merawat luka

12
Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes 1 LUKA DAN PERAWATANNYA LUKA DAN PERAWATANNYA LUKA DAN PERAWATANNYA LUKA DAN PERAWATANNYA A. Pengertian Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3. Perdarahan dan pembekuan darah 4. Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel B. Jenis-Jenis Luka Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997). 1. Berdasarkan tingkat kontaminasi a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%. b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%. c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%. d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka. 2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Upload: ahmad-alwy-baharuddin

Post on 18-Aug-2015

183 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

1

LUKA DAN PERAWATANNYALUKA DAN PERAWATANNYALUKA DAN PERAWATANNYALUKA DAN PERAWATANNYA

A. Pengertian

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka

adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain

(Kozier, 1995).

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

B. Jenis-Jenis Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan

menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi

proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,

genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang

tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).

Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka

pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam

kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi

luka adalah 3% - 11%.

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka

akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau

kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi

nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi

pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan

epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda

klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi

kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi

tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan

epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis

sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

2

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep

penyembuhan yang telah disepakati.

Gambat luka akut

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,

dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Gambat luka kronis

C. Mekanisme terjadinya luka :

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal

yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura

seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan

dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang

biasanya dengan benda yang tidak tajam.

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau

yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau

oleh kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya

pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya

lukanya akan melebar.

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

3

7. Luka Bakar (Combustio)

D. Penyembuhan Luka

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan

dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing

dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan

terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu

untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas

dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan

jaringan (Taylor, 1997).

1. Prinsip Penyembuhan Luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu: (1)

Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya

kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) Respon tubuh pada luka lebih

efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma,

(4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, (5) Keutuhan kulit dan mukosa

membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari

mikroorganisme, dan (6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari

benda asing tubuh termasuk bakteri.

2. Fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga

berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti

yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).

Menurut Kozier, 1995

a. Fase Inflamatori

Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama

terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian

perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi

pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan

bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan

matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga

dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis

dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel

berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh

dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

4

Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler

digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah

yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan

pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit

bengkak.

Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah

interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama

lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan

sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan

faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir

pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses

penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan

b. Fase Proliferatif

Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah

pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke

daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis

kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi

luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari

luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka

sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan

penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.

Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang

memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

5

berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan

kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi

jaringan yang lunak dan mudah pecah.

c. Fase Maturasi

Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah

pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya ,

menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan

elastisitas dan meninggalkan garis putih.

Menurut Taylor (1997):

a. Fase Inflamatory

Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3 – 4

pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai

tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya

suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka.

Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang

dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan

debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag)

masuk ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang

pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali

dapat terjadi.

b. Fase Proliferative

Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast secara

cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua substansi ini membentuk lapis-

lapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan

aliran darah ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi

tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya pembuluh darah,

kemerahan dan mudah berdarah.

c. Fase Maturasi

Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut selama

1 – 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat

penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu,

menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi

rata, tipis dan garis putih.

Menurut Potter (1998):

a. Devensive / Tahap Inflamatory

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

6

Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut hingga 4-

6 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon inflamatori, Tibanya sel darah

putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi pembuluh darah,

membawa platelet menghentikan perdarahan. Bekuan membentuk sebuah matriks

fibrin yang mencegah masuknya organisme infeksius. Respon inflammatory adalah

saat terjadi peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma

menyebabkan kemerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih

di luka melalui suatu proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang

kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang menyerang

bakteri dan membantu perbaikan jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya

makrofag membersihkan sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan perbaikan

luka dengan mengembalikan asam amino normal dan glukose . Epitelial sel bergerak

dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.

b. Reconstruksion / Tahap Prolifrasi

Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut

selama 2 – 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C, dan

asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan

integritas luka. Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.

c. Tahap Maturasi

Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas

luka merekat kuat.

E. Faktor yang Mempengaruhi Luka

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua

lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis

dari faktor pembekuan darah.

2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit

kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien

kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah

pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan

penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya

sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh

darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak

lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat

terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah

perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang

menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya

ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. Hematoma

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

7

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap

diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar

hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat

proses penyembuhan luka.

6. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya

suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin,

jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang

kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).

7. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada

bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari

balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya

obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,

nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan

protein-kalori tubuh.

9. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan

luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik

mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat

seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab

kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak

akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

F. Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.

1. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau

setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah

pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase,

nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan

jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada

garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).

Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah

balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan

dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

8

balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan

mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.

Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya

pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi,

,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,

mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –

5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan

eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres

dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah

luka.

G. Perkembangan Perawatan Luka

Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan

membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka sejak

tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya

menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering. Winter

(1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat

daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi

epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini

merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka lembab

tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis balutan

le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson. J, 2000).

Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke

pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka

dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi

perkembangan balutan lembab ( Potter. P, 1998).

Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,

melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik

hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk

membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti

povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan

luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan

sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium

klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996)

Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi

luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit

menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.

Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi :

1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.

2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau

beberapa jam setelah pembedahan ditutup.

3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 – 3 hari.

4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil.

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

9

5. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup

selama 7 – 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase

mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.

6. Pembentukan bekas luka.

7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau

lebih.

8. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas

luka menunjukkan pembentukan kelloid.

H. Tujuan Perawatan Luka

1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka

2. Absorbsi drainase

3. Menekan dan imobilisasi luka

4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis

5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri

6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing

7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

I. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka

1. Sodium Klorida 0,9 %

Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan

ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan

untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida

mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel

darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi,

yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari

sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley &

Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi

granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu

luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah

(http://rpromise.com/woundcare/)

2. Larutan povodine-iodine.

Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang

dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna

hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air,

tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer.

Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan

waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan iodium

anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor

dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini

agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan

bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine

dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan

nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit

dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

10

MERAWAT LUKA

A. Pengertian

Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau

jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak

permukaan kulit

B. Tujuan

1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa

2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

3. Mempercepat penyembuhan

4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris

5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat

6. Mencegah perdarahan

7. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.

C. Persiapan alat

1. Set steril yang terdiri atas :

a. Pembungkus

b. Kapas atau kasa untuk membersihkan luka

c. Tempat untuk larutan

d. Larutan anti septic

e. 2 pasang pinset

f. Gaas untuk menutup luka.

2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf

3. Gunting

4. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama

5. Plester atau alat pengaman balutan

6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien

7. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

11

D. Cara kerja

1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.

2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil

3. Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar

4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada daerah

luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.

5. Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada sisi

tempat tidur.

6. Angkat plester atau pembalut.

7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati kearah

luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.

8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau menggunakan

sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi pasien.

9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.

10. Buka set steril

11. Tempatkan pembungkus steril di samping luka

12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai mengeluarkan

drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset,

satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain.

13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.

14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset dimasukkan

dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril.

15. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan

dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya.

Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :

a. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar

Luka dan Perawatannya By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes

12

b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi

c. Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah luka

kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.

16. Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.

17. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.

18. Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut

19. Amnkan balutan dengan plester atau pembalut

20. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.

21. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan

buang sampah dengan baik.

22. Cuci tangan

23. Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang bertanggung

jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien.

Membersihkan Daerah Drain

Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke

daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan

daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi

dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain.

Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.

Daftar Pustaka

1. Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An

Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992.

2. Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993.

3. Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994.

4. Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 1991.

5. Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik Bedah, Hipokrates Jakarta, 1992.

6. Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah,

EGC Jakarta 2000.

7. Bachsinar B, Bedah Minor, Hipokrates, Jakarta, 1995.

8. Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 1987.

9. Zachary CB, Basic Cutaneous Surgery, A Primer in Technique, Churchill Livingstone,

London GB, 1990.