meningitis & ensefalitis

71
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningitis Ensefalitis merupakan penyakit yang menyerang system saraf.Kebanyakan penyakit ini menyerang pada anak-anak. Banyak yang tidak mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun sebenarnya mirip. Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran,bahkan kematian. Kebanyakan ksus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti meningitis,atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,malaria,atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan 1

Upload: muhammad-indra-lesmana

Post on 19-Jan-2016

391 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Meningitis & Ensefalitis

TRANSCRIPT

Page 1: Meningitis & Ensefalitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningitis Ensefalitis merupakan penyakit yang menyerang system

saraf.Kebanyakan penyakit ini menyerang pada anak-anak. Banyak yang

tidak mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun

sebenarnya mirip. Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf

pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker,

obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat

dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan

kendali gerak, pikiran,bahkan kematian. Kebanyakan ksus meningitis

disebabkan oleh mikroorganisme,seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit

yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Sedangkan ensefalitis adalah

peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.Terkadang

ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti meningitis,atau

komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis

(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti

toksoplasmosis,malaria,atau primary amoebic meningoencephalitis, juga

dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang system kekebalan tubuhnya

kurang. Kerysakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan

menyebabkan kematian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Meningitis dan Ensefalitis?

2. Apa saja klasifikasi Meningitis dan Ensefalitis?

3. Apa penyebab/ etiologi Meningitis dan Ensefalitis?

4. Bagaiamana patofisiologi Meningitis dan Ensefalitis?

5. Apa saja manifestasi klinis Meningitis dan Ensefalitis?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk diagnosa Meningitis dan

Ensefalitis?

7. Apa saja komplikasi Meningitis dan Ensefalitis?

1

Page 2: Meningitis & Ensefalitis

8. Bagaimana penatalaksanaan medis Meningitis dan Ensefalitis?

9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Meningitis

dan Ensefalitis?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami definisi dari Meningitis dan Ensefalitis.

2. Memahami klasifikasi Meningitis dan Ensefalitis.

3. Mengetahui penyebab/ etiologi Meningitis dan Ensefalitis.

4. Mengetahui patofisiologi dari Meningitis dan Ensefalitis.

5. Mengetahui manifestasi klinis dari Meningitis dan Ensefalitis.

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk diagnosa Meningitis dan

Ensefalitis.

7. Mengetahui komplikasi yang di timbulkan dari Meningitis dan

Ensefalitis.

8. Mengetahui penatalaksanaan medis Meningitis dan Ensefalitis.

9. Memahami konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Meningitis

dan Ensefalitis.

D. Manfaat Penulisan

Harapan penulis setelah disusunnya makalah ini ialah mahasiswa lebih

memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Meningitis dan

Ensefalitis ,serta memberikan gambaran tentang aplikasi konsep dan teori

keperawatan dalam asuhan keperawatan pada pasien Meningitis dan

Ensefalitis, serta memberikan gambaran peran peran perawat sebagai pemberi

asuhan keperawatan

2

Page 3: Meningitis & Ensefalitis

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

1. Meningitis

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi

otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ

jamur .( NANDA, 2012 )

Meningitis adalah radang pada membran pelindung yang

menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara kesatuan

disebut meningen. ( Fransisca ,2008 )

Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan

sumsum tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi

(bakteri, virus, atau jamur), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia,

perdarahan subarachnoid, kanker dan kondisi lainnya. ( WHO, 2014 )

Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid

dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan

oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa

juga terjadi. (Donna D.,1999).

3

Page 4: Meningitis & Ensefalitis

2. Ensefalitis

Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam

mikroorganisme. (Purnawan junadi, 1982)

Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam

microorganism. Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat

mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis (hasan, 1997).

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,

cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

Encephalitis adalah infeksi yang mengenai sistem saraf pusat (SSP) yang

disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab

tersering dari encephalitis adalah virus kemudian herpes kompleks, arbovirus

dan jarang terjadi karena enreovirus, mumps, dan adenovirus. Encephalitis

bisa terjadi pasca infeksi campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi

pertusis. (Arifin mutaqqin, 2008)

B. KLASIFIKASI

1. Meningitis

a. Meningitis purulenta

Adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang

menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik

4

Page 5: Meningitis & Ensefalitis

dan non virus. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak daripada

orang dewasa.

Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi

penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya

pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia,

endokarditis dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum

dari peradangan organ / jaringan didekat selaput otak, misalnya abses

otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.

Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman

pneomococcus, hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus,

E.coli, meningococcus, dan salmonella.

Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat

pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada

permulaan gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri

kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan,

kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12

(dua belas ) sampai 24 (dua pulu empat ) jam timbul gambaran klinis

meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda tanda

rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila terjadi

koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita

takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering

gelisah, mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti

bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi

herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.

b. Meningitis serosa ( tuberculosa )

Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada

anak dan orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi

penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan

terjadi karena terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen,

tetapi biasanya skunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan

otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah

kedalam rongga archnoid.

5

Page 6: Meningitis & Ensefalitis

Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium

tuberculosa. Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang

tidak sempurna atau pengobata yang terlambat. Dapat terjadi cacat

neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus

akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi berlebihan dari

likour serebrospinal. Anak juga biasa menjadi tuli atau buta dan kadang

kadang menderita retardasi mental.

2. Ensefalitis

a. Ensefalitis Supurativa

Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus,

streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.

- Patogenesis

Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis

media,mastoiditis,sinusitis,atau dari piema yang berasal dari radang,

abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium,

fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan

tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang

bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan

pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi

jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula

pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.

- Manifestasi klinis

Secara umum gejala berupa trias ensefalitis seperti demam, kejang

dan kesadaran menurun. Bila berkembang menjadi abses serebri akan

timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan

intracranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif,muntah,

penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan

mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda defisit neurologist

tergantung pada lokasi dan luas abses.

b. Ensefalitis siphylis

- Patogenesis

6

Page 7: Meningitis & Ensefalitis

Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui

permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah

penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim

limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi

spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi

susunansaraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh

korteks serebri dan bagianbagian lain susunan saraf pusat.

- Manifestasi klinis

Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian :

1. Gejala-gejala neurologis

Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan, afasia,

apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun,sering

dijumpai pupil Agryll- Robertson,nervus opticus dapat mengalami

atrofi. Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik

yang progresif.

2. Gejala-gejala mental

Timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia yang

mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang

efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat berkurang,

daya pengkajian terganggu.

c. Ensefalitis Virus

Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah

1. Virus RNA

- Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili

- Rabdovirus : virus rabies

- Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis

Jepang B, virus dengue)

- Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie

A,B,echovirus)

- Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria.

2. Virus DNA

7

Page 8: Meningitis & Ensefalitis

- Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks,

sitomegalivirus, virus Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia

- Retrovirus : AIDS.

Manifestasi klinis

Dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo, nyeri badan,

nausea, kesadaran menurun, timbul serangan kejang-kejang, kaku

kuduk, hemiparesis dan paralysis bulbaris.

d. Ensefalitis karena parasit

1) Malaria serebral

Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral.

Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit.

Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat

satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-

penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar

secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak.Gejala-

gejala yang timbul : demam tinggi.kesadaran menurun hingga koma.

Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.

2) Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak

menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya

imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan

dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.

3) Amebiasis

Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung

ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan

meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut,

nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.

4) Sistiserkosis

Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus

mukosa dan masuk kedalampembuluh darah, menyebar ke seluruh

badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di

dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh

8

Page 9: Meningitis & Ensefalitis

didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan

bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya. Gejala-gejala

neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.

e. Ensefalitis karena fungus

Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida

albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus

dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada

sistim saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang

memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.

f. Riketsiosis serebri

Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan

dapatmenyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul

noduli yangterdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula

disekitar pembuluhdarah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh

darah yang terkena akan terjadi trombosis. Gejala-gejalanya ialah nyeri

kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran

dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

C. ETIOLOGI

1. MENINGITIS

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan

pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur

tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.

macam-macam penyebab meningitis:

a. Meningitis bacterial ( meningitis sepsis )

Meningitis bacterial adalahh suatu keadaan ketika selaput dari otak

mengalami peradangan akibat bakteri. Bakteri paling sering dijumpai

pada meningitis bakteri akut yaitu Neiserria Meningitidis ( meningitis

meningokokus ), sterptococus pneumonia ( pada dewasa ), dan

haemophilus influenza ( pada anak-anak dan dewasa muda ). Ketiga

organisme ini menyebabkan sekitar 75% kasus meningitis bakteri. Bentuk

penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan secret

9

Page 10: Meningitis & Ensefalitis

dari hidung dan tenggorok yang membawa kuman atau infeksi dari orang

lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi

menjadi pembawa (carrier). Tubuh akan berespon terhadap bakteri

sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan

adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari

bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subrahcnoid ini akan

terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan

yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan

menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan

jaringan otak akan mengalami infark.

b. Meningitis virus ( meningitis aseptis )

Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa

sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya

infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan

kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.

Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu

virus RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid).

Contoh  virus RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella),

flavivirus (dengue), mixovirus (influenza, parotitis, morbili).  Sedangkan

contoh virus DNA antaa lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS).

c. Meningitis Jamur

Meningitis Cryptococcus adalah infeksi jamur yang mempengaruhi

sistem saraf pusat pada klien dengan AIDS. Infeksi jamur dan parasit

pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik yang pada

beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.

Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat

berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau

kista).

Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang

akan berefek pada respon inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan

pada klien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa

demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status mental.

10

Page 11: Meningitis & Ensefalitis

Faktor resiko terjadinya meningitis :

1) Infeksi sistemik

Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar

secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media

kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.

Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan oleh bakteri terdiri

atas faktor pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :

o Otitis media

o Pneumonia

o Sinusitis

o Sickle cell anemia

o Fraktur cranial, trauma otak

o Operasi spinal

o Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan

system kekebalan tubuh seperti AIDS.

2) Trauma kepala

Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis

cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar

melalui othorrhea dan rhinorrhea

3) Kelainan anatomis

Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran

telinga tengah, operasi cranium.

2. Ensefalitis

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan  ensefalitis,

misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri

penyebab  ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M.

Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut

encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).

Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin

dari demam tipoid, campak dan chicken pox / cacar air. Penyebab

encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi

11

Page 12: Meningitis & Ensefalitis

karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi

sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:

a. Infeksi virus yang bersifat endemik

Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis

encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,

Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes

zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan

jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,

pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang

mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit.

Hassan, 1997).

D. PATHOFISIOLOGI

1. Meningitis

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu: duramater, arachnoid, dan piamater.

Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir

melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum

tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti

jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme masuk ke dalam aliran

darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah

korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah

serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat

meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar

sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding

membran ventrikel serebral. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga

yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan

meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan

(dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak

12

Page 13: Meningitis & Ensefalitis

melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis

merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan

ventrikel.

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan

septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian

atas. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis

intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah

pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK. Faktor

predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,

mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf

baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui

nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak

dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang

menyokong perkembangan bakteri.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi

meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,

kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada

sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan

endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point

d’entry masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi,

dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea,

otorrhea pada fraktur bais cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan

lingkungan luar.

13

Page 14: Meningitis & Ensefalitis

POHON MASALAH

14

Page 15: Meningitis & Ensefalitis

2. Ensefalitis

Virus masuk ke tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna.

Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan

beberapa cara :

Lokal

Setempat virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan

atau organ tertentu.

Penyebaran hematogen primer

virus masuk ke dalam darah menyebar ke organ dan berkembang biak di

organ tersebut.

Penyebaran melalui saraf-saraf

virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui

sistem saraf.

Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis

ensefalitis. Masa prodromal berlangsung selama 1-4 hari ditandai dengan

demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri

ekstremitas dan pucat. Suhu badan meningkat, fotophobia, sakit kepala,

muntah-muntah, latergi kadang disetai dengan kaku kuduk apabila infeksi

mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai

perubahan perilaku. Dapat berupa gangguan penglihatan, pendengaran,

bicara, serta kejang. Gejela lain berupa gelisah, rewel, perubahan

perilaku, gangguan kesadaran dan kejang. Kadang-kadang disertai tanda

neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, ataksia, dan paralisis saraf

otak.

15

Page 16: Meningitis & Ensefalitis

POHON MASALAH

16

Page 17: Meningitis & Ensefalitis

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Meningitis

Manifestasi klinis Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan

TIK :

a. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

b. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,

dan koma.

c. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut

1) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami

kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

2) Tanda kernig positip

ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah

abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

3) Tanda brudzinki (+)

Bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan

pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada

salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita

yang berlawanan.

d.

Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat

eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan

karakteristik tanda-tanda vital (bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit

kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.

17

Page 18: Meningitis & Ensefalitis

f. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-

tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati

intravaskuler diseminata

2. Ensefalitis

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih

kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis.

Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang

dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila

infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan

penglihatan. (Mansjoer,2000).

Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :

a. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia

b. Kesadaran dengan cepat menurun

c. Muntah

d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja

(kejang-kejang di muka)

e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau

bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.

Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam

kombinasi tanda dan gejala: kejang, delirium, bingung, stupor atau

koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda

babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot

wajah.

Perbedaan Meningitis dan Ensefalitis

Ensefalitis Meningitis

Kesadaran Keadaran relative masih baik

Lokasi terinfeksi dijaringan

otak

Lokasi terinfeksi di selaput otak

Banyak disebabkan virus Banyak disebabkan bakteri

18

Page 19: Meningitis & Ensefalitis

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Meningitis

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan

otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi

glukosa Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk

menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat

tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. Lumbal fungsi tidak bisa

dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan intra kranial..

Meningitis bacterial

Tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein

meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis

bakteri.

Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa

dan protein normal, kultur biasanya negative.

Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan

pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri,

disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial

ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang leher,

sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.

Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign

(+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla

spinalis bagian bawah.

Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang

biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum

glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan

elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan

dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak

adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar

glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

Glukosa serum: meningkat (meningitis)

LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)

19

Page 20: Meningitis & Ensefalitis

Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil

(infeksi bakteri)

Elektrolit darah: Abnormal

ESR/LED: meningkat pada meningitis

MRI/CT-scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat

ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau

tumor

Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan

daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

Ronsen dada/kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi

intra kranial

Arteriografi karotis : Letak abses

2. Ensefalitis

a. Biakan :

1) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar

untuk mendapatkan hasil yang positif.

2) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan

didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.

3) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.

4) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.

b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi

dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi

antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.

d. Fungsi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-

kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau

glukosa.

e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik

yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang,

koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut

20

Page 21: Meningitis & Ensefalitis

otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama

dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).

f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi

bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti

Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial

temporal dan lobus frontal .

o Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak

begitu membantu. Biasanya berwarna jernih , jumlah sel 50- 200

dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat,

sedangkan glukosa masih dalam batas normal.

o Gambaran EEG Memperlhatkan proses inflamasi difus (aktifitas

lambat bilateral). Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang

dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di

daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy

dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi

predileksi virus Herpes Simplex.

G.KOMPLIKASI

1. Meningitis

Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain: 

a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini

muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat

sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah

subdural. 

b. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada

meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan

langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler. 

c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan

produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih

kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS

21

Page 22: Meningitis & Ensefalitis

yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan

di intrakranial. 

d. Kelumpuhan saraf kranial merupakan komplikasi umum pada meningitis

bakterial

e. Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak

karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang

tepat. 

f. Epilepsi 

g. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena

meningitis yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu

gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori. 

h. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang

tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik

yang digunakan untuk pengobatan.

i. Komplikasi lanjutan yang dialami oleh klien adalah menjadi tuli akibat

kerusakan saraf kranial VIII.

2. Ensefalitis

Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-

50 %, dari pada penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau

gejala sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan atau gejala neurologik

yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang

nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi

mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.

H.PENATALAKSANAAN

1. Meningitis

a. Penatalaksanaan Terapeutik

- Isolasi

- Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil

kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.

- Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan

mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.

22

Page 23: Meningitis & Ensefalitis

- Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada

bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,

- Mengontrol kejang

- Mempertahankan ventilasi

- Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial

- Penatalaksanaan syok bacterial

- Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim

- Memperbaiki anemia

b. Penatalaksanaan Medis

- Antibiotik sesuai jenis agen penyebab

- Steroid untuk mengatasi inflamasi

- Antipiretik untuk mengatasi demam

- Antikonvulsant untuk mencegah kejang

- Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa

dipertahankan

- Pembedahan.

- Pemberian cairan intravena.

Perawatan

a. Pada waktu kejang

1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2) Hisap lendir

3) Hindarkan penderita dari jatuh

b. Bila penderita tidak sadar lama.

1) Beri makanan melalui sonda.

2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi

penderita sesering mungkin.

3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb

antibiotika.

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.

d. Pemantauan ketat.

1) Tekanan darah

2) Respirasi

23

Page 24: Meningitis & Ensefalitis

3) Nadi

4) Produksi air kemih

2. Ensefalitis

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :

a. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan

sebagai tindakan pencegahan.

b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan

oleh dokter :

- Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

- Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

- Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral

acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan

morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena

dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14

hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).

- Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara

polifragmasi.

c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema

otak

- Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah

cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.

- Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan

dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.

- Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan

untuk menghilangkan edema otak.

d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk

memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

- Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

- Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis

yang sama.

- Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan

valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

24

Page 25: Meningitis & Ensefalitis

e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai

kebutuhan (2 - 3l / menit).

f. Penatalaksanaan shock septik.

g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan

tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan

leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.

Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan

phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi

dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti

asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian

obat per oral (Hassan, 1997).

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

Nama klien, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, bangsa, bahasa,

pendidikan, pekerjaan. Status pernikahan, alamat/ no. Telp., tanggal masuk

RS, no. Registrasi, diagnosa medis, sumber informasi, tanggal pengkajian.

2. Riwayat Penyakit

a. Kesehatan Sekarang

1) Alasan masuk RS: hal yang mendorong klien mencari pertolongan

tenaga kesehatan.

2) Keluhant utama: panas badan meningkat 1-4 hari, kejang, kesadaran

menurun, gelisah, muntah-muntah, sakit kepala, dan perkembangan

penyakit saat ini dan sekarang yang masih dirasakan dengan kriteria

PQRST.

3) Upaya dan terapi yang telah dilakukan untuk mengatasinya

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari,

pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga

dan tenggorokan.

25

Page 26: Meningitis & Ensefalitis

Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien

seperti pemakaian oba kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotic

dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic) dapat

meningkatkan komprehensifnya pengkajian.Pengkajian riwayat ini dapat

mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan

data dasar untuk mengkaji lebh jauh serta untuk memberikan tindakan

selanjutnya.

kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi

post imunisasi pertusis.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus

contoh: Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus,

Streptococcus, E. Coli , dan lain-lain.

d. Riwayat Psikososial

Pola peran berhubungan dengan keluarga, orang lain, dan tim kesehatan

apakah baik dan tidak ada masalah.

e. Riwayat Spiritual

Dapat terjadi gangguan dalam melaksanakan ibadah rutin yang biasa

dilakukan berhubungan dengan keterbatasan gerak dan nyeri yang dapat

mempengaruhi kegiatan ibadah rutin yang biasa dilakukan klien sehari-

hari.

f. Riwayat Sosial

Faktor menderita meningitis dan ensafilitis dapat menyebabkan interaksi

sosial klien dengan keluarga atau dengan orang lain: perubahan peran:

isolasi diri.

3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

a. aktivitas / Istirahat

Gejala:

Perasaan tidak enak (malaise).

Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.

Tanda:

Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.

26

Page 27: Meningitis & Ensefalitis

Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

b. Sirkulasi

Gejala

Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa

Penyakit jantung kongenital (abses otak).

Tanda:

TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor.

Takikardia, disritmia (pada Tekanan darah meningkat, nadi

menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan

peningkatan fase akut), seperti disritmia sinus (pada

meningitis).

c. Eliminasi

Tanda :

Adanya inkontinensia dan / atau retensi.

d. Makanan / Cairan

Gejala :

Kehilangan nafsu makan.

Kesulitan menelan (pada periode akut).

Tanda :

Anoreksia, muntah.

Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

e. Hygiene

Tanda :

Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri

(pada periode akut).

f. Neurosensori

Gejala :

Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya

berat).

27

Page 28: Meningitis & Ensefalitis

Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena,

kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial). Hiperalgesia

/ meningkatnya sensitivitas pada nyeri (mengitis).

Timbul kejang (meningitis bakteri atau abses otak).

Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari

beberapa infeksi).

Fotofobia (pada meningitis).

Ketulian (pada meningitis atau ensefalitis) atau mungkin

hipersensitif terhadap kebisingan.

Adanya halusinasi penciuman atau sentuhan.

Tanda :

Status mental / tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan

yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis

organik (ensefalitis).

Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat

merupakan awal gejala berkembangnya hidrosefalus

komunikan yang mengikuti meningitis bakterial).

Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.

Mata (ukuran / reaksi pupil); unisokor atau tidak berespons

terhadap cahaya (peningkatan TIK), nistagmus (bola mata

bergerak-gerak terus-menerus).

Ptosis (kelopak mata atau jatuh). Karakteristik fasial (wajah):

perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf kranial V

dan VII terkena).

Kejang umum atau lokal (pada fase abses otak), kejang lobus

temporal. Otot mengalami hipotonia / flaksid paralisis (pada

fase akut meningitis), spastik (ensefalitis).

Hemiparese atau hemiplegia (meningitis / ensefalitis).

Tanda Brudzinski positif dan atau tanda kernig positif

merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut).

Rigiditas nukal (iritasi meningeal).

Refleks tendon dalam: terganggu, Babinski positif.

28

Page 29: Meningitis & Ensefalitis

Refleks abdominal menurun / tidak ada, refleks kremastetik

hilarg pada laki-laki (meningitis).

g. Nyeri / Kenyaman

Gejala :

Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan

diperburuk oleh ketegangan leher / punggung kaku; nyeri pada

gerakan okular, fotosensitivitas, sakit; tenggorok nyeri.

Tanda :

Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/gelisah.

Menangis/mengaduh/ mengeluh.

h. Pernapasan

Gejala :

Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak).

Tanda :

Peningkatan kerja pernapasan (episode awal).

Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah.

i. Keamanan

Gejala :

Adanya riwayat infeksi saluran napas atas / infeksi lain,

meliputi: mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi

pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur

pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit.

Imunisasi yang baru saja berlangsung; terpajan pada

meningitis, terpajan oleh campak, chickenpox, herpes simpleks,

mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.

Gangguan penglihatan / pendengaran.

Tanda :

Suhu meningkat, diaforesis, menggigil.

Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan.

Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik; paralisis

atau paresis.

Gangguan sensasi.

29

Page 30: Meningitis & Ensefalitis

4. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

a. Kepala

Inspeksi : bentuk kepala oval, rambut kusam, sedikit pembengkakan pada

bagian kepala.

Palpasi : nyeri tekan pada bagian kepala.

b. Mata

Inspeksi : ketika dilakukan pemeriksaan reaksi pupil menggunakan senter

klien memejamkan matanya dengan kuat, konjungtiva pucat, warna

sklera putih, terdapat lingkaran hitam disekitar mata.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian mata.

c. Hidung

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, warna hidung sama dengan warna kulit

sekitar wajah.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

d. Mulut

Inspeksi : mukosa bibir kering dan pucat, terdapat warna keputih-putihan

pada lidah, gusi warna merah muda, gigi kurang bersih.

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di sekitar mulut.

e. Telinga

Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, simetris telinga

kiri dengan yang kanan.

Palpasi : nyeri tekan disekitar telinga.

f. Leher

Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar , tidak ada

pembesaran vena jugularis.

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat nyeri tekan pada

punggung leher.

g. Dada

Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, tidak ada

pembengkakan.

Palpasi : nyeri tekan pada dada.

30

Page 31: Meningitis & Ensefalitis

Perkusi : pekak.

Auskultasi : bunyi pernafasan rales (crekles).

h. Abdomen

Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, bentuk

abdomen cekung.

Auskultasi : bunyi peristaltik usus 37x/menit

Palpasi : nyeri tekan di abdomen kiri atas

Perkusi : bunyi timpani

i. Ektremitas atas dan bawah

atas

Inspeksi : terdapat ruam petechie.

Palpasi : nyeri tekan pada kulit.

bawah

Inspeksi : ektremitas bawah simetris kiri dan kanan dan terdapat

pembengkakan pada bagian lutut dan pergelangan kaki, babinski positif

Palpasi : nyeri tekan pada bagian lutut dan pergelangan kaki.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan serebri berhubungan dengan peningkatan

tekanan intrakranial, edema otak, dan selaput otak.

2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret,

penurunan kemampuan berakibat penurunan kesadaran.

3. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi pada meningen dan peningkatan

metabolisme.

4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hepofalemia,

anemia.

5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.

6. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang fokal, perubahan status

mental, dan penurunan tingkat kesadaran.

7. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.

31

Page 32: Meningitis & Ensefalitis

8. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis,

gelisah.

9. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan

ROM terbatas, kerusakan neuromuskular, penurunan kesadaran, kerusakan

persefsi / kognitif.

10. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara)

berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori, transmisi

sensorik, dan integritas sensori.

11. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan kognitif.

12. Ansietas b/d ancaman kematian/ perubahan dalam status kesehatan.

C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa I

Gangguan perfusi jaringan serebri berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial, edema otak, dan selaput otak.

Data penunjang: malaise, kejang-kejang, pusing, nause, iritabilitas, kesadaran menurun

bingung, delirium, koma. Perubahan refleks-refleks. Tanda-tanda neurologis, fokal pada

meningitis, tanda-tanda TIK (bradikardi, TD meningkat), nyeri kepala hebat.

Tujuan: setelah dilakukan intervensi 3 × 24 jam perfusi jaringan meningkat.

Kriteria hasil: Tingkat kesdaran meningkat menjadi sadar, disorientasi negatif, konsentrasi

baik, perfusi jaringan dan oksigenasi baik, TTV dalam batas normal, dan syok dapat

diatasi.

Intervensi Rasional

Monitor klien dengan ketat terutama

setelah lumbal funksi. Anjurkan klien

berbaring minimal 4 – 6 jam setelah

lumbal funksi.

Untuk mencegah nyeri kepala yang menyertai

perubahan tekanan intrakranial.

Monitor tanda-tanda peningkatan TIK

selama perjalanan penyakit (nadi

lambat, TD meningkat, kesadaran

menurun, napas irreguler, refleks pupil

menurun, kelemahan).

Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang harus

dilaporkan ke dokter untuk intervensi awal.

32

Page 33: Meningitis & Ensefalitis

Monitor TTV dan neurologis setiap 5 –

30 menit. Catat dan laporkan segera

perubahan-perubahan TIK ke dokter

Perubahan-perubahan ini menandakan adanya

perubahan TIK dan penting untuk intervensi

awal.

Hindari posisi tungkai ditekuk atau

gerakan-gerakan klien, anjurkan klien

untuk tirah baring.

Untuk mencegah peningktan TIK

Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-

gerakan klien. Beri pentunjuk untuk

BAB (jangan enema). Anjurkan klien

untuk melakukan napas dalam bila

miring dan bergerak dari tempat tidur.

Cegah posisi fleksi pada lutut.

Untuk mencegah ketegangan pada otot yang

dapat menimbulkan peningkatan TIK.

Waktu prosedur perawatan disesuaikan

dan diatur tepat waktu dengan priode

relaksasi: hindari rangasangan yang

tidak perlu.

Untuk mencegah eksitasi yang merangasang otak

yang iritasi dan dapat menimbulkan kejang.

Beri penjelasan kepada keadaan

lingkungan pada klien

Untuk mengurangi disorientasi dan untuk

klasifikasi persepsi sensorik yang terganggu.

Evaluasi selama masa penyembuhan

terhadap gangguan mottrik, sensorik,

dan intelektual.

Untuk merujuk ke rehabilitasi

Kolaborasi pemberian steroid osmotik. Untuk menurunkan tekanan intrakranial.

Diagnosa II

Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret, penurunan

kemapuan batukakibat penurunan kesadaran

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam setelah di berikan tindakan . jalan nafas menjadi efektif

Kreteria hasil : secara subjektif sesak nafas (-), frekuensi nafas 16-20 x/mnt, tidak

menggunakan otot bantu nafas, retraksi ICS (-), ronkhi(-),mengi(-), dapat

mendemontrasikan cara batuk efektif.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas Memantau dan mengawasi komplikasi potensial.

33

Page 34: Meningitis & Ensefalitis

tambahan, perubahan irama dan kedalam,

penggunaan otot-otot aksesori, warna ,

dan kekentalan sputum.

Pengkajian fungsi pernafasan dengan interval

yang teratur adalah penting karena pernfasan

yang tidak efektif dan adanya kegagalan akibat

adanya kelemahan atau paralisis pada otot-otot

interkostal dan di afragma berkembang dengan

cepat.

Atur posisi fowler dan semifowler Peninggian kepala tempat tidur memudahkan

pernafasan, meningkatkan ekspansi dada, dan

meningkatkan batuk lebih efektif

Ajurkan cara batuk efektif Klien berada pada berisiko tinggi bila tidak

dapat batuk dengan efektif membersihkan jalan

nafas dan mengalami kesulitan dalam menelan,

sehingga menyebabkan asvirasi dalam saliva

dan mencetuskan gagal bafas nafas akut.

Lakukan cara fisioterpi dada; vibrasi dada Terapi fisik dada membantu meningkatkan

batuk lebih efektif.

Penuh hidrasi cairan via oral seperti air

putih dan pertahankan asupan cairan 2500

ml/hari.

Pemenuhan cairan dapat mengencerkan mukus

yang kental dan dapat membantu pemenuhan

cairan yang banyak keluar dari tubuh.

Lakukan pengisapan lendir di jalan nafas Pengisapan mungkin di perlukan untuk

mempertahankan kepatenan jalan nafas menjadi

bersih.

Diagnosa III

Hipertermia berhubungan dengan inflamasi pada meningen dan peningkatan

metabolisme.

Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, di harapkan suhu tubuh klien

menurun dan kembali normal.

Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C

Intervensi Rasional

Kaji faktor-faktor terjadinya hiperthermi. Mengetahui penyebab terjadinya heiperthermi

karena penambahan pakaian/ selimut dapat

34

Page 35: Meningitis & Ensefalitis

menghambat penurunan suhu rubuh.

Obsevasi tanda-tanda vital tiap4 jam sekali Pemantaun tanda vital yang teratur dapat

menentukan perkembangan keperawatan yang

selanjutnya.

Pertahankan suhu tubuh normal Suhu tubuh dapat di pengaruhi oleh tingkta

aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban

lingkungan tinggiakan mempengaruhi panas atau

dinginnya tubuh.

Longgarkan pakaian , berikan pakaian

tipis yang mudah menyerap keringat

Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian

yang ketat dan tidak menyerap keringa.

Berikan kompres dingin Perpindaham panas secara konduksi saat demam

kebutuhan akan cairan tubuh menungkat

Atur sirkulasi rungan Penyidaan udara bersih

Batasi aktivitas selama demam Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan

meningkatnya panas.

Berikan anti piretika dan pengobatan

sesuai advis.

Menurukan panas pada pusat hopotalamus an

sebagai propilaksis

Diagnosa IV

Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d hepofalemia, anemia

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah di berikan tindakan perubahan perpusi

jaringan dapat di cegah

Kriteria hasil :

Mempertahankan tingkat kesadaran / membaik dan fungsi motorik / sensorik.

Mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil. Melaporkan tak adanya / menurunkan

berat skit kepala. Mendemontrasikan tak adanya perbaikan kognitif dan tanda

peningkatan TIK.

Intervensi Rasional

Anjurkan klen bebaring minimal 4-6

jam setelah lumbal fungsi

Mencegah nyeri kepala yang menyertai

perubahan TIK

Monitor tanda-tanda peningkatan TIK

selama perjalana penyakit (nadi lambat

Mendeteksi tanda-tanda syok

35

Page 36: Meningitis & Ensefalitis

TD mengkat, kesadaran menurun, nafas

ireguler , refleks pupil menurun,

kelmahan)

Monitor TTV dan neuroligis tiap 30

menit. Cacat dan laporkan segera

perubahan-perubahan tekanan intranial

ke dokter

Perubahan-perubahan ini menandakan

ada perubahan TIK dan penting untuk

intervensi awal.

Hindari posisi tungkai di tekuk atau

gerakan- gerakan klien, anjurkan untuk

tirah baring

Untuk mencegah peningkatan TIK

Tinggikan sedikit kepala klien dengan

hati-hati, cegah gerakan yang tiba-tiba

dan tidak perlu dari kepala dan leher,

hidari fleksi leher

Mengurangi peningkatan TIK

Bantu seluruh aktivitas dan gerakan

klien. Anjurkan klien untuk

menghembuskan nafas dalam bila

miring dan bergerak di tempat tidur.

Cegah fleksi pada lutut.

Mencegah ketegangan otot yang dapat

menimbulkan peningkatan TIK

Sesuaikan dan atur waktu prosedur

perawatan dengan periode relaksasi,

hindari rangsangan lingkungan yang

tidak perlu.

Untuk mencegah ekstensi yang

merangsang otak yang iritasi dan dapat

menimbulkan alergi.

Beri penjelasam kepada klien tentang

keadaan lingkungan.

Untuk mengurangi disorientasi dan

untuk klasifikasi persepsi sensorik yang

terganggu.

Evaluasi selama masa penyembuhan

terhadap ganggu motorik, sensorik dn

intelektual.

Untuk merujuk ke rehabilitasi.

Kolaborasi dalam memberikan cairan iv

(larutan hipertonik, elektrolit).

Meminimalkan fluktuasi dalam aliran

vaskuler dan TIK.

Kolaborasi dalam memberikan obat: Menurunkan permeabilitas kapiler

36

Page 37: Meningitis & Ensefalitis

steroid, clorpomasin, asetaminofen untuk membatasi edema serebral,

mengatasi kelainan postur tubuh atau

menggigil yang dapat meningkatkan

TIK, menurunkan konsumsi oksigen

dan resiko kejang.

Diagnosa V

Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

ketidak mampaun menelan, keadaan hipermetabolik

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5x24 jam.

Kriteria hasil : turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan

menelan, sonde di lepas, berat badan meningkat 1kg, Hb dan albumin dalam batas normal.

Intervensi Rasional

Observasi tekstur dan turgor kulit Mengetahui status nutrisi

Lakukan oral hygiene Kebersihan mulut merangsang nafsu makan

Observasi asupan dan keluaran Mengetahui keseimbangan nutrisi klien

Observasi posisi dan keberhasilan sonde. Untuk menghindari resiko infeksi / iritasi

Tentukan kemampuan klien dalam

menelan, batuk dan adanya sekret

Untuk menetapkan jenis makanan yang akan

diberikan kepada klien

Kaji kemampuan klien dalam mengunyah,

menelan dan refleks batuk

Dengan mengkaji faktor-faktor tersebut dapat

menentukan kemampuan menelan klien dan

mencegah risiko aspirasi.

Auskultasi adanya bising usus, amati

penurunan atau heperaktivits bising usus

Fungsi gastrointestinal bergantung pada

kerusakan otak. Bising usus menentukan respons

pemberian makanan atau terjadinya komplikasi

misalnya pada elius.

Timbang berat berat badan sesuai indikasi Untuk mengevaluasi efektivitas dari asupan

makanan.

Berikan makanan dengan cara

meninggikan kepala

Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi.

Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada

waktu, selama dan sesudah makan

Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena

gaya gravitasi.

37

Page 38: Meningitis & Ensefalitis

Stimulasi bibir untuk menutup dan

membuka mulut secara manual dengan

menekan ringan I atas bibir / dibawah dagu

jika di butuhkan

Membantu dalam melatih kembali sensorik dan

meningkatkan kontrol muskular.

Letakkan makanan pada daerah mulut yang

tidak terganggu

Memberikan stimulasi sensorik (termasuk rasa

kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk

menelan dan meningkatkan masukan.

Berikan makan dengan perlahan pada

lingkungan yang tenang

Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme

makan tanpa adanya distraksi dari luar.

Mulailah untuk memberikan makanan per

oral setengah cair dan makanan lunak

ketika klien dapat menelan air.

Makanan lunak/cair mudah untuk dikendalikan

di dalam mulut dan menurunkan terjadinya

aspirasi.

Anjurkan klien menggunakan sedotan

untuk minum.

Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan

menurunkan risiko terjadinya tersedak.

Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam

program latihan/kegiatan

Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam

otak yang meningkatkan nafsu makan.

Kolaborasi dengan tim dokter untuk

memberikan cairan melalui IV atau

makanan melalui selang.

Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan

pengganti dan juga makanan jika klien tidak

mampu untuk memasukkan segala sesuatu

melalui mulut.

Diagnosa VI

Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang, perubahan status mental, dan

penurunan tingkat kesadaran.

Tujuan. Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan, klien bebas dari cedera yang disebabkan oleh

kejang dan penurunan kesadaran.

Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cedera apabila ada kejang berulang.

Intervensi Rasional

Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut,

dan otot-otot muka lainnya.

Gambaran iritabilitas sistem saraf pusat

memerlukan evaluasi yang sesuai dengan

intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya

komplikasi.

38

Page 39: Meningitis & Ensefalitis

Persiapan lingkungan yang aman seperti

batasan ranjang, papan pengaman, dan alat

suction selalu berada dekat klien.

Melindungi klien kejang bila terjadi.

Pertahankan badrest total selama fase akut Mengurangi risiko jatuh/cedera jika terjadi

vertigo dan ataksia.

Kolaborasi pemberian terapi: diazepam,

fenobarbital.

Untuk mencegah atau mengurangi kejang/

Catatan : fenobarbital dapat menyebabkan

depresi pernapasan dan sedasi.

Diagnosa VII

Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.

Tujuan: Dalam 3 × 24 jam perawatan, klien bebas dari cidera yang disebabkan oleh kejang

dan penurunan kesadaran.

Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera apabila ada kejang berulang.

Intervensi Rasional

Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin

diperlukan sampai organisme diketahui/dosis

antibiotik yang cocok telah diberikan untuk

menurunkan resiko penyebaran pada orang lain

Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci

tangan yang tepat.

Menurunkan resiko pasien terkena infeksi

sekunder. Mengontrol penyebaran sumber

infeksi

Pantau suhu secara teratur. Catat

munculnya tanda-tanda klinis dari proses

infeksi

Timbulnya tanda klinis yang terus menerus

merupakan indikasi dari perkembangan infeksi

bakteri yang dapat bertahan sampai berminggu-

minggu.

Observasi adanya keluhan dada,

berkembangnya nadi yang tidak

tratur/distrumia atau demam yang terus

menerus.

Infeksi sekunder seperti miokard/perikarditis

dapat berkembang dan memerlukan intervensi

lebih lanjut.

Auskultasi suara napas. Observasi

kecepatan pernapasan dan usaha

Adanya ronkhi/mengi, takipnea dan peningkatan

kerja pernapasa mungkin mencermikan adanya

39

Page 40: Meningitis & Ensefalitis

pernapasan. akumulasi sekret yang beresiko terjadinya

infeksi pernapasan.

Ubah posisi pasien secara teratur,

dianjurkan nafas dalam.

Memobilisasi secret dan meningkatkan

kelancaran secret yang akan menurunkan resiko

terjadinya komplikasi terhadap pernapasan

Catat karakteristik urin Urin statis, dehidrasi dan kelemahan umum

meningkatkan resiko terjadinya infeksi kandung

kemih / ginjal / awetan sepsis.

Kolaborasi terapi antibiotika IV sesuai

indikasi: Penisilin G, ampisilin,

Kloramfenikol,gentamisin, amfoterisin B.

obat yang dibilih tergantung pada tipe infeksi

dan sensifitas individu. Obat intratekal mungkin

diindikasikan untuk basilus Gram-negatif, jamur,

amuba

Diagnosa VIII

Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi lapiasan otak.

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam keluhan nyeri berkurang/rasa sakit terkendali.

Kriteria hasil: Klien dapat tidur dengan tenang. Wajah rileks, dan klien memverbalisasikan

penurunan rasa sakit.

Intervensi Rasional

Usahakan membuat lingkungan yang aman

dan tenang.

Menurunkan reaksi terhadap rangsangan

eksternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan

menganjurkan klien untuk beristirahat.

Kompres dingin (es) pada kepala. Dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh

darah otak.

Lakukan penatalaksanaan nyeri dengan

metode distraksi dan relaksasi napas

dalam.

Membantu menurunkan (memutuskan) stimulasi

sensasi nyeri.

Lakukan latihan gerak aktif atau pasif

sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati.

Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang

dan dapat menurunkan nyeri/rasa tidak nyaman.

40

Page 41: Meningitis & Ensefalitis

Kolaborasi pemberian analgesik. Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa

sakit.

Catatan: Narkotika merupakan kontraindikasi

karena berdampak pada status neurologis

sehingga sukar untuk dikaji.

Diagnosa IX

Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,

penurunan kekuatan otot, penurutan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif

Tujuan: Tidak terjadi kontraktur, footdrop, gangguan integritas kulit, fungsi pencernaan dan

kandung kemih optimal, serta peningkatan kemampuan fisik.

Kriteria hasil: Skala ketergantungan klien meningkat menjadi bantuan minimal.

Intervensi Rasional

Tinjau kemampuan fisik dan kerusakan

yang terjadi.

Mengedentifikasi kerusakan fungsi dan

menentukan pilihan intervensi.

Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala

tingkat ketergantunagn.

Tingkat ketergantungan minimal care (hanya

memerlukan bantuan minimal), partial care

(memerlukan bantuan sebagian), dan total care

(memerlukan bantuan komplit dari perawat dan

klien yang memerlukan pengawasan khusus

karena risiko cedera yang tinggi).

Pertahankan kesejajaran tubuh yang

adekuat, berikan latihan ROM pasif jika

klien sudah bebas panas dan kejang.

Mencegah terjadinya kontraktoratau footdrop

serta dapat mempercepat pengambiln fungsi

tubuh nantinya.

Berikan perawatan mata, bersihkan mata,

dan tutup dengan kapas yang basah

sesekali.

Melindungi mata dari kerusakan akibat

terbukanya mata terus menerus.

Kaji adanya nyeri, kemerahan, dan

bengkak pada area kulit.

Indikasi adanya kerusakan kulit.

Diagnosa X

Gangguan sensori metabolik ( penglihatan, pendengaran, gaya bicara b/d kerusakan

41

Page 42: Meningitis & Ensefalitis

susunan saraf pusat.

tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan,,x24jam , dihatapkan klien dapat memulai/

memperthankan tingkatkan kesadaran dan fungsi perseptual.

Kriteria hasil: mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual,

mendemontrsikan prilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.

Intervensi Rasional

Mandiri :

Lihat kembali proses patologis kondisi

individual

Kesadran akan tipe yang terkena membantu,

dalam mengkaji/ mengantisipasi defisit spesifik

dan keperawatan.

Evaluasi adanya ganguan penglihatan Munculnya ganguan penglihatan dapat dapak

berdampak negatif terhadap kemampuan pasien

untuk menerima lingkungan

Ciptakan lingkungan yang sederhana,

pindahkan perabot yang membahayakan

Menurunkan/ membatsi jumlah stumulsi yang

mungkin dapat menimbulkan kebingungan bagi

pasien

Diagnosa XI

Kurang pengetahuan b/d keterbatasan koknitif

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari pengetahuan klien dan

keluarga meningkat

Kriteria : klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,kondisi, prognosis dan

program pengobatan, klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

perawat/ tim kesehatan

Intervensi Rasional

Kaji klien dan keluarga akan kebutuhan

dan informasi

Mempermudah dalam penentuan informasi yang

akan di berikan

Berikan informasi singkat dan sederhana Informasi dan singkat lebih mudah di terima dan

di pahami

Diskusi kan tentang kemungkinan

penyembuhan yang lama

Memberikan kesiapan pada klien dan keluarga

dengan hal-hal yang mungkin terjadi dan harus

dijalani

Jelaskan pentingnya nutrisi dan motivasi Nutrisi sangat penting untuk peningkatan daya

42

Page 43: Meningitis & Ensefalitis

intake nutrisi yang adekuat dengan porsi

sedekit sering

tahan tubuh, proses penyembuhan

Jelaskan pentingnya latihn rentan gerak

dan motivasi untuk melakukan teratur.

Anjurkan klien untuk mandi dengan air

hangat untuk meningkatkan relaksi otot

Dengan mengetahui pentingnya latihan gerak

klien akan termotivasi untuk secara teratur

melakukan latihan gerak. Membantu dalam

menemukan fungsi kekuatan otot

Jelaskan tentang pengobatan yang harus

dijalani

Klien akan kooperatif dan termotivsi untuk

menyelesaikan pengobatan

Jelaskan tanda gejala yang harus

dilaporkan segera ke dokter

Keluarga dan klien dapat mendeteksi hal-hal

yang berbahaya dan segera mendapat

penanganan

Diagnosa XII

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawanan selama 3 × 24 jam diharapkan kecemasan

klien dan keluarga klien hilang.

Kriteria hasil: klien dan keluarga menyatakan secara verbal cemas hilang, klien bisa istirahat

tidur tanpa gelisah, ekspresi wajah rileks, klien dan keluarga bisa mengungkapkan perasaanya,

menerima keadaanya dan mempunyai rasa optimis untuk sembuh.

Bina hubungan saling percaya antara

perawat-pasien

Hubungan saling percaya adalah dasar hubungan

terpadu yang mendukung klien dalam mengatasi

perasaan cemas.

Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh

pasien.

Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan

yang dirasakan oleh pasien.

Evaluasi tingkat pemahaman klien/orang

terdekat tentang diagnosa.

Bila penyangkalan ekstem atau ansietas

mempengaruhi kemajuan penyembuhan,

menghadapi itu klien perlu dijelaskan dan

membuka cara penyelesaiannya.

Akui rasa takut/masalah klien dan dorong

mengekspresikan perasaan.

Takut/ansietas menurun klien mulai menerima

secara positif kenyataan dan memiliki kemauan

untuk sembuh

Berikan kesempatan untuk bertanya dan Dapat membantu memperbaiki beberapa

43

Page 44: Meningitis & Ensefalitis

jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa klien

dan perawat mempunyai pemahaman yang

sama.

perasaan kontrol/kemandirian pada klien yang

merasa tak berdaya dalam menerima diagnosa

dan pengobatan

Terima penyangkalan klien tetapi jangan

dikuatkan.

Klien sulit berfikir dengan baik bila berada

dalam kondisi yang tidak nyaman

Berikan informasi akurat, nyata tentang

apa yang dilakukan.

Meliarkan pasien dalam rencana asuhan dan

menurunkan ansietas yang tak perlu tentang

ketidaktahua

Berikan lingkungan tenang untuk istirahat. Memindahkan pasien dari stresor luar

meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan

keterampilan koping.

Tunjukkan tehnik relaksasi. Belajar cara untuk rileks dapat membantu

menurunkan takut dan ansietas.

44

Page 45: Meningitis & Ensefalitis

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat

obatan tertentu. Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang

disebabkan oleh infeksi virus.

Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit

ini hampir sama dan khas yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu

penatalaksanaannya pun hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan non

farmakologi.

Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh

virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis

dan terapi, 1994).

Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis

supuratif akut dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus

aureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.

B. Saran

Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan

sesuai dengan prosedur yang ada dan bagi seluruh masyarakat agar dapat

selalu menjaga kondisi tubuhnya agar terhindar dari penyebaran

mikroorganisme.

Mengerti dan memahami gejala dari meningitis dan ensefalitis sangat

penting untuk menegakkan diagnosis sedini mungkin. Diagnosis dan

pengobatan dini mencegah terjadinya komplikasi yang bersifat fatal.

Mengetahui penyebab meningitis dan ensefalitis sangat penting untuk

menentukan jenis pengobatan yang diberikan. Vaksin untuk mencegah

terjadinya meningitis bakterial telah tersedia, dan sangat dianjurkan untuk

diberikan jika berada atau akan berkunjung ke daerah epidemik.

45

Page 46: Meningitis & Ensefalitis

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Saraf. Jakarta : Salemba

Doenges, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:

EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta : Salemba

Nuratif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Jakarta: EGC

46