meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

26
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Penerapan Metode Accelerated Learning Proposal Penelitian diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian yang diampu oleh Prof.Dr.H.Nanang Priatna, M.Pd. A Leading and Outstanding University oleh: Umdatus Sholikhah 1001044 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

Upload: umdatus

Post on 20-Aug-2015

15.180 views

Category:

Real Estate


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui

Penerapan Metode Accelerated Learning

Proposal Penelitian

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian

yang diampu oleh Prof.Dr.H.Nanang Priatna, M.Pd.

A Leading and Outstanding University

oleh:

Umdatus Sholikhah

1001044

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012

Page 2: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa kemampuan matematis yang

harus dimiliki oleh siswa. Salah satu kemampuan matematis tersebut adalah kemampuan

komunikasi. Dalam memunculkan ide baik secara lisan maupun tulisan dibutuhkan

komunikasi yang baik sehingga ide-ide tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Salah satu

upaya dalam mengembangkan kemampuan komunikasi adalah dengan menyelenggarakan

proses pendidikan yang berkualitas.

Pengertian pendidikan menurut UU RI No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan poses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan untuk tujuan pendidikan sendiri yaitu

terdapat pada UU RI No.20 tahun 2003 Bab II pasal 3, yaitu bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan-tujuan di atas dapat tercapai secara optimal jika proses pembelajaran yang

dilakukan berjalan sebagaimana mestinya. Namun, tidak bisa dipungkiri juga bahwa

kemampuan siswa yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Hal ini termasuk pada

kemampuan komunikasi. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dapat melatih

siswa untuk mengkomunikasikan idenya. Hal tersebut diakibatkan karena bahasa matematika

memiliki perbedaan dengan bahasa yang lain.

Komunikasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Guru menggunakan

komunikasi untuk menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Sedangkan

siswa mengunakan komunikasi untuk mengungkapkan ide-ide terkait konsep materi ajar.

Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antar siswa

dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang

akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Suherman, 2001)

Page 3: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

Kemampuan komunikasi matematis termasuk kedalam daya matematika, National

Council Teachers of matematics (NCTM) (Sumarmo, 2010) menyatakan, daya matematika

adalah kemampuan untuk mengeksplorasi, menyusun konjektur dan memberikan alasan

logis, kemampuan untuk menyelesaikan masalah non rutin, mengomunikasikan ide mengenai

matematika dan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi, menghubungkan ide-ide

dalam matematika, antar matematika, dan kegiatan intelektual lainnya.

Kemampuan komunikasi matematis memiliki peranan yang penting dalam pelajaran

matematika. Pentingnya kemampuan komunikasi dalam matematika dapat dilihat dari tujuan

kurikulum yang berlaku di Indonesia pada saat ini yakni Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) (Altuntas, 2010). Bahwa pembelajaran matematika yang diajarka

disekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah,

2. menggunakan penalaran pada pola dan sikap, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika,

3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah, dan

5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam memecahkan masalah.

Fakta di lapangan menunjukkakn bahwa kemampuan komunikasi matematis

khususnya siswa SMP di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut Nugraha (2010: 54),

kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah, hal ini terbukti dari hasil penelitian

eksperimen yang dilakukannya bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siawa yang signifikan. Dengan kata lain, pengaruh perlakuan yang

diberikan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa.

Page 4: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Bandung. Nugraha (2010:

54), siswa jarang melakukan diskusi kelompok. Dalam kegiatan diskusi ada beberapa siswa

yang kesulitan dalam menyampaikan hasil pemikirannya, siswa kurang memahami apa yang

disampaikan siswa lain, siswa hanya mampu menyelesaikan soal sejenis dengan soal yang

sudah diselesaikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis beberapa siswa SMP Negeri 1 Bandung masih kurang.

Menurut Tim MKPBM (2001: 169), kemungkinan salah satu penyebab siswa tidak

menyenangi pelajaran matematika adalah cara mengajar guru yang tidak sesuai dengan siswa.

Guru mengajar dengan metode yang cukup sulit dimengerti oleh siswa, bahkan malah

mempersulit siswa yang bisa memahami materi dan mengkomunikasikan kembali materi

yang telah siswa dapatkan. Salah satu metode yang diperkirakan dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa adalah Accelerated Learning.

Metode Accelerated Learning merupakan cara efektif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Siswa bisa belajar dan memahami

materi lebih cepat serta mengingat lebih lama. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

Simaremare(2009: 2) bahwa “Accelerated Learning adalah sebuah upaya meningkatkan

kemampuan belajar siswa sehingga siswa bisa belajar dan memahami materi lebih cepat serta

mengingat lebih lama”. Dalam hal ini pula, proses belajar lebih menyenangkan sehingga

terjadi interaksi antar siswa dan guru yang aktif sehingga proses pembelajaran lebih berjalan

efektif dan optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Penerapan

Metode Accelerated Learning”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan

pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Accelerated Learning

lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode ekspositori?

2. Bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode Accelerated Learning ?

Page 5: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode accelerated

learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika

dengan menggunakan metode ekspositori.

2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode accelerated learning

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Diharapkan dengan penerapan metode accelerated learning dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa dan menumbuhkan semangat belajar

siswa.

2. Bagi guru

Dapat memperluas wawasan guru mengenai pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode accelerated learning, dan metode accelerated learning

dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa.

3. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman sehingga dapat

dipraktikan dan dijadikan alternatif model pembelajaran matematika

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang

digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan yang sedang

dibicarakan, maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah dalam variabel

penelitian ini.

1. Accelerated learning merupakan proses belajar aktif, siswa telah mengetahui

fakta-fakta mengenai dirinya, teknik-teknik belajar yang sesuai dengan

Page 6: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

preferensinya sehingga siswa dapat belajar dan memahami materi lebih cepat serta

mengingat lebih lama.

2. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam

mengkomunikasikan ide matematis, baik secara lisan maupun tulisan. Indikator

kemampuan komunikasi matematis yang digunakan adalah sebagai berikut.

1) Membuat situasi matematika dan menyediakan ide dan keterangan dalam

bentuk tulisan

2) Menggunakan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah

3) Menginterpretasikan ide matematika

4) Menggunakan representasi untuk menyatakan konsep matematika secara

menyeluruh.

3. Pembelajaran dengan ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada sekelompok siswa

dengan maksud siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Page 7: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Komunikasi Matematis

Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling

menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan dalam suatu

komunitas. Dalam matematika, berkomunikasi mencankup ketrampilan/kemampuan

untuk membaca, menulis, menelaah dan merespon suatu informasi.

Dalam komunikasi matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide

dengan siswa lain dalam mengerjakan soal-soal matematika. Sebagaimana dikatakan

(Syaban: 2008) bahwa: “Komunikasi matematika merupakan refleksi pemahaman

matematik dan merupakan bagian dari daya matematik. Siswa-siswa mempelajari

matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka

sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika,

ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dengan dan

mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, strategi dan solusi.”

Jadi dalam pembelajaran matematika, ketika sebuah konsep informasi

matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa dilibatkan

secara aktif dalam mengerjakan matematika, memikirkan ide-ide mereka, menulis,

atau berbicara dengan dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, maka saat

itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada

komunikan, atau sedang terjadi komunikasi matematika.

Komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah penting. Komunikasi

dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam

menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses

matematika yang mereka pelajari. Lindquist (NCTM, 1996) berpendapat, “Jika kita

sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai

bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi

merupakan esensi dari mengajar dan belajar matematika. ”Jadi jelaslah bahwa

Page 8: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus

dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar dan mengajar matematika.

Indikator komunikasi matematis menurut NCTM (1989 : 214) antara lain:

a) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan

mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

b) Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide

matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.

c) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan

struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-

hubungan dengan model-model situasi.

Aspek-Aspek Komunikasi Matematika, Baroody (Ansari: 2003) mengatakan

bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide

matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu representing (refresentasi),

listening (mendengar), reading (membaca), discussing (diskusi) dan writing

(menulis).

a) Representing (Refresentasi)

Refresentasi adalah :

(1) bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide,

(2) translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata

(NCTM, 1989: 26). Misalnya, refresentasi bentuk perbandingan ke dalam

beberapa model kongkrit, dan refresentasi suatu diagram ke dalam bentuk

simbol atau kata-kata. Refresentasi dapat membantu anak menjelaskan konsep

atau ide, dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan masalah

(Ansari, 2003:21)

b) Listening (mendengar)

Mendengar merupakan aspek penting dalam suatu komunikasi.

Seseorang tidak akan memahami suatu informasi dengan baik apabila tidak

mendengar yang diinformasikan. Dalam kegiatan pembelajaran mendengar

merupakan aspek penting. (Ansari, 2003: 23) mengatakan bahwa mendengar

merupakan aspek penting dalam komunikasi. Siswa tidak akan mampu

berkomentar dengan baik apabila tidak mampu mengambil inti sari dari suatu

topik diskusi. Siswa sebaiknya mendengar dengan hati-hati manakala ada

pertanyaan dan komentar teman-temannya. Baroody ( Ansari, 2003: 23)

mengatakan bahwa mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman

Page 9: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

dalam suatu grup juga dapat membantu siswa mengkonstruksi lebih lengkap

pengetahuan matematika dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif.

Pentingnya mendengar juga dapat mendorong siswa berfikir tentang jawaban

pertanyaan.

c)Reading (membaca)

Salah satu bentuk komunikasi matematika adalah kegiatan membaca

matematika. Membaca matematika memiliki peran sentral dalam pembelajaran

matematika. Sebab, kegiatan membaca mendorong siswa belajar bermakna

secara aktif. Istilah membaca diartikan sebagai serangkaian keterampilan untuk

menyusun intisari informasi dari suatu teks.

Kemampuan mengemukakan idea matematika dari suatu teks, baik

dalam bentuk lisan maupun tulisan merupakan bagian penting dari standar

komunikasi matematika yang perlu dimiliki siswa. Sebab, seorang pembaca

dikatakan memahami teks tersebut secara bermakna apabila ia dapat

mengemukakan idea dalam teks secara benar dalam bahasanya sendiri. Karena

itu, untuk memeriksa apakah siswa telah memiliki kemampuan mambaca teks

matematika secara bermakna, maka dapat diestimasi melalui kemampuan siswa

menyampaikan secara lisan atau menuliskan kembali idea matematika dengan

bahasanya sendiri.

d) Discussing (diskusi)

Salah satu wahana berkomunikasi adalah diskusi. Dalam diskusi akan

terjadi transfer informasi antar komunikan, antar anggota kelompok diskusi

tersebut. Diskusi merupakan lanjutan dari membaca dan mendengar. Siswa akan

mampu menjadi peserta diskusi yang baik, dapat berperan aktif dalam diskusi,

dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya apabila mempunyai

kemampuan membaca, mendengar dan mempunyai keberanian memadai.

Diskusi dapat menguntungkan, melalui diskusi siswa dapat memberikan

wawasan baru bagi pesertanya, juga diskusi dapat menananmkan dan

meningkatkan cara berfikir kritis.

e) Writing (menulis).

Salah satu kemampuan yang berkontribusi terhadap kemampuan

komunikasi matematika adalah menulis. Dengan menulis siswa dapat

mengungkapkan atau merefleksikan pikirannya lewat tulisan ( dituangkan di

Page 10: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

atas kertas/alat tulis lainnya). Dengan menulis siswa secara aktif membangun

hubungan antara yang ia pelajari dengan apa yang sudah ia ketahui.

Merujuk uraian-uraian diatas, kemampuan siwa dalam refresentasi,

mendengar, membaca, diskusi dan menulis dapat membantu siswa untuk

memperjelas pemikiran mereka dan dapat mempertajam kemampuan komunikasi

matematikanya.

B. Metode Accelerated Learning

Accelerated artinya dipercepat, dan Learning artinya

pembelajaran. Jadi, the Accelerated Learning artinya pembelajaran

yang dipercepat. Konsep dasar pembelajaran ini berlangsung secara

cepat, menyenangkan dan memuaskan.

Metode Accelerated Learning merupakan cara efektif yang dapat digunakan

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Siswa bisa belajar

dan memahami materi lebih cepat serta mengingat lebih lama. Hal ini sesuai dengan

yang dikatakan Simaremare(2009: 2) bahwa “Accelerated Learning adalah sebuah

upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga siswa bisa belajar dan

memahami materi lebih cepat serta mengingat lebih lama”. Dalam hal ini pula,

proses belajar lebih menyenangkan sehingga terjadi interaksi antar siswa dan guru

yang aktif sehingga proses pembelajaran lebih berjalan efektif dan optimal.

Implementasi Accelerated Learning didasari oleh beberapa prinsip penting

yaitu :

Keterlibatan total individu akan meningkatkan hasil belajar

Belajar bukan merupakan proses yang bersifat pasif dalam menyimpan

pengetahuan tapi proses aktif menciptakan pengetahuam

Kolaborasi diantara siswa akan meningkatkan hasil belajar.

Belajar yang berpusat pada aktivitas jauh lebih baik dari pada belajar yang hanya

menekankan pada aktivitas presentasi semata.

Peristiwa belajar yang menekankan pada belajar aktivitas jauh lebih efektif dari

pada belajar yang menekankan pada aktivitas presentasi

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut menurut Meier implemetasi

Accelerated Learning memiliki beberapa karakteristik utama yaitu :

Page 11: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

Flexible – luwes

Joyful – menyenangkan

Multi-pathed – multi jalur

Ends-centered – berpusat pada tujuan

Collaborative – kolaboratif

Humanistic – manusiawi

Multi-sensory – multi sensor

Nurturing – menumbuhkan

Activity-centered – berpusat pada aktivitas

Implentasi Accelerated Learning dalam aktivitas belajar dan pelatihan

memerlukan adanya perubahan yang bersifat sistemik dan holistik.

C. Metode Ekspositori

Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan

memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran

serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,

demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh

guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode

pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara

langsung. seperti kita ketahui pada metode ceramah pusat pengajarnya terletak pada

guru, guru yang banyak bicara menyampaikan materi pelajaran (informasi),

sedangkan pekerjaan murid pada umumnya mencatat dan sebagian kecil bertanya.

dominasi guru pada metode ekspositori ini banyak dikurangi. Guru tidak terus

bicara, Apakah siswa atau mahasiswa itu mengerti atau tidak, tetapi guru

memberikan informasi hanya pada saat-saat atau bagian bagian yang diperlukan;

misalnya pada permulaan pengajaran, pada topik yang baru, pada waktu

memberikan contoh-contoh soal dan sebagainya. Karena itu dilihat dari terpusatnya

kepada guru, metoda lebih murni dari metoda ekspositori.

Pada metode ini, setelah guru beberapa saat memberikan informasi

(ceramah) guru mulai dengan menerangkan suatu konsep mendemonstrasikan

keterampilannya mengenai pola atau aturan atau dalil tentang konsep itu, siswa

bertanya, guru memeriksa (mengecek) apakah siswa sudah mengerti atau belum.

Kegiatan selanjutnya ialah guru memberikan contoh-contoh soal aplikasi konsep

Page 12: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

selanjutnya merninta murid untuk menyelesaikan soal-soal di papan tulis atau di

mejanya. Siswa mungkin bekerja individual atau bekerja sama dengan teman yang

duduk di sampingnya, dan sedikit ada tanya jawab. Dan kegiatan terakhir ialah siswa

mencatat materi yang telah diterangkan yang mungkin dilengkapi dengan soal-soal

pekerjaan rumah. Jadi metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa

(tradisional) kita pakai pada pengajaran matematika.

David P.Ausubel berpendapat bahwa metode ekspositori yang baik adalah

cara mengajar yang paling efektif daan efisien dalam menanamkan belajar

bermakna.

Pada tahun lima puluhan banyak pendidik matematika berpendapat bahwa

metode ekspositori (ceramah) itu hanya menyebabkan siswa belajar menghafal yang

tidak banyak makna (tanpa banyak mengerti). Karena pengajaran matematika

(modern) meng utamakan antara lain kepada pengertian daripada kepada caranvil

menyelesaikan soal, maka pada tahun enampuiuhan metode itu diganti sebagian oleh

metode baru misalnya dengan laboraturium, penemuan,dan permainan.

Tetapi D.P. Ausubel percaya bahwa cara ekspositori (ceramah) itu tidak

sejelek seperti yang dituduhkan orang. Malahan sebaliknya ia percaya bahwa cara

ceramah itu merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien yang dapat

menyebabkan siswa belajar secara bermakna. Sebaiknya. metode baru seperti

laboratorium, penemuan, permainan dan semacamnya itu : dapat menyebabkan

pengajaran tidak efektif, tidak efisien, dan bila tidak hati-hati dapat ngawur. Karena

itu ia berperdapat cara-cara ini supaya jarang dipakai. Meskipun demikian ia

menyetujui pengajaran yang menggunakan metode: pemecahan masalah, inkuiri, dan

metode belajar yang dapat menumbuhkan berfikir kreatif dan kritis; mengajarkan

materi yang berguna bagi menghadapi kehidupan, Peningkatan kebudayaan dan

ketrampilan dasar pada umumnya.

Ausubel membedakan antara belajar menerima dan belajar menemukan.

a) Belajar menerima (reception learning), materi yang disajikan kepada siswa ada

dalam bentuk akhir,dan

b) Belajar menemukan (discovery learning): pola, dalil atau aturan harus

ditemukan siswa.

Ia juga membedakan antara :

a) Belajar menghafal (rote learning),dan

Page 13: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

b) Belajar dengan bermakna (meaningful lerning): disini yang diutamakan

prosesnya, hasilnya nomor dua.

D. Kaitan Metode Accelerated Learning dengan kemampuan Komunikasi

matematis siswa

Indikator kemampuan komunikasi matematis yang telah diuraikan di atas

secara teori dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan metode

accelerated learning. Hal ini dikarenakan tahapan-tahapan pembelajaran dalam

metode accelerated learning, meliputi: siswa dikondisikan untuk siap belajar,

menuntut keaktifan siswa dalam membangun pemahamannya terhadap materi yang

diberikan sehingga siswa mampu memahami sekaligus mengkomunikasikan sendiri,

terjadinya komunikasi, baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.

Sehingga siswa dapat membuat kesimpulan tentang apa yang telah dipelajarinya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran melalui metode accelerated

learning berakibat pada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

E. Studi yang Relevan

Hasil studi yang relevan yang ditemukan dilapangan diantaranya :

1) Penlitian tindakan kelas yang dilakukan Simaremare (2009) menyatakan hasil

belajar siswa pada sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII B SMPN 2

Kaimana setelah dilakukan metode accelerated learning meningkat.

2) Peneltian tindakan kelas yang dilakukan Dina Damayanti (2012) menyatakan

hasil bahwa penerapan metode accelerated learning berhasil meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah, hipotesis penelitian ini

adalah Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Penerapan Metode

Accelerated Learning lebih baik, jika dibandingkan dengan metode ekspositori.

Page 14: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan subjek penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 15 Bandung. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 15 Bandung. Pertimbangan yang diambil yaitu

pola fikir siswa sudah masuk pada tahap operasi formal.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak menurut kelompok (kelas) dari

seluruh kelas VIII SMPN 15 Bandung. Dipilih dua kelas untuk dijadikan kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah randomized pre test-post test control

group design. Dalam penelitian ini diambil sampel dua kelas yang homogen secara acak.

Perlakuan Kelas pertama akan menjadi kelas eksperimen dan kelas kedua menjadi kelas

kontrol. Kelas pertama, diberikan pembelajaran dengan metode accelerated learning,

Page 15: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

sedangkan kelas kedua dengan pembelajaran ekspositori (X2). Dengan demikian desain

eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

A1 O X1 O

A2 O X2 O

Gambar 3.1 Desain Penelitian yang Dikembangkan

Keterangan:

A1 = Kelas Eksperimen

A2 = Kelas Kontrol

O = Tes awal (pre test)

O = Test akhir (post test)

X1=Pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode accelerated learning

X2=Pembelajaran Matematika dengan menggunakan Ekspositori.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen.

Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Dalam hal ini variabel bebasnya adalah penerapan accelerated

learning, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis

siswa. Jenis eksperimen ini disebut kuasi karena bukan merupakan ekperimen murni

tetapi seperti murni. Pada penelitian eksperimen murni kelompok subjek penelitian

ditentukan secara acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan kelompok yang berada

dalam batas-batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan khususnya dalam

pebelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi

subjek secara acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok

utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Jadi

penelitian kuasi eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam satu kelas.

D. Instrument penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal

yang ingin dikaji melalui penelitian, maka dibuatlah instrumen yang meliputi instrumen

tes maupun non-tes. Seluruh instrumen peneliti tersebut digunakan untuk mendapatkan

data kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian. Instrumen yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 16: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretes dan postes

mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa. Soal pretes dan postes

diberiakan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjekif(bentuk

uraian). Pertimbangannya yaitu melalui tes ini siswa lebih mampu mengungkap

kemampuan komunikasi matematisnya. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi

(Irvan, 2008) bahwa keunggulan dari tes berbentuk uraian adalah dapat

menimbulkan sifat kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang telah meanguasai

materi yang dapat memberikan jawaban yang baik dan benar. Sehingga dari tes ini

dapat dilihat apakah indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis sudah

dikuasai oleh siswa atau belum.

Dilakukan pengujian instrumen sebelum diteskan. Hal ini bertujuan agar soal

yang diberikan memiliki kualitas yang baik. Berikut ini pengujian yang dilakukan

diantaranya.

1) Validitas soal

Suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid apabila alat tersebut mampu

mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Pada penelitian ini digunakan korelasi

produk moment memakai angka kasar (raw score) dalam menentukan koefisien

validitas soal. Untuk validitas soal, dilakukan pengujian validitas tiap butir dan

validitas banding.

Rumus korelasi produk moment dengan menggunakan angka kasar (raw score)

adalah

2 2 2 2

( )( )

( ( ) )( ( ) )xy

n xy x yr

n x x n y y

n = banyak testi

= koefisien korelasi antara variabel X dengan variable Y.

x X X , simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok variabel X.

y Y Y , simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok variabel Y.

Menurut J.P. Guilford (Erman Suherman, 2003: 113), koefisien validitas xy

r

dibagi ke dalam kategori-kategori seperti berikut ini.

Page 17: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

0,90 1,00rxy validitas sangat tinggi (sangat baik),

0,70 0,90rxy validitas tinggi (baik),

0,40 0,70rxy validitas sedang (cukup),

0,20 0,40rxy validitas rendah (kurang),

0,00 0,20rxy validitas sangat rendah, dan

0,00rxy tidak valid.

2) Reliabilitas soal

Reliabilitas suatu alat evaluasi adalah suatu alat yang membarikan hasil yang

tetap sama (konsisten). Hasil evaluasi itu harus tetap sama (relatif sama) jika

pengukuran diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang

berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh

pelaku, situasi, dan kondisi. Alat evaluasi yang reliabilitasnya tinggi disebut alat

evaluasi yang reliabel.

Pengujian reliabilitas soal tipe objektif dan tipe uraian. Pada penelitian ini

menggunakan rumus KR-20 untuk soal tipe objektif yaitu

2

11 21

t i i

t

s p qnr

n s

dengan: n = banyaknya butir soal

Koefisien relibilitas soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus

Cronbach Alpha, yaitu:

2

11 21

1

i

t

snr

n s

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat

digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Erman Suherman, 2003: 139)

sebagai berikut.

11

0,20r derajat reliabilitas sangat rendah

11

0,20 0,40r derajat reliabilitas rendah

Page 18: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

11

0,40 0,70r derajat reliabilitas sedang

0,70 0,90xy

r derajat reliabilitas tinggi

0,90 1,00xy

r derajat reliabilitas sangat tinggi

3) Daya Pembeda soal

Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan suatu kemampuan yang

dimiliki oleh butir soal tersebut dalam membedakan antara testi yang mengetahui

jawabannya dengan benar (pandai) dengan testi yang tidak dapat menjawab soal

tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dalam hal ini, daya pembeda sebuah butir

soal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh butir soal itu untuk membedakan

antara testi ( siswa ) yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang

berkemampuan rendah.

Dalam pengujian daya pembeda ini dilakukan pada dua tipe soal yaitu tipe

objektif dan tipe uraian

Rumus untuk menentukan daya pembeda soal tipe objektif adalah

A B

A

JB JBDP

JS

atau

A B

B

JB JBDP

JS

dengan:

AJB

= jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau

jumlah benar untuk kelompok atas,

BJB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau

jumlah benar untuk kelompok bawah,

AJS = jumlah siswa kelompok atas (higher group atau upper group),

BJS

= jumlah siswa kelompok bawah (lower group).

Rumus untuk menentukan daya pembeda soal tipe uraian adalah

Page 19: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

A BX X

DPSMI

dengan:

AX = rata-rata skor kelompok atas untuk soal itu,

BX = rata-rata skor kelompok bawah untuk soal itu,

SMI = skor maksimal ideal (bobot).

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang benyak digunakan adalah:

0,00DP sangat jelek

0,00 0,20DP jelek

0,20 0,40DP sedang

0,40 0,70DP tinggi

0,70 1,00DP sangat tinggi

4) Derajat/Indeks Kesukaran soal

Suatu hasil dari alat evaluasi dikatakan baik akan menghasilkan skor atau

nilai yang membentuk distribusi normal. Jika soal tersebut terlalu sukar, maka

frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah karena

sebagian yang besar mendapat nilai yang jelek. Sebaliknya jika soal yang diberikan

terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak pada skor yang tinggi,

karena sebagian besar siswa mendapat nilai baik.

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut

indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai

dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal

tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal

tersebut terlalu mudah. Pengujian indeks kesukaran ini dilakukan pada dua tipe soal

yaitu tipe objektif dan tipe uraian.

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal, yaitu

Page 20: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

A B

A B

JB JBIK

JS JS

Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan adalah

0,00

0,00 0,30

0,30 0,70

0,70 1,00

1,00

IK soal terlalu sukar

IK soal sukar

IK soal sedang

IK soal mudah

IK soal terlalu mudah

2. Angket respon siswa

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

menggunakan pembelajaran accelerated learning pada pembelajaran berbasis

masalah yang dilakukan setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran. Angket ini berisi

tentang respon siswa terhadap pelajaran matematika, model dan metode

pembelajaran matematika yang digunakan.

3. Jurnal Harian Siswa

Data yang diperoleh dari jurnal dianalisis dengan mengelompokkan respom

siswa ke dalam kelompok respon positif dan negatif.

4. Lembar observasi

Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini bertujuan

untuk mengetahui proses pembelajaran, interaksi, dan keaktifan siswa, serta kejadian

dan kegiatan pembelajaran. Selain itu, observasi ini digunakan untuk melihat

aktivitas atau kinerja guru (peneliti) dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh

gambaran pembelajaran yang dilakukan termasuk kekurangan atau hambatan dalam

proses pembelajaran.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

a) Mendidentifikasi masalah yang akan diteliti

b) Menyusun instrumen penelitian berupa soal, angket, lembar observasi dan

jurnal harian siswa.

c) Melakukan uji kelayakan instrumen.

d) Pemilihan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

Page 21: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

2. Tahap Pelaksanaan

a) Melaksanakan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

b) Melaksanakan pembelajaran dengan metode accelerated learning pada

kelas ekperimen dan pembelajaran dengan metode ekspositori pada kelas

kontol. Pengisian lembar observasi dan jurnal harian siswa dilakukan pada

tahap pembelajaran ini.

c) Melaksanakan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

d) Penyebaran angket pada sampel.

3. Tahap Analisis

a) Mengumpulkan data hasil penelitian, berupa hasil tes, lembar observasi,

jurnal harian siswa dan angket.

b) Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif (hasil tes).

c) Mengolah dan menganalisis hasil data kualitatif (hasil angket, lembar

observasi dan jurnal harian siswa).

F. Analisis data

Untuk dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, maka data yang

diperoleh dalam penelitian ini harus diolah terlebih dahulu. Terdapat dua jenis data

yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitaif diperoleh dari hasil pretest, posttest dan gain, sedangkan data kualitatif

diperoleh dari hasil pengisian angket, jurnal harian siswa dan lembar observasi.

1. Analisis terhadap data kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh berupa hasil pretes dan postes kedua

kelompok kelas eksperimen dan kelas kontol. Data yang diperoleh kemudian

dianalisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data dalam

penelitian ini menggunakan uji statistik.

Data peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dari kelas

eksperimen dan kelas kontol diperoleh dari indeks gain. Peningkatan yang terjadi,

sebelum sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g-faktor (N-Gain) menurut

Hake (Dahlia, 2008:43) sebagai berikut :

Page 22: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

Kriteria indeks gain menurut Hake (Dahlia, 2008:43) disjikan dalam tabel

TABEL 3.1

Interpretasi Gain

Besarnya

gain (g) Interpretasi

g 0,7 Tinggi

0,3 g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Langkah-langkah dalam melakukan uji statistik data hasil tes adalah sebagai

berikut :

a) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan terhadap skor

pretes, postes dan indeks gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis yang digunakan:

H0 = Data berdistribusi normal;

H1 = Data tidak berdistribusi normal.

Untuk uji normalitas perhitungan dilakukan menggunakan SPSS versi 17.0, dengan

pedoman untuk mengambil kesimpulan adalah:

Signifikansi < 0,05 distribusi adalah tidak normal (tidak simetris).

Signifikansi 0,05, distribusi adalah normal (simetris).

Nilai signifikansi pada SPSS dapat dilihat pada tabel Test of Normality di kolom

Kolmogorov-Smirnov dan atau Shapiro Wilk. Atau bila menguji data dengan plot, data

berditribusi normal bila data berada di sekitar garis.

b) Uji homogenitas varians

Uji homogenitas dua variansi digunakan jika data dari kedua kelas tersebut

berdistribusi normal. Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah

kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen atau tidak.

Hipotesis yang digunakan adalah

H0 = =

(Variannya homogen)

Page 23: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

H1 =

(Variannya tidak homogen)

Dengan,

: variansi kelas kontrol

: variansi kelas eksperimen

Untuk uji homogenitas perhitungan dilakukan menggunakan SPSS versi 17.0, dengan

pedoman untuk mengambil kesimpulan adalah:

Nilai signifikansi < 0,05, data berasal dari populasi yang tidak memiliki varians

yang sama (tidak homogen).

Nilai signifikansi 0,05, data berasal dari populasi yang memiliki varians yang

sama (homogen).

Nilai signifikansi pada SPSS dapat dilihat pada tabel Test of Homogeinity of variance

di baris Based on Mean

c) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan duia rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata yang

signifikan antara kemampuan komunikasi mateamatis siswa kelas eksperimen dengan

kelas kontrol. Jika data dari kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki varians

yang homogen, maka dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata.

2. Analisis terhadap data kualitatif

a) Jurnal harian siswa

Jurnal adalah sebuah tulisan berupa karangan siswa mengenai kesan, peasan atau

aspirasinya terhadap pelajaran yang dilakukan. Pengelolaan data yang diperoleh dari

jurnal dianalisis dengan mengelompokkan respon siswa ke dalam kelompok respon

positif dan negatif. Jurnal harian diberikan pada setiap akhir pertemuan.

b) Lembar Observasi

Lembar Observasi yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui atau mengukur aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Hal-hal yang tidak terlaksana pada proses pembelajaran diperbaiki pada

proses pembelajaran selanjutnya.

c) Angket

Page 24: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan

atau pernyataan yang diajukan kepada siswa. Angket digunakan untuk mengukur

aspek afektif siswa. Angket yang diberikan memuat pernyataan yang disajikan dalam

dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negative. Setiap pilihan

siswa diberi skor tertentu.

untuk pernyataan negatif, skor 5 diberikan untuk siswa yang menjawab sangat tidak

setuju ( STS), skor 4 untuk siswa yang menjawab tidak setuju (TS), skor 2 untuk

siswa yang menjawab setuju (S) dan skor 1 untuk siswa yang menjawab SS.

Sebaliknya, ntuk pernyataan positif, apabila siswa menjawab sangat setuju (SS) maka

diberi skor 5, apabila menjawab setuju (S) maka diberi skor 4, apabila siswa

menjawab tidak setuju (TS) maka diberi skor 2 dan apabila siswa menjawab sangat

tidak setuju (STS) maka diberi skor 1. Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran

dilakukan (pertemuan terakhir) pada kelas eksperimen. Angket bertujuan untuk

mengetahui kesan siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan dengan metode

accelerated learning.

Data angket siswa yang terkumpul selanjutnya ditabulasi kemudian dilakukan

perhitungan dengan persentase yang rumusnya sebagai berikut:

Keterangan : p = persentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = banyaknya responden

Setelah diperoleh persentasenya, dilakukan penafsiran data atau interpretasi data

angket dengan mengadaptasi interpretasi menurut kriteria Hendro sebagai berikut:

Tabel 3.2

Penafsiran Hasil Angket

Persentase Tafsiran

Kualitatif

Tak

seorangpun

Sebagian kecil

Page 25: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

Hampir

setengahnya

Setengahnya

Sebagian besar

Hampir

seluruhnya

Seluruhnya

Setelah angket terkumpul dan diolah dengan menggunakan cara penskoran skala

Likert, seorang subjek dapat digolongkan pada kelompok responden yang memiliki

sikap positif dan sikap negatif. Menurut Suherman (2003, 191), hal tersebut dapat

dilakukan dengan cara menghitung rerata skor subjek. Jika nilai reratanya lebih besar

dari 3, maka responden bersikap positif, dan sebaliknya jika nilai reratanya kurang

dari 3, maka responden bersikap negatif. Rerata skor subjek makin mendekati 5,

berarti sikapnya semakin positif, dan sebaliknya jika mendekati 1, berarti sikapnya

semakin negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Baihaki, E.(2008). Accelerated Learning: Pendekatan Baru Pembelajaran. Bandung :

tidak diterbitkan.

Page 26: Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning

Balitbang Kemdiknas. (2009). PISA (Programme for International student

Assesment). [Online] Tersedia: http://litbangkemdiknas. Net/detail.php?id= [4 Januari 2012]

Damayanti, Dina(2012). Penerapan Metode Accelerated Learning dalam

Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

SMP. Bandung: tidak diterbitka.

Fadli. (2010). Accelerated Learning. . Bandung : tidak diterbitkan.[Online] [4 januari

2012]

Nuralif, Siti. (2012), Penerapan Accelerated Learning Pada Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.

Bandung: tidakditerbitkan.

Meier, D (2002) the Accelerated Learning Handbook. [Online]. Tersedia: PEMBELAJARAN

AKSELERASI (ACCELERATED LEARNING) « Fadlibae Weblog's.htm. [4 januari 2012]

Simaremare, R. (2009). Penerapan metode untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa Bandung : tidak untuk diterbitkan

Suherman, E (2010). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika.

[Online]. Tersedia: http://educara.e-fkpiunla.net [2 januari 2012]