gerakan tanah,sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak

    akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat.

    Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%) sampai tegak (>70%). Tergantung pada kondisi

    sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang.

    tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat

    curah hujan yang tinggi.

    Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5-5%) sampai sangat terjal (50-70%). Tergantung pada

    kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya

    dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik cukup tipis dan vegetasi

    penutup baik, umumnya berupa hutan atau perkebunan.

    Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini

    dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,

    Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15 %) sampai sangat terjal (50 - 70%).Tergantung

    pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umum-

    nya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang.

    gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat

    terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai.

    Daaerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini

    jarang terjadi gerkan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng, dan jika tidak terdapat

    Merupakan daerah datar sampai landai, dengan kemiringan lereng < 15 dan lereng tidak dibentuk

    oleh endapan gerakan tanah, dan timbunan atau lempung yan bersifat mengembang.

    Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona

    ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun baru,

    PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

    DAERAH BAJAWA DAN SEKITARNYA KABUPATEN NGADA

    PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    keadaan dari kondisi saat dipetakan, dapat merubah zona kerentanan gerakan tanah yang termuat dalam peta.

    Peta ini memuat informasi tingkat kerentanan (kepekaan) suatu daerah untuk terkena gerakan tanah sehingga dapat

    diidentifikasi daerah-daerah yang menghadapi permasalahan gerakan tanah, dan melakukan upaya pencegahan

    atau penanggulangan.

    Jika akan mengembangkan atau membangun pada daerah berkerentanan menengah diperlukan penyelidikan keman-

    tapan lereng secara rinci untuk menghindari terjadinya gerakan tanah.

    Pada zona kerentanan gerakan tanah rendah dianjurkan melakukan penyelidikan gerakan tanah jika akan melakukan

    penyayatan lereng.

    84

    4'5

    8"

    LS

    12052'30" BT

    12052'30" BT

    90

    '00

    " L

    S1217'30" BT

    90

    '00"

    LS

    84

    5'0

    0"

    LS

    1217'30" BT

    Sumber: PVMBG, Badan Geologi

  • Rekomendasi

    Jangka Pendek

    Jangka Menengah

    Jangka Panjang

  • Jangka Pendek Kesiagaan dan kewaspadaan masyarakat menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam tanah longsor,

    baik bersifat prefentif maupun reaktif berdasarkan pada prinsip cepat tanggap (early detection ), cepat tindakan (early action ) dan cepat lapor (early warning) baik vertikal maupun horisontal .

    Memberitahukan secara lengkap tentang gejala awal tanah longsor, seperti adanya retakan tanah, kepada instansi yang berhubungan langsung dengan penanggulangan bencana. Pada daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi tidak digunakan untuk lahan

    pertanian yang banyak memerlukan air . Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai dampak pemanfaatan lahan yang tidak tepat,

    seperti pembukaan sawah pada lereng yang terjal, penggundulan hutan dapat memicu terjadinya gerakan tanah/tanah longsor.

    Menyebar luaskan informasi mengenai daerah-daerah rawan longsor, sehingga masyarakat waspada jika

    terjadi bencana alam gerakan tanah/tanah longsor perlu dilakukan langkah-langkah represif sebagai berikut :

    Melaksanakan tindakan/penaggulangan darurat dengan mengutamakan keselamatan manusia dan harta bendanya

    Segera membentuk Posko, keamanan, kesehatan, regu penyelamat dan dapur umum, Segera menetapkan program rehabilitasi bidang fisik, sosial dan ekonomi

    Pada daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah tinggi, sering terjadi gerakan tanah, agar dihindarkan untuk daerah pengembangan pemukiman, pada daerah tersebut disarankan untuk dijadikan daerah konservasi.

    Menghidari penimbunan di atas lereng dan pemotongan tegak pada kaki lereng

  • Jangka Menengah Menyediakan lahan untuk relokasi pemukiman yang berada di daerah rawan bencana tanah longsor, bila daerah tersebut sudah dinyatakan tidak layak huni Memberikan penyuluhan/penerangan tentang kewaspadaan dan kesiagaan dalam menghadapi terjadinya bencana alam gerakan tanah,termasuk upaya menyelamatkan diri dan harta benda. Melakukan pemantauan terhadap gerakan tanah yang aktif terutama pada daerah yang dilalui jalur vital secara ekonomi dan jasa dan daerah padat penduduk, guna mengetahui ancaman bahaya gerakan tanah secara dini . Pada daerah longsor yang masih aktif, perlu dibuat bangunan penambat (tiang, bronjong, tembok penahan dll . ), jika tingkat ancaman bahaya semakin menghawatirkan, dilakukan pemindahan penduduk. Tidak membuat pemukiman pada daerah pada daerah alur maupun sisi luar kelokan sungai, terutama sungai- sungai yang berhulu dari daerah pegunungan yang terjal Membuat perencanaan yang mantap untuk menanggulangi bencana alam yang disebabkan oleh faktor non alam di daerahnya, dengan demikian secara bertahap kejadian bencana alam dapat dikurangi baik kualitas maupun kuantitasnya .

  • Jangka panjang 1. Menghutankan kembali lahan yang gundul (kritis), terutama pada daerah

    yang berkemiringan lereng terjal dengan pohon-pohon yang memunyai akar kuat dan dalam sehingga dapat berfungsi sebagai pengikat tanah, untuk mencegah/ mengurangi terjadinya erosi dan gerakan tanah.

    2. Dalam pengembangan wilayah perlu memasukan parameter daerah rawan bencana alam sebagai faktor pembatas, sehingga korban akibat bencana dapat ditekan hingga sekecil mungkin atau ditiadakan .

    3. Ketidakseimbangan ekosistem sering menimbulkan bencana, oleh karenanya dalam pemanfaatan lahan harus memperhatikan tata guna tanah serta memelihara/memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan hidup di sekitarnya

    4. Gerakan tanah yang terjadi di wilayah ini sebagian besar terjadi pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng agak terjal hingga terjal, oleh karena itu perlu dihindari pembangunan perumahan pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng >30% (17 ). Jika pembangunan terpaksa dilakukan perlu analisis kesetabilan lereng secara rinci pada setiap lokasi tapak (Site Plan).

    5. Memasukan wilayah rawan tanah longsor sebagai faktor pembatas dalam penyusunan RUTRK maupun RTRK yang dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda)

    6. Melakukan pengawasan/monitoring baik lingkungan alamnya maupun aktivitas

    penduduknya, kaitannya dengan ancaman bencana alam gerakan tanah.

  • BEBERAPA CONTOH KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA

  • GERAKAN TANAH YANG DIPICU GEMPABUMI PADANG, (30 SEPTEMBER 2009)

    ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)

  • GERAKAN TANAH DI PERKEBUNAN TEH DEWATA, KAB. BANDUNG (23 FEBRUARI 2010)

    ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)

  • KONDISI DAERAH BENCANA

    Secara administratif daerah bencana berada di Desa Tenjolaya, Kec. Pasir Jambu, Kab. Bandung. Jarak lokasi bencana dari Bandung 60 km dan ditempuh dalam waktu 3.5 jam.

    Secara geografis lokasi bencana terletak pada koordinat 7 12 53.1 LS dan 107 28 36.3 BT pada ketinggian lebih dari 1300 mdpl.

    Lokasi bencana merupakan lereng bagian selatan dari Gunung Waringin dengan morfologi berupa perbukitan bergelombang dengan kemiringan 15 - > 40.

    Secara geologi daerah bencana disusun oleh batuan dasar breksi tuf di bagian atas dan breksi andesit di bagian bawah dari G. Kendeng (Koesmono, dkk. 1996). Pada bagian bawah lembah mengalir Sungai Cimeri. Sungai di lokasi longsoran pada daerah berupa perbukitan, memiliki volume yang cukup besar dengan aliran yang deras. Hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah ini terdapat banyak mata air

  • LOKASI LONGSORAN

    Koesmono, dkk (996)

  • KONDISI GERAKAN TANAH/TANAH LONGSOR Longsoran di G. Waringin, dengan bidang longsor N 20 E ,kemiringan 70 -80, arah longsoran menghadap ke arah N 215E. lebar mencapai 50 m, dan tinggi 75 m sedangkan panjang massa tanah yang longsor mencapai lebih dari 800 meter dan lebar mencapai 80 meter. Koordinat sekitar mahkota 7 107 ketinggian 1379 mdpl , ujung dari massa tanah yang longsor berada pada koordinat 7 BT dengan ketinggian 1300 mdpl.

  • Peta situasi dan penampang gerakan tanah di Kp. Dewata, Desa Tenjolaya, Kec.Pasirjambu, Kab. Bandung (Herry P., dkk)

  • Pada bagian badan longsoran terdapat mata air dan terlihat adanya scarp-scarp baru yang berpotensi untuk meluncur kembali. Longsoran ini terjadi pada tanah hasil pelapukan dari breksi vulkanik pada perbukitan yang masih memilik hutan yang lebat . Jenis longsoran ini adalah sliding yang kemudian berubah menjadi aliran bahan rombakan

    Modifikasi dari varnes, 1978

    (Unesco Working Party, 1993)

  • MEKANISME GERAKAN TANAH

    Gerakan tanah terjadi karena adanya peningkatan kandungan air pada lapisan tanah pelapukan yang bersifat porous seiring dengan curah hujan yang tinggi . Hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan lama menimbulkan terjadinya penjenuhan pada tanah pelapukan dan batuan permukaan. Penjenuhan ini mengakibatkan bertambahnya bobot masa tanah dan meningkatnya tekanan pori sehingga tahanan geser menjadi berkurang . Kemiringan lereng yang terjal semakin memperkuat untuk terjadinya keruntuhan . Kontak antara tanah pelapukan yang cukup tebal dengan breksi tufa bertindak menjadi gelincir .

    Material longsoran bergerak mengikuti lembah dan menggerus tebing lembah yang dilaluinya sehingga semakin meningkatkan volume material rombakan yang dibawa. Banyaknya volume material rombakan yang kemudian tercampur dengan air sungai yang dilaluinya mengakibatkan viskositas semakin meningkat sehingga aliran bahan rombakan ini menjangkau areal yang cukup jauh dan merusak serta menimbun sarana dan prasarna yang dilaluinya.

  • Gerusan lereng lembah

    Perubahan arah flow track material

    Mahkota longsoran

    Sebaran total bahan rombakan

  • GERAKAN TANAH DI KECAMATAN NANGGUNG, KAB. BOGOR (15 MARET 2010)

    ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)

    Gawir longsoran lama

  • GERAKAN TANAH DI KECAMATAN ARJASARI, KAB. BANDUNG (19 MARET 2010)

    ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)

  • GERAKAN TANAH LEGOK HAYAM, KAB. BANDUNG, 21 MARET 2010

    ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)