menulis naskah drama

4

Click here to load reader

Upload: indra

Post on 07-Jun-2015

18.013 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menulis Naskah Drama

Menulis Naskah Drama Oleh Indra Suherjanto

Kita semua adalah mahluk kreatif, dan kreatifitas adalah seperti otot yang akan menguat jika kita

terus melatihnya. (Cal Moyer, Direktur the American Creativity Association)

Proses Kreatif Menulis naskah drama merupakan kegiatan proses kreatif. Proses kreatif yang

berangkat dari dorongan bawah sadar untuk melahirkan sebuah karya sastra. Proses

kreatif oleh Alma Hawkins disebutkan bukan dihasilkan oleh adanya peniruan,

penyesuaian, atau pencocokan terhadap pola-pola yang telah dibuat sebelumnya.

Kreatifitas menyangkut tahapan pemikiran imajinatif: merasakan, mengahayati,

menghayalkan, dan menemukan kebenaran.

Perjalanan sebuah proses kreatif menulis naskah drama dimulai dari keinginan

penulis dan angan-angan dalam hatinya hingga mewujudkan satu bentuk karya.

Andre Malraux menyebut perjalanan proese kreatif semacam ini sebagai proses

`melihat, mendalami, dan mewujudkan`. Untuk mendalami proses perjalanan melihat,

mendalami, dan mewujud tersebut perlu fase-fase proses dengan pola berikut:

1. Merasakan

Merasakan adalah bagian terpenting dari panca indera manusia. Segala sensasi dalam

diri manusia selalu dengan fase merasakan. Merasakan diartikan sudah melewati

proses melihat dan mendengar dan menyerap. Melihat dan mendengar apa yang ada,

siapa yang melakukan, apa yang terjadi, bagaimana kejadiannya, kapan terjadinya,

dan dimana kemudian merasakan dan menyerapnya hingga muncul sensasi tertentu

dalam diri.

2. Menghayati

Menghayati diartikan mendalami atau merasakan betul-betul temuan-temuan yang

telah dilakukan pada fase merasakan. Indikator menghayati adalah sampai pada

kesadaran pribadi terhadap sensasi yang diperolehnya

3. Menghayalkan

Page 2: Menulis Naskah Drama

Menghayalkan adalah fase memunculkan kembali apa yang yang telah dirasakan apa

yang dihayati dalam wujud khayalan dengan harapan memperoleh khayalan-khayalan

lain yang baru. Pembebasan proses berfikir atau membuka keliaran-keliaran berfikir

menjadi pendukung dalam fase mengkhayalkan. Semakin liar akan semakin

berkembang daya imajinasi kita dalam melewati fase mengkhayalkan

4. Mengejawantahkan

Mengejawantahkan adalah fase mewujud dari tiga proses sebelumnya. Fase ini perlu

menggunakan filter estetik agar curahan-curahan hasil fase sebelumnya lebih bernilai.

Filter estetis ini juga diharapkan dapat memunculkan kreativitas yang bukan hanya

peniruan, pengulangan, ataupun pencocokan dan pembenaran yang sudah ada/ terjadi

5. Memberi Bentuk

Memberi bentuk adalah fase penguatan pengejawantahan dengan proses alamiah,

mengalir, dengan menggunakan simbol-simbol dan metafora sehingga keinginan dan

angan-angan dapat menjadi sebuah karya

Fase yang dijabarkan di atas adalah bagian dari prosef kreatif untuk menemukan

gagasan-gagasan hingga membangun gagasan tersebut menjadi ide dan

mewujudkannya menjadi karya cipta kreatif . Temuan-temuan gagasan yang akan

diejawantahkan dalam bentuk naskah drama bisa jadi berupa persoalan-persoalan atau

problem-problem kehidupan yang perlu dipecahkan.

Menciptakan Konflik Kreativitas pengarang dalam menulis naskah dapat dilihat dari kemampuan

pengarang menciptakan konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, menjalin

konflik-konflik tersebut, dan memberikan empati dalam penyelesaian konflik. Jika

dalam jalinan konflik ada kekuatan tarik-menarik antara satu dengan yang lainnya

maka naskah tersebut akan kaya dengan ketegangan. Naskah drama yang banyak

memiliki suspense (ketegangan) akan semakin memikat baik untuk dibaca maupun

dipentaskan.

Konflik biasanya dibangun oleh pertentangan antar tokoh. Pertentangan karakter,

pertentangan visi tokoh, pertentangan pandangan dan ideologi tokoh dan sebagainya.

Page 3: Menulis Naskah Drama

Pertikaian atau bangunan konflik yang akan menciptakan dramatic action atau lakuan

dramatik.

Konflik berkembang karena ada kontradiksi antar tokoh dengan segala sesuatunya.

Konflik akan semakin meningkat dan kemudian harus mencapai titik klimaks, dan

setelah itu ada penyelesaian. Jalinan konflik inilah yang biasanya disebut plot atau

alur drama.

Plot atau alur drama ada tiga yaitu sirkuler (cerita berkisar pada satu peristiwa saja),

linear (cerita bergerak secara berurutan dari A- Z), dan episodic (jalinan cerita itu

terpisah/ terpotong-potong dan kemudian bertemu pada akhir cerita).

Menciptakan Tokoh Kehadiran tokoh/ pelaku dalam sebuah drama menjadi penting. Tokoh atau pelaku

akan menjadi penentu gerak alur cerita. Berdasarkan perannya terhadap jalan cerita

terdapat tokoh protagonis yaitu tokoh yang mendukung cerita, tokoh antagonis yaitu

tokoh penentang, dan tokoh tritagonis atau tokoh pembantu, baik terhadap tokoh

protagonis maupun pada tokoh antagonis. Sedangkan berdasarkan fungsinya terdapat

tokoh sentral (tokoh yang menjadi fokus gerak alur cerita), tokoh utama (tokoh

pendukung dan atau penentang tokoh sentral), dan tokoh pembantu (tokoh pelengkap

dan atau tambahan dalam alur cerita).

Menciptakan Dialog Dialog yang dibawakan tokoh/ pelaku merupakan salah satu aspek esensial yang ada

dalam naskah drama. Namun bukan berarti bahwa naskah drama hanya tergantung

pada dialog, melainkan banyak hal yang menjadikan dialog menjadi ciri penanda

naskah drama.

Dalam naskah drama, bahasa yang diwujudkan dalam bentuk dialog, dapat dijadikan

penanda memahami siapa dan bagaimana tokoh/ pelaku dalam naskah drama tersebut.

Lebih-lebih bila bentuk dialog tersebut disertai dengan lakuan akan lebih

memperjelas maknanya. Muatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disampaikan

melalui dialog.

Page 4: Menulis Naskah Drama

Menciptakan Simbol Pada dasarnya seluruh naskah drama tersaji dalam bentuk yang simbolis. Ada sesuatu

yang disembunyikan penulis naskah. Segala sesuatu dikatakan tidak secara terus

terang, karena bagaimanapun naskah drama sebagai karya sastra merupakan proses

kreatif individu pengarang yang berbicara tentang dirinya yang disajikan secara tidak

langsung atau dengan menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi.

Tanda-tanda kehidupan, simbol-simbol norma, tanda-tanda kebahasaan, simbol-

simbol kejahatan, dsb dirangkai oleh penulis naskah yang nantinya dibawakan oleh

aktor di atas panggung untuk disampaikan kepada penonton.

Simbol-simbol dari penulis naskah yang nantinya dibawakan oleh aktor tersebut

melalui interpreatsi sutradara berfungsi untuk mengkomunikasikan konsep, gagasan

umum, pola, atau bentuk..

Menciptakan Naskah Berbobot Naskah drama dapat dikatagorikan berbobot jika naskah drama tersebut ditulis

dengan dilandasi proses penciptaan seperti tersebut di atas antara lain:

1. menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imajinatif: merasakan,

mengahayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran kehidupan

dengan proses `melihat, mendalami, dan mewujudkan

2. memiliki konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, kaya suspense

atau ketegangan sehingga memikat untuk dibaca maupun dipentaskan.

3. menghadirkan tokoh/ pelaku sebagi penentu gerak alur cerita

4. memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh

disertai dengan lakuan.

5. menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi

6. menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral,

dan mengandung nilai-nilai pendidikan,

Malang, 13 Juni 2008