mengenal manusia purba

20
MENGENAL MANUSIA PURBA Mengamati lingkungan Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, tentu ini sangat membanggakan bangsa Indonesia. Pengakuan tersebut tentu didasari berbagai pertimbangan yang kompleks. Satu di antaranya karena di wilayah tersebut tersimpan ribuan peninggalan manusia purba yang menunjukkan proses kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi sentra kehidupan manusia purba. Berbagai penelitian dari para ahli juga dilakukan di sekitar Sangiran. Beberapa temuan fosil di Sangiran telah mendorong para ahli untuk terus melakukan penelitian termasuk di luar Sangiran. Dari Sangiran kita mengenal beberapa jenis manusia purba di Indonesia. Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia, Situs Manusia Purba Sangiran dikem bangkan sebagai pusat penelitian dalam negeri dan luar negeri, serta sebagai tempat wisata. Selain itu Sangiran juga memberi manfaat kepada masyarakat di sekitarnya, karena pariwisata di daerah tersebut. Untuk memahami jenis dan ciri-ciri manusia purba di Indonesia mari kita telaah bacaan berikut ini. Memahami Teks Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para peneliti belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit yang berhasil ditemukan, misalnya di Flores. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat. 1. Sangiran Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Di dalam buku Harry Widianto dan

Upload: resmaji-probo-diwandono

Post on 15-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

gt

TRANSCRIPT

Page 1: MENGENAL MANUSIA PURBA

MENGENAL MANUSIA PURBAMengamati lingkunganPernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, tentu ini sangat membanggakan bangsa Indonesia. Pengakuan tersebut tentu didasari berbagai pertimbangan yang kompleks. Satu di antaranyakarena di wilayah tersebut tersimpan ribuan peninggalan manusia purba yang menunjukkan proses kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi sentra kehidupan manusia purba. Berbagai penelitian dari para ahli juga dilakukan di sekitar Sangiran.

Beberapa temuan fosil di Sangiran telah mendorong para ahli untuk terus melakukan penelitian termasuk di luar Sangiran. Dari Sangiran kita mengenal beberapa jenis manusia purba di Indonesia. Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia, Situs Manusia Purba Sangiran dikem bangkan sebagai pusat penelitian dalam negeri dan luar negeri, serta sebagai tempat wisata. Selain itu Sangiran juga memberi manfaat kepada masyarakat di sekitarnya, karena pariwisata di daerah tersebut.Untuk memahami jenis dan ciri-ciri manusia purba di Indonesia mari kita telaah bacaan berikut ini.

Memahami TeksPeninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para peneliti belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit yang berhasil ditemukan, misalnya di Flores. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat.

1. SangiranPerjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Di dalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, SangiranMenjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer pada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai denganperbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagailapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak.

Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fluviovolkanik,tanahnya tidak subur dan terkesan gersang pada musim kemarau. Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari

Page 2: MENGENAL MANUSIA PURBA

wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. EugeneDubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia,sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia modern.

Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun,menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.

Perhatikan baik-baik gambar fosil manusia purba di samping, fosil itu juga disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seri penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran. Ia ditemukan di endapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu merupakan dua diantara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya. Satu ditemukan di Sangiran dansatu lagi di Afrika.

2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur

Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.

Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa. Selain tempat-tempat di atas, peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur;

Page 3: MENGENAL MANUSIA PURBA

Ngandong, Blora, Jawa Tengah; Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.

1. Jenis MeganthropusJenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitian von Koenigswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Dari hasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis manusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap.Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuhtumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.

2. Jenis PithecanthropusJenis manusia ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksi terbentuk kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itu jenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak.Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut Pithecanthropusmojokertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo erectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.

3. Jenis HomoFosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di Filipina dan Cina Selatan. Homo sapiens artinya ‘manusia sempurna’baik dari segi fisik, volume otak maupun postur badannya yang secara umum tidak jauh berbeda dengan manusia modern. Kadang-kadang Homo sapiens juga diartikan dengan ‘manusia bijak’ karena telah lebih maju dalam berfikir dan menyiasati tantangan alam. Bagaimanakah mereka muncul ke bumi pertama kali dan kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru dunia hingga saat ini? Para ahli paleoanthropologi dapat melukiskan perbedaan morfologis antara Homo sapiens dengan pendahulunya, Homo erectus.Rangka Homo sapiens kurang kekar posturnya dibandingkan Homo erectus. Salah satu alasannya karenatulang belulangnya tidak setebal dan sekompak Homoerectus.

Uraian mengenai jenis-jenis manusia ini selengkapnya dapat juga dibaca pada buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa secara fisik Homo

Page 4: MENGENAL MANUSIA PURBA

sapiens jauh lebih lemah dibanding sang pendahulu tersebut. Di lain pihak, ciri-ciri morfologis maupun biometriks Homo sapiens menunjukkan karakter yang lebih berevolusi dan lebih modern dibandingkan dengan Homo erectus. Sebagai misal, karakter evolutif yang paling signifikan adalah bertambahnyakapasitas otak. Homo sapiens mempunyai kapasitas otak yang jauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc), dengan atap tengkorak yang jauh lebih bundar dan lebih tinggi dibandingkan dengan Homo erectus yang mempunyai tengkorak panjang dan rendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc. Segi-segi morfologis dan tingkatan kepurbaannya menunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata antara kedua spesies dalam genus Homo tersebut. Homo sapiens akhirnya tampil sebagai spesies yang sangat tangguh dalam beradaptasidengan lingkungannya, dan dengan cepat menghuni berbagai permukaan dunia ini.

Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh ini manusia modern awal di Kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara paling tidak telah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, kehidupan manusia modern ini dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu (i) kehidupan manusia modern awal yang kehadirannya hingga akhir zaman es (sekitar 12.000 tahun lalu), kemudian dilanjutkan oleh (ii) kehidupan manusia modern yang lebih belakangan, dan berdasarkan karakter fisiknya dikenal sebagai ras Austromelanesoid. (iii) mulai di sekitar 4000 tahun lalu muncul penghuni baru di Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagai penutur bahasa Austronesia. Berdasarkan karakter fisiknya, makhluk manusia ini tergolong dalam ras Mongolid. Ras inilah yang kemudian berkembang hingga menjadi bangsa Indonesia sekarang.

Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo sapiens dapat dikelompokkan sebagai berikut,

a. Manusia WajakManusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satu-satunya temuan di Indonesia yang untuk sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir Kala Pleistosen. Pada tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur.

b. Manusia Liang BuaPengumuman tentang penemuan manusia Homo floresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia. Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara harfiah merupakan sebuah gua yang dingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan permukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim yang nyaman bagi manusia pada masa praaksara. Hal itu bisa dilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah.

MENGENAL MANUSIA PURBAPernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran

telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisanbudaya dunia, tentu ini angatmembanggakan bangsa

Indonesia.Pengakuan tersebut tentu didasari berbagai pertimbangan yang kompleks. Satu di antaranya

Page 5: MENGENAL MANUSIA PURBA

karena di wilayah tersebut tersimpan ribuan peninggalan manusia purba yang menunjukkan proses

kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi sentra kehidupan manusia purba.Berbagai

penelitian dari para ahli juga dilakukan di sekitar Sangiran.Beberapa temuan fosil di Sangiran telah

mendorong para ahli untukterus melakukan penelitian termasuk di luar Sangiran.Dari Sangiran kita

mengenal beberapa jenis manusia purba diIndonesia. Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia, Situs

ManusiaPurba Sangiran dikembangkan sebagai pusat penelitian dalamnegeri dan luar negeri, serta

sebagai tempat wisata. Selain ituSangiran juga memberi manfaat kepada masyarakat di

sekitarnya,karena pariwisata di daerah tersebut.Untuk memahami jenis dan ciri-ciri manusia purba di

Indonesiamari kita telaah bacaan berikut ini.

Sangiran

Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapatkita lepaskan dari keberadaan bentangan

luas perbukitan tandusyang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan  kabupaten Karanganyar. Lahan

itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Didalam buku Harry Widianto dan Truman

manjuntak, SangiranMenjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakansebuah kompleks situs

manusia purba dari Kala Pleistosen yangpaling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di

Asia.

Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia,yang memberikan petunjuk tentang

keberadaanmanusia sejak 150.000 tahun yang lalu. SitusSangiran itu mempunyai luas delapan

kilometerpada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arahtimur-barat. Situs Sangiran merupakan

suatukubah raksasa yang berupa cekungan besardi pusat kubah akibat adanya erosi di bagian

puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai denganperbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi

geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagailapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia

purba dan binatang, termasuk artefak.Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiranberupa endapan

lempung hitam dan pasir fluviovolkanik,tanahnya tidak subur dan terkesangersang pada musim kemarau.

Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemullingtahun 1864, dengan laporan penemuan fosil

vertebrata dari Kalioso,bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan chemullingsitus itu seolah-

olah terlupakan dalam waktu yang lama. EugeneDubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia

kurangtertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934,G.H.R von Koenigswald

Page 6: MENGENAL MANUSIA PURBA

menemukan artefak litik di wilayahNgebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah

Sangiran.Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak

penemuan von Koenigswald, Situs Sangiranmenjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-

penemuanfosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson

paling penting dalam sejarah manusia,sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens,

manusiamodern.Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentangevolusi fisik manusia saja,

akan tetapi juga memberikan gambarannyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga

lingkungan.Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yangdiendapkan tanpa

terputus selama lebih dari dua juta tahun,menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui

sebagaisalah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secararesmi sebagai Warisan

Dunia pada 1996, yang tercantum dalamnomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List)

UNESCO.Perhatikan baik-baik gambar fosilmanusia purba di samping, fosil itu juga disebut sebagai

Sangiran 17 sesuai dengan nomor seripenemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang

terbaik di Sangiran. Ia ditemukan diendapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran.

Fosil itu merupakan dua diantara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya. Satu

ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika.

Trinil, Ngawi, Jawa Timur

Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masukwilayah administrasi Kabupaten Ngawi,

Jawa Timur. Tinggalanpurbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koenigswald

menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasiyang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah

membawapenemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagidunia pengetahuan. Penggalian

Dubois dilakukan pada endapanalluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap

tengkorakPithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh danfragmen) yang

menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.

Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinilsangat pendek tetapi memanjang ke belakang.Volume

otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera(600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400cc). Tulang

kening sangat menonjol dan di bagianbelakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jjelas,

menandakan otak yang belum berkembang.Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing

yang diduga pemiliknya merupakanperempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antar

tulang kepala, ditafsirkan inividuini telah mencapai usia dewasa. Selain tempattempat di atas,

peninggalan manusia purba tipe inijuga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora,

Jawa Tengah; Sambungmacan,Sragen, Jawa Tengah.

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis

manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.

Jenis Meganthropus

Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitianvon Koenigswald di Sangiran tahun 1936 dan

1941 yangmenemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Darihasil rekonstruksi ini kemudian

para ahli menamakan jenismanusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia

raksasa dari Jawa. Jenis manusia purbaini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya

tegap.Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuhtumbuhan.Masa hidupnya diperkirakan

pada zaman Pleistosen Awal.

Jenis Pithecanthropus

Page 7: MENGENAL MANUSIA PURBA

Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian EugeneDubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di

pinggiranBengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksiterbentuk kerangka manusia, tetapi

masihterlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itujenis ini dinamakanPithecanthropus erectus, artinya

manusia kera yang berjalan tegak.Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto,sehingga

disebut Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yangjuga terkenal sebagai rumpun Homo

erectusini paling banyak ditemukan di Indonesia.Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup

dan berkembang sekitar zaman PleistosenTengah.

Jenis Homo

Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschotendi Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene

Dubois bersamakawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo.Ciri-ciri jenis manusia Homo ini

muka lebar, hidung danmulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipuntidak semenonjol jenis

Pithecanthropus. Bentukfisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang.Hidup dan perkembangan

jenis manusia ini sekitar40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempatpenyebarannya tidak hanya di

Kepulauan Indonesiatetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.

Homo sapiens artinya ‘manusia sempurna’baik dari segi fisik, volume otak maupun postur badannya yang

secara umum tidak jauh berbeda dengan manusiamodern. Kadang-kadangHomo sapiens juga

diartikandengan ‘manusia bijak’ karena telah lebih maju dalamberfikir dan menyiasati tantangan alam.

Bagaimanakahmereka muncul ke bumi pertama kali dan kemudianmenyebar dengan cepat ke berbagai

penjuru duniahingga saat ini? Para ahli paleoanthropologi dapatmelukiskan perbedaan morfologis

antara Homosapiens dengan pendahulunya, Homo erectus.Rangka Homo sapiens kurang kekar

posturnyadibandingkan Homo erectus. Salah satu alasannya karenatulang belulangnya tidak setebal dan

sekompak Homo erectus.Hal ini mengindikasikan bahwa secara fisik Homosapiens jauh lebih lemah

dibanding sang pendahulu tersebut.Di lain pihak, ciri-ciri morfologis maupun

biometriks Homosapiensmenunjukkan karakter yang lebih berevolusi dan lebihmodern dibandingkan

dengan Homo erectus. Sebagai misal,karakter evolutif yang paling signifikan adalah bertambahnya

kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai kapasitas otak yangjauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc),

dengan atap tengkorakyang jauh lebih bundar dan lebih tinggi dibandingkan dengan Homo erectus yang

mempunyai tengkorak panjang danrendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc.Segi-segi morfologis dan

tingkatan kepurbaannyamenunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata antara keduaspesies dalam

genus Homo tersebut. Homo sapiens akhirnyatampil sebagai spesies yang sangat tangguh dalam

beradaptasidengan lingkungannya, dan dengan cepat menghuni berbagai

permukaan dunia ini.Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh ini manusiamodern awal di Kepulauan

Indonesia dan Asia Tenggara paling tidaktelah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu. Dalam

perkembangannya,kehidupan manusia modern ini dapat dikelompokkan dalam tigatahap, yaitu (i)

kehidupan manusia modern awal yang kehadirannyahingga akhir zaman es (sekitar 12.000 tahun lalu),

kemudiandilanjutkan oleh (ii) kehidupan manusia modern yang lebihbelakangan, dan berdasarkan

karakter fisiknya dikenal sebagairas Austromelanesoid. (iii) mulai di sekitar 4000 tahun lalu

munculpenghuni baru di Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagaipenutur bahasa Austronesia.

Berdasarkan karakter fisiknya, makhlukmanusia ini tergolong dalam ras Mongolid. Ras inilah yang

kemudianberkembang hingga menjadi bangsa Indonesia sekarang.

Page 8: MENGENAL MANUSIA PURBA

Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo sapiensdapat dikelompokkan sebagai berikut,

Manusia Wajak

Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satusatunyatemuan di Indonesia yang untuk sementara

dapatdisejajarkan perkembangannya dengan manusia modernawal dari akhir Kala Pleistosen. Pada

tahun 1889, manusiaWajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan

karst di barat laut Campurdarat, dekatTulungagung, Jawa Timur.

Manusia Liang Bua

Pengumuman tentang penemuan manusia Homofloresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu

pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah guaLiang Bua oleh tim peneliti gabungan

Indonesia dan Australia.Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Buabila diartikan secara

harfiah merupakan sebuah gua yangdingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan permukaan

tanah yang datar, merupakan tempat bermukimyang nyaman bagi manusia pada masa praaksara. Hal itu

bisadilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah,yang berada di sekitar bukit dengan

kondisi tanah yang datardi depannya. Liang Bua merupakan sebuah temuan manusiamodern awal dari

akhir masa Pleistosen di Indonesia yangmenakjubkan yang diharapkan dapat menyibak asal

usulmanusia di Kepulauan Indonesia.Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown danMike J.

Morwood pada bulan September 2003 lalu. Temuanitu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang

kemudiandiberi nama Homo floresiensis, sesuai dengan tempatditemukannya fosil manusia Liang

Bua.Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeven lebih dahulumenemukan beberapa fragmen tulang manusia di

Liang Bua.Saat itu ia menemukan tulang iga yang berasosiasi denganberbagai alat serpih dan gerabah.

Tahun 1965, ditemukantujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kuburyang antara lain berupa

beliung dan barang-barang gerabah. Diperkirakan Liang Bua merupakansebuah situs neolitik dan

paleometalik.Manusia Liang Bua mempunyai ciritengkorak yang panjang dan rendah,berukuran kecil,

dengan volume otak380 cc. Kapasitas kranial tersebut beradajauh di bawah Homo erectus (1.000

cc),manusia modern Homo sapiens (1.400cc), dan bahkan berada di bawah volumeotak simpanse (450

cc).[ps]

Page 9: MENGENAL MANUSIA PURBA

Homo Erectus Paleojavanicus atau Pithecanthropus erectus si Manusia Jawa

Replika Manusia Jawa

Di abad-abad terakhir ini, orang beranggapan, benua Eropa adalah tempat berasalnya manusia. Hal ini bukannya tidak beralasan. Di eropa bagian barat banyak ditemui tempat-tempat peninggalan prasejarah. Di kurun waktu 1823 hingga 1925 ada sekitar 116 peristiwa penemuan tulang belulang manusia purba. Di antaranya ada ditemukan tulang kera yang berubah menuju bentuk manusia. Namun tetap aja, itu tulang-tulang kera.

Sementara sisa-sisa zaman batu (telah melewati masa evolusi), kurang lebih ada 236 peristiwa penemuan di seluruh Eropa. Lalu di Prancis pada tahun 1856, ditemukan fosil manusia kera. Fosil itu dianggap sebagai fosil terlama yang ditemukan di masa itu. Maklumlah, saat itu riset yang dilakukan di Asia dan Afrika belum memberikan hasil yang maksimal. Jadi, bisa disimpulkan, Eropa lah tempat awal terjadinya proses evolusi itu. Apalagi para ilmuwan di Eropa saat itu tampaknya lebih memilih tempat tinggalnya sebagai tempat asal muasal manusia dan mengenyampingkan kemungkinan-kemungkinan geografis benua lain yang mungkin lebih unggul seperti Asia dan Afrika.

Page 10: MENGENAL MANUSIA PURBA

Eugene Dubois 

Eugene Dubois

Namun pada akhir abad 19, seorang berkebangsaan Belanda bernama Eugene Dubois (1858-1940), berhasil menghadirkan penemuan yang luarbiasa di sini, di Indonesia. Eugene dan penemuannya adalah orang yang pertamakali menentang teori manusia pertama berasal dari Eropa. 

Eugene Dubois adalah seorang dokter penganut setia teori evolusi milik Darwin. Dokter muda ini memiliki semangat luarbiasa hingga mampu menutupi (lebih tepatnya menemukan) kekosongan proses evolusi antara kera ke manusia. Ia percaya di Asia pasti ditemukan fosil yang lebih tua dari eropa.

Pada tahun 1887 dengan hati yang menggebu-gebu dokter Belanda ini datang ke pulau Jawa. Eugene bekerja pada sebuah rumah sakit. Pada waktu senggang ia tak segan-segan merogoh koceknya untuk menyewa 50 orang tahanan pribumi dan bersama-sama berjalan menyusuri tepi kiri dan kanan Bengawan Solo sambil meneliti lokasi potensial yang mungkin menyimpan tulang belulang manusia purba.

Page 11: MENGENAL MANUSIA PURBA

Siapa menyangka, pekerjaan yang nyaris tak mungkin itu membuahkan hasil. Dokter muda yang basicnya bukan seorang arkeolog ini, mendapatkan hasil yang menggemparkan dunia. Suatu hari di tahun 1890 di suatu lokasi di sekitar Bengawan Solo (daerah Sangiran), Eugene dan teman-temannya menemukan sepotong kerangka rahang atau geraham manusia purbakala.

Kemudian setahun berikutnya (1891) di kampung Trinil-Solo, mereka kembali menemukan batok kepala atau tengkorak manusia purbakala yang mencirikan kera. Selanjutnya di tahun 1892, kelompok Eugene menemukan tulang kaki manusia purba yang mirip kaki manusia modern. Dari bentuk tulang kaki itu, bisa disimpulkan pemilik tulang tersebut sudah bisa berjalan dengan kedua kakinya.

Setelah penemuan-penemuan itu Eugene mengambil kesimpulan, tengkorak atau batok kepala dan kaki itu adalah milik satu orang yang sama. Dan orang itu adalah nenek moyang dari manusia yang ada sekarang. Dengan kata lain, tulang belulang dari pertengahan mata rantai teori evolusi milik Darwin. 

Pada tahun 1894 Eugene Dubois membuat semacam makalah yang berisi laporan hasil penelitiannya. Ia menamakan fosil itu sebagai “manusia kera yang berdiri” atau manusia Jawa. Belakangan, dunia arkeolog menyebutnya dengan Pithecanthropus Erectus.

Setelah penemuan itu dipublikasikan, timbullah pertentangan yang hebat di kalangan para ilmuwan di masa itu. Teori manusia berasal dari daratan Eropa yang selama ini membuai para ilmuwan, seakan terbantah oleh penemuan yang luarbiasa dari Eugene Dubois. 

Para ilmuwan yang mendukung teori manusia dari Eropa dibuat gelisah dan tak bisa duduk dengan tenang. Mereka pun menyatakan tidak percaya dengan penemuan Eugene dan mencurigainya. Beberapa di antara para ilmuwan malah berasumsi bahwa fosil yang ditemukan Eugene di Indonesia adalah sepotong tulang dari kera atau hewan sejenis. Sedangkan yang lainnya menganggap fosil itu adalah tulang belulang manusia cacat.Sayangnya, selain manusia Jawa temuan Eugene, tidak ada penemuan lain di benua Asia maupun benua Afrika. Akibatnya, di tengah kerasnya bantahan

Page 12: MENGENAL MANUSIA PURBA

para ilmuwan Eropa, laporan Eugene lenyap. Sehingga teori yang dilontarkan Eugene hilang selama kurang lebih 30 tahun lebih.

Namun ternyata waktu juga yang berhasil menghalau kabut yang menutupi kebenaran teori Eugene. Seiring memasuki abad 20, makin banyak terjadi penemuan fosil manusia purba di sekitar kawasan tempat Eugene Dubois melakukan penggalian. Akhirnya, teori yang menyatakan manusia berasal dari Eropa, hanya tinggal cerita dongeng saja.

Manusia Jawa yang diperkirakan hidup antara 700.000 hingga 1.200.000 tahun lalu, akhirnya diakui sebagai penemuan manusia purba yang berusia paling tua. Jerih payah Eugene Dubois dinilai sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu Arkeologi. Namanya serta penemuannya yang spektakuler, dicantumkan dalam buku sejarah.

Mungkin dalam dunia scient, orang beranggapan Afrika adalah daratan yang tertua. Namun penemuan Eugene dan teman-temannya di Indonesia, layak dihormati. Lagipula, belum ada penemuan sekaliber Eugene Dubois di Afrika hingga saat ini. (berbagai sumber)

Sangiran, Gudang Fosil Purbakala Kelas Dunia 

Salah Satu Fosil Pithecanthropus erectus

Page 13: MENGENAL MANUSIA PURBA

Sangiran adalah situs warisan dunia. Tidak ada yang dapat menyangkal hal itu. Di mata orang awam, Sangiran memang tidak sekondang Borobudur. Sebab utamanya berpulang ke daya tarik visual. Orang yang Borobudur sudah memenuhi benaknya dengan bayangan hal-hal aneh, megah atau menakjubkan. Sesampai di tujuan yang mereka lihat mungkin berbeda namun tidak berselisih jauh dari bayangan. 

Calon pengunjung Sangiran dengan isi kepala serupa pasti akan kecewa. Peminat kepurbakalaan (utamanya pelajar-mahasiswa) pun kerap melihat situs yang namanya perkasa di peta evolusi ini ‘lebih ramai cerita ketimbang pentasnya’. Namun, tak dapat dipungkiri, tempat ini adalah gudangnya fosil purbakala sejak penemuan Eugene Dubois. Temuan fosil di situs Sangiran memiliki arti signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. 

Tapi jangan lupa, khususnya bagi Indonesia, ilmu yang membahas fosil-fosil itu kurang populer. Untuk mudahnya, bukan ilmu yang bisa (langsung) menghasilkan uang. Mayoritas dari kita, diakui atau tidak, bersekolah untuk mendapat pekerjaan, demi mengasapi dapur dan syukur-syukur bisa mengubah nasib. Bidang studi yang dijubeli calon mahasiswa hingga hari ini belum bergeser dari teknik, kedokteran, ekonomi dan hukum. Akibatnya apresiasi bagi situs Sangiran hanya sekadarnya.

Fosil Gajah Purba di Musium Sangiran

 

Page 14: MENGENAL MANUSIA PURBA

Sangiran terletak 20-an km di utara Solo. Cara termudah untuk mengunjungi museum Sangiran adalah dengan naik sepeda motor. Bila memakai angkutan umum, dari terminal Tirtonadi, Solo, orang bisa naik bis jurusan Purwodadi (bis besar) atau Gemolong (bis 3/4). Bilang pada awak bis untuk turun di Kalijambe, di pertigaan ke Sangiran. Dari pertigaan ke museum dengan ojek.

Replika Manusia Purba di Musium Sangiran

Museum Sangiran dilengkapi dengan gedung pertunjukkan. Bila kuota peminat tercukupi, VCD “The Foot Print of Fore Fathers” akan diputar. Tayangan berdurasi 20 menit itu padat informasi. Pembentukan kubah Sangiran karena aktivitas Gunung Lawu purba, pelapukan karena hujan, terkelupasnya lapisan tanah, tereksposnya fosil, muncul berturut-turut di layar.

Di bagian kedua ada episode keluarga Pithecanthropus memburu Stegodon Trigonochepalus (gajah purba berkepala bentuk segitiga). Antara nonton VCD dan kunjungan ke museum mestinya satu paket. Urutannya pun tak boleh di balik. Menikmati VCD di sini untuk mengasah apresiasi. Setelah itu, sembari mengamati fosil-fosil di balik etalase, imajinasi akan lebih hidup(Harian : Global)

- See more at: http://benerpost.blogspot.com/2012/12/homo-erectus-paleojavanicus-atau.html#sthash.rV0mCx5d.dpuf

PITHECANTROPUS ERECTUS

Page 15: MENGENAL MANUSIA PURBA

3:00 PM

SOSIOLOGI SAYA

1

Versi materi oleh marwan S

Di Indonesia makhluk Pithecantropus hidup pada masa pleistosen awal sampai masa pleistosen akhir. Pithecantropus yang dianggap paling tua adalah Pithecantropus Mojokertensis. Dari temuan-temuan fosil di Mojokerto dan Sangiran para ahli berkesimpulan bahwa makhluk itu sudah berdiri tegak dan diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu.

Jenis lain dari makhluk Pithecantropus adalah Pithecantropus Erectus. Nama Erectus yang artinya berdiri diberikan berdasarkan temuan fosil tulang paha yang kemudian diduga makhluk ini sudah berjalan tegak. Tinggi badan makhluk ini diperkirakan 160-180 Cm dan berat badannya sekitar 80-100 Kg. Makhluk ini hidup sekitar 1.000.000 sampai 500.000 tahun yang lalu. Berdasarkan perkiraan, volume otaknya 900cc. Adapun volume otak manusia 1.000cc. Makhluk Pithecantropus Erectus diduga lebih menyerupai kera. Perkiraan itu diperkuat oleh adanya tonjolan di bagian keningnya. Gerahamnya lebih besar daripada geraham manusia biasa.

Adapun jenis makhluk Pithecantropus yang diperkirakan hidup pada masa pleistosen akhir adalah Pithecantropus Soloensis. Volume otak makhluk ini berkisar antara 1.000-1.300 Cc. Tinggi badan diperkirakan antara 165- 180 Cm. Makhluk ini hidup antara 900.000-300.000 tahun yang lalu. Pithecantropus memiliki tulang rahang, tengkorak bagian atas dan tulang paha sebelah kiri. Dengan tulang paha yang ditemukan sudah dapat diketahui bahwa makhluk itu berdiri tegak dan tengkorak sudah mendekati manusia.

Page 16: MENGENAL MANUSIA PURBA

Pithecantropus Erectus hidup secara berkelompok dengan berburu dan menangkap ikan serta mengumpulkan makanan. Pithecantropus Erectus diperkirakan hidup dalam kelompok-kelompok kecil bahkan mungkin dalam keluarga-keluarga yang terdiri dari enam hingga 12 individu, yang memburu binatang di sepanjang lembah-lembah sungai di dataran Sunda, cara hidup seperti itu agaknya tetap berlangsung selama satu juta tahun.

Mereka diduga belum mengenal memasak makanan. Perkiraan itu didasarkan pada kemiripan temuan alat-alat dari batu dan bentuk fisik antara fosil Pithecanthropus Erectus dan fosil Pithecanthropus Pekinensis yang ditemukan di goa Chou-kou-tien di Cina. Kemudian ditemukan sisasisa artefak yang terdiri dari alat-alat kapak baru di sebuah situs dekat desa Pacitan, dalam lapisan bumi yang berdasarkan data geologi diperkirakan berumur 800.000 tahun, dan diasosiasikan dengan fosil Pithecanthropus yang telah berevolusi lebih jauh. Alat-alat kapak batu tadi sangat mungkin mereka pergunakan untuk menguliti dan memotongmotong daging binatang buruan yang sebelumnya mereka bunuh, mungkin dengan tombak kayu.

Hasil-hasil kebudayaan Pithecantropus, salah satunya adalah alat-alat Pacitan yang berasal dari lapisan yang sama dengan ditemukannya fosil Pithecantropus, sehingga diperkirakan bahwa alat-alat tersebut dibuat dan digunakan oleh manusia prasejarah jenis Pithecantropus. Budaya Pacitan pada hakikatnya memiliki dua macam tradisi alat-alat batu, yaitu tradisi batu inti yang menghasilkan alat-alat dari pemangkasan segumpal batu atau kerakal dan tradisi serpih, yang menyiapkan alat-alat dari serpihserpih atau pecahan-pecahan batu.