menteriperhubunoan republik indonesia - … international labour standards (konvensi organisasi...

18
MENTERIPERHUBUNOAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 151 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal; 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98 Mengenai Berlakunya Dasar-Dasar Dari Hak Untuk Berorganisasi dan Untuk Berunding Bersama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1050); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjajSerikat Buruh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989); 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4356); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445); 5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

Upload: dokhanh

Post on 29-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MENTERIPERHUBUNOANREPUBLIK INDONESIA

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 151Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentangAngkutan di Perairan, perlu menetapkan PeraturanMenteri Perhubungan tentang Perekrutan dan PenempatanAwak Kapal;

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentangRatifikasi Konvensi ILO No. 98 Mengenai BerlakunyaDasar-Dasar Dari Hak Untuk Berorganisasi dan UntukBerunding Bersama (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1956 Nomor 42, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 1050);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang SerikatPekerjajSerikat Buruh (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 131, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989);

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentangPenyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4356);

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentangPenempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesiadi Luar Negeri (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4445);

5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentangPerseroan Terbatas (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 106, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 ten tangPengesahan ILO Convention No. 185 ConcerningRevising The Seafarers' Identity Documents Convention,1958 (Konvensi ILO No. 185 Mengenai KonvensiPerubahan Dokumen Identitas Pelaut, 1958)(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4800);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentangPelayaran (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4849);

8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentangKeimigrasian (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5216);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentangAngkutan di Perairan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5208);

10. Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1986 tentangPengesahan International Convention on Standards ofTraining Certification and Watchkeeping for Seafarers1978, sebagaimana telah diubah dengan AmandemenTahun 1995;

11. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1990 tentangPengesahan Convention 144 Convention ConcerningTripartite Consultations to Promote The Implementationof International Labour Standards (Konvensi OrganisasiPerburuhan Internasional Nomor 144 MengenaiKonsultasi Tripartit Untuk Meningkatkan PelaksanaanStandar Perburuhan Internasional) ;

12. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 tentangBadan Nasional Penempatan dan Perlindungan TenagaKerja Indonesia;

13. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah diubah beberapa kali denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon IKementerian Negara, sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan PresidenNomor 38 Tahun 2013;

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun2010 ten tang Organisasi dan Tata Kerja KementerianPerhubungan;

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANGPEREKRUTANDANPENEMPATANAWAKKAPAL

BAB IKETENTUANUMUM

1. Perusahaan Angkutan Laut adalah perusahaanangkutan laut berbadan hukum Indonesia yangmelakukan kegiatan angkutan laut di dalam wilayahperairan Indonesia danl atau dari dan ke pelabuhan diluar negeri.

2. Usaha Keagenan Awak Kapal (Ship Manning Agency)adalah usaha jasa keagenan awak kapal yangberbentuk badan hukum yang bergerak di bidangrekrutmen dan penempatan awak kapal di atas kapalsesuai kualifikasi.

3. Serikat Pekerja adalah organisasi pekerja yang seSUaIdengan ketentuan nasional danl atau orgamsaslpekerja internasional yang berafiliasi dengan serikatpekerjal serikat buruh internasional.

4. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)I CollectiveBargaining Agreement (CBA) adalah perjanjian kerjakolektif yang dibuat dan ditandatangani olehperusahaan angkutan laut danl atau pemilik danl atauoperator kapal dengan serikat pekerja pelaut dandiketahui olch Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

5. Perjanjian Kerja Laut (Seafarers's EmploymentAgreement) adalah perjanjian kerja perseorangan yangdibuat oleh pcrusahaan angkutan laut atauperusahaan keagcnan dengan pelaut yang akandiperkerjakan sebagai awak kapal.

6. Kesepakatan Kerja adalah kesepakatan antarapekerjal pelaut mandiri dengan pemilik/operator kapalyang wajib diketahui oleh pejabat yang ditunjuk atauperwakilan Republik Indonesia di luar negeri yangterdekat.

7. Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasikeahlian dan/atau ketcrampilan sebagai awak kapal.

8. Awak Kapal adalah orang yang bekerja ataudipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operatorkapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuaidengan jabatan yang tercantum dalam buku sijildanl atau perjanjian kerja laut.

9. Pelaut Mandiri adalah pelaut yang melakukan ikatankontrak dengan perusahaan pelayaran asing dengantidak melalui agen.

10. Direktur JenderalPerhubungan Laut.

(1) Kegiatan usaha keagenan awak kapal dilakukan olehbad an usaha yang didirikan khusus untuk usahakeagenan awak kapal.

(2) Badan usaha yang didirikan khusus untuk keagenanawak kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalammelaksanakan perekrutan dan penempatan pelaut dikapal wajib memiliki izin usaha keagenan awak kapaldari Menteri.

(3) Perusahaan angkutan laut nasional dapatme1aksanakan kegiatan perekrutan dan penempatanawak kapal hanya untuk kebutuhan perusahaanangkutan laut nasional scndiri.

BAB IITATACARADAN PROSEDUR PERIZINAN

Bagian KesatuPcrsyaratan dan Kelengkapan

(1) Izin usaha keagenan awak kapal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 ayat (2) diberikan setelah memenuhipersyaratan administrasi dan teknis.

(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi:a. berbentuk perseroan yang berbadan hukum

Indonesia;b. memiliki akte pendirian lengkap sampai akte

perubahan terakhir yang dilengkapi surat keputusanpengcsahan olch Kementerian Hukum dan HakAsasi Manusia;

c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)perusahaan;

d. memiliki surat keterangan domisili;e. salinan KTP pcmilik perusahaan;f. mcmiliki bank data (electronic database) pelaut yang

tclah ditcmpatkan di atas kapal;

g. memiliki perjanjian keagenan (manning agreement)dengan pemilik kapal/operator kapal (principanyang terdiri dari:1) surat penunjukan (letter of appointment) dan

wajib diketahui oleh perwakilan Indonesia bagiprincipal yang berkedudukan di luar negeri;

2) surat keterangan terdaftar pada kementerianberwenang di negara masing-masing (commercialregistration) dan wajib diketahui oleh perwakilanIndonesia bagi principal yang berkedudukan diluar negeri;

3) Kesepakatan Kerja Bersama (KKBI CollectiveBargaining Agreementl CBA) dengan serikatpekerja;

4) surat kuasa untuk bertindak atas nama pemilikkapal/operator kapal (power of attorney to act onbehalf of principan hanya untuk prosesperekrutan dan penempatan awak kapal; dan

5) salinan draft PKL dari pemilik kapal/operatorkapal.

h. daftar nama tenaga ahli serta salinan sertifikatkompetensi sebagaimana dipersyaratkan yang telahdilegalisir.

(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:a. memiliki kantor yang dibuktikan dengan sertifikat

kepemilikan atau bukti sewa minimal 3 (tiga) tahun,peralatan kantor, saran a dan prasarana internet;

b. memiliki sistem manajemen mutu; danc. memiliki tenaga ahli di bidang kepelautan yang

memiliki sertifikat kompetensi serendah-rendahnyasetingkat dengan Ahli Nautika Tingkat III (ANTIII)atau Ahli Tehnika Tingkat III (ATTIII) atau DiplomaIV Ketatalaksanaan Angkutan Laut danKepelabuhanan (KALK)danl atau Ahli Nautika KapalPenangkap Ikan Tingkat I (ANKAPINI) atau AhliTehnika Kapal Penangkap Ikan Tingkat I (ATKAPIN)Iatau memiliki pengalaman minimal 5 (lima) tahun dikapal pcsiar.

(1) Untuk memperoleh 12m usaha perekrutan danpenempatan awak kapal sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (1), pcmohon menyampaikan permohonansecara tertulis kepada Menteri melalui Direktur Jenderaldisertai dengan dokumen persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)dan ayat (3).

(2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud padaayat (1), Direktur Jenderal melakukan penelitian danevaluasi dalam jangka waktu paling lama 14 (empatbelas) hari kcrja scjak diterima permohonan secaralengkap.

(3) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian dan evaluasisebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum terpenuhi,Direktur Jenderal mengembalikan permohonan secaratertulis kepada pemohon un tuk melengkapipersyaratan.

(4) Permohonan yang dikcmbalikan sebagaimana dimaksudpada ayat (3), dapat diajukan kembali kepada Menterimelalui Direktur Jenderal setelah permohonandilengkapi.

(5) Dalam hal bcrdasarkan hasil penelitian persyaratansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) telahterpcnuhi, Direktur ,Jenderal atas nama Menterimenerbitkan Surat Izin Usaha Perekrutan danPenempatan Awak Kapal (SIUPPAK).

Pasal5

Perusahaan pemegang 1zm usaha perekrutan danpenempatan awak kapal yang telah mendapatkan 1zmusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5)wajib:a. melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan dalam

izin usahanya;b. melakukan kegiatan operasional secara terus menerus

dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah izin usahaditerbitkan;

c. mematuhi ketcntuan peraturan perundang-undangan dibidang pelayaran dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya;

d. menyampaikan laporan semesteran secara tertuliskepada Direktur Jenderal;

e. melaporkan secara tertulis apabila terjadi perubahanpenanggung jawab dan/atau pemilik perusahaandanl atau domisili perusahaan kepada DirekturJenderal;

f. melaporkan secara tertulis setiap pembukaan kantorcabang;dan

g. menyampaikan laporan tahunan secara tertulis kepadaDirektur Jenderal.

(1) Surat Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan AwakKapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5)berlaku sepanjang tidak ada pencabutan dari DirekturJenderal.

(2) Pencabutan Surat Izin Usaha Perekrutan danPenempatan Awak Kapal sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dalam hal:a. dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah izin diterbitkan

perusahaan keagenan awak kapal tidak melakukankegiatan perekrutan dan penempatan awak kapal;

b. bcrdasarkan verifikasi perusahaan keagenan awakkapal tidak bertanggung jawab tcrhadap orang yangdipckerjakan setclah dilakukan verifikasi danl ataulalai dalam mclaksanakan kcwajibannya; dan

c. hasil vcrifikasi dan tindakan pcrbaikannya dinilaitidak mcmuaskan.

(1) Perusahaan keagcnan awak kapal yang dicabut izinusahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(2), tidak diperbolehkan melakukan kegiatan perekrutandan penempatan awak kapal termasuk pengurusansertifikat, dokumen, dan identitas pelaut.

(2) Pemilik perusahaan keagenan awak kapal yang telahdicabut izin usahanya tetap bertanggung jawabterhadap pelaut yang telah ditempatkan ataudipekerjakan pada perusahaan pelayaran sampaidengan berakhirnya perjanjian kcrja laut danpemulangan ke tempat awal direkrut.

Perusahaan keagenan awak kapal dilarang mengalihkanizin usaha perekrutan dan penempatan awak kapal yangdimilikinya kepada pihak lain, baik perseorangan maupunbadan hukum, baik langsung maupun tidak langsung.

(1) Perusahaan keagenan awak kapal dapat mendirikankantor cabang untuk menunjang kegiatannya.

(2) Pendirian kantor cabang sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib mendapatkan persetujuan dari Menterimelalui Direktur J enderal.

(3) Permohonan persetujuan pendirian kantor cabangdilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut:a. memiliki akte pendirian perusahaan;b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

perusahaan;c. memiliki surat keterangan domisili perusahaan;d. memiliki Surat lzin Usaha Perekrutan dan

Penempatan Awak Kapal;e. memiliki surat keputusan pengangkatan kepala

kantor cabang; danf. urgensi pcndirian kantor cabang.

Perusahaan keagenan awak kapal wajib melaporkan nama-nama perusahaan pemilikj operator kapal penunjuk yangmenunjuknya sebagai agen perekrutan dan penempatanawak kapal dengan memperlihatkan dokumen asli danmenyerahkan salinannya kepada Direktur Jenderal sertamenyertakannya ke dalam manajemen mutu.

Bagian KeduaSistem Manajemen Mutu

Pasal 11

(1) Perusahaan keagenan awak kapal wajib memiliki sistemmanajemen mutu yang terstandar dan menerapkandalam organisasi perusahaan.

(2) Sistem manajemen mutu sebagaimana dimaksud padaayat (1)minimal mencakup:a. penzman;b. organlsasl;c. persyaratan tenaga ahli;d. tanggung jawab manajemen usaha keagenan;e. sistem seleksi dan penerimaan awak kapal;f. program pembekalan dan pengembangan

pengetahuan pelaut yang akan ditempatkan;g. monitoring pelaut yang dipekerjakan;h. verifikasi, internal audit, dan tinjauan manajemen;1. kesiapan menangani keadaan darurat;J. pelaporan dan analisa ketidaksesuaian dan

perselisihan yang timbul;k. prosedur penyampaian keluhan (complaint) pelaut

dan penanganannya;1. penetapan suatu sistem perlindungan terhadap

kesehatan, pengobatan, kesejahteraan dan jaminansosial; dan

m. pendokumentasian.

(1) Sistem manajemen mutu keagenan awak kapal yangdimiliki oleh perusahaan angkutan laut danperusahaan keagenan, wajib dilaporkan kepadaDirektur Jenderal untuk mendapat persetujuan sebagaipedoman perusahaan dalam menjalankan perusahaankeagenan awak kapal.

(2) Perusahaan keagenan awak kapal wajib menyampaikanlaporan internal audit kepada Direktur Jenderalsebelum dilaksanakan verifikasi tahunan.

(3) Pemilik kapal danjatau perusahaan keagenan awakkapal wajib membantu dan menyediakan fasilitas yangdibutuhkan untuk pemeriksaan dan verifikasi.

BAB IIIPEREKRUTANDANPENEMPATANPELAUT

KETEMPATTUtJUANATAUKE KAPALDANPEMULANGAN(REPATRIASI)

Bagian KesatuTata Cara Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal

Pasal 13

(1) Awak kapal yang dapat direkrut dan ditempatkan olehperusahaan kcagenan awak kapal adalah pelaut:a. berusia minimum 18 (dclapan belas) tahun kecuali

Praktek Laut (PraIa);

b. yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi seSUaIdengan jabatan di atas kapal;

c. yang ditempatkan di bagian food and catering wajibmemiliki ship's cook certificate yang dikeluarkan olehlembaga sertifikasi profesi di bidang pendidikanpariwisata atau maritim;

d. yang mcmcnuhi standar kesehatan untukmelakukan pckcrjaan di atas kapal dan khususwanita tidak diperkenankan dalam keadaan hamil;

e. yang memiliki buku pelaut dan dokumen kepelautanyang dipersyaratkan untuk bekerja di atas kapal.

(2) Perusahaan keagenan awak kapal yang melakukanperekrutan dan penempatan pelaut wajib:a. mengurus seluruh dokumen yang diperlukan di

negara tujuan atau tempat kapal bersandar;b. menjamin keamanan dokumen kepelautan,

dokumen perjalanan, dan dokumen lainnya yangterkait dengan hubungan kerja kedua belah pihak;

c. memberikan kesempatan memperoleh pekerjaansesuai dengan kualifikasi yang dimiliki;

d. membcbaskan atas pungutan biaya kepada pelautkecuali untuk biaya dokumen perjalanan, biayapembuatan dokumen pelaut, dan biaya pemeriksaanuntuk pcnerbitan sertifikat kesehatan;

e. menginformasikan hak-hak dan kewajiban pelautberdasarkan Perjanjian Kerja Laut dan memberikesempatan untuk membaca dan memahami isiperjanjian kerja laut sebelum ditandatangani.

Bagian KeduaTanggung Jawab

Perusahaan keagenan awak kapal bertanggung jawabterhadap awak kapal yang ditempatkanj dipekerjakan atassegala isi Perjanjian Kerja Laut (PKL) sejakpenandatanganan PKLsampai habis masa berlaku PKLdanawak kapal tiba di tempat pemberangkatan pertama.

Perusahaan keagenan awak kapal bertanggung jawabuntuk:a. menjamin hak-hak pelaut sesuai ISI perjanjian kerja

laut yang telah ditandatangani oleh para pihak;b. menjamin semua proses perawatan medis dan

pengobatan terhadap pelaut yang cedera atau sakitselama dalam masa kontrak kerja sesuai batasan dalamPKL;

c. menyediakan bantuan hukum bagi pelaut yang terlibatmasalah hukum;

d. mcngurus dokumcn kcpclautan, dokumen perjalanan,dan dokumen lainnya yang terkait dengan hubungankerja kedua bclah pihak yang dititipkan pelaut apabiladokumcn tersebut hilangjrusak;

e. membantu penglnman sebagian gaji sesuaikesepakatan kedua bclah pihak kepada keluarga pelaut;

f. menyampaikan laporan audit internal sebelumdilaksanakan verifikasi tahunan kepada DirekturJenderal; dan

g. mengasuransikan pelaut yangditempatkanj dipekerjakan untuk mendapatkan jaminansosial tenaga kerja.

Perusahaan keagenan awak kapal wajib membuatperjanjian kerja laut baru, apabila pelaut yang ditempatkantelah habis masa berlaku perjanjian kerja lautnya namunmasih bcrsedia untuk mclanjutkan tugas.

Perusahaan keagenan awak kapal wajib menyelesaikanpembayaran atas kctcrlambatan pembayaran gajijupahpelaut, bonus, dan lain-lain sesuai isi perjanjian kerja lautyang ditandatangani oleh para pihak.

(1) Perusahaan keagenan awak kapal harus menguruspemulangan jenazah sampai ke pihak keluargaj ahliwaris, jika pelaut meninggal dunia selama masaberlakunya PKL sesuai kesepakatan dengan pihakkeluargaj ahli waris setelah dipastikan penyebabkematian bcrdasarkan hasil visum dokter.

(2) Perusahaan keagcnan awak kapal wajib membantupengurusan hak-hak pelaut yang meninggal danmemberikan santunan kepada ahli waris sesuaiketentuan yang berlaku setelah dipastikan penyebabkematian berdasarkan hasil visum dokter.

Pemilik danj atau operator kapal yang berkedudukanhukum di luar Indonesia yang akan merekrut danmenempatkan pelaut Indonesia di atas kapal, wajibmempunyai KKBdengan serikat pekerja sebelum menunjukperusahaan keagenan awak kapal untuk melaksanakankegiatan.

Apabila perusahaan keagcnan awak kapal menempatkanpelaut di atas kapal yang berlayar melalui wilayah rawankonflik, maka pemilik dan operator kapal melaluiperusahaan keagenan awak kapal wajib memberikompensasi tambahan yang besarnya sebagaimanaditetapkan dalam pcrjanjian kerja bersama antarapemilikj operator kapal dengan serikat pekerja.

Bagian KetigaPerjanjian Kerja Laut (PKL)

(1) Perjanjian Kerja Laut wajib dibuat oleh pemilikkapaljagen yang mewakili, sebelum melakukanpenempatan untuk memberi kepastian danperlindungan hukum bagi pelaut.

(2) Perjanjian Kerja Laut wajib ditandatangani oleh pelautdan pemilikj operator kapalj agen awak kapal yangdiketahui oleh Direktur Jenderal atau pejabat yangditunjuk.

(3) Isi Perjanjian Kerja Laut wajib sesuai dengan standarminimum yang berpedoman kepada peraturan nasionalatau internasional dengan mencantumkan hal-halsebagai berikut:a. nama lengkap pelaut;b. tempat dan tanggal lahir;c. kode pelaut (seafarer code);d. nama dan bendera kapal (name andjZag ofvessen;e. nama pemilikjoperator kapal;f. alamat pemilikj operator kapal;g. nama agen awak kapal;h. alamat agen awak kapal;1. jabatan di atas kapal (rank);J. gaji, upah lembur, dan upah cuti tahunan (leave);k. pemulangan (repatriation);1. jumlah jam kerja dan jam istirahat;m. asuransi, jaminan kesehatan, dan fasilitas

keselamatan kerja yang wajib ditanggung olehpemilikj operator kapal;

n. pemutusan Perjanjian Kerja Laut;o. referensi nomor Kesepakatan Kerja Bersama (KKB),

j ika ada; danp. ketentuan lain yang diatur dalam peraturan

nasional, jika ada.

(4) Selain berpedoman pada ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (3), isi PKLwajib menjamin:a. hak-hak pelaut sesuai isi perjanjian kerja laut yang

telah ditandatangani oleh para pihak; danb. semua proses perawatan medis dan pengobatan

terhadap pelaut yang cedera atau sakit selamadalam masa kontrak kerja sesuai batasan dalamPKL.

(5) Perjanjian Kerja Laut untuk penempatan pelaut padakapal berbendera asing wajib dibuat dalam bahasaIndonesia dan bahasa Inggris.

(6) Pelaut yang berangkat mandiri untuk melakukan tugaskerja di atas kapal, tanpa melalui perusahaan keagenanawak kapal wajib mempunyai kesepakatan kerja.

(7) Salinan Perjanjian Kcrja Lautjkesepakatan kerja wajibdimiliki oleh para pihak.

Perjanjian Kerja Lautj kesepakatan kerja wajib memuatunsur pengaturan yang mengatur bahwa siapapun yangterikat dalam Perjanjian Kerja Lautjkesepakatan kerjatersebut tidak diperbolehkan melakukan tindakandiskriminasi (SARA), termasuk diskriminasi terhadapkesetaraan gender, intimidasi, pengancaman, penindasan,dan penganiayaan baik secara fisik maupun mental dalamsegala aspek terkait pekerjaan di atas kapal.

Segala perubahan atas isi PKL sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21 ayat (3), wajib dilaporkan kepadaSyahbandar atau pejabat berwenang yang ditunjuk danperubahan tidak boleh mengatur lebih rendah dari standardan ketentuan yang telah ditetapkan.

Jika terdapat perbedaan pendapatj perselisihan di antarapara pihak di dalam masa berlakunya PKL danpermasalahan tersebut bclum dapat diselesaikan hinggamasa berlakunya PKL berakhir, maka para pihak dapatmenyclesaikannya melalui pengadilan hubungan industrialdengan mengacu pada Perjanjian Kerja Laut yang telahditandatangani oleh kedua belah pihak dan dokumenpendukung lainnya.

Bagian KecmpatProses Pengesahan Perjanjian Kerja Laut (PKL)dan

Penyijilan Buku Pelaut

(1) Pengesahan PKL dan penyijilan buku pelautdilakukan sebelum penempatan pelaut di atasoleh Direktur Jenderal atau pejabat yangkewcnangan.

wajibkapaldiberi

(2) Pengajuan permohonan proses pengurusan pengesahanPKL dan penyijilan buku pelaut dapat dilakukan oleh:a. perusahaan angkutan laut yang telah mendapat izin;

ataub. perusahaan keagcnan awak kapal yang telah

mcndapat izin; atauc. pelaut mandiri.

(3) Permohonan proses pengurusan pengesahan PKL danpenyijilan buku pelaut olch perusahaan angkutan lautdan perusahaan keagenan awak kapal sebagaimanadimaksud pad a ayat (2) huruf a dan huruf b diajukansecara tertulis kepada Direktur Jenderal melaluiDirektur Perkapalan dan Kepclautan atau Pejabat UnitPelaksana Tcknis yang diberi kewenangan denganme1ampirkan sebagai berikut:a. asli buku pelaut;

b. salinan atau asli sertifikat keahlian (Certificate ofCompetencyj coq, jika diperlukan;

c. 3 (tiga) rangkap Perjanjian Kerja Laut yang telahditandatangani oleh kedua belah pihak; dan

d. asli surat persetujuan dari orang tuajwali dansekolah khusus bagi TarunajTaruni yang akanmelakukan praktek kerja laut (cadet).

(4) Permohonan proses pengurusan pengesahan PKL danpenyijilan buku pelaut oleh pelaut mandiri sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf c diajukan secara tertuliskepada Direktur Jenderal melalui Direktur Perkapalandan Kepelautan atau Pejabat Unit Pelaksana Teknisyang diberi kewenangan dengan melampirkan sebagaiberikut:a. asH buku pelaut dan dokumenjidentitas yang

diperlukan;b. asH sertifikat keahlian, pengukuhanj endorsement,

dan keterampilan yang diperlukan;c. asli Perjanjian Kerja Laut yang telah ditandatangani

oleh kedua belah pihak;d. Letter of Guarantee (LG) dari perusahaan yang akan

mempekerjakan;e. surat persetujuan dari pihak keluarga atas

pemberangkatan pelaut tersebut; danf. surat pernyataan akan melaporkan diri ke Kedutaan

Besar atau Konsulat Jenderal Republik Indonesiaterdekat setelah tiba di negara tujuanj negara tempatkapal bersandar atau pada kesempatan pertamapada pelabuhanj negara berikut bila padapelabuhanjnegara tersebut tidak mempunyaiperwakilan negara Indonesia.

Pemerintah tidak bertanggung jawab terhadap akibat yangtimbul apabila terjadi perselisihan yang menyangkutpelaksanaan kesepakatan kerja bagi pelaut yang bekerjapada kapal tanpa melalui perusahaan keagenan awak kapaldan tidak melaksanakan ketentuan pelaut mandirisebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4).

Bagian KelimaTenaga Kerja Pelaut Asing

(1) Pelaut warga negara asing yang bekerja di atas kapalberbendera Indonesia wajib mendapatkan sertifikatpengakuanj Certificate of Recognition (COR) dan suratrekomendasi dari Direktur Perkapalan dan Kepelautan.

(2) Certificate of Recognition hanya berlaku selama 12 (duabelas) bulan.

(3) Setiap kapal yang berbendera Indonesia dan diawakioleh pelaut asing wajib didampingi oleh pelautIndonesia untuk proses alih teknologi.

(4) Perusahaan keagenan awak kapal dapat melaksanakanperekrutan dan penempatan pelautj tenaga kerja asing,dalam hal teknologi yang digunakan belum dikuasaioleh pelaut Indonesia dan hanya terhadap posisijabatan di atas kapal sebagai perwira.

Persyaratan untuk mendapatkanpengakuanj Certificate of Recognition (COR)permohonan dengan melampirkan:a. salinan sertifikat keahlian

Competency j coq;b. salinan sertifikat pengukuhan

Endorsementj CaE); dansalinan sertifikat keterampilanProficiency j COp).

sertifikatmengajukan

Persyaratan untuk mendapatkan rekomendasimempekerjakan tenaga kerja pe1aut asing mengajukanpermohonan dengan me1ampirkan:a. salinan sertifikat keahlian dari negara penerbit;b. salinan sertifikat pengakuan;c. salinan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Imigrasi

ten tang Kemudahan Khusus Keimigrasian(DAHSUSKIM).

Rekomendasi mempekerjakan tenaga kerja pelaut asmghanya berlaku maksimum 3 (tiga) bulan dan tidak dapatdiperpanjang.

(1) Dalam rangka menjamin perlindungan terhadap pelaut,Direktur Jenderal me1akukan verifikasi tahunari danevaluasi terhadap kinerja perusahaan keagenan awakkapal.

(2) Verifikasi tahunan scbagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali dan hasilverifikasi akan dicatat pada lembar khusus sebagaibagian yang tidak terpisahkan dengan SIUPPAK.

(3) Evaluasi terhadap kinerja perusahaan keagenan awakkapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkanpada hasil vcrifikasi tahunan.

(4) Pemilikj operator kapal j pcrusahaan keagenan awakkapal wajib mcmbantu dan menyediakan fasilitas yangdibutuhkan untuk pemcriksaan dan verifikasi.

BABIVSANKSIADMINISTRASI

(1) Perusahaan keagenan awak kapal yang melakukanperekrutan dan penempatan pelaut tidak sesuai denganperaturan perundang-undangan, tidak memenuhikewajibannya danj atau tanggung jawabnya sesuaiPerjanjian Kerja Laut dikenai sanksi administrasi.

(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berupa:a. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali;b. pembekuan sementara izin usaha; atauc. pencabutan izin usaha.

(3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf a diberikan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulankepada perusahaan keagenan awak kapal yang tidakmelaksanakan kegiatan setelah SIUPPAK diterbitkandanjatau tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukanoleh perusahaan keagenan awak kapal terhadap hasilevaluasi.

(1) Pembekuan semen tara izin usaha perusahaan keagenanawak kapal dilakukan oleh Direktur Jenderal apabilaperusahaan keagenan awak kapal tidak melaksanakankewajiban-kewajiban danj atau tanggung jawabnyasesuai perjanjian kerja laut yang ditandatangani olehpara pihak.

(2) Izin usaha perekrutan dan penempatan awak kapaldicabut apabila:a. terdapat pemalsuanjmanipulasi data pelaut pada

dokumenj idcntitasj sertifikat;b. memalsukan atau ikut serta membantu pemalsuan

dokumenj identitasj sertifikat pelaut;c. memalsukan tanda tangan pejabat dan stempel

dinas kementerian;d. mempekerjakanjmenempatkan pelaut tanpa

perjanjian kerja laut;e. dalam proses pcrekrutan dan penempatan pe1aut,

memungut biaya selain biaya dokumenperjalananj paspor j danj atau visa, buku pe1aut, dansertifikat kcsehatan; dan

f. merekrut pelautjtenaga kerja di bawah umur selainuntuk kepentingan pendidikan.

Direktur Jenderal dapat menjalankan putusan pengadilan,atau Mahkamah Pelayaran terhadap sanksi yang telahdijatuhkan kepada pclaut dalam bentuk pemblokiran,penghapusan semua sertifikat/ dokumen kepelautan yangdimiliki dan/ atau memberi catatan mengenai pelanggaranyang dilakukan, atau pembatalan pemblokiran,penghapusan pemberian catatan pada database pelaut.

(1) Terhadap pelaut yang diindikasikan melakukanpelanggaran peraturan perundang-undangan atauPerjanjian Kcrja Laut diberikan tanda oleh DirekturJenderal berupa catatan pada database untukdilakukan klarifikasi.

(2) Dalam hal berdasarkan klarifikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diperoleh bukti bahwa pelauttidak melakukan pelanggaran, maka dilakukanpenghapusan tanda dalam catatan pada database.

BABVPENYELESAIANPERSELISIHANPELAUT

(1) Perusahaan keagenan awak kapal wajib menyelesaikanperselisihan yang timbul antarpelaut, dengan pemilikatau operator kapal atau pelaut dengan perusahaankeagenan awak kapal baik secara musyawarah maupunsecara hukum sesuai yang tercantum di dalamPerjanjian Kerja Laut.

(2) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak tercapai kata sepakat,para pihak dapat menyelesaikan melalui pengadilanhubungan industrial dengan berpedoman padaPerjanjian Kcrja Laut yang telah ditandatangani olehpara pihak dan dokumen pendukung lainnya.

BAB VIKETENTUANLAIN-LAIN

Tata cara pcngesahan Pcrjanjian Kerja Laut (PKL) danpenyijilan buku pclaut untuk kapal niaga, kapalpenumpang, dan kapal pcnangkap ikan berbendera asmgakan diatur dengan Pcraturan Direktur Jenderal.

Tata cara pengesahan Perjanjian Kerja Laut (PKL) danpenyijilan buku pelaut untuk kapal niaga, kapalpenumpang, kapallayar motor (KLM),dan kapal penangkapikan atau kapal nelayan berbendera Indonesia akan diaturdengan peraturan Direktur Jenderal.

Untuk mendapatkan surat lzm dan/ atau sertifikatpengakuan dan/ atau surat rekomendasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) dan/ atau Pasal 28dan/ atau Pasal 29 dikenakan biaya yang besarnyaditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

Direktur ,Jenderal melaksanakan pembinaan danpengawasan teknis terhadap pelaksanaan PeraturanMenteri Perhubungan ini.

BAB VIIKETENTUANPERALIHAN

Dalam hal perusahaan keagenan awak kapal menempatkanawak kapal di atas kapal berbendera negara dan/ataumempunyai kerjasama dengan pcmilik atau operator kapaldari negara yang tidak mempunyai hubungan diplomatikdengan Negara Republik Indonesia, maka KesepakatanKerja Bersama (KKB) an tara pemilik kapal atau operatorkapal dengan perusahaan keagenan awak kapal harusdiketahui oleh Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia dinegara tersebut dcngan disertai surat pernyataan bersediamembantu penyelesaian permasalahan pelaut dari KantorDagang dan Ekonomi Indonesia.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan inimaka ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenaiperekrutan dan penempatan awak kapal serta ketentuanlain yang bertentangan dengan Peraturan MenteriPerhubungan ini dinyatakan tidak berlaku.

BABVIIIKETENTUANPENUTUP

Peraturan Menteri Perhubungan Inl mulai berlaku padatanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Menteri Perhubungan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 4 Oktober 2013

Diundangkan di Jakartapada tanggal 7 Oktober 2013

MENTERIHUKUMDANHAKASASIMANUSIA,REPUBLIK INDONESIA

Salinan sesuai denKEPALAB H

UM ARIS, SH, MM, MHPembina Utama Muda (IV/c)NIP. 19630220 198903 1 001