menteriperhubungan republik indonesia · menteriperhubungan republik indonesia bahwa untuk...

45
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Salvage danl atau Pekerjaan Bawah Air; 1. Undang-Undang Nomor Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Rcpublik Indonesia Nomor 2994); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kcpe1abuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nornor 8, Tambahan Lembaran Negara RepublIk Indonesia NomoI'5093);

Upload: others

Post on 26-Feb-2020

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 danPasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010tentang Kenavigasian, perlu menetapkan PeraturanMenteri Perhubungan tentang Salvage danl atauPekerjaan Bawah Air;

1. Undang-Undang Nomor 1· Tahun 1973 tentangLandas Kontinen Indonesia (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1973 Nomor 1, TambahanLembaran Negara Rcpublik Indonesia Nomor 2994);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentangPerairan Indonesia (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1996 Nomor 73, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentangPelayaran (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4849);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentangKcpe1abuhanan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5070);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentangKenavigasian (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2010 Nornor 8, Tambahan Lembaran NegaraRepublIk Indonesia NomoI'5093);

Page 2: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

ienetaPkan ·

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentangAngkutan di Perairan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 26, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108)sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentangPerlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah diubah beberapa kali denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon IKementerian Negara, sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan PresidenNomor 38 Tahun 2013;

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM60 Tahun2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianPerhubungan;

11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM62 Tahun2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor UnitPenyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM44 Tahun 2011;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja KantorKesyahbandaran Utama;

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja KantorOtoritas Pelabuhan Utama;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja KantorKesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun2011 tentang Alur-Pelayaran di Laut;

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANGSALVAGE DAN/ATAUPEKERJAANBAWAHAIR.

Page 3: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

BAB IKETENTUANUMUM

1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenistertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenagamekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda,termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis,kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apungdan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

2. Pemilik Kapal adalah orang perorangan atauperusahan yang terdaftar sebagai pemilik kapal atauyang bertanggung jawab atas nama pemilik kapaltermasuk operator.

3. Kerangka Kapal adalah setiap kapal yang tenggelamatau kandas atau terdampar dan telah ditinggalkan.

4. Salvage adalah pekerjaan untuk memberikanpertolongan terhadap kapal danjatau muatannya yangmengalami kecelakaan kapal atau dalam keadaanbahaya di perairan termasuk mengangkat kerangkakapal atau rintangan bawah air atau benda lainnya.

5. Pekerjaan Bawah Air adalah pekerjaan yangberhubungan dengan instalasi, konstruksi, atau kapalyang dilakukan di bawah air danj atau pekerjaan dibawah air yang bersifat khusus, yaitu penggunaanperalatan bawah air yang dioperasikan dari permukaanaIr.

6. Alur-Pelayaran adalah peralran yang dari segikedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaranlainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.

7. Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesiabeserta perairan kepulauan dan perairanpedalamannya.

8. Bangunan atau Instalasi adalah setiap konstruksi baikberada di atas danj atau di bawah permukaanperalran.

9. Penyelam adalah orang yang mempunyai keahlianuntuk melakukan kegiatan di dalam air dengantekanan lingkungan lebih besar dari 1 atmosfir absolut(ATA)yang keahliannya diperoleh melalui pendidikandan pelatihan dan memiliki sertifikat kompetensi yangdikeluarkan oleh Direktur Jenderal.

10. Daerah Lingkungan KerjaperaIran dan daratan padakhusus yang digunakankegiatan pelabuhan.

(DLKr) adalah wilayahpelabuhan atau terminalsecara langsung un tuk

Page 4: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

11. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalahperalran di seke1iling Daerah Lingkungan Kerjaperairan pelabuhan yang dipergunakan untukmenjamin keselamatan pe1ayaran

12. Tingkat Gangguan Keselamatan Berlayar adalah suatukondisi atau kcadaan yang dapat menimbulkan resikogangguan terhadap keselamatan dan keamananpe1ayaran di perairan yang disebabkan keberadaankapal atau kerangka kapal danl atau muatannya.

13. Tempat Lain adalah daratan atau perairan yangdigunakan sebagai tempat penimbunan sementarakerangka kapal (dumping area) yang ditetapkan olehKepala Kantor Unit Pelaksana Teknis di pelabuhanterdekat yang lokasinya tidak mengganggu alurpe1ayaran dan kegiatan operasional kepelabuhanan.

14. Unit Pe1aksana Teknis untuk selanjutnya disebut UPTadalah Kantor Kesyahbandaran Utama, KantorPelabuhan Batam, Kantor Kesyahbandaran danOtoritas Pelabuhan serta Kantor Unit PenyelenggaraPe1abuhan.

15. Direktur J enderalPerhubungan Laut.

BABIISALVAGE DAN/ATAU PEKERJAANBAWAHAIR

(1) Kegiatan salvage dilakukan terhadap kapal dan Iataumuatannya yang mengalami kece1akaan kapal ataudalam keadaan bahaya, termasuk mengangkatkerangka kapal dan/atau muatannya yang tenggelam.

(2) Kegiatan pekerjaan bawah aIr dilakukan untukpemasangan:a. kabel bawah air;b. pipa bawah air; danl atauc. bangunan atau instalasi di perairan.

(3) Bangunan atau instalasi di perairan sebagaimanadimaksud pada ayat (2)huruf c me1iputi:a. jembatan dan kabel udara yang me1intasi perairan

yang digunakan sebagai alur pe1ayaran;

Page 5: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

b. bangunan atau instalasi utama pada kegiatanminyak dan gas bumi yang tidak termasuk kategoriTerminal Khusus/Terminal Untuk KepentinganSendiri antara lain Anjungan Lepas Pantai(Platform), Tension Leg Platform (TLP}, DrillingPlatform, Production/ Treatment Platform, FloatingProduction Unit (FPU), Mobile Offshore ProductionUnit/ Mobile Offshore Drilling Unit (MOPU/MODU),Sumur Pengeboran (Wellhead Platform), SumurPengeboran Bawah Air (Subsea Wellhead Platform),dan Pipe Line End Manifold (PLEM).

(1) Kegiatan salvage dan/atau pekerjaan bawah air hanyadapat dilakukan oleh badan usaha yang khususdidirikan untuk kegiatan salvage dan/ atau pekerjaanbawah air.

(2) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),wajib memiliki izin usaha yang diberikan oleh DirekturJenderal.

(3) Untuk memperoleh izin usaha sebagaimana dimaksudpada ayat (2), badan usaha mengajukan permohonankepada Direktur J enderal dengan menggunakanformat Contoh 1 pada Lampiran yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan MenteriPerhubungan ini, disertai dengan dokumenpersyaratan administrasi dan teknis.

(4) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud padaayat (3)meliputi:a. akta pendirian perusahaan;b. Nomor Pokok Wajib Pajak; danc. surat keterangan domisili.

(5) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat(3)meliputi:a. memiliki 1 (satu) orang tenaga ahli yang memiliki

kemampuan merencanakan dan melaksanakansalvage dan/ atau pekerjaan bawah air;

b. memiliki paling sedikit 1 (satu) tim penyelam yangterdiri atas 4 (empat) orang tenaga penyelam yangmemiliki kompetensi dan sertifikat yang relevan;

c. memiliki peralatan kerja yang terdiri atas:1. 1 (satu) set alat las dan potong bawah air;2. 1 (satu) set pompa salvage dan/ atau pekerjaan

bawah air;3. 1 (satu) set alat survei;4. 1 (satu) set kompresor selam tekanan rendah;

dan5. 1 (satu) set kompresor selam tekanan tinggi.

d. memiliki 4 (empat) set alat selam Self ContainedUndenuater Breathing Apparatus (SCUBA) atau 1(satu) set alat selam Surface Supplied BreathingApparatus (SSBA);

Page 6: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

e. untuk kegiatan salvage memiliki paling sedikit 1(satu) unit kapal kerja jenis crane barge atau tugboat berbendera Indonesia; dan

f. untuk kegiatan pekerjaan bawah air memilikipaling sedikit 1 (satu) unit kapal kerja jenispipej cable laying bargej vessel atau tug boatberbendera Indonesia.

(6) Berdasarkan permohonan lzm usaha sebagaimanadimaksud pada ayat (3), Direktur Jenderal melakukanpenelitian kelengkapan persyaratan dalam waktu 7(tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima secaralengkap.

(7) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (6) belum terpenuhi, DirekturJenderal mengembalikan permohonan kepadapemohon untuk melengkapi persyaratan dan dapatdiajukan kembali setelah persyaratan dilengkapi.

(8) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (6) terpenuhi, Direktur Jenderaldalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja menerbitkanizin usaha perusahaan salvage danjatau pekerjaanbawah air dengan menggunakan format Contoh 2 padaLampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Menteri Perhubungan ini.

(9) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3)berlaku di se1uruh Indonesia dan se1ama perusahaanmasih menjalankan kegiatan usahanya dan memenuhikewajiban yang ditentukan.

(1) Terhadap badan usaha patungan Uoint venture), dapatdiberikan izin usaha salvage danj atau pekerjaanbawah air untuk melakukan kegiatan salvagedanjatau pekerjaan bawah air.

(2) Untuk memperoleh izin usaha sebagaimana dimaksudpada ayat (1), badan usaha patungan Uoint venture)mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderaldengan menggunakan format Contoh 3 pada Lampiranyang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri Perhubungan ini, disertai dengandokumen persyaratan administrasi dan teknis.

(3) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud padaayat (2)me1iputi:a. akta pendirian perusahaan;b. Nomor Pokok Wajib Pajak;c. surat keterangan domisili; dand. surat persetujuan penanaman modal asmg dari

instansi yang berwenang dengan ketentuankepemilikan saham pihak Indonesia lebih besaratau dominan dari kepemilikan saham pihak asing.

Page 7: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat(2)meliputi:a. memiliki 1 (satu) orang tenaga ahli yang memiliki

kemampuan merencanakan dan melaksanakansalvage dan/ atau pekerjaan bawah air;

b. memiliki paling sedikit 1 (satu) tim penyelam yangterdiri atas 4 (empat) orang tenaga penyelam yangmemiliki kompetensi dan sertifikat yang relevan;

c. memiliki peralatan kerja paling sedikit:1. 1 (satu) set alat las dan potong bawah air;2. 1 (satu) set pompa untuk kegiatan salvage

dan/ atau pekerjaan bawah air;3. 1 (satu) set alat survei;4. 1 (satu) set kompresor selam tekanan rendah;5. 1 (satu) set kompresor selam tekanan tinggi;

dan6. 1 (satu) set diving chamber.

d. memiliki paling sedikit 2 (dua) set alat selamSurface Supplied Breathing Apparatus (SSBA) dan 1(satu) unit sistem peralatan selam saturasi gascampuran (mix gas);

e. untuk kegiatan salvage memiliki paling sedikit 1(satu) unit kapal kerja jenis crane barge dengankapasitas angkat dua ratus ton ke atas (<:: 200 T)atau tug boat lima ribu horse power ke atas(<:: 5000 HP)berbendera Indonesia; dan

f. untuk kegiatan pekerjaan bawah air memilikipaling sedikit 1 (satu) unit kapal kerja pipe/ cablelaying barge/ vessel lima ribu grosse tonnage keatas (<:: 5000 GT) atau tug boat lima ribu horsepower ke atas (<:: 5000 HP)berbendera Indonesia.

(5) Berdasarkan permohonan izin usaha sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal melakukanpenelitian kelengkapan persyaratan dalam waktu 7(tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima secaralengkap.

(6) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (5) belum terpenuhi, DirekturJenderal mengembalikan permohonan kepadapemohon untuk melengkapi persyaratan dan dapatdiajukan kembali setelah persyaratan dilengkapi.

(7) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (5) terpenuhi, Direktur Jenderaldalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja menerbitkanizin usaha perusahaan salvage dan/ atau pekerjaanbawah air dengan menggunakan format Contoh 4 padaLampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Menteri Perhubungan ini.

(8) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masaberlakunya disesuaikan dengan surat persetujuanpenanaman modal asing dari instansi yang berwenangdan memenuhi kewajiban yang ditentukan.

Page 8: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

BABIIIKEGIATANSALVAGE

Bagian KesatuRuang Lingkup Kegiatan Salvage

(1) Kegiatan salvage sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 ayat (1)dilakukan untuk:a. memberikan pertolongan terhadap kapal danjatau

muatannya yang mengalami kecelakaan kapal ataudalam keadaan bahaya;

b. mengangkat dan menyingkirkan kerangka kapaldanj atau muatannya;

c. mengangkat dan menyingkirkan rintangan bawahair atau benda lainnya.

(2) Rintangan bawah air atau benda lainnya sebagaimanadimaksud pada ayat (1)huruf c, meliputi:a. benda yang tidak secara permanen dipasang di

perairan; danb. benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam.

,.(3) Kegiatan salvage sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan dengan cara:a. survel;b. pemindahan muatan danjatau bahan bakar (cargo

and fuel transferring);c. penarikan (towing);d. pengapungan (refloating); danjataue. pemotongan, penutuhan (scrapping) atau

penghancuran.

Bagian KeduaTata Cara Penerbitan Izin Kegiatan Salvage

(1) Setiap pelaksanaan kegiatan salvage, wajibmemperoleh lzm kegiatan salvage dari DirekturJenderal.

(2) Untuk memperoleh izin kegiatan salvage sebagaimanadimaksud pada ayat (1), pemohon mengajukanpermohonan kepada Direktur Jenderal denganmenggunakan format Contoh 5 pada Lampiran yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri Perhubungan ini disertai dengan persyaratansebagai berikut:a. rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal

pelaksanaan, metode kerja, tenaga kerja, peralatankerja, dan wilayah kerja kegiatan yang ditandaidengan koordinat geografis;

b. memiliki kontrak kerja danj atau Letter of Intent(L01) dari pemberi kerja;

Page 9: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

c. fotokopi surat izin usaha perusahaan salvagedanl atau pekerjaan bawah air; dan

d. daftar kapal kerja yang dilengkapi dengan crew list,fotokopi sertifikatl dokumen operasional kapal yangmasih berlaku.

(3) Berdasarkan permohonan lzm kegiatan sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal melakukanpenelitian kelengkapan persyaratan dalam waktu 7(tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima secaralengkap.

(4) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (3) belum terpenuhi, DirekturJenderal mengembalikan permohonan kepadapemohon untuk melengkapi persyaratan dan dapatdiajukan kembali setelah persyaratan dilengkapi.

(5) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (3) terpenuhi, Direktur Jenderaldalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja menerbitkanizin kegiatan salvage dengan menggunakan formatContoh 6 pada Lampiran yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri Perhubungan ini.

(6) Izin kegiatan salvage sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga)bulan dan dapat diperpanjang setelah pemohonmengajukan permohonan sebagaimana dimaksud padaayat (2).

(7) Izin kegiatan salvage yang telah diberikansebagaimana dimaksud pada ayat (5), pelaksanaankegiatannya tidak dapat dialihkan ke badan usaha laintanpa seizin Direktur Jenderal.

(1) Pelaksanaan kegiatan salvage sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (1), dapat dilakukan sendiri olehpemilik kapal berbendera Indonesia yang kapalnyamengalami kecelakaan.

(2) Dalam hal kegiatan salvage membutuhkan kecepatanbertindak yang disebabkan kecelakaan kapal yangdapat menggangu keselamatan pelayaran danoperasional pelabuhan, pemilik kapal berbenderaIndonesia atau badan usaha salvage danl ataupekerjaan bawah air dapat melakukan segera kegiatansalvage dan wajib melaporkan tindakan yang telahdilakukan kepada Direktur Jenderal denganmenggunakan format Contoh 7 pada Lampiran yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri Perhubungan ini.

Page 10: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

(3) Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jamsejak dilakukan kegiatan salvage, pemilik kapalberbendera Indonesia atau badan usaha salvagedanj atau pekerjaan bawah air mengajukanpermohonan izin kegiatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6.

BABIVKERANGKAKAPAL

Bagian KesatuLaporan Kerangka Kapal dan Penetapan Tingkat

Gangguan Kese1amatan Berlayar

(1) Pemilik kapal danjatau Nakhoda wajib melaporkansegera kerangka kapalnya yang berada di perairanIndonesia kepada Syahbandar di pe1abuhan terdekat.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud padaayat (1), Syahbandar di pelabuhan terdekatmenyampaikan informasi berupa data kapal dan posisikoordinat sementara kepada Direktur Jenderal untukdiumumkan melalui maklumat pelayaran, berita pelautIndonesia, dan stasiun radio pantai.

(3) Pemilik kapal wajib melakukan survei keberadaankerangka kapal danj atau muatannya denganmengikutsertakan petugas Syahbandar di pelabuhanterdekat dan berkoordinasi dengan Distrik Navigasisetempat untuk memperoleh data yang meliputi:a. posisi fzx kerangka kapal dalam bentuk koordinat

geografis (lintang dan bujur);b. jenis kerusakan dan kondisi konstruksi kerangka

kapal;c. kondisi perairan dalam bentuk peta bathymetric.

(4) Berdasarkan hasil survei sebagaimana dimaksud padaayat (3), dilakukan evaluasi dan penelitian data, danhasilnya diumumkan oleh Direktur Jenderal melaluimaklumat pelayaran dan berita pelaut Indonesia, danDistrik Navigasimelalui stasiun radio pantai.

(5)Dalam hal kerangka kapal danj atau muatannyamengganggu keselamatan berlayar berdasarkan hasilevaluasi dan penelitian data sebagaimana dimaksudpada ayat (4), Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis dipe1abuhan terdekat menetapkan tingkat gangguankeselamatan berlayar.

Page 11: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Tingkat gangguan keselamatan berlayar sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) ditetapkanberdasarkan lokasi kerangka kapal dan/ ataumuatannya, jenis dan ukuran kerangka kapal, daerahsensitif di sekitar kerangka kapal, kepadatan lalu lintaspelayaran, jenis dan jumlah muatan/BBM sebagaiberikut:a. tingkat gangguan I apabila kerangka kapal

dan/ atau muatannya berada di perairan padaDaerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan DaerahLingkungan Kepentingan (DLKp)pelabuhan;

b. tingkat gangguan II apabila kerangka kapaldan/atau muatannya berada di perairan di luarDaerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan DaerahLingkungan Kepentingan (DLKp)pelabuhan; dan

c. tingkat gangguan III apabila kerangka kapaldan/atau muatannya berada di perairan laut Iepasyang kedalamannya seratus meter ke atas(2: 100 m).

(1) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi dan penelitianterhadap laporan hasil survei terhadap kerangka kapaldan/ atau muatannya yang termasuk dalam tingkatgangguan III dianggap tidak menggangu keamanan,keselamatan pelayaran, operasional pelabuhan, danlingkungan maritim, Kepala Kantor Unit PelaksanaTeknis di pelabuhan terdekat dapat memberikanpembebasan kewajiban penyingkiran kerangka kapaldan/ atau muatannya.

(2) Pembebasan kewajiban penyingkiran kerangka kapaldan/atau muatannya sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak menghapuskan kewajiban pemilik kapaluntuk mengangkat dan/ atau memindahkan muatankapal dan/atau bahan bakar kapal yang dapatmenimbulkan pencemaran lingkungan.

(3) Pembebasan kewajiban sebagaimana dimaksud padaayat (1) diberikan oleh Kepala Kantor Unit PelaksanaTeknis di pelabuhan terdekat kepada pemilik kapaldengan menerbitkan surat keterangan pembebasankewajiban penyingkiran kerangka kapal dan/ ataumuatannya dengan menggunakan format Contoh 8pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri Perhubungan ini.

Page 12: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Bagian KeduaPemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

dan Pengumuman Kerangka Kapal

(1) Dalam hal kerangka kapaldalam Pasal 8 ayat (1)keselamatan berlayar, harusNavigasi-Pelayaran.

sebagaimana dimaksudposisinya mengganggudipasang Sarana Bantu

(2) Pengadaan, pemasangan, pemeliharaan, danpenyingkiran kembali Sarana Bantu Navigasi-Pe1ayaran menjadi tanggung jawab pemilik kapal.

Posisi kerangka kapal sebagaimana dimaksud dalamPasal 11 ayat (1) yang belum dipasang Sarana BantuNavigasi-Pelayaran, be1um diumumkan me1alui maklumatpelayaran, berita pe1aut Indonesia dan stasiun radiopantai sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaankapal, pemilik kapal wajib membayar ganti rugi kepadapihak yang mengalami kecelakaan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian KetigaJangka Waktu Penyingkiran dan Tempat Lain

Untuk Kerangka Kapal

(1) Pemilik kapal wajib menyingkirkan kerangka kapaldan/ atau muatannya ke tempat lain atau dumpingarea untuk kerangka kapal dan/ atau muatannya yangditentukan oleh Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknisdi pelabuhan terdekat.

(2) Tempat lain atau dumping area untuk kerangka kapaldan/atau muatannya sebagaimana dimaksud padaayat (1), ditetapkan oleh Kepala Kantor Unit PelaksanaTeknis di pelabuhan terdekat dengan menggunakanformat Contoh 9 pada Lampiran yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan MenteriPerhubungan ini.

(3) Penetapan tempat lain atau dumping area untukkerangka kapal dan/ atau muatannya bersifatsementara sampai diterbitkan keputusan pencabutanoleh Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis dipelabuhan terdekat dengan menggunakan formatContoh 10 pada Lampiran yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Menteri PerhubunganInl.

Page 13: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

(1) Penyingkiran kerangka kapal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (1) harus dilakukan paling lama180 (seratus delapan puluh) hari kalender sejak kapalkandas atau tenggelam sesuai penetapan tingkatgangguan kese1amatan berlayar sebagai berikut:a. di lokasi tingkat gangguan I penyingkiran

dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) harikalender;

b. di lokasi tingkat gangguan II penyingkirandilakukan paling lama 60 (enam puluh) harikalender;

c. di lokasi tingkat gangguan III penyingkirandilakukan paling lama 90 (sembilan puluh) harikalender.

(2) Dalam hal posisi kerangka kapal danj atau muatannyasangat membahayakan keamanan dan keselamatanberlayar, mengganggu ke1ancaran operasionalpe1abuhan, danj atau pencemaran lingkungan maritim,Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis di pe1abuhanterdekat dapat memerintahkan kepada pemilik kapaluntuk segera menyingkirkan kerangka kapal danjataumuatannya.

(3) Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis di pe1abuhanterdekat memberikan surat peringatan kepada pemilikkapal yang belum melaksanakan kewajibanpenyingkiran kerangka kapal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (2), sebanyak3 (tiga) kali berturut-turut dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari setelah berakhirnya batas waktupenyingkiran.

(4) Surat peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),menggunakan format Contoh 11 pada Lampiran yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri Perhubungan ini.

(5) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan te1ah diberikan surat peringatan olehKepala Kantor Unit Pelaksana Teknis di pe1abuhanterdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemilikkapal belum melaksanakan penyingkiran kerangkakapal danj atau muatannya, penyingkiran kerangkakapal wajib dilakukan oleh Kepala Kantor UnitPe1aksana Teknis di pelabuhan terdekat atas biayapemilik kapal.

(6) Apabila pemilik kapal tidak dapat memberikan biayapenyingkiran sebagaimana dimaksud pada ayat (5),pemilik kapal wajib menyerahkan kerangka kapaldanjatau muatannya kepada Kepala Kantor UnitPe1aksana Teknis di pelabuhan terdekat denganmembuat berita acara serah terima.

Page 14: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

(7) Berdasarkan berita acara serah terima kerangka kapaldanl atau muatannya dari pemilik kapal kepadaKepala Kantor Unit Pelaksana Teknis di pelabuhanterdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (6),Direktur Jenderal danl atau Kepala Kantor UnitPelaksana Teknis menerbitkan surat penghapusan(deletion certificate) dan melimpahkan pelaksanaanpenyingkiran kerangka kapal danl atau muatannyakepada badan usaha yang memiliki izin usahaperusahaan salvage dan/atau pekerjaan bawah air.

(8) Pemilik kapal yang lalai melaksanakan penyingkirandalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat(1), sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaankapal, pencemaran lingkungan laut, dan kehilangannyawa manusia, wajib membayar ganti rugi kepadapihak yang mengalami kecelakaan, membayar gantirugi pencemaran lingkungan laut dan ganti rugi ataskehilangan nyawa manusia sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.

(9) Dalam hal dibutuhkan kecepatan bertindak untukmenghindari terjadinya kecelakaan kapal, pencemaranlingkungan laut, dan kehilangan nyawa manusiasebagaimana dimaksud pada ayat (8), Kepala KantorUnit Pelaksana Teknis di pelabuhan terdekat dapatmeminta bantuan kapal dan peralatan dari badanusaha pelabuhan danl atau pelayaran setempat.

Bagian KeempatPenemuan dan Penguasaan Kerangka Kapal

(1) Dalam hal ditemukan kerangka kapal dan/ataumuatannya atau berdasarkan laporan dari masyarakatdan tidak diketahui pemiliknya, Kepala Kantor UnitPelaksana Teknis di pelabuhan terdekat melakukanpengumuman ditemukannya kerangka kapal danl ataumuatannya.

(2) Pengumuman ditemukannya kerangka kapal dan/ataumuatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalamjangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender melaluimedia cetak danl atau elektronik nasional.

(3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud padaayat (2) tidak ada pihak yang mengakui sebagaipemilik, kerangka kapal danl atau muatannya wajibdisingkirkan oleh Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknisdi pelabuhan terdekat.

(4) Penyingkiran kerangka kapal danl atau muatannyasebagaimana dimaksud pada ayat (3), pelaksanaannyadilimpahkan kepada badan usaha yang memiliki izinusaha salvage danl atau pekerjaan bawah air.

Page 15: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Bagian KelimaPelimpahan Penyingkiran Kerangka Kapal

(1) Penyingkiran kerangka kapal oleh badan usahasalvage danjatau pekerjaan bawah air sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat (7) dan Pasal 15 ayat(4), dilaksanakan setelah memperoleh pelimpahan dariKepala Kantor Unit Pelaksana Teknis di pelabuhanterdekat.

(2) Untuk memperoleh pelimpahan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), badan usaha salvagedanj atau pekerjaan bawah air mengajukanpermohonan kepada Kepala Kantor Unit PelaksanaTeknis di pelabuhan terdekat dengan menggunakanformat Contoh 12 pada Lampiran yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan MenteriPerhubungan ini disertai dokumen persyaratanadministrasi dan teknis.

(3) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud padaayat (2)meliputi:a. surat izin usaha perusahaan salvage danjatau

pekerjaan bawah air;b. akta pendirian perusahaan;c. Nomor Pokok Wajib Pajak;d. surat keterangan domisili perusahaan; dane. rekomendasi Pemerintah Daerah sesuai dengan

batas kewenangannya, untuk kerangka kapal hasiltemuan dan tidak diketahui pemiliknya.

(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat(2)meliputi:a. daftar peralatan;b. kualifikasi tenaga kerja; danc. jadwal dan metode kerja.

(5) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud padaayat (2), Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis dipelabuhan terdekat melakukan penelitian kelengkapanpersyaratan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerjasejak permohonan diterima secara lengkap.

(6) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian kelengkapanpersyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)terpenuhi, Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis dipelabuhan terdekat mengeluarkan KeputusanPelimpahan Penyingkiran Kerangka Kapal paling lama7 (tujuh) hari kerja dengan menggunakan formatContoh 13 pada Lampiran yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Menteri PerhubunganIn10

Page 16: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

(1) Badan usaha yang telah mendapatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,melakukan penyingkiran denganpermohonan izin kegiatan.

pelimpahanwajib segeramengajukan

(2) Untuk memperoleh lzm kegiatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), badan usaha mengajukanpermohonan kepada Direktur Jenderal denganmelengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalamPasal 16 ayat (3)dan ayat (4).

(3) Badan usaha yang telah memperoleh lzm kegiatansebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib segeramelaksanakan kegiatan penyingkiran.

(4) Dalam hal penyingkiran kerangka kapal dan/ataumuatannya telah selesai dilaksanakan, badan usahamelaporkan kepada Direktur Jenderal dengantembusan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis dipelabuhan terdekat dan dilengkapi Berita AcaraPeninjauan Lapangan yang diketahui oleh KepalaKantor Unit Pelaksana Teknis di pelabuhan terdekatdan Distrik Navigasi setempat dengan menggunakanformat Contoh 14 pada Lampiran yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan MenteriPerhubungan ini.

(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud padaayat (4), Direktur Jenderal mengumumkan bebasnyalokasi dari keberadaan kerangka kapal dalam bentukmaklumat pelayaran melalui Stasiun Radio Pantai(SROP) dan berita pelaut Indonesia serta dilaporkankepada International Maritime Organization (IMO) olehinstansi yang berwenang sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(6) Terhadap kerangka kapal dan/ atau muatannyasebagai hasil penyingkiran sebagaimana dimaksudpada ayat (4), kerangka kapal dan/ atau muatannyamenjadi milik negara dan dilakukan pelelangan sesuaiperaturan perundang-undangan.

(7) Hasil pelelangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)disetorkan ke Kas Negara setelah dikurangi denganperhitungan biaya operasional penyingkiran kerangkakapal dan/ atau muatannya sesuai peraturanperundang- undangan.

Page 17: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Bagian KeenamAsuransi Atas Kewajiban Penyingkiran Kerangka Kapal

(1) Pemilik kapal wajib mengasuransikan kapalnya denganasuransi atas kewajiban menyingkirkan kerangkakapal (wreck removal insurance) danl atau asuransiperlindungan dan ganti rugi (protection and indemnity).

(2) Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh perusahaan asuransi atau lembagakeuangan penjamin yang diakui oleh Pemerintah.

(3) Kewajiban mengasuransikan penyingkiran kerangkakapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikandengan pemilikan polis asuransi atau sertifikat danajaminan penyingkiran kerangka kapal.

(4) Polis asuransi atau sertifikat dana jaminanpenyingkiran kerangka kapal sebagaimana dimaksudpada ayat (3) wajib dilampirkan sebagai persyaratankelaikan kapal dan pengoperasian kapal di pelabuhan.

(5) Kewajiban mengasuransikan sebagaimana dimaksudpada ayat (1)dikecualikan bagi:a. kapal perang;b. kapal negara yang digunakan untuk melakukan

tugas pemerintahan; danc. kapal motor dengan tonase kotor kurang dari

GT35 (tiga puluh lima Gross Tonnage).

BABVKEGIATANPEKERJAANBAWAHAIR

Bagian KesatuRuang Lingkup Kegiatan Pekerjaan Bawah Air

(1) Kegiatan pekerjaan bawah air sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 ayat (2)dilakukan untuk:a. membangun, memindahkan, dan membongkar

bangunan atau instalasi di perairan;b. me1akukan kegiatan pemeriksaan, peme1iharaan,

penggantian, dan perbaikan bangunan atau instalasidi perairan;

c. melakukan kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, danperbaikan kapal di bawah air;

d. me1akukan kegiatan yang bersifat khusus yaitupenggunaan peralatan bawah air yang dioperasikandari permukaan air; dan

Page 18: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

e. melakukan kegiatan di bawah air denganmenggunakan tenaga penyelam untuk pemeriksaanatau perbaikan atau penggantian atau pemeliharaanbangunan atau instalasi di perairan, termasuk tiangpancang dermaga, jembatan, dan anjungan lepaspantai.

(2) Kegiatan pekerjaan bawah air sebagaimana dimaksudpada ayat (1)dapat dilaksanakan dengan cara:a. survei;b. pembangunan;c. pemindahan;d. pemeriksaan, pemeliharaan, penggantian, dan

perbaikan;e. pembongkaran.

Bagian KeduaTata Cara Penerbitan Izin Kegiatan Pekerjaan Bawah Air

(1) Setiap pelaksanaan kegiatan pekerjaan bawah air harusmendapat izin kegiatan pekerjaan bawah air dariDirektur J enderal.

(2) Untuk memperoleh lzm kegiatan pekerjaan bawah airsebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohonmengajukan permohonan kepada Direktur Jenderaldengan menggunakan format Contoh 15 pada Lampiranyang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri Perhubungan ini, disertai dokumenpersyaratan administrasi dan teknis.

(3) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud padaayat (2)meliputi:a. memiliki kontrak kerja danl atau Letter of Intent (L01)

dari pemberi kerja;b. fotokopi surat izin usaha perusahaan salvage

danl atau pekerjaan bawah air;c. daftar kapal kerja yang dilengkapi dengan crew list;

dand. fotokopi sertifikatl dokumen kelaikan dan operasional

kapal yang masih berlaku.

(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)meliputi rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal,metode kerja, tenaga kerja, peralatan kerja, dan petawilayah kerja kegiatan yang ditandai dengan koordinatgeografis.

I(5) Berdasarkan permohonan izin kegiatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal melakukanpenelitian kelengkapan persyaratan dalam waktu 7(tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima secaralengkap.

Page 19: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

(6) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (5) belum terpenuhi, DirekturJenderal mengembalikan permohonan kepada pemohonuntuk melengkapi persyaratan dan dapat diajukankembali setelah persyaratan dilengkapi.

(7) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (5) terpenuhi, Direktur Jenderaldalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja menerbitkanizin kegiatan pekerjaan bawah air dengan menggunakanformat Contoh 16 pada Lampiran yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan MenteriPerhubungan ini.

(8) Izin kegiatan pekerjaan bawah air sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka waktupaling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjangsetelah pemohon mengajukan permohonansebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(9) Izin kegiatan pekerjaan bawah air yang telah diberikansebagaimana dimaksud pada ayat (7), pelaksanaankegiatannya tidak dapat dialihkan ke badan usaha laintanpa seizin Direktur Jenderal.

BABVITENAGAPENYELAM

(1) Pelaksanaan kegiatan salvage danjatau pekerjaanbawah air didukung oleh tenaga penyelam.

(2) Tenaga penyelam sebagaimana dimaksud pada ayat (1),harus memenuhi persyaratan:a. paling rendah berijazah SMPsederajat;b. berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat

keterangan dokter hiperbarik; danc. lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh

lembaga pendidikan dan pelatihan Pemerintah.

(1) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penyelamsebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf c,dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Sumber DayaManusia Perhubungan berkoordinasi dengan DirektoratJenderal.

(2) Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihanpenyelam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BadanPengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungandapat bekerjasama dengan Badan Usaha atau LembagaPelatihan yang telah diakreditasi oleh otoritas yangkompeten.

Page 20: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

(3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penyelamsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakanberdasarkan silabus yang ditetapkan oleh DirekturJenderal.

Tenaga penyelam yang telah lulus pendidikan danpelatihan penyelam diberikan sertifikat kompetensipenyelam dan buku harian penyelam yang dikeluarkanoleh Direktur Jenderal.

Ketentuan lebih lanjut mengenai silabus, persyaratanbadan usaha atau lembaga penyelenggara pendidikandan pelatihan penyelam, sertifikat kompetensi penyelamdan buku harian penyelam diatur dengan PeraturanDirektur Jenderal setelah berkoordinasi dengan BadanPengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan.

BABVIIKEWAJIBANDANSANKSI

Bagian KesatuKewajiban

(1) Badan usaha pemegang izin usaha perusahaan salvagedan/ atau pekerjaan bawah air wajib:a. melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan

dalam izin usaha perusahaan salvage dan/ ataupekerjaan bawah air;

b. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pelayaran dan peraturanperundang- undangan lainnya;

c. melaporkan secara berkala setiap 6 (enam) bulanmengenai kegiatan dan keadaan perusahaan kepadaDirektur Jenderal; dan

d. melaporkan secara tertulis kepada Direktur Jenderalapabila terjadi perubahan nama direktur ataupenanggung jawab atau pemilik, domisiliperusahaan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak, sertastatus kepemilikan kapalnya paling lama 14 (empatbelas) hari sctelah tcrjadi perubahan.

(2) Badan usaha pemegang izin kegiatan salvage dan/ atauizin kegiatan pekcrjaan bawah air wajib segeramelaksanakan kegiatan salvage dan/ atau pekerjaanbawah air dan memasang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran sesuai peraturan perundang-undangan.

f

Page 21: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

(1) Pemilik kapal wajib mengasuransikan kapalnya denganasuransi atas kewajiban menyingkirkan kerangkakapal (wreck removal insurance) danl atau asuransiperlindungan dan ganti rugi (protection and indemnity).

(2) Pemilik kapal danl atau Nakhoda wajib melaporkankeberadaan kerangka kapal dan/atau muatannya yangkandas atau tenggelam.

(3) Pemilik kapal wajib menyingkirkan kapalnya yangkandas atau tenggelam sesuai batas waktu yangditetapkan.

Bagian KeduaSanksi

(1) Badan usaha yang melanggar kewajiban sebagaimanadimaksud dalam Pasal 25 dikenakan sanksi peringatantertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengantenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan.

(2) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak dilaksanakan, dikenakan sanksi tidakdiperbolehkan melakukan kegiatan selama jangkawaktu 3 (tiga)bulan.

(3) Apabila sanksi tidak diperbolehkan melakukankegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) habisjangka waktunya dan badan usaha tidak melakukanusaha perbaikan, dikenakan sanksi pembekuan izinusaha salvage danl atau pekerjaan bawah air selama 1(satu) tahun.

(4) Apabila pembekuan lzm usaha salvage dan/ataupekerjaan bawah air sebagaimana dimaksud pada ayat(3) habis jangka waktunya dan badan usaha tidakmelakukan usaha perbaikan, dikenakan sanksipencabutan izin usaha salvage danl atau pekerjaanbawah air.

(5) Pencabutan lzm usaha salvage danl atau pekerjaanbawah air sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapatdilakukan tanpa melalui proses peringatan dalam halbadan usaha yang bersangkutan:a. melakukan kegiatan yang membahayakan

keamanan negara;b. melakukan tindakan yang melanggar aspek teknis

sehingga mengakibatkan korban jiwa atauterancamnya keselamatan jiwa manusia;

c. memperoleh izin usaha atau izin kegiatan dengancara tidak sah;

d. perusahaan dinyatakan pailit; ataue. perusahaan menyatakan membubarkan diri.

Page 22: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Pasa128

(1) Pemilik kapal dan/atau Nakhoda yang melanggarkewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26dikenakan sanksi tidak diberikan pelayananoperasional kapal.

(2) Tata eara pengenaan sanksi tidak diberikan pelayananoperasional kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal.

BABVIIIKETENTUANPENUTUP

Direktur Jenderal me1akukan pembinaan dan pengawasanteknis terhadap pe1aksanaan Peraturan MenteriPerhubungan ini.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan ini,maka Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 23Tahun 1990 tentang Usaha Salvage danl atau PekerjaanBawah Air, dieabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasa131

Peraturan Menteri Perhubungan ini mulai berlaku padatanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Menteri Perhubungan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 September 2013

MENTERIPERHUBUNGAN,ttd.

E.E. MANGINDAANDiundangkan di Jakartapada tanggal 4 September 2013

MENTERIHUKUMDANHAKASASIMANUSIA,REPUBLIKINDONESIA

ttd.

AMIRSYAMSUDIN

BERITANEGARAREPUBLIKINDONESIATAHUN2013 NOMOR 1090

Salinan sesuaiKEPALABIRO U

UMARA IS, SH, MM, MHPembina Utama Muda (IVIe)NIP. 19630220 198903 1 001

Page 23: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

NomorLampiranPerihal

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PERHUBUNGANNOM OR : PM 71 TAHUN 2013TANGGAL: 2 September 2013

: Permohonan Izin UsahaPerusahaan Salvage dan/atau Pekerjaan Bawah Air

1. Dengan hormat disampaikan bahwa berdasarkan PeraturanMenteri Perhubungan Nomor ... Tahun ... tentang Salvagedan/atau Pekerjaan Bawah Air, bersama ini kami PT.mengajukan permohonan izin usaha perusahaan salvagedan/ atau pekerjaan bawah air.

2. Sebagai bahan pertimbangan, terlampir disampaikan 1 (satu)berkas persyaratan untuk melengkapi permohonan dimaksudyang terdiri dari:a. copy akta pendirian perusahaan;b. copy Nomor Pokok Wajib Pajak;c. copy surat keterangan domisili;d. copy KTPpenanggung jawab;e. copy sertifikat kompetensi tenaga penyelam;f. bukti kepemilikan peralatan kerja; dang. copy grosse akte kapal.

3. Demikian permohonan kami, dan atas perhatian serta bantuanyang diberikan diucapkan terima kasih.

Page 24: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

KEPUTUSANDIREKTURJENDERAL PERHUBUNGANLAUTNOMOR:

PEMBERIANIZIN USAHAKEPADAPT....SEBAGAIPERUSAHAANSALVAGE DANIATAUPEKERJAANBAWAHAIR

Surat Permohonan PT .Nomor : .

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093);

3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor ... Tahun ." tentangSalvage danl atau Pekerjaan Bawah Air.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUTTENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA KEPADA PT.... SEBAGAIPERUSAHAANSALVAGE DANIATAUPEKERJAANBAWAHAIR.

Memberikan izin usaha perusahaan salvage danl atau pekerjaanbawah air kepada:

Nama PerusahaanAlamat Kantor PerusahaanPengesahan Badan HukumPimpinanl Penanggung J awabJabatan Penanggung JawabNomor Pokok Wajib Pajak

1. mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan di sektorPerhubungan;

2. mengajukan permohonan lzm kegiatan kepada DirekturJenderal Perhubungan Laut setiap akan melaksanakankegiatan;

3. mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri setiapmelaksanakan kegiatan;

4. menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulantentang kegiatan dan keadaan perusahaan kepada DirekturJenderal Perhubungan Laut;

Page 25: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

5. bertanggung jawab atas kebenaran laporan yang disampaikankepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut;

6. melaporkan secara tertulis kepada Direktur JenderalPerhubungan Laut setiap kali terjadi perubahan yangberkaitan dengan perusahaannya.

Surat izin usaha ini dapat dicabut apabila pemegang surat izinusaha tidak mematuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalamDiktum KEDUA dan/ atau melakukan tindak pidana yangbersangkutan dengan kegiatan usahanya.

Surat izin usaha Illl berlaku selama perusahaan masihmenjalankan kegiatan usahanya dan berlaku di seluruh wilayahRepublik Indonesia.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal

Page 26: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

NomorLampiranPerihal Permohonan Izin Usaha

Perusahaan Salvage danlatau Pekerjaan Bawah AirPatungan (Joint Venture)

Yth. Direktur Jenderal PerhubunganLaut

1. Dengan hormat disampaikan bahwa berdasarkan PeraturanMenteri Perhubungan Nomor ... Tahun ... tentang Salvagedan/atau Pekerjaan Bawah Air, bersama ini kami PT.mengajukan permohonan izin usaha perusahaan salvagedanl atau pekerjaan bawah air patungan Uoint venture).

2. Sebagai bahan pertimbangan, terlampir disampaikan 1 (satu)berkas persyaratan untuk melengkapi permohonan dimaksudyang terdiri dari:a. copy akta pendirian perusahaan;b. copy Nomor Pokok Wajib Pajak;c. copy surat keterangan domisili;d. copy KTPpenanggung jawab;e. copy surat persetujuan penanaman modal asing dari instansi

yang berwenang;f. copy sertifikat kompetensi tenaga penyelam;g. bukti kepemilikan peralatan kerja; danh. copy grosse akte kapal.

3. Demikian permohonan kami, dan atas perhatian serta bantuanyang diberikan diucapkan terima kasih.

Page 27: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

KEPUTUSANDIREKTURJENDERAL PERHUBUNGANLAUTNOMOR:

PEMBERIANIZIN USAHAKEPADAPT.... SEBAGAIPERUSAHAANSALVAGEDANjATAUPEKERJAANBAWAHAIR PATUNGAN(JOINT VENTURE)

Membaca : 1. Surat Permohonan PT .Nomor : .

2. Surat persetujuan penanaman modal asing .Nomor : .

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093);

3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor .'. Tahun .... tentangSalvage danjatau Pekerjaan Bawah Air.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUTTENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA KEPADA PT.... SEBAGAIPERUSAHAAN SALlIf1GE DANjATAU PEKERJAAN BAWAH AIRPATUNGAN(JOINT VENTURE).

Memberikan izin usaha perusahaan salvage danj atau pekerjaanbawah air patungan Uoint venture) kepada:

Nama PerusahaanAlamat Kantor PerusahaanPengesahan Badan HukumPimpinanj Penanggung J awabJabatan Penanggung JawabNomor Pokok Wajib Pajak

1. mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan di sektorPerhubungan;

2. mengajukan permohonan lzm kegiatan kepada DirekturJenderal Perhubungan Laut setiap akan melaksanakankegiatan;

3. mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri setiapmelaksanakan kegiatan;

Page 28: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

4. menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulantentang kegiatan dan keadaan perusahaan kepada DirekturJenderal Perhubungan Laut;

5. bertanggung jawab atas kebenaran laporan yang disampaikankepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut;

6. melaporkan secara tertulis kepada Direktur JenderalPerhubungan Laut setiap kali terjadi perubahan yang berkaitandengan perusahaannya.

Izin usaha perusahaan ini dapat dicabut apabila pemegang suratizin usaha tidak mematuhi kewajiban sebagaimana dimaksuddalam Diktum KEDUAdanjatau melakukan tindak pidana yangbersangkutan dengan kegiatan usahanya.

Izin usaha ini berlaku sampai dengan .,. dan berlaku diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal

Page 29: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

NomorLampiranPerihal Permohonan Izin

Kegiatan SalvageYth. Direktur Jenderal Perhubungan Laut

di

1. Dengan hormat disampaikan bahwa berdasarkan PeraturanMenteri Perhubungan Nomor PM ... Tahun ... tentang Salvagedanj atau Pekerjaan Bawah Air, bersama ini kami PT.mengajukan permohonan izin kegiatan salvage.

2. Sebagai bahan pertimbangan, terlampir disampaikan 1 (satu)berkas persyaratan untuk melengkapi permohonan dimaksudyang terdiri dari:a. rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan,

metode kerja, tenaga kerja, peralatan kerja, dan wilayah kerjakegiatan yang ditandai dengan posisi koordinat geografis sertadilengkapi peta lokasi kerja;

b. copy kontrak kerja danjatau Letter of Intent (L01) dari pemberikerja;

c. copy izin usaha perusahaan salvage danj atau pekerjaanbawah air; dan

d. daftar kapal kerja yang dilengkapi dengan crew list, copysertifikatj dokumen operasional kapal yang masih berlaku.

3. Demikian permohonan kami, dan atas perhatian serta bantuanyang diberikan diucapkan terima kasih.

Page 30: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

KEPUTUSANDIREKTURJENDERAL PERHUBUNGANLAUTNOMOR:

Surat Permohonan PT .Nomor : .

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentangKenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5093);

3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor ... Tahun .... tentangSalvage dan/ atau Pekerjaan Bawah Air.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUTTENTANGPEMBERIANIZINKEGIATANSALVAGE KEPADAPT....

Nama PerusahaanAlamatIzin Usaha

a. melengkapi dengan Izin Penggunaan Kapal Asing (IPKA)untukpenggunaan kapal kerja berbendera asing;

b. melengkapi dengan izin mempekeIjakan tenaga keIja asing dariinstansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan untuk penggunaan tenaga kerja asing;

c. mendapatkan Clearance In dan Clearance Out atas kapal kerjayang digunakan kepada Syahbandar di pelabuhan terdekat;

Page 31: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

d. menjaga kelestarian lingkungan laut;e. memasang rambu-rambu navigasi selama pelaksanaan

pekerjaan guna menjamin keselamatan pelayaran;f. melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal

Perhubungan Laut selambat-Iambatnya 1 (satu) bulan setelahdikeluarkannya izin kegiatan ini atau dalam 2 (dua) minggusetelah selesai kegiatan;

g. mentaati ketentuan dalam Peraturan Menteri PerhubunganNomor ... Tahun ... tentang Salvage danjatau Pekerjaan BawahAir;

h. menyediakan fasilitas yang diperlukan bagi pengawas yangditunjuk Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

1. dalam jangka waktu selambat-Iambatnya 1 (satu) bulan setelahmemperoleh izin kegiatan, perusahaan harus telah melaksanakansecara nyata kegiatannya.

Izin kegiatan ini dapat dicabut apabila pemegang izin kegiatantidak mematuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam DiktumKEEMPATdanjatau melakukan tindak pidana yang berhubungandengan pelaksanaan kegiatan.

Keputusan ini berlaku selama 3 (tiga) bulan sejak tanggalditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTApada tanggal :

Tembusan:1. Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai;2. Kepala Kantor UPTdi pelabuhan terdekat.

f

Page 32: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

NomorLampiranPerihal

Yth. Direktur Jenderal Perhubungan Laut

di

1. Dengan hormat disampaikan bahwa berdasarkan PeraturanMenteri Perhubungan Nomor .., Tahun tentang Salvagedanjatau Pekerjaan Bawah Air pada Pasal ayat (...), bersamaini kami PT. ... menyampaikan laporan tindakan yang telahdilakukan sebagai berikut:a. ... ,b. ... ,c. ...,d. dst.

2. Demikian laporan kami sampaikan, dan atas perhatian sertabantuan yang diberikan diucapkan terima kasih.

( )Penanggung J awab

Page 33: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

SURATKETERANGANPEMBEBASANATASKEWAJIBANPENYINGKIRAN

KERANGKAKAPALDAN/ATAUMUATANNYAMILIKPT....

Nama/NIP

Jabatan

a. berdasarkan berita acara hasil pemeriksaan terhadap keberadaan kerangkakapal dan/ atau muatannya ditetapkan lokasi kerangka kapal berada padatingkat gangguan III dengan kedalaman perairan ... meter;

b. berdasarkan berita acara hasil pengangkatan dan/ atau pemindahan muatankapal dan/ atau bahan bakar kapal yang dapat menimbulkan pencemaranlingkungan;

c. diberikan pembebasan atas kewajiban pengangkatan kerangka kapal kepadaPT.... selaku pemilik kapal ..., dan tidak menuntut dalam bentuk apapunapabila ada pihak lain yang berkeinginan mengangkat dan memanfaatkankerangka kapal ... dimaksud.

Dikeluarkan diPada tanggal

Tembusan:1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut;2. Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai.

j/

Page 34: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

PENETAPANTEMPATLAIN(DUMPING AREA)UNTUKKERANGKAKAPALDAN/ATAU MUATANNYA

Memperhatikan: 1. hasil rapat koordinasi ;2. batas-batas pelabuhan ;3. dst.

Menimbang bahwa untuk pelaksanaan penyingkiran kerangka kapaldan/atau muatannya, perlu ditetapkan tempat lain (dumping area)untuk kerangka kapal danl atau muatannya yang tidakmengganggu alur pelayaran dan tidak menganggu operasionalpelabuhan.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentangKenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5093);

3. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentangPenanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR ... TENTANG PENETAPANTEMPAT LAIN (DUMPING AREA) UNTUK KERANGKA KAPALDAN/ATAU MUATANNYA

Batas-batas koordinat geografis tempat lain (dumping area) untukkerangka kapal danl atau muatannya sebagai berikut:a.b.

Page 35: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Batas-batas koordinat sebagaimana dimaksud dalam DiktumPERTAMA bersifat sementara dan sewaktu-waktu dapat ditinjaukembali.

Ditetapkan di :Pada tanggal:

Tembusan:Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Page 36: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

TENTANG

PENCABUTANKEPUTUSANPENETAPANTEMPATLAIN(DUMPING AREA)UNTUKKERANGKAKAPALDANjATAUMUATANNYA

KEPALAKANTOR... ,

Memperhatikan : 1. hasil rap at koordinasi ;2. batas-batas pelabuhan ;3. dst.

: bahwa sehubungan dengan keputusan penetapan tempat lain(dumping area) untuk kerangka kapal danjatau muatannya,perlu ditetapkan keputusan pencabutan penetapan tempat lain(dumping area) untuk kerangka kapal danjatau muatannya.

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentangKenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5093);

3. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentangPenanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR ... TENTANG PENCABUTANKEPUTUSANPENETAPAN TEMPATLAIN(DUMPING AREA) UNTUKKERANGKAKAPALDANjATAUMUATANNYA

Mencabut Keputusan Kepala Kantor ... Nomor ... tanggal ...tentang Penetapan Tempat Lain (Dumping Area) Untuk KerangkaKapal danj atau Muatannya.

Ditetapkan di :Pada tanggal :

busan:irektur Jenderal Perhubungan Laut.

Page 37: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

NomorKlasifikasi :LampiranPerihal Peringatan Ke ...

1. Memperhatikan:a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;b. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian;c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor ... Tahun ... tentang

Salvage dan/ atau Pekerjaan Bawah Air;

Dengan ini diperingatkan kepada Saudara selaku pemilik kapalyang kandas / tenggelam di perairan ..., agar segera melakukanpenyingkiran ke tempat lain (dumping area) yang tidakmengganggu keselamatan dan keamanan pelayaran, dan tidakmengganggu operasional pelabuhan.

2. Tersebut butir 1 (satu) di atas, bersama ini disampaikan bahwaapabila dalam jangka waktu ... hari, Saudara tidak melakukanpenyingkiran, maka:a. dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan;b. apabila keberadaan kapal/kerangka kapal dan/ atau

muatannya mengakibatkan kerugian/ kecelakaan/ korbanjiwa/kerusakan dan pencemaran lingkungan menjaditanggung jawab Saudara sepenuhnya untuk memberikan gantirug!.

Tembusan:Direktur Jenderal Perhubungan Laut

Page 38: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

NomorKlasifikasi :LampiranPerihal : Surat Permohonan

Pelimpahan PenyingkiranKerangka Kapal

1. Dengan hormat disampaikan bahwa berdasarkan Peraturan MenteriPerhubungan Nomor ... Tahun .., tentang Salvage danjatauPekerjaan Bawah Air, bersama ini kami PT. ... mengajukanpermohonan pelimpahan penyingkiran kerangka kapal, dengan datasebagai berikut:a. namab. lokasic. posisi koordinat .d. wilayah

2. Terkait hal tersebut di atas sebagai bahan pertimbangan, bersamaini kami sampaikan persyaratan sebagai berikut:a. copy surat izin usaha perusahaan salvage;b. copy akta pendirian perusahaan;c. copy NPWP;d. surat keterangan domisili perusahaan;e. daftar peralatan;f. kualifikasi tenaga kerja;g. jadwal dan metode kerja;h. rekomendasi Pemerintah Daerah, apabila kerangka kapal hasil

temuan dan tidak diketahui pemiliknya.

3. Demikian permohonan kami, dan atas perhatian serta bantuan yangdiberikan diucapkan terima kasih.

Page 39: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

KEPUTUSANKEPALAKANTOR...NOMOR:

TENTANG

PEMBERIANPELIMPAHANPENYINGKIRANKERANGKAKAPALDAN/ATAUMUATANNYAKEPADAPT....

1. Surat permohonan PT....2. Berita acara peninjauan lokasi kerangka kapal Nomor ... tanggal ...3. Berita acara serah terima kerngka kapal dari pemilik kapal kepada

Kepala Kantor ... Nomor ... tanggal ....

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentangKenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5093);

3. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentangPenanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA KANTOR TENTANG PELIMPAHANPENYINGKIRANKERANGKAKAPAL ... DI PERAIRAN ... KEPADAPT ....

Nama perusahaanAlamat kantor perusahaanPengesahan badan hukumPimpinan/ penanggung jawab :Jabatan penanggung jawabNomor Pokok Wajib PajakIzin usaha

Melaksanakan pengangkatan kerangka kapal dengan data sebagaiberikut:Nama kerangka kapalPosisi koordinatLokasi perairan

a. bertanggung jawab penuh terhadap semua resiko akibatkeberadaan kerangka kapal ... sejak tanggal dikeluarkannyapelimpahan pengangkatan kerangka kapal ini;

Page 40: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

b. se1ambat-Iambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal dikeluarkannyape1impahan pengangkatan kerangka kapal ini perusahaan sudahsecara nyata melaksanakan kegiatan pengangkatan danpembersihan terhadap kerangka kapal tersebut;

c. mematuhi semua aturan yang berlaku terkait denganpelaksanaan kegiatan pengangkatan dan pembersihan kerangkakapal;

d. hasil kegiatan pengangkatan dan pembersihan kerangka kapal iniharus dilengkapi dengan berita acara hasil pengangkatan danpembersihan oleh UPT pelabuhan terdekat ... yang menyatakanbahwa lokasi tersebut sudah bersih dan aman untuk aktifitaspelayaran;

e. pe1impahan pengangkatan kerangka kapal ini dapat dicabutapabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan perusahaan belummelaksanakan kegiatan ini.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal :

Tembusan:1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut;2. Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai;3. Gubernur/Walikota/Bupati setempat.

Page 41: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

BERITAACARAPENINJAUANLOKASIPEYINGKIRANKERANGKAKAPAL DANPENGANGKATAN

SARANABANTUNAVIGASI-PELAYARAN(SBNP)

Pada hari ini ... tanggal ... bulan ... tahun ... ( -...-...) telah dilakukan peninjauanlokasi bekas penyingkiran kerangka kapal dan pengangkatan Sarana BantuNavigasi-Pelayaran (SBNP), sesuai dengan Keputusan Kepala Kantor .., tentangPelimpahan Penyingkiran Kerangka Kapal ... di Perairan ... Kepada PT.... Nomor ...tanggal ... .

Untuk melaksanakan kegiatan penyingkiran kerangka kapal ... yang dilakukanoleh:

Nama perusahaanAlamatIzin usaha

1. Lokasi bekas keberadaan kerangka kapal .., telah bersihJmasih tersisa *) darikerangka kapal tersebut dan tidak terjadi pencemaran laut;

2. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran (SBNP) telah diangkat dari lokasi kerangkakapal;

3. Kondisi teknis lokasi pada saat dilakukan pemeriksaan dengan data sebagaiberikut:a. kedalaman perairan ... ;b. draft kapal maksimum yang dapat dilalui adalah ... meter pada saat surut

terendah;

demikian berita acara peninjauan lapangan terhadap pengangkatan kerangka kapal... ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya;

................................ ,20 .

Petugas Kantor UPT terdekat ...

1 .2 .

Page 42: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

NomorLampiranPerihal Permohonan Izin Kegiatan

Pekerjaan Bawah AirYth. Direktur Jenderal Perhubungan

Laut

1. Dengan hormat disampaikan bahwa berdasarkan PeraturanMenteri Perhubungan Nomor ... Tahun ... tentang Salvagedan/atau Pekerjaan Bawah Air, bersama ini kami PT.mengajukan permohonan izin kegiatan pekerjaan bawah air.

2. Sebagai bahan pertimbangan, terlampir disampaikan 1 (satu)berkas dokumen untuk melengkapi permohonan dimaksud yangterdiri dari:a. rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan,

metode kerja, tenaga kerja, peralatan kerja, dan wilayah kerjakegiatan yang ditandai dengan posisi koordinat geografis sertadilengkapi peta lokasi kerja;

b. copy kontrak kerja dan/ atau Letter of Intent (L01)dari pemberikerja;

c. copy izin usaha perusahaan salvage dan/ atau pekerjaanbawah air;

d. daftar kapal kerja yang dilengkapi dengan crew list, copysertifikat/ dokumen operasional kapal yang masih berlaku.

3. Demikian permohonan kami, dan atas perhatian serta bantuanyang diberikan diucapkan terima kasih.

Page 43: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

KEPUTUSANDIREKTURJENDERAL PERHUBUNGANLAUTNomor:

Surat Permohonan PT .Nomor : .

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentangKenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5093);

3. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentangPenanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUTTENTANG PEMBERIAN IZIN KEGIATANPEKERJAAN BAWAHAIRKEPADAPT....

Nama perusahaanAlamatIzin usaha

a. menyampaikan Izin Penggunaan Kapal Asing (IPKA) untukpenggunaan kapal asing;

b. menyampaikan izin mempekeIjakan tenaga keIja asing dari instansiyang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk penggunaan tenaga kerja asing;

Page 44: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

e. mendapatkan Clearance In dan Clearance Out atas kapal kerjayang digunakan kepada Syahbandar setempat;

d. menjaga kelestarian lingkungan laut;e. memasang rambu-rambu navigasi selama pelaksanaan

pekerjaan guna menjamin keselamatan pelayaran;f. melaporkan kegiatan kepada Direktur Jenderal Perhubungan

Laut selambat-Iambatnya 1 (satu) bulan setelah dikeluarkannyasurat persetujuan kegiatan ini atau dalam 2 (dua) minggusetelah selesai kegiatan;

g. mentaati ketentuan dalam Peraturan Menteri PerhubunganNomor ... Tahun ... tentang Salvage danjatau Pekerjaan BawahAir;

h. menyediakan fasilitas yang diperlukan bagi pengawas yangditunjuk Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

1. dalam jangka waktu selambat-Iambatnya 1 (satu) bulan setelahmemperoleh surat izin kegiatan, perusahaan harus telahmelaksanakan seeara nyata kegiatannya.

Surat izin kegiatan ini dapat dicabut apabila pemegang surat izinkegiatan tidak mematuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalamDiktum KEEMPAT danj atau melakukan tindak pidana yangbersangkutan dengan kegiatan usahanya.

Pengawasan dan pelaporan kegiatan pekerjaan bawah aIrdilakukan oleh .,. .

Keputusan ini berlaku selama 3 (tiga) bulan sejak tanggalditetapkan.

Ditetapkan diPada tanggal

Tembusan:1. Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai;2. Kepala UPTPelabuhan Terdekat.

MENTERI PERHUBUNGAN,

ttd.

Salinan sesuai denKEPALA BIRO

UMAR ARIS, SH, MM, MHPembina Utama Muda (IVIe)NIP. 19630220 198903 1 001

Page 45: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA · MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 dan Pasal 130 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Pasa128

(1) Pemilik kapal dan/atau Nakhoda yang melanggarkewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26dikenakan sanksi tidak diberikan pelayananoperasional kapal.

(2) Tata eara pengenaan sanksi tidak diberikan pelayananoperasional kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal.

BABVIIIKETENTUANPENUTUP

Direktur Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasanteknis terhadap pelaksanaan Peraturan MenteriPerhubungan ini.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan ini,maka Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 23Tahun 1990 tentang Usaha Salvage danl atau PekerjaanBawah Air, dieabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasa131

Peraturan Menteri Perhubungan ini mulai berlaku padatanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Menteri Perhubungan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 September 2013MENTERIPERHUBUNGAN,

ttd.E.E. MANGINDAAN

Diundangkan di Jakartapada tanggal 4 September 2013

MENTERIHUKUMDANHAKASASIMANUSIA,REPUBLIKINDONESIA

ttd.

AMIRSYAMSUDIN

BERITANEGARAREPUBLIKINDONESIATAHUN2013 NOMOR 1090

Salinan sesuai denKEPALABIR

UMAR RIS, SH, MM, MHPembina Utama Muda (IVIe)NIP. 19630220 198903 1 00]