merumus formula jitu pengentas daerah tertinggal · ditjen pembangunan daerah tertinggal...

48
GERBANG NOVEMBER 2016 1 Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal Sabu Raijua Merangkai Asa di Tanah Tandus EDISI NOVEMBER TAHUN 2016 www.ditjenpdt.kemendesa.go.id DITERBITKAN OLEH DITJEN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

Upload: others

Post on 30-May-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 1

Merumus Formula JituPengentas Daerah Tertinggal

Sabu RaijuaMerangkai Asa di Tanah Tandus

EDISI NOVEMBER TAHUN 2016 www.ditjenpdt.kemendesa.go.id

DITERBITKAN OLEH DITJEN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALKEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

Page 2: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 20162

SinggihWiranto

“Singgih WirantoDirektur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal

Untuk mengentaskan daerah tertinggal diperlukan upaya dan kerja keras dari semua pihak, baik dari Pemerintah Pusat maupuan Pemerintah Daerah, dunia usaha dan juga masyarakat.

Pembangunan wilayah yang utuh dan terpadu terletak pada kemampuan menemukenali potensi dan unggulan daerah yang ada untuk dikembangkan, dijadikan program unggulan dalam pembangunan.

Preferensi program berdasarkan potensi unggulan daerah diharapkan agar tidak terjadi generalisasi program pembangunan untuk masing-masing daerah. Pendekatan spesialisasi program, jika dilakukan secara efisien, efektif dan akurat, diharapkan dapat mencapai hasil optimal.

Page 3: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 3

Page 4: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 20164

Page 5: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 5

A paya percepatan pembangunan daerah tertinggal salah satunya dilakukan melalui pengembangan program yang mengangkat po-tensi lokal sebagai komoditas unggulan yang mampu mengangkat

ekonomi masyarakat di daerah tertinggal.

Setiap daerah pasti mempunyai potensi sumber daya yang berbeda-beda. Po-tensi unggulan dari masing-masing daerah inilah yang harus dijadikan program unggulan dalam proses pembangunan di daerah tertinggal. Sesuai dengan arahan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, pengembangan produk unggulan di daerah tertinggal akan men-jadi program unggulan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal tahun 2017.

Daerah harus fokus pada produk tertentu yang menjadi unggulan di daerahn-ya, sehingga terciptanya skala produksi yang besar yang terintegrasi dari hulu sampai ke hilir.

Melalui pengembangan produk unggulan ini diharapkan mampu meningkat-kan pengetahuan dan keterampilan usaha kelompok masyarakat, menguatn-ya modal usaha dan kelembagaan usaha, berkembangnya aktifitas ekonomi, meningkatnya produksi, produktifitas usaha, nilai tambah dan mutu produk.Seiring dengan hal diatas, penyerapan tenaga kerja akan semakin besar dan akan berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah itu sendiri.

Atas dasar itu, Majalah GERBANG (Gerakan Membangun) mengangkat pengembangan produk unggulan di daerah tertinggal sebagai topik utama pada edisi bulan November ini.

Semoga hal ini bisa menjadi pemecut semangat bagi para pemangku kepent-ingan dan seluruh stakeholders dalam mendukung dan terlibat langsung pengembangan produk unggulan di daerah tertinggal sebagai bagian dari ger-akan mengentaskan daerah-daerah tertinggal yang ada di Indonesia.

Ayo entaskan daerah tertinggal, melalui produk unggulan daerah!!!

Muhammad YasinPemimpin Redaksi

Entaskan DaerahTertinggal, MelaluiProduk Unggulan Daerah

U

SELASAR

Page 6: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 20166

Majalah GERBANG diterbitkan olehDirektorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal

Pembina: Singgih WirantoDewan Pengarah: Razali, Abdul Wahid, Novia Lutfi, Nyelong Ingasimon,Muhammad Nur, PriyonoPenanggung Jawab: SumarwotoPemimpin Redaksi: M YasinRedaktur: Andy Nita, MD Supriyadi, Eko Subiyanto, Jasnety, Yurieski, Enrico, Agus Mulyawan, Afanizar Ilmawati, Eny Indarti, Suwarno, Wahid SemestaTim Redaksi: Heldawati, Bobby Triadi,Nurcholis Anhari Lubis, M Fariz, Chairul Irfani

Alamat Redaksi:Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan TransmigrasiJl. Abdul Muis No. 7 Jakarta Pusat 10110Phone: 021-350034Email: [email protected]

GERBANG EDISINOVEMBERTAHUN2016

HAL 10

MENINGKATKAN EKONOMI DAERAHTERTINGGALMELALUI PRODUKUNGGULANPercepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan dengan berbagai upaya yang terpadu. Selain pembangunan infrastruktur, dilakukan juga pengembangan program yang mengangkat potensi lokal sebagai komoditas unggulan yang mampu mengangkat ekonomi masyarakat daerah tertinggal.

TAJUK

8

PENINGKATAN SKALA EKONOMIKAWASAN PERDESAAN MELALUI PENGEMBANGAN AQUACULTURE ESTATEDAN AGRICULTURE ESTATE

Page 7: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 7

LAPORAN UTAMA

MENINGKATKAN EKONOMIDAERAH TERTINGGAL MELALUI PRODUK UNGGULAN 12

KERJA NYATA

DAFTAR ISI

PENGEMBANGAN PRODUKUNGGULAN MELALUI GERAKANONE VILLAGE ONE PRODUCT 16

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUSDI DAERAH TERTINGGAL 24

UPAYA MENGATASIKESENJANGAN WILAYAH 26

MERUMUS FORMULA JITUPENGENTAS DAERAH TERTINGGAL 18

LIPUTAN KHUSUS

PEMBANGUNANDESA TERTINGGALJATENG GUNAKAN SISTEMINFORMASI GEOSPASIAL 31

EKO PUTRO:GERAKAN SATU DESASATU UNGGULAN, MENTERI KOMPAK 28

PENINGKATAN PEREKONOMIANDI DAERAH TERTINGGAL 29

40 BUMDES RAIH OMZET RATUSAN JUTA HINGGA RP 8 MILIAR PER TAHUN 30

KEMENTERIAN DESA BANTUKAPAL TANGKAP IKAN DI BIAK 33

PROGRAM NAWACITA DIRASAKANWARGA PERBATASAN 32

JELAJAH POTENSI

SABU RAIJUA MERANGKAI ASADI TANAH TANDUS 34

NIKODEMUS:KENAPA HARUS MALU JUAL GARAM? 38

GARAM DAN RUMPUT LAUT,MESIN EKONOMI SABU 42

Page 8: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 20168

TAJUK

Peningkatan Skala EkonomiKawasan Perdesaan melalui

Pengembangan Aquaculture Estatedan Agriculture Estate

FOTO: EKOSANDJOJO.ID

Page 9: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 9

Sebagai implementasi dari kebijakan money follow program dalam RKP 2017 yang dipaparkan dalam

Rapat Kerja Komisi V DPR RI pada tanggal 5 September 2016, Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menetapkan beberapa kegiatan unggulan. Salah satunya adalah

pengembangan agriculture/aquaculture estate melalui one village one product (OVOP) di kawasan

pedesaan dan pulau kecil terluar.

P engembangan agriculture estate merupakan pengga-bungan dari beberapa desa

dalam satu kawasan pedesaan beker-jasama di bidang pertanian maupun perkebunan untuk mengembangkan satu produk unggulan yang sama. Se-dangkan aquaculture estate adalah pengembangan budidaya perikanan tertentu dalam satu kawasan pedes-aan sehingga menciptakan satu pro-duk yang sama. Tujuan dari dikem-bangkannnya agriculture/aquaculture estate adalah untuk menciptakan skala ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat kawasan pedesaan, dima-na saat ini skala ekonomi masyarakat desa masih terbilang kecil.

Akibat skala ekonomi masyarakat desa yang masih kecil, mereka tidak mampu meningkatkan perekonomi-an secara signifikan. Sarana produk-si didapatkan dengan sangat mahal karena harus melewati beberapa mata rantai yang panjang. Kualitas produk menurun hingga pada akhirnya juga menurunkan harga produk tersebut karena masyarakat tidak dapat men-gakses sarana pasca panen. Biaya produksi yang tinggi tidak bisa ditutu-pi karena harga jual yang rendah. Pro-duksi selama 4 bulan digunakan untuk masa 6 bulan hingga 1 tahun. Apabila produk bersifat komoditi apabila de-

mand-nya turun tetapi supply-nya tinggi maka dipastikan hargapun akan turun Misalnya produksi jagung, apa-bila dalam waktu tiga hari lebih tidak dikeringkan, alvatoksinnya akan tinggi sehingga jagung tidak baik lagi untuk dikonsumsi, akhirnya dijual dengan harga murah daripada para petani lebih merugi lagi karena tidak ada yang membeli.

Namun apabila skala ekonomi mas-yarakat desa besar dimana biaya produksi diturunkan tetapi jumlah produksi ditingkatkan dengan kuali-tas yang bagus maka secara ekonomi produksi pertanian masyarakat mulai

diperhitungkan. Petaninya akan relatif sejahtera karena sarana produksinya murah, skala produksinya besar, hasil panen dikelola dengan cepat dengan menggunakan sarana pasca panen sehingga harga produk tidak jatuh, kualitas tidak turun, dan tidak melalui mata rantai yang panjang. Adanya skala ekonomi maka biaya produksi lebih murah, skill masyarakat bertam-bah, produk pertanian dapat langsung diserap dan merangsang swasta ma-suk untuk berinvestasi di desa.

Provinsi Lampung, khususnya Kabu-paten Tulang Bawang terkenal den-gan penghasil udang. Selain sebagai penyumbang pembangunan Provinsi Lampung, tambak udang Kabupaten Tulang Bawang juga menghasilkan devisa bagi negara. Keberhasilan pen-gelolaan udang di Kabupaten Tulang Bawang merupakan wujud nyata dari aquaculture estate. Kabupaten Karo di Sumatra Utara, Kabupaten Jeneponto di Sulawesi Selatan atau Kabupat-en Garut di Jawa Barat merupakan daerah penghasil jagung terbesar di provinsinya. Di Jawa Barat lebih dari 50 persen jagung berasal dari Kabu-paten Garut. Pengembangan agricul-ture estate dapat lebih meningkatkan skala ekonomi produksi jagung dan dampaknya adalah tidak hanya me-nguntungkan bagi negara, provinsi, atau kabupaten tetapi yang paling penting adalah dapat meningkatkan perekonomian masyarakatnya.

Memang, penerapan agriculture dan aquaculture estate bukanlah tanpa hambatan. Oleh karena itu terdapat beberapa hal yang harus di siapkan agar pengaplikasian agriculture dan aquaculture estate dapat terlaksana dengan baik. Pertama, untuk pengap-likasian agriculture estate dibutuhkan kesiapan yang baik pada (a) irigasi pertanian dan embung; (b) jalan us-aha tani; (c) alat pertanian dan mes-in pertanian (alsintan); (d) bibit un-ggul; (e) pupuk dan obat pertanian; (f) tempat pemasaran dan lembaga keterampilan; (g) bengkel perbaikan

Tujuan dari dikembangkannnya agriculture/aquaculture estate

adalah untuk menciptakanskala ekonomi yang lebih besar

bagi masyarakat kawasan pedesaan, dimana saat ini skala

ekonomi masyarakat desa masih terbilang kecil.

““

Page 10: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201610

dan perawatan alsintan; (h) koperasi kelompok tani; (i) pelatihan penggu-naan alat dan mesin pertanian. Se-dangkan untuk pengembangan aqua-culture estate agar membentuk skala ekonomi yang menguntungkan mas-yarakat dapat dikembangkan di dua tempat yaitu di air (tepian pantai) dan daratan. Di air dapat menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) atau jaring dan di darat dapat membuat kolam air, tambak, bak dan tangki.Kedua, masyarakat desa tidak boleh takut dengan pengusaha. Pengusaha adalah bagian dari bangsa kita yang harus dirangkul bukan dimusuhi. Pen-gusaha bisa merugikan masyarakat apabila kedatangan pengusaha tidak memberikan manfaat kepada mas-yarakat malah menghilangkan akses

masyarakat terhadap sumberdaya. Tetapi pengusaha bisa menguntung-kan apabila masyarakat dan pengu-saha bekerjasama seperti yang terjadi di Kabupaten Tulang Bawang Lam-pung dimana program aquaculture estate berhasil dengan baik. Pen-gusaha dapat memberikan suntikan modal kepada masyarakat desa untuk meningkatkan produksinya sehingga hasil produksi pun juga meningkat. Pengusaha juga dapat membantu dalam pemasaran produksi jadi mas-yarakat desa tidak perlu khawatir dengan jatuhnya harga produk.

Ketiga, dibutuhkan bantuan dari semua pihak baik dari level pemerin-tah pusat, pemerintah daerah hing-ga masyarakat lokal. Usaha awal

untuk peningkatan skala ekonomi masyarakat desa tidak bisa dilakukan sendiri oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, karena dalam pem-bangunan desa mencakup dari berb-agai sektor. Pembangunan kawasan desa merupakan program dari 17 kementerian, sehingga Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, Kemen-terian Pertanian, Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Kementerian lainnya bekerja bersama-sama. Jadi mimpi kita menjadikan desa-desa di Indonesia menjadi desa yang mandiri dan masyarakatnya sejahtera bukan-lah sekedar mimpi, tapi pelan-pelan akan menjadi kenyataan. ■

Mendes PDTT, Eko Putro Sandjojo saat mengunjungi Kampung Mendali, Sentani Timur, Papua. Kampung Mendali mengembangkan unit usaha budidaya ikan serta produksi pakan ikan.

FOTO: EKOSANDJOJO.ID

Page 11: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 11

Gerakan Satu Desa Satu Produk bertujuan mendorong desaagar lebih fokus dalam mengembangkan potensi daerah masing-masing

demi kesejahteraan seluruh masyarakat.

FOTO: MURDANI USMAN/CIFOR

Page 12: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201612

LAPORAN UTAMA

P

Meningkatkan Ekonomi Daerah TertinggalMelalui Produk Unggulan

elaksanaan pembangunan wilayah yang utuh dan ter-padu terletak pada kemam-

puan menemukenali potensi dan unggulan daerah yang ada untuk dikembangkan. Karenanya kita mesti mengenali dan preferensi atas potensi unggulan dari masing-masing daerah untuk dijadikan program unggulan dalam pembangunan.

Preferensi program berdasarkan potensi unggulan daerah diharap-kan agar tidak terjadi generalisa-si program pembangunan untuk masing-masing daerah. Di sini perlu adanya spesialisasi program pemba-ngunan berdasarkan potensi daerah yang ada di masing-masing daerah. Pendekatan spesialisasi program, jika dilakukan secara efisien, efektif dan akurat, diharapkan dapat mencapai hasil optimal.

FOTO: CIFOR

Percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan dengan berbagai upaya yang terpadu. Selain pembangunan infrastruktur, dilakukan juga pengembangan program yang mengangkat potensi lokal sebagai komoditas unggulan yang mampu mengangkat ekonomi masyarakat daerah tertinggal.

Petani budidaya jamur.

Page 13: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 13

Produk Unggulan Daerah

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sejak tahun 2011 telah menjalankan program Produk Unggulan Daerah untuk mendorong daerah tertinggal dalam memanfaatkan sumber daya potensial mereka. Program ini meng-arahkan pemerintah daerah tertinggal untuk fokus mengembangkan satu komoditas atau produk unggulan guna meningkatkan perekonomian.

Produk unggulan daerah merupakan upaya untuk menemukan leverage (daya ungkit) sebagai syarat ber-jalannya akselerasi pembangunan ekonomi daerah yang bertumpu pada ketepatan strategi dan pembangunan wilayah secara terpadu. Produk un-ggulan daerah mencakup berbagai aktifitas ekonomi dari hulu ke hilir da-lam satu sistem rantai pasokan dan rantai nilai. Produk unggulan daerah merupakan wujud dari kapitalisasi potensi daerah tertinggal yang di-harapkan akan berdampak pada pen-ingkatan pendapatan dan lapangan kerja. Pengembangan produk unggu-lan daerah dilaksanakan dengan ske-ma 3 sampai 5 tahun.

Untuk menentukan produk unggulan daerah harus diawali dengan menen-tukan kriteria komoditas atau pro-duk unggulan yang memiliki potensi sumber daya lokal dan tehnostruktur untuk pengembangan, telah dikem-bangkan dalam skala besar dengan melibatkan masyarakat banyak dari seluruh rantai pasok hulu hingga hilir, memiliki peluang pasar dan nilai tam-bah tinggi, spesifik dan unik, memi-liki daya ungkit, dan dapat didanai melalui skema kredit atau bantuan dari lembaga keuangan mikro.

Melalui pengembangan produk un-ggulan daerah ini diharapkan mam-pu memberikan dampak dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha kelompok mas-yarakat, menguatnya modal usaha, menguatnya kelembagaan usaha, berkembangnya aktifitas ekonomi pada rantai pasok produk unggulan termasuk pada produk turunannya, meningkatnya produksi, produktifitas usahan nilai tambah dan mutu pro-duk, dan meningkatnya pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja.

Operasionalisasi Produk Unggulan Daerah

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bersama Pemerintah Daerah mene-tapkan produk unggulan daerah. Da-lam penetapan produk unggulan ini digunakan 6 metode. Metode perta-ma adalah metode location quotient sektor, untuk menggambarkan ting-kat spesialisasi sektor unggulan. Yang kedua metode shift share analysis, untuk menggambarkan laju pertum-buhan sektor unggulan dan melihat kontribusi komoditas unggulan dalam sektor tersebut. Yang ketiga metode

Petani Kelapa.

FOTO: PIXABAY.COM

Produk unggulan daerah merupakan upaya untuk

menemukan leverage (daya ungkit) sebagai syarat berjalannya akselerasi

pembangunan ekonomi daerah yang bertumpu pada ketepatan

strategi dan pembangunan wilayah secara terpadu.““

Page 14: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201614

Produk Unggulan dan Produk Turunannya di 5 Kabupaten Prioritas

location quotient komoditas, untuk menggambarkan tingkat spesialisasi komoditas unggulan. Yang keempat metode revealed comparative advan-tage dan peluang pasar, untuk meng-gambarkan keunggulan komoditas yang diperdagangkan. Yang kelima metode analisis stakeholders, untuk menggambarkan persepsi stakehold-ers mengenai sektor unggulan dan prosuk atau komoditas unggulan serta observasi berdasarkan kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan. Dan yang terakhir yaitu metode triangu-lasi, untuk menentukan satu komod-itas unggulan berdasarkan Analisa metode sebelumnya dengan mem-pertimbangkan kriteria produk ung-gulan daerah melalui pemeriksaan sil-ang antara hasil analisa data sekunder dengan hasil Analisa data primer.

Setelah ditetapkan produk unggulan daerah, kemudian Kementerian Desa, Pembangunan daerah Tertinggal dan Transmigrasi bersama Pemerintah

Daerah menyusun rencana strate-gi pengembangan produk unggulan daerah. Kementerian Desa, Pemban-gunan daerah Tertinggal dan Transmi-grasi juga mengkordinasikan dengan Kementerian/Lembaga dan stake-holders terkait untuk mengakomodasi intervensi yang diperlukan.

5 Kabupaten Prioritas dan Terintegrasi

Sebagaimana amanat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017, Pembangunan Daerah Tertinggal telah ditetapkan sebagai salah satu prioritas nasional di Tahun 2017. Dari total 122 kabupaten yang termasuk kategori daerah tertinggal, terdapat 5 kabupaten prioritas dan terintegrasi dalam RKP 2017 yang akan dijadikan lokasi percontohan pembangunan daerah tertinggal. Kelima kabupaten tersebut yaitu Kabupaten Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), Kabu-paten Maluku Tenggara Barat (Malu-

ku), Kabupaten Pulau Morotai (Ma-luku Utara), Kabupaten Sabu Raijua (Nusa Tenggara Timur) dan Kabupat-en Sarmi (Papua). Pembangunan 5 kabupaten prioritas dan terintegrasi ini salah satunya dengan memfokus-kan pada pengembangan produk un-ggulan daerah.

Untuk mendukung pengembangan produk unggulan daerah di 5 kabu-paten prioritas dan terintegrasi tahun 2017, Kementerian Desa, Pembangu-nan Daerah Tertinggal dan Transmi-grasi sudah menyiapkan program dan bantuan.

Kabupaten Lombok Timur dan Kabu-paten Sabu Raijua dengan produk un-ggulan prioritas berupa rumput laut akan mendapatkan bantuan berupa pembangunan lantai jemur dan pa-ra-para, bantuan peralatan dan bahan pengolahan, pembangunan gudang, pembangunan pasar kecamatan, pelatihan-pelatihan, pembangunan

Page 15: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 15

puskesmas pembantu, bantuan kapal angkut, pembangunan jalan strategis, pengeboran air bersih, bantuan pem-bibitan, dan pengolahan limbah rum-put laut.

Untuk Kabupaten Pulau Morotai dan Kabupaten Sarmi dengan produk unggulan prioritas berupa kelapa dalam akan mendapatkan bantuan berupa pembangunan gudang dan peralatan pusat pengolahan, pemba-ngunan puskesmas pembantu, pela-tihan-pelatihan, bantuan pengadaan mesin pengolahan minyak kelapa, pembangunan rumah pengasapan kopra, dan pengolahan limbah kelapa.

Kemudian Kabupaten Maluku Teng-gara Barat dengan produk unggulan prioritas berupa rumput laut akan mendapatkan bantuan berupa pem-bangunan lantai jemur dan para-para, bantuan peralatan dan bahan pengo-lahan, pembangunan rumah produk-si pasca panen, pembangunan pasar kecamatan, pembangunan puskes-mas pembantu, pelatihan-pelatihan, bantuan sarana kapal angkut, pemba-ngunan jalan strategis, pembangunan air bersih, pembangunan PLTD, pem-bangunan jetty apung, bantuan pem-bibitan rumput laut, dan pengolahan limbah rumput laut.

Melibatkan Seluruh Stakeholder

Rata-rata keberhasilan daerah da-lam mengimplementasikan produk unggulan daerah di dorong oleh jiwa enterpreneurship diantaranya melalui usaha pelibatan kemitraan dengan pi-hak swasta. Melalui kemitraan dengan pihak swasta, penguatan jaringan pe-masaran akan lebih terbuka dan rantai pasok produk unggulan daerah terse-but akan lebih kuat.

Selain dengan melibatkan pihak swas-ta dalam pengembangan produk un-

ggulan daerah, diperlukan juga keter-libatan dari Perguruan Tinggi dalam usaha pembinaan dan pemberdayaan masyarakat. Perguruan Tinggi memili-ki peran yang strategis ditengah-ten-gah masyarakat, selain berperan sebagai pembina dan pemberdaya masyarakat, Perguruan Tinggi juga dapat melakukan penelitian berbagai macam bidang (perikanan, pertanian, dll) dengan mengembangkan peneli-tian yang menghasilkan produk-pro-duk unggulan daerah.

Pengembangan produk unggulan daerah selama ini hanya berfokus pada sektor hulu saja, dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pro-duksi dan nilai tambah produk, teta-pi dalam hal pemasaran cenderung diberikan pada mekanisme pasar.

Kegiatan yang diinisiasi Pemerintah Pusat melalui produk unggulan daerah sifatnya hanya stimulan, berhasil atau tidaknya ditentukan juga oleh politi-cal will Pemerintah Daerah itu sendiri. Beberapa daerah mampu mengimple-mentasikan produk unggulan daerah dengan melibatkan seluruh stake-holder dalam rantai pasok pengem-bangan produk unggulan. ■

““Rata-rata keberhasilan daerah dalam mengimplementasikan

produk unggulan daerah di dorong oleh jiwa enterpreneurship.

Petani Kopi Arabika di Wamena, Papua.

FOTO: ANTARA/OKABATA

Page 16: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201616

Pengembangan Produk Unggulan Melalui GerakanOne Village One Product

Salah satu agenda otonomi daerah adalah untuk lebih mengarahkan daerah untuk memaksimalkan semua potensi yang dimilikinya dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya, dengan pertimbangan dari berbagai segi kehidupan baik untuk masyarakat, pemerintah, pemerintah pusat serta Negara kesatuan Republik Indonesia.

P emerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Desa, Pem-bangunan Daerah Terting-

gal dan Transmigrasi melihat hal ini sebagai suatu kesempatan untuk meningkatkan daya saing masyarakat di daerah tertinggal.

Pemerintah Daerah tentunya memiliki kewajiban untuk meningkatkan kuali-tas daerahnya, mulai dari tingkat kes-ejahteraan masyarakat maupun pe-layanan publik lainnya, maka dari itu dibutuhkan penataan segala potensi yang ada untuk meningkatkan kese-jahteraan masyarakat dan daya saing daerah.

Pembangunan perekonomian suatu daerah saat ini masih belum mampu meningkatkan kesejahteraan mas-yarakatnya secara signifikan. Hal tersebut disebabkan karena pola pengembangan ekonomi daerah yang sedang dan telah dilaksanakan oleh daerah terkesan kurang sistematik.

Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab dari kurang berkembang-nya potensi ekonomi daerah dan be-rakibat pada rendahnya daya saing ekonomi daerah. Rendahnya daya saing ekonomi daerah tersebut pada akhirnya menyebabkan arus masukn-ya investasi menjadi kurang signifikan.

Untuk itulah, agar pengembangan ekonomi daerah dapat berhasil dan berdaya guna, maka perlu diupaya-kan pengembangan potensi ekonomi daerah melalui pengembangan pro-duk unggulan daerah.

Pengelolaan dan Pengembangan Produk Unggulan Daerah

Produk unggulan daerah merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu daerah yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta mampu menyer-ap tenaga kerja dalam jumlah besar yang diproduksi berdasarkan per-

Petani mengumpulkan jagung hasil panen.

FOTO: ANTARA

Page 17: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 17

bagi daerah tersebut. OVOP akan dis-esuaikan dengan kompetensi daerah, di mana akan dipilih produk unggulan yang unik dan khas di daerah tersebut serta berpotensi untuk dieksploitasi.

Prinsip pengembangan OVOP mem-punyai potensi pasar lokal maupun ekspor. Karena itu diharapkan produk unggulan lokal juga bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta mend-unia. Komoditas unggulan dipastikan memiliki daya saing, karena proses industri atau pengolahannya dilaku-kan secara berkesinambungan dan umumnya berdekatan dengan basis usaha.

timbangan kelayakan teknis (bahan baku dan pasar), talenta masyarakat dan kelembagaan (penguasaan te-knologi, kemampuan sumberdaya manusia, dukungan infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat) yang berkembang di lokasi tertentu.

Banyak penelitian dan kajian yang berkaitan dengan produk unggu-lan atau sektor ungulan daerah, baik pendekatan menggunakan analisis Location Quotients (LQ) maupun analisis lainnya. Pemerintah bersama masyarakat harus serius dalam pen-gelolaan dan pengembangan produk unggulan serta pemasaran yang sin-ergis agar dapat meningkatkan kese-jahteraan masyarakat.

Diperlukan skenario yang tajam da-lam pengelolaan dan pengembangan produk unggulan, mulai dari mem-perkenalkan produk unggulan secara aktif, melakukan analisis pasar sasaran dengan memperhitungan kapasitas dan daya saing kompetitif. Kemudi-an harus dilihat juga jalur distribusi produk ke konsumen untuk menjaga agar tidak terputusnya demand-sup-ply. Ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia, serta penggunaan te-knologi tepat guna menjadi hal yang tidak kalah penting dalam skenario pengelolaan dan pengembangan pro-duk unggulan.

Seyogyanya produk unggulan itu adalah yang mudah dikenal, mudah diingat, mudah ditemukan, selalu ter-sedia, mencirikan suatu daerah, dan mensejahterakan masyarakatnya.

OVOP Fokus Pada Komoditas Unik Daerah

Konsep One Village One Product (OVOP) adalah suatu gerakan revital-isasi daerah dalam mengembangkan potensi asli daerah untuk memberikan nilai tambah pada produk tersebut. Yang selanjutnya akan memberikan kontribusi pendapatan cukup besar

yarakat lebih pada memfasilitasi dan memberikan informasi tentang poten-si pasar, membantu pengembangan produk agar lebih menarik, membantu memanfaatkan teknologi agar produk yang dihasilkan dapat lebih baik dan berkualitas serta membantu member-ikan penyuluhan atau pelatihan bagi masyarakat bagaimana seharusnya pengembangan produk dilakukan.

Konsep OVOP Berdayakan Desa

Sekitar 50 persen desa-desa di In-donesia saat ini masih miskin dan tertinggal. Presiden Joko Widodo melalui program Nawa Cita yang ke-tiga bertekad membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa. Salah satunya den-gan menerapkan program One Village One Product (OVOP).

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Pu-tro Sandjojo mengatakan bahwa ta-hun ini Indonesia memiliki 74.754 desa dan akan bertambah menjadi 74.954 desa tahun depan karena pemekaran. Meskipun masing-masing desa memi-liki ciri dan keunikan masing-masing, 80 persennya memiliki kesamaan, yakni hidup dari sektor pertanian. Hal ini menjadi dasar bagi pemerintah un-tuk menerapkan model pembangu-nan di desa.

Berbicara tentang pertanian, tentunya harus terintegrasi secara vertikal dari hulu sampai ke hilir sehingga men-dorong masyarakat sejahtera. Tipikal dari desa yang sukses adalah desa yang memiliki fokus sehingga mem-punyai skala produksi yang besar. Un-tuk mewujudkan hal tersebut, pemer-intah membuat model gerakan OVOP yang bertujuan untuk membuat desa fokus sehingga desa-desa tersebut bisa memiliki skala ekonomi yang be-sar. Jika skala ekonomi besar, biaya sarana produksi bisa menjadi lebih murah karena sarana produksi tidak melalui jalur distribusi yang panjang. ■

Konsep One Village One Product (OVOP) adalah suatu gerakan

revitalisasi daerah dalam mengembangkan potensi asli

daerah untuk memberikan nilai tambah pada produk tersebut.

““

Melalui konsep OVOP diharapkan dapat menginspirasi keinginan daer-ah yang saat ini sedang berupaya meningkatkan pendapatan daerah dengan memanfaatkan potensi lo-kal semaksimal mungkin serta dapat menunjang kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Konsep dasar dari pengembangan gerakan OVOP adalah adanya interak-si antara pemerintah dan masyarakat, dimana peran masyarakat sangat dominan sebagai pihak yang memi-liki kemampuan dan keinginan untuk mengembangkan produk atau poten-si daerah yang dimilikinya.

Pemerintah yang telah banyak meng-etahui potensi dan kemampuan mas-

Page 18: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201618

LIPUTAN KHUSUS

Merumus Formula Jitu PengentasDaerah Tertinggal

Sekjen Kemendesa PDTT, Anwar Sanusi memukul gong saat pembukaan Rapat Koordinasi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun Anggaran 2016 di Hotel Bidakara, Jakarta.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 19: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 19

Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi terus berupaya memikirkan langkah-langkah jitu dalam upaya mempercepat pengentasan Daerah Tertinggal sesuai target yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2014-2019.

Tertinggal dan Transmigrasi, terlebih pada tahun 2017 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mengalami pemotongan anggaran yang cukup besar.

Menurut Anwar Sanusi, pemban-gunan daerah tertinggal perlu pula menggandeng pihak swasta, karena potensi swasta sangat besar, peman-

B eberapa waktu lalu, Ditjen PDT melaksanakan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda)

Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2016. Intinya, Ditjen PDT ingin menyatukan suara den-gan pemerintah daerah agar terjadi sinkronisasi dalam penyusunan pro-gram-program kerja di daerah yang berstatus tertinggal.

Dalam mengentaskan daerah tert-inggal, Ditjen PDT tak mungkin dapat berjalan sendiri tanpa dukungan dari Kementerian/Lembaga lain dan atau dari pemerintahan di daerah. Dukun-gan dari berbagai pihak, seperti pelaku-pelaku usaha untuk mening-katkan perekonomian daerah juga sangat diharapkan.

Hal tersebut, sejalan dengan sambu-tan yang disampaikan Anwar Sanu-si dalam acara pembukaan Rakorda Ditjen PDT. Dikatakan bahwa, Rakor-da Tahun 2016 dilaksanakan guna terjalinnya koordinasi sebagai salah satu jawaban akselerasi percepatan pembangunan daerah tertinggal. “Se-karang sudah berjalan dua tahun se-

jak mandat konstitusional diberikan kepada Kemendes dalam upaya un-tuk mengentaskan daerah tertinggal. Dari target 80 daerah tertinggal yang harus terentaskan sesuai dengan amanah RPJMN 2015-2019, tersisa 45 daerah untuk dientaskan sampai den-gan tahun 2019,” ujar Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kemendesa PDTT.Pembangunan daerah tertinggal ti-dak hanya mengandalkan Kemen-terian Desa, Pembangunan Daerah

faatan pendanaan-pendanaan dari pihak swasta bisa dikembangkan di desa-desa daerah tertinggal.

Bertajuk, “Peningkatan Perekonomian Daerah melalui Pengembangan Pro-duk Unggulan di Daerah Tertinggal”, Rakorda yang berlangsung selama 3 hari tersebut jelas bahwa Ditjen PDT akan fokus dalam pengembangan produk-produk yang menjadi ung-gulan di daerah. Acara yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Terting-gal dan Transmigrasi, Anwar Sanusi dilaksanakan di Hotel Bidakara, Jakar-ta Selatan pada 17-19 November 2016 dengan mengundang peserta dari 122 daerah tertinggal.

Hal tersebut senada dengan yang dis-ampaikan oleh Direktur Jenderal Pem-bangunan Daerah Tertinggal, Singgih Wiranto, bahwa untuk mengentaskan daerah tertinggal diperlukan upa-ya dan kerja keras dari semua pihak, baik dari Pemerintah Pusat maupuan Pemerintah Daerah, dunia usaha dan juga masyarakat.

Menurut Singgih Wiranto percepa-tan pembangunan daerah tertinggal dilakukan dengan berbagai upaya yang terpadu. Selain pembangunan infrastruktur, dilakukan pula pengem-bangan program yang mengangkat potensi lokal sebagai komoditas unggulan yang mampu mengangkat ekonomi masyarakat di daerah ter-tinggal.

Pelaksanaan pembangunan wilayah yang utuh dan terpadu terletak pada kemampuan menemukenali potensi dan unggulan daerah yang ada untuk dikembangkan. Karenanya kita mesti mengenali dan preferensi atas potensi unggulan dari masing-masing daerah untuk dijadikan program unggulan dalam pembangunan.

Rakorda Tahun 2016 dilaksanakan guna terjalinnya koordinasi sebagai salah satu

jawaban akselerasi percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Sekarang sudah berjalan dua tahun sejak mandat

konstitusional diberikan kepada Kemendes dalam upaya

untuk mengentaskan daerah tertinggal. Dari target 80 daerah

tertinggal yang harus terentaskan sesuai dengan amanah RPJMN 2015-2019, tersisa 45 daerah

untuk dientaskan sampaidengan tahun 2019.

““

Page 20: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201620

Preferensi program berdasarkan potensi unggulan daerah diharap-kan agar tidak terjadi generalisa-si program pembangunan untuk masing-masing daerah. Di sini perlu adanya spesialisasi program pemba-ngunan berdasarkan potensi daerah yang ada di masing-masing daerah. Pendekatan spesialisasi program, jika dilakukan secara efisien, efektif dan akurat, diharapkan dapat mencapai hasil optimal.

Rakorda Tahun 2016 dilaksanakan sebagai upaya sinergisasi program, kegiatan dan anggaran antar pe-mangku kepentingan, baik di ting-kat pusat maupun daerah dan juga untuk menampung aspirasi-aspirasi dan masukan dari setiap daerah guna mewujudkan cita-cita nasional dalam pembangunan daerah tertinggal yang sinergis.

Melalui forum yang strategis ini di-harapkan terciptanya kesepahaman antara Pemerintah Pusat dan Pe-merintah Daerah serta pihak swasta dalam melaksanakan kebijakan dan

strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal tahun 2015-2019 dan juga memperoleh terobosan dan strategi identifikasi dan perencanaan pembangunan daerah tertinggal.

Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ke-menterian Perhubungan, dan lainnya.Pembangunan daerah tertinggal han-ya akan berhasil dari niatan bersih dan kuat dari Pemerintah Pusat dan Pe-merintah daerah untuk bersama-sa-ma mewujudkannya.

Kegiatan Unggulan Kemendesa PDTT Tahun 2017

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi diberikan mandat untuk mengawal Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan perwujudan Nawac-ita ke-3, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daer-ah-daerah dan desa dalam kerang-ka Negara Kesatuan dengan ruang lingkup meliputi 122 daerah tertinggal, 74.954 desa, 41 kawasan perbatasan, 619 kawasan transmigrasi, 67 pulau terkecil dan terluar, 57 kabupaten rawan pangan, 75 kabupaten rawan bencana, 187 kecamatan terluar, 58 kabupaten rawan konflik dan 277 ka-wasan perdesaan.

Dalam upaya mengentaskan daerah tertinggal diperlukan kerjasama dan dukungan dari Kementerian/Lemba-ga terkait, oleh karena itu selain me-ngundang perwakilan dari 122 daerah tertinggal, acara Rakorda juga turut di hadiri oleh Bappenas, Kementeri-an Koordinator Pembangunan Ma-nusia dan Kebudayaan, Kementerian

Perlu adanya spesialisasi program pembangunan

berdasarkan potensi daerah. Pendekatan spesialisasi program,

jika dilakukan secara efisien, efektif dan akurat, diharapkan dapat mencapai hasil optimal.

Page 21: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 21

Untuk tahun 2017, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sudah menyusun kegiatan unggulan untuk diterapkan daerah tertinggal, meliputi percepatan pem-bangunan desa melalui pemanfaatan teknologi informasi komunikasi, BUM-Des, agriculture estate, one village one product, investasi dikawasan perdesaaan dan perbatasan, aquacul-ture estate, produk unggulan daerah dan kota terpadu mandiri.

Untuk mendukung kegiatan diatas diperlukan kerjasama lintas Kemen-terian/Lembaga. Menurut Kepala Biro Perencanaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Drs. Syamsul Widodo, MA, upaya percepatan pembangu-nan daerah tertinggal sulit mencapai sesuai yang ditargetkan dalam RP-JMN 2015-2019 jika hanya bertumpu pada Kementerian Desa, Pembangu-nan Daerah Tertinggal dan Transmi-grasi saja, diperlukan kerjasama dan dukungan lintas Kementerian/Lemba-ga, Pemda, BUMN, BUMD, masyarakat dan pihak swasta dalam upaya

pengentasan daerah tertinggal.

Hal tersebut sesuai dengan Peratur-an Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pemban-

tahun 2017, dilakukan koordinasi dan dukungan stakeholders terkait melalui penyediaan bahan baku dan sarana prasarana produksi; peningkatan kap-asitas nelayan/petani/pelaku usaha mikro dan ekonomi kreatif; pengola-han pasca panen dan home industry; bantuan permodalan dan pemberian fasilitas kredit usaha ekonomi produk-tif/UMKM; promosi, kemitraan usaha, pemasaran dan kerjasama antar daer-ah; dan perijinan usaha dan pengua-tan kelembagaan usaha.

Total alokasi anggaran 14 Kementerian/Lembaga yang memiliki kegiatan di 122 daerah tertinggal tahun 2017 sebesar 4 triliun rupiah, turun dari tahun sebel-umnya yang mencapai 7,2 triliun rupi-ah. Walaupun mengalami penurunan hal tersebut tidak akan menurunkan semangat untuk mengentakan daer-ah tertinggal. Hal utama yang harus dibangun dalam membangun desa adalah rasa optimisme masyarakat dan seluruh stakeholder bangsa. Rasa optimisme bersama menjadi kunci agar pembangunan daerah tertinggal dapat segera terselesaikan.

gunan Daerah Tertinggal dan Trans-migrasi, yang salah satu tugas dan fungsinya adalah sebagai koordinator dalam hal pembangunan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.

Khusus dalam pengembangan produk unggulan daerah yang tercantum da-lam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Diperlukan kerjasama dan dukungan lintas Kementerian/

Lembaga, Pemda, BUMN,BUMD, masyarakat dan pihak

swasta dalam upaya pengentasan daerah tertinggal.

Page 22: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201622

Tindak Lanjut Rakorda PPDT

Pada Rapat Koordinasi Daerah (Ra-korda) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2016, dilaku-kan sidang kelompok yang dibagi se-suai wilayah pulau besar dalam RP-JMN 2015-2019 dan STRANAS PPDT 2015-2019. Hal ini bertujuan untuk melakukan verifikasi terhadap rumu-san masalah utama ketertinggalan berdasarkan wilayah; menyamakan data dasar dan data kebutuhan yang digunakan sebagai acuan kebutuhan pembangunan per bidang; merumus-kan hambatan dalam pembangunan daerah tertinggal per wilayah; dan mewujudkan interkoneksi pembangu-nan antar kawasan strategis di daerah tertinggal dengan daerah tertinggal lainnya dalam satu sistem kewilayah-an yang tertintegrasi.

Setelah pelaksanaan Rakorda dihara-pkan tindak lanjut dari Pemerintah Daerah baik Kabupaten atau Provinsi untuk melakukan updating RAD PPDT 2018 sebagai bahan input RAN PPDT

2018 dan input RKP 2018; mening-katkan kualitas usulan kegiatan yang akan dibahas melalui e-musrenbang-nas/SIMU dan usulan kegiatan yang didanai melalui DAK yang merepre-sentasikan kebutuhan priroitas ses-uai penyebab ketertinggalan utama di daerah tertinggal; mengidentifika-si hambatan dalam pemenuhan ke-butuhan per aspek ketertinggalan di daerah tertinggal; menyelaraskan pe-rencanaan pembangunan dan men-goordinasikan kegiatan pembangu-nan di daerah tertinggal di wilayahnya melalui penyusunan RAD PPDT; dan memberikan rekomendasi terhadap usulan kegiatan yang didanai oleh pe-merintah pusat dan oleh DAK.

Kemudian, Kementerian Desa, Pem-bangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi akan menyusun Rancan-gan awal RAN PPDT per wilayah pulau besar untuk menjadi masukan dalam RKP 2018 dan mengevaluasi pelaksa-naan STRANAS PPDT 2015-2019. Se-lain itu Kemendesa PDTT juga akan berkoordinasi secara intensif dengan

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam pengusulan e-musrenbangnas dan proposal DAK yang sesuai den-gan prioritas ketertinggalan di daer-ah. Direktorat Jenderal PDT juga akan melakukan rangkaian forum teknis bersama mitra Kementerian/Lem-baga terkait sesuai bidangnya untuk mengawal afirmasi terhadap daerah tertinggal dan memfasilitasi penyele-saian hambatan pembangunan.

Bappenas sebagai lembaga yang mempunyai tugas di bidang peren-canaan pembangunan nasional akan menyusun RKP 2018 sesuai kebu-tuhan dari daerah (rancangan RAN PPDT 2018) dan melakukan koordi-nasi intensif lintas sektor dalam peny-usunan RKP 2018 melalui serangkaian forum Multialteral, Bilateral, Trilateral dan Musrenbangnas. RAN PPDT 2018 diharapkan menjadi masukan dalam Rakernis/Ratek/Konreg yang dilaku-kan oleh Kementerian/Lembaga ter-kait untuk mengalokasikan kegiatan sesuai dengan kebutuhan daerah ter-tinggal. ■

Kepala Biro Perencanaan Kemendes PDTT, Samsul Widodo saat berdiskusi dengan narasumber pada Rapat Koordinasi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun Anggaran 2016 di Hotel Bidakara, Jakarta.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 23: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 23

Rumusan Hasil dan Rekomendasi Rakorda

Pada hari ini, telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Daerah 2016 dalam rangka Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal selama 3 Hari (17-19 November 2016) yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan dihadiri oleh para Pejabat Tinggi Madya dan Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Per-wakilan Kementerian/Lembaga terkait diantaranya Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dann Kebudayaan, Bappenas, Direk-torat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, para Kepala Bappeda Provinsi dan Kepala Bappeda 122 Kabupaten Daerah Tertinggal, serta Narasumber dari Bappenas, Narasumber dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan.

Pembangunan daerah tertinggal diartikan sebagai upaya keberpihakan kepada daerah yang berstatus tertinggal dengan cara bekerja ber-sama-sama antara pihak Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga terkait), Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, pihak swasta, akademisi dan masyarakat dalam membangun daerah. Tidak akan tercapai tujuan dimaksud apabila semua pihak bekerja sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi.

Berikut rumusan hasil Rapat Koordinasi Daerah 2016 dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal :

1. Dokumen Stranas, Strada dan RAN harus segera memiliki payung hukum agar menjadi acuan bagi Kementeian/Lembaga terkait dan stakeholders lainnya dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal.

2. Target 80 Kabupaten daerah tertinggal yang harus terentaskan sampai dengan tahun 2019 menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan yang dilakukan secara gotong royong dan terintegrasi.

3. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi terus mendorong agar Kementerian Keuangan dan Bappenas untuk tahun 2018 dan 2019 melakukan afirmasi pembangunan terhadap daerah-daerah tertinggal melalui pengalokasian Dana Alokasi Khusus dan Dana Transfer Daerah lainnya.

4. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mengharapkan kepada Pemerintah Daerah untuk dapat melakukan sinkronisasi penggunaan dana desa dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal.

5. Matriks kebutuhan Stranas akan menjadi bahan kick off dalam menyusun program kegiatan Kementerian/Lembaga terkait sampai kepada penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018.

6. Rumusan beberapa Desk :a. Desk 1 Sumatera dan Jawa :Hasil usulan yang sudah dipersiapkan dari daerah sesuai dengan format yang telah diberikan oleh Panitia Rakorda tetap diterima, akan tetapi untuk data susulan yang lebih detail mencakup bentuk kegiatan, volume dan lokus sampai ke tingkat kecamatan/desa harus segera dilengkapi sebelum digelarnya Musrenbangnas.b. Desk 2 Sulawesi :Potensi yang dapat dikembangkan untuk wilayah Sulawesi adalah di bidang pertanian, perikanan dan perkebunan. Permasalah utama dalam mengembangkan produk ungulan terdapat pada faktor SDM dan infrastruktur dasar. Harapannya Kementerian Desa, Pem-bangunan Daerah Tertinggan dan Transmigrasi dapat melakukan peran dan fungsi koordinasi dan fasilitasi kepada Kementerian/Lemabaga terkait guna menyelesaikan persoalan tersebut.c. Desk 3 Maluku dan Maluku Utara :Permasalahan daerah tertinggal yang ada di provinsi Maluku dan Maluku Utara pada dasarnya terletak pada infrastruktur jalan, bidang kesehatan dan pendidikan. Potensi unggulan di Maluku dan Maluku Utara adalah hasil perikanan tangkap dan rumput laut. Namun pengolahan hasil ikan belum optimal karena belum tersedianya infrastruktur pendukung. Bappeda berharap program kegiatan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggan dan Transmigrasi bersama Kementerian/Lembaga terkait tidak hanya fokus pada pembangunan di kawasan Morotai dan Maluku Tenggara Barat saja, tetapi merata diseluruh Kabupaten yang ada di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara.d. Desk 4 Nusa Tenggara dan Kalimantan :Permasalahan umum yang terjadi di wilayah Nusa Tenggara dan Kalimantan antara lain terkait dengan sulitnya pemasaran pro-duk-produk pertanian, peningkatan nilai tambah yang belum optimal, dan tidak adanya jaminan pasar yang lebih luas atas pro-duk-produk pertanian. Oleh karena itu, diperlukan peran Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggan dan Transmigrasi untuk melakukan fungsi koordinasi dan fasilitasi kepada Kementerian/Lembaga terkait untuk mengatasi permasalahan tersebute. Desk 5 Papua dan Papua Barat :Setiap daerah memiliki masalah yang sama yaitu masalah infrastruktur dasar meliputi masalah aksesibilitas serta ekonomi dan SDM, oleh karena itu Pemerintah Kabupaten berharap adanya intervensi kebijakan afirmatif dari Pemerintah Pusat berupa bantuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk unggulan.

Tim Perumus : Ir. Razali, M.Si, Ir. Nyelong Inga Simon, Abdul Wahid, SH, M.Si , Drs. Priyono, MSc, Drs. Muhammad Nur, MM, Noviar Luthfi, Dipl, ATP, Sumarwoto, S.Sos

Page 24: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201624

Pada tahun 2017, kebijakan dan alokasi transfer ke daerah akan mengalami kenaikan dengan meningkatkan anggaran transfer ke daerah dan dana desa lebih besar dari anggaran Kementerian/Lembaga untuk memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan implementasi cita ketiga nawacita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat pembangunan daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Kebijakan Dana Alokasi Khususdi Daerah Tertinggal

Page 25: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 25

Seorang anak mengisi jerigen di bak penampungan air bersih di Kabupaten Belu, Nusa tenggara Timur. Masyarakat di daerah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air minum sesuai ketentuan, yakni dalam sehari sebanyak 30 liter per orang.

M enurut Direktur Dana Per-imbangan Kementerian Keuangan, Rujiko, SE, MM,

pemerintah juga akan memperbaiki pengalokasian dana transfer khusus untuk meningkatkan pelayanan dasar publik dan pencapaian prioritas nasi-onal melalui pengalokasian Dana Alo-kasi Khusus (DAK) Fisik berdasarkan usulan daerah; pengalokasian DAK

Kemudian prinsip percepatan penye-diaan infrastruktur di daerah. Pen-galokasian DAK diprioritaskan untuk mempercepat pembangunan infras-truktur di daerah yang terkait dengan pelayanan dasar untuk pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan pengembangan industri, perda-gangan, pariwisata dan sektor pere-konomian lainnya.

Kemudian prinsip sinkoronisasi pen-danaan pembangunan daerah. Usulan kegiatan harus disinkronisasikan an-tara bidang yang satu dengan bidang yang lainnya, kemudian sinkronisasi antara daerah yang satu dengan daer-ah lainnya termasuk antara kabupat-en/kota dengan provinsi.

Prinsip yang terakhir adalah prinsip pengalokasian DAK berbasis kiner-ja penyerapan, maksudnya adalah pengalokasian DAK harus memper-hitungkan tingkat penyerapan DAK tahun sebelumnya dengan tujuan agar daerah mempunyai komitmen untuk melaksanakan apa yang telah diusulkan dan daerah melaksanakan DAK sesuai dengan target output dan lokasi kegiatan serta batas waktu yang ditetapkan. ■

Ada tiga jenis kebijakan DAK Fisik tahun 2017, salah satunya

adalah DAK afirmasi yang bertujuan untuk mempercepat

penyediaan infrastruktur dan sarana/prasarana di

daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan transmigrasi.

“fisik afirmasi kepada daerah terting-gal, perbatasan, kepulauan dan trans-migrasi; dan pengalokasian DAK non-fisik untuk mendukung peningkatan pelayanan publik di daerah.

Ada tiga jenis kebijakan DAK Fisik ta-hun 2017, salah satunya adalah DAK afirmasi yang bertujuan untuk mem-percepat penyediaan infrastruktur dan sarana/prasarana di daerah ter-tinggal, perbatasan, kepulauan dan transmigrasi. DAK afirmasi ini diperun-tukkan untuk pembangunan peruma-han dan pemukiman, pembangunan infrastruktur jalan dan pembangunan puskesmas. Secara umum total alo-kasi DAK untuk 122 daerah tertinggal pada tahun 2017 sebesar 14 triliun ru-piah dari total alokasi nasional sebe-sar 58 triliun rupiah.

Selain DAK afirmasi, ada juga DAK regular yang digunakan untuk mem-bantu pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dalam pelayanan publik dan untuk mendukung kegia-tan perekonomian daerah, serta DAK penugasan yang diperuntukkan se-bagai usaha pencapaian sasaran pri-oritas nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), serta DAK penu-gasan yang digunakan untuk penca-paian sasaran prioritas nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Dalam pengalokasian DAK Fisik digu-nakan prinsip pembangunan berke-lanjutan, yang artinya usulan kegiatan harus menjadi kewenangan daerah, usulan kegiatan harus bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Me-nengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang telah disinkronisasi dengan pri-oritas nasional dan kegiatannya harus menghasilkan output yang berman-faat langsung bagi masyarakat.

Page 26: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201626

FUpaya MengatasiKesenjangan Wilayah

aktor utama yang memicu terjadinya ketimpangan pembangunan wilayah an-

tara lain perbedaan kandungan sum-ber daya alam. Penyebab utama yang mendorong timbulnya ketimpangan pembangunan antar daerah adalah adanya perbedaan yang sangat be-sar dalam kandungan sumber daya alam pada masing-masing daerah. Sebagiamana diketahui bahwa perbe-daan kandungan sumber daya alam ini di Indonesia ternyata cukup besar. Ada daerah yang mempunyai minyak dan gas alam, tetapi daerah lain tidak mempunyai. Ada daerah yang mem-punyai deposit batubara yang cukup besar, tapi daerah lain tidak ada. De-mikian pula halnya dengan tingkat kesuburan lahan yang juga sangat bervariasi sehingga mempengaruhi upaya untuk mendorong pembangu-nan pertanian pada masing-masing daerah.

Faktor yang kedua adalah perbedaan kondisi demografis. Faktor lainnya yang dapat mendorong terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah apabila terdapat per-bedaan kondisi demografis yang cukup besar antar daerah. Kondisi demografis yang dimaksudkan dis-ini meliputi perbedaan tingkat per-tumbuhan dan struktur kependudu-kan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan da-lam tingkah laku dan kebiasaan ser-ta etos kerja yang dimliki masyarakat daerah bersangkutan.

Faktor yang ketiga adalah kurang lan-carnya mobilitas barang dan jasa. Ku-rang lancarnya mobilitas barang dan jasa dapat pula mendorong terjadinya peningkatan ketimpangan pemban-gunan antar wilayah. Mobilitas barang dan jasa ini meliputi kegiatan perda-gangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmi-grasi) atau migrsi spontan. Alasannya

Ketimpangan pembangunan antar daerah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada masing-masing daerah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan jika pada setiap daerah biasanya terdapat daerah maju dan daerah tertinggal. Terjadinya ketimpangan antar daerah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar daerah

Sebuah jembatan perbatasan di Desa Temajuk, Kalimantan Barat yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia.

FOTO: ISTIMEWA

Page 27: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 27

adalah karena bila mobillitas tersebut kurang lancar maka kelebihan pro-duksi atau daerah tidak dapat dijual ke daerah lain yang membutuhkan. Demikian pula halnya dengan migra-si yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat membutuhkan. Aki-batnya, ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang membutuhkan, sehingga daer-ah tertinggal sulit mendorong proses pembangunannya.

Faktor yang keempat adalah konsen-trasi kegiatan ekonomi daerah. Ter-jadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi pada wilayah ter-tentu jelas akan mempengaruhi ketim-pangan pembangunan antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat pada daerah dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan mas-yarakat. Demikian pula sebaliknya apabila konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu daerah relatif rendah yang

selanjutnya juga mendorong terjadi pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat setempat.

Faktor terakhir yang memicu terjad-inya ketimpangan antar wilayah ada-lah alokasi dana pembangunan antar daerah. Tidak dapat dipungkiri bahwa investasi merupakan salah satu yang sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena itu, daerah yang dapat alokasi investa-si yang lebih besar dari pemerintah, atau dapat menarik lebih banyak in-vestasi swasta akan cenderung mem-punyai tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula mendorong

proses pembangunan daerah melalui penyediaan lapangan kerja yang lebih banyak dan tingkat pendapatan per-kapita yang lebih tinggi.

Salah satu upaya negara untuk men-gurangi ketimpangan antar wilayah tentunya melalui pemerataan pemba-ngunan pada daerah-daerah. Pemba-ngunan regional merupakan bagian integral dalam pembangunan nasion-al. Dengan demikian diharapkan hasil pembangunan akan dapat terdistribu-si dan teralokasi ke tingkat regional. Dalam mencapai keseimbangan pem-bangunan antar wilayah, terutama da-lam pembangunan ekonomi, dibutuh-kan beberapa kebijakan dan program pembangunan daerah yang mengacu pada kebijakan regionalisasi atau per-wilayahan.

Kebijakan dan upaya untuk menang-gulangi ketimpangan pembangunan daerah sangat ditentukan oleh faktor yang menentukan terjadinya ketimpa-ngan tersebut. Kebijakan yang dimak-sudkan disini adalah merupakan up-aya pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang dapat dilakukan dalam rangka penanggulangan ketimpangan pembangunan antar daerah wilayah.

Ketidaklancaran proses perdagangan dan mobilitas faktor produksi antar daerah juga turut mendorong terjad-inya ketimpangan wilayah tersebut. Karena itu, kebijakan dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan tersebut adalah dengan mempelancar mobilitas barang dan faktor produksi antar daerah. Upaya utuk mendorong kelancaran mobil-itas barang dan faktor produksi an-tar daerah dapat dilakukan melalui penyebaran pembangunan prasarana dan sarana perhubungan keseluruh pelosok daerah. Prasarana perhubun-gan yang dimaksudkan disini adalah fasilitas jalan, bandara, terminal dan pelabuhan laut guna mendorong proses perdagangan antar daerah. ■

Salah satu upaya negarauntuk mengurangi ketimpangan antar wilayah tentunya melalui

pemerataan pembangunanpada daerah-daerah.

Pembangunan regional merupakan bagian integral

dalam pembangunan nasional.

““

Salah satu sudut perkampungan di perbukitan Laktutus, Desa Fohoeka, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Republik Demokratik Timor Leste.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 28: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201628

E ko menuturkan gerakan satu desa satu produk unggulan bertujuan mendorong desa

agar lebih fokus dalam mengem-bangkan potensi daerah masing-mas-ing demi kesejahteraan seluruh mas-yarakat. Dia mencontohkan, jika ada desa yang memiliki potensi pertani-an namun masih terkendala masalah pupuk atau saluran irigasi, maka Ke-menterian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum yang akan member-ikan bantuan.

“Alhamdulillah semua menteri seka-rang sudah kompak. Jadi nggak ada lagi kritik-kritikan antar-menteri di televisi. Yang ada nanti saling memu-ji dan memeluk,” kata Eko disambut gelak tawa dan tepuk tangan pulu-han perangkat desa yang memenuhi Pendapa Dewa Emas, Desa Kemasan.Dalam pidatonya, Eko meminta agar dana desa yang anggarannya akan terus ditambah tiap tahun dimanfaat-kan secara maksimal untuk pember-dayaan ekonomi masyarakat. Salah satu caranya dengan membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang akan mengelola sejumlah unit

KERJA NYATA

usaha sesuai potensi yang ada. Di se-jumlah daerah justru telah dibentuk Badan Usaha Antar-Desa sehingga permodalannya lebih kuat.

“Kalau bisa BUMDes juga membikin micro financing (layanan keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah) atau UPK (Unit Pengelola Ke-giatan),” kata Eko.

Eko mengaku sudah mendapat komit-men dari Menteri BUMN agar semua bank BUMN membantu unit pengelo-laan kegiatan (UPK) di BUMDes. “Ma-sih banyak bank BUMN yang kesulitan menyalurkan Kredit Usaha Rakyat, di sisi lain, masyarakat juga masih kesu-

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan pemerintah akan segera meluncurkan program gerakan satu desa satu produk unggulan. “Ini bukan gerakan Kementerian Desa saja, tapi akan menjadi gerakan nasional yang didukung seluruh kementerian,” kata Eko saat berkunjung ke Desa Kemasan, Kecamatan Sawit, Kabupaten Klaten, Selasa, 30 Agustus 2016.

Eko Putro: Gerakan Satu DesaSatu Unggulan, Menteri Kompak

desa untuk melindungi hasil petani agar tidak didominasi tengkulak. La-hannya sudah ada, tapi dana pem-bangunan dan operasionalnya belum mencukupi,” kata Joko dalam sesi dia-log dengan Eko.

Menanggapi hal itu, Eko mengatakan BUMDes di desa yang memiliki po-tensi pertanian cukup besar juga bisa membuat unit usaha lumbung desa atau unit usaha pengelolaan pas-ca-panen. “Dananya nanti sebagian bisa meminjam dari bank. Karena sa-rana pasca-panen jauh, pemrosesan jadi lambat sehingga kualitas produk menurun, harga jatuh. Ini jadi masu-kan yang akan kami bawa,” kata Eko. ■

litan mengakses KUR. UPK bisa men-jembatani missing link itu,” kata Eko.

Kepala Desa Tlawong, Kecamatan Sawit, Boyolali, Joko Tri, mengatakan desanya memiliki potensi pertanian yang cukup besar lantaran mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. “Kami berencana membuat lumbung

Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo saat mengunjungi Desa Kemasan, Kecamatan Sawit, Kabupaten Klaten.

FOTO: ISTIMEWA

Page 29: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 29

Peningkatan Perekonomiandi Daerah Tertinggal

D alam Rencana Pembangu-nan Jangka Menengah Na-sioanl (RPJMN) 2015-2019,

Kemendesa PDTT menargetkan pal-ing sedikitnya mengentaskan 80 ka-bupaten tertinggal atau 18 kabupat-en tertinggal untuk setiap tahunnya dari 122 Kabupaten Tertinggal yang ada saat ini, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 seb-aran kabupaten tertinggal menurut wilayah diantaranya untuk wilayah Sumatera terdapat 11 kabupaten, Jawa sebanyak 5 kabupaten, Kalimantan ada 12 kabupaten, Sulawesi seban-yak 18 kabupaten, Nusa Tenggara ter-dapat 25 kabupaten, Maluku sebanyak 25 kabupaten dan Papua sebanyak 33 kabupaten. Sampai saat ini sudah 17 kabupaten lepas dari daerah terting-gal. Dan 50 kabupaten lainnya berpo-tensi lepaskan dari ketertingalan.

“Perlu upaya kerjasama dari semua pihak, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, dengan adanya keberpi-hakan kepada daerah tertinggal, seti-daknya pada tiga bidang yaitu bidang perencanaan, bidang penganggaran dan bidang pelaksanaan, diharap-kan daerah tertinggal akan lepas dari ketertinggalan,” ujar Singgih Wiranto, Dirjen Pembangunan Daerah Terting-gal pada saat pembukaan Rakorda Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2016 di Jakarta, Ka-mis malam (17/11).

Menurutnya perkembangan terhadap daerah tertinggal saat ini semakin meningkat, “Dulu daerah tertinggal ti-dak dijadikan dasar perhitungan DAU dan DAK, sejak 2013 daerah tertinggal

sudah masuk indikator kewilayahan dalam DAU/DAK”.

Lanjutnya, yang masih diperlukan daerah tertinggal, pertama, dalam bidang penganggaran, intervensi dari Kementerian/Lembaga terkait yang belum merata, untuk itu mengajak Kementerian/Lembaga terkait un-tuk lebih intervensi daerah tertinggal. Dalam bidang perencanaan, di daer-ah tertinggal sudah ada rencana aksi untuk mengupayakan adanya sinergi-tas antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten untuk mengentaskan daerah tertinggal.

Berdasarkan review tahun ke dua, su-dah ada kenaikan tidak hanya 17 ka-bupaten tertinggal, hal tersebut diaki-batkan adanya kontribusi dana desa. “Dana desa bisa meningkatkan pem-bangunan di desa dan peningkatan kualitas di kabupaten,” ujarnya.

Perekonomian masyarakat merupa-kan salah satu indikator dalam pe-

nentuan daerah tertinggal, salah satu bentuk intervensi kebijakan yang dilakukan oleh Kemendesa PDTT untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal ada-lah dengan mengembangkan produk unggulan di daerah tertinggal.

“Produk unggulan tersebut kami harap-kan dapat dijalankan oleh BUMDes dan BUMDes Bersama di setiap kabupaten tertinggal, sehingga dengan pengem-bangan produk unggulan di daerah tertinggal dapat meningkatnya pere-konomian masyarakat di suatu wilayah dan diharapkan mampu menciptakan multiplier effect bagi indikator lain di daerah tertinggal,” tutupnya.

Pengembangan produk unggulan daerah merupakan upaya untuk me-nemukan leverage (daya ungkit) se-bagai syarat berjalannya akselerasi pembangunan ekonomi daerah yang bertumpu pada ketepatan strate-gi dan pendekatan pembangunan wilayah secara terpadu. ■

Keseriusan Kemendesa PDTT dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal makin digenjot dengan peningkatan

perekonomian daerah melalui pengembangan produk unggulan.

Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2016, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, 17-19 November 2016.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 30: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201630

T erkait hal tersebut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

(Mendes PDTT), Eko Sandjojo men-gatakan, ada banyak peluang kerjasa-ma dan sinergi yang bisa dilakukan antara BUMDes dengan badan-badan usaha besar lain, seperti BUMN dan perusahaan swasta. Ia juga menegas-kan, bahwa tak ada satupun lembaga ekonomi maupun koperasi yang ber-tentangan dengan BUMDes.

“Semuanya saling melengkapi untuk menggerakkan ekonomi desa. BUMDes dapat bekerjasama dengan koperasi atau membentuk unit usaha koperasi sebagai bagian dari unit usaha yang dikelola BUMDes,” ujar Menteri Eko.

Menurutnya, keuntungan BUMDes hadir sebagai misi ekonomi dan sosial. BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten misalnya, yang telah berhasil meraih omzet Rp8,2 Miliar per tahun.“BUMDes Ponggok selain memiliki misi untuk meningkatkan pemasukan APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa), juga menyimpan misi

40 BUMDes Raih Omzet Ratusan Juta Hingga Rp8 Miliar Per Tahun

sosial untuk membantu warga miskin, jompo, yatim piatu, dan beasiswa un-tuk mahasiswa dari desa setempat,” ungkapnya.

Menteri Eko melanjutkan, untuk memperkuat kelembagaan dan per-an BUMDes dalam menggerakkan ekonomi desa, Kemendes PDTT tel-ah bekerjasama dengan Kementerian BUMN untuk mengembangkan Hold-ing BUMDes. Tujuannya adalah untuk mengkonsolidasikan aset BUMDes, meningkatkan pengawasan, men-dukung penguatan manajemen dan kelembagaan BUMDes melalui dukun-gan teknis, fasilitasi permodalan dan jaringan kerjasama.

Untuk itu Kemendes PDTT meng-gelar Rembuk Desa Nasional di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta (07/11). Ke-giatan tersebut digelar, dalam upaya memajukan ekonomi dan pemerataan di desa-desa, Kemendes PDTT sema-kin serius mendorong lahirnya BUM-Des-BUMDes baru. Dalam rembuk desa nasional tersebut, juga diberikan apresiasi terhadap BUMDes terbaik.Adapun peghargaan terhadap BUM-

Des terbaik sesuai kategori tersebut di antaranya, kategori kreatif BUMDes Karya Jaya Abadi (Kalimantan Ten-gah). Kategori Berkembang BUMDes Mandiri Bersatu (Lampung), BUMDes Mandala Giri Amertha (Bali). Kategori Trendy BUMDes Tirta Mandiri Pong-gok (Jawa Tengah). Kategori Eco Ag-riculture BUMDes Amanah (Kaliman-tan Timur). Kategori Inovatif BUMDes Lentera (NTB), BUMDes Aneotob (NTT), BUMDes Mandiri (Sumatera Utara). Kategori Partisipatif BUMDes Blang Krueng (Aceh), BUMDes Mat-tiro Bulu (Sulawesi Selatan).

Selanjutnya Kategori Rintisan Handy-craft Kerajinan Desain, BUMDes Tam-mangalle Bisa (Sulawesi Barat). Kat-egori Rintisan Berkembang BUMDes Tunas Jaya Sasak (Sumatera Barat), BUMDes Karya Usaha (Bengkulu), BUMDes Cahaya Makmur (Sulawe-si Tengah). Kategori Rintisan Tour-ism Natural BUMDes Andal Berdikari (Bangka Belitung). Kategori Rintisan Eco-Agriculture BUMDes Maju Mak-mur (Jawa Timur). Kategori Rintisan Partisipatif BUMDes Bebedahan Ber-kah (Banten). ■

Jumlah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menanjak

tajam dari 1.022 unit pada Tahun 2015 lalu, menjadi

12.848 unit tahun ini. Sedikitnya ada 40 di antaranya

bahkan mampu meraih omzet antara Rp 300 Juta hingga Rp

8 Miliar per tahun.Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo membuka acara Rembuk Desa Nasional di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.

FOTO: ISTIMEWA

Page 31: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 31

M enteri Koordinator Pemba-ngunan Manusia dan Kebu-dayaan (Menko PMK), Puan

Maharani mengatakan, peta jalan tersebut akan digunakan untuk me-metakan pengembangan desa tert-inggal di Indonesia secara lebih tepat dan matang.

Peta jalan tersebut disusun bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kemente-rian Keuangan, dan Kementerian Per-encanaan dan Pembangunan Nasion-al (PPN)/Bappenas.

“Dalam kesempatan ini juga kami su-dah menyepakati bahwa 2017 ada roadmap berdasarkan desa-desa untuk dikembangkan secara lebih baik dan matang,” ujar Puan usai ra-pat koordinasi tingkat menteri ter-kait Pelaksanaan Undang-undang Desa di Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (19/10/2016).

Menurut Puan, penyusunan peta jalan tersebut akan membantu pemerin-tah mendapatkan informasi kebutu-han desa untuk dapat menjadi desa mandiri.Bahkan, peta jalan ini diharapkan dapat mendorong desa membuat produk unggulan yang mampu menunjang ekonomi nasional.“Apa saja yang dibutuhkan bahkan sampai menuju pada one village one product. Apa yang bisa diambil atau dikembangkan dari satu provinsi atau kabupaten/kota melalui desa, sehing-ga bisa menunjang ekonomi secara nasional,” ujar Puan.

Selain itu, Puan juga mengatakan peta jalan tersebut akan dijadikan dasar pengembangan desa oleh 18 kemen-terian yang turut terlibat.

“Juga peta itu akan jadi pegangan oleh 18 kementerian lembaga untuk bisa mengembangkan daerah itu menja-di daerah yang ekonominya baik dan

masyarakatnya sejahtera,” ucap Puan.Puan menuturkan, surat keputusan bersama (SKB) empat menteri akan dibuat guna mendukung penyusunan roadmap tersebut. SKB tersebut akan melibatkan Menteri Desa PDDT, Men-teri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas.

“Ke depan kami menyepakati dibuat SKB empat menteri untuk bisa mem-buat satu target yang jelas dan baik sesuai dengan kewenangan menteri yang ada,” ucap Puan.

Sebagaimana tertuang dalam Ren-cana Pembangunan Jangka Menen-gah Nasional, pemerintah menarg-etkan pengembangan 5.000 desa tertinggal menjadi desa berkembang dan 2.000 desa berkembang menjadi desa mandiri.

Untuk mengimplementasikan hal tersebut, pada 2016 ini pemerintah tel-ah menyalurkan dana desa ke 74.954 desa. Penyaluran tersebut dilakukan dalam dua tahap, yakni pada bulan Maret 2016 dan Oktober 2016.

Setiap desa rata-rata mendapatkan Rp 1,15 miliar dari dana tersebut.

“Semua penyaluran sesuai dengan yang ditargetkan. Sesuai arahan Wakil Menteri Keuangan,” ucap Puan. ■

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan pada 2019 mendatang, 247 desa tertinggal di Jawa Tengah bisa diberdayakan menjadi desa mandiri. Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sri Puryono di Semarang, mengatakan 247 desa tertinggal itu dari dari 8.706 desa.

Pembangunan Desa Tertinggal Jateng Gunakan Sistem Informasi Geospasial

FOTO: POSKOTA

Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sri Puryono.

Page 32: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201632

S aat menjadi narasumber di-skusi terbatas ‘Membangun dari Pinggiran’, Gubernur

Irianto menilai warga di wilayah per-batasan kini mulai merasakan dampak pembangunan.

Menurut Irianto, dengan pembukaan wilayah perbatasan dengan pemban-gunan jalan, pemasangan tower tele-komunikasi di area blank spot, dan kebijakan satu harga BBM, kini warga sudah mulai merasa mendapat perha-tian pemerintah.

“Jika 3 hingga 5 tahun lalu di wilayah perbatasan Kalimantan Utara dan Malaysia warga di sana sangat bergantung kepada suplai bahan makanan dari Malaysia, bahkan untuk

transaksi sehari-hari mereka menggu-nakan ringgit Malaysia. Namun sejak Presiden Jokowi membangun wilayah perbatasan, kini sudah mulai berku-rang dan warga sudah bertransaksi dengan rupiah,” kata Irianto.

Irianto mengatakan, pihaknya telah mengusulkan armada tambahan untuk mendistribusikan BBM bersub-sidi di wilayah perbatasan lainnya di Kaltara. Saat ini, lanjut Irianto, daerah yang telah mendapatkan kiriman BBM bersubsidi di Long Bawan, Krayan Induk sebanyak 8.000 liter yang di-angkut melalui angkutan udara dan berlaku tarif nasional.

Irianto mengakui telah mengusulkan kepada Menteri BUMN agar menam-

bah empat lokasi pengiriman BBM bersubsidi yaitu Desa Long Layu, Long Apung, Lumbis, dan Sebuku. “Sehingga di Kaltara terdapat 5 titik pengisian bbm bersubsidi. Bahkan Ibu Menteri (BUMN) menegaskan agar itu harus terlaksana di awal tahun 2017,” jelasnya.

Hingga dua tahun kepemimpinan Jokowi-JK, berkat terobosan mem-bangun dari pinggiran dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia, wilayah tertinggal mengalami peningkatan 100 persen. Angka pertumbuhan ekonomi juga mengalami kenaikan yang bervariatif dan angka kemi-skinan mengalami penurunan hingga 92 persen. ■

Program NawacitaDirasakan Warga Perbatasan

Gubernur Kalimantan Utara, Dr. H. Irianto Lambrie mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo dengan

Kabinet Kerja nya dalam mewujudkan Nawacita.

Gubernur Kalimantan Utara, Dr. H. Irianto Lambrie bersama Ditjen PDTU, Suprayoga Hadi ketika menjadi narasumber diskusi terbatas ‘Membangun dari Pinggiran’ di Jakarta.

FOTO: ISTIMEWA

Page 33: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 33

Kementerian Desa BantuKapal Tangkap Ikan Di Biak

S ekretaris Badan Pember-dayaan Masyarakat Kam-pung, Setyo Budi MAP di

Biak mengatakan kapal penangkap ikan dari kementerian itu sedang da-lam perjalanan dari Makassar menuju Kabupaten Biak Numfor “Dijadwalkan beberapa hari ke depan kapal bantuan sudah tiba untuk dilakukan penyam-butan Pemkab Biak Numfor,” katanya.

Ia mengatakan bantuan kapal pen-angkap ikan akan dikelola Badan Us-aha Milik Desa dalam rangka meng-

gerakan perekonomian masyarakat kampung.

Adanya bantuan kapal penangkap ikan, kata Setyo Budi, diharapkan bisa membuka lapangan kerja bagi mas-yarakat kampung dalam mengelola potensi sumber daya alam laut Biak yang kaya dengan berbagai jenis ikan.“Perhatian besar pemerintah pusat dengan memberikan bantuan kapal penangkap ikan diharapkan bisa menopang sumber pendapatan war-ga,” katanya.

Dia berharap, setelah kapal pen-angkap ikan diserahterimakan di-harapkan langsung dioperasikan badan usaha milik desa sehingga dapat mensuplai kebutuhan ikan bagi masyarakat Biak dan seki-tarnya.

Berdasarkan data, bantuan kapal penangkap ikan dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Terting-gal dan Transmigrasi RI Tahun 2016 selain Biak Numfor juga Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. ■

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertingal dan Transmigrasi pada Tahun Anggaran 2016 membantu Kabupaten Biak Numfor, Papua, berupa satu kapal penangkap ikan.

ILUSTRASI: PIXABAY.COM

Page 34: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201634

Mungkin tak banyak dari kita yang sudah mengenal Kabupaten Sabu Raijua, kabupaten yang baru diresmikan keterbentukannya pada pertengahan tahun 2009. Berkunjung ke

Sabu Raijua, alam didominasi warna coklat daun-daun yang enggan untuk tetap menghijau. Kering, gersang dan tandus, tiga kalimat dengan makna yang sama sebagai gambaran panasnya alam Sabu Raijua ketika tim Jelajah Daerah Tertinggal berkunjung ke Sabu.

Sabu RaijuaMerangkai Asadi Tanah Tandus

JELAJAH POTENSI

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 35: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 35

S abu Raijua merupakan hasil pemekaran dari Kab. Kupang, Nusa Tenggara

Timur (NTT) dan merupakan wilayah pulau terluar yang menjadi be-randa Indonesia. Tanahnya yang tandus menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Dengan luas wilayah 46.084,50 Ha dengan jumlah penduduk 105.770 Jiwa yang tersebar pada 6 Kecamatan dan

58 Desa, membuat pemerintah daerah harus merancang program-program yang inovatif, untuk menciptakan lapangan pekerjaan agar masyarakat-nya tak lagi merantau.

Tiga program pokok yang mereka lakukan adalah percepatan pemban-gunan Ekonomi masyarakat, perce-patan pembangunan pendidikan, dan percepatan pembangunan kesehatan masyarakat dan program penunjang yaitu pembangunan infra struktur.

Secara geografis, Sabu Raijua merupakan bagian dari Kepulau-an Sabu yang terdiri dari Pulau Sabu, Raijua dan Dana. Menurut cerita tetua setempat, dahulunya terdapat satu lagi pulau yang ter-dapat di daerah ini yaitu Pulau Rai Kelara. Namun musibah air bah yang datang pada suatu ketika, menenggelamkan pulau bersama seluruh penduduknya. Karena itu, Pulau Kuelara dikenal sebagai pulau mitos.

Page 36: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201636

Dalam penuturan bahasa lokal, masyarakat Sabu menyebut tempat tinggal mereka dengan Rai Hawu. Sedangkan orang-orang yang me-netap didalamnya disebut sebagai Do Hawu. Hal ini dimungkinkan juga terkait dengan karakter linguistik lokal yang tak mengenal pelafalan huruf s, f dan v. Penyebutan Sabu juga sem-pat berganti menjadi “Savu” ketika datangnya bangsa Portugis dan Be-landa pada abad ke-17. Salah satu dari rombongan Eropa ini dipimpin oleh kapten James Cook dengan kapal

Endevour-nya yang mahsyur dikenal sebagai penemu benua Australia.

Sedikit bernostalgia, legenda menu-turkan, nenek moyang orang Sabu datang dari seberang yang disebut bou dakka ti dara dahi, agati kolo rai ahhu rai panr hu ude kolo robo. Kali-mat ini berarti orang yang datang dari laut di tempat yang jauh sekali. Cer-ita lain juga menyebut leluhur Sabu berasal dari India. Beberapa hal yang setidaknya bisa memperkuat hipote-sis kedua ini ialah ditemukannya kain

patola (kain adat peninggalan leluhur) yang bercorak khas India dan meng-gunakan benang emas dalam bentu-kan motifnya. Di beberapa kampung, sekarang kita juga masih bisa men-jumpai –walau sudah sangat longgar- pengelompokan masyarakat berdasar kasta, meski mereka bukan penganut Hindu.

Secara administratif, Pulau Sabu terbagi dua; barat dan timur. Sabu barat menaungi Seba, Mesara, Menia dan Pulau Raijua sedang di sisi timur

Seorang warga lokal mencari ikan menggunakan jala di Kabupaten Sabu Raijua.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 37: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 37GERBANG • SEPTEMBER 2016 37

terdapat Liae dan Dimu. Kondisi pulau relatif datar dan kering, sebab seperti halnya Sumba dan Rote, Sabu mer-upakan dataran non-vulkanik yang tidak memiliki gunung tinggi untuk menangkap hujan. Berjalan di gugu-san ini membawa kita seolah keluar dari mainstream-nya pulau besar uta-ma Indonesia yang cenderung ber-gunung dengan hamparan pohon hijau sejauh mata memandang.

Menurut penuturan Samuel Petrus Modok, hal ini pulalah yang menjadi sebab kontrasnya dampak perubahan musim pada kehidupan di pulau. Bu-lan April hingga November saat inten-sitas hujan sangat rendah, tanah akan sangat kering dan tandus sehingga penduduk sering menamakannya “musim lapar”. Sebagai konsumsi har-ian, orang Sabu mengandalkan minu-man dari fermentasi buah lontar dan memakan padi, kedelai, jagung serta sorghum yang mereka tanam pada musim hujan. Praktis hasil pertanian di Sabu tak banyak yang dijadikan komoditas dagang karena hal itu juga berarti mengurangi bekal pangan warga menghadapi masa panceklik.

Aktivitas perekonomian warga desa bergantung dari kegiatan beternak, menangkap ikan, mengolah rum-put laut, membuat kerajinan, ber-dagang serta memproduksi gula dari nira lontar. Menariknya, aktivitas ini tidak dilakukan secara terpisah. Seorang petani rumput laut sangat mungkin sekaligus juga berprofesi sebagai nelayan, peternak dan lain-nya. Saya mendapati warga melaku-kan usaha-usaha ini masih dengan cara yang sangat tradisional. Nelayan mengandalkan lukah, bubuh, jala, pu-kat dan pancing untuk menjerat ikan saat melaut. Begitupun yang terlihat pada kegiatan beternak, dimana he-wan peliharaan seperti kuda, kerbau dan kambing dibiarkan lepas tanpa kandang.

Sabu, Surga bagi Penyesap Eskapisme

Keunikan serta kekayaan Sabu tentu tak cukup digambarkan dalam narasi singkat ini. Ada banyak keotentikan lain yang baru terasa jika bersentuhan dan mengunjungi langsung daerahnya. Sabu barangkali bisa jadi alternatif

destinasi menarik bagi penyesap eskapisme, tipe pejalan khusus yang menyenangi kontemplasi mendalam, pencarian jati diri, atau menjalani rite de passage kehidupan. Pulau ini cocok bagi individu yang ingin berpindah sejenak ke latar sosial lain akibat mengalami kesemrawutan dan ke-hampaan dari ranah sosial yang jamak ditemukan dalam kehidupan perkotaan.

Sabu memang pulau terpencil yang minim fasilitas dan jauh dari hingar bingar modernitas. Tapi disanalah akan ditemui keteguhan mem-pertahankan warisan leluhur, serta ketangguhan melanjutkan hidup di tanah yang tak “subur permai”. Semo-ga asa berbuah ranum. ■

Salah satu rumah adat di komplek megalitik Kujiratu, Kabupaten Sabu Raijua.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Kondisi pulau relatif datar dan kering, sebab seperti

halnya Sumba dan Rote, Sabu merupakan dataran non-vulkanik yang tidak memiliki gunung tinggi

untuk menangkap hujan.

““

Page 38: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201638

Nikodemus Nithanel Rihi Heke baru saja tiba di Sabu dari perjalanan dinasnya ke Jakarta. Malam itu, rumahnya dipenuhi tamu yang tak lain adalah pegawai-pegawai dari pemerintahan Kabupaten Sabu Raijua ketika tim jelajah daerah tertinggal mendapat kesempatan mewawancarainya.

WAWANCARA

Nikodemus:Kenapa Harus Malu Jual Garam?

Nikodemus Nithanel Rihi HekeWakil Bupati Kab. Sabu Raijua

GERBANG • NOVEMBER 201638

FOTO

: LEN

SA N

TT

Page 39: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 39

R amah dan penuh kehangatan adalah kesan pertama saya ketika berbincang dengan-

nya di beranda rumah berarsitektur rumah panggung berdinding papan. Nikodemus dengan lugas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan. Jelas, beliau begitu mengua-sai data tentang daerahnya.

Berikut adalah kutipan wawancara kami dengan Nikodemus:

Apa produk unggulan yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintahan Sabu Raijua?

Itu salah satu produk unggulan kami di Sabu Raijua. Kenapa garam kita angkat sebagai produk unggulan? Yang pertama bahwa kita lihat kondi-si alam Sabu Raijua ini sangat kering, sangat panas. Kemudian kita lihat laut, bahwa laut kita ini sangat bagus, sangat jernih. Ada pertemuan dua arus be-sar, samudera Hindia dan samudera Pasifik. Ini sebenarnya potensi. Kalau di Jawa panas yang berkepanjangan itu mungkin disebut bencana, tetapi kalua di Nusa Tenggara Timur kita anggap itu sebagai suatu anugerah dan ini harus kita manfaatkan anugerah ini.

Oleh Karena itu kita temukan cara bagaimana air laut ini kita manfaat-kan dengan baik. Air laut itu tanpa harus kita beli, panas ini tanpa kita beli. Sekarang tergantung bagaimana masyarakat siap atau tidak. Disini kita mendorong masyarakat mari bersa-ma-sama kita melaksanakan program unggulan ini.

Kita tidak terbatas pada bagaimana kita membuat program ini kemudi-an mendapatkan produknya beru-pa garam, tetapi lebih dari pada itu adalah bagaimana kita menciptakan lapangan pekerjaan. Karena pencip-taan lapangan pekerjaan ini merupa-kan salah satu tugas dari pemerin-tah daerah. Jika lapangan pekerjaan ini bisa diciptakan maka ekonomi

masyarakat akan meningkat. Dengan demikian maka kesejahteraan bisa kita capai.

Kesejahteraan seperti apa yang bapak maksudkan?

Berbicara mengenai kesejahteraan itu ada beberapa hal yang harus diper-hatikan. Yang pertama kita harus penuhi kebutuhan pangan, kemudian sandang, kemudian papan, kemudian pendidikan, kesejahteraan, dan kea-manan.

Kita katakan bahwa ini merupakan sidik jari Tuhan yang kita dapat-kan, karena apa yang Tuhan buat itu baik bagi kita, termasuk panas yang berkepanjangan ini, sehingga kita tidak boleh mengeluh dengan panas ini. Disitulah setelah kita cari, kita temukan apa yang harus kita buat.

garam merupakan produk unggu-lan kami? Karena Indonesia sangat membutuhkan produksi garam. Sam-pai dengan saat ini Indonesia masih mengimpor garam, padahal membuat garam itu tidak sulit, padahal garam itu bisa kita buat di Indonesia. Kita kaya dengan laut, kita kaya dengan cuaca panas. Itu menjadi pertanyaan untuk pemerintah pusat.

Kenapa kita harus impor garam dari Australia atau negara lain? Karena kebutuhan garam sampai dengan saat ini menurut Bapak Presiden Joko Widodo sebanyak 4 juta ton per ta-hun. Tetapi kita hanya bisa memenuhi setengah dari kebutuhan tersebut. Akhirnya setengah kebutuhannya ha-rus kita impor. Kenapa tidak kita buat sendiri?

Menurut orang garam itu terlalu mu-rah. Kita jual garam disini dengan harga 550, padahal garam kita ga-ram super, tidak sama seperti daerah lain yang warnanya putih kecokelatan karena mungkin kualitas airnya dan kualitas tambaknya.

Pertanyaan bagi kita agar masyarakat tahu, kenapa negara Australia yang begitu kaya tetapi mereka masih menjual garam? Kenapa mereka ti-dak malu? Lalu kita Indonesia yang masih banyak terdapat daerah miskin kenapa harus malu jual garam? Oleh Karena itu kita minta kepada seluruh masyarakat mari kita sama-sama mendukung program ini.

Kita sudah merencanakan untuk membuka lahan baru sekitar 200 hek-tar. Saat ini yang sudah ada sekitar 100 hektar. Untuk tahun 2017 kita akan tambah lagi dengan 100 hektar. Kena-pa kita tambah? Untuk meningkatkan produksi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Dari 1 hektar itu kita bisa merekrut 8 sampai 10 orang tenaga kerja. Bayangkan jika kita membuka 100-200 hektar. Cita-cita kita itu lah-an garam di Sabu Raijua itu mencapai 2.000 hektar.

GERBANG • NOVEMBER 2016 39

Setelah kita mencoba dengan satu hektar, paling lambat kita bisa mendapatkan garam dalam waktu 10 hari. Dalam satu hektar kita bisa mendapatkan 45 ton garam selama satu bulan. Dalam satu bulan bisa 3 kali panen. Untuk pabyrik pengolah-annya, satu kali produksi itu paling sedikit 15 ton garam. Kami berpikir bahwa ini merupakan satu produksi yang cukup baik.

Kenapa memilih garam sebagai produk unggulan daerah?

Kenapa kita mengatakan bahwa

Sampai dengan saat ini Indonesia masih mengimpor garam, padahal

membuat garam itu tidak sulit, padahal garam itu bisa kita buat di Indonesia. Kita kaya dengan

laut, kita kaya dengan cuaca panas. Itu menjadi pertanyaan untuk

pemerintah pusat.

““

Page 40: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201640

Informasi yang kami terima, pemerintah daerah menjadi pengelola langsung dari hulu ke hilir. Menjadi pemodal, sekaligus penjual. Kenapa tidak diserahkan ke masyarakat dalam bentuk bantuan?

Kita lihat pertama terkait dengan kepemilikan tanah atau lahan. Lahan disini adalah lahan adat, bukan lahan perorangan. Jadi jika perorangan in-gin mengolah garam itu sedikit sulit. Oleh Karena itu pemerintah mencoba mengambil alih. Yang kedua bahwa masyarakat tidak mempunyai modal. Yang ketiga kita mengharapkan in-vestor, tetapi sampai dengan saat ini investor tidak berani masuk Karena berpikir bahwa daerah ini sangat jauh, daerah yang sangat terpencil.

Oleh karena itu pemerintah harus mengambil inisiatif untuk membuka lahan dan memberikan bantuan in-vestasi.

Bagaimana dengan angka kemiskinan di Sabu Raijua?

Kemiskinan yang ada kalau kita lihat secara teori itu ada tiga hal. Yang pertama kemiskinan struktural. Kemi-skinan struktural ini kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan. Jika kebi-jakan itu salah maka dia akan beraki-bat pada kemiskinan bagi masyarakat. Kemudian berikutnya adalah kemi-skinan kultural atau budaya. Kemi-skinan ini terjadi Karena budaya yang berkembang di wilayah ini, misalnya berpesta pora dan lain sebagainya, padahal kita sudah miskin. Kemudi-an Karena budaya malas. Malas ini adalah malas karena miskin. Keadaan kondisinya sudah demikian. Sabu Raijua kering, mereka melihat kondi-si ini menjadi malas bekerja, akhirnya memiskinkan diri.

Ini harus kita ubah, mereka harus kita dorong dengan berbagai macam cara. Memberikan motivasi kepada mereka, berdayakan mereka dengan berbagai macam cara. Pertama kita

mencoba memberdayakan mereka dibidang pertanian. Kita tahu bahwa Sabu Raijua ini kering sama sekali. Sudah sekian lama lahan yang sebe-narnya bisa digarap tetapi malah ti-dak tergarap, karena tanah itu sudah membatu. Oleh karena itu pemerintah berpikir mereka harus dibantu. Dan ternyata mereka masyarakat bisa ra-jin semua dan sekarang mereka sudah mulai bisa mandiri.

Kondisi kita sekarang ini pada saat musim panas tentu air kurang, teta-pi kita tidak bisa berdiam diri. Musim panas kita harus tetap bekerja. Masih ada sisa-sisa air yang Tuhan berikan kepada kita, apakah itu air hujan yang kita tampung, atau air-air yang ada di permukaan tanah, misalnya sumur dan sungai bawah tanah yang sudah kita temukan. Ini harus kita manfaat-kan. Kita tanam dengan berbagai macam tanaman yang dapat meng-hasilkan misalnya jagung, kacang dan sayur-sayuran.

Kemudian terkait dengan rumput laut, kami bertanya kepada para pembudidaya rumput laut, mereka mengeluhkan mengenai harga rumput laut yang sudah dipatok diharga 7 ribu padahal didaerah lain harganya sudah ada yang mencapai 12 ribu. Menurut bapak?

Pertama kita berangkat dari awal. Rumput laut yang ada di Sabu Raijua ini dalam rangka untuk mensejahter-akan masyarakat. Kita minta seluruh masyarakat bisa membudidayakan rumput laut. Budidaya rumput laut ini berawal dari sekitar tahun 80an, teta-pi kehidupan petani sampai dengan tahun 2010 itu biasa-biasa saja, tidak ada perkembangan dan peningkatan. Jadi mereka hidup hanya untuk makan saja. Mengapa demikian? Karena har-ga rumput laut ini dipermainkan.

Setelah kita masuk, kebetulan Bapak Bupati itu adalah salah satu volenter yang menangani rumput laut disi-ni pada saat beliau masih kuliah, jadi

beliau tahu keadaan disini. Dari situ kita lihat bahwa petani harus dijaga. Bayangkan mereka kerja setengah mati kemudian orang lain yang me-nikmati lebih banyak. Bisa saja harga rumput laut turun sampai 2 ribu.

Pada tahun 2015 harga rumput laut di Rote hanya 2 ribu, sementara di Sabu kita sudah tetapkan paling murah itu 6 ribu. Tetapi untuk memenuhi ke-butuhan mereka sehari-hari mereka harus jual rumput laut untuk mem-beli beras, mereka jual dengan harga 4 ribu. Artinya bahwa harga disini dengan tempat lain itu memang sen-gaja dibedakan. Kenapa di Rote itu harga rumput laut 2 ribu, berarti ada permainan.

Yang sekarang kita ingin jaga bagaimana harga rumput laut ini supaya stabil. Untuk itu kami menco-ba selain menjaga harga, tetapi juga bagaimana supaya bisa memberikan masukan bagi daerah, karena petani bekerja kita modali kemudian kita memberikan semangat kerja agar bisa memproduksi lebih tinggi. Den-gan produksi yang lebih tinggi ini kita mengharapkan mampu meningkat-kan ekonomi.

Kalau produksi sudah tinggi, maka menurut hukum ekonomi barang ban-yak harga turun. Kalau barang sedikit, harga naik. Hal tersebut tidak bisa ter-jadi disini, oleh karena itu pemerintah harus menjaga harga. Pemikiran yang dibuat oleh pemerintah yaitu pemer-intah harus membuat pabrik, supaya barang itu bisa masuk ke pabrik ter-lebih dahulu dengan harga yang sta-bil. Kalaupun ada permintaan untuk meningkatkan harga akan kami up-ayakan, tetapi tidak boleh turun dari harga standar itu.

Kalau kita tidak jaga seperti ini, walau-pun ditempat lain harga rumput laut 12 ribu, disini bisa jadi harga rumput laut sebesar 5 ribu bahkan 4 ribu, ter-lebih dengan alasan tempat ini yang jauh.

Page 41: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 41

Adapun tadi yang mereka katakan bahwa ditempat lain harganya 12 ribu, tetapi disini masih 7 ribu. Kita 7 ribu dari petani, tetapi dari pengumpul kemudian dia bawa ke pabrik har-ganya menjadi 8 ribu, jadi pengum-pul tetap ada keuntungan seribu. Bisa saja harga 12 ribu ditempat lain, tetapi tidak tahu jika besok harga bisa turun seperti di Rote yang harganya turun menjadi 2 ribu. Itulah alasan kenapa kita mematok harga rumput laut.

Bagaimana dengan proses pengangkutan rumput laut tersebut?

Menyangkut pengangkutan, kita man-faatkan seluruh angkutan. Kebetulan seluruh pengumpul disini mempunyai angkutan kemudian ada juga angku-tan yang disediakan oleh Pemda.

Apakah ada kendala untuk pengiriman ke luar pulau?

Permintaan rumput laut dan garam sebenarnya sangat banyak sekali dari luar. Ada yang meminta sampai 5 ribu

ton dalam sekali angkut. Tetapi kita hanya bisa melayani 3 ribu ton sekali angkut, bukan karena masalah perse-diaan pasokan tetapi karena masalah dermaga.

Kami sudah meminta supaya der-maga ini diperluas dan diperpanjang karena yang ada saat ini sangat dang-kal. Oleh karena itu permintaan 5 ribu ton ini tidak bisa kita layani dan me-mang meraka pun tidak berani datang dengan muatan 5 ribu ton.

Harapan kami pemerintah bisa mem-bantu untuk memperluas dan mem-perpanjang dermaga ini dan juga menambahkan sarana parasarana di dermaga ini, karena sekarang untuk mengangkut ke dalam kapal masih menggunakan tali. Dengan menggu-nakan jaring yang besar sekali angkat bisa 10 sampai 20 ton.

Kemudian untuk di darat, jalan sudah kita perlebar. Bapak Presiden menya-takan kepada Kepala Daerah, jika ka-lian membuat satu program, program

itu harus bisa dinikmati untuk 20, 50 bahwa 100 tahun kedepan. Sebelum beliau menyatakan hal tersebut, in-frastruktur jalan sudah kita pikirkan. Pembangunan jalan sudah kita buka lebar 12 sampai 22 meter dan kita ali-hkan dari status jalan provinsi menja-di status jalan negara. Artinya bahwa kita mohon perhatian dari pemerintah pusat supaya bisa melihat ini.

Kenapa jalan kita perlebar? Karena kedepannya produksi kita akan sema-kin banyak, kendaraan besar kita akan butuhkan, dengan demikian jalan juga harus lebar untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. ■

Pemerintah harus mengambil inisiatif untuk

membuka lahan dan memberikan bantuan

investasi.

““

Tambak garam di Kabupaten Sabu Raijua.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 42: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201642

Tanahnya yang gersang dan sangat panas, bagai tak ada harap untuk dapat sejahtera mengandalkan alam. Namun, asa tak berhenti tanpa peluh. Sang pencipta memberikan Sabu laut yang biru nan jernih, hasil pertemuan arus besar Samudera

Hindia dan Pasifik. Sebuah karunia yang selama ini tak terlirik.

Garam dan Rumput Laut,Mesin Ekonomi Sabu

S ang surya baru saja mening-galkan peraduannya. Sisa-si-sa sinarnya meninggalkan

remang-remang keemasan di seki-taran tambak garam Kampung Lobo Bali, di pantai Bali, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur.

Sejumlah pekerja tambak garam sel-uas 170 hektare, baik pria dan wanita, masih terlihat mengumpulkan kristal-kristal garam yang masih berada di dalam tambak garam tersebut.

Sementara itu, sebagian pekerja lain-ya sudah mulai bersiap-siap untuk kembali ke rumahnya masing-masing karena matahari pun perlahan-lahan kembali ke peraduaannya.

Dari kejauhan, suara para pekerja tambak tidak terdengar karena teng-gelam oleh suara ombak yang me-mecah sepenjang garis pantai Bali yang indah.

Sejauh mata memandang, hamparan pasir yang putih, air laut yang jernih dan keemasan langit akibat sisa-sisa pancaran sang surya menambah ke-cantikan pantai Bali yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Ridholof A Kaleuju tampak telah sele-sai memanen kurang lebih 15 ton ga-ram di satu hektare tambak tersebut. Dirinya terlihat lelah pada hari itu.

Namun baginya lelahnya bisa ter-bayar setelah pada akhir bulan dir-inya bersama teman-temannya bisa mendapatkan gaji sebesar 1,2 juta ru-piah sesuai dengan upah minimun re-gional (UMR) dari provinsi Nusa Teng-gara Timur.

Pemandangan dari udara budidaya rumput laut di Kabupaten Sabu Raijua.

FOTO: BOBBY TRIADI

Page 43: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 43

“Mau lelah seperti apapun pasti akan terbayarkan dengan gaji sebesar 1,2 juta rupiah per bulan,” ujar pria yang sudah bekerja sebagai petani tambak garam sejak tahun 2014.

Senada dengan Ridholof, petani tam-bak garam lainnya ibu Wiran men-gaku hidupnya benar-benar berubah setelah adanya tambak garam terse-but karena dapat memberikan mer-eka pemasukan bagi dirinya dan se-jumlah pekerja di tambak garam itu, setiap bulannya dengan pasti.

Tambak garam yang dikelola Wiran dan sejumlah pekerja lainnya mer-upakan sebuah tambak garam milik Pemerintah Daerah Sabu Raijua yang dikelolah tanpa campur tangan dari para pengusaha lainnya.

“Kami senang, karena ada sumber pendapatan bagi kami para pekerja tambak garam di desa ini,” ujar wan-ita yang sudah tiga tahun bekerja di pabrik garam Nataga.

Sejumlah warga di kampung Bali tersebut pada awalnya nyaris tidak mempunyai pendapatan terutama pada pada musim kemarau di saat semua hasil tanam dan lahan yang di-garap untuk pertanian kering akibat krisis air.

Bila kemarau tiba satu-satunya sum-ber pendapatan warga di desa itu dan sejumlah warga di desa lain di pulau Sabu itu hanya bergantung pada pen-jualan gula merah cair hasil sadapan dari pohon lontar.

Warga di daerah itu pun baru mem-ulai mengolah lahan untuk ditanami padi dan jagung pada saat musim penghujan pun tiba.

Perlahan-lahan kesulitan warga di Kampung Bali tersebut mulai teratasi, setelah pemerintah daerah Sabu Raijua mulai berinisiatif untuk memanfaatkan lahan pesisir pantai Bali untuk dikem-bangkan menjadi tambak garam.

Teknologi yang digunakan oleh Pe-merintah Daerah Sabu Raijua untuk mengolah tambak garam tersebut adalah dengan cara “Geomembran high density polythylene” (HDPE).

Nimrot Damanuna, tenaga teknisi pabrik garam Nataga menjelaskan bahwa proses produksi garam berte-knologi geomembran ini menggu-nakan sistem penguapan.

“Jadi kita melakukan pengukuran suhu dengan alat ukur yang dipakai selama ini yaitu namanya baume meter. Disi-tu alat ukur menentukan angka suhu pada setiap proses masing-masing petak. Misalnya dari peminihan air tua, pada peminihan pertama butuh suhu sampai 5 derajat baume meter, kemu-dian peminihan kedua itu 6-7 derajat baume meter, kemudian peminihan ketiga itu 9-10 derajat baume meter, lalu di peminihan air tua ini paling ter-akhir suhunya pada suhu 23 derajat baume meter,” terang pria berusia 39 tahun ini.

Hingga saat ini sudah ada tiga lokasi dikembangkan oleh pemerintah daer-ah Sabu. Ketiga daerah pengemban-gan garam itu sendiri adalah di Desa Bali, Kecamatan Sabu Timur, Desa Tulaika (Sabu Barat) dan Desa Lobo Hede (Hawu Mehara).

Panas yang Membawa Berkah

Cuaca panas dan angin kencang di pulau yang berhadapan dengan laut lepas, Samudera Hindia itu tidak men-jadi bencana bagi pemerintah daerah dan masyarakat di Sabu Raijua.

Wakil Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Nithanel Rihi Heke justru berpendapat panas dan angin di daerah itu patut disyukuri, bukan untuk ditakuti dan menyerah dengan keadaan.

“Ini sebenarnya potensi. Kalau di pu-lau Jawa panas yang berkepanjangan itu mungkin disebut bencana, tetapi kalau di Sabu Raijua kita anggap itu sebagai suatu anugerah dan ini harus kita manfaatkan anugerah itu,” begitu kata pria lulusan magister Universitas Padjajaran ini.

Kami senang, karena ada sumber pendapatan bagi

kami para pekerja tambak garam di desa ini.

““Pekerja mengemas garam yang telah diolah pabrik Nataga di Kabupaten Sabu Raijua.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 44: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201644

Berkat panas dan angin, produksi garam di Sabu setiap bulannya bisa panen hingga empat kali dengan per hektarnya bisa mencapai 15 ton per minggu. Ini adalah panas dan angin yang membawa berkah bagi mas-yarakat Sabu Raijua.

Hingga saat ini setiap kali panen ada sekitar 15 ton yang dipanen sehingga dalam sebulan tambak garam terse-but bisa menghasilkan kurang lebih 10 ribuan ton.

Garam yang ada di Sabu juga saat ini telah dipasarkan ke sejumlah daerah di Indonesia mengingat garam milik Sabu sendiri telah mengantongi serti-fikat SNI sejak 2015 lalu.

Sejumlah daerah yang telah menja-di pelanggan tetap bagi pemerintah daerah Sabu sendiri saat ini ada tiga yakni dari Makasar (Sulawesi), Ponti-anak (Kalimantan Barat) dan Suraba-ya (Jawa Timur).

Setiap bulan para pelanggan yang membeli garam di Sabu justru hanya bisa membawa kurang lebih 1.600 ton garam ke daerahnya masing-masing.

Hal tersebut karena terkendala den-gan kondisi dermaga yang ada masih sangat terbatas, sehingga kapal yang datang tidak bisa membawa lebih dari 2 ton muatan.

“Kita berharap agar kapal-kapal yang datang bisa membawa dengan jum-lah yang lebih dari 2 ribuan ton tetapi kendala saat ini adalah kondisi derma-ga kita yang masih sangat terbatas, dan kalau ada kapal yang membuat bawaan lebih banyak pasti akan kan-das,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sabu Raijua, Jacobos Ratu Udju.

Pengembangan dermaga sangat dib-utuhkan oleh Sabu, karena panjang dermaga saat ini hanya 70 meter. Diperlukan pengembangan panjang dermaga sekitar 100 sampai 200

meter agar mampu mengimbangi besarnya hasil produksi garam Sabu. Pemerintah daerah Sabu Raijua sendi-ri bercita-cita untuk terus mengem-bangkan garam di sepanjang pesisir pantai Sabu Raijua.

Dengan luas lahan yang hingga saat ini ada kurang lebih mencapai 170 hektar, pemerintah daerah Sabu Rai-jua bertekad mengembangkannya menjadi 400 hektare dengan hara-pan bisa mempekerjakan kurang lebih 4.000 orang di daerah Sabu, sehing-ga bisa mengurangi angka pengang-guran di Sabu Raijua.

Merangkai Hidup BersamaRumput Laut

Seorang nelayan tampak khusuk di bibir laut. Saat dihampiri ternyata ia sedang mengikat rumput laut pada seutas tali nilon. Tujuannya untuk budidaya rumput laut. Rumput laut tersebut tampak hijau dan segar. Rumput laut dijemur di atas bangku panjang yang terbuat dari bambu, dan digantung berderet panjang pada tiang-tiang.

Menurut pengakuan sang petani, Edu-ard Lado namanya, dalam sebulan ia bisa memanen rumput laut paling se-dikit setengah ton, dengan harga jual perkilonya sebesar 7 ribu rupiah. Har-ga yang sudah dipatok oleh pemerin-tah daerah Sabu.

Siang itu, sekitar pukul 11.00 WITA, panas matahari begitu menyengat kulit. Puluhan petani rumput laut si-buk menjemur dan membalikkan posisi rumput laut hasil panen agar keringnya merata. Mereka bergerak cepat mengejar sinar matahari yang menyengat. Masing-masing memper-hatikan kondisi rumput laut agar tidak berada pada posisi teduh.

Eduard mengatakan, budidaya rumput laut secara besar-besaran dimulai sejak 2010 setelah Sabu Raijua memiliki pemerintahan definitif. Sebelumnya, kepala daerah di Sabu Raijua dijabat oleh pejabat bupati. Sabu Raijua dimekarkan pada 2008, pisah dari kabupaten induk, Kupang.

Sebelum itu, petani sebenarnya telah mengembangkan rumput laut, tetapi hanya di beberapa titik di desa itu. Kini, banyak desa-desa di Sabu menjadi sentra penghasil rumput laut.

Dalam membudidayakan rumput laut, kebanyakan petani menggunakan metode rakit apung, sebagian lainnya menggunakan metode lepas dasar dan tali pangang (long line). Metode

Hingga saat ini, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) NTT, tingkat pengangguran di Sabu Raijua sudah berkurang menjadi 3.000 orang dari 17.000 sejak pembentukan kabupaten pada pada 36 November 2008, ber-dasarkan undang-undang Nomor 52 tahun 2008.

Pemasok garam Sabu memiliki po-tensi “surga” garam karena didukung oleh kemarau yang berlangsung sela-ma delapan bulan, sementara kecepa-tan anginnya di tempat terbuka sep-erti di pesisir pantai bisa mencapai 40 kilometer per jam.

Pendapatan daerah dari rumput laut melalui

pengiriman ke luar pulau untuk tahun 2015 sebesar

1,4 miliar. Untuk tahun 2016 ini dengan dibangunnya

pabrik pengolahan rumput laut sampai dengan bulan

September sudah mencapai 1,2 miliar.

““

Page 45: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 45

budidaya ini tergantung dari kondi-si geografis pantai, air pasang/surut, dan gelombang laut. Hampir semua pantai di Sabu Raijua dapat dijadikan sebagai tempat pembudidayaan rumput laut, selain tambak garam.

Pabrik Rumput Laut, Angin Segar Bagi Petani

Tidak seperti pada kabupaten-kabu-paten lain di NTT, rumput laut yang dipanen warga berlimpah, tetapi para petani kesulitan dalam memasar-kan hasil panenannya. Mau dijual ke mana? Soal ini terjawab di Sabu, yak-ni dengan adanya pabrik pengolahan rumput laut.

Pabrik ini terdapat di Kelurahan Laem-aggu, Kecamatan Sabu Timur, dekat dengan Pelabuhan Biu. Pabrik yang diresmikan oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya ini bisa memproduksi 10 ton rumput laut kering per harinya.

Paling tidak 30 desa di Sabu Raijua merupakan desa potensial untuk bu-didaya rumput laut. Pabrik rumput laut di Sabu Raijua akan menghasilkan berbagai jenis makanan dan minuman dari rumput laut, antara lain dodol, sirup, pilus, kerupuk, dan bahan kos-metik.

Dengan adanya pabrik rumput laut ini harga jual rumput laut akan men-

guntungkan petani karena tidak akan dipermainkan sesuka hati oleh para pedagang atau pengumpul. Adanya pabrik rumput laut ini juga membu-ka lapangan kerja baru di Sabu dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah.

“Pendapatan daerah dari rumput laut melalui pengiriman ke luar pulau un-tuk tahun 2015 sebesar 1,4 miliar. Un-tuk tahun 2016 ini dengan dibangun-nya pabrik pengolahan rumput laut sampai dengan bulan September su-dah mencapai 1,2 miliar,” ujar Efer Uli, Kepala Bidang Pengolahan dan Pe-masaran Hasil Perikanan Kabupaten Sabu Raiju. ■

Petani rumput laut mengangkut hasil panen di Kabupaten Sabu Raijua.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Page 46: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201646

D ahulu Indonesia terkenal sebagai negeri penghasil bahan pangan dan rempah-

rempah. Sebagai negara agraris, Indo-nesia terkenal memiliki wilayah yang subur bahkan potensi produktivitas lahan Indonesia ada yang menyebut sebagai jamrut kathulistiwa karena tongkat, kayu dan batu pun bisa jadi tanaman. Kini keadaan mulai berubah, adanya perubahan iklim menyebab-kan sebagian wilayah menjadi keku-rangan air saat kemarau, dan man-galami banjir kala musim penghujan berkepanjangan. Sehingga lahannya sulit ditanami, akibatnya ketahanan pangan di sejumlah daerah menjadi menurun. Padahal pangan merupakan prasyarat bagi masyarakat agar bisa hidup sehat, aktif, produktif, sekaligus menjamin kelangsungan ekonomi mereka.

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pan-gan Indonesia 2015 yang disusun De-wan Ketahanan Pangan dan World Food Program, mencatat 87 kabu-paten dari 122 daerah tertinggal ter-katagori mengalami kerawanan pangan.

Merespon permasalahan ini, Ditjen Pengembangan Daerah Tertentu (Dit-jen PDTu), Kementerian Desa, Pem-bangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menjalankan program penanganan daerah rawan pangan

Drs. Supriadi, MsiDirektur Pengembangan Daerah Rawan Pangan,Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertentu

OPINI

DATA 87 DAERAH RAWAN PANGAN PRIORITAS 1-3

1.2.3.4.5.6.

7.8.

9.10.11.12.13.

14.15.16.17.18.19.20.

21.

22.

NO

SUMATERA UTARASUMATERA BARATSUMATERA BARATACEHSUMATERA SELATANNUSA TENGGARA TIMUR

NUSA TENGGARA TIMURNUSA TENGGARA BARAT

BANTENJAWA TIMURKALIMANTAN BARATKALIMANTAN SELATANMALUKU

MALUKUMALUKU UTARAMALUKU UTARASULAWESI BARATSULAWESI TENGAHSULAWESI SELATANPAPUA

PAPUA

PAPUA

PROVINSI

NIAS, NIAS SELATAN, NIAS UTARA, NIAS BARATKEPULAUAN MENTAWAIPASAMAN BARAT, SOLOK SELATANACEH SINGKILMUSI RAWASSUMBA BARAT, SUMBA TIMUR, TIMOR TENGAH SELATAN, ALOR, MANGGARAI BARAT, SUMBA TENGAH, SUMBA BARAT DAYA, MANGGARAI TIMUR, SABU RAIJUAKUPANG, ENDE, NAGEKEOLOMBOK BARAT, LOMBOK TENGAH, LOMBOK TIMUR, SUMBAWA, DOMPU, BIMA, SUMBAWA BARAT, LOMBOK UTARAPANDEGLANG, LEBAKBONDOWOSO, SITUBONDO, BANGKALAN, SAMPANGSAMBAS, KAPUAS HULU, KAYONG UTARAHULU SUNGAI UTARAMALUKU TENGGARA BARAT, KEPULAUAN ARU, SERAM BAGIAN BARAT, SERAM BAGIAN TIMUR, MALUKU BARAT DAYA, BURU SELATANMALUKU TENGAHKEPULAUAN SULAHALMAHERA BARATPOLEWALI MANDARBANGGAI KEPULAUAN, DONGGALA, TOLI-TOLI, BUOL, TOJO UNA-UNAJENEPONTOPUNCAK JAYA, ASMAT, YAHUKIMO, PEGUNUNGAN BINTANG, TOLIKARA, MAMBERAMO RAYA, NDUGA, LANNY JAYA, MAMBERAMO TENGAH, YALIMO, PUNCAK, DOGIYAI, INTAN JAYA, DEIYAIBOVEN DIGOEL, TELUK WONDAMA, TELUK BINTUNI, SORONG SELATAN, SORONG, RAJA AMPAT, TAMBRAUW, MAYBRATJAYAWIJAYA, NABIRE, KEPULAUAN YAPEN, BIAK NUMFOR, PANIAI, MAPPI, SARMI, KEEROM, WAROPEN, SUPIORI

KABUPATEN

223332

33

33332

3233331

2

2

PRIORITAS PANGAN

87 Daerah TertinggalMerupakan DaerahRawan Pangan

menuju ketangguhan pangan yang mampu secara mandiri memproduk-si dan mengolah pangan sehat dan berkelanjutan untuk mencukupi keter-sediaan sumber pangan masyarakat.

Pengembangan Daerah Tangguh Pangan (PDTP) di daerah tertinggal, merupakan program unggulan Dit-

jen PDTu dalam penanganan daerah dengan karakteristik rawan pangan di daerah tertinggal. Kegiatannya dilaku-kan dengan pengayaan sumber bibit unggul, budidaya terintegrasi sumber pangan pokok dan pangan lainnya sebagai bahan baku pangan, serta diversfikasi olahan produk pangan lokal secara mandiri. Program ini di-

Page 47: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 2016 47

harapkan mampu menjadi mitra inisi-ator, konseptor, inspirator, motivator, fasilitator bagi pemangku kepentingan lain untuk bergotong royong, beker-jasama guna mewujudkan daerah tangguh pangan. Pengembangan pertanian terpadu sebagai lokomotif pembangunan desa terpadu harus dikelola dari hulu hingga ke hilir se-cara sinergis dengan berorientasi hasil nyata agar menjadi sektor super hero baru yang bermartabat dan berkelan-jutan.

Program ketahanan pangan merupa-kan prioritas pembangunan yang ter-tuang dalam (RPJMN 2015-2019), hal tersebut memicu keharusan untuk melakukan PDTP yang didasarkan pada pemetaan masing-masing ka-wasan, dan penyusunan kebutuhan dalam sebuah perencanaan holistik untuk: 1) mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan dan kerawanan pangan di masing-masing kawasan; 2) melaku-kan penilaian (assessment) terhadap potensi-potensi yang dapat dikem-bangkan dalam rangka mewujudkan daerah tangguh pangan; 3) menyusun strategi peningkatan ketahanan pangan di masing-masing kawasan yang telah ditentukan.

Daerah tangguh pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mendasar masyarakat setempat be-rupa pangan sehat dan diharapkan bisa memberikan nilai tambah pada pendapatan masyarakat dan pening-katan perekonomian daerah. Kare-nanya manajemen produksi, konsumsi dan distribusi harus dikelola secara terpadu dan menyeluruh oleh seluruh pemangku kepentingan. Dalam pelak-sanaanya, semua harus berperan dan berkontribusi nyata untuk kepentingan tujuan bersama secara sinergis.

Pelaksanaan PDTP di daerah ter-tinggal oleh Direktorat Penanganan Daerah Rawan Pangan, sudah mulai dilakukan tahun 2015 melalui kegia-tan pembangunan atau peningkatan

sarana prasarana pengelolaan budi-daya sumber pangan dan peralatan pascapanen. Serta meningkatkan prasarana transportasi melalui pem-bangunan dan peningkatan jalan pro-duksi di wilayah persawahan ataupun perkebunan serta jalan penghubung lain guna memudahkan distribusi ha-sil-hasil pertanian. Dengan demkian, penyaluran bahan pangan bisa leb-ih merata ke wilayah yang membu-tuhkan, dan daerah tangguh pangan bisa menyebar hingga ke wilayah-wilayah lain. Tahun 2016 kegiatan PDTP diselenggarakan pada 20 kabu-paten dengan prioritas kegiatan pe-menuhan kebutuhan sumber daya air melalui pembangunan embung atau sumur bor tenaga surya untuk irigasi

na lantai jemur untuk mengeringkan hasil panen, dan sarana yang men-dukung upaya menekan kehilangan hasil panen, dan penyimpanan bahan pangan untuk bisa tahan lama namun aman dan menyehatkan.

Point penting yang harus diperhati-kan Pemda sebagai pengendali untuk keberhasilan program PDTP adalah operasionalisasinya harus dilakukan dengan: 1) berbasis kawasan, dalam satu atau beberapa desa yang dapat dikembangkan berbagai teknik budi-daya, pengolahan dan distribusi pe-masaran. Konsep ini memungkinkan berbagai potensi pertanian seperti pe-ternakan didayagunakan untuk meng-hasilkan pupuk atau bahkan sumber energi listrik yang dapat dimanfaatkan petani dalam kehidupan sehari-hari; 2) sumber daya masyarakat dapat di-agregasi, yakni dalam kawasan terse-but memungkinkan meningkatkan skala ekonomi masyarakat setempat. Sehingga hasil-hasil pertanian seperti padi, palawija atau peternakan dapat dikembangkan dalam skala industri yang lebih besar. Situasi seperti ini akan menambah nilai tambah pro-duksi pertanian dan pada gilirannya meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

Untuk mengoptimalkan pembangunan basis kawasan, pada kegiatan PDTP tahun 2015 sudah diselenggarakan konsep pengembangan rumah pro-duksi. Kegiatan fasilitasinya adalah bantuan mesin-mesin pasca panen berupa pabrik mini untuk mengolah hasil produksi pangan masyarakat, se-hingga dengan adanya rumah produk-si maka pemberdayaan masyarakat lebih mudah dilakukan melalui pelati-han kelompok budidaya, pengolahan, pengemasan dan pemasaran. Sehingga aktifitas ekonomi dapat berkembang jauh lebih tinggi. Pendekatan terin-tegrasi seperti ini dapat memotivasi masyarakat untuk terus meningkatkan kegiatan produksi pangan, dan men-jaga petani dapat tetap fokus pada pengusahaan bidang pertanian. ■

pertanian. Hal ini berdasarkan pemeta-an di lapangan masih banyak daerah kekurangan air sehingga produksi pangan hanya dilakukan sekali seta-hun. Beberapa kabupaten juga diber-ikan bantuan input produksi terutama padi, jagung dan umbi-umbian sesuai potensi lokal masing-masing.

Kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan ditingkatkan tahun 2017, dengan tambahan menu fasilitasi berupa gudang cadangan pangan sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Yakni sebagai system yang menjaga tersedianya sejumlah pangan pokok, untuk memenuhi kebutuhan mas-yarakat ketika dalam kondisi bencana atau kegagalan panen. Pembangu-nan gudang dilengkapi dengan sara-

Daerah tangguh pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

mendasar masyarakat setempat berupa pangan sehat dan diharapkan

bisa memberikan nilai tambah pada pendapatan masyarakat dan

peningkatan perekonomian daerah.

““

Page 48: Merumus Formula Jitu Pengentas Daerah Tertinggal · Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta

GERBANG • NOVEMBER 201648