mengenal metode evaluasi kinerja reksa dana - infovesta.com · free 6,75% dan return market (ihsg)...
TRANSCRIPT
Mengenal Metode Evaluasi Kinerja Reksa Dana Oleh Tim Riset PT. Infovesta Utama
Evaluasi terhadap kinerja merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan
dalam memilih jenis reksa dana yang menjadi tujuan investasi. Oleh karena itu, sebelum
memilih berinvestasi pada reksa dana sebaiknya investor melakukan penilaian terhadap
kinerja yang ingin dimilikinya. Namun bagaimana cara melakukan evaluasi terhadap
kinerja reksa dana? apakah cukup hanya dengan return? Jika tidak, indikator apa yang
harus digunakan oleh investor?
Bagaimana pula cara untuk mengetahui baik buruknya kinerja tersebut?
Dalam buku dan literatur
investasi, reksa dana
adalah sekumpulan dari
portofolio. Oleh karena itu,
pengukuran kinerja reksa
dana dikenal juga dengan
istilah Evaluation of
Portfolio Performance.
Metode evaluasi kinerja
portofolio secara khusus
hanya mengukur risk and
return dari portofolio
investasi (reksa dana)
yang bersangkutan. Meski
menurut kami cara ini belum komplit, namun memang bobot terbesar dalam penilaian
kinerja reksa dana harus memperhatikan faktor ini.
Beberapa metode yang sering digunakan dalam evaluasi kinerja reksa dana antara lain:
1. Risk Adjusted Return
2. Sharpe Ratio (Reward to Variability Ratio [RVAR])
3. Treynor Ratio (Reward to Volatility Ratio [RVOL])
4. Capital Asset Pricing Model
o Pendekatan Securities Market Line (SML)
o Pendekatan Capital Market Line (CML)
Dimana formula untuk melakukan perhitungan di atas adalah sebagai berikut:
Untuk kepentingan pengukuran kinerja masa lalu, maka tingkat return yang dipergunakan
adalah menggunakan rata-rata return geometrik
dengan pendekatan CAPM yang dimaksud dengan expected return bukanlah return pada
masa mendatang, akan tetapi merupakan tingkat return yang
berdasarkan tingkat risiko di masa lalu.
Supaya lebih memudahkan co
menggunakan Indeks Reksa Dana Saham, Campuran, Pendapatan Tetap dan IHSG sebagai
indikator Pasar dengan menggunakan data 5 tahun terakhir (2005
perhitungan secara sederhana karena untuk kepentingan ilustratif berikut dengan
interprestasinya adalah sebagai berikut:
Dimana formula untuk melakukan perhitungan di atas adalah sebagai berikut:
Untuk kepentingan pengukuran kinerja masa lalu, maka tingkat return yang dipergunakan
rata return geometrik. Dalam kasus pengukuran kinerja
dengan pendekatan CAPM yang dimaksud dengan expected return bukanlah return pada
masa mendatang, akan tetapi merupakan tingkat return yang seharusnya
berdasarkan tingkat risiko di masa lalu.
Supaya lebih memudahkan contoh perhitungan dan hasil interprestasi dengan
menggunakan Indeks Reksa Dana Saham, Campuran, Pendapatan Tetap dan IHSG sebagai
indikator Pasar dengan menggunakan data 5 tahun terakhir (2005
perhitungan secara sederhana karena untuk kepentingan ilustratif berikut dengan
interprestasinya adalah sebagai berikut:
Dimana formula untuk melakukan perhitungan di atas adalah sebagai berikut:
Untuk kepentingan pengukuran kinerja masa lalu, maka tingkat return yang dipergunakan
Dalam kasus pengukuran kinerja
dengan pendekatan CAPM yang dimaksud dengan expected return bukanlah return pada
seharusnya terjadi
ntoh perhitungan dan hasil interprestasi dengan
menggunakan Indeks Reksa Dana Saham, Campuran, Pendapatan Tetap dan IHSG sebagai
indikator Pasar dengan menggunakan data 5 tahun terakhir (2005 – 2010). Hasil
perhitungan secara sederhana karena untuk kepentingan ilustratif berikut dengan
1. Rata-rata return tahunan geometrik adalah rata-rata return dari keempat indikator
di atas selama 5 tahun terakhir setelah memperhitungkan faktor bunga berbunga.
Pengukuran return dilakukan dengan menggunakan metode rata-rata return
geometrik. Hasil diatas menunjukkan IHSG sebagai market merupakan instrumen
dengan kinerja paling baik yang diikuti dengan rata-rata Reksa Dana Saham,
Campuran dan kemudian reksa dana pendapatan tetap
2. Standar Deviasi (Risiko), dalam definisi statistik adalah simpangan baku dari rata-
rata. Dalam definisi keuangan, standar deviasi merupakan suatu angka yang
merncerminkan total risiko dari suatu portofolio investasi. Yang dimaksud dengan
total risiko adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Semakin besar angka
tersebut semakin besar pula risiko yang berarti semakin besar fluktuasi harga suatu
reksa dana.
3. Beta dalam definisi keuangan, adalah menunjukkan “hanya” risiko sistematis dari
suatu portofolio investasi. Meski hanya mewakili sebagian dari risiko reksa dana,
indikator ini lebih investor friendly karena lebih mudah diterjemahkan. Misalnya
Infovesta Equity Fund Index memiliki beta 1.0259. Maka ketika IHSG bergerak naik
1% maka diperkirakan indeks tersebut akan bergerak naik sebesar 1.0259% dan
sebaliknya. Jika suatu reksa dana memiliki beta lebih kecil dari satu maka pengaruh
fluktuasi harga IHSG terhadap harga reksa dana tersebut juga semakin kecil. Secara
umum interprestasinya sama dengan total risiko.
4. Risk Free Rate yang dipergunakan adalah SBI 9 bulan terakhir. Penggunaan ini
bersifat opsional, ada pula yang menggunakan Yield Obligasi 5 atau 10 tahun
sebagai indikator Risk Free.
5. Risk Adjusted Return (RAR) sebesar 0.9601 pada IHSG dapat diinterprestasikan atas
1% risiko yang ditanggung, maka IHSG memberikan return 0,9601%. Semakin besar
RAR, maka semakin baik pula kinerja suatu reksa dana karena memberikan return
yang tinggi atas risiko yang ditanggungnya.
6. Sharpe Ratio sebesar 2,6935 pada Infovesta Fixed Income Fund Index dapat
diinterprestasikan atas 1% risiko yang ditanggung, maka rata-rata reksa dana
pendapatan tetap memberikan excess return sebesar 2,6935%. Yang dimaksud
dengan Excess return yaitu selisih return reksa dana dengan Risk Free. Dasar
pemikirannya, selain return positif, return reksa dana juga seharusnya di atas
tingkat return instrumen bebas risiko. Interprestasi baik buruknya sharpe ratio
sama dengan RAR.
7. Treynor ratio sebesar 0.1630 pada Infovesta Balanced Fund Index, dapat
diinterprestasikan bahwa atas 1% risiko sistematis yang ditanggung, reksa dana
memberikan excess return sebesar 0.1630%. Selanjutnya baik buruknya
interprestasi sama dengan Sharpe Ratio dan RAR, perbedaan hanya pada risiko yang
digunakan.
8. Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan pendekatan Securties Market Line
(SML) adalah pengukuran berapa “Pantasnya” return reksa dana berdasarkan risiko
sistematisnya.
1. Expected Return sebesar 26,58% pada Infovesta Equity Fund Index
menunjukkan bahwa dengan risiko sistematis (beta) sebesar 1.0259, Risk
Free 6,75% dan Return Market (IHSG) sebesar 26.08%, maka sepantasnya
rata-rata reksa dana saham harus membukukan return 26,58%
2. Actual Return adalah hasil aktual dari return selama 5 tahun terakhir yakni
sebesar 21,61%
3. Alpha adalah selisih antara Return Actual dengan Expected Return (Return
yang diharapkan). Angka -4,96% menunjukkan performa Infovesta Equity
Fund Index 4,96% lebih rendah dari yang diharapkan (underperform)
9. Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan pendekatan Capital Market Line (CML)
adalah pengukuran berapa “Pantasnya” return reksa dana berdasarkan risiko
Totalnya.
1. Expected Return sebesar 26,58% pada Infovesta Fixed Income Fund Index
menunjukkan bahwa dengan risiko total (standar deviasi) sebesar 4.07%,
Risk Free 6,75%, Return Market (IHSG) sebesar 26.08% dan risiko totalnya
sebesar 27,16%, maka sepantasnya rata-rata reksa dana pendapatan tetap
harus membukukan return 9,65%%
2. Actual Return adalah hasil aktual dari return selama 5 tahun terakhir yakni
sebesar 10,97%
3. Alpha adalah selisih antara Return Actual dengan Expected Return (Return
yang diharapkan). Angka 1,32% menunjukkan performa Infovesta Fixed
Income Fund Index 1,32% lebih tinggi dari yang diharapkan
(outperform)
Dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja reksa dana, seluruh perhitungan dilakukan
dengan cara membandingkan antara kinerja reksa dana yang satu dengan reksa dana yang
lain. Jadi, investor harus memilih 1 rasio yang ingin dipergunakan sebagai dasar pemilihan
kinerja, selanjutnya dihitung rasio tersebut untuk sekelompok reksa dana dengan
menggunakan data yang sama panjang. Selanjutnya rasio tersebut diperingkat, reksa dana
dengan rasio yang paling tinggi berarti reksa dana tersebut berdasarkan metode yang
digunakan merupakan reksa dana yang paling baik kinerjanya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan investor adalah bahwa pengukuran kinerja tersebut
hanya melihat dari sisi risk and return. Kewajaran isi portofolio, faktor besar kecilnya
jumlah dana kelolaan, layanan dan transparansi informasi merupakan indikator yang tidak
kalah penting dan tidak tercermin secara langsung dari pergerakan harga reksa dana.
Demikian semoga artikel ini bermanfaat dan menjadi referensi bagi anda yang ingin
melakukan penelitian di reksa dana.