merawat kebinekaan - s3.amazonaws.com · inilah nasionalisme yang benar,” ungkap soekarno,...

16

Upload: trinhnhi

Post on 07-Oct-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,
Page 2: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

Merawat KebinekaanPancasila, Agama, dan Renungan Perdamaian

Page 3: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

Merawat KebinekaanPancasila, Agama, dan Renungan Perdamaian

Munawir Aziz

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Page 4: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

Merawat KebinekaanPancasila, Agama, dan Renungan PerdamaianPenulis: Munawir AzizCopyright © Munawir AzizHak Cipta Indonesia dilindungi Undang-UndangDiterbitkan pertama kali olehPenerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia - JakartaAnggota IKAPI, Jakarta 2017.

718080193ISBN: 978-602-04-5100-8

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Page 5: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

ix

Penghargaan terhadap Buku Ini vDaftar Singkatan xiiiPengantar Penulis xv

BAGIAN ITELADAN KEBANGSAAN 1# Kebangsaan dan Keislaman Bung Karno 3# Bergulat dengan Keislaman Wahib 7# Spiritualisme Tan Malaka 13# Pengabdian Kebangsaan Kiai Sahal 19# Gus Dur, Pahlawan dan Kerja Kemanusiaan 23# Teladan Kebangsaan Gus Dur 27# Pahlawanan di Tengah Gelombang Kebencian 33# Pahlawan Santri, Mengabdi untuk Negeri 37# Menjernihkan Sumpah Kebangsaan 41# Pesan Kebangsaan Ulama Nusantara 45

BAGIAN IIRUMAH PANCASILA KITA 49# Pancasila di Tengah Ketegangan Ideologi 51# Reformasi dan Gesekan Ideologi 55# Pancasila, Mental Kolonial dan Identitas Kita 61

Daftar Isi

Page 6: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

x

# Pancasila dan Kecemasan Beragama 65# Jembatan Islam dan Pancasila 69# Spritualitas Pancasila Kita 73# Islam dan Penyegaran Pancasila Kita 77# Islam dan Kontestasi Pancasila Kita 81# Nasionalisme Progresif Birokrat Kita 85# Diplomasi Pancasila untuk Bela Negara 91# Pancasila di Era Generasi Milenial 95

BAGIAN IIIAGAMA KITA AGAMA CINTA 99# Pesan Cinta Habib Luthfi, Menghayati ‘Semar Mandhito’ 101# Gus Mus, Perdamaian dan Israel-Palestina 105# Ulama Sufi dan Semangat Bela Negara 111# Islam Cinta untuk Generasi Milenial 117# Ancaman Radikalisme Generasi Milenial 121# Mengenang Politik Kesalehan 125# Islamisme dan Cinta untuk Rohingya 131

BAGIAN IVSILANG BUDAYA TIONGHOA INDONESIA 135# Tragedi Mei: Mengingat dan Melupakan 137# Diplomasi Jalur Cheng Ho 145# Identitas Tionghoa Pasca Reformasi 147# Imlek Merawat Semangat Kebinekaan 153# Gus Dur, Imlek dan Pesan Kebinekaan 157# Benarkah Gus Dur Mendukung Ahok? 161

Page 7: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

xi

# Cina yang (Bukan) Kafir 165# Ahok, Tionghoa dan Masjid-Masjid Cheng Ho 169# Ziarah Ahok, Mbah Priok dan Ingatan Tragedi 173# Tionghoa, Pribumi dan Kepemimpinan Progresif 177# Tionghoa dalam Sejarah Gelap 1965 183

BAGIAN V MERAWAT KEBINEKAAN 189# Kebinekaan dalam Ancaman 191# Wajah Kebinekaan di Media Sosial Kita 195# Khittah Menjaga Indonesia 199# Negara dalam Orkestrasi Kecemasan 203# Islamisme yang Meringkus Kebinekaan 207# Toleransi kepada Intoleran? 211

Daftar Pustaka 215Profil Penulis 219

Page 8: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

BAGIAN I

TELADAN KEBANGSAAN

# Kebangsaan dan Keislaman Bung Karno# Bergulat dengan Keislaman Wahib# Spiritualisme Tan Malaka# Pengabdian Kebangsaan Kiai Sahal # Gus Dur, Pahlawan dan Kerja Kemanusiaan# Teladan Kebangsaan Gus Dur # Pahlawanan di Tengah Gelombang Kebencian # Pahlawan Santri, Mengabdi untuk Negeri# Menjernihkan Sumpah Kebangsaan # Pesan Kebangsaan Ulama Nusantara

Page 9: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

3

Sejarah dunia mencatat, 12 Juni 1961, Soekarno meng-injakkan kaki di Samarkand. Sebelum itu, Bung Karno mengunjungi Moscow, memenuhi undangan diploma-

tik Nikita Sergeyevich Khrushchev (1894-1971). Bagi Bung Karno, Khruschev merupakan kawan dan pemimpin bangsa yang akrab.

Kala itu, Samarkand masih dalam kontrol kekuasaan Uni Sovyet. Presiden Indonesia ini, ingin menziarahi makam besar sang perawi hadis: Imam Bukhari. Bung Karno ingin betul mencerap berkah dari sang imam, tokoh yang berjasa besar menjaga riwayat hadis-hadis Nabi Muhammad.

Kedatangan Bung Karno tidak sekonyong terjadi. Zia-rah ke makam Imam Bukhari merupakan syarat utama, yang diberikan Bung Karno kepada Khrushchev, penguasa Soviet. Soekarno sadar, bahwa bujukan Khruschev agar ia datang ke Rusia, memiliki agenda terselubung, khususnya melancarkan psy war terhadap presiden Amerika, John F Kennedy. Saat itu, perang dingin sedang pada puncaknya, antara kubu Amerika dan Soviet.

Soekarno tidak langung menyanggupi undangan Khrush-chev, ia menimbang-nimbang jalan terbaiknya. Kepada Khrushchev, Soekarno mengajukan syarat yang terbilang su-sah: mencari makam Imam Bukhari. Permintaan ini, bukan

Kebangsaan dan Keislaman Bung Karno

Page 10: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

4

perkara ringan ketika belantara Uni Soviet telah lama me-nganut komunis. Makam Imam Bukhari tidak terawat, se-telah beberapa pasukan Khrushchev mencarinya di kawasan Samarkand.

Kisah ini menunjukkan level spiritualitas Bung Karno. Be-tapa, jasanya dalam proses penemuan makam Imam Bukhari menjadi penting. Andai Bung Karno tidak meminta syarat pencarian makam, bukan tidak mungkin peziarah muslim saat ini mengabaikan Samarkand sebagai destinasi utama.

Jika selama ini Soekarno hanya dimaknai dari perspek-tif kebangsaan, ada baiknya memandang Presiden Pertama Indonesia, lewat jendela keislaman. Simaklah getaran pidato Soekarno kala berpidato di Gedung Chuo Sangi In. Pidato ini, termaktub dalam buku “Tjamkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara”.

“Jikalau memang rakyat Indonesia, rakyat yang bagian be-sarnya rakyat Islam, dan jikalau memang Islam di sini agama yang hidup berkobar-kobar di dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin yang menggerakkan segenap rakyat itu, agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan- utusan Islam ke dalam badan perwakilan ini. Ibaratnya, badan perwakilan Rakyat 100 orang, anggotanya, marilah kita be-kerja, bekerja sekeras-kerasnya agar 60, 70, 80, 90 utusan yang duduk dalam perwakilan ini orang Islam, pemuka-pemuka Islam,” ungkap presiden pertama Republik Indonesia.

Soekarno menghargai Islam sebagai sebuah agama yang mendorong umat mencintai tanah air. Dalam renungan Soekarno, Islam tidak bertentangan dengan cita-cita nasional-isme. “Di mana-mana orang Islam bertempat, bagaimanapun juga jauhnya dari negeri tempat kelahirannya, di dalam negeri yang baru itu, ia menjadi bagian satu bahagian daripada

Page 11: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

5

rakyat Islam, daripada persatuan Islam. Di mana-mana, di situlah ia harus mencintai dan bekerja untuk keperluan negeri itu dan rakyatnya. Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999).

Mengenai Soekarno, Ahmad Wahib menyebutnya sebagai sosok yang pikirannya penuh dinamika. “Pikiran-pikirannya tentang Islam sangat hidup, begitu inspiratif dan merupakan bagian dari kebangkitan kembali pemikiran-pemikiran Islam sedunia walaupun dalam beberapa bagian, sulit bagi kita me-nerimanya,” tulis Wahib, dalam catatan hariannya, Pergo-lakan Pemikiran Islam.

Soekarno memiliki lawan debat, khususnya dalam isu kebangsaan dan keislaman. Di antara lawan debat Soekarno, yakni Ahmad Hassan, tokoh Persis. Dalam perdebatan de-ngan Hassan, Soekarno menekankan tentang pentingnya bangsa Indonesia memiliki jiwa patriotisme dengan menela-dani kepahlawanan (Jan Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kris-ten dan Islam di Indonesia, 2004).

Soekarno membangun jembatan antara Islam dan ke-bangsaan, ia mengokohkan dalam rumusan Pancasila. “Ru-kun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mem-punyai pancaindra. Apa yang bilangannya lima? Pandawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan; lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa—namanya ialah Pancasila,” jelas Soekarno, di tengah proses sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekan Indonesia).

Page 12: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

6

Debat-debat dalam sidang BPUPKI, menjadi kawah can-dradimuka untuk merumuskan dasar negara secara matang. Di tengah proses kemerdekaan yang menghendaki perjuang-an fisik, merumuskan dasar negara mengharuskan kristalisasi gagasan tentang rumusan berbangsa dan bernegara. Pancasila, dianggap sebagai jembatan yang pas untuk menghubungkan Islam dan kebangsaan.

Namun, Bung Karno tidak mengendaki Islam yang jumud dan tidak progresif, Islam yang mengakomodasi takhayul. Soekarno juga menyoroti pemuka agama yang bertindak sewenang-wenang mengatasnamakan Alquran dan Hadis. Soekarno juga tidak senang jika ada pemuka agama yang me-nyerang lawan debatnya dengan justifikasi keimanan.

“Janganlah kita kira di sini kita sudah mukmin, tetapi hendaklah kita insaf... bahwa banyak di kalangan kita, yang Islamnya masih Islam sontoloyo…” Bagi Soekarno, Islam sontoloyo mencederai semangat Islam. Islam sontoloyo tidak selaras dengan prinsip rahmat sekaligus semangat Islam yang progresif.

Page 13: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

7

Bergulat dengan Keislaman Wahib

Wahib merupakan kisah orang muda yang resah, yang terus bergulat untuk menghadirkan pe-mikiran cerah. Dari Wahib, kita belajar bagai-

mana anak muda terus mencari, tidak pernah puas dengan pemikiran statis di zaman ini. Gagasan-gagasan Wahib, yang termaktub dalam catatan hariannya, melampaui zaman, men-dobrak kemapanan.

Kita mengenal Wahib dari catatan yang tercecer. Catatan-catatan harian, buah refleksi dan pergulatan imannya, kemu-dian diterbitkan dalam buku “Pergolakan Pemikiran Islam”. Catatan ini mendokumentasikan gagasan Ahmad Wahib, yang dapat kita jelajahi sebagai tamasya batin dan pemikiran, untuk melihat bagaimana anak muda gelisah membangun narasi dan identitas agamanya.

Membaca buku dengan buku, demikian ungkapan Gus Dur, untuk melihat teks dalam konteks dan peta gagasan. Kita dapat membaca catatan Wahib ini, dengan memban dingkan refleksi Soe Hok Gie (Catatan Seorang Demonstran), maupun Annelies Marie “Anne” Frank (Het Achterhuis, The Diary of a Young Girl). Ketiganya memiliki pesan dan nuansa zaman, ketiganya berdampak pada dentuman pemikiran dan sejarah masing-maisng.

Wahib dikenal sebagai seorang pendiam, seorang seder-hana. Ia bukan tipikal anak muda yang menyerah pasrah. Ia petarung. Ia bergelut dengan pemikiran, merefleksikan ulang

Page 14: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

8

apa yang terlintas di benaknya, mengujinya dengan serangkai-an bacaan dan diskusi.

Ahmad Wahib juga dikenal sebagai jurnalis, sebagai wartawan Tempo. Wahib dekat dengan Syu’bah Asa (1941-2011), wartawan senior dan seorang seniman. Sebuah riwayat, mengungkap Wahib masuk sebagai jurnalis Tempo, karena terpengaruh Syu’bah.

Ada sebuah kisah—sebagaimana dituturkan Goenawan Mohammad, (2/11/2012)—ketika Ahmad Wahib menjalani laku sebagai jurnalis. Ia mendapat tugas untuk wawancara ten-tang fenomena mutakhir agama, kepada Nurcholish Madjid (Cak Nur). Ketika melempar pertanyaan kepada Cak Nur, justru Wahib mendapatkan pertanyaan balik: “lha kamu yang sudah lebih tahu!” Kita mengenal Wahib dengan garis-garis pemikiran yang mendobrak kemapanan, dalam kurun masa itu, melampaui pemikiran-pemikiran Cak Nur.

Wahib lahir pada 9 November 1942, di Sampang, Madu-ra. Ia merupakan putra kiai pesantren, di sebuah kawasan di Pulau Garam, yang sangat kental dengan kultur nahdliyyin. Wahib mengaji sejak kecil, ia mendapat bimbingan ayah-andanya, Kiai Sulaiman. Setelah merampungkan sekolah di SMA Pamekasan, Wahib melanjutkan pendidikan di Univer-sitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Di UGM, Wahib belajar di Fakultas Ilmu Pasti dan Alam.

Selama tinggal di Yogyakarta, Wahib bergaul de ngan orang-orang Katolik, di Asrama Mahasiswa Realino. Ia bahkan memiliki dua Romo, yang ia anggap sebagai ‘bapa angkatnya’: Romo HJ Stolk dan Romo Willem. Pengalaman personal inilah, yang menjadikan Wahib memaknai toleransi tidak sekadar pemikiran, namun menjelma sebagai tindakan, sebagai kesadaran.

Page 15: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

219

Profil Penulis

Munawir Aziz, lahir di Pati, Jawa Tengah. Alum-nus Center for Religious and Cross-Culture Studies (CRCS), Pascasarjana UGM. Mengaji di

Pesantren Raudlatul Ulum (Pati), dan pesantren al-Munaw-wir & Ali Maksum (Krapyak, Yogyakarta). Saat ini, mengabdi sebagai pengurus Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU, serta ter-libat di kampanye media Jaringan GusDurian dan Gerakan #AyoMondok.

Ia telah menulis ratusan esai di media massa, semisal Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika dan Jawa Pos. Ia telah mempresentasikan karya riset di beberapa konferensi: Annual Conference of Islamic Studies (ACIS), Kementrian Agama di Bangka Belitung (2012), International Graduate Student Conference, Sekolah Pascasarjana Univer-sitas Gadjah Mada, (2011). Yale Conference-Gadjah Mada University, 2012. Pada Juni 2011, ia diundang Frankfurt Re-search Center for Postcolonial Studies untuk presentasi dan riset di Goethe-Frankfurt University, Jerman dan KITLV- Leiden Belanda. Sedangkan, pada akhir 2013, melakukan riset akademis di beberapa universitas di Jerman dan Prancis.

Ia menulis beberapa buku, di antaranya: Menjadi Insan-Saleh Akram: Sejarah Seabad Madrasah Mathali’ul Falah (KMF, 2012); (2) Dinamika Identitas Orang Pesisiran (Bu-kune-Ifada, Yogyakarta, 2013); (3) Harmoni di Tiongkok Kecil: Relasi Orang Tionghoa dan Santri (Penerbit Ombak,

Page 16: Merawat Kebinekaan - s3.amazonaws.com · Inilah nasionalisme yang benar,” ungkap Soekarno, sebagai dicatat Badri Yatim (Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1999). Mengenai Soekarno,

220

Yogyakarta-2014), Pahlawan Santri (Pustaka Compass, 2016). Editor buku: Islam Nusantara, dari Ushul Fikih hingga Pa-ham Kebangsaan (Mizan, 2015), Sejarah Islam di Nusantara (Bentang, 2015), Islam Nusantara dalam Tindakan: Samudra Hikmah Kiai Kajen (Ipmafa & Panitia Haul Kiai Sahal, 2016), Saat ini, menyiapkan beberapa buku dalam kajian Islam dan kebangsaan dan riset tentang “Jalur Sutra Nusantara”.

Penulis dapat dihubungi di: [email protected] Twitter: @MunawirAzizFacebook: facebook/munawiraziz