metklim
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Klimatologi merupakan ilmu tentang atmosfer. Mirip dengan meteorologi,
tapi berbeda dalam kajiannya, meteorologi lebih mengkaji proses di atmosfer
sedangkan klimatologi pada hasil akhir dari proses-proses atmosfer.
Pengenalan alat dalam praktikum meteorologi/klimatologi sangat penting
karena akan berpengaruh terhadap kemampuan kita dalam mengetahui alat-alat
meteorologi/klimatologi sendiri. Untuk itu kami melakukan praktek lapangan
langsung ke BMKG maritim 2 Semarang agar dapat mengetahui apa-apa saja alat
yang digunakan dan bagaimana cara pengambilan data / mengenal dan melihat
alat pengamat cuaca secara langsung.
Pembacaan alat tersebut dalam laporan praktikum ini praktikan ingin
memperkenalkan setiap alat yang digunakan dalam pengukuran intensitas cahaya
matahari, suhu udara dan suhu tanah, kelembaban, curah hujan dan kecepatan
angin.
I.2. Tujuan
1. Praktikan mengetahui alat alat meteorologi dan klimatologi laut pada
stasiun 2 BMKG Semarang
2. Praktikan mengetahui fungsi dan cara kerja alat alat meteorologi dan
klimatologi laut pada stasiun 2 BMKG Semarang
3. Praktikan mampu menjelaskan manfaat praktikum pada saat dilapangan
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Meteorologi dan Klimatologi
Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya
dengan permukaan bumi di bawahnya. Dalam pelaksanaan pengamatannya
menggunakan hukum dan teknik matematik. Pengamatan cuaca atau pengukuran
unsur cuaca dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca atau yang lebih
dikenal dengan stasiun meteorologi. Maksud dari stasiun meteorologi ini ialah
menghasilkan serempak data meteorologis dan data biologis dan atau data-data
yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan
atau hidup tanaman dan hewan. Lokasi stasiun ini harus dapat mewakili keadaan
pertanian dan keadaan alami daerah tempat stasiun itu berada. Informasi
meteorogis yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer
yang paling bawah, suhu dan kelengasan tanah pada berbagai kedalaman, curah
hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan reaksi matahari
(Prawirowardoyo, 1996).
Klimatologi adalah ilmu yang membahas dan menerangkan tentang klim
bagaimana iklim itu bisa berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Hal yang
sangat erat hubungannya dengan ilmu klimatologi adalah ilmu cuaca, dimana
cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga
kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh
atmosfer dengan segala prosesnya (Gunarsih dan Kartasapoetra, 2008).
II.2. Pengertian BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (disingkat BMKG),
sebelumnya bernama Badan Meteorologi dan Geofisika (disingkat BMG)
adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika (BMKG, 2013).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebelumnya
bernama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) adalah Lembaga Pemerintah
2
Non Kementrian di Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Menurut BMKG (2013) BMKG
mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND),
dipimpin oleh seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas: melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan
Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang perhubungan. Sesuai tugasnya, Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi:
Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan
data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;
Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
3
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di
lingkungan BMKG;
Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab BMKG;
Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
II.3. Pengertian Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun di suatu daerah dalam waktu
tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah
hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang turun di
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Bentuk medan/topografi
b. Area lereng medan
c. Arah angin yang sejajar dengan garis pantai
d. Jarak perjalanan angin di atas medan datar
Hujan adalah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang
dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi. Garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama disebut Isohyet
(Muhammad, et al. 2003).
II.4. Pengertian Suhu
Suhu udara adalah kedaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur
suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran
dinyatakan dalam skala Celcius, Fahrenheit, dan Reamur. Suhu udara tertinggi di
4
muka bumi adalah di daerah tropis dan semkain kekutub senakin dingin. Di lain
pihak, ketinggian tempat juga mempengaruhi suhu udara, semakin tinggi maka
suhuu dara semakin turun. Setiap naik 100 meter maka suhu akan turun rata-rata
sebesar 0.6 derajat celcius. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient
temperature vertical atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1
derajat celcius. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara
suatu tempat adalah:
Lamanya penyinaran matahari
Sudut dating sinar matahari
Relief permukaan bumi
Kondisi awan
Letak lintang
(Adisaputra dan Asyari, 2011)
II.5. Pengertian Iklim
Iklim adalah pengaruh rata-rata dari cuaca yang meliputi cahaya,
kelembapan, suhu, tekanan udara dan gerakan udara/angin dalam kurun waktu
tertentu. Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau
merupakan rerata cuaca, sehingga iklim tersusun atas berbagai unsur yang
variasinya besar. Meskipun perilaku iklim di bumi cukup rumit tetapi ada
kecenderungan karakteristik dan pola tertentudari unsur iklim di berbagai daerah
yang letaknya saling berjauhan, bila faktor utamanya sama. Mendasarkan atas
kesamaan sifat tersebut maka dalam bidang ilmu iklim juga dikena
pengelompokan iklim dalam kelas-kelas tertentu yang disebut dengan klasifikasi
iklim (Prihmantoro, 1999).
Schmidt-Ferguson (1951) menentukan tipe iklim di Indonesia berdasarkan
bulan basah dan bulan kering yang dianalisis dari data hujan minimal 10 tahun.
Schmidt-Ferguson menerima metode Mohr dalam menentukan bulan kering dan
bulan basah. Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat
kelembaban yaitu:
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan
ini dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah
penguapan.
5
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka
bulan ini dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air
dalam tanah daripada curah hujan.
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm
maka bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan penguapan
kurang lebih seimbang.
II.6. Automatic Weather System
AWS (Monitoring Automatic Weather Station) Merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur tekanan, curah hujan, suhu, kelembaban, arah dan
kecepatan angin serta radiasi matahari setiap jam, menit maupun detik secara
otomatis. Alat ini dibuat dengan sensor yang lengkap dan sebuah kotak akuisisi
data yang berfungsi untuk penyimpan data disebut dengan logger.AWS ini
umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer,
unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan
meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi,
tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri
atas data logger danbackup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan
data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada
komputer. Masing-masing parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light
Emiting Diode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu
(present weather ) dengan mudah (Rayana, 2009).
II.7. Penakar Hujan Hillman
Penakar hujan jenis Hillman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat
sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta
tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena
yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat
pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan
bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai
tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan
6
selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam
tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias
merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat
dhitung/ ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat
pada pias (Muhammad et al. 2003).
II.8. Penakar Hujan Observatorium
Penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri (non recording), bentuknya
sederhana terbuat dari seng plat tingginya sekitar 60 Cm dicat aluminium, ada
juga yang terbuat dari pipa pralon tingginnya 100 Cm. Penakar hujan biasa terdiri
dari :
a. Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut corong
(bagian atasnya ) terbuat dari kuningan yang berbentuk cincin (lingkaran)
dengan luas 100 cm2.
b. Bak tempat menampung air hujan.
c. Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke gelas ukur.
d. Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang penakar hujan pada
pondasi kayu dengan cara disekrup.
e. Gelas ukur penakar hujan untuk luas corong 100 Cm2 , dengan skala ukur
0 s/d 25 mm. Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan, dan
waktu observasi sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengamatan
yang teliti, dengan maksud data yang dihasilkan dapat dibandingkan satu
sama lain.
(Ahmadi et al. 2009)
II.9. Campbell Stokes
Pengamatan lamanya Penyinaran Matahari menggunakan alat yang
dinamakan Sun Shine Recorder type Cambell Stokes. Alat ini berupa bola kaca
dan dibawahnya tepat di titik api dipasangi kertas yang sudah ada skala jamnya.
Pada waktu ada sinar Matahari titik api akan memanasi kertas tadi hingga
membuat jejak gosong yang memanjang. Jejak gosong tersebut menunjukan lama
penyinaran Matahari atau jumlah-waktu sinar Matahari sampai ke permukaan
7
karena tidak terhalang oleh partikel/benda lain seperti awan dsb (Baharuddin et
al., 2011).
II.10.Anemometer
Pengamatan arah dan kecepatan Angin menggunakan alat yang dinamakan
Anemometer. Alat pengukur kecepatan angin berupa baling-baling yang as nya
dihubungkan dengan dinamo penghasil arus listrik. Apa bila angin bertiup baling-
baling akan berputar dan memutar dinamo dan akan diperoleh arus listrik. Arus
listrik ini kemudian diconvert ke satuan kecepatan, knot atau m/detik.Alat
penunjuk arah angin berupa bendera yang kaku (lempengan) yang as nya
dihubungkan dengan tahanan listrik geser (tahanan geser). Besarnya tahanan akan
berubah-ubah seiring dengan perubahan bendera arah penunjuk angin. Arus listrik
yang tetap dialirkan melalui tahanan geser tersebut, setelah melalui tahanan
tersebut otomatis besarnya arus listrik akan berubah dan di convert ke derajat arah
angin/mata angin (Elyerviana, 2011).
II.11.Panci Evaporasi
Penguapan ialah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini dapat
terjadi pada setiap permukaan benda pada temperatur diatas 0 0K. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penguapan ialah temperatur benda dan udara, kecepatan
angin, kelembaban udara, intensitas radiasi matahari dan tekanan udara, jenis
permukaan benda serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Dalam
meteorologi dikenal dua istilah untuk penguapan yaitu evaporasi dan
evapotranspirasi. Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur
evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin
mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk,
sungai dan lain-lainnya (Hidayat, Nur. 2005).
II.12.Wind Vane
Wind Vane atau alat penunjuk arah angin adalah sebuah instrumen yang
digunakan untuk mengetahui arah horizontal pergerakan angin (angin
permukaan). Alat ini terdiri dari suatu objek tidak simetris (contohnya suatu anak
8
panah atau panah berbentuk ayam jago yang menempel pada pusat gravitasinya
sehingga panah itu dapat bergerak dengan bebas di sekitar poros horizontalnya)
yang dihubungkan pada vane/weather cock sensor pada anemometer (BMKG,
2013).
II.13.Thermometer Maximum dan Minimum
Terdapat dua jenis termometer yakni termometer maksimum;sebagai alat
ukur suhu udara maksimum yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola
dan pada ujungnya berisi air raksa. Dan termometer minimum; sebagai alat ukur
suhu udara minimum yang terbuat dari gelas berbentuk garpu dan pada ujungya
berisi alkohol dan benda penunjuk yang akan terseret oleh alkohol manakala suhu
turun dan akan tertinggal manakala suhu naik (alkohol mengembang), maka benda
penunjuk tadi akan menunjukan suhu terendah dalam kurun waktu pengamatan
(Swarinto, 2011).
II.14.Thermometer Bola Basah dan Bola Kering
Alat ini disebut Psychrometer terdiri dari 2 buah Thermometer air raksa
yaitu Thermometer bola kering dan Thermometer bola basah. Thermometer bola
basah adalah thermometer yang bola air raksanya dibalut dengan kain basah.
Penguapan yang terjadi pada kain basah tersebut mengakibatkan turunya suhu.
Perbedaan suhu yang ditunjukan thermometer bola kering dan basah dengan
bantuan tabel diperoleh harga kelembaban udara dan suhu titik embun (Sugiyono,
2011).
II.15.Thermohygrograph
Gabungan Thermograph dan Hygrograph dinamakan Thermohygrograph.
Alat ini memiliki fungsi untuk mengukur suhu dan kelembaban udara secara
otomatis. Dengan menggunakan pias kertas sebagai hasil yang dilihat, kemudian
di bagian kertas tersebut terdapat pengukur suhu (bagian atas kertas) dan
pengukur kelembaban (bagian bawah kertas). Dengan menggunakan sensor, maka
grafik perubahan suhu bisa diketahui, karena sensor tersebut sangat peka terhadap
9
suhu sekitar dimana mengalami pemuaian bila suhu meningkat dan menyusut jika
suhu rendah (Adisaputra, 2011).
II.16.Sangkar Meteorologi
Sangkar metereologi dipasang dalam taman alat yang berbentuk seperti
rumah. Dalam sangkar metereologi dipasang alat-alat seperti thermometer bola
kering dan thermometer basah, thermometer maximum dan evaporasi jenis piche.
Ke semua alat ini dipasang didalam sangkar agag hasil pengamatan dari pempat
dan waktu yang berbeda dapar dibandingkan. Selain itu alat dapat terlindungi dari
raiasi matahari langsung (panas), hujan (dingin), dan debu, sehingga data yang
diperoleh dapat akurat. Sangkar Meteorologi dibuat dari kayu yang baik (jati/
Ulin) sehingga tahan terhadap perubahan cuaca. Sangkar dicat putih supaya tidak
banyak menyerap radiasi panas matahari. Sangkar dipasang dengan lantainya
berada pada ketinggian 120 cm diatas tanah berumput pendek, sedangkan letaknya
paling dekat dua kali (sebaiknya empat kali) tinggi benda yang berada di
sekitarnya (Bayong, 2006)
10
III. MATERI DAN METODE
III.1. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Kamis, 11 Desember 2014
Waktu : 07.00 – 10.00 WIB
Tempat : Stasiun BMKG Maritim II Tanjung Mas Port, Semarang
III.2. Materi Praktikum
III.2.1.Alat praktikum
No Nama Alat Gambar fungsi
1. Kamera Untuk mendokumentasikan
kegiatan praktikum
2. Recorder Untuk merekam penjelasan
dari narasumber
3. Modul
BMKG
Untuk mengetahui
mekanisme kerja alat
BMKG
11
III.2.2.Bahan praktikum
No Nama Bahan Gambar Fungsi
1. Taman Alat
BMKG
Sebagai tempat
penyedia peralatan
BMKG
III.3. Cara Kerja
III.3.1.Modul BMKG Maritim Semarang
1. Berangkat dari Tembalang pukul 07.00 menuju BMKG, Pelabuhan
Tanjung Mas.
2. Sampai di BMKG, mendengarkan pengarahan dari para asisten.
3. Di lapangan, mendengarkan penjelasan dari bapak yang bekerja di
BMKG bagaimana alat-alat meteorologi dan klimatologi bekerja.
4. Mencatat, atau merekam dan mendokumentasikan seluruh kegiatan
lapangan.
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
IV.1.1. Campbell Stoke
Campbell Stoke Kertas Pias
IV.1.2. Penakar Hujan
Penakar Hujan OBS Penakar Hujan Hellman
IV.1.3. Cup Counter Anemometer
Cup Counter Anemometer
13
IV.1.4. Sangkar Meteorologi
Sangkar Meteorologi Thermohigrogaf
Termometer maksimum dan minimum
IV.1.5. Open Pan Evaporation
14
Open Pan Evaporimeter
Termometer
IV.1.6. Automatic Weather Station (AWS)
Automatic Weather Station (AWS)
IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Fungsi dan Cara Kerja Alat
Alat penakar hujan observatorium berfungsi untuk mengukur tingkat
curah hujan yang terjadi pada suatu lokasi secara manual. Pengamatan untuk
curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00 waktu setempat, atau
jam-jam tertentu. Cara kerja menggunakan alat ini yang pertama yaitu
membuka kunci gembok dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran,
kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar. Jika curah
hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25 mm. kran
ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian lanjutkan
pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang dicatat
dijumlahkan. Untuk menghindarkan kesalahan, pembacaan curah hujan pada
gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya. Bila dasar meniskus
tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang terdekat dengan dasar
meniskus tadi. Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis
15
skala, diambil atau dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi
17 mm.. 24,5 mm. menjadi 25 mm. Untuk pembacaan setinggi x mm dimana
0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x = 1 mm. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5
mm, pada kartu hujan ditulis angka 0 (Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari
hujan. Jika tidak ada hujan, beri tanda ( – ) atau ( . ) pada kartu hujan.
Penakar hujan Otomatis type Hellman adalah penakar hujan yang
dapat men\catat sendiri, badannya berbentuk silinder, luas permukaan corong
penakarnya 200 Cm2, tingginya antara 100 sampai dengan 120 cm. mekanisme
kerja dari penakar hujan otomatis ini yaitu ketika hujan turun, air hujan akan
masuk kedalam tabung yang berpelampung melalui corong, air yang masuk
kedalam tabung mengakibatkan pelampung beserta tangkainya terangkat (naik
keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tangkai pena yang bergerak
mengikuti tangkai pelampung, gerakan pena akan menggores pias yang
diletakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan sendirinya.
Penunjukkan pena pada pias sesuai dengan jumlah volume air yang masuk ke
dalam tabung, apabila pena telah menunjuk angka 10 mm. maka air dalam
tabung akan keluar melalui gelas siphon yang bentuknya melengkung. Seiring
dengan keluarnya air maka pelampung akan turun, dan dengan turunnya
pelampung tangkai penapun akan bergerak turun sambil menggores pias
berupa garis lurus vertikal. Setelah airnya keluar semua, pena akan berhenti
dan akan menunjuk pada angka 0, yang kemudian akan naik lagi apabila ada
hujan turun.
Automatic Weather System (AWS) merupakan alat pengukur curah
hujan, suhu, dan cuaca secara automatis. Pada umumnya peralatan Automatic
Weather Station (AWS), perangkat sensor penakar hujannya menggunakan
Tipping Bucket. Dimana pada saat bucketnya saling berjungkit, secara elektrik
terjadi kontak dan menghasilkan keluaran nilai curah hujan yang displaynya
dapat dilihat pada monitor. Penakar hujan type tipping bucket, nilai curah
hujannya tiap bucket berjungkit tidak sama, serta luas permukaan corongnya
beragam tegantung dari merk pembuatnya. Jadi dalam mengoperasikan
penakar hujan jenis tipping bucket, kita harus mengetahui secara teliti dasar
dari perhitungan data yang dihasilkannya. Untuk itu perlu dilakukan
16
pengetesan atau mengkalibrasinya, dengan cara menuangkan sejumlah air
sesuai dengan luas permukaan corong dan nilai curah hujan tiap jungkit / tip
bucketnya. Jadi nilai curah hujan 1 mm yang masuk pada luasan permukaan
corong yang berbeda, maka volume air yang tertampung pun berbeda.
Sangkar metereologi merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menjaga/melindungi suhu sekitar agar tetap stabil. Sangkar meteorologi harus
dibuat dari kayu yang kuat agar tahan terhadap berbagai perubahan cuaca.
Sangkar sengaja di cat putih agar tidak banyak menyerap panas matahari.
Sangkar metereologi di pasang di atas tanah dengan ketinggian 120 cm. kaki
sangkar sengaja dipasangi beton agarkuat walaupun tertiup angina kencang.
Pada dinding sangkar ini dibuat kisi-kisi yang memungkinkan terjadinya
aliran udara sehingga temperature dan kelembapan dalam sangkar seimbang
dengan diluar sangkar. Adapun pintu sangkar menghadap ke utara dan
keselatan. Hal ini di karenakan agar alat yang ada didalamnya tidah terkena
radiasi matahari secara langsung. Jika matahari ada di utara khatulistiwa maka
pintu yang menghadap ke selatan yang buka, bugitu juga sebaliknya.
Campbell Stokes adalah suatu alat yang biasa digunakan oleh BMKG
yang berfungsi untuk mengukur lama penyinaran matahari. Cara kerja dari alat
ini adalah ketika matahari muncul, sinarnya akan menerangi bola gelas dan
melewatinya, kemudian sinar akan difokuskan dan membakar kertas pias yang
diletakkan dibawahnya dan selanjutnya akan membentuk goresan bakar pada
kertas pias tersebut. Radiasi matahari tercatat pada kertas tersebut dalam
waktu ukurnya.
Termometer maximum merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur suhu tertinggi di suatu lokasi. Suhu maksimum dapat dibaca tepat
pada permukaan kolom air raksa. Setelah pengamatan, alat dipasang pada
posisibagian reservoir disebelah luar dan dikibaskan sampai tidak terdapat
pemutusan kolom air raksa pada celah sempit dan dipasang untuk pengamatan
hasil selanjutnya. Pengamatan dilakukan sore hari pada pukul 16.00.
Termometer minimum merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur suhu terendah di suatu lokasi. Suhu udara miniimum dapat
diketahui dengan membaca tepat pada skala yang ditunjuk oleh ujung index
17
yang berdekaatan dengan ujung kolom alkohol. Ujung kolom alkohol
menunjukkan kepada suhu udara sesaat. Pengamatan dilakukan pada sore hari
pada pukul 16.00. Setelah pengamatan, index harus dikembalikan tepat pada
ujung kolom alkohol untuk pengamatan hari selanjutnya.
Thermohigrograph merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mengukur suhu dan kelembaban udara. Praktikan dijelaskan tentang hal-hal
yang berhubungan dengan stasiun pengamatan. Cara kerja alat ini yaitu
Dipasang kertas grafik pada silinder yang dapat berputar secara otomatis.
Kertas grafik diganti setiap minggu. Kelembaban nisbi (%) dan temperatur
(ºC) suatu saat dan ayunannya dapat dibaca pada kertas grafik.
Anemometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan angin di suatu lokasi. Anemometer biasa dipadukan dengan Wind
Vane yang berguna untuk mengetahui arah angin. Cara kerja anemometer
yang pertama kali adalah setiap pagi hari pukul 07.00 dibaca angka pada alat
pencatat. Kemudian Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya
selisih pembacaan hari II dengan pembacaan I (jarak tempuh angin) dibagi
dengan waktu antara bedapengamatan tersebut (periode satu hari : 24 jam).
Mengukur kecepatan angin dengan satuan pengamatan adalah knots.
Panci Penguapan adalah alat yang terdiri dari panci terbbuka yang
berguna untuk mengetahui tingkat penguapan di suatu lokasi. Cara kerja alat
ini mula-mula ujung kail (hook) diatur dengan skrup pemutar tepat menyentuh
permukaan air, kemudian tinggi air dapat dibaca pada penera (sampai
ketelitian 0,02 mm. Pada sore hari berikutnya, ujung kail diatur kembali
sampai menyentuh permukaan air. Selisih pembacaan pertama (PI) dengan
pembacaan kedua (PII) merupakan besarnya penguapan air. Jika terdapat
hujan, maka rumus perhitungan evaporasi adalah : PI-PII+CH (dalam mm).
Kapasitas maksimum jika terjadi hujan sebesar 50 mm pada periode
pengamatannya.
18
19
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Alat-alat yang terdapat pada stasiun 2 BMKG Semarang antara lain :
Anemometer, Automatic Wheather System (AWS), Penakar Hujan
Hillman, Penakar Hujan OBS, Campbell Stokes, Panci Penguapan,
Sangkar Meteorologi, Thermohygrograph, Thermometer Maximum dan
Minimum, Thermometer Bola Basah dan Bola Kering, dan Wind Vane.
2. Manfaat dari praktikum lapangan ini yaitu memberikan pengetahuan
tentang alat-alat yang biasa digunakan oleh Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta prinsip kerja dari masing-
masing alat tersebut.
V.2. Saran
Praktikum lapangan meteorologi dan klimatologi sudah baik, namun perlu
diperlihatkan hasil kerja dari alat-alat BMKG khususnya pada alat yang sudah
berbasis automatis seperti AWS.
20
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S., Sumardi, Setiawan, I. 2009. Penakar Curah Hujan Otomatis dengan
Data Logger SD/MMC Berbasis SMS (Short Message Service). Universitas
Diponegoro.
Adisaputra, Asyari. 2011. Variabilitas Arus, Suhu, dan Angin di Perairan Barat
Sumatera Serta Inter-Relasinya dengan Indian Ocean Dipole Mode (IODM)
dan El Nino Southern Oscillation (ENSO). Skripsi. IPB: Bogor.
Baharuddin, John I. Pariwono dan I Wayan Nurjaya. 2009. Pola Transformasi
Gelombang dengan Menggunakan Model RCP Wave pada Pantai Bau-Bau
Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
Vol. 1 No. 2.
Bayong, T.H.K. 2006. Meteorologi Indonesia 2. Penerbit BMKG.
BMKG. 2013. Tugas dan Fungsi. Jakarta: BMKG Jakarta.
Elyerviana.2011. Viabilitas Spasial dan Temporal Kecepatan Arusndan Angin
Sera Kaitannya dengan Hasil Tangkapan di Perairan Laut Flores
Menggunakan Data Tahun 2009.Skripsi Universitas Hasanudin.
Ir. Gunarsih, Ance Kartasapoetra. 2008. Klimatologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Muhammad, I. E., Sakti, I., Wahyu, Y. 2003. Pengukuran Curah Hujan Berbasis
Scada. Jurnal Elektronika dan Telekomunikasi, Vol. 3, No. 2, ISSN : 1441-
8289
Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Prihmantoro, H. 1999. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rayana. 2009. Fungsi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Swarinto, Yunus S., dan Sugiyono. 2011. Pemanfaatan Suhu Udara dan
Kelembapan Udara dalam Persamaan Regresi untuk Simulasi Prediksi Total
Hujan Bulanan di Bandar Lampung. Pusat Meteorologi Publik BMKG, Jl.
Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat.
21
Tukidi. 2004. Diklat Perubahan Meteorologi dan Klimatologi Jurusan Geograsi
Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negri Semarang.
Widyastuti, Rahma, Eko Yuli Handoko, dan Suntoyo. 2010. Permodelan Pola
Arus Permukaan di Perairan Indonesia Menggunakan Data Satelit Altimetri
Jason-1. ITS: Surabaya.
22