metode metode depresiasi

Upload: pupangina

Post on 21-Jul-2015

477 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

METODE METODE DEPRESIASIMETODE METODE DEPRESIASI DEPRESIASI Seluruh aktiva pabrik, kecuali tanah, mengalami depresiasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah fisik dan fungsional. Depresiasi fisik muncul dari penggunaan aktiva pabrik yang sebenarnya. Depresiasi fungsional berhubungan dengan faktor-faktor keusangan seperti kemajuan teknologi dan kebutuhan yang kurang akan suatu produk. Tujuan mencatat depresiasi adalah untuk menunjukkan penurunan kegunaan dari suatu aktiva, bukan penurunan dari nilai pasarnya. Depresiasi hanya mengurangi nilai perkiraan aktiva pabrik, dia tidak mengurangi perkiraan kas atau mempengaruhi aliran kas. MENENTUKAN DEPRESIASI Faktor-faktor yang menentukan beban depresiasi adalah biaya awal, nilai sisa dan usia kegunaan. Depresiasi hanya dapat diperkirakan karena dia tergantung dari beberapa perubahan unsur-unsur yang potensial. Nilai sisa adalah nilai apapun yang tetap ada setelah aktiva dihentikan. Perhitungan depresiasi berdasarkan biaya awal dikurangi nilai sisa. Beberapa metode digunakan untuk menghitung depresiasi. Metode garis lurus adalah yang paling terkenal. Metode-metode depresiasi yang berbeda dapat digunakan untuk informasi laporan keuangan dan keperluan pajak. METODE GARIS LURUS Metode garis lurus untuk depresiasi membebankan jumlah yang sama dari depresiasi untuk setiap periode selama usia kegunaan aktiva tersebut. Dia ditentukan dengan cara mengurangkan nilai sisa dari biaya awal dan membaginya dengan jumlah tahun dari perkiraan usia. Oleh karena kemudahannya, maka dia merupakan metode yang paling banyak digunakan. METODE UNIT PRODUKSI Metode unit produksi menentukan beban depresiasi berdasarkan jumlah aktiva yang digunakan. Panjangnya usia dari suatu aktiva ditunjukkan dalam bentuk kapasitas produksi. Biaya mula-mula dikurangi nilai sisa apapun dibagi dengan kapasitas produksi untuk menentukan tingkat depresiasi unit produksi pemakaian per unit. Sebagai contoh, pemakaian unit-unit dapat diperlihatkan dalam kuantitas barang-barang yang diproduksi, jumlah jam yang digunakan, sejumlah pemotongan, jumlah mil yang dikendarai atau muatan ton. Beban depresiasi dalam suatu periode ditentukan dengan cara mengalikan pemakaian tingkat tetap unit produksi. Metode depresiasi ini umumnya digunakan ketika pemakaian aktiva berubahubah dari tahun ke tahun. METODE SALDO MENURUN Metode saldo menurun (dikenal juga sebagai saldo menurun ganda) merupakan bentuk yang popular untuk mempercepat depresiasi. Tingkat yang digunakan biasanya dua kali dari tingkat yang digunakan oleh metode garis lurus. Metode ini tidak memperhitungkan perkiraan nilai sisa dalam menentukan tingkat depresiasi atau menghitung depresiasi secara periodik. Meskipun demikian, suatu aktiva tidak dapat didepresiasikan melebihi perkiraan nilai sisa. Beban depresiasi adalah lebih tinggi di tahun pertama, dan menjadi lebih kecil di tahun berikutnya. METODE JUMLAH ANGKA TAHUN Metode jumlah angka tahun merupakan bentuk lain untuk mempercepat depresiasi. Depresiasi tahunan dihitung dengan cara mengurangi nilai sisa dari biaya sebenarnya, dan mengalikan jumlah ini dengan angka pecahan dari depresiasi. Penyebut pecahan adalah jumlah angka tahun dari usia kegunaan; untuk usia 5 tahun, penyebutnya = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 =15. Pembilangnya adalah tahun dengan urutan mundur. Untuk tahun pertama, pembilangnya adalah 5 dan pecahannya adalah 5/15.

MEMBANDINGKAN METODE-METODE DEPRESIASI Metode-metode depresiasi yang berbeda memberikan hasil yang berbeda juga, dan dalam beberapa keadaan kegunaan dari metode depresiasi tertentu disarankan. Ketika penggunaan aktiva berfluktuasi dari waktu ke waktu, metode unit produksi dianjurkan. Untuk aktiva yang kegunaannya menurun lebih awal, dan mereka ditujukan terhadap biaya pemeliharaan yang tinggi sehubungan dengan bertambahnya usia mereka, maka bentuk dari depresiasi yang dipercepat harus digunakan, misalnya metode saldo menurun dan jumlah angka tahun. DEPRESIASI DAN PENDAPATAN PAJAK Untuk kepentingan pajak, metode depresiasi garis lurus, saldo menurun, jumlah angka tahun, dan unit produksi diperkenankan sebelum tahun 1981. Antara tahun 1980 dan 1987, baik metode garis lurus maupun Sistem Pemulihan Biaya Dipercepat / Accelerated Cost Recovery System (ACRS) dapat digunakan. Undang-undang Perbaikan Pajak / The Tax Reform Act tahun 1996 merevisi ACRS dengan menyediakan daftar nilai depresiasi untuk delapan kelas aktiva pabrik. Penggunaan metode depresiasi dipercepat mengurangi kewajiban pajak dan meningkatkan aliran kas. MENINJAU KEMBALI PERHITUNGAN DEPRESIASI Oleh karena depresiasi merupakan perkiraan, maka dia perlu sering direvisi secara periodik selama kehidupan aktiva. Kesalahan dalam memperkirakan nilai sisa, tahun-tahun umur kegunaan, ataupun keduanya memerlukan suatu revisi. Revisi dari depresiasi hanya mempengaruhi beban depresiasi di masa yang akan datang. MEMBUKUKAN BEBAN DEPRESIASI Ketika depresiasi dibukukan, perkiraaan Beban Depresiasi didebitkan, dan Akumulasi Depresiasi dikreditkan. Akumulasi Depresiasi merupakam perkiraan lawan/pengganti aktiva yang menurunkan nilai aktiva pabrik. Penggunaan perkiraan lawan/pengganti membolehkan aktiva untuk diperlihatkan pada biaya, dan dengan demikian memberikan perhitungan yang lebih mudah jika suatu revisi diperlukan atau metode depresiasi yang berbeda digunakan. Pada saat suatu aktiva terjual, maka seluruh perkiraan yang berhubungan dengan depresiasi aktiva tersebut disesuaikan. METODE PENYUSUTAN GABUNGAN Metode depresiasi penyusutan gabungan menentukan depresiasi dari sekelompok aktiva pabrik yang sama dengan menggunakan suatu nilai tunggal. Nilai ini ditentukan dengan cara membagi depresiasi tahunan dengan biaya total yang sebenarnya dari aktiva. Meskipun peralatan tertentu dalam kelompok mungkin ditanbahkan dan diberhentikan, metode ini mengasumsikan bahwa gabungan tersebut akan tetap didak berubah. Keuntungan dan kerugian dari pemberhentian atau pelepasan aktiva tidak diakui.

Depresiasi/Penyusutan Aktiva Tetap Metode Angka Tahun/Sum of Years Digit MethodKonsepnya sama dengan metode saldo menurun, yaitu aktiva tetap masih baru jumlah depresiasinya besar, kemudian makin lama makin kecil. Angka tahun dapat dihitung dengan menggunakan :

Rumus = N (N+1)/2Nilai sisa dapat digunakan dalam perhitungan.

Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN CV. Bawal membeli mesin foto copy seharga Rp. 10.000.000 umur 4 tahun pada tanggal 3 Januari 2006. Jawab : Jumlah angka tahun = 4+3+2+1 = 10 Depresiasi 2006 = 4/10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 4.000.000 Jurnal pada akhir tahun 2006 : D : Beban Depreasiasi- Mesin Foto Copy Rp. 4.000.000 K : Akumulasi Depresiasi- Mesin Foto Copy=====Rp.4.000.000 Depresiasi 2007 = 3/10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 3.000.000 Jurnal pada akhir tahun 2007 : D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 3.000.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp. 3.000.000 Depresiasi 2008 = 2/10 x Rp.10.000.000 = Rp. 2.000.000 Jurnal pada akhir tahun 2008 : D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 2.000.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp. 2.000.000 Depresiasi 2009 = 1/10 x Rp. 10.000.000 Jurnal pada akhir tahun 2009 : D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 1.000.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp.1.000.000

Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN Pada tanggal 19 Mei 2008, PT Belanak membeli Mesin Es Krim seharga Rp.24.000.000 dengan umur 4 tahun. Depresiasi 2008 = 4/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.5.600.000 D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 5.600.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 5.600.000 Depresiasi 2009 = 4/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 4.000.000 3/10 x7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 4.200.000

Jurnal pada akhir tahun 2009 : D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 8.200.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 8.200.000 Depresiasi 2010 = 3/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 3.000.000 = 2/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.2.800.000 Jurnal pada akhir tahun 2010 : D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 5.800.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp 5.800.000 Depresiasi 2011 = 2/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000= Rp 2.000.000 = 1/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.1.400.000 Jurnal pada akhir tahun 2011 : D: Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 3.400.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 3.400.000 Depresiasi 2012 = 1/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = 1.000.000 Jurnal pada tanggal 31 Mei 2012 D: Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 1.000.000 K: Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim=== Rp.1.000.000 Diposkan oleh Gen Norman Thomas, SE Akuntan, MM di 09:25 Label: Aktiva Tetap, Amortisasi, Depresiasi

DepresiasiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.[1]. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula

metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda. Metode Garis-lurus:

metode depresiasi

DEPRESIASI / PENYUSUTANDEPRESIASI / PENYUSUTAN Depresiasi atau penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu aset fisik seperti mesin, kendaraan maupun bangunan karena waktu dan pemakaian. Depresiasi dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Biaya Penyusutan 1. Harga Perolehan (Acquisition Cost) Harga perolehan adalah semua biaya yang dikeluarkan selama 1 kali untuk membeli suatu peralatan. 2. Nilai Residu (Salvage Value) Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian aktiva. Ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya. 3. Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time) Terdapat 2 jenis umur di dalam aktiva tetap, yaitu: a. Umur fisik: umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. b. Umur fungsional (umur ekonomis): umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaannya. 4. Pola Penggunaan Aktiva Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat keausan aktiva, yang mana untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling sesuai.

Metode-Metode Penghitungan Depresiasi

*Metode angka tahun

Konsepnya sama dengan metode saldo menurun, yaitu aktiva tetap masih baru jumlah depresiasinya besar, kemudian makin lama makin kecil. Angka tahun dapat dihitung dengan menggunakan : Rumus = N (N+1)/2 Nilai sisa dapat digunakan dalam perhitungan.

Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN CV. Bawal membeli mesin foto copy seharga Rp. 10.000.000 umur 4 tahun pada tanggal 3 Januari 2006. Jawab : Jumlah angka tahun = 4+3+2+1 = 10 Depresiasi 2006 = 4/10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 4.000.000 Jurnal pada akhir tahun 2006 : D : Beban Depreasiasi- Mesin Foto Copy Rp. 4.000.000 K : Akumulasi Depresiasi- Mesin Foto Copy=====Rp.4.000.000 Depresiasi 2007 = 3/10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 3.000.000 Jurnal pada akhir tahun 2007 : D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 3.000.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp. 3.000.000 Depresiasi 2008 = 2/10 x Rp.10.000.000 = Rp. 2.000.000 Jurnal pada akhir tahun 2008 : D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 2.000.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp. 2.000.000 Depresiasi 2009 = 1/10 x Rp. 10.000.000 Jurnal pada akhir tahun 2009 : D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 1.000.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp.1.000.000

Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN

Pada tanggal 19 Mei 2008, PT Belanak membeli Mesin Es Krim seharga Rp.24.000.000 dengan umur 4 tahun.

Depresiasi 2008 = 4/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.5.600.000 D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 5.600.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 5.600.000 Depresiasi 2009 = 4/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 4.000.000 3/10 x7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 4.200.000 Jurnal pada akhir tahun 2009 : D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 8.200.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 8.200.000 Depresiasi 2010 = 3/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 3.000.000 = 2/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.2.800.000 Jurnal pada akhir tahun 2010 : D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 5.800.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp 5.800.000 Depresiasi 2011 = 2/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000= Rp 2.000.000 = 1/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.1.400.000 Jurnal pada akhir tahun 2011 : D: Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 3.400.000 K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 3.400.000 Depresiasi 2012 = 1/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = 1.000.000 Jurnal pada tanggal 31 Mei 2012 D: Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 1.000.000 K: Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim=== Rp.1.000.000 * METODE UNIT OUTPUT Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan nilai residu Rp

6.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2001 adalah :

(20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 Rp 6.000.000)= Rp 1.000.000 * METODE UNIT INPUT Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam, maka penyusutan tahun 2001 adalah : (5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 Rp 1.000.000)= Rp 750.000 * METODE SALDO MENURUN Metode saldo menurun (dikenal juga sebagai saldo menurun ganda) merupakan bentuk yang popular untuk mempercepat depresiasi. Tingkat yang digunakan biasanya dua kali dari tingkat yang digunakan oleh metode garis lurus. Metode ini tidak memperhitungkan perkiraan nilai sisa dalam menentukan tingkat depresiasi atau menghitung depresiasi secara periodik. Meskipun demikian, suatu aktiva tidak dapat didepresiasikan melebihi perkiraan nilai sisa. Beban depresiasi adalah lebih tinggi di tahun pertama, dan menjadi lebih kecil di tahun berikutnya. Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%. Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya. Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut :

Buku pada akhir tahun ke-n

= cost x (1-tarif)^n

=Rp 16.000.000 x (1-0.4)^n Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x (1-0.4)^3 = Rp 16.000.000 x 0.216

= Rp 3.456.00,00Penyusunan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00

Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai :

Tarif/prosentase penyusutan Penyusutan tahun 2001

= 2 x (100% : 5 )= 40% = 40% x nilai buku = 40% x Rp16.000.000 = Rp 6.400,000

Penyusutan tahun 2002

= 40% x nilai buku awal tahun 2002 = 40% x ( Rp 16.00.000 - Rp 6.400.000) = Rp 3,840.000

Penyusutan awal tahun 2003

= 40% x nilai buku awal tahun 2003 = 40% x (!6.000.000 6.400.000 -3.840.000) = Rp 2.304.000

*METODE GARIS LURUS Metode garis lurus membebankan jumlah beban penyusutan yang sama dari depresiasi untuk setiap periode akuntansi selama usia kegunaan aktiva tersebut. Dia ditentukan dengan cara mengurangkan nilai sisa dari biaya awal dan membaginya dengan jumlah tahun dari perkiraan usia. Oleh karena kemudahannya, maka metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan. Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu : a. (Cost-Nilai Residu) : Umur Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp 16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.

b. Ditentukan Persentase (%) Penyusutan Kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai berikut : 1) Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%. 2) Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 1.000.000) = Rp 3.000.000,00.

sumber : google

Diposkan oleh khoirulumam54 di 05:47 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 1 komentar:

1. tulisanpunberceritaaa**20 Maret 2012 00:01

maaf sehubungan dengan mata kuliah softskill silahkan dimasukkan link gunadarma http://www.gunadarma.ac.id/ di blog kalian.terimakasih.Balas Muat yang lain... Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Jurnal Umum, Buku Besar Neraca Saldo, Pos Penyesuaian dan Kertas Kerja Pos Penyesuaian, Laporan Laba Rugi, Neraca , Laporan Perubahan Posisi Keuangan, dan Penutupan BukuPosted: Juni 10, 2010 in akuntansi perbankan

3

MONIKA RIANA (40208824) 2DA03_Universitas Gunadarma 1. Jurnal Umum Jurnal Umum adalah buku untuk mencatat transaksi keuangan secara kronologis dan sistematis dengan menuliskan akun yang harus di debit dan di kredit.

2. Buku Besar Buku besar adalah buku utama pencatatan transaksi keuangan yang mengkonsolidasikan masukan dari semua dari semua akuntansi. Buku besar Buku besar merupakan dasar pembuatan laporan neraraca dan laporan laba/rugi. Buku besar dapat memberikan informasi saldo ataupun nilai transaksi untuk setiap kode perkiraan dalam suatu periode akuntansi tertentu. 3. Neraca Saldo Neraca Saldo bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas yang dihubungkan dengan persamaan berikut:

aset = kewajiban + ekuitas

Informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulan, caturwulan, atau tahunan). Aset atau Aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit. Aset biasanya dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti:1. 2. 3. 4. 5. 6. Aset lancar Investasi jangka panjang Aset tetap Aset tidak berwujud Aset pajak tangguhan Aset lain

kewajiban adalah utang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Kewajiban adalah kebalikan dari aktiva yang merupakan sesuatu yang dimiliki. Contoh kewajiban adalah uang yang dipinjam dari pihak lain, giro atau cek yang belum dibayarkan, dan pajak penjualan yang belum dibayarkan ke negara.Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca dengan saldo normal kredit, dan biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:1. Kewajiban Lancar kewajiban yang dapat diharapkan untuk dilunasi dalam jangka pendek (biasanya satu tahun). Biasanya terdiri dari hutang pembayaran (hutang dagang, gaji, pajak, dll), pendapatan ditangguhkan, bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo tahun ini, obligasi jangka pendek (misalnya dari pembelian peralatan), dll. 2. Kewajiban Jangka Panjang kewajiban yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun. Biasanya terdiri dari hutang jangka panjang, obligasi pensiun, dll.

4.

Pos Penyesuaian dan Kertas Kerja

Pos Penyesuaian

Daftar saldo pada akhir periode akuntansi, sering kali tidak mencerminkan saldo yang sesungguhnya pada saat tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya transaksi-transaksi yang setiap saat berjalan terus, di mana perusahaan tidak praktis (tidak sengaja) untuk mencetaknya. Agar akun-akun dalam daftar saldo dapat langsung disajikan sebagai laporan keuangan, maka akun-akun tersebut harus disesuaikan terlebih dahulu. Transaksi-transaksi kontinu yang biasanya selalu memerlukan penyesuaian setiap akhir periode akuntansi dapat diikhtisarkan sebagai berikut :1. Alokasi harga perolehan dari persekot biaya, seperti bahan habis pakai, persekot sewa, dan persekot biaya yang lain, penyesuaian dalam hal ini dilakukan untuk mengalokasikan beberapa bagian persekot biaya yang sudah menjadi biaya-biaya dan beberapa bagian yang masih merupakan persekot. Dalam akuntansi dikenal dengan istilah pos-pos defferal (transitoris) 2. Alokasi pendapatan yang diterima di muka seperti: uang muka pendapatan sewa, uang muka penjualan dan uang muka pendapatan yang lain. Penyesuaian ini diperlukan untuk memisahkan beberapa bagian Uang Muka Pendapatan yang sudah menjadi pendapatan dan beberapa bagian yang masih tetap merupakan uang muka. Pos-pos seperti ini juga disebut dengan pos-pos defferal. 3. Alokasi harga perolehan aktiva jangka panjang. Penyesuaian ini dilakukan untuk mengakui adanya biaya yang terjadi karena perusahaan menggunakan aktiva tetap yang manfaatnya semakin menurun. Penurunan manfaat ini dalam akuntansi disebut depresiasi (penyusutan). 4. Biaya yang terutang (bertambahnya biaya) penyesuaian ini terjadi karena sudah terjadi biaya dalam perusahaan, tetapi belum dicatat sampai tanggal neraca. Dengan demikian penyesuaian di sini digunakan untuk mencatat bertambahnya biaya dan untuk mencatat bertambahnya utang biaya. Pos-pos ini dikenal dengan istilah pos-pos akrual (antisipasi) 5. Pendapatan yang tertagih (Bertambahnya Pendapatan). Penyesuaian ini timbul karena perusahaan telah mempunyai hak atas suatu pendapatan tetapi belum dicatat sampai dengan tanggal neraca. Dengan demikian penyesuaian ini dimaksudkan untuk mencatat bertambahnya pendapatan di satu pihak dan bertambahnya tagihan di pihak lain. Pos-pos ini disebut dengan pos-pos akrual (antisipasi)

Setelah penyesuaian-penyesuaian tersebut dicatat dan dibukukan, maka buku besar telah siap untuk disajikan sebagai elemen laporan keuangan. Kertas Kerja Kertas Kerja adalah suatu lembaran kerja berlajur yang digunakan untuk mengikhtisarkan saldo akun-akun dan menyiapkan penyajian laporan keuangan. Penggunaan neraca lajur akan mempermudah proses penyusunan laporan keuangan dengan teliti, tepat dan tepat waktu. Secara umum neraca lajur yang digunakan adalah neraca lajur 10 kolom yang meliputi; (1) Kolom pertama dan kedua (daftar saldo), (2) Kolom ketiga dan keempat (penyesuaian), (3) Kolom kelima dan keenam (daftar saldo setelah penyesuaian), (4) Kolom ketujuh dan kedelapan (Laba Rugi), dan (4) Kolom kesembilan dan sepuluh (neraca). Kertas Kerja terutama berfungsi untuk :1. Sebagai pendukung utama bagi laporan auditor, termasuk representasi tentang pengamatan atas standar pekerjaan lapangan. Selain itu, kertas kerja juga merupakan bukti pendukung utama yang memungkinkan auditor membela diri apabila hasil kerjanya dipermasalahkan dikemudian hari.

2. Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.

Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, kertas kerja harus direncanakan dan dipergunakan untuk meningkatkan pelaksanaan penugasan audit seefisien dan seekonomis mungkin. Kertas kerja harus berisi catatan mengenai prosedur audit yang memadai dan lengkap yang dilakukan dalam pemeriksaan laporan keuangan serta kesimpulan yang dicapai. Faktor-faktor berikut ini dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk dan isi kertas kerja :1. 2. 3. 4. 5. 6. Sifat dasar penugasan Sifat dasar laporan auditor Sifat dasar laporan keuangan, lampiran atau informasi lain yang dilaporkan oleh auditor Sistim pembukuan yang ada pada perusahaan klien Cukup tidaknya pengendalian intern terhadap pencatatan akuntansi Tingkat supervisi dan penelaahan yang diperlukan

5.

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang memuat ikhtisar pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk periode tertentu, sehingga dari laporan ini dapat dihitung laba yang diperoleh atau rugi yang dialami suatu perusahaan. Pos-pos pendapatan dan beban disusun menurut besar-kecilnya. Semakin besar pos pendapatan dan beban berarti besar pos tersebut mendapat perhatian dari pembaca laporan. Unsur-unsur laporan laporan laba rugi biasanya terdiri dari:

Pendapatan dari penjualan o Dikurangi Beban pokok penjualan Laba/rugi kotor o Dikurangi Beban usaha Laba/rugi usaha o Ditambah atau dikurangi Penghaslan/beban lain Laba/rugi sebelum pajak o Dikurangi Beban pajak Laba/rugi bersih

6.

Neraca

Neraca adalah laporan yang menunjukkan ikhtisar perubahan modal untuk periode tertentu, mungkin satu bulan atau satu tahun. Dari laporan ini dapat diperoleh sebab-sebab perubahan modal selama periode tertentu. 7. Laporan Perubahan Posisi Keuangan

Neraca Saldo bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas yang dihubungkan dengan persamaan berikut:

aset = kewajiban + ekuitas

Informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulan, caturwulan, atau tahunan). Aset atau Aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit. Aset biasanya dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti:1. 2. 3. 4. 5. 6. Aset lancar Investasi jangka panjang Aset tetap Aset tidak berwujud Aset pajak tangguhan Aset lain

kewajiban adalah utang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Kewajiban adalah kebalikan dari aktiva yang merupakan sesuatu yang dimiliki. Contoh kewajiban adalah uang yang dipinjam dari pihak lain, giro atau cek yang belum dibayarkan, dan pajak penjualan yang belum dibayarkan ke negara.Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca dengan saldo normal kredit, dan biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:1. Kewajiban Lancar kewajiban yang dapat diharapkan untuk dilunasi dalam jangka pendek (biasanya satu tahun). Biasanya terdiri dari hutang pembayaran (hutang dagang, gaji, pajak, dll), pendapatan ditangguhkan, bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo tahun ini, obligasi jangka pendek (misalnya dari pembelian peralatan), dll. 2. Kewajiban Jangka Panjang kewajiban yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun. Biasanya terdiri dari hutang jangka panjang, obligasi pensiun, dll.

8.

Penutupan Buku

Jurnal penutup dibuat bila perusahaan akan memulai pembukuan untuk periode yang baru. Maksud dari jurnal ini adalah untuk menghindari terjadinya pencampuran transaksi yang sama dari periode sebelumnya, misalnya transaksi pendapatan, biaya dan modal. Tahap-tahap dalam proses penutupan adalah sebagai berikut: a.Pertama; menutup akun-akun biaya ke akun perantara yang dinamakan Ikhtisar Laba Rugi. Setiap akun yang dikreditkan adalah sebesar saldo debetnya dan sebagai imbangannya akun ikhtisar Laba Rugi dikredit dengan jumlah yang sama. Dengan adanya jurnal penutup ini seluruh akun biaya tidak akan bersaldo lagi.

AuditorPosted: Februari 19, 2011 in catatan

0

Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi.

Jenis Auditor

Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan.

Tanggung Jawab Auditor

Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan Sistem Akuntansi Bukti Audit. Pengendalian Intern. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan

AktivaPosted: Mei 24, 2011 in analisis laporan keuangan

0

nama : monika riana (40208824) Universitas Gunadarma (3DA03) AKTIVA adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit.

Komponenaktiva dipahami sebagai harta total. Namun biasanya untuk keperluan analisis dirinci menjadi beberapa kategori, seperti:1. Aset lancar : Aset lancar (Inggris: current asset) dalam akuntansi adalah jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar di muka. Pada suatu neraca, aset biasanya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. 2. Investasi jangka panjang 3. Aset tetap : Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. 4. Aset tidak berwujud : Aset takberwujud (Inggris: intangible asset) adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. 5. Aset pajak tangguhan 6. Aset lain

PenggunaanBagi manajemen, di dalam membaca neraca, nilai aset perlu dicermati karena menjadi dasar pengukuran prestasi keuangan perusahaan. Ukuran ini menjadi pembanding prestasi sesuatu perusahaan dengan prestasi perusahaan yang lain dalam hal yang sama, apakah lebih baik atau tidak, sehingga dapat menjadi dasar keputusan manajemen untuk mempertahankan atau meningkatkannya.

Efisiensi penggunaan asetSalah satu ukuran yang menyangkut aset atau aktiva adalah angka rasio penjualan/total aset, yang dinyatakan sebagai persentase. Asumsinya, semakin besar penjualan yang diwujudkan, semakin efisien penggunaan aset seluruhnya. Angka penjualan diambil dari laporan laba-rugi, sedang angka total aset berasal dari neraca. Dalam hal ini rasio dari tahun terakhir dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Jurnal Umum, Buku Besar, dan Neraca SaldoJurnal adalah formulir khusus yang digunakan untuk mencatat kronologis transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan menurut nama rekening dan jumlah yang harus didebit dan dikredit.

Rumus : Aktiva+Biaya+Prive = Hutang+Modal+Pendapatan +debit -kredit = = +kredit -debit

Prive : Pengambilan uang perusahaan untuk keperluan pribadi. Posting adalah proses pemindahan ayat-ayat jurnal dari buku jurnal ke buku besar. Buku Besar adalah kumpulan dari beberapa rekening yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Neraca Saldo adalah daftar saldo rekening-rekening yang ada dalam buku besar perusahaan pada suatu saat tertentu. Contoh Soal : Pada Bulan Desember 200A "Nn Pinka" membuka Salon Kecantikan di Jakarta. Transaksi yang terjadi selama bulan Desember 200A adalah :

Des 01 : Nn Pinka menginvestasikan uang pribadi ke perusahaan sebesar Rp. 5.ooo.ooo,Des 03 : Nn Pinka membeli perlengkapan secara tunai sebesar Rp. 150.000,Des 05 : Nn Pinka membeli peralatan secara kredit dari toko Mebel Indah sebesar Rp. 800.000,Des 15 : Menerima uang dari pelanggan selama seminggu sebesar Rp. 250.000,Des 20 : Membayar beban listrik sebesar Rp. 250.000,Des 26 : Nn Pinka mengambil uang perusahaan untuk keperluan pribadi Rp 25.000,-

Des 27 : Diterima pekerjaan dari pelanggan secara tunai Rp. 300.000,-, secara kredit sebesar Rp 150.000,Des 30 : Diterima tagihan dari langganan tertanggal 27/12 sebesar Rp 100.000,Des 31 : Membayar gaji karyawan sebulan sebesar Rp. 200.000,transaksi-transaksi kedalam buku diatas besar

A. Buatlah Jurnal Umum atas B. Posting jurnal tersebut C. Susunlah Neraca Saldo per 31 desember 2ooA Jawab : JURNAL UMUM SALON PINKA Jurnal Umum 31 Desember 2ooA TITLE ACCOUNT DEBIT

DAT E DES 01

CREDIT

Kas Modal Nn. Pinka Perlengkapan Kas Peralatan Hutang Usaha Kas Pedapatan Usaha Beban Listrik Kas Prive Kas Kas Piutang Usaha Pedapatan Kas Piutang Usaha Beban Gaji

Rp. 5.000.000,Rp. 150.000,Rp 800.000,Rp 250.000,Rp. 250.000,Rp. 25.000,Rp. 300.000,Rp. 150.000,Rp. 100.000,Rp. 200.000,-

Rp. 5.000.000,Rp. 150.000,Rp 8.000.000,Rp.250.000,Rp.250.000,Rp. 25.000,Rp. 450.000,Rp. 100.000,-

03

05

15

20

26

27

30

31

Kas BUKU BESAR a. Buku Besar Kas Debet 5.000.000 250.000 300.000 100.000 5.650.000 b. Buku Besar Modal Debet 5.000.000 c. Buku Besar Perlengkapan Debet 150.000 d. Buku Besar Peralatan Debet 800.000 e. Buku Besar Hutang Debet 800.000 f. Buku Besar Pendapatan Debet 700.000 g. Buku Besar Beban Listrik Debet 250.000 h. Buku Besar Prive Debet 25.000 i. Buku Besar Beban Piutang Debet 150.000

-

Rp. 200.000,-

Kredit 150.000 250.000 25.000 200.000 625.000 5.025.000 Kredit 5.000.000

Kredit 150.000 Kredit 800.000 Kredit 800.000

Kredit 250.000 450.000 700.000

Kredit 250.000 Kredit 25.000 Kredit 100.000

50.000

NERACA SALDO SALON PINKA Neraca Saldo 31 Desember 200A Title Account Debit Kas Rp. 5.200.000,Piutang Perlengkapan Peralatan Modal Pendapatan Hutang Beban Gaji Beban Listrik Prive Rp. 50.000,Rp. 100.000,Rp. 800.000,Rp 200.000,Rp. 250.000,Rp. 25.000,Rp. 6.500.000,-

No ACC 101 102 103 121 301 401 201 501 502 302 JUMLAH

Credit Rp. 5.000.000,Rp. 700.000,Rp. 800.000,Rp. 6.500.000,-

Penyusunan Neraca Saldo Pada akhir periode akuntansi setelah tahap pencatatan selesai dilakukan dan diketahui saldo akun sementara dari masing-masing buku besar. Selanjutnya sisa akun sementara buku besar tersebut akan di ikhtisarkan dalam suatu daftar yang dikenal dengan daftar sisa atau neraca saldo. Sebagai ilustrasi untuk mengetahui cara menyusun neraca saldo/sisa: Perhatikan contoh berikut ini:

Dari akun sementara buku besar yang telah dijelaskan di muka, apabila diikhtisarkan akan nampak dalam neraca sisa di bawah ini:

- Piutang Dagang sebelah Debet Rp. 10.000.000 dari jurnal Penjualan sebelah Kredit Rp. 4.100.000 dari jurnal Penerimaan Kas Kredit Rp. 150.000 dari jurnal Umum Saldo Debet Rp. 10.000.000 Saldo Kredit Rp. 4.250.000 Piutang Dagang bersaldo Debet Rp. 10.000.000 Rp. 4.250.000 = Rp.5.750.000 - Perlengkapan Toko Saldo Debet Rp. 900.000 dari jurnal Pembelian - Peralatan Toko bersaldo Debet Rp. 1.200.000 dari jurnal Pembelian Debet Rp. 800.000 dari jurnal Pengeluaran Kas Debet Rp. 400.000 - Utang Dagang saldo Kredit Rp. 4.100.000 dari jurnal Pembelian K Rp. 9.200.000 dari jurnal Pengeluaran Kas D Rp. 4.800.000 dari jurnal jurnal Umum D Rp. 300.000 + D Rp. 5.100.000

K Rp. 9.200.000 D Rp. 5.100.000 Saldo K Rp. 4.100.000 Modal Hadian K Rp. 10.000.000 dari jurnal Penerimaan Kas Rp. 10.000.000 Penjualan saldo Kredit Rp. 13.250.000 Buku besar Penjualan K Rp. 10.000.000 Buku besar Penjualan K Rp. 3.250.000 + K Rp. 13.250.000 Retur Penjualan sebelah D Rp. 150.000 dari jurnal Umum Potongan Penjualan sebelah Debet Rp. 60.000 dari jurnal Penerimaan Kas Pembelian Debet Rp. 9.000.000 Buku besar Pembelian D Rp. 7.500.000 Pembelian Kredit Buku besar Pembelian D Rp. 1.500.000 + Pembelian Tunai D Rp. 9.000.000 Retur Pembelian sebelah K Rp. 300.000 Dari buku besar retur Pembelian dari jurnal Umum Potongan Pembelian K Rp. 80.000 Buku besar Potongan Pembelian dari jurnal Pengeluaran Kas Beban Gaji D Rp. 200.000 dari jurnal Pengeluaran Kas Beban Iklan D Rp. 100.000 dari jurnal Pengeluaran Kas Pendapatan Bunga K Rp. 100.000 Dari jurnal Penerimaan Kas

-

-

5 C : / My Document / Suryandari SU / Akuntansi 1 / Jurnal, Posting, Neraca Saldo & Jurnal Koreksi 3) Menganalisa pendebitan dan pengkreditan yang semestinya dilakukan,apakah sesuatu tambahan pada elemen tertentu harus dicatat pada sisidebit ataukah pada sisi kredit.4) Menguji kebenaran posting yang dilakukan, dengan membandingkanangka-angka pada jurnal dengan yang tercantum pada rekening. Disinilah letak pentingnya pemberian referensi yang baik, sehinggamemudahkan pemeriksaan ulang terhadap posting.5) Menguji ulang kesamaan antara keseluruhan jumlah debit dengankeseluruhan jumlah kredit dalam jurnal.6)

Menyusun daftar rekening pada Neraca Saldo secara urut sesuai dengannomor tiap-tiap rekening.7) Memeriksa posisi angka khususnya tanda titik yang memisahkan posisiribuan, jutaan, milyaran dan seterusnya serta tanda koma yangmenunjukkan pecahan desimal, sehingga tidak terjadi salah meletakkantanda tersebut. E. JURNAL KOREKSI Jurnal Koreksi adalah jurnal yang dibuat untuk membetulkan jurnal yang salahyang sudah terlanjur diposting.Tata cara penanggulangan kesalahan dilakukan berdasarkan jenis kesalahanyang dilakukan. Ada 4 macam tipe kesalahan : Tipe 1 Suatu transaksi dicatat langsung ke buku besar. Implikasi kesalahan iniadalah transaksi tersebut belum dicatat di buku jurnal. Untuk mengatasikesalahan ini, cukup segera dilakukan penjurnalan atas transaksi yangbersangkutan, dengan memberikan keterangan seperlunya agar kesalahantersebut dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan denganpembukuan perusahaan. Tipe 2 Suatu transaksi sudah dijurnal, namun belum diposting. Untukmengatasi kesalahan ini, cukup segera dilakukan posting ke rekening bukubesar yang bersangkutan. Tipe 3 Suatu transaksi dijurnal pada rekening atau dengan jumlah rupiah yangsalah dan diketahui sebelum dilakukan posting ke buku besar. Untuk jenis 6 C : / My Document / Suryandari SU / Akuntansi 1 / Jurnal, Posting, Neraca Saldo & Jurnal Koreksi kesalahan ini, perlu dilakukan koreksi pada buku jurnal. Prosedur yangdianjurkan untuk koreksi ini adalah sbb :a) Pada nama rekening yang salah, atau jumlah rupiah yang salah buatlahsebuah garis lurus. Buatlah garis tersebut dengan tinta yang relatif mencolok, sehingga kesan tersebut segera dapat dilihat.b) Di atas nama rekening atau jumlah rupiah yang salah dan telah bergaristersebut, bubuhkan nama rekening atau jumlah rupiah yang seharusnya. Contoh : Sebuah Transaksi Pembelian Perangkat Kantor sejumlah Rp.250.000tunai, keliru dicatat sebagai Pembelian Bahan Habis Pakai Rp.205.000 tunai.Koreksi kesalahan pada pencatatan transaksi di atas dapat dilihat pada jurnal dibawah ini .Perangkat Kantor Rp.250.000 Bahan Habis Pakai Rp.205.000 Rp.250.000Kas Rp.205.000 ( Mencatat Pembelian Tunai Bahan Habis Pakai )Perangkat Kantor Tipe 4 Suatu transaksi dijurnal pada rekening atau jumlah rupiah yang salahdan diketahui sesudah jurnal itu diposting ke buku besar. Untuk jeniskesalahan ini, harus diselenggarakan suatu Jurnal Koreksi. Fungsi Jurnal Koreksiadalah :a)

Menetralkan kesalahanb) Mencatat transaksi seperti yang seharusnya. Contoh : Sebuah Transaksi Pengeluaran Kas sebesar Rp.250.000 untukPembelian Perangkat Kantor telah dijurnal dan diposting. Sesudah postingdiketahui bahwa penjurnalan dilakukan dengan mendebit Bahan Habis Pakaidan mengkredit Kas masing-masing sebesar Rp.250.000.Untuk membuat Jurnal Koreksi, caranya kita harus mengetahui jurnal yangsalah dan jurnal yang seharusnya. Baru setelah itu dapat kita buat jurnalkoreksinya. Jurnal yang salah

7 C : / My Document / Suryandari SU / Akuntansi 1 / Jurnal, Posting, Neraca Saldo & Jurnal Koreksi Bahan Habis Pakai Rp.250.000Kas Rp.250.000 Jurnal yang seharusnya Perangkat Kantor Rp.250.000Kas Rp.250.000 Jurnal koreksi yang harus dibuat Perangkat Kantor Rp.250.000Bahan Habis Pakai Rp.250.000Selanjutnya Jurnal Koreksi di atas harus diposting ke buku besar.

Neraca SaldoPada sistem pembukuan berpasangan, pendebetan sebagai akibat suatu transaksi harus sama dengan pengkreditan dari transaksi yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam buku besar jumlah pendebetan-pendebetan pada rekening-rekening harus selalu sama dengan jumlah pengkreditan-pengkreditannya. Sebagai alat untuk menguji kebenaran pendebetan dan pengkreditan dalam buku besar maka pada akhir periode tertentu harus dibuat Neraca Saldo. Neraca saldo adalah daftar yang berisi saldo-saldo dari seluruh rekening yang ada di dalam buku besar pada suatu saat tertentu.

Neraca saldo dapat dibuat setiap saat setelah pencatatan suatu transaksi. Akan tetapi, untuk lebih praktisnya neraca saldo biasanya dibuat pada akhir tiap-tiap bulan. Neraca saldo berisi nama-nama rekening yang terdapat dalam buku besar beserta jumlah saldonya masing-masing. Nama-nama rekening ditulis dengan urut-urutan yang sama seperti yang dilakukan di dalam buku besar dan jumlah rupiahnya harus dimasukkan ke dalam kolom yang sesuai. Kolom saldo debet ditempatkan di sebelah kiri dan kolom saldo kredit di sebelah kanan. Judul neraca saldo pada bagian atas baris pertama berisi nama perusahaan, baris kedua tulisan neraca saldo, dan pada baris ketiga berisi tanggal pembuatan neraca saldo. Adapun tujuan dari dibuatnya Neraca Saldo adalah: 1. Untuk menguji kesamaan debet dan kredit di dalam buku besar. 2. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan. Neraca saldo yang disusun pada akhir bulan pertama sejak perusahaan didirikan merupakan ringkasan dari catatan-catatan selama satu bulan. Sedangkan neraca saldo yang disusun pada akhir bulan-bulan berikutnya merupakan ringkasan catatan selama beberapa bulan. Misalnya neraca saldo perusahaan angkutan Andi pada akhir bulan Desember 2010 merupakan ringkasan catatan-catatan selama bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, dan Desember (perusahaan angkutan Andi baru didirikan pada awal bulan Mei 2010). Jadi apabila pada bulan Desember neraca saldo angkutan Andi hanya menyangkut data-data transaksi pada bulan Desember saja maka informasi dalam neraca saldo tidak akan bermanfaat.

Alokasi PajakPajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh dilaporkan mengurangi penghasilan dalam laporan rugi laba. Karena penghasilan dalam suatu periode itu terdiri dari dua unsur yaitu penghasilan usaha yang rutin dan penghasilan luar biasa, maka beban pajaknya juga akan dibagikan kepada elemen-elemen yang rutin dan luar biasa. Di dalam laporan rugi laba dipakai susunan all inclusive, sehingga elemen-elemen tidak biasa juga dilaporkan di situ, oleh karena itu beban PPh semuanya akan dilaporkan dalam laporan rugi laba.

Apabila kedua jenis penghasilan tersebut (rutin dan luar biasa) keduanya positif, maka beban pajaknya akan dialokasikan dengan perbandingan jumlah penghasilan. Tetapi apabila salah satu penghasilan tersebut jumlahnya negatif (rugi), maka penghasilan yang positif akan dibebani dengan pajak yang lebih besar dari sesungguhnya dikenakan. Kelebihan ini akan diimbangi dengan pajak kredit dari penghasilan yang negatif. Laporan rugi laba dapat juga disusun dengan susunan current operating performance, di mana elemen-elemen tidak biasa tidak masuk di dalamnya tetapi dilaporkan dalam laporan laba tidak dibagi. Oleh karena itu beban PPhnya juga dialokasikan pada kedua laporan tersebut. Pajak untuk hasil usaha (penghasilan) yang rutin dilaporkan mengurangi penghasilan dalam laporan rugi laba, sedangkan pajak untuk elemen tidak biasa akan diperhitungkan dalam laporan laba tidak dibagi. Apabila salah satu penghasilan tadi (rutin atau tidak biasa) saldonya negatif, maka perlakuan pajaknya sama dengan cara yang ditempuh dalam cara all inclusive. Pajak penghasilan yang dibebankan ke dalam laporan rugi laba harus dipisahkan perhitungannya dengan utang pajak yang akan dilaporkan dalam neraca, karena pph yang menjadi beban dalam laporan rugi laba itu merupakan hasil perkalian tarif dengan jumlah keuntungan, sedangkan utang pajak, di dalamya mungkin termasuk beban pajak untuk tahuntahun sebelumnya di mana beban-beban seperti ini (pajak tahun-tahun lalu) harus dibebankan kepada laporan laba tidak dibagi. Jika laporan rugi laba disusun dengan cara all inclusive maka koreksi pajak tahun-tahun lalu dilaporkan dalam laporan rugi laba dan dimasukkan dalam kelompok elemen tidak biasa. Cara-cara yang disebutkan di atas itu didasarkan pada konsep bahwa: "pajak harus dilaporkan bersama dengan transaksi-transaksi yang menyebabkan timbulnya pajak tadi", sehingga pajak atas penghasilan rutin dibebankan pada penghasilan rutin dan pajak atas elemen-elemen tidak biasa dibebankan pada elemen-elemen tidak biasa.