mengenang setengah abad tragedi nasional...

72
1 MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL INDONESIA G30S Oleh: Yoseph T Taher <[email protected]> Isi: Pendahuluan G30S Situasi Tanah Air Gilchrist Document Peranan AS/CIA Pembunuhan di Daerah-Daerah Jumlah Korban Letkol. Untung Samsuri Kolonel A. Latief Brigjen Supardjo Syam Kamaruzzaman Jenderal Soeharto Yoga Sugama―Ali Murtopo―Soeharto Siapa sesungguhnya Soeharto? Pendahuluan: Memasuki dan berada dalam bulan-bulan September dan Oktober tahun 2015 ini, tidak sedikit orang, yang ingatan, kenangan dan renungannya kembali kepada kejadian sejarah tanah air setengah abad yang lalu, tepatnya tahun-tahun 1965/1966, tentang kekejaman, kebrutalan, pembunuhan atau genosida atas jutaan bangsa Indonesia yang dilakukan oleh kaum militer

Upload: dotruc

Post on 15-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

1

MENGENANG SETENGAH ABAD

TRAGEDI NASIONAL INDONESIA G30S

Oleh: Yoseph T Taher <[email protected]>

Isi:

Pendahuluan

G30S

Situasi Tanah Air

Gilchrist Document

Peranan AS/CIA

Pembunuhan di Daerah-Daerah

Jumlah Korban

Letkol. Untung Samsuri

Kolonel A. Latief

Brigjen Supardjo

Syam Kamaruzzaman

Jenderal Soeharto

Yoga Sugama―Ali Murtopo―Soeharto

Siapa sesungguhnya Soeharto?

Pendahuluan:

Memasuki dan berada dalam bulan-bulan September dan Oktober tahun 2015 ini, tidak sedikitorang, yang ingatan, kenangan dan renungannya kembali kepada kejadian sejarah tanah airsetengah abad yang lalu, tepatnya tahun-tahun 1965/1966, tentang kekejaman, kebrutalan,pembunuhan atau genosida atas jutaan bangsa Indonesia yang dilakukan oleh kaum militer

Page 2: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

2

Angkatan Darat dengan mempergunakan tangan-tangan sebagian bangsa Indonesia yangtergabung dalam milisia dan organisasi komando aksi massa dan agama. Bumi persadamenjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan, penangkapan,perkosaan dan pembunuhan di mana-mana, tanpa mengingat harga diri dan nilai nyawamanusia.

Sekitar tiga juta dibunuh, dan hampir 2 juta ditahan dalam kamp-kamp dan penjara sertasekitar 20 juta keluarga dan sanak saudara mereka hidup teraniaya dan dikucilkan, dianggaptidak bersih, sepertinya tiada hak untuk hidup sebagai manusia dan bangsa buat mereka dalamsuatu negara yang merdeka yang penduduknya mayoritas menganut agama. Perempuan dangadis-gadis diperkosa ramai-ramai oleh anggota milisia dan para preman, kemudian dibunuhdan mayatnya diklelerkan atau dibuang begitu saja, tanpa penguburan. Sungai-sungaidipenuhi dengan tubuh-tubuh yang merapung tak bernyawa, di rawa-rawa dan selokan-selokan bertebaran mayat-mayat yang kadang-kadang tak berkepala yang dilemparkan setelahdibunuh dengan kejam.

Bau busuk dari bangkai-bangkai manusia yang dibunuh secara paksa tanpa salah dan tanpaproses pengadilan menjalar keseluruh kota dan desa. Ketakutan merebak di seluruh pelosoktanah air, karena kekejaman dan terror yang merajalela yang dilakukan atau direstui sertadilindungi oleh Angkatan Darat di bawah pimpinan Jenderal Soeharto, yang ketika itumenjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat.

Aksi petualangan sekelompok militer yang bergerak melakukan penangkapan, penculikan danpembunuhan atas 6 jenderal Angkatan Darat oleh suatu gerakan yang menamakan dirinya“Gerakan 30 September (G30S)” , yang dipimpin oleh Letkol. Untung Samsuri, KomandanTjakarabirawa yang adalah Pasukan Pengawal Presiden, yang berlangsung pada dinihari 1Oktober 1965, dijadikan dasar alasan oleh Pangkostrad Letjen. Soeharto dan para grupnyauntuk menuduh PKI berada di belakangnya dan melaksanakan pembalasan dengan melakukanpembunuhan massal atau genosida atas jutaan bangsa Indonesia. Dengan dalih membasmiG30S, yang oleh Soeharto dan kliknya direkayasa dan dituduh sebagai didalangi oleh PKI dandisebut serta dipopulerkan dengan sebutan G30S/PKI, dilangsungkanlah perburuan danpembunuhan massal atau genosida yang terbesar setelah Perang Dunia ke-2 terhadap rakyatyang dituduh dan diindikasi berafiliasi kepada PKI.

Dengan pelarangan terbit semua media massa dan radio, dan hanya satu informasi dariAngkatan Darat melalui medianya yakni Berita Yudha, Angkatan Bersenjata, Api Pancasila,dan RRI, mulai 1 Okober 65 itu, rakyat dijejali berita plintiran dan rekayasa Angkatan Daratyang mengatakan bahwa “G30S yang menculik, menyiksa dan membunuh para jenderal secarakejam dan biadab adalah didalangi oleh PKI” sehingga dengan demikian sepertinya memberikomando untuk membalas dendam kepada PKI. Apalagi, ketika Soeharto sebagai PanglimaKostrad memberi perintah kepada Kolonel Yasir Hadisubroto untuk “memburu dan

Page 3: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

3

membereskan” D.N. Aidit, Ketua Partai Komunis Indonesia dan Menko negara yang padawaktu itu berada di Jawa Tengah, maka para pengikut Soeharto, militer dan milisia serta kaumagama menganggap bahwa kata-kata Soeharto itu adalah sebagai aba-aba, sebagai perintahuntuk melakukan perburuan dan pembantaian terhadap kaum komunis. Nampak jelas, betapasecara licik, Jenderal Soeharto melakukan hasutan dan kampanye untuk Pembunuhan Massalterhadap kaum komunis Indonesia demi satu tujuan tertentu. Karena, kalau Jenderal Soehartomemerintahkan bawahannya untuk membereskan Menko dan Ketua PKI, maka para pengikutSoeharto, tentunya berhak untuk juga membereskan semua anggota dan simpatisan PKI.Dengan kelicikan Soeharto, hal itu diaturnya, seolah-olah sebagai suatu balas dendam rakyatterhadap PKI, sebagai suatu akibat yang ditimbulkan oleh kemarahan rakyat. Dan para pejabatAmerika, wartawan, dan para sarjana yang berhubungan dengan CIA menciptakan dongeng,bahwa pembunuhan berdarah itu adalah reaksi mendadak dari rakyat yang spontan terhadapterorisme PKI. Namun, Sydney Morning Herald tanggal 10 July 1999 mengatakan: “Secretrecords of the US State Department and CIA provide evidence that the massacre of Indonesia'scommunists in 1965 was not a result of spontaneous uprisings but a deliberate campaign byGeneral “ .

Jadi ternyata, bahwa pembunuhan massal terhadap golongan PKI itu bukanlah suatu tindakanspontan rakyat akan tetapi suatu kampanye pemusnahan yang dilakukan oleh JenderalSoeharto. Bahkan Sarwo Edhi Wibowo sendiri mengatakan bahwa rakyat harus dihasut, dipaksauntuk melakukan pembunuhan, jika tidak mau mereka akan dibunuh!

Soeharto memang seorang militer yang cerdik, lihay dan licik, namun, kampanye Soeharto inibukanlah sekedar keluar dari otak , atau kepandaian atau inisiatip Soeharto sendiri, akan tetapiberkat adanya usaha dan bantuan yang besar dari CIA/AS, karena memang itulah tujuanCIA/AS yang sesungguhynya, yaitu untuk menjatuhkan Soekarno, seperti diakui sendiri olehBarack Obama, Presiden A.S. Dalam tulisannya: “........the CIA began providing covert supportto various insurgencies inside Indonesia, and cultivated close links with Indonesia's militaryofficers, many of whom had been trained in the United States. In 1965, under the leadership ofGeneral Soeharto, the military moved against Sukarno, and under emergency powers began amassive purge of communists and their symphathizers. According to estimates, between 500.000and one million people were slaughtered during the purge, with 750.000 others imprisoned orforced to exile”

(Barack Obama – THE AUDICITY OF HOPE. Thoughts on Reclaiming The American Dream,First published (2006) in New York, the U.S. by The Crown Publishers; Chapter 8, The WorldBeyond Our Borders, page 272-273. Paperback edition, by Canongates Book, 2008/Ibrahim Isa -08 November 2010)

Melalui contoh, hasutan dan perintah Soeharto, maka terjadilah pembunuhan massal diseluruhtanah air. Nyawa manusia menjadi tidak berharga samasekali. “Penghukuman secarasistematis pada mereka yang diduga sebagai anggota atau simpatisan Partai Komunis

Page 4: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

4

Indonesia (PKI) yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Papua, setelahperistiwa 1965/1966 adalah merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat” begituucapan Nurkholis, Ketua Tim Investigasi Peristiwa 1965 Komnas HAM, pada 23/7/2012.

Dimana-mana di bumi Indonesia, jasad-jasad tak bernyawa bergelimpangan di sepanjang jalan,bahkan ada yang sudah tak berkepala. Bagi mereka-para pembunuh haus darah-nampaknyatidak ada dosa dan hukum jika menganiaya dan membunuh manusia selagi orang yangdianiaya dan dibunuh itu adalah anggota atau simpatisan atau yang bisa diindikasikan sebagaiPKI. Howard Fenderspiel, ahli Indonesia di State Department’s Bureau of Intelligence and Researchdi tahun 1965 mengatakan: “Tidak ada yang peduli, kalau mereka dibantai, asal mereka adalahkomunis, tidak ada yang bakal menyelidikinya.”

Masa 1965/1966 dan seterusnya, rasanya lebih berharga nyawa seekor anjing daripada seorangmanusia yang dituduh komunis. “Saya melihat banyak mayat yang rusak dan terpotong-potong,anggota tubuh, kaki, lengan, di sungai. Ini berlangsung hari demi hari, malam demi malam. Ratusanjumlahnya”. (Frank Palmos, koresponden Herald Sun 1962-1972, dari film documenter ShadowPlay).

Peristiwa pembantaian di Jawa Timur diungkapkan oleh Presiden Soekarno dalam pidato didepan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) di Bogor 18 Desember 1965. Bung Karnomengatakan pembunuhan itu dilakukan dengan sadis, orang bahkan tidak beranimenguburkan korban. “Awas kalau kau berani ngrumat jenazah, engkau akan dibunuh. Jenazah itudiklelerkan saja di bawah pohon, di pinggir sungai, dilempar bagai bangkai anjing yang sudah mati.”

Betapa kejam dan hebatnya pembunuhan massal yang dilakukan oleh Angkatan Darat dan kakitangannya, para milisia dan kaum agama pada waktu itu. Bertrand Russel, pemikir besarLiberalisme, menyebut bahwa pembunuhan massal ini sebagai hal yang amat mengerikan yangmustahil bisa dilakukan oleh [mahluk yang bernama-pen] manusia. (Perang Urat SyarafKompas 9 Pebruari 2001) “Dalam empat bulan, manusia yang dibunuh di Indonesia, lima kalidari jumlah korban perang Vietnam selama 12 tahun” (“In four months, five times as manypeople died in Indonesia as in Vietnam in twelve years”).

Ucapan Russel diatas dapat dipercaya dan diyakini dengan adanya Pengakuan Letjen SarwoEdhi Wibowo Komandan RPKAD di depan Team Pencari Fakta, yang dengan bangga mengakutelah membunuh 3 juta orang komunis! Rakyat tidak heran dengan pengakuan dan kebanggaanLetjen Sarwo Edhi Wibowo yang adalah Bapak Mertua Jenderal SBY, mantan presiden NKRI ,karena pada waktu itu rakyat dapat melihat dan merasakan sendiri akan segala kedajalan dankebiadaban Sarwo Edhi Wibvowo bersama 400 prajurit RPKAD yang dipimpinnya, yangmenjadikan Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali banjir darah orang-orang tak bersalahyang dianggap sebagai PKI.

Page 5: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

5

Hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Pencari Fakta, yang lebih dikenal sebagai KomisiLima yang dipimpin oleh menteri dalam negeri saat itu, Mayjen. Dr. Soemarno, dengananggota-anggota: Moejoko (Polri), Oei Tjoe Tat S.H., Mayjen. Achmadi (eks. Brigade.XVII/TP),dan seorang lagi tokoh Islam, menyebut bahwa jumlah korban pembunuhan yang dilakukanatas perintah Soeharto sekitar 500.000 orang. Bahkan menurut pengakuan mendiang LetnanJenderal Sarwo Edhie Wibowo, Panglima RPKAD, kepada Permadi, S.H., jumlah yang dibunuhmencapai sekitar 3.000.000 (baca: tiga juta!) orang. “Itu yang ia suruh bunuh dan ia bunuhsendiri,” kata sumber itu.

Tiga juta dibantai dalam suatu Pembunuhan massal yang tidak tercatat dan tidak terdaftarmelalui kampanye Soeharto dalam menerapkan taktiknya untuk tujuan yang lebih besar. Lebihdari 2 juta ditangkap dan ditahan dalam Kamp-kamp tahanan di seluruh tanah air, dan lebihdari 10 ribu manusia yang “dibuang” kesuatu pulau yang disebut Pulau Buru untuk menjadi“santapan” penyakit dan kelaparan serta kekejaman dan aniaya yang dilakukan oleh paraprajurit Angkatan Darat. Dan ribuan pemuda/pemudi Indonesia yang sedang belajar di LuarNegeri atas kiriman pemerintahan Soekarno dicabut status kewarganegaraan Indonesiamereka. Mereka dipaksa menjadi “orang gelandangan” dinegeri asing.

Keberhasilan Soeharto membasmi dan menghancurkan PKI, satu partai komunis terbesar didunia setelah Tiongkok dan Uni Sovyet, suatu partai besar pendukung Bung Karno, dengancara rekayasa dan tipuan licik dan tuduhan-tuduhan tanpa bukti, menjadikan kekuatan danposisi Presiden Soekarno lemah dan goyah. Dengan taktik merangkak, step by step, setapakdemi setapak, akhirnya Bung Karno, Presiden Republik Indonesia, Bapak Bangsa danProklamator Kemerdekaan, berhasil ditumbangkan oleh Jenderal Soeharto dengan tuduhanyang tidak pernah dapat dibuktikan, lalu menahannya dan akhirnya membunuhnya secaraperlahan dalam tempat tahanan beliau di Wisma Yaso.

Dengan cara-cara kekejaman diluar perikemanusian terhadap golongan bangsa Indonesia yangdituduh komunis, dan siapa saja yang menentangnya, Jenderal Soeharto Panglima Kostrad,tampil menjadi penguasa yang bertindak sebagai diktator fasis yang berhasil mengangkangiIndonesia selama 32 tahun. Ucapan yang keluar dari mulut Soeharto yaitu “bereskan” ketikamemerintahkan untuk memburu dan membunuh Menko Kabinet R.I./Ketua PKI D.N. Aidit,merupakan kata sakti dan jimat bagi para pengikut dan begundal sang fasis untuk melakukanpembersihan, pembunuhan massal, genosida terhadap segenap pengikut dan simpatisankomunis dan golongan kiri lainnya, sehingga tidak heran kalau jutaan bangsa Indonesia lenyapdalam pembantaian tak terdaftar yang dilakukan oleh Militer dan para Milisia dari organisasiagama.

Jika setiap nyawa yang dilenyapkan, dibunuh, ditahan dan dicabut kewarganegaraannya olehSoeharto, mempunyai ayah, ibu, saudara, saudari atau anak atau kemenakan atau sanakkeluarga, maka berapa puluh juta manusia Indonesia yang menderita dan trauma karena terror

Page 6: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

6

yang dilakukan Soeharto? Pada waktu itu, tidak kurang 20 juta bangsa Indonesia menjadikorban kedajalan Soeharto, dianggap tidak bersih sebagai bangsa Indonesia.

Jika mereka tidak sempat dibunuh, para anggota komunis dan yang dituduh komunisditangkap dan ditahan dalam kamp-kamp konsentrasi yang tersebar diseluruh pelosok tanahair. Kader-kader dan pimpinan PKI di pusat dan daerah-daerah yang ditangkap, dijatuhi“hukuman pengadilan” yang sudah dijatahkan oleh Soeharto, yaitu hukumn mati ataudipenjara seumur hidup. Dan bagi yang tidak “diproses hukum dipengadilan” langsungdibunuh dan dihilangkan.

Bahkan, yang dianggap berbahaya namun tidak disidangkan karena jumlahnya terlalu banyakdan ketiadaan bukti secara hukum, diasingkan, dibuang ke pulau terpencil yang bernamaPulau Buru, yang jumlahnya tidak kurang dari 12 ribu orang. Perilaku Soeharto ini, persisseperti perilaku Pemerintah Kolonialis Belanda (Jangan lupa, Soeharto kan tentaraKNIL/Belanda!) pada tahun 1926 yang membuang dan mengasingkan para komunis dihutanbelantara Boven Digul di Irian atau Papua yang kala itu bernama New Guinia yang secarageografis, tidak jauh jaraknya dari Pulau Buru tempat Soeharto membuang para tahanannya.Tidak sedikit para tahanan politik yang mati selama dalam masa tahanan yang bertahun tahuntanpa peradilan ini. Berbagai penyakit, kelaparan karena kurang makan, kerja paksa,pengambilan gelap di malam hari dengan istilahnya di “bon” atau dipinjam untuk diinterogasi,namun prakteknya dibunuh dan tidak tahu dimana kuburnya. Sebagian yang sempat bisabertahan dalam segala derita dan kekurangan, kendatipun dalam kondisi yang mengenaskansetelah mendekan belasan tahun dalam penjara atau tahanan , dapat keluar menghirup “udarabebas” disebabkan sedikit berobahnya situasi, yaitu desakan dari dunia melalui Palang MerahInternasional dan HAM Internasional. Namun, mereka yang masih bisa keluar hidup dan“kembali ke masyarakat” tetap hidup terkucil, dianggap “berpenyakit” dan menyandang gelaryang populer yaitu “ET” yang diartikan “eks-tapol” dan harus dijauhi oleh “bangsa yangmerdeka”. Bahkan segala macam peraturan, dikeluarkan oleh Pemerintah Soeharto untukmenekan dan mengucilkan serta membunuh perlahan-perlahan mereka yang terpaksadilepaskan dari penjara/kamp konsentrasi. Yang sangat terkenal adalah Peraturan MenteriDalam negeri Jenderal Amir Mahmud No: 31/1981 yang memuat 9 macam larangan kegiatandan kerja, “tidak boleh ini tidak boleh itu”, buat manusia yang dianggap tidak bersih, yaitu“eks-tapol” (E.T.) dan “terlibat secara tidak langsung dengan G30S/PKI. Predikat “terlibatsecara tidak langsung” ini hebat sekali dampaknya. Ada 9 macam pekerjaan yang tertutupuntuk mereka dan anak-cucunya pun terkena pembatasan untuk sekolah dan mencaripekerjaan bahkan untuk kawin! Seorang anak dari keluarga yang dicurigai ada indikasi denganPKI, dilarang kawin dengan militer, polisi, ataupun pegawai negeri! Terlalu banyak istilah padasaat itu, seperti litsus, bersih diri, bersih lingkungan, serta keterpengaruhan. Persis sepertizaman fasis Dai Nippon, kalau dalam satu pasukan atau kampung ada seorang yang(dianggap) salah, maka semua kena sa-seng atau hukuman.

Page 7: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

7

Dari satu catatan tulisan almarhum A. Umar Said, yang menjabat sebagai Sekretaris PersatuanWartawan Asia Afrika, seorang wartawan Nasional yang menjadi korban Soeharto, yang dalammasa tuanya hidup dalam pembuangan di Perancis, kita dapat baca: “sebagian terbesar sekali diantara ratusan ribu eks-tahanan politik (eks-tapol) ini hidup sengsara sesudah keluar dari penjara atautahanan, karena sulit sekali mencari pekerjaan dan hidup normal, atau mendapat berbagai macamperlakuan yang tidak layak dari masyarakat atau aparat-aparat pemerintahan.

Banyak sekali dari begitu banyak eks-tapol ini sudah meninggal karena usia tua, dan karena kesulitanhidup, atau karena sakit. Mereka tidak mendapat bantuan yang layak dari pemerintah. Juga tidak darisanak saudara atau kerabat, yang umumnya juga sudah sulit untuk hidup mereka sendiri, atau karenatakut memberi bantuan.

Jadi, jumlah keluarga atau sanak-saudara (dekat maupun jauh) para korban pembunuhan danpemenjaraan adalah besar sekali. Mereka ini banyak yang menjauhi atau putus hubungan dengankeluarga para korban Orde Baru ini. Dan keadaan demikian ini berlangsung selama 32 tahunpemerintahan Soeharto. Bahkan, walaupun rejim militer sudah tumbang dalam tahun 1998, namunnasib sebagian terbesar para korban Orde Baru masih belum banyak berobah. Sampai sekarang !!!

Sampai sekarang, masih saja ada banyak orang yang menyembunyikan hubungankekeluargaan mereka dengan para korban Orde Baru (anggota PKI, korban pembunuhanmassal atau para eks-tapol). Padahal, mereka sama-sama tidak bersalah apa-apa sama sekali! “.

Kurang lebih sepertiga abad Soeharto berkuasa, menjadi raja diraja atas bumi Indonesia. Selama32 tahun dia berhasil merobah wajah Indonesia menjadi kacung dan budak serta menjual tanahair kepada Imperialis, dengan pertama sekali membuat dan menandatangani Undang UndangNo. 1/1967 Soeharto mengundang semua imperialis dan kapitalis asing untuk masuk danberpesta pora terhadap segala kekayaan alam bumi dan tanah air Indonesia. Semua yangdilakukannya berlawaan dan bertolak belakang dengan perjuangan para Founding Fathers dantujuan Revolusi Agustus 1945. Indonesia jatuh kemulut Imperialis dan Soeharto serta keluargadan para pengikut dan begundalnya mendapat cipratan rezeki yang dilahap oleh KapitalisAsing dari bumi tercinta Indonesia.Tidak salah kalau Imperialis sebelumnya pernahmengatakan bahwa “satu kali tembakan akan mengubah Indonesia”

Mereka-mereka yang kecipratan rezeki dan para kroni serta begundalnya mengatakan “enak”dijaman Soeharto, karena mereka bebas korupsi dan bebas melakukan segala kejahatan danbebas membunuh lawan hanya dengan tuduhan “ada indikasi komunis”. Namun, sebagianbesar rakyat hidup menderita, terkucil dan tidak ada harga sebagai bangsa apalagi sebagaimanusia.

Di dalam negeri segala macam indoktrinasi, santiaji, pendidikan dan pemberitaan sertapemutaran film-film pemerintah yang mendiskreditkan satu golongan bangsa danmemusnahkan, menghancur leburkan PKI, partai yang sah menurut Undang-Undang dan yang

Page 8: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

8

menang dan menjadi Partai Besar Nomor 4 dalam hasil Pemilu 1955, terus menerus dilakukan,dijejalkan sebagai santapan rakyat. Dari mulai bayi hingga para jompo setiap malamnya dijejalidan dipaksa menyaksikan pertunjukkan film orba “Pemberontakan G30S/PKI”. Sejarah diputarbalikkan. Semua diputar balik berlawanan dengan tujuan dan cita-cita Revolusi 1945. Soehartomenggunakan segala macam cara asal tujuannya tercapai. Dan semua itu dibuat sedemikianrupa untuk memenuhi keinginan sang majikan yaitu imperialis Barat, terutama CIA/Amerika.

Soeharto berkuasa selama 32 tahun. Tujuh kali termen menjadi Presiden. Tujuh kali PemilihanPresiden dengan calon Tunggalnya adalah dirinya sendiri. Dia bisa terus berkuasa karenadibelakangnya adalah kekuatan militer yang punya bedil dan bayonet yang senantiasamengintimidasi rakyat yang mencoba membuka mata dan bersuara, dengan tuduhan yangmematikan yaitu “antek komunis”, “ada indikasi”, “tidak bersih” dlsb. Dan Partai Golkar, yangsejak semula adalah Partainya Soeharto juga melakukan penindasan terhadap rakyat dimanadalam setiap pilpres mengharuskan rakyat terutama pegawai pemerintah untuk memilihSoeharto/Golkar, dengan ucapan intimidasinya yang sangat terkenal yaitu “Jangan memotongtangan yang memberimu makan”, sehingga rakyat, pegawai pemerintahan tidak bisa memilihlain selain Soeharto si calon tunggal, agar tidak dipecat dari pekerjaannya. Dan Golkar adalahSoeharto. Begitulah sang diktator, sang Jagal, bertahan dan berkuasa sampai 32 tahun, sehinggatiba masanya rakyat yang dikibuli merasa jenuh dan muak terhadap tingkah polah Si Jagaldiktator Soeharto beserta seluruh keluarganya yang korup dan bertindak fasis. Ibarat pepatah,menepuk air didulang, akhirnya terpercik kemuka sendiri!

Begitulah! Kebangkitan Rakyat, pemuda dan mahasiswa pada demonstrasi Mei 1998 menutupkekuasaan diktator militer Soeharto. Jenderal Bintang Lima Soeharto yang tangannyaberlumuran dengan darah jutaan bangsa Indonesia dipaksa turun dari jabatan kepresidenandan “wakil presiden” (Habibie, wakil Soeharto waktu itu), dinaikkan menjadi Presiden.

Rakyat menganggap bahwa menurunkan Soeharto sebagai kepala Pemerintahan danmenggantikan dengan Pemeritahan Baru yang disebut Reformasi adalah satu kemenanganbesar. Menurunkan dajal yang haus darah dan kekayaan dari singgasana, dengan korbannyawa pemuda yang tidak sedikit memang suatu perjuangan yang heroik. Salut. Namun,menggantikan Pemerintahan Orba/Soeharto dengan Pemerintrahan Reformasi yang parapejabatnya ternyata masih merupakan orang-orangnya Soeharto, adalah satu kekeliruan.Rakyat, karena kegembiraan atas kemenangan itu mungkin lupa bahwa ”reformasi” yangberlaku begitu hakekatnya hanyalah sekedar re-formasi, menyusun kembali dan melakukanpenggantian pejabat-pejabat dengan tokoh-tokoh baru, wajah-wajah baru, namun, percaya atautidak, sistem yang dianut adalah meneruskan sistem Ordebaru Soeharto, karena semua pejabatyang duduk di pemerintahan dan dalam segala dewan-dewan adalah orang-orangnya orbaSoeharto, tokoh-tokoh yang “dididik” Soeharto selama 32 tahun. Tidak ada perobahan dalamHukum dan/atau Peraturan Negara. Jadi Reformasi yang berlaku bukanlah perobahan kepadapembentukan suatu sistem baru, namun sekedar pergantian atas manusia-manusia yang

Page 9: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

9

menjadi pejabat, sedang sistem yang diberlakukan adalah masih sistem orba, dengan arti katalain: melanjutkan sistem orba, bahkan sampai sekarang. Apa yang tidak disukai Orba, menjadiapa yang tidak disukai oleh Reformasi, apa yang menjadi musuh Orba, juga menjadi musuhReformasi, apa yang menjadi korban kejahatan kemanusian Orba Soeharto, tetap dilanjutkan,didiamkan, bahkan coba ditutup dan dilupakan oleh Pemerintahan yang namanya Reformasi.Rakyat dibius dengan kata-kata reformasi yang hakekatnya adalah mendudukkan kembaliorang-orangnya Orba Soeharto dalam Pemerintahan dan segala macam Badan kekuasaan.Tidak heran, kita bisa buktikan, karena selama dalam masa pemerintahan reformasi suaramereka masih lantang menggaungkan suara Orba/Soeharto. Karena mereka hakekatnya tidaklain adalah “bebek-bebek” yang meneruskan kepentingan Soeharto. Seperti apa yang ditulisoleh H A. Mustofa Bisri, pengasuh pesantren Rodlatut Thalibin, Rembang, bahwa Soeharto,adalah: “Jenderal terkuat yang saat berkuasa mampu menyihir banyak orang pintar menjadi bebek-bebek,meneluh wakil-wakil rakyat menjadi gagu, dan membuat pers tiarap sekian lama”.

Dan “bebek-bebek, wakil rakyat yang kena teluh” itu sampai kini masih tetap berkuasa diatassinggasana, masih tetap menyuarakan suara Soeharto, baik terang-terangan maupun secaraberselubung dan membuat rakyat yang menderita makin menderita.

Namun, kejatuhan Diktator Fasis Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun, walau tidakmembawa perobahan sistem pada pemerintahan, ada sedikit cahaya dan berkah bagi rakyatyang selama 32 tahun diburu dan ditindas, diintimidasi, karena mereka mulai bisa membukamata dan mulut dan meyuarakan tentang hal-hal yang selama dalam pemerintahan diktatorSoeharto menjadi tabu dan pantangan untuk dibicarakan, karena penjara dan mauttantangannya. “Situasi yang dimulai dan berlangsung terus sejak gerakan massa reformasi dandemokrasi Mei 1998 telah secara formal mengakhiri rezim orde baru. Sejak Presiden B.J.Habibie menggantikan Presiden Soeharto, sebagai presiden ke-3 Republik Indonesia, secaraluas dan leluasa kesempatan demokrasi ini digunakan oleh para aktivis dan pejuang-pejuangreformasi dan demokrasi demi perubahan yang konsisten, untuk tegaknya negara RepublikIndonesia sebagai negara hukum. Secara formal, rezim orde baru sudah runtuh, tetapi dalamkenyataan hidup sehari-hari, kebijakan politik dan tindakan penguasa tetap menolakrehabilitasi hak-hak kewarganegaraan dan hak politik jutaan korban Peristiwa 1965”. (SuarSuroso-Akar dan Dalang/Sambutan Ibrahim Isa).

Timbulnya organisasi-organisasi yang membela rakyat yang menjadi korban dan mengungkapkebiadaban dan kejahatan kemanusiaan Jenderal Soeharto mulai nampak, didalam maupundiluar negeri. Rakyat yang menjadi korban kebiadaban Soeharto, mulai besuara, bertanya danmenyelidiki: Apakah benar bahwa G30S itu didalangi oleh PKI? Apakah benar bahwa PKI itumelakukan kudeta? Kalau dituduh bahwa PKI melakukan pemberontakan, mengapa jutaananggotanya tidak bergerak melawan, bahkan diam menurut seperti ayam siap dibawakepembantaian? Lagi pula, kalau mau berpikir, perlu apa PKI melakukan kudeta danpemberontakan kalau partai itu sudah berada diambang kemenangan secara demokratis jika

Page 10: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

10

dilangsungkan Pemilu pada tahun 1965 atau 1966? Ada apa dibalik semuanya itu? Rakyatmulai sadar bahwa Soeharto bersama kliknya telah memutar balik sejarah untuk kepentingandirinya dan golongannya. Busuknya, bahkan sampai mati, mereka yang melakukan kejahatantidak mau mengakui kejahatannya, terutama Soeharto yang mati karena sakit otak. Kendatipunbegitu banyak jumlah korban pembunuhan massal/genosida yang dilakukan oleh AngkatanDarat pada tahun 1965/66 itu, masih ada tokoh-tokoh dan para mantan jenderal militer danorang-orang terkemuka yang pernah mengatakan bahwa “Tidak ada Jenderal yang membunuhrakyatnya (Soetiyoso-myRMnews, 24 April 2008), “Tidak ada genosida di Indonesia. Genosida itu,seperti yang terjadi di Jerman, Kamboja, Rwanda”. (Wiranto-myRMnews 24/4/08). Bahkan merekasenantiasa meniupkan suara-suara bahwa Kejahatan HAM itu sebenarnya tidak ada, ituhanyalah dugaan dan tidak ada bukti samasekali. Bahkan ada juga tokoh yang tentunyamelihat sendiri kenyataan itu, atau juga mungkin terlibat karena kedudukannnya pada saat itu,namun coba menutup dan menyembunyikannya pernah berkata “Peristiwa itu kan sudah lamaperlu apa dibicarakan.” (dari sebuah tulisan Ibrahim Isa yang menyitir ucapan seorang tokohterkenal yang tahun 1965 adalah Ketua KAMI Indonesia Timur, JK). Juga ucapan seorang tokohMiliter/Sipil yang terkenal, Mantan Presiden, yang mengatakan: “Membicarakan G30S sebagaitidak produktif.......” (SBY-RMMinggu, 01 Oktober 2006,). Bahkan baru-baru ini seorang Jenderalyang menjabat sebagai Menteri Pertahanan NKRI, setelah setengah abad, masih berperilakuseolah-olah seperti ”maling teriak maling” dengan mengatakan bahwa “PKI sudah bunuh 7jenderal, permintaan maaf tak perlu” (Ryamizard Ryacudu-Merdeka.com 19/8-2015).

Semua ucapan tokoh-tokoh itu adalah usaha-usaha licik para pengikut dan antek-antekJenderal Fasis Soeharto yang masih duduk dikursi kekuasaan dalam baju “Reformasi” untukmenutup dan menghilangkan jejak kejahatan dan kebrutalan yang pernah berlaku di bumitanah air.

Bahkan hingga kini, kendatipun Soeharto sudah lama mati, para pengikut dan kroninya yangtak ubahnya seperti kambing-kambing congek yang masih banyak menduduki kursi-kursiempuk di pemerintahan dan Partai, terbukti tetap berkaok-kaok membela sang majikan tercintadan menutupi segala kejahatan dan kebrutalan rezimnya dari pengetahuan Rakyat, memutarbalik sejarah, bahkan tak jemu-jemu dan tak henti-hentinya berkaok-kaok ingin mengangkatsidajal, sipembunuh zalim menjadi “pahlawan nasional”.

Namun, berkat tuntutan dan perjuangan yang tak henti-hentinya dari organisasi-oragnisasi danyayasan-yayasan para korban orba/Soeharto, golongan yang dianiaya, para bekas tapolnyaSoeharto dan para keluarga yang dikucilkan, karena selama puluhan tahun dianggap tidakbersih sebab dituduh terlibat langsung maupun tidak langsung dengan “G30S/PKI” yangjutaan jumlahnya, akhirnya Komnas HAM, suatu Badan Hak Azazi Manusia yang dibentukoleh Pemerintah R.I., setelah melakukan penyelidikan selama 4 tahun, yang dimulai tanggal 1Juni 2008 sampai 30 April 2012, dengan memeriksa dan mewawancarai sejumlah 349 saksi yangmendengar, mengalami, hingga saksi yang patut dimintai pertanggungjawabannya yang

Page 11: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

11

tersebar di seluruh wilayah Indonesia kecuali Papua, dan setelah mengkaji dan menganalisisdengan seksama semua temuan di lapangan, dari mulai keterangan korban, saksi, laporan,dokumen yang relevan, serta berbagai informasi lainnya, maka Tim Ad Hoc PenyelidikanPelanggaran HAM Berat Peristiwa 1965-1966 menyimpulkan bahwa dugaan pelanggarantersebut memang benar telah terjadi, demikian penjelasan Nurkholis, Ketua Tim InvestigasiPeristiwa 1965 Komnas HAM, menyatakan pada hari Senin 23/7/2012. Penghukuman secarasistematis pada mereka yang diduga sebagai anggota atau simpatisan Partai KomunisIndonesia (PKI) yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Papua, setelahperistiwa 1965/1966 adalah merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

Adapun bukti permulaan yang cukup untuk menduga terjadinya kejahatan terhadapkemanusiaan, lanjut Nurkholis, adalah ditemukan sejumlah peristiwa sebagai bentukpelanggaran HAM berat yang diantaranya adalah pembunuhan, pemusnahan, perbudakan,pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan ataukebebasan fisik lainnya, penyiksaan, perkosaan, penganiayaan, dan penghilangan orangsecara paksa. “Perbuatan tersebut merupakan bagian dari serangan yang ditujukan secaralangsung terhadap penduduk sipil, yaitu suatu rangkaian yang dilakukan sebagai kelanjutandari kebijakan penguasa,” kata Nurkholis.

Ketua Tim Penyelidikan Peristiwa 1965/1966 Komnas HAM, Nurkholis, dalam jumpa pers dikantornya menyatakan bahwa salah satu unit negara yang patut dimintaipertanggungjawaban adalah struktur Komando Pemulihan dan Keamanan (Kopkamtib)yang dipimpin oleh mantan presiden Soeharto, yang memimpin, menjadi Pangkopkamtib,dari 1965 dan 1967, serta antara 1977 dan 1978. Komnas HAM mendesak supaya para pejabatmiliter yang terlibat dibawa ke pengadilan.

“Kami meminta agar hasil penyelidikan ini ditindaklanjuti secara hukum oleh KejaksaanAgung,” ujar Nur Kholis sambil menyerahkan berkas hasil penyelidikan Komnas HAM selama4 tahun itu kepada Kejaksaan Agung RI pada 20 Juli 2013.http://www.voaindonesia.com/content/komnas-ham-terjadi-pelanggaran-ham-berat-pada-peristiwa-1965-1966/1443521.html

Kini, setelah 50 tahun peristiwa itu berlalu, setelah 50 tahun rakyat yang menjadi korban tetaphidup dalam derita dan penuh intimidasi, masih mengalami trauma, masih saja ada parabegundal dan pengikut Soeharto bergendang dan bernyanyi, bahkan mendendangkan lagubahwa korban jiwa yang demikian banyaknya itu sebagai kesalahan PKI, bahkan ada yangmimpi dan mengatakan bahwa hal itu adalah sebagai suatu akibat dari “perang saudara”.Lebih jelek lagi, para pengikut Orba/Soeharto berusaha keras untuk menolak dan menjegalPemerintah yang karena adanya segala macam desakan dianggap punya sedikit pemikiranuntuk melakukan penyelesaian masalah HAM masa lalu, dengan segala dalih dan bermacam-macam cara, sehingga tepatlah seperti apa yang pernah ditulis oleh Ibrahim Isa: “ Ada yangtidak mau tahu tentang kasus 65 itu, karena dirinya atau golongannya sendiri, memang terlibat dalamkejahatan terhadap kemanusiaan ketika itu. Sebagian orang juga bersikap acuh tak acuh, karena

Page 12: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

12

bagaimanapun adalah berkat Orba, yang kayak apapun kejahatannya ketika itu, toh telah memberikankesempatan dan peluang sehingga mareka menjadi pejabat penting ataupun orang kaya sekarang ini. Jadimareka-mareka itu bagaimanapun merasa telah ‘berhutang budi’ pada Soeharto, pada rezim Orba. Danada pepatah kita yang mengatakan ‘hutang budi dibawa mati’ ”.

Bung Karno, Bapak Bangsa dan Presiden Pertama R.I, pernah berkata: “Jangan sekali-kalimelupakan sejarah!” dan “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampauadalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggala dari pada masa yang akan datang”. (Pidato HUTProklamasi 1966, Soekarno).

Ucapan beliau sesungguhnya benar! Bahwa sejarah adalah pengalaman masa lalu yang adalahguru untuk masa depan, menjadi bahan pelajaran, mendjadi periskop untuk menuju danmenentukan masa depan. Namun, sejak sejarah adalah subjektif, ditulis dan dibuat mengikutkemauan pihak yang menang, pihak yang berkuasa dan menentukan, apakah kebenarannyabisa dijamin? Apakah sejarah yang selama ini harus dianut dan diikuti adalah benar?

Selama 32 tahun, Ordebaru Soeharto memaksakan sejarah untuk dimamah oleh generasibangsa, dari mulai pelajar, pemuda pemudi, hingga sarjana, kaum cedekiawan bahkan alimulama dan golongan agama dan partai serta pemerintahan terutama mereka yang lahir setelah1965, tanpa pikir memamah apa yang disodorkan ordebaru yaitu masakan “instan-cook” yangdirasakannya sedap bahwa “G30S adalah Pemberontakan PKI, Pengkhianatan PKI “ dan lainsebagainya. Bahkan golongan militer yang memang dididik untuk meneruskan mengunyahmakanan sedap masakan Jenderal Soeharto dan kliknya, tetap lantang bersuara demikepentingan mereka. Mata dan hati mereka dibutakan dan menganggap serta berpendapatbahwa segala apa yang disampaikan dan ditulis oleh ahli-ahli pengikut Soeharto dan Ordebaru,sebagai suatu kebenaran, tanpa mau melihat kenyataan bahwa semenjak Peristiwa 1965,semenjak kudeta Soeharto sampai hari ini, keadaan negeri tercinta bukannya bertambah baikmalahan sebaliknya. Tanah, air dan udara bumi tercinta telah tergadai dan terjual, dan rakyattidak punya apa-apa! Bahkan mereka tidak berkuasa atas dirinya sendiri, karena tubuh dannyawa mereka telah tergadai kepada bank-bank internasional kaum imperialis sebagai jaminanpembayar hutang yang dibuat oleh Soeharto untuk kepentingan pribadi, sampai kepadapenerus-penerusnya sekarang.

Pikiran-pikiran dan ucapan-ucapan tokoh-tokoh hipokrit atau munafik yang coba mengelabuirakyat dengan kepandaian bermain lidah dan berusaha menutup, memlintir dan melupakansejarah masih sangat santer. Dengan menebar dan mengumbar kebohongan, merekamenelanjangi tubuh-tubuhnya sendiri, berlindung dibalik lalang sehelai dan mengingkariucapan Pemimpin Besar Bangsa Indonesia: “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah!”.

Kendatipun generasi muda bangsa Indonesia yang lahir setelah 1965 tidak mengalami langsungPeristiwa yang meninggalkan trauma bangsa sampai sekarang, Peristiwa yang merobahjalannya Sejarah dan Revolusi Indonesia, Peristiwa yang menghancur luluhkan susunan dantata kehidupan bangsa, masih banyak kaum muda yang tidak tinggal diam dan senantiasa

Page 13: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

13

belajar dan mencari kebenaran sejarah Peristiwa 1965 yang menelan jutaan korban itu. Namun,pencarian mereka akan kebenaran sejarah itu terkadang terbentur kepada sikonnya, yaitutempat dan situasinya ibarat seseorang yang menonton pertunjukan wayang kulit, tergantungdimana mereka berdiri atau duduk menyaksikan gambar wayang, didepan layar ataukahdibelakang layar bersama si dalang.

Banyak buku dan hasil riset bahkan pegalaman dari para korban Soeharto yang telah ditulisdan dicetak, juga yang disiarkan diberbagai milis dalam internet mengenai Peristiwa 1965 itu,dan tak ketinggalan juga film-film dokumentasi yang dibuat oleh orang yang peduli terhadapkebenaran sejarah, seperti film Jagal dan Senyap dan film-film dokumen lainnya. Namun, jugatidak sedikit tulisan-tulisan dari para “cerdik- pandai” yang mencoba menghapus danmengengkari kebenaran serta bukti-bukti, dan berteriak mengelabui masyarakat denganmengarang dan merekayasa sejarah (seperti Soeharto!) dengan menebarkan dongeng bahwabukannya PKI yang dibantai, tapi “G30S/PKI” yang membantai para alim ulama dan kaumagama. Betapa mereka memutar balik kebenaran!

Banyak korban Peristiwa 65 yang kini telah menua dan sakit-sakitan akibat kezaliman rezimOrba, dan yang kini hanya menunggu saat napas terakhir keluar dari hidungnya, namunmereka tidak mau tinggal diam dan berhenti menjadi saksi dalam mengungkap Peristiwa 65yang menelan sangat banyak korban itu. Kendatipun mereka mesti menulis sambil tidur karenamemang jompo lemah jasmani, dan berbicara terbata-bata karena penyakit, mereka tetapberusaha menjelaskan kebenaran sejarah yang selama ini diputar belokkan oleh rezim fasis orbaSoeharto serta penerusnya. Mereka tidak akan pernah diam sampai napas terakhirmeninggalkan hidungnya.....!

Untuk mengenang dan mengetahui sedikit banyaknya apa dan bagaimana Peristiwa 1965 yangmengerikan, yang menelan jutaan nyawa bangsa Indonesia yang tak berdosa, yang membuattrauma yang tak terobati sampai sekarang, marilah sedikit kita telusuri, apa yang bisa kitaperoleh dari berbagai tulisan dan sumber, kita pelajari, apa dan bagaimana dan kita renungkansebagai suatu sejarah hitam bangsa Indonesia, dan coba kita luruskan, demi perjuangan bangsadan rakyat untuk mengarahkan kembali Revolusi 1945 kepada ajaran Bung Karno, kembalikepada cita-cita rakyat dan bangsa, yang semenjak 1 Oktober 1965 diputar belokkan olehpenguasa kudeta yaitu Jenderal fasis Ordebaru Soeharto.

Semoga tulisan dan analisa pribadi ini ada gunanya!

G30S

Dinihari, Jumat 1 Oktober 1965, kiranya merupakan pagi yang kelabu bagi bangsa dan rakyatIndonesia. Di subuh pagi itu, sekelompok perwira muda Angkatan Darat, melalui suatugerakan yang mereka beri nama Gerakan 30 September, dibawah pimpinan Letkol. UntungSamsuri, Komandan Yon I Cakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden; Kolonel A. Latief,

Page 14: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

14

Komandan Brigade Infantri 1 Kodam V Jaya dan Brigjen Supardjo, dengan menggunakanmiliter bawahannya, bertindak melakukan penculikan dan penangkapan terhadap para perwiratinggi Angkatan Darat yang diduga tergabung dalam organisasi “dewan jenderal” dan bakalmelakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno. Penangkapan dan penculikan yang katanyabertujuan untuk membawa dan menghadapkan para jenderal Angkatan Darat itu kepadaPresiden Sukarno, ternyata berakhir dengan pembunuhan yang mengenaskan, yang jenazahnyadibuang di sumur tua yang disebut Lubang Buaya, di daerah Kebun Karet Pondok GedeJakarta.

Enam Jenderal dan seorang Perwira menengah menjadi korban di malam dan pagi naas itu.Mereka adalah: Jenderal Ahmad Yani, Menteri/Panglima Angkatan Darat; Mayjen. Suprapto,Asisten II Men/Pangad; Mayjen. Haryono M. T., Asisten III Men/Pangad; Mayjen. S. Parman,Asisten I Men/Pangad; Brigjen. D.I. Panjaitan, Asisten IV Men/Pangad; Brigjen. SutoyoSiswomiharjo, Oditur Jenderal Angkatan Darat.

Jenderal Abdul Haris Nasution, Kepala Staf Angkatan Bersenjata RI, berhasil lolos, namunajudannya, Letnan P. Tendean, dan anak Jenderal A.H. Nasution, Ade Irma Suryani, menjadikorban.

Sebelum orang tahu apa yang terjadi, Yoga Sugama yang tahun 50-an pernah dikirim olehKSAD Zulkifli Lubis mengikuti pendidikan Intel pada MI-6 Inggris, pada pagi hari 1 Oktober65 itu, mengaku lebih dahulu sampai di Kostrad. Sebagai Asisten I Kostrad/Intelijen,mendengar kejadian pagi subuh 1 Oktober itu, serta merta Yoga Sugama menyatakan bahwahal itu pasti perbuatan PKI. Ketika pengumuman RRI Jakarta pada jam 07.00 pagi,menyampaikan tentang Gerakan 30 September di bawah Letkol Untung, maka Yoga Sugama-pun memerintahkan, “Siapkan semua penjagaan, senjata, bongkar gudang. Ini PKI berontak”. YogaSugama mengucapkan kesimpulannya itu, karena Untung pernah menjadi anak buahnyadalam RTP II Bukttinggi waktu bertugas menumpas PRRI di Sumatra Barat dan dianggapnyasebagai kiri. Begitu juga Ali Murtopo yang pernah training di CIA, dengan gembira menyokongucapan Yoga Sugama itu. Beberapa jam setelah para jenderal diculik dan dibunuh, kelompokbayangan Soeharto ini, Yoga dan Ali, langsung mengumumkan rekayasa dengan mengatakan“G30S didalangi PKI”. Lantas Soeharto memerintahkan: “Basmi dulu partai itu (PKI), bukti-bukti cari kemudian”. Dan tanpa selidik dan tanpa pemeriksaan terlebih dahulu, kontan saja dibelakang kata G30S diberi embel-embel PKI, menjadi G30S/PKI. Lebih jelek lagi, Kolonel(ketika itu, 1965) Haji Sugandhi, Pemimpin Redaksi Harian Angkatan Bersenjata menciptakansuatu sebutan baru, tanpa mengikuti kaedah dan peraturan Bahasa Indonesia, merobah“Gerakan 30 September” menjadi “Gerakan September Tiga Puluh”yang disingkatnya menjadiGestapu, guna memberikan gambaran kekejaman G30S seolah-olah seperti Gestapo NaziJerman dalam Perang Dunia Kedua. Berkat Angkatan Darat, jadilah dan disebutlah G30Ssebagai Gestapu/PKI. Bahkan semenjak itu G30S populer disebut G30S/PKI, G30S/PKI-Gestapu bahkan terkadang hanya disebut Gestapu/PKI. Beginilah Angkatan Daratmenanamkan rasa benci kepada rakyat.Jenderal Soeharto yang ketika itu adalah Panglima Komando Strategi Angkatan Darat(Pangkostrad), yang datang kemudian, dalam kesempatan itu, dengan licik bertanya kepada

Page 15: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

15

Yoga Sugama, “Apa kira-kira Presiden Soekarno terlibat dalam gerakan ini?” Lagi, tanpaselidik dan tanpa pemeriksaan, Yoga Sugama yang Ass. I Kostrad/Perwira Intelijen langsungdan enak saja menjawab : “Ya”. Jawaban spontan yang tanpa penyelidikan, tanpa bukti danfakta ini, menuduh Presiden/Pangti ABRI Bung Karno sebagai terlibat dengan gerakan paramiliter muda itu!. Jawaban Yoga Sugama ini nampak seperti sudah diatur, sudah distel,disutradarai oleh “tiga sekawan” yaitu Soeharto, Yoga dan Ali Murtopo, agar Yoga Sugamamengatakan begitu. Hal ini sangat membesarkan hati Soeharto melalui seyum sinisnya, karenasesuai dengan ambisi dan keinginannya seperti apa yang pernah diucapkannya kepada KolonelA. Latief, dua hari sebelumnya, Jenderal Soeharto MENGHENDAKI Presiden SOEKARNODIGANTI.Dengan demikian rencananya untuk menghancurkan kekuatan PKI dan menggulingkanPresiden Soekarno, “seolah-olah mendapat dukungan dari bawah”.

Mengenai penculikan dan pembunuhan para Jenderal Angkatan Darat ini, Suar Suroso dalambukunya “Akar dan Dalang” menulis:

“Belum pernah terjadi dalam sejarah peperangan mana pun, baik dalam Perang Dunia pertama,maupun Perang Dunia kedua, Perang Korea, maupun dalam Perang Vietnam, sekian banyakperwira tinggi, pucuk pimpinan Angkatan Darat terbunuh dalam satu peristiwa, dalam satumalam. Dan peristiwa ini disusul oleh penangkapan dan pemenjaraan besar besaran tanpamelalui pengadilan. Berlangsung pembantaian manusia, pembasmian kaum kiri, pelaranganPartai Komunis Indonesia, pelarangan penyebaran Marxisme-Leninisme di seluruh Indonesia.Malapetaka melanda Indonesia. Lebih mengerikan dari Nero membakar Roma, melebihikorban bom atom menimpa Hiroshima, lebih dahsyat dari pertempuran Stalingrad yang jadititik-balik Perang Dunia kedua, lebih menegakkan bulu roma dari Perang Korea dan PerangVietnam. Indonesia berlumuran darah. Manusia tak berdosa, yang tak melawan dibunuh secarasemena-mena. Mayat-mayat bergelimpangan, berhanyutan di Bengawan Solo, di Sungai Musi,di Sungai Asahan, dan sungai-sungai lainnya. Bertebaran kuburan tanpa nisan. Terjadipembantaian manusia yang tak ada taranya dalam sejarah Indonesia, bahkan dalam sejarahdunia. Inilah muara dari rencana Sang Angkara Murka, demi menggulingkan Bung Karno.Keputusan untuk menjatuhkan Presiden Soekarno ini telah diambil oleh Presiden Eisenhowerpada tanggal 25 September 1957, lima bulan sebelum proklamasi PRRI. [Tim Weiner,Membongkar Kegagalan CIA: Spionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya, Jakarta, PTGramedia Pustaka Utama, 2008, hal.186]”Catatan: Ketika Kol. Latief berkunjung kerumah Soeharto membicarakan masalah gerakan.Pengakuan Kol. Latief adalah: Seperti biasanya, pada tanggal 28 September 1965 sekitar pukul 20,00(malam hari) saya dan istri berkunjung ke rumah Jenderal Soeharto/Pangkostrad di Jl Agus SalimJakarta, di saat itu sewaktu berdua dengan saya, Jenderal Soeharto menegaskan pada diri saya bahwaJenderal Soeharto MENGHENDAKI (kata yang ditekankan kepada diri saya) Presiden SOEKARNODIGANTI, karena selalu membikin ribut. Saya jawab: 'Tidak mungkin, karena BUNG KARNOdidukung rakyat!'; ---- KESAKSIAN TAMBAHAN ATAS PERNYATAAN DAN TUNTUTANKol. A. Latief TERTANGGAL 01 JANUARI 2003 Kolom Ibrahim Isa, http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com. (Keinginan Soeharto untuk mengganti Presiden Soekarno inisejalan dengan garis CIA/Presiden Eisenhower 25 September 1957).

Page 16: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

16

Presiden Soekarno yang berada di Halim pada pagi hari itu dan mendengar gugurnya paraperwira tinggi AD, tidak mau mendukung G30S dan memerintahkan Brigjen Supardjomenghentikan gerakannya, dan Supardjo sebagai militer mematuhi Perintah Presiden/PangtiABRI ini.

Selanjutnya, Presiden Soekarno, selaku Pangti ABRI, setelah mendengar meninggalnya JenderalAhmad Yani, mengeluarkan Perintah Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin BesarRevolusi Indonesia yang menyatakan: “Pimpinan Angkatan Darat RI sementara berada langsungdalam tangan Presiden/Panglima Tertinggi ABRI. Bahwa untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalamAngkatan Darat ditugaskan untuk sementara Mayor Jenderal TNI Pranoto Reksosamudro AssIII/Pangad”. Perintah Presiden/Panglima Tertinggi ABRI itu dikeluarkan pada 1 Oktober 1965,dan memerintahkan ajudan beliau Kol. KKO Bambang Widjanarko memanggil PranotoReksosamudro dan Umar Wirahadikusuma Pangdam V Jaya untuk menghadap.

Akan tetapi, pada jam 9.00 pagi hari itu juga, dalam rapat yang berlansung di Markas Kostrad,di bawah pimpinan Letjen Soeharto selaku Panglima Kostrad, setelah mengetahui bahwa LetjenA. Yani Menpangad telah terbunuh, Soeharto dengan mengabaikan perintah dan keputusanPresiden/Pangti ABRI, “mengangkat dan menetapkan dirinya” sebagai Panglima AngkatanDarat.

Ketika Ajudan Presiden Kol. KKO Bambang Wijarnako datang ke Makostrad menyampaikanPerintah Presiden/Panglima Tertinggi ABRI itu dikeluarkan pada 1 Oktober 1965, memintaPranoto Reksosamudara dan Umar Wirahadikusuma Pangdam V Jaya untuk menghadapPresiden, disambut oleh Pangkostrad Jenderal Soeharto dengan angkuh dan galak, sambilmengatakan kepada kurir Presiden Soekarno dalam bahasa Belanda: “Jendral Umar blijft hier”(Y.Pohan : “Siapa yang melakukan kudeta.....”).

Dengan perilaku Soeharto dan kejadian pada pagi hari 1 Oktober itu, maka mulailah gerakanpembangkangan dan pengengkaran perintah Pangti ABRI/Presiden Soekarno oleh LetjenSoeharto. Lebih jauh lagi, bahkan lewat kurir pribadi Ajudan Presiden Kol. Bambang Wijarnakotersebut, Soeharto memberi “perintah dan petunjuk” kepada Presiden/Pangti ABRI Soekarno,agar segala persoalan yang menyangkut militer harus melalui dirinya, Pangkostrad LetjenSoeharto.

Sejalan dengan itu, Soeharto dengan sigap-seperti kucing yang telah siap menunggu, segeramenerkam, melumpuhkan ”kekuatan” G30S yaitu Yon 454/Diponegoro dan Yon530/Brawijaya dengan menggunakan pasukan RPKAD Yon 328/Kujang Siliwangi, yangsemuanya adalah pasukan yang dipanggil dan berada di bawah pimpinan PangkostradJenderal Soeharto sendiri.

RRI yang pagi hari digunakan oleh G30S untuk menyiarkan pengumumannya, sore harinyadiserahkan kepada Kostrad. Oleh Pangdam V Jaya Letjen Umar Wirahadikusuma, di Jakarta

Page 17: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

17

diumumkan dan diberlakukan jam malam dan semua surat kabar media dilarang terbit, kecualisuratkabar militer yaitu Angkatan Bersenjata, Berita Yudha dan Api Pancasila. Waktu jammalam dan pelarangan terbit media massa itu, digunakan oleh pihak militer melalui RRI dankorannya untuk mengkampanyekan keterlibatan PKI dalam G30S. Semua berita fitnah danrekayasa yang telah dipersiapkan pihak militer disiarkan oleh Koran Angkatan Bersenjata,Berita Yudha dan Api Pancasila. Ternyata, usaha pihak militer yang dikepalai oleh PangkostradLetjen Soeharto ini berhasil menanamkan dan memaksakan kepercayaan, simpati dandukungan kuat masyarakat terhadap gerakan penumpasan yang dipimpin Soeharto. G30S yangcuma “berkuasa beberapa jam di Radio”, dapat “dilumpuhkan” oleh pasukanKostrad/Soeharto dengan mudah. Para prajurit yang digunakan sebagai kekuatan G30S, lari kemarkas induk yaitu Kostrad minta makan. Jadi nampak sekali, bahwa kebangkitan rakyatmelawan PKI yang diindentikkan sebagai G30S, bukanlah merupakan tindakan langsung atauspontan, namun adalah suatu kampanye, suatu hasutan dari Soeharto, Ali Murtopo, YogaSugama dan klik serta kelompoknya.

Kendatipun para pentolan dan penggerak G30S seperti Untung, Latief dan Supardjo dll. dapatsegera ditangkap dan ditahan, banyak sipil dan militer yang langsung ”diselesaikan”, dibunuhtanpa melalui peradilan dan hukum. Hari-hari selanjutnya bukan hanya merupakan hari yangkelabu, namun merupakan hari-hari yang gelap gulita dan hitam bagi bangsa dan rakyatIndonesia, karena pembunuhan yang berlaku seperti atas para jenderal itu, sesungguhnya tidakberhenti hanya sampai disitu, namun berlanjut dengan pembantaian yang dilakukan olehAngkatan Darat dan milisia/golongan agama serta massa kanan, dengan restu dan langsungmaupun tidak langsung perintah pembersihan dari Jenderal Soeharto, terhadap golongan danrakyat yang dituduh ”gestapu/pki” dan golongan kiri umumnya. Dengan alasan membasmidan membersihkan sisa-sisa G30S, dilakukanlah pembunuhan di seluruh pelosok tanah air.Persada tanah air menjadi banjir darah orang-orang yang tak berdosa, besar kecil, tua muda,lelaki maupun perempuan, dibantai tanpa hukum dan pemeriksaan! Manusia Indonesia hidupdalam ketakutan dan saling curiga mencurigai. Pembunuhan terhadap golongan kiri di mana-mana. Sungai-sungai penuh dengan mayat-mayat tak berkepala, jalan-jalan dan rawa-rawaserta jurang dipenuhi tubuh-tubuh tanpa nyawa, kepala-kepala yang dipenggal oleh manusia-manusia yang mengaku bertuhan dan berperikemanusiaan, dipacakkan di simpang-simpangatau tepi jalan menjadi tontonan dan hiburan manusia-manusia haus darah. Dalam empat bulan,manusia yang dibunuh di Indonesia, lima kali dari jumlah korban perang Vietnam selama 12 tahun.(Perang Urat Syaraf/Kompas, 9 Februari 2001). Dan Bertrand Russel, pemikir besar liberalisme,menyebut pembunuhan massal ini sebagai hal yang amat mengerikan yang mustahil bisadilakukan oleh [mahkluk yang bernama] manusia. Sementara itu dalam Komisi Pencari Faktayang dibentuk oleh Pemerintah, Letjen Sarwo Edhi Wibowo, Komandan RPKAD, denganbangga mengakui telah membunuh 3 juta orang komunis. Suatu prestasi yang sangatmembesarkan hati Imperialis Amerika!

Sedang K.H. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa “orang Islam membantai 500.000 eks-PKI. Tentu masih ada lagi yang dibunuh oleh yang tidak termasuk orang Islam” (MingguanEditor No. 49 Th. VI, 4 September 1993)

Page 18: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

18

Ketangkasan Mayjen Soeharto dalam meredam aksi G30S memancing kecurigaan Ratna SariDewi Soekarno, istri ketiga Bung Karno yang berasal dari Jepang. Katanya: ”SepertinyaSoeharto sudah tahu semua, seakan telah direncanakan. Bagaimana dia bisa memecahkanmasalah yang terjadi pada malam 30 September dan segera bertindak. Begitu cepat. Kalaubelum tahu rencana G30S, ia tak mungkin bisa melakukannya”.

Bahkan Mike Head yang menulis dalam Sydney Morning Herald, 19 July 1999, mengatakan:“The speed with which Soeharto moved on October 1 support the conclusion that, acting inconcert with the US agencies, he engineered the whole operation to eliminate his rivals andprovide a pretext for moving against Soekarno and the PKI” .

Benarkah dugaan dan kecurigaan Ratna Sari Dewi dan tulisan Mike Head, wartawan SydneyMorning Herald Australia itu? Lebih daripada itu, benarkah Gestok itu adalah “GerakanSoeharto 1 Oktober”?

Pembangkangan dan “gerakan” Soeharto melawan atasannya yaitu Presiden RI/Pangti ABRI,dengan menggunakan kliknya dalam Kostrad dan Angkatan Darat (Soeharto-Yoga Sugama danAli Murtopo) yang dimulainya pada pagi hari 1 Oktober itu, oleh Bung Karno disebut“Gerakan 1 Oktober” atau disingkat Gestok. Dalam satu kesempatan Bung Karno mengatakanbahwa “Gestok adalah lawannya G30S”.

Namun, Dr. Asvi Warman Adam mengatakan, “Kita tahu, gerakan ini menyebut diri sebagaiGerakan Tiga Puluh September. Karena itu, lebih objektif bila peristiwa itu disebut sebagaiG30S, bukan Gestapu dan bukan pula Gestok.” (Kompas, Senin, 30 September 2002). Apa yangdikatakan Dr. Asvi memang benar. G30S adalah Gerakan Tigapuluh September. Akan tetapi,aksi penculikan dan pembunuhan oleh G30S itu dilakukan pada subuh hari 1 Oktober,sehingga ketika Bung Karno menyebut “Gestok” Gerakan Satu Oktober, maka asosiasi rakyatadalah bahwa G30S itu disebut juga sebagai Gestok. Akan tetapi, mungkin bukan itu yangdimaksud oleh Bung Karno, karena beliau mengatakan “Gestok adalah lawannya G30S”. Jadi,ini berarti ada 2 gerakan. Gerakan 30 September dan Gerakan Satu Oktober, yang kedua-duanya sama-sama mulai beraksi pada hari 1 Oktober itu.

Seandainya kita tidak mau menggunakan nama “Gestok” untuk “Gerakan Soeharto 1 Oktober”yang melawan Pangti ABRI, (Selama 32 tahun Soeharto berkuasa, tidak pernah terdengarsebutan Gestok), maka apakah tidak mungkin bahwa gerakan Soeharto 1 Oktober itu adalahsebenarnya penerusan atau kelanjutan dari G30S. Karena kita bisa melihat dan mempelajaribahwa tokoh-tokoh G30S seperti Untung, Latief, dan Supardjo sangat erat hubungannyadengan Soeharto. Kemudian, Gerakan Soeharto 1 Oktober, sangat erat hubungannya denganYoga Sugama dan Ali Murtopo yang adalah klik dan bawahannya Soeharto semenjak tahun50-an. Dengan kata lain, baik G30S maupun Gestok sama-sama berada di bawah satukomandan yaitu Pangkostrad, Letjen Soeharto sendiri!

Page 19: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

19

Situasi Tanah Air

KENDATIPUN belang Amerika yang mendukung pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958telah terblejeti, namun imperialis tetap tidak mau tinggal diam dalam menggoyang NKRIterutama Bung Karno yang memang tidak mereka sukai. Berbagai cara digunakan olehimperialis untuk menjatuhkan Soekarno. Dari percobaan-percobaan pembunuhan sampaikepada pengedaran film-film yang menggambarkan manusia lelaki yang memakai topengwajah Soekarno melakukan adegan porno, dan lain-lain. Kegagalan pemberontakanPRRI/Permesta, di Sumatra dan Sulawesi, memberi pelajaran kepada pemerintah AS bahwaintervensi dalam urusan dalam negeri negara lain untuk melakukan suatu perubahan terbukticounter productive dan lebih baik membantu mengembangkan institusi demokrasi denganharapan perubahan bisa terjadi dari dalam. Kesimpulan itu dibuat oleh Dr. Barbara Harvey,penulis buku PRRI/Permesta: “Pemberontakan Setengah Hati” yang juga mantan wakil duta besarAS di Jakarta.

Sementara itu, di dalam negeri terutama para wakil-wakil rakyat dalam Konstituante terpecahdan tidak ada kesepakatan dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan NKRI.Hanya golongan nasionalis dan komunis yang mati-matian mempertahankan Pancasila danNKRI sebagai satu-satunya pilihan. Karena kebuntuan dalam segala rumusan di sidangKonstituante, pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden, yaitu kembali kepadaUUD 1945. PKI dan PNI menjadi pendukung setia dan terkuat, karena golongan lain terutamagolongan agama menghendaki dasar negara yang bukan Pancasila.

Dukungan ini terwujud antara lain bukan saja dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959, namun jugaManipol-Usdek, perebutan Irian Barat, pengganyangan Malaysia. Kecuali itu, keluarnyaUndang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH)tahun 1960 didukung sepenuhnya oleh PKI dan PNI, namun di lain pihak banyak yang tidaksenang Bung Karno intim dengan PKI, terutama golongan kanan dan neokolonialis termasukAmerika Serikat yang ingin meluaskan pengaruhnya di Indonesia dengan menjanjikan bantuannamun ditolak Bung Karno dengan kata-katanya yang terkenal go to hell with your aid.

Sesuai dengan program umumnya, PKI menggunakan semaksimal hak legal yang ada dengankonsekwen menyokong setiap gagasan, politik dan tindakan maju Presiden Soekarno.Pengaruh PKI makin luas di dalam masyarakat Indonesia; kenyataan ini tidak hanya diakuioleh kawan dan sahabat tetapi juga oleh lawan dan musuh PKI. Hal ini tercermin tidak sajapada organisasi PKI yang tersebar luas di seluruh negeri dan jumlah anggotanya yang besar,tetapi juga secara konkret dalam pemilihan umum pertama, ketika PKI telah keluar sebagaisalah satu dari empat partai terbesar di Indonesia. Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, peranandan posisi PKI dalam percaturan politik Indonesia meningkat dalam batas tertentu. Hal initerlihat dari kenyataan, bahwa anggota-anggota PKI atau tokoh-tokoh yang didukung PKI

Page 20: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

20

dapat menduduki posisi penting dalam lembaga-lembaga negara dan pemerintahan, sepertiselaku Wakil Ketua MPRS, Wakil Ketua DPR, Wakil Ketua DPA, Dewan Perancang Nasional,Front Nasional, menteri-menteri, duta besar, dan pejabat-pejabat di berbagai departemen. Didaerah ada yang menjabat sebagai gubernur atau wakil gubernur/kepala daerah tingkat I,wakil ketua DPRD, kepala daerah tingkat II, walikota atau wakil walikota, dan lain-lain.

Presiden Soekarno yang dengan konsisten mengusahakan persatuan seluruh bangsa Indonesia,menganggap kekuatan komunis sebagai bagian yang tak dapat dikurangi dari persatuan itu.Hal ini antara lain termanifestasi dalam ucapan beliau dalam penutupan Kongres VI PKItanggal 16 September 1959, yaitu: “Yo sanak yo kadang, yen mati aku sing kelangan“. Hal inimembuat kaum reaksioner dalam negeri dan imperialis sangat tidak puas, bahkan marah dandendam dan menuduh bahwa Bung Karno adalah komunis, dan membuat Imperialis ASsemakin geram, dan semakin kuat keinginan mereka untuk menjatuhkan dan melenyapkanBung Karno.

Sementara itu, awal tahun 1965, terbongkar sebuah “Dokumen” yang kemudian disebutdokumen Gilchrist. Gilchrist adalah Duta Besar Inggris di Indonesia pada waktu itu, yangbertindak sebagai pelaksana operasi intelijen Inggris dan Amerika, yang menulis dokumenyang berisikan situasi palsu tentang konsolidasi TNI-AD, yang disebutnya sebagai dewandjenderal. Oleh Chaerul Saleh (Menteri), tokoh Partai Murba, dokumen ini dibawa kepadaSoekarno, Subandrio (Wakil Perdana Menteri I), dan akhirnya kepada Aidit, MenteriKordinator/Ketua PKI.

Gilchrist Document

I discussed with the American Ambassador the questions set out in your No.:67786/65. TheAmbassador agreed in principal [sic] with our position but asked for time to investigate certainaspects of the matter. To my question on the possible influence of Bunker's visit, to Jakarta, theAmbassador state [sic] that he saw no reason for changing our joint plans. On the contrary, thevisit of the US. President's personal envoy would give us more time to prepare the operation theutmost detail [sic]. The Ambassador felt that further measures were necessary to bring ourefforts into closer alignment. In this connection, he said that it would be useful to impress againon our local army friends that extreme care discipline [sic] and coordination of action wereessential for the success of our enterprise. I promised to take all necessary measures. I willreport my own views personally in due course.

GILCHRIST

Terjemahan dalam bahasa Indonesia

Saya mendiskusikan dengan Duta Besar Amerika Serikat tentang pertanyaan yang tertera padaNo: 67786/65. Pada dasarnya Duta Besar setuju dengan posisi kita, tetapi meminta waktu

Page 21: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

21

untuk menyelidiki aspek-aspek tertentu dari masalah ini. Menjawab pertanyaan saya tentangkemungkinan pengaruh kunjungan Bunker ke Jakarta, Duta Besar tidak melihat alasan untukmengubah rencana bersama kita. Sebaliknya, kunjungan utusan pribadi Presiden AmerikaSerikat akan memberi kita lebih banyak waktu untuk mempersiapkan operasi yang sangatdetail. Duta Besar merasa bahwa diperlukan langkah-langkah lebih lanjut untuk membawausaha kita menjadi lebih selaras. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa akan berguna[bagi kita] untuk memberitahukan lagi kepada sahabat tentara lokal kita bahwa disiplin dankoordinasi tindakan sangat penting bagi keberhasilan rencana kita. Saya berjanji untukmengambil semua langkah yang diperlukan. Saya akan melaporkan pandangan pribadi sayapada waktunya nanti.

GILCHRIST

Dalam sebuah pesta di Eropa sebelumnya, Gilchrist pernah berkata bahwa satu kali tembakanakan mengubah Indonesia. Belakangan baru terungkap, Dubes Inggrislah yang mempersiapkanskenario operasi anti-PKI dengan isu amoral, asusila, dan anti agama yang kemudian dilansirke sejumlah koran ibukota seperti Merdeka, Berita Yudha, dan Angkatan Bersenjata. Hal initerungkap karena ada satu dokumen telegram kampanye dengan isu tersebut ke redaksiMerdeka.

Menurut sumber, menanggapi situasi yang digambarkan dalam Dokumen Gilchrist itu, Soekarnomemerintahkan untuk segera mengatasi persoalan itu.

Terlepas ada atau tidaknya Dokumen Gilchrist ini, namun menurut tulisan Mr. Y. Pohan padaJanuari 1985 dengan judul “Siapa Sesungguhnya yang Melakukan Kudeta terhadap PemerintahanSoekarno?” mengenai isu dewan jenderal antara lain disebut:

Dari uraian mengenai situasi Indonesia sebelum terjadinya Peristiwa 30 September akan terlihatjelas adanya sejumlah besar perwira tinggi AD yang komunisto-phobi, yang pro-Barat dansembunyi-sembunyi menyabot dan menentang politik-politik dan gagasan maju PresidenSoekarno. Mereka itu tidak saja aktif di bidang militer, tetapi juga di bidang politik, dan dibidang ekonomi telah muncul lapisan kapitalis birokrat berbaju hijau yang mengangkangisektor-sektor ekonomi yang penting. Melalui mereka inilah kaum reaksioner Indonesia danimperialis AS hendak mewujudkan ambisi jahatnya yang sudah lama dicita-citakannya, yaitumenegakkan kekuasaan pro-Barat di Indonesia dan menggulingkan Soekarno. Untuk lebihjelasnya ada baiknya dikemukakan fakta-fakta berikut ini:

(1). Pada bulan Januari 1965, Jenderal A.Yani dan 4 jenderal lainnya telah mengadakanrapat-rapat bersama secara rahasia untuk mendiskusikan situasi politik (yang dikatakanmemburuk). Di kalangan AD ini dikenal sebagai General Yani's Braintrust (Badan Inti Politik).Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh salah seorang yang ikut menegakkan orde baru,katanya: “Konon kabarnya untuk memecahkan berbagai masalah itu sejak beberapa waktu inidi kalangan Markas Besar AD dibentuk braintrust yang terdiri dari 4 orang. Di samping itu ada

Page 22: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

22

badan yang diwujudkan oleh para panglima yang jumlahnya 16 orang. Sehingga ada sebutan 4ditambah 16 perwira tadi merupakan semacam Great Council atau Dewan Besar pihak tentarayang kalau hendak dicari analoginya dalam kehidupan partai merupakan politbiro.”

(2). Pada tanggal 27 dan 28 Mei, Jenderal A. Yani sendiri sebagai Pangad pernah dalamrapat para Panglima Daerah AD menyatakan bahwa telah dibentuk dewan jenderal yangtugasnya memberikan penilaian politik.

(3). Pada tanggal 8 Juni 1965 di tempat kediaman Chairul Saleh dilangsungkan pertemuanantara Jenderal A. Yani dan Jenderal Haryono dengan tokoh-tokoh PNI. Dalam pertemuan itudiusulkan oleh Jenderal A. Yani dan Jenderal Haryono serta Jenderal Soekendro untukmembentuk kerja sama antara PNI―Front Marhaenis dengan TNI/AD untuk melawan PKI.Usul itu ditolak dan tidak mendapat sambutan dari tokoh-tokoh PNI.

(4). Dalam sidang mahmilub terungkap fakta bahwa pada tanggal 21 September 1965 diAHM (Akademi Hukum Militer), Jalan Dr. Abdulrachman Saleh Jakarta berlangsung rapatpleno dewan jenderal. Rapat ini dipimpin oleh Jenderal S. Parman dan Jenderal Haryono sertamengesahkan rencana komposisi Kabinet Dewan Jenderal dan menetapkan waktu kudeta,yaitu sebelum Hari Angkatan Perang 5 Oktober 1965.

Pada 5 Agustus, Soekarno dikatakan pingsan dalam satu acara resepsi. PingsannyaSoekarno di suatu acara publik ini menimbulkan bermacam-macam isu. Ada desas-desusbahwa ginjalnya tidak berfungsi. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan “apa yang akan terjadi kalauSoekarno meninggal, siapa akan mengambil alih, akankah PKI melakukannya ataukah tentara ? Takseorang pun tahu,” begitu ucapan Hugh Tovar, CIA Head of Station Jakarta 1964―1966 yangdirekam dalam film dokumen Shadow Play.

Namun, dua hari kemudian Soekarno memutuskan hubungan dengan IMF, World Bank,dan Interpol. Sementara ketegangan dan pertikaian antara pengikut PNI/NU di satu pihak danPKI di pihak lain makin memanas di Jawa Tengah dan Jawa Timur, disebabkan oleh Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH), seperti yangdikatakan Prof. Ben Anderson.

Dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1965, Soekarno tegas-tegas mengatakan akanmeningkatkan kerja sama dan persekutuan anti imperialis dengan RRT dan Negara Asialainnya, serta akan mempertimbangkan mengambil ide untuk mempersenjatai rakyat, danmemperingatkan agar supaya pihak militer tidak ikut campur tangan. Kalau sebelumnya Jend.Ahmad Yani menganjurkan agar “nasakom” dipromosikan di kalangan militer, maka pada 27September 1965, Jend. Ahmad Yani jelas-jelas menyuarakan menentang nasakom di dalammiliter dan juga menentang ide untuk “mempersenjatai rakyat”.

DENGAN situasi yang nampak membara itu, pihak militer juga menjadi terpecah. HaroldCrouch dalam bukunya The Army and Politic in Indonesia (1978) menulis: “…. menjelang 1965,SUAD (Staf Umum Angkatan Darat) pecah menjadi dua faksi. Kedua faksi ini sebetulnya sama-sama anti-PKI, tetapi berbeda sikap dalam menghadapi Presiden Soekarno. Yang pertamaadalah faksi tengah yang loyal terhadap Presiden Soekarno, dipimpin oleh Men/PangadMayjen. A. Yani, hanya menentang kebijakan Soekarno tentang persatuan nasional yang didalamnya PKI termasuk. Sedangkan kelompok kedua, faksi kanan, bersikap menentangkebijakan Yani yang bernafaskan Soekarnoisme. Di dalam faksi ini terdapat Jenderal Nasutiondan Mayjen. Soeharto. Menjelang 1965, Soekarno mencium faksionalisme di dalam tubuh AD

Page 23: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

23

itu, dan mulai memecah-belah kedua kubu tersebut”.

Sebaliknya, menurut Prof. Ben Anderson, perwira-perwira bawahan seperti kolonel, letkol.,mayor dibantu oleh kapten, letnan, sersan, dsb., menuduh bahwa jenderal-jenderal ikut sertadengan CIA dalam mendongkel Bung Karno, serta hidup bermewah-mewah, suka perempuandan tidak menghiraukan nasib prajurit bawahannya. Terjadi konflik antara tentara bawahanyang umumnya miskin, dan tokoh-tokoh jenderal yang kaya dan berduit. Waktu itu di Jakartahanya ada satu mobil Lincoln Continental berwarna putih, dan pemiliknya adalah JenderalAhmad Yani. Padahal Indonesia saat itu miskinnya bukan main! Ini dapat dilihat di daerahJawa Tengah yang terkenal sebagai daerah yang paling miskin dibandingkan dengan JawaBarat dan Jawa Timur. Hal lain lagi, juga kultur di Jawa Tengah di mana patriotisme kejawa-jawaan sangat kuat. Sejak dulu sudah ada persaingan antara Tentara Diponegoro dan TentaraSiliwangi. Perwira Siliwangi dianggap orang yang statusnya lebih tinggi, biasa menggunakanbahasa Belanda di antara mereka sendiri dan suka kebarat-baratan dan paling dekat denganAmerika, sedang perwira Jawa Tengah sebagian besar berasal dari Peta, bikinan zaman Jepang.Waktu revolusi mereka merasa diri sebagai orang Yogya, orang yang mempertahankan nilai-nilai dari Revolusi 45, patriotisme Jawa, dsb.

Massa prajurit dan perwira Angkatan Darat, umumnya adalah patrotik, anti imperialismedan kolonialisme. Kekuatan yang pro-Barat cumalah segelintir perwira tinggi saja, oleh karenaitu, di dalam tubuh Angkatan Darat terpendam kekuatan yang anti jenderal dan konsekwenberdiri dan pro-rakyat, setia akan ajaran Bung Karno. Mereka ingin mendobrak segalarintangan dan kemacetan serta sabotase kaum reaksioner terhadap politik dan gagasan BungKarno dan dengan penuh kejujuran berhasrat mengubah kehidupan rakyat yang berat ketikaitu.

Dalam pertengahan tahun 1965, kaum reaksioner yang berintikan dewan jenderal dan yangmendapat sokongan dari kaum imperialis AS semakin merasa tidak puas dengan siatuasipolitik di Indonesia yang semakin kiri serta pukulan gencar terhadap mereka. Ultah PKI ke-45mereka anggap sebagai “pamer kekuatan” dan mereka mulai mematangkan persiapan yangsudah lama dilakukannya, yaitu memukul PKI dan menggulingkan Soekarno, menindasPKI dan menegakkan pemerintah yang pro-Barat.

Musuh-musuh rakyat Indonesia dan Presiden Soekarno di dalam dan di luar negeri pahambenar bahwa rintangan yang terutama bagi mereka untuk mengambil alih semua kekuasaan dinegara Republik Indonesia adalah PKI sebagai suatu kekuatan politik yang paling berpengaruhdan terorganisasi di Indonesia di zaman Presiden Soekarno.

Hal ini dapat dilihat dengan jelas sejak pertemuan antara Presiden Kennedy dengan PMInggris Harold McMillan, pada April 1962, di mana keduanya sepakat tentang kehendakuntuk melikuidasi Soekarno pada saatnya yang tepat, untuk itu dinas intelejen (CIA danMI6) bekerja sama saling isi-mengisi untuk merealisasikannya.

Dalam bulan Desember 1964, seorang Duta Besar Pakistan di Eropa melaporkan kepadaMenlu Zulfikar Ali Bhuto tentang hasil percakapannya dengan seorang perwira intelijenBelanda yang bertugas di NATO yang menginformasikan sejumlah dinas intelijen Baratsedang menyusun suatu skenario akan terjadinya kudeta militer yang terlalu dini yangdirancang untuk gagal, dengan begitu terbukalah secara legal bagi AD Indonesia untukmenghancurkan kaum komunis dan menjadikan Bung Karno sebagai tawanan AngkatanDarat. Indonesia akan jatuh ke pangkuan Barat laksana sebuah apel busuk.

Page 24: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

24

Hal senada pun telah dilaporkan oleh wartawan Der Spiegel bernama Godian Troellerbahwa akan terjadi perebutan kekuasaan oleh militer dalam waktu dekat.

Dalam bulan April 1965, Elswort Bunker, utusan khusus Presiden AS Johnsonmenghabiskan waktu 15 hari di Indonesia guna melakukan evaluasi AS paling tidakmenghadapi 6 pilihan untuk membuat perhitungan terhadap Indonesia dan Presiden Soekarnoseperti ditulis oleh David Johnson.

Menurut David T. Johnson (1976) ada enam skenario yang dapat diajalankan AS dalammenghadapi situasi yang memanas di Indonesia menjelang 1965, yaitu: 1. membiarkan saja,2. membujuk Soekarno mengubah kebijakan, 3. menyingkirkan Soekarno, 4. mendorongAngkatan Darat mengambil alih kekuasaan, 5. merusak kekuatan PKI, 6. merekayasakehancuran PKI sekaligus kejatuhan Soekarno. Ternyata skenario terakhir yang dianggappaling menguntungkan dan tepat untuk dilaksanakan.

Dengan ditemukannya Dokumen Gilchrist yang mengarah kepada isu dewan jenderal yangdiduga akan melakukan kudeta terhadap Bung Karno pada Hari Angkatan Bersenjata RItanggal 5 Oktober 1965, membuat para perwira menengah menjadi gundah dan resah danmereka mempersiapkan satu “gerakan” yang katanya untuk membela dan menyelamatkanBung Karno dan menggagalkan “dewan jenderal” yang akan melakukan kudeta.

Persiapan G30S

MENURUT Brigjen Supardjo, tanggal 16 September 1965 telah terbentuk susunan untuk suatugerakan di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Pasukan PengawalPresiden, Cakrabirawa, untuk menyelamatkan Bung Karno dan menggagalkan kudeta dewanjenderal yang diduga akan berlangsung pada 5 Oktober 1965. Kolonel Latief, yang adalahKomandan Brigade Infanteri 1 Kodam V Jaya, semula keberatan Letkol. Untung menjadipimpinannya dan meminta supaya gerakan dipimpin seorang jenderal. Tetapi karenaKamaruzaman (Syam) mempertahankan supaya tetap Untung, karena ia adalah pengawalpresiden, maka akhirnya Letkol. Untung yang memimpinnya.

Sebelum ”gerakan” itu melancarkan aksinya, Letkol. Untung yang tidak asing bagiSoeharto, mendatanginya dan melaporkan rencananya. Soeharto mengatakan “Sikap itu sudahbenar. Bagus kalau kamu punya rencana begitu. Sikat saja, jangan ragu-ragu”, demikian kataSoeharto menurut Letkol. Untung, seperti yang diceritakan kepada dan kemudian dikisahkankembali oleh Subandrio, yang selama orba ditahan bersama Letkol. Untung. Malahan, menurutpenjelasan Untung, Soeharto menawarkan bantuan pasukan. “Kalau perlu bantuan pasukanakan saya bantu. Dalam waktu secepatnya akan saya datangkan pasukan dari Jawa Timurdan Jawa Tengah.”

Tiga minggu sebelum meletusnya G30S, Letkol. Untung dan Kol. Latief masing masingsebagai Komandan Batalyon 1 Cakrabirawa dan Komandan Brigade Infanteri 1 Kodam V Jaya,sudah merundingkan dengan Soeharto langkah-langkah yang perlu diambil, sebab Untung danLatief kedua-duanya bekas anak buah Soeharto dan persahabatan mereka terus berkelanjutan.

Selaku Panglima Kostrad, Soeharto memberi perintah dengan telegram No. T.220/9 padatanggal 15 September 1965 dan mengulanginya lagi dengan radiogram No. T.239/9 tanggal 21September 1965 kepada Yon 530 Brawijaya Jawa Timur dan Yon 454 Banteng RaiderDiponegoro Jawa Tengah untuk datang ke Jakarta dengan kelengkapan tempur penuh. Ketika

Page 25: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

25

datang ke Kostrad, diterima oleh Soeharto dan juga dilakukan inspeksi pasukan pada tanggal29 September 1965. Sedangkan Yon 328 Siliwangi datang dengan tanpa peluru. Tanggal 30September 1965 jam 17.00, Yon 454 diperintahkan ke Lubang Buaya untuk bergabung denganpasukan lainnya guna melakukan gerakan pada malam harinya.

Ali Murtopo mempunyai kedekatan dengan Dul Arip, yang kemudian memimpin pasukanPasopati, dan demikian juga dengan Jahurup yang memimpin penculikan yang gagal di rumahJenderal Nasution. Setelah kejadian, Jahurup kemudian membubarkan pasukannya di TambunBekasi, sedang Dul Arip melarikan diri ke Brebes. Kedua orang itu kemudian menghilang dantak pernah muncul di depan mahmilub.

Sebagai komandan Pasukan Pasopati yang menjadi operator G30S, ia adalah tokoh kunci. Iabertanggung jawab terhadap operasi penculikan jenderal-jenderal pimpinan AD. Jugaterungkap, bahwa Doel Arip adalah seorang kepercayaan, malah dibilang anak kesayangan AliMurtopo. Dan Ali Murtopo bersama Yoga Sugama adalah dua tokoh utama yang bersamaSoeharto sebagai Trio (Soeharto-Ali Murtopo-Yoga Sugama) yang berperan menentukan dalamsetiap langkah Soeharto dalam melancarkan kudeta merangkak, dengan dukungan Blok Baratdibawah pimpinan CIA/AS menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno.

Nasib Lettu. Doel Arip, yang ditangani langsung oleh Ali Moertopo, hilang bak ditelan bumi,sampai sekarang tidak ada yang tahu. Belakangan terungkap, bahwa yang menyuruh agarmembunuh para jendral ternyata Komandan pasukan yang bernama Doel Arip. Lettu. DoelArip adalah tokoh yang bertanggung jawab dalam menangkap jenderal-jenderal AngkatanDarat yang diduga akan membentuk Dewan Jenderal dalam peristiwa Gerakan 30 September1965. Dengan kedekatannya Lettu Doel Arip dengan Ali Murtopo, maka tidak akan bisadipungkiri bahwa “perintah membunuh para jenderal” sesungguhnya berasal dari AliMurtopo, yaitu alat dan tangan kanan klik Soeharto-Yoga Sugama dan Ali Murtopo, dus berartijuga dari Soeharto!

Kapten Kuncoro, Kepala Staf Batalyon 454/Diponegoro yang kemudian ditahan satu seldengan A. Karim DP. di blok isolasi Blok N Penjara Salemba (Jakarta), menceritakan bahwaketika batalyonnya tiba di Jakarta menumpang serentetan kereta api panjang memuat prajurit,kendaraan, senjata ringan dan berat, serta peluru yang cukup untuk pertempuran 10 harisebagaimana diinstruksikan, Soeharto datang mengucapkan “selamat datang” danmenginspeksi pasukan serta perlengkapan-perlengkapannya. Kendaraan yang sudah tuadiganti dengan yang baru, begitu juga senjata-senjatanya.

KOLONEL A. Latief, Komandan Brigade Infanteri 1 Kodam V Jaya, salah seorang pemimpingerakan, dalam kesaksiannya mengatakan: Dari sekian banyak kunjungan, seingat saya sekitartanggal 18 September 1965 saya sekeluarga berkunjung seperti biasanya ke rumah keluarga

Page 26: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

26

Jenderal Soeharto/Pangkostrad di Jalan Agus Salim, Jakarta. Dalam kesempatan berdua, sayabertanya kepada Jenderal Soeharto: “Apakah benar ada Dewan Jenderal AD yang hendak melakukankup merebut kekuasaan dari tangan Presiden RI Bung Karno?”. Jenderal Soeharto menjawab: “Ya,saya sudah tahu dan sudah mendengar dari bekas anak buah Mayor CTN/Vet. Soebagyo dariYogyakarta.” Saya bertanya lagi: “Siapa jenderal itu dan di mana?”Jenderal Soeharto menjawablagi: “Akan diselidiki dulu”. Mendengar jawaban Jenderal Soeharto demikian, saya berkatakepada Jenderal Soeharto: “Kalau benar ada yang mau kup terhadap Presiden RI Bung Karno, sayasiap menghadapinya!” (Catetan: Dialog antara Latief dan Soeharto ini apakah sesungguhnya ataukahhanya karangan, karena sebelumnya Latief, Untung, Supardjo sudah berunding dengan Soeharto. Lihatanalisa sebelumnya-pen).

Seperti biasanya pada tanggal 28 September 1965 sekitar pukul 20,00 (malam hari), saya danistri berkunjung ke rumah Jenderal Soeharto/Pangkostrad di Jalan Agus Salim Jakarta. Daridua kali kunjungan ini yang barangkali disatukan oleh Latief dalam pledoinya ketika iadihadapkan ke mahmilub pada tahun 1978, yaitu:

“Dua hari sebelum peristiwa tanggal 1 Oktober 1965, saya beserta keluarga mendatangi ke rumahkeluarga Bapak Jenderal Soeharto di rumah Jl. H. Agus Salim, yang waktu itu beliau masih menjabatsebagai Panglima Kostrad, di samping acara keluarga, saya juga bermaksud: menanyakan dengan adanyainfo dewan jenderal, sekaligus melaporkan kepada beliau. Oleh beliau sendiri justru memberitahukankepada saya, bahwa sehari sebelum saya datang ke rumah beliau, ada seorang bekas anak buahnya berasaldari Yogyakarta, bernama Soebagyo, memberitahukan tentang adanya info Dewan Jenderal AD yangakan mengadakan coup detat terhadap kekuasaan pemerintahan Presiden Soekarno. Tanggapan beliauakan diadakan penyelidikan. Oleh karena itu tempat/ruangan tersebut banyak sekali tamu, makapembicaraan dialihkan dalam soal-soal lain, antara lain soal rumah. Saya datang ke rumah BapakJenderal Soeharto bersama istri saya dan tamu istri saya berasal dari Solo, Ibu Kolonel Suyoto dan dalamperjamuan di ruangan beliau ada terdapat Ibu Tien Soeharto, orang tua suami-istri Ibu Tien, tamu IbuTien Soeharto berasal dari Solo bersama Bapak Dul dan Ibu Dul, juga termasuk putra bungsu laki-lakiBapak Jenderal Soeharto, yang kemudian harinya ketimpa sup panas.”

Dalam pengakuan tambahan yang diberikan oleh Kolonel Latief pada tahun 2003,dikatakannya: ”Di saat itu sewaktu berdua dengan saya, Jenderal Soeharto menegaskan padadiri saya bahwa Jenderal Soeharto menghendaki (kata yang ditekankan kepada diri saya)Presiden Soekarno diganti, karena selalu membikin ribut. Saya jawab: “Tidak mungkin, karenaBung Karno didukung rakyat!”

Kolonel Latief memberi kesaksian: ”Pada tanggal 29 September 1965, antara pukul09.00―10.00 (siang hari) saya menemui Jenderal Soeharto yang di saat itu sedang menungguputranya yang tersiram sup panas yang sedang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, disitu saya melapor kepada Jenderal Soeharto, bahwa kami akan menculik para jenderalAngkatan Darat untuk dihadapkan kepada Pangti-ABRI Presiden Soekarno, dan yang akandilaksanakan besok malam (sehari berikutnya) tanggal 30 September 1965; Menanggapi laporan

Page 27: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

27

saya itu, Jenderal Soeharto bertanya: “Siapa komandan operasinya?”Saya jawab: “Letkol. Untung”(yang saya mengetahui Letkol. Untung telah dikenal baik oleh Jenderal Soeharto). SeterusnyaJenderal Soeharto lalu berkomentar: “Ya sudah, saya mau istirahat”. Selanjutnya kami berduaberpisahan.

Pada tanggal 30 September, jam 11.00 malam hari, Kolonel Latief mengunjungi JenderalSoeharto di RSPAD Gatot Subroto untuk melaporkan situasi “gerakan” yang bakal dimulaiempat jam lagi. Soeharto kala itu berada di rumah sakit, menemani istrinya menungguianaknya yang sedang dirawat karena terguyur sup panas. Inilah kontak terakhir pelaksanagerakan, untuk melaporkan bahwa akan segera dilaksanakan (4 jam kemudian), yang diterimaSoeharto dengan penuh keseriusan.

Belakangan, Kolonel Latief mengakui dalam bukunya edisi ke-2 bahwa laporan yang samadisampaikan juga kepada Panglima Kodam V Jaya, Umar Wirahadikusuma.

Menurut seorang saksi, segera sesudah itu Soeharto segera berangkat ke Kostrad untukkonsolidasi pasukan dan keliling kota melihat-lihat keadaan, lewat di depan RRI, kantorTelkom, dan TVRI.

Soeharto menggalang persekutuan dengan Letkol. Untung, Kolonel Latief, dan Brigjen.Supardjo yang merupakan sebuah “trio” yang dipergunakannya untuk membahas rencanadewan jenderal yang diduga akan menggulingkan Bung Karno. Ini terbukti dari pengakuanKol. Latief bahwa kedatangannya ke RSPAD malam tanggal 30 September 1965 untuk melaporkepada Soeharto itu adalah dengan persetujuan Untung dan Supardjo.

Dari kesaksian, kunjungan-kunjungan, dan pengakuan-pengakuan yang tersebut di atas, sertapersetujuan dan antusiasme dan bantuan Soeharto terhadap “gerakan” Untung, dapat dilihatberapa jauh dan betapa besarnya pengetahuan dan keterlibatan Jenderal Soeharto secaralangsung atas Gerakan 30 September, yang dipimpin oleh Letkol. Untung, Kolonel Latief, danBrigjen. Supardjo, yang tidak lain merupakan orang-orangnya Jenderal Soeharto sendiri dalamKodam VII Diponegoro dan Kostrad. Jadi sungguh tidak akan terbantahkan jika dikatakanbahwa sesungguhnya Jenderal Soeharto-lah yang berada dibelakang atau mendalagi G30S itu.

“Pada Juni 1966, Instruksi Komando Ganyang Malaysia (Kogam) No.9 mengklasifikasikan paratahanan politik yang jumlahnya melebihi satu juta orang yang memenuhi semua kamp-kamptahanan yang sebenarnya tidak layak disebut sebagai kamp tahanan. Menurut Kogam Nomor9/1966 itu, para tahanan G30S diklasifikasikan ke dalam golongan A, B, dan C. Golongan Aadalah kategori buat mereka yang dianggap “terlibat langsung” dalam gerakan militerG30S/65, dan harus diadili. Mengikut kategori Kogam ini, maka Jenderal Soeharto, yangbersekutu dengan Untung, Latief dan Supardjo jelas dapat dimasukkan ke dalam Golongan“A” karena dia “terlibat langsung” dengan G30S, dengan arti kata bersekutu dengan Untung,Latief dan Supardjo, jadi mengetahui sebelumnya, menyetujui, bahkan membantu semua

Page 28: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

28

perlengkapan dengan mendatangkan militer lengkap dengan persenjataannya untukpelaksanaan G30S.

Dengan penjelasan diatas, rasanya terjawablah kecurigaan dan pertanyaan Ratna Sari DewiSoekarno, istri ketiga Bung Karno yang berasal dari Jepang, yaitu “Sepertinya Soeharto sudah tahusemua, seakan telah direncanakan. Bagaimana dia bisa memecahkan masalah yang terjadi pada malam 30September dan segera bertindak. Begitu cepat. Kalau belum tahu rencana G30S, ia tak mungkin bisamelakukannya” dan juga tulisan Mike Head dalam Sydney Morning Herald, 19 July 1999, yangmengatakan: “The speed with which Soeharto moved on October 1 support the conclusion that, actingin concert with the US agencies, he engineered the whole operation to eliminate his rivals and provide apretext for moving against Soekarno and the PKI”

Namun semua ini bukanlah hasil kerja otaknya Soeharto. Kendatipun Soeharto pintar, lihaydan licik, namun dia tidak bekerja sendiri. Ada kekuatan besar dibelakang itu semua yangmengendalikan dan mengemudikan Soeharto. “… acting in concert with the US agencies”seperti yang ditulis Sydney Morning Herald diatas, Soeharto membunuh lawan-lawannya, 6jenderal AD, menghancur luluhkan PKI, partai besar pendukung Bung Karno, lalu majumelawan dan menjatuhkan Soekarno dan dengan demikian mudah mengangkangi Indonesiadan mempersembahkannya untuk kepentingan Imperialis Barat.

“Rencana untuk menjatuhkan Soekarno ini sudah dimulai semenjak sebelum pemberontakanPRRI di Sumatera tahun 1958. Begitu juga usaha untuk menghancurkan PKI. PersekongkolanAS―Inggris untuk menumbangkan Presiden Soekarno dan menghancurkan PKI 1965 adalahmerupakan kelanjutan dari Peristiwa Madiun 1948 yang diarsiteki oleh Marle Cochra'n denganusulannya "Red Drive Proposal” pada Wapres/Perdana Menteri Drs. Moh Hatta.Membersihkan kesatuan militer dari golongan komunis. Ini adalah sebagai realisasi DoktrinTruman, Presiden AS, “policy of containment” 1946 di Asia, yaitu membendung Komunisme,dan selanjutnya diperkuat dengan doktrin rollback Presiden Eisenhower 1949 yaitu bahwaKomunis tidak hanya dibendung, tapi harus dibasmi.

Doktrin-doktrin yang menjadi dasar dan pelaksanaan politik Perang Dingin dari Imperialis ASini, menjadi berurat berakar dibumi Indonesia melalui para perwira TNI yang dididik dandilatih di Amerika Serikat. Tidak kurang 2000 perwira Angkatan Darat pernah belajar diAkademi Militer Western Institute for Secutity Cooperation di Fort Benning, Georgia, dan TheCommander in Burgency Training Center di Fort Bragg, Fayetteville, NC.

(Tambahan: Bahkan Prof. Guy Pauker, agen CIA yang sangat dikenal dan tidak asing lagi diSeskoad -Sekolah Staf Komando Angkatan Darat-, sebelum 1965 pernah merekomendasikanpengiriman 2100 perwira TNI untuk belajar ke Amerika Serikat. Sudah tentu, mereka yangdikirim ini semua harus “lulus test” CIA. Belum lagi para cerdik pandai kaum intelektual dankaum agama, santri dan alim ulama dari berbagai universitas dan lembaga yang dengan gairah“melanjutkan pelajaran” ke Amerika. Sudah barang tentu semua mereka itu dikirim kenegeri

Page 29: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

29

Paman Sam itu harus “lulus test CIA terutama mutlak harus anti komunis”. Dan ajaran-ajaranyang diterima dari CIA/AS ini telah berurat berakar dikalangan militer, kaum agama, alimulama dan cerdik pandai yaitu bahwa komunis bukan saja harus dibendung tapi harusdimusnahkan, sehingga tidak heran kalau kaum agama dan ulama gampang berfatwa bahwa“darah komunis itu halal”, sedang para Jenderal betapapun pandainya, semakin tinggipangkatnya, semakin komunisto-phobi-pen)

Dan persekongkolan AS―Inggris yang berkomplot dengan Mayjen. Soeharto, Panglima Kostradwaktu itu, bersama dengan Yoga Sugama dan Ali Murtopo adalah dalang sesungguhnyaPeristiwa 30 September 1965. Pembunuhan terhadap Jenderal A. Yani, cs. (SUAD), pimpinanteras PKI, D.N. Aidit, Lukman, Nyoto, Sakirman, dan kader-kader serta anggota simpatisan PKIdi seluruh Indonesia, penahanan Presiden Soekarno hingga wafatnya, pembunuhan 500 ribu―3juta orang, pemenjaraan 2 juta orang tanpa salah apa pun selama 14 tahun lebih, dan lain-lain,adalah korban pembasmian komunis, mereka yang anti kolonial dan imperialis”. (Suar Suroso:Akar dan Dalang/Sambutan S. Utomo dengan sedikit tambahan dari penulis).

Jadi jelas sekali bahwa Soeharto dan kliknya tidak berdiri sendiri. Semua ini bukan keluar dariotaknya Soeharto yang oleh Bung Karno pernah dijuluki sebagai “opsir Koppeg” pada 3 Julitahun 1946, ketika ia gagal melakukan percobaan kudeta atas Pemerintah R.I. Di Yogyakartadan gagal mengemban perintah dari Presiden. Ada kekuatan besar yang menyetir si opsirkoppeg ini yaitu CIA/AS.

Peranan AS/CIA

DALAM situasi yang demikian, Marshall Green, Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta padatanggal 5 Oktober 1965, mengirim telegram Nomor 868 yang ditujukan kepada DepartemenLuar Negeri Amerika Serikat, menyatakan:Inilah saat yang tepat untuk mengenyahkan komunisme dari Indonesia. Namun bantuan harus secaradiam-diam “Army now has opportunity to move against PKI if it act quickly. Momentum isnow at peak with discovery of bodies of murdered army leaders. In short, its now or never”

Selanjutnya, Green memberikan beberapa panduan tentang sikap AS/CIA: *Hindariketerlibatan yang terang-terangan karena seiring berkembangnya perebutan kekuasaan. *Secarasembunyi, sampaikan dengan jelas kepada tokoh-tokoh kunci di ABRI seperti Nasution danSoeharto tentang keinginan kita membantu apa yang kita bisa, sementara di saat bersamaansampaikan kepada mereka asumsi kita bahwa kita sebaiknya menjaga agar setiap bentukketerlibatan atau campur tangan kita tidak terlihat. Pertahankan dan jika mungkin perluaskontak kita dengan militer. *Sebarkan berita mengenai kesalahan PKI, pengkhianatan dankebrutalannya (prioritas ini mungkin paling membutuhkan bantuan kita segera, yang dapatkita berikan kepada ABRI jika kita menemukan jalan untuk melakukannya tanpa diketahuibahwa hal itu merupakan usaha AS) “Spread the story of PKIs guilt, treachery dan brutality (thispriority effort is perhaps most―needed immediate assistance we can give army if we can find way to do itwithout identifying it as solely or largely US effort).” (Rita Uli Hutapea, Misteri CIA di Seputar G30S,detik.com, 08/8/2001)

Page 30: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

30

Dan, panduan Duta Besar AS/CIA, Marshall Green itu, terutama perihal menyebarluaskan“kesalahan PKI, pengkhianatan dan kebrutalannya” serta penghancurannya, menjadi garisutama para perwira Angkatan Darat begundal CIA, yang kemudian menjadi panutan dan policyAngkatan Darat dan pemerintahan militer. Hal ini terbukti, sebagaimana yang dikatakan DutaBesar Green dalam telegramnya prioritas ini membutuhkan bantuan kita segera (tanpa diketahuibahwa hal itu merupakan usaha AS ) secara sembunyi sampaikan dengan jelas kepada tokoh-tokohkunci di ABRI seperti Nasution dan Soeharto tentang keinginan kita “seiring denganberkembangnya perebutan kekuasa-an”Pada tanggal 5 Oktober itu juga, Phoenix Park Singapore (Kedutaan Inggris) mengirim telegramke Departemen Luar Negeri di London, yang berbunyi: we should have no hesitation in doing whatwe can surreptitiously to blacken the PKI in the eyes of the people of Indonesia.Wiyanto Rahman, S.H.,dalam Sarasehan Leuven Belgia: Peristiwa G30S dalam Tinjauan Ulang,http://arus.kerjabudaya.org/htm/1965_Seminar_Leuven.htm )

Nampak jelas, sejalan dengan Doktrin Truman ”policy of containment” 1946 di Asia, yaitumembendung Komunisme, dan selanjutnya diperkuat dengan doktrin rollback PresidenEisenhower 1949 yaitu bahwa Komunis tidak hanya dibendung, tapi harus dibasmi, DutaBesar AS/CIA, Marshall Green itu memberikan panduan kepada Jenderal Soeharto dan A.H.Nasution, apa yang harus dilakukan.

Dan dengan nada dan irama yang sama, hal tersebut diterima bulat-bulat dan diperjelas dalamrapat para jenderal militer di Kostrad pada tanggal 5 Oktober 1965 yang dipimpin oleh JenderalSoeharto dan Jenderal A.H. Nasution, yang menghasilkan “panduan perihal pelaksanaan darirencana penghancuran PKI” (Robinson, p.283, n.25). Tanggung jawab atas rencana dan segalacara-cara pelaksanaan operasi militer ini diakui dengan bangga dan pongah oleh JenderalSoeharto, melalui pernyataan plintiran penuh kebohongan yang tertulis dalam bukunya Pikiran,Ucapan, dan Tindakan Saya, 1989, halaman 136, yang berbunyi: “Sejak menyaksikan apa yangdidapat di Lubang Buaya, kegiatan saya yang utama adalah menghancurkan PKI, menumpas perlawananmereka di mana-mana, di ibukota, di daerah-daerah, dan di pegunungan tempat pelarian mereka”.

Semenjak ucapan Soeharto, Pangkostrad yang mengangkat dirinya menjadi Pangad, danbertekad untuk menghancurkan dan menumpas PKI, yang menjadi panutan dan policy militer(penguasa/pemerintah), maka pasukan-pasukan Angkatan Darat, terutama pasukan ResimenPara Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhie Wibowo,menggalang milisi-milisi terutama dari organisasi-organisasi keagamaan seperti Banser NU,Pemuda Muhammadiyah, untuk memusnahkan anggota, simpatisan, bahkan anggota keluargayang dianggap berafiliasi dengan PKI. Para pemuda dipersenjatai, dilengkapi dengan alatkomunikasi dan transportasi, dan didorong untuk melakukan tindakan-tindakan keji danbrutal terhadap orang-orang yang masih belum jelas apa salahnya, dan tidak tahu apa yangterjadi di Jakarta. Banyak korban jatuh justru setelah mereka diwajibkan melapor dan“diamankan” di kantor-kantor polisi, militer atau institusi-institusi negara lainnya, sepertikecamatan atau kelurahan dan kemudian, tanpa diadili, dengan berbagai cara, dibunuh begitusaja.

Telegram Green, Duta Besar AS di Jakarta ke Washington tanggal 20 Oktober mengatakan:

Page 31: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

31

“Beberapa ribu kader PKI dilaporkan telah ditangkap di Jakarta, beberapa ratus di antaranya telahdibunuh. Kami mengetahui hal itu , pimpinan PKI Jakarta telah ditangkap dan barangkali telah dibunuh.RPKAD tidak mengumpulkan tawanan, mereka langsung membunuh PKI.”

Green melanjutkan: “Pembersihan oleh AD berlanjut di kampung dan tempat-tempat lain didaerah Jakarta. Pemuda Muslim membantu, mengawani pasukan militer. Sumber mengatakanbeberapa pembunuhan merupakan hasil dari pembersihan ini. Fakta lebih jauh tentanghubungan militer dengan kumpulan yang terorganisir dalam kampanye anti PKI ini, dapatdilihat dari pertemuan antara Kolonel Ethel (CIA) dan pembantu dekat Jenderal Nasution, yangmengatakan bahwa demonstrasi anti PKI akan meningkatkan pengganyangan menjadi antiTionghoa. Dan perusakan dan pendudukan kantor perdagangan Kedutaan Tiongkok di Cikini,bukan dilakukan oleh AD akan tetapi oleh ”mereka yang bertindak untuk kita” yaitu Muslimdan Ansor. Hanya 3 bulan semenjak kampanye anti PKI, CIA melaporkan: ”hampir semuaanggota Politbiro PKI ditangkap, banyak di antara mereka telah dibunuh, termasuk tigapimpinan tertinggi partai. Berita besar hari ini, adalah: ditangkap dan dibunuhnya Ketua PKID.N. Aidit. Sedang pembunuhan terhadap anggota dan simpatisan PKI di Sumatra Utara, JawaTengah, Jawa Timur, dan Bali, terus berlangsung. Bagi AS dan sekutunya, keberhasilanAngkatan Darat Indonesia menghancurkan PKI adalah merupakan suatu kemenangan besar.”Demikian Marian Wilkinson menulis dalam Sydney Morning Herald, 10 Juli 1999.

Pembunuhan massal berkelanjutan, bukan saja di pulau Jawa namun di seluruh pelosok tanahair, nyawa-nyawa tak berdosa dibunuh karena dianggap PKI atau simpatisan PKI. Para korbandibunuh tanpa perikemanusiaan. American Free Press menulis: In Aceh, for example, thecivilian were decapitated and their heads were placed on stakes along the road The bodies oftenrepeatedly slashed with knifes or sword. Then thrown into the river that they would notcontaminate Aceh soil; Di Surakarta Tangan dan kaki korban diikat direl kereta api dandibiarkan sampai kereta api melindas hancur tubuh2 itu.(http://www.timrelawan.org) ;

Kaki/badan korban diikat kepohon, dan kepala/leher diikat dengan kawat baja dan ditarikdengan mobil/truk, hingga kepala tercabut dari badan/leher. (Film documenter ABC-TVAustralia - Riding the Tiger part3); Korban disembelih, ditusuk dengan pisau panjang ditengahramai atau ditembak dan ditolak kedalam lubang yang mereka buat karena perintah ataudikubur hidup-hidup. Di Pasuruan, bahkan yang melakukan pemenggalan adalah seorangwanita. (lihat film documenter: Shadow play dan film Riding the Tiger); Para korban dibunuhdengan sadis dan diklelerkan saja dipinggir jalan,dibawah pohon, dan dilempar kesungaiseperti bangkai anjing (ucapan Sukarno tgl 18 Desember 1965- didepan HMI di Bogor-http://www.tokohindonesia.com); Di Bali para tahanan diambil dan dibunuh ada yangditembak, belum mati lantas dibuang ke lubang dan ditimbun, bahkan ada yang tubuhnyadicincang dan dipotong-potong, leher, kaki dan tangan dicerai-beraikan; Di Sumbar, korban(gadis SMP) dimaukkan ke dalam karung hidup-hidup dan dilempar kesungai, dibiarkanmenggelepar dan mati dalam karung; lain korban diikat kepala dan kaki didua buah pedati danditarik berlawanan arah hingga tubuh korban berkecai; korban dimuat kedalam dump truk dandituangkan kejurang terjal yang dalam hingga semua mati; Mengikat korban dan memaku

Page 32: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

32

telinganya tembus dari kiri ke kanan dengan paku besar panjang lebih dari 6 inci yang biasadigunakan sebagai paku untuk bantalan rel kereta api, sehingga si korban melolong-lolong danmati bersiram darah!; Mengikat dan mengampak putus leher si korban di depan anak danistrinya, sehingga mereka basah bersiram darah ayah atau suaminya yang dengan kejamdihabisi nyawanya, seperti yang terjadi atas Ketua SBPP di Kupang, Nusa Tenggara Barat;Bahkan korban yang menjadi tapol yang tidak sedikit jumlahnya, diambil malam (istilahnya di-bon), dibunuh dan tidak diketahui dimana dikuburkan.

Tentang pembunuhan massal ini Harsutejo menulis: Prof Teuku Jacob mendaftar ulahkekejaman manusia dengan kata-kata lugas yang cukup mencengangkan. Penyiksaan danpenganiayaan tahanan dan tawanan menunjukkan kebengisan yang tak terbayangkan, mulaidari mencambuk, mencabut kuku, menjepit ibu jari, melilit tubuh, membakar bagian badan,menyiram cairan panas, menjepit daging dengan jepitan membara, memotong urat, membuang,memperbudak, memenggal kepala, menggantung, melempar dari tempat tinggi, mencekik,membenamkan, mengubur hidup-hidup, mencincang, sampai membunuh atau memperkosaanggota keluarganya di depan mata, menjemur, tidak memberi makan, menyeret dengan kuda,membakar dalam unggun api, dan sebagainya.... sebagian besar dilakukan oleh pemerintahterhadap rakyatnya sendiri.

Begitu sulit dipercaya bahwa ulah kekejaman semacam itu dilakukan juga oleh rezim militerOrde Baru terhadap musuh politik mereka atas nama suatu gagasan yang begitu tinggi danmulia, yakni Pancasila! Malahan rezim ini masih menggenapi khasanah penyiksaan danpembunuhan dengan penemuan baru mereka: memasukkan tahanan politik hidup-hidup kedalam luweng atau sumur alam yang amat dalam, memasukkan ke dalam kapal bobrok danmenenggelamkannya, menenggelamkan hidup-hidup tahanan dengan beban besi atau batu,menyiram gua dan ruba tempat persembunyian dengan bensin dan membakarnya sertamelemparkan alat peledak, menyetrom kemaluan laki perempuan ketika mereka dipaksabersetubuh, menancapkan bambu runcing ke dalam vagina, dan tindakan keji lain yang sulitditerima akal sehat dan akal normal dan sulit dipercaya oleh masyarakat beradab. Danhebatnya rezim ini berusaha keras untuk menghapusnya dari memori orang banyak dengansegala macam cara termasuk memalsu sejarah dan menggantinya dengan memori rekayasa.

Robert J Martens, seorang agen CIA dengan jabatan Perwira Politik pada Kedubes Amerika diJakarta telah berhasil menyusun dan mempersiapkan daftar terpilih terdiri atas 5.000 orangkader PKI dari tingkat pusat sampai pedesaan beserta organisasi massanya dengan rincianjabatannya. Daftar itu dibuat selama dua tahun 1963-1965 (jadi memang sudah lamadipersiapkan-pen) dengan bantuan para pegawai CIA sebagaimana yang dibenarkan olehJoseph Lazarsky, Deputi Kepala CIA di Jakarta. Selanjutnya diadakan kesepakatan denganperwira intelijen Kostrad Ali Murtopo, secara berkala yang bersangkutan melaporkan siapa-siapa dari daftar itu telah ditangkap dan siapa-siapa telah dibunuh. Kostrad menjadi pusatpemantauan terhadap laporan pihak militer dari seluruh penjuru tentang penangkapan dan

Page 33: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

33

pembunuhan terhadap kaum komunis dan golongan kiri lain. Demikian tulis Cathy Kadanedalam San Fransisco Exeminer, 20 Mei 1990.

Penghancuran terhadap PKI dan seluruh gerakan kiri pertama-tama adalah membasmi secarafisik para anggota dan pendukungnya. Basmi sampai akar-akarnya, itulah yang terus-menerusdiserukan baik oleh Jenderal Soeharto maupun Jenderal Nasution serta para pengikutnya.Kekuasaan, dan segalanya ada di bawah laras senapan. “Soeharto memberi perintah untukmembersihkan semua .maka ini yang saya lakukan. Saya perintahkan semua prajurit sayauntuk patroli dan menangkap setiap orang PKI. Selama masih ada satu orang komunis diIndonesia, akan ada operasi militer melawan satu orang itu” (Brigjen Kemal Idris-KomandanRPKAD, dari film documenter Shadow Play).

Dari Wikipedia kita baca: Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota danpendukung PKI, atau mereka yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partaikelas buruh yang diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuhatau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) danBali (bulan Desember). Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis -perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebutdua sampai tiga juta orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu juta orang menjadi korbandalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.

Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasimuslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis PNI melakukanpembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai ditempat-tempat tertentu sungai itu “terbendung mayat”.

Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKItelah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kampkonsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukungdana CIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui, dan melakukanpembantaian keji terhadap mereka, majalah "Time” memberitakan: “Pembunuhan-pembunuhanitu dilakukan dalam skala yang sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasiyang serius di Sumatra Utara, di mana udara yang lembab membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang benar-benarterbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi terhambat secara serius.”

Di pulau Bali, yang sebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling sedikit 35.000 orangmenjadi korban di permulaan 1966. Di sana para Tamin, pasukan komando elite NasionalIndonesia, adalah pelaku pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus dari FrankfurterAllgemeine Zeitung bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau dibuang ke dalam

Page 34: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

34

galian-galian dan tentang desa-desa yang separuh dibakar di mana para petani tidak beranimeninggalkan kerangka-kerangka rumah mereka yang sudah hangus.

Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh teman-teman mereka untukmembuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota besar pemburuan-pemburuan rasialis “anti-Tionghoa” terjadi. Pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksimogok sebagai protes atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini dipecat.

Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi.Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969.(Wikipedia)

Pembunuhan di Daerah-Daerah

“KELOMPOK-KELOMPOK paramiliter pemuda didorong untuk melakukan pembunuhanterhadap sejumlah orang dan diberi dukungan moral dan logistik oleh Angkatan Darat. DiJawa Timur, Gerakan Pemuda Ansor yang berafiliasi ke NU merupakan tulang punggungutama Angkatan Darat, sementara di Medan adalah Pemuda Pancasila, dan di Bali adalahgerakan Pemuda Ansor dan kelompok-kelompok pengamanan masyarakat anti-PKI yangdidukung oleh Partai Nasional Indonesia”.Dari berbagai sumber dan informasi, kita bisa mendapatkan catatan mengenai. Pembunuhanyang dilakukan Orba/Soeharto di daerah-daerah di Indeonesia., sebagai berikut|:

Aceh dan Sumatra Utara

PENDUDUK Muslim di Aceh sangat gairah dalam menghabiskan kaum komunis. Merekamemotong leher orang-orang PKI dan menancapkan kepalanya di sepanjang jalan buattontonan. Pimpinan organisasi Pemuda Pancasila mengatakan kepada pejabat KonsulatAmerika di Medan bahwa organisasi mereka (Pemuda Pancasila) akan membunuh setiapanggota PKI yang dapat mereka tangkap. Organisasi itu tidak akan menyerahkan orang PKI itukepada penguasa/pemerintah, sebelum mereka mati atau hampir mati. Kantor-kantor PKI,toko, dan rumah-rumah dibakar. Ratusan dan mungkin ribuan kader dan aktivis PKI ditahan dipenjara atau di tempat-tempat yang dijadikan tempat tahanan.American Free Press menulis: “In Aceh, for example, the civilian were decapitated and their heads wereplaced on stakes along the road. The bodies often repeatedly slashed with knifes or sword. Then throwninto the river that they would not 'ontaminate Aceh soil'”

Sehingga berhari-hari, berminggu-minggu dan bulan, rakyat tidak berani memakan ikansungai, karena banyaknya mayat-mayat tak berkepala yang mengambang memenuhi sungai-sungai di Aceh dan Sumatra Utara.

Korban buruh perkebunan di Sumatra Utara sedikitnya 100.000 tewas. Sedang di Tapanuli,Utara, Selatan, dan Simalungun, tatanan adat terjungkal setelah milisi Komando AksiPenumpasan G30S mulai bergerak mengganyang elemen-elemen komunis. Mereka tidak peduliapakah korban adalah paman, satu marga, atau keluarga istrinya. Mereka tidak peduli

Page 35: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

35

kendatipun hubungan yang dibentuk hierarki adat itu adalah simpul keutuhan sosial.

Riau

Seorang staf Kedutaan Besar Amerika di Jakarta melaporkan tentang teror militer-muslim yanglangsung ditujukan melawan kaum buruh dalam perusahaan minyak vital Caltex: “Muslimdengan sepengetahuan dan pesetujuan pihak militer menjarah rumah-rumah komunis di dalamkota dan menutup gedung-gedungnya di daerah-daerah. Pihak militer menggerebek rumah-rumah pimpinan PKI dan memberitahukan pihak pimpinan perusahaan minyak Caltex pada 29Oktober 65, akan rencana militer, yang bakal menangkapi anggota-anggota dan pimpinanburuh komunis Perbum, yang menjadi tulang punggung dan kekuatan PKI di Provinsi Riau.”

Pada tanggal 18 November 1965 (20 hari setelah pemberitahuan pihak militer kepada ManajerCaltex), maka pihak militer, dengan dibantu oleh organisasi-organisasi buruh muslim danlokal, melakukan operasi penangkapan atas anggota dan pimpinan organisasi buruh minyakPerbum (Persatuan Buruh Minyak), di seluruh daerah perusahaan Caltex. Ratusan buruh, baikstaf maupun non staf, ditangkap dan dikumpulkan dalam satu tempat tahanan yang bernamaRTM, Rumah Tahanan Militer, di ibukota provinsi, Pekanbaru. Bagi perusahaan minyak asingCaltex, bukan hal yang sulit untuk mengetahui siapa yang menjadi anggota Perbum, karenasemenjak 1 Mei 1964, telah ditandatangani suatu Persetujuan Bersama antara kaum buruh danmajikan, yang disebut CLA (Colective Labour Agreement), di mana kaum buruh diwajibkanmemberi surat pernyataan yang ditandatangani kepada majikan untuk memotong gajinyaRp100/bulan guna diserahkan kepada organisasi yang dipilih oleh buruh. Dengan demikian,seluruh buruh minyak yang menjadi anggota Perbum, yang merupakan 75% dari jumlah semuaburuh, terdaftar namanya pada perusahaan minyak Caltex! Dan ketika tiba saat militer yangdibantu organisasi buruh muslim dan lokal (PPC, Persatuan Pegawai Caltex), dengan mudahmenangkapi anggota-anggota Perbum yang dituduh sebagai organisasi buruh komunis.Di seluruh pelosok daerah, pihak militer menangkapi orang-orang yang yang diduga PKI, danmenjadi anggota atau simpatisan organisasi Pemuda Rakyat, Gerwani, Sobsi, BTI, Lekra, dansebagainya. Rumah Tahanan Militer menjadi penuh sesak, namun penangkapan terusberlangsung. Dari daerah-daerah kabupaten atau kecamatan, penangkapan berjalan terus, danpara tahanan tersebut, dikatakan, dikirim ke Pekanbaru, ke Rumah Tahanan Militer, namunkenyataannya tidak pernah sampai, hilang lenyap dalam perjalanan, tak tahu kabar beritanya.

Sebagai bukti, dapat dijelaskan, dari Kabupaten Bengkalis, 50 orang ditangkap dan dibawadengan kapal motor menuju Pekanbaru, namun tidak seorang pun yang sampai dan tidakdiketahui kabar beritanya; dari Bagan Siapi-api, 40 orang ditangkap dan dibawa dengan kapalmotor, namun hanya seorang yang sampai dan dimasukkan ke Rumah Tahanan MiliterPekanbaru; dari Selatpanjang, 30 orang ditangkap dan dibawa dengan kapal motor, dan takseorang pun yang sampai; dari Rengat, 50 orang yang ditangkap dan dibawa dengan truk, dantak seorang pun yang sampai ke Pekanbaru; dari Tembilahan, 30 orang ditangkap dan dibawadengan truk, juga tidak ada yang sampai ke Pekanbaru; di Pasir Pengaraian, 50 orang langsungdibunuh tanpa melalui proses. Dari dalam Rumah Tahanan Militer di Pekanbaru sendiri, dalam

Page 36: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

36

periode 15 Februari 1966 sampai 16 September 1968, 40 orang tahanan diambil malam danhilang, dibunuh! Di antara mereka yang diambil dan dibunuh ini banyak yang sebelumnyamenjadi pegawai tinggi pada perusahaan minyak asing Caltex, bahkan seorang yang sedangdikirim oleh Caltex belajar di Amerika, dipanggil pulang, dijebloskan ke dalam tahanan,kemudian diambil malam dan dibunuh! Menurut berita yang tersiar di dalam tahanan,seseorang yang berhasil membunuh seorang tahanan komunis ketika itu, mendapat imbalan“uang jasa” sebanyak Rp50.- (lima puluh rupiah) dari “organisasi” Apakah ini merupakanpembagian ”dana” yang diberikan oleh Amerika Serikat melalui perantaraan Adam Malik,yaitu “bantuan” sebanyak Rp50 juta kepada KAP (Kesatuan Aksi Pengganyangan) Gestapu,yang dipimpin oleh Subchan Z.E. dari NU dan Harry Tjan Silalahi dari Katolik untukpembantaian komunis? (berita terakhir menyatakan bantuan ini adalah US$50 juta dollars danbukannya Rp50 juta rupiah―seperti yang diberitakan).

Pimpinan Komunis Riau yang mengetahui bahwa mereka dalam incaran organisasi agamauntuk diculik dan dibunuh, berusaha menyelamatkan diri dengan berlaku kucing-kucingandengan pihak militer Angkatan Darat. Namun akhirnya, setelah 3 tahun dapat menyelamatkandiri, pada tahun 1968 mereka ditangkap oleh militer dalam satu operasi yang disebut “OperasiKalong”dan dimajukan kepengadilan yang memang telah dipersiapkan dari semula dandijatuhi hukuman yang telah dijatahkan. * Abdullah Alihamy, diajukan ke pengadilan rezimOrba di Pekanbaru dan dijatuhi hukuman mati. Dia dipindahkan ke Padang dan dieksekusioleh regu tembak di Padang. * Mohammad Amin Zein, diadili oleh Pengadilan Orba diPekanbaru, dijatuhi hukuman seumur hidup. Pada tahun 1999 dibebaskan, namun karenaancaman dan intimidasi reziem Orde Baru dan antek-anteknya, maka keluarga dan masyarakatkampungnya, takut untuk menerimanya kembali. Dia, yang adalah bekas Anggota MPRS-RItersebut. terlunta-lunta di masa tuanya dan meninggal di kota Medan. * Sri Suharjo, ditahansementara di Teperda/TPU/RTM Pekanbaru. Setelah dijatuhi hukuman seumur hidup olehpengadilan Orba di Pekanbaru, dia dipindahkan ke Padang dan menjalani hukumannya diRTM Padang. Atas tuntutan Lembaga Amnesti Internasional, dia yang dalam keadaan sangattua dibebaskan oleh Presiden B.J. Habibie, dan masih sempat bertemu dengan keluarganyabeberapa saat sebelum ia meninggal dunia.

Sumbar

Di Sumatra Barat, negeri yang punya budaya “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” jugatak urung melakukan kekejaman-kekejaman pembunuhan terhadap rakyat yang tidakmelakukan kesalahan, kecuali dianggap sebagai anggota atau simpatisan PKI. Keadaannya,sama seperti ketika tahun 1958, di mana PRRI menangkapi semua orang yang dianggapkomunis, sehingga tak salah kalau dikatakan bahwa orde baru/Soeharto sebenarnya adalahpenerusan PRRI dalam skala global, dari Sabang sampai Merauke. Di setiap kampung dannegeri terjadi pembunuhan-pembunuhan terhadap kaum komunis. Bahkan, kaum alim ulama

Page 37: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

37

Minangkabau yang berpikiran maju, dari partai Islam Perti, PSII misalnya, juga dibunuh,kemudian difitnahkan bahwa mereka dibunuh oleh PKI, sehingga menambah kebencian dankemarahan yang membara dari masyarakat yang menelan bulat-bulat fitnah dan rekayasapihak militer. Pihak militer orde baru, bersama para milisi dari segala macam organisasikomando aksi, mengharubirukan negeri Minangkabau. Seperti contoh, dapat diceritakankeadaan yang terjadi di satu kampung dan kota, Salido dan Painan di pesisir selatan SumatraBarat :

Setelah kejadian peristiwa awal Oktober 1965 di Jakarta, dalam menanti dan menunggu pidatodari Presiden Soekarno, yang kiranya dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, rakyatyang dalam ketidaktahuan, tiba-tiba saja dikejutkan oleh kehadiran Komandan Kodim Painan,Letkol. Purnomo Sipur, yang meneror masyarakat di kota Painan dan sekitarnya. PasukanKodim itu dengan kejam dan brutal melakukan penangkapan atas beratus-ratus pemukamasyarakat, rakyat dan ninik mamak di pesisir selatan Kerinci. Beliau-beliau yang ditangkapitu, digiring seperti menggiring hewan ternak, dimasukkan ke dalam penjara-penjara dandigunduli. Sebagian disuntik oleh dokter, yang adalah seorang wamilda (wajib militer darurat)dan dimuat ke sebuah dump truk yang biasa digunakan buat mengangkut sampah, tanah, ataupecahan batu, dan dibawa ke Bukit Pulai, sekitar 10 km di luar kota Painan. Di sana, parapemuka rakyat yang dijubelkan dalam dump truk itu, dituangkan dari dump truk sepertimenuangkan sampah. Dan manusia-manusia yang berjatuhan di belakang truk yang bakbagian depannya dinaikkan itu, atas perintah dan komando Letkol. Purnomo Sipur,diberondong dengan tembakan senjata api. Jerit, pekik dan lolong manusia-manusia takberdosa, menyebut nama Allah, menggema di Bukit Pulai pada tanggal 9 November 1965 itu.Tubuh-tubuh korban yang secara paksa dihabisi nyawanya itu, bergelimpangan bermandidarah, diiringi dengan sorak-sorai dan tawa ria serdadu-serdadu brutal dan biadab pengikutJenderal Soeharto, di bawah komando Letkol. Purnomo Sipur. Tidak terhitung jumlahnya anak-anak bangsa, yang di antaranya adalah pejuang Perintis Kemerdekaan RI, ninik mamak danalim ulama Minangkabau, direnggut secara paksa hak hidupnya oleh rezim biadab ordebaru/Soeharto.Syamsudin, seorang bekas anggota Mobrig (Mobile Brigade―TNI), ditangkap oleh militer rezimSoeharto. Tangan dan kakinya diikat pada dua buah pedati yang kemudian ditarik oleh duaekor kerbau dengan arah yang berlawanan. Tubuh Syamsudin hancur berkecai. Potongantubuh bertebaran dengan darah yang berserakan membasah bumi Minangkabau! “Pesta”militer yang brutal dan biadab ini mereka lakukan di depan anak dan istri Syamsudin, yangdipaksa untuk menyaksikan “kebudayaan” AD/orde baru Jenderal Soeharto!Nurhayani, seorang gadis remaja yang baru saja tamat SMP, ditangkap, karena diamenghalang-halangi Letkol. Purnomo Sipur yang akan menangkap ayah si gadis. PerwiraABRI/Jenderal Soeharto yang gagah perkasa ini, memasukkan Nurhayani ke dalam karungdan mengikatnya, dan melemparkannya ke Batang (Sungai) Nilam di Air Hadji. Para militeryang hebat dan perkasa itu, tertawa terbahak-bahak, sambil minum air kelapa muda, melihatkarung yang berisi tubuh Nurhayani menggelepar-gelapar dibawa arus air. Setelah pahlawan-pahlawan rezim Soeharto itu berlalu, keluarga dan sanak saudara Nurhayani, dengan raungdan tangis, mengambil mayatnya dari Sungai Nilam dan mengebumikannya sesuai denganadat istiadat Minangkabau.”

Page 38: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

38

Bagaimana dengan daerah, kota dan kabupaten-kabupaten lain seperti Agam, Limapuluhkoto,Pasaman, Kerinci, Pesisir Selatan. Dan Padang Pariaman, dll.? Di Sumatra Barat, banyak ninikmamak, para tetua dan kaum agama yang dibantai oleh militer dan milisia karena dianggapbersimpati kepada PKI disebabkan kaum agama itu umumnya adalah anggota Partai IslamPerti yang dipimpin oleh KH Sirajuddin Abbas, yang bukan saya bersimpati kepada PKInamun juga menjadi anggota “Dewan Revolusi” G30S Letkol. Untung Samsuri nomor 12 danHaji Fatah Yasin anggota “Dewan Revolusi”nomor 13. Sekarang, setelah para saksi banyakyang mati karena tua dan sakit, organisasi kaum agama merekayasa, memlintir dan memutarbalik sejarah dengan mengatakan bahwa semua kaum agama itu dibantai oleh G30S/PKI, danbukannya PKI atau yang di PKI-kan yang dibantai. Buat ninik mamak, cerdik pandai dan kaumagama yang tidak sempat dibantai oleh milisia dan militer ditahun 65/66 itu, ditangkap danditahan dalam kamp-kamp tahanan disetiap kota dan kabupaten sebagai tapol bertahun-tahunlamanya, dan banyak yang mati karena sakit dan lapar selama ditahan.

Jawa Barat

DI Jawa Barat, pembunuhan massal juga terjadi, tetapi dalam skala yang jauh lebih kecil karenamiliter di Jawa Barat cukup patuh pada perintah Presiden Soekarno untuk tidak salingmembunuh. Tapi basis-basis PKI di Subang, Indramayu, dan Cirebon tetap diluluhlantakkan,dibumi-hanguskan, dan dihancurkan. Puluhan ribu orang mati dibunuh hanya dalam tempodua bulanan.Kenapa pembunuhan di Jabar tidak “sehebat” di Jateng atau Bali misalnya? Dalam hal ini, Prof.Ben Anderson sempat berwawancara dengan Pangdam Siliwangi, Jenderal Ibrahim Ajie, danbertanya: “Kenapa tidak ada pembunuhan besar-besaran di Jawa Barat?” Jenderal Ajiemenjawab: “Sebenarnya memang ada, umpamanya di Indramayu, tetapi tidak meluas. Itusebabnya karena saya tidak ingin ada pembantaian di Jawa Barat. Karena merasabagaimanapun ini sebagian besar orang biasa, orang-orang kecil. Akan mengerikan kalaumereka itu dibunuh. Saya sudah kasih perintah kepada semua kesatuan di bawah saya, orangini ditangkap, diamankan. Tapi jangan sampai ada macem-macem.” Ternyata kewibawaan siAdjie yang terkenal jenderal kanan, yang dekat dengan Amerika, itu berlaku penuh, namunpada waktu itu dia dianggap sebagai saingannya Soeharto, lalu dibuang ke London jadi dubesdi sana. Namun, jangan dikira bahwa memang “tidak ada” pembantaian massal di Jabar padawaktu itu. Ini merupakan suatu kemustahilan. Hanya saja, kemungkinan sekali apa yangterjadi, tidak diberitakan atau tidak terungkap. Rakyat Jawa Barat tentu lebih mengetahui jelasb agaimana keadaan sebenarnya.

Pasukan RPKAD Sarwo Edhi Wibowo, setelah mengharubirukan Jakarta, setelah membunuhdan menangkapi orang-orang kiri terutama komunis, mulai bergerak masuk Jawa Tengah padabulan Oktober itu, lalu menyebar ke Jawa Timur di bulan November dan kemudian menyebarke Bali untuk melakukan pembunuhan di bulan Desember 1965.

Jawa Tengah

MENURUT yang diceritakan dalan film dokumen Shadow Play, pasukan Sarwo Edhi Wibowo,

Page 39: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

39

pertama-tama ke Jawa Tengah, membersihkan, menghilangkan para perwira dalam DivisiDiponegoro yang bersimpati kepada G30S.Prof. Ben Anderson dalam satu wawancara mengatakan, bahwa kelompok pimpinan KodamDiponegoro yang mendukung G30S, Kolonel Suherman―asisten satu, KolonelMaryono―asisten tiga, Letkol. Usman―asisten empat, dsb, untuk selama kira-kira 48 jam,menguasai hampir seluruh Jawa Tengah, kemudian mereka juga hilang. Tidak pernah di antaramereka ada yang diadili, diajukan ke pengadilan, dsb. Mereka hilang tanpa bekas, dan itu tidakpernah diisukan. Malah kalau membaca laporan dari Buku Putih apa yang terjadi di JawaTengah sama sekali tidak menjadi masalah. Jadi semua perhatian dengan sengaja dipusatkanpada apa yang terjadi di Jakarta. Dan, siapa yang tahu tentang mereka yang hilang ini? Kitaharus tanyakan kepada pemerintah Indonesia, Suherman di mana? Maryono, Usman di mana?Dan sebagainya. Banyak sekali tokoh-tokoh dari G30S hilang tanpa bekas. Yang tahubagaimana nasibnya, ya tentara sendiri.

Di Boyolali, 21 Oktober 1965, menjadi awal pembantaian massal, ribuan orang ditembaki dandigorok secara biadab. Kuburan massal hasil galian paksa para korban tercipta mendadak.Orang-orang yang menolak membunuh atau menggali kuburan, diancam akan ikut dibunuh.Tubuh-tubuh tanpa kepala bergelimpangan di desa dan kampung perkotaan sekitar Solo, Blora,dan Prambanan. Di Blora sendiri tak kurang 5.000 orang dibantai dengan sadis. SungaiBengawan Solo, Kali Wedi Klaten, dan Sungai Brantas di Jawa Timur penuh dengan mayatbertubuh tak utuh. Kali jadi merah. Orang ketakutan. Tak jelas siapa kawan, siapa lawan.

Jawa Timur

LAPORAN dari misionaris Katolik di Kediri menyebut 3 ribu orang tewas dibantai padaNovember 1965.

Jenderal Soemitro, Pangdam Brawijaya mengatakan bahwa 1 orang nyawa jenderal harus ditebus100 ribu nyawa PKI. Beginilah cara para perwira militer menghasut rakyat sipil. Ia sendiripunmengiringi pembantaian massal di berbagai wilayah di Indonesia. Dia pulalah yang memimpinpenangkapan, penggorokan, penembakan ratusan massa sekaligus dan membuang mayatmereka ke dalam lubang yang digali oleh para korban itu sendiri. Diperkirakan 250.000 korbanmati atau hilang di Jawa Timur.

Peristiwa pembantaian di Jawa Timur diungkapkan Soekarno dalam pidato di depan HMIdi Bogor 18 Desember 1965. Soekarno mengatakan pembunuhan itu dilakukan dengan sadis,orang bahkan tidak berani menguburkan korban. “Awas kalau kau berani ngrumat jenazah, engkauakan dibunuh. Jenazah itu diklelerkan saja di bawah pohon, di pinggir sungai, dilempar bagai bangkaianjing yang sudah mati

Bali

DI Bali, pembantaian massal dimulai setelah RPKAD mendarat pada awal Desember 1965.

Page 40: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

40

Mereka menggalang milisi-milisi binaan PNI yang disebut Tameng. Mereka juga datangbersama segerombolan milisi Jawa―Madura yang berasal dari Banyuwangi. Pola pembantaianpun kurang lebih sama biadab dengan di Jawa, bahkan mungkin lebih menggila karenaketegangan antara PNI dengan PKI merasuk sampai ke ranah-ranah pribadi di dalam keluarga-keluarga besar. Dengan memanfaatkan adat dan ritual, di beberapa tempat terjadi pembantaianseluruh garis keluarga dengan anggapan akan menghilangkan dendam turunan. Laki-lakiberusia 17 tahun ke atas, apalagi kalau ia pandai, tak bakal selamat.

Bali harus dibersihkan dari malapetaka, diupacarai dengan banjir darah agar Pulau Dewatasuci kembali. Mayat-mayat pun dipotong, dipisahkan tangan, kaki dan kepala dari badan dandibuang di berbagai tempat supaya unsur-unsur jahat tak bersatu. Rumah demi rumah di suatudesa dibakar, kadang-kadang dengan penghuninya secara hidup-hidup. Kuburan massal yangberisi ratusan mayat bertebaran hampir di seluruh bagian pulau cantik ini. Terkirakan sekitar80.000―100.000 jadi korban pembantaian.

Tim Pencari Fakta yang dibentuk oleh Bung Karno mencatat laporan resmi para penguasa,antara 80.000―100.000 jiwa telah menjadi korban di Jawa dan Bali. Tetapi di balik itu, parapenguasa sendiri menduga korbannya 10 kali lebih besar dari yang mereka laporkan.Pembunuhan di Bali ini diperkirakan 5% dari jumlah penduduk Bali sendiri.

Dr. Robert Cribb, dosen sejarah pada Australian National University Melbourne,mengatakan: “Kadang-kadang tentara sendiri masuk ke desa membunuh orang, tapi biasanya orangditangkap, ditahan, dan dikeluarkan di tangan milisia, di tangan organisasi-organsasi yang diadakan olehtentara untuk dibunuh. Sarwo Edhi yang memimpin RPKAD mengatakan bahwa di Jawa rakyat harusdihasut untuk membunuh orang komunis. Dari saksi, jelas, bahwa di Bali juga RPKAD punyaperanan besar menghasut rakyat”.

“Ditangkap di satu desa dan dibawa ke desa lain dan dibunuh, supaya orang yang ditangkap tidakkenal dengan si pelaku. Untuk ini perlu kordinasi. Nah, saya ingin tahu siapa kordinator ini? tanyaProf. Dr. Henk Schulte Merdbolt, sejarawan Amsterdam University, Netherland.

Dalam penyelidikan rakyat Bali sendiri, diketahui beberapa tempat yang menjadi lokasikuburan massal di Pulau Bali, seperti: di Desa Sangsit, Kabupaten Buleleng, di Desa Rendangdan Nongan Kabupaten Karangasem, di Pantai Masceti Kabupaten Gianyar, di Desa KapalKabupaten Badung. Umumnya mereka yang dibantai di Desa Kapal, adalah orang-orang yangditahan, diambil, dan dikeluarkan dari kamar tahanan dan dibunuh. Di antara mereka adalahKetut Kandel, Anom Dede, Ir. Sataya Bandem Wirka, Bandem Pageh, I Gede Puger, AnakAgung Kencana, Wayan Duma, Anak Agung Tiaga, Ida Bagus Dupem, Ida Bagus Warjana,Ketut Nadi, Harto Setiadi. Di antara mereka, ada yang ditembak, belum mati lantas dibuang kelubang dan ditimbun, bahkan ada yang tubuhnya dicincang dan dipotong-potong, leher, kakidan tangan dicerai-beraikan seperti yang mereka lakukan atas I Gede Puger, tokoh veteranpejuang Bali. Pulau Bali benar-benar bersimbah darah! Hanya dalam beberapa minggu di bulanDesember 1965, antara 80―100 ribu orang mati dalam pembantaian, merupakan 5% dari jumlahpenduduk Pulau Bali.

Page 41: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

41

Di seluruh Indonesia, dalam waktu beberapa bulan dari mulai Oktober 1965 sampai 3 bulanpertama 1966, menurut perkiraan umum ada sekitar 800 ribu sampai sejuta orang dibunuhdengan berbagai cara. Digorok, disiksa, dipenggali dan kepalanya ditancapkan di pagar rumahkorban, dibantai dan ditembaki secara massal, dibakar hidup-hidup bersama rumah dankampungnya, dibuang ke jurang, sungai dan lautan. Tanah dan harta para anggota PKI ataugolongan kiri pun dijarah dan dikuasai oleh tentara dan milisi-milisi ciptaannya macam KAMI,KAPI, KAPPI, dst. Kebencian rasial pun dikobarkan. Kantor, sekolah, rumah, tanah dan daerahpertokoan yang dimiliki kaum etnis Tionghoa, baik yang tergabung dalam Baperki atau tidak,direbut kemudian diduduki sebagai markas tentara, rumah jenderal, kantor Golkar atau markasmilisi orba, sampai sekarang. Puluhan ribu orang dipekerjakan di Pulau Buru danNusakambangan, memenuhi kebutuhan hidup mereka sebagai orang buangan, dan kebutuhanpara perampok kehidupan mereka.

Hampir di setiap kota provinsi dan kabupaten didirikan tempat-tempat tahanan orang-orang yang ditangkap dengan tuduhan “ada indikasi” terlibat langsung maupun tak langsungdengan G30S. Ratusan ribu tahanan ditempatkan di dalam kamp-kamp yang sangat tidakmemadai dan di bawah standar kemanusian. Tempat, kesehatan, makanan, dan lain-lain yangsangat minim yang semuanya itu hanya bertujuan untuk melenyapkan secara pelan danbertahap, mengikut apa yang diucapkan Soeharto: Kalau ditahan terus, siapa yang memberi makan?Karena kenyataannya, di samping para tahanan yang mati karena sakit, kurang makan dantekanan batin, dsb., banyak di antaranya yang diambil malam dari tempat tahanannya dandibunuh. Inilah praktik kekejaman kemanusiaan, kebiadaban, yang dilakukan oleh rezimorba/Soeharto.

Jumlah Korban

TEAM pencari fakta yang dibentuk oleh Bung Karno mencatat laporan resmi para penguasa,antara 80.000―100.000 jiwa telah menjadi korban di Jawa dan Bali. Tetapi di balik itu, parapenguasa sendiri menduga korbannya 10 kali lebih besar dari yang mereka laporkan.

Dr. Robert Cribb, dosen sejarah pada Universitas Nasional Australia di Melbourne,memperkirakan jumlah korban berkisar antara 78.000 hingga 2 juta jiwa.

John Hughes dalam bukunya Indonesian Upheaval (1967), memprediksikan antara 60.000 hingga400.000 orang.

Donald Hindley, dalam tulisannya, Political Power and the October Coup in Indonesia (1967),memperkirakan sekira setengah juta orang.

Prof. Guy Pauker, agen CIA yang sangat dikenal dan tidak asing lagi di Seskoad (Sekolah StafKomando Angkatan Darat), dalam tulisannya Toward New Order in Indonesia memperkirakan200.000 orang yang dibunuh.

Yahya Muhaimin dalam bukunya Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945―1966,

Page 42: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

42

memprediksikan sekira 100.000 orang.

Ulf Sundhaussen, dalam bukunya The Road to Power: Indonesian Military Politic 1945―1967(1982), khusus untuk Jawa Barat, tanpa menyebut angka, mengatakan bahwa dari seluruhanggota komunis yang dibunuh di Jawa barat, bisa jadi hampir seluruhnya dibantai di Subang.

Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, Komandan RPKAD, pembunuh berdarah dingin yangmelakukan pembersihan di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, kepada Panitia PencariFakta, mengaku telah membunuh 3 juta komunis. Sedang K.H. Abdurrahman Wahidmenyatakan bahwa “Orang Islam membantai 500.000 eks-PKI. Tentu masih ada lagi yang dibunuholeh yang tidak termasuk orang Islam” (Mingguan Editor No. 49 Th. VI, 4 September 1993).

Pramoedya Ananta Toer, sastrawan dan bekas tapol dari Pulau Buru, dalam ucapannyasebelum meninggal dunia, yang direkam dalam film dokumen Shadow Play mengatakan: Sampaisekarang tidak jelas berapa jumlahnya yang dibunuh. Soedomo [Kopkamtib] mengatakan 2 juta yangdibunuh, Sarwo Edhie [RPKAD] mengatakan 3 juta yang dibunuh. Yang jelas tidak ada yang tahusampai sekarang.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama, ketika masih menjadi senator, dalam satu tulisannyamengatakan: In 1965, under the leadership of General Soeharto, the military moved against Sukarno,and under emergency powers began a between 500.000 and one million people were slaughtered duringthe purge, with 750.000 others imprisoned or forced to exile.

Sedang Bertrand Russel, pemikir besar liberalisme, menyebut pembunuhan massal ini sebagaihal yang amat mengerikan yang mustahil bisa dilakukan oleh manusia. (Perang UratSyaraf/Kompas, 9 Februari 2001). Dalam empat bulan, manusia yang dibunuh di Indonesia, lima kalidari jumlah korban perang Vietnam selama 12 tahun. (In four months, five times as many people died inIndonesia as in Vietnam in twelve years.)

And, last but not least, “Hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Pencari Fakta, yang lebihdikenal sebagai Komisi Lima yang dipimpin oleh menteri dalam negeri saat itu, Mayjen. Dr.Soemarno, dengan anggota-anggota: Moejoko (Polri), Oei Tjoe Tat, S.H., Mayjen. Achmadi (eks.Brigade.XVII/TP), dan seorang lagi tokoh Islam, menyebut bahwa jumlah korban pembunuhanyang dilakukan atas perintah Soeharto sekitar 500.000 orang. Bahkan menurut pengakuanmendiang Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, Panglima RPKAD, kepada Permadi, S.H.,jumlah yang dibunuh mencapai sekitar 3.000.000 orang. “Itu yang ia suruh bunuh dan ia bunuhsendiri,” kata sumber itu.

Dengan begitu banyaknya jumlah manusia Indonesia yang dibantai oleh Angkatan Darat atasarahan, perintah ataupun persetujuan Soeharto waktu itu, apakah kita mesti lupakan begitusaja? Berapa puluh juta sanak saudara, 'udek-udek gantung siwur dan canggah wareng’ darikorban yang yang dibantai AD itu? Mestikah kita lupakan mereka itu begitu saja danmenganggap bahwa membicarakan nasib mereka sebagai “tidak produktif”? Akankah kita kubur

Page 43: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

43

sejarah hitam itu ke lautan dalam, sehingga generasi bangsa selanjutnya mudah ditipu dandiperbodoh dengan sejarah rekayasa dan tipuan licik?

Hersri Setiawan, seorang mantan tapol Pulau Buru dalam satu tulisannya mengatakan ”….rezim Orba memutlakkan versi sejarahnya tentang Peristiwa 65, dengan cara menggelapkandan membelokkan fakta. Generasi pasca-65 dipaksa menelan mentah-mentah tanpa tanya!”Itu sebabnya, tidak heran banyak diantara generasi muda kendatipun sudah menjadi sarjanasejarah Indonesia namun pikirannya sudah tercuci dan terkontaminasi dan tetap mengikutserta menganut sejarah rekayasa Soeharto dan kliknya yang dimutlakkan, sehingga tanpamendalami lebih jauh, menjadi sesumbar dan berteriak:

“…. Pembunuhan, penyiksaan, dan pembuangan di Pulau Buru dan Plantungan akibat kekeliruankeputusan politik pimpinan PKI yang menyebabkan jatuhnya ribuan korban”. Kami sudah kenyangdengan penderitaan akibat partai bapak saya yang tidak bertanggungjawab. Tidak heran, orang yangdemikian bisa gampang mendapat title sarjana dalam “arena pendidikan orba” sebab kalauOrba mengetahui, menurut Peraturan Mendagri Amir Mahmud No. 32/1981, jangan harapanak-anak PKI yang masih membela “partai bapaknya” akan bisa menjadi sarjana. Satu-satunya jalan untuk tidak mungkin diketahui, adalah mengutuk PKI, mengutuk partaibapaknya! Dengan kata lain, membebek dan menerima bulat-bulat apa yang dijejalkanorba/Soeharto bahwa PKI itu salah, keliru dan menjadi pemberontak dan harus dimusnahkan.Meminjam kata-kata Hersri Setiawan: “Generasi pasca-65 dipaksa menelan mentah-mentah tanpatanya!”. Tigapuluh dua tahun Soeharto ditampuk kekuasaan, bukanlah sebentar. Semuanyabisa dirobah dalam masa yang begitu lama! Bayi yang lahir putih bersih, selama 32 tahun bisamenjadi najis dan kotor dengan segala ajaran, didikan dan indoktrinasi yang salah!

Prof. John Roosa, dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal menulis: “Sekalipun aruspropaganda terus membanjir selama tiga puluh tahun lebih, tentara Soeharto tidak pernahmembuktikan bahwa PKI telah mendalangi G-30-S” (John Roosa, Dalih Pembunuhan Massal,halaman 95, alinea 2). “Pada akhirnya, satu-satunya bukti bahwa PKI memimpin G-30-Sadalah karena Angkatan Darat menyatakan demikian” (John Roosa, Dalih PembunuhanMassal, halaman 99, alinea 2).Mantan Presiden K.H.Abdurrahman Wahid yang dikenal sebagai Gus Dur pernah mengatakan:"Kalau bangsa ini ingin berhasil di masa depan, harus jujur dengan masa lampau".

Pertanyaan kita adalah: Apakah pemimpin-pemimpin Indonesia yang duduk di pemerintahansekarang ini jujur dengan masa lampau? Harus kita ingat, Peristiwa Pelanggaran HAMTerbesar 1965 tidak pernah bakal dilupakan. Sejarah 1965 tak mungkin dihapuskan!

Siapa sajapun yang menjadi Presiden RI, selama kasus tragedi 1965 tidak diselesaikan tuntassecara hukum, selama itu akan menghantui Pemerintahan Indonesia!

Para pembaca yang budiman, untuk mendapatkan data yang lebih jelas, silahkanlah andamendapatkan dan membaca buku/tulisan dan riset dari tokoh-tokoh sejarah seperti Dr. Asvi,Prof. Anderson, Drs. Harsutejo, Prof. Wertheim, Prof. John Roosa dan banyak lainnya lagi. Jugasemua tulisan dan risalah yang telah diterbitkan dan dikirimkan melalui internet olehExLibris1965, disamping juga membaca buku Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia

Page 44: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

44

(MASHI) terbitan Ultimus Bandung, 2010, dengan kata pengantar dari Prof. Jakob Sumardjo,Bandung. Dari buku ini, yang juga telah disebarkan melalui e-mail oleh ExLibris, pembaca, disamping bisa melihat dan mengulang serta mengingat kembali Peristiwa 1965 yang mengerikandan menelan jutaan korban, anda juga akan menemukan lebih kurang 1500 nama-nama korbanpembunuhan yang dilakukan oleh aparat orba di kota-kota di propinsi Jateng, Jatim, Bali,Sumbar, Riau dll. periode 1965/1966, termasuk sebagian nama-nama mereka yang diambilmalam hari dari Kamp Tahanan diberbagai daerah, yang tercantum sebagai lampiran bukutersebut, karena manatahu ada kenalan atau teman anda yang hilang semasa menjadi tapolorba, namanya mungkin tercantum dalam buku itu.

Para pembaca yang budiman, kita telah melihat banyak sedikitnya tentang korbanpembunuhan massal 1965 dan tentang “hubungan” Jenderal Soeharto dengan G30S. Bagaimanapula dengan hubungan personil para tokoh-tokoh G30S itu sendiri dengan Soeharto,bagaimana kedekatannya dan dimana dan bagaimana kedudukan Soeharto diantara merekasatu sama lain?. Marilah kita telusuri sedikit riwayat para pentolan G30S itu.

Karena ruangan ini tidak memungkinkan kita buat menceritakan kembali satu persatu secaramenyeluruh maka kita ambil saja point penting yang dirasa perlu, yang kita peroleh dari hasilriset dan tulisan Drs. Harsutejo.

Letkol. Untung Samsuri

Yang saat itu adalah Komandan Yon I Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa, adalahlulusan Akmil yang terbaik, bersama Benny Murdani bertugas dalam perebutan Irian Barat danmerupakan salah satu anak buah Soeharto yang dipercaya. Kendatipun tidak sekelas denganSoeharto, Untung juga tergabung dalam “Kelompok Pathuk” dan bertemu kembali denganSoeharto tahun 1962. Untung menikah tahun 1964 dengan gadis hasil carian Ibu Tien Soeharto,di mana pernikahannya dihadiri oleh Soeharto dan istrinya di Kebumen. Dengan demikian,Untung adalah merupakan anak mantu angkat Soeharto. Letkol. Untung pernah dikirim belajarke AS. Menurut catatan CIA tertanggal 1 Oktober 1965 dalam “CIA, 2001:300, memorandumuntuk Presiden Johnson” bahwa Untung memiliki “military police background and was trained inthe United States.”

Sebelum pelaksanaan G30S, Untung menemui Soeharto dan menyampaikan rencananya untukmenangkap dan membawa para jenderal yang diduga akan melakukan kup kehadapan BungKarno. Dengan antusias, Soeharto menjawab: “Bagus kalau kamu punya rencana begitu. Sikatsaja, jangan ragu-ragu. Kalau perlu bantuan pasukan akan saya bantu. Dalam waktusecepatnya akan saya datangkan pasukan dari Jawa Timur dan Jawa Tengah”

Untuk merealisasinya, Soeharto memanggil Batalyon dari Jateng dan Timur dengan telegramNo. T.220/9 (15 September 1965) dan mengulanginya dengan radiogram No. T.239/9 tanggal 21

Page 45: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

45

September 1965 kepada Yon 530 Brawijaya Jawa Timur dan Yon 454 Banteng RaiderDiponegoro Jawa Tengah untuk datang ke Jakarta dengan kelengkapan tempur penuh. KetikaBatalyon itu sampai di Jakarta, di terima dan diinspeksi oleh Soeharto selaku Pangkostrad.Tanggal 30 September 1965 jam 17.00 Yon 454 diperintahkan ke Lubang Buaya untukbergabung dengan pasukan lainnya guna melakukan gerakan pada malam harinya. (Kita dapatlihat betapa dekatnya hubungan Soeharto dengan Untung dan betapa gairah dan antusiasSoeharto akan segala rencana Letkol Untung Samsuri-pen)

Pada 1 Oktober 1965, Untung tampil sebagai pemimpin Gerakan 30 September yang menculikpara jenderal AD, yang ternyata kemudian dibunuh. Pembunuhan para jenderal ini, dianggapmenyimpang dari rencana mereka semula, yang hanya akan menangkap dan menghadapkanpara jenderal kepada Presiden. Setelah G30S meletus dan gagal dalam operasinya, Untungmelarikan diri dan menghilang beberapa bulan lamanya sebelum kemudian ia tertangkap, danditahan. Setelah melalui sidang kilat Mahkamah Militer Luarbiasa (mahmilub) , Untung pundieksekusi di Cimahi, Jawa Barat pada tahun 1969.

Kolonel A. Latief

Menurut riset dan tulisan Harsutejo dalam “Sekitar G30S”, pada awal tahun-tahunkemerdekaan, A. Latief, yang pada waktu itu berpangkat Kapten, pernah menjadi KomandanKompi dari Kesatuan dibawah pimpinan Letkol. Soeharto di Yogyakarta. Dalam SeranganUmum 1 Maret di Yogya, Pasukan Kapten Latief yang masuk ke Yogya dari Godean.

Belakangan, Latief menjadi Komandan Brigade Infanteri I Kodam Jaya, suatu kedudukan yangstrategis. Sebagai Komandan Kostrad pun Soeharto mendekati Kolonel Latief antara laindengan mendatangi rumahnya ketika Latief mengkhitankan anaknya. Latief sendirimenyatakan karier kemiliterannya nyaris selalu mengikuti jejak Soeharto. Pada gilirannyamembuat hubungan Latief dan Soeharto bukan lagi sekedar bawahan dan atasan, melainkansudah sebagai dua sahabat. Soeharto tahu Latief tak akan melakukan sesuatu yang dapatmerugikan dirinya. Sudah sejak setelah agresi kedua, Latief merasa selalu mendapatkankepercayaan dari Soeharto sebagai komandannya yakni memimpin pasukan pada saat yangsulit. Ketika Trikora pun ia masih dicari bekas komandannya itu, tetapi Latief sedangmengikuti Seskoad. Pada bulan Juni 1965 Mayjen Soeharto meminta agar Latief dapatmemimpin suatu pasukan di Kalimantan Timur, akan tetapi Umar Wirahadikusuma menolakmelepasnya karena tenaganya diperlukan untuk tugas keamanan di Kodam V Jaya.

Di luar dinas Latief mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup akrab dengan Soehartodan sering berkunjung ke rumahnya. Ketika Sigit, anak Soeharto dikhitan, isteri Latief datang.Sebaliknya ketika Latief mengkhitankan anaknya maka Soeharto dan Ibu Tien juga datang kerumahnya. Bahkan pada 28 September 1965 ketika Latief berkunjung ke rumah Soeharto di JlHA Salim, ia membicarakan soal tukar-menukar rumah dinas. Latief menawarkan rumah dinasbaginya di Jl Jambu bekas kedutaan Inggris yang lebih besar untuk ditukar dengan kediamanSoeharto yang lebih kecil yang sedang ditempatinya.

3 minggu sebelum meletusnya G30S, Letkol. Untung dan Kol. Latief masing masing sebagai

Page 46: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

46

Komandan Batalion 1 Cakrabirawa dan Komandan Brigade Infantri 1 Kodam V Jaya , sudahmerundingkan dengan Soeharto langkah-langkah yang perlu diambil, sebab Untung danLatief kedua-duanya bekas anak buah Soeharto, dan persahabatan mereka terusberkelanjutan (http://www.geocities.com/arsip_nasional/politik/politik12.htm)

“Seperti biasanya, pada tanggal 28 September 1965 sekitar pukul 20,00 (malam hari) saya dan istriberkunjung ke rumah Jenderal Soeharto/Pangkostrad di Jl Agus Salim Jakarta, di saat itu sewaktu berduadengan saya, Jenderal Soeharto menegaskan pada diri saya bahwa Jenderal Soeharto MENGHENDAKI(kata yang ditekankan kepada diri saya) Presiden SOEKARNO DIGANTI, karena selalu membikin ribut.Saya jawab: 'Tidak mungkin, karena BUNG KARNO didukung rakyat!'; (Catatan: Sayang sekaliKolonel Latief tidak menaruh perhatian akan ucapan yang merupakan iktikad Soeharto yang“menghendaki” Presiden Soekarno diganti ini, sehingga Latief sebagai prajurit, sebagaibawahan, tetap melanjutkan gerakan yang sudah mereka rencanakan.―Pen.).

“Pada tanggal 29 September 1965, antara pukul 09.00 - 10.00 (siang hari) saya menemui JenderalSoeharto yang di saat itu sedang menunggu putranya yang tersiram sup panas yang sedang dirawat diRSPAD Gatot Soebroto.

Pada tanggal 30 September, jam 11.00 malam hari, Kolonel Latief atas persetujuan Untung danSupardjo, mengunjungi Jenderal Soeharto di RSPAD Gatot Subroto untuk melaporkan situasi“gerakan” yang bakal dimulai empat jam lagi.

Kolonel Latief ditangkap sepuluh hari setelah kegagalan gerakan, tetapi ia diadili 13 tahunkemudian pada 1978. Sedang vonisnya baru mendapatkan kepastian hukum pada tahun 1982.Latief merupakan saksi kunci yang dapat menggoyahkan kedudukan Jenderal Soeharto.

Seperti yang tercantum dalam pembelaannya di depan Mahmilub pada 27 Juni 1978. LetkolLatief tetap menuduh Jenderal Soeharto sebagai ikut terlibat dalam G30S. Namun, sampai mautmenjemputnya pada 6 April 2005 di rumahnya di Tangerang, tidak menjelaskan secaraterperinci, sampai berapa jauh keterlibatan Jenderal Soeharto dalam G30S. (Kita lihat diatas,betapa eratnya hubungan antara Latief dan Soeharto, bukan lagi sekedar bawahan dan atasan,melainkan sudah sebagai dua sahabat).

Brigjen Supardjo

Ia berasal dari Divisi Siliwangi, pasukan Supardjo-lah yang telah berhasil menangkap gembongDI, Kartosuwiryo, dan mengakhiri pemberontakan DI di Jawa Barat. Kemudian ia ditugaskanke Kostrad, lalu menjabat sebagai Panglima Kopur II Kostrad di bawah Jenderal Soeharto.Tokoh ini juga cukup dekat dengan Soeharto. Hampir dapat dipastikan bahwa tokoh ini pun,seperti kedua tokoh sebelumnya, yakni Letkol. Untung dan Kolonel Latief, seseorang yangmemiliki kesetiaan tinggi kepada Presiden Soekarno.

Supardjo merupakan anggota kelompok yang biasa disebut kelompok Kolonel Suwarto(Seskoad Bandung), yang di dalamnya terdapat Alamsyah, Amir Makhmud, Basuki Rakhmad,Andi Yusuf, Yan Walandow.

Page 47: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

47

Ia mempunyai hubungan lama dengan CIA dan menjadi petugas Soeharto dalam mencari danadari luar negeri. Ia pun anggota trio Soeharto―Syam―Latief, cs. [Untung, Supardjo], begitu tulisA.M. Hanafi. Brigjen. Supardjo pernah mendapatkan pendidikan militer di Amerika yaknidi Fort Bragg dan Okinawa. Tentulah pemilihannya selain berdasar kriteria di dalam negeriyakni pihak AD, juga telah melalui seleksi ketat baku yang dikendalikan oleh CIA. Sampai dimana tangan dinas rahasia CIA bermain dalam hubungan ini?

Setelah kegagalan G30S, ketika ditahan di RTM Budi Utomo, Jakarta, dalam keadaan diisolasiSupardjo mendapat simpati banyak orang, dari petugas maupun tahanan lain.

Di depan mahmilub, jenderal ini telah menantang agar bukan cuma G30S yang diadili,tetapi juga Dewan Jenderal (DJ). Untuk itu ia siap membuktikan keberadaan DJ, kegiatanmereka masa prolog yang menjurus pada Peristiwa G30S dan masa yang sama serta bahan-bahan setelah kejadian. Tentu saja permintaan semacam itu hanya menjadi suara di padangpasir tanpa gaung dalam situasi pengadilan penuh rekayasa serta tekanan politik danpenindasan fisik masif rezim orba. Sedang permintaan sederhana yang amat wajar dariSudisman di mahmilub untuk menghadirkan Supardjo sebagai saksi tidak dipenuhi.

Salah seorang putra Jenderal Supardjo mengisahkan detik-detik terakhir sebelum diadieksekusi pada 16 Mei 1970. Ketika bertemu keluarganya, dia meminta mereka menggenggamdan menghancurkan sebuah apel, lalu dia memberikan ke masing-masing anaknya apel yangtelah digigitnya untuk dihancurkan. “Kalau kalian terdiri dari kepingan-kepingan kecil, akangampang dihancurkan. Tapi jika kamu bersatu, mungkin akan hancur, tapi diperlukankekuatan besar....” Pada saat terakhir, “Saya lihat ayah berjalan menuju tempat eksekusi. Diamengenakan baju olahraga putih yang menurut dia bisa sekaligus untuk kafan. Ayah tenangberjalan menuju lapangan sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.” Demikian yang ditulisTempo, 9 Oktober 2005.

Syam Kamaruzzaman

Bahan atau data-data tentang tokoh sipil yang menjadi “gembong “ G30S yaitu SyamKamaruzzaman, sangat banyak dan bisa kita peroleh dari tulisan-tulisan para ahli riset dansejarah seperti Ben Anderson, Dr. Asvi Warman Adam, Harsutedjo, dan Prof. John Roosa sertapara ahli lainnya. Namun, untuk sekedar pengetahuan kita bersama, marilah sedikit kita kutiptulisan Harsutedjo tentang Syam ini.

“Nama asli Syam ialah Syamsul Qomar bin Mubaidah, dalam dokumen 1960-an disebutKamarusaman bin Ahmad Mubaidah. Nama samarannya Sjamsuddin, Djiman, Karman, AliMuchtar, Ali Sastra. Ia diduga membujang sampai umur 40 tahunan, juga tidak diketahuibagaimana keluarganya.

Menurut Letkol. Ali Said, S.H (Oditur Mahmilub waktu itu), Syam bukan tokoh PKI sepele, iadapat disejajarkan dengan D.N. Aidit. Ia sebagai jenderal intel PKI yang menjadi anggota PKIsejak 1949.

Page 48: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

48

Syam bertindak sebagai intel di Resimen 22 Brigade 10, Divisi Diponegoro dengan pangkatletnan satu, eks Laskar Gabungan Yogya yang sebelumnya berada dalam satu KelompokPathuk bersama Letkol. Soeharto. Komandan resimennya ketika itu Mayor Haryosudirjo.Berdasar pengakuan Syam yang diceritakan kepada Latief, ia berada dalam pasukan Soehartoketika SU 1 Maret 1949. Sekitar 1947, Syam mulai berkenalan dengan D.N. Aidit yangmengajaknya untuk aktif di Pemuda Tani, afiliasi BTI. Sebagai intel pada Batalyon 10 Yogya,Lettu. Syam di bawah Letkol. Soeharto. Sejak itu Syam berhubungan dekat dengan Aiditmaupun Soeharto. Hubungan persahabatannya dengan Soeharto berjalan selama 20 tahun.(Ada informasi yang mengatakan bahwa pada waktu itu Aidit juga merupakan anggotapemuda Kelompok Pathuk bersama Syam dan Soeharto-pen).

Pada tahun 1949, Syam pindah ke Jakarta dan pada 1950 ia membantu pembebasan Aidit yangbaru datang dari Vietnam [menurut mitos] yang ditahan di Tanjungpriok karena tidak punyatiket.

Pada tahun 1950―57, ia di SOBSI Jakarta, lalu sebagai sekretaris. Pada 1957 ia diangkat sebagaipembantu pribadi Aidit, Ketua PKI.

Peter Dale Scott menyebut Syam sebagai seorang kader PSI, pada tahun 1950-an ini juga iasering datang dan menginap di rumah Soeharto di Yogya. Menurut Subandrio, yang jugaKetua Badan Pusat Intelijen (BPI), pada 1958, Syam perwira intelijen AD serta mitra lokalCIA. Dengan demikian Syam mempunyai hubungan tertentu dengan CIA, baik secaralangsung atau pun tidak.

Ketika Kolonel Soeharto memasuki Seskoad di Bandung, Syam ikut serta dalam kursus militeritu, demikian menurut penyelidikan Poulgrain. Hubungan mereka begitu menjelimet,terbungkus dengan segala kerahasiaan. Kolonel Suwarto dididik di Amerika, ia sahabat GuyPauker, orang penting CIA dalam hubungan dengan Indonesia, pernah mengajar di Barkeley,konsultan RAND Corporation yang menitikberatkan kontak-kontaknya dengan kalanganmiliter AD Indonesia. Suwarto pernah diundang Pauker meninjau perusahaan tersebut pada1962. Pauker mendapat tugas melakukan sapu bersih terhadap PKI. Antara lain lewat Suwarto-lah CIA melakukan operasinya misalnya dengan apa yang disebut civic mission AD, yangsebenarnya merupakan civic action CIA dalam melakukan kontak-kontak dengan kelompok antikomunis di kalangan AD. Rupanya lewat jalur inilah Soeharto pertama kali berhubungandengan CIA.

Berdasar pemeriksaan dokumen-dokumen yang ada di AS, Belanda, dan Indonesia, dalammajalah resmi PSI, nama Syam tercantum sebagai Ketua PSI Ranting Rangkasbitung, Banten.Dalam arsip Belanda, Syam tercatat sebagai intel Recomba Jawa Barat. Recomba merupakanpemerintah federal boneka Belanda, bisa saja Syam menyelundup menjadi spion untukmengorek rahasia Belanda, akan tetapi hal ini aneh. Dalam berbagai koran 1950-an, ia disebutsebagai informan dari Komando Militer Kota (KMK) Jakarta. Sejumlah narasumber perwirayang menjadi tapol di Salemba menyebutkan Syam pada tahun 1951 tercatat sebagai kader PSIyang mendapatkan pelatihan partai itu di antara 29 kader yang lain.

PADA 1960-an dengan bentuk lebih jelas pada 1964, Syam diangkat menjadi ketua Biro Chusus(BC), suatu jaringan intelijen PKI yang hanya mempunyai hubungan langsung dengan Aidit

Page 49: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

49

selaku ketua Politbiro CC PKI. Tugas Syam, pertama mengumpulkan info untuk diolah dandiserahkan kepada Aidit. Kedua, membangun sel-sel PKI di tubuh ABRI dan membinanya.Tugas Syam yang lain mengadakan evaluasi dan melaksanakan tugas-tugas yang tak mungkindilakukan alat-alat formal PKI. BC mempunyai aparatnya sendiri yang tidak diketahui olehpimpinan formal PKI. Ia memberikan laporan, mengolah informasi dan menyampaikannyakepada Aidit secara langsung. Oleh Aidit, bahan-bahan dan keputusan disodorkan padaPolitbiro untuk disetujui dan dilaksanakan.

Menurut seseorang yang mengaku sebagai mantan agen CIA, Soeharto mendapat perhatiancukup dari BC PKI dan dibina melalui Syam, Untung, dan Latief. Dalam hal ini Soehartomendapat kategori sebagai ‘orang yang dapat dimanfaatkan’. Hal ini cocok dengan keteranganUntung dan Latief bahwa Soeharto akan membantu gerakan mereka, dan dibuktikan dengandidatangkannya Yon 530 dan Yon 454 dalam keadaan siap tempur. Sedang yang lainmenamainya sebagai trio sel PKI.

Pada tahun 1967, majalah Ragi Buana menamai Syam sebagai ‘double agent’, ia menjadi informanKodam Jaya sejak 1955 sampai kudeta 1965. Untuk memperdalam ilmunya pada 1962 ia dikirimke RRT, Korea Utara, dan Vietnam, termasuk memperdalam bidang intelijen terutamamenyangkut strategi mempersiapkan dan menggerakkan pemberontakan bersenjata. MenurutDr. Asvi Warman Adam (Kompas, Senin, 30 September 2002), “Sjam sendiri masih misterius,apakah dia double agent (AD dan Biro Chusus PKI) bahkan triple agent (AD, Biro Chusus PKI,dan CIA)?”

Sebagai Ketua BC PKI, Syam lapor langsung kepada Aidit. Karena Aidit satu-satunyapimpinan PKI yang membentuk BC serta mengetahui personilnya, maka BC ini merupakanpartai dalam partai dengan Syam sebagai orang tertingginya. Seperti disebutkan olehSudisman, BC dibentuk tanpa persetujuan CC PKI, dalam hal ini Aidit telah melanggarkonstitusi partai. Dengan demikian BC bukan aparat partai, tetapi aparat Aidit. Di pihak lainyang mengontrol seluruh struktur aparat dan sepak terjang BC bukan Aidit, tetapi Syam.Jika Syam seorang agen ganda, maka praktis seluruh struktur BC merupakan alat dalamkendali musuh PKI. Nama Syam juga berada dalam daftar gaji Kodam Jaya. Di Kodam Jaya,Syam berhubungan dengan Latief, di samping hubungannya dengan Kostrad.

Setelah G30S gagal, semua pimpinannya, Untung, Latief, Supardjo dll. ditangkap. Syamditangkap pada 8 Maret 1967 di Cimahi dan ditahan di RTM Budi Utomo Jakarta pada 27 Mei1967. Namun, berbeda dengan tahanan lainnya, Syam mendapat perlakuan “super istimewa”selama dalam tahanan. Oei Tjoe Tat, S.H., mantan menteri negara yang juga pernah ditahan diRTM, menggambarkan Syam sebagai orang yang tidak tahu diri. Kalau ia keluar untukdiperiksa, orang lain menjadi tidak tenteram karena ulahnya. Ia orang misterius yang dijauhioleh para tahanan yang lain. Dengan telah ditembakmatinya Aidit tanpa diajukan kepengadilan maka Syam mempunyai kesempatan untuk memonopoli seluruh keterangantentang G30S dalam hubungannya dengan PKI. Hanya Syam sebagai Ketua BC PKI dan Aiditsebagai Ketua Politbiro PKI yang mengetahui seluk beluk biro tersebut dalam hubungandengan peristiwa G30S serta hubungannya dengan sejumlah perwira militer.

Syam dijatuhi hukuman mati oleh mahmilub pada 9 Maret 1968. Namun, berdasarkan catatan,Syam diambil dari Cipinang pada 27 September 1986 jam 21.00 oleh petugas Litkrim Pomdam

Page 50: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

50

Jaya atas nama Edy B. Sutomo (NRP.27410), lalu dibawa ke RTM Cimanggis. Tiga harikemudian tengah malam bersama dua kawannya ia dibawa dari Cimanggis dan pada jam 01.00sampai ke Tanjungpriok. Mereka diangkut dengan kapal laut militer ke sebuah pulau diKepulauan Seribu dan dieksekusi pada jam 03.00. Tak ada keterangan mengapa pelaksanaaneksekusi terhadap Syam―dan sejumlah tokoh yang lain―terus diulur-ulur hingga 14 tahundihitung dari sejak masuk Cipinang, bahkan 18 tahun bila dihitung sejak vonis mahmilub”.

Jalannya peristiwa menunjukkan peran agen Syam menjadi salah satu kunci pentingkeberhasilan operasi yang sedang dilancarkan oleh sahabat lamanya, Jenderal Soeharto.Mungkinkah orang yang agaknya tahu betul akan “isi perut” Soeharto dalam hubungandengan G30S dibiarkan hidup bebas?

Kita telah melihat dan mengetahui sedikit banyaknya profil orang-orang yang pegang peranandalam Gerakan 30 September 1965, seperti Letkol. Untung, Kol.A.Latief, Brigjen. Supardjo, dantokoh misterius Syam Kamaruzzaman yang merupakan gembong G30S. Kita juga bisa melihathubungan antara mereka dengan Panglima Kostrad Jenderal Soeharto, sehingga dengandemikian kita juga bisa melihat bagaimana “hubungan” antara Jenderal Soeharto denganGerakan 30 September 1965. Sehingga dengan demikian terjawablah kecurigaan Ratna SariDewi Soekarno, istri ketiga Bung Karno yang berasal dari Jepang, yang mengatakan “SepertinyaSoeharto sudah tahu semua, seakan telah direncanakan….Bagaimana dia bisa memecahkan masalah yangterjadi pada malam 30 September dan segera bertindak. Begitu cepat. Kalau belum tahu rencana G30S, iatak mungkin bisa melakukannya”

Begitu juga Mike Head, wartawan Sydney Morning Herald 19 July 1999 yang mengatakan: “Thespeed with which Soeharto moved on October 1 support the conclusion that, acting in concert with theUS agencies, he engineered the whole operation to eliminate his rivals and provide a pretext for movingagainst Soekarno and the PKI”.

Jadi benar sekali kalau Hasan Raid dengan nama samaran Sulangkang Suwalu pada 8 Agustus1998 menulis dan menyebarkan suatu tulisan dalam berbagai milis, yaitu artikel :G30S/SOEHARTO, BUKAN G3OS/PKI (lihat juga [email protected];http://umarsaid.free.fr/ dan GELORA45). Apalagi, sampai matinya tokoh G30S, Kol. A. Latief,tetap mengatakan “Jenderal Soeharto Terlibat G30S!”

Jenderal Soeharto

Membicarakan soal G30S, dan menyoroti tokoh-tokohnya seperti Untung, Latief, Supardjo danSyam Kamaruzzaman, rasanya kurang lengkap kalau kita tidak menyorot pula “tokoh palingpenting” dalam masalah G30S dan Peristiwa 1965, yang telah merobah jalannya RevolusiIndonesia, yaitu Jenderal Soeharto.

Menurut satu tulisan Drs. Harsono Sutedjo (Harsutejo), orang tua dan keluarga Soehartomerupakan misteri. Dalam “otobiografi”-nya, yang ditulis oleh orang yang paling bertanggungjawab atas pembentukan citra publiknya, G. Dwipayana, Soeharto mengklaim bahwa iadilahirkan di kalangan petani miskin di Desa Kemusuk di dekat Yogyakarta.

Page 51: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

51

Sebuah majalah yang dimiliki oleh bos intelijen militer yang dipercayanya mengklaim padatahun 1974, bahwa ayahnya seorang ningrat. Dalam sebuah jawaban yang mungkin disiapkanlebih dulu, Soeharto mengundang wartawan ke ruang kerjanya di istana kepresidenan untukmenjelaskan garis keturunannya dan mengajukan saksi-saksi yang dapat menguatkan bahwa iasungguh-sungguh orang yang baik, jujur, dan dapat dipercaya. Sekalipun ia menyanggah, garisketurunannya tetap diragukan. Di kalangan orang Indonesia tersebar luas cerita bahwa ia anaktidak sah dari seorang pedagang Tionghoa.

Soeharto memulai karir militernya sebagai kopral KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger)alias tentara penjajah Belanda pada tahun 1940-an di Batalyon XIII di Rampal Malang. Karena“prestasinya” ia segera naik pangkat menjadi Sersan. Pada masa pendudukan Jepang, ketika iamenjadi anggota milisi Peta. Seperti anggota milisi lain, ia bergabung dengan tentara nasionalIndonesia yang baru dibentuk begitu militer Jepang menyerah pada Agustus 1945.

SETELAH kemerdekaan tercapai dalam tahun 1949, Soeharto menanjak pangkatnya menjadikolonel, kemudian brigadir jenderal, mayor jenderal, dan sampai menjadi Jenderal Besar (entahsiapa yang menaikkan pangkatnya jadi Jenderal Besar!).

Ketika berada di Yogyakarta tahun 1946, dia ikut dalam percobaan kudeta 3 Juli bersamaatasannya Mayjen Soedarsono, Komandan Divisi III APRI. Tetapi percobaan kudeta ini ternyatagagal. Para pelakunya ditangkap dan ditahan. Persis pada saat itu Soeharto berbalik arah. Iayang semula berkomplot dengan peserta kudeta, berbalik menangkapi komplotan kudeta. Iaberdalih, keberadaannya sebagai anggota komplotan merupakan upaya Soehartomengamankan komplotan dengan kata lain Soeharto berhasil menyelesaikan “tokoh kudetadan atasannya Mayjen Soedarsono. Itulah karakter Soeharto dan ia bangga dengan hal itu.Soeharto tidak merasa malu berbalik arah dari penjahat menjadi penyelamat. Nampak, padaawal Indonesia merdeka itu, Soeharto sudah menerapkan politik “bermuka dua”.

Dalam Peristiwa Madiun, ada informasi yang mengatakan bahwa Soeharto, Gatot Subroto danKartosuwiryo (yang kemudian jadi panglima DI/TII) adalah adalah para penjagal, pembunuhorang Komunis dalam Peristiwa Madiun dibawah arahan Kolonel A.H. Nasution dan PerdanaMenteri Drs. Mohamad Hatta yang menjalankan garis AS yaitu menerapkan politikpembersihan kaum kiri (Red Drive Proposal) di Indonesia sebagai bagian makro politiknya untukmembendung komunisme.

Namun, Soeharto terlalu licik, kendatipun ia sebagai penjagal, dia bisa “mencuci tangan”dengan mengatakan suatu kebenaran bahwa memang tidak ada bendera palu arit di Madiunketika itu, sehingga orang-orang yang pro komunis kemudian hari menganggap bahwaSoeharto adalah orang baik yang bisa diandalkan.

Pada akhir 1956 ketika rencana pengangkatan Kolonel Bambang Supeno sebagai PangdamDiponegoro bocor, terjadi rapat gelap di Kopeng dihadiri sejumlah perwira yang dikoordiniroleh Letkol Soeharto melalui anak buahnya Mayor Yoga Sugamo sebagai Asisten I Divisi diSemarang, Soeharto sendiri tidak hadir. Dari puluhan perwira yang hadir hanya Kolonel drSuhardi yang menandatangani setuju pencalonan Letkol Soeharto dan menolak pencalonanKolonel Bambang Supeno sebagai Pangdam. Soeharto yang ingin merebut kedudukan iniberpacu dengan waktu karena pencalonan Bambang Supeno tinggal menunggu tanda tangan

Page 52: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

52

Presiden. Akhirnya komplotan tersebut berhasil.

Seandainya tidak, maka rapat gelap itu akan diusut, dan yang paling terbukti adalah Kolonel drSuhardi, sedang Soeharto tidak terbukti tersangkut karena Soeharto menjadi ‘Mr Alibi’.Masalah tersebut dicatat juga oleh Ali Murtopo yang ketika itu Kapten dan Komandan Raidersyang diminta Yoga Sugama untuk melakukan operasi intelijen soal pencalonan Soeharto (YogaSugama 1990:20-30). Selanjutnya Yoga Sugama mencatat bahwa rapat di Kopeng itu dihadirioleh Sudarmo Djojowiguno, Suryo Sumpeno, Surono, Pranoto, Suwito Haryoko (Asisten II),Suwarno (Asisten IV), dan Munadi (AsistenV). Ia dan Mayor Suryo Sumpeno berangkat keJakarta menemui Kolonel Zulkifli Lubis di MBAD untuk menggagalkan pencalonan BambangSupeno dan menggantinya dengan Soeharto. Usaha mereka berhasil (Yoga Sugama 1990:80-82).

Inilah trio pertama Soeharto-Ali Murtopo-Yoga Sugama. Trio ini pula kelak melakukanusaha-usaha menikam politik konfrontasi Presiden Sukarno dengan penyelundupan keMalaysia dan Singapura serta kontak-kontak politik gelap dengan pihak Malaysiamelibatkan tenaga militer, politisi sipil anti komunis, pengusaha. Kontak-kontak trio ini dilapangan melibatkan Ali Murtopo, Benny Murdani, AR Ramly, selanjutnya di Malaysiadengan Des Alwi, Prof Sumitro (Yoga Sugama 1990:139; Hanafi 1998:206).

Trio ini pula kemudian menangani peristiwa G30S. Pagi-pagi pada 1 Oktober 1965 sebelumorang lain mengetahui keadaan yang sebenarnya, Kolonel Yoga menyatakan, “… Ini mestiperbuatan PKI … ”. Selanjutnya, “Siapkan semua penjagaan, senjata, bongkar gudang. Ini PKIberontak”. Selanjutnya Letkol Ali Murtopo mencatat, “…berdasar penjelasan Pak Yoga kepada PakHarto, maka kita bertiga kumpul lagi di ruang Pak Harto. Disini kita tentukan lagi nasib bangsaselanjutnya” (Yoga Sugama 1990:37,148). Yang dimaksud Ali Murtopo dengan kata ‘lagi’ dalam“Di sini kita tentukan lagi nasib bangsa selanjutnya”, bahwa komplotan semacam itu telah pernahmereka lakukan sebelumnya ketika merancang operasi intelijen perebutan jabatan PanglimaDiponegoro untuk Soeharto seperti tersebut di atas. (Harsutejo).

Waktu Kolonel Soeharto menjabat sebagai Panglima Diponegoro, dia dikenal sebagai sponsorpenyelundupan dan berbagai tindak pelanggaran ekonomi lain dengan dalih untukkesejahteraan anak buahnya. Soeharto membentuk geng dengan sejumlah pengusaha sepertiLim Siu Liong, Bob Hasan, dan Tek Kiong, konon masih saudara tirinya. Dalam hubungan iniKolonel Soeharto dibantu oleh Letkol Munadi, Mayor Yoga Sugama, dan Mayor SujonoHumardani. Komplotan bisnis ini telah bertindak jauh antara lain dengan menjual 200 truk ADselundupan kepada Tek Kiong.

Persoalannya dilaporkan kepada Letkol Pranoto Reksosamudro yang ketika itu menjabatsebagai Kepala Staf Diponegoro, bawahan Soeharto. Maka MBAD membentuk suatu teampemeriksa yang diketuai Mayjen Suprapto dengan anggota S Parman, MT Haryono, danSutoyo. Langkah ini diikuti oleh surat perintah Jenderal Nasution kepada Jaksa Agung Sutarjodalam rangka pemberantasan korupsi untuk menjemput Kolonel Soeharto agar dibawa keJakarta pada 1959. Ia akhirnya dicopot sebagai Panglima Diponegoro dan digantikan olehPranoto, namun tidak diajukan ke depan pengadilan, namun disekolahkan di SESKOADBandung.

Dengan pemecatan dirinya sebagai Panglima Divisi Diponegoro tersebut, Kolonel Soeharto

Page 53: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

53

sangat marah dan dendam, bersumpah untuk membuat perhitungan dan akan menghabisi,mereka-mereka yang membuat dirinya celaka. Mereka itu tidak lain adalah para perwiraanggota Team Pengusut MBAD, yang terdiri dari Mayjen Suprapto, Deputi Pangad sebagaiketua, dengan aggota-anggota Team Mayjen S. Parman, Mayjen Haryono M.T., BrigjenSoetoyo dan Brigjen Panjaitan. Serta penanda tangan Surat Keputusan Pemecatan PanglimaDivisi Diponegoro yang tidak lain adalah Panglima Tertinggi/Presiden Soekarno.

Di Bandung Kolonel Soeharto bertemu dengan Kolonel Suwarto, Wadan Seskoad, hal ini sangatberpengaruh terhadap perjalanan hidup Soeharto selanjutnya. Sekolah Komando AngkatanDarat (Seskoad) di Bandung yang telah berdiri sejak 1951 ini merupakan sebuah think tank AD,pendidikan militer Indonesia tertua, terbesar dan paling berpengaruh. Seskoad telah menjaditempat penggodogan perkembangan doktrin militer di Indonesia. Sampai 1989 telahmeluluskan 3500 perwira. Para alumninya menjadi tokoh terkemuka dalam pemerintahan.Hampir 100 orang menjadi sekretaris jenderal, gubernur, pimpinan lembaga-lembaga nasionalatau badan-badan non departemental. Presiden, Wakil Presiden, dan lebih 30 menterimerupakan alumni Seskoad.

Suwarto sendiri pernah menempuh pendidikan Infantry Advance Course di Fort Benning pada1954 dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, AS pada 1958. Iabersahabat dengan Prof Guy Pauker, konsultan RAND (Research and DevelopmentCorporation) yang dikunjunginya pada 1963 dan 1966. Suwartolah yang menjadikan Seskoadsebagai think tank politik MBAD, mengarahkan para perwira AD menjadi pemimpin politikpotensial (Sundhaussen 1988:245/Harsutejo).

Soeharto, murid baru yang masuk pada Oktober 1959 ini telah mendapatkan perhatian besardari sang guru. Pada awal 1960-an Soeharto dilibatkan dalam penyusunan Doktrin PerangWilayah serta dalam kebijaksanaan AD dalam segala segi kegiatan pemerintah dan tugaskepemerintahan. Peran Soeharto dalam civic mission menempatkan dirinya dan sejumlah opsiryang condong pada PSI dalam pusat pendidikan dan pelatihan yang disokong oleh CIA lewatpemerintah AS, suatu program bersifat politik (Scott 1999:81). Pada masa Bandung KolonelSoeharto inilah agaknya hubungan Suwarto-Syam-Soeharto-CIA mendapatkan dimensi baru(Hanafi 1998:20-25).

Y. Pohan dalam tulisannya mengatakan: “Soeharto sesungguhnya sangat berkepentingan atastindakan yang diambil oleh Letkol. Untung. Untung bersama kawan-kawannya bertindakterhadap sejumlah jenderal pada tanggal 30 September malam itu. Karena jenderal-jenderal ituadalah rival-rival Soeharto, khususnya Jenderal A. Yani, rival utama yang dianggap sebagaipenghalang utama untuk memperoleh kedudukan tertinggi dalam AD. Bukanlah rahasiaumum lagi waktu itu di kalangan perwira-perwira AD bahwa Soeharto merasa sangat tidakpuas dengan diangkatnya Jenderal A. Yani sebagai Pangad. Putusan Presiden Soekarnomengangkat Jenderal A. Yani tidak bisa diterima oleh Soeharto, karena sebagai perwira TNI iamerasa dirinya lebih senior”.

“Ada fakta sangat keras, dua batalyon AD dari Jateng dan Jatim yang didatangkan ke Jakartadengan senjata lengkap dan peluru tajam yang kemudian mendukung pasukan G30S, semuaitu atas perintah Panglima Kostrad Mayjen. Soeharto yang diinspeksinya pada 30 September1965 jam 08.00. Tentunya dia pun mengetahui dengan tepat kekuatan dan kelemahan pasukan

Page 54: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

54

tersebut beserta jejaring intelijennya, di samping adanya tali-temali dengan intelijen Kostradlewat tangan Kolonel Ali Murtopo. Tentu saja masalah ini tak pernah diselidiki, jika dilakukanhal itu dapat membuka kedok Soeharto menjadi telanjang di depan korps TNI AD ketika itu.Mungkin saja jejaring Soeharto yang telah melumpuhkan logistik kedua batalyon tersebut,hingga Yon 530 dan dua kompi Yon 434 melapor dan minta makan ke markas Kostrad padasore hari 1 Oktober 1965. Kedua pasukan ini bersama pasukan Letkol. Untung dihadapkanpada pasukan RPKAD. Itulah sejumlah indikasi kuat keterlibatan Jenderal Soeharto dalamG30S, ia bermain di dua kubu yang dia hadapkan dengan mengorbankan 6 jenderal.” (CatatanHarsutejo).

SEJAK 4 Oktober 1965, ketika dilakukan penggalian jenazah para jenderal di Lubang Buaya,maka disiapkanlah skenario yang telah digodok dalam badan intelijen militer untuk melakukanpropaganda hitam terhadap PKI dimulai dengan pidato fitnah Jenderal Soeharto tentangpenyiksaan kejam dan biadab, Lubang Buaya sebagai wilayah AURI. Hari-hari selanjutnyadipenuhi dengan dongeng horor fitnah keji tentang perempuan Gerwani yang menari telanjangsambil menyilet kemaluan para jenderal dan mencungkil matanya. Ini semua bertentangandengan hasil visum dokter yang dilakukan atas perintah Jenderal Soeharto sendiri yangdiserahkan kepadanya pada 5 Oktober 1965. Kampanye hitam terhadap PKI terus-menerusdilakukan secara berkesinambungan oleh dua koran AD, Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha,RRI dan TVRI yang juga telah dikuasai AD, sedang koran-koran lain diberangus. Ketikasejumlah koran lain diperkenankan terbit, semuanya harus mengikuti irama dan pokok arahanAD. Seperti disebutkan dalam studi Dr. Saskia Eleonora Wieringa, mungkin tak ada rekayasalebih berhasil untuk menanamkan kebencian masyarakat daripada pencitraan Gerwani(gerakan perempuan kiri) yang dimanipulasi sebagai “pelacur bejat moral”. Kampanye inibenar-benar efektif dengan memasuki dimensi moral religiositas manusia Jawa, khususnyakaum adat dan agama. (Harsutejo)

PROPAGANDA bohong melalui media massa segera memicu kemarahan dan kebencian massaorganisasi-organisasi yang sebelumnya memilih politik yang berseberangan dengan PKI danormas-ormas kiri pada umumnya. Situasi panas ini dimanfatkan sebaik-baiknya oleh golongankeagamaan, terutama NU, Muhammadiyah, dan Partai Katolik untuk membentuk KesatuanAksi Pengganyangan Gerakan 30 September (KAP Gestapu), di bawah pimpinan Subchan Z.E.(NU) dan Harry Tjan Silalahi (Katolik), tapi di belakangnya beberapa perwira Kostrad denganBrigjen Sucipto sebagai pemrakarsa, yang melalui Adam Malik mendapat curahan Rp50 juta(nilai waktu itu US$ 1, 2 juta) [informasi dari Jepang mengatakan US$50 juta dollars danbukannya Rp50 juta rupiah] dari Kedubes AS di Jakarta untuk mengganyang PKI. Partai-partailain, berikut ormas-ormas yang selama ini bersaing dengan PKI untuk memperoleh dukunganmassa, seperti PSII, Partai Kristen Indonesia, bahkan PNI yang menjadi tumpuan Soekarno,bergabung dalam aksi pengganyangan ini, secara langsung maupun tidak. KAP Gestapumengadakan demonstrasi-demonstrasi panas menghujat dan menuntut pembubaran PKI.

Setelah situasi matang, maka dilakukanlah gerakan militer untuk melakukan pembunuhanmassal dengan menggunakan emosi tinggi sebagian rakyat terhadap anggota PKI dan siapasaja yang dianggap PKI serta pendukung Bung Karno yang lain di Jateng, Jatim, Bali, danakhirnya di seluruh Indonesia. Hal ini dilanjutkan dengan pembersihan terhadap siapa saja,utamanya aparat yang mendukung BK, pertama-tama AURI selanjutnya di kalangan ABRI

Page 55: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

55

yang lain. Muaranya ialah menjatuhkan Presiden Sukarno. Inilah yang dikehendaki olehCIA/AS dan dilaksanakan oleh anteknya yaitu Jenderal Soeharto.

Yoga Sugama―Ali Murtopo―Soeharto

Kita telah melihat dengan jelas kedekatan hubungan antara Untung, Latief dan Soeharto.Sekarang mari kita lihat pula bagaimana kedekatan hubungan antara Yoga Sugama, AliMurtopo dan Soeharto.

Ketua Dewan Redaksi Majalah Tapak, P. Hasudungan Sirait, menulis: “Kunci kekuatan posisiYoga Sugama adalah kedekatan hubungan pribadinya dengan Soeharto. Kedekatan keduanyasudah sejak lama, yaitu ketika mereka masih sama-sama di Teritorium IV―Diponegoro. Hal inidiceritakan dalam kitab Memori Jenderal Yoga. (B. Wihoho dan Banjar Chaeruddin, 1990).Dikisahkan bahwa sebagai asisten intelijen (asintel), Yoga mulai sering berhubungan denganSoeharto menjelang Pemilu 1955. Saat itu Soeharto menjadi penanggung jawab keamananpemilu di Jawa Tengah bagian timur. Namun sejauh itu relasi mereka masih sebatasprofesional. Sebuah situasi kemudian membuat afeksi keduanya saling bertaut untukseterusnya.

Pertengahan 1956, pimpinan Angkatan Darat (AD) hendak menjadikan Kol. Bambang Supenosebagai Panglima TT-IV Diponegoro menggantikan Kol. M. Bachrum. Yoga dan sejumlahperwira Diponegoro menolak rencana itu dengan alasan penempatan Bambang Supeno akanmerebakkan konflik di lingkungan TT-IV, sebab Bambang Supeno, perwira yang pernahmengajukan keberatan kepada Presiden Soekarno sehubungan dengan rencana AD untukmengurangi personilnya, sangat dekat dengan Wakil Kepala Staf AD (Wakasad) Zulkifli Lubis.Lubis saat itu sedang menjadi sorotan karena mencoba menggalang dukungan di sejumlahkesatuan di Jawa Barat. Di samping itu, masih pada pertengahan 1956, anak buahnyamenangkap Menlu Roeslan Abdulgani dengan tuduhan memanipulasi dana. Di masa itukabinet sering jatuh bangun. Para perwira pun berpolitik, sehingga kepemimpinan di AD labil.Yoga yang secara pribadi sebenarnya dekat juga dengan Zulkifli Lubis, bahu-membahu dengansejumlah perwira Diponegoro untuk menggagalkan pengangkatan Bambang Supeno. Salahsatu yang ia lakukan adalah mengondisikan di lingkungan Divisi Diponegoro dan AD agarSoeharto saja yang menjadi Panglima TT-IV.

Untuk itu ia menugasi secara khusus anak buahnya, Ali Moertopo. Dalam sebuah tulisan dibuku Memori Jenderal Yoga, Ali mengungkapkan bahwa saat menjalankan tugas khusus inilah iamenjadi dekat secara pribadi dengan Yoga. Bersama Suryo Sumpeno, Yoga kemudian menjadiutusan kelompok penolak Bambang Supeno di TT-IV untuk menemui Wakasad Zulkifli Lubisdi Jakarta. Alhasil, Letkol. Soeharto, Kastaf TT-IV, yang menjadi panglima merangkapPenguasa Perang Daerah (PPD). Pangkatnya segera dinaikkan menjadi kolonel. Soeharto takmelupakan jasa baik mereka yang telah mendukungnya. Yoga yang sejak tahun 1955 (hingga1959) menjadi asisten intelijen dipercaya merangkap sebagai wakil kepala staf harian PPD.Sedangkan Ali Moertopo yang sebelumnya selalu di pasukan tempur, ditarik menjadi staf diAsisten V Teritorial. Seorang lagi yang ditarik Soeharto ke staf adalah sahabat Ali Moertopo,

Page 56: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

56

Sudjono Humardani. Yoga, Ali, dan Sudjono kelak akan selalu di lingkaran dalam Soehartosetelah panglima tersebut menjadi orang nomor satu.

Kalau membaca memoarnya akan terlihat adanya dua figur yang besar pengaruhnya dalamperjalanan karier Yoga Sugama. Yakni Zulkifli Lubis dan Soeharto. Yoga lahir di Tegal pada 12Mei 1925. Sewaktu masih di bangku kelas III AMS (setara SMU) ia mendapat kesempatan untukbersekolah di akademi militer Jepang (Rikugun Shikan Gakko), Tokyo, tahun 1942. Ia masihmenjadi siswa di sana saat Sekutu mengebom Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Saatkeadaan serba sulit di Jepang, di sana ia diterima bekerja di markas Sekutu sebagai penerjemah.Secara tak langsung di markas itulah ia mulai mengenal dunia intelijen. Setelah dua tahun dimarkas sekutu, ia kembali ke tanah air dan bekerja di Kementerian Pertahanan, Yogyakarta.Sesudah Agresi Belanda (Desember 1948), ia menjadi perwira intelijen di Staf Teritorium Militer(STM) merangkap Asisten I (Intelijen) Brigade Gunung Jati, Banyumas. Seusai penyerahankedaulatan (1949) ia ditarik ke Departemen Pertahanan/Staf Angkatan Perang, Jakarta. Di sanaia menjadi staf Zulkifli Lubis, Kepala Badan Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP). Ia segeraakrab dengan Lubis, orang yang sering disebut sebagai bapak intelijen Indonesia. Dari Lubis iamendapat pengetahuan yang luas ihwal situasi politik dalam negeri.Adalah Zulkifli Lubis yang mengirim Yoga belajar ke dinas intelijen Inggris MI-6, di Maresfield.Selulus dari MI-6, ia kembali ke Jakarta dan menjadi anak buah Zulkifli Lubis. Tapi sebentarsaja. Ia kemudian dikirim ke Semarang sebagai Asisten I (Intelijen) TT-IV Diponegoro. Waktuitu Panglima TT-IV adalah Kol. M. Bachrum. Tak begitu jelas mengapa Zulkifli Lubis melepasanak didik yang telah ia sekolahkan di MI-6 itu ke Diponegoro. Bukankah intel hasil sekolahanprofesional sangat ia butuhkan saat itu? Sebuah jawaban yang mungkin adalah untukmembendung penetrasi PKI. Saat itu sejumlah perwira TT-IV merupakan kader PKI. Setelahbergabung dengan TT-IV, yang menjadi kiblat Yoga tampaknya tidak lagi Zulkifli Lubis,melainkan Soeharto. Seperti telah disebut, gerakan untuk menolak Bambang Supeno sebagaiPanglima TT-IV telah mendekatkan Yoga ke Soeharto. Hubungan Soeharto dengan Lubissendiri saat itu tak begitu jelas seperti apa. Yang pasti, setelah menjadi Panglima TT-IV,Soeharto pernah mengutus Yoga menemui Lubis di Jakarta untuk meminta agar petinggi ADyang anti-PKI itu menghentikan upayanya menggalang kekuatan militer di daerah. Lubis yangtelah dipecat sebagai Wakasad dan memilih bersembunyi menyatakan akan tetap bergabungdengan PRRI/Permesta. Alasannya, ungkap Yoga, pemerintah sudah terlalu condong ke kiri.Pada penghujung 1956, sejumlah daerah bergolak. Pemberontakan PRRI/Permesta kemudianmeletus. Zulkifli Lubis menjadi salah satu tokoh sentral gerakan yang menentang Jakarta ini.

Untuk memadamkan pemberontakan PRRI/Permesta, Divisi Diponegoro mengirim duaResimen Tim Pertempuran (RTP) ke Sumatera Barat. Yoga Sugama yang sebelumnya selalu dijurusan intelijen meminta agar dirinya diikutkan di satuan tempur. Motif Yoga, seperti iaungkapkan, adalah untuk mencari pengalaman sekaligus untuk menunjukkan bahwa dirinyabukan pengikut fanatik Zulkifli Lubis. Soeharto setuju. Yoga dipercaya menjadi komandan RTPII. Kepala stafnya adalah Katamso. Mereka berangkat ke Bukittinggi awal 1959. Ternyatasetelah beberapa bulan, Katamso dipindahkan ke Riau. Sebagai penggantinya, Yogamengusulkan Ali Murtopo ke Panglima Diponegoro, Soeharto. Ternyata diluluskan. Saatberduet dengan Yoga-lah, kata Ali, ia mendalami seluk-beluk dunia intelijen. Pada Februari1961, PRRI/Permesta menyerah secara massal. RTP II kembali ke divisi induknya di Semarang.Ternyata nama divisi itu sudah berubah, dari TT-IV menjadi Kodam VII Diponegoro.

Page 57: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

57

Panglimanya juga sudah bukan Soeharto. Panglima baru adalah Pranoto Reksosamudro.Sedangkan Soeharto, ia disekolahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD)Bandung sebagai hukuman. Ia dituduh memperkaya diri lewat Yayasan PembangunanTeritorium Empat.

Dianggap sebagai anggota ‘klik Soeharto’, Yoga diasingkan oleh pimpinan baru Diponegoro.Tak tahan, ia pun ribut dengan pimpinan sehingga dihukum. Ganjarannya, sama sepertiSoeharto, disekolahkan ke Seskoad Bandung (1961―1962). Selulus dari Seskoad ia diberi duapilihan: menjadi instruktur Seskoad atau menjadi atase militer. Yoga memilih yang terakhir. Iamenjadi atase militer di Yugoslavia (1962―1965).

Diatas, kita telah sama-sama melihat, betapa dan sampai di mana kedekatannya Trio:Untung, Latief dan Soeharto. Kini kita juga bisa lihat sampai dimana Trio: Yoga Sugama,Ali Murtopo dan Soeharto. Sehingga, pembaca yang arif tentunya bisa menyimpulkanbahwa G30S adalah Untung, Latief, Soeharto (+ Suparjo sebagai ban serap-pen), sedangGestok adalah Yoga Sugama, Ali Murtopo dan Soeharto. Dus, tidak akan tersangkal lagibahwa baik “G30S” maupun “Gestok”, adalah sama-sama di bawah pimpinan MayjenSoeharto!

Jadi sekali lagi, jelas sekali bahwa Soeharto adalah memang manusia licik. Dia berdiri diatas“dua perahu” seperti yang ditulis oleh Mr. Y. Pohan dalam artikel “Siapa sesungguhnya yangmelakukan kudeta?” Satu kaki berdiri diatas Untung dan Latief (G30S), dan kaki yang satu lagiberdiri diatas Yoga Sugama dan Ali Murtopo (Gestok). Dengan kata lain, menerapkan politik“bermuka dua” seperti yang dilakukannya semenjak 1946. Soeharto tidak lebih daripadabunglon, menyesuaikan warna tubuh dimana hinggap, namun watak aslinya tak berobah.

Sesungguhnya, tidak salahlah Imperialis AS merekrut Jenderal Soeharto sebagai antek, kakitangan dan Dalang Kejahatan HAM terbesar di Indonesia tahun 1965/1966. Lalu, siapakahsebenarnya Soeharto yang sempat mengangkangi Indonesia selama kurang lebih sepertigaabad?

Harsutedjo dalam tulisannya Jejak Hitam Soeharto, mengatakan: Sumber informasi tentangJenderal Soeharto tentulah cukup melimpah, baik sumber “klasik” seperti karya O.G. Roeder,Anak Desa: Biografi Presiden Soeharto, Prof.Dr. Donald W. Wilson, The Long Journey From TurmoilTo Self-Sufficiency, tentu saja juga otobiografinya yang dituliskan oleh Brigjen. G. Dwipayanadan Ramadhan K.H., dan masih banyak lagi, tentu termasuk buku yang dicetak luks, JejakLangkah Pak Harto. Belakangan terdapat cukup banyak sumber “posmo” seperti Soeharto,Ramuan Kecerdasan dan Masa Kecil yang Liat, berisi kajian kepribadian dan tingkah laku politik,dan masih banyak lagi seputar Soeharto dalam hubungannya dengan pembahasan rezim orbadengan segala macam aspek dan tetek-bengeknya. Dan yang mutakhir adalah karya akademisiAustralia Robert E. Elson, Soeharto, A Political Biography (Oktober 2001) yang diluncurkan diJakarta pada 21 Januari 2002 di CSIS.

Dan di awal bulan September ini ExLibris 1965 juga telah menyiarkan, menyebar luaskansebuah tulisan yang berjudul Siapa Sebenarnya Soeharto?, yaitu satu tulisan yang memblejetikebusukan dan kelicikan Soeharto yang setelah berhasil mengkudeta Bung Karno, segeramengirim satu tim ekonomi yang terdiri dari Prof. Sadli, Prof. Soemitro Djoyohadikusumo, dan

Page 58: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

58

sejumlah profesor ekonomi lulusan Berkeley University AS-(sebab itu tim ekonomi ini jugadisebut sebagai ‘Berkeley Mafia’)- ke Swiss. Mereka hendak menggelar pertemuan dengansejumlah konglomerat Yahudi dunia yang dipimpin Rockefeller. Tulisan itu membukakansepak terjang dan usaha Soeharto yang membawa Indonesia menjadi jarahan kaum imperialis.Soeharto membentuk satu trio baru lagi, satu Trium-Virat (pemerintahan bersama tiga kaki)dengan Adam Malik dan Sultan Hamengkubuwono IX, seperti yang ditulis oleh Ransom: “Pada12 April 1967, Sultan ( HB-IX) mengumumkan satu pernyataan politik yang amat penting yakni garisbesar program ekonomi rejim baru itu yang menegaskan mereka akan membawa Indonesia kembali kepangkuan Imperialis” Kebijakan tersebut ditulis oleh Prof Dr. Widjojo Nitisastro dan Prof Dr.Moh. Sadli.

Banyak penulis yag telah mencoba membongkar cerita “siapa sebenarnya Soeharto”. Dimulaidengan kelahirannya dari keluarga seorang petani. Artikel berjudul “Siapakah Soeharto” atau“Siapakah Sebenarnya Soeharto” sudah banyak ditulis oleh pakar-pakar yang meneliti perihalkehidupan, sepak terjang dan dosa-dosa Soeharto terhadap bangsa dan rakyat Indonesia.Bahkan artikel yang disebar luaskan oleh ExLibris 1965 baru-baru ini, membongkar danmemblejeti kejahatan Soeharto yang berkolaborasi dengan Imperialis dan Kapitalis Duniadalam menggadaikan tanah air Indonesia. Semua dalam judul Siapa dan Siapa SebenarnyaSoeharto. Apakah memang benar Soeharto adalah seorang “anak petani dari Kemusuk yangtidak berpendidikan tinggi” yang bisa begitu saja melonjak segala karier, pangkat danjabatannya dan jadi panutan begitu banyak orang pandai? Siapakah sesungguhnya Soehartoini? Ya, bukan saja siapa sebenarnya, tapi siapa sesungguhnya Soeharto ini! Mari sama-samakita telusuri.

Siapa sesungguhnya Soeharto?

Kegagalan yang dialami Amerika—Inggris dengan proyeknya Pemberontakan PRRI/Permestatahun 1958, membuatnya sadar, setelah mendapat advis dari Belanda, bahwa usaha daridaerah untuk menyingkirkan Presiden Soekarno adalah kesalahan yang fatal dan sulituntuk dapat berhasil, Sekutu mulai melakukan usaha dan pendekatan ke Pusat. KepadaJakarta ditawarkan pesawat angkut raksasa Hercules, bantuan komunikasi kuat dan modern(dengan demikian Sekutu bisa “menyadap” semua perintah-perintah dari pusat maupundaerah), perwira-perwira Indonesia diberi kesempatan dan para sarjana serta mahasiswa diberibeasiswa untuk belajar di Amerika. Para kader Dr. Soemitro Djojohadikusumo berbondong-bondong berangkat belajar ke Amerika dan menggondol gelar-gelar yang diperlukan untukmengajar di universitas.

Prof. Guy Pauker, tokoh dan otak CIA di Indonesia, sangat berperan di Seskoad (SekolahStaf Komando Angkatan Darat), yang menentukan pengiriman 2.100 orang perwira menengahdan tinggi TNI—Polri belajar di AS selama periode 1960—1965.

Bersamaan dengan dilaksanakannya program-program tersebut, dengan diam-diamdilakukan talent scouting (mencari calon jago berbakat) oleh perwira tinggi bagian sandi yangternyata berada dalam jaringan Van der Plas. Calon jago adalah perwira-perwira dengankriteria: avonturir, berani malu, berani mati, doyan duit, berpengalaman dan berhasil dalam

Page 59: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

59

berpetualang serta telah menikmatinya. Ditemukanlah seorang perwira yang memenuhikriteria tersebut, ialah seorang kolonel asal Jawa Tengah dan pernah menduduki posisitertinggi di tempatnya sebagai panglima divisi, yaitu Kolonel Soeharto. Malahan padanyaditemukan faktor lain yang sangat penting, yaitu menaruh dendam kesumat kepada paraperwira atasannya, terutama anggota Tim Pengusut MBAD dan rival beratnya, A.Yani, jugakepada Presiden Soekarno yang menandatangani surat keputusan pemecatannya sebagaiPanglima Divisi Diponegoro. Maka terpilihlah Kolonel Soeharto untuk dijadikan jagoutamanya. Lalu, siapakah sesungguhnya Soeharto yang dijagokan oleh CIA ini?

Orang tua Soeharto merupakan misteri. Dalam “riwayat hidup”, yang ditulis oleh orang yangpaling bertanggung jawab atas pembentukan citra publiknya, G. Dwipayana, Soehartomengklaim bahwa ia dilahirkan di kalangan petani miskin di Desa Kemusuk di dekatYogyakarta. Namun, sebuah majalah yang dimiliki oleh bos intelijen militer yang dipercayanyamengklaim pada tahun 1974, bahwa ayahnya seorang ningrat. Dalam sebuah jawaban yangmungkin disiapkan lebih dulu, Soeharto mengundang wartawan ke ruang kerjanya di istanakepresidenan untuk menjelaskan garis keturunannya dan mengajukan saksi-saksi yang dapatmenguatkan bahwa ia sungguh-sungguh orang yang baik, jujur, dan dapat dipercaya.Sekalipun ia menyanggah, garis keturunannya tetap diragukan. Di kalangan orang Indonesiatersebar luas cerita bahwa ia anak tidak sah dari seorang pedagang Tionghoa. (dari tulisanHarsutedjo).

Dan penulis Hersri Setiawan, eks. Tapol Pulau Buru, dalam tulisannya yang berjudul SoehartoOrang Jawa Yang 'Ora Jowo’ I mengatakan: Konon ayah $uharto seorang habdi dalem kratonYogyakarta. Adapun dianya sendiri, “Habdi dalem Kopral Dhongkol Kraton Belanda”(‘Dhongkol’, kata Jawa untuk ‘mantan’ atau ‘eks’) ini, sibuk mencari sandaran keabsahanwahyu kekuasaannya ke kraton Jawa. Terutama, melalui istrinya, ke kraton Mangkunegaran.Sementara itu desas-desus juga disiarkan, sekitar akhir 1970-an, bahwa $uharto anak “Lembupeteng Sultan Yogya” – tanpa menyebut nama HB yang mana.

“Hal ini mungkin tidak perlu diherankan karena selama berkuasa, Soeharto memang bertindaksebagai Raja RI, sebagai Sultan. Ketika Ramadhan KH mulai menyusun buku Soeharto, Pikiran,Ucapan dan Tindakan Saya, maka Brigjen G. Dwipayana begitu hormatnya dengan bahasaJawa krama halus sambil mengangkat ibu jarinya dengan kata-kata meniko, meniko”(Ramadhan dalam Chambert-Loir1999:585).* (Harsutejo-Jejak Hitam Soeharto). Bahkan ketikamatinya Suharto, Keith Loveard yang adalah senior editor dengan Globe Asia, membuattulisan (buku-?) yang berjudul “Soeharto: Indonesia's Last Sultan.”

Lalu, betulkah Soeharto adalah anak “Lembu peteng Sultan Yogya?” Betulkah Soeharto “ TheLast Sultan?” Mari sama-sama kita lihat dan telusuri.

HAMENGKU BUWANA VII-VIII-IX DAN SOEHARTO

Page 60: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

60

Dari tahun 1877 sampai 1920, di Keraton Ngayogjakarta memerintahlah Sultan Ngabehi atauSultan Sugih yang mendapat gelar Hamengku Buwono VII. Beliau dilahirkan pada tahun 1839.Dalam masa pemerintahannya yang lebih kurang 43 tahun itu, sang Sultan mempunyai 18orang istri dan 69 anak, yang terdiri dari 31 putra dan 38 putri. Sultan wafat pada tahun 1931dalam usia kurang lebih 92 tahun.

Salah satu dari ke-31 putra Sultan Hamengku Buwono VII (Sultan Ngabehi) dengan istrikeduanya GKR Mas, yang merupakan anak ke-9, adalah Gusti Raden Mas Sudjadi yang lahirpada 3 Maret 1880. Semasa mudanya, GRM Sudjadi ini termasuk “womanisir” hingga dikenalsebagai poligamis. Dia mempunyai 8 orang istri dan 41 keturunan yang terdiri dari 24 putradan 17 putri.

Menurut cerita orang tua-tua, pada saat Keraton Ngayogjakarta berada dibawah HB-VII (SultanNgabehi), diistana dipekerjakan sorang Tionghoa sebagai pembantu rumah tangga dan peñatarias istana. Dia ahli menata hiasan dalam istana tentunya, hingga diperkerjakan di istanaSultan. Si pekerja istana ini punya keluarga dan anak perempuan.

GRM Sudjadi yang terkenal sebagai womanisir itu, kiranya menjalin hubungan dengan anakperempuan Tionghoa si pekerja rumahtangga istana ini. Dan hubungan tak resmi ini tenyatamembuahkan hasil, si gadis hamil.

Ketika Sultan HB-VII wafat pada tahun 1920 setelah memerintah selama 43 tahun, makakekuasaan diserahkan kepada salah seorang putra beliau yaitu GRM Sudjadi.

Pada tahun 1921 GRM Sujadi naik tahta menjadi Sultan Hamengku Buwana VIII menggantikanayahnya HB-VII yang dikenal juga sebagai Sultan Ngabehi atau Sultan Sugih.

Akan tetapi, GRM Sudjadi atau HB-VIII ini mempunyai sedikit ganjalan, yaitu gadis Tionghoaanak pekerja istana yang hamil. Untuk menutup aib ini, menjelang penobatan Kesultanan,GRM Sudjadi menyerahkan dan menikahkan “gadis” Tionghoa yang hamil ini kepada ulu-ulu(mantri pengairan) di Godean yang ketika itu adalah duda, buat menjadi istrinya, denganimbalan pemberian tanah dan kekayaan.

Godean, adalah termasuk daerah kesultanan Surakarta dan banyak keturunan atau kerabatraja-raja Jawa tinggal disitu.

Pada 8 Juni 1921, “gadis” Tionghoa yang dinikahkan kepada Mantri Air Godean ini melahirkanseorang anak lelaki yang dinamai …. Soeharto. Karena Mantri Irigasi Godean adalah orangnyaSultan Surakarta, dan Godean adalah dalam daerah Surakarta, maka Soeharto diambil dandibesarkan dikalangan keluarga istana atau bangsawan Surakarta.

Jadi, kalau kita telusuri kisah ini, Soeharto adalah anak gelap-anak tanpa nikah- dari Sultan HB-VIII dengan seorang gadis Tionghoa, yang untuk menutup cerita, dinikahkan kepada seorangulu-ulu (Mantri Air) di Godean Yogyakarta.

Page 61: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

61

Sedang GRM Sudjadi sendiri, yang sebelum diangkat menjadi Sultan HB-VIII, secara resmitelah mempunyai beberapa orang putra dan putri. Dan salah seorang diantara putranya yanglahir di Yogyakarta pada 12 April 1912 adalah Bendoro Raden Mas Dorodjatun di Ngasem,yang dikenal sebagai putra dari Sri Sultan HB-VIII dan Raden Ajeng Kustilah, yang kelakdiangkat menjadi Sultan Hamengku Buwana IX. (sumber bahan: Wikipedia)

Dan disini kita bisa lihat jelas, bahwa BRM Dorodjatun atau Hamengku Buwana IX yang lahirdi istana Ngayogyakarta dan Soeharto yang lahir di Godean adalah bersaudara, seayah tapitidak seibu. Yang satu resmi, yang lain tidak resmi. Dan secara umur, HB-IX yang lahir tahun1912 adalah abang atau saudara tua buat Soeharto yang lahir tahun 1921. Tegasnya HB-IX danSoeharto adalah abang dan adik tiri.

Begitulah silsilah kelahiran Soeharto, menurut ceita orang tua-tua. Tapi nanti dulu, masih adalagi!

Mantri Irigasi Godean adalah orangnya Sultan Surakarta, karena Godean adalah termasuk kedalam daerah Surakarta. Tidak heran kalau Soeharto diambil dan dibesarkan dikalangankeluarga istana Surakarta, dan setelah dewasa menjadi tentara kerajaan Solo. Hatinya merasadendam karena dicampakkan dari kesultanan Ngayogyakarta (Inilah barangkali yangmembentuk watakntya menjadi pendendam, kejam dan suka balas dendam serta sinis yangdiperlihatkan dengan senyumnya-pen). Setelah dewasa dia menjadi tentara istana kerajaan Solodan kemudian menjadi tentara KNIL. Tidak heran kalau kita lihat bahwa ketika Soehartomendaftar jadi tentara KNIL langsung diterima dan diberi pangkat Sersan, tanpa menjadikopral atau prajurit terlebih dahulu.

Namun kisah sebelumnya adalah: Setelah Soeharto lahir, ibunya si wanita Tionghoa, diceraioleh Mantri Ulu-Ulu Godean. Dia kemudian kawin dengan lain orang dan melahirkan seoranganak yang dinamai Probosutedjo. Jadi, Soeharto dan Probosutedjo adalah se-ibu tapi tidak se-ayah. Sebagaimana Soeharto dan Hamengku Buwana-IX seayah tapi tidak seibu.

Tentang versi lain yang mengatakan bahwa bapak Soeharto adalah seorang Tionghoaseperti pernah dinyatakan oleh Mashuri, tetangga Jenderal Soeharto sendiri, adalah tidakmungkin samasekali. Karena, seorang lelaki Tionghoa haruslah mempunyai she atau margaatau nama famili. Dan setiap punya anak atau keturunan, nama marga (she) ini akan diikutkankepada nama anak. Apalagi kalau si anak adalah seorang laki-laki yang menurut tradisi lama,dianggap lebih berharga daripada anak perempuan. Dan Soeharto tidak mewarisi nama marga(she) karena situasinya bukan anak seorang yang berhak memberikan nama keturunan, sheatau marga, tapi anak dari seorang perempuan yang diperoleh dari hubungan yang illegal.Nama keturunan dari Hb-VIII jelas saja tidak mungkin karena kehadirannya yang “tidak sah”.

Mungkin banyak pembaca yang tidak akan terima dengan kisah pemblejetan tentang asal usulSoeharto diatas. Namun jangan ragu, sekarang zaman modern, segalanya serba bisa. Jika ada

Page 62: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

62

yang tidak menyukai, jangan hanya protes, lakukanlah penyelidikan dengan teliti dan saksamamelalui DNA, exhume dan lain sebagainya secara scientific, secara ilmiah. Karena orang-orangyang mungkin mengetahui, tentu sudah pada mati tiada yang bisa menjadi saksi. Untukmemprotes tanpa pikir dan penyelidikan adalah sangat mudah. Namun, bangsa yang besar danberbudaya, senantiasa akan menggunakan akal dan pikiran karena pikir itu adalah pelita hati.Dengan pemikiran dan penyelidikan yang akurat, kita akan mendapat bukti yang sebenarnya.

Cobalah bandingkan dengan artikel “Awal Hidup dan pendidikan Soeharto” dibawah ini yangdibuat dan dipublikasikan sesudah Soeharto jadi Presiden tentunya. Pembaca yang arif tentubisa membandingkan dan mempertimbangkannya.

Pada 8 Juni 1921, Ibu Sukirah melahirkan bayi laki-laki di rumahnya yang sederhana di DusunKemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Kelahiran itu dibantudukun bersalin bernama Mbah Kromodiryo yang juga adik kakek Sukirah, Mbah Kertoirono.Oleh ayahnya, Kertoredjo alias Wagiyo alias Panjang alias Kertosudiro bayi laki-laki itu diberinama Soeharto. Dia adalah anak ketiga Kertosudiro dengan Sukirah yang dinikahinya setelahlama menduda. Dengan istri pertama, Kertosudiro yang menjadi petugas pengatur air desaatau ulu-ulu, dikaruniai dua anak. Perkawinan Kertosudiro dan Sukirah tidak bertahan lama.Keduanya bercerai tidak lama setelah Soeharto lahir. Sukirah menikah lagi dengan Pramonodan dikaruniai tujuh anak, termasuk putra kedua, Probosutedjo.(http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#Awal_hidup_dan_pendidikan)

Namun, kisah tentang Soeharto ini tidak berhenti hanya sampai disini. Masih banyak artikel-artikel yang membukakan kelicikan, kelihayan dan penipuan “anak Kemusuk” Soeharto ini.Mari kita ikuti berbagai cuplikan yang dapat kita kumpulkan, terutama yang menyangkutdengan G30S.

Dalam berbagai diskusi informal tentang G30S sebagian orang mengutuk Latief sebagaipengkhianat karena telah melaporkan gerakan yang diikutinya sendiri kepada JenderalSoeharto. Hal ini perlu dipertanyakan apakah menemui Soeharto sebagai bekas komandannyadan orang yang cukup dekat dengan dirinya itu inisiatifnya sendiri? Kalau bukan siapa yangmemerintahkannya? Sebagian pihak menyatakan dia itu sebenarnya anggota trio selbawahtanah PKI bersama Letkol Untung dan.Jenderal Soeharto di bawah binaan Syam [atauAidit?] sebagai bagian dari BC PKI. Dalam hubungan ini tak aneh jika ada pihak yangmenyebut Jenderal Soeharto sebagai gembong PKI yang berkhianat. Ada cerita seorang tokohyang tidak mau disebut namanya, pada permulaan Oktober 1965 menemui Aidit di JawaTengah ketika baru tiba dari Jakarta, DN Aidit menyatakan, “Wah celaka, kita ditipu olehSoeharto!” Demikian yang diceritakan oleh seseorang yang pernah bekerja di kantor CC PKI. (Harsutejo: Sekitar G30S, Soeharto, PKI dan TNI-AD).

Jika Soeharto bukan dari bagian komplotan, maka Latief yang telah menemuinya sampai duakali dan menyampaikan tentang gerakan yang sedang diikutinya merupakan pembocoran

Page 63: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

63

rahasia gerakan sebagai yang dituduhkan sementara orang. Bahkan ada juga yangmenuduhnya ia berkhianat terhadap gerakan, padahal kepergiannya setahu Letkol Untung danBrigjen Suparjo. Latief mempuyai hubungan dekat dengan bekas atasannya, tentunya sedikitbanyak ia tahu tentang pandangan politik Soeharto. Apalagi justru Jenderal Soeharto yangmemanggil dan menginspeksi pasukan Yon 530 Brawijaya dan Yon 434 Diponegoro yangdianggap terlibat G30S. Setidaknya menurut Syam pasukan itu mendukung gerakan meskipunkita tidak dapat melihat di mana letak dukungannya itu, kecuali sebagian pasukan Yon 434Diponegoro yang hendak mengundurkan diri ke PAU Halim dan yang ditolak oleh pihak AU,lalu berada di pinggiran Halim. Mereka ini yang terlibat kontak senjata dengan pasukanRPKAD.

Kesalahan lain yang merupakan kesalahan fatal dari PKI, adalah kesalahan dalam menilaipribadi Jenderal Soeharto. PKI bukan saja tidak menempatkan Jenderal Soeharto sebagaijenderal kanan-reaksioner yang harus masuk dalam “black-list”, bahkan dikategorikan sebagai“sekutu”, sebagai Jenderal yang kalau perlu bisa dimintai “bantuan”. Mungkin ini disebabkanhanya karena ketika Jenderal Soeharto sebagai utusan Moh.Hatta untuk meninjau Madiun(yang dikenal umum dengan "Peristiwa Madiun” 1948), telah memberikan laporan yangobjektif, bahwa: “ di kota Madiun ketika itu tidak ada gejala-gejala pemberontakan PKI,tidak ada bendera Merah Putih yang diturunkan dan tidak ada bendera palu-arit yangberkibar; penjara-penjara juga tidak menjadi penuh oleh pasukan yang ditawan. Semuaberjalan lumrah!” (G30S DIRANCANG UNTUK GAGAL-Harsutejo).

Bahkan dalam artikel yang disiarkan oleh ExLibris1965 baru-baru ini:

“Menurut Latief, jika G/30S/1965 berhasil, Soeharto diharapkan menjadi pembantu setia BungKarno, tetapi situasi berubah cepat, Soeharto tidak setia kepada Bung Karno dan tidakmendukung G/30S, melainkan melawan dan menghancurkannya. Tindakan Latief inididasarkan pada instuisi persahabatan, bahwa ia dipercaya oleh Soeharto sahabat karibnya.Secara politik, sebagai pimpinan gerakan, tindakan Latief tersebut adalah merupakan“pengkianatan”, karena ia mencampuradukkan urusan pribadi dengan urusan politik. Sebagaipimpinan gerakan, seharusnya Latief tidak melakukan hal itu; itu menunjukkan bahwa mentalpolitik Latief tidak mewakili kepentingan kelasnya. Menurut Soengkowo, mantan PerwiraPolisi Militer, salah seorang pelaku G/30S/1965, menjelaskan bahwa pada waktu Latief diadilidi Mahmilub selalu melibatkan Soeharto, bahwa Soeharto mengetahui gerakan itu, dan secaralangsung maupun tidak langsung Soeharto terlibat di dalamnya. Apa yang disampaikan Latiefitu adalah suatu siasat bahwa ia adalah bukan orangnya Soeharto dan supaya tidak dinilainegatif (atau supaya tidak dikutuk) oleh kawan- kawannya di G/30S/1965. Pada waktuSoengkowo dan Untung di tahan di Rumah Tahanan Salemba Blok N, Soengkowo bertanyakepada Untung, mengapa Soeharto tidak ikut ditangkap? Untung menjelaskan bahwa dalamSentral Komando atau Senko terjadi perbedaan pendapat tentang Soeharto; ada yangberpendapat bahwa Soeharto adalah pro-G/30S/1965 dan loyal kepada Bung Karno, dan ada

Page 64: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

64

yang berpendapat bahwa Soeharto adalah kontra gerakan G/30S/1965. Yang berpendapatbahwa Soeharto adalah loyal terhadap Bung Karno dan pro dengan G/30S/1965 adalah Latiefdan Syam Kamaruzaman (pimpinan Biro Khusus PKI), sedangkan yang berpendapat bahwaSoeharto adalah kontra G/30S/1965 adalah saya sendiri (Untung) dan Mayor Udara Soeyono;agar supaya gerakan sukses, menurut Untung, ia dan Soeyono mengalah tidak menangkapSoeharto, walaupun Soeharto juga anggota Dewan Jenderal. Ternyata Soeharto adalah Jenderalyang melawan Bung Karno, ia merebut kekuasaan Bung Karno melaui Surat Perintah 11 Maret1966 (Supersemar). Berdasarkan kenyataan yang demikian ini, Latief harus bertanggungjawabkepada kawan-kawannya korban rezim Soeharto, karena seandainya Latief tidak memberitahuSoeharto pada tanggal 30 September 1965 jam 9 malam di Rumah Sakit Angkatan Darat GatotSoebroto, kemungkinan kondisi Republik Indonesia tidak seperti sekarang ini” (Dr. DarsonoPrawironegoro ANALISIS GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 DITINJAU DARI SUDUTFILSAFAT 28 Februari 2001).

Nah, kia lihat di atas, semua berlepas tangan tentang Soeharto. Latief berlepas tangan bahkanmenuduh Soeharto, Untung berlepas tangan dengan mengemukakan “perbedaan pendapat”mengenai Soeharto didalam Sentral Komando (Senko). Jadi mareka semua dalam hal inisepertinya “tidak tahu” tentang Soeharto. Dus, dalam komplotan ini, satu-satunya yangkemungkinan besar tahu adalah Syam Kamaruzzaman. Dan sudah barangtentu Soehartosendiri!

Beberapa bulan sebelum terjadinya peristiwa G30S, didunia luar sudah santer dibicarakan hal-hal yang bakal terjadi dan akan merubah Indonesia.

Dalam bulan Desember 1964, seorang Duta Besar Pakistan di Eropa melaporkan kepada MenluZulfikar Ali Bhuto tentang hasil percakapannya dengan seorang perwira intelijen Belanda yangbertugas di NATO yang menginformasikan bahwa sejumlah dinas intelijen Barat sedangmenyusun suatu skenario akan terjadinya kudeta militer yang terlalu dini yang dirancanguntuk gagal, dengan begitu terbukalah secara legal bagi AD Indonesia untukmenghancurkan kaum komunis dan menjadikan Bung Karno sebagai tawanan AngkatanDarat. “Indonesia akan jatuh ke pangkuan Barat laksana sebuah apel busuk”.

Dan dalam sebuah pesta di Eropa sebelumnya, Gilchrist (Duta Besar Inggris di Indonsia)pernah berkata bahwa “satu kali tembakan akan mengubah Indonesia”. Belakangan baruterungkap, Dubes Inggris-lah yang mempersiapkan skenario operasi anti-PKI dengan isuamoral, asusila, dan anti agama yang kemudian dilansir ke sejumlah koran ibukota sepertiMerdeka, Berita Yudha, dan Angkatan Bersenjata. Mengapa Imperialis Barat bisa begitu cepattahu dan mempuyai kesimpulan demikian? Tentu ada sesuatunya!

Marilah kita kembalikan ingatan kita pada saat-saat ketika Pemberontakan PRRI di SumateraTengah yang dapat dengan mudah dihancurkan. “Kegagalan yang dialami Amerika—Inggrisdengan proyeknya Pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958, membuatnya sadar, setelahmendapat advis dari Belanda, bahwa usaha dari daerah untuk menyingkirkan Presiden

Page 65: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

65

Soekarno adalah kesalahan yang fatal dan sulit untuk dapat berhasil, Sekutu mulaimelakukan usaha dan pendekatan ke Pusat”.Dan bersamaan dengan dilaksanakannya program-program 'pendekatan ke Pusat’ tersebut,dengan diam-diam dilakukan talent scouting (mencari calon jago berbakat) oleh perwira tinggibagian sandi yang ternyata berada dalam jaringan Van der Plas. Dalam pemilihan “TalentScouting” (mencari calon jago berbakat) itu terpilihlah Soeharto, karena dia memenuhi semuakriteria yang diperlukan. Dia terpilih untuk menjadi jago utamanya sang imperialis gunamengobok-obok Indonesia dari dalam. Sampai dimanakah kejagoannya Soeharto? Apakahsekedar sebagai Panglima Kostrad yang bisa menghancurkan G30S dan memusnahkanKomunis dengan kekuatan senjata setelah 1 Oktober 1965. Lalu mengapa Imperialis jauh-jauhhari sudah sesumbar bahwa: 'satu kali tembakan akan mengubah Indonesia' dan ‘Indonesiaakan jatuh ke pangkuan Barat laksana sebuah apel busuk’. Mengapa Imperialis begitu jakinakan hal itu? Tentu mereka telah memperhitungkan, melakukan taktik dan usaha karena ada'kekuatan’ atau 'tokoh’ yang berdiri dipihak mereka yang akan bertindak dan bergerak demikepentingan mereka. Siapakah kekuatan itu? Apakah Syam Kamaruzzaman yang dikatakansebagai Ketua Biro Chusus PKI, walaupun menurut info, dia sebenarnya adalah Mayor ADnamun tak punya militer dan senjata, ataukah Soeharto, Jenderal yang mempunyai kekuatanmiliter dan persenjataan dan sudah dinobatkan sebagai 'Jago Berbakat’ yang penuh denganambisi balas dendam?

Tahun 1955 Indonesia melangsungkan Pemilihan Umum pertama secara Demokratis.Diberbagai propinsi di Indonesia, banyak para petinggi militer yang menjadipemimpin/pengawas Pemilu. Bagitu juga di Jawa Tengah, didaerah komando militerDiponegoro, dimana Kolonel Soeharto sebagai Pangdam, menjadi Pengawas tertinggi PanitiaPemilu Jateng bagian Timur. Soeharto aktif mengawasi partai-partai yang maju kepemilu.Begitupun partai-partai peserta, sibuk menggarap dan mengkampanyekan partainya agarkeluar sebagai pemenang dalam pemilu bulan September 1955 itu. Dan dalam hal ini takketinggalan PKI, Partai Komunis Indonesia yang dijadikan legal pada tahun 1952 dibawahpimpinan Aidit, Lukman dan Njoto, Sudisman dan Oloan Hutapea, setelah partai itu babakbelur dihantam oleh militer pimpinan Gatot Subroto dan Soeharto di Madiun pada September1948 atas perintah Perdana Menteri Mohamad Hatta. Soeharto melihat sendiri kemajuan pesatPKI yang tahun 1948 dihancurkannya di Madiun. Dan dia sebagai Pengawas Pemilu di Jatengmelihat sendiri kemenangan PKI yang dapat meraih nomor 4 besar sesudah PNI, Masyumi danNU.

Orang-orang Komunis yang selamat dari pembunuhan dalam Peristiwa Madiun itu tahu benarsiapa Soeharto. Soeharto yang memang licik, yang selalu bermuka dua semenjak 1946, pernahmembuat suatu pernyataan yang memang benar yaitu ketika Jenderal Soeharto sebagai utusanMoh.Hatta untuk meninjau Madiun (yang dikenal umum dengan “Peristiwa Madiun” 1948),telah memberikan laporan yang objektif, bahwa: ”di kota Madiun ketika itu tidak ada gejala2pemberontakan PKI, tidak ada bendera Merah Putih yang diturunkan dan tidak ada bendera

Page 66: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

66

palu-arit yang berkibar; penjara2 juga tidak menjadi penuh oleh pasukan yang ditawan. Semuaberjalan lumrah!” Laporan ini memang sesuai dengan kebenaran dan kenyataan yang adabahwa memang sesungguhnya tidak ada pemberontakan PKI. Yang benar dan berlangsungadalah provokasi dan pembunuhan terhadap anggota-anggota PKI di Madiun oleh GatotSubroto dan Soeharto. Gatot Subroto membunuh Amir Syarifuddin mantan Perdana MenteriRepublik Indonesia yang komunis, dan pimpinan-pimpinan PKI lainnya atas perintah PerdanaMenteri Drs. Mohamad Hatta yang mengikut dan melaksakan politik yang diarsiteki olehMarle Cochra'n, politik “Red Drive Proposal”, yaitu membersihkan kesatuan militer darigolongan komunis, sebagai realisasi Doktrin Truman, Presiden AS, yang disebut “policy ofcontainment” 1946 di Asia, yaitu membendung Komunisme, dan selanjutnya diperkuatdengan doktrin rollback Presiden Eisenhower 1949 yaitu bahwa Komunis tidak hanyadibendung, tapi harus dibasmi.

Jadi jelas sekali, bahwa setelah tahun 1946 Soeharto dimana dia bermuka dua dalam “Kudeta 3Juli” yang mengorbankan seorang petinggi militer yaitu Brigjen Soedarsono, kini tahun 1948dalam Peristiwa Madiun, lagi Soeharto bermuka dua alias bermain muka-belakang. Namun,bagi kader-kader yang tidak mengenal Soeharto secara dekat, berusaha untuk mendekati danmenggarapnya, dengan harapan mudah-mudahan kelak bisa dipergunakan. Terlebih disaatmenjelang Pemilu Indonesia yang pertama tahun 1955. Dan Soeharto, karena politik bermukadua dan berdasarkan kepentingan laba-rugi, menggunakan setiap kesempatan, menunjukkanseolah-olah bersimpati dan mudah digarap. Apalagi setelah kejahatan kriminalnya di KodamDiponegoro terbongkar dan ketahuan oleh pimpinan Angkatan Darat, Soeharto seolah-olahmemperlihatkan kesediaannya untuk bekerjasama dengan kader-kader PKI angkatan sesudahPeristiwa Madiun, terutama dengan D.N. Aidit dan Syam Kamaruzzaman yang memang sudahdikenalnya secara dekat semenjak dalam Grup Pemuda di Pathuk Jogyakarta tahun 1946.

Ketika terjadi Peristiwa Madiun 1948, D.N.Aidit berada di Jogyakarta dirumah ayahnyaSidhartoyo, seorang feodal Keraton, dimana Sidhartoyo sendiri pada waktu itu adalah KetuaPemuda dalam lingkungan Keraton. Menurut kabar, di Jogya inilah Aidit menjadi Komunismelalui Sidhartoyo dan Wikana pada tahun 1949. Karena itu jugalah Aidit selamat daripembunuhan terhadap kaum komunis yang dilakukan Soeharto dan Gatot Subroto atasperintah A.H.Nasution, karena Aidit tidak berada di Madiun, apalagi ketika itu dia belummenjadi anggota Komunis. Setelah menjadi anggota Partai, karena pimpinan yang kosong padaJanuari 1951, Aidit-Lukman-Njoto-Oloan Hutapea dan Sudisman memimpin CC-PKI.

Setelah Pemilu 1955 dimana PKI keluar sebagai Pemenang Nomor 4 sesudah PNI, Masyumidan NU, maka Sidhartoyo ‘anak keraton’ yang sebelumnya adalah Ketua Pemuda Keraton diJogyakarta, yang juga tidak asing bagi Soeharto yang selalu keluar masuk Keraton dizamanrevolusi, karena ketika itu dia adalah Komandan Batalyon di Jogyakarta, dipindahkan keMedan Sumatera Utara dan menjabat sebagai Sekretaris CDB-PKI menggantikan Jusuf Ajitoropyang ditarik ke Jakarta duduk di Politbiro CC-PKI dan menjadi anggota DPR/MPRS dari FraksiPKI.

Page 67: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

67

Dalam situasi dan kondisi dimana 'anak keraton’ Sidhartoyo menjadi Secretaris CDB-PKISumatera Utara di Medan inilah, si 'Anak Lembu Peteng’ Soeharto, mendatanginya ke Medanyang dengan secara rahasia menyatakan sumpah menggabungkan dirinya dengan PKI.Menjadi anggota atau calon anggota PKI bukanlah suatu hal yang mudah. PKI mempunyaiAD/ART tentang penerimaan seseorang menjadi anggota atau calon anggotanya dan punyadisiplin yang tinggi. Namun, penerimaan Soeharto menjadi calon anggota PKI oleh SekretarisCDB-PKI Sumatra Utara Sidhartoyo adalah disaksikan oleh dua tokoh besar yaitu SyamKamaruzzaman dan D.N. Aidit, yang kedua-duanya sudah tidak asing lagi buat Soehartosemenjak di Grup Pemuda Pathuk tahun 1946 yang terdiri dari Sutan Syahrir, MohamadYamin, Brigjen Soedarsono, Soeharto, Aidit dan Syam Kamaruzzaman. Dan sebagai tradisisetiap anggota atau calon anggota kumunis yang disumpah, maka Soeharto menggunakannama Dalimo sebagai namanya, tidak jauh berbeda dengan nama kecilnya ketika di Kemusukyaitu Dalimi yang kemudian bertukar menjadi Soeharto. Hal ini diketahui dan diinformasikanoleh Pejuang Kemerdekaan Sidik Kertapati kepada seorang yang pernah bertugas di CC-PKIJakarta ketika sama-sama berada di Tiongkok pada tahun 1965. Bahkan, ditambahkan juga,bahwa Soemarsono, pejuang kemerdekaan, pemimpin perlawanan rakyat terhadap Belandadan Sekutu di Surabaya pada 10 Nopember 1945, yang saat itu berada di Sumatra Utara, jugamengetahui perihal kunjungan dan maksud rahasia Soeharto kepada Sidhartoyo itu.

Masuknya Soeharto menjadi anggota atau calon anggota PKI ini, perlu di pertanyakan.Bagaimana mungkin sipembunuh orang-orang Komunis di Madiun tahun 1948, sekarangbegitu mudah saja masuk menjadi simpatisan dan calon anggota Komunis? Bukankah ini samasaja dengan memasukkan serigala ke kandang domba? Apakah ini disebabkan karena belangSoeharto yaitu penyelundupannya di Kodam Diponegoro telah terbongkar, ataukah semacamsuatu backing kekuatan karena dia dipecat dari kedudukannya sebagai Pangdam Diponegoro,dan diketahuinya bahwa Bung Karno sendiri cenderung sayang kepada PKI, ataukah memangtaktik Nekolim yang memang licik, menyelundupkan Soeharto ke dalam tubuh PKI sehinggadengan itu, Imperialis sudah benar-benar mempunyai ‘jago’ yang 'bekerja didalam' sehinggamudah berkoar-koar bahwa “satu kali tembakan akan mengubah Indonesia’ dan ‘Indonesiaakan jatuh ke pangkuan Barat laksana sebuah apel busuk’. Dan juga bahwa di Indonesia akanada “kudeta yang dirancang gagal”.

Dengan telah berhasilnya penyelusupan secara rahasia Soeharto dalam tubuh PKI, makaSoeharto secara rahasia pula leluasa berbuat apapun untuk menunjukkan “keloyalannya”terhadap PKI, kepada Aidit dan Syam Kamaruzzaman yang menanggungnya secara “hukumdan peraturan Partai” hingga bisa masuk menjadi 'keluarga PKI'. Setelah dianggap loyal,Soeharto antara lain berusaha memasukkan “orangnya” untuk memegang jabatan di kantorCC-PKI di Kramat Raya nomor 81 Jakarta, yaitu Datong Sugiharto yang ditempatkan diDepartemen Luar Negeri CC-PKI dibawah Iskandar Subekti dan Karel Supit.

Datong Sugiharto adalah seorang Pangeran di Yogyakarta dan menyandang titel feodal RadenMas. Dia bersekolah di SMP, SMA dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum IPPI (IkatanPemuda Pelajar Indonesia) Yogyakarta, lalu menjadi Ketua Umum IPPI Jateng, kemudianmenjadi Ketua Umum IPPI seluruh Indonesia yang berpusat di Yogyakarta, dikenal denganalamat Batanawarsa 23 Jogyakarta. Dalam Kongres di Bandung, IPPI diambilalih oleh Teddy

Page 68: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

68

Kardiman dan Budiman Soedharsono. IPPI Jogya dibawah Datong tidak melakukan“perlawanan” karena Datong Sugiharto kemudian melanjutkan pelajarannya ke Atekad(Akademi Teknik Angkatan Darat) namun dipecat, lalu diambil oleh Soeharto dan dimasukkanke Fakultas Teknik Sipil di Universitas Gajah Mada tahun 1958.

Dalam penutupan Kongres ke 7 PKI tahun 1963 yang dilangsungkan digedung SBKAManggarai, D.N. Aidit menampilkan Datong Sugiharto dan mengatakan bahwa dialah yangmengatur semua konsumsi buat peserta selama Kongres, namun bahwa Soeharto dibelakangitu, tidak disebutkan. Kemudian atas usulan Soeharto, Aidit menempatkan Datong Sugiharto diDepartmen Luar Negeri CC-PKI dibawah Iskandar Subekti dan Karel Supit, seperti telahdisebutkan diatas, walaupun Oloan Hutapea tidak menyetujui Datong masuk dan duduk dikantor CC. Maka dengan duduknya Datong di kantor CC, jadilah Datong Sugiharto sebagaipenghubung antara Soeharto dan PKI.

Ketika Ulang Tahun ke-45 PKI pada 23 Mei 1965, perayaan itu disemarakkan dengandrumband yang luar biasa, yang dilatih di Akademi Militer Nasional di Magelang sebagaisumbangan dari Soeharto/ Kostrad, namun tidak pernah dipublikasikan.

Informasi lebih jauh mengatakan bahwa ayah Datong Sugiharto adalah adiknya SultanHamengku Buwana IX. Maka dapat disimpulkan bahwa Datong Sugiharto masih mempunyaihubungan keluarga dengan Jenderal Soeharto, sebab Soeharto adalah saudara tiri HB-IX, makaini berarti bahwa Datong adalah keponakan Soeharto. Informasi yang diterima dariPatangpuluhan Yogyakarta mengatakan bahwa Pangeran Datong waktu kecilnya belajar diSekolah Keputran (khusus untuk anak-anak golongan tinggi kerajaan) karenanya tidakmungkin menjadi proletar.

Dan ketika Datong telah “duduk” sebagai pejabat di kantor CC-PKI, maka melalui “jaluranKhusus Intel Militer” ia disekolahkan di Seskoad (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat)bersama-sama Syam Kamaruzzaman dan Syamsir Suwarto (supirnya D.N. Aidit). Datong,kendatipun statusnya di CC hanyalah hanya seperti “pegawai” namun dia telah beranimembuka suara dan mengatakan tentang adanya klik-klik di CC seperti grup Medan, Jawa,Sunda, yang berkemungkinan untuk memecah dari dalam. Bahkan Suripno alias IskandarSubekti yang juga adalah Panitera CC-PKI telah melihat sendiri, dan mengatakan kepadabawahannya pada Agustus 1965 bahwa “Partai sudah pecah. Dewan Djenderal itu tidak ada; ituhanyalah karangan Syam dan Inggris”.

Dan semenjak Soeharto yang licik berhasil menyelusup ketubuh PKI , maka banyak parapetinggi militer yang menampakkan diri se-olah-olah simpati kepada PKI. Bahkan ada anggota-anggota PKI sendiri yang menduga bahwa para militer yang ketika itu begitu baik dan simpatikepada PKI, dianggap sebagai “orang kita”, seperti misalnya Umar Wirahadikusuma, AmirMahmud, Sunaryadi dll. (info asli dari Ruslan Wijaya Sastra atau Rustomo). Dan semenjak itupula, secara rahasia Soeharto makin leluasa dan makin intim dengan PKI.

Namun Soeharto adalah Soeharto! Dajal bermuka dua penuh kelicikan dan kebusukan yang

Page 69: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

69

bersembunyi dibalik senyum sinisnya, senyum dendam dan selalu bermain muka danbelakang! Senyum yang diumbar yang tak lain adalah senyum ngenyek, sinis, untukmenunjukkan kepada umum sebagai interpretasi: “Iki lho aku. Siapa yang nggak suka thak gebug”.Ketika disekolahkan ke Seskoad di Bandung, Soeharto bersama-sama dengan DatongSugiharto, Syam Kamaruzzaman dan Syamsir Suwarto merupakan satu grup yag terdiri dari 4orang. Ketika berada di Seskoad Bandung inilah, Kolonel Soeharto bertemu dengan KolonelSuwarto, Wadan Seskoad. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perjalanan hidup Soehartoselanjutnya. Sekolah Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Bandung yang telah berdiri sejak1951 ini merupakan sebuah think tank AD, pendidikan militer Indonesia tertua, terbesar danpaling berpengaruh. Ketika Kolonel Soeharto memasuki Seskoad di Bandung, Syam ikut sertadalam kursus militer itu, demikian menurut penyelidikan Poulgrain. Hubungan mereka begitumenjelimet penuh rahasia. Kolonel Suwarto dididik di Amerika, pernah menempuh pendidikanInfantry Advance Course di Fort Benning pada 1954 dan Command and General Staff Collegedi Fort Leavenworth, AS pada 1958. Ia bersahabat dengan Prof Guy Pauker, konsultan RAND(Research and Development Corporation) yang dikunjunginya pada 1963 dan 1966. Suwartolahyang menjadikan Seskoad sebagai think tank politik MBAD, mengarahkan para perwira ADmenjadi pemimpin politik potensial (Sundhaussen 1988:245/Harsutejo).

Soewarto adalah sahabat Prof. Guy Pauker, orang penting CIA dalam hubungan denganIndonesia, pernah mengajar di Barkeley, konsultan RAND Corporation yang menitikberatkankontak-kontaknya dengan kalangan militer AD Indonesia. Suwarto pernah diundang Paukermeninjau perusahaan tersebut pada 1962. Pauker mendapat tugas melakukan sapu bersihterhadap PKI. Antara lain lewat Suwarto-lah CIA melakukan operasinya misalnya dengan apayang disebut civic mission AD, yang sebenarnya merupakan civic action CIA dalam melakukankontak-kontak dengan kelompok anti komunis di kalangan Angkatan Darat. Lewat jalurinilah Soeharto pertama kali berhubungan dengan CIA, yaitu Soeharto-Soewarto dan Prof.Guy Pauker. Pada masa Bandung inilah hubungan Suwarto-Syam-Soeharto-CIAmendapatkan dimensi baru (Hanafi 1998:20-25/Harsutejo).

Sekarang, nyata dan terbukalah siapa sesungguhnya Soeharto! Soeharto seorang perwiramiliter yang dari semula anti komunis, pembunuh para komunis di Madiun tahun 1948, terpiliholeh Imperialis sebagai jagonya, berhasil menyelusup ketubuh PKI, lalu dengan sifat mukaduanya menjadi agen CIA dibawah Kolonel Soewarto dan Prof. Guy Pauker. Dengan adanyaSoeharto dalam kedudukan begini, maka Imperialis tak segan-segan malahan banggamengeluarkan kata-kata: “satu kali tembakan akan mengubah Indonesia” dan “Indonesia akanjatuh kepangkuan Barat laksana sebuah apel busuk”. Dan untuk itu semua, Soehartomenggunakan dan memberi semangat Letkol. Untung, Kolonel Latief untuk menghabisi semuarivalnya di Kodam Diponegoro, dan dengan rekayasa yang licik, menghancurkan PKI yangberhasil disusupinya dan agar rahasia dirinya tidak terbuka, segera membunuh para pimpinanPKI terutama D.N. Aidit, Nyoto, Lukman serta pimpinan-pimpinan teras tak ketinggalanSidhartoyo, Sekretaris CDB-PKI Sumatera Utara yang tahun 1957 menerima Soeharto aliasDalimo masuk menyusup ketubuh PKI. Dan sesuai dengan doktrin Truman policy of

Page 70: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

70

containment 1946 di Asia, yaitu membendung Komunisme, dan selanjutnya diperkuat dengandoktrin rollback Presiden Eisenhower 1949 yaitu bahwa Komunis tidak hanya dibendung,tapi harus dibasmi, maka Soehartolah dajalnya, Soeharto-lah dalangnya, Soeharto-lah biangkeroknya, Soeharto-lah yang melakukan perintah Imperialis untuk melakukan pembunuhan 3juta rakyat Indonesia yang dituduh sebagai komunis. Jadi, Gerakan 30 September,sesungguhnya adalah gerakan Soeharto yang menyusup ketubuh PKI. Jadi tidak heran, kalauada keterangan menarik, ketika D.N. Aidit baru saja sampai dari Jakarta, ia mengatakan, “Wahcelaka, kita ditipu oleh Suharto.” Demikian yang diceritakan oleh seseorang yang pernahbekerja di kantor CC PKI. Sayang keterangan ini tidak dapat dirujuk silang dengan narasumberlain yang memadai. (Harsutejo: Sekitar G30S, Suharto, PKI dan TNI-AD).

Namun sekarang, keterangan itu menjadi gamblang, menjadi jelas mengapa Aidit seorangMenteri R.I. berkata demikian, setelah kita mengetahui tentang penyusupan Soeharto ketubuhPKI ini. Soeharto langsung memerintahkan Yasir Hadisubroto untuk membereskan D.N. AiditMenko/Ketua PKI, tanpa diproses pengadilan agar tidak terbongkar rahasia bahwa Soehartoadalah PKI binaan Syam, Aidit dan Sidhartoyo, dan diketahui oleh almarhum pejuang SidikKertapati dan pemimpin perjuangan 10 Nopember di Surabaya, Soemarsono. Dengandiketahuinya, siapa SESUNGGUHYNYA Soeharto ini, maka jelaslah bahwa G30S bukanlahG30S/PKI tetapi adalah G30S/Soeharto, karena Soehartolah dalangnya, Soehartolah otaknyadan Soehartolah pelaksana tugas Imperialis AS, Presiden Eisenhower yang mempunyai doktrinrollback 1949 yaitu bahwa Komunis tidak hanya dibendung, tapi harus dibasmi. DanSoeharto sebagai serigala imperialis, begitu gairah memburu dan membasmi komunis sampaike-akar-akarnya, lalu maju mengkudeta Bung Karno yang memang tidak disukai olehImperialis Inggris Amerika semenjak pemberontakan PRRI 1958. (Pertemuan antara PresidenKennedy dengan PM Inggris Harold McMillan, pada April 1962, di mana keduanya sepakattentang kehendak untuk melikuidasi Soekarno pada saatnya yang tepat, untuk itu dinasintelejen (CIA dan MI6) bekerja sama saling isi-mengisi untuk merealisasikannya. Dan “saat”yang tepat itu adalah ketika pencetusan G30S yang dirancang gagal oleh Soeharto).

Dan setelah Soeharto, serigala yang berhasil menyelundup kekandang dombamemperlihatkan warna aslinya, dan berhasil mengobrak-abrik dan membunuhi kawanandomba, maka para pengikutnya dan orang-orang Soeharto yang “ditempatkan” diberbagaisudut dan pojok, juga mulai menampakkan belang yang sesungguhnya. Seperti UmarWirahadikusuma, Pangdam V Jakarta Raya yang “terpaksa” harus mengumumkan Jam Malambuat Jakarta mulai 1 Oktober 1965 sehingga koran-koran Angkatan Darat leluasa menebarkansegala fitnah dan rekayasa; Amir Machmud yang katanya “orang kita”, yang juga tercantumsebagai anggota “Dewan Revolusi” Letkol. Untung, juga menunjukkan keasliannya denganmenjadi antek Soeharto dalam menodong Bung Karno untuk mendapatkan SP-11 Maret.Bahkan ketika Soeharto mengangkatnya menjadi Menteri Dalam Negeri, justru Amir Machmudyang membuat Peraturan Mendagri Nomor 32/1981 yang sangat tidak berperikemanusiaandengan memuat semua peraturan larangan untuk segala kegiatan dan pekerjaan bagi orang-orang yang diduga terlibat ada indikasi dengan PKI. Ada 9 macam pekerjaan yang tidakdiperbolehkan, termasuk juga anak-anak orang yang diduga terlibat, tidak dibenarkan menikahdengan pejabat negara, militer, polisi dan pegawai pemerintah.

Begitu juga Datong Sugiharto, feodal Keraton Jogya yang diselundupkan kekantor DepartmenLuar Negeri CC-PKI dan menjadi penghubung antara Soeharto dan PKI, setelah 1 Oktober

Page 71: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

71

1965, juga menunjukkan siapa dia sebenarnya. Dia menjadi interogator yang kejam dan biadabterhadap orang-orang yang dituduh komunis. Salah satu korbannya yang disiksa dan dianiayaoleh Datong Sugiharto adalah Trikoyo Ramijo, anak pak Ramijo seorang pejuang yang dibuangke Boven Digul membawa Trikoyo kecil yang lahir pada tahun 1926. Akibat siksaan tanpaperikemanusian Datong Sugiharto ini, Trikoyo sampai masa tuanya menjadi manusia impotent.

Jadi sesumbar Imperialis bahwa “satu kali tembakan akan merubah Indonesia” sungguh terjadikarena ada serigala imperialis yang senantiasa mengumbar senyum sinis di dalam kandangdomba, jaitu Jenderal fasis Soeharto.

Imperialis Barat berhasil menumbangkan Bung Karno dan membunuh jutaan komunis tanpamelakukan peperangan atau intervensi militer seperti Vietnam dan tempat-tempat lain. Cukupmenggunakan seorang boneka yang licik penuh dendam, anjing serigala pembunuh yaituJenderal Soeharto! Karena Soeharto adalah segala-galanya maka tidak heran kalau Soehartojugalah yang merancang G30S supaya gagal seperti yang dicanangkan Imperialis jauhsebelumnya.

Sekarang, kiranya semua pertanyaan dan teka-teki selama ini tentang G30S , akan lebih mudahdiberi jawaban. Dan semua itu akan menuju dan menjurus kepada satu orang yaitu Jenderalfasis Soeharto. Jadi, kalau kita renungkan , apa yang yang diuraikan oleh Bung Karno dalampidato Nawaksara dalam memberi keterangan dalam Sidang Umum MPRS, berkaitan denganG30S yaitu bertemunya tiga sebab, ada kebenarannya. Soeharto sebagai (c) oknum yang tidakbenar dalam tubuh Angkata Darat, yang gampang dan mudah diperalat dan dipergunakan oleh(b) nekolim yang cerdik dan lihay dan (a) keblingernya pimpinan PKI yang mudah terprovokasi.Pimpinan PKI seolah-olah telah mempercayakan “komando” kepada seorang Soeharto yangdengan mudah dan licik telah dapat menyusup kedalam kandang PKI. Ini dapat dibuktikandengan ketidaktahuan D.N. Aidit pada malam 30 September 1965 itu. Dia dibangunkan dandiculik dari rumahnya, dibawa ke Halim Perdana Kusuma, selanjutnya diterbangkan ke JawaTengah tanpa mengetahui apa yang telah terjadi. Setelah semua menjadi porakporanda, makabersuaralah sang Ketua: "Wah celaka, kita ditipu oleh Suharto.” Sebuah kalimat pendek yangmempunyai arti sangat besar.

“Penghukuman secara sistematis pada mereka yang diduga sebagai anggota atau simpatisanPartai Komunis Indonesia (PKI) yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia adalahmerupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat, tercakup diantaranya adalahpembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secarapaksa, perampasan kemerdekaan atau kebebasan fisik lainnya, penyiksaan, perkosaan,penganiayaan, dan penghilangan orang secara paksa yang merupakan suatu rangkaian yangdilakukan sebagai kelanjutan dari kebijakan penguasa”. Ketua Tim Penyelidikan Peristiwa1965/1966 Komnas HAM, Nur Kholis, dalam jumpa pers di kantornya menyatakan bahwa“salah satu unit negara yang patut dimintai pertanggungjawaban adalah struktur KomandoPemulihan dan Keamanan (Kopkamtib) yang dipimpin oleh mantan presiden Soeharto, yangmemimpin, menjadi Pangkopkamtib, dari 1965 dan 1967, serta antara 1977 dan 1978”.Komnas HAM mendesak “supaya para pejabat militer yang terlibat dibawa ke pengadilan”.

Page 72: MENGENANG SETENGAH ABAD TRAGEDI NASIONAL …gelora45.com/activity/G30S_Taher_MengenangSetengahAbadG30S.pdf · menjadi merah oleh darah bangsa Indonesia tak bersalah. Penganiayaan,

72

“Kami meminta agar hasil penyelidikan ini ditindaklanjuti secara hukum oleh KejaksaanAgung,” ujar Nur Kholis sambil menyerahkan berkas hasil penyelidikan Komnas HAMselama 4 tahun itu kepada Kejaksaan Agung RI pada 20 Juli 2013.

Kini, dalam mengenang dan memperingati 50 tahun-setengah abad- kedajalan dan kebiadabanfasis Soeharto dalam melenyapkan satu golongan politik dari bangsanya dengan menggunakanG30S, terutama kepada kawan-kawan yang menjadi korban yang kini masih ada, marilah kitarenungkan dengan segenap hati dan pikiran serta kenangan dalam doa untuk kawan-kawanyang telah tiada, yang jasadnya berserakan dibumi nusantara, tanpa nisan dan tanda. SemogaTuhan Yang Maha Esa akan memperhatikan mereka ditempat abadi, dan semoga para dajalpembunuh akan mendapat ganjarannya.

(YTT – 16/9/15).

oooOooo