metabolisme karbohidrat
DESCRIPTION
meliputi proses glikolisis sampai transport elektronTRANSCRIPT
M ETABOLISM E KARBOHIDRAT
TUGAS BIOKIM IA
Oleh
Nurul Mufitdhah, S. Si.
NIM 151820401003
MAGISTER BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
A. Glikolisis
Tahapan reaksi glikolisis
1. Pembentukan Glukosa -6-Phosphate (Heksokinase)
Setelah memasuki sel, glukosa dan molekil gula yang lain diphosphorilasi dengan
tujuan untuk mencegah glukosa keluar dari sel sehingga meningkatkan kereaktifan
atom O, dan terbentuklah Phospat Ester. Enzim Heksokinase berfungsi sebagai
katalis phosphorilasi pada heksosa. Sedangkan ATP merupakn kosubstrat reaksi yang
dikomplekskan oleh Mg2+. Dalam bentuk kompleks MgATP2+, baru bisa digunakan
menjadi substrat oleh heksokinase.
2. Mengubah Glukosa-6-Phosphate Menjadi Fruktosa-6-Phosphat
Pada tahap ini, aldosa (glukosa-6-phosphat) diubah menjadi ketosa (fruktosa-6-
phosphat) dengan menggunakan PGI (phosphoglukoisomerase). Dan perubahan ini
membuat C-1 dari fruktosa dapat diphosphorilasi.
3. Phosphorilasi Fruktosa-6-Phosphate
Seperti yang kita ketahui, pada tahap kedua C-1 dari fruktosa dapat di
phosphorilasi. Dan pada tahap ini, C-1 dari fruktosa diphosphorilasi dengan katalis
Phosphofruktokinase-1(PKF-1), dan reaksi ini berlangsung satu arah.
4. Pemecahan Fruktosa 1,6-Bisphosphat
Langkah I dari glikolisis berakhir dengan pemecahan Fruktosa-1,6-bisphosphat
menjadi gliseraldehid-3-phosphat (G-3-P) dan dihidroksiaseton phosphate (DHAP).
Reaksi ini disebut “Pemecahan Aldol”, enzyme yang berperan dalam reaksi ini adalah
aldolase. Reaksi pemecahan aldol merupakan kebalikan dari reaksi kondensasi aldol.
5. Interkonversi Gliseraldehid-3-Phosphat dan Dihidroksiaseton Phosphat
Dari 2 produk reaksi aldolase, hanya G-3-P yang dapat digunakan sebagai substrat
untuk tahap glikolisis selanjutnya. Agar Dihidroksiaseton Phosphat juga dapat
dimanfaatkan sebagai substrat, dibutuhkan enzim Triose Phosphat Isomerase untuk
mengubah DHAP menjadi G-3-P.
6. Oksidasi Gliseraldehid-3-Phosphat(G-3-P)
Pada tahap ini, G-3-P mengalami 2 reaksi yaitu oksidasi dan phosphorilasi. Produk
dari tahap ini adalah glicerat-1,3-bisphosphat. Glicerat-1,3-bisphosphat memiliki
energi ikatan yang besar, dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan ATP.
Gliseraldehid-3-phosphat dehidrogenase berfungsi sebagai katalis reaksi.
Gliseraldehid-3-phosphat dehidrogenase terdiri dari 4 subunit yang identik. Setiap
subunit memiliki sisi untuk berikatan dengan G-3-P dan satu sisi lagi untuk berikatan
dengan NAD+ pada sisi aktif. Kemudian NADH meninggalkan sisi aktif dan
ditempati oleh NAD+. Sehingga gliserat-3-bisphosphat terbentuk
7. Pemindahan Gugus Phosphoril
Pada tahap ini, reaksi menghasilkan ATP dengan katalis phosphogliserat kinase.
Pembentukan ATP dengan cara memindahkan gugus phosphoril dari senyawa yang
berenergi tinggi ke ADP disebut dengan “Phosphorilasi Tingkat Substrat”. Reaksi ini
merupakan reaksi pertama yang menghasilkan ATP dalam tahapan glikolisis.
8. Interkonversi 3-Phosphogliserat dan 2-Phosphogliserat
Gliserat-3-phosphat memiliki gugus phosphoril yang susah untuk dipindahkan.
Dan hal ini membuat gliserat-3-phosphat susah untuk digunakan dalam membentuk
ATP. Seingga sel mengubah gliserat-3-phosphat dengan ester phosphate berenergi
rendah menjadi phosphoenolpituvat(PEP), yang mana gugus phosphorilnya sangat
berpotensial tinggi untuk dapat dipindahkan. Pada tahap pertama perubahan,
phosphogliserat mutase mengkatalis perubahan senyawa C-3 yang terphosphorilasi
menjadi senyawa C-2 yang terphosphorilasi melalalui 2 langkah siklus
eliminasi/adisi.
9. Dehidrasi 2-Phosphogliserat
Pada tahap ini, enolase mengkatalis dehidrasi gliseral-2-phosphat menjadi PEP.
Sebab, PEP memiliki gugus phosphoril yang lebih mudah dipindahkan daripada
gliserat-2-phosphat. Hal ini terjadi karena PEP terdiri dari gugus enol-phosphat yang
bahkan dalam bentuk phosphat ester.
10. Pembentukan Piruvat
Reaksi terakhir dari proses glikolisis adalah pemindahan gugus phosphoril dari
PEP menuju ADP yang dikakatalis oleh piruvat kinase. Dua molekul ATP terbentuk
untuk setiap molekul glukosa. Karena energi bebas dari hidrolisis sangat besar,
perubahan PEP menjadi piruvat berlangsung irreversible.
Regulasi Glikolisis
Regulasi glikolisis sangat rumit karena peranan penting glukosa dalam
menghasilkan energi dan dalam pembentukan sejumlah metabolit. Laju siklus
glikolisis dikontrol oleh enzim allosterat yaitu heksokinase, Phosphofruktokinase-1
(PFK-1), dan piruvat kinase. Reaksi glikolisis dikatalisis menggunakan enzime ini
secara irreversible. Pada umumnya efektor allosterat merupakan molekul selular yang
berkonsentrasi tinggi yang sensitive terhadap kondisi sel. Misalnya heksokinase
diinhibisi dengan adanya kelebihan glukosa-6-phosphat, tetapi molekul juga dapat
berperan sebagai efekor allosterat seperti AMP yang berkonsetrasi tinggi
mengaktivasi PFK-1 dan piruvat kinase. Sebaliknya, jika ATP yang berkonsentrasi
tinggi maka PFK-1 dan piruvat kinase diinhibisi.
B. Siklus Krebs
1 molekul
piruvat akan diubah menjadi Asetil-CoA dengan bantuan enzim Pyruvate
Dehidrogenase. Satu molekul CO2 dan dan satu atom H akan dilepaskan dari piruvat,
serta satu molekul CoA (coenzym A) akan ditambahkan. Atom H akan ditangkap
oleh NAD+ dan menghasilkan NADH. Asetil-CoA kemudian masuk ke dalam siklus
Krebs dengan langkah sebagai berikut:
1. Kondensasi
Kondensasi merupakan reaksi penggabungan molekul asetil-CoA dengan
oksaloasetat membentuk asam sitrat. Enzim yang bekerja dalam reaksi ini adalah
enzim asam sitrat sintetase.
2. Isomerisasi Sitrat
Pengaturan kembali sitrat menjadi bentuk isomernya supaya lebih mudah untuk
dioksidasi. Reaksi ini melibatkan proses dehidrasi dan hidrasi. Mula-mula terjadi
dehidrasi sehingga Sitrat diubah menjadi cis-akonitat oleh enzim akonitase yg
mengandung Fe++, kemudian terjadi rehidrasi cis-akonitat menjadi isositrat.
3. Dekarboksilasi oksidatif
Isositrat dioksidasi menjadi oksalosuksinat oleh isositrat dehidrogenase yg
memerlukan NAD+. Reaksi ini diikuti dekarboksilasi oleh enzim yg sama menjadi α-
ketoglutarat. Enzim ini memerlukan Mn2+ / Mg2+.
4. Dekarboksilasi oksidatif kedua
Perubahan α-ketoglutarat menjadi suksinil CoA oleh enzim α-ketoglutarat
dehidrogenase kompleks. Enzim ini memerlukan kofaktor seperti : TPP, Lipoat,
NAD+, FAD dan CoA-SH. Reaksi ini secara fisiologis berjalan searah dan dapat
dihambat oleh arsenit yang mengakibatkan akumulasi / penumpukan α-ketoglutarat.
5. Phosporilasi tingkat substrat
Konversi suksinil-CoA menjadi suksinat yang terjadi secara reversible dan
dikatalisis oleh enzim succinyl-CoA synthetase or succinic thiokinase. Reaksi ini
memerlukan ADP atau GDP dengan Pi akan membentuk ATP atau GTP. Juga
memerlukan Mg++. Reaksi ini membentuk senyawa fosfat berenergi tinggi pada
tingkat substrat.
6. Dehidrogenasi Suksinat
Pembentukan suksinat dari suksinil-CoA dioksidasi menjadi fumarat oleh
flavoprotein succinate dehydrogenase. Reaksi oksidasi suksinat menjadi fumarat
diiringi oleh reduksi FAD menjadi FADH2.
7. Hidrasi daei fumarat ke malat
Reaksi hidrasi yang reversible dari Fumarat menjadi L-Malate dikatalisi oleh
Fumarase (fumarate hydratase).
8. Dehidrogenasi Malat
Tahapan terakhir adalah membentuk kembali oxaloasetat melalui oksidasi malat
oleh enzim malat dehidrogenase. Pada tahap ini juga dihasilkan NADH ketiga dari
NAD+.
C. Transport Elektron
Transpot elektron adalah tahap akhir dalam metabolism karbohidrat yang meliputi
proses perpindahan elektron dari molekul donor menuju aseptor terakhir, yang
melibatkan 5 macam kompleks, yaitu:
1. Kompleks I
Kompleks I terdiri atas NADH-coenzyme Q oxidoreductase atau NADH
dehydrogenase. Pada kompleks ini, dua elektron dilepaskan dari NADH dan
ditransfer ke Coenzyme-Q (CoQ) dengan bantuan FMN (flavin mononucleotide) dan
FeS (Iron-Sulfur) sebagai electron translocator nya. Pada proses ini 4 ion H+ (proton)
dipompa oleh Complex I dari matrix ke ruang antarmembran.
2. Kompleks II
Kompleks II (Succinate-Q oxidoreductase atau Succinate dehydrogenase),
merupakan enzim TCA yang terikat pada membrane. Kompleks ini merupakan titik
masuknya FADH2 yg diproduksi oleh suksinat dehidrogenase. Kemudian elektron
dari FADH2 tersebut akan didonorkan ke ubiquinone.
3. Kompleks III
Kompleks III terdiri dari berbagai protein karier elektron yaitu: sitokrom B, pusat
Fe-S dan sitokrom C1. Terjadi reaksi oksidasi Ubiquinol dan reduksi molekul
Cytochrome c. 4 ion H+ (proton) dipompa melewati membran ke ruang
antarmembran.
4. Kompleks IV
Dikenal sebagai sitokrom oksidase karena bertugas mengambil elektron dari cyt C
dan mentransfernya ke O2. Di Complex IV (Cytochrome c oxidase), 4 elektron
dilepaskan dari 4 molekul cytochrome c dan ditransfer ke molekul O2 , membentuk 2
molekul H2O (air). Pada waktu yang sama 4 ion H+ (proton) dilepaskan dari matrix
mitokondria, namun hanya 2 ion H+ (proton) yang dipompan melewati membran ke
ruang antar membran. Aktivitas Cytochrome c oxidase diinhibisi oleh cyanide
(sianida).
5. Kompleks V
Terdiri atas ATP synthase / F0F1 kompleks. F1 kompleks merupakan bagian dari
kompleks V yang akan menghasilkan ATP pada saat proton masuk dar ruang
intermembran ke matriks. Banyaknya ion H+ (proton) yang dipompa melewati
membran menyebabkan perbedaan konsentrasi proton yang kuat (strong hydrogen
concentration gradient) antara matrix dan ruang antarmembran pada mitokondria.
Keadaan ini memicu terjadinya chemiosmosis dan ATP synthase memanfaatkan
keadaan ini untuk menyelesaikan serangkaian proses produksi energi dengan
memfosforilasi ADP menjadi ATP.
DAFTAR PUSTAKA
Berg, Tymoczko, Stryer. Biochemistry Sixth Edition Chapter 17: The Citric Acid
Cycle. Copyright©2007byw. H. Freemanandcompany. [Online 17 Setember
2015]
Chaney, Steve. 2005. Citric Acid (Kreb’s, TCA) Cycle. Syllabus. [Online 17
Setember 2015]
Meiyanto, Edy. Glikolisis. Edymei.Blog.Ugm.Ac.Id/Files/2009/03/Viii-Glikolisis.Pdf
Miles, Bryant. 2003. The Electron Transport Chain. [Online 17 Setember 2015]
Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/23200/4/Chapter%20ii.Pdf