mengungkap kesiapan umkm dalam menerapkan sak …repository.wiraraja.ac.id/353/1/siti...
TRANSCRIPT
MENGUNGKAP KESIAPAN UMKM DALAM MENERAPKAN
SAK EMKM SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI
MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0
Artikel Skripsi
Oleh:
SITI NURAISAH
NPM : 715.2.2.1023
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIRARAJA
2019
MENGUNGKAP KESIAPAN UMKM DALAM MENERAPKAN
SAK EMKM SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI
MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0
Siti Nuraisah1
Hafidhah2
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Wiraraja,
Sumenep
Abstrak
Era industri 4.0 merupakan era digitalisasi. UMKM yang memiliki peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mampu bersaing agar tidak tertinggal. Tantangan
globalisasi merupakan salah satu dari beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satu strategi
yang dapat digunakan UMKM dalam bersaing di era industri 4.0 adalah menyusun laporan
keuangan berdasarkan SAK EMKM yang telah efektif per 1 Januari 2018. Faktanya, masih banyak UMKM belum mengetahui adanya standar yang mengatur keuangan UMKM yaitu SAK EMKM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kesiapan UMKM dalam menerapkan SAK EMKM
sebagai salah satu strategi menghadapi era industri 4.0. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Pengumpulan datanya dengan melakukan wawancara mendalam kepada pihak UMKM
dan mendokumentasikannya. Analisis data dengan mereduksi data, menyajikan data dan
melakukan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa UD. Batik Tulis Canteng
Koneng yang kategorinya adalah UMKM berpotensi ekspor, belum siap menerapkan SAK EMKM
dalam penyusunan laporan keuangannya dikarenakan tiga hal yaitu ketidakpahaman UMKM
terhadap SAK EMKM akibattidak adanya tindaklanjut terkait sosialisasi keuangan yang pernah
dilakukan Dinas Koperasi dan UMKM. Laporan keuangan di mata UMKM masih dianggap tidak
terlalu penting untuk dilakukan, karena strategi menghadapi industri 4.0 adalah meningkatkan
kualitas produk dan perluasan pasar hingga level internasional. SDM bidang keuangan bekerja berdasarkan perintah pemilik dan seluruh keuangan dikendalikan penuh oleh pemilik yang
menyebabkan tidak adanya SDM yang kompeten di bidang keuangan.
Kata kunci: UMKM, SAK EMKM dan Industri 4.0.
Revealed the Readiness of MSMEs in ImplementingSAK EMKM as One
ofStrategies to FaceIndustrial Era 4.0
Abstract
Industrial era 4.0 was era of digitalization. MSMEs that have an important role in Indonesia's
economic growth must be able to compete so that they are not left behind. There are several
challenges that must be faced, one of them is the challenge of globalization. One strategy that can
be used by MSMEs to compete in the industrial era 4.0 is to prepare financial reports based on
SAK EMKM that have been effective as of 1st January 2018. However, the fact is that there are still many MSMEs that do not yet know of the standards governing MSME finances namely SAK
EMKM. This study aims to reveal the readiness of MSMEs in implementing the SAK EMKM as
one of the strategies to face the industrial era 4.0.This study uses a qualitative method. In
collecting data the researchers conducted in-depth interviews with the MSMEs and documented
them. While analyzing data by reducing data, presenting data and making conclusions.The results
of the study show that UD. Batik Tulis Canteng Koneng, whose category is export potential
MSMEs, is not ready to apply SAK EMKM in preparing its financial statements due to three
things, namely MSME's lack of understanding of SAK EMKM due to the lack of follow-up related
to financial socialization ever undertaken by the Cooperative Office and MSMEs. Financial
statements in the eyes of MSMEs are still considered not too important to do, because the strategy
to deal with industry 4.0 is to improve product quality and market expansion to the international
level. HR in the field of finance works according to the owner's orders and all finances are fully
controlled by the owner which causes no competent HR in the financial sector.
Keywords: MSMEs, SAK EMKM and Industry 4.0
Pendahuluan
Era industri 4.0 menawarkan banyak kemudahan kepada masyarakat
khususnya para pelaku UMKM yang dapat memanfatkan kecanggihan
teknologinya sebagai sarana yang mempermudah dalam menjalankan usahanya.
Industri 4.0 merupakan era pemanfaatanIoT (Internet of Things) yang
menggunakan jaringan internet untuk mengkomunikasikan benda-benda disekitar
antara yang satu dengan yang lainnya tanpa menggunakan tenaga manusia
ataupun komputer.
Hadirnya revolusi industri 4.0 akan menjadi sebuah ancaman bagi pelaku
UMKM jika tidak mampu menyelami dalamnya arus revolusi industri 4.0 tersebut
karena akan menghadapi persaingan pangsa pasar yang bebas dan mengglobal.
Akan tetapi ini juga akan menjadi sebuah peluang yang sangat besar bagi pelaku
UMKM untuk melakukan pertumbuhan dan keberlanjutan usahanya ketika dapat
memposisikan dirinya berada di tengah-tengah gencarnya kondisi yang serba
internet seperti bisnis e-commerce, pelaku UMKM dapat memanfaatkan platfrom
market place dalam memasarkan produknya, seperti Tokopedia, Buka lapak,
Lazada, Shopee dll. Permasalahan baru di era industri 4.0 yang kemudian timbul
adalah banyak dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tidak
terkecuali UD. Batik Tulis Canteng Koneng mengalami beberapa masalah dalam
manajemen, khususnyadari aspek produksi, pemasaran dan aspek pencatatan
keuangan (Rachmawati, Susanti, & Koesdijarto, 2018).
Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau yang lazim dikenal UMKM
merupakan pilar ekonomi Nasional. Stimulus dinamisasi ekonomi merupakan
peran UMKM yang paling krusial dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
UMKM juga mampu mengurangi angka kemiskinan di Indonesia dengan
membuka lapangan kerja baru seperti dalam Data Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UMKM) memperlihatkan bahwa 97%
lapangan kerja dari UMKM. Besarnya peranan tersebut, membutuhkan dukungan
dan uluran tangan dari berbagai pihak untuk perkembangan UMKM kedepannya
agar tercipta UMKM yang maju, mandiri dan modern salah satunya adalah
memiliki akses kepada sektor perbankan (IAI, 2018). Salah satu program
dukungan pemerintah yang disalurkan kepada UMKM guna untuk pengembangan
usahanya adalah kredit usaha rakyat (KUR) yang dapat diakses melalui
perbankan. Akan tetapi, pihak perbankan tidak dengan serta merta memberikan
dana kepada pihak UMKM. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi salah
satunya adalah UMKM harus memiliki laporan keuangan sesuai standar yang
berlaku.
Pada tanggal 27 November 2016 IAI menerbitkan suatu kebijakan yang dapat
mempermudah UMKM dalam akses mendapatkan modal usaha ataupun kredit
usaha dari bank, yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan
Menengah (SAK EMKM) dalam penyusunan laporan keuangannyayang sudah
berlaku efektif dimulai dari 1 Janurai 2018 lalu. SAK EMKM ini diluncukan
khusus bagi UMKM dengan penyusunan yang lebih mudah dari SAK yang
mengatur keuangan UMKM sebelumnya. Karena dalam SAK EMKM komponen
laporan keuangannya hanya terdiri dari tiga bagian yaitu laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi dan catatan atas laporan keuangan.
Semudah apapun penerapan SAK EMKM dalam laporan keuangan UMKM,
pada praktiknya di Sumenep sendiri masih banyak pelaku UMKM tidak
menggunakan informasi akuntansi dalam mengelola usahanya apalagi melakukan
pencatatan sesuai SAK EMKM. Hal ini dikarenakan pelaku UMKM belum
mengetahui adanya SAK EMKM(Janrosl, 2018) dan memandang bahwa
pencatatan akuntansi yang berdasarkan SAK EMKM merupakan suatu
monster“accounting is monster” dan hal yang tabu sehingga belum begitu penting
untuk diterapkan. Selain itu belum adanya regulasi yang mewajibkan UMKM
untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM (Astriani, Herawati
dan Dewi, 2017).
Penelitian ini merujuk pada salah satu UMKM yang telah menjadi unggulan
bagi Kabupaten Sumenep sebagai informan penelitiannya yaitu UD. Batik Tulis
Canteng Koneng. Menurut data UMKM Binaan dari Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kabupaten Sumenep tahun 2018 UD. Batik Tulis Canteng Koneng
merupakan UMKM yang berpotensi ekspor dengan tahun pendiriannya yang
masih dapat dikatakan begitu dini yakni 2012 dibandingkan dengan UMKM lain
yang sudah berdiri lebih awal.
UD. Batik Tulis Canteng Koneng yang memiliki Berbagai keunggulan,
pencatatan dari berbagai transaksi terkait dengan keuangan masih sangatlah
sederhana dan tidak berdasarkan standar yang berlaku. Oleh karena itu penulis
tertarik melakukan sebuah penelitian di UD. Batik Tulis Canteng Koneng
Sumenep untuk mengungkap kesiapan UMKM menerapkan SAK EMKM dalam
penyusunan laporan keuangannya. Hal ini mengingat pentingnya laporan
keuangan bagi UMKM karena UD. Batik Canteng Koneng yang kategorinya
berpotensi ekspor. Laporan keuangan yang dihasilkan dapat dijadikan alat bagi
UMKM dalam melebarkan sayap kerjasamanya dengan berbagai pihak manapun.
Rumusan masalah diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kesiapan
UMKM dalam menerapkan SAK EMKM sebagai salah satu strategi UMKM
menghadapi industri 4.0.
Atas dasar perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kesiapan UMKM dalam menerapkan SAK EMKM sebagai salah satu
strategi UMKM menghadapi industri 4.0.
Tinjauan Pustaka
Teori kesiapan
Menurut Slameto (2010:113), kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang
yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban dalam cara
tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan
berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Dalam menilai kesiapan
UMKM mengenai penerapan SAK EMKM dalam penyusunan laporan
keuangannya, peniliti meninjaunya dengan tiga kategori yaitu:
a Pemahaman UMKM terhadap standar akuntansi keuangan
UMKM dapat dikatakan siap menerapkan SAK EMKM dalam penyusunan
laporan keuangannya adalah ketika UMKM dapat mengerti dan mengetahui
tentang SAK EMKM.
b Persepsi UMKM terhadap laporan keuangan
Persepsi UMKM merupakan salah satu penilaian untuk mengetahui kesiapan
UMKM dalam penerapan SAK EMKM. Persepsi sangatlah berdampak besar
bagi pemahaman UMKM terhadap SAK EMKM sehingga menyebabkan tidak
atau diterapkannya SAK EMKM dalam pembukuan usahanya.
c Sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidang pembukuan akuntansi
Jika UMKM telah memiliki sumber daya yang mampu membuat laporan
keuangan berdasarkan standar, maka UMKM tersebut dikatakan siap
menerapkan SAK EMKM. Sebaliknya, jika UMKM tidak memiliki sumber
daya yang kompeten dalam bidang keuangan maka, UMKM tersebut belum
siap menerapkan.
SAK EMKM
SAK EMKM ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum
mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP.
Penyusunan laporan keuangan dapat dikatakan patuh terhadap standar yang
berlaku apabila UMKM dalam penyusunan laporan keuangannya mencakup tiga
komponen yaitu:
a Laporan posisi keuangan
Laporan posisi keuangan terdiri dari beberapa akun yaitu: kas dan setara kas,
piutang, persediaan, aset tetap, utang usaha, utang Bank dan ekuitas.
b Laporan laba rugi
Pada laporan laba rugi terdapat beberapa pos-pos yaitu: akun pendapatan,
beban keuangan dan beban pajak.
c Catatan atas laporan keuangan
Catatan laporan keuangan berisikan tentang:
1. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan disusun berdasarkan SAK
EMKM.
2. Ikhtisar kebijakan akuntansi.
3. Informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan transaksi
penting dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami
laporan keuangan.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Entitas Mikro, Kecil dan Menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik
yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan
kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2 (dua)
tahun berturut-turut (IAI, 2018).
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah pada bab 1 pasal 1 menerangkan bahwa yang dimaksud dengan:
a Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau
badan usaha perorangan yang memiliki aset maksimal 50.000.000,- dan omzet
maksimal 300.000.000,-.
b Usaha Kecil
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memiliki aset 50.000.000,-sampai dengan 500.000.000
dan omzet 300.000.000,- sampai dengan 2.500.000.000,.
c Usaha menengah
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersihatau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2008 yaitu memiliki
aset 500.000.000,-sampai dengan 10.000.000.000 dan omzet 2.500.000.000,-
sampai dengan 50.000.000.000,-.
Industri 4.0
Jerman merupakan negara yang mengglobalkan istilah industri 4.0 karena
yang memanfaatkan Internet of Things pertama yaitu Jerman. IoT (Internet of
Things) memberi banyak kemudahan kepada manusia karena IoT Memanfaatkan
jaringan internet untuk mengkomunikasikan benda-benda disekitar antara yang
satu dengan yang lainnya tanpa menggunakan tenaga manusia ataupun komputer,
seperti: smartphone, televisi, kulkas, mesin cuci dan lainnya.
Era revolusi industri 4.0 ada beberapa tantangan yang harus dihadapi salah
satunya tantangan ekonomi pada globalisasi yang terus berlanjut. Manusia yang
enggan beranjak dan tidak mampu menghadapi tantangan-tantangan yang ada
maka akan tertinggal jauh. Karena seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an:
ان االه لا ىغىر ما بقو م حتى ىغىر ما بانفسه
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan mereka sendiri (QS. Ar-Ra’d:11).
Ayat tersebut menerangkan bahwasanya manusia perlu melakukan perubahan
mengikuti zaman, karena jika tidak maka akan tertinggal.
Road Maping Penelitian dan Hasil Riset Empiris
Berikut hasil dari penelitian terdahulu:
Akbar, Apip dan Usmar (2018) meneliti tentang Strategi Pengembangan
UMKM Dalam Menghadapi Era Industri 4.0: Dalam Perspektif Akuntansi.
Penelitian menggunakan metode deskriptif yang bersifat eksploratif dengan
pendekatan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor UMKM di
Indonesia belum mampu meningkatkan daya saing dalam menghadapi era industri
4.0 dalam perspektif akuntansi.
Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada objek dan metode yang
digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh. Penulis menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Putra (2018) meneliti tentang Pemetaan Penerapan Standar Akuntansi
Keuangan EMKM pada UMKM di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini
merupakan suatu studi deskriptif dan studi fenomenologi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa persepsi pemilik ataupun pengelola UMKM menganggap
pentingnya pemahaman tentang SAK EMKM. Namun demikian, 80,4%
(mayoritas) UMKM di Kota Tangerang Selatan belum melakukan penerapan SAK
EMKM pada laporan keuangannya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya beberapa
kendala yang dihadapi oleh pemilik ataupun pengelola UMKM di Kota Tangerang
Selatan dalam mencatat laporan keuangan.
Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada objek yang akan diteliti yaitu
UMKM di Kota Tangerang Selatan.
Darmawati dan Nilawati (2018) mengangkat judul tentang Peran Perbankan
dalam Mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Penerapan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan tiga model
persamaan regresi. Penelitian ini menemukan bahwa jumlah kredit yang diberikan
dan termin kredit mempengaruhi minat menerapkan SAK EMKM, sedangkan
jumlah aset yang dijaminkan tidak mempengaruhi minat penerapan SAK EMKM.
Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada objek yang akan diteliti dan
metode yang digunakan. Penelitian sebelumnya menggunakan metode kuantitatif
dengan menggunakan tiga model persamaan regresi, sedangkan penelitian yang
akan penulis teliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi.
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan
interpretif. Objek dalam penelitian ini merupakan UD. Batik Tulis Canteng
Koneng yang kategorinya salah satu dari keenam UMKM yang berpotensi ekspor
di Sumenep.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data subjek berupa
pendapat yang diberikan responden mengenai kesiapan penerapan SAK EMKM
dalam penyusunan laporan keuangannya dan sumber datanya adalah data primer
berbentuk kualitatif yang diperoleh langsung dari sumber asli melalui wawancara
dengan responden seputar pelaporan keuangan UD. Batik Tulis Canteng Koneng.
Teknik dalam pengambilan sampel yang dilakukan penulis adalah snowball.
Ibarat balon udara yang dipompa akan semakin membesar. Begitu juga dengan
snowball, sampel yang sebelumnya dalam jumlah kecil akan semakin membesar
dari kurun waktu kewaktu. Sedangkan informan kunci dalam peneitian ini adalah
Didik Hariyanto selaku pemilik UMKM yang dianggap mampu oleh penulis
dalam memberikan data lengkap mengenai UMKM dan dapat mengarahkan
penulis kepada beberapa informan lainnya untuk mendapatkan data lebih banyak
lagi.
Penulis dalam mengumpulkan data, melakukan observasi langsung ke
Rumah Batik Canteng Koneng dan mengamati secara cermat mengenai
bagaimana kesiapan UMKM dalam menerapkan SAK EMKM sebagai salah satu
strategi UMKM menghadapi industri 4.0, mewawancarai dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan secara lisan seputar bagaimana pelaporan keuangannya,
pemasaran produknya, strategi apa yang dipersiapkan padepokan batik dalam
bersaing di pasar bebas pada era revolusi industri 4.0 dan
mendokumentasikannya.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, mereduksi
data dengan mengambil intisari dari berbagai informasi inti sesuai dengan fokus
penelitian, selanjutnya menyajikan data dengan memetakan data hasil reduksi
menjadi bentuk uraian singkat yang dapat memberikan kemudahan pada penulis
dalam memahami apa yang terjadi dan melakukan penarikan kesimpulan dengan
menyimpulkan terkait data-data yang diperoleh dengan cermat agar menghasilkan
data yang valid dan akurat.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dalam menguji keabsahan
datanya. Peneliti menggunakan teknik ini untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan. Kata lain, peneliti dapat merechek temuannya dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesiapan dapat dinilai ketika seseorang sudah siap melakukan apa yang
mereka terima dari suatu keadaan yang terjadi. Penulis untuk mengetahui kesiapan
UMKM dalam penerapan SAK EMKM dalam pencatatan keuangannya,
menilainya dengan menggolongkan dalam tiga kategori yaitu:
a Standar Akuntansi Keuangan Versi UMKM
Jika menurut SAK EMKM laporan keuangan minimum terdiri dari tiga
komponen yang disebut diatas, kenyataannya SAK ala Rumah Batik Canteng
Koneng hanya terdiri dari dua pencatatan yaitu catatan sederhana yang dapat
dipahami oleh mereka sendiri berupa catatan pembelian bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam proses produksi batik dan catatan penjualan batik.
Alasan tidak melakukannya pencatatan yang benar, dikarenakan UMKM
yang belum memahami makna dan seluk beluk standar akuntansi keuangan
bahkan mengetahui adanya kebijakan dari DSAK IAI yang mengatur keuangan
khusus bagi UMKM yaitu SAK EMKM. Hal ini disebabkan karena belum
adanya sentuhan dari pihak dinas koperasi dan UMKM di kabupaten Sumenep
mengenai pelatihan ataupun pendampingan langsung perihal penyusunan
laporan keuangan UMKM.
Pendapat tersebut tidak sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Kabid.
UMKM bahwasanya terdapat beberapa pelatihan dan pendampingan UMKM
yang dilakukan secara berkala. Setelah ditelusuri, Rumah Batik Canteng
Koneng pernah mengikuti kegiatan yang diadakan pihak Dinas Koperasi dan
UMKM Sumenep mengenai pelatihan penyusunan laporan keuangan. Meski
demikian tidak membuat UMKM dapat memahami sekelumit saja dari apa
yang disampaikan pada saat sosialisasi, hal ini karena sosialisasi yang
dilakukan hanyalah sebatas penjelasan saja tanpa ada tindak lanjut kembali
seperti pendampingan rutin UMKM dalam menyusun laporan keuangannya.
b Laporan Keuangan di UMKM Canteng Koneng
Financial statements are key in controlling business performance.
Seberapa besar manfaat yang dapat UMKM peroleh, tidak menyudutkan
Rumah Batik Canteng Koneng menyusun laporan keuangan yang berdasarkan
standar. Persepsi Rumah Batik Canteng Koneng yang memandang sebelah
mata kegunaan laporan keuangan tidak dapat mendongkrak Rumah Batik
Canteng Koneng membuat pencatatan akuntansi. Karena padepokan batik
tersebut menganggap lebih penting melakukan sebuah inovasi agar usaha yang
sedang digelutinya ini terus maju kedepannya daripada melakukan pembukuan
yang benar akan tetapi usaha tersebut tidak mengalami perkembangan
kedepannya.
c Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten dalam Bidang Akuntansi
Sumber daya manusia merupakan aset berharga suatu perusahaan,
berkembang tidaknya suatu perusahaan bergantung pada kinerja sumber daya
manusia yang mengelola usaha tersebut. Seharusnya UMKM memiliki sumber
daya yang kompeten disetiap divisi, akan tetapi kenyataan yang ada di Rumah
Batik Canteng Koneng dalam menempatkan karyawan disetiap devisinya tidak
sesuai dengan pendidikan yang mereka tempuh sebelumnya dikarenakan tujuan
adanya Rumah Batik Canteng Koneng adalah untuk memberdayakan
masyarakat Sumenep.
Pada bagian keuangan khususnya, masih dikelola oleh pemilik sendiri,
akan tetapi pemilik memiliki motivasi untuk merekrut karyawan yang memiliki
kompetensi pada bidang akuntansi. Sehingga UMKM ini memiliki kesiapan
menghadapi tantangan sosial yang ada di era industri 4.0 perihal pertumbuhan
kompleksitas proses dalam motivasi belajar.
Suatu usaha yang memiliki SDM berkualitas akan sangat berdampak pada
kemajuan usahanya dimasa yang akan datang. Namun potret nyata sumber
daya yang ada khususnya bidang akuntansi yang dapat menghasilkan laporan
keuangan tidak begitu diperhatikan, buktinya tidak ada sumber daya yang
kompeten dibidang akuntansi. Meski terdapat admin dalam struktur
kepengurusannya, admin bekerja sesuai dengan perintah pemilik, sehingga
yang dihasilkan bukanlah laporan keuangan yang sesuai standar berlaku
melainkan catatan-catatan sederhana berupa penjualan dan pembelian saja.
Selain itu, Rumah Batik Canteng Koneng merupakan usaha keluarga, hal ini
dibuktikan dengan susunan struktur UMKM yang didalamnya dijalankan oleh
sanak famili pemilik UMKM tersebut sehingga yang ditanamkan hanya dengan
sistem kepercayaan saja.
d Peran Penerapan SAK EMKM pada Penyusunan Laporan Keuangan UMKM
sebagai Strategi di Era Revolusi Industri 4.0.
UMKM yang berpotensi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,
harus mampu bertahan hidup di era industri 4.0. Berbagai kecanggihan yang
ditawarkan dapat dimanfaatkan oleh UMKM dalam melebarkan sayap
usahanya. Namun, juga dibalik banyaknya manfaat yang disuguhkan di era ini,
juga terdapat berbagai tantangan khususnya di bidang ekonomi yang salah
satunya tantangan globalisasi yang menjadi titik fokus pembahasan dalam
penelitian ini diantaranya:
Keterampilan antar budaya, tidak menghanguskan budaya lain dalam
menciptakan budaya yang baru. Dalam hal ini telah menjadi ciri khas batik
canteng koneng yang selalu bisa memuaskan pelanggan dengan berbagai ide
kreatif yang menghasilkan corak batik dari berbagai budaya yang ada.
Kemampuan berbahasa, sebagai media pengikat antara konsumen-
konsumen penikmat produk batik canteng koneng yang berada di luar
Indonesia karena rumah batik canteng koneng yang merupakan salah satu
unggulan UMKM Sumenep yang berpotensi ekspor.Hal ini masih belum
menjadi titik fokus UMKM Canteng Koneng untuk mempelajari bahasa asing
khususnya.
Fleksibelitas waktu,pada bidang keuangan belum dilakukan pencatatan
yang berstandarkan akuntansi keuangan. Padahal nilai waktu dari uang ini
sangatlah penting. Karena nilai uang yang dimiliki saat ini tidak mungkin sama
nilainya dengan tahun berikutnya atau dimasa yang akan datang. Time value of
many ini bermanfaat dalam mengetahui untung tidaknya suatu investasi yang
ditanamkan pada masa yang akan datang. Selain itu time value of many juga
berguna dalam perhitungan anggaran yang akan digunakan. Dengan adanya
laporan keuangan, investor dapat dengan mudah menganalisa proyek yang
akan dilakukan kedepannya mampu menghasilkan keuntungan atau tidak. Hal
inidapat dijadikan strategi oleh UMKM untuk melakukan ekspansi usahanya
agar mampu bersaing di era industri 4.0.
Keterampilan jaringan, era industri 4.0 merupakan era pemanfaatan IoT
(Internet of Things). Keterampilan jaringan yang digunakan rumah batik
canteng koneng terletak pada, jika di awal berdirinya rumah batik canteng
koneng tidak membuat design baju pada setiap hasil produksi batiknya, namun
1 tahun terakhir UMKM ini sudah memanfaatkan komputer sebagai media
dalam mendesign kerangka baju batik. Perihal proses produksi UMKM masih
belum memanfaatkan IoT, hal ini karena anggapan Rumah Batik Canteng
Koneng bahwa akan lebih dihargai hasil karya tangan daripada hasil karya
sebuah robot. Hand made memiliki nilai seni tersendiri sehingga akan lebih
bernilai buatan tangan manusia daripada robot. Rumah Batik Canteng Koneng
yang berpotensi eksporpun belum memanfaatkan keterampilannya dalam
berjejaring ini dengan mengunggah laporan keuangan yang disusunnya sesuai
standar sebagai salah satu strategi mendapatkan modal dari pihak investor.
Pemahaman proses, yang dimaksud disini adalah memahami segala
proses dimulai dari keterampilan budaya, keluesan dalam berbahasa,
fleksibelitas waktu dan terampil dalam berjejaring di dunia digital. Akan tetapi,
bukan dalam hal ini saja yang harus dipahami segala prosesnya terutama bagi
Rumah Batik Canteng Koneng yang kategorinya adalah usaha menengah.
Pemahaman proses akuntansi juga sangat dibutuhkan dalam prospek
pengembangan usaha kedepannya. Suatu UMKM yang mampu memahami
akuntansi dalam dunia usahanya akan dapat menghasilkan laporan keuangan
yang berpedoman pada standar yang berlaku sehingga dapat dijadikan suatu
strategi bersaing menghadapi era industri 4.0 dan memperluas lagi jaringannya
agar mempermudah mendapatkan kerja sama dengan pihak manapun.
Dalam hal ini pemahaman proses akuntansi juga belum dilakukan oleh
pengelola Rumah Batik Canteng Koneng. Hal ini dibuktikan ketika suatu
perusahaan mengajukan sebuah kerja sama yang mana dalam hal ini laporan
keungan merupakan salah satu syarat yang diminta oleh perusahaan tersebut.
Namun, karena ketiadaan laporan keuangan pada Rumah Batik Canteng
Koneng, sehingga yang dijadikan bukti adalah nota-nota atas semua transaksi
yang terjadi.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis penulis yang dituangkan dalam sebuah
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rumah Batik Canteng Koneng yang
merupakan salah satu UMKM berpotensi ekspor di Sumenep hanya melakukan
pencatatan sederhana yaitu catatan transaksi penjualan dan pembelian. Hal ini
disebabkan:
1. Ketidakpahaman UMKM terhadap SAK EMKM disebabkan tidak adanya
tindak lanjut dari sosialisasi yang pernah dilakukan dinas koperasi dan UMKM
Sumenep seperti pelatihan dan pendampingan khususnya laporan keuangan.
2. Laporan keuangan di mata UMKM masih dianggap tidak terlalu penting untuk
dilakukan, karena anggapan mereka peningkatan kualitas produklah yang
dibutuhkan dalam menghadapi era industri 4.0.
3. Tidak adanya sumber daya manusia yang kompeten di bidang akuntansi. Dan
bagian keuangan dikendalikan sepenuhnya oleh pemilik, sehingga SDM bidang
keuangan bekerja berdasarkan perintah pemilik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya UMKM belum siap untuk
menerapkan SAK EMKM pada penyusunan laporan keuangannya. Selain tiga
kendala diatas Rumah Batik Canteng Koneng juga belum memanfaatkan peluang
yang ada di era industri 4.0 seperti keterampilannya dalam berjejaring dan
pemahaman proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai salah satu strategi
menghadapi era industri 4.0. Catatan yang dihasilkan UMKM barupa catatan
sederhana penjualan dan pembelian, sedangkan di era industri 4.0 terdapat
tantangan ekonomi yang harus dihadapi UMKM yakni globalisasi yang terus
berlanjut. Dimana dalam hal ini poin pemahaman proses khususnya pemahaman
proses akuntansi sangatlah dibutuhkan agar terciptanya laporan keuangan yang
berlaku secara umum yang dapat dipahami oleh semua pihak sehingga dapat
memperluas jangkauan kerjasamanya dengan pihak luar manapun.
Saran
1 Bagi UMKM hendaknya sudah mulai melakukan pembenahan perihal
penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar SAK EMKM
agar dapat mengetahui kondisi keuangan usaha yang sedang dijalaninya
dengan cara memiliki SDM yang kompeten dalam bidang pembukuan
akuntansi.
2 Bagi peneliti selanjutnya, selain menelisik lebih dalam kesiapan UMKM dalam
menerapkan SAK EMKM juga disertai dengan pendampinganpenyusunan
laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM agar terciptanya laporan keuangan
berstandar SAK EMKM pada UMKM tersebut dan menambah objek
penelitian.
3 Bagi pemerintah, diharapkan melakukan pendampingan kepada seluruh
UMKM khususnya penyusunan laporan keuangan UMKM berdasarkan SAK
EMKM yang dapat dijadikan salah satu strategi menghadapi era industri 4.0.
Daftar Pustaka
Adam Sanders, Chola Elangeswaran, J. W. (2016). industry 4.0 Implies Lean
Manufacturing: Research Activities in Industry 4.0 Function as Enablers for
Lean Manufacturing. Industrial Engineering and Management.
https://doi.org/10.3926/jiem.1940
Astriani, N. K. D. A., Herawati, N. T., & Dewi, P. E. D. M. (2017). Eksistensi
Pencatatan Keuangan Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro ,
Kecil , dan Menengah ( SAK EMKM ) Pada Usaha Kopi Luwak Di Desa
Demulih Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. E-Jurnal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha, 8(2).
Darmawati, D., & Oktaviani, A. A. (2018). PENGARUH PENERAPAN
AKUNTANSI UMKM TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
UMKM e-COMMERCE. Seminar Nasional Cendikiawan, 919–925..
Fitrah, M. & L. (2017). Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus (1st ed.). Sukabumi: CV Jejak.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,
Kecil dan Menengah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Janrosl, V. S. E. (2018). Analisis Persepsi Pelaku UMKM dan Sosialisasi SAK
EMKM terhadap Diberlakukannya Laporan Keuangan yang Berbasis SAK
EMKM. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 11(1).
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
RosdaKarya.
Muslim. (2016). VARIAN-VARIAN PARADIGMA, PENDEKATAN,
METODE, DAN JENIS PENELITIAN DALAM ILMU KOMUNIKASI,
1(10), 77–85.
Putra, Y. M. (2018). Pemetaan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan EMKM
Pada UMKM Di Kota Tangerang Selatan. Jurnal Profita: Komunikasi Ilmiah
Akuntansi Dan Perpajakan.
Rachmawati, T., Susanti, N., & Koesdijarto, R. (2018). Sustainability Ukm Batik
“ Murni ” Melalui Harmonisasi Manajemen, 34–39.
Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.