merawat semangat -...
TRANSCRIPT
-
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
ISSN
021
5-2
916
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
SAMAN DI MATA RAJAB BAHRY
BUDIDAYASEREWANGI, MUDAH DAN BERPOTENSIAL
BERKORBAN DENGAN BERKURBAN
MERAWAT Semangat
KEBERSAMAAN
-
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
3
ISLAM sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya firman Allah dalam Alquran
yang menjelaskan tentang nilai-nilai kemanusiaan, salah
satunya dalam surat Al Maidah ayat 8 yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Setiap muslim diperintahkan untuk berbuat baik dan
saling membantu antar sesama. Ini merupakan wujud dari
nilai-nilai kemanusiaan dalam interaksi di kehidupan sehari-
hari. Tentu perbuatan ini tanpa memandang suku, ras, warna
kulit, atau agama seperti yang diajarkan Rasulullah Saw.
Sejarah membuktikan Rasulullah Saw mengajarkan nilai
kemanusiaan bukan hanya bagi umatnya, tetapi juga kepada
musuh-musuhnya. Ini terlihat saat kaum kafir Quraisy kalah
dalam Perang Badar. Saat itu, kaum muslim dengan tulus
memakamkan kaum kafir yang terbunuh dalam perang.
Sementara mereka yang terluka diberi perawatan dan
pengobatan layaknya merawat dan mengobati tentara muslim
yang terluka. (Syet Mahmud Khatthab, ar-Rasûl al-Qâ’id, hal.
110). Inilah nilai kemanusiaan yang diajarkan Islam kepada
ummatnya.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bagaimana Islam
begitu indah mengajarkan umatnya tentang nilai-nilai
kemanusiaan. Dapat dibayangkan bila hal sama juga
dijalankan oleh suatu lembaga atau negara. Tentu tidak
akan terjadi lagi diskriminasi (perlakuan yang berbeda) dalam
melayani warga.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai lembaga
pendidikan, senantiasa menanamkan nilai-nilai kemanusiaan
dalam menjalankan proses pendidikan dan pengajarannya.
Hal ini dapat dilihat dari penerapan pembayaran biaya
pendidikan yang menganut Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang
berbasis jumlah penghasilan orang tua mahasiswa. Selain
itu, mahasiswa dengan kehidupan ekonomi rendah diberi
kesempatan untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi yang
sesuai kebijakan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi. Bahkan, Rektor Unsyiah juga mengeluarkan
kebijakan tentang pengurangan besaran biaya kuliah bagi
mahasiswa yang orang tuanya merupakan pensiunan pegawai
atau yang masih aktif kerja di lingkungan Unsyiah. Tentu
kebijakan ini diberikan dengan presentasi yang proporsional.
Bukan hanya mahasiswa, nilai-nilai kemanusiaan juga
berlaku bagi masyarakat sekitar kampus, seperti anak yatim
piatu atau masyarakat kurang mampu. Mereka mendapat
santunan dan sumbangan dari Unsyiah saat perayaan hari
besar agama Islam atau saat kegiatan besar Unsyiah. Di
samping itu, daerah-daerah yang mengalami bencana tidak
luput dari perhatian kampus ini yang diwujudkan dengan
memberikan kontribusi, penanganan, dan pemulihan. Semua
ini dilakukan Unsyiah agar kehadirannya benar-benar dapat
dirasakan oleh masyarakat Aceh sekaligus menjadi Jantoeng
Hatee Rakyat Aceh. (Redaksi)
Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan
HUSNI FRIADY, S.T., M.M.
IFTITAH
-
EDISI 207 . JANUARI 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
5
IZIN TERBITDITERBITKAN OLEHPERINTIS
PEMBINA
PENASIHAT BIDANG REDAKSI
PENASIHAT BIDANG ADMINISTRASI & PENGEMBANGANKETUA PENGARAHPEMIMPIN REDAKSIWAKIL PEMIMPIN REDAKSIREDAKTUR PELAKSANASEKRETARIS REDAKTUREDITORPEWARTA
FOTOGRAFERLAYOUTERADMINISTRASI & KEUANGANLOGISTIKSIRKULASIWEB MASTER
STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda AcehProf. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.); T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala) Dr. Hizir (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC. (Wakil Rektor III); Dr. Nazamuddin, S.E., M.A. (Wakil Rektor IV)
Prof. Dr. Husni Jalil, S.H., M.Hum. (Wakil Rektor II)Drs. Zulkarnaini M. YasinHusni Friady, S.T., M.M.Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.Reza Fahlevi, S.I.PMuarrief Rahmat, S.Pd.Ferhat, S.EIbnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si | Uswatun Nisa, S.I.Kom.,M.ASyahri Afrizal, S.I.Kom.Sayed JamaluddinRika Marlia, S.E., M.M.Munawar, S.H.SaidiMuhammad Iqbal, S.I.Kom
WARTA UNSYIAHEDISI 215 . SEPTEMBER 2017
ISSN 0215-2916TEBAL ISI 48 HALAMAN
DITERBITKAN OLEHHUMAS UNIVERSITASSYIAH KUALA
REDAKSI WARTA UNSYIAH
[email protected] TVWEBSITEwww.humas.unsyiah.ac.idFACEBOOK@univ.syiahkuala.idINSTAGRAM@[email protected]
Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke email [email protected] (600-700 kata)
WARTAMerawat Semangat Kebersamaan
POLEMAsai bersama, adak pih susah hana terasaSA
GO
E P
OLE
M
IFTITAH 3MENJUNJUNG TINGGI NILAI KEMANUSIAAN
EDUKASI 8-9HASIL MANIS KERJA PERPUSTAKAAN UNSYIAH
MAHASISWA 10-11BELAJAR MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DI NEGERI PAGODA
FOKUS 12-17MERAWAT SEMANGAT KEBERSAMAANMEREKATKAN KEMBALI JALINAN KEBERSAMAAN
PROFIL 18-19SAMAN DI MATA RAJAB BAHRY
PENGABDIAN 20-21MEWUJUDKAN LINGKUNGAN YANG SEHAT
RELIGIA 26-27BERKORBAN DENGAN BERKURBAN
PERSPEKTIF 28-29TANAH DAN TANAMAN DALAM KEHIDUPAN DAN PERTANIAN
RISET 30-31BUDIDAYA SEREWANGI, MUDAH DAN POTENSIAL
KREATIF 32-33PERJALANAN SEPENGGAL MALAM
FAKULTAS 38-39CARA MAHASISWA FMIPA MENGAKSES DUNIA
ENGLISH 40-41YOUTH AND EDUCATION FOR NATION DEVELOPMENT
ASPIRASI 46-47BERIKAN PENDAPAT DAN SARAN KAMU UNTUK MAJALAH WARTA UNSYIAH
10
4 DAFTAR ISIREDAKSI
20
46
-
6
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
7
-
8 9
Hasil Manis Kerja Perpustakaan Unsyiah
Rizal, M.Eng dan Deputi II Perpustakaan
Nasional, Dra. Woro Titi Hariyanti, MA.
Rektor Unsyiah mengatakan, banyak
sekali manfaat yang dirasakan Unsyiah
setelah penandatanganan MoU dengan
Perpustakaan Nasional pada tahun 2016
lalu. Beberapa manfaat yang dirasakan,
seperti pendidikan calon pustakawan
ahli, peningkatan kompetensi
pustakawan, katalog bersama Indonesia
One Search, pemanfaatan e-journal,
serta akreditasi dan manajemen
perpustakaan.
“Selain itu, Unsyiah merasa terhormat
karena telah dipercaya sebagai tuan
rumah pelaksanaan Munas FKP2TN,”
sambung Rektor.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Perpustakaan Unsyiah,
Dr. Taufiq A Gani S.Kom., M.Eng., Sc
menyebutkan, Munas FKPT2TN kali ini
diikuti sebanyak 150 peserta dari Pulau
Jawa hingga Papua. Ia berharap Munas
FKPT2TN kali ini menjadi momentum
untuk saling komunikasi dan menukar
informasi terkait pengembangan
perpustakaan di daerah masing-masing.
“Kami berharap ada sesuatu yang
didapat oleh peserta dalam acara ini
sehingga dapat diimplementasikan di
perpustakaan tempat asalnya nanti,”
harapnya.
Pada kesempatan itu, Ketua
FKP2TN, Johan AE Noor M.Sc., PhD,
mengungkapkan bahwa semangat
Munas FKPT2TN ini adalah kerja sama
untuk mengembangkan perpustakaan.
Ia berpandangan bahwa perpustakaan
merupakan jantungnya sebuah institusi
dan riset di sebuah universitas. Johan pun
memberi contoh bagaimana Perpustakan
Unsyiah berkembang pesat dalam
beberapa tahun ini.
“Saya melihat Perpustakaan Unsyiah
larinya kencang sekali. Jadi kita bisa
belajar banyak dari Unsyiah tentang
pengelolaan perpustakan secara baik,”
ungkapnya.
perpustakaan, tetapi juga unit-unit kerja
lainnya di Unsyiah juga akan semakin
terkemuka di Indonesia dan dikenal di
dunia,” ujar Rektor saat membuka acara
yang berlangsung di Aula FKIP Unsyiah, 3
Agustus lalu.
Munas FKP2TN juga dirangkai dengan
seminar dan penandatanganan
perpanjangan MoU antara Perpustakan
Unsyiah dengan Perpustakaan Nasional.
MoU ini ditandatangani langsung oleh
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul
juga tercermin dari perpustakaan yang
dikelola secara profesional.
Acara nasional Munas FKP2TN digelar
pada tanggal 2-5 Agustus dengan
tema Kepemimpinan untuk Masa Depan
Perpustakaan: Peluang dan Tantangan.
Hadir sebagai keynote speakers Kepala
Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, Drs. Muhammad Syarif Bando
M.M., Staf Ahli Menristekdikti Bidang
Akademik, Prof. Dr. Paulina Pannen MLS.,
EDUKASIEDUKASI
Di hadapan peserta Musyawarah Nasional Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (Munas FKP2TN) tahun
2017, Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir.
Samsul Rizal, M.Eng mengutarakan
kebanggaannya terhadap kinerja
Perpustakaan Unsyiah. Menurutnya,
Perpustakaan Unsyiah telah terlibat aktif
dalam upaya mencerdaskan bangsa
terutama bagi kalangan mahasiswa.
Bahkan, kinerja perpustakaan
selama ini telah menjadi ujung
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
tombak keberhasilan Unsyiah dalam
meraih akreditasi A. Perpustakaan
Unsyiah juga telah membangun dan
mengembangkan berbagai fasilitas
seperti penambahan koleksi, jurnal,
peningkatan infrastruktur, dan beragam
kegiatan kreatif lainnya. Ini pula yang
akhirnya menghantarkan Perpustakaan
Unsyiah meraih dua kali akreditasi A
dan bersertifikat ISO 9001:2008.
“Kita punya banyak koleksi untuk
sepuluh tahun ke depan. Bukan hanya
Beragam terobosan dari perpustakaan
menjadi tolok ukur semakin terkenalnya
Unsyiah di kancah nasional. Beberapa
kampus negeri dan swasta di Indonesia
juga kerap melakukan kunjungan
mempelajari kinerja Perpustakaan Unsyiah.
Dalam kunjungan mereka, Rektor selalu
mengatakan jika perpustakaan menjadi
salah satu penentu capaian prestasi
gemilang di Unsyiah. Sebab citra kampus
dan Kepala Perpustakaan Universitas
Malang, Prof. Djoko Saryono M.Pd.
Turut hadir dalam pembukaan acara,
Kepala Pusat Jasa dan Informasi
Perpustakaan Nasional, Dra. Titiek
Kismiyati M.Hum., Wakil Rektor Unsyiah,
Kepala Biro, Dekan Unsyiah, dan Kepala
Dinas Arsip dan Perpustakan Daerah
Provinsi Aceh, Drs. Zulkifli M.Pd. (mr)
-
10
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
MAHASISWA
masih bisa dikalahkan oleh negara kaya
sumber daya alam seperti Indonesia.
Walau Thailand telah menerapkan
system perdagangan tanpa pajak barang
yang mendongkrak perekonomian
rakyatnya, tetapi antisipasi terhadap AEC
sudah mulai dipupuk jauh-jauh hari.
Lalu, bagaimana dengan negara kita
yang justru kaya dengan sumber daya
alam? Bukankah hal ini justru menjadi
bumerang jika kita tidak mengelolanya
dengan baik? Who know’s!
Hal lain yang membuat saya penasaran
dengan Thailand adalah ketika melihat
begitu banyaknya mahasiswa asing
dari penjuru negara ke Negeri Pagoda
itu. Bahkan di antaranya juga ada
dari Eropa. Tidak pernah terpikirkan
oleh saya sebelumnya jika Thailand
juga menjadi tujuan mahasiswa asing
untuk menuntut ilmu. Saya berpikir
apa daya tarik negara ini sehingga
menjadi pilihan pelajar dan mahasiswa
asing untuk belajar di sana. Ternyata,
selain masyarakat Thailand yang ramah
terhadap orang asing, negara ini juga
memberikan peluang bagi pelajar asing
untuk menerima beasiswa baik yang
terintegrasi dari negara asal maupun
dari pemerintah Thailand. Pemerintah
Thailand menginginkan masyarakatnya
belajar berbagai budaya yang dibawa
oleh para pelajar asing tersebut.
Tujuannya agar masyarakat Thailand
memiliki daya saing tinggi dan tidak
kalah bersaing dengan masyarakat luar.
Pemikiran yang hebat bukan?
Karena itu, menurut saya pertukaran
pelajar atau program mahasiswa
sejenisnya merupakan salah satu peluang
yang harus diikuti para mahasiswa
untuk membuka mata terhadap dunia.
Banyak hal yang saya pelajari dari
program yang saya ikuti di Thailand.
Terutama usaha dan kegigihan mereka
dalam menghadapi tantangan dan cara
mereka membangun negara dengan
berbagai usaha yang mungkin kita
anggap sepele. Semoga negara kita
juga memiliki daya saing dan kesadaran
tinggi dalam persaingan global dengan
mempersiapkan para mahasiswa yang
mampu berjuang dan tidak kalah dengan
negara tetangga. (uni)
Belajar MenghadapiASEAN Economic Communitydi Negeri Pagoda
11MAHASISWA
Semoga negara kita juga memiliki daya saing dan kesadaran tinggi dalam persaingan global dengan mempersiapkan para mahasiswa yang mampu berjuang dan tidak kalah dengan negara tetangga.
“Pengalaman berkunjung dan belajar di luar negeri menjadi keistimewaan tersendiri bagi seorang mahasiswa, termasuk saya
pribadi. Waktu berkunjung yang singkat
tidak menjadi masalah sebab banyak
pelajaran yang didapat. Pelajaran itulah
yang saya peroleh saat mengikuti
program Mae Fah Lueng ASEAN Youth
Ambassadors Programme di Thailand
beberapa tahun silam. Selama sebulan,
saya bersama seorang mahasiswa
Indonesia lainnya mengikuti workshop
yang juga diikuti mahasiswa dari
beberapa negara ASEAN. Di samping
mensosialisasikan ASEAN Community,
program unggulan dari Mae Fah Lueng
University ini juga untuk mendukung
aktivitas internasional antar mahasiswa
ASEAN, serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan saling memahami antar
budaya.
Thailand yang dikenal sebagai salah satu
destinasi wisata populer di Asia Tenggara,
ternyata juga memiliki beberapa hal
menarik lainnya. Selain memiliki pantai
yang elok serta surga belanja, Thailand
termasuk negara yang memiliki exchange
student terbanyak di kawasan Asia.
Selama dua minggu saya berada di sana,
saya melihat Thailand sangat antusias
menghadapi ASEAN Community dan
ASEAN Economic Community (AEC).
Sementara di Indonesia tempat saya
berada−baik di lingkungan akademisi
dan tempat tinggal−tidak banyak yang
membicarakan ASEAN Community.
Jangankan aware dan antusias, istilah
ASEAN Community dan AEC masih
asing di telinga masyarakat Indonesia,
terlebih lagi masyarakat Aceh. Hal ini
sangat berbeda jika saya bandingkan
dengan Negeri Pagoda, Thailand. Di
sana masyarakat diperkenalkan secara
kontekstual tentang ASEAN Community
melalui hal-hal unik dan tidak biasa.
Contohnya iklan pasta gigi yang
menampilkan bendera negara ASEAN,
hymne ASEAN yang diputar rutin setiap
pagi melalui radio, hingga pemasangan
bendera negara ASEAN di pintu-pintu
masuk perguruan tinggi di Thailand.
Pertanyaannya apakah begitu
‘menakutkannya’ program yang
disuguhkan oleh ASEAN Community
terhadap negara berkembang seperti
Thailand sehingga masyarakat dipaksa
mengenal negara tetangganya?
Jawabannya, iya. Bukan hanya
menakutkan, tetapi masyarakat Thailand
merasa kurang persiapan menghadapi
ASEAN Community. Maka dibuatlah
segala cara untuk membangunkan
masyarakatnya agar Thailand tidak
tertinggal jauh dari negara ekonomi
maju, seperti Singapura, Malaysia, atau
Indonesia. Saya dan teman-teman dari
beberapa negara takjub melihat usaha
yang dilakukan Thailand. Sebab bagi saya
dan teman-teman, ASEAN Community
hanyalah simbol dan ungkapan yang
tidak begitu serius ditanggapi di negara
kami.
Lantas, apa ketakutan terbesar yang
perlu diantisipasi oleh negara-negara
ASEAN terhadap ASEAN Community dan
AEC? Jika melihat penjabarannya, pantas
saja Thailand merasa terancam dengan
posisi sebagai negara bukan penghasil
ekspor yang besar di kawasan Asia
Tenggara. Thailand hanya mengeskpor
bahan pangan yang menurut mereka
RIZKI ANANDA
*ALUMNI FAKULTAS HUKUM, UNSYIAH
-
12
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
13
MerawatSemangat
Kebersamaan
-
14
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
15FOKUSFOKUS
Sekitar 3.000 orang lengkap
dengan sepedanya
berkumpul di Lapangan Tugu
Darussalam, Banda Aceh.
Mereka siap menunggu
aba-aba untuk mengayuh sepeda
dalam kegiatan Unsyiah Fun Bike
yang merupakan bagian dari kegiatan
menyambut milad Unsyiah ke-56 tahun.
Para peserta yang terdiri dari mahasiswa,
pegawai, dosen serta masyarakat terlihat
antusias mengikuti kegiatan ini. Rasa
kebersamaan begitu kuat. Terlebih lagi
saat peserta fun bike menyelesaikan
Unsyiah merasa perlu untuk menguatkan
kembali setiap individu dan mitra kerja
yang telah memberi kontribusi dalam
membangun Unsyiah. Terlebih lagi
menurut Rektor, Unsyiah selama ini telah
meraih banyak prestasi yang menjadi
inspirasi bagi universitas lainnya di
Indonesia. Terutama keberhasilan meraih
akreditasi A yang sebelumnya nilai C.
“Segala pencapaian Unsyiah merupakan
hasil dari kerja sama yang dilandasi
dengan kejujuran, keikhlasan, dan
kebersamaan. Maka, saya berharap
rute perjalanannya. Mereka duduk
dan bercengkerama di Lapangan Tugu
dengan suasana kekeluargaan.
Pemandangan Minggu pagi itu,
mengingatkan cerita puluhan tahun silam
saat segenap masyarakat membantu
mewujudkan hadirnya kampus Unsyiah.
Saat itu, masyarakat sangat peduli
dengan masa depan pendidikan di Aceh.
Masyarakat mengerti bahwa masa depan
mereka akan menjadi lebih baik dengan
pendidikan. Harapan itulah yang mereka
sematkan kepada Unsyiah sehingga
kebersamaan ini terus menguat sehingga
cita-cita mewujudkan institusi yang
inovatif, mandiri, dan terkemuka semakin
mudah,” harap Rektor Unsyiah di
hadapan peserta fun bike.
Seperti disebutkan Rektor Unsyiah,
kebersamaan merupakan indikator
penting dalam semangat Unsyiah
mewujudkan visi dan misinya. Oleh
sebab itu, kebersamaan menjadi satu dari
tiga kata kunci yang menjadi tema hari
jadi Unsyiah tahun ini, yaitu kejujuran,
keikhlasan, dan kebersamaan. Dalam
rangkaian kegiatan milad Unsyiah kali
ini, setiap kegiatan yang membawa
pesan dari tiga kata tersebut memiliki
porsi tersendiri. Di antaranya adalah hari
keluarga, zikir bersama, gotong royong
massal di makam Syiah Kuala, atau
Unsyiah Mengaji yang mendapatkan
respon positif dari masyarakat.
Di usianya yang ke-56 tahun, Unsyiah
telah berada di jalur yang tepat untuk
menjadi sebuah universitas yang
terkemuka. Meski demikian, Rektor tidak
ingin Unsyiah lengah dengan segala
pencapaiannya. Sebab kampus ini masih
memiliki peluang dan kesempatan yang
sangat terbuka untuk terus berkembang
di masa depan. Oleh sebab itu, di usia
setengah abad ini, Unsyiah terus berupaya
memperkuat pendidikan, penelitian, dan
pengabdian seperti tertuang dalam Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
“Meski secara institusi kita sedang
berada di jalur yang tepat untuk program
pengembangan mutu berkelanjutan,
tetapi komitmen kita untuk terus
memperbaiki dan menyempurnakan di
segala bidang masih sangat diperlukan,”
kata Rektor.
Di sinilah peran masyarakat terhadap
Unsyiah semakin penting. Komitmen
untuk terus memperbaiki kualitas institusi
ini akan sulit terjaga tanpa adanya
dukungan dan doa yang tulus dari
masyarakat. Maka jalinan kebersamaan
harus terus dirawat agar kampus Unsyiah
dapat berbuat lebih banyak lagi untuk
masyarakat. (ib)
kampus ini dikenal sebagai kampus
Jantoeng Hatee Rakyat Aceh.
Untuk itulah, kegiatan fun bike ini bukan
sekadar kegiatan hiburan semata. Tetapi
ada semangat yang menjadi harapan
Unsyiah untuk semakin mempererat
kebersamaan yang telah terjalin selama
ini. Sebab menurut Rektor Unsyiah,
Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, prestasi
yang diraih Unsyiah selama ini tidak lahir
begitu saja. Tetapi melibatkan banyak
pihak termasuk masyarakat yang selalu
mendukung kerja universitas ini.
-
16 17
yang berbeda saat Pilkada. Melalui
silaturahmi ini, Unsyiah hadir sebagai
mediator untuk menyatukan kembali
kebersamaan tersebut.
Beragam lapisan masyarakat diundang
seperti tokoh ulama, bupati dan walikota
terpilih, civitas akademika dari berbagai
perguruan tinggi, Forkopimda, tokoh
politik, jurnalis serta anggota dewan
pusat maupun daerah.
“Jika semua komponen ini dapat bersatu
dalam berpartisipasi membangun Aceh,
maka ke depan Aceh akan lebih maju
dan bisa menjadikan Aceh yang baldatun,
tayyibatun, wa rabbun ghafur,” ungkap
Rektor.
Acara silaturahmi ini berlangsung sukses
dan dihadiri ribuan masyarakat. Mereka
pun dapat bertemu dan bercengkerama
dengan para tokoh penting. Semuanya
larut dalam suasana kebersamaan.
Seperti kata Drs. H. Sulaiman Abda,
Ketua IKA Unsyiah, hari itu tidak ada lagi
sekat di tengah masyarakat. Semua yang
hadir mempunyai tanggung jawab yang
sama untuk membangun Aceh.
“Sekarang tidak lagi kamu dari partai
mana, dari kelompok mana. Sebab
sekarang secara bersama-sama kita
harus berpikir dan bekerja keras untuk
membangun Aceh,” ujar Wakil DPR Aceh
yang kerap dipanggil Bang Leman itu.
Ya, tanggung jawab untuk merawat
kebersamaan sejatinya adalah kewajiban
semua pihak. Namun bagi Unsyiah,
hal ini jauh lebih bernilai dari sekadar
tanggung jawab. Merawat kebersamaan
telah menjadi karakter kuat dari
universitas tertua di Aceh ini. Kata
tersebut melekat bersama dua kata
kunci lainnya yaitu kejujuran, keikhlasan,
dan kebersamaan. Tiga kata inilah
yang menjadi ruh bagi Unsyiah dalam
bekerja dan merealisiasikan Tri Dharma
Pendidikannya. (ib)
FOKUSFOKUS
MEREKATKAN KEMBALIJALINAN KEBERSAMAAN
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul
Rizal, M.Eng, mengatakan jika Pilkada
Aceh tahun ini jauh lebih baik dan tertib
dibandingkan Pilkada di DKI Jakarta.
Rektor memberikan apresiasi atas
keberhasilan ini kepada semua pihak
yang telah berperan aktif menyukseskan
Pilkada damai di Aceh.
“Alhamdulillah, kita patut bersyukur
Pilkada di Aceh kali ini termasuk Pilkada
terbaik di Indonesia. Bahkan, jauh lebih
aman dibandingkan Pilkada Jakarta,”
ucap Rektor saat Kuliah Umum bersama
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
di gedung AAC Dayan Dawood akhir Juli
lalu.
Oleh sebab itu, Unsyiah melalui Ikatan
Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah bekerja
sama dengan Korps Alumni IAIN Ar-
Raniry (Koniry) menyelenggarakan
silaturahmi akbar sebagai wujud syukur
atas pelaksanaan pesta demokrasi yang
aman di Aceh. Silaturahmi ini sekaligus
menyatukan elemen masyarakat yang
mungkin saja retak akibat afiliasi politik
Merawat perdamaian
adalah tanggung
jawab semua
pihak termasuk
Unsyiah sebagai
perguruan tinggi. Terlebih lagi Aceh
pernah mengalami masa kelam beberapa
waktu lalu. Konflik bersenjata yang
berkepanjangan telah memberikan
pelajaran betapa berharganya rasa
damai bagi masyarakat. Oleh sebab
itu, perjanjian damai antara Republik
Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) pada 15 Agustus 2005 silam,
merupakan tonggak penting bangkitnya
dunia pendidikan di Aceh. Sebab rasa
damai dan aman adalah syarat penting
jika ingin membangun masa depan
melalui pendidikan.
Unsyiah sangat bersyukur ketika
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
Jika semua komponen ini dapat bersatu dalam berpartisipasi membangun Aceh, maka ke depan Aceh akan lebih maju dan bisa menjadikan Aceh yang baldatun, tayyibatun, wa rabbun ghafur.
“
tahun 2017 berlangsung sukses dan
kondusif. Masyarakat Aceh akhirnya
berhasil memilih pemimpin baru dalam
suasana yang aman dan damai. Walau
sebagian masih khawatir dan takut
akibat trauma masa konflik silam.
Namun nyatanya, pesta demokrasi yang
menarik perhatian publik ini berjalan
aman dan terkendali. Masyarakat dapat
memberikan hak pilih berdasarkan
hati nurani tanpa terintimidasi. Bahkan
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
-
PROFIL
Rajab Bahry tidak ingat kapan pertama kali ia belajar Saman. Sebab sejak kecil ia sudah terbiasa bermain Saman. Di balai-balai desa ia berlatih. “Seperti orang Aceh makan pliek u, siapa yang ingat pertama kali memakannya?” ujar Rajab.
Saman adalah kebanggaan dari masyarakat Gayo. Maka, di mata Rajab Saman tak sekadar tarian. “Dulu, kalau orang Gayo tidak bisa bermain Saman. Rasanya ada yang kurang,” ungkapnya.
Darah penari Saman memang telah mengalir dalam diri Rajab. Ayahnya adalah penari Saman begitu pula tiga saudara lelakinya. Hampir seluruh hidupnya melekat pada Saman. Saman pula yang membawa dirinya di hadapan presiden Soeharto, hingga menapakkan kaki di Amerika.
Rajab bercerita, meski Saman telah menjadi keseharian masyarakat Gayo, tetapi orang luar baru mengenal tarian ini pada tahun 1972 saat pelaksanaan PKA ke II. Saman ketika itu menjadi tarian favorit. Menteri Penerangan kala itu, Budiardjo, sampai terpesona melihat harmoninya gerakkan penari Saman.
“Di Aceh itu orang menarinya sampai seribu!” Rajab menirukan ucapan Boediardjo. Sejak itulah Saman dikenal sebagai tari tangan seribu. “Bukan seribu tangan, ya!” tegas Rajab.
Lalu saat peresmian Taman Mini di Jakarta tahun 1974, penari Saman dari Aceh Tenggara juga diundang. Ibu Tien Soeharto kagum melihat eksotisnya tarian ini. Saman pun semakin dikenal publik.
“Waktu itu saya belum ikut, abang saya yang ikut,” kata Rajab.
mewakili Unsyiah dalam kegiatan Muhibbah Seni.
Ternyata, itulah terakhir kalinya Rajab menarikan Saman. Kondisi fisiknya yang lemah menjadikan Rajab tak segesit dulu lagi. Bahkan, saat Pemerintah Gayo Lues memintanya secara khusus untuk tampil memecahkan rekor 10.001 penari Saman beberapa waktu lalu, Rajab dengan halus menolaknya.
“Ini mau pecahkan rekor, lalu tiba-tiba saya tumbang. Bisa negatif rekornya, kan, repot,” ujarnya.
Meski tak lagi menarikan Saman, kecintaan Rajab pada Saman tak pernah hilang. Ia selalu bersedia memberikan informasi kepada siapapun yang ingin bertanya tentang tari yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda ini. Rajab juga telah menulis konsep orisinalitas Saman. Tulisan tersebut telah dibagikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues ke masyarakat agar Saman terus lestari.
Atas semua dedikasi Rajab pada Saman, ternyata ia diam-diam menyimpan kerinduan lain yaitu masa depan Saman
dalam garis keturunannya. Istri Rajab merupakan orang Minang dan kini bersama tiga orang anaknya menetap di Jakarta. Rajab pun harus berbesar hati bahwa tak ada keturunannya yang mahir menari Saman.
“Sering saya menangis kalau lihat anak-anak muda menari Saman. Oh, andaikan itu anak-anak saya,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Maka, Rajab terus berjuang agar Saman tak hilang. Ia senang jika saat ini Saman telah dikenal luas dan siapapun dapat menari Saman. Menurutnya, Saman bisa seperti ini karena disenangi banyak orang. Hanya saja, Rajab berharap Saman tak hilang di tanah asalnya sendiri yaitu Gayo Lues. Begitu pula nilai-nilai yang terkandung pada Saman itu sendiri. Sebab Rajab khawatir, sikap pragmatis yang ada dalam kehidupan sehari-hari menjadi ancaman rusaknya nilai-nilai Saman.
“Sekarang kalau mau tampil saya dibayar berapa? Maka, orang menilai Saman itu tidak lagi seperti dulu. Makanya waktu festival Saman di PKA dulu, jurinya itu saya. Harusnya saya kembalikan ke dasar,” pungkasnya. (ib)
18 19PROFIL PROFIL
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
Saman di Mata Rajab Bahry
Dr. Rajab Bahry, M.PdDosen Unsyiah dan Penari Saman sejak tahun 1972
Tahun 1975, barulah kesempatan datang kepada Rajab. Saat itu, Pemerintah Pusat meminta 30 orang penari untuk tampil pada peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-30 tahun di Istora Senayan. Ada cerita menarik kala itu saat pihak panitia sengaja merahasiakan jumlah penari yang akan dibawa ke Jakarta. Maka Rajab dan teman-temannya terus berlatih tanpa kepastian.
Setiap akan berlatih mereka terlebih dahulu pergi ke studio foto milik orang Gayo yaitu Ceding Ayu. Sebab di sanalah diumumkan nama-nama yang terpilih. “Kalau ada nama kalian di dinding, nah pergilah latihan,” kenang Rajab.
Hingga minggu terakhir latihan, barulah rahasia itu diumumkan. Rajab sampai bengong, ia hampir tak percaya namanya tertulis di dinding tersebut. Itulah pertama kalinya Rajab tampil di tingkat nasional dan disaksikan oleh Presiden Soeharto.
“Perasaan saya waktu itu gugupnya bukan main, foto saya macam orang penakut, takut salah,” ungkapnya.
Sejak hari itu Rajab menjadi pemain inti Penari Saman Aceh Tenggara. Ia berulang kali tampil di pentas nasional, seperti Festival Tarian Rakyat tahun 1977 dan Festival Tarian Internasional tahun 1978.
“Jadi waktu masih nganggur, saya sudah tiga kali ikut mewakili Aceh pada acara Saman tingkat nasional,” ucapnya sambil tertawa.
Sejak itu pula Saman tak terpisahkan dari hidup Rajab. Bahkan saat kuliah di Banda Aceh, Rajab selalu tampil di Taman Budaya. Tahun 2012, Rajab kembali dipercaya tampil di Hawai University
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
-
20 PENGABDIAN 21PENGABDIAN
Di tengah aktivitas pagi yang padat di Kota Banda Aceh, sekelompok mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Pertanian, Universitas Syiah Kuala,
berkumpul di taman Blang Padang.
Mahasiswa tersebut melakukan
kegiatan sosialisasi budidaya tanaman
pekarangan dan penyediaan benih
terhadap masyarakat. Kegiatan ini sudah
berlangsung sejak tanggal 21 Mei lalu.
Ada banyak pelajaran yang dapat diambil
dari kegiatan pengabdian ini.
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
MewujudkanLingkungan yang Sehat
yang dapat membuat rumah asri
dan segar. Selain itu, tanaman juga
menghasilkan udara segar dan bersih
karena banyak mengandung oksigen dari
hasil proses fotosintesis.
Kegiatan ini menjelaskan pentingnya
kehadiran tanaman pekarangan dan cara
membudidayakannya. Para mahasiswa
juga memperkenalkan tanaman
hidroponik yang dapat dibudidayakan
dengan memanfaatkan air nutrisi sebagai
media tumbuh menggantikan tanah.
Sistem penanaman seperti ini belum
terlalu banyak dimanfaatkan sebab
keterbatasan informasi. Padahal selain
menciptakan pekarangan yang produktif,
tanaman hidroponik juga dapat
memperindah pekarangan rumah.
M. Radinal Kautsar, ketua pelaksana,
mengungkapkan jika di era teknologi ini
masih ada petani yang menggunakan
bahan kimia berbahaya untuk
merawat tanamannya. Padahal cara
ini dapat beresiko bagi kesehatan
konsumen. Masyarakat diharapkan
memanfaatkan pekarangannya menjadi
pekarangan produktif sehingga tercapai
keamanan pangan. Dengan adanya
pekarangan produktif, masyarakat
dapat memanfaatkan hasil panen
sehingga dapat mencapai kebutuhan
gizi bagi keluarga. Seperti diketahui,
kesehatan kita dapat terganggu jika terus
mengkonsumsi dan terus berada dalam
lingkungan yang tidak sehat.
Sudah menjadi kewajiban setiap orang
untuk menjaga dan merawat lingkungan.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk
menghadirkan lingkungan bersih dan
sehat. Salah satunya dengan menerapkan
gaya hidup sehat dan terawat. Gaya hidup
sehat dapat membantu terwujudnya
lingkungan asri dan sehat. Udara dan
suasana nyaman dapat hadir jika setiap
rumah memiliki halaman hijau. Maka dari
itu, tunjukkan kualitas dan kuantitas kita
sebagai mahasiswa pertanian sebagai
ujung tombak dari pertanian yang nyata.
Satu dunia, satu kehidupan, dan satu
kesempatan untuk menjaganya sebab
Tuhan telah menganugerahi lingkungan
hijau. Ayo, kita jaga bersama. Kalau bukan
kita, siapa lagi? (uni)
Kegiatan ini merupakan kegiatan
sosialisasi tanaman yang sangat
memungkinkan untuk dimanfaatkan di
pekarangan rumah pribadi. Di antaranya
seperti komoditi hortikultura (bayam,
sawi, kangkung, dan cabai rawit). Selain
melakukan sosialisasi, para mahasiswa
juga menyediakan benih komoditi
hortikultura dengan harga yang sangat
murah kepada warga. Sebanyak 50
persen dari total keuntungan penjualan
akan disumbangkan ke panti asuhan
Media Kasih, Banda Aceh.
Ketua BEM Fakultas Pertanian,
Muhammad Faiz, mengatakan tujuan
kegiatan ini untuk mengajak masyarakat
khususnya warga kota Banda Aceh
agar memanfaatkan pekarangan rumah
menjadi pekarangan produktif. Lahan
produktif sudah sangat terbatas karena
telah dimanfaatkan untuk pembangunan.
Faiz menambahkan, kegiatan ini
merupakan aksi tanggap mahasiswa
Fakultas Pertanian Unsyiah yang melihat
tingginya permintaan masyarakat
terhadap benih komoditi hortikultura
dengan harga terjangkau pada kegiatan
PENAS XV beberapa bulan lalu. Dari
kegiatan ini para mahasiswa berharap
masyarakat dapat memanfaatkan
pekarangan rumah menjadi lebih
produktif dan belajar menanam tanaman
yang bermanfaat. Hidup sehat berawal
dari diri sendiri dan lingkungan sekitar
dengan memperbanyak menanam
tumbuhan hijau di pekarangan rumah
DESI ARIDA
*MAHASISWA AGROTEKNOLOGIPERTANIAN, UNSYIAH
Gaya hidup sehat dapat membantu terwujudnya lingkungan asri dan sehat. Udara dan suasana nyaman dapat hadir jika setiap rumah memiliki halaman hijau.
“
-
PAKARMARU 2017
Sekitar 5.109 mahasiswa baru Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengikuti Pelatihan Akademik dan Karakter untuk Siswa Baru (Pakarmaru). Pakarmaru tahun ini menghadirkan beberapa pemateri, seperti Komandan Kodim Iskandar Muda, Kapolres, Kajati Aceh, Wakil Wakil Rektor, Kepala Kesbangpolinmas, Ketua Forum Kerukunan Beragama, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Aceh, Dirlantas Kepolisian, serta turut dimeriahkan dengan expo mahasiswa dan pertunjukan kreatifitas dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
-
pendapat berbeda tetapi dengan maksud dan tujuan yang sama.
Kurban Idul Adha diambil dari bahasa Arab, yaitu qaruba, yaqrabu, dan qurban wa qurbaanan yang berarti mendekati atau menghampiri. Sementara itu, arti kata kurban secara harfiah berarti hewan sembelihan yang diambil dari kata udhhiyah atau dhahiyyah. Tradisi ini lazim dilakukan umat muslim di dunia untuk menyemnelih hewan dengan cara berkurban atau mengorbankan hewan yang menjadi sebagian hartanya untuk kegiatan sosial.
Tradisi kurban di hari raya Idul Adha tidak dapat dielakkan lagi karena dengan eksistensinya kita dapat berkumpul dengan kerabat di sekitar lingkungan. Dimensi ibadah dalam kurban sudah jelas menjadi bentuk ketaatan hamba kepada Tuhannya. Ketaatan itu harus dilandasi dengan rasa ikhlas sehingga kita menjadi lebih dekat kepada Allah Swt.
Idul Adha yang dirayakan pada tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal sebagai Hari Raya Haji. Sebab pada hari tersebut, umat Islam yang menunaikan ibadah haji melakukan wukuf di Arafah. Mereka mengenakan pakaian serba putih tanpa dijahit yang disebut pakaian ihram. Ini melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi
kehidupan. Tidak dapat dibedakan di antara mereka. Semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Perkasa sambil membacakan kalimat talbiyah.
Selain dikenal sebagai Hari Raya Haji, Idul Adha juga dinamakan Idul Kurban karena pada hari itu Allah memberi kesempatan bagi kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah kurban. Bagi umat muslim yang belum mampu menunaikan ibadah haji, diberi kesempatan untuk berkurban yaitu dengan menyembelih hewan kurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kepada Allah Swt.
Makna kurban dalam Idul Adha adalah kita sebagai manusia harus ikhlas dalam menjalankan cobaan dari Allah. Kata lainnya adalah saat kita “disembelih” Allah, maka harus ikhlas dan bertawakal sehingga dengan keikhlasan itu kita mendapatkan “domba” sebagai penggantinya. Sayangnya saat kita menjadi bagian dari sembelihan Allah, kemungkinan kita tidak ikhlas dan berat sehingga tidak mendapatkan gantinya berupa “domba”.
26 27RELIGIARELIGIA
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 214 . AGUSTUS 2017
Oleh karena itu, atas segala sesuatu yang terjadi kepada kita karena cobaan dari Allah, kita harus ikhlas menjalaninya. Dengan pengorbanan yang kita lakukan selama di dunia akan mendapatkan ridha dari Allah Swt di yaumil hisab kelak. Kita semestinya dapat menjalankan segala perintah yang dianjurkan oleh Allah Swt dan meninggalkan segala larangan-Nya. Itulah salah satu anjuran Allah Swt kepada kita yang harus mampu dilaksanakan agar menjadi manusia yang dicintai Allah Swt.
Allah Swt selalu memerintah hamba-Nya untuk mengharmonisasi ibadah vertikal (hablum minallah) dengan ibadah horizontal (hablum minannas). Keduanya berjalan beriringan tanpa ada sekat. Apabila kita telah mendapatkan segala kenikmatan yang diberikan Allah Swt, maka hendaklah kita selalu bersyukur kepada-Nya. (Uni)
Hari bahagia pun tiba. Terdengar sorak-sorai kumandang lantunan ayat suci Alquran nan merdu. Semua kaum muslimin dari ujung barat hingga ujung timur bergembira karena telah tiba hari mereka menyiapkan diri untuk berkurban,
Hari raya Idul Adha identik dengan memotong daging kurban. Banyak masyarakat yang rela menghabiskan uang demi merasakan nikmatnya santapan daging di hari raya Idul Adha. Dalam memaknai Idul Adha dan kurban, banyak sekali kita temukan
BUDI GUNAWAN MANIK
*MAHASISWATEKNIK ELEKTRO, UNSYIAH
BERKORBAND E N G A NBERKURBAN
yaitu Idul Adha. Banyak kaum muslimin yang ingin berkurban dan merelakan sedikit harta mereka untuk diberikan kepada kaum muslimin lainnya. Ini bertujuan agar sesama kaum muslimin dapat merasakan hari raya Idul Adha bersama-sama.
Dimensi ibadah dalamkurban sudah jelas menjadi
bentuk ketaatan hamba kepada Tuhannya. Ketaatan itu harus dilandasi
dengan rasa ikhlas sehingga kita menjadi lebih dekat kepada Allah Swt.
“
-
hara), air, dan udara untuk tanaman.
Sedangkan tanaman sebagai salah satu
faktor pembentuk tanah juga dapat
mempengaruhi kesuburan dan jenis
tanah. Indonesia patut bersyukur sebab
berada di daerah tropika basah dengan
hutan hujan tropis. Indonesia juga
memiliki tanah subur seperti penggalan
syair lagu Koes Plus, “Orang bilang tanah
kita tanah surga. Tongkat, kayu dan
batu jadi tanaman”. Begitu mudahnya
tanaman tumbuh, bahkan juga tanaman
yang tidak dikehendaki (gulma) yang
kadang sulit dikendalikan.
Namun, berbeda bila dibandingkan
dengan daerah beriklim arid (gurun).
Di daerah tersebut memerlukan
teknologi tinggi dan biaya besar untuk
menumbuhkan sebatang pohon.
Sungguh ironisnya lagi saat ini semakin
banyak tanah yang fisiknya rusak karena
terganggunya keseimbangan biologi
dan kimianya. Allah Swt berfirman,
“Telah nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar)” (Q.S. Ar-Rum: 41).
Secara pedologi−ilmu yang mempelajari
tentang faktor-faktor dan proses-
proses pembentukan tanah−untuk
membentuk tanah sedalam 25 Cm di
daerah vulkanik membutuhkan waktu
100 tahun. Artinya setiap empat tahun
hanya terbentuk satu sentimeter. Studi
ini ditemui pada kasus pembentukan
tanah di Pulau Rakata anak Gunung
Krakatau di tahun 1983. Tanah tumbuh
dan berkembang dalam kurun waktu
yang sangat lama. Umurnya tidak dapat
disejajarkan dengan umur manusia.
Untuk menghancurkannya tidak perlu
menunggu lama. Jika hutan ditebang
atau dibakar, daerah aliran sungai di
hulu menjadi rusak sehingga di musim
kemarau kekeringan, musim penghujan
kebanjiran, terjadilah aliran permukaan,
erosi, longsor, dan kegagalan panen.
Tanah-tanah menjadi kritis akibat terjadi
degradasi tanah (penurunan kualitas).
Secara Edaphologi−ilmu yang
mempelajari tentang kesuburan
tanah−tanah dapat dikelola dengan
sumberdaya pertanian lokal yang
ada. Sumberdaya pertanian lokal
adalah suatu nilai atau potensi yang
terdapat di bidang pertanian dalam
arti luas (tanaman pangan/hortikultura,
perikanan, perkebunan, peternakan,
dan kehutanan) di lokasi tertentu.
Cara alami untuk memperbaiki tanah-
tanah kritis/sub-optimal, diantaranya
penanaman tanaman jenis leguminosa
(kacang-kacangan). Contoh tanaman
leguminosa seperti trembesi, kaliandra,
akasia, lamtoro, turi, sengon, angsana,
dan gamal. Tanaman ini selain mudah
tumbuh di tanah yang tidak subur juga
dapat mengikat nitrogen dari udara.
Sehingga unsur N di dalam tanah
bertambah serta berfungsi sebagai
pupuk hijau. Selain itu secara konservasi,
penanaman di daerah lereng sebaiknya
dilakukan searah kontur (memotong
lereng) sehingga dapat menghambat
aliran permukaan. Tanah menyimpan
air yang turun dari langit sehingga perlu
dilestarikan. Seperti kata orang bijak,
“Tanah ini bukanlah milik kita, tetapi
titipan dari anak cucu kita”. (syr)
DR. IR. TETI ARABIA, M.S.
DOSEN PROGRAM STUDIILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN,
UNSYIAH
28 29PERSPEKTIFPERSPEKTIF
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
Tanah dan Tanaman dalamKehidupan dan Pertanian
Kita semua tentu pernah mendengar kata tanah dan yang terbayang di benak kita pasti berbeda-beda. Tergantung dari sudut
mana memandangnya. Pikiran orang
nyeleneh dengan setengah bergurau
dan sedikit sinis mengatakan jika belajar
tentang tanah hanyalah mengenai
kavling 1x2 meter persegi alias kuburan.
Ada juga yang memandang tanah
adalah benda kotor yang di dalamnya
bersarang cacing beserta telur-telurnya.
berbagai hak status tanah, seperti hak
milik, hak pakai, dan hak guna usaha.
Bagi pebisnis tentu saja berpikir tanah
mempunyai nilai jual yang harganya
jarang turun dibandingkan emas, saham,
atau valuta asing. Orang teknik sipil
memandang tanah sebagai tempat
berdirinya bangunan, jembatan, irigasi,
dan lain-lain. Sedangkan orang pertanian
memandang tanah sebagai ladang atau
sawah tempat bercocok tanam yang
dapat menghasilkan pundi-pundi Rupiah.
Terlepas dari itu semua, tanah
merupakan sumber kehidupan. Tanah
memberikan makanan kepada dunia. Di
atasnya tumbuh trubus-trubus (tunas-
tunas) tanaman laksana rahim ibu yang
melahirkan generasi penerus bangsa.
Hutan dengan pepohonannya bagaikan
selimut bagi tanah yang melindungi dari
kepanasan dan kedinginan, serta dari
daya perusak butir hujan yang jatuh.
Hutan juga penghasil sandang,
pangan, papan, dan obat-obatan.
Tanaman merupakan satu-satunya
makhluk hidup yang berperan sebagai
produsen dalam rantai makanan. Dapat
membuat makanan untuk dirinya
sendiri, sedangkan hewan dan manusia
sebagai konsumen. Tanah dan tanaman
tidak dapat dipisahkan sebab memiliki
hubungan timbal balik. Tanaman tanpa
tanah ibarat tunawisma tanpa tempat
tinggal. Tanah tanpa tanaman ibarat
istana yang tak berpenghuni. Tanah
sebagai media tempat berkembangnya
akar dan berdiri tegaknya tanaman
menyediakan nutrisi (unsur-unsur
Mereka tidak paham jika cacing-cacing
tersebut dapat membantu memperbaiki
kesuburan tanah.
Dari sudut pandang agama Islam,
manusia pertama di muka bumi ini,
Nabi Adam a.s., tercipta dari tanah.
Kita semua juga akan kembali ke tanah,
kemudian dibangkitkan lagi dari dalam
tanah. Sementara itu, dalam pandangan
orang agraria tanah merupakan objek
hukum. Di atasnya diberlakukan
-
murah. Tumbuhan atsiri ini dapat dipanen
secara berkala. Hanya terpaut 3,5 bulan
ke bulan berikutnya untuk dapat dipanen
lagi. Tanaman serewangi sudah dapat
dipanen jika tanaman tersebut berumur
10 bulan hingga 1 tahun. Dalam sekali kali
panen bisa menghasilkan rata- rata 150
Kg atau lebih per hektarnya.
Berdasarkan jenisnya, serewangi terdiri
dari dua jenis, yaitu serewangi hijau
yang berkembang pesat hingga
sekarang.
Pada waktu itu harga serewangi melonjak
hingga beberapa tahun lamanya.
Hingga kemudian merosot akibat
krisis moneter di tahun 1997. Berbeda
dengan jenis serewangi hijau, serewangi
merah memiliki ciri-ciri dahan daunnya
berwarna putih kemerah-merahan dan
memiliki daun yang agak jarang. Jenis
serewangi ini pertama kali dibawa oleh
Tgk. Alidin Aji pada tahun 1990-an dan
dikembangkan pertama kali di kebun
miliknya. Karena kualitas serewangi merah
adalah yang paling baik, harga hasil
olahannya berupa minyak menjadi lebih
tinggi daripada minyak serewangi hijau.
Harga minyak serewangi jenis ini di Gayo
Lues berkisar Rp. 210.000 hingga Rp.
220.000 per kilonya.
Menurut beberapa penelitian yang
telah dilakukan, minyak serewangi
memiliki banyak khasiat. Khasiat paling
30 31RISETRISET
popular untuk mengusir nyamuk
dengan mengoleskannya di tubuh. Di
bidang kecantikan, minyak serewangi
dimanfaatkan untuk menenangkan
pikiran serta menghilangkan stres karena
memiliki aroma yang khas. Pada tahun
2016, di dalam pasar lokal, serewangi
ditampung oleh agen berkisar Rp
150.000 hingga Rp 165.000. Harga
ini naik di tahun 2017 menjadi Rp.
210.000 hingga Rp. 220.000. Hasil
panen tanaman serewangi ditampung
dari petani lokal Kabupaten Gayo Lues.
Jika dikalkulasikan pendapatan rata-rata
petani setiap satu hektar sebesar Rp.
22 juta per bulan. Pendapatan ini dibagi
dua untuk orang yang mengukus. Setiap
petani rata-rata menanam serewangi
dalam dua hektar tanah atau lebih.
Di musim kemarau, tanaman yang
hidup di daerah daratan tinggi rentan
terbakar akibat suhu panas, tak terkecuali
tanaman serewangi. Kandungan minyak
dalam tanaman ini justru mempercepat
proses kebakaran. Bahkan, terkadang
tak bisa dibendung dengan siraman air
dari pemadam. Untuk mencegah hal
tersebut, ada beberapa kiat yang dapat
dilakukaan seperti menanami umbi
ketela di sekeliling serewangi. Selain itu,
dapat juga menanam umbi ketela di
antara serewangi yang jaraknya sekitar
setengah meter. Penanaman serewangi
sebaiknya dilakukan di awal atau di akhir
musim hujan agar bisa tersiram secara
alami dengan air hujan. Cara merawat
tanaman ini terbilang sangat mudah.
Cukup dengan rajin menyiangi rumput
dan membersihkannya setiap tiga bulan
sekali. Selain itu, memberikan pupuk urea
agar serewangi tumbuh maksimal. (cds)
BIKA AMARA
STAF PADA PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA (PSDKU)
UNSYIAH GAYO LUES
EDISI 208 . FEBRUARI 2017 EDISI 208 . FEBRUARI 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
dan serewangi merah. Serewangi hijau
memiliki ciri dahan daunnya yang
berwarna kehijauan dan memiliki daun
yang rimbun. Batangnya berwarna
putih kehijauan. Jenis serewangi ini
pertama kali dibawa ke Gayo Lues oleh
Tgk. Idris Pengkala pada tahun 1980-
an dan dikembangkan di Kecamatan
Blangkejeren. Dari hasil pengolahan
serewangi ini, beliau dapat membangun
Pesantren Shalahudin di Buntul Tajuk
Beberapa tahun terakhir ini, tanaman serewangi semakin banyak ditanami oleh penduduk di Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Harganya
yang mulai membaik di pasaran nasional
dan internasional membuat tanaman
serewangi sangat menjanjikan apabila
dikembangkan terutama di daerah
pegunungan dataran tinggi Gayo Lues.
Pengelolaan dan pengolahannya pun
cukup mudah dengan modal yang cukup
Budidaya Serewangi, Mudah dan potensial
Di bidang kecantikan, minyak serewangi dimanfaatkan untuk menenangkan pikiran serta menghilangkan stres karena memiliki aroma yang khas.
“GOOGLE.COMGOOGLE.COM
-
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
Perjalanan Sepenggal Malam
32
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
33KREATIFKREATIF
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
Dalam sepenggal malam yang berkabut, di bawah rimbun cahaya purnama aku duduk bersama seorang gadis di belakang sebuah mobil pick up yang dikendarai oleh temanku. Kami melaju melintasi jalanan sepanjang Meureudu-Ulee Glee berkawan desir angin malam yang membelai lembut. Sesekali kami berdua tergelak dalam cerita masa kecil masing-masing. Saling menyanjung impian dan cita-cita yang belum terwujud. Lantas kami kembali terdiam. Namun dalam diam entah apa yang menimpaku. Aku menengadah ke langit untuk menerka-nerka bahwa semua yang barusanku alami adalah perwujudan dari mimpi-mimpiku, dejavu.
Aku tersadar ada sesuatu yang berdebar di hati. Terlebih saat melihat seorang gadis yang sedang menikmati hembusan angin di sebelahku. Sesuatu yang sudah lama tidak lagi kurasa setelah terakhir kalinya ditipu oleh kaum mereka yang kini telah menghilang dan turut membawa pergi separuh hati.
***
Malam itu, malam terakhir kami bertugas menjadi relawan di Pidie Jaya. Esok sore semua relawan akan kembali dipulangkan
T. A. RAHMAN
MAHASISWA ILMU PEMERINTAHAN,FISIP UNSYIAH
butuhkan hanya keberanian,” sahutku sambil memandang ke langit. Sering aku berpikir mungkin kalau aku tak memiliki keberanian untuk bergabung dalam KSR PMI ini, aku gak bakal bisa merasakan pengalaman berharga jadi relawan.
Gerimis mulai menemani. Teman gadisku begitu menikmati rintik lembut yang menimpa. Segera dia memintaku untuk merekam moment itu, katanya dia begitu menyukai gerimis. Untuk sejenak aku pun menikmati profesi sebagai kameramennya.
“Andai saja kita bisa berkeliling dunia dan jadi duta PBB, bolehkan aku memintamu jadi kameramen pribadiku. Ha-ha-ha,” candanya.
Semuanya terlihat indah. Pepohonan yang kami lintasi sepanjang jalan terlihat menari-nari.
“Ini gila!” gumamku.
Lantasku coba menengadahkan kepala. Dalam pandanganku, terlihat bulan tersenyum. Seolah turut merasakan getar yang ada dalam hati. Rasa yang kelewat sukar untuk diterjemahkan dengan kata. Namun rasa itu benar-benar telah membuatku gila.
* * *
Sedikit berbeda dengan dulu, malam ini cahaya purnama tidak terlalu bersinar. Cahayanya dikalahkan sorotan lampu-lampu sepanjang jalan Darussalam. Setelah tiga purnama kau lewati dengan debar hati yang tak menentu sepulang dari Pidie Jaya, kini tekatku sudah bulat. Tak ingin lagi terus-terusan sempoyongan dalam rasa yang melekat semenjak malam itu. Malam ini, aku sudah membuat janji menemui teman gadisku di pustaka kampus.
“Ada yang perlu kita bicarakan” ujarku.
Benar saja dia sudah menanti. Duduk di antara pengunjung lain sambil membaca di kursi yang paling sudut. Dekat ruang referensi. Aku segera duduk di kursi yang tersedia di sampingnya. Sebuah senyuman yang selalu melayang-layang dalam pikiranku selama tiga purnama setiap malamnnya kembali tergurat di bibir gadis itu. Membuat jantungku kembali berdegup. Dalam getar yang tidak karuan, aku tetap mencoba bersikap tenang
“Oya, kamu mau beritahu apa tadi?” tanya gadis itu.
“Aku hanya bilang ingin memperdengarkannya lagu Paradise-nya Overtronics. Lagu yang dulu pernah aku nyanyikan sepanjang malam ketika kita duduk berdua,” jawabku konyol.
Kami mentertawai kebodohan alasanku yang sebenarnya hanya kilah karena tidak berani mengungkapkan alasan sebenarnya.
Aku menarik nafas dalam-dalam, “Ca, dulu aku pernah bilang, kan, sebetulnya yang kita butuhkan hanya rasa keberanian. Keberanianlah yang membedakan seorang pemenang dengan pecundang,” kataku memulai pembicaraan serius.
“Aku tidak tahu harus memulainya dari mana. Yang jelas semenjak malam yang kita lewati bersama di atas mobil itu, aku menaruh hati padamu. Entah karma apa yang menimpaku malam itu. Seperti sesuatu yang tak bisa kukendali. Aku mulai mencintaimu. Kau tidak perlu khawatir. Aku menikmati rasa ini, Ca. Aku mengungkapkan rasa ini padamu bukan karena aku ingin kamu jadi pacarku. Aku hanya tidak ingin berlarut-larut dalam kebimbangan. Kalaupun kamu tidak memiliki rasa yang sama, setidaknya seperti kataku dulu, aku sudah pernah mengungkap rasa ini padamu. Lagipula
cinta itu bukan sesuatu yang konstan. Mudah saja Tuhan membolak-balik hati kita karena itu aku tidak ingin mengatakan hal ini dari dulu. Aku takut terlalu bersikap gegabah,” ujarku panjang lebar.
Aku memandang wajah gadis itu. Kali ini ia tak lagi menatapku. Pandangannya mengarah ke depan di antara tumpukan buku di atas meja.
“Aku hanya ingin kau tahu bahwa masih ada seseorang di sini yang mendukung mimpi-mimpimu. Aku akan selalu bersedia jadi kameramenmu. Mengabadikan setiap momen indah bersamamu,” tambahku meyakinkan.
Lama ia terdiam sebelum akhirnya menatap lembut ke arahku, “Maaf ya, aku tidak bisa,” jawabnya spontan.
“Tidak apa-apa, Ca. Aku menghargai semua pilihanmu,” jawabku mencoba menghibur diri.
Tak lama aku mohon izin untuk segera meninggalkan pustaka dengan alasan jam kunjung telah usai. Aku pun berlalu dengan menahan ngilu di hati.
Di luar gerimis mulai turun. Tetapi gerimis kali ini tak seindah gerimis yang dulu saat kami berdua melintasi Pidie Jaya. Sembari menanti jeda hujan yang kian lebat, aku berdiri di teras pustaka. Bersandar pada pilarnya yang tinggi.
“Beneran kamu tidak marah kan?” suaranya tiba-tiba memecah lamunan.
“Ya,” jawabku dengan senyuman lembut kearahnya.
“Syukur deh, karena tadi aku cuman bercanda. Oya, pendaftaran jadi model objek rekamanmu masih dibuka, kan?” tanya gadis itu mencoba menggoda. (cds)
ke Banda Aceh melanjutkan rutinitas biasa sebagai mahasiswa Unsyiah. Sebab itu, malam ini bapak pembina posko membebaskan para relawan untuk berjalan-jalan sejenak mengitari daerah Pidie untuk melupakan beban. Tiga buah mobil operasional disiapkan. Mobil-mobil tersebut biasa digunakan untuk mendistribusikan bantuan.
Mobil mulai melaju meninggalkan posko. Meninggalkan kota Meureudu malam itu. Mengaspal menuju arah Ulee Glee. Sepanjang jalan gadis tadi berdiri untuk menikmati suasana malam. Dia berdiri berpegangan pada besi di atas kap mobil sembari membiarkan hembusan angin menerpa wajah dan memainkan ujung jilbabnya.
“Cita-cita terbesarku ingin jadi duta anak di PBB. Ya, berdiri di depan podium, kemudian berpidato di depan ratusan audiens dari berbagai negara. Ha-ha-ha,” katanya sambil tertawa.
Aku ikut tertawa melihat tingkahnya yang heboh sendiri dengan impian besarnya. “Hahaha, all is well, Ca, bulatkan tekadmu itu. Mewujudkan mimpi yang kita
-
34
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
35GALERIGALERI
Sembilan tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) berhasil lolos ke ajang bergengsi nasional Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) yang ke-30 tahun 2017. Unsyiah meloloskan tim terbanyak dibandingkan perguruan tinggi lainnya di Sumatera. Secara nasional, Unsyiah berada di peringkat ke-13 sebagai pemilik tim PKM terbanyak di PIMNAS tahun ini.
Rektor Unsyiah, Prof. Dr.Ir. Samsul Rizal, M.Eng, mengunjungi salah satu stand di acara Job Fair and Education Expo 2017. Kegiatan yang berlangsung di gedung AAC Dayan Dawood ini menghadirkan 26 universitas luar negeri.
Sebanyak 26 universitas dari Taiwan mempromosikan kampusnya pada kegiatan Job Fair and Education Expo 2017 di Gedung Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Dalam kesempatan yang sama juga berlangsung penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bidang pendidikan antara Unsyiah dengan 18 universitas dari Taiwan.
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, menjadi salah satu pembicara dalam dialog Keterlibatan Lembaga Dakwah Kampus dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di gedung AAC Dayan Dawood.
-
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
36 37GALERIGALERI
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi ISHII mengunjungi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Masafumi yang datang bersama istri serta Sekretaris Kedutaan, Masamu Yamamori, disambut Wakil Rektor I Unsyiah, Dr Hizir, di Ruang Mini Rektor Unsyiah.
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, bersama delegasi The Saudi Fund for Development (SFD) Arab Saudi Abdullah M Al Shoaibi dan Eng Yeaser Albakri, meninjau pengerjaan Project Implementation Unit (PIU) 7in1 di Unsyiah. Ada tiga fakultas yang dibangun dengan dana dari SFD di Unsyiah, yakni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), dan Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Unsyiah.
Unversitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Bank Mandiri menjalin kerja sama di bidang layanan perbankan berupa fitur Bank at Work dalam memenuhi berbagai kebutuhan pegawai di lingkungan kampus. Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh RCEO Mandiri Region I Sumatera 1, HR Parlindungan Hutahaean dan Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, di Biro Senat Rektor Unsyiah.
Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng melepas 73 orang calon jamaah haji (CJH) di lingkungan Unsyiah.
-
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
Sejak Indonesia bersama sembilan negara ASEAN sepakat membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ada banyak peluang dan
ancaman yang menuntut kita untuk
siap dan sedia. Selain ancaman serbuan
tenaga kerja asing, pemberlakuan MEA
sejak tahun 2015, membuka peluang
kepada para alumni perguruan tinggi
untuk memperluas kiprahnya di bursa
kerja di level regional. Para alumni yang
dulunya fokus mencari kerja dalam
negeri, kini mulai melirik untuk berkarier
di luar negeri, seperti di Thailand,
Singapura, Filipina, atau Malaysia.
Namun harus diakui, posisi dan
daya saing Indonesia masih rendah
dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Kematangan ekonomi Singapura,
Malaysia, atau Thailand sedikit banyak
telah mengalihkan perhatian dunia
untuk tertuju kepada ketiga negara
tersebut. Bahkan, di negara kita sendiri
masih kurang mendapatkan apresiasi
dari penduduknya. Hal ini berdampak
pada daya saing sumber daya manusia
Indonesia di bursa kerja regional.
Oleh karena itu, perguruan tinggi di
Indonesia harus berupaya keras untuk
meningkatkan daya saing lulusan mereka
di tingkat regional. Pengenalan dan
pembiasaan pada atmosfer internasional
merupakan salah satu metode untuk
mencapai tujuan tersebut.
Merujuk pada fakta itulah, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA), Unsyiah, menginisiasi program
khusus untuk para mahasiswanya.
Kegiatan bernama Student Mobility
Program ini bertujuan memperkenalkan
atmosfer pendidikan dan dunia kerja
internasional bagi mahasiswa. Program
dari bidang kemahasiswaan dan
alumni FMIPA ini diharapkan membuka
akses internasional bagi mahasiswa,
sehingga meningkatkan daya saing
para mahasiswa dan alumni di level
internasional.
Wakil Dekan FMIPA Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. rer.
nat. Ilham Maulana, mengatakan jika
program ini merupakan pertama kali
dijalankan di tahun ini. Direncanakan
akan rutin digelar setiap tahunnya.
“Diakui atau tidak ada banyak sekali
catatan perbaikan dari program ini sebab
pertamakali dilaksanakan. Namun dari
hasil evaluasi, program ini tergolong
sukses sesuai dengan harapan,” ujar
Ilham Maulana.
Di tahun pertama Student Mobility
Program diluncurkan, FMIPA
memberangkatkan sebelas mahasiswa
ke luar negeri. Mereka terdiri dari empat
mahasiswa program studi Statistika,
dua mahasiswa program studi Biologi,
dua mahasiswa program studi Farmasi,
sementara lainnya berasal dari program
studi Kimia, Informatika, dan Fisika.
Lima orang mahasiswa dikirim ke
University of the Ryukyus, Okinawa,
Jepang, sementara enam orang lainnya
diberangkatkan ke The Prince Songkla
University, Thailand.
Sebelas mahasiswa yang diberangkatkan
tersebut merupakan hasil seleksi dari
65 peminat yang mendaftar untuk
mendapatkan kesempatan tersebut.
Seleksi didasarkan pada prestasi
akademik, wawasan keilmuan, keaktifan
di kegiatan kemahasiswaan, serta yang
paling penting adalah kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Tim yang berangkat ke Jepang
didampingi Ilham Maulana dan bertolak
ke Jepang pada tanggal 9 September
2017. Sementara itu, tim ke Thailand
didampingi oleh Dr. Zurnila Marli Kesuma
dan berangkat dari Banda Aceh pada
tanggal 20 September 2017. Kedua tim
tersebut menghabiskan waktu selama
sepekan di negara tujuan. Selama di
sana, mereka memperoleh berbagai
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 213 . JULI 2017
38 39FAKULTASFAKULTAS
informasi tentang kegiatan riset berbagai
bidang sains di kedua perguruan tinggi
tersebut. Selain itu, mereka diberi
kesempatan untuk terlibat dalam riset
kecil di laboratorium. Bahkan, beberapa
peserta ditawarkan untuk melanjutkan
studi di institusi luar negeri setelah
menamatkan sarjana.
Dekan FMIPA, Dr. Teuku M. Iqbalsyah,
M.Sc, mengatakan seluruh mahasiswa
peserta Student Mobility Program
mengaku sangat beruntung memperoleh
kesempatan ini. Mereka mengaku
memperoleh pengetahuan dan
pemahaman yang sangat berbeda selama
di sana. Mereka juga mengaku sangat
termotivasi untuk kembali lagi ke institusi
tersebut untuk melanjutkan pendidikan
pascasarjana.
“Tujuan lain dari program ini selain
membuka akses internasional bagi
mahasiswa juga membuka peluang kerja
sama riset antara instansi kita dengan
mereka. Peluangnya cukup besar terlebih
lagi kedua institusi yang kita kunjungi
sudah memiliki MoU dengan Unsyiah,”
kata Iqbalsyah.
Peluang kerja sama riset ini dijajaki oleh
dosen pendamping Student Mobility
Program. Berdasarkan hasil evaluasi,
peluang kerja sama bidang riset terbuka
lebar di masa mendatang. Harapannya
kegiatan ini dapat menaikkan daya
saing lulusan, kualitas penelitian, serta
animo mahasiswa untuk bersaing di level
regional. (mr)
STUDENT MOBILITY PROGRAM
Cara Mahasiswa FMIPA Mengakses Dunia
Tujuan lain dari program ini selain membuka akses internasional bagi mahasiswa juga membuka peluang kerja sama riset antara instansi kita dengan mereka.
“
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
-
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 214 . AGUSTUS 2017
Youth and Educationfor Nation DevelopmentIt can not be denied that a nation’s welfare can be realized from the hands of the youth. History has written many stories of the young men who played a role in the independence and sovereignty of their people. In Indonesia for example, Dr. Soetomo, the founder of Budi Utomo (1908) who started the movement of Indonesian independence. Also other influential figures such as Soewardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) founder of Indische Partij (1914), Bung Hatta founder of the Indonesian Society (1924) in the Netherlands, and Bung Karno who wrestle the political stage. They make a change in the age that is quite young, the twenties. Surely that age benchmark become the inspiration for young generation that now being echoed by advancements from various fields.
Now Indonesia is independent. However, the struggle has not been said to be finished because Indonesia cannot be fully independent. Surely we do not need to use another pointed bamboo or other weapons and kill the colonizers, but what we must be aware of is modern colonization that pierces directly to morals, thinking and habits of children of the nation, especially youth who will take control of the government.
The challenges facing youth today are certainly very diverse. On one side of the youth must be able to adjust to the current global situation. If youth are not
flexible in their movements, then the globalization will be left behind. On the other hand, the youth must be able to maintain their identity as a nation so that children do not get carried away and keep in mind the nature of national sovereignty. The struggle of the present version of youth gives another color in guarding the form of the nation’s defense struggle for independence. One of the most powerful and influential ways to realize the nation’s independence is the education path.
As John Dewey says “Education is not preparation for life; education is life itself”. Education is a powerful weapon to fight in this era. The awareness of the importance of education should be deeply nurtured in the minds and hearts of Indonesian youth in oreder to make this country survive and advance.
Education is not only merely from formal education, non-formal education also has an important role in developing the talents of the nation’s children. Education can lead to professionalism which is one of the weapons to realize the independence of the nation.
Educational institutions have important roles in preparing human resources that will process the existing natural resources. Young men who seriously cultivate their education will become a professional community in their field. Moreover,
Indonesia’s natural resources can be well utilized by the nation itself. Imagine if Indonesia has various investments in the country, there will be a lot that can be generated to pay the debts of the country, improvements in the economic, socio-cultural sectors are maintained, the welfare of society increases, and others.
Youth can certainly do real things to overcome the problem of national independence in terms of education. As an innovative youth, it is appropriate to make tactical and efficient steps to solve all educational problems. All these steps can be started from the smallest scope, the environment. For example, by inviting groups or communities to both do social activities such as teaching orphans and poor children, scavengers, and also can create and run an IT-based mini library that can be reached by all levels of society. So that the generation of reading love is very useful for the future of the nation.
The desire to realize the independence of the nation must be embedded in the youth. Awareness of the importance of national independence can encourage youth to be more enthusiastic in pursuing the ideals aimed at a dream, that is an independent nation and sovereign full of itself. Youth as an agent of change certainly has the power to act. The spirit of youth, the spirit of nation development! (un)
Alvi Chairiah, S.Pd
PERSONAL INFORMATIONName : ALVI CHAIRIAHDate of Birth : December 27, 1991Interest : Public relation, media, culture, history, journalistic, and education
EDUCATIONAL BACKGROUNDEnglish Department, Teacher Training and Education Faculty, University of Syiah Kuala
ACHIEVEMENTS• 2011 Runner-up II for English Debate
Competition of Unsyiah Fair held by• University of Syiah Kuala Banda Aceh• 2014 Indonesia Youth Ambassador for the
Ship of Southeast Asian and• Japanese Youth Program by Ministry of
Youth and Sport of Indonesia and• Japan Government• 2015 First Winner for Tourism Ambassador
of Banda Aceh held by Culture and• Tourism Department of Banda Aceh• 2015 Runner-up II for Tourism Ambassador
of Aceh held by Culture and• Tourism Department of Aceh• 2015 Media Social Ambassador for Tourism
Ambassador of Aceh held by• Culture and Tourism Department of Aceh• 2017 Madani Awards as The Best Tourism
Ambassador Who Promoting Banda• Aceh awarded by the Mayor of Banda Aceh
40 ENGLISH 41ENGLISH
-
42 GALERI 43GALERI
Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., menyerahkan secara resmi Rumah Sakit (RS) Kontainer kepada Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya (Pijay) yang diterima oleh Bupati Pijay, Aiyub Abbas. Pembangunan RS Kontainer ini merupakan hasil kajian dari tim Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah dan civitas Tim Terintegrasi Unsyiah
Selain membangun RS Kontainer, Unsyiah juga melakukan pendampingan proses pembangunan fisik bangunan dan infrastruktur pasca gempa Pijay, memetakan patahan gempa aktif di Aceh, membantu pemulihan bidang pendidikan melalui KKN Tematik, menginisiasi Rumoh Pembelajaran Gempa, dan menyusun naskah akademik Qanun Pendidikan Kebencanaan di Aceh.
Rencananya Unsyiah juga akan membantu pembangunan 1.239 rumah dhuafa tipe 28 yang berasal dari APBK Pijay yang diperkirakan akan rampung sekitar empat bulan.
-
EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
46 47ASPIRASIASPIRASI