merpati tak pernah ingkar

301
Merpati Tak Pernah Ingkar Janji Mira W. djvu: otoy http://otoy-ebookgratis.blogspot.com/ Edit & Convert to Txt, Jar, Pdf: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Upload: zhu-he

Post on 24-Dec-2015

576 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

novel teenlit

TRANSCRIPT

Page 1: Merpati Tak Pernah Ingkar

Merpati Tak Pernah Ingkar Janji

Mira W.

djvu: otoy

http://otoy-ebookgratis.blogspot.com/

Edit & Convert to Txt, Jar, Pdf: inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 2: Merpati Tak Pernah Ingkar

BAB I

"Romo boleh mempercayakan Maria pada kami," kata Suster Cecilia tegas. "Di SMA putri ini tidak ada anak laki-laki. Tidak ada guru pria. Dari pegawai tara usaha sampai ke tukang kebun, semuanya wanita."

"Saya percaya ini sekolah yang baik," sahut Pak Handoyo puas. "Sepuluh tahun di bawah pimpinan Suster Cecilia, tidak pernah terdengar ada skandal atau kericuhan muncul di sini. Tapi tolong. Suster, jangan panggil saya Romo. Saya sudah bukan seorang pastor lagi."

"Maaf." Tidak ada nada mengejek dalam senyum Suster Cecilia. Senyumnya begitu tulus. Membuat Pak Handoyo merasa lebih tenang. "Dalam pakaian seperti ini pun Pak Handoyo tidak berubah. Apalagi jenggot itu masih di sana, saya seperti melihat kembali Pak Handoyo mengenakan jubah putih, mengajar kami para calon biarawati dua puluh tahun yang lalu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 3: Merpati Tak Pernah Ingkar

Pak Handoyo menghela napas panjang. Sekilas Suster Cecilia melihat wajahnya mengerut sedih.

"Saya tidak ingin sejarah hitam hidup saya menimpa Maria juga," katanya lebih perlahan.

seakan-akan tidak rela kalau anak perempuannya yang berjalan seperti dayang di belakang mereka mendengar kata-katanya. "Selama ini Maria tidak pernah duduk di bangku sekolah. Sejak keeil dia saya didik sendiri. Saya panggil guru ke rumah untuk mengajarnya. Karena dia cukup cerdas dan rajin, dia dapat melewati ujian SMP-nya dengan nilai-nilai yang tidak mengecewakan. Suster lihat sendiri ijazahnya, bukan?"

"Angka-angkanya memang cukup mengagumkan untuk seorang murid yang hanya belajar di rumah. Usaha Pak Handoyo tampaknya tidak sia-sia."

"Sebenarnya Banvumas lebih cocok untuk Maria. Tapi saya ingin dia menjadi biarawati setelah lulus SMA. Saya ingin dia bisa

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 4: Merpati Tak Pernah Ingkar

menggantikan ibunya, menyerahkan dirinya untuk Tuhan di biara ini."

"Keinginan yang luhur sekali." gumam Suster Cecilia sambil mengerutkan dahi. "Tapi apa Bapak tidak lupa menanyakan kehendak Maria sendiri?"

"Begitu dia lahir, saya telah menyerahkannya kepada Tuhan," sahut Pak Handoyo tegas. "Barangkali dengan demikian saya dapat mohon ampun pada Kristus karena telah mencuri mempelai-Nya."

Suster Cecilia tertegun. Sejenak dia sampai lupa melangkah. Dan gadis yang berjalan dengan kepala tertunduk di belakangnya itu hampir saja menabraknya.

"Maaf." cetus gadis itu antara terkejut dan gugup. Matanya yang selalu bersorot ketakutan menggelepar-gelepar gelisah dan panik. Tangannya menggapai-gapai udara, seolah-olah mencari pegangan di sana.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 5: Merpati Tak Pernah Ingkar

Suster Cecilia memandangnya dengan iba. Gadis ini sama sekali tidak cantik. Semua yang ada di wajahnya serba tidak enak dilihat.

Hidungnya kepanjangan seperti hidung Pinokio. Matanya terlalu besar untuk mukanya yang sekurus itu. Bertambah tidak sedap lagi dilihat karena matanya selalu berkeliaran dengan gelisah. Menyorotkan ketakutan yang misterius.

Tulang pipinya menonjol seperti batu karang yang mencuat tajam di wajahnya yang tirus. Cuma bibirnya yang tipis yang mengulaskan segaris keindahan di parasnya. Tapi kalau dia tersenyum, bibirnya malah menggariskan seringai kesedihan. Seolah-olah dengan senyum itu pun dia masih mengajak dunia untuk menangis bersamanya.

Rambutnya yang panjang sampai ke pinggang dijalin menjadi dua. Gaun kelabunya yang polos dan berpotongan teramat sederhana hampir menyapu lantai karena panjangnya. Dan sepatu tenisnya yang berwarna putih bersih, modelnya sudah minta ampun kunonya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 6: Merpati Tak Pernah Ingkar

Di Banyumas sana barangkali penampilannya masih bisa dimaafkan, pikir Suster Cecilia sambil menghela napas panjang. Tapi di Jakarta! Dia benar-benar seperti makhluk purbakala yang sudah harus diawetkan di museum!

"Tidak apa-apa," tukas Suster Cecilia lembut. Diulurkannya tangannya untuk meraih gadis itu.

Tetapi diperlakukan demikian, Maria malah bertambah salah tingkah. Apalagi ketika dilihatnya beberapa orang gadis yang sedang bersenam pagi di halaman sekolah menatapnya sambil melotot, seperti melihat hantu.

"Ayo, Maria," ajak Suster Cecilia lebih keras. "Tidak apa-apa. Mereka teman-temanmu. Gadis-gadis di sini baik-baik semua."

Sejenak Maria tampak ragu. Ditatapnya Suster Cecilia dengan bingung. Tanpa berkata apa-apa lagi Suster Cecilia menarik tangan gadis itu. Dan mereka cepat-cepat menyusul Pak Handoyo yang sudah agak jauh berjalan di depan. Tetapi sambil melangkah pun Maria masih mencuri-curi menoleh ke belakang.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 7: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Gile!" cetus salah seorang di antara gadis-gadis itu sambil berkacak-pinggang. Matanya tidak lepas-lepas mengawasi Maria. "Monster dari planet mana tuh?!"

"Calon Suster!" sambung temannya yang menatap Maria dengan mata melotot, seakan-akan hendak menelannya bulat-bulat.

"Congek kamu!" potong gadis lainnya dengan suara paling kasar yang pernah didengar Maria. Hampir pingsan dia mendengar bentakan gadis itu. "Dengar negak Suster Cecilia bilang apa tadi?! Dia bakal jadi teman kita kok!"

"Wah, rusak!" sergah gadis yang satunya lagi dengan seringai mengerikan. "Belum sebulan pasti sudah habis kita kerjain!"

Maria sering melihat seringai semacam itu pada gambar-gambar iblis milik ayahnya. Bedanya, iblis di dalam gambar berbulu hitam dan bertanduk. Kadang-kadang bersayap pula.

Dan tentu saja Mana tidak tahu apa artinya 'dikerjain'. Tapi melihat seringai gadis itu,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 8: Merpati Tak Pernah Ingkar

maksud-nya pasti tidak kalah mengerikan dibandingkan

dengan senyumnya. Dan Maria menggeletar ketakutan. bulu romanya meremang semua.

"Saya tidak mau sekolah, Ayah!" rintih Maria setelah tidak tahan lagi berdiam diri. "Saya takut!"

"Takut apa?" Pak Handoyo meletakkan kitab Injil yang sedang dibacanya. Begitu hati-hati, seolah-olah buku itu terbuat dari kristal. "Kamu tidak usah takut selama Kristus ada di sampingmu! Cuma dosa yang dapat membuat kita takut! Karena cuma dosalah yang dapat menjauhkan diri kita dari Tuhan! Selama kamu tidak berdosa, kamu tidak usah takut!"

"Saya takut pada mereka, Ayah!"

"Mereka siapa?"

"Teman-teman sekolah saya...."

"Ah, apa yang kamu takutkan? Mereka gadis baik-baik. Dididik di sekolah yang keras memegang disiplin. Ayah sudah menyelidiki apa

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 9: Merpati Tak Pernah Ingkar

yang mereka ajarkan pada murid-murid. Agama merupakan mata pelajaran utama di sana."

"Tapi saya takut...."

"Ayah tidak akan memasukkan kamu ke sana kalau tidak yakin sekolah itu baik. Maria."

"Saya tidak takut sekolah. Ayah! Tapi saya takut pada murid-muridnya! Mereka begitu kasar... begitu Mengerikan...."

"Itu hanya karena kamu belum biasa berada di antara mereka. Ini Jakarta, Maria. Kamu harus Pandai menjaga diri. Ingatlah, hanya tiga tahun Tuhan mencobamu. Kalau kamu lulus dari Pencobaan ini, tidak ada lagi pesona dunia yang

dapat menggodamu. Ramu akan masuk biara. Dan dipersiapkan untuk menjadi mempelai Tuhan...."

Percuma meminta pengertian Ayah, pikir Maria gundah. Kalau dia masih berada di sana. Ayah pasti akan melanjutkan khotbahnya. Lebih baik dia masuk ke kamar. Dan menemui sendiri Tuhan-nya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 10: Merpati Tak Pernah Ingkar

Tuhan lebih dapat diajak bicara daripada Ayah. Tuhan selalu sabar mendengarkan. Dan Dia tidak pernah membantah. Tidak pernah menjejalkan khotbah-khotbah yang membosankan. Tidak pernah mencekokkan nasihat-nasihat yang selalu membuat Maria merasa dirinya penuh berlumuran dosa. Tidak pernah melarang ini, melarang itu, seolah-olah cuma di dalam rumah mereka saja yang suci.

Di luar. dunia penuh kejahatan. Karena itu mesti dijauhi. Seperti laki-laki. Itu makhluk yang tidak boleh ada di dalam kehidupan Maria. Tidak boleh ada nama seorang laki-laki pun yang tergores di otaknya. Kecuali, tentu saja, nama ayahnya. Dan nama Kristus.

Benarkah Tuhan sebengis itu? Pikiran yang sama selalu singgah di kepala Maria setiap kali matanya berpapasan dengan mata Kristus di atas meja sembahyangnya.

Mata yang lembut itu, yang selalu bersorot tenang dan mengasihi... benarkah Yesus sedingin ayahnya? Ah, tidak mungkin! Tatapan-

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 11: Merpati Tak Pernah Ingkar

Nya begitu hangat... begitu sabar... begitu penuh pengertian....

Dan patung Bunda Maria yang selalu mengawasinya dari atas meja sembahyangnya... wajah Perawan Tersuci yang demikian mulia dan penuh kasih sayang... O, mereka demikian penuh pengertian! Mengapa Ayah tidak dapat mewarisi sifat-sifat

Mereka? Jika Ayah benar pengikut Tuhan, mengapa Ayah tidak dapat bersikap semanis Tuhan?

Ayah selalu taat pada perintah-perintah Allah. Rajin berdoa. Patuh mengikuti ajaran-ajaran Kitab Suci. Tapi Ayah tidak pernah bersikap ramah.

Ayah penuh dengan larangan dan ancaman. Tidak ada kedamaian dalam dirinya. Padahal bukankah Raja Damai yang setiap hari disembahnya?

"O, Tuhan! Begitu banyak hal yang belum kumengerti!" bisik Maria sambil berlutut di

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 12: Merpati Tak Pernah Ingkar

depan meja sembahyangnya. Ditundukkannya kepalanya dalam-dalam. Dipejamkannya matanya dengan khusuk. "Tapi kuserahkan saja semuanya ke dalam tangan-Mu.... Di sisi-Mu aku merasa aman. Dalam pelukan kasih sayang-Mu tak ada yang harus kutakuti...."

Ada perasaan hangat menjalar ke sudut hati Maria yang paling dingin. Tiba-tiba saja dia merasa memperoleh kekuatan baru. Tapi semangat yang baru timbul itu langsung buyar begitu dia teringat kembali kepada tatapan teman-temannya.

Mereka begitu kasar. Begitu mengerikan.... Maria masih dapat membayangkan tatapan mereka. Seringai mereka. Kata-kata mereka....

"Lihat! Orang aneh itu menuju kemari!" teriak Nurul, yang punya pos paling strategis. Bangku paling depan, di sudut dekat pintu.

Tina yang duduk di sebelahnya langsung mengulurkan kepalanya ke arah pintu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 13: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Anak baru!" desisnya sambil menyeringai lebar. "Dikorbankan buat kelas kita rupanya!"

"Buset, sudah sebesar itu masih diantar ayahnya!" sambung Rena yang sudah terbang ke pintu. "Pantas saja seperti perawan lepas pingitan!"

"Eh. lu tau nggak. Rul?" bisik Tina dengan mata melotot.

"Apaan sih?"

"Dia nggak pakai BH lho!"

"Aduh. tu mata!" Nurul mengikik geli. "Mata apa sinar-X sih?"

"Sst! Si Onta datang!" seru Rena sambil terbirit-birit kabur ke bangkunya kembali. Begitu pantatnya yang berlemak tebal seperti pelana menyentuh bangku, pintu kelas terbuka.

Suster Cecilia melangkah masuk diiringi Maria dan ayahnya. Kelas yang hingar-bingar seperti pasar bubar itu langsung sepi seperti kuburan pada pukul dua belas malam

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 14: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Selamat pagi. Suster!" serentak semua mulut berbunyi.

"Hm." Suster Cecilia hanya mendengus dingin. Matanya yang tajam menelusuri setiap sudut kelas, seakan-akan mencari tempat persembunyian biang ribut yang menghingarbingarkan kelas. Dari luar tadi dia sudah mendengar bagaimana ributnya kelas mi. Sekarang tiba-tiba saja semuanya menjadi hening. Setiap siswi duduk di bangkunya masing-masing dengan tertib. "Tidak ada guru?" Bu Tari belum datang, Suster."

"Sudah berdoa?"

"Belum, Suster."

"Tunggu apa lagi? Kalian kan sudah besar, tidak perlu dikomando terus. Sudah berapa kali saya bilang, sebelum dan sesudah pelajaran, kalian mesti berdoa!"

Tidak ada yang menjawab. Hanya suara derit bangku dan sepatu-sepatu yang bergeseran

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 15: Merpati Tak Pernah Ingkar

dengan lantai yang terdengar ketika mereka serentak berdiri.

"Nurul, pimpin teman-temanmu berdoa."

"Baik, Suster," sahut Nurul sopan dan patuh, jinak seperti anak burung merpati.

Bukankah dia gadis yang berkacak-pinggang kemarin itu? Yang menatapnya lekat-lekat seperti belum pernah melihat orang? Maria tidak mengerti bagaimana dia bisa begitu sopan sekarang!

"Atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Amin...," Nurul mulai memimpin teman-temannya berdoa. "Bapa kami yang ada di surga..."

Dan Endang menginjak kaki Nike.

"Sst! Lihat!" bisiknya sambil mengerling ke arah Maria. "Khusuk amat sembahyangnya!"

Nike mengangkat mukanya. Dan hampir lupa menundukkannya kembali. Belum pernah dia melihat ada seorang pun di antara teman-temannya yang berdoa sekhidmat itu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 16: Merpati Tak Pernah Ingkar

Kepalanya ditundukkan dalam-dalam. Matanya terpejam rapat. Tangannya disusun membentuk sembah...

"Wah, benar-benar orang suci yang dikirim ke kelas kita nih, Dang!" bisiknya kagum. "Kamu yakin dia bukan malaikat?"

"Lihat saja nanti, dia bisa terbang nggak kalau kita jailin!"

***

"Bapak lihat sendiri," kata Suster Cecilia sambil melangkah ke luar dari dalam kelas, "mereka gadis-gadis yang baik. Murid-murid yang bermoral dan berdisiplin tinggi."

"Kelas yang tertib." Pak Handoyo mengangguk, anggukkan kepalanya. "Pada zaman yang rusak ini, di tengah-tengah kota maksiat seperti Jakarta, sungguh sulit menemukan gadis-gadis yang terdidik baik seperti mereka. Saya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 17: Merpati Tak Pernah Ingkar

percayakan Maria kepada Anda. Suster Cecilia. Didiklah dia sebaik teman-temannya."

Ada bunyi gedebuk yang cukup keras dari arah kelas. Sekejap Pak Handoyo menoleh. Tapi ketika dilihatnya Suster Cecilia tidak berhenti melangkah, disusulnya segera direktris SMA itu.

***

Maria merayap bangun dengan wajah merah-padam. Pantatnya yang menghantam lantai terasa nyeri. Punggungnya yang membentur meja pun lumayan sakitnya. Tapi lebih sakit lagi hatinya.

Teman-temannya mengelilinginya sambil tertawa geli. Gadis yang menjegal kakinya itu malah sedang tertawa terbahak-bahak. Begitu senangnya, seolah-olah dunia ini dia yang punya.

"Kalau mau jadi warga kelas ini, mesti kenalan dulu sama lantainya!" ejek Rena sambil

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 18: Merpati Tak Pernah Ingkar

mencibir. "Kebetulan rokmu memang cocok buat ngepel!"

"Eh. kamu nggak pakai BH, ya?" tanya Tina penasaran Ditariknya rambut Maria yang dijalin dua sampai ke pinggang. "Bapakmu nggak pernah beliin kamu BH?"

"Heran! Itu melulu yang diurusin dari tadi!" potong Nurul sambil mengikik geli. "Kamu AC-DC kali, ya?"

"Soalnya aku belum pernah lihat anak SMA nggak pakai BH!"

"Nobra, tau nggak?!" sela Endang. "Mode tuh!"

Dengan susah payah Maria menghindari teman-temannya, merayap bangun menuju ke bangkunya. Digigitnya bibirnya, menahan tangis.

Ke neraka seperti inikah ayahnya mengirimnya? Mengapa Ayah sampai hati menjebloskannya ke sarang kawanan serigala ini?

Selangkah lagi sebelum Maria mencapai bangkunya, seorang gadis tegak menghadang di

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 19: Merpati Tak Pernah Ingkar

depannya. Dan Maria tertegun kaget. Dia masih mengenali seringai iblis yang terpampang di hadapan matanya. Iblis tanpa tanduk....

"Halo," sapa Luna tenang. "Siapa namamu?"

"Maria," sahut Maria secepat lidahnya dapat digerakkan kembali.

Terus terang, Maria terpana juga mendengar sapaan gadis itu. Tadinya dia sudah bersiap-siap untuk menerima serangan baru. Berjaga-jaga kalau gadis ini juga berniat untuk membuatnya jatuh-bangun. Tapi sapaannya begitu tenang. Begitu datar. Tanpa emosi.

"Bukan begitu caranya memperkenalkan dirimu." Ada senyum di bibir Luna. Maria melihat sudut bibirnya kembali naik, membentuk seringai yang tidak mudah dilupakan. "Kelas ini punya aturan sendiri untuk menerima murid baru. Kamu harus berlutut sambil menyebut nama lengkapmu di depan setiap teman-temanmu. Baru kamu dibaptiskan Untuk menjadi salah seorang dari kami."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 20: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Tidak mau!" protes Maria antara marah dan takut. "Saya hanya mau berlutut di hadapan Tuhan!"

Meledak tawa teman-temannya. Nurul malah terkekeh-kekeh sampai keluar air mata.

"Apa kubilang!" seru Nike lantang. "Orang suci yang dikirim ke kelas kita hari ini!"

"Kelas kita sudah kelewat bejat," sambung Endang sambil menyeringai. "Nabi ini dikirim untuk mengutuk kelas kita. menjadi seperti Sodom dan Gomorah!"

"Sebentar lagi kamu ikut sinting seperti dia, Dang!"

"Dan minggu depan kamu ikut-ikutan mencopot BH-mu!"

Sekali lagi teman-temannya tertawa riuh. Cuma Luna yang tidak ikut tertawa. Dia hanya tersenyum. Tapi Maria lebih ngeri melihat senyum itu daripada tawa teman-temannya yang lain.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 21: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Lebih baik kamu lakukan sendiri sebelum kami yang melakukannya untukmu." katanya tenang tapi penuh ancaman. "Di mana-mana murid baru memang harus diplonco! Kecuali mungkin di sekolahmu!"

"saya tidak pernah sekolah."

"Lalu dari mana kamu dapat STTB-mu? Beli ijazah aspal, ya?"

"Saya belajar sendiri di rumah. Ayah memanggil guru untuk saya. Lalu saya ikut ujian negara."

"O..." Membulat bibir teman-temannya. "Pantas kamu norak! Kuper! Kamu harus diajari bagaimana caranya bermasyarakat!"

Dan selama sepuluh menit berikutnya, Maria memperoleh pengalaman yang paling buruk dalam hidupnya. Rambutnya ditarik-tarik ke sana kemari. Tubuhnya didorong-dorong seperti mobil mogok. Dan tasnya dilempar-lemparkan dari tangan ke tangan.

Isinya bertebaran ke mana-mana. Kotak rotinya yang berisi nasi goreng buatannya sendiri malah

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 22: Merpati Tak Pernah Ingkar

masih tertinggal di atas meja guru ketika Bu Tari datang.

"Apa ini?" Bu Tari mengerutkan dahinya dengan heran.

"Nasi goreng bikinan anak baru, Bu!" sahut Nurul lantang. "Buat Ibu sebagai salam perkenalan!"

"Hush! Jangan jail kamu!" belalak Bu Tari. "Yang mana anak baru? Coba berdiri."

Sambil menghapus air matanya, lambat-lambat Maria berdiri.

"Lho, mengapa kamu menangis?" tanya Bu Tari heran. "Teman-temanmu nakal?"

"Ini hari pertama Maria masuk sekolah. Bu!" cetus Rena dengan berani. "Dia sedih karena harus berpisah dengan ayahnya!"

"Diam kamu, Rcna! Ibu tidak tanya kamu!" Lalu sambil menoleh kepada Maria, tanya Bu Tari lembut, "Siapa namamu?"

"Namanya Bunda Maria, Bu!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 23: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Nike, kalau kamu tidak dapat diam, Ibu suruh keluar!"

Sambil saling pandang, Nike bertukar senyum dengan Endang.

Siapa namamu?" ulang Bu Tari lebih lembut. "Maria, Bu," sahut Maria tanpa berani mengangkat kepalanya.

"Baiklah, kamu boleh duduk, Maria. Jangan takut mengadu pada Ibu bila teman-temanmu nakal. Biar nanti Ibu laporkan pada Suster Cecilia. Mereka memang gadis-gadis berandal!"

Gadis berandal, pikir Maria resah. Ke tempat seperti inikah Ayah mengirimnya? Tapi... bukankah kata Ayah mereka gadis baik-baik yang berpendidikan, bermoral, dan berdisiplin tinggi?

BAB II

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 24: Merpati Tak Pernah Ingkar

Kalau saja teman-temannya tidak nakal, sebenarnya Maria suka bersekolah di sana. Guru-gurunya baik, pintar, dan pengetahuannya luas pula. Dengan cepat pengetahuan umum Maria bertambah, jauh lebih pesat daripada jika dia hanya belajar sendiri saja di rumah.

Guru-gurunya lebih banyak, sehingga ilmu pengetahuan yang mereka ajarkan pun lebih komplet: Praktikum-praktikum sederhana di laboratorium sekolah sangat menunjang ilmu-ilmu yang diajarkan, sehingga teori-teori yang dipaparkan di kelas menjadi lebih mudah dipahami.

Belum lagi grup-grup belajar yang diadakan di antara mereka, membuat begitu banyak hal yang semula gelap bagi Maria menjadi tidak membingungkan lagi.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 25: Merpati Tak Pernah Ingkar

Bukan itu saja. Ada sebuah mata pelajaran lagi yang mendorong semangat Maria untuk masuk sekolah. Olahraga. Inilah pelajaran yang tidak Pernah diperolehnya di rumah. Padahal pelajaran itu sangat menyenangkan. Bukan saja tubuhnya yang terasa segar, pikirannya pun menjadi lebih lapang.

Hari pertama ikut pelajaran olahraga, Maria memang menjadi bahan tertawaan dan olok-olok teman-temannya. Soalnya dia tidak punya celana olahraga.

Ayahnya tidak pernah mengizinkan Maria memperlihatkan pahanya. Katanya paha mulus yang terbuka mengundang dosa. Tapi gadis-gadis di sini semuanya mengenakan celana olahraga. Maria jadi bingung.

"Ala. sudahlah! Jangan pakai apa-apa!" seloroh Nurul sambil membuka roknya di depan Maria, seolah-olah Maria cuma sesosok patung batu yang tidak punya mata. "Nggak boleh pakai celana, kan? Ya sudah, nggak usah pakai!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 26: Merpati Tak Pernah Ingkar

Hampir saja Maria memejamkan matanya ketika paha Nurul yang mulus terpampang berani di depan matanya. Lebih-lebih ketika tanpa ragu-ragu gadis itu pun membuka bajunya dan menggantinya dengan kaus olahraga.

Buru-buru Maria memalingkan mukanya. Rasanya wajahnya panas terbakar. Tetapi ke mana pun dia memalingkan mukanya, ada saja teman yang sedang membuka bajunya.

Kamar ganti pakaian mereka memang cuma satu. Di dekat WC. Sebuah ruangan yang cukup luas, tanpa jendela. Di dindingnya bergantungan lemari-lemari pakaian dan sebuah cermin yang cukup lebar. Siswi-siswi lebih suka menukar baju mereka di sana daripada di dalam WC, Lebih cepat. Tidak bau. Dan tidak ada kemungkinan baju mereka akan jatuh ke tempat yang basah.

"Idih! Dia malu lihat kita!" teriak Endang sambil tertawa geli.

Bagi mereka, berganti pakaian di dalam satu ruangan sudah bukan hal yang perlu

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 27: Merpati Tak Pernah Ingkar

memerahkan muka lagi. Toh sama-sama perempuan. Malu dengan siapa?

Mereka sibuk dengan pakaian masing-masing. Tidak ada yang memperhatikan orang lain. Lagi pula siapa yang tertarik? Sama-sama perempuan kok. Sejenis. Serupa. Walaupun tak sama.

Tapi hari ini muncul makhluk aneh di tengah-tengah mereka. Dia perempuan. Tapi tidak berani melihat rekan-rekannya berganti baju. Lucunya, dia yang jadi malu sendiri.

Mukanya merah-padam. Dan tampaknya dia berusaha keras supaya tidak usah melihat ke sekelilingnya. Tentu saja semua temannya jadi tergelitik untuk mengolok-olokkannya.

"Nggak usah malu-malu deh!" Sengaja Tina membuka bajunya di depan Maria. Dibusungkannya dadanya ke muka gadis itu. Begitu dekatnya sampai Maria dapat melihat betapa bagusnya BH Tina. Dan betapa indahnya bukit yang terlindung di baliknya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 28: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Sakit kamu, Tin!" Nike memukul punggung Tina dari belakang. "Bisa pingsan dia!"

"Makanya mesti dibiasakan!" Tanpa ragu-ragu Tina meraih tangan Maria dan meletakkannya di atas pahanya. "Ini pahaku. Rabalah semaumu! Supaya kamu tidak norak lagi!"

Tetapi Maria malah menarik tangannya dengan segera. Dan tergopoh-gopoh lari ke pintu dengan muka merah-padam. Teman-temannya tertawa geli.

"Wah, benar-benar anak enam tahun dalam tubuh gadis enam belas tahun!" komentar Elita sambil Menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kasihan!"

"Ah, dia cuma kuper! Lama-lama juga biasa! Cuma perlu banyak latihan!"

Dan cuma Maria yang tahu apa yang kemudian terjadi. Ketika guru Olahraga mereka masuk ke ruang ganti, ditemukannya Maria sedang menangis tersedu-sedu di sudut ruangan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 29: Merpati Tak Pernah Ingkar

Sia-sia Bu Harti berusaha mengorek pengaduan Maria. Dia begitu shock sampai tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.

Hari itu pelajaran Olahraga memang dibatalkan. Teman-teman Maria dihukum jemur di halaman. Tetapi Maria sudah mendapat pengalaman baru. Semalam-malaman dia memikirkan BH milik Tina.

Alangkah indahnya. Tak pantaskah kalau dia juga memakainya? Buah dadanya memang belum tumbuh seranum milik teman-temannya. Tapi juga tidak serata papan. Sudah ada daging yang membukit di sana. Biarpun belum menonjol.

Tidak sadar Maria meraba-raba dadanya sendiri. Dan dia memperoleh sensasi aneh yang belum pernah dirasakannya selama ini. Mukanya terasa panas walaupun kamarnya gelap gulita dan dia berada seorang diri di kamar itu.

Lalu dia teringat paha Tina. Paha yang putih dan mulus. Yang terpampang menantang di depan matanya ketika gadis itu mengangkat kakinya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 30: Merpati Tak Pernah Ingkar

dan menaikkannya ke atas bangku di sampingnya.

Ada keingintahuan yang mendesak kuat di hati Maria. Semulus itu jugakah pahanya? Selama ini paha itu selalu dekat dengan dirinya. Selalu bersama-sama dalam keadaan apa pun. selalu digosoknya bersih-bersih kalau mandi dengan sabun.

Tapi tidak pernah dia punya waktu utuk menikmatinya benar-benar. Merabanya dengan

penuh perasaan. Baru sekarang dia menyadari betapa putihnya pahanya! Paha yang tidak pernah disentuh sinar matahari! Mulusnya pun tidak kalah dengan milik Tina! Ah.

Tak sadar Maria tersenyum sendiri. Dan suara nyanyian ayahnya tiba-tiba menyentakkan keheningan kamar.

Bukan baru sekali ini Maria mendengar ayahnya menyanyi. Ayah memang selalu menyenandungkan kidung-kidung rohani setiap

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 31: Merpati Tak Pernah Ingkar

malam. Tetapi baru malam ini Maria merasa takut mendengar nyanyian ayahnya.

Tiba-tiba saja Maria merasa berdosa. Dia telah meraba-raba dada dan pahanya sendiri. Dengan tidak sadar dia telah memuja dan menikmati miliknya sendiri! Bagian tubuh yang harus dirahasiakan dan ditabukan! Tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain. Itu pesan Ayah!

O, kalau saja Ayah tahu, apa yang telah dilakukan teman-temannya siang tadi! Di kamar ganti pakaian yang penuh dengan iblis-iblis betina yang liar itu! Aduh, mereka memang keterlaluan!

Maria selalu ingin menangis setiap kali teringat kejadian itu. Dia malu. Amat malu. Pada dirinya sendiri. Pada teman-temannya. Dan... pada Tuhan!

Tak tertahankan lagi Maria melompat dari tempat tidurnya. Berlutut di depan meja sembahyangnya. Dan berdoa minta ampun pada Tuhan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 32: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria masih berlutut dengan khusuknya ketika lambat-lambat pintu terbuka. Dan ayahnya melo-ngok ke dalam.

"Saya tetap tidak mengizinkan Maria mengenakan celana pendek, apa pun nama celana itu dan apa pun alasannya. Untuk berolahraga kita tidak perlu memamerkan paha. Dia bisa memakai rok seperti biasa!"

"Saya tidak ingin berdebat. Pak Handoyo," sahut Suster Cecilia sabar. "Celana olahraga dibutuhkan untuk berolahraga. Tujuannya bukan untuk memamerkan apa-apa. Tapi sekedar untuk memudahkan gerak."

"Tapi saya tetap keberatan. Suster Cecilia. Saya minta dispensasi untuk Maria."

"Itu berarti dispensasi untuk tidak mengikuti pelajaran Olahraga. Saya tidak dapat membayangkan Maria melakukan senam lantai dengan mengenakan rok. Bagaimana dia harus melakukan koprol misalnya?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 33: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Dia bisa mengenakan celana panjang. Saya tidak ingin seorang pun melihat pahanya. Maria calon biarawati."

Dan jadilah Maria berolahraga dengan celana panjang. Bukan cuma panjang, sekaligus longgar. Tentu saja mula-mula dia jadi bahan tertawaan teman-temannya.

"Jago silat kesasar!" ejek Rena.

"Bukan!" bantah Nurul lincah. "Tukang sate! Lihat saja. celananya hitam, dari katun lagi!"

Tapi lama-kelamaan mereka jadi terbiasa juga-Orang aneh itu memang sering menimbulkan bahan tertawaan. Setiap hari ada-ada saja yang ditertawakan.

Tapi lambat-laun mereka mulai menyukainya Dan merasa kehilangan kalau Maria tidak ada. Apalagi dia mahir sekali main volley. Meskipun

belum pernah main sebelumnya-jangankan main, melihat saja belum pernah - rupanya Maria punya bakat alamiah. Pukulan smesnya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 34: Merpati Tak Pernah Ingkar

keras. Setiap bola tanggung di depan jaring pasti disikatnya tanpa ampun.

Kelihatannya Maria keranjingan betul main volley. Setiap ada pelajaran Olahraga, dia dengan bersemangat selalu mengikutinya. Padahal teman-temannya sekali setiap bulan pasti minta izin untuk tidak ikut. Entah untuk apa.

"Kalau mainmu tetap bagus begini, barangkali kamu bisa terpilih menjadi anggota tim bola volley sekolah kita, Mar," kata Elita waktu mereka beristirahat.

Maria menghentikan minumnya. Dan menatap Elita dengan heran. "Tim apa?"

"Regu bola volley sekolah kita akan bertanding dengan sekolah lain tanggal dua bulan depan. Kamu mau ikut?"

"Tentu," sahut Maria bersemangat. Sekilas Elita melihat mata yang selalu gelisah itu bercahaya. "Tapi... apa saya bisa terpilih?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 35: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Bu Har pasti sudah melihat bakatmu. Sebagai penyerang, kamu lebih dapat diandalkan daripada Luna yang cuma bisa teriak-teriak."

"Ah, Luna kan jauh lebih berpengalaman...."

"Pengalaman mudah dicari. Mar. Bakat sudah mesti ada!"

Eh, di sini ngumpetnya kunyuk gua!" Dengan gemas Nurul memukul bahu Elita! "Dicari ke mana-mana sampai pegal! Gua kira lu udah ikut hilang bersama Palapa B2!"

"Sialan lu!" Elita terbatuk-batuk ketika sirop yang sedang diteguknya langsung melompat ke dalam

tenggorokan karena kagetnya. "Nggak boleh lihat orang lain senang!"

"Ngapain kalian di sini?!" Tina sudah menjatuhkan dirinya di bangku tukang es serut sebelum diundang. "Ada rejeki diam-diam saja! Sadis kamu, El! Es serutnya satu. Bang! Jangan pakai susu! Lagi diet!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 36: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Eh, siapa yang ngundang kalian kemari?" protes Elita segera. "Nggak ada jatah, ya! Bayar sendiri-sendiri!"

"Lho. ini hari pertama kamu bawa Maria ke sini, kan?"

"Ada urusan apa? Nggak mesti bayar parkir sama kamu, kan?"

"Nggak sih! Tapi ini aturan sekolah kita, Mar!" kata Tina sambil tersenyum ke arah Maria. Membuat dada Maria berdegup takut. Permainan apa lagi ini? Mereka mau apa lagi? "Yang pertama kali minum di sini mesti traktir kita!"

"Aturan apaan tuh!" sembur Elita. "Kamu yang bikin? Nggak usah, ya! Pokoknya hari ini aku yang traktir Maria! Tapi cuma dia! Kamu bayar sendiri!"

"Aku, El?" potong Nurul tak mau kalah. "Aku kebagian dong, ya? Ingat, nanti siang kita punya janji!"

"Janji apaan?" "Berenang. Masa lupa?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 37: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Apa kena-mengenanya berenang sama es serut?" "Lho, kamu yang ngajak aku berenang, kan?" "Lalu?"

"Ya, minumnya juga dong! Hitung-hitung persekot buat nanti siang. Aku kawal kamu deh! Taruhan, si Dedi nggak bakal berani ngikutin kamu!"

"Sialan. Gua diperas," gerutu Elita jengkel.

"Siropnya jangan terlalu banyak, Bang," kata Nurul gesit. "Gigi lagi ngadat nih!"

"Aku pergi dengan Maria siang nanti, Rul," kata Elita tiba-tiba. "Nggak perlu kamu."

Yang terkejut bukan cuma Nurul. Maria Juga. Tina sampai tidak jadi menyedot es serutnya.

"Maria?" cetusnya kaget. Tawanya meledak hebat sampai tubuhnya terguncang-guncang seperti ada gempa. "Berenang? Pakai rok?"

"Aku tidak bisa berenang, El," sahut Maria antara malu dan menyesal. Dia menyesal karena tidak dapat menemani Elita. Padahal selama ini,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 38: Merpati Tak Pernah Ingkar

dialah yang paling baik di antara teman-temannya yang lain.

"Nggak apa-apa. Nanti kuajari."

"Tapi..."

"Dia disuruh berenang pakai apa, El?" potong Nurul geli.

"Diam kamu!" "Aku ikut, ah!" "Ke mana?"

"Ke mana lagi? Tentu saja ke kolam renang! Ingin lihat orang berenang pakai celana panjang!"

"Waduh, ngumpul di sini rupanya!" cetus Endang yang baru datang bersama Luna dan Nike. "Pantas saja kelas sepi!"

"Sudah dicari tuh!" kata Nike kepada teman-temannya. Padahal dia sendiri duduk memesan bakso. "Nanti Bu Har marah-marah lagi!"

"Minum dulu, ah! Haus!" sahut Nurul sambil Melahap es serutnya. "Mobil juga perlu minum kalau habis jalan jauh. Apalagi orang!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 39: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Wah, rupanya ada yang traktir nih." Luna tersenyum memandang Maria yang sedang menyendok es serutnya dengan hati-hati.

"Aku yang bayar kok!" potong Elita cepat. "Tapi cuma Maria!"

"Pelit, ah." gerutu Endang yang sudah ikut-ikutan memesan bakso. "Yang baru saja yang diservis!"

"Biar aku yang bayar bakso buat Maria." kata Luna tenang-tenang.

"Oh. jangan!" Maria tersentak kaget. Hampir saja es tersedak masuk ke dalam jalan napasnya. "Terima kasih."

"Wah. rejeki jangan ditolak. Mar!" Nurul menepuk bahunya. Begitu kuat sampai hampir terlepas mangkuk dari tangannya. "Pemali tuh!"

"Bang. baksonya buat semua teman-teman saya," kata Luna dengan gagahnya.

Nurul dan Endang sampai bertepuk tangan karena girangnya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 40: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Bagus. Na! Nggak percuma babemu koruptor!"

"Anak-anak satu tiga yang merasa punya kaki lekas menggelinding ke kelas! Ditunggu Jendril!" teriak Rena dari jauh.

"Sini dulu. Ren! Ada rejeki nih!" Nurul balas berteriak. "Daripada kamu bolak-balik terus di situ Kayak mesin foto kopi!"

"Kamu ulang tahun. Rul?" Membulat mata Rena. Mulutnya juga.

"Iya, yang ketiga kali tahun ini!"

"siapa yang kaulan nih? Mimpi kejatuhan Palapa, ya.

"Ah, nggak usah tanya-tanya deh! Pokoknya

jatahmu bakso lima biji! Lebih bayar sendiri!"

"lumayan! Bonbinku memang sudah pada nagih!"

"Kebon binatang." bisik Elita pada Maria yang Sudah Pusing. Kebingungan mendengar celoteh

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 41: Merpati Tak Pernah Ingkar

teman-temannya. Istilah mereka memang ada-ada saja. Tidak pernah ada di kamus Maria. "Kami menjuluki perut si Rena kebon binatang. Soalnya cacingnya banyak. Dan selalu minta makan!"

Pantas saja perutnya gendut, pikir Maria geli, mulai menyukai kelakar teman-temannya. Kalau tidak konyol, mereka kadang-kadang memang lucu. Saling ejek. Saling olok. Saling menertawakan...

Karena merasa geli, tak sadar Maria tersenyum. Meskipun senyumnya selalu dibayangi seringai kesedihan, itulah senyumnya yang pertama bagi teman-temannya. Tidak heran mereka gembira bukan main.

"Nah, gitu dong, Mar! Banyak senyum biar awet muda!"

"Senyumnya boleh juga, Mar! Coba dong sekali lagi! Lumayan buat ngusir lalat!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 42: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ayo, kita makan untuk merayakan senyum Maria yang pertama!" seru Nurul sambil mengangkat mangkuk baksonya tinggi-tinggi.

"Yang itu kasih Maria dulu!" Dengan tenang Luna merebut mangkuk dari tangan Nurul. "Ini kan pesta untuk dia! Kamu belakangan!" "Wah, curang! Yang itu baksonya lebih banyak! Kuahnya penuh lagi!"

Tanpa menghiraukan protes Nurul, dengan tenang Luna menyodorkan mangkuk bakso itu ke tangan Maria.

"Terima kasih," sahut Maria, terharu oleh kebaikan teman-temannya.

"Lho, jangan nangis dong. Mar!" cetus Tina ketika dilihatnya mata Maria berkaca-kaca. "Di sini sih traktir-traktiran makanan soal biasa! Lain kali juga

giliranmu datang! Tunggu saja! Pasti nggak lama

lagi!"

"Semuanya sudah dapat?" tanya Luna tanpa

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 43: Merpati Tak Pernah Ingkar

mengacuhkan kegaduhan teman-temannya. "Ayo,

kita mulai makan! Buat teman baru kita... Maria!"

Diiringi tepuk tangan riuh teman-temannya, Maria mulai menyendok baksonya yang pertama. Tapi bakso itu ternyata tidak sendirian. Ada bakso yang lebih besar lagi di bawahnya. Terendam kuah.

Ketika Maria menyendok lebih dalam lagi untuk mengangkat bakso besar itu ke permukaan, mukanya langsung memucat. Dia memekik ngeri. Dan terkulai lemas sebelum teman-temannya yang lain menyadari apa yang terjadi.

"Mar! Mar! Ada apa?" Buru-buru Elita merangkul temannya. Tapi gadis itu sudah keburu pingsan.

Nurul-lah yang mengangkat tikus-tikusan karet itu dari tanah. Mangkuk dan bakso-baksonya bergelimpangan di dekatnya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 44: Merpati Tak Pernah Ingkar

***

"Keterlaluan kamu, Na!" geram Elita ketika mereka sedang menjalani hukuman jemur di halaman sekolah. "Bercandamu kelewat sadis!"

"Sekali lagi aku disuruh menghadap Batara Surya begini, kulitku bisa hitam seperti kuli pelabuhan, gerutu Tina jengkel. "Udeh deh jangan bercanda lagi sama dia!"

Tetapi Luna cuma tersenyum tenang. Dan senyumnya baru hilang ketika Suster Cecilia muncul di depan mereka.

"Sekali lagi saya dengar kalian mengganggu Maria, kalian akan saya skors!" ancamnya dingin.

"Dia memang tidak sama dengan kalian. Tapi jangan sampai perbedaan itu justru dipakai untuk mengasingkannya. Untuk mengolok-olok dia. Kalian justru harus membantu supaya dia dapat cepat menyesuaikan diri. Apa kalian tidak kasihan padanya? Di rumah Maria punya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 45: Merpati Tak Pernah Ingkar

seorang ayah yang keras. Dia sudah tidak punya ibu. Tidak punya saudara. Tidak punya teman. Di sini kalian masih sampai hati mengganggunya? Kalian benar-benar gadis yang tidak punya perasaan!"

Hampir semua kepala tertunduk dalam di hadapan Suster Cecilia. Tapi hanya Elita yang maju ke muka dengan wajah penuh penyesalan.

"Kami semua menyesal, Suster," katanya sungguh-sungguh. "Apakah kami boleh menemui Maria? Kami ingin minta maaf."

"Maria sudah sadar, tapi belum dapat mengatasi emosinya. Dia sudah saya suruh pulang. Karena tidak mungkin lagi hari ini dia dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Kalian tahu apa yang menunggunya di rumah?"

"Kamu pasti tidak sekolah!" Dengan berang Pak Handoyo mondar-mandir di depan putrinya yang tertunduk ketakutan di hadapannya. "Tidak mung-kin sepagi ini sudah pulang! Ayah tahu sekali pukul berapa sekolah usai! Tidak mungkin sekolah sebaik Itu membubarkan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 46: Merpati Tak Pernah Ingkar

murid-muridnya sebelum waktunya! Biar tidak ada guru, murid tetap tidak diizinkan pulang! Kamu kira ayahmu mudah dibohongi? Lihat Maria!"

Dengan ketakutan Maria mengangkat wajahnya. Dan menatap ayahnya dengan air mata berlinang. "Kamu bolos, ya?!"

Maria menggeleng ketakutan. Bibirnya menggeletar menahan tangis.

"Lalu mengapa sudah pulang? Kabur?!"

Sekali lagi Maria menggeleng putus asa.

"Jangan membuat malu ayahmu di depan Suster Cecilia!" bentak Pak Handoyo geram. "Ayah sudah mengenal suster itu lama sebelum kamu lahir! Besok Ayah akan menghadap Suster Cecilia. Awas, kalau Ayah dapat laporan jelek! Sekarang pergi ke kamarmu! Mengaku dosa dan menjalani hukuman. Jangan harap kamu boleh makan kalau belum menyelesaikan dua ratus kali Bapa Kami dan dua ratus kali Salam Maria!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 47: Merpati Tak Pernah Ingkar

BAB III

Begitu regu bola volley sekolah Maria memasuki lapangan, penonton yang terdiri dari pelajar-pelajar SMA itu langsung bersorak-sorai dengan riuhnya. Celana olahraga mereka yang hitam pekat dengan T-shirt kuning menyala memang amat kontras dengan seragam lawan yang berwarna hijau putih.

"Penampilan sih keren," ejek seorang siswi dari sekolah lawan. "Tapi lihat saja nanti di lapangan! Pasti keok!"

"Belum tentu," sanggah Rena bersemangat. Hari itu dia hadir di tengah-tengah penonton sebagai suporter regunya. Jauh-jauh hari dia sudah menyiapkan terompet-terompet kertas untuk kawan-kawannya. Soalnya peluit tidak boleh dibawa masuk ke lapangan. Kuatir para pemain

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 48: Merpati Tak Pernah Ingkar

terkecoh. Mengira Yang berbunyi peluit wasit. "Tahun lalu kami jadi runner-up Tahun ini pasti juara!"

"Eh, jangan takabur! Di atas langit masih ada langit!" potong seorang penonton dari sekolah lain, yang sekolahnya sejak siang-siang sudah masuk kotak.

"Ah, nggak usah berkotek kamu!" sahut Rena dengan nada menghina. "Sekolahmu sih nggak

masuk hitungan! Melawan nenek-nenek barangkali kalian baru bisa menang!"

"Wah. sombongnya!" sambar seorang pemuda, entah dari sekolah mana. Penonton hari ini memang berjubel. Siswi-siswi dari kedua sekolah yang akan bertanding berbaur dengan murid-murid dari sekolah lain yang datang hanya sekedar untuk menonton. Pertandingan tahun ini memang ulangan final tahun lalu. Dan kalau kedua musuh bebuyutan ini bertemu, pertandingan biasanya berjalan seru. "Regu yang sok begini tidak pantas jadi juara!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 49: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kenapa tidak?!" sanggah Johan yang sejak tadi duduk di samping Rena. "Itu namanya semangat untuk menang. Bertanding kan memang untuk mengalahkan lawan, bukan cuma untuk berhura-hura dengan alasan mempererat tali persahabatan?!"

"Aku sokong pendapatmu, Han!" sorak Dedi, yang sudah lama naksir Elita.

Tidak heran meskipun putri-putri sekolahnya sendiri sudah kalah, Dedi tetap memerlukan datang untuk menonton Elita memimpin teman-temannya bertanding. Di lapangan, Dedi tahu gadis itu memang keras dan dingin. Tapi di luar, hatinya lembut dan baik. Sayang, kelihatannya dia tidak membalas perhatian Dedi.

"Eh, ada yang pakai celana panjang!" cetus seorang pemuda dari sekolah lawan. "Itu pelatihnya kok ikut main sih?!"

"Itu anggota baru regu kami!" potong Rena bersemangat. "Namanya Maria! Lihat saja smesnya nanti! Kalau kena kepala teman-teman putrimu, pasti gegar otak!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 50: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Taruhan, kakinya pasti palsu!" sembur pemuda yang lain, yang senyumnya selancang tatapannya.

"Banyak korengnya kali!" sambung seorang gadis dari sekolah lawan.

Dan mulailah mereka berteriak-teriak menteror Maria.

"Jangan hiraukan mereka," bisik Elita yang berjalan di samping Maria. "Acuh aja! Jangan dengar apa yang mereka teriakkan. Konsentrasimu bisa buyar!"

Tetapi bagaimanapun Maria berusaha untuk menerapkan nasihat Elita, dia tidak mungkin menulikan telinganya terhadap teriakan-teriakan mereka. Konsentrasinya langsung buyar. Dan permainannya jadi kacau.

Berkali-kali Maria gagal. Teman-temannya sendiri lama-lama ikut menjadi kesal. Dan mereka tidak dapat menahan mulutnya lagi untuk mengejek Maria.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 51: Merpati Tak Pernah Ingkar

Diteror kawan dan lawan, Maria bertambah grogi. Permainannya ambruk sama sekali. Celakanya, permainan Maria yang buruk itu ikut mempengaruhi permainan teman-temannya. Terpaksa Bu Harti minta time out.

"Yang kayak gitu yang katanya bisa bikin gegar otak!" sindir Rusman kepada Rena. "Main aja kagak becus! Nggak salah bawa tuh?!"

Merah-padam wajah Rena. Dia mengepal-ngepal-kan tangannya dengan gemas.

"Ayo, Maria!" teriaknya setelah kesabarannya habis. "Kamu mau main apa cuma mau nampang di situ?"

"Lha kakinya aja kayu disuruh main volley!" ejek guntur menyakitkan sekali. "Mestinya kan dia bertanding sama anak-anak YPAC!"

"Maria, ini kesempatanmu satu-satunya untuk merebut simpati teman-temanmu," kata Bu Harti setelah dia kewalahan meredakan tangis Maria "Sekarang jangan menangis. Jangan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 52: Merpati Tak Pernah Ingkar

dengarkan mereka. Pokoknya kamu main. Minta pertolongan Tuhan...."

Dan Bu Harti tertegun. Tiba-tiba saja Maria menghentikan tangisnya. Dan mengangkat wajahnya. Matanya yang berlinang air mata menatap Bu Harti sampai yang ditatap jadi gelagapan.

"Apa Tuhan juga mengurusi hal-hal yang kecil begini?" desah Maria hampir berbisik.

"Kecil katamu? Sekolahmu sudah di ambang juara! Kauanggap kecil kegagalan jerih-payah teman-temanmu cuma karena kepandiranmu?"

Tuhan mau mendengarkan saya?" bisik Maria tidak percaya. Matanya yang merah berair berkedip-kedip menatap Bu Harti. "Mereka juga berdoa minta menang, kan?"

Astaga. Bu Harti menghela napas panjang. Semua salahku. Lain kali aku harus lebih memperhatikan pembinaan mentalnya. Jangan cuma fisiknya saja yang digembleng! Anak ini

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 53: Merpati Tak Pernah Ingkar

betul-betul lain daripada yang lain. Benar-benar pengalaman unik bagiku sebagai guru Olahraga!

"Berdoalah pada Tuhan. Maria," kata Bu Harti sungguh-sungguh. "Siapa pun yang menang, itu terserah Tuhan. Tapi kita harus berusaha! Dengan tuhan di sisimu, lupakanlah siapa yang menjadi lawanmu! Jangan dengarkan penonton. Pokoknya serang!"

Dan Maria yang kemudian masuk kembali ke lapangan bukan Maria yang tadi dicemooh habis-

habisan. Dia main begitu bersemangatnya sampai tak pelak lagi, dialah bintang lapangan hari itu.

Rena dan teman-temannya yang tadi sudah ikut-ikutan berteriak-teriak mengejek, kini berbalik mengelu-elukannya. Mereka bersorak-sorak seperti orang kesetanan.

"Wah, dia benar-benar hebat!" cetus Guntur kagum. "Aku jadi tambah ngebet kepingin lihat kakinya!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 54: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kakinya sama seperti kakiku!" Rena membelalak judes. "Bukan kaki palsu!"

"Ah, masa." Rusman tersenyum geli. "Kakimu sih seperti gedebok pisang!"

"Sialan!" geram Rena sengit. "Sekali-sekali mesti cobain kaki gua mampir di mulut lu!"

Pemuda-pemuda itu tertawa terbahak-bahak.

"Gadis-gadis dari SMA putri memang rata-rata lebih galak!" komentar Dedi. "Maklum, nggak pernah lihat cowok sih!"

"Dan lebih agresif!" sambung Johan sambil melirik Rena. "Lihat, lenganku habis dicubiti!"

"Sori, kalau lagi geregetan, aku suka lupa!" Menyeringai Rena, melihat kulit lengan Johan yang sudah matang biru. "Habis si Maria menggemaskan betul sih!"

Ketika Maria berhasil menyemes bola yang membawa regu mereka kepada kemenangan terakhir, teman-temannya langsung turun ke lapangan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 55: Merpati Tak Pernah Ingkar

menyerbunya.

"Hebat kamu, Mar!" teriak Nurul sambil merangkulnya erat-erat, tidak peduli badan Maria masih basah bersimbah peluh.

"Hidup Maria!" pekik Tina separuh histeris, dikecupnya pipi Maria kanan dan kiri.

"Selamat, Mar!" Endang menjabat tangannya erat-erat.

"Permainanmu maut, Maria!" Nike menubruk Maria dari belakang sambil melompat, sampai Maria terdorong ke depan.

Dan Rena menyambutnya dalam rangkulan lengan-lengannya yang kokoh. Sekejap Maria merasa pengap ketika mukanya amblas ke tengah-tengah gumpalan daging berlemak yang empuk. Untung Rena segera melepaskannya lagi.

"Selamat, Mar!" katanya gembira. "Sekolah kita menang!"

Maria hampir kewalahan melayani spontanitas teman-temannya. Air matanya berlinang haru,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 56: Merpati Tak Pernah Ingkar

tapi bibirnya merekahkan senyum. Dia sudah tidak dapat lagi membedakan yang mana teman-temannya yang mana anak-anak dari sekolah lain. Soalnya mereka semua berdesak-desakan hendak menyalaminya. Dan seorang pemuda bertubuh tinggi besar mendesak ke depan. Tangannya diulurkannya melampaui bahu teman-temannya.

"Selamat, Maria!" seru Guntur, susah payah mendekati gadis itu. "Mainmu bagus sekali! Benar nggak sih kakimu dari kayu?"

Maria tertegun. Tapi tidak lama. Sebelum dia sempat mundur, tangan pemuda itu, entah disengaja entah tidak, menyentuh dadanya tepat di bagian yang terlarang....

Dan Maria tersentak kaget. Mukanya merah-padam. Dia langsung memutar tubuhnya. Menguakkan kerumunan teman-temannya. Dan lari ke kamar ganti pakaian.

"Gile!" cetus Guntur keheran-heranan. "Dia nggak pakai BH!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 57: Merpati Tak Pernah Ingkar

***

"Kenapa, Mar?" tanya Elita heran, ketika dia menemukan Maria sedang menangis di kamar ganti. "Teman-teman kita sedang dimabuk kemenangan, kok kamu malah nangis?!"

Bukannya menjawab, Maria malah tambah tersedu-sedu.

"Lho, kenapa?" desak Elita makin bingung. "Ada yang jail sama kamu?"

"Guntur mencolek dadanya," potong Rena yang tahu-tahu sudah ikut masuk ke sana. "Kurang ajar memang tu anak! Tangannya nggak pernah disekolahin!"

"Itu sih biasa, Mar," bujuk Nurul yang sedang mengganti baju. "Cowok memang begitu. Kamu nggak usah nangis! Dijailin cowok artinya kamu menarik perhatiannya! Kalau dia nggak tertarik sama kamu, buat apa ia repot-repot jailin?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 58: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ah, itu kan pendapatmu!" sela Elita. "Kamu sih memang perempuan eksperimen! Tapi Maria bukan cewek seperti kamu!"

***

"Dia cewek pilihan Tuhan!" bentak Rena kepada Guntur ketika mereka sedang berkumpul minum limun dingin di pinggir jalan. "Calon biarawati, tahu nggak?! Kamu jangan kurang ajar sama dia! Dikutuk Tuhan, nggak sampai ke rumah kamu nanti!"

"Diseruduk sapi teler kamu baru tahu rasa!" sambung Tina bersemangat. "Lancang amat sih tu tangan!"

"Calon biarawati?" Guntur menyeringai geli. "Pantas aja bajunya kayak orang kedinginan begitu!

Kenapa dia nggak pakai jubah aja sekalian turun ke lapangan?!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 59: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Pantas saja kita kalah!" komentar Rusman. "Kita melawan malaikat sih!"

"Ah. udah kalah sih ngaku aja!" gerutu Rena judes. "Siapa tadi yang taruhan sama gue?!"

"Oke. oke. Non!" Rusman menyeringai masam. "Mau berapa mangkuk baksonya?"

"Bakso kepalamu! Kamu tadi janji traktir sate ayam!

"Lho. kamu sudah segembrot ini masih belum kapok juga makan enak? Diet dong! Diet!"

"Pokoknya nggak sekarang! Kamu jangan mungkir janji! Traktir aku sate ayam!"

"Ajak Maria juga, Ren!" sela Guntur bersema-ngat. "Biar aku yang traktir dia!"

"Duh. kalau ada barang baru. gesit deh kamu!" sindir Tina. "Tapi sama Maria sih jangan mimpi! Dia bukan tipemu!"

"Satemu kutambah dua porsi lagi kalau kamu berhasil mengajak dia, Ren!" bujuk Guntur tak mau kalah.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 60: Merpati Tak Pernah Ingkar

'Huu. sate sih apaan! Kalau Maria yang kamu mau. upahnya mesti bistik ayam!"

Bistik gajah pun boleh, Ren! Kamu tinggal pilih aja di Bonbin Ragunan, mau yang mana! Besok binatang itu sudah jadi bistik di piringmu!"

Teman-temannya tertawa geli. Tambah banyak binatang piaraan di perutmu, Ren!" desis Endang sambil tersenyum. "Kamu mesti punya RPH sendiri!" "Apaan tuh RPH?"

"Huu, dasar telmi! Rumah jagal, tahu nggak?!"

"Kapan nih, Ren?" desak Guntur pantang menyerah.

"Apanya kapan?" "Maria."

"Eh, sejak kapan aku jadi germo?" "Serius nih!"

"Nggak bisa kalau dia sih! Calon biarawati kok. Kamu mau bersaing sama Tuhan?!"

"Siapa bilang aku mau pacaran sama dia?"

"Habis kamu mau ngapain dong?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 61: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Cuma mau lihat kakinya!" "Tungguin aja besok di depan sekolahan!"

"Waduh, si Onta galak!"

"Lho, memangnya kamu disuruh ngapain? Kamu cuma kepingin lihat kaki Maria, kan? Nah, besok dia pakai seragam. Roknya nggak terlalu panjang kok. Pelototin deh kakinya sampai keluar biji matamu!"

***

Malam itu Maria benar-benar tidak bisa tidur. Dia sudah hampir dua jam berdoa. Sudah mengulang-ulang doa Bapa Kami dan Salam Maria sampai seratus kali. Tapi perasaan berdosa itu tetap tak mau hilang juga dari sudut hatinya.

Pemuda itu telah menyentuh bagian yang paling suci di dadanya.... Aduh. kalau saja ayahnya tahu... dia pasti sudah dibunuh!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 62: Merpati Tak Pernah Ingkar

Tapi... Ayah memang tidak tahu. Tuhan-lah yang tahu. Dan mata Yesus di alas sana seperti Menatapnya dengan sedih.... Benarkah Yesus sedih?

Berlinang air mata Maria. Dia tidak ingin membuat Yesus sedih. Tapi pemuda kurang ajar itu!

Maria mencoba mengingat-ingat wajahnya dengan susah payah. Hanya sekilas memang dia memandang mukanya. Tidak ada waktu lagi. tapi yang sekilas itu sudah cukup. Dia ingat matanya yang lancanng. Senyumnya yang kurang ajar. Dan... wajahnya yang tampan... tubuhnya yang tinggi tegap...

Ah. panas muka Maria membayangkannya. Inilah pertama kali dia membayangkan wajah seorang laki-laki! Dan kata Ayah, itu dosa! Dosa besar!

"Maria, kamu belum tidur?!"

Itu pasti suara Ayah! Siapa lagi. Mereka cuma tinggal berdua di rumah ini. Tapi bagi Maria,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 63: Merpati Tak Pernah Ingkar

suara yang sudah sangat dikenalnya itu tiba-tiba menjadi halilintar yang memekakkan telinga.

"saya baru selesai berdoa...," sahut Maria ketakutan.

"Tadi Ayah kemari dua kali. Kamu masih berdoa."

Mana ingin supaya ayahnya lekas-lekas meninggalkan kamarnya. Tetapi Pak Handoyo malah melangkah masuk dan duduk di kursi. Dia menyalakan lampu. Dan sinar lampu yang terang benderang menyoroti wajah Maria yang memerah.

"ada apa??" tanya Pak Handoyo curiga. "tidak ada apa-apa...," sahut Maria gugup. Dicobanya memalingkan mukanya supaya ayahnya tidak usah melihat betapa merah wajahnya.

Kamu berdusta." Suara Ayahnya begitu dingin. "kamu pasti berbuat dosa!" "Saya sudah mengaku dosa dan minta ampun pada Tuhan," sahut Maria ketakutan. "Saya sudah menjalani hukuman...."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 64: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kamu bikin apa?!" mengguntur suara ayahnya. Matanya membelalak marah. Penuh tuduhan. Membuat Maria bertambah panik. "Tadi siang saya bertanding..." "Ayah tahu," potong Pak Handoyo tak sabar "Regu saya menang." "Itu juga Ayah sudah tahu." "Permainan saya bagus sekali..." "Jangan sombong! Sombong itu dosa!" "Mula-mula permainan saya jelek... saya berdoa minta tolong pada Tuhan..."

"Tidak sepatutnya merepotkan Tuhan dengan hal-hal kecil begitu! Jangan menyebut nama Allah Tuhan-mu tidak dengan hormat!"

"Tapi Tuhan menolong saya, Ayah!" desis Maria dengan mata bersinar-sinar. "Kami menang!" "Hm," Pak Handoyo mendengus dingin. "Lalu?" "Mereka mengelu-elukan saya...." Senyum Maria memudar. Perlahan-lahan parasnya memerah. "Teman-teman bahkan memeluk saya...." Muka Maria bertambah merah-padam. Matanya berkeliaran dengan gelisah.

"Perempuan?!" Mendelik mata Pak Handoyo. Napasnya tertahan sekejap.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 65: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria mengangguk dengan ketakutan. "Hm," Pak Handoyo menghembuskan napasnya yang sempat tertahan tadi. "Tidak ada anak laki-laki di sana?" "Ada...."

"mereka tidak memelukmu juga, kan?"

Maria mengangkat mukanya dengan terkejut. "tentu saja tidak, Ayah!" cetusnya spontan, "Jangan berdusta! Itu perintah Allah yang kesembilan!"

"Tapi saya tidak berdusta, Ayah!"

"Hm." Pak Handoyo mendengus lagi. Kali ini lebih lunak. "Pergilah tidur."

Tetapi ayahnya tidak langsung keluar. Dia memeriksa isi tas Maria lebih dulu. Membolak-balik setiap lembar bukunya. Membaca semua tulisan Maria sampai yang sekecil-kecilnya. Dia baru keluar setelah puas memeriksa. Dan Maria menghela napas lega.

"Hai!" sapa Guntur begitu Maria melewati tempat persembunyiannya. Sudah hampir

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 66: Merpati Tak Pernah Ingkar

setengah jam dia menunggu Maria di sini. Sabar seperti harimau menunggu mangsanya.

Mana tersentak kaget. Mukanya langsung memucat begitu mengenali pemuda itu.

"Kaget, ya?" Guntur maju mendekati gadis itu sambil tersenyum.

Tapi Maria sudah lebih cepat lagi membalikkan tubuhnya. Memeluk bukunya erat-erat ke dada. Dan lari terbirit-birit masuk ke halaman sekolah.

"Sialan." gerutu Guntur hampir tak terdengar. "Ditegur kok malah kabur!"

Beberapa anak yang kebetulan melihatnya tertawa geli. Tetapi Guntur belum putus asa. Dia memanjat pohon dan melongok dari atas dinding yang membatasi halaman sekolah.

"Maria!" teriaknya pantang menyerah. "Nanti siang pulang sekolah saya jemput kamu! Kita pergi berenang!"

Tergopoh-gopoh Maria berlari-lari masuk ke dalam kelas. Begitu tergesa-gesanya dia, sampai

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 67: Merpati Tak Pernah Ingkar

hampir menabrak Nurul yang sedang parkir di depan pintu.

"Aduh! Ada apa sih, Maria?" cetusnya heran. "Ada orang yang mau memperkosamu?"

Tanpa menghiraukan seloroh teman-temannya, Maria langsung lari ke bangkunya. Dan menjatuhkan diri di sana. Dia menelungkup ke atas meja. Menutupi mukanya dengan ketakutan.

"Waduh, ada apa sih?" gerutu Endang sambil pura-pura mengurut dada. "Tiap hari melihat lagak lagumu yang aneh, lama-lama aku ikut jadi teler juga nih!"

"Ayo, Papa! Papa jangan marah beta!" Nike bersenandung mengejek. "Dia cuma cuma cuma colek beta!"

"Oh, dia lagi rupanya!" gerutu Tina yang juga sedang bengong melihat tingkah laku Maria. "Dia datang lagi?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 68: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Nongol di tembok kayak monyet!" komentar Rena yang baru saja masuk ke dalam kelas. "Ngajak Maria berenang nanti siang!"

"Wah, itu berita besar!" pekik Nurul gembira, seolah-olah dia yang diajak berenang. "Tunggu apa lagi, Mar?"

"Bilang sama si Guntur jangan ganggu Maria lagi, Ren," pinta Elita kesal, ketika mereka sedang makan di kantin waktu istirahat.

"Lho, apa salahnya kalau dia naksir Maria? Kok kamu yang cembokur? Tuh, si Dedi bagianmu!" Maria bukan seperti kita...." "Ah, siapa bilang? Dia juga punya hati kok! Dia

juga perempuan! Gadis remaja seperti kita! Memang cuma kamu doang yang butuh cowok?" "Ingat pesan Suster Cecilia, Ren!" "Lha. kita kan nggak ganggu dia lagi! Kita cuma ingin dia senang. Jadi gadis normal seperti kita!"

"Dan buat Rena, gadis normal itu mesti punya pacar!" sindir Tina. "Nggak peduli biar dapat mesin giling kayak si Guntur juga!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 69: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Dia kan disogok," sambung Endang sambil menyeringai mengejek. "Kalau berhasil menyodorkan Maria, dia boleh minta apa saja pada si Guntur!"

"Wah. pengkhianat!" gerutu Nurul kesal. "Guntur kan dari sekolah lawan kita! Kalau Maria ambruk dan regu kita kalah, mereka senang!"

"Ih. ngelantur!" geram Rena gemas. "Ini sih nggak ada urusan sama pertandingan! Si Guntur ngebet sama Maria, masak aku larang?" "Kamu disogok, ya?"

"Disogok apaan?" kilah Rena jengkel. "Persekot saja belum terima!"

"Kamu yakin Guntur serius?" "Eh. kamu kayak yang plonco saja dalam urusan beginian. Rul! Masa ada cowok datang-datang sudah serius sih? Memangnya ini zaman apa?"

"Tapi cowoknya jangan yang kualitet si Guntur dong, Ren!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 70: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Abis musti yang gimana dong? Yang kayak si Johan? Idih, itu sih jatahku!"

"Kalau kamu serius mau bikin senang Maria, korbankan si Johan buat dia!"

"Kalian yakin Johan lebih paten dari si Guntur?" "Yang terang dia lebih alim!" "Tapi nggak tahan bantingan!" "Kamu mau pacaran atau yudo?"

"Eh, pacaran sama cewek model Maria mesti kuat mental! Salah-salah bisa ikut teler kayak kita!"

***

"Aih! Jangan dicampur ke situ, Mar!" Buru-buru Elita merebut tabung reaksi dari tangan Maria. Dan meletakkannya di atas rak. "Bisa meledak!"

Maria tersentak kaget. Mukanya langsung memucat. Matanya terbelalak panik. Hampir saja dia membuat kesalahan yang bodoh. Salah mencampur zat-zat kimia bisa berakibat fatal.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 71: Merpati Tak Pernah Ingkar

Salah-salah ruang praktikum kimia mereka bisa terbakar.

"Itu alkohol, Mar!" desis Elita, belum hilang rasa terkejutnya. "Dan yang di bawahmu itu api! Kamu melamun, ya?"

Maria masih shock. Belum dapat bicara sepatah pun. Sekejap tadi dia memang melamun. Dan inilah akibatnya.

Untung ada Elita! Kalau tidak... Aduh! Buru-buru dia memejamkan matanya. Dan mengucap syukur kepada Tuhan. Elita mengawasi temannya sambil menghela napas.

"Terima kasih, El," kata Maria perlahan-lahan setelah dia selesai berdoa. "Tuhan telah memakai tanganmu untuk menghindarkan kita dari malapetaka...."

"Lain kali lebih hati-hati, Mar," sahut Elita sabar. "Jangan melamun!"

"Saya nggak bisa konsentrasi, EL.," keluh Maria Putus asa.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 72: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Apa sih yang kamu pikirkan?" "saya bingung..." "Cowok itu? Si Guntur?"

"Ah... " Wajah Maria segera berubah kemerah-merahan Matanya menggelepar-gelepar dalam kepanikan.

"Jangan acuhkan dia! Diamkan saja! Nanti juga dia bosan. Dan pergi mencari permainan baru!"

Tetapi Guntur tidak bosan-bosannya mengejar-ngejar Maria. Siang itu juga dia sudah stand by di depan sekolah Maria.

Begitu melihat pemuda itu tegak di depan sekolah. Maria langsung kabur. lari masuk ke dalam sekolah kembali. Dan tidak mau keluar lagi dari sana.

"Betul-betul perawan tingting!" gerutu Guntur jengkel. "Masa baru ditegur saja sudah kabur?"

"Bukan," sahut Rena tenang, "perawan pi-ngitan!"

"Ajak dia keluar. Ren!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 73: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Mendingan kamu lekas-lekas menggelinding pergi. Tur!"

"Lho. kenapa?"

"Teman-temanku sudah siap mengeroyokmu!" "Masa ngajak dia pergi aja nggak boleh? Ini sekolah apa biara?!" "Surat kelakuan baikmu meragukan!" Kalau begitu kamu yang harus kasih aku rekomendasi, Ren!"

"Wah. aku sendiri tidak percaya kok sama kamu!" "Jadi aku mesti berusaha sendiri nih?" Guntur menyeringai bandel. "Oke, Neng! Lihat saja nanti! Kalau aku nggak berhasil, jangan panggil lagi namaku!"

dan Guntur tidak perlu menunggu terlalu lama

untuk memainkan lakonnya. akal kuno sebenarnya. tapi pasti gadis seperti Maria belum pernah dengar. Berpikir ke sana saja belum.

Sudah tiga hari Guntur menguntit Maria, Dia tahu sekali jalan apa saja yang mesti dilewatinya kalau pulang. Kebetulan, turun dari bus, Maria

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 74: Merpati Tak Pernah Ingkar

mesti jalan kaki sedikit. Dan gang itu sepi. Apalagi siang hari begini.

Guntur cuma perlu minta tolong pada kedua orang temannya. Sengaja dipilihnya yang tampangnya paling rusak. Dan bereslah semuanya.

Tepat pada saat Maria berteriak-teriak minta tolong. Guntur datang menolongnya. Dia menghajar kedua bajingan itu sampai babak-belur dan lari tunggang-langgang.

"Sialan si Guntur!" geram Gatot sambil meludah. Dan dia lebih jengkel lagi melihat ludahnya bercampur darah. "Berlagak jadi pahlawan, kita dipermaknya benar-benar!"

"Beraninya mengganggu wanita!" geram Guntur dengan gaya Zorro menang main anggar. Dihampiri-nya Maria yang sedang meringkuk ketakutan di dekat selokan. "Kamu tidak apa-apa?"

Maria menggeleng ketakutan. Dia tidak berani membalas tatapan Guntur.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 75: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Jangan..." rintihnya ketika Guntur sampai di dekatnya. Guntur jadi tertegun. "Jangan apaan?" desisnya heran. "Jangan ganggu saya...." "Lho! Saya justru mau menolongmu!" "Saya takut...." Maria gemetar ketakutan. Dengan panik dia mundur-mundur menjauhi Guntur.

Mari saya antarkan pulang!" "Jangan!" teriak Maria histeris. Begitu kerasnya sampai Guntur tersentak kaget.

"Kenapa? Saya temanmu kok! Saya tidak akan mengganggu kamu!"

"Jangan!" rintih Maria panik. "Jangan... tolong saya... jangan...."

Guntur tidak jadi mendesak maju. Diam-diam dia ngeri melihat mata gadis itu. Mata itu menggelepar-gelepar ketakutan. Tatapannya liar seperti binatang jalang masuk perangkap.

Gilakah gadis ini? Guntur sering melihat orang ketakutan. Tapi tidak ada yang seperti ini!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 76: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Saya tidak akan mengganggumu," keluh Guntur antara iba dan jengkel. "Kalau kamu tidak mau saya antarkan, ya sudah. Sana pulanglah!"

Tergopoh-gopoh Maria berlari-lari meninggalkan pemuda itu. Dia menerjang pintu halaman begitu saja. Melompat ke depan pintu. Dan menggedornya seperti ada kebakaran.

Tidak ada dua detik kemudian ayahnya telah muncul di ambang pintu. Dia terkejut melihat betapa pucatnya wajah gadis itu.

"Maria!" sergahnya bingung. "Ada apa?" Direngkuhnya bahu anaknya. Tapi Maria lebih cepat lagi menerobos ke dalam.

Pak Handoyo menatap lebih dulu ke luar. Mencari-cari sebab ketakutan anaknya. Tapi tidak ada apa-apa di sana. Sambil mengangkat bahu dia menutup pintu. Dan mengikuti putrinya. "Ada apa?" tanyanya curiga. Tetapi Maria belum dapat bicara. Dia masih terengah-engah mengatur napasnya. Mulutnya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 77: Merpati Tak Pernah Ingkar

terbuka tertutup seperti ikan kurang air. Tapi tidak ada suara yang keluar.

"Lekas bilang, ada apa!" bentak Pak Handoyo tidak sabar lagi.

"Ada... ada orang jahat!" menggagap Maria. Matanya berkeliaran dengan paniknya.

"Tukang copet?"

Maria menggeleng ngeri. Matanya menatap ayahnya dengan ketakutan.

"Kamu ditodong?"

Sekali lagi Maria menggeleng.

"Pemuda-pemuda berandal...," desahnya terputus-putus.

"Kamu diganggu?" Berdiri kumis Pak Handoyo. Matanya membelalak marah.

"Untung ada yang menolong ...."

"Kamu diapakan?" desak Pak Handoyo sengit.

Maria menggeleng lagi.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 78: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Saya cepat-cepat lari pulang.... Mereka berkelahi.... Saya takut, Ayah!"

"Kurang ajar!" geram Pak Handoyo marah. "Pasti anak-anak berandal di ujung gang sana! Nanti malam Ayah adukan pada Pak RT!" Ditatapnya anaknya yang masih menggeletar ketakutan itu tajam-tajam. "

"Mereka memegangmu?" desaknya curiga.

Maria mengangguk kecut.

"Kalau begitu kamu harus menjalani upacara Pertobatan! Ikut Ayah, Maria!"

dengan patuh tertatih-tatih Maria mengikuti ayahnya. Bersama-sama mereka berlutut di depan altar kecil di ruangan yang khusus diperuntukkan ayahnya untuk berdoa.

Tanpa menghiraukan Maria yang letih dan lapar, Pak Handoyo memulai upacara pertobatan itu. Mereka berdoa bersama-sama.

Lalu Maria harus mencabik-cabik pakaiannya tanda sesal dan tobat. Dia harus menangis dan berteriak-teriak pada Tuhan, memohon ampun.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 79: Merpati Tak Pernah Ingkar

Kemudian dia harus mengulang-ulang doa beberapa puluh kali. Sampai ayahnya puas.

***

Hati-hati Maria mengendap-endap mendekati pintu gerbang sekolah. Buku-bukunya dipeluknya erat-erat ke dada. Kakinya telah bersiap-siap untuk lari.

Tetapi sampai di pintu masuk, tidak ada seorang pun yang menegurnya. Maria jadi ragu. Dia berhenti sejenak. Dan menoleh ke belakang.

Tidak ada siapa-siapa. Cuma anak-anak sekolah yang sedang berbondong-bondong masuk. Satu-dua orang yang dikenalnya menyapanya sambil tersenyum. Yang lain lewat dengan acuh tak acuh. Menoleh pun tidak.

Yang sedang terburu-buru malah tidak melihat ada Maria di sana. Mereka menyenggol tubuhnya seenaknya. Seolah-olah dia cuma benda asing yang menghalangi jalan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 80: Merpati Tak Pernah Ingkar

Sekali lagi Maria menoleh. Mencari-cari seseorang di luar sana. Tapi yang dicarinya tetap tidak kelihatan batang hidungnya. Dan segurat perasaan kecewa yang aneh menggores hatinya.

Dia tidak ada di sana. Padahal biasanya dia selalu menunggu di situ. Setiap pagi.

Maria memang masih selalu lari meninggalkannya. Dan mereka tidak pernah sempat berkomunikasi. Tapi kehadiran pemuda itu sudah merupakan kebiasaan. Sekali dia tidak hadir, Maria malah merasa kehilangan.

"Tunggu siapa, Mar?" tegur Endang heran. Dia ikut-ikutan menoleh ke belakang. Tapi tidak dilihatnya orang yang kira-kira sedang ditunggu oleh Maria. "Guntur?"

"Ah." Maria tersipu-sipu menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Lho, kok aneh kamu ini! Dia datang kamu lari, dia pergi kamu cari!"

"Saya menunggu Elita...."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 81: Merpati Tak Pernah Ingkar

Sesudah bicara Maria baru tertegun. Dia sudah dapat berdusta! Astaga, begitu mudahnya! Begitu lancarnya lidahnya mengarang dusta! Ya Tuhan, ampuni dosanya!

Endang tersenyum bijak.

"Sudah kamu cari di kelas?" sindirnya. "Kamu kan baru datang. Barangkali Elita sudah ada di sana. Yuk, aku masuk duluan."

Tanpa menunggu lagi, Maria lekas-lekas me-nyusul Endang.

"Lho, katanya tunggu Elita?" gurau Endang pula.

"Ah." Maria menunduk tersipu-sipu.

"Bergaul dengan anak laki-laki bukan dosa. Mar," kata Endang separuh menasihati. Heran, setiap gadis bisa tiba-tiba jadi nenek-nenek kalau bicara dengan Plonco ini. "Guntur memang agak brengsek. barangkali dia tidak cocok untuk jadi pacarmu yang

Pertama. Kamu bisa kaget-kaget terus. Sakit

Jantung!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 82: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Boleh pinjam PR-mu, Dang?" potong Maria gelagapan.

"Ah, jangan pura-pura! PR-mu pasti sudah beres. Kenapa mesti malu kalau ngomongin anak laki-laki? Setiap gadis puma pacar. Mungkin untukmu pemuda yang seperti Johan lebih cocok. Dia alim. Serius. Tidak banyak tingkah. Susahnya, dia kurang agresif. Sedangkan kamu dingin. Beku. Jadi tidak ada titik permulaannya!"

"Nah. dikasih tipu apa lagi dia?" songsong Elita begitu melihat mereka masuk ke dalam kelas.

"Ah. cuma nasihat," sahut Endang tanpa ragu-ragu. "Dia nunggu Guntur. Tapi nggak datang!"

"Ah," desah Maria kemalu-maluan. "Saya tidak nunggu siapa-siapa kok!"

"Di sekolah kita memang tidak ada anak laki-laki," potong Rena tak sabar. "Tapi itu bukan berarti kita dilarang bergaul dengan pemuda-

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 83: Merpati Tak Pernah Ingkar

pemuda! Memangnya kita mau dijadikan PT semua!"

"Betul, Mar," sokong Nike bersemangat. "Kalau nggak percaya, tanya saja Suster Cecilia! Kita tidak dilarang bergaul dengan cowok! Pacaran bukan dosa kok!"

"Hm, kalian lupa!" Luna tersenyum. Tenang tapi sadis. "Teman kita ini calon biarawati!"

"Tapi sekarang kan belum!" potong Endang tak mau kalah. "Nah, apa salahnya mencicipi masa pacaran dulu? Masa remaja kan masa yang paling indah! Dan cinta pertama adalah cinta yang paling berkesan!"

Tak tahan lagi Maria mendengar ocehan teman-temannya. Buru-buru dia keluar lagi dari dalam kelas. Pura-pura pergi ke WC.

Pacaran. Cinta pertama. Masa remaja. Ah, semua itu tidak pernah ada baginya!

Kadang-kadang Maria iri pada teman-temannya. Mengapa mereka boleh begitu bebas? Tidak

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 84: Merpati Tak Pernah Ingkar

ada yang mereka takuti. Hidup begitu indah bagi mereka. Merah muda dan manis. Seperti sirop.

Lain benar dengan dirinya. Apa isi hidupnya kecuali doa? Sejak lahir Ayah telah menyerahkannya kepada Tuhan. Sejak lahir hidupnya telah ditentukan. Jalannya telah digariskan. Nasibnya telah diatur. Dan semua itu menuju ke suatu titik. Biara.

Benarkah dia tidak punya hak untuk memilih? Benarkah tidak ada pintu lain baginya?

Sebelum bertemu dengan teman-temannya, bergaul dengan mereka, Maria memang tidak pernah memikirkannya. Terpikir ke sana saja tidak. Tapi kini, semua itu seperti godaan yang setiap saat selalu mengganggunya. Meresahkan pikirannya.

Pengalamannya memang bertambah banyak. Pikirannya tambah luas. Pelajarannya maju pesat. Tapi dosanya pun makin bertambah.... Berdusta... Memikirkan seorang laki-laki... Ah, benarkah semua itu dosa?

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 85: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Bergaul dengan anak laki-laki bukan dosa, Mar!" Endang begitu mantap. Begitu yakin dengan Pendapatnya. Entah siapa yang mengajari.

"Kalau nggak percaya, tanya saja Suster Cecilia!" komentar Nike tak mau kalah. "Kita tidak dilarang bergaul dengan cowok!"

Suster Cecilia. Tiba-tiba saja nama itu berkelebat di kepala Maria Nike benar. Ke sanalah dia harus bertanya.

Suster Cecilia bijaksana dan sabar. Dia juga orang suci. Mengabdikan seluruh, hidupnya untuk Tuhan. Tapi dia tidak seperti Ayah!

Dia jarang marah. Jarang main hukum saja. Lembut. Dan penuh pengertian. Seperti Yesus. Seperti Bunda Maria. Dia pasti tempat yang tepat untuk bertanya.

"Saya mengerti. Maria." Suster Cecilia menghela napas panjang setelah terdiam sesaat. "Saya memang sudah menduga, suatu hari kamu akan datang dengan pertanyaan ini. Saya hargai

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 86: Merpati Tak Pernah Ingkar

kebe-ranianmu untuk menanyakannya langsung kepada saya." Ditatapnya gadis yang sedang tertunduk malu di hadapannya itu. "Kamu gadis yang jujur. Polos. Dan lugu. Tapi kamu pun gadis yang terlambat bergaul. Kurang pergaulan, istilah teman-temanmu. Tapi itu semua bukan salahmu. Kamu hanya menerima apa yang sejak kecil diberikan kepadamu. Satu hal teman-temanmu benar. Kita memang tidak dilarang bergaul dengan laki-laki. Tuhan mencipta-kan dua jenis manusia, pria dan wanita. Bukan untuk saling membenci dan memusuhi. Tapi untuk saling membantu dan saling mencintai. Dari merekalah lahir anak-anak manusia yang akan melanjutkan keturunan, melanjutkan karya Ilahi mengisi dunia ini. Jadi semua itu bukan dosa, Maria. Semua itu merupakan sesuatu yang luhur. Tetapi..." Suster Cecilia menghentikan kata-katanya sejenak, "...untuk sebagian kecil wanita, ada tugas lain yang tidak kalah luhurnya selain menikah dan mempunyai anak, yaitu tugas mengabdi kepada Tuhan dan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 87: Merpati Tak Pernah Ingkar

kepada sesama manusia. Jalan inilah yang diinginkan ayahmu untuk dirimu, Maria. Dan oleh karena kamu telah jauh-jauh hari disediakan untuk Tuhan, kamu harus menjaga kesucianmu baik-baik. Kamu tidak akan mempersembahkan barang yang tidak suci kepada Tuhan Yang Mahasuci, bukan?"

Maria menggeleng patuh. Sekarang dia mengangkat mukanya. Dan membalas tatapan Suster Cecilia dengan tatapan yang paling polos yang pernah dilihat biarawati itu.

"Tapi mengapa di sini tidak ada seorang pria pun, Suster?"

"Itu cuma tradisi, Maria. Tradisi dari pendahulu-pendahulu saya yang telah berlangsung lebih dari dua puluh tahun. Secara pribadi, sebenarnya saya sendiri tidak setuju. Di zaman modern ini. wanita tidak boleh dipisahkan dari pria. Mereka harus dibiarkan maju bersama-sama, bersaing bebas dalam menuntut ilmu. Tentu saja asal tahu batas-batasnya dalam pergaulan. Jadi saya tidak melarangmu bergaul

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 88: Merpati Tak Pernah Ingkar

dengan siapa pun. Tapi kamu harus berjanji akan menjaga dirimu sebaik-baiknya."

"Terima kasih, Suster." Lambat-lambat Maria berdiri. "Saya permisi dulu."

Maria baru menginjak ambang pintu kantor tatkala direktris sekolah itu memanggilnya lagi. Ketika dia menoleh, dilihatnya Suster Cecilia sedang menatapnya dengan sungguh-sungguh.

"Saya senang kamu datang pada saya," kata Suster Cecilia lembut. "Kalau ada persoalan lagi, maukah kamu berjanji untuk datang pada saya pula?"

BAB IV

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 89: Merpati Tak Pernah Ingkar

Begitu Maria masuk ke dalam kelas, serentak teman-temanm a berdiri dan bersama-sama me-nyanyikan Panjang Usia sambil bertepuk tangan. Terkejut dan bingung, Maria mundur kembali ke pintu. Diawasinya saja teman-temannya dengan heran. Apa lagi ini? Sejenis permainan baru?

Maria sudah bersiap-siap untuk mengambil langkah seribu ketika lagu itu berakhir. Nurul menghampirinya dengan membawa sebuah bungkusan yang dibungkus rapi dengan kertas berwarna-warni. Maria mundur dengan ketakutan sambil melirik bungkusan itu.

"Selamat ulang tahun, Maria!" ujar Nurul cepat-cepat, takut Maria keburu kabur. Atau lebih celaka lagi, pingsan di tempat. "Ini hadiah untukmu. Dari kami."

Sejenak Maria tertegun. Matanya menatap Nurul antara terkejut dan ragu. Ulang tahun? Dari mana mereka tahu dia berulang tahun hari ini? Dan untuk apa semua ini?

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 90: Merpati Tak Pernah Ingkar

Selama enam belas tahun berulang tahun, baru Kali ini ada orang yang memberikan hadiah kepadanya. Mengucapkan selamat. Pakai nyanyi-

nyanyi segala. Biasanya ulang tahunnya lewat dengan begitu saja. Tak ada bedanya. Sama seperti hari-hari lainnya. Tidak ada yang peduli. Ayah tidak. Dia sendiri juga tidak. Apa istimewanya hari ulang tahun?

"Lho, kok jadi bengong!" seru Rena tidak sabar. "Ayo, Mar, terima tuh! Jangan dipelototin aja!"

"Jangan takut, Mar," bujuk Nike. "Nggak ada tikusnya kok!"

Tetapi Maria masih tertegun bingung menatap bungkusan di tangan Nurul. Bergerak saja dia tidak berani. Terpaksa Elita yang maju ke depan. Diambilnya tangan Maria. Kemudian dengan lembut dibawanya menyentuh bungkusan yang dipegang Nurul.

"Ambil, Mar," katanya sabar. "Nggak usah takut. Ini hadiah ulang tahun dari kami semua.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 91: Merpati Tak Pernah Ingkar

Untukmu. Tanda kami ikut berbahagia karena umurmu telah bertambah setahun lagi. Mudah-mudahan kamu diberkati umur panjang."

Maria menoleh pada Elita. Matanya menatap gadis itu dengan bengong. Mula-mula dengan Pandangan heran. Bingung. Kemudian lambat-lambat berubah haru. Air mata mulai menggenangi matanya. Tapi bibirnya merekahkan senyum keharuan.

"Wah, mulai lagi acara nangis," gerutu Rena tidak Sabar. "Heran, apa-apa mesti nangis!" "Hush! Sabar dong!" Tina menyodok pinggang Rena dengan sikunya. "Namanya juga orang udik! Anak kuper!"

"Tapi aku belum pernah ketemu yang ekstrem begini!" "Justru di situlah seninya!"

"Selamat ulang tahun. Mar." Elita mengecup pipi gadis itu dengan lembut. tindakannya segera diikuti oleh semua temannya. Kecuali Luna. Dia cuma menonton sambil berpangku tangan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 92: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria menyambuti ucapan selamat mereka dengan penuh keharuan. Dia menangis. Sekaligus tersenyum.

"Bahagia?" bisik Elita di tengah-tengah kegembiraan teman-temannya.

Maria cuma dapat mengangguk. Air matanya berlinang-linang.

"Itulah seninya berteman. Suka-duka yang dibagi bersama terasa lebih mengesankan."

Tiba-tiba saja Maria melepaskan diri dari kerumunan teman-temannya. Sambil membawa kadonya, dia berlari ke luar.

"Hai. mau ke mana?" teriak Elita dan Nurul berbareng.

"Ke kapel!" sahut Maria terharu.

"Lho. ngapain ke sana?"

"Berterima kasih kepada Tuhan." Senyum Maria melebar. Matanya bersinar-sinar sampai Nurul silau melihatnya. "Tuhan begitu baik telah memberikan kebahagiaan ini kepada saya!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 93: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ampun!" keluh Nurul lemas. "Kita yang beli kado. terima kasihnya untuk Tuhan!"

"Hush!" Elita menginjak kaki Nurul dengan gemas. "Kafir kamu! Orang beriman memang mesti seperti dia! Semua yang baik datang dari Tuhan! Kita harus selalu ingat dan bersyukur kepada-Nya!"

"Tapi apa nggak bisa ditunda dulu? Kadonya saja belum dibuka!"

"Mar! Tunggu, Mar!" teriak Tina penasaran-"Buka dulu dong kadonya! Baru kamu boleh pergi!"

Maria menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arah teman-temannya sambil tersenyum. Mukanya memerah antara malu dan bahagia.

"Di mana bukanya?" tanyanya tersipu-sipu.

"Di sini dong!" sahut Nike. "Di mana lagi?"

Terpaksa Maria kembali ke dalam kelas. Dikerumuni teman-temannya, dibukanya bungkusan itu dengan hati-hati. Dadanya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 94: Merpati Tak Pernah Ingkar

berdebar-debar. Antara harap-harap cemas. Apa isinya? Sebuah kejutan lagi seperti dulu?

Maria masih ingat tikus karet di dalam baksonya. Dan dia sudah bersiap-siap untuk melemparkan bungkusan itu jauh-jauh kalau terasa ada benda lunak menjijikkan menyentuh jari-jarinya....

Tapi tidak ada apa-apa. Yang keluar cuma sebuah kartu ucapan selamat yang sangat indah. Maria sampai terpesona melihatnya. Belum pernah dia melihat kartu sebagus itu.

"Bukan itu hadiahnya!" sergah Rena tidak sabar. "Itu sih cuma kartu ucapan selamat! Ayo, buka lagi dong!"

"Sabar kenapa sih!" Tina mendorong kepala Rena dengan tangannya. "Nggak boleh lihat orang lain senang!"

"Nah, lihat kartu saja seperti baca sun t cinta!

Hati-hati Maria membuka bungkusan yang terdapat di dalam bungkusan yang pertama.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 95: Merpati Tak Pernah Ingkar

Dan dia terperangah melihatnya. Hampir memekik kaget, sebuah... apa ini?

Maria sendiri tidak tahu. Dia hanya tahu warnanya hijau tua. Indah sekali. Bahannya sangat empuk.

Bajukah ini? Bagaimana memakainya? Dibukanya lipatan baju itu... dan dia tertegun lagi...

Astaga! Sebuah celana dalam dan... BH?! Teman-temannya bersorak riuh.

'Ttu baju renang untukmu, Maria!" cetus Nurul tidak sabar. "Namanya bikini!"

Merah-padam muka Maria. Ah, teman-temannya pasti mengolok-oloknya lagi. Masa dia harus memakai... uh, pakaian seperti ini? Ya, Tuhan! Bisa pingsan ayahnya!

"Saya... tidak berani memakainya...," rintih Maria jengah.

"Memang juga nggak disuruh pakai di sini!" jawab Endang geli. "Bisa pingsan Suster Cecilia! Di kolam renang. Mar!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 96: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Satu bungkusan lagi, Mar!" sambar Nurul tak sabar. "Yang lebih kecil itu!"

Dengan tangan gemetar Maria membuka bungkusan yang satu lagi. Dan wajahnya bertambah merah terbakar!

yang ini sudah pernah dilihatnya melingkari dada Tina.... Warnanya coklat muda. Bahannya lembut. Tidak terlalu besar. Tapi manis.

"Pakai mulai besok, Mar!" cetus Tina bersemangat. "Kamu kan wanita! Sudah gadis remaja! Masa mau jadi anak-anak terus!"

Maria menutup mukanya dengan tersipu-sipu-Teman-temannya langsung menertawakannya.

***

Hati-hati Maria mengunci pintu kamarnya.. Ayah sedang berdoa. Pasti lama. Dia punya banyak kesempatan sebelum Ayah masuk ke

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 97: Merpati Tak Pernah Ingkar

sini. Dibalik -kannya patung Bunda Maria yang selalu mengawasi

nya sambil tersenyum. Sekarang patung itu menghadap ke dinding.

"Maafkan saya, Bunda yang tersuci," bisik Maria sambil membuat tanda salib.

Lalu hati-hati Maria menurunkan gambar Tuhan Yesus yang sedang mengangkat sebelah tangan-Nya untuk memberkati. Diletakkannya tertelungkup di atas tempat tidur.

Salib pun diturunkan. Setelah didekapkannya erat-erat ke dada, disimpannya baik-baik di dalam laci.

Ragu-ragu Maria tertegun sejenak di tengah ruangan. Ada kitab Injil di atas meja sembahyangnya. Disimpannya pula di dalam laci.

Selama beberapa detik Maria menoleh-noleh ke seluruh kamarnya. Tidak ada apa-apa lagi. Tidak ada yang melihat. Tapi dia masih bimbang. Dihampirinya tempat tidurnya. Dibukanya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 98: Merpati Tak Pernah Ingkar

bungkusan yang disembunyikannya di bawah kasur. Dan dikeluarkan BH itu dengan hati-hati.

Sesaat sebelum dilepaskannya bajunya, matanya terbentur pada gambar Tuhan Yesus di atas tempat tidur. Dibalikkannya dengan hati-hati. Ditatapnya. mata Tuhan Yesus. Marahkah Dia?

Tetapi mata itu tetap menatapnya selembut kemarin. Mata yang penuh pengertian. Penuh kasih Sayang....

"Oh, Tuhan! Maafkan saya!" bisik Maria sambil membalikkan kembali gambar itu. Diletakkannya tertelungkup kembali di atas tempat tidur. lalu Maria membuka bajunya. Dan dikenakannya BH itu- Berkali-kali dia berputar-putar di depan cermin. Ah, alangkah pasnya. Enak. Dan nyaman

Sekali lagi Maria berputar. Dan dia tersenyum sendiri. Dikenakannya bajunya. Ada yang menonjol di bagian dada. Begitu serasi dengan lekuk tubuhnya yang lain. Besar di dada,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 99: Merpati Tak Pernah Ingkar

mengecil di pinggang... lalu melebar di pinggul....

Hm, postur tubuh seorang wanita sejati.... Dilepaskannya jalinan rambutnya. Digeraikannya rambut yang hitam panjang itu ke punggung. Oi, indahnya!

Maria tidak bosan-bosannya menikmati bayangan dirinya di dalam cermin.... Ah, mata yang menatap dengan kemalu-maluan itu... Wajah yang pucat dan merah berganti-ganti.... Duh. seandainya dia-punya pemerah bibir untuk memoles bibirnya yang pucat...

Dan tatapannya berhenti pada bikini di atas tempat tidurnya. Tiba-tiba saja timbul keinginan yang amat kuat untuk mencobanya. Mengapa tidak? Di sini tidak ada orang lain....

Bergegas Maria melepaskan pakaiannya. Dan mengenakan bikini....

Ah, yang hijau-hijau itu amat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih bersih. Walaupun lekuk tubuhnya tidak terlalu indah, belum

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 100: Merpati Tak Pernah Ingkar

tumbuh bukit-bukit yang mempesona untuk ditonjolkan, di depan maupun di belakang, di atas maupun di bawah, tak urung Maria mengagumi dirinya. Rasanya dia tidak ingin melepaskan bikini itu.

Apa salahnya memakainya semalam-malaman? Di tempat tidur. Bukan di kolam renang. Dan nyanyian ayahnya tiba-tiba menerpa telinganya. Selesai menyanyi, Ayah pasti kemari.

Bergegas Maria menjejalkan BH-nya ke bawah kasur. Lalu buru-buru dikenakannya kembali pakaiannya. Ayah tidak pernah menggeledah tubuh

nya. Bikini itu pasti aman di sini. Tapi yang di bawah kasur? Ayah tidak segan-segan memeriksa ke sana.

Terpaksa Maria mengikat BH itu di pinggangnya. Dan mengenakan daster yang longgar. Yang tebal bahannya. Yang ramai motifnya. Ah, Ayah pasti tidak tahu. Lekas-lekas dibereskannya kembali kamarnya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 101: Merpati Tak Pernah Ingkar

Patung Bunda Maria sudah menengok kembali ke tempat yang biasa. Memandang Maria sambil tersenyum sabar. Gambar Tuhan Yesus sudah kembali pula ke tempat-Nya yang semula. Mata-Nya yang penuh kasih sayang menatap Maria dengan penuh pengertian.

Salib telah tergantung pula di tempat yang paling tinggi. Itulah Anak Domba Allah yang menebus dosa manusia. Dosa Maria juga.

Dosakah memakai BH? Memakai bikini? Dosakah mempertontonkan lekak-lekuk tubuhnya kepada orang lain? Dosakah memamerkan keindahan tubuhnya? Dosakah berusaha untuk terlihat lebih cantik?

Ah, sia-sia Maria memohon jawaban. Dia berlutut. Berdoa. Memohon ampun. Bertanya. Tapi yang membingungkan itu masih tetap rahasia bagi dirinya.

***

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 102: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Sudah nyerah, Tur?" tegur Rena ketika dia bertemu Guntur pada sebuah pagelaran tari dan nyanyi untuk kawula muda. "Kapok nyabet biarawati kita? Kok nggak pernah nongol lagi?" "Kapok sih belum." Guntur menyeringai masam.

"Cuma break dulu deh. Cakepnya nggak seberapa, lagunya teler kayak lepasan Grogol!"

"Kan di situ seninya! Yang model begitu nggak sepuluh tahun sekali keluarnya. Tur!"

"Kalau mau jadi mak comblang, cari aja korban yang lain deh, Ren! Gua masih pingin waras!"

"Tapi kan nggak ada yang bonafid kayak kamu!"

"Bonafid dengkulmu! Yang begitu sih nggak lihat mobil, nggak ngerti dandanan! Percuma nampang juga!"

"Tapi sekarang sih sudah ada kemajuan, Tur. Tiap hari kan kita indoktrinasi terus!"

"Yah, asal jangan kalian saja yang ketularan dia! Satu aja udah cukup repot!"

"Ulang tahunku minggu depan. Datang ya, Tur?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 103: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ulang tahun lagi? Kan dulu udah!"

"Udah lima belas kali. Tapi yang keenam belas belum. Minggu depan. Datang, ya?"

"Malam Minggu?"

"Malam Senin juga boleh. Tapi udah nggak ada siapa-siapa. Nggak ada makanan. Tinggal makanan buat si Bleki doang."

"Ada acara bebas?"

"Hhh. rusak tu otak!"

"Udah dari sononya, Ren! Kelainan bawaan sih!" "Pokoknya teman-temanku yang cakep-cakep komplet deh di sana!" "Biarawatimu juga?" "Wah. usul yang bagus!"

"Dan ide yang paling gila," sela Johan yang sejak tadi diam saja. "Pasti bakal ada acara kebaktian rohani!"

"Pokoknya siip deh! Kalian datang saja. Tinggal pilih!"

"Kalau aku milih kamu, Ren?" "Bilang saja sama Johan. Barangkali dia mau tukar tambah!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 104: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Jangan dong, Tur! Kamu harus menghormati kedaulatanku!"

BAB V

Lama Suster Cecilia tertegun bingung. Maria memang selalu datang mengganggunya dengan pertanyaan yang aneh-aneh. Tapi dia insaf, murid yang satu ini memang serba istimewa. Dia menuntut perhatian yang jauh lebih besar.

Problem Maria memang banyak. Sebaliknya, pengalamannya amat sedikit. Dia seperti rusa hutan yang tiba-tiba masuk ke kota metropolitan. Serba canggung dan serba bingung. Tapi pertanyaannya hari ini benar-benar membingungkan Suster Cecilia.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 105: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Suster, apa saya boleh memakai BH? Rena mengundang saya pada pesta ulang tahunnya malam Minggu besok."

"Gadis yang memakai BH tidak berdosa, Maria," sahut Suster Cecilia sabar. Dicarinya kata-kata yang sebijaksana mungkin. "Tapi itu tergantung apa kamu memerlukannya atau tidak?"

"Saya ingin memakai gaun, Suster. Tanpa BH, dada saya terlihat rata. Jelek sekali. Apakah tidak berdosa untuk terlihat cantik, Suster?"

"Tentu saja tidak, Maria." Suster Cecilia tersenyum sabar. "Setiap wanita diciptakan dengan kecantikan masing-masing. Tapi memakai baju yang

mempertontonkan sebagian besar tubuh, apalagi bagian-bagian yang terlarang, dapat memancing timbulnya nafsu yang tidak baik pada sebagian orang yang melihat. Itulah dosa."

"Baju saya cukup sopan, Suster. Tidak ada bagian yang cukup terbuka."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 106: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Saya percaya padamu, Maria. Tapi apa ayahmu sudah setuju?"

"Besok Ayah berangkat ke Banyumas. Menjual tanah kami, Suster."

Suster Cecilia mengangkat alisnya. Dahinya berkerut.

"Tapi harus kamu tanyakan dulu sebelum ayahmu berangkat, Maria. Kalau diizinkan, baru kamu boleh pergi."

"Baik, Suster."

"Dan ingat, Maria..." Suster Cecilia menggenggam tangan Maria erat-erat. "...jaga dirimu. Sekali kamu ternoda, kamu akan menyesal seumur hidup. Siapa yang akan pergi bersamamu?" "ELita akan menjemput saya."

Elita." Suster Cecilia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hm, saya bisa mempercayainya."

"Besok Ayah sudah kembali," Pesan Pak Handoyo

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 107: Merpati Tak Pernah Ingkar

sebelum berangkat. "Jangan ke mana-mana. Kunci

pintu baik-baik." "Ya, Ayah," sahut Maria patuh. Hatinya berdebar bingung. Bilang? Jangan? Minta izin? Tidak usah? ayah sudah melangkahi ambang pintu. Dia tegak

sebentar di sana. Memberkati rumahnya. Mohon pertolongan Tuhan agar menjagai rumah itu.

Maria menatap ayahnya yang sedang berdoa dengan gelisah.

"Jangan ke mana-mana!" kata Ayah tadi. Ah, Ayah pasti melarang dia pergi ke pesta ulang tahun Rena. Padahal dia benar-benar ingin pergi!

Apa salahnya pergi ke pesta? Dia belum pernah ke tempat semacam itu! Lagi pula Elita yang akan menjemputnya. Dia baik. Bisa dipercaya. Suster Cecilia pun mempercayainya....

Suster Cecilia! Apa katanya kemarin? "Kalau diizinkan, baru kamu boleh pergi!" Izin. Mana

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 108: Merpati Tak Pernah Ingkar

pernah Ayah mengizinkannya? Ayah selalu melarang! Percuma ditanya. Jawabnya pasti tidak. Ayah selalu menganggap pesta itu buruk. Perbuatan iblis. Ah. Maria jadi bingung!

sementara itu Ayah sudah turun ke halaman. Sekejap timbul niat Maria untuk mengejarnya. Minta izin. Dia akan membujuk. Memohon. Kalau perlu meratap! Tapi ... ada gunanyakah semua itu?

Hati ayahnya keras seperti batu granit. Air mata pun tidak dapat meluluhkannya. Dia kejam. Emosinya pun sudah mati. Biar Maria mengancam akan membunuh diri di hadapannya sekalipun, Ayah pasti menolak! Jadi buat apa lagi permohonan itu?

Dan Maria tersentak. Tubuh Ayah telah hilang dari pandangan. Dia berlari ke halaman. Dan menoleh ke gang.

Ayah sedang melangkah menjauhinya. Punggungnya yang mulai bungkuk tampak rapuh disinari matahari sore yang masih tajam menyengat.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 109: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria sudah membuka mulutnya untuk memanggil, Tapi tidak ada suara yang keluar. Suaranya tersekat di tenggorokan. Dan Ayah hilang lagi dari pandangan. Lenyap di kelok jalan.

Habislah sudah. Tidak ada waktu lagi untuk minta izin. Maria menangis tersedu-sedu di pintu pagar.

***

Lama Maria memandangi dirinya di dalam cermin. Gaun merah mudanya amat menawan. Elita yang memilihkan untuknya kemarin.

Uang Maria memang tidak cukup. Tapi Elita dan Nurul rela meminjamkan uang kepadanya. Entah sampai kapan.

Maria tidak menyangka ada gaun semahal itu! Seharga sekarung beras! Tabungannya bertahun-tahun ludes tanpa bekas! Itu pun masih belum cukup!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 110: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Segitu sih belum mahal, Mar." Nurul tertawa geli. "Ada gaun yang berharga sepuluh kali ini, tahu nggak?"

"Sepuluh kali lipat?" belalak Maria tidak percaya. "Lihatlah nanti waktu pesta. Gaunmu ini tidak berarti apa-apa!"

Tapi ini gaun terbagus yang pernah dimilikinya! Mimpi pun belum pernah dia akan dapat memiliki gaun seindah ini! Jadi masa bodoh dengan pendapat orang lain! Dan sekarang ... gaun seindah ini tidak akan dipakainya?

Elita sudah meminjamkan sepatu yang sesuai. sepatu bertumit tinggi yang pada mulanya agak merepotkan untuk dipakai berjalan. Perlu sedikit latihan supaya gaya jalannya jangan seperti pingguin. Dan wajahnya... ah! Elita sudah meminjamkan lipstick dan maskara-

nya pula. dengan sedikit kursus kilat siang tadi, rasanya dia sudah bisa memoles mukanya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 111: Merpati Tak Pernah Ingkar

Matanya akan terlihat lebih hidup. Begitu kata Nurul tadi. Bibirnya juga akan tampak lebih memikat.

Nurul malah sudah ikut-ikutan meminjamkan bandonya. Katanya akan terlihat lebih cantik kalau rambutnya dilepas saja. Jangan dijalin. Digerai bebas ke punggung. Dan dihiasi sebuah bando yang akan bertengger di atas kepalanya....

O, entah mengapa si Bawel itu ikut-ikutan jadi baik! Mungkin terpengaruh Elita. Temannya yang satu ini memang yang paling baik.

Ah. Maria pasti mengecewakan Elita kalau tidak datang malam ini. Dia sudah berjanji akan menjemputnya. Dan mengantarkannya pulang pula. Nah. mau apa lagi? Apa pula yang ditakutkan?

Semuanya teman-teman sendiri. Begitu kata Rena tadi. Dan Maria merasa lega. Teman-temannya memang kadang-kadang bandel. Brengsek, menurut istilah yang sering

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 112: Merpati Tak Pernah Ingkar

didengarnya. Tapi sekarang Maria baru tahu, hati mereka banyak yang baik.

Rasa kesetiakawanan mereka cukup besar. Keinginan mereka untuk membela nama sekolah pun tidak memalukan. Dan sikap persatuan mereka lebih menonjol kalau regu salah satu cabang olahraga sekolah mereka bertanding dengan sekolah lain. Karena Maria merupakan anggota aktif yang berbakat, dengan sendirinya hubungannya dengan teman-temannya menjadi lebih akrab.

Ah. Maria sering tersenyum sendiri kalau teringat hari-hari pertamanya masuk sekolah dulu. Dia ingat bagaimana perlakuan teman-temannya terhadap dirinya.

Kadang-kadang mereka memang keterlaluan, Ih, dia jadi malu sendiri kalau ingat. Tapi banyak Juga

hal-hal manis yang dilaluinya sebagai pengalaman berteman.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 113: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Itulah pergaulan," komentar Elita kalau Maria memaparkan isi hatinya. "Kamu boleh pintar, tapi kalau kamu tidak bisa bergaul, kamu pasti tersisih di masyarakat. Manusia kan makhluk sosial!"

Dan tekad Maria pun mantaplah sudah. Dia harus hadir. Dia akan datang ke pesta Rena. Ini pengalaman yang pasti tak kan terlupakan seumur hidupnya. Ayah tidak usah tahu. Dan Ayah pasti tidak tahu!

***

Sudah dua belas kali Maria melihat kejam kecil di atas meja. Hampir setengah delapan. Padahal Elita berjanji menjemputnya pukul tujuh. Ada apa? Lupakah dia?

Ada segurat kekecewaan menoreh hati Maria. Kalau Elita saja sudah tidak dapat dipercaya... siapa lagi yang dapat diandalkannya? Lebih baik dia tidak usah pergi saja!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 114: Merpati Tak Pernah Ingkar

Tapi gaun ini... Maria menoleh kembali ke dalam cermin. Rasanya Maria tidak ingin melepaskannya lagi. Dia terlihat begitu berbeda dengan gaun ini.

Lebih-lebih wajahnya... uh, dia sendiri hampir tidak mengenali dirinya sendiri.... Matanya benar-benar terlihat lebih hidup. Lebih menyilaukan dengan olesan mascara dan eyeshadow yang cukup

Dan bibirnya... hm. Merah menantang. Amat manis kelihatannya bila dibawa tersenyum....

Rambutnya... Oh, indahnya tergerai bebas begi-tu... hitam, lebat, panjang.... Kalau saja sejak dulu

dia menyadari, betapa indah sebenarnya rambutnya...

Tapi... ah, wajahnya tidak cantik. Hidungnya terlalu panjang. Matanya terlalu besar. Tulang pipinya menonjol. Cuma bibirnya yang agak lumayan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 115: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kamu cantik kalau mau dandan, Mar!" kata Nurul siang tadi. 'Tidak ada wanita yang jelek. Yang ada cuma wanita yang tidak tahu bagaimana caranya supaya terlihat cantik!"

"Cobalah, Mar," pinta Elita ketika Maria masih tetap menolak untuk didandani. "Kalau kamu nggak puas, nggak usah pakai!"

"Tapi ayah saya..."

"Make-up ini bisa dihapus kok, Mar," potong Nurul tak sabar. "Kita coba dulu. Lalu kita hapus lagi. Oke?"

"Nanti kamu boleh pinjam alat make-up-ku, Mar," sambung Elita. "Boleh kamu bawa pulang. Aku masih ada yang lain."

Dan sapuan jari-jemari Elita memang tidak mengecewakan. Maria sendiri hampir tidak percaya melihat hasilnya. Kalau tidak malu pada teman-temannya, rasanya dia segan menoleh ke tempat lain. Tak bosan-bosannya dia memandangi wajahnya dalam cermin kecil yang disodorkan Elita.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 116: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Lihat?" Elita tersenyum puas. "Kamu cantik, kan?"

Lama Maria menatap cermin itu sebelum menoleh ke arah Elita dengan kemalu-maluan.

"Benarkah... benarkah... saya cantik?" desahnya tak percaya.

"Betul, Mar! Apalagi kalau rambutmu dilepas! Jangan dijalin dua begini! Kuno!"

Dan sekarang Maria tegak di sini. Menatap ragu ke dalam cermin. Sebentar-sebentar menoleh dengan cemas ke jam kecil di atas meja.

Setengah delapan lewat lima menit... Mengapa Elita belum datang juga? Ah, Maria melepas sepatunya dengan kesal. Dia pasti dipermainkan lagi! Tapi... Elita! Benarkah dia seiseng itu?

Dan klakson mobil terdengar tepat di depan pintu pagar rumahnya. Di gang yang lumayan sempitnya, Elita pasti tidak bisa parkir lama-lama.

Bergegas Maria menyambar sepatunya. Dan berlari-lari ke luar sambil menjinjing sepatu itu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 117: Merpati Tak Pernah Ingkar

Diterjangnya saja pintu depan. Dan dia menahan napas.

Mobil! Tepat di muka rumahnya. Pasti Elita! Tanpa berpikir dua kali cepat-cepat Maria mengunci pintu. Dan berlari-lari ke luar.

Pintu depan mobil sebelah kiri langsung terbuka begitu Maria tiba di samping mobil itu. Dia Melongok ke dalam dan mulutnya yang sudah siap menegur langsung mengejang....

"Masuklah," kata pemuda di belakang kemudi itu.

Cuaca cukup gelap. Tapi Maria sudah dapat mengenalinya dengan sekali pandang saja. Dan dia mundur dengan ketakutan.

"nggak usah takut! Aku yang akan mengantarmu Ke rumah Rena!"

Buru-buru Maria menutup kembali pintu mobil dan Sudah bergerak untuk masuk kembali ke halaman rumahnya ketika klakson bajaj menyentak-kan telinganya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 118: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ayo, Neng! Lekas naik!" seru sopir bajaj itu ditengah-tengah deru mesin yang membisingkan telinga. "Jangan bertingkah, ah!"

"Elita nggak bisa menjemputmu," teriak Guntur dari dalam mobil tanpa menghiraukan kemarahan bajaj yang tidak bisa lewat itu.

Gang di depan rumah Maria memang sempit. Dan mobil Guntur berhenti terlalu ke tengah. Akibatnya bajaj di belakangnya tidak dapat lewat.

Terpaksa Maria naik ke dalam mobil. Tidak tahan mendengar bisingnya deru mesin bajaj yang berbaur dengan teriakan-teriakan kemarahan pengemudinya. Alangkah kotornya makian orang itu. Alangkah kasarnya Jakarta!

"Kenapa sih nggak mau ikut?" gerutu Guntur jengkel. "Takut, ya?"

"saya janji pergi dengan Elita...," sahut Maria gugup. Mukanya pucat. Matanya gelisah. Peluh membasahi sekujur tubuhnya. Walaupun mobil itu dingin seperti di dalam gua es.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 119: Merpati Tak Pernah Ingkar

Mereka hanya berdua saja di dalam mobil ini.... O, Tuhan! Dia benar-benar takut! Dia belum pernah berada berdua saja dengan seorang laki-laki selain ayahnya.... Dan Ayah bilang laki-laki itu... Ah, meremang bulu tengkuk Maria!

"Elita nggak bisa datang!"

"Ke mana dia?"

"Pergi dengan pacarnya."

"Dedi?"

"Huu, Dedi sih nggak masuk hitungan! Rusman, tahu nggak?! Itu yang dia naksir dari dulu! Dedi sih apaan! Nggak bonafid!"

Rusman. pikir Maria bingung. Dia sudah Pernah melihat pemuda itu. Tidak jauh bedanya dengan pemuda ini. Tampangnya tidak sejujur Dedi. Ah, Elita pasti salah pilih!

Maria memang sering mendengar teman-temannya membicarakan Elita. Sudah lama dia menaruh hati pada Rusman. Tapi pemuda itu tidak pernah membalas perhatiannya. Yang mengejar-ngejar Elita justru Dedi.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 120: Merpati Tak Pernah Ingkar

Terus terang Maria lebih senang kalau Elita memilih pemuda itu saja. Dedi lebih bisa dipercaya. Rusman sebaliknya. Teman-teman mereka sering membicarakan pemuda itu. Katanya dia sering berganti-ganti pacar!

Diam-diam Maria mendengarkan gosip-gosip semacam itu. Hal yang baru di dalam hidupnya. Pacaran. Cemburu. Saling rebut kekasih orang lain. Kejar-mengejar pacar. Dan aneh. Lama-lama Maria ikut gemar mendengarkannya. Meskipun cuma terbatas pada mendengarkan saja.

"Kok diam aja?" tegur Guntur ketika diliriknya gadis itu bengong saja melihat ke depan.

"Bagaimana kalau Elita menjemput saya ke rumah?"

Buset, nggak ngerti juga, gerutu Guntur dalam hati. Dasar bego! Elita-mu tidak akan datang! Tidak Percuma kukirim Rusman ke rumahnya! "Elita pergi dengan Rusman." sahut Guntur tegas. "Mungkin mereka menjemput saya?" "Mereka menyuruhku menjemput kamu!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 121: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria menghela napas. Begitu kerasnya sampai menoleh. Kenapa? Keberatan?" tidak ada jawaban. Guntur jadi gemas. "Apa bedanya sih kalau aku yang jemput? Kan sampai juga! Takut dibawa kabur, ya? Atau mesti pastor yang jemput kamu?"

"Kata Suster Cecilia," sahut Maria polos, "saya hanya boleh pergi dengan Elita." "Lho, kenapa begitu?" "Dia bisa dipercaya."

Meledak tawa Guntur. "Malam ini kamu tahu, nggak ada yang bisa dipercaya!"

"Tapi saya percaya pada Tuhan!"

"Nah, minta tolonglah pada Tuhan-mu! Buat apa kamu takut kalau begitu?"

"Elita ada di pesta itu?" tanya Maria ragu-ragu.

"Tergantung ke mana Rusman membawanya."

"Lalu... siapa yang mengantarkan saya pulang?" desah Maria ngeri "Saya... saya tidak berani pulang sendiri...."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 122: Merpati Tak Pernah Ingkar

Guntur menyeringai lebar. "Mintalah padaku." "Kamu mau mengantarkan saya pulang?" "Kalau kamu jadi patnerku, itu memang tugasku!"

"Kamu tidak malu...?" Maria menggigit bibirnya dengan tiba-tiba. Parasnya langsung memerah.

"Malu?" Guntur menoleh sekilas. Lalu dia tersenyum. "Aku malah bangga!"

"Saya tidak cantik...."

"Dan kamu kuper! Norak! Udik!"

Maria menunduk sedih. Air matanya berlinang.

"Jadi kenapa kamu mau membawa saya? Nanti kamu ditertawakan teman-temanmu!"

"Sebab aku ingin membawamu! Dan aku bangga karena sebelum ini tidak ada seorang pun yang bisa membawa kamu ke pesta!"

Maria menggigit bibirnya menahan tangis.

"Saya ingin seperti teman-teman yang lain..." katanya terbata-bata. "Tapi saya berbeda..."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 123: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kamu sendirilah yang membuat perbedaan itu! Kalau kamu normal seperti teman-temanmu, kamu tidak bakal dijadikan bulan-bulanan begini!"

"Kamu pikir saya tidak mau seperti mereka? Saya cuma tidak bisa!"

"Karena kamu ingin jadi biarawati?"

"Ayahlah yang telah mempersembahkan saya kepada Tuhan. Sejak saya lahir."

Ada pukulan yang tidak kelihatan meninju dada Guntur. Tiba-tiba saja dia merasa bersimpati pada gadis ini.

"Seluruh hidup saya telah didikte oleh Ayah. Nasib saya telah ditentukan sejak saya lahir...."

"Kamu bisa berontak kalau tidak mau!"

"Kamu belum kenal ayah saya. Lagi pula saya memang mencintai Tuhan. Saya rela menyerahkan seluruh hidup saya untuk-Nya."

"Wah, kepalaku jadi pusing," keluh Guntur. "Kamu nggak punya saudara?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 124: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Saya anak tunggal. Ibu meninggal ketika

melahirkan saya.

Setitik perasaan yang dia sendiri tidak tahu apa namanya merayap di sudut hati Guntur yang paling dalam. Selama ini belum pernah perasaan semacam itu menyelinap ke hatinya. Dia sendiri merasa aneh. Kamu mau turun di depan pintu? Saya parkir mobil dulu."

"Saya ikut kamu," sahut maria gugup. "Lho, di depan pintu ada teman-temanmu kok! Kamu nggak usah takut!"

"Saya malu..."

"Kamu benar-benar belum pernah pergi ke pesta? Pesta nenek-nenek dan kakek-kakek juga belum?"

Maria menggeleng. Dalam gelap matanya menatap Guntur dengan jujur.

"Pesta anak-anak juga belum?" Maria menggeleng lagi.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 125: Merpati Tak Pernah Ingkar

Astaga, Guntur menghela napas. Benar-benar ajaib!

"Berapa umurmu?" "Enam belas "

Spontan. Jujur. Tanpa ditutup-tutupi. Tanpa dikorting. Padahal gadis-gadis biasanya pantang menyebutkan umur mereka. Ah, dia benar-benar gadis yang paling jujur yang pernah dijumpainya!

"Di kotamu dulu. kamu belum pernah pergi ke pesta ulang tahun temanmu?" "saya tidak punya teman." "Teman sekolah?" "Saya tidak sekolah."

Guntur tertegun bingung. Sampai tidak dapat mengajukan pertanyaan lagi.

"Saya belajar sendiri di rumah. Ayah memanggil guru."

"Ayahmu benar-benar sadis!" "Ayah melarang saya bergaul dengan pria. Ayah takut sekolah akan merusak jiwa saya."

"Ibumu pasti laki-laki!" geram Guntur gemas.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 126: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ibu?" ulang Maria bingung.

"Ayahmu pasti kawin dengan laki-laki juga-Bukankah dia melarang putrinya bergaul dengan laki-laki? Nah, dia juga pasti tidak suka bergaul dengan wanita!"

"Ayah ingin saya tetap utuh dan suci seperti waktu saya dilahirkan."

"Jadi tidak boleh kena polusi sama sekali?"

"Saya harus mempersembahkan diri saya kepada Tuhan dalam keadaan suci murni "

"Waktu kamu dilantik jadi biarawati? Nah, kenapa kamu disekolahkan sekarang?"

"Ayah ingin saya mengabdikan diri di biara itu. Dan Ayah ingin saya pandai seperti Ibu. Kata Ayah, Ibu lulusan SMA."

"Hhh, aneh!" Guntur memarkir mobilnya sambil menggerutu. "Orang tua seperti ayahmu itu sudah nggak model lagi sekarang! Sudah mesti dimuseumkan!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 127: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ayah cuma ingin saya pintar dan baik seperti Ibu. Salahkah itu?"

"Tapi kejam menjadikan seorang anak sebagai duplikat ibunya!"

Sambil masih menggerutu Guntur turun dari mobilnya. Mengunci pintu. Dan membukakan pintu buat Maria.

"Kita masuk?" tanya Maria bimbang.

"Kamu mau di mobil terus?"

"Tapi saya malu...."

"Acuh saja."

"Kamu nggak malu jalan sama saya?" "Coba kulihat dulu. Kamu pincang nggak?" Buru-buru Maria berdiri.

"Hm." Guntur menahan senyumnya. "Kamu Pakai kaki palsu?"

Maria menggeleng dengan segera. "Nah, aku mesti lihat dulu kakimu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 128: Merpati Tak Pernah Ingkar

kaki... saya...?" Gemetar bibir Maria. "Duduklah dulu. Angkat longdress-mu sedikit. Aku harus melihat dulu kakimu."

"itu syaratmu?" keluh Maria bingung.

"Terang dong! Gadis pincang nggak pantas jadi partnerku!"

"saya tidak pincang!" protes Maria tersinggung. Diangkatnya gaun panjangnya dengan kesal. Dan sepasang betis putih dan mulus terpampang menantang di depan mata Guntur.

"Hm, indah!" komentar Guntur menahan se-nyum. "Nah, ayo masuk! Kamu tidak memalukan kok!"

Guntur mengulurkan lengannya. Tapi Maria pura-pura tidak melihat.

***

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 129: Merpati Tak Pernah Ingkar

Begitu Maria masuk, semua temannya langsung lupa yang pesta Rena. Bukan Maria. Serentak mereka semua lari mengerubungi Maria.

"Amboi, cakepnya!" Luna mencibirkan bibirnya. "Lihat tu muka, kayak kanvas belepotan cat!"

"Dan dadanya!" Rena mengikik geli. "Bukitnya tumbuh dalam sehari!"

"Wah. kece juga nih suster!" komentar Ronald sambil memukul bahu Guntur yang berjalan di sisi Maria. "Kapan lu nyusul jadi pastor, Tur?"

"Pokoknya gua pasti undang lu!" sahut Guntur sambil menarik Maria ke lantai dansa. "Disko yuk?"

"Disko?" Maria menoleh heran. Seperti bebek mendengar petasan.

"Dansa."

"Di sini?" Memucat wajah Maria. "Di mana lagi?" gurau Guntur. "Di tempat tidur?" "Saya tidak bisa dansa!" "Ah, gampang! Goyang-goyang aja. Salah juga nggak ada yang tahu!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 130: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Minum dulu, Mar!" Nurul datang membawakan segelas minuman dingin. "Mukamu pucat sekali. Ntar keburu semaput!"

"Di mana Elita, Rul?"

"Belum kelihatan dari tadi."

"Ah," Maria mengeluh bingung, "ke mana dia?"

"Sudah kubilang, dia pergi sama Rusman!" gerutu Guntur kesal. "Jangan pikirkan dia lagi deh! Yuk kita dansa!"

Tanpa menghiraukan protes-protes Maria, Guntur membawanya ke lantai dansa.

"Hai!" sapa teman-teman mereka yang sedang asyik berdisko.

Maria hanya tersenyum kemalu-maluan. Dia berjalan separuh ditarik oleh Guntur di sela-sela pasangan-pasangan yang sedang berdansa.

"Awas pecah, Tur!" goda Endang. "Barang antik tuh! Hati-hati pakainya!"

"Beres." Tersenyum Guntur. "Pokoknya barang kembali dengan utuh!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 131: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Eh, barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan lho!" sambung Nike lincah.

Silau mata Maria melihat dandanan teman-temannya malam ini. Nurul benar. Di pesta semacam ini, gaunnya yang seharga sekarung beras itu tidak berarti apa-apa. Tenggelam dalam semaraknya gaun teman-temannya.

Dan yang gemerlapan itu masih diramaikan lagi

oleh kilauan perhiasan di lengan, leher, dan telinga

mereka. Karena di sekolah dilarang memakai perhiasan, di Pesta semacam inilah mereka baru dapat memamerkan miliknya. Meskipun kadang-

kadang hanya berupa barang imitasi - itu pun tidak jarang merupakan barang pinjaman - mereka tidak

segan-segan memindahkan toko perhiasan ke tubuh mereka.

"Ayo, jangan malu-malu, goyang saja," kata Guntur sambil mulai berdisko. "Dengarkan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 132: Merpati Tak Pernah Ingkar

irama musik itu, ikuti alunannya, lupakan teman-temanmu. Anggap saja di sini cuma ada kamu dan aku. Jangan minder! Kamu nggak kalah kok sama mereka!"

"Benar?" Maria menatap Guntur dengan tatapan tidak percaya. Matanya yang jujur berkedip-kedip penuh harap. "Saya juga cantik seperti mereka?"

"Kamu cantik," sahut Guntur tegas.

Ada sinar berpendar-pendar di mata yang selalu murung itu. Kamu cantik! Dan itu diucapkan oleh seorang pemuda yang setampan Guntur! Ya, Tuhan! Benarkah dia cantik?

Oh, ada perasaan yang sulit dilukiskan di hati Maria. Perasaan bangga bercampur haru. Perasaan yang sama seperti perasaan yang mengaduk-aduk hatinya kalau Guntur berjalan di sisinya. Memegang tangannya. Menggandengnya melewati Luna yang menatap mereka dengan tatapan yang belum pernah dilihatnya bersorot di mata itu. Mengajaknya berdansa. Atau cuma sekedar minum dan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 133: Merpati Tak Pernah Ingkar

ngobrol. Ah. Guntur begitu tampan! Mungkin yang paling tampan di pesta ini! Dan dengan dialah Maria berjalan!

"Kamu senang?" tanya Guntur setelah hampir setengah jam mereka berdansa.

Maria mengangguk sambil tersenyum. Matanya menatap Guntur dengan penuh terima kasih. Sedikit pun dia tidak berusaha untuk menyembunyikan kebahagiaannya. Dia begitu polos seperti sebuah

buku yang terbuka. Setiap orang dapat membaca isi hatinya.

"Lihat, kamu sudah bisa dansa!"

"Ah." Maria menunduk kemalu-maluan. Konsentrasinya langsung buyar. Dansanya jadi kacau. Beberapa kali dia menginjak kaki Guntur.

"Capek? Mau istirahat dulu?"

"Kita boleh duduk?"

"Tentu saja! Sudah lapar?"

"Boleh ditunda sebentar lagi?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 134: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Nggak ada yang larang. Di pesta ini kita boleh berbuat apa saja. Sesuka hati."

Guntur membawa Maria ke bangku di sudut ruangan. Dan mengambilkan minuman dingin untuk gadis itu.

"Bagaimana?" ejek Luna ketika Guntur melewati tempatnya. "Sudah selesai kursus kilatnya?"

"Wah, dia lebih asyik daripada kamu!" Guntur balas mengejek. "Semuanya masih asli!"

Tentu saja Maria tidak dapat mendengar Pembicaraan mereka. Guntur menyodorkan minumannya tanpa berkata apa-apa.

"Terima kasih," sahut Maria terharu. "Kamu baik sekali."

Guntur tertawa lunak. "Apanya yang baik?" Mengambilkan minuman untuk saya."

"Itu sih sudah seharusnya!" "Kamu mau menjemput saya, mengajar saya berdansa..."

"Aku malah ingin mengajari kamu berenang!" "Berenang?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 135: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Aku ingin mengajari kamu apa saja supaya kamu tidak norak dan kuper!"

"Ah, ayah saya pasti marah!"

"Boleh datang ke rumahmu?" "Kamu?" belalak Maria kaget. "Siapa lagi?"

"Mau apa kamu ke sana?" "Bicara dengan ayahmu." "Aduh. jangan!"

"Harus ada orang yang berani membukakan matanya! Anaknya normal! Dia yang punya kelainan!"

"Jangan! Ayah pasti marah! Dan saya dilarang sekolah lagi!"

"Senin siang kujemput kamu pulang sekolah. Oke? Kita pergi berenang!"

"Jangan!"

"Kamu tidak ingin ketemu lagi?" "Tentu! Tapi...""

"Jangan takut. Aku akan menjagamu." "Ayah melarang saya bergaul dengan laki-laki!" "Kuno! Ayahmu sendiri laki-laki!" "Kata Ayah. laki-laki

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 136: Merpati Tak Pernah Ingkar

itu perusak...." "Aku tidak akan mengganggumu. Aku cuma ingin melihat kamu jadi gadis normal!"

Hampir pukul sebelas malam ketika Guntur menurunkan Maria di muka rumahnya. Gang di depan rumah Maria sudah sepi. tidak ada seorang pun yang lewat.

"Terima kasih mau mengantarkan saya pulang," kata Maria sambil bergerak untuk membuka pintu mobil. tapi Guntur memanggilnya. ketika ia menoleh, tiba-tiba saja pemuda itu mencium bibirnya.

Maria tersentak kaget. Hampir pingsan dia. Matanya terbelalak lebar. Mukanya pucat dan merah berganti-ganti. Jantungnya berdebar keras. Hampir rontok rasanya.

Dia sering mendengar teman-temannya bercerita tentang ciuman pertama. Dia memang sering membayangkannya. Tapi tak pernah mimpi akan ikut merasakannya pula! Apalagi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 137: Merpati Tak Pernah Ingkar

dari seorang pemuda yang setampan Guntur! Oh.

Bergegas Maria melompat turun. Tanpa menoleh lagi, dengan tersipu-sipu, dia berlari masuk ke halaman. Cepat-cepat Guntur menerjang ke pintu sebelah kiri dan melongok dari jendela. "Maria!" panggilnya sekali lagi. Di depan pintu, Maria menoleh. Mukanya merah-padam. Tetapi matanya bersinar-sinar dalam kemilau kebahagiaan. Dan bibirnya tersenyum manis.

"Lusa kujemput kamu! Oke?"

Tanpa menjawab, Maria membalik untuk masuk ke dalam. Tapi Guntur memanggilnya sekali lagi. Dan sama seperti tadi, Maria menoleh pula. Senin siang kita berenang, ya?"

Karena Maria belum menjawab juga, sekali lagi Guntur berseru.

"Aku belum mau pergi kalau kamu belum bilang ya!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 138: Merpati Tak Pernah Ingkar

Jendela sebelah rumahnya terbuka. Sebuah kepala beruban melongok ke luar. Maria menjadi gugup. tetapi Guntur tidak peduli seandainya semua orang di gang ini terjaga dari tidurnya sekalipun. "Aku boleh menjemputmu?"

"Sst!" Maria menaruh jarinya di bibir Sambil melirik ketakutan ke arah tetangganya.

Tetapi Guntur malah berteriak lebih keras lagi "Senin siang, oke?" Buru-buru Maria mengangguk. Dia menyelinap ke dalam rumah. Dan menutup pintu. Dadanya masih naik-turun dengan cepatnya. Napasnya pun ter-engah-engah. Tapi Maria bersandar ke pintu itu sambil tersenyum malu.

Bibirnya masih dapat merasakan hangatnya kecupan Guntur. Matanya masih dapat membayangkan lembutnya tatapan pemuda itu. Belum pernah Maria menerima tatapan yang demikian lembut. Ah, bukan hanya lembut... tapi sekaligus hangat... mesra.... Mesrakah namanya tatapan semacam itu? Tatapan yang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 139: Merpati Tak Pernah Ingkar

mampu menggetarkan jantungnya... mengajak hatinya menari-nari dalam alunan kebahagiaan?

Tak tahan lagi Maria menyimpan semua kebahagiaan itu untuk dirinya sendiri. Dia berlari-lari ke kamarnya. Menjatuhkan dirinya di depan meja sembahyangnya. Dan mengatupkan tangannya membentuk sembah.

"Terima kasih. Tuhan!" bisiknya dengan pipi kemerah-merahan. "Terima kasih karena Engkau telah memberikan seorang laki-laki yang sebaik dia!

Lalu matanya yang terpejam dalam kebahagiaan tiba-tiba terbelalak. Sebuah pertanyaan menyentakkan kesadarannya. Tidak marahkah Tuhan? Tidak cemburukah Yesus?

Tetapi mata Yesus masih tetap selembut kemarin. Tatapan-Nya tak pernah berubah. Penuh Pengertian dan kasih sayang. Bunda Maria pun masih tetap tersenyum. Sabar dan agung.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 140: Merpati Tak Pernah Ingkar

BAB VI

"Maafkan saya, Mar," kata Elita begitu dia bertemu dengan Maria hari Senin pagi. "Saya tidak bisa menjemputmu malam Minggu kemarin."

"Oh, tidak apa-apa," sahut Maria dengan senyum yang setulus suaranya. Tidak ada nada kesal sama sekali.

Elita jadi merasa lebih terpukul lagi. Mendustai orang seperti Maria memang lebih terasa dosanya. Tapi malam itu dia memang dihadapkan pada pilihan yang sulit.

Rusman tiba-tiba saja datang ke rumahnya. Dan Elita tidak dapat meninggalkan pemuda yang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 141: Merpati Tak Pernah Ingkar

sudah sekian lama diharapkan kedatangannya. Apa pun alasannya.

"Dia malah senang kamu nggak jemput, El!" Sambar Nurul sambil tersenyum-senvum. "Kamu tahu siapa yang jemput dia?"

"siapa?" Elita menoleh dengan waspada. Mata-nya Menatap Nurul dengan tegang. Ketika dilihatnya Nurul cuma tersenyum-senyum, dia langsung berpaling pada Maria.

"Siapa, Mar?" desaknya serius.

"Tebak dong!" ejek Nurul. "Siapa pikirmu yang mau menjemput Maria?"

"Kamu, Rul?" Elita menoleh lagi pada Nurul Tapi Nurul cuma mencibir. "Siapa sih?" geram Elita gemas. Dia berpaling lagi pada Maria. "Ayo dong. Mar, bilang! Siapa?" "Guntur," sahut Maria polos. Melebar mata Elita. Tapi mulutnya yang telah separuh terbuka dikatupkannya kembali. Sebuah pikiran ganjil melintas di otaknya. Tapi lekas-lekas ditindasnya kembali.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 142: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria sedang begitu gembira. Kelihatan dari sikapnya. Wajahnya. Tatapannya. Senyumnya. Elita tidak sampai hati mengecewakannya. Dia sudah mengecewakan Maria malam Minggu kemarin. Masa sekarang dia harus mengecewakannya lagi?

Tapi sepanjang hari itu Elita gelisah terus. Lebih-lebih ketika Maria menceritakan dia akan pergi dengan Guntur. Pulang sekolah.

"Dia akan mengajari saya berenang. Cuma... ah, sejak kemarin saya agak pilek. Barangkali karena tidak pernah keluar malam...."

"Dan ayahmu?" cetus Elita antara kaget dan heran.

"Mulai hari ini Ayah pergi dari pagi sampai sore Ayah sudah berhasil menjual rumah kami. Uang itu akan dipakai Ayah sebagai modal berdagang.

Jadi perawan pingitan ini sudah mulai lepas dari kontrol! Elita mengerutkan dahinya dengan bingung. Tentu saja Elita gembira kalau Maria dapat mengecap kebebasan seperti gadis-gadis

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 143: Merpati Tak Pernah Ingkar

lain. tapi dia takut kebebasan itu malah akan menjerumuskan nya! Dan kalau itu sampai terjadi... dia punya andil yang tidak kecil!

Elita-lah yang mengajak Maria ke pesta. Dia pula yang tidak datang menjemput gadis itu sehingga Guntur punya kesempatan untuk menggantikannya! Dan pemuda seperti Guntur benar-benar tidak dapat dipercaya!

"Aku ikut, Mar," kata Elita tiba-tiba. "Aku juga kepingin berenang. Kamu keberatan?"

"Saya?" Mata Maria melebar dengan gembira. "Saya senang kamu ikut, El!"

Diam-diam Elita menghela napas. Anak ini benar-benar masih polos. Dia malah lebih senang pergi beramai-ramai. Padahal Guntur tentu mengharapkan yang sebaliknya!

"Kamu mau ikut berenang, Rul?" tanya Elita kepada teman-temannya.

"Kapan?"

"Nanti siang. Pulang sekolah." "Boleh. Sama siapa?" "Guntur akan menjemput Maria."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 144: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Betul?" belalak Nurul heran. "Yuhui! Aku pasti ikut!"'

"Boleh ikut, Mar?" sambar Endang yang juga sudah mendengar kabar yang menjalar cepat seperti wabah itu.

"Tentu," sahut Maria dengan wajah berseri-seri. "Lebih banyak kan lebih ramai!"

"Ayo, Nik!" Endang mendesak Nike yang masih ragu-ragu. Soalnya nanti sore dia les piano. "Kapan lagi kita diajak? Lain kali Maria pasti lebih suka pergi berdua!"

"Iya deh, aku ikut!" kata Nike akhirnya. "Tapi mobil si Guntur muat nggak, ya?"

"Kalau nggak muat, naik mobilku!" sambar Tina bersemangat. "Sekelas juga cukup!"

"Mobilmu yang merek Volvo itu ya, Tin?" ejek Nike geli. "Yang bertingkat?"

Teman-temannya tertawa riuh. Tapi mereka sudah sepakat mau ikut semua. Diam-diam Elita menghela napas lega.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 145: Merpati Tak Pernah Ingkar

Rasain kamu. Tur, katanya sambil tertawa dalam hati. Malam Minggu kemarin kamu yang ngerjain saya. Sekarang saya balas! Kamu pikir kamu yang paling pintar? Tak akan saya biarkan kamu mengganggu biarawati kami!

***

Guntur terbelalak bingung melihat gadis sebanyak itu berderet-deret di depan sekolah. Sampai silau matanya.

"Astaga!" cetusnya sambil melongokkan kepalanya dari jendela mobilnya. "Mau demonstrasi ke mana kalian?"

"Kami mau ikut berenang, Tur!" sahut Nurul yang paling lincah. "Kamu mau pergi berenang, kan?"

"Buset!" Guntur menggaruk-garuk kepalanya. "Kolamnya juga nggak muat!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 146: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Gantian juga boleh, Tur." Elita tersenyum sinis. "Pokoknya kami ikut!" "Tapi aku cuma ngajak Maria!" "Kalau Maria pergi, kami semua juga pergi!" "Wah, gawat nih!"

"Ayo, Teman-teman! Naik!" Elita mengomando teman-temannya. "Tunggu apa lagi.?"

"Waduh! Tunggu dulu! Mobilku nggak muat!" "Sebagian naik mobilku," potong Rena bersemangat. "Sisanya naik busnya si Tina!"

"Hush! Itu bukan busku tahu!" belalak Tina. "Tapi yang ikut aku boleh pakai karcis pelajarku!"

Dan sebelum Guntur dapat mencegah, anak-anak perempuan itu telah berdesak-desakan naik ke mobilnya. Justru Maria masih tertinggal di luar!

"Ayo, Mar! Naik!" seru Elita. "Nanti ketinggalan!"

"Biar saya ikut Tina saja," sahut Maria sabar.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 147: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Bego!" Guntur menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Mobil ini spesial buat jemput kamu! Masa kamu malah mau naik bus?!"

"Waduh! Tuan Besar Guntur murka!" Elita tertawa mengejek. "Lebih baik kamu cepat-cepat naik, Mar! Sini, masih ada tempat! Desak-desakan malah hangat!"

"Jangan, biar saya naik bus saja!"

Dan tanpa bisa dicegah lagi, Maria sudah berlari menyusul teman-temannya yang sedang mengejar bus!

"Mampus gua!" geram Guntur gemas. "Sebentar lagi gua pasti ikut gila!"

"Nguber cewek kayak dia aja otakmu sudah mesti diperiksa, Tur!" kata Luna yang duduk tepat di samping Guntur. "Memangnya persediaanmu sudah habis? Si Rusman sudah nggak ada stock cewek lagi untukmu?"

"Yang seperti itu langka, tahu nggak? Masih orisinal! Ban serepnya saja belum turun!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 148: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Huu, gawat!" Luna mencibir kesal. "Yang tukang tukar-pinjam pacar seperti kamu saja masih

cari yang tangan pertama! Dasar cowok! Mau enaknya sendiri saja!"

***

Sudah hampir setengah jam Maria mengurung diri di dalam kamar ganti. Dia sudah mengenakan bikininya. Tapi tidak berani keluar. Sampai Elita menggedor-gedor pintunya.

"Mar? Sudah belum? Kok lama betul?"

"Mar! Kamu masih hidup?" teriak Nurul tak sabar.

"Tunggu sebentar," sahut Maria gugup. Lemas.

"Kenapa? Celanamu hilang?"

"Saya..." Menggagap Maria. Sekujur mukanya terasa panas. "Saya..."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 149: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ajak aku masuk, Mar!" Nurul mendorong pintu dengan gemas. Tapi pintu itu terkunci.

"Tunggu sebentar, Rul...."

"Ngapain lagi? Berdoa dulu?"

"Saya malu...."

"Astaga!" Nurul melorot lemas. "Kalau malumu sampai besok, kita semua bisa nginap di sini!"

"Ada apa?" tanya Rena yang baru datang. "Dia semaput di dalam? Perlu bantuanku? Aku masih sanggup mendobrak pintu!"

"Huu, dasar buldozer!"

Dan pintu terbuka sebelum mereka sempat mengetuk lagi. Semua mata yang sedang tegang menatap ke pintu menjadi kecewa.

Maria memang sudah keluar. Tapi tanpa bikini. Dia sudah mengenakan roknya kembali. Dan bersandar lemas ke pintu. Matanya menatap teman-temannya dengan penuh penyesalan.

"Lho!" cetus Nurul antara bingung dan kesal. "Kok nggak jadi?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 150: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ke mana bikinimu, Mar?" sambung Nike heran. "Hilang?"

"Maaf..." desah Maria perlahan, "saya tidak bisa...."

Satu per satu teman-temannya mengangkat bahu dan berjalan ke luar dengan lemas. Guntur yang sudah mengenakan celana renang dan sedang menunggu di tepi kolam melongo keheranan melihat mereka.

"Nggak jadi berenang?" tanyanya bingung. Matanya melebar melihat Maria yang keluar paling akhir, masih mengenakan rok biasa.

"Dia malu!" keluh Nurul separuh menggerutu.

"Malu?" Guntur terbelalak menatap Maria. "Kamu malu pakai baju renang?"

"Kata Suster Cecilia, memakai baju yang mempertontonkan sebagian besar tubuh, apalagi bagian-bagian yang terlarang, dapat memancing nafsu. Dan itu dosa."

"Astaga." Guntur merosot lemas. "Jadi kamu mau berenang pakai longdress?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 151: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Lebih baik kita ceburin saja dia ke kolam!" gerutu Luna pada Rena. "Bertingkah amat sih!"

"Sudahlah," Elita mencoba menengahi. "Lebih baik kita makan bakso tenis saja yuk!"

"Kamu juga nggak jadi berenang?" "Berenang pakai apa? Nggak bawa baju renang kok!"

"Jadi buat apa kalian kemari?" gerutu Guntur kesal.

"Ngawal Maria!" "Brengsek! Nyempit-nyempitin mobil aja!"

Maria meletakkan bukunya dengan sedih. PR masih banyak. Hapalan pun masih bertumpuk. tapi pikirannya tidak dapat diajak konsentrasi.

Sejak tadi cuma Guntur yang diingatnya. Marahkah dia? Dia sama sekali tidak menegur Maria lagi. Apalagi mengantarkannya pulang.

Ketika Elita menyindirnya, Guntur malah membentak jengkel, "Buat apa diantar pulang? Kan ada kalian? Pengawalnya, kan?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 152: Merpati Tak Pernah Ingkar

Ah, suaranya begitu sinis. Begitu menyakitkan. Dia pasti kesal. Marah Tapi Maria tidak dapat mengubah keputusannya Dia tidak dapat memakai baju yang demikian terbuka, baju apa pun namanya!

Dia memang sudah mengecewakan Guntur. Mengecewakan teman-temannya. Tapi paling tidak, dia tidak mengecewakan Tuhan! Tidak mengecewa-kan Suster Cecilia! Tidak mengecewakan ayahnya!

Duh, susahnya berusaha untuk tidak mengecewakan semua orang! Dan ayahnya masuk seperti hantu. Begitu tiba-tiba dan diam-diam.

Maria tidak tahu kapan ayahnya masuk. Tahu-tahu Ayah sudah tegak di sisinya. Dan merampas bukunya. Membalik-balik halamannya.

Barangkali mencari surat? Atau sajak-sajak cinta? Atau... apa saja yang dikirim salah seorang teman prianya? Ah, Ayah memang selalu curiga!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 153: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Belajar atau melamun?" gerutu Ayah jengkel. Dia membaca semua tulisan Maria. Dan baru puas

setelah tidak menemukan sesuatu yang mencuriga-kan. "Di mana tasmu?"

Tanpa berpikir dua kali Maria mengambil tasnya dan menyerahkannya kepada ayahnya. Ayah mengaduk-aduk isinya dan menggeledah setiap sudut dan lekukan.

"Hm," Ayah mendengus puas sambil meletakkan tas itu kembali. "Sudah berdoa?" Maria mengangguk lesu.

"Belajar! jangan pikir apa-apa lagi. Tahun depan Ayah akan minta pada Suster Cecilia agar kamu diizinkan ikut ujian SMA. Biar lulus lebih cepat."

Dan lebih cepat masuk biara, pikir Maria sedih. Dia mencintai Tuhan. Mengasihi Yesus Menyayangi Bunda Maria. Dia mau mengabdikan seluruh hidupnya untuk Tuhan. Tapi haruskah dengan cara begini.'

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 154: Merpati Tak Pernah Ingkar

Ayah bersikap seolah-olah Ayah sendirilah yang hendak masuk biara. Bukan putrinya! Padahal setiap manusia diberi kehendak bebas oleh Tuhan. Begitu kata Suster Cecilia dalam pelajaran agama.

Tidak ada paksaan untuk masuk biara. Banyak jalan lain untuk mengabdi kepada Tuhan. Tapi mengapa Ayah begitu menginginkan dia menjadi biarawati? Tidak sayangkah dia pada Maria? Masuk biara berarti harus berpisah dengan Ayah, bukan?

Di ambang pintu sekali lagi Pak Handoyo menoleh. Maria masih melamun seperti tadi. Menatap buku. tapi dengan tatapan hampa!

Pak Handoyo menjadi curiga Ditatapnya seluruh isi kamar itu sekali lagi Dan tatapannya berhenti di tempat tidur.

Sudah lama dia tidak pernah menggeledah kasur lagi. Sejak beberapa kali tidak menemukan apa-apa di sana.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 155: Merpati Tak Pernah Ingkar

Terus terang Pak Handoyo agak malas membongkar kasur. Dia alergi terhadap kapuk. Mengendus bau kapuk saja dia sudah sepuluh kali bersin. Tapi malam ini sikap Maria amat mencurigakan.

Anak itu memang pendiam. Pemurung. Sering melamun. Tapi naluri Pak Handoyo sebagai seorang ayah membisikkan sesuatu yang lain. Ada rahasia di mata gadis itu. Maria pasti menyembunyikan sesuatu!

Tanpa disangka-sangka, Pak Handoyo berbalik. Dan melangkah kembali ke dalam kamar. Dia langsung menuju ke tempat tidur.

Lalu sebelum Maria sempat mencegah, ayahnya telah mengangkat kasur itu.... Dan bikini yang belum sempat disembunyikannya teronggok di sana!

Terbelalak mata Pak Handoyo. Dia sampai tidak jadi bersin walaupun hidungnya sudah gatal. Direnggutnya benda berwarna hijau itu dengan ganas. Lalu dengan kemarahan berkobar, dia berpaling pada Maria.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 156: Merpati Tak Pernah Ingkar

Gadis itu menatapnya dengan mata terbeliak ketakutan. Tangannya menutupi mulutnya, seakan-akan mencegah keluarnya jeritan yang sudah berulang-ulang bergema di dadanya.

"Apa ini?!!" geram Pak Handoyo sengit. Dilemparkannya bikini itu ke muka Maria. "Kurang ajar! Baru setengah tahun sekolah, sudah berani membuat malu Ayah!"

Seperti alap-alap terluka, Pak Handoyo menyambar bikini itu. Mengoyak-ngoyaknya dengan geram. Dan belum puas melampiaskan amarahnya,

diseretnya Maria ke tempat tidur. Ditamparnya pipinya berulang-ulang.

Seakan-akan belum puas juga, Pak Handoyo menyulut bikini itu dengan korek apinya. Mengambil sebatang sapu. Dan memukuli pantat Maria. Gadis itu cuma dapat merintih sambil menangis di tempat tidur.

"Tidak usah sekolah lagi!" bentak Pak Handoyo gusar. "Buat apa sekolah kalau dirimu jadi rusak

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 157: Merpati Tak Pernah Ingkar

begini?!" Ditendangnya meja tulis Maria sampai terbalik. Dibantingnya tasnya. Dihancurkannya semua isinya. Dan dirobek-robeknya buku-bukunya.

Belum puas juga, ditendangnya kursi yang menghalangi jalannya. Dan dia keluar sambil membanting pintu.

Lama Maria masih terisak-isak seorang diri di tempat tidur. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Mukanya. Badannya. Kakinya...

Dilayangkannya tatapannya ke seluruh kamar yang berantakan. Kursi dan meja terbalik. Potongan kertas-kertas bertebaran di lantai. Cabikan-cabikan kain yang sebagian besar sudah menjadi abu berserakan di sana-sini. Tetapi Maria paling terpukul melihat buku-buku pelajarannya yang terkoyak-koyak menjadi serpihan-serpihan kecil yang tidak berguna....

Maria menjatuhkan dirinya ke lantai. Memunguti serpihan-serpihan buku itu. Lalu menangis tersedu-sedu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 158: Merpati Tak Pernah Ingkar

Ketika Maria menengadah, Tuhan Yesus masih memandangnya dengan lembut. Dengan penuh Pengertian. Penuh kasih sayang...

Tak tahan lagi Maria membuang dirinya ke depan meja sembahyangnya. Satu-satunya benda di kamar

itu yang tidak disentuh Ayah. Tidak diobrak-abrik dan diporak-porandakan.

"O. Yesus!" pekik Maria sambil menangis tersedu-sedu. "Saya tidak tahan lagi! Ambillah saya! SaYa ingin berada bersama-Mu, di tempat yang tiada lagi penderitaan, kekerasan, kerusakan!"

Tapi malam itu Tuhan tidak datang mengambil Maria. Tuhan hanYa datang menghibur dalam mimpi gadis Maria yang tertidur di depan meja sembahyangnya karena keletihan dan kesedihan.

***

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 159: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Itu hadiah ulang tahun dari kami, Suster!" protes Nurul dan teman-temannya marah.

Sekarang mereka tahu mengapa hari ini Maria tidak masuk sekolah. Mula-mula mereka kira karena kejadian di kolam renang itu. Karena Guntur marah. Atau karena Maria sedih Guntur tidak mengantarkannya pulang.

Tapi pagi ini Pak Handoyo datang ke kantor Kepala Sekolah. Dan Suster Cecilia cukup bijaksana dengan menanyakan terlebih dahulu asal mula bikini itu kepada teman-teman Maria.

"Maria tidak pernah memintanya!" desis Tina sengit. "Dia malah tidak tahu namanya! Kami yang memberikannya!"

"Dan Maria tidak pernah memakainya, Suster!" sambung Elita panas. "Dia bilang Suster melarang gadis-gadis memakai baju yang terlalu terbuka. Dosa, katanya!"

Ada keharuan menyelinap kE hati Suster Cecilia. Matanya langsung berkaca-kaca. Dia dapat mem-

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 160: Merpati Tak Pernah Ingkar

bayangkan apa yang telah dialami gadis itu semalam. Padahal dia tidak bersalah!

Melihat sikap Suster Cecilia, kegaduhan di kelas Maria mereda dengan sendirinya. Mereka terdiam. Terhenyak mengamati Suster Cecilia yang tegak mematung dengan wajah muram.

"Mengapa ayah Maria seperti itu, Suster?" tanya Elita dengan suara basah. "Maria gadis yang baik. Mengapa dia tidak boleh menjadi gadis yang normal? Mengapa dia tidak boleh mengecap kebebasan dan kegembiraan masa remaja seperti kami?"

"Tidak semua yang menggembirakan itu dosa kan, Suster?" desak Nurul penasaran. "Mengapa Maria mesti selalu dikungkung dan dikekang?"

"Dia berbeda dengan kalian," sahut Suster Cecilia lambat-lambat.

"Tapi dia sama seperti kami, Suster!" bantah Tina bersemangat. "Suster yang bilang, dia juga punya hati, punya perasaan seperti kami! Karena itu kami tidak boleh mengganggunya!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 161: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kalau begitu, mengapa kalian masih mengganggunya dengan bikini itu?"

"Kami tidak punya niat mengganggu, Suster!" serempak seluruh kelas menyahut. "Kami hanya ingin membuatnya gembira! Kami ingin mengajarinya berenang! Dan kami ingin melihatnya cantik dengan bikini itu! Salahkah kami, Suster?"

"Kami hanya ingin supaya Maria tidak merasa minder lagi, Suster! Kami mengajaknya ikut dalam semua kegiatan kami!"

"Dan mengenakan baju yang sama seperti kami! Supaya dia tidak tampak seperti orang aneh!"

"Saya mengerti maksud kalian," sahut Suster Cecilia sabar. "Maksud kalian mungkin baik. Tapi

caranya keliru. Sejak kecil Maria telah dididik dan ditempa untuk menjadi seorang biarawati. Cara kalian memperlakukan dia justru menjerumuskannya ke dalam konflik-konflik. Konflik dengan jiwanya sendiri. Maupun dengan ayahnya."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 162: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kami hanya ingin menolongnya, Suster," sahut Elita sedih. "Kata Suster dulu, tidak ada wanita yang dilahirkan untuk menjadi biarawati, bukan? Kita semua diberi kehendak bebas oleh Tuhan. Kitalah yang harus menentukan jalan hidup kita sendiri. Kita pula yang harus memilih dengan cara apa kita akan mengabdi kepada Tuhan!"

"Kamu benar, Elita," sahut Suster Cecilia lunak. "Tapi apakah kamu sudah pernah menanyakan kehendak Maria sendiri?"

Elita menggelengkan kepalanya. Teman-temannya juga.

"Saya sudah," sambung Suster Cecilia tenang. "Maria sendiri menginginkan jadi biarawati."

Sengaja Suster Cecilia berhenti sebentar. Memberi kesempatan pada gadis-gadis itu untuk saling pandang.

"Tapi dia juga masih kepingin sekolah, Suster!" cetus Nike tiba-tiba. "Maria gadis yang cerdas. Sayang kalau tidak sekolah!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 163: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Dan yolleynya jago, Suster!" sambung Tina. "Maria gemar sekali main volley!"

"Dia boleh sekolah lagi kan, Suster?" tanya Endang harap-harap cemas.

"Saya akan berusaha melunakkan hati ayahnya," sahut Suster Cecilia mantap. "Tapi kalau Maria sekolah lagi, maukah kalian berjanji akan mem bantunya untuk mencapai cita-citanya?"

Gadis-gadis itu saling pandang sebelum perlahan-lahan menganggukkan kepala mereka.

***

"Bikini itu hadiah ulang tahun dari teman-temannya." Sepanjang perjalanan pulang hanya kata-kata Suster Cecilia yang tegas itu yang berdengung di kepala Pak Handoyo. "Maria tidak pernah memintanya. Dan dia tidak pernah memakainya!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 164: Merpati Tak Pernah Ingkar

Ada segurat penyesalan menggores hati Pak Handoyo. Dia telah terburu nafsu menghukum Maria. Padahal dia tidak bersalah. Kasihan.

Bergegas Pak Handoyo melangkah pulang. Dia harus menemui Maria. Tentu saja dia tidak akan meminta maaf. Tidak pernah dilakukannya selama ini. Tapi dari sikapnya saja, pasti Maria tahu ayahnya telah memaafkannya.

Pak Handoyo tidak pernah bersikap manis. Memanjakan anak hanya akan membuat gadis itu menjadi liar. Jadi Pak Handoyo cuma akan menegur Maria. Dengan suara yang biasa-biasa saja. Tidak marah. Tapi juga tidak lembut.

Dia akan memberi Maria uang. Dan menyuruhnya mencari buku-buku pelajaran untuk sekolah esok pagi.

Tetapi sesampainya di rumah, Pak Handoyo tercengang. Maria tidak ada di sana. Padahal biasanya anak itu tidak pernah ke mana-mana!

Amarahnya timbul kembali. Ke mana Maria? Ke rumah salah seorang temannya?

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 165: Merpati Tak Pernah Ingkar

Dengan jengkel Pak Handoyo kembali ke sekolah. Dan Suster Cecilia terpaksa minta pada murid-

muridnya untuk melaporkan padanya kalau sepulangnya dari sekolah nanti, mereka menemui Maria di rumah.

"Kalau Maria ke rumahku, aku nggak mau lapor," gerutu Tina kesal. "Biar saja bokap yang sinting itu kelabakan!"

"Kalau Maria minta suaka ke rumahku, tidak akan kuizinkan dia pulang!" sambung Elita mantap. "Ibuku sudah tahu kok. Aku sering cerita tentang Maria."

"Tapi abangmu banyak!" goda Nurul. "Bisa gagal dia jadi biarawati!"

"Masa bodoh! Aku juga terus terang lebih senang kalau dia nggak usah jadi biarawati!"

Tetapi sampai jauh malam Maria tidak dapat ditemukan. Dia tidak ada di rumah teman-temannya. Esok paginya, teman-temannya menjadi gempar.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 166: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Jangan-jangan diculik si Guntur!" cetus Nurul cemas.

"Ah, masa dia begitu berani!" bantah Rena. "Nanti aku cari di rumahnya!"

Tapi di rumah Guntur pun Maria tidak ada.

"Dia nggak tahu rumahku!" sahut Guntur mantap. "Sudah dicari di rumah sakit?"

Sepanjang sore itu teman-teman Maria beramai-ramai mencarinya. Mereka pergi ke tempat-tempat yang mungkin didatangi Maria. Tetapi gadis itu tetap tidak ditemukan. Padahal sepanjang hari hujan turun cukup lebat. Dan bertambah deras dengan bertambah larutnya malam.

Pak Handoyo sedang berdoa di depan altar kecilnya ketika pintu rumahnya diketuk orang. Bergegas dia membuka pintu. Dan melihat Bu Harti

basah kuyup meskipun ada payung terkembang di tangannya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 167: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Maria sudah ditemukan, Pak," kata Bu Harti sebelum Pak Handoyo sempat membuka mulut. "Sekarang dia ada di rumah sakit. Radang paru-paru, kata dokter."

***

"Maria ditemukan terkapar di belakang biara di samping sekolah," kata Bu Harti yang menemani Pak Handoyo ke rumah sakit. "Mungkin sudah dua hari dia di sana. Kelaparan, kedinginan, dan kehujanan menambah parah batuknya. Kata teman-temannya dia memang pilek sejak hari Senin."

Aku malah tidak tahu, keluh Pak Handoyo dalam hati. Anak itu tidak pernah menceritakan penyakitnya. Tapi mau apa dia bersembunyi di belakang biara?

"Saya dan teman-temannya membawa Maria pulang. Dan memanggil dokter. Maaf, kami

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 168: Merpati Tak Pernah Ingkar

mendahului Bapak. Tapi dokter menyuruh kami langsung membawanya ke rumah sakit."

"Dia tidak apa-apa?" tanya Pak Handoyo kaku.

"Batuk-batuk hebat. Dan sesak napas. Badannya panas tinggi, sampai menggigil."

Tetapi ketika ayahnya datang, Maria sudah dapat menyapa meskipun hidungnya masih dihubungkan dengan pipa oksigen. Kepalanya pun masih dikompres es.

Teman-teman Maria sebagian besar sudah pulang. Tinggal Guntur dan Elita yang masih berjaga. Tetapi begitu Pak Handoyo datang, Elita menyuruh Guntur lekas-lekas keluar. Dia sendiri langsung

menyelinap pergi begitu ayah Maria duduk di dekat pembaringan anaknya.

"Antar aku pulang, Tur," kata Elita sesampainya mereka di luar. "Sudah malam nih."

"Lho, kok kamu keluar juga?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 169: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ah, sebel! Tampangnya sepet banget! Alergi gua dekat-dekat orang kayak gitu."

"Gurumu gimana dong? Masa kita tinggal aja? Ntar digarap orang!"

"Katanya Bu Harti bisa pulang sendiri."

"Kalau begitu cabut aja yuk!"

"Kamu nggak marah sama Maria, Tur?"

"Ah, sama anak kayak begitu gimana bisa marah sih?"

"Kamu betul-betul naksir dia, Tur?" "Kepingin juga sih cobain. Tapi window shopping dulu, ah!"

"Jangan begitu, Tur! Dia kan lain! Hatinya belum ada solderannya!"

"Justru karena dia masih inrijden aku jadi penasaran kepingin ngetes. Kalau cakepnya sih nggak seberapa! Sudah kuper, bokapnya maut lagi!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 170: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kalau kamu nggak serius, mendingan jangan deh, Tur! Kasihan dia. Masa sih kamu tega mempermainkan gadis seperti Maria?"

"Lho, belum tentu mau dijadikan mainan kok!"

"Cari cewek lain aja deh, Tur. Yang tahan bantingan!"

"Nggak deh, nggak dibanting-banting!" gurau Guntur. "Cuma dibalik-balik. Pelan-pelan aja."

"Serius nih, Tur. Dia kan orang. Bukan martabak!"

"Eh, siapa bilang sih aku main-main? Apa tampangku kayak badut?"

"Bukan badut! Bajul! Makanya aku jadi curiga!"

Guntur tertawa lebar. "Heran, kamu sekarang jadi budiman sosiawan dermawan! Ketitisan dewa apa sih?" Disulutnya sebatang rokok. Dihembuskannya asapnya dengan nikmat. Tidak peduli Elita ikut menghisap karbon monoksidanya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 171: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Masih juga ngisap rokok!" gerutu Elita sambil mengibaskan asap yang menyerbu hidungnya. "Nggak tahu ya, perokok punya kemungkinan untuk menderita kanker paru 23,7 kali lebih besar daripada orang yang tidak merokok!"

"Ah, tetanggaku tidak merokok, tapi dia mati juga ketabrak mobil," kilah Guntur tenang-tenang.

"Tapi aku nggak mau ikut-ikutan mengisap asap rokokmu! Itu namanya kamu membagi penyakitmu kepadaku!"

"Tiap hari kamu nyedot asap bus! Apa bukan racun tuh? Pakai masker deh mulai besok! Biar kamu dikira makhluk dari bulan!"

"Kalian belum pulang?" tegur Bu Harti yang tahu-tahu sudah berada di belakang mereka.

"Belum, Bu," sahut Elita cepat. "Biar Guntur yang antar Ibu pulang, ya? Sudah malam."

Celaka, gerutu Guntur dalam hati. Cari penyakit ni anak!

"Kamu sendiri?" Bu Harti balik bertanya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 172: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ya pulang juga dong, Bu! Masa nginap di sini?"

"Kalau begitu antar kamu dulu, ya? Nanti ibumu menunggu-nunggu di rumah. Sudah malam, kan? Biar Ibu belakangan."

"Kita lihat saja yang mana yang lebih dekat deh, Bu," sela Guntur tidak sabar. Dibuangnya puntung rokoknya begitu saja ke lantai. Diinjaknya dengan Sepatunya.

"Dasar nggak berbudaya!" gerutu Elita "Ada tempat sampah juga percuma!"

"Ah, cerewet! Rumah sakit ini bukan punya kamu kok!"

"Elita benar," menimpali Bu Harti. "Sebagai pelajar yang baik, seharusnya kamu memberi contoh yang baik pula. Memang kelihatannya sepele, tapi merupakan kebiasaan yang baik kalau kamu membiasakan diri menjaga kebersihan lingkungan."

Hhh, bawel, gerutu Guntur dalam hati. Mau nebeng aja udah banyak tingkah, apalagi kalau aku yang numpang!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 173: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Maria bagaimana. Bu?" tanya Elita di dalam mobil.

"Keadaannya sudah lebih baik. Tapi dia masih harus dirawat."

***

Selama Maria dirawat, teman-temannya bergantian menjenguk. Cuma Guntur yang tidak dapat bebas berkunjung. Soalnya ayah Maria selalu mengawasi semua teman anaknya.

"Pakai rok saja deh, Tur," gurau Nurul geli. "Biar boleh masuk!"

"Atau pakai baju putih, Tur!" sambung Endang tak mau kalah. "Biar dikira perawat!"

"Sialan," gerutu Guntur yang masih menunggu di depan deretan kamar-kamar pasien lain. Dia sudah datang sejak tadi. Tapi tidak bisa masuk. Ayah Maria masih berada di dalam terus.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 174: Merpati Tak Pernah Ingkar

Sementara teman-teman putrinya seenaknya saja melenggang masuk.

"Lekas sembuh ya, Mar," bisik Elita di sisi tempat tidur Maria. "Biar bisa cepat sekolah lagi."

"Kami sudah bergantian menyalinkan catatan untukmu, Mar," sambung Tina. "Juga catatanmu yang dulu dirobek ayahmu."

Maria menatap teman-temannya dengan terharu.

"Suster Cecilia dan guru-guru kita juga akan kemari, Mar," kata Nike tak mau kalah. "Sebentar lagi juga mereka datang."

"Terima kasih," sahut Maria lemah.

"Guntur juga ada di depan, Mar," bisik Nurul sambil melirik Pak Handoyo. "Dia nggak bisa masuk! Habis ayahmu di situ terus!"

Ada senyum membayang di bibir Maria yang pucat. Teman-temannya jadi tambah bersemangat. Peduli apa pemuda itu brengsek

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 175: Merpati Tak Pernah Ingkar

kalau kehadirannya justru dapat membuat Maria bahagia?!

"Nanti habis jam berkunjung dia pasti kemari," bisik Tina bersemangat.

Nike menoleh dengan heran. Tapi baru saja mulutnya terbuka untuk membantah, Tina telah menginjak kakinya. Dan Nike tidak jadi menjerit ketika masuk seorang dokter muda bersama perawatnya.

"Bagaimana, Maria?" sapa dokter itu ramah. Dia memegang nadi Maria. Meletakkan tangannya di dahi gadis itu. Dan menempelkan stetoskopnya di dada pasiennya. "Merasa lebih enak?"

Maria cuma mengangguk.

"Bagus. Keadaanmu sudah jauh lebih baik. Nanti makannya agak banyak, ya. Biar tidak usah diinfus lagi."

"Terima kasih, Dokter," bisik Maria lemah. Dokter muda itu tersenyum ke arah Maria. Lalu

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 176: Merpati Tak Pernah Ingkar

Mengangguk kepada teman-temannya dan berjalan

ke luar diiringi perawatnya. Begitu tubuhnya hilang dari pandangan, teman-teman Maria langsung ribut.

"Buset! Dokternya cakep banget! Betah deh Maria di sini!"

"Masih preman nggak, ya?"

"Biar sudah pesanan orang, aku masih mau kasih persekot!"

"Huu, kalau aku sih lebih baik dapat yang mukanya tambal sulam, tapi masih tangan pertama!"

"Ala, apa susahnya sih bayar BBN biar dia sudah jadi milik orang lain juga?" "Apa sih BBN?" "Bea Balik Nama!" "Ih! Memangnya mobil!"

Mereka tertawa geli. Membuat Maria ikut merasakan kehangatan dan keriangan teman-temannya kembali.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 177: Merpati Tak Pernah Ingkar

Alangkah bahagianya dapat berada di tengah-tengah mereka lagi. Belajar bersama. Berdoa bersama. Bertanding bersama. Bergurau sepanjang hari.

Tetapi begitu tatapannya terbentur pada ayahnya yang sedang termenung di depan pintu, kegembiraan Maria langsung surut kembali.

Ayah tidak suka tingkah bebas teman-temannya. Tidak suka mendengar tawa mereka. Gurau mereka. Padahal bukankah dunia remaja itu dunia yang penuh canda? Tidak pernah mudakah Ayah? Mengapa dia selalu murung?

"Apa yang kamu cari di belakang biara?" geram Ayah sengit ketika mereka pertama kali bertemu malam itu.

"Anak liar! Meninggalkan rumah untuk berkeliaran di luar! Seperti gelandangan saja!"

Itulah kata-kata ayahnya yang pertama. Bukan kata-kata yang bernada kuatir. Bukan menanyakan penyakitnya lebih dulu. Kalau saja

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 178: Merpati Tak Pernah Ingkar

dia tidak sedang sakit separah ini, Maria yakin, Ayah pasti sudah memukulnya lagi.

Tidak tahukah Ayah apa yang dicarinya di belakang biara itu? Dia mencari Tuhan! Mencari kedamaian. Ketenangan...

Bukankah Ayah selalu mengatakan di sanalah tempat yang paling damai? Tapi biarawati itu malah menyuruhnya pulang. Padahal Maria sudah bertekad untuk tinggal di sana saja.

"Kamu masih terlalu muda," kata biarawati yang menemuinya siang itu. "Datanglah lagi jika pilihanmu telah mantap. Kami pasti menerimamu di sini. Tapi pikirkanlah dulu sebaik-baiknya. Biara bukan tempat pelarian."

Maria memang pergi dari sana. Tapi dia tidak pulang. Dia menyelinap ke belakang. Dan tinggal di sana.

Tidak makan. Tidak minum. Tidur beratapkan langit. Hanya mendengarkan dentang lonceng gereja. Dan kidung-kidung rohani yang mengalun syahdu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 179: Merpati Tak Pernah Ingkar

Lalu ketika Maria sudah berada antara sadar dan tidak, ketika pintu surga terasa sudah begitu dekat, ada orang yang menemukannya. Dia dibawa kembali ke dalam biara. Kali ini Suster Cecilia ada di sana.

Baru saja kentongan berbunyi, teman-teman Maria langsung beranjak ke luar. Waktu berkunjung telah habis.

"Biar si Tua lekas pergi," bisik Nurul. "Dan Guntur masih sempat masuk."

"Pulang, Oom!" cetus Endang ketika dilihatnya Pak Handoyo masih termenung di pintu. "Waktu sudah habis!"

Tanpa menoleh kepada Endang, Pak Handoyo menghampiri ranjang anaknya.

"Cepat sembuh," katanya dengan suara datar. "Biar bisa cepat sekolah lagi."

Maria cuma mengangguk. Ya, mau bicara apa lagi? Ayahnya masih tetap mengatur. Entah sampai kapan. Dan... masih tetap tanpa emosi. Atau... dia cuma tidak ingin menunjukkannya...?

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 180: Merpati Tak Pernah Ingkar

Setelah menengok-nengok sekali lagi, barangkali ingin melihat kalau-kalau dokter yang tampan itu datang lagi, baru Pak Handoyo mengikuti arus para pengunjung yang sedang berbondong-bondong keluar. Tepat saat itu, Guntur cepat-cepat menyelinap ke dalam kamar.

Maria yang sudah memejamkan matanya membelalak kaget ketika Guntur menegurnya. Lebih-lebih ketika melihat pemuda itu sudah berada di sisi tempat tidurnya.

Kebetulan teman-teman sekamar Maria tidak mempedulikan kehadirannya. Yang seorang sedang tidur. Karena tidak ada seorang pun yang mengunjunginya waktu jam berkunjung tadi.

Yang seorang lagi sedang asyik membaca majalah. Dia memang tidak henti-hentinya membaca majalah, sampai ditegur perawat.

Dan yang ketiga memang sedang menganggur. Dia melirik Guntur ketika pemuda itu masuk. Tapi pura-pura membalikkan badannya ke

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 181: Merpati Tak Pernah Ingkar

dinding waktu Guntur menghampiri ranjang Maria.

Memang repot sekamar dengan remaja. Waktu jam berkunjung, ributnya bukan main, seolah-olah sekolah mereka pindah ke sini.

Gadis-gadis itu berceloteh begitu bebasnya seakan-akan mereka berada di halaman sekolah, bukan di rumah sakit. Selesai jam berkunjung masih ada pula seorang pemuda yang menyelinap masuk! Hhh.

"Mar," kata Guntur cepat-cepat, "lekas sembuh, ya. Ini kubawakan buku-buku novel untukmu. Ceritanya bagus-bagus. Baca deh kalau lagi nganggur! Asal jangan ketagihan saja, ya!"

"Terima kasih," bisik Maria terharu. Ada senyum membayang di bibirnya. "Kamu tidak marah lagi pada saya?"

"Marah? Ah, siapa bilang aku marah?" "Kamu kesal karena saya tidak jadi berenang, kan?" "Cuma kecewa." "Saya tidak bisa..."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 182: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Aku mengerti," potong Guntur. "Sudahlah, jangan pikirkan apa-apa lagi. Kalau kamu sembuh nanti, kita jalan-jalan saja. Kamu boleh pakai jubah, dari leher sampai ke kaki pun aku tidak peduli. Pokoknya kita pergi berdua!"

Seorang perawat masuk ke kamar sebelah. Menengok kalau-kalau masih ada pengunjung yang belum pulang dan perlu sedikit diusir.

Lekas-lekas Guntur menyelinap ke bawah ranjang. Teman sekamar Maria yang sedang membaca

majalah itu meliriknya dengan curiga. Tapi dia tidak berkata apa-apa. Cuma mengangkat bahu.

Sedetik kemudian seorang perawat melongok di ambang pintu. Ketika dilihatnya kamar itu kosong, dia pergi lagi. Dan Guntur merayap keluar dari bawah tempat tidur.

Tidak sengaja kaki Guntur menyenggol pispot. Dan benda itu terpelanting dengan menerbitkan suara berisik. Untung tidak ada isinya. Soalnya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 183: Merpati Tak Pernah Ingkar

tutupnya sudah terpental ke bawah ranjang yang lain.

Pasien yang sedang tidur itu tersentak bangun. Tapi yang sedang membaca majalah cuma mendengus kesal. Yang tertawa geli justru perempuan yang sedang pura-pura membalik ke dinding itu.

"Lebih baik kamu cepat keluar," katanya sambil tersenyum-senyum. "Sebentar lagi suster cerewet itu pasti kembali ke sini!"

"Ah, biar saja," sahut Guntur santai. "Paling-paling dimarahi!"

Tapi ketika perawat itu benar-benar kembali, Maria-lah yang menyuruh Guntur pergi.

"Kalau tidak ketahuan, besok kamu masih bisa kemari lagi," katanya cemas.

"Aku pasti kemari lagi," sahut Guntur tegas. "Sampai besok!" Dia mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum sebelum melompat ke kebun melalui jendela.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 184: Merpati Tak Pernah Ingkar

Perawat yang masuk sedetik kemudian hanya sempat menangkap bayangan orang di kebun. Tapi tidak menduga dari sinilah orang itu berasal. Sambil menggerutu dia memungut pispot itu, mencari tutupnya, dan membawanya ke kamar mandi.

Maria menghela napas lega. Dan memejamkan matanya untuk berdoa. Ya, Tuhan! Mudah-mudahan Guntur dapat lolos dengan selamat! Supaya dia bisa datang kemari lagi esok... dan Maria tertegun. Mukanya terasa panas.

Bolehkah mengharapkan pemuda itu datang kembali? Untuk apa? Dia sendiri juga tidak tahu.

Dia menyenangi pemuda itu. Barangkali karena Guntur adalah lambang kebebasan bagi hidup Maria yang penuh larangan dan kungkungan.

Dinamika dan romantika kehidupan remaja Guntur yang bebas dan ceria merupakan dongeng muluk yang hampir tidak mungkin diraih oleh Maria. Tetapi yang sekaligus selalu menggoda rasa ingin tahunya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 185: Merpati Tak Pernah Ingkar

***

"Besok Maria pulang," kata Guntur sambil berjalan cepat-cepat memasuki gerbang rumah sakit. "Itu berarti mulai besok dia masuk penjara lagi."

"Habis mau apa?" tanya Elita. "Mau kamu culik?"

"Dia sudah cukup kuat. Aku ingin mengajaknya jalan-jalan."

Nurul dan Tina bersorak serempak.

"Bagaimana caranya, Tur? Mau kamu bius semua orang di rumah sakit ini?"

"Kalian mau membantu, kan?" desak Guntur serius. Begitu seriusnya dia sampai Elita dan teman-temannya saling pandang dengan tegang.

"Mau kamu bawa ke mana dia?" tanya Elita curiga.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 186: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Pokoknya dia pasti senang."

"Kamu janji akan mengembalikan dia dengan utuh?"

"Siip! Keringatnya yang menetes pun akan kutampung dan kukembalikan pada kalian!"

"Serius nih. Tur! Kami tidak mau kamu merusak dia!"

"Eh, apa aku ada tampang kapal perusak?"

"Ah, sudah dah!" potong Nurul tak sabar. "Rusak nggak rusak, pokoknya dia senang! Batinnya tertekan tuh! Bokapnya sih sadis!"

"Aku juga mau bikin dia senang," sanggah Elita tegas. "Sekali-sekali dia rileks di luar, lepas dari pingitan bokapnya. Tapi aku mau dia tetap Maria kita yang bersih!"

"Kamu mesti janji nggak akan merusaknya, Tur," sambung Tina bersemangat. "Baru kami mau membantumu!"

"Oke, oke! Apa aku mesti teken kontrak? Atau mesti bersumpah?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 187: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kalau kamu berani mengganggu dia, kami akan mengganyangmu beramai-ramai!"

"Buset!" Guntur pura-pura mengurut dada. "Nggak ada bapaknya, malaikat pelindungnya sekompi!"

"Tapi bagaimana caranya kita meloloskan Maria?"

"Gampang. Teman sekamarnya kan sekarang tinggal satu?!"

"Satu juga orang, Tur! Punya mulut komplit satu set!"

"Kamu ajak dia ngobrol, Rul."

"Uaaah... bisa karatan mulutku, Tur! Dia cerewetnya seperti petasan injak! Lagi pula sampai kapan aku mesti ngomong sama dia?"

"Cukup sampai Maria sempat bertukar pakaian dengan Tina!"

"Hah?!" belalak Tina kaget. "Tukar pakaian dengan aku?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 188: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kamu mesti pura-pura jadi pasien sampai Maria pulang!"

"Walah! Aku paling takut disuntik, Tur!"

"Suster-suster sudah tahu kisahnya Maria! Mereka pasti simpati pada kita! Dan kamu dibebaskan dari hukuman suntik, Tin!"

"Waduh, aku takut, Tur! Cari sukarelawan lain saja deh!"

"Ala, takut apa sih? Dokternya cakep, susternya manis-manis. Kamu cuma perlu tidur terus sampai Maria pulang!"

"Tapi..."

"Soalnya badanmu yang paling cocok dengan badan Maria! Rambutmu pun lumayan panjangnya. Kalau kamu berkerubung selimut dari leher sampai ke kaki, nggak ada yang tahu deh! Taruhan!"

"Mau kamu bawa ke mana Maria?" desak Elita curiga.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 189: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Pokoknya akan kujadikan hari ini hari yang tidak terlupakan untuk Maria!"

"Untukku juga!" keluh Tina mengkal. "Aku belum pernah masuk rumah sakit!"

"Bagaimana kalau bokapnya tahu?" cetus Elita ragu.

"Ah, dia nggak bakal tahu! Kami sudah kembali sebelum waktu berkunjung nanti malam! Kalau si Tua keburu datang, kamu sembunyi saja di WC, Tin!"

"Ampun! Aku mimpi apa sih tadi malam?"

***

Mula-mula tentu saja Maria terkejut. Dan spontan menolak usul teman-temannya.

Kabur dari rumah sakit? Ya, Tuhan! Tak pernah terpikirkan olehnya! Tapi... berjalan-jalan dengan Guntur... barangkali bisa menyingkirkan beban berat yang menindih dadanya....

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 190: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Jiwamu tertekan," kata Nurul dengan gaya seorang psikolog. "Kamu perlu pelepasan."

"Kalau tidak, kamu bisa sakit!" sambung Elita pula. "Bukan sakit badan, tapi sakit jiwa!"

Cuma Tina yang diam saja. Dalam hati dia sudah seratus kali berdoa mudah-mudahan Maria tetap tidak mau!

Berbaring seperti pasien di ranjang itu... Brrr! Jangan-jangan ada bekas darah di kasurnya.... Lebih celaka lagi... kalau ranjang ini bekas orang mati! Aduh, dia paling takut setan! Paling ngeri melihat darah!

"Guntur sedang menunggumu di luar," bujuk Nurul separuh mengancam. "Kalau kamu tidak mau keluar juga, dia yang akan menerobos masuk!"

"Oh, jangan!" pekik Maria tertahan. Matanya berkeliaran dengan paniknya. Mencuri-curi lihat ke arah ayahnya yang masih duduk di dekat pintu seperti seorang sipir penjara. Wajahnya angker. Tatapannya bengis.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 191: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Dia tidak takut lagi pada ayahmu. Katanya hari ini toh sudah hari terakhir kamu di sini."

"Jangan... ayah akan marah sekali...."

"Kamu mau keluar?"

"Saya takut...."

"Tidak ada yang perlu ditakuti. Tina akan menggantikanmu di sini sampai nanti sore. Sebelum ayahmu datang, kalian sudah pulang."

"Dan perawat-perawat di sini?"

"Oh, itu urusan Tina!"

Sialan, maki Tina dalam hati. Bagaimana kalau ada seorang di antara mereka yang tidak mau bekerja sama? Memangnya aku punya apa?

"Mulai besok, kamu pasti dipingit lagi, Mar," bujuk Nurul bersemangat. "Ayahmu pasti meningkatkan pengawasannya dua kali lebih keras! Jangan-jangan sekolahmu pun diantar-jemput!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 192: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Guntur mau mengajakmu nonton, Mar," sambung Elita. "Kamu belum pernah nonton bioskop, kan?"

Maria menggeleng bingung.

"Kalian bisa menonton pertunjukan yang siang. Sore sebelum ayahmu datang, kamu sudah kembali ke sini."

"Barangkali ini kesempatanmu yang terakhir untuk pergi dengan Guntur, Mar," bujuk Nurul lagi.

"Tapi ingat, Mar, lelaki tetap lelaki," potong Elita tegas. "Mereka selalu mencari kesempatan. Ingat, kamu cuma mau diajak ke tempat-tempat yang ramai. Yang banyak orang. Rumah makan. Bioskop. Toko. Kalau dibawa ke tempat sepi, kamu mesti menolak. Kalau dia memaksa, kamu harus teriak-teriak."

Nurul menginjak kaki Elita dengan gemas.

"Lho, kok malah nakut-nakutin gitu sih?!"

"Aku belum percaya seratus persen pada si Guntur! Tangannya saja seperti Octopussy!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 193: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kenapa kamu dorong-dorong Maria dong kalau begitu?"

"Supaya dia senang! Siapa tahu dia nggak punya kesempatan seperti ini lagi? Sia-sia dong masa remajanya! Masa nonton saja nggak pernah?!"

Dan bunyi kentongan menyentakkan mereka semua. Waktu telah habis. Ayah Maria bangkit dan masuk ke dalam kamar, menghampiri ranjang putrinya.

"Ayah pulang dulu," katanya dengan suara datar. Tanpa menoleh kepada teman-teman putrinya dia langsung keluar.

Nurul harus menahan diri agar tidak menjulurkan lidahnya di belakang punggung laki-laki itu. Semata-mata untuk menghormati Maria.

"Ayo, Mar! Cepat!" Tanpa menunggu sampai ayah Maria cukup jauh dari tempat itu, Elita menarik tangan Maria. "Kamu sudah cukup kuat, kan? Ayo, lekas ganti bajumu!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 194: Merpati Tak Pernah Ingkar

"El, aku WO saja deh," bisik Tina yang sedang didorong-dorong teman-temannya ke kamar mandi. "Aku takut nih!"

"Ala, cepat ganti bajumu!"

Tanpa menghiraukan protes-protes Maria maupun Tina, Elita mendorong mereka ke kamar mandi. Dan menutup pintunya. Di sudut ruangan, Nurul sedang asyik mengobrol dengan teman sekamar Maria.

"Sudah punya anak, Tante?"

"Sudah punya cucu," sahut perempuan itu sambil mengerutkan dahi. Heran. Biasanya anak-anak ini tidak pernah memandang sebelah mata pun kepadanya. Kok hari ini tanya-tanya anak segala.

"Aduh!" cetus Nurul kaget. Tentu saja dia hanya berpura-pura. Tapi si Tante betul-betul terkejut. "Ada apa?"

"Nggak sangka deh! Tante belum ada tampang nenek!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 195: Merpati Tak Pernah Ingkar

Ada senyum melintasi bibir yang kering itu. Padahal sejak jatuh sakit sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi tersenyum.

"Bukan cuma kamu yang bilang begitu," katanya bangga.

"Cucunya berapa sih, Tante?" tanya Nurul lagi tanpa ingat dia sudah mengajukan pertanyaan itu atau belum tadi.

Sialan, kenapa jadi seperti petugas sensus begini? Ke mana sih anak-anak itu? Mengapa mereka lama sekali? Tukar pakaian saja seperti merias pengantin!

"Kalian tidak mau pulang?" Si Tante mengangkat sebelah alisnya dengan heran. "Sebentar lagi pasti diusir. Di sini streng lho!"

"Teman-teman sedang menemani Maria ke kamar mandi. Katanya tidak mau buang air kecil di pispot."

"Oh, Maria sudah sembuh kok! Kemarin sudah bisa jalan-jalan sama Tante ke luar."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 196: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Nah, itu dia!" cetus Nurul lega, ketika melihat teman-temannya keluar dari dalam kamar mandi. Tapi begitu dia ingat tugasnya, cepat-cepat dia mengalihkan lagi perhatian si Tante.

"Pulang ya, Mar," kata Elita sambil mencium pipi Tina yang sudah berbaring di ranjang. Berkerudung selimut seperti penderita malaria. Sengaja dia mengucapkan kata-katanya dengan suara keras. Supaya didengar si tante.

Tina mengangguk tanpa menjawab. Tetapi dalam hati, dia sudah seribu kali memaki. Sialan. Dia belum pernah dicium teman gadisnya. Kecuali kalau sedang berulang tahun. Dan panasnya berselubung selimut begini! Hhh! Sudah panas, pengap lagi! "Pulang dulu ya, Tante," potong Nurul begitu

Melihat Elita sudah menggandeng Maria ke luar.

Padahal si tante sedang seru-serunya menceritakan cucunya. Tanpa menunggu sampai si tante selesai, Nurul langsung mengejar Elita.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 197: Merpati Tak Pernah Ingkar

***

"El, saya takut..." bisik Maria gemetar. Dia mogok melangkah begitu melihat seorang perawat mendatangi mereka dari arah depan.

"Ah, acuh aja! Masa sih dia kenali kamu dalam arus manusia sebanyak ini?"

"Tapi saya takut, El. Tidak jadi saja ya?"

"Aduh, sudah kepalang basah, Mar! Tanggung!"

"Hai!" sapa Guntur begitu melihat Maria. Wajahnya demikian berseri-seri sampai Elita jadi curiga dan berbalik kuatir.

"Buset! Sampai nggak kenalin, Mar!" cetus Guntur kagum. Ditatapnya Maria sampai yang ditatap menjadi salah tingkah. "Soalnya belum pernah lihat kamu pakai jeans dan T-shirt begini!"

"Ah..." desah Maria tersipu-sipu. Wajahnya merah sampai ke telinga. Debar yang aneh

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 198: Merpati Tak Pernah Ingkar

mengusik jantungnya. Mengusir ketakutan yang menggerogoti jantung itu sejak tadi. Sekarang Elita-lah yang ragu.

"Aku ikut, Tur!" cetusnya tiba-tiba. Dia merasa bertanggung jawab atas keselamatan Maria. "Kita naik taksi saja, yuk!"

"Wah, bertiga terlalu banyak, El!" Guntur menyeringai lebar sambil mengedipkan sebelah matanya. "Tapi jangan kuatir! Aku bawa oleh-oleh untukmu!"

Guntur melirik ke tempat parkir motor. Dan sekarang baru Elita melihat Rusman. Pemuda itu sedang duduk dengan gagahnya di atas motornya.

"Kita pergi berempat?" Elita mengangkat sebelah alisnya. Begitu gayanya kalau dia sedang curiga.

"Kamu punya ide lain?"

"Jangan coba-coba mengakali aku, Tur!"

"Tentu saja tidak, Godmother! Nah, kita pergi sekarang atau besok pagi?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 199: Merpati Tak Pernah Ingkar

Tanpa menunggu jawaban Elita, Guntur menarik tangan Maria. Dan mempersilahkannya naik ke atas motornya.

Sejenak Maria tampak ragu. Dia mengawasi motor itu dengan bingung.

"Saya harus duduk di mana?"

"Terserah," sahut Guntur separuh bergurau. "Di depan boleh, di belakang pun boleh. Tapi kalau kamu duduk di depan, kita bakaljadi tontonan di sepanjang jalan!"

"Maksud saya..." desah Maria kemalu-maluan, "bagaimana saya harus duduk...."

"Biasa. Dengan pantatmu."

"Menyamping begini atau..."

"Lebih baik begitu. Lingkarkan lenganmu di pinggangku. Peluk erat-erat supaya kamu tidak jatuh."

"Ah, saya belum pernah naik motor...."

"Sekarang kamu sudah pernah. Dan sebelum malam tiba, kamu sudah pernah mencicipi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 200: Merpati Tak Pernah Ingkar

semua yang selama ini belum pernah kamu bayangkan!"

Hati-hati Maria duduk di boncengan motor Guntur. Begitu hati-hatinya dia seolah-olah motor itu bisa menggigit.

Sabar, kata Guntur kepada dirinya sendiri. Salahmu sendiri. Mau pacaran dengan orang udik. Kuper. Norak. Nah, rasain deh lu! Naik motor saja repotnya kayak naik onta!

"Sudah siap?" tanya Guntur setelah dia duduk di atas motornya. Dan setelah empat belas kali menghela napas panjang.

"Saya harus berpegangan ke mana?" tanya Maria bingung dan gugup. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh dan wajahnya.

"Tadi kan sudah kubilang, peluk pinggangku."

"Tapi... saya malu...."

"Kalau kamu jatuh terjungkal di jalanan, lebih malu lagi!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 201: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Nggak apa-apa, Mar!" seru Elita yang sudah duduk di boncengan motor Rusman. "Pegang saja pinggangnya erat-erat! Aku akan menjagaimu!"

Hm, Guntur tersenyum dalam hati. Lihat saja nanti, siapa yang perlu dijagai! Dan dia menggeliat geli ketika jari-jari Maria meraba pinggangnya.

"Aduh! Jangan gelitiki pinggangku dong!"

Yang terkejut bukan cuma Guntur. Maria sendiri juga. Dia terlonjak mundur. Hampir jatuh ke belakang. Lupa sedang duduk di atas motor yang sempit.

Lekas-lekas Guntur meraihnya. Diambilnya tangan gadis itu. Diletakkannya di pinggangnya.

Refleks Maria menariknya kembali. Tapi motor telah melonjak maju. Dan tubuhnya tersentak. Hampir terhempas ke belakang.

Tidak ada pilihan lain. Terpaksa Maria buru-buru merangkul pinggang Guntur. Bukan cuma lengannya yang mencapit erat seperti kepiting.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 202: Merpati Tak Pernah Ingkar

Tubuhnya pun melekat rapat di punggung Guntur. Dan dia menggigil ketakutan sambil memejamkan matanya.

"Lagi ngapain?" tanya Guntur di sela-sela deru motornya. Dia tahu bukan cuma getaran motornya

yang membuat tubuh gadis itu berguncang-guncang. "Berdoa?"

Tidak ada jawaban. Sekejap Guntur menoleh ke belakang. Ditatapnya gadis yang sedang melekat seperti lintah di punggungnya itu sambil tersenyum geli.

"Buka dong matamu! Kamu kan lagi naik motor, bukan jetcoaster!"

"Jangan cepat-cepat...," rintih gadis itu. "Saya takut...."

"Oke, kita merayap seperti siput!"

Sambil mengurangi kecepatan motornya, Guntur membelai tangan halus yang melekat di pinggangnya. Dan yang terkejut bukan cuma

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 203: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria. Guntur juga. Tangan itu... astaga dinginnya!

"Waduh!" cetus Guntur kaget. "Tanganmu dingin seperti es!"

"Ke mana nih, Tur?" teriak Rusman ketika motornya berhasil merendengi motor Guntur.

"Terserah situ," sahut Guntur seenaknya. "Kita kan masing-masing punya otonomi sendiri! Kapan dapat SIM kalau bawa instruktur terus!"

"Ikuti saja terus, Man!" potong Elita. "Aku belum yakin kok, dia jujur!"

Tetapi tidak mudah mengikuti motor Guntur. Apalagi di tengah-tengah arus lalu lintas semacam ini. Dan tampaknya Rusman juga tidak ingin membuntuti mereka.

Sengaja Rusman melarikan motornya sedemikian rupa sehingga terhadang lampu merah sementara motor Guntur berhasil lolos. Dan dalam beberapa menit saja, mereka sudah kehilangan jejak.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 204: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Pulang, Tur." rintih Maria ketakutan. "Sudah malam."

"Ah, buat apa sih pulang cepat-cepat." Dengan santai Guntur menggandeng Maria keluar dari dalam gedung bioskop. "Filmnya bagus, ya?"

Maria cuma mengangguk. Kesenangan yang diperolehnya sepanjang siang ini langsung buyar ketika diketahuinya sudah pukul berapa sekarang. Dia memang tidak punya jam tangan. Tapi jam dinding di kafetaria sudah menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat!

Itu berarti waktu berkunjung di rumah sakit telah berlangsung tiga perempat jam. Dan mereka belum pulang juga! Oh, Maria tidak dapat membayangkan bagaimana kemarahan ayahnya!

Tetapi Guntur seperti tidak ikut merasakan kecemasan Maria. Tenang-tenang saja dia mengambil motornya. Dan melarikan motor itu ke rumahnya. Bukan ke rumah sakit!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 205: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ke mana, Tur?" desah Maria gemetar, ketika dilihatnya motor mereka membelok dan memasuki halaman sebuah gedung bertingkat.

"Ke rumahku," sahut Guntur tenang-tenang.

"Ke rumahmu?" belalak Maria kaget. "Kita sudah terlambat, Tur!"

"Ah, santai saja. Baru jam tujuh. Masih sore."

"Tapi jam berkunjung di rumah sakit sudah berakhir, Tur!"

"Ya, nggak apa-apa," sahut Guntur seenaknya.

"Tapi ayahku, Tur!" rintihnya separuh menangis.

Sekarang Maria yakin. Pemuda ini memang ingin menipunya. Dia sengaja memancingnya keluar dari rumah sakit. Sengaja mengajaknya berjalan-jalan. Nonton bioskop. Sekarang ke rumahnya pula.

Apa pula yang ingin diperlihatkannya di rumah ini? Seharusnya mereka lekas-lekas pulang. Kembali ke rumah sakit sebelum Ayah datang.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 206: Merpati Tak Pernah Ingkar

Bukankah begitu janji Guntur kepada teman-temannya tadi? Dan Elita... benarkah dia juga ikut mempermainkannya? Ah, rasanya tidak mungkin! Dia begitu baik... Titik air mata Maria mengingat semuanya itu.

Ketika Guntur menghentikan motornya di depan rumah dan mengajak Maria turun, dia melihat kilatan air mata di pipi gadis itu. Dan tiba-tiba saja dia merasa trenyuh.

Gadis ini sungguh amat berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah dipermainkannya. Sepanjang siang Guntur telah membawanya ke mana-mana. Diperlihatkannya toko-toko dengan gaun yang indah-indah. Perempuan mana yang tidak tertarik kepada baju yang bagus-bagus?

Maria memang tertarik. Tapi tidak berniat untuk memilikinya. Ketika Guntur hendak membelikannya, Maria menolak dengan halus. Dan dia tetap menolak apa pun alasan Guntur.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 207: Merpati Tak Pernah Ingkar

Penolakannya sungguh-sungguh. Bukan cuma pura-pura, sekedar tahan harga atau malu-malu kucing. Di mulut tidak di hati mau.

Guntur sudah mengajaknya menikmati pemandangan kota Jakarta dari yang paling mewah sampai ke tempat yang paling aduhai. Maria memang terkesan. Tapi tidak terpengaruh.

Debu-debu kota Metropolitan seakan-akan tak pernah mampu mengotori kesucian pikiran gadis itu. Gemerlapnya emas Monas pun tak dapat menyilaukan matanya.. Tak mampu melawan kilauan sinar Ilahi yang memancar dari kemurnian hatinya.

Makanan-makanan yang lezat boleh memporak-porandakan lidah dan perutnya. Tapi tidak jiwanya. Dan keteguhan imannya membuat Guntur-lah yang justru jadi terpengaruh.

Di sini. di rumahnya, dia dapat melakukan apa saja. Membujuk. Merayu. Menipu. Bahkan mengasari gadis itu untuk memenangkan taruhannya dengan teman-temannya. Kalau

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 208: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria sudah tidak suci lagi, biara mana yang masih mau menerimanya?

Tetapi Guntur tidak sampai hati. Ada sesuatu di dalam mata gadis itu yang tidak dapat dilawannya. Tuhankah yang datang berperang melawannya melalui mata gadis itu?

Guntur tak pernah mengenal makhluk yang bernama Tuhan itu. Orang tuanya pun tak pernah memperkenalkannya. Tetapi melalui gadis ini, gadis yang polos, lugu, dan kurang pergaulan, Guntur dipaksa untuk mengenal suatu kekuatan lain yang tidak kelihatan.

Kekuatan yang mampu mengalahkan kesombongannya. Yang mampu membuatnya bergerak untuk naik kembali ke motornya.

Dia tidak peduli teman-temannya akan menertawakannya. Mengejeknya. Menagih sesumbarnya. Dia akan membawa Maria pulang. Sekarang juga.

Tetapi sebelum Guntur sempat naik ke motornya, pintu depan terhempas terbuka. Dan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 209: Merpati Tak Pernah Ingkar

empat orang pemuda langsung menghambur ke luar.

"Benar, mereka yang datang!" seru pemuda yang paling depan. "Kok nggak masuk, Tur? Mau pesta sendiri di luar, ya?"

Tanpa menghiraukan teman-temannya lagi, Guntur naik ke motornya. Tetapi pemuda yang paling

dekat langsung menghadang sambil memegangi kemudi motor Guntur.

"Mau ke mana, Tur?" tanyanya heran.

"Minggir deh!" Dengan kasar Guntur mendorong temannya. Dan menghidupkan mesin motornya. Tetapi pemuda yang paling dekat dengan Maria sudah menariknya turun.

"Silakan masuk, Mer!" katanya sambil tertawa lebar. "Di dalam sudah disiapkan acara untukmu!"

"Jangan ganggu dia, Tot!" geram Guntur marah.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 210: Merpati Tak Pernah Ingkar

Tetapi Gatot telah menyeret Maria masuk ke dalam. Dan Maria terhenyak kaget ketika mengenali pemuda itu. Dialah bajingan yang pernah mengganggunya dulu!

"Masih kenali saya?" Gatot tersenyum mengejek.

Dan rasa terkejut Maria belum hilang ketika muncul kejutan baru... Elita muncul dari dalam bersama Rusman!

"Maria!" jerit Elita sebelum Maria sempat membuka mulut. "Astaga! Kamu masih di sini?!"

"El!" rintih Maria separuh menangis. "Bawalah saya pulang!"

"Kurang ajar!" geram Elita kepada Rusman. "Mau apa kalian bawa Maria kemari?!"

"Kita ada acara khusus buat dia!" Rusman menyeringai sinis. "Mana Guntur?"

"Jadi kalian bersekongkol!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 211: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Nggak apa-apa, kan? Supaya dia cepat dewasa! Mana si Guntur? Waduh, jadi juga dia memenangkan taruhan!"

"Taruhan?!" Naik alis Elita.

"Kalau dia berhasil membawa Maria kemari, dia menang!"

"Kurang ajar!" geram Elita sengit. Ditamparnya pipi Rusman dengan marah. Tapi Rusman menangkap tangannya dengan gesit.

"Eh, jangan munafik! Apa kamu juga kepingin lihat blue filter?"

"Kamu juga mau nonton kan. Mer?" Gatot menyeringai ke arah Maria. "Yuk, kita ke dalam!"

"Saya mau pulang!" desah Maria ketakutan.

"Lepaskan dia. Tot!" bentak Guntur yang sudah menerobos masuk diikuti ketiga orang temannya.

"Lho. kenapa? Filmnya belum mulai kok! Sabar dong!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 212: Merpati Tak Pernah Ingkar

Tanpa banyak bicara lagi Guntur mendorong Gatot dan menghela Maria lepas dari cengkeraman pemuda itu.

"Eh, mau kamu bawa ke mana, Tur? Jangan serakah dong!"

"Ajak Elita pulang, Man!" kata Guntur kepada Rusman tanpa menghiraukan teman-temannya. Dia sendiri membawa Maria ke pintu keluar. Tetapi sebelum dia berhasil membuka pintu, salah seorang temannya telah datang menghadang.

"Acara belum selesai, Tur! Kamu nggak boleh meninggalkan ruangan!"

Dengan kasar Guntur mendorongnya agar tidak menghalangi jalan. Ketika temannya maju hendak menghadang pula, Guntur langsung meninjunya. Suasana jadi, gaduh.

"Apa-apaan nih, Tur?" gerutu Gatot jengkel. "Kamu kemasukan malaikat apa sih?!"

Tetapi perkelahian sudah terjadi. Terpaksa teman-temannya turun tangan melerai.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 213: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Jangan ganggu dia!" Terengah-engah Guntur berusaha melepaskan diri dari cengkeraman teman-temannya. "Dia bukan gadis untuk kita!"

"Tapi kita sudah punya acara untuk dia, Tur!" bantah Rusman. "Supaya dia nggak norak lagi!"

"Mari, Mer! Kami sudah punya acara untukmu!"

Dengan gaya memuakkan, Gatot membawa Maria ke ruang dalam. Ada beberapa pasangan yang sedang berdansa di dalam ruangan yang hingar-bingar oleh suara musik dan pengap karena asap rokok itu.

Gatot mengajak Maria melewati mereka untuk masuk ke sebuah ruangan lain yang lebih gelap. Ada beberapa remaja yang sedang duduk menonton video. Dan melihat adegan yang terpampang di layar TV, Maria langsung memejamkan matanya.

Entah bagaimana cara Guntur melepaskan diri dari teman-temannya. Tahu-tahu dia sudah muncul di belakang mereka. Tanpa berkata sepatah pun, dia merenggut T-shirt Gatot dan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 214: Merpati Tak Pernah Ingkar

memukulnya. Kemudian dia membawa Maria ke luar. "Bawa Maria pulang, El," katanya kepada Elita. Ketika Rusman memperlihatkan tanda-tanda akan menghalangi, dia pun mendapat sebuah jotosan yang membuatnya jatuh tunggang-langgang.

"Pakai saja motorku," sambung Guntur kepada Elita. "Aku akan menahan mereka di sini."

Guntur sudah menoleh kepada Maria, tetapi belum sempat mengucapkan sepatah kata pun, Gatot sudah bangkit menghampiri sambil melemparkan segenggam uang ke mukanya. "Ini uang taruhanmu, Tur! Kamu mau apa lagi?" "Biarkan mereka pergi," sahut Guntur dingin. "Mana acara lucu yang kamu janjikan?" protes

teman-temannya yang sudah datang mengerubunginya. "Katanya ada calon biarawati nonton film biru!"

"Jangan ganggu mereka lagi!" Guntur sengaja tegak menghalangi teman-temannya yang masih penasaran hendak mengejar Maria. "Aku

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 215: Merpati Tak Pernah Ingkar

tuan rumah di sini! Kalau kalian masih banyak tingkah, kuusir semua!"

***

Rumah sakit sudah gempar ketika Elita datang bersama Maria. Tina sudah dibawa ke kantor direktur rumah sakit untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pak Handoyo pun sudah hadir di sana, lengkap dengan para perawat yang bertanggung jawab.

Seandainya saja di sana tidak ada orang lain, pastilah Maria sudah dihajar habis-habisan oleh ayahnya. Untung pula malam itu Maria belum diperbolehkan pulang. Dia sudah ngeri membayangkan hukuman ayahnya seandainya pulang ke rumah.

Di sini Ayah hanya dapat memarahinya. Dan melihat cara Pak Handoyo memarahi anaknya, mau tak mau timbul rasa kasihan di antara para perawat dan dokter-dokter yang hadir.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 216: Merpati Tak Pernah Ingkar

Mereka sudah mendengar dari Tina bagaimana cara Pak Handoyo memperlakukan anaknya. Mereka juga sudah dapat menerima alasan yang dikemuka-kan Elita untuk melarikan Maria.

Tentu saja Elita tidak menyebut-nyebut nama Guntur. Dia mengakui semua itu sebagai perbuatannya sendiri. Dengan dialah Maria pergi. Dia pula

yang membujuk Maria. Tapi mereka cuma berjalan-jalan dan menonton bioskop.

Tentu saja Elita pun mendapat peringatan keras seperti Tina. Setelah dimarahi, mereka berdua diperbolehkan pulang.

"Saya akan melaporkan perbuatan kalian berdua kepada Suster Cecilia!" ancam Pak Handoyo, menambahi hukuman mereka.

Dan Elita tidak perlu menunggu terlalu lama. Esok pagi juga, dia dan Tina sudah langsung dipanggil ke kantor Kepala Sekolah.

Dengan sabar Suster Cecilia mendengarkan cerita mereka.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 217: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Maksud kalian memang baik," katanya sambil menghela napas. "Tapi caranya keliru. Cara seperti itu sama sekali tidak terpuji. Menculik Maria dari rumah sakit, apa pun alasannya, bukan perbuatan yang terpuji. Kalian telah memberi malu nama sekolah kita. Apakah kalian menyesal dan berjanji tidak akan melakukan tindakan seperti ini lagi?"

Berbareng Elita dan Tina mengangguk.

"Baiklah. Kali ini saya maafkan. Tapi sebagai hukuman, selama seminggu ini kalian setiap hari harus membersihkan halaman. Datanglah sejam lebih pagi dari biasa. Akan saya tunggu kalian di sini. Terlambat datang berarti tambahan hukuman sehari lagi."

BAB VII

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 218: Merpati Tak Pernah Ingkar

Hari pertama masuk sekolah setelah dua minggu terkapar sakit merupakan hari istimewa bagi Maria. Dia merasa seperti anak baru lagi.

Cuma bedanya kali ini teman-temannya menyambut kehadirannya dengan manis. Bukan dengan ejekan-ejekan dan cemoohan-cemoohan seperti waktu pertama kali dia masuk ke kelas ini.

Nurul sengaja membawa kue-kue buatan tangannya sendiri dan mengajak teman-temannya makan bersama. Sementara Elita membawa coklat untuk dibagi-bagikan, seakan-akan hari itu Maria berulang tahun lagi.

Maria amat terharu menerima sambutan teman-temannya. Mereka seolah-olah berlomba-lomba ingin menghiburnya.

Semua catatan pelajaran selama dia tidak masuk sekolah, bahkan termasuk juga catatan yangdirobek-robek ayahnya dulu, sudah lengkap

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 219: Merpati Tak Pernah Ingkar

disalin oleh mereka. Yang malas menyalin, menitipkan tugasnya pada mesin foto kopi. Pokoknya semua kebagian tugas.

Guru-gurunya juga bersedia memberi pelajaran tambahan kepada Maria untuk mengejar ketinggalan

pelajarannya selama dia tidak masuk sekolah. Dan bukan itu saja. Rena yang biasanya agak judes, kini malah menghadiahkan sebuah album yang berisi foto-foto pesta ulang tahunnya.

Entah siapa yang iseng menjepret adegan dansa Maria dengan Guntur. Tapi foto-foto itu lengkap menghiasi album yang dihadiahkan Rena untuk Maria. Tersipu-sipu Maria memandangi foto itu.

"Kamu masih marah sama Guntur, Mar?" tanya Elita sambil mengamati-amati wajah temannya.

"Ah, tidak," sahut Maria polos. "Saya sudah lama memaafkannya."

"Aku ikut bersalah, Mar. Aku juga ikut membujukmu." "Lupakan saja, El."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 220: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Guntur memang brengsek. Dia terkenal gemar mempermainkan gadis-gadis. Pacarnya seperti mobilnya. Ganti setiap tahun. Tapi setelah mengenalmu, kukira dia sudah berubah. Siapa sangka dia malah mempermainkan kita semua."

"Kalau ketemu dia lagi akan kulempari mukanya dengan telur busuk!" geram Tina sengit.

"Jangan," cegah Nurul segera. "Kita harus cari akal untuk membalas perbuatan mereka! Kali ini kita kalah. Tapi lain kali kita harus berhasil mempermainkan cowok-cowok edan itu!"

"Sudahlah, Rul," cegah Maria sabar. "Mereka hanya ingin mempermainkan saya."

"Kamu betul-betul nggak marah, Mar?" desak Nurul penasaran. "Nggak kesal?"

Maria cuma menggeleng sambil tersenyum. "Yang sudah lewat sudahlah," katanya tenang. "Pelajaran juga buat saya."

"Astaga. Mar!" Nurul menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tidak percaya. "Kamu betul-betul malaikat!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 221: Merpati Tak Pernah Ingkar

***

"Saya tidak bisa menyimpan album itu di rumah, EL" kata Maria kepada Elita pada waktu jam istirahat. "Titip sama kamu, ya?"

"Pulang sekolah nanti berikan saja kepadaku," sahut Elita mantap.

"Terima kasih, El. Sekarang saya mau ke WC dulu ya. Perut saya sakit."

"Kenapa, Mar?" bisik Elita agak kuatir. "Mukamu pucat lho!"

"Ah, memang masih agak pucat." Maria memaksakan sepotong senyum di bibirnya. "Tapi saya sudah sembuh. Sudah tidak batuk. Tidak pernah panas lagi."

"Kuantar yuk."

"Nggak usah, El. Baunya tidak enak di sana."

"Nggak apa-apa. Namanya juga WC!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 222: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kamu tunggu di luar saja."

"Tapi kamu teriak-teriak kalau pingsan, ya?"

Tentu saja Elita cuma bergurau. Maria pun menyambutnya dengan senyum-simpul. Tapi ketika Maria benar-benar berteriak dari dalam WC, Elita sampai terlompat kaget.

"Mar!" serunya sambil menggedor-gedor pintu. "Kamu kenapa?"

Beberapa orang teman mereka yang kebetulan sedang berada di sana ikut mengerubungi Elita di depan pintu.

"Mar!" teriak Elita sekali lagi ketika tidak didengarnya jawaban Maria. "Kenapa, Mar?"

"El..." rintih Maria lemah. Nadanya gugup dan sangat ketakutan. "Tolong saya...."

"Kamu kenapa?" teriak Elita cemas.

"Cepat panggil Suster Cecilia atau Bu Har," perintah Elita kepada anak-anak yang mengerubunginya. "Bilang, Maria sakit lagi!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 223: Merpati Tak Pernah Ingkar

Cepat-cepat mereka keluar. Yang sebagian lari ke kantor Kepala Sekolah. Yang lain kabur ke ruang guru.

"Buka pintunya, Mar!" seru Elita panik. "Biar aku masuk!"

Begitu pintu perlahan-lahan terbuka, cepat-cepat Elita menyelinap masuk. Dan menguncinya lagi.

Maria sedang bersandar lemah ke dinding. Mukanya pucat-pasi. Matanya terbelalak ketakutan.

"Kenapa, Mar?" Dengan gugup Elita menggenggam lengannya. "Apamu yang sakit?"

Ketakutan Maria menunjuk ke bawah. Dan mata Elita terbelalak melihat carian merah yang mengalir di sela-sela paha Maria... terus ke kakinya....

"Ya Allah, Mar!" pekik Elita terkejut. "Kamu...?"

Maria menggeleng sama gugupnya. Matanya menggelepar-gelepar dengan panik. Bibirnya mendesah resah.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 224: Merpati Tak Pernah Ingkar

Pintu WC diketuk dari luar. Lalu terdengar suara Suster Cecilia. Tenang dan berwibawa. Meskipun masih menyembunyikan nada kuatir.

Cepat-cepat Elita membuka pintu. Begitu Suster Cecilia masuk, Maria mengerut ketakutan. Tapi Suster Cecilia hanya memandangnya sekejap. Lalu dia sudah tahu apa yang terjadi.

Segera diusirnya siswi-siswi yang masih berkerumun di depan pintu. Dimintanya Maria membersih-

kan darah yang meleleh di kakinya. Lalu dibimbingnya gadis itu ke luar.

Tapi di luar teman-temannya masih berkerumun menonton. Saling berbisik-bisik sambil tersenyum mencemooh. Dengan susah payah Bu Harti dan Bu Mien berusaha membubarkan kerumunan mereka.

Maria dibaringkan di ruang P3K. Dan Suster Cecilia memberi instruksi singkat kepada Bu Endang yang menjaga ruangan itu. Lalu dia memanggil Elita.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 225: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kamu sudah dapat menstruasi, Elita?" tanyanya dengan suara datar, seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa.

Elita mengangguk gugup. "Tapi saya tidak menyangka..."

"Jadi ini kejadian biasa," potong Suster Cecilia tegas. Dia memandang langsung ke mata Elita. Dan matanya yang tajam berwibawa itu seakan-akan ingin menghujamkan keyakinan di hati Elita. "Seorang gadis yang menginjak masa remaja mendapat haid. Itu soal biasa, bukan?"

"Ya, Suster...," sahut Elita gelagapan. "Tapi saya tidak menyangka Maria tidak tahu.... Saya tidak berpikir sampai ke sana...."

Suster Cecilia mengangguk sebelum Elita sempat mengakhiri kata-katanya. "Jadi katakan kepada teman-temanmu, ini kejadian biasa. Tidak ada apa-apa. Maria hanya mendapat haidnya yang pertama."

"Ya, Suster...," sahut Elita gugup.

"Sekarang kamu boleh kembali ke kelas."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 226: Merpati Tak Pernah Ingkar

***

"Kamu sudah mendapat pelajaran biologi, Maria?" tanya Suster Cecilia dengan tenang. Dia duduk dengan sabar di tepi pembaringan Maria.

Gadis itu mengangguk dengan gugup. Matanya menatap Suster Cecilia dengan ketakutan.

"Kamu pasti tahu, jika seorang wanita menginjak masa remaja, dia akan mendapat haid atau menstruasi sekali setiap bulan, bukan?"

Ragu-ragu Maria mengangguk.

"Nah, inilah haidmu yang pertama."

Mata Maria membelalak ketakutan. Mulutnya ternganga bingung.

"Tidak ada yang perlu dikuatirkan. Itu hanya suatu tanda bahwa kamu sudah menjadi wanita dewasa sekarang. Selama lima sampai tujuh hari, kamu akan mengalami perdarahan seperti

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 227: Merpati Tak Pernah Ingkar

ini. Lebih baik kamu memakai pembalut wanita seperti yang diberikan oleh Bu Endang tadi. Pembalut-pembalut seperti itu dapat dibeli di toko dalam bungkusan plastik atau dus. Kamu mungkin akan merasa perutmu sakit sedikit. Tapi keluhan seperti itu biasanya hanya datang pada hari pertama atau kedua. Sesudahnya kamu tidak akan merasakan apa-apa lagi. Menstruasimu akan berhenti dengan sendirinya. Dan akan datang kembali bulan depan kira-kira pada tanggal yang sama. Mungkin pada hari-hari sebelumnya kamu juga akan merasakan ketegangan atau malah sedikit sakit pada buah dada atau pinggangmu. Tapi kamu tidak usah kuatir. Gejala semacam itu biasa dialami wanita sebelum haidnya datang. Ada lagi yang ingin kamu tanyakan, Maria?"

"Apa... apa yang harus saya katakan pada Ayah?" rintih Maria bingung.

Ayah! Cuma itu yang dipikirkannya!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 228: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Biar saya yang bicara dengan ayahmu," sahut Suster Cecilia tegas. "Sekarang kamu pulang saja.

Saya sudah minta Bu Endang mengambilkan buku-bukumu di kelas. Besok pagi datanglah bersama ayahmu kemari. Tidak usah takut. Tidak ada yang perlu dikuatirkan."

Tetapi yang paling dikuatirkan Maria justru baru ditemukannya di rumah. Album itu masih terbawa di dalam tasnya! Dalam kebingungan dia telah melupakan kehadiran album itu! Elita belum sempat mengambilnya!

***

"Eh, masih berani nongol di sini?!" geram Elita begitu dia melihat Guntur menunggu di depan sekolah. "Mau ngapain lagi?"

"Minta dikeroyok cewek, ya!" Tina mendesis sengit. "Sayang aku belum punya telur busuk!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 229: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Benar-benar muka badak tuh!" sembur Nurul tidak kalah judesnya. "Nggak tahu malu!"

"Aku datang mau minta maaf," sahut Guntur tanpa menghiraukan kemarahan teman-teman putrinya. "Mana Maria?"

"Sudah pulang!"

"Pulang?" Menyipit mata Guntur. "Dia sakit lagi?"

"Gara-gara kamu!" "Dia masih marah?"

"Maria nggak pernah marah!" potong Tina sengit. Diangkatnya tasnya tinggi-tinggi. Diayunkannya ke punggung Guntur. "Kami yang marah!"

"Dia nggak marah?" desak Guntur tanpa menghiraukan perbuatan Tina. "Betul Maria nggak marah?"

"Minggir deh kamu, Nyong!" Tanpa menghiraukan Guntur lagi Elita meninggalkannya pergi. "Pokoknya mulai sekarang kami tidak mau lagi mengenal kalian!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 230: Merpati Tak Pernah Ingkar

Sana, cari gadis dari sekolah lain yang bisa kalian permainkan seenaknya saja!"

"Tapi aku benar-benar menyesal, Rul," kata Guntur kepada Nurul, satu-satunya gadis yang masih mau mendengarkan penyesalannya. "Kalau aku tidak bisa bertemu dengan Maria lagi, tolong berikan surat ini kepadanya, ya? Tolong deh, Rul!"

"Ah, kok pakai perantara segala sih! Berikan saja sendiri! Takut, ya?"

"Aku justru kuatir Maria yang nggak mau ketemu aku lagi, Rul!"

"Apa upahnya?"

"Bilang saja kamu mau apa?"

"Boleh baca surat ini?"

"Kenapa tidak?"

"Di depan kelas?"

"Silakan. Asal Maria tidak marah."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 231: Merpati Tak Pernah Ingkar

Nurul tersenyum-simpul. Ditimang-timangnya surat bersampul merah muda itu. "Romantis juga kamu, ya. Pakai surat-suratan segala. Memangnya kamu serius?"

"Aku sudah janji nggak main-main lagi, Rul!"

"Maksudku dengan Maria?"

"Kukatakan juga percuma. Kamu pasti tidak percaya!"

"Kamu betul-betul naksir Maria?" "Mula-mula sih cuma main-main. "Sekarang aku serius, Rul."

"Wah, saingan sama Tuhan dong kamu! Dia kan calon biarawati!"

"Saingan sama siapa pun aku nggak peduli!"

***

Ketika Maria sampai di rumah, ayahnya memang belum pulang. Tetapi ketika dia

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 232: Merpati Tak Pernah Ingkar

bergegas hendak membawa album itu kembali ke sekolah, Ayah muncul di pintu pagar.

Buru-buru Maria berlari kembali ke kamarnya. Diselipkannya begitu saja album itu di bawah tempat tidurnya. Memang bukan tempat yang aman. Ayah sering menggeledahnya juga. Tetapi kalau Maria berpura-pura sakit dan tidur, Ayah pasti tidak akan menyuruhnya turun dari ranjang.

"Pagi-pagi sudah pulang," gerutu Pak Handoyo begitu dia melihat Maria berbaring di tempat tidur. "Sakit lagi?"

Dengan jengkel Pak Handoyo menghampiri tempat tidur. Dipegangnya dahi Maria. Dan Maria menunggu dengan hati berdebar-debar.

"Tidak panas. Apamu yang sakit? Malas sekolah? Sudah terlalu lama tiduran terus?!"

"Perut," sahut Maria ketakutan. "Kata Suster Cecilia disuruh istirahat...."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 233: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Hm," gerutu Pak Handoyo sambil meninggalkan kamar. "Besok harus sekolah! Tidak ada alasan sakit!"

"Suster Cecilia minta Ayah datang menghadap...."

"Ada apa lagi?"

Wajah ayahnya langsung berubah bengis. Suaranya tajam menyengat. Penuh kecurigaan. Ditatapnya

Maria dengan tatapan yang membuat Maria tiba-tiba merasa dirinya seperti pencuri yang tertangkap basah.

"Awas kalau ada laporan jelek lagi tentang dirimu!" ancam ayahnya geram. "Kesabaran Ayah sudah habis!"

***

"Tapi dia masih anak-anak!" geram Pak Handoyo sengit. Dia duduk di depan meja tulis

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 234: Merpati Tak Pernah Ingkar

Suster Cecilia. Mendengarkan laporan Suster Cecilia dengan wajah merah-padam.

"Ini hanya fenomena biologis biasa, Pak Handoyo," sanggah Suster Cecilia tegas. "Setiap gadis remaja pasti akan mengalaminya suatu saat dalam hidupnya!"

"Tapi tidak sekarang! Maria masih kecil!" "Umurnya sudah enam belas tahun lebih empat bulan, Pak Handoyo. Dia sudah bukan anak-anak lagi!"

"Saya menghendaki dia memperolehnya sesudah berada di dalam biara nanti!"

"Tapi ini bukan kesalahan Maria, Pak Handoyo! Dia tidak dapat mengaturnya. Semua teman sekelasnya sudah mendapat haid. Ada beberapa malah sudah memperolehnya ketika mereka masih duduk di bangku SMP, bahkan di SD!"

"Saya sungguh kecewa!"

"Jangan membebani Maria dengan perasaan bersalah karena mendapat haid, Pak Handoyo. Itu

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 235: Merpati Tak Pernah Ingkar

tidak baik untuk perkembangan jiwanya. Dia masih sangat muda. Masih hijau. Kurang pengalaman. Kurang pergaulan pula. Haid tidak identik dengan dosa!"

"Sesuatu yang kotor!" geram Pak Handoyo dengan wajah merah terbakar. "Setelah memperolehnya, seorang anak kecil yang suci bersih, teman-teman Yesus yang terkasih, berubah menjadi seorang wanita! Makhluk penggoda yang membuat manusia menyandang dosa asal! Dan terusir dari Taman Firdaus!"

"Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang hidup, telah menebus dosa itu, Pak Handoyo!"

"Tapi manusia masih terus membuat dosa!" kilah Pak Handoyo sengit. "Sekarang Maria sudah di ambang pintu dosa. Setiap saat dia bisa berbuat dosa. Dia harus secepatnya masuk biara, Suster. Tidak usah sekolah lagi. Aturlah agar Maria segera dapat masuk biara di sini."

"Jangan terburu nafsu, Pak Handoyo." Suster Cecilia menghela napas menahan kesal. "Maria masih terlalu muda. Berilah dia kesempatan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 236: Merpati Tak Pernah Ingkar

untuk tumbuh menjadi dewasa. Pada saat itu, dia baru dapat menentukan pilihan hidupnya!"

"Mungkin pada waktu itu sudah terlambat! Saya ingin Maria masuk biara sekarang juga, Suster!"

"Tapi kita tidak boleh memaksanya! Kita harus menanyakan kehendaknya dulu. Semua manusia punya kehendak bebas, Pak Handoyo. Kita harus menghargai hak Maria!"

"Dia juga menginginkannya!" sahut Pak Handoyo

mantap. "Sejak dia lahir, saya telah menghembuskan keinginan itu dalam setiap helaan napasnya!"

"Saya mau masuk biara, Suster," sahut Maria dengan air mata berlinang. "Tapi tidak sekarang. Saya masih ingin sekolah. Masih ingin bergaul dengan teman-teman."

"Kamu harus masuk sekarang," geram pak Handoyo tegas. "Kalau mereka menolakmu, Ayah akan mengurungmu di rumah! Sampai mereka mau menerimamu! Mulai detik ini,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 237: Merpati Tak Pernah Ingkar

kesucianmu sudah di tepi jurang. Setiap saat bisa jatuh terjerumus ke dalam jurang dosa!"

"Pak Handoyo, berilah Maria kesempatan untuk menenangkan diri!" pinta Suster Cecilia iba.

Tetapi Pak Handoyo memang keras kepala.

"Sejak lahir dia telah kupersembahkan kepada Tuhan!" katanya kepada Pastor Matias yang hadir pula di sana. Suster Cecilia yang memintanya untuk turut melunakkan hati ayah Maria.

"Bukan demikian caranya mempersembahkan seorang anak untuk melayani Tuhan, Pak Handoyo. Ini cara yang keliru. Tuhan tidak merestui pemaksaan. Seperti apa pun bentuknya. Apa pun tujuannya."

"Tidak ada pemaksaan, Romo Matias. Ini bentuk persembahanku yang terbesar untuk Tuhan. Aku mempersembahkan anakku sendiri. Anakku satu-satunya. Untuk Tuhan."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 238: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Tapi yang Bapak persembahkan itu anak Bapak. Manusia yang punya kehendak bebas. Bukan diri Bapak sendiri."

"Romo lupa. Tuhan minta Abraham mengorbankan Iskak anaknya sebagai korban persembahan, bukan dirinya sendiri!"

"Tapi apakah Bapak yakin, Tuhan meminta Maria?"

"Aku telah mengambil milik Tuhan, Romo. Biarlah Tuhan mengambil milikku juga."

BAB VIII

"Dua puluh tahun yang lalu ayahmu seorang pastor yang berwibawa, Maria," tutur Suster

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 239: Merpati Tak Pernah Ingkar

Cecilia di depan Maria yang sedang menangis. "Dia terkenal keras, ortodoks, tak kenal kompromi. Karena sifat-sifatnya itu, ayahmu sering berselisih pendapat dengan rekan-rekannya sendiri. Seminggu sekali, kami para calon biarawati di biara ini diberi kesempatan menerima pelajaran bahasa Latin dari ayahmu. Entah bagaimana permulaannya, tiba-tiba saja salah seorang di antara kami mengundurkan diri. Calon biarawati itu akhirnya menikah dengan ayahmu. Dan dia adalah ibumu."

Suster Cecilia menghela napas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.

"Sebagaimana kamu ketahui, seorang pastor seperti juga seorang biarawati, terikat janji untuk hidup selibat, tidak menikah. Keputusan ayahmu membuat dia mengundurkan diri sebagai pastor, karena permohonan dispensasinya ditolak. Mereka menikah dan pindah ke Banyumas. Ketika melahirkan, ibumu meninggal. Ayahmu merasa sangat berdosa. Dan dia telah bersumpah untuk menyilih

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 240: Merpati Tak Pernah Ingkar

dosanya dengan mempersembahkan bayinya kepada

Tuhan. Kamulah bayi itu, Maria. Sekarang kamu mengerti mengapa ayahmu berkeras memaksamu masuk biara? Karena dia telah mempersembahkan dirimu kepada Tuhan sejak kamu lahir. Ayahmu takut kamu tidak tahan godaan. Karena itu dia memaksamu masuk sekarang juga. Karena dia menganggap biaralah tempat yang paling aman untuk menjaga kesucianmu dan memelihara sumpahnya. Dulu saya tidak ingin menceritakan kisah ini kepadamu. Tapi sekarang saya merasa tidak adil kalau kamu tidak mengetahuinya."

Sepanjang perjalanan pulang Maria mengkaji cerita Suster Cecilia. Tidak adil memang, mempersembahkan dirinya sebagai pembayar hutang ayahnya pada Tuhan.

Tapi Maria mencintai ayahnya. Dan mengasihi Tuhan. Dia rela mempersembahkan dirinya. Sekarang juga. Dia akan menemui ayahnya di

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 241: Merpati Tak Pernah Ingkar

rumah. Dan minta agar ayahnya menyerahkannya ke biara hari ini juga.

Tapi sesampainya di ambang pintu rumahnya, Maria tidak jadi masuk. Matanya terbelalak ketakutan. Bibirnya gemetar. Dan seluruh tubuhnya langsung mengejang seperti terkena sengatan listrik.

Bergegas seperti dikejar hantu, Maria kabur dari rumahnya. Dan tidak berani lagi kembali ke sana.

Ayahnya sedang merobek-robek foto albumnya. Serpihan-serpihan foto itu bertebaran di lantai. Maria tidak dapat membayangkan apa yang akan dilakukan ayahnya terhadap dirinya kalau sampai Ayah menemukannya!

***

"Saya tidak berani pulang, El!" tangis Maria di depan teman-temannya. "Saya takut! Ayah pasti

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 242: Merpati Tak Pernah Ingkar

memukul saya... mengurung saya... selama-lamanya... sampai mereka mau menerima saya di biara...."

"Keterlaluan!" geram Elita sengit. "Kita adukan pada polisi yuk!"

"Ah, polisi bisa apa!" bantah Nurul. "Ini kan bukan perbuatan kriminal!"

"Lebih baik kita ngadu ke Suster Cecilia!" usul Tina gemas.

"Ah, percuma! Ayah Maria nggak takut kok sama Suster Cecilia!"

"Habis bagaimana dong?"

"Malam ini kamu tinggal saja di rumahku dulu, Mar," usul Elita.

"Ih, abangmu banyak!" bantah Nurul. "Nanti ada yang duel!"

"Pokoknya Maria aman bersamaku. Asal kalian bisa jaga rahasia!"

"Tapi Ayah pasti mencari saya, El!" rintih Maria cemas.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 243: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Biar saja. Besok kita cari jalan lain."

"Jalan apa?" potong Tina, masih ingat kejadian di rumah sakit. "Aku sudah kapok lho, El!"

"Pokoknya kita harus melindungi Maria!" sahut Elita tegas. "Dengan jalan apa pun!"

"Tapi kasihan kalau Ayah mencari saya ke mana-mana, El," desah Maria bingung.

"Gampang. Tulis saja surat."

"Surat?"

"Tanpa alamat."

"Tapi saya belum pernah menulis surat...." "Ah, itu soal kecil! Aku yang tulis!" Tetapi kata-kata Elita di dalam surat yang dibuatnya untuk ayah Maria terlalu keras. Terlam-

pau kasar di telinga Maria. Dia tidak sampai hati.

Ayah pasti marah. Sedih. Kesal. Kecewa... Maria tidak ingin lagi menambah penderitaannya. Jadi akhirnya dia cuma menulis sembilan belas patah kata.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 244: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ayah. saya belum berani pulang. Tapi suatu hari kelak, saya pasti akan kembali untuk menepati janji Ayah pada Tuhan."

Mengantarkan surat itu ke rumah Maria merupakan tugas pertama untuk Nurul. Dia tahu sekali bagaimana caranya supaya surat itu dapat sampai ke sana. Tanpa sepengetahuan ayah Maria.

Sementara itu Elita sibuk membujuk ayahnya agar Maria diperbolehkan tinggal bersama mereka malam itu.

"Boleh saja." sahut ayah Elita sabar. "Tapi bagaimana dengan ayahnya? Jangan sampai kita dituduh menculik anak gadis orang."

"Beres deh, Pa! Itu sih urusan Elita!"

***

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 245: Merpati Tak Pernah Ingkar

Pak Handoyo menghempaskan dua helai potongan foto di atas meja Suster Cecilia.

"Suster kenal anak laki-laki ini?!" geramnya sengit.

Dalam sehari saja Pak Handoyo sudah bertambah tua sepuluh tahun. Rambutnya tidak tersisir rapi. Kumisnya tumbuh liar. Dan wajahnya kumal.

Hanya matanya yang tidak berubah. Mata yang tak pernah tersenyum itu tetap bersorot dingin dan keras. Tak kenal kompromi.

Dia telah mencari Maria ke mana-mana. Tapi yang ditemukannya malah surat. Sepotong kertas

tanpa alamat. Dan surat itu malah menambah kemarahannya.

Anak gadisnya pasti kabur! Melarikan diri dengan pemuda ini! Pemuda yang berani mengajaknya berdansa!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 246: Merpati Tak Pernah Ingkar

Dengan sabar Suster Cecilia merapatkan kembali potongan-potongan foto itu. Dan dahinya langsung berkerut.

Dia tidak kenal siapa pemuda yang sedang berdansa dengan Maria ini. Tetapi dia dapat mengenali gadis-gadis lain yang juga sedang asyik berdansa. Endang dan Nike.

"Pesta dansa semacam ini diadakan di sekolah?" desak Pak Handoyo kesal. "Atau di rumah salah seorang temannya?"

"Maria pernah menanyakan pendapat saya tentang undangan yang diterimanya dari salah seorang temannya. Rena ulang tahun. Saya rasa pesta ini diadakan di rumahnya."

"Dan Suster mengizinkan Maria pergi?"

"Dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, ya," sahut Suster Cecilia tegas. "Tapi saya tetap menyuruh Maria untuk minta izin pada Bapak."

"Pertimbangan-pertimbangan tertentu!" geram Pak Handoyo sambil mengatupkan rahangnya, menahan marah. "Ternyata Suster Cecilia

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 247: Merpati Tak Pernah Ingkar

sendiri juga ikut menyebabkan kaburnya Maria!"

"Bukan saya," bantah Suster Cecilia tegas. "Bukan pula orang lain. Tapi Bapak sendiri yang telah salah mendidiknya!"

"Saya?" belalak Pak Handoyo sengit. "Suster sendiri yang telah mengizinkan Maria pergi ke pesta gila-gilaan ini! Dan bertemu dengan anak-anak muda rongsokan yang tidak bermoral!"

"Saya percaya pada anak-anak didik saya," sahut Suster Cecilia mantap. "Mereka mungkin nakal. Tapi tidak sejahat yang Bapak kira."

"Dan pesta gila ini?!"

"Itu cuma pesta ulang tahun, Pak Handoyo. Setiap gadis boleh menyelenggarakannya. Dansa cuma bumbu dalam pesta muda-mudi. Dan pesta hanya salah satu romantika kehidupan remaja. Jika para pelakunya gadis-gadis yang terdidik dan bermoral baik seperti murid-murid saya, saya yakin pesta mereka bukan pesta gila-gilaan."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 248: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Suster terlalu lemah! Terlampau memberi kebebasan pada mereka! Ini akibatnya! Anak saya yang jadi korban! Saya menyesal menyekolahkan Maria di sini!"

"Pak Handoyo-lah yang harus belajar dari pengalaman. Maria lari karena terlalu dikekang! Kita sebagai orang tua memang tidak boleh memberi kebebasan yang berlebihan kepada anak-anak kita. Tapi kalau kita memberi mereka tanggung jawab dan kepercayaan, mereka tidak akan mengecewakan kita."

"Untuk Maria semuanya berbeda! Sejak lahir dia sudah milik Tuhan! Dia tidak boleh bergaul dengan segala macam penyakit begini! Hhh, saya yakin, Suster, dia pasti kabur bersama pemuda ini! Saya harus mencarinya! Suster tahu di mana alamatnya?"

"Teman-teman Maria pasti tahu. Tapi Pak

Handoyo, jangan sembarangan menuduh sebelum ada buktinya!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 249: Merpati Tak Pernah Ingkar

***

Begitu Suster Cecilia masuk ke dalam kelas, Elita langsung mengirim tatapan kilat pada teman-temannya. Dan Nurul membaca nada penuh ancaman di mata itu.

"Awas, kalau ada yang tahu Maria ada di rumahku," ancam Elita tadi. "Pokoknya yang tahu cuma kita berlima. Nurul, Nike, Endang, Tina, dan aku. Rena sengaja tidak kuberi tahu dulu. Dia dekat sama Luna. Dan anak itu masih kuragukan itikad baiknya terhadap Maria!"

"Maria tidak pulang ke rumah sejak kemarin siang," kata Suster Cecilia setelah dia tegak di muka kelas. Wajahnya sangat muram. "Ada yang tahu di mana dia berada?"

Sepi. Seluruh kelas sunyi seperti kuburan. Teman-teman sekelas Maria saling pandang dengan bingung.

Suster Cecilia melayangkan tatapannya ke seluruh kelas. Dan tatapannya berhenti di wajah

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 250: Merpati Tak Pernah Ingkar

Elita. Gadis itu membalas tatapannya dengan berani.

Tetapi Suster Cecilia yang berpengalaman telah membaca sesuatu di dalam mata itu. Nalurinya mengatakan, Elita pasti merahasiakan sesuatu.

"Kamu juga tidak tahu, Elita?" desak Suster Cecilia tajam.

"Tidak, Suster," sahut Elita tegas.

"Baiklah," gumam Suster Cecilia sabar. "Kalau ada yang tahu di mana Maria berada, jangan ragu-ragu menghubungi saya. Mungkin kalian ingin

berbuat baik pada Maria. Tapi percayalah, saya tahu yang terbaik untuknya."

Apa yang terbaik untuk Maria, Suster? pekik Elita dalam hati. Pulang ke rumah untuk dimarahi ayahnya? Dipukuli dan dikurung di dalam kamar?

Dapatkah Suster merasakan ketakutannya? Kesedihannya? Mengapa orang tua selalu menindas anak-anaknya seperti seorang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 251: Merpati Tak Pernah Ingkar

penguasa? Siapa yang mengatakan orang tua berhak melakukan apa saja terhadap anaknya?

"Rena," cetus Suster Cecilia tiba-tiba.

"Ya, Suster?" Rena membalas tatapan Kepala Sekolah dengan dada berdebar-debar. Dia benar-benar tidak tahu di mana Maria berada. Apa Suster Cecilia tidak percaya?

"Kamu juga tidak tahu di mana Maria sekarang?" Rena menggeleng dengan sungguh-sungguh. "Tapi kamu pasti tahu di mana alamat pemuda ini."

Suster Cecilia mengeluarkan cabikan foto yang membuat paras Rena langsung memucat. Nurul melirik kilat ke arah Elita. Tetapi Elita cuma menyeringai puas.

Silakan cari di rumah Guntur! Mudah-mudahan ayah Maria sempat merepotkan pemuda itu. Biar rasa dia!

"Kamu mengundangnya waktu pesta ulang tahunmu. Mustahil kamu tidak tahu alamatnya."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 252: Merpati Tak Pernah Ingkar

Rena mengerling teman-temannya dengan bingung. Seakan-akan mencari dukungan. Tapi dia tidak menemukan jawaban apa-apa di mata mereka. Tina malah sudah membuang muka ke tempat lain. Endang pura-pura tidak melihat.

"Di mana rumahnya, Rena?" desak Suster Cecilia tegas. "Kamu tahu, bukan?"

"Tahu, Suster," sahut Rena ragu-ragu. "Tapi saya lupa...."

Elita bertukar pandang dengan Nurul sambil mengulum senyum.

"Bagus sekali," kata Suster Cecilia sabar. "Nah, bagaimana caramu mengundang dia ke pestamu?"

"Kami bertemu di Balai Sidang, Suster," sahut Rena spontan.

Teman-temannya tersenyum geli.

"Dan kamu tidak punya buku catatan alamatnya?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 253: Merpati Tak Pernah Ingkar

Suster Cecilia tersenyum dingin. "Baiklah. Sekarang kamu boleh pulang. Jangan kembali ke sekolah sebelum kamu menemukan alamatnya."

"Saya punya, Suster!" sela Luna tiba-tiba.

Suster Cecilia langsung menoleh ke arah suara itu.

"Punya apa, Luna?"

"Buku catatan alamat teman-teman."

"Bagus sekali. Kamu tahu siapa pemuda ini?"

"Namanya Guntur, Suster," sahut Luna lantang.

Rena membelalak kesal ke arah Luna. Teman-temannya pun mulai ikut menggerutu. Cuma Elita, Nurul, Nike, Tina, dan Endang yang tetap tenang.

"Alamatnya?"

"Ada di sini, Suster." Luna menyodorkan sebuah buku kecil.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 254: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Terima kasih, Luna. Kerja samamu hari ini akan selalu saya ingat."

"Huu!" Rista mencibir sinis setelah Suster Cecilia keluar dari dalam kelas. "Mau dialem kamu, Na!"

"Cari muka, ya?!" gerutu Firda gemas.

"Lho, kalian tidak menyesal kalau biarawati kita

diculik si Guntur?" belalak Luna, pura-pura marah.

"Diculik atau tidak, pokoknya Guntur sudah game sama kamu, Na!" menyeringai Nurul. "Mendingan cari obyek baru deh!"

Seperti teman-temannya, Nurul pun tahu, Luna adalah gadis Guntur tahun yang lalu. Meskipun sekarang mereka sudah tak pernah berjalan bersama-sama lagi, Nurul tahu dalam hatinya Luna masih mengharapkan Guntur.

Luna begitu kecewa ketika mengetahui Guntur menaruh perhatian pada Maria, gadis yang tidak pernah dianggap saingannya. Gadis yang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 255: Merpati Tak Pernah Ingkar

kecantikannya di bawah nilai rata-rata itu yang kini mengalahkannya!

BAB IX

Mendengar suaranya saja Guntur sudah tahu siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan teman-temannya. Naik motor dengan knalpot terbuka. Bisingnya bukan main. Seolah-olah orang lain tidak punya telinga. Atau tidak berhak menikmati ketenangan. Padahal baru pukul lima sore.

Mungkin tetangga sebelah masih enak-enak tidur. Atau sedang santai menikmati secangkir teh sambil membaca majalah. Atau cuma

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 256: Merpati Tak Pernah Ingkar

mendengarkan alunan lagu-lagu yang tenang dari radio.

Tapi mereka memang tidak peduli. Siapa yang dapat melarang mereka, warga negara kelas satu, remaja penuh harapan yang akan menjadi ahli-ahli waris republik ini?

Lihat saja bagaimana cara mereka mengendarai motornya. Atau menyeberang jalan kalau pulang sekolah. Semua pemakai jalan yang lain harus mengalah, seolah-olah cuma mereka yang bayar pajak.

Malas-malasan Guntur melemparkan bukunya. Dan melangkah ke luar.

"Halo, Boss!" sapa Gatot begitu melihat Guntur. "Sudah siap?"

"Ayo, Tur! Cabut!" seru Rusman dari atas motornya. Mesin motornya menderu-deru menyakitkan telinga.

"Nggak jadi pergi," sahut Guntur sambil duduk di teras depan rumahnya. "Besok ada EHB. Ujian kan tinggal dua bulan lagi."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 257: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Eh, kamu sakit. Tur?!" Hariman langsung mematikan mesin motornya dengan heran. "Tumben betah di rumah."

"Biarawatimu ada di dalam, ya?" goda Rusman sinis.

"Sejak malam itu nggak pernah ketemu dia lagi."

"Jadi kamu sakit apa, Tur? Ngapain tunggu rumah? Wah. punya acara sendiri nih!"

"Huu, dasar congek! Sudah dibilang mau belajar!"

"Kayak bukan kamu yang ngomong, Tur!" cetus Hariman keheran-heranan. "Sejak kapan sore-sore begini kamu belajar?"

"Udeh deh jangan berisik!" potong Guntur tidak sabar. "Pokoknya hari ini aku nggak mau pergi! Habis perkara!"

"Tapi malam ini ada acara syuur di rumah Hans Item! Dia punya cewek-cewek baru buat kita! Yang satu Indo, Tur! Katanya bintang film!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 258: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ah, nanti aku nonton filmnya saja di video."

"Kamu sakit apa sih, Tur?"

"Apa lagi kalau bukan malaria tropikangcn!" ejek Gatot sinis. "Doinya sudah masuk biara kali!"

"Wah, dibandingkan cewek-eewek koleksinya si Hans Item, biarawatimu nggak ada apa-apanya, Tur!"

"Pergi deh! Aku sudah bosan lihat tampang kalian!

"Kau serius tidak mau pergi, Tur?" desak Tiar penasaran.

"Eh, mesti diusir ya?!"

"Nanti kamu menyesal, Tur!"

"Pokoknya aku nggak minta ganti rugi sama kalian! Sana deh pergi!"

"Eh, Tur! Ada yang cari kamu nih! Kamu ngutang belum bayar, ya?" teriak Hariman mengatasi kebisingan deru mesin motor teman-temannya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 259: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Siapa lagi sih?!" Guntur mengangkat kepalanya dan menoleh ke pintu halaman dengan malas. Tetapi matanya langsung menyipit begitu dia mengenali laki-laki itu.

Sudah kuduga, pikir Pak Handoyo geram. Pemuda-pemuda berandal seperti inilah yang membawa kabur Maria!

Tanpa memberi kesempatan pada Guntur untuk menyapa, Pak Handoyo sudah langsung membentak dengan kasar,

"Di mana Maria?!"

"Buset!" Gatot pura-pura mengurut dada. "Galak amat! Kamu ngutang berapa duit sih, Tur?"

"Jangan main-main!" geram Pak Handoyo bengis. "Di mana anak saya?"

"Astaga!" Rusman menyeringai masam. "Kamu melarikan anak gadis orang, Tur?"

"Wah, pantas saja dia tidak mau pergi!" Tiar tertawa dengan kurang ajar sekali. "Bah, punya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 260: Merpati Tak Pernah Ingkar

simpanan dia rupanya! Ada yang perlu dijaga di dalam, Tur?"

"Maria... pergi lagi?" desah Guntur tanpa menghiraukan seloroh teman-temannya.

"Jangan pura-pura!" Pak Handoyo menghampiri Guntur dengan marah. "Lekas katakan, di mana kamu sembunyikan anak saya?!"

"Saya tidak tahu di mana Maria, Pak," sahut Guntur bingung. "Saya malah tidak tahu dia pergi lagi...."

"Bohong! Kamu berandal yang merusak anak saya!"

"Ciii! Anak siapa yang kaurusak, Tur?" ejek Tiar sambil tertawa terkekeh-kekeh.

"Jangan main-main!" bentak Pak Handoyo sengit ke arah Tiar. "Kalian tahu apa hukuman pemuda-pemuda berandal yang melarikan anak gadis orang?!"

"Tidak, Pak," sahut Tiar dengan gaya yang menyebalkan. "Tapi saya juga tidak tahu siapa anak Bapak!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 261: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Kami tidak tahu ke mana Maria pergi, Pak," sambung Guntur sabar. "Tapi kami akan ikut mencarinya. Kapan Maria pergi?"

"Dia menghilang sejak kemarin," geram Pak Handoyo berang. "Dan saya menemukan ini di kamarnya!"

Dengan kasar Pak Handoyo melemparkan cabi-kan-cabikan foto ke muka Guntur. Potongan-potongan itu jatuh ke lantai. Dan Guntur langsung memungutnya. Mukanya segera berubah begitu mengenali foto itu.

"Kamu yang merusak anakku! Sekarang pasti kamu pula yang mengajaknya kabur!"

"Buset! Siapa sih ni orang, Tur?" geram Rusman yang mulai naik darah. "Galak amat!" "Calon mertuaku," sahut Guntur asal saja.

Meledak kemarahan Pak Handoyo. Sebelum teman-teman Guntur sempat tertawa, dia telah mengepal tinjunya. Dan menjotos Guntur dengan berang.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 262: Merpati Tak Pernah Ingkar

Melihat Guntur terhuyung-huyung mundur, Gatot tak dapat menahan dirinya lagi. Dia langsung mencabut pistol ayahnya yang sering dibawanya ke mana-mana. Dikokangnya pelatuknya. Dibidikkan-nya ke arah Pak Handoyo. Tentu saja maksudnya cuma untuk menggertak. Kalau sedang bergaya begini, dia sering merasa dirinya tiba-tiba menjadi Clint Eastwood.

Tetapi Pak Handoyo tidak dapat ditakut-takuti. Apalagi oleh seorang bocah. Bukannya mundur, dia malah maju menghampiri laras pistol Gatot.

"Tembaklah kalau berani," tantangnya sengit. "Biar aku punya alasan untuk menjebloskan kalian ke dalam penjara!"

Sekejap teman-temannya melihat pancaran berbahaya keluar dari mata Gatot. Dan Rusman yang berdiri paling dekat terlambat untuk mencegah. Jari Gatot yang memeluk pelatuk telah bergerak.

Pada saat yang kritis itu, Guntur melompat dan menerjang Pak Handoyo dengan nekat. Hanya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 263: Merpati Tak Pernah Ingkar

terdengar sekali letusan. Sesudah itu semuanya menjadi hening. Guntur jatuh tersungkur bersama Pak Handoyo.

***

"Malam ini kamu mesti tidur di kamarku, Mar," kata Elita setelah mereka selesai makan malam. "Kamar tamu mau dipakai oleh teman abangku.

Malam ini mereka pulang dari Bandung. Si Gareng kuliah di ITB."

"Gareng?" Maria mengangkat alisnya dengan heran. "Kok namanya begitu?"

"Nama panggilan."

"Kenapa dipanggil Gareng?"

"Habis mukanya jelek kayak Gareng."

"Ah. masa."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 264: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Dia anak laki-laki yang bungsu. Ibuku paling sayang padanya. Itu nama kesayangan dari Ibu kok!"

Maria tersenyum geli. Dan senyumnya langsung hilang begitu melihat kamar Elita.

Dia belum pernah melihat ruangan yang lebih berantakan daripada kamar itu. Dan bukan itu saja. Dindingnya penuh dengan gambar laki-laki. Bermacam-macam posenya. Beraneka ragam model rambutnya.

Lebih tidak keruan lagi pakaiannya. Dari yang tidak pakai baju sampai yang tubuhnya penuh dengan bulu-bulu ayam. Dari yang rambutnya botak sampai yang berjambul di tengah seperti jengger ayam jantan. Dari yang cuma memeluk gitar sampai yang merangkul seorang gadis yang... yang... membuat pipi Maria memerah dengan sendirinya....

"Nah, gimana?" tantang Elita sambil tersenyum bangga.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 265: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Gambar-gambar siapa ini, El?" cetus Maria bingung.

"Itu namanya poster," sahut Elita sambil mencabut poster yang paling dekat dengan ranjang Maria. "Dinding ini sengaja kukosongkan. Untukmu. Kamu boleh mengisinya dengan gambar siapa

saja. Gambar Bunda Mana kek. Gambar Guntur kek."

"Ah, saya nggak punya gambar apa-apa."

"Ini radio. Ada kasetnya juga. Kamu boleh setel jika ingin mendengarkan lagu."

"Buku-buku itu boleh saya bereskan, El?" Maria menunjuk buku-buku dan majalah-majalah yang berserakan di lantai.

"Boleh saja." Elita tertawa bebas. "Tapi jangan keki kalau besok sudah berantakan lagi!"

"Saya boleh membersihkan kamar ini?"

"Tentu saja. Si Inem memang kularang masuk kemari. Lancang dia. Aku yakin dia sering

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 266: Merpati Tak Pernah Ingkar

meminjam kaset-kaset ini. Mendengarkannya di kamarnya sendiri. Tentu saja kalau aku nggak ada di rumah. Minyak wangiku juga cepat habis kalau dia bersih-bersih di sini!"

"Poster-poster ini juga boleh saya turunkan?"

"Lho, jangan dong! Itu kan poster-poster penyanyi-penyanyi kesayanganku! Aku nggak bisa tidur sebelum melihat mereka!"

"Tapi saya malah tidak bisa tidur kalau melihat gambar-gambar seperti ini!"

"Makanya mesti dibiasakan! Kamu kan gadis Metropolitan sekarang! Jangan norak dong!"

"Saya juga senang melihat gambar orang-orang yang cakep, El. Tapi cakep bukan hanya berarti bagus luarnya saja, kan? Biar bagus kalau tidak sopan penampilannya, kan cuma memalukan saja?"

"Soalnya batasan antara sopan dan tidak itu yang berbeda, Mar! yang sopan untukku mungkin tidak sopan untuk ukuranmu!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 267: Merpati Tak Pernah Ingkar

Maria tidak menjawab. Dibereskannya saja buku-buku dan majalah-majalah yang berset akan di

lantai. Dikumpulkannya kaset-kaset yang bertebaran sampai ke bawah ranjang. Dan dibersihkannya tempat-tempat yang debunya sudah sekilo kalau dikumpulkan dan ditimbang.

Tidak enak melihat temannya bekerja sendiri, terpaksa Elita ikut turun tangan membantu. Dan tiba-tiba saja seekor 'kerbau' menyeruduk masuk tanpa pemberitahuan lagi.

"Di mana jeans-ku, El?" Dengan gemas dipukulnya pantat gadis yang sedang membungkuk di bawah tempat tidur itu. "Pulangin dong kalau pinjam!"

Yang terbelalak kaget bukan cuma gadis yang sedang menjerit tertahan itu. Pemuda yang memukulnya juga.

"Astaga!" Dia mundur selangkah dengan terkejut. "Ada babu baru rupanya!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 268: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Hush!" bentak Elita yang muncul di belakangnya. Begitu muncul dia langsung memukul bahu pemuda itu. "Dia teman sekolahku, tahu nggak!"

"Ngapain lembur di sini?"

"Dia tinggal di sini. Menemaniku."

"Lho, kamu masih perlu baby-sitter?"

"Jangan pedulikan dia, Mar," kata Elita pada Maria yang masih tertegun di dekat tempat tidur sambil memegang sapu. "Si Gareng memang usil. Dia abangku. Tapi kalau dia jail, kamu boleh mencubitnya."

"Aku juga boleh mencubitnya kalau dia nakal, El?"

"Sudah, pergi kamu! Awas ya, kalau berani ganggu Maria, kuadukan pada Papa!"

"Bonekamu masih kurang ya, El?" ejek Gareng sambil menyeringai mengejek. "Masih perlu tambah satu boneka hidup?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 269: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Sudah kubilang pergi!" Dengan gemas Elita mengejar Gareng untuk mencubitnya. Tapi dengan gesit pemuda itu lari menghindar.

Di tangga, mereka hampir bertabrakan dengan ibu Elita yang sedang bergegas naik.

"Astaga!" desis Ibu kesal. Cepat-cepat dia berpegangan pada tangga. Takut terguling ke bawah diterjang anak-anaknya. "Apa-apaan sih?"

"Gareng nakal, Ma!" geram Elita gemas. "Masa dia berani memukul pantat Maria!"

"Ada telepon untukmu, El!" kata ibunya tanpa menghiraukan pengaduan Elita. "Katanya penting. Dari rumah sakit!"

"Rumah sakit?" belalak Elita terkejut.

Dan yang tersentak bukan cuma Elita. Maria juga.

"Jangan-jangan Ayah saya, El!" desahnya dengan wajah pucat-pasi. "Firasat saya sudah tidak enak sejak tadi!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 270: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Ah, jangan kuatir dulu. Paling-paling si Nurul jatuh dari motor. Nggak bisa bayar uang muka jadi dia telepon kemari."

Tetapi begitu menerima telepon, wajah Elita langsung berubah. Ketenangannya pun langsung buyar. Jelas sekali terlihat dia berusaha mengatasi emosinya.

"Kami akan segera ke sana."

Cuma itu yang dapat diucapkan oleh Elita. Sesudah itu dia tidak bisa menguasai dirinya lagi. Dilepaskannya teleponnya begitu saja. Lalu dia terkulai lemas. Buru-buru Gareng menopangnya.

"Ada apa, El?" tanyanya bingung. "Siapa yang kecelakaan?"

"Ayah, El?" desak Maria separuh menangis. Tetapi Elita sudah tidak dapat ditanya lagi. Dia sudah menangis.

***

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 271: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Peluru itu terbenam di hatinya," kata Dedi murung. "Dokter-dokter sedang berusaha mengeluarkannya melalui pembedahan."

"Dan... ayah Maria?" tanya Elita, menahan tangis.

Maria sendiri sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi. Berdiri tegak pun dia sudah hampir tidak mampu. Mesti ditopang oleh Elita dan Gareng.

"Di kantor polisi bersama Gatot dan teman-temannya."

"Ayah..." ratap Maria pilu. Selain kata itu dia tidak mampu lagi mengucapkan sepatah kata pun. Dia malah hampir-hampir tak kuasa lagi membendung tangisnya.

Satu per satu teman-temannya berdatangan setelah Tina ditelepon oleh Gareng. Ketika Nurul muncul, dokter baru saja selesai mengoperasi Guntur.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 272: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Peluru sudah berhasil dikeluarkan," kata Dokter Suryadi dengan wajah murung. Melihat wajah dokter itu saja, Elita dan teman-temanya sudah putus asa. "Tapi keadaannya sangat kritis. Peluru menembus usus sebelum menghancurkan hatinya. Dan kalian harus tahu, hati tidak dapat diangkat. Perdarahan pun cukup banyak. Sekarang dia masih belum sadar. Kalau dia tidak berhasil melampaui masa kritisnya dalam beberapa menit ini, tidak ada harapan lagi."

Bukan hanya Maria yang memekik histeris. Teman-temannya juga. Hampir tidak dapat dipercaya! Pemuda ganteng itu! Pemuda yang lincah. Periang. Enerjik. Sekarang dia terkapar dalam keadaan coma. Setiap saat nyawa dapat berlalu dari tubuhnya! Dan tubuh itu akan terdiam untuk selama-lamanya. Terbujur kaku dalam pelukan kematian.... O, maut! Mengapa kaucengkeramkan kukumu justru pada saat keinsafan sudah datang menyapa? Guntur memang pemuda berandal. Tapi dia sudah sadar. Dan berusaha memperbaiki dirinya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 273: Merpati Tak Pernah Ingkar

Mengapa dia masih harus dihukum? Mengapa dia tidak diberi kesempatan untuk membuktikan kein-safannya?

"Selamat, Maria!" terngiang kembali di telinga Maria ucapan Guntur yang pertama dulu. "Mainmu bagus sekali. Benar nggak sih kakimu dari kayu?"

"Kamu cantik!" katanya di pesta ulang tahun Rena.

"Jangan ganggu dia!" bentaknya tegas kepada teman-temannya. "Dia bukan gadis untuk kita!"

Dan sekarang pemuda yang nakal tapi baik hati itu terkapar antara hidup dan mati... karena perbuatan ayahnya!

O, Ayah! Ayah! Belum puaskah Ayah memporak-porandakan hidupku? Mengapa harus kauhancurkan pula hidup orang lain? Temanku yang terbaik! Teman priaku satu-satunya!

***

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 274: Merpati Tak Pernah Ingkar

Ruang ICU yang hening itu hanya diisi oleh desah napas Guntur yang tersendat-sendat. Dalam dan

berat. Sebuah pipa oksigen yang dimasukkan ke hidungnya membantu pernapasannya.

Lengannya pun masih diinfus. Sementara di lengan yang lain, menghunjam jarum transfusi darah.

Maria menunggu agak jauh dari tempat tidur Guntur. Tidak mungkin terlalu dekat dengan tempat tidurnya. Terlalu banyak alat-alat pembantu di sana.

Lagi pula Maria tidak boleh mengganggu kesibukan para perawat yang sedang memonitor keadaan Guntur. Dan di sana ada orang tuanya pula.

Teman-teman Maria yang lain menunggu di luar. Mereka sengaja memberi kesempatan terakhir kepada Maria untuk berada di dekat Guntur. Karena walaupun tidak diucapkan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 275: Merpati Tak Pernah Ingkar

mereka semua sependapat, tidak ada harapan lagi untuk Guntur. Setiap saat dia bisa pergi.

Dokter memang masih berusaha menolong seda-pat-dapatnya. Mereka tidak boleh tinggal diam selama jantung pasien masih tetap berdenyut.

Sesudah denyutnya hilang pun mereka masih belum menyerah. Beberapa kali pijatan jantung luar masih dilakukan untuk mencoba mempertahankan hidup pasiennya.

Tetapi keputusan terakhir di tangan Tuhan. Dengan Penciptanyalah manusia telah berjanji kapan dia harus kembali.

Nurul telah menyerahkan surat Guntur kepada Maria. Dia beranggapan tidak ada lagi waktu yang lebih tepat selain saat ini.

"Kalau aku tidak bisa bertemu lagi dengan Maria, tolong berikan surat ini kepadanya, ya?"

Menitik air mata Nurul kalau teringat kata-kata Guntur yang terakhir kepadanya itu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 276: Merpati Tak Pernah Ingkar

Sudah punya firasatkah dia? Pemuda yang tidak pernah serius itu menulis surat! Sudah tahukah dia tidak mungkin bertemu lagi dengan Maria?

"Kalau kamu buka surat ini, Mar, artinya kita tidak sempat bertemu lagi," Guntur mengawali suratnya dengan kata-kata yang memedihkan hati Maria. "Karena aku yakin sesudah kejadian malam itu, kamu pasti tidak mau lagi bertemu denganku. Iya kan, Mar? Aku bisa mengerti alasanmu. Semua memang salahku. Aku telah mempermainkan kamu. Menjadikan kamu obyek taruhan dengan teman-temanku. Terus terang mula-mula aku memang tidak serius dengan kamu. Aku tidak pernah serius dengan gadis mana pun kok, Mar! Tanya teman-temanmu deh kalau nggak percaya! Tapi entah mengapa setelah kita berada bersama-sama seharian itu, aku mulai tertarik kepadamu. Serius nih, Mar! Jadi kalau biara penuh atau kalau kamu ditolak karena tidak memenuhi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 277: Merpati Tak Pernah Ingkar

syarat jadi biarawati atau ayahmu sakit-sakitan terus sehingga dia berubah pikiran, lebih baik menjadikan kamu dokter daripada pertapa, tolong ingat aku, Mar! Aku masih selalu menunggumu! Aku akan belajar baik-baik, merapikan rambutku, menukar T-shirt dan jeans kumalku dengan kemeja putih dan dasi supaya ayahmu tidak malu punya menantu seperti aku. Benar nih, Mar! Aku janji! Kapan kita bisa bertemu lagi, Maria?"

Sekarang kita bertemu lagi, Tur! pekik Maria dalam hati. Sekarang aku berada di dekatmu. Dapat kupandangi sepuas-puasnya wajahmu yang pucat-pasi. Sayang matamu terpejam rapat.... Bisa kudengarkan desah napasmu.... Kurasakan kesakit-anmu.... Masih merasa sakitkah engkau di sana? Atau semuanya sudah terlupa dalam tidurmu yang lelap? Aku akan tetap menunggu di sini, Tur. Aku akan tetap

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 278: Merpati Tak Pernah Ingkar

menunggu sampai kamu membuka matamu dan melihat aku di sini!

"Tensinya makin menurun. Dok," lapor perawat pada dokter yang baru datang mengontrol.

Dokter itu melakukan pemeriksaan singkat sebelum menggeleng-gelengkan kepalanya dengan muram.

"Mungkin ada perdarahan baru," desahnya perlahan. "Kita harus mengadakan laparotomi kembali. Tapi pasien sudah masuk dalam keadaan shock berat. Saya tidak yakin dia berhasil mengatasi shock-nya. dan kita masih keburu membuka perutnya kembali...."

"Jangan, Tuhan! pekik Maria dalam hati. Jangan biarkan dia pergi! Akan kupersembahkan seluruh hidupku sebagai ganti hidupnya!

Dan Ibu Guntur memekik tertahan melihat cairan kehitam-hitaman yang disedot ke dalam botol melalui pipa yang dihubungkan dengan mesin yang bertugas membersihkan jalan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 279: Merpati Tak Pernah Ingkar

pernapasan Guntur. Sejak tadi cairan di dalam botol itu berwarna putih walaupun tidak jernih.

Sejenak Guntur seperti bergerak-gerak. Lalu jarum yang memonitor denyut jantung Guntur bergerak tak teratur. Melukiskan garis naik-turun yang kacau.

Ibu Guntur menutup mukanya. Dan menangis perlahan di bahu suaminya.

Maria tidak tahan lagi. Dia menghambur ke luar. Berlari dan berlari terus. Tanpa menghiraukan panggilan teman-temannya.

Begitu saja Maria melompat ke dalam taksi yang kebetulan berhenti di depan rumah sakit. Dia baru turun setelah si sopir taksi tidak tahu lagi ke mana hendak membawanya.

Gadis ini pasti sakit ingatan, pikir pengemudi taksi itu dengan perasaan iba. Atau jiwanya terganggu karena pacarnya meninggal. Kasihan. Malam-malam begini masih berkeliaran di jalan. Sudah hampir pukul dua belas!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 280: Merpati Tak Pernah Ingkar

Tanpa berkata apa-apa lagi Maria mengeluarkan semua uang yang ada di dompetnya. Diberikannya semuanya kepada si pengemudi taksi yang sedang kebingungan itu.

Lalu tanpa menghiraukan apa-apa lagi Maria berlari di sepanjang kaki lima. Menembus keheningan malam. Sampai kakinya tidak bisa diangkat lagi. Dan dia jatuh tersungkur ke tanah.

Tak tahu Maria sudah berapa lama dia menangis sambil berdoa di sana. Dia baru mengangkat wajahnya ketika telinganya lapat-lapat mendengar suara alunan organ dan dentang lonceng gereja.

Lalu dia melihat patung itu. Patung yang menjulang tinggi di hadapannya. Patung yang mirip dengan gambar Yesus di kamarnya. Di kaki-Nya-lah dia tersungkur. Dan tiba-tiba saja ada secercah kedamaian menjalari hati Maria.

"Kupersembahkan seluruh hidupku sebagai ganti hidupnya, Tuhan!" bisik Maria, terharu. "Kuserahkan diriku seutuhnya ke dalam tangan-Mu!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 281: Merpati Tak Pernah Ingkar

BAB X

Selesai berdoa Suster Maria keluar dari kapel kecil di samping biara. Dia melangkah anggun menelusuri jalan setapak yang menerobos ke koridor rumah sakit. Kerudung putihnya sekali-sekali melambai-lambai diterbangkan angin malam yang nakal.

Suasana di sana memang agak gelap. Hanya ada sebuah lampu TL sepuluh Watt sebagai penerangan. Tetapi Suster Maria tidak takut. Dia sudah biasa berjalan di sini.

Setiap malam sebelum tidur Suster Maria akan mengontrol sekali lagi keadaan rumah sakit yang dikelolanya. Rumah sakit kecil di lereng

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 282: Merpati Tak Pernah Ingkar

pegunungan, milik sebuah yayasan Katolik yang dipercayakan kepadanya.

Hanya ada seorang dokter dan tiga orang perawat di sana. Dua orang di antaranya calon biarawati pula.

Memang bukan sebuah rumah sakit yang komplet. Kapasitasnya pun hanya tiga puluh tempat tidur. Tetapi rumah sakit itu tidak pernah kosong.

Malah jika sedang penuh, misalnya waktu ada wabah kolera dulu, lorong-lorongnya pun digunakan sebagai bangsal untuk orang sakit. Kasur-kasur

tambahan diangkut dari dalam biara. Sehingga pernah beberapa kali terjadi, Suster Maria dan rekan-rekannya terpaksa tidur tanpa alas.

Rumah sakit itu memang bukan sebuah rumah sakit yang hebat. Tidak pernah masuk koran. Tidak pernah mendapat kunjungan pejabat dari pusat. Apalagi sumbangan para dermawan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 283: Merpati Tak Pernah Ingkar

Kasus-kasus penyakit yang seharusnya masih bisa tertolong bila pasien itu dirawat di rumah sakit pusat yang lengkap, kadang-kadang terpaksa direlakan pergi karena tidak ada fasilitas. Tetapi bagaimanapun untuk penduduk di sekitarnya, rumah sakit itu telah menjadi berkat tersendiri. Sesuai dengan doa Suster Maria setiap malam.

"Jadikanlah aku alat damai sejahtera-Mu, Tuhan. Agar di tempat keputusasaan aku membawa harapan, di tempat kesakitan aku membawa kesembuhan, dan di tempat duka cita aku membawa suka cita."

Selama tujuh belas tahun makna doa itu telah menyatu dengan perilaku Suster Maria sehari-hari. Bukan hanya pada saat dia mengabdi Tuhan di dalam biaranya yang sepi, tapi juga pada saat merawat dan mendampingi pasien di dalam rumah sakitnya yang hiruk-pikuk.

"Selamat malam, Suster Maria!" sapa Pak Kunto, yang punya pos tetap di ranjang yang paling ujung dekat pintu bangsal.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 284: Merpati Tak Pernah Ingkar

Sudah bertahun-tahun Pak Kunto dirawat di rumah sakit ini. Sejak keluarganya tidak mampu lagi membiayai pengobatan penyakit tbc-nya yang sudah parah. Paru-parunya telah bernanah. Tubuhnya pun tinggal tulang berbalut kulit.

Pasien langganan yang sudah termasuk inventaris rumah sakit ini ditempatkan di dalam bangsal isolasi bersama sembilan orang pasien tbc lainnya. Suara batuk mereka sudah ramai terdengar sejak Suster Maria masih berada di ujung koridor.

Setiap kali Suster Maria lewat di sana, pasti Pak Kunto yang pertama kali melihatnya. Dan pertama kali pula menyapanya.

Suster Maria akan meluangkan waktu untuk berhenti sebentar di sana. Mengobrol dan menghibur pasien sebatang kara yang semangat hidupnya sudah tidak sepadan lagi dengan keadaan fisiknya itu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 285: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Anginnya kencang sekali ya, Suster," kata Pak Kunto sambil menatap ke luar. "Nanti malam pasti hujan lebat."

"Pak Kunto kedinginan?"

Suster Maria menatap dada tipis yang hanya berbalut selembar sarung itu dengan iba. Ya, seandainya saja dia punya cukup banyak uang untuk membelikan sehelai baju hangat untuk orang tua ini! Ah, jangankan pakaian, untuk membeli obat-obatannya pun rumah sakit sudah hampir kewalahan!

Penderita tbc harus diobati secara terus-menerus setiap hari. Dan penderita yang penyakitnya sudah separah Pak Kunto, memerlukan pengobatan yang teratur berbulan-bulan.

Kadang-kadang kalau obat suntiknya kebetulan sedang habis, Suster Maria terpaksa hanya menyuntikkan vitamin ke dalam tubuh Pak Kunto. Meskipun hatinya sedang menangis, Suster Maria harus tetap mengulum senyum di bibirnya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 286: Merpati Tak Pernah Ingkar

Yah, di negeri ini berapa banyak orang kaya yang mampu membeli perhiasan seharga puluhan juta

rupiah, sementara di bangsal yang pengap ini, pasien tidak mampu membeli obat suntik yang hanya berharga beberapa puluh rupiah saja untuk mempertahankan hidupnya! Sungguh suatu ironi yang menyayat hati!

"Nggak apa-apa, Suster," sahut Pak Kunto dengan ketabahan yang kadang-kadang membuat Suster Maria terharu. "Bapak sudah biasa kok. Suster sendiri nggak kedinginan?"

"Ah, saya kan pakai baju panjang, Pak Kunto. Tebal lagi. Pakai kerudung pula."

"Dulu Suster punya mantel. Sudah lama Bapak tidak pernah lihat lagi."

Suster Maria cuma tersenyum. Pak Kunto tidak perlu tahu kepada siapa mantel itu telah diberikannya.

"Suster Maria!" seru Suster Ranti dari pintu bangsal nomor tiga. "Pak Sardi, Suster!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 287: Merpati Tak Pernah Ingkar

Cepat-cepat Suster Maria melangkah ke bangsal nomor tiga. Dia sudah tahu arti panggilan semacam itu. Seorang pasien telah bersiap-siap untuk mengucapkan selamat tinggal kepada dunia. Kepada penyakitnya juga.

Dan Suster Maria harus berada di sisi pasien itu. Harus menemaninya sampai suatu saat dia tidak mungkin ditemani lagi. Si pasien harus berjalan seorang diri ke suatu tempat yang tidak dikenalnya. Hanya doa Suster Maria yang dapat menyertainya.

***

Malam itu benar-benar malam yang sibuk. Hujan turun dengan lebatnya seperti yang telah diramalkan oleh Pak Kunto. Begitu derasnya arus air sampai

berhasil membobolkan tanggul. Dan banjir yang mengganas itu merobohkan sebuah jembatan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 288: Merpati Tak Pernah Ingkar

yang baru selesai diperbaiki tepat pada waktu tengah malam.

Sebuah bis yang kebetulan lewat terjerumus ke dalam sungai. Lima belas orang penumpang yang luka-luka diangkut ke rumah sakit yang terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Beberapa orang di antaranya sudah tidak dapat ditolong lagi. Mereka dikumpulkan di sudut dekat ruang darurat. Sementara ruang darurat itu sendiri, penuh sesak dengan pasien-pasien yang masih membutuhkan pertolongan.

Kalau di dalam ruang darurat kesibukan dan rintihan mewarnai suasana, maka di sudut sana, cuma kesepian yang mencekam. Hanya Suster Maria yang berada di situ, mempersiapkan mereka yang

akan memulai perjalanan panjangnya malam ini juga. Perjalanan menemui Sang Pencipta. Dokter

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 289: Merpati Tak Pernah Ingkar

Lusi dengan ketiga orang perawatnya masih sibuk

menolong mereka yang luka-luka.

Pasien yang pertama telah berlalu sebelum Suster

Maria sempat membekalinya dengan kata-kata

hiburan dan doa. Sejenak dia menundukkan kepala.

Berdoa untuk arwah laki-laki itu.

Korban yang kedua masih merintih kesakitan sekali-sekali, meskipun dengan suara yang sudah hampir tidak terdengar lagi karena lemahnya. Suster Maria masih sempat menyuntikkan obat penghilang rasa sakit sesuai dengan instruksi Dokter Lusi. Dia juga masih sempat membisikkan kata-kata hiburan di telinga pasien itu. Masih sempat berdoa sebelum matanya terpejam untuk selama-lamanya.

Pasien ketiga juga masih hidup meskipun napasnya tinggal satu-satu. Mukanya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 290: Merpati Tak Pernah Ingkar

berlumuran darah. Suster Maria harus membersihkannya dulu sebelum dapat mengenali wajahnya. Dan dia hampir tidak mempercayai matanya sendiri!

Laki-laki tinggi kurus dengan kumis dan jenggot yang tumbuh liar tak terurus itu... Ya, Tuhan! Benarkah dia... ayahnya?

***

Suster Maria duduk terpekur di lantai. Di samping sehelai tikar tua yang mengalasi tubuh ayahnya. Hati-hati diletakkannya kepala yang berlumuran darah itu di atas pangkuannya.

Darah yang menetes merah meronai jubah putihnya. Hanya dua sosok mayat yang menemani suasana pertemuannya dengan ayahnya.

Pak Handoyo sendiri sudah berada dalam keadaan coma. Matanya terpejam rapat. Napasnya tinggal satu-satu. Tetapi Maria

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 291: Merpati Tak Pernah Ingkar

percaya, Ayah masih dapat mendengar suaranya. Merasakan belaian tangannya. Menikmati kasih sayang anaknya.

"Bukalah matamu, Ayah," bisik Maria, lebih menyerupai sebuah doa. "Tataplah anakmu sekejap saja, supaya Ayah dapat melihat janjimu telah menjelma menjadi kenyataan...."

Dan sesaat sebelum tarikan napasnya yang terakhir, pelupuk mata Pak Handoyo terbuka. Tidak ada lagi sinar kehidupan di mata itu. Tetapi bola matanya yang telah memutih seakan-akan menatap anaknya. Tanpa sorot kemarahan.

Dengan lembut Suster Maria mengatupkan kembali pelupuk mata ayahnya.

"Selamat jalan. Ayah," bisiknya menahan tangis. "Pergilah dengan tenang menghadap Tuhan. Hutang Ayah telah saya lunasi. Semoga jiwamu beristirahat dalam damai...."

Diambilnya kedua belah tangan ayahnya. Dilipatnya baik-baik di atas perutnya. Saat itu,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 292: Merpati Tak Pernah Ingkar

barulah Suster Maria melihat benda yang masih berada dalam genggaman Pak Handoyo.

Hati-hati Suster Maria membuka genggaman tangan ayahnya. Dan sebuah leontin jatuh ke bawah. Suster Maria memungutnya. Dan melihat gambar dirinya di balik selapis kaca yang telah pecah.

Itu adalah fotonya tujuh belas tahun yang lalu. Ketika dia berdansa dengan Guntur di pesta ulang tahun Rena. Ayah telah menggunting foto yang telah dirobeknya itu. Melekatkannya di sini. Dan membawanya ke mana-mana sampai saat yang terakhir.

Tidak terasa air mata Suster Maria menitik. Mengalir di kedua belah pipinya. Seumur hidupnya Ayah tidak pernah mengungkapkan kasih sayang kepadanya. Tetapi pada saat kematian datang menjemputnya, cuma foto anaknya yang berada dalam genggamannya....

Lama Suster Maria masih terpekur merenungi jenazah ayahnya. Sampai sebuah sentuhan lembut di bahunya menyadarkannya kembali.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 293: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Suster Maria, insinyur yang membangun jembatan yang roboh itu ingin bertemu. Dia berjanji akan menyelidiki sampai tuntas sabotase yang membawa musibah ini. Tapi sebelumnya, dia dan stafnya ingin membantu korban-korban yang luka. Mereka menanyakan kepada kita, apa yang dapat mereka bantu."

Perlahan-lahan Suster Maria mengangkat mukanya. Dan melihat wajah Suster Fransiska yang bersimbah peluh meskipun udara dingin menusuk tulang, Suster Maria sadar, dia tidak boleh terus-menerus tenggelam dalam kesedihan. Masih banyak tugas yang sedang menantinya.

"Tolong rawat jenazah-jenazah ini, Suster," katanya sambil meletakkan kepala ayahnya dengan hati-hati. "Biar saya yang bicara dengan mereka."

Lambat-lambat Suster Maria berdiri. Dan mengikuti Suster Fransiska ke luar.

"Ini Suster Maria, Pak," kata Suster Fransiska kepada seorang laki-laki gagah yang tegak di

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 294: Merpati Tak Pernah Ingkar

pintu kantor rumah sakit. "Beliau pimpinan kami di sini."

"Selamat malam, Suster," sapa pemuda yang mengenakan jaket kulit berwarna gelap, yang penuh dengan titik-titik air hujan itu. Rambut dan wajahnya basah meskipun di tangannya dia masih memegang sebuah topi.

Penerangan di sana tidak terlalu terang. Hanya lampu TL empat puluh Watt yang menyorot dari dalam kantor. Pemuda itu tegak membelakangi cahaya. Tetapi bagaimanapun gelapnya mukanya, Suster Maria masih dapat mengenalinya.

Sejenak mereka sama-sama terhenyak diam. Jarak tiga langkah di antara mereka seakan-akan menjadi jembatan ke masa silam. Tujuh belas tahun telah lewat. Tetapi Guntur masih dapat mengenali gadis polos dan lugu yang kini terbungkus dalam jubah biarawati yang penuh berlumuran darah itu.

Sebaliknya Suster Maria pun langsung teringat kepada seorang pemuda berandal yang di

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 295: Merpati Tak Pernah Ingkar

dalam suratnya telah berjanji untuk mengganti T-shirt dan jeans kumalnya dengan kemeja putih dan dasi.

Malam ini dia memang hanya mengenakan sehelai jaket kulit. Tapi dia telah menepati janjinya. Mengubah dirinya dari seorang berandal yang sia-sia menjadi seorang insinyur yang berguna.

Sedetik suasana hening mencekam mereka. Suster Fransiska telah bergegas kembali ke ruang darurat. Tidak ada orang lain di sana. Sementara di luar, hujan pun tinggal rintik-rintik.

Tak ada lagi gelegar halilintar yang memekakkan telinga. Tak ada lagi desau angin yang mendirikan bulu roma. Tak ada lagi hujan lebat yang mengundang petaka. Semua telah sunyi kembali. Alam seakan-akan telah kembali ke peraduannya yang tenang tenteram.

"Tuhan menyertaimu, Guntur," sapa Suster Maria lembut, setelah ketenangan berhasil menyelimuti dirinya lagi.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 296: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Maria!" desis Guntur tidak percaya. "Berbulan-bulan aku membangun jembatan di sini. Tidak pernah kusangka jarak yang memisahkan kita hanya tinggal belasan langkah!"

"Ada jarak yang tidak mungkin terseberangi lagi di antara kita sekarang, Guntur. Aku telah menemukan hidupku di sini."

"Dan meninggalkan aku bertahun-tahun hidup dalam kekosongan dan kesepian di luar sana?"

"Kamu telah menemukan dirimu sendiri, Guntur. Aku bangga padamu."

"Kamu merawat orang sakit di sini, tapi membiarkan aku seorang diri ketika hidupku tinggal dalam hitungan detik?"

"Ketika aku jatuh tersungkur di depan kaki Tuhan...." Mata Suster Maria bersinar-sinar ketika membayangkan malam tujuh belas tahun yang lalu

itu. "...aku percaya, Tuhan telah mendengar doaku Dan mengembalikan nyawamu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 297: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Dan kamu menukar hidupku dengan hidupmu sendiri?"

"Hidup untuk Tuhan dan sesama manusia bukan pengorbanan, Guntur. Itu adalah hidup yang sangat indah."

"Dan kapan keindahan itu mewarnai hidupku juga?"

"Jika kaubagi hidupmu untuk orang lain," sahut Suster Maria tenang.

Tak ada lagi gambaran gadis salah tingkah yang selalu ketakutan itu. Sebagai gantinya, berdiri kini di hadapannya seorang wanita yang agung dan mandiri. Seluruh pribadinya hangat bermandikan sinar Ilahi. Sorot matanya lembut tapi penuh kepercayaan diri dan kasih sayang.

Ketika Guntur diantarkan meninjau keadaan rumah sakit itu. dan melihat apa artinya seorang Maria bagi pasien-pasien di sini, tiba-tiba saja dia sadar, Maria terlalu mahal jika diciptakan hanya untuk melayaninya seorang diri.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 298: Merpati Tak Pernah Ingkar

Bukan cuma Guntur seorang yang membutuhkan Maria. Ada banyak orang yang ingin membagi penderitaannya dengan dia.

"Tadi kamu datang menanyakan apa yang dapat kamu bantu, bukan?" tanya Suster Maria, selesai mereka melihat-lihat keadaan rumah sakit itu. "Nah, kamu telah melihat semuanya. Begitu banyak yang dapat kamu lakukan untuk mereka. Bagaimana kalau kita mulai sekarang saja?"

"Apa yang mesti kulakukan?" tanya Guntur sambil menghela napas. "Aku cuma bisa membangun jembatan."

"Kalian pinna mobil, kan? Tolong bawa pasien-pasien gawat ini ke rumah sakit yang lebih besar. Mereka membutuhkan pertolongan segera. Sesudah itu kembalilah kemari. Ada banyak pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seorang insinyur di tempat yang terpencil seperti ini."

"Suster Maria." sela Suster Ranti tiba-tiba, "persediaan darah golongan A kita habis."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 299: Merpati Tak Pernah Ingkar

Dengan tenang Suster Maria berpaling ke arah Guntur.

"Dengarlah, Tuhan telah mengetuk pintu hatimu. Ada di antara kalian yang ingin menyumbang darah?"

***

Sambil menunggu pasien-pasien yang sedang diangkut ke dalam mobilnya. Guntur mengawasi Maria dari kejauhan. Kesibukannya tidak pernah berkurang. Seakan-akan dua puluh empat jam sehari tidak pernah cukup untuknya.

Diam-diam Guntur teringat kepada Pak Handoyo. Tahu jugakah dia di mana anaknya sekarang?

Guntur tidak pernah melihatnya lagi sejak sore yang naas itu. Dia menghilang setelah perkaranya selesai. Belakangan dari Elita, Guntur mendengar kabar lain.

Kata Suster Cecilia, Pak Handoyo telah menjadi seorang pengabar Injil di pedalaman Irian Jaya. Dan dia tidak pernah lagi kembali ke Pulau Jawa.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 300: Merpati Tak Pernah Ingkar

Seakan-akan dia ingin melupakan kesedihan demi kesedihan yang menimpanya di sini.

Anaknya hilang. Seorang pemuda yang tidak berdosa menjadi korban akibat perbuatannya. Dia sendiri ditahan selama beberapa bulan sebelum akhirnya dibebaskan dari segala tuduhan. Gatot-lah

yang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Barangkali karena trauma psikis yang bertubi-tubi itulah akhirnya Pak Handoyo memutuskan untuk bekerja kembali di jalan Tuhan. Allah Maha Pengampun. Hanya sesudah berdamai kembali dengan Tuhan-nyalah Pak Handoyo menemukan ketenangan. Tetapi kalau saja dia sempat melihat anaknya sekarang, barangkali kebahagiaannya akan bertambah sempurna.

Merpatinya yang terbang lepas itu kini telah kembali ke sarang. Merpati memang tak pernah ingkar janji. Menjelang petang, dia pulang memenuhi janjinya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Page 301: Merpati Tak Pernah Ingkar

"Sudah selesai, Pak," kata sopirnya. "Kita berangkat sekarang?"

Tanpa menjawab Guntur naik ke mobilnya. Ketika perlahan-lahan mobil itu bergerak meninggalkan halaman rumah sakit, dia menoleh ke belakang sekali lagi.

Bayangan putih itu masih di sana. Kerudung putihnya melambai-lambai, seakan-akan mengajaknya kembali. Dan Guntur telah bertekad untuk kembali kemari.

Dia akan mendampingi Maria seumur hidupnya dalam menunaikan tugasnya. Ada banyak pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seorang insinyur di tempat yang terpencil ini, kata Maria tadi".

Dan Guntur percaya pada kata-katanya. Dia juga percaya, tidak semua cinta harus diakhiri oleh sebuah perkawinan. Kadang-kadang ada tujuan yang lebih luhur lagi.

-Tamat-

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi