meningkatkan kemampuan menulis karangan melalui model pembelajaran kontekstual pada siswakelas v...

Upload: desi-susanti

Post on 11-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    1/129

    1

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

    MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA

    SISWAKELAS V SEMESTER 1 SDN 140/II

    TALANG SILUNGKO III

    SKRIPSI

    Oleh :

    MESRY SARAGIH

    GJA 10D109110

    FAKULTASI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI

    TAHUN 2012-2013

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    2/129

    2

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

    MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA

    SISWA KELAS V SEMESTER 1 SDN 140/II

    TALANG SILUNGKO III

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Universitas Jambi

    Untuk Memenuhi Sebagai Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh :

    MESRY SARAGIH

    GJA10D109110

    FAKULTASI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI

    NOVEMBER 2012

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    3/129

    3

    PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

    Skrispsi dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bahasa

    Indonesia melalui Model Pembelajaran Konstektual Kelas V SD No. 140/II

    Talang Silungko III

    Nama : MESRY SARAGIH

    NIM : GJA 10D109110

    Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah DasarJurusan : Ilmu Pendidikan

    Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

    Telah disetujui Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diseminarkan.

    Pembimbing I,

    Dr. EKA WARNA,M.Psi Tanggal. .Nip.19541207 1980 1 001

    Pembimbing II,

    Dr.ADE KUSMANA,M.Hum Tanggal. .Nip. 196504131993031002

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    4/129

    4

    PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

    Skripsi dengan judul "Penerapan Pembelajaran Metode Kontekstual untuk

    Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan pada siswa kelas V SD NO

    140/11 TL.Silungko III Muara Bungo" yang disusun oleh:

    Nama : MESRY SARAGIH

    NIM : GJA10D109110Program studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Jurusan : Ilmu Pendidikan

    Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

    Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada Sidang Ujian Skripsi Program

    Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Jambi tanggal 13 januari

    2013

    DEWAN PENGUJI

    1. Dr.Ekawarna,M.Psi Ketua 1.NIP.195412071980011001

    2. Drs.Ade Kusmana, M. HUMNIP. 196504131993941002 Sekertaris 2.

    .

    3. Penguji uatama 3..

    4. Anggota 4..

    5. Anggota 5..

    Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjanapendidikan , tanggal

    Dekan FKIP Universitas jambi,

    Drs. AFFAN MALIK, MENIP 195807171984031003

    Ketua jurusan Ilmu Pendidikan

    Drs JONI AFRI, M.PdNIP 195503041985031003

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    5/129

    5

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : MESRY SARAGIHNIM : GJA 10D109110

    Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Jurusan : Ilmu PendidikanFakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul Meningkatkan Kemampuan

    Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas

    V Semester I SDN 140/II Talang Silungko III benar-benar karya sendiri dan

    bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian orang lain.

    Bila dikemudian hari saya terbukti mengingkari pernyataan diatas, saya bersediakesarjanaan saya dan segala kewenangan yang melekat pada kesarjanaan tersebut

    dibatalkan, dan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan yangberlaku.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab

    Muara Bungo, 2013

    MESRY SARAGIH

    NIM. GJA.10D19110

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    6/129

    6

    ABSTRAK

    Mesry Saragih 2013, Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui ModelPembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas V SD NO 140/II

    TL.Silungko III Muara Bungo. Skripsi. Prgram Studi PendidikanGuru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas

    Jambi, Pembimbing: (I) Dr.Ekawarna,M.Psi dan (II) Drs.Ade

    Kusmana, M.HUM.

    Kata Kunci: Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kontekstual.

    Kurangnya keterlibatan siswa di dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia diKelas V SD Negeri No. 140/II Talang Silungko disebabkan karena penyajian materi

    pelajaran Bahasa Indonesia selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan

    seluruh potensi dirinya sehingga sebagian pelajaran lanjutan, guru masih dominan

    menggunakan metode ceramah dan penugasan, sehingga hasil belajar yang diperolehsiswa masih rendah yaitu tingkat keberhasilan yang hanya mencapai rata-rata 58%

    siswa tuntas mencapai nilai minimum yang ditetapkan darisetiap evaluasi (KKMBahasa Indonesia Kelas V 67). Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka

    dilaksanakan Pembelajaran Konstekstual dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan

    hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri No. 140/II Talang Silungkopada semester I tahun ajaran 2012/2013 pada Pokok Bahasan Menulis Karangan.

    Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan

    dalam tiga siklus. Setiap siklus melalui tahan perencanaan tindakan, observasi,evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui

    ulangan formatif serta lembar pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran melalui

    lembar observasi.Dari hasil ulangan formatif pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa

    pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan hasil belajar, dengan model pembelajaran

    Kontestual siswa kelas V SD Negeri No. 140/II Talang Silungko meningkat dengan

    nilai rata-rata hasil evaluasi 67,40 pada siklus I menjadi 71,40 pada siklus II,

    meningkat menjadi 75,40 pada siklus III serta terjadi peningkatan ketuntasan belajardari 64,70% pada siklus I, 73,61% pada siklus II, dan 86,11% pada siklus III.

    Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian, dapat disimpulkan bahwa

    dengan menggunakan model Pembelajaran Kontesktual dapat meningkatkan aktivitasdan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis

    karangan.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    7/129

    7

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur terlibih dahulu penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    sebab atas berkat dan karunia Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proposal

    Penelitian Tindakan Kelas Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam

    melaksanakan Program S1 PGSD Universitas Jambi.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.

    Ekawarna, M.P.Si selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Ade Kusmana, M.Hum

    selaku pembimbing II yang penuh dengan kesabaran dan selalu mendorong penelitian

    untuk menyusun proposal penelitian ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih

    kepada :

    1. Bapak Drs. Affan Mali, SE sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Jamib.

    2. Bapak Mursidi, MM, sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bungo

    yang telah member izin kepada saya untuk mengikuti Program S-1 PGSD

    FKIP Universitas Jambi.

    3. Bapak Kepala Sekolah SDN 140/11 Talang Silungko III yang telah membantu

    saya selama saya mengadakan penelitian.

    4. Keluarga tercinta yang selalu mendampingi dan member motivasi dalam

    mengikuti perkuliahan.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    8/129

    8

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iPERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. iiPENGESAHAN ............................................................................................. iii

    PERNYATAAN ............................................................................................. iv

    ABSTARK .................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ................................................................................... viDAFTAR ISI ................................................................................................. vii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ixBAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang Tvlasalah ........................................................ 1

    1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 51.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

    1.4. Manfaat Hasil Penelitian ........................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

    2.1 Belajar dan Pembelejaran ............................................................. 92.1.1 Pembelajaran Menulis pada Kurikulum SD ....................... 9

    2.1.2 Kemampuan Menulis Karangan ......................................... 10

    2.1.3 Tinjauan Tentang Pembelajaran Kontekstual .................... 142.2 Penelitian yang Relevan ............................................................... 21

    2.3 Kerangakl Berfikir ........................................................................ 22

    2.4 Hipotesis Tindakan ....................................................................... 23

    BAB III METODE PENE.LITIAN................................................................ 253.1. Rancangan Peneluitian Tindakan Kelas ...................................... 25

    3.2 Latar Belakang dan Waktu ........................................................... 263.2.1 Tempat dan Waktu ............................................................. 26

    3.3 Prosedur Penelitian ....................................................................... 27

    3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 35

    3.5 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 363.6 Prosedur Analisis Data ................................................................. 37

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............................... 39

    4.1. Hasil Penelitian ........................................................................ 394.1.1.Siklus 1 ............................................................................ 39

    4.1.2.Siklus II ............................................................................ 414.1.3.Siklus III .......................................................................... 43

    4.2. Pembahasan .............................................................................. 47

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 49

    5.1. Kesimpulan ............................................................................... 495.2. Saran ......................................................................................... 49

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    9/129

    9

    DAFTAR PLISTAKA ................................................................................... 50

    DAFTAR TABEL

    3.1. Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................................... 31

    3.2 Kisi Kisi Kemampuan tes Menulis Karangan .......................................... 36

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    10/129

    10

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 10 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................ 76

    Lampiran 11 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............... 77Lampiran 12 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ............. 79

    Lampiran 13 Lembar Observasi Pelkasanaan Pembelajaran Siklus I ................ 79

    Lampiran 14 Lembar Observasi Pelkasanaan Pembelajaran Siklus II ............... 80

    Lampiran 15 Lembar Observasi Pelkasanaan Pembelajaran Siklus II ............... 81

    Lampiran 16 Tabel Analisis Hewan Evaluasi I .................................................. 82

    Lampiran 17 Tabel Analisis Hasuil Evaluasi II ................................................. 79

    Lampiran 18 Tabel Analisis Hasil Evaluasi III .................................................. 84

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    11/129

    11

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Keterampilan berbahasa khususnya mengarang merupakan keterampilan

    yang sangat penting bagi setiap siswa. Keterampilan mengarang atau menulis

    memerlukan latihan-latihan dan kecermatan yang menggunakan ejaan, tanda

    baca, pembentukan kata, pemilihan kata dan penggunaan kalimat yang efektif.

    Penguasaan keterampilan ini memungkinkan seseorang dapat menulis dengan

    lancar.

    Kemampuan mengarang seseorang bukan ditentukan oleh bakat saja,

    melainkan dapat juga dipelajari. Kemauan merupakan modal yang sangat

    menentukan keberhasilan seseorang dalam menulis. Dengan kemauan, seseorang

    berlatih sampai berhasil. Oleh karena itu, kemampuan menulis harus dibina dan

    ditingkatkan secara intensif.

    Keterampilan mengarang perlu ditumbuhkan pada siswa sejak dini, agar

    siswa terlatih dalam menuangkan buah pikirannya secara teratur, menuangkan

    gagasannya secara teratur, baik itu menulis dalam wujud paragraf maupun dalam

    wujud yang lebih besar dengan menyesuaikan ejaan serta tanda baca yang ada.

    Di samping itu pula keterampilan menulis perlu diajarkan secara bertahap dalam

    upaya membiasakan dan menumbuhkan kemampuan menulis pada siswa.

    1

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    12/129

    12

    Bagi siswa keterampilan mengarang sudah menjadi kebutuhan sejak

    pendidikan Sekolah Dasar, karena banyak kegiatan yang dilakukan menuntut

    adanya kemampuan menyusun pikiran dalam sebuah paragraf maupun wacana

    yang hates disesuaikan dengan ejaan dan tanda baca.

    Keterampilan menulis merupakan satu komponen keterampidan

    berbahasa yang paling penting dalam kehidupan anak. Dengan terampil menulis

    mereka dapat menyampaikan pendapat dan gagasan secara jelas kepada orang

    lain secara tertulis. Penguasaan tanda baca bagi siswa dalam menulis wacana

    sangat penting peranannya. Dengan menguasai tanda baca siswa akan lebih cepat

    mengerti dan dapat mengarahkan pikirannya. Menulis tanpa tanda baca akan

    menyulitkan siswa dalam merangkai kalimatnya. Selain menyulitkan siswa,

    penguasaan tanda baca dalam menulis wacana dapat menghindari siswa dalam

    menulis kalimat panjang-panjang. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

    meningkatkan keterampilan menulis adalah penguasaan tanda baca. Penguasaan

    tanda baca itu dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wacana. Dengan

    memahami teknik wacana dalam penguasaan tanda baca pada sebuah wacana

    memudahkan guru maupun siswa melaksanakan proses pembelajaran.

    Mutu pendidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu pembelajaran

    (Wraag, 1996: vi). Sehubungan dengan itu, peningkatan mutu pembelajaran

    bahasa Indonesia tergantung pada kemampuan guru menggunakan berbagai

    pendekatan dalam pembelajaran. Melihat begitu pentingnya perm guru dalam

    pembelajaran, namun kenyataannya yang terjadi di SDN 140/II Talang Silungko

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    13/129

    13

    III, guru bahasa Indonesia dominan menggunakan pendekatan konvensional,

    yang lebih menitikberatkan pada materi yang ada path buku. Guru jarang

    mengaitkan antara pembelajaran menulis dengan lingkungan sekitar siswa

    sebagai cumber belajar. Dengan demikian pembelajaran menulis karangan

    seolah-olah tidak bermanfaat bagi siswa dan jauh dari pengalaman anak sehari-

    hari.

    Dengan adanya kondisi seperti itu, berdampak pada kemampuan siswa

    dalam menulis karangan. Berdasarkan pengamatan pendahuluan penulis, 58%

    siswa belum mampu mengarang dengan baik dan lancar. Kondisi ini ditemui di

    SDN 140/II Talang Silungko III. Beberapa fakta yang lain yang tampak di kelas

    V' SDN 140/II Talang Silungko III adalah, minat siswa dalam pembelajaran

    menulis karangan kurang mengembirakan atau rendah, indikatornya adalah: (1)

    siswa tidak memberikan pehatian yang cukup dalam pembelajaran, (2) mengeluh,

    (3) mengeljakan tugas menulis karangan seenaknya sambil bercakap-cakap

    dengan temannya, dan (4) tidak mengumpulkan pekerjaan jika tidak diwajibkan.

    Dengan adanya kondisi seperti itu, wajarlah kemampuan siswa dalam menulis

    karangan mengkhawatirkan.

    Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya langkah-langkah konkret

    yang dilakukan guru bahasa Indonesia. Langkah yang dilakukan untuk

    memecabkan masalah tersebut adalah menerapkan pembelajaran kontekstual

    dalam pembelajaran menulis karangan. Pembelajaran kontekstual pada mulanya

    dikenal ada istilah contextual learning yang dapat diindonesiakan menjadi belajar

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    14/129

    14

    yang kontekstual. Sebenarnya konsep pembelajaran kontekstual dengan prinsip-

    prinsipnya bukan merupakan konsep baru. Konsep dasar pendekatan ini

    diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey, yang

    mengetengahkan bahwa kurikulum dan metodologi pengajaran seharusnya erat

    hubungannya dengan minat dan pengalaman siswa. Filosofi pembelajaran

    kontekstual yang berakar dan paham progresivisme John Dewey

    mengetengahkan bahwa proses belajar akan efektif bila pengetahuan bare

    diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa

    sebelumnya. Pengetahuan yang diberikan hendaknya ada hubungan yang erat

    dengan pengalaman siswa sesungguhnya atau merupakan pengalaman nyata.

    Howey dan Zipher sebagaimana. dikutip Kasihani dan Nurhadi (2002:3)

    menyatakan bahwa suatu program pembelajaran bukanlah sekedar merupakan

    kumpulan mata pelajaran namun lebih dari itu. Banyak hal yang perlu

    dipertimbangkan dalam menyusun suatu program pembelajaran.

    Dalam kaitannya dengan pendekatan kontekstual, pembelajaran

    mengandung dua segi kegiatan, yakni kegiatan guru "proses melakukan atau

    menjadikan orang lain (siswa) belajar" dan kegiatan siswa "melakukan kegiatan

    belajar". Dengan pengertian itu, pembelajaran dapat disepadankan dengan istilah

    teaching-learning atau teaching and learning. Kedua istilah itu lazim

    berdampingan dan beratribut Contextual dalam frasa istilah Contextual Teaching

    and Learning yang dapat disepadankan dengan pembelajaran yang kontekstual.

    Johnson (dalam Kasihani dan Nurhadi, 2002:25) menyatakan bahwa

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    15/129

    15

    pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan

    membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang dipelajari dengan

    cam menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, seperti: konteks

    lingkungan pribadi, sosial, dan budaya. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran

    bermakna bagi siswa. Dari paparan di atas, tampak bahwa pembelajaran

    kontekstual akan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

    karangan pada siswa kelas V semester I SDN No. 140/II Talang Silungko III.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan Latar Belakang Penelitian, dapat dirumuskan masalah

    penelitian sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah kemampuan menulis karangan siswa kelas V semester ISDN No. 140/II Talang Silungko III yang diajarkan dengan pendekatan

    kontekstual tahun pelajaran 2012/2013.

    2. Apakah melalui pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuanmenulis karangan siswa kelas V semester I SDN No. 140/II Talang

    Silungko III tahun pelajaran 2012/2013.

    3. Kendala-kendala apa yang dialami dalam penerapan pendekatankokntekstual dalam pebelajaran menulis karangan pada siswa kelas V

    semester I SDN No. 140/II Talang Silungko III tahun pelajaran 2012/2013.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    16/129

    16

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tidak ada suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa tujuan

    tertentu dan jelas. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang umumnya

    dilandasi oleh tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas dapat mengarahkan tindakan

    untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sebaliknya kaburnya tujuan

    mengakibatkan simpang tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu, tindakan ini

    dilandasi oleh beberapa tujuan. Secara garis besar ada dua tujuan yang ditetapkan

    dalam penelitian ini, yaitu (1) tujuan umum dan (2) tujuan khusus.

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

    membina dan mengembangkan bahasa Indonesia, terutama yang

    menyangkut empat aspek keterampilan berbahasa berdasarkan kaidah-

    kaidah yang berlaku baik di kalangan pendidikan maupun masyarakat

    terutama dalam kaitannya dengan keterampilan menulis karangan .

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Selain tujwui umum tersebut di atas, penelitian ini juga mempunyai

    tujuan khusus, yaitu:

    1. Untuk menkan kemampuan menulis karangan deskipsi siswa kelas Vsemester 1 SDN 140/II Talang Silungko III melalui penerapan

    pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2012/2013.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    17/129

    17

    2. Untuk meningkatvqtt kemampuan menulis karangan siswa kelas Vsemester 1 SDN 140/II Talang Silungko III melalui penerapan

    pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2012/2013.

    3. Untuk menkan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapanpendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan siswa

    kelas V semester 1 SDN 140/II Talang Silungko III melalui penerapan

    pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2012/2013.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini menyangkut dua aspek, yaitu:

    (1) manfaat teoretis, dan (2) manfaat praktis

    1.4.1 Manfaat Teoretis

    Secara teoretis, manfaat yang diperoleh melalui penelitian tindakan

    kelas ini adalah sebagai berikut.

    1. Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan, khususnyadalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia.

    2. Merangsang peneliti lain untuk meneliti lebih mendalam terhadap hal-hal yang belum tergambar dalam penelitian ini.

    3. Sebagai bahan referensi dalam perpustakaan bagi mahasiswa yangmemer-lukan.

    4. Sebagai dasar pengambilan kebijakan bagi kemajn pendidikan itusendiri.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    18/129

    18

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Secara praktis, manfaat yang diperoleh melalui penelitian tindakan

    kelas ini adalah sebagai berikut:

    1. Guru

    Guru akan dapat memilih pendekatan kontekstual sebagai salah satu

    alternatif pendekatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan

    kemampuan menulis karangan siswa kelas V semester 1 SDN 140/II

    Talang Silungko III . Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan

    dapat memotivasi guru bahasa Indonesia yang lain dalam memanfaatkan

    pendekatan-pendekatan lain dalam pembelajaran sehingga kegiatan

    menulis merupaakn kegemaran siswa.

    2. Siswa

    Siswa akan tumbuh motivasinya untuk belajar, karena belajar melalui

    pendekatan kontekstual pada dasamya adalah meningkatkan jalam

    pikiran sesuai apa yang dilihat secara nyata. Disamping itu, dengan

    mengamati lingkungan sekitarnya dan sesuai dengan apa yang mereka

    alami maka suasana belajar mengasilkan dan menyenagkan

    3. Sekolah

    Dalam hal ini Dinas Pendidikan Perpustakaan dan Arsip Kabupaten

    Bungo akan mendapat masukan dari hasil penelitian ini untuk

    mengambil kebijakan barn dalam kemajuan pendidikan selanjutnya.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    19/129

    19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Hasil Belajar

    Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah scholasticAchievement

    atau ademic achievement adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai

    melalui proses bel;ajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka-angka

    atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Brigss, 1979). Menurut Gagne dan

    Driscoll (1988;36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

    siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan

    siswa (Learners Performance) Gagne dan Brigss (1997) menyatakan bahwa

    hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi

    Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang

    dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.

    Mulyana ( 1999) Menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

    diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar mengajar. Belaajr itu sendiri

    merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk mmperoleh suatu

    perubahan perilaku yag relatif menetap . Dalam kegiatan belajar mengajar yang

    terprogram dan terkontrol yang disebut dengan kegiatan pembelajaran atau

    kegiatan instruksional. Tujuan pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu oelh

    guru. Anak yang berhasil mengajar ialah yang berhasil mencapai tujuan

    pembelajaran atau tujuan instruksional.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    20/129

    20

    Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat

    dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

    belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

    dibandingkan pada saat sebelum belajar.

    Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah

    kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

    merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

    Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar

    akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

    menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti

    Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

    dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

    Perinciannya adalah sebagai berikut: (a) Ranah Kognitif,Berkenaan dengan hasil

    belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,

    penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. (b) Ranah Afektif, Berkenaan dengan

    sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,

    menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai

    atau kompleks nilai.(c) Ranah Psikomotor, Meliputi keterampilan motorik,

    manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,

    mengamati).

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    21/129

    21

    Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

    karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

    menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

    Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

    ia menerima pengalaman belajarnya.

    Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria

    dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa

    sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih

    baik lagi.

    Mudhofir (1996). Menyatakan bahwa secara garis besar yang

    mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) Fktor

    Internal yang bersumber dari luar manusia yang meliputi faktor Biologis dan

    psikologis. (b) Faktor Internal yang bersumber dari luar manusia yang meliputi

    faktor manusia dan faktor yang bersumber dari luar manusia meliputi alam,

    hewan, benda dan lingkungan fisik. Ada dua cara mengukur pencapaian belajar

    siswa yaitu : (a) Norm referenced evaluation (NRE) atau Penilaian Acuan Norma

    (PAN), Dikategorikan cara lama kareana pencapaian siswaukuranmnya sangat

    relatif. Cara ini tidak dpat dikategorikan baku karena hasil belajar siswa hanya

    dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh teman sekelasnya, atau hasil rata-

    rata pada sekolah dibandingkan dengan hasil rata-rata pada sekolah lain. (b)

    Criterion Reference Evaluatio (CRE/ Penilaian Acuan Patokan) (PAP) adalah

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    22/129

    22

    cara yang dikehendaki dalam rangka Proses Belajar Mengajar dengan

    mempergunakan system instruksi

    Dick dan Reiser (1989;1!) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

    kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan

    pembelajara, yang terdiri dari empat macam, yaitu : Pengetahuan, Keterampilan,

    intelektual, ketrampilan motorik dan sikap. Sedangkan Bloom, et.al (1966: 7)

    membedakan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (p engetahu

    an) , ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (ketrampilan motorik)

    Setiap ranah dikiasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap

    kemampuan yang harus dicapai (level of competence). Untuk ranah

    "pengetahuan" mulai dan tingkat paling ringan yaitu mengingat kembali (recall),

    memahami (comprehension), penerap an (application), analisis (analysis),

    sintesis (synthesis) sampai evaluasi (evaluation). Ranah sikap mulai dari

    menangkap/merespon pasif, bereaksi dengan sukarela/merespon aktif,

    mengapresiasi, men gh ayati / internalisasi, sampai akhirnya menjadi karakter

    atau jiwa di alam dirinya (life style). Sedangkan ranah psikomotorik mulai dari

    tingkat mengamati, selanjutnya membantu melakukan, melakukan sendiri,

    melakukan dengan lancar sampai secara otomatis atau reflekstoris.

    Menurut Arikunto (1990: 102) yang dimaksud dengan hasilbelajar adalah

    suatu hasil yang cliperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang

    dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam benruk angka,

    huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang, dan sebagainya.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    23/129

    23

    Begitu pula menurut Hamalik (2003: 155) hasil belajar adalah perubahan

    tingkah laku pada did siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk

    perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar itu biasanya

    dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang, kurang dan

    sebagainya. Sedangkan menurut Djamarah (1997: 22) hasil belajar adalah hasil

    yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan peru dari dalam diri

    individu sebagai hasil dari proses belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk

    atau huruf. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar juga dapat ditunjukkan

    dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

    laku, keterampilan, kecakapan, kebiasai. serta perubahan aspek-aspek lain yang

    yang ada pada individu yang belajar.

    Menurut Gagne (1977), Gagne dan Driscoll (1988) hasil belajar bukan

    merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh

    pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku tersebut

    merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya banyak ketrampilan yang

    telah dipelajari memberikan sumbangan bagi be ketrampilan yang lebih rumit.

    Belajar merupakan suatu proses kompleks yang menghasilkan berbagai

    macam tingkah laku yang berlainan yang di "kapasitas". Kapasitas itu diperoleh

    orang

    (1). Stimulus yang berasal dari lingkungan, dan

    (2). Proses kognitif yang dilakukan si balajar

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    24/129

    24

    Berdasarkan pandangannya ini mendefinisikan secara formal bahwa

    "be lajar adalah perubahan dalam disposisi kapabilitas manusia yang

    berlangsung selama masa waktu dan tidak semata-mata diseba oleh proses

    pertumbuhan. Perubahan terberbentuk perubahan tingkah laku, hal itu dapat

    diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan

    tingkah laku yang diperoleh setelah belajar. Margaret G. Bell (dalam Panen,

    2000) lebih lanjut mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku dapat

    berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat atau

    nilai, perubahan itu harus bertahan selama beberapa periode waktu.

    Menurut Gallowing (1976), belajar merupakan suatu proses internal

    yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan factor-

    faktor lain. Proses belajar disini antara lain mencakup pengaturan stimulus

    yang diterima dan penyesuaian dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam

    pikiran seseorang berdasarkan pengalamanpengalaman sebelumnya.

    Gagne (1977) menemukan lima ragam belajar yang terjadi pada

    manusia, yaitu ; 1). Informasi verbal, 2). Ketrampilan intelek, 3). Ketrampilan

    motorik, 4). Sikap, dan 5). Siasat kognitif.

    Informasi verbal adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori

    memperoleh label atau nama-nama, fakta dan bidang pengetahuan yang telah

    tersusun. Menurut Sinambela (1977) kemampuan verbal ini sangat erat

    hubungannya dengan hasil belajar. Hasil penelitian Rusiaman (1990) dan

    Mukhayar (1991) menemukan bahwa proses menalar banyak tergantung dari

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    25/129

    25

    perpaduan antara intelegensi dan kemampuan verbal siswa. Kegiatan untuk

    mengetahui kapabilitas informasi verbal ini dilakukan dengan mengatakan,

    suatu faktor atau peristiwa, memberi nama lain yang hampir sama, membuat

    ikhtisar dari informasi yang telah dipelajari.

    Data informasi verbal menurut Huda (1997) pada umumnya diperoleh

    dengan tiga teknik yaitu ; kuesioner, buku harian, dan wawancara Dari

    kuesioner dan buku harian diperoleh informasi verbal tulis, namun kuesioner

    lebih produktif daripada buku harian. Wawancara dapat menghasilkan

    informasi verbal Jenisnya terdiri dari wawancara konvensi yang menanyakan

    pengalaman, perasaan, dan pengamatan yang telah dilakukan oleh

    pembelajar terhadap dirinya sendiri. Dan wawancara tentang apa yang

    berlangsung dalam pikiran pembelajar. Teknik kedua ini disebut verbalisasi

    pikiran aloud).

    Keterampilan intelek adalah kapabilitas yang berupa keterampilan

    membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat. Keterampilan

    intelektual berhubungan dengan pendidikan formal mulal tingkat dasar dan

    seterusnya. Keterampilan intelek ini terdiri atas empat ketrampilan yang

    berhubungan dan bersifat sederhana sampai yang rumit yaitu belajar

    diskriminasi (membedakan), belajar konsep konkrit konsep menurut definisi,

    belajar kaidah belajar kaidah yang tarafnya lebih tinggi. Ketrampilan gerak

    (motorik) adalah kapabilitas yang mendasari pelaksanaan perbuatan

    jasmaniah. Ketrampilan ini bila dipraktekkan akan bertambah sempurna.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    26/129

    26

    Untuk itu dalam mengajarkannya perlu banyak pengulangan atau latihan-

    latihan di umpan balik dari lingkungan.

    Sikap adalah kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang

    tindakan mana yang perlu diambil. Menurut Wrightsman (1988) sikap adalah

    kesediaan untuk bertingkah laku terhadap objek di lingkungan. Karakteristik

    dari sikap senantiasa mengikutsertakan segi evaluasi yang berasal dari

    komponen afeksi. Komponen afeksi mengandung sistem penilaian emosional

    yang dapat bersifat positif/negatif atau dapat menimbulkan perasaan

    senang/tidak senang. Berdasarkan penilaian ini maka terjadilah

    kecenderungan untuk bertingkah laku.

    Krech dan Crutchfield (1962) dalam Zahera (1997) mengemukakan

    bahwa sikap seseorang ditentukan oleh faktor kebutuhankebutuhan individu,

    informasi yang diperoleh mengenai objek sikap, kelompok tempat individu

    berafiliasi, dan kepribadian individu. Sedangkan Nimpoeno (1988)

    menyebutkan bahwa sikap dan tingkah laku manusia sangat dipengaruhi oleh

    nilai dan norma yang diba-wa sejak masa kecilnya. Ciri kapabilitas ini adalah

    tidak menentukan tindakan khusus apa yang perlu diambil. Belajar

    memperoleh sikap didasarkan pada informasi tentang tindakan apa yang perlu

    dilakukan dan apa akibatnya.

    Yang terakhir adalah siasat kognitif yaitu kapabilitas yang mengatur

    bagaimana si belajar mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berfikir

    dalam rangka pengendalian sesuatu untuk mengatur suatu tindakan, hal ini

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    27/129

    27

    mempengaruhi dan perhatian si belajar dan informasi yang tersimpan dalam

    ingatannya. Kapasitas ini mempengaruhi siasat si belajar dalam rangka

    menemukan kembali hal-hal yang teiah tersimpan. Siasat kognitif ini

    merupakan suatu proses inferensi atau induksi dimana seseorang mengingat

    objek-objek dan kejadian-kejadian dalam rangka memperoleh suatu kejelasan

    mengenai suatu gejala untuk menghasilkan induksi.

    Jerome S. Bruner adalah seorang ahli Psikologi Kognitif, yang

    memberi dorongan agar pendidikan memberi perhatian pada pentingnya

    pengembangan berfikir. Bruner tidak mengembangkan teori belajar yang

    sistematis, dasar pemikiran teorinya memandangbahwa manusia adalah

    sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi.

    Oleh karenanya yang terpenting dalam belajar menurut Bruner

    adalah cara-cara bagaimana seseorang mempertahankan dan

    mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif. Sehubungan

    dengan itu Bruner sangat memberi perhatian pada masalah apa yang

    dilakukan manusia dengan informasi yang diterima itu untuk mencapai

    pemahaman dan membentuk kemampuan berfikir siswa.

    Selanjutnya menurut Bruner (1962) agar proses belajar berjalan lancar

    terdapat tiga faktor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para

    guru didalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu :

    1. Pentingnya memahami struktur pelaj aran.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    28/129

    28

    2. Pentingnya belajar aktif supaya seseo dapat menemukan sendiri konsep-konsep

    3. sebagai dasar untuk memahami de benar4. Pentingnya nilai dari berfikir induktif.

    Berdasarkan pandangan Bruner ini, maka ada empat aspek utama yang

    harus menjadi perhatian dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:

    a. Struktur Mata Pelajaran. Struktur mata pelajaran berisi ide-ide,

    konsep-konsep dasar, hubungan antar konsep atau contoh-contoh dari

    konsep tersebut yang dianggap penting. Menurut Bruner proses belajar

    akan lebih bermakna, berguna dan mudah diingat oleh siswa bila

    difokuskan pada memahami struktur mata pelajaran yang akan dipelajari,

    sebab si belajar dapat menghubungkan antara pokok bahasan yang satu

    dengan pokok bahasan yang lain, baik dalam mata pelajaran yang sama

    atau dalam mata pelajaran yang berbeda.

    b. Kesiapan Untuk Belajar. Dalam belajar guru harus memperhatikan

    kesiapan si belajar untuk mempelajari materi baru atau yang bersifat

    lanjutan. Kesiapan belajar dapat terdiri atas penguasaan

    ketrampilanketrampilan yang lebih sederhana yang telah dikuasai

    terlebih dahulu dan yang memungkinkan seseorang untuk memahami dan

    mencapai ketrampilan yang lebih tinggi. Kesiapan untuk belajar ini

    dipengaruhi oleh kematangan psikologi dan pengalaman si belajar. Untuk

    mengetahui apakah si belajar telah memiliki kesiapan untuk belajar perlu

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    29/129

    29

    diberikan tes mengenai materi awal yang berhubungan dengan topik yang

    akan diajarkan. Bila si belajar dapat mengerjakan tes dengan baik, berarti

    ia telah siap. Bila ia tidak mampu mengerjakan sekalipun ia telah bekerja

    keras, ia dinyatakan belum siap.

    c. Institusi. Menurut Bruner motivasi adalah teknik-teknik intelektual analitis

    untuk mengetahui apakah formasi-formasi itu merupakan kesimpulan

    yang sahih atau tidak.

    d. Motivasi . Menurut Bruner motivasi adalah kondisi khusus yang dapat

    mempengarhui individu untuk belajar. Motivasi merupakan variabel

    penting, oelh karena nya Bruner Percaya bahwa hampir semua anak

    mempunyai masa-masa pertumbuhan akan Keinginan Untuk Belajar ,

    ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) mungkin penting untuk

    meningkatkan perbuatan tertentu atau untuk membuat mereka yakin

    hingga mau mengulanggi apa yang sudah dipelajari. Burner menekankan

    pentingnya motivasi instrinsik dibandingkan motivasi ekstrinsik.

    Dari uraian diatas tampak bahwa belajar merupakan rangkaian aktivitas

    yang kompleks, tetapi dilakukan dengan sadar oleh seseorang yang

    mengakibatkan terjadinya perbuahan tingkah laku. Kasiyanti (2000)

    mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

    a. Belajar adalah suatu proses dimana terjadi hubungan salingmempengarhui secara dinamis antara siswa dan lignkungan.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    30/129

    30

    b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa. Tujuanakan menentukan dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.

    c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yangmurni dan bersumber di dalam dirinya sendiri.

    d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu Siswaharus sanggup mengatasinya secara tepat.

    e. Belajar memerlukan bimbingan, bimbingan itu baik dari dosen atautuntutan dari buku pelajaran sendiri.

    f. Jenis belajar yang paling utama ialah untuk berfikir kritis, lebih baikdaripada pembentukkan kebiasaan mekanis.

    g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalahmelalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari

    bersama.

    h.

    Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga

    diperoleh p en gertian-p en gertian .

    i. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telahdipelajari dapat dikuasai.

    j. Belajar harus di s ertai kein gin an dan kemauan yang kuat untukmencapai tujuan atau hasil.

    k. Belajar dianggap berhasil apabila sipelajar telah sanggup mentransferkanatau menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    31/129

    31

    Sesuai dengan prinsip-prinsip belajar di atas, maka untuk memperoleh

    hasil belajar yang optimal, dibutuhkan tiga tahap kegiatan yaitu ; 1). persiapan

    belajar, 2). Pelaksanaan belajar, dan 3). pengendalian belajar. Pada tahap

    persiapan yang harus dilakukan Siswa SMPN1 Tanah Tumbuh adalah

    menyiapkan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan yaitu meliputi ;

    menyiapkan ruang belajar yang bersih, pencahayaan dan ventilasi yang baik

    memelihara kesehatan jasmani, emosional dan sosial, mengatur waktu belajar,

    menyiapkan bahan ajar dan alat tulis yang dibutuhkan.

    Pada tahap pelaksanaan belajar, yang harus dilakukan adalah membaca,

    menghafal, membuat catatan kritis, menjawab pertanyaan, mengerjakan latihan,

    berdiskusi atau bertanya jawab dengan teman sejawat (jika Sedangkan pada tahap

    pengendalian belajar yang dilakukan adalah mengevaluasi efektivitas hasil belajar

    dan menguji apakah hasil dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Jadi bila ditinjau dari proses pengukuran dapat dikatakan bahwa hasil

    belajar merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur secara langsung dengan tes

    dan dapat dihitung hasilnya dengan angka (Woodwort 86 Mar 1957). Hal ini

    berarti bahwa hasil belajar seseorang dapat diperoleh melalui peringkat tes dan

    dengan basil tes dapat memberikan informasi tentang seberapa jauh kemam

    penyerapan materi oleh seseorang mengikuti proses pembelajaran.

    Oleh karena itu basil belajar siswa cermin dari pengetahuan, ketrampilan

    sikap yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi

    belajar merupakan hasil belajar yang telah diukur dan ditunjukkan dengan nilai.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    32/129

    32

    Good (1959) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan pengetahuan

    yang diperoleh atau ketrampilan yang dikembangkan dalam pelajaran di sekolah,

    yang biasanya ditunjukkan dengan skor atau nilai atau pekerjaan yang

    dikembangkan guru.

    Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam

    (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Menurut Suryabrata

    (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor

    psikologis (misalnya kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kemampuan kognitif),

    sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor

    instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran).

    Gagne (1985) menyebut dengan istilah kondisi internal (internal

    conditions) dan kondisi eksternal (external condition). Faktor internal adalah

    faktor yang berasal dalam diri individu yang mempengaruhi prestasi belajar

    siswa. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu : (1) faktor fisiologis,

    (2) faktor psikologis, yang meliputi faktor intelektif (kecerdasan, minat,

    kebutuhan, emosi dan motivasi), serta (3) faktor kematangan. Sedangkan faktor

    eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang.mempengaruhi

    prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut dibedakan atas faktor : (1)

    lingkungan budaya, (2) lingkungan fisik, (3) lingkungan spiritual, dan (4)

    lingkungan Keagamaan (Rusyan dan Samsudin, 1989). Sedangkan Bloom

    (1982:11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar,

    yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, dan pembelajaran.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    33/129

    33

    2.1.1 Motivasi Belajar

    Kata motivasi berasal dari kata motiv yang pada hakekatnya

    merupakan terminologi umum yang memberikan makna "daya dorong

    "keinginan", "kebutuhan", dan "kemauan Motif yang telah aktif disebut

    "motivasi".

    Mc Donald (dalamSardiman, 2001:71) menyatakan bahwa motivasi adalah

    perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

    "perasaaan/feeling dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Elemen

    pentingnya terdiri dari : (1) motivasi itu mengawali terjadinya beberapa perubahan

    energi diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa

    beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological yang ada pada

    manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu

    muncul dari dalam diri manusia ) penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik

    manusia. (2) motivasi ditandai dengan munculnya perasaan (feeling) dan afeksi

    seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,

    afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. Dan (3) motivasi

    akan terangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya

    merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan.

    Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena

    terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini

    menyangkut soal kebutuhan. Marx (1976: 418) menyatakan bahwa motivasi

    menentukan arah dan intensitas tingkah laku. Hudgin (1983: 390) mengemukakan

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    34/129

    34

    bahwa motivasi ini mengarahkan tingkah laku untuk mencapai pada tujuan/ ends.

    Motivasi muncul sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi.

    Kretct Ballachey (1962: 69) mengatakan bahwa motivasi didasari atas keinginan dan

    tujuan. Brown (1980: 113), menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan atau

    rangsangan yang bersifat menyeluruh, situasional, dan berorientasi pada tugas yang

    digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

    Sejak tahun 1940-an David McClelland memulai mengembangkan teori tentang

    motivasi yang difokuskan pada personality, dan temuannya yang sangat terkenal

    disebutkan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh perilaku khusus yang

    bersumber dari trait psikologis (McClelland, 1961). Sebaliknya Maehr and Braskamp

    (1986:35) mengemukakan bahwa motivasi merupakan respon terhadap berbagai

    situasi. Menurutnya faktor-faktor situasi atau kontektual yang berpengaruh terhadap

    motivasi meliputi; normative expectations, role-related expectations, incentives,

    sociocultural definition, dan interpersonal demands.

    Secara teoritis teori tentang motivasi dikelompokkan dalam dua kelompok teori

    utama yaitu : (1) teori-teori isi (content theories) atau sering juga disebut teori

    kebutuhan ( need theories) atau teori kepuasan, dan (2) teori-teori proses (process

    theory). Teori-teori isi berkenaan dengan pertanyaan apa penyebab-penyebab perilaku

    atau memusatkan pada pertanyaan "apa" dari motivasi. Teori-teori isi yang terkenal

    dapat disebutkan antara teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori

    pemeliharaan atau Frederick Herzberg, teori Mc Gregor, dan prestasi dan teori David

    McClelland. Teori- teori proses berkenaan dengan bagaimana perilaku dimulai dan

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    35/129

    35

    dilaksanakan atau menjelaskan aspek "bagaimana" dari motivasi. Teori-teori proses

    antara lain adalah : teori pengharapan (Expectancy theory) dari Victor Vroom teori

    pembentukan tingkah laku (operant conditioning), teori Porter-Lawler, dan keadilan.

    Teori isi dari motivasi memutuskan perhatian pada pertanyaan : apa yang

    menyebabkan perilaku terjadi dan berhenti? Jawabannya terpusat pada: kebutuhan-

    kebutuhan, motif-motif, atau dorongan-dorongan yang mendorong, menekan, memicu

    dan menguatkan dengan faktor-faktor eksternal yang menyebabkan, mendorong dan

    mempengaruhi seseorang untuk berlaku.

    Secara hierarkis, kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow terdiri dari lima,

    yaitu ; physiology, safety, sosial, esteem dan self actualization. Frederick Herzberg

    (teorunya disebut motivation maintenance theory) melihat kebutuhan manusia itu

    menjadi dua kontinum yaitu motivation (satiesfiers) dan hygiene factors

    (dissatisfiers). Satiesfier adalah faktor-faktor atau situasi yang merupakan sumber

    kepuasan yang terdiri dari; achievement, recognation, work it self; responsibility, dan

    advancement. Sedangkan dissatisfier ialah faktor-faktor yang menjadi sumber

    ketidakpuasan yang terdiri dari ; company policy administration, supervision

    technical, salary, interpersonal relations, working condition, job security, dan status

    (Wexley 8s Yukl, 1977).

    Menurut hasil penelitian Herzberg, motivation atau satisfiers yang disebut juga

    intrinsic factors jika dipenuhi akan menimbulkan kepuasan, tetapi bila tidak dipenuhi

    tidak terlalu mengakibatkan ketidakpuasan. Sedangkan hygiene factors atau disebut

    extrinsic factors mempunyai kaitan erat dengan ketidakpuasan, artinya perbaikan

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    36/129

    36

    terhadap kondisi ini akan menghilangkan atau mengurangi ketidakpuasan, tetapi tidak

    menimbulkan kepuasan.

    Teori kebutuhan lain dikemukakan David Mc Clelland, yang melukiskan bahwa

    kebutuhan manusia terdiri dari ; need for power (n/PWR), need for affiliation

    (n/AFT), dan need for achievement (n/ACH). Mc Clelland (dalam Wahjosumidjo,

    1984) m erekom en d asikan beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan tersebut antara

    lain ; memberikan sesuatu yang membuat mereka puas, memberikan mereka otonomi,

    umpan balik terhadap sukses dan kegagalan, berikan mereka peluang untuk tumbuh,

    dan berikan mereka tantangan.

    Dari pengertian motivasi di atas, kemudian diaplikasikan dalam kegiatan belajar,

    maka motivasi belajar pada hakekatnya adalah dorongan penggerak aktif dalam diri

    siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan sebagai

    energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului

    dengan tanggapan terhadap tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar menentukan secara

    langsung terhadap intensitas belajar. Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi

    akan melakukan kegiatan belajar secara optimal (Wiyono,2003:28-34)

    Motivasi belajar merupakan variabel yang paling penting, karena proses belajar

    akan lebih efisien, jika warga belajar yang bersangkutan memiliki keinginan untuk

    mempelajari sesuatu yang dipikirkannya (Kibler, et al, 1981: 122-183). Coffey et al

    (1975:214) menyatakan bahwa, sifat keragamam dan kedinamisan manusia

    menjadikan perbedaan serta perubahan kebutuhan secara

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    37/129

    37

    Individul sesuai dengan situasi dan kondisi, bagi individu hal ini merupakan

    pendorong tumbuhnya motivasi memenuhi kebutuhan untuk mencapai kepuasan.

    Seperti telah disebutkan di halaman depan Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga

    faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar kemampuan kognitif, motivasi

    berprestasi, kualitas pembelajaran.

    Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kapasitas mental yang merupakan

    pranata bagi manusia untuk menyadari atau memperoleh pengetahuan tentang

    sesuatu objek. Kemampuan kognitif tersebut mencakup

    proses seperti menyadari, mengorganisasikan, memahami, mempertimbangkan,

    dan mengemukakan berbagai alas an (Molenda, 1981: 1). Selanjutnya proses kognitif

    dapat juga diartikan sebagai operasi mental yang terjadi pada waktu manusia berfikir

    yang meliputi adanya informasi, kejadian, objek, dan peristiwa yang ada (Glasser dan

    Holyoak, 1986: 2) dan mengemukakan alas an-alasan sebagai basil dari proses

    analisis, sintesis dan evaluasi (Davies, 1989: 151).

    Operasi kognitif dipengaruhi oleh strategi kognitif yaitu cara-cara yang digunakan

    individu dalam mengarahkan perhatian, belaj ar, mengingat dan berfikir. Semua hal

    tersebut merupakan kemampuan yang dip erlukan dalam melakukan kegiatan

    mengarahkan diri. Pada giliran berikutnya strategi kognitif merupakan pranata untuk

    mengontrol dan memodifikasi proses belajar (Gagne dan Briggs, 1979: 71).

    Strategi kognitif berbeda dengan ketrampilan intelektual karena ketrampilan

    intelektual menyangkut orientasi individu terhadap aspek-aspek yang terdapat di

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    38/129

    38

    dalam lingkungan yang mempengaruhi individu dalam memecahkan masalah yang

    berkaitan dengan

    angka-angka, kata-kata, symbol-simbol. Strategi kognitif menyangkut

    kemampuan individu mengendalikan kemampuannya di bidang ketrampilan

    intelektual (Gagne, 1979: 60).

    Kemampuan kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : faktor perhatian,

    persepsi, struktur pengetahuan, formasi dan asimilasi konsep serta Bahasa. Gagne dan

    Briggs (1979: 62) mengemukakan bahwa pengembangan kemampuan kognitif dapat

    dilakukan dengan melatih berbagai keterampilan kognitif. Kegiatan ini dilakukan

    secara hirarkhis yang dimulai dari pengembangan kemampuan melakukan

    diskriminasi, secara konkrit, berpikir secara abstrak dengan memahami berbagai

    hukum dan prinsip diikuti dengan pemecahan masalah.

    Penerapan proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan aktualisasi

    kognitif tingkat tinggi perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan

    strategi pembelajaran yang tersusun secara sistematis dimulai dari tahap awal, tahap

    penyajian dan tahap penutup dan pemantapan dan ditekankan pada pengembangan

    kemampuan dalam mempertentangkan atribut berbagai konsep, berbagai kondisi yang

    berkaitan dengan hubungan sebab akibat sebagai prosedur yang menuju pada

    pengembangan kemampuan. aktualisasi kognitif tingkat tinggi dalam bentuk berpikir

    analisis kritis. penggunaankemampuan berpikir analisis sintesis menghasilkan

    aktualisais kognitif tingkat tinggi dalam bentuk berpikir konstruktif, produktif dan

    berpikir kreatif (Jamaris, 2004 67-101).

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    39/129

    39

    Selanjutnya mengenai motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi terkait erat

    dengan prestasi belajar (Jegede, 1994), karena memberi arahan dan insensitas

    terhadap perilaku berprestasi (Gagne, 1985).

    Motivasi berprestasi menurut Hackhausen (1968:4-2) adalah dorongan pada

    individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi mungkin

    dalam segala aktivitas dimana suatu standar keunggulan digunakan sebagai

    pembanding. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut ada dua kemungkinan berhasil

    atau gagal. Ia mengemukakan tiga standar keunggulan yang dapat digunakan, yaitu :

    (1) task related standard of excellence (tugas, yang berhubungan dengan penyelesaian

    tugas dengan sebaikbaiknya). (2) self related standard of excellence (diri, yang

    berhubungan dengan pencapaian prestasi lebih tinggi dari sebelumnya), dan (3) Other

    standard of excellence (orang lain, yang berhubungan dengan pencapaian prestasi

    lebih tinggi daripada prestasi orang lain). Motivasi

    berprestasi merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu

    secepat dan sebaik mungkin. Kajian indikator yang digunakan adalah : harapan untuk

    sukses, kekhawatiran akan gagal, berkompetisi dan bekerja keras (Robinson, 1961

    dalam Cohen, 1976).

    Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha menyelesaikan

    tugas yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya, meraih prestasi yang lebih

    balk daripada sebelumnya, melebihi prestasi rata-rata rekan-rekannya, bahkan

    mungkin melampaui persyaratan maksimal yang ditetapkan.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    40/129

    40

    Murray (1964) mengemukakan beberapa cirri individu yang bermotivasi

    berprestasi tinggi, yaitu : memiliki sikap percaya diri, bertanggungjawab, aktif dalam

    kegiatan masyarakat dan kampus, lebih memilih orang yang ahli sebagai mitra dari

    pada orang yang simpatik, dan lebih tahan terhadap tekanan social. Haditono (1979:

    29) mengemukakan enam ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi

    yaitu : (1) memiliki gambaran diri positif, optimis dan percaya diri, (2) lebih memilih

    tugas yang tingkat kesukarann sedang-sedang raja daripada tugas yangtinkgat

    kesukarannya sukar atau sangat mudah, (3) berorientasi ke masa depan, (4) sangat

    menghargai waktu, (5) tabah, tekun dan gigih dalam mengerjakan tugas, (6) lebih

    memilih seorang ahli sebagai mitra daripada orang yang simpatik.

    Sedangkan menurut McClelland (dalamTaruh, 2003: 21) siswa yang memiliki

    motivasi berprestasi tinggi biasanya mempunyai ciri-ciri ingin mengerjakan sesuatu

    terbaik, selalu mempunyai harapan untuk sukses ingin berusaha sendiri, memiliki

    semangat belajar yang tinggi dalam berkompetisi, tabah menghadapi rintangan,

    mempunyai tanggungjawab pribadi dan berorientasi ke masa depan.

    Motivasiberprestasi siswa merupakan aspek penting dalam pengajaran dan

    sepenuhnya berhubungan dengan peran guru. Kegagalan dalam motivasi berprestasi,

    seperti siswa merasa bosan, gelisah, tidak kooperatif tampak menjadi kendala utama

    pengajaran (Gagne,1985). Kegagalan tersebut menimbulkan konsekuensi untuk

    memodifikasi strategi pengajaran yang sesuai dengan motivasi berprestasi siswa.

    Dalam pengajaran, motivasi berprestasi siswa merupakan variabel yang tidak

    dapat dimanipulasi oleh perancang pengajaran (Degeng, 1991). Oleh karenanya

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    41/129

    41

    variabel ini hendaknya dijadikan pijakan dalam memilih dan mengambangkan

    strategi pengajaran yang optimal. Dalam menciptakan situasi yang kondusif untuk

    membangkitkan motivasi di lingkungan pendidikan, Ron Renchler (1992: 19)

    memberikan tip sebagai berikut :

    a. Pelihara komunikasi dan saling pengertian antara guru dengan siswa.

    b. Tunjukkan kepada siswa bagaimana motivasi memiliki peranan yang penting

    dalam kehidupan pribadi, pembentukan kema_mpu an profe sion al dan

    pengembangan kepribadian.

    c. Lakukan kerjasama antara siswa, guru, orang tua siswa dan yang lainnya untuk

    membangun tantangan yang berkaitan dengan pencapaian prestasi sekolah dan

    peningkatan prestasi akademik.

    d. Upayakan kegiatan yang mendemonstrasikan bagaimana motivasi memiliki peran

    penting dalam seting noneducational.

    e. Susun program instruksional sebagai alternatif praktek pendidikan tradisional yang

    efektif dapat menumbuhkan motivasi siswa.

    f. Diskusikan topik motivasi se sering mungkin diantara siswa, guru dan staff yang

    lain.

    g. Tunjukkan kepada siswa-siswa bahwa sukses itu penting. Sarankan kepada siswa

    bagaimana mencapai sukses, dan beri reward terhadap siswa yang sukses.

    h. Kembangkan atau buat skedul tentang inservice programs dengan fokus motivasi,

    dan ajak para administrator dalam program tersebut

    i. Tunjukkan bahwa belajar dalam program tersebut

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    42/129

    42

    j. Pahami dan promosikan nilai-nilai motivasi instrinsik dan ekstrinsik.

    Motivasi Hakekat motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan

    seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang

    menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam

    dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasari atas motivasi tertentu

    mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

    Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk

    melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu

    Motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh

    persepsi atau tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan

    atau tidak menyenangkan.

    Motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang. Guru dapat memberikan

    motivasi siswa dengan dengan melihat suasana emosional siswa tersebut.

    Menurutnya, motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap orang, sedangkan

    intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut.

    Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan diatas dapat

    disimpulkan, motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang

    untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai

    berikut : (1) Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2) adanya

    dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (3) Adanya harapan dan cita-cita, (4)

    Penghargaan dan penghormatan atas diri sendiri, (5) Adanya lingkungan yang baik,

    dan (5) Adanya kegiatan yang menarik.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    43/129

    43

    Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

    latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang

    menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Bahkan meliputi segenap

    aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi

    pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses hasil

    belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat

    belajar adalah perubahan. (Djamarah, 2002:11). 19Pendapat Uno (2007) tentang

    pengertian balajar : (1)

    Memodifikasi atau memperteguh kelekuan melalui pengalaman, (2) suatu proses

    perubahan tingkah laku individu dengan lingkunganya, (3) Perubahan tingkah laku

    yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau

    mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar, yang terdapat

    dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan

    atau pengalaman yang terorganisasi, (4) Belajar selalu menunjukkan suatu proses

    perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman

    tertentu (Uno, 2007:7-9).

    Uno (2007) menjelaskan lebih jauh bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang

    dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara

    keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungannya (Uno, 2007:78-79).

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    44/129

    44

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

    suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan llingkungannya (Slameto, 2003:2).

    Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan

    pengalaman (Hamalik, 2004:154).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Ngalim Purwanto dalam

    bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan adalah : 20

    a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor

    individual.

    b. Faktor yang ada di luar individu yang kita faktor sebut faktor sosial. Yang

    termasuk ke dalam faktor individual antara lain kematangan atau

    pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

    Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga

    atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan

    dalam belajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

    Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan diatas, dapat dirangkum bahwa

    belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara

    individu dengan lingkunganya. Belajar menunjukkan suatu proses perubahan

    perilaku atau pribadi seseorangberdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

    Sedangkan dari beberapa definisi tantang belajar, dapat dirumuskan bahwa belajar

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    45/129

    45

    adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi

    antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal, dan non

    formal.

    Motivasi Belajar Siswa

    Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar

    adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi

    sebagai hasil dari praktik atau 21 penguatan (reinforced practice) yang dilandasi

    tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

    Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan

    berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan ciat-cita. Sedangkan faktor

    ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan

    kegiatan belajar ayang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut

    disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk

    melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.

    Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-

    siawa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

    umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator

    motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Adanya hasrat dan

    keinginan berhasil, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) Adanya

    harapan dan cita-cita masa depan, (4) Adanya penghargaan dalam belajar, (5)

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    46/129

    46

    Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6)Adanya lingkungan bel;ajar yang

    kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

    Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan

    belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan

    pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain,

    kebermaknaan bahan pelajran dan 22 kegiatan pembelajaran memiliki peranan yang

    amat penting dalam keberhasilan belajar siswa. (Djamarah, 2002:80).

    Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi

    tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu

    sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2006:71).

    Tujuan motivasi bagi seorang guru adalah untuk menggerakan atau memacu para

    siswanya agar timbul keinginan dan kemajuan untuk meningkatkan prestasi

    belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan

    ditetapakan di dalam kurikulum sekolah (Purwanto, 2006:73).

    Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

    Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan

    prilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

    1). Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar. Motivasi dapat berperan

    dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu

    masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat

    bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    47/129

    47

    2). Peranan Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar. Peran motivasi dalam

    memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan

    tertarik untuk belajar 23 sesuatu, jika yang dipelajari itu setidaknya sudah dapat

    diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

    3). Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar. Seorang anak yang telah termotivasi

    untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun,

    dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa

    motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

    Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk

    belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan

    hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motvasi sangat berpengaruh terhadap

    ketahanan dan ketekunan belajar (Uno, 2007:27-28).

    4). Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan

    belajar yang akan dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf

    maupun kalimat yang dapat me4ncerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

    anak dalam mperiode tertentu (Tirtonegoro, 2001:43).

    Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor

    yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Slameto (2003 : 54-60) adalah:

    a.Faktor Intern

    1). Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun dari pengalaman

    siswa. Faktor ini diantaranya adalah panca indra 24 yang tidak berfungsi sebagai

    mestinya, seperti cacat tubuh, mengalami sakit dan sebagainya

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    48/129

    48

    2). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari

    pengalaman, terdiri atas:

    a) Faktor intelektif yang mempunyai potensial, yaitu kecerdasan

    dan bakat serta faktor kecakapan nyata dan potensi yang

    dimiliki oleh siswa.

    b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

    seperti sikap, motivasi, emosi dan penyesuaian materi.

    b.Faktor ekstern

    Faktor ekstern meliputi:

    1). Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan seolah, lingkungan

    masyarakat dan lingkungan kelompok;

    2). Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tegnologi dan kesenian;

    3). Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim;

    4). Faktor spiritual dan keagamaan;

    2.1 Belajar dan Pembelajaran

    Uraian bab ini mengenai teori yang mendukung penelitian terutama yang

    bekaitan dengan variable penelitian, antara lain : (1) pembelajaran menulis pada

    kurikulum Sekolah Menengah Pertama, (2) kemampuan menulis karangan, dan

    (3) tinjauan tentang kontekstual. Disamping itu, pada bagian ini juga dipaparkan

    tentang kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Untuk lebih jelas diuraikan

    sebagai berikut :

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    49/129

    49

    2.1.1. Pembelajaran Menulis pada Kurikulum Sekolah Dasar

    Dalam pembelajaran menulis guru menggunakan kegiatan menulis yang

    bervariasi sehingga siswa tidak merasa jenuh atau bosan. Ramirez (1990;229)

    mengemukakan bahwa "Kegiatan menulis dapat berupa melengkapi kalimat,

    membuat catatan, menulis karangan dan laporan, membuat surat, dan

    menciptakan puisi atau cerita. Kepala (dalam Ramirez, 1995;273) menyatakan

    empat kegiatan menulis, yaitu : (1) writing without composing, yaitu mengisi

    titik-titik dadlam lataihan menulis, melengkapi bentuk, dan transkip atau

    daftar kata, (2) writing for informasi purposes, misalnya note taking, laporan,

    ringkasan, (3) writing for persona/purposes, misalnya jurnal, buku harian,

    memo, catatan, (4) writing for imaginative purposed, misalnya cerita fisik,

    drama, dan puisi.

    Jenis kegiatan menulis yang disampaikan oleh Ramirez dan Kaplan di

    atas dibedakan menjadi dua, yaitu sastra dan nonsastra. Jenis kegiatan menulis

    nonsastra meliputi membuat catatan, laporan, surat, buku harian, memo, dan

    jurnal, sedangkan jenis sastra meliputi menulis puisi, drama, dan cerita. Jenis

    kegiatan menulis tersebut seperti yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan.

    Suyanto dan Hisyam (2000: 93) mengungkapkan bahwa "pembelajaran

    menulis perlu diarahkan secara fungsional, komunikatif, dan kreatif'. Guru

    hendaknya mengaitkan dengan mata pelajaran lain untuk peningkatan

    9

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    50/129

    50

    pembelajaran menulis secara fungsional, misalnya menulis karya ilmiah

    remaja (KIR) atau penelitian ilmiah remaja (PIR). Kedua jenis karya ilmiah

    ini memang ada perbedaan. Pada KR, karya ilmiah ditekankan sebagai hasil

    dari sebuah penelitian, sedangkan KIR tidak harus merupakan karya berupa

    hasil penelitian. KIR dapat berupa sebuah karya hasil studi kepustakaan.

    Kedua jenis ini melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis karena dalam

    menulis keduanya harus memenuhi kriteria pendekatan ilmiah. Pendekatan

    ilmiah adalah langkah-langirPh yang meliputi perumusan masalah, perumusan

    hipotesis, penalaran deduktif, pengumpulan dan analisis data, serta pengujian

    hipotesis.

    2.1.2 Kemampuan Menulis Karangan

    Kemampuan menulis merupakan salah satu dari empat kemampuan

    berbahasa. Keempat kemampuan tersebut adalah kemampuan menyimak,

    berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak dan membaca

    termasuk keterampilan reseptif yang berkenaan dengan memahami bahasa,

    sedangkan kemampuan berbicara dan menulis termasuk keterampilan

    produktif yang berkenaan dengan kemampuan menggunakan bahasa.

    Berdasarkan pemerolehannya, kemampuan menulis dikuasai setelah seseorang

    menguasai kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

    Badudu (2001: 1988) menyatakan bahwa "menulis melahirkan pikiran

    atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan".

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    51/129

    51

    Nurgiyantoro (1995: 296) mengungkapkan dua pengertian menulis. Pertama,

    pengertian menulis dilihat dan segi kemampuan berbahasa, menulis adalah

    aktivitas produktif, dan aktivitas menghasilkan bahasa. Kedua, pengertian

    menulis secara umum. Secara umum, menulis adalah aktivitas

    mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Pengertian pertama

    menekankan pada aktivitas menggunakan bahasa, sedangkan pengertian kedua

    menekankan pada aktivitas mengungkapkan gagasan. Menurut Supriadi

    (dalam Kurniawan, 2000) "menulis merupakan proses kreatif yang banyak

    melibatkan cara berpikir menyebar (divergen) daripada memusat

    (konvergen)".

    Ketiga pengertian menulis yang diuraikan di atas memiliki karateristik

    yang sama, yaitu: (a) menulis merupakan aktivitas berpikir, (b) aktivitas

    menulis memerlukan bahasa tulis sebagai media, (c) produk yang dihasilkan

    Bari menulis adalah gagasan (isi tulisan) dan bahasa tulis (tulisan). Dalam

    mengungkapkan pengertian menulis di atas, keduanya menekankan bahwa

    menulis sebagai suatu aktivitas atau proses produktif gagasan dengan bahasa

    tulis, namun Supriadi lebih menekankan bahwa proses tersebut merupakan

    proses yang kompleks karena melibatkan aktivitas berpikir secara luas.

    Berkaitan dengan pengertian menulis, Brown (2001: 335)

    mengungkapkan bahwa secara sederhana menulis merupakan representasi

    dari bahasa lisan. Pengertian ini menunjukkan bahwa kompetensi yang harus

    dimiliki oleh seseorang dalam menulis berbeda dengan kompetensi yang

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    52/129

    52

    diperlukan untuk berbicara. Dengan demikian, pengertian Brown ini

    melengkapi ketiga karakteristik menulis di atas, yaitu menulis sebagai suatu

    aktivitas berpikir yang memerlukan kompetensi khusus, yaitu kompetensi

    menggunakan bahasa tulis dengan baik yang tidak semua orang dapat

    mengembangkannya.

    Berdasarkan uraian keempat pengertian menulis di atas, dapat diketahui

    bahwa menulis merupakan: (1) aktivitas berpikir dan bemalar; (2) aktivitas ini

    memerlukan bahasa tulis sebagai medianya; (3) aktivitas ini menghasilan

    gagasan (isi tulisan) dan bahasa tulis (tulisan) sebagai medianya; dan (4)

    aktivitas ini memerlukan kompetensi khusus, yaitu kemampuan menggunakan

    bahasa tulis yang tidak semua orang dapat mengembangkannya.

    Menurut taksonomi Bloom (dalam Anderson dan Krathwohl, 1991: 149)

    penerapan merupakan ranah kognitif yang setingkat lebih kompleks daripada

    pemahaman. Secara hierarkis, ranah kognitif tersebut adalah pengetahuan,

    pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kategori pemahaman

    bersifat lebih kompleks daripada pengetahuan. Begitu pula penerapan lebih

    bersifat kompleks daripada pemahaman. Berdasarkan taksonomi Bloom

    tersebut, kemampuan menulis sebagai kemampuan produktif yang bersifat

    menggunakan bahasa akan dirasakan lebih kompleks daripada kemampuan

    menyimak dan membaca yang berupa keterampilan reseptif yang bersifat

    memahami bahasa. Pendapat ini tepat karena seseorang dapat mengunakan

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    53/129

    53

    atau mengaplikasikan sesuatu setelah seseorang memahami konsep yang akan

    diaplikasikan.

    Untuk menulis dengan baik, seseorang dituntut menguasai berbagai

    unsur kebahasaan, seperti: ejaan, tanda baca, kosakata, struktur kata, struktur

    kalimat, paragraf, dan gaya bahasa. Selain unsur kebahasaan, seseorang hams

    menguasai unsur di luar bahasa sebagai unsur isi tulisan. Unsur bahasa

    maupun unsur isi haruslah teijalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan

    karangan yang runtut dan padu (Nurgiyantoro, 1995: 294). Kurniawan (2000:

    1) menegaskan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga komponen dalam

    menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai

    media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik,

    dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan

    ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana

    merangkai isi dengan tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga

    membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita

    pendek, makalah, dan sebagainya. Dan dua pendapat di atas, dapat dinyatakan

    bahwa agar dapat menulis dengan baik, seseorang harus menguasai bahasa

    tulis, isi tulisan yang sesuai dengan topik, dan jenis tulisan.

    Menurut Supriadi (dalam Kurniawan, 2000: 4), "menulis merupakan

    suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir menyebar

    (divergen) daripada memusat (konvergen). Sebagai proses kreatif yang

    berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap,

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    54/129

    54

    yaitu: (1) tahap persiapan (pramenulis), (2) tahap inkubasi, (3) tahap

    ihmoinasi, dan (4) tahap verifikasi/ evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu

    disadari oleh penulis. Namun, jika dilacak lebih jauh semua proses menulis

    melalui tahap-tahap Jadi, proses kreatif di sini lebih banyak merupakan proses

    bernalar.

    Pertama, tahap persiapan atau pramenulis adalah ketika seseorang

    menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, mengolah

    informasi, menafsirkan, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang

    akan memperkaya kognitifnya yang diproses selanjutnya. Kedua, tahap

    inkubasi adalah pada saat penulis memproses informasi yang dimilikinya

    sedemikian rupa sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan

    masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Ketiga, tahap iluminasi, yaitu ketika

    datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seolah tiba-tiba

    berloncatan pada pikiran kita. Pada saat ini apa yang kita pikirkan menemui

    jalan keluar. Keempat, tahap verifikasi atau evaluasi, apa yang dituliskannya

    sebagai tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai

    dengan fokus tulisan.

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    55/129

    55

    2.1.3 Tinjauan Tentang Pembelajaran Kontekstual

    1. Kontekstual dalam Belajar dan Pembelajaran

    Aplikasi pembelajaran kontekstual bermula dari pengalaman

    pembelajaran tradisional dari John Dewey yang pada tahun 1916

    merumuskan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang terkait

    dengan pengalaman dan minat siswa. Definisi belajar dan mengajar

    kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey yang

    menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila yang dipelajari

    terkait dengan yang telah mereka ketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa

    yang tedadi di sekelilinguya (Kitrikulum 2010 SD, 2008, 16). Prinsip dasar

    mengajar belajar kontekstual adalah: (1) menekankan pada pemecahan

    masalah, (2) mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks

    seperti rumah, (3) masyarakat dan tempat kerja, (4) mengajar siswa untuk

    memantau dan mengarahkan belajamya sehingga menjadi pembelajaran aktif

    dan teikendali, (5) menekankan pengajaran dalam konteks kehidupan siswa,

    (6) mendorong siswa belajar dan satu dengan yang lainnya dan belajar

    bersama-sama, dan (7) menggunakan penilaian authentic

    Jadi prinsip dasar mengajar kontekstual agar siswa mengembangkan

    cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah

    diketahui dan apa yang ada di masyarakat yaitu aplikasi dari konsep yang

    dipelajari (Kurikulum 2004 SD 2005: 17).

  • 7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest

    56/129

    56

    Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran

    yang banyak digunakan di