merawat semangat -...

25
www.humas.unsyiah.ac.id ISSN 0215-2916 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 SAMAN DI MATA RAJAB BAHRY BUDIDAYA SEREWANGI, MUDAH DAN BERPOTENSIAL BERKORBAN DENGAN BERKURBAN MERAWAT Semangat KEBERSAMAAN

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

    ISSN

    021

    5-2

    916

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    SAMAN DI MATA RAJAB BAHRY

    BUDIDAYASEREWANGI, MUDAH DAN BERPOTENSIAL

    BERKORBAN DENGAN BERKURBAN

    MERAWAT Semangat

    KEBERSAMAAN

  • EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    3

    ISLAM sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Hal

    ini dapat dilihat dari banyaknya firman Allah dalam Alquran

    yang menjelaskan tentang nilai-nilai kemanusiaan, salah

    satunya dalam surat Al Maidah ayat 8 yang artinya,

    “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi

    orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena

    Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali

    kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu

    untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu

    lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah.

    Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

    kerjakan.”

    Setiap muslim diperintahkan untuk berbuat baik dan

    saling membantu antar sesama. Ini merupakan wujud dari

    nilai-nilai kemanusiaan dalam interaksi di kehidupan sehari-

    hari. Tentu perbuatan ini tanpa memandang suku, ras, warna

    kulit, atau agama seperti yang diajarkan Rasulullah Saw.

    Sejarah membuktikan Rasulullah Saw mengajarkan nilai

    kemanusiaan bukan hanya bagi umatnya, tetapi juga kepada

    musuh-musuhnya. Ini terlihat saat kaum kafir Quraisy kalah

    dalam Perang Badar. Saat itu, kaum muslim dengan tulus

    memakamkan kaum kafir yang terbunuh dalam perang.

    Sementara mereka yang terluka diberi perawatan dan

    pengobatan layaknya merawat dan mengobati tentara muslim

    yang terluka. (Syet Mahmud Khatthab, ar-Rasûl al-Qâ’id, hal.

    110). Inilah nilai kemanusiaan yang diajarkan Islam kepada

    ummatnya.

    Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bagaimana Islam

    begitu indah mengajarkan umatnya tentang nilai-nilai

    kemanusiaan. Dapat dibayangkan bila hal sama juga

    dijalankan oleh suatu lembaga atau negara. Tentu tidak

    akan terjadi lagi diskriminasi (perlakuan yang berbeda) dalam

    melayani warga.

    Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai lembaga

    pendidikan, senantiasa menanamkan nilai-nilai kemanusiaan

    dalam menjalankan proses pendidikan dan pengajarannya.

    Hal ini dapat dilihat dari penerapan pembayaran biaya

    pendidikan yang menganut Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang

    berbasis jumlah penghasilan orang tua mahasiswa. Selain

    itu, mahasiswa dengan kehidupan ekonomi rendah diberi

    kesempatan untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi yang

    sesuai kebijakan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan

    Pendidikan Tinggi. Bahkan, Rektor Unsyiah juga mengeluarkan

    kebijakan tentang pengurangan besaran biaya kuliah bagi

    mahasiswa yang orang tuanya merupakan pensiunan pegawai

    atau yang masih aktif kerja di lingkungan Unsyiah. Tentu

    kebijakan ini diberikan dengan presentasi yang proporsional.

    Bukan hanya mahasiswa, nilai-nilai kemanusiaan juga

    berlaku bagi masyarakat sekitar kampus, seperti anak yatim

    piatu atau masyarakat kurang mampu. Mereka mendapat

    santunan dan sumbangan dari Unsyiah saat perayaan hari

    besar agama Islam atau saat kegiatan besar Unsyiah. Di

    samping itu, daerah-daerah yang mengalami bencana tidak

    luput dari perhatian kampus ini yang diwujudkan dengan

    memberikan kontribusi, penanganan, dan pemulihan. Semua

    ini dilakukan Unsyiah agar kehadirannya benar-benar dapat

    dirasakan oleh masyarakat Aceh sekaligus menjadi Jantoeng

    Hatee Rakyat Aceh. (Redaksi)

    Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan

    HUSNI FRIADY, S.T., M.M.

    IFTITAH

  • EDISI 207 . JANUARI 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    5

    IZIN TERBITDITERBITKAN OLEHPERINTIS

    PEMBINA

    PENASIHAT BIDANG REDAKSI

    PENASIHAT BIDANG ADMINISTRASI & PENGEMBANGANKETUA PENGARAHPEMIMPIN REDAKSIWAKIL PEMIMPIN REDAKSIREDAKTUR PELAKSANASEKRETARIS REDAKTUREDITORPEWARTA

    FOTOGRAFERLAYOUTERADMINISTRASI & KEUANGANLOGISTIKSIRKULASIWEB MASTER

    STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda AcehProf. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.); T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala) Dr. Hizir (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC. (Wakil Rektor III); Dr. Nazamuddin, S.E., M.A. (Wakil Rektor IV)

    Prof. Dr. Husni Jalil, S.H., M.Hum. (Wakil Rektor II)Drs. Zulkarnaini M. YasinHusni Friady, S.T., M.M.Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.Reza Fahlevi, S.I.PMuarrief Rahmat, S.Pd.Ferhat, S.EIbnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si | Uswatun Nisa, S.I.Kom.,M.ASyahri Afrizal, S.I.Kom.Sayed JamaluddinRika Marlia, S.E., M.M.Munawar, S.H.SaidiMuhammad Iqbal, S.I.Kom

    WARTA UNSYIAHEDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    ISSN 0215-2916TEBAL ISI 48 HALAMAN

    DITERBITKAN OLEHHUMAS UNIVERSITASSYIAH KUALA

    REDAKSI WARTA UNSYIAH

    [email protected] TVWEBSITEwww.humas.unsyiah.ac.idFACEBOOK@univ.syiahkuala.idINSTAGRAM@[email protected]

    Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke email [email protected] (600-700 kata)

    WARTAMerawat Semangat Kebersamaan

    POLEMAsai bersama, adak pih susah hana terasaSA

    GO

    E P

    OLE

    M

    IFTITAH 3MENJUNJUNG TINGGI NILAI KEMANUSIAAN

    EDUKASI 8-9HASIL MANIS KERJA PERPUSTAKAAN UNSYIAH

    MAHASISWA 10-11BELAJAR MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DI NEGERI PAGODA

    FOKUS 12-17MERAWAT SEMANGAT KEBERSAMAANMEREKATKAN KEMBALI JALINAN KEBERSAMAAN

    PROFIL 18-19SAMAN DI MATA RAJAB BAHRY

    PENGABDIAN 20-21MEWUJUDKAN LINGKUNGAN YANG SEHAT

    RELIGIA 26-27BERKORBAN DENGAN BERKURBAN

    PERSPEKTIF 28-29TANAH DAN TANAMAN DALAM KEHIDUPAN DAN PERTANIAN

    RISET 30-31BUDIDAYA SEREWANGI, MUDAH DAN POTENSIAL

    KREATIF 32-33PERJALANAN SEPENGGAL MALAM

    FAKULTAS 38-39CARA MAHASISWA FMIPA MENGAKSES DUNIA

    ENGLISH 40-41YOUTH AND EDUCATION FOR NATION DEVELOPMENT

    ASPIRASI 46-47BERIKAN PENDAPAT DAN SARAN KAMU UNTUK MAJALAH WARTA UNSYIAH

    10

    4 DAFTAR ISIREDAKSI

    20

    46

  • 6

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    7

  • 8 9

    Hasil Manis Kerja Perpustakaan Unsyiah

    Rizal, M.Eng dan Deputi II Perpustakaan

    Nasional, Dra. Woro Titi Hariyanti, MA.

    Rektor Unsyiah mengatakan, banyak

    sekali manfaat yang dirasakan Unsyiah

    setelah penandatanganan MoU dengan

    Perpustakaan Nasional pada tahun 2016

    lalu. Beberapa manfaat yang dirasakan,

    seperti pendidikan calon pustakawan

    ahli, peningkatan kompetensi

    pustakawan, katalog bersama Indonesia

    One Search, pemanfaatan e-journal,

    serta akreditasi dan manajemen

    perpustakaan.

    “Selain itu, Unsyiah merasa terhormat

    karena telah dipercaya sebagai tuan

    rumah pelaksanaan Munas FKP2TN,”

    sambung Rektor.

    Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana

    Teknis (UPT) Perpustakaan Unsyiah,

    Dr. Taufiq A Gani S.Kom., M.Eng., Sc

    menyebutkan, Munas FKPT2TN kali ini

    diikuti sebanyak 150 peserta dari Pulau

    Jawa hingga Papua. Ia berharap Munas

    FKPT2TN kali ini menjadi momentum

    untuk saling komunikasi dan menukar

    informasi terkait pengembangan

    perpustakaan di daerah masing-masing.

    “Kami berharap ada sesuatu yang

    didapat oleh peserta dalam acara ini

    sehingga dapat diimplementasikan di

    perpustakaan tempat asalnya nanti,”

    harapnya.

    Pada kesempatan itu, Ketua

    FKP2TN, Johan AE Noor M.Sc., PhD,

    mengungkapkan bahwa semangat

    Munas FKPT2TN ini adalah kerja sama

    untuk mengembangkan perpustakaan.

    Ia berpandangan bahwa perpustakaan

    merupakan jantungnya sebuah institusi

    dan riset di sebuah universitas. Johan pun

    memberi contoh bagaimana Perpustakan

    Unsyiah berkembang pesat dalam

    beberapa tahun ini.

    “Saya melihat Perpustakaan Unsyiah

    larinya kencang sekali. Jadi kita bisa

    belajar banyak dari Unsyiah tentang

    pengelolaan perpustakan secara baik,”

    ungkapnya.

    perpustakaan, tetapi juga unit-unit kerja

    lainnya di Unsyiah juga akan semakin

    terkemuka di Indonesia dan dikenal di

    dunia,” ujar Rektor saat membuka acara

    yang berlangsung di Aula FKIP Unsyiah, 3

    Agustus lalu.

    Munas FKP2TN juga dirangkai dengan

    seminar dan penandatanganan

    perpanjangan MoU antara Perpustakan

    Unsyiah dengan Perpustakaan Nasional.

    MoU ini ditandatangani langsung oleh

    Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul

    juga tercermin dari perpustakaan yang

    dikelola secara profesional.

    Acara nasional Munas FKP2TN digelar

    pada tanggal 2-5 Agustus dengan

    tema Kepemimpinan untuk Masa Depan

    Perpustakaan: Peluang dan Tantangan.

    Hadir sebagai keynote speakers Kepala

    Perpustakaan Nasional Republik

    Indonesia, Drs. Muhammad Syarif Bando

    M.M., Staf Ahli Menristekdikti Bidang

    Akademik, Prof. Dr. Paulina Pannen MLS.,

    EDUKASIEDUKASI

    Di hadapan peserta Musyawarah Nasional Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (Munas FKP2TN) tahun

    2017, Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir.

    Samsul Rizal, M.Eng mengutarakan

    kebanggaannya terhadap kinerja

    Perpustakaan Unsyiah. Menurutnya,

    Perpustakaan Unsyiah telah terlibat aktif

    dalam upaya mencerdaskan bangsa

    terutama bagi kalangan mahasiswa.

    Bahkan, kinerja perpustakaan

    selama ini telah menjadi ujung

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    tombak keberhasilan Unsyiah dalam

    meraih akreditasi A. Perpustakaan

    Unsyiah juga telah membangun dan

    mengembangkan berbagai fasilitas

    seperti penambahan koleksi, jurnal,

    peningkatan infrastruktur, dan beragam

    kegiatan kreatif lainnya. Ini pula yang

    akhirnya menghantarkan Perpustakaan

    Unsyiah meraih dua kali akreditasi A

    dan bersertifikat ISO 9001:2008.

    “Kita punya banyak koleksi untuk

    sepuluh tahun ke depan. Bukan hanya

    Beragam terobosan dari perpustakaan

    menjadi tolok ukur semakin terkenalnya

    Unsyiah di kancah nasional. Beberapa

    kampus negeri dan swasta di Indonesia

    juga kerap melakukan kunjungan

    mempelajari kinerja Perpustakaan Unsyiah.

    Dalam kunjungan mereka, Rektor selalu

    mengatakan jika perpustakaan menjadi

    salah satu penentu capaian prestasi

    gemilang di Unsyiah. Sebab citra kampus

    dan Kepala Perpustakaan Universitas

    Malang, Prof. Djoko Saryono M.Pd.

    Turut hadir dalam pembukaan acara,

    Kepala Pusat Jasa dan Informasi

    Perpustakaan Nasional, Dra. Titiek

    Kismiyati M.Hum., Wakil Rektor Unsyiah,

    Kepala Biro, Dekan Unsyiah, dan Kepala

    Dinas Arsip dan Perpustakan Daerah

    Provinsi Aceh, Drs. Zulkifli M.Pd. (mr)

  • 10

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    MAHASISWA

    masih bisa dikalahkan oleh negara kaya

    sumber daya alam seperti Indonesia.

    Walau Thailand telah menerapkan

    system perdagangan tanpa pajak barang

    yang mendongkrak perekonomian

    rakyatnya, tetapi antisipasi terhadap AEC

    sudah mulai dipupuk jauh-jauh hari.

    Lalu, bagaimana dengan negara kita

    yang justru kaya dengan sumber daya

    alam? Bukankah hal ini justru menjadi

    bumerang jika kita tidak mengelolanya

    dengan baik? Who know’s!

    Hal lain yang membuat saya penasaran

    dengan Thailand adalah ketika melihat

    begitu banyaknya mahasiswa asing

    dari penjuru negara ke Negeri Pagoda

    itu. Bahkan di antaranya juga ada

    dari Eropa. Tidak pernah terpikirkan

    oleh saya sebelumnya jika Thailand

    juga menjadi tujuan mahasiswa asing

    untuk menuntut ilmu. Saya berpikir

    apa daya tarik negara ini sehingga

    menjadi pilihan pelajar dan mahasiswa

    asing untuk belajar di sana. Ternyata,

    selain masyarakat Thailand yang ramah

    terhadap orang asing, negara ini juga

    memberikan peluang bagi pelajar asing

    untuk menerima beasiswa baik yang

    terintegrasi dari negara asal maupun

    dari pemerintah Thailand. Pemerintah

    Thailand menginginkan masyarakatnya

    belajar berbagai budaya yang dibawa

    oleh para pelajar asing tersebut.

    Tujuannya agar masyarakat Thailand

    memiliki daya saing tinggi dan tidak

    kalah bersaing dengan masyarakat luar.

    Pemikiran yang hebat bukan?

    Karena itu, menurut saya pertukaran

    pelajar atau program mahasiswa

    sejenisnya merupakan salah satu peluang

    yang harus diikuti para mahasiswa

    untuk membuka mata terhadap dunia.

    Banyak hal yang saya pelajari dari

    program yang saya ikuti di Thailand.

    Terutama usaha dan kegigihan mereka

    dalam menghadapi tantangan dan cara

    mereka membangun negara dengan

    berbagai usaha yang mungkin kita

    anggap sepele. Semoga negara kita

    juga memiliki daya saing dan kesadaran

    tinggi dalam persaingan global dengan

    mempersiapkan para mahasiswa yang

    mampu berjuang dan tidak kalah dengan

    negara tetangga. (uni)

    Belajar MenghadapiASEAN Economic Communitydi Negeri Pagoda

    11MAHASISWA

    Semoga negara kita juga memiliki daya saing dan kesadaran tinggi dalam persaingan global dengan mempersiapkan para mahasiswa yang mampu berjuang dan tidak kalah dengan negara tetangga.

    “Pengalaman berkunjung dan belajar di luar negeri menjadi keistimewaan tersendiri bagi seorang mahasiswa, termasuk saya

    pribadi. Waktu berkunjung yang singkat

    tidak menjadi masalah sebab banyak

    pelajaran yang didapat. Pelajaran itulah

    yang saya peroleh saat mengikuti

    program Mae Fah Lueng ASEAN Youth

    Ambassadors Programme di Thailand

    beberapa tahun silam. Selama sebulan,

    saya bersama seorang mahasiswa

    Indonesia lainnya mengikuti workshop

    yang juga diikuti mahasiswa dari

    beberapa negara ASEAN. Di samping

    mensosialisasikan ASEAN Community,

    program unggulan dari Mae Fah Lueng

    University ini juga untuk mendukung

    aktivitas internasional antar mahasiswa

    ASEAN, serta menumbuhkan rasa

    kebersamaan dan saling memahami antar

    budaya.

    Thailand yang dikenal sebagai salah satu

    destinasi wisata populer di Asia Tenggara,

    ternyata juga memiliki beberapa hal

    menarik lainnya. Selain memiliki pantai

    yang elok serta surga belanja, Thailand

    termasuk negara yang memiliki exchange

    student terbanyak di kawasan Asia.

    Selama dua minggu saya berada di sana,

    saya melihat Thailand sangat antusias

    menghadapi ASEAN Community dan

    ASEAN Economic Community (AEC).

    Sementara di Indonesia tempat saya

    berada−baik di lingkungan akademisi

    dan tempat tinggal−tidak banyak yang

    membicarakan ASEAN Community.

    Jangankan aware dan antusias, istilah

    ASEAN Community dan AEC masih

    asing di telinga masyarakat Indonesia,

    terlebih lagi masyarakat Aceh. Hal ini

    sangat berbeda jika saya bandingkan

    dengan Negeri Pagoda, Thailand. Di

    sana masyarakat diperkenalkan secara

    kontekstual tentang ASEAN Community

    melalui hal-hal unik dan tidak biasa.

    Contohnya iklan pasta gigi yang

    menampilkan bendera negara ASEAN,

    hymne ASEAN yang diputar rutin setiap

    pagi melalui radio, hingga pemasangan

    bendera negara ASEAN di pintu-pintu

    masuk perguruan tinggi di Thailand.

    Pertanyaannya apakah begitu

    ‘menakutkannya’ program yang

    disuguhkan oleh ASEAN Community

    terhadap negara berkembang seperti

    Thailand sehingga masyarakat dipaksa

    mengenal negara tetangganya?

    Jawabannya, iya. Bukan hanya

    menakutkan, tetapi masyarakat Thailand

    merasa kurang persiapan menghadapi

    ASEAN Community. Maka dibuatlah

    segala cara untuk membangunkan

    masyarakatnya agar Thailand tidak

    tertinggal jauh dari negara ekonomi

    maju, seperti Singapura, Malaysia, atau

    Indonesia. Saya dan teman-teman dari

    beberapa negara takjub melihat usaha

    yang dilakukan Thailand. Sebab bagi saya

    dan teman-teman, ASEAN Community

    hanyalah simbol dan ungkapan yang

    tidak begitu serius ditanggapi di negara

    kami.

    Lantas, apa ketakutan terbesar yang

    perlu diantisipasi oleh negara-negara

    ASEAN terhadap ASEAN Community dan

    AEC? Jika melihat penjabarannya, pantas

    saja Thailand merasa terancam dengan

    posisi sebagai negara bukan penghasil

    ekspor yang besar di kawasan Asia

    Tenggara. Thailand hanya mengeskpor

    bahan pangan yang menurut mereka

    RIZKI ANANDA

    *ALUMNI FAKULTAS HUKUM, UNSYIAH

  • 12

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    13

    MerawatSemangat

    Kebersamaan

  • 14

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    15FOKUSFOKUS

    Sekitar 3.000 orang lengkap

    dengan sepedanya

    berkumpul di Lapangan Tugu

    Darussalam, Banda Aceh.

    Mereka siap menunggu

    aba-aba untuk mengayuh sepeda

    dalam kegiatan Unsyiah Fun Bike

    yang merupakan bagian dari kegiatan

    menyambut milad Unsyiah ke-56 tahun.

    Para peserta yang terdiri dari mahasiswa,

    pegawai, dosen serta masyarakat terlihat

    antusias mengikuti kegiatan ini. Rasa

    kebersamaan begitu kuat. Terlebih lagi

    saat peserta fun bike menyelesaikan

    Unsyiah merasa perlu untuk menguatkan

    kembali setiap individu dan mitra kerja

    yang telah memberi kontribusi dalam

    membangun Unsyiah. Terlebih lagi

    menurut Rektor, Unsyiah selama ini telah

    meraih banyak prestasi yang menjadi

    inspirasi bagi universitas lainnya di

    Indonesia. Terutama keberhasilan meraih

    akreditasi A yang sebelumnya nilai C.

    “Segala pencapaian Unsyiah merupakan

    hasil dari kerja sama yang dilandasi

    dengan kejujuran, keikhlasan, dan

    kebersamaan. Maka, saya berharap

    rute perjalanannya. Mereka duduk

    dan bercengkerama di Lapangan Tugu

    dengan suasana kekeluargaan.

    Pemandangan Minggu pagi itu,

    mengingatkan cerita puluhan tahun silam

    saat segenap masyarakat membantu

    mewujudkan hadirnya kampus Unsyiah.

    Saat itu, masyarakat sangat peduli

    dengan masa depan pendidikan di Aceh.

    Masyarakat mengerti bahwa masa depan

    mereka akan menjadi lebih baik dengan

    pendidikan. Harapan itulah yang mereka

    sematkan kepada Unsyiah sehingga

    kebersamaan ini terus menguat sehingga

    cita-cita mewujudkan institusi yang

    inovatif, mandiri, dan terkemuka semakin

    mudah,” harap Rektor Unsyiah di

    hadapan peserta fun bike.

    Seperti disebutkan Rektor Unsyiah,

    kebersamaan merupakan indikator

    penting dalam semangat Unsyiah

    mewujudkan visi dan misinya. Oleh

    sebab itu, kebersamaan menjadi satu dari

    tiga kata kunci yang menjadi tema hari

    jadi Unsyiah tahun ini, yaitu kejujuran,

    keikhlasan, dan kebersamaan. Dalam

    rangkaian kegiatan milad Unsyiah kali

    ini, setiap kegiatan yang membawa

    pesan dari tiga kata tersebut memiliki

    porsi tersendiri. Di antaranya adalah hari

    keluarga, zikir bersama, gotong royong

    massal di makam Syiah Kuala, atau

    Unsyiah Mengaji yang mendapatkan

    respon positif dari masyarakat.

    Di usianya yang ke-56 tahun, Unsyiah

    telah berada di jalur yang tepat untuk

    menjadi sebuah universitas yang

    terkemuka. Meski demikian, Rektor tidak

    ingin Unsyiah lengah dengan segala

    pencapaiannya. Sebab kampus ini masih

    memiliki peluang dan kesempatan yang

    sangat terbuka untuk terus berkembang

    di masa depan. Oleh sebab itu, di usia

    setengah abad ini, Unsyiah terus berupaya

    memperkuat pendidikan, penelitian, dan

    pengabdian seperti tertuang dalam Tri

    Dharma Perguruan Tinggi.

    “Meski secara institusi kita sedang

    berada di jalur yang tepat untuk program

    pengembangan mutu berkelanjutan,

    tetapi komitmen kita untuk terus

    memperbaiki dan menyempurnakan di

    segala bidang masih sangat diperlukan,”

    kata Rektor.

    Di sinilah peran masyarakat terhadap

    Unsyiah semakin penting. Komitmen

    untuk terus memperbaiki kualitas institusi

    ini akan sulit terjaga tanpa adanya

    dukungan dan doa yang tulus dari

    masyarakat. Maka jalinan kebersamaan

    harus terus dirawat agar kampus Unsyiah

    dapat berbuat lebih banyak lagi untuk

    masyarakat. (ib)

    kampus ini dikenal sebagai kampus

    Jantoeng Hatee Rakyat Aceh.

    Untuk itulah, kegiatan fun bike ini bukan

    sekadar kegiatan hiburan semata. Tetapi

    ada semangat yang menjadi harapan

    Unsyiah untuk semakin mempererat

    kebersamaan yang telah terjalin selama

    ini. Sebab menurut Rektor Unsyiah,

    Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, prestasi

    yang diraih Unsyiah selama ini tidak lahir

    begitu saja. Tetapi melibatkan banyak

    pihak termasuk masyarakat yang selalu

    mendukung kerja universitas ini.

  • 16 17

    yang berbeda saat Pilkada. Melalui

    silaturahmi ini, Unsyiah hadir sebagai

    mediator untuk menyatukan kembali

    kebersamaan tersebut.

    Beragam lapisan masyarakat diundang

    seperti tokoh ulama, bupati dan walikota

    terpilih, civitas akademika dari berbagai

    perguruan tinggi, Forkopimda, tokoh

    politik, jurnalis serta anggota dewan

    pusat maupun daerah.

    “Jika semua komponen ini dapat bersatu

    dalam berpartisipasi membangun Aceh,

    maka ke depan Aceh akan lebih maju

    dan bisa menjadikan Aceh yang baldatun,

    tayyibatun, wa rabbun ghafur,” ungkap

    Rektor.

    Acara silaturahmi ini berlangsung sukses

    dan dihadiri ribuan masyarakat. Mereka

    pun dapat bertemu dan bercengkerama

    dengan para tokoh penting. Semuanya

    larut dalam suasana kebersamaan.

    Seperti kata Drs. H. Sulaiman Abda,

    Ketua IKA Unsyiah, hari itu tidak ada lagi

    sekat di tengah masyarakat. Semua yang

    hadir mempunyai tanggung jawab yang

    sama untuk membangun Aceh.

    “Sekarang tidak lagi kamu dari partai

    mana, dari kelompok mana. Sebab

    sekarang secara bersama-sama kita

    harus berpikir dan bekerja keras untuk

    membangun Aceh,” ujar Wakil DPR Aceh

    yang kerap dipanggil Bang Leman itu.

    Ya, tanggung jawab untuk merawat

    kebersamaan sejatinya adalah kewajiban

    semua pihak. Namun bagi Unsyiah,

    hal ini jauh lebih bernilai dari sekadar

    tanggung jawab. Merawat kebersamaan

    telah menjadi karakter kuat dari

    universitas tertua di Aceh ini. Kata

    tersebut melekat bersama dua kata

    kunci lainnya yaitu kejujuran, keikhlasan,

    dan kebersamaan. Tiga kata inilah

    yang menjadi ruh bagi Unsyiah dalam

    bekerja dan merealisiasikan Tri Dharma

    Pendidikannya. (ib)

    FOKUSFOKUS

    MEREKATKAN KEMBALIJALINAN KEBERSAMAAN

    Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul

    Rizal, M.Eng, mengatakan jika Pilkada

    Aceh tahun ini jauh lebih baik dan tertib

    dibandingkan Pilkada di DKI Jakarta.

    Rektor memberikan apresiasi atas

    keberhasilan ini kepada semua pihak

    yang telah berperan aktif menyukseskan

    Pilkada damai di Aceh.

    “Alhamdulillah, kita patut bersyukur

    Pilkada di Aceh kali ini termasuk Pilkada

    terbaik di Indonesia. Bahkan, jauh lebih

    aman dibandingkan Pilkada Jakarta,”

    ucap Rektor saat Kuliah Umum bersama

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

    di gedung AAC Dayan Dawood akhir Juli

    lalu.

    Oleh sebab itu, Unsyiah melalui Ikatan

    Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah bekerja

    sama dengan Korps Alumni IAIN Ar-

    Raniry (Koniry) menyelenggarakan

    silaturahmi akbar sebagai wujud syukur

    atas pelaksanaan pesta demokrasi yang

    aman di Aceh. Silaturahmi ini sekaligus

    menyatukan elemen masyarakat yang

    mungkin saja retak akibat afiliasi politik

    Merawat perdamaian

    adalah tanggung

    jawab semua

    pihak termasuk

    Unsyiah sebagai

    perguruan tinggi. Terlebih lagi Aceh

    pernah mengalami masa kelam beberapa

    waktu lalu. Konflik bersenjata yang

    berkepanjangan telah memberikan

    pelajaran betapa berharganya rasa

    damai bagi masyarakat. Oleh sebab

    itu, perjanjian damai antara Republik

    Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka

    (GAM) pada 15 Agustus 2005 silam,

    merupakan tonggak penting bangkitnya

    dunia pendidikan di Aceh. Sebab rasa

    damai dan aman adalah syarat penting

    jika ingin membangun masa depan

    melalui pendidikan.

    Unsyiah sangat bersyukur ketika

    Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    Jika semua komponen ini dapat bersatu dalam berpartisipasi membangun Aceh, maka ke depan Aceh akan lebih maju dan bisa menjadikan Aceh yang baldatun, tayyibatun, wa rabbun ghafur.

    tahun 2017 berlangsung sukses dan

    kondusif. Masyarakat Aceh akhirnya

    berhasil memilih pemimpin baru dalam

    suasana yang aman dan damai. Walau

    sebagian masih khawatir dan takut

    akibat trauma masa konflik silam.

    Namun nyatanya, pesta demokrasi yang

    menarik perhatian publik ini berjalan

    aman dan terkendali. Masyarakat dapat

    memberikan hak pilih berdasarkan

    hati nurani tanpa terintimidasi. Bahkan

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

  • PROFIL

    Rajab Bahry tidak ingat kapan pertama kali ia belajar Saman. Sebab sejak kecil ia sudah terbiasa bermain Saman. Di balai-balai desa ia berlatih. “Seperti orang Aceh makan pliek u, siapa yang ingat pertama kali memakannya?” ujar Rajab.

    Saman adalah kebanggaan dari masyarakat Gayo. Maka, di mata Rajab Saman tak sekadar tarian. “Dulu, kalau orang Gayo tidak bisa bermain Saman. Rasanya ada yang kurang,” ungkapnya.

    Darah penari Saman memang telah mengalir dalam diri Rajab. Ayahnya adalah penari Saman begitu pula tiga saudara lelakinya. Hampir seluruh hidupnya melekat pada Saman. Saman pula yang membawa dirinya di hadapan presiden Soeharto, hingga menapakkan kaki di Amerika.

    Rajab bercerita, meski Saman telah menjadi keseharian masyarakat Gayo, tetapi orang luar baru mengenal tarian ini pada tahun 1972 saat pelaksanaan PKA ke II. Saman ketika itu menjadi tarian favorit. Menteri Penerangan kala itu, Budiardjo, sampai terpesona melihat harmoninya gerakkan penari Saman.

    “Di Aceh itu orang menarinya sampai seribu!” Rajab menirukan ucapan Boediardjo. Sejak itulah Saman dikenal sebagai tari tangan seribu. “Bukan seribu tangan, ya!” tegas Rajab.

    Lalu saat peresmian Taman Mini di Jakarta tahun 1974, penari Saman dari Aceh Tenggara juga diundang. Ibu Tien Soeharto kagum melihat eksotisnya tarian ini. Saman pun semakin dikenal publik.

    “Waktu itu saya belum ikut, abang saya yang ikut,” kata Rajab.

    mewakili Unsyiah dalam kegiatan Muhibbah Seni.

    Ternyata, itulah terakhir kalinya Rajab menarikan Saman. Kondisi fisiknya yang lemah menjadikan Rajab tak segesit dulu lagi. Bahkan, saat Pemerintah Gayo Lues memintanya secara khusus untuk tampil memecahkan rekor 10.001 penari Saman beberapa waktu lalu, Rajab dengan halus menolaknya.

    “Ini mau pecahkan rekor, lalu tiba-tiba saya tumbang. Bisa negatif rekornya, kan, repot,” ujarnya.

    Meski tak lagi menarikan Saman, kecintaan Rajab pada Saman tak pernah hilang. Ia selalu bersedia memberikan informasi kepada siapapun yang ingin bertanya tentang tari yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda ini. Rajab juga telah menulis konsep orisinalitas Saman. Tulisan tersebut telah dibagikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues ke masyarakat agar Saman terus lestari.

    Atas semua dedikasi Rajab pada Saman, ternyata ia diam-diam menyimpan kerinduan lain yaitu masa depan Saman

    dalam garis keturunannya. Istri Rajab merupakan orang Minang dan kini bersama tiga orang anaknya menetap di Jakarta. Rajab pun harus berbesar hati bahwa tak ada keturunannya yang mahir menari Saman.

    “Sering saya menangis kalau lihat anak-anak muda menari Saman. Oh, andaikan itu anak-anak saya,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

    Maka, Rajab terus berjuang agar Saman tak hilang. Ia senang jika saat ini Saman telah dikenal luas dan siapapun dapat menari Saman. Menurutnya, Saman bisa seperti ini karena disenangi banyak orang. Hanya saja, Rajab berharap Saman tak hilang di tanah asalnya sendiri yaitu Gayo Lues. Begitu pula nilai-nilai yang terkandung pada Saman itu sendiri. Sebab Rajab khawatir, sikap pragmatis yang ada dalam kehidupan sehari-hari menjadi ancaman rusaknya nilai-nilai Saman.

    “Sekarang kalau mau tampil saya dibayar berapa? Maka, orang menilai Saman itu tidak lagi seperti dulu. Makanya waktu festival Saman di PKA dulu, jurinya itu saya. Harusnya saya kembalikan ke dasar,” pungkasnya. (ib)

    18 19PROFIL PROFIL

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    Saman di Mata Rajab Bahry

    Dr. Rajab Bahry, M.PdDosen Unsyiah dan Penari Saman sejak tahun 1972

    Tahun 1975, barulah kesempatan datang kepada Rajab. Saat itu, Pemerintah Pusat meminta 30 orang penari untuk tampil pada peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-30 tahun di Istora Senayan. Ada cerita menarik kala itu saat pihak panitia sengaja merahasiakan jumlah penari yang akan dibawa ke Jakarta. Maka Rajab dan teman-temannya terus berlatih tanpa kepastian.

    Setiap akan berlatih mereka terlebih dahulu pergi ke studio foto milik orang Gayo yaitu Ceding Ayu. Sebab di sanalah diumumkan nama-nama yang terpilih. “Kalau ada nama kalian di dinding, nah pergilah latihan,” kenang Rajab.

    Hingga minggu terakhir latihan, barulah rahasia itu diumumkan. Rajab sampai bengong, ia hampir tak percaya namanya tertulis di dinding tersebut. Itulah pertama kalinya Rajab tampil di tingkat nasional dan disaksikan oleh Presiden Soeharto.

    “Perasaan saya waktu itu gugupnya bukan main, foto saya macam orang penakut, takut salah,” ungkapnya.

    Sejak hari itu Rajab menjadi pemain inti Penari Saman Aceh Tenggara. Ia berulang kali tampil di pentas nasional, seperti Festival Tarian Rakyat tahun 1977 dan Festival Tarian Internasional tahun 1978.

    “Jadi waktu masih nganggur, saya sudah tiga kali ikut mewakili Aceh pada acara Saman tingkat nasional,” ucapnya sambil tertawa.

    Sejak itu pula Saman tak terpisahkan dari hidup Rajab. Bahkan saat kuliah di Banda Aceh, Rajab selalu tampil di Taman Budaya. Tahun 2012, Rajab kembali dipercaya tampil di Hawai University

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

  • 20 PENGABDIAN 21PENGABDIAN

    Di tengah aktivitas pagi yang padat di Kota Banda Aceh, sekelompok mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas

    Pertanian, Universitas Syiah Kuala,

    berkumpul di taman Blang Padang.

    Mahasiswa tersebut melakukan

    kegiatan sosialisasi budidaya tanaman

    pekarangan dan penyediaan benih

    terhadap masyarakat. Kegiatan ini sudah

    berlangsung sejak tanggal 21 Mei lalu.

    Ada banyak pelajaran yang dapat diambil

    dari kegiatan pengabdian ini.

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    MewujudkanLingkungan yang Sehat

    yang dapat membuat rumah asri

    dan segar. Selain itu, tanaman juga

    menghasilkan udara segar dan bersih

    karena banyak mengandung oksigen dari

    hasil proses fotosintesis.

    Kegiatan ini menjelaskan pentingnya

    kehadiran tanaman pekarangan dan cara

    membudidayakannya. Para mahasiswa

    juga memperkenalkan tanaman

    hidroponik yang dapat dibudidayakan

    dengan memanfaatkan air nutrisi sebagai

    media tumbuh menggantikan tanah.

    Sistem penanaman seperti ini belum

    terlalu banyak dimanfaatkan sebab

    keterbatasan informasi. Padahal selain

    menciptakan pekarangan yang produktif,

    tanaman hidroponik juga dapat

    memperindah pekarangan rumah.

    M. Radinal Kautsar, ketua pelaksana,

    mengungkapkan jika di era teknologi ini

    masih ada petani yang menggunakan

    bahan kimia berbahaya untuk

    merawat tanamannya. Padahal cara

    ini dapat beresiko bagi kesehatan

    konsumen. Masyarakat diharapkan

    memanfaatkan pekarangannya menjadi

    pekarangan produktif sehingga tercapai

    keamanan pangan. Dengan adanya

    pekarangan produktif, masyarakat

    dapat memanfaatkan hasil panen

    sehingga dapat mencapai kebutuhan

    gizi bagi keluarga. Seperti diketahui,

    kesehatan kita dapat terganggu jika terus

    mengkonsumsi dan terus berada dalam

    lingkungan yang tidak sehat.

    Sudah menjadi kewajiban setiap orang

    untuk menjaga dan merawat lingkungan.

    Berbagai cara dapat dilakukan untuk

    menghadirkan lingkungan bersih dan

    sehat. Salah satunya dengan menerapkan

    gaya hidup sehat dan terawat. Gaya hidup

    sehat dapat membantu terwujudnya

    lingkungan asri dan sehat. Udara dan

    suasana nyaman dapat hadir jika setiap

    rumah memiliki halaman hijau. Maka dari

    itu, tunjukkan kualitas dan kuantitas kita

    sebagai mahasiswa pertanian sebagai

    ujung tombak dari pertanian yang nyata.

    Satu dunia, satu kehidupan, dan satu

    kesempatan untuk menjaganya sebab

    Tuhan telah menganugerahi lingkungan

    hijau. Ayo, kita jaga bersama. Kalau bukan

    kita, siapa lagi? (uni)

    Kegiatan ini merupakan kegiatan

    sosialisasi tanaman yang sangat

    memungkinkan untuk dimanfaatkan di

    pekarangan rumah pribadi. Di antaranya

    seperti komoditi hortikultura (bayam,

    sawi, kangkung, dan cabai rawit). Selain

    melakukan sosialisasi, para mahasiswa

    juga menyediakan benih komoditi

    hortikultura dengan harga yang sangat

    murah kepada warga. Sebanyak 50

    persen dari total keuntungan penjualan

    akan disumbangkan ke panti asuhan

    Media Kasih, Banda Aceh.

    Ketua BEM Fakultas Pertanian,

    Muhammad Faiz, mengatakan tujuan

    kegiatan ini untuk mengajak masyarakat

    khususnya warga kota Banda Aceh

    agar memanfaatkan pekarangan rumah

    menjadi pekarangan produktif. Lahan

    produktif sudah sangat terbatas karena

    telah dimanfaatkan untuk pembangunan.

    Faiz menambahkan, kegiatan ini

    merupakan aksi tanggap mahasiswa

    Fakultas Pertanian Unsyiah yang melihat

    tingginya permintaan masyarakat

    terhadap benih komoditi hortikultura

    dengan harga terjangkau pada kegiatan

    PENAS XV beberapa bulan lalu. Dari

    kegiatan ini para mahasiswa berharap

    masyarakat dapat memanfaatkan

    pekarangan rumah menjadi lebih

    produktif dan belajar menanam tanaman

    yang bermanfaat. Hidup sehat berawal

    dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

    dengan memperbanyak menanam

    tumbuhan hijau di pekarangan rumah

    DESI ARIDA

    *MAHASISWA AGROTEKNOLOGIPERTANIAN, UNSYIAH

    Gaya hidup sehat dapat membantu terwujudnya lingkungan asri dan sehat. Udara dan suasana nyaman dapat hadir jika setiap rumah memiliki halaman hijau.

  • PAKARMARU 2017

    Sekitar 5.109 mahasiswa baru Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengikuti Pelatihan Akademik dan Karakter untuk Siswa Baru (Pakarmaru). Pakarmaru tahun ini menghadirkan beberapa pemateri, seperti Komandan Kodim Iskandar Muda, Kapolres, Kajati Aceh, Wakil Wakil Rektor, Kepala Kesbangpolinmas, Ketua Forum Kerukunan Beragama, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Aceh, Dirlantas Kepolisian, serta turut dimeriahkan dengan expo mahasiswa dan pertunjukan kreatifitas dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

  • pendapat berbeda tetapi dengan maksud dan tujuan yang sama.

    Kurban Idul Adha diambil dari bahasa Arab, yaitu qaruba, yaqrabu, dan qurban wa qurbaanan yang berarti mendekati atau menghampiri. Sementara itu, arti kata kurban secara harfiah berarti hewan sembelihan yang diambil dari kata udhhiyah atau dhahiyyah. Tradisi ini lazim dilakukan umat muslim di dunia untuk menyemnelih hewan dengan cara berkurban atau mengorbankan hewan yang menjadi sebagian hartanya untuk kegiatan sosial.

    Tradisi kurban di hari raya Idul Adha tidak dapat dielakkan lagi karena dengan eksistensinya kita dapat berkumpul dengan kerabat di sekitar lingkungan. Dimensi ibadah dalam kurban sudah jelas menjadi bentuk ketaatan hamba kepada Tuhannya. Ketaatan itu harus dilandasi dengan rasa ikhlas sehingga kita menjadi lebih dekat kepada Allah Swt.

    Idul Adha yang dirayakan pada tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal sebagai Hari Raya Haji. Sebab pada hari tersebut, umat Islam yang menunaikan ibadah haji melakukan wukuf di Arafah. Mereka mengenakan pakaian serba putih tanpa dijahit yang disebut pakaian ihram. Ini melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi

    kehidupan. Tidak dapat dibedakan di antara mereka. Semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Perkasa sambil membacakan kalimat talbiyah.

    Selain dikenal sebagai Hari Raya Haji, Idul Adha juga dinamakan Idul Kurban karena pada hari itu Allah memberi kesempatan bagi kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah kurban. Bagi umat muslim yang belum mampu menunaikan ibadah haji, diberi kesempatan untuk berkurban yaitu dengan menyembelih hewan kurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kepada Allah Swt.

    Makna kurban dalam Idul Adha adalah kita sebagai manusia harus ikhlas dalam menjalankan cobaan dari Allah. Kata lainnya adalah saat kita “disembelih” Allah, maka harus ikhlas dan bertawakal sehingga dengan keikhlasan itu kita mendapatkan “domba” sebagai penggantinya. Sayangnya saat kita menjadi bagian dari sembelihan Allah, kemungkinan kita tidak ikhlas dan berat sehingga tidak mendapatkan gantinya berupa “domba”.

    26 27RELIGIARELIGIA

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 214 . AGUSTUS 2017

    Oleh karena itu, atas segala sesuatu yang terjadi kepada kita karena cobaan dari Allah, kita harus ikhlas menjalaninya. Dengan pengorbanan yang kita lakukan selama di dunia akan mendapatkan ridha dari Allah Swt di yaumil hisab kelak. Kita semestinya dapat menjalankan segala perintah yang dianjurkan oleh Allah Swt dan meninggalkan segala larangan-Nya. Itulah salah satu anjuran Allah Swt kepada kita yang harus mampu dilaksanakan agar menjadi manusia yang dicintai Allah Swt.

    Allah Swt selalu memerintah hamba-Nya untuk mengharmonisasi ibadah vertikal (hablum minallah) dengan ibadah horizontal (hablum minannas). Keduanya berjalan beriringan tanpa ada sekat. Apabila kita telah mendapatkan segala kenikmatan yang diberikan Allah Swt, maka hendaklah kita selalu bersyukur kepada-Nya. (Uni)

    Hari bahagia pun tiba. Terdengar sorak-sorai kumandang lantunan ayat suci Alquran nan merdu. Semua kaum muslimin dari ujung barat hingga ujung timur bergembira karena telah tiba hari mereka menyiapkan diri untuk berkurban,

    Hari raya Idul Adha identik dengan memotong daging kurban. Banyak masyarakat yang rela menghabiskan uang demi merasakan nikmatnya santapan daging di hari raya Idul Adha. Dalam memaknai Idul Adha dan kurban, banyak sekali kita temukan

    BUDI GUNAWAN MANIK

    *MAHASISWATEKNIK ELEKTRO, UNSYIAH

    BERKORBAND E N G A NBERKURBAN

    yaitu Idul Adha. Banyak kaum muslimin yang ingin berkurban dan merelakan sedikit harta mereka untuk diberikan kepada kaum muslimin lainnya. Ini bertujuan agar sesama kaum muslimin dapat merasakan hari raya Idul Adha bersama-sama.

    Dimensi ibadah dalamkurban sudah jelas menjadi

    bentuk ketaatan hamba kepada Tuhannya. Ketaatan itu harus dilandasi

    dengan rasa ikhlas sehingga kita menjadi lebih dekat kepada Allah Swt.

  • hara), air, dan udara untuk tanaman.

    Sedangkan tanaman sebagai salah satu

    faktor pembentuk tanah juga dapat

    mempengaruhi kesuburan dan jenis

    tanah. Indonesia patut bersyukur sebab

    berada di daerah tropika basah dengan

    hutan hujan tropis. Indonesia juga

    memiliki tanah subur seperti penggalan

    syair lagu Koes Plus, “Orang bilang tanah

    kita tanah surga. Tongkat, kayu dan

    batu jadi tanaman”. Begitu mudahnya

    tanaman tumbuh, bahkan juga tanaman

    yang tidak dikehendaki (gulma) yang

    kadang sulit dikendalikan.

    Namun, berbeda bila dibandingkan

    dengan daerah beriklim arid (gurun).

    Di daerah tersebut memerlukan

    teknologi tinggi dan biaya besar untuk

    menumbuhkan sebatang pohon.

    Sungguh ironisnya lagi saat ini semakin

    banyak tanah yang fisiknya rusak karena

    terganggunya keseimbangan biologi

    dan kimianya. Allah Swt berfirman,

    “Telah nampak kerusakan di darat dan

    di laut disebabkan karena perbuatan

    tangan manusia, supaya Allah merasakan

    kepada mereka sebahagian dari (akibat)

    perbuatan mereka, agar mereka kembali

    (ke jalan yang benar)” (Q.S. Ar-Rum: 41).

    Secara pedologi−ilmu yang mempelajari

    tentang faktor-faktor dan proses-

    proses pembentukan tanah−untuk

    membentuk tanah sedalam 25 Cm di

    daerah vulkanik membutuhkan waktu

    100 tahun. Artinya setiap empat tahun

    hanya terbentuk satu sentimeter. Studi

    ini ditemui pada kasus pembentukan

    tanah di Pulau Rakata anak Gunung

    Krakatau di tahun 1983. Tanah tumbuh

    dan berkembang dalam kurun waktu

    yang sangat lama. Umurnya tidak dapat

    disejajarkan dengan umur manusia.

    Untuk menghancurkannya tidak perlu

    menunggu lama. Jika hutan ditebang

    atau dibakar, daerah aliran sungai di

    hulu menjadi rusak sehingga di musim

    kemarau kekeringan, musim penghujan

    kebanjiran, terjadilah aliran permukaan,

    erosi, longsor, dan kegagalan panen.

    Tanah-tanah menjadi kritis akibat terjadi

    degradasi tanah (penurunan kualitas).

    Secara Edaphologi−ilmu yang

    mempelajari tentang kesuburan

    tanah−tanah dapat dikelola dengan

    sumberdaya pertanian lokal yang

    ada. Sumberdaya pertanian lokal

    adalah suatu nilai atau potensi yang

    terdapat di bidang pertanian dalam

    arti luas (tanaman pangan/hortikultura,

    perikanan, perkebunan, peternakan,

    dan kehutanan) di lokasi tertentu.

    Cara alami untuk memperbaiki tanah-

    tanah kritis/sub-optimal, diantaranya

    penanaman tanaman jenis leguminosa

    (kacang-kacangan). Contoh tanaman

    leguminosa seperti trembesi, kaliandra,

    akasia, lamtoro, turi, sengon, angsana,

    dan gamal. Tanaman ini selain mudah

    tumbuh di tanah yang tidak subur juga

    dapat mengikat nitrogen dari udara.

    Sehingga unsur N di dalam tanah

    bertambah serta berfungsi sebagai

    pupuk hijau. Selain itu secara konservasi,

    penanaman di daerah lereng sebaiknya

    dilakukan searah kontur (memotong

    lereng) sehingga dapat menghambat

    aliran permukaan. Tanah menyimpan

    air yang turun dari langit sehingga perlu

    dilestarikan. Seperti kata orang bijak,

    “Tanah ini bukanlah milik kita, tetapi

    titipan dari anak cucu kita”. (syr)

    DR. IR. TETI ARABIA, M.S.

    DOSEN PROGRAM STUDIILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN,

    UNSYIAH

    28 29PERSPEKTIFPERSPEKTIF

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    Tanah dan Tanaman dalamKehidupan dan Pertanian

    Kita semua tentu pernah mendengar kata tanah dan yang terbayang di benak kita pasti berbeda-beda. Tergantung dari sudut

    mana memandangnya. Pikiran orang

    nyeleneh dengan setengah bergurau

    dan sedikit sinis mengatakan jika belajar

    tentang tanah hanyalah mengenai

    kavling 1x2 meter persegi alias kuburan.

    Ada juga yang memandang tanah

    adalah benda kotor yang di dalamnya

    bersarang cacing beserta telur-telurnya.

    berbagai hak status tanah, seperti hak

    milik, hak pakai, dan hak guna usaha.

    Bagi pebisnis tentu saja berpikir tanah

    mempunyai nilai jual yang harganya

    jarang turun dibandingkan emas, saham,

    atau valuta asing. Orang teknik sipil

    memandang tanah sebagai tempat

    berdirinya bangunan, jembatan, irigasi,

    dan lain-lain. Sedangkan orang pertanian

    memandang tanah sebagai ladang atau

    sawah tempat bercocok tanam yang

    dapat menghasilkan pundi-pundi Rupiah.

    Terlepas dari itu semua, tanah

    merupakan sumber kehidupan. Tanah

    memberikan makanan kepada dunia. Di

    atasnya tumbuh trubus-trubus (tunas-

    tunas) tanaman laksana rahim ibu yang

    melahirkan generasi penerus bangsa.

    Hutan dengan pepohonannya bagaikan

    selimut bagi tanah yang melindungi dari

    kepanasan dan kedinginan, serta dari

    daya perusak butir hujan yang jatuh.

    Hutan juga penghasil sandang,

    pangan, papan, dan obat-obatan.

    Tanaman merupakan satu-satunya

    makhluk hidup yang berperan sebagai

    produsen dalam rantai makanan. Dapat

    membuat makanan untuk dirinya

    sendiri, sedangkan hewan dan manusia

    sebagai konsumen. Tanah dan tanaman

    tidak dapat dipisahkan sebab memiliki

    hubungan timbal balik. Tanaman tanpa

    tanah ibarat tunawisma tanpa tempat

    tinggal. Tanah tanpa tanaman ibarat

    istana yang tak berpenghuni. Tanah

    sebagai media tempat berkembangnya

    akar dan berdiri tegaknya tanaman

    menyediakan nutrisi (unsur-unsur

    Mereka tidak paham jika cacing-cacing

    tersebut dapat membantu memperbaiki

    kesuburan tanah.

    Dari sudut pandang agama Islam,

    manusia pertama di muka bumi ini,

    Nabi Adam a.s., tercipta dari tanah.

    Kita semua juga akan kembali ke tanah,

    kemudian dibangkitkan lagi dari dalam

    tanah. Sementara itu, dalam pandangan

    orang agraria tanah merupakan objek

    hukum. Di atasnya diberlakukan

  • murah. Tumbuhan atsiri ini dapat dipanen

    secara berkala. Hanya terpaut 3,5 bulan

    ke bulan berikutnya untuk dapat dipanen

    lagi. Tanaman serewangi sudah dapat

    dipanen jika tanaman tersebut berumur

    10 bulan hingga 1 tahun. Dalam sekali kali

    panen bisa menghasilkan rata- rata 150

    Kg atau lebih per hektarnya.

    Berdasarkan jenisnya, serewangi terdiri

    dari dua jenis, yaitu serewangi hijau

    yang berkembang pesat hingga

    sekarang.

    Pada waktu itu harga serewangi melonjak

    hingga beberapa tahun lamanya.

    Hingga kemudian merosot akibat

    krisis moneter di tahun 1997. Berbeda

    dengan jenis serewangi hijau, serewangi

    merah memiliki ciri-ciri dahan daunnya

    berwarna putih kemerah-merahan dan

    memiliki daun yang agak jarang. Jenis

    serewangi ini pertama kali dibawa oleh

    Tgk. Alidin Aji pada tahun 1990-an dan

    dikembangkan pertama kali di kebun

    miliknya. Karena kualitas serewangi merah

    adalah yang paling baik, harga hasil

    olahannya berupa minyak menjadi lebih

    tinggi daripada minyak serewangi hijau.

    Harga minyak serewangi jenis ini di Gayo

    Lues berkisar Rp. 210.000 hingga Rp.

    220.000 per kilonya.

    Menurut beberapa penelitian yang

    telah dilakukan, minyak serewangi

    memiliki banyak khasiat. Khasiat paling

    30 31RISETRISET

    popular untuk mengusir nyamuk

    dengan mengoleskannya di tubuh. Di

    bidang kecantikan, minyak serewangi

    dimanfaatkan untuk menenangkan

    pikiran serta menghilangkan stres karena

    memiliki aroma yang khas. Pada tahun

    2016, di dalam pasar lokal, serewangi

    ditampung oleh agen berkisar Rp

    150.000 hingga Rp 165.000. Harga

    ini naik di tahun 2017 menjadi Rp.

    210.000 hingga Rp. 220.000. Hasil

    panen tanaman serewangi ditampung

    dari petani lokal Kabupaten Gayo Lues.

    Jika dikalkulasikan pendapatan rata-rata

    petani setiap satu hektar sebesar Rp.

    22 juta per bulan. Pendapatan ini dibagi

    dua untuk orang yang mengukus. Setiap

    petani rata-rata menanam serewangi

    dalam dua hektar tanah atau lebih.

    Di musim kemarau, tanaman yang

    hidup di daerah daratan tinggi rentan

    terbakar akibat suhu panas, tak terkecuali

    tanaman serewangi. Kandungan minyak

    dalam tanaman ini justru mempercepat

    proses kebakaran. Bahkan, terkadang

    tak bisa dibendung dengan siraman air

    dari pemadam. Untuk mencegah hal

    tersebut, ada beberapa kiat yang dapat

    dilakukaan seperti menanami umbi

    ketela di sekeliling serewangi. Selain itu,

    dapat juga menanam umbi ketela di

    antara serewangi yang jaraknya sekitar

    setengah meter. Penanaman serewangi

    sebaiknya dilakukan di awal atau di akhir

    musim hujan agar bisa tersiram secara

    alami dengan air hujan. Cara merawat

    tanaman ini terbilang sangat mudah.

    Cukup dengan rajin menyiangi rumput

    dan membersihkannya setiap tiga bulan

    sekali. Selain itu, memberikan pupuk urea

    agar serewangi tumbuh maksimal. (cds)

    BIKA AMARA

    STAF PADA PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA (PSDKU)

    UNSYIAH GAYO LUES

    EDISI 208 . FEBRUARI 2017 EDISI 208 . FEBRUARI 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    dan serewangi merah. Serewangi hijau

    memiliki ciri dahan daunnya yang

    berwarna kehijauan dan memiliki daun

    yang rimbun. Batangnya berwarna

    putih kehijauan. Jenis serewangi ini

    pertama kali dibawa ke Gayo Lues oleh

    Tgk. Idris Pengkala pada tahun 1980-

    an dan dikembangkan di Kecamatan

    Blangkejeren. Dari hasil pengolahan

    serewangi ini, beliau dapat membangun

    Pesantren Shalahudin di Buntul Tajuk

    Beberapa tahun terakhir ini, tanaman serewangi semakin banyak ditanami oleh penduduk di Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Harganya

    yang mulai membaik di pasaran nasional

    dan internasional membuat tanaman

    serewangi sangat menjanjikan apabila

    dikembangkan terutama di daerah

    pegunungan dataran tinggi Gayo Lues.

    Pengelolaan dan pengolahannya pun

    cukup mudah dengan modal yang cukup

    Budidaya Serewangi, Mudah dan potensial

    Di bidang kecantikan, minyak serewangi dimanfaatkan untuk menenangkan pikiran serta menghilangkan stres karena memiliki aroma yang khas.

    “GOOGLE.COMGOOGLE.COM

  • EDISI 215 . SEPTEMBER 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    Perjalanan Sepenggal Malam

    32

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    33KREATIFKREATIF

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    Dalam sepenggal malam yang berkabut, di bawah rimbun cahaya purnama aku duduk bersama seorang gadis di belakang sebuah mobil pick up yang dikendarai oleh temanku. Kami melaju melintasi jalanan sepanjang Meureudu-Ulee Glee berkawan desir angin malam yang membelai lembut. Sesekali kami berdua tergelak dalam cerita masa kecil masing-masing. Saling menyanjung impian dan cita-cita yang belum terwujud. Lantas kami kembali terdiam. Namun dalam diam entah apa yang menimpaku. Aku menengadah ke langit untuk menerka-nerka bahwa semua yang barusanku alami adalah perwujudan dari mimpi-mimpiku, dejavu.

    Aku tersadar ada sesuatu yang berdebar di hati. Terlebih saat melihat seorang gadis yang sedang menikmati hembusan angin di sebelahku. Sesuatu yang sudah lama tidak lagi kurasa setelah terakhir kalinya ditipu oleh kaum mereka yang kini telah menghilang dan turut membawa pergi separuh hati.

    ***

    Malam itu, malam terakhir kami bertugas menjadi relawan di Pidie Jaya. Esok sore semua relawan akan kembali dipulangkan

    T. A. RAHMAN

    MAHASISWA ILMU PEMERINTAHAN,FISIP UNSYIAH

    butuhkan hanya keberanian,” sahutku sambil memandang ke langit. Sering aku berpikir mungkin kalau aku tak memiliki keberanian untuk bergabung dalam KSR PMI ini, aku gak bakal bisa merasakan pengalaman berharga jadi relawan.

    Gerimis mulai menemani. Teman gadisku begitu menikmati rintik lembut yang menimpa. Segera dia memintaku untuk merekam moment itu, katanya dia begitu menyukai gerimis. Untuk sejenak aku pun menikmati profesi sebagai kameramennya.

    “Andai saja kita bisa berkeliling dunia dan jadi duta PBB, bolehkan aku memintamu jadi kameramen pribadiku. Ha-ha-ha,” candanya.

    Semuanya terlihat indah. Pepohonan yang kami lintasi sepanjang jalan terlihat menari-nari.

    “Ini gila!” gumamku.

    Lantasku coba menengadahkan kepala. Dalam pandanganku, terlihat bulan tersenyum. Seolah turut merasakan getar yang ada dalam hati. Rasa yang kelewat sukar untuk diterjemahkan dengan kata. Namun rasa itu benar-benar telah membuatku gila.

    * * *

    Sedikit berbeda dengan dulu, malam ini cahaya purnama tidak terlalu bersinar. Cahayanya dikalahkan sorotan lampu-lampu sepanjang jalan Darussalam. Setelah tiga purnama kau lewati dengan debar hati yang tak menentu sepulang dari Pidie Jaya, kini tekatku sudah bulat. Tak ingin lagi terus-terusan sempoyongan dalam rasa yang melekat semenjak malam itu. Malam ini, aku sudah membuat janji menemui teman gadisku di pustaka kampus.

    “Ada yang perlu kita bicarakan” ujarku.

    Benar saja dia sudah menanti. Duduk di antara pengunjung lain sambil membaca di kursi yang paling sudut. Dekat ruang referensi. Aku segera duduk di kursi yang tersedia di sampingnya. Sebuah senyuman yang selalu melayang-layang dalam pikiranku selama tiga purnama setiap malamnnya kembali tergurat di bibir gadis itu. Membuat jantungku kembali berdegup. Dalam getar yang tidak karuan, aku tetap mencoba bersikap tenang

    “Oya, kamu mau beritahu apa tadi?” tanya gadis itu.

    “Aku hanya bilang ingin memperdengarkannya lagu Paradise-nya Overtronics. Lagu yang dulu pernah aku nyanyikan sepanjang malam ketika kita duduk berdua,” jawabku konyol.

    Kami mentertawai kebodohan alasanku yang sebenarnya hanya kilah karena tidak berani mengungkapkan alasan sebenarnya.

    Aku menarik nafas dalam-dalam, “Ca, dulu aku pernah bilang, kan, sebetulnya yang kita butuhkan hanya rasa keberanian. Keberanianlah yang membedakan seorang pemenang dengan pecundang,” kataku memulai pembicaraan serius.

    “Aku tidak tahu harus memulainya dari mana. Yang jelas semenjak malam yang kita lewati bersama di atas mobil itu, aku menaruh hati padamu. Entah karma apa yang menimpaku malam itu. Seperti sesuatu yang tak bisa kukendali. Aku mulai mencintaimu. Kau tidak perlu khawatir. Aku menikmati rasa ini, Ca. Aku mengungkapkan rasa ini padamu bukan karena aku ingin kamu jadi pacarku. Aku hanya tidak ingin berlarut-larut dalam kebimbangan. Kalaupun kamu tidak memiliki rasa yang sama, setidaknya seperti kataku dulu, aku sudah pernah mengungkap rasa ini padamu. Lagipula

    cinta itu bukan sesuatu yang konstan. Mudah saja Tuhan membolak-balik hati kita karena itu aku tidak ingin mengatakan hal ini dari dulu. Aku takut terlalu bersikap gegabah,” ujarku panjang lebar.

    Aku memandang wajah gadis itu. Kali ini ia tak lagi menatapku. Pandangannya mengarah ke depan di antara tumpukan buku di atas meja.

    “Aku hanya ingin kau tahu bahwa masih ada seseorang di sini yang mendukung mimpi-mimpimu. Aku akan selalu bersedia jadi kameramenmu. Mengabadikan setiap momen indah bersamamu,” tambahku meyakinkan.

    Lama ia terdiam sebelum akhirnya menatap lembut ke arahku, “Maaf ya, aku tidak bisa,” jawabnya spontan.

    “Tidak apa-apa, Ca. Aku menghargai semua pilihanmu,” jawabku mencoba menghibur diri.

    Tak lama aku mohon izin untuk segera meninggalkan pustaka dengan alasan jam kunjung telah usai. Aku pun berlalu dengan menahan ngilu di hati.

    Di luar gerimis mulai turun. Tetapi gerimis kali ini tak seindah gerimis yang dulu saat kami berdua melintasi Pidie Jaya. Sembari menanti jeda hujan yang kian lebat, aku berdiri di teras pustaka. Bersandar pada pilarnya yang tinggi.

    “Beneran kamu tidak marah kan?” suaranya tiba-tiba memecah lamunan.

    “Ya,” jawabku dengan senyuman lembut kearahnya.

    “Syukur deh, karena tadi aku cuman bercanda. Oya, pendaftaran jadi model objek rekamanmu masih dibuka, kan?” tanya gadis itu mencoba menggoda. (cds)

    ke Banda Aceh melanjutkan rutinitas biasa sebagai mahasiswa Unsyiah. Sebab itu, malam ini bapak pembina posko membebaskan para relawan untuk berjalan-jalan sejenak mengitari daerah Pidie untuk melupakan beban. Tiga buah mobil operasional disiapkan. Mobil-mobil tersebut biasa digunakan untuk mendistribusikan bantuan.

    Mobil mulai melaju meninggalkan posko. Meninggalkan kota Meureudu malam itu. Mengaspal menuju arah Ulee Glee. Sepanjang jalan gadis tadi berdiri untuk menikmati suasana malam. Dia berdiri berpegangan pada besi di atas kap mobil sembari membiarkan hembusan angin menerpa wajah dan memainkan ujung jilbabnya.

    “Cita-cita terbesarku ingin jadi duta anak di PBB. Ya, berdiri di depan podium, kemudian berpidato di depan ratusan audiens dari berbagai negara. Ha-ha-ha,” katanya sambil tertawa.

    Aku ikut tertawa melihat tingkahnya yang heboh sendiri dengan impian besarnya. “Hahaha, all is well, Ca, bulatkan tekadmu itu. Mewujudkan mimpi yang kita

  • 34

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    35GALERIGALERI

    Sembilan tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) berhasil lolos ke ajang bergengsi nasional Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) yang ke-30 tahun 2017. Unsyiah meloloskan tim terbanyak dibandingkan perguruan tinggi lainnya di Sumatera. Secara nasional, Unsyiah berada di peringkat ke-13 sebagai pemilik tim PKM terbanyak di PIMNAS tahun ini.

    Rektor Unsyiah, Prof. Dr.Ir. Samsul Rizal, M.Eng, mengunjungi salah satu stand di acara Job Fair and Education Expo 2017. Kegiatan yang berlangsung di gedung AAC Dayan Dawood ini menghadirkan 26 universitas luar negeri.

    Sebanyak 26 universitas dari Taiwan mempromosikan kampusnya pada kegiatan Job Fair and Education Expo 2017 di Gedung Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Dalam kesempatan yang sama juga berlangsung penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bidang pendidikan antara Unsyiah dengan 18 universitas dari Taiwan.

    Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, menjadi salah satu pembicara dalam dialog Keterlibatan Lembaga Dakwah Kampus dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di gedung AAC Dayan Dawood.

  • EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    36 37GALERIGALERI

    Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi ISHII mengunjungi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Masafumi yang datang bersama istri serta Sekretaris Kedutaan, Masamu Yamamori, disambut Wakil Rektor I Unsyiah, Dr Hizir, di Ruang Mini Rektor Unsyiah.

    Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, bersama delegasi The Saudi Fund for Development (SFD) Arab Saudi Abdullah M Al Shoaibi dan Eng Yeaser Albakri, meninjau pengerjaan Project Implementation Unit (PIU) 7in1 di Unsyiah. Ada tiga fakultas yang dibangun dengan dana dari SFD di Unsyiah, yakni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), dan Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Unsyiah.

    Unversitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Bank Mandiri menjalin kerja sama di bidang layanan perbankan berupa fitur Bank at Work dalam memenuhi berbagai kebutuhan pegawai di lingkungan kampus. Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh RCEO Mandiri Region I Sumatera 1, HR Parlindungan Hutahaean dan Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, di Biro Senat Rektor Unsyiah.

    Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng melepas 73 orang calon jamaah haji (CJH) di lingkungan Unsyiah.

  • EDISI 215 . SEPTEMBER 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    Sejak Indonesia bersama sembilan negara ASEAN sepakat membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ada banyak peluang dan

    ancaman yang menuntut kita untuk

    siap dan sedia. Selain ancaman serbuan

    tenaga kerja asing, pemberlakuan MEA

    sejak tahun 2015, membuka peluang

    kepada para alumni perguruan tinggi

    untuk memperluas kiprahnya di bursa

    kerja di level regional. Para alumni yang

    dulunya fokus mencari kerja dalam

    negeri, kini mulai melirik untuk berkarier

    di luar negeri, seperti di Thailand,

    Singapura, Filipina, atau Malaysia.

    Namun harus diakui, posisi dan

    daya saing Indonesia masih rendah

    dibandingkan negara ASEAN lainnya.

    Kematangan ekonomi Singapura,

    Malaysia, atau Thailand sedikit banyak

    telah mengalihkan perhatian dunia

    untuk tertuju kepada ketiga negara

    tersebut. Bahkan, di negara kita sendiri

    masih kurang mendapatkan apresiasi

    dari penduduknya. Hal ini berdampak

    pada daya saing sumber daya manusia

    Indonesia di bursa kerja regional.

    Oleh karena itu, perguruan tinggi di

    Indonesia harus berupaya keras untuk

    meningkatkan daya saing lulusan mereka

    di tingkat regional. Pengenalan dan

    pembiasaan pada atmosfer internasional

    merupakan salah satu metode untuk

    mencapai tujuan tersebut.

    Merujuk pada fakta itulah, Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    (FMIPA), Unsyiah, menginisiasi program

    khusus untuk para mahasiswanya.

    Kegiatan bernama Student Mobility

    Program ini bertujuan memperkenalkan

    atmosfer pendidikan dan dunia kerja

    internasional bagi mahasiswa. Program

    dari bidang kemahasiswaan dan

    alumni FMIPA ini diharapkan membuka

    akses internasional bagi mahasiswa,

    sehingga meningkatkan daya saing

    para mahasiswa dan alumni di level

    internasional.

    Wakil Dekan FMIPA Bidang

    Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. rer.

    nat. Ilham Maulana, mengatakan jika

    program ini merupakan pertama kali

    dijalankan di tahun ini. Direncanakan

    akan rutin digelar setiap tahunnya.

    “Diakui atau tidak ada banyak sekali

    catatan perbaikan dari program ini sebab

    pertamakali dilaksanakan. Namun dari

    hasil evaluasi, program ini tergolong

    sukses sesuai dengan harapan,” ujar

    Ilham Maulana.

    Di tahun pertama Student Mobility

    Program diluncurkan, FMIPA

    memberangkatkan sebelas mahasiswa

    ke luar negeri. Mereka terdiri dari empat

    mahasiswa program studi Statistika,

    dua mahasiswa program studi Biologi,

    dua mahasiswa program studi Farmasi,

    sementara lainnya berasal dari program

    studi Kimia, Informatika, dan Fisika.

    Lima orang mahasiswa dikirim ke

    University of the Ryukyus, Okinawa,

    Jepang, sementara enam orang lainnya

    diberangkatkan ke The Prince Songkla

    University, Thailand.

    Sebelas mahasiswa yang diberangkatkan

    tersebut merupakan hasil seleksi dari

    65 peminat yang mendaftar untuk

    mendapatkan kesempatan tersebut.

    Seleksi didasarkan pada prestasi

    akademik, wawasan keilmuan, keaktifan

    di kegiatan kemahasiswaan, serta yang

    paling penting adalah kemampuan

    berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

    Tim yang berangkat ke Jepang

    didampingi Ilham Maulana dan bertolak

    ke Jepang pada tanggal 9 September

    2017. Sementara itu, tim ke Thailand

    didampingi oleh Dr. Zurnila Marli Kesuma

    dan berangkat dari Banda Aceh pada

    tanggal 20 September 2017. Kedua tim

    tersebut menghabiskan waktu selama

    sepekan di negara tujuan. Selama di

    sana, mereka memperoleh berbagai

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    38 39FAKULTASFAKULTAS

    informasi tentang kegiatan riset berbagai

    bidang sains di kedua perguruan tinggi

    tersebut. Selain itu, mereka diberi

    kesempatan untuk terlibat dalam riset

    kecil di laboratorium. Bahkan, beberapa

    peserta ditawarkan untuk melanjutkan

    studi di institusi luar negeri setelah

    menamatkan sarjana.

    Dekan FMIPA, Dr. Teuku M. Iqbalsyah,

    M.Sc, mengatakan seluruh mahasiswa

    peserta Student Mobility Program

    mengaku sangat beruntung memperoleh

    kesempatan ini. Mereka mengaku

    memperoleh pengetahuan dan

    pemahaman yang sangat berbeda selama

    di sana. Mereka juga mengaku sangat

    termotivasi untuk kembali lagi ke institusi

    tersebut untuk melanjutkan pendidikan

    pascasarjana.

    “Tujuan lain dari program ini selain

    membuka akses internasional bagi

    mahasiswa juga membuka peluang kerja

    sama riset antara instansi kita dengan

    mereka. Peluangnya cukup besar terlebih

    lagi kedua institusi yang kita kunjungi

    sudah memiliki MoU dengan Unsyiah,”

    kata Iqbalsyah.

    Peluang kerja sama riset ini dijajaki oleh

    dosen pendamping Student Mobility

    Program. Berdasarkan hasil evaluasi,

    peluang kerja sama bidang riset terbuka

    lebar di masa mendatang. Harapannya

    kegiatan ini dapat menaikkan daya

    saing lulusan, kualitas penelitian, serta

    animo mahasiswa untuk bersaing di level

    regional. (mr)

    STUDENT MOBILITY PROGRAM

    Cara Mahasiswa FMIPA Mengakses Dunia

    Tujuan lain dari program ini selain membuka akses internasional bagi mahasiswa juga membuka peluang kerja sama riset antara instansi kita dengan mereka.

    EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

  • EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 214 . AGUSTUS 2017

    Youth and Educationfor Nation DevelopmentIt can not be denied that a nation’s welfare can be realized from the hands of the youth. History has written many stories of the young men who played a role in the independence and sovereignty of their people. In Indonesia for example, Dr. Soetomo, the founder of Budi Utomo (1908) who started the movement of Indonesian independence. Also other influential figures such as Soewardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) founder of Indische Partij (1914), Bung Hatta founder of the Indonesian Society (1924) in the Netherlands, and Bung Karno who wrestle the political stage. They make a change in the age that is quite young, the twenties. Surely that age benchmark become the inspiration for young generation that now being echoed by advancements from various fields.

    Now Indonesia is independent. However, the struggle has not been said to be finished because Indonesia cannot be fully independent. Surely we do not need to use another pointed bamboo or other weapons and kill the colonizers, but what we must be aware of is modern colonization that pierces directly to morals, thinking and habits of children of the nation, especially youth who will take control of the government.

    The challenges facing youth today are certainly very diverse. On one side of the youth must be able to adjust to the current global situation. If youth are not

    flexible in their movements, then the globalization will be left behind. On the other hand, the youth must be able to maintain their identity as a nation so that children do not get carried away and keep in mind the nature of national sovereignty. The struggle of the present version of youth gives another color in guarding the form of the nation’s defense struggle for independence. One of the most powerful and influential ways to realize the nation’s independence is the education path.

    As John Dewey says “Education is not preparation for life; education is life itself”. Education is a powerful weapon to fight in this era. The awareness of the importance of education should be deeply nurtured in the minds and hearts of Indonesian youth in oreder to make this country survive and advance.

    Education is not only merely from formal education, non-formal education also has an important role in developing the talents of the nation’s children. Education can lead to professionalism which is one of the weapons to realize the independence of the nation.

    Educational institutions have important roles in preparing human resources that will process the existing natural resources. Young men who seriously cultivate their education will become a professional community in their field. Moreover,

    Indonesia’s natural resources can be well utilized by the nation itself. Imagine if Indonesia has various investments in the country, there will be a lot that can be generated to pay the debts of the country, improvements in the economic, socio-cultural sectors are maintained, the welfare of society increases, and others.

    Youth can certainly do real things to overcome the problem of national independence in terms of education. As an innovative youth, it is appropriate to make tactical and efficient steps to solve all educational problems. All these steps can be started from the smallest scope, the environment. For example, by inviting groups or communities to both do social activities such as teaching orphans and poor children, scavengers, and also can create and run an IT-based mini library that can be reached by all levels of society. So that the generation of reading love is very useful for the future of the nation.

    The desire to realize the independence of the nation must be embedded in the youth. Awareness of the importance of national independence can encourage youth to be more enthusiastic in pursuing the ideals aimed at a dream, that is an independent nation and sovereign full of itself. Youth as an agent of change certainly has the power to act. The spirit of youth, the spirit of nation development! (un)

    Alvi Chairiah, S.Pd

    PERSONAL INFORMATIONName : ALVI CHAIRIAHDate of Birth : December 27, 1991Interest : Public relation, media, culture, history, journalistic, and education

    EDUCATIONAL BACKGROUNDEnglish Department, Teacher Training and Education Faculty, University of Syiah Kuala

    ACHIEVEMENTS• 2011 Runner-up II for English Debate

    Competition of Unsyiah Fair held by• University of Syiah Kuala Banda Aceh• 2014 Indonesia Youth Ambassador for the

    Ship of Southeast Asian and• Japanese Youth Program by Ministry of

    Youth and Sport of Indonesia and• Japan Government• 2015 First Winner for Tourism Ambassador

    of Banda Aceh held by Culture and• Tourism Department of Banda Aceh• 2015 Runner-up II for Tourism Ambassador

    of Aceh held by Culture and• Tourism Department of Aceh• 2015 Media Social Ambassador for Tourism

    Ambassador of Aceh held by• Culture and Tourism Department of Aceh• 2017 Madani Awards as The Best Tourism

    Ambassador Who Promoting Banda• Aceh awarded by the Mayor of Banda Aceh

    40 ENGLISH 41ENGLISH

  • 42 GALERI 43GALERI

    Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., menyerahkan secara resmi Rumah Sakit (RS) Kontainer kepada Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya (Pijay) yang diterima oleh Bupati Pijay, Aiyub Abbas. Pembangunan RS Kontainer ini merupakan hasil kajian dari tim Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah dan civitas Tim Terintegrasi Unsyiah

    Selain membangun RS Kontainer, Unsyiah juga melakukan pendampingan proses pembangunan fisik bangunan dan infrastruktur pasca gempa Pijay, memetakan patahan gempa aktif di Aceh, membantu pemulihan bidang pendidikan melalui KKN Tematik, menginisiasi Rumoh Pembelajaran Gempa, dan menyusun naskah akademik Qanun Pendidikan Kebencanaan di Aceh.

    Rencananya Unsyiah juga akan membantu pembangunan 1.239 rumah dhuafa tipe 28 yang berasal dari APBK Pijay yang diperkirakan akan rampung sekitar empat bulan.

  • EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017

    46 47ASPIRASIASPIRASI