mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual

15
Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual (M) Manual mode (dilambangkan dengan huruf M) pada kamera digital disediakan bagi mereka yang ingin berkreasi dengan eksposure dalam fotografi. Intinya, kendali akan nilai shutter dan diafragma yang digunakan, sepenuhnya ditentukan oleh sang juru potret. Tidak seperti mode lain (P/A/S) yang menjadikan light- meter kamera sebagai penentu referensi eksposure yang tepat, pada mode M ini light-meter hanya menjadi indikator seberapa banyak eksposure yang kita tentukan mendekati eksposure yang dianggap tepat oleh kamera.Tantangan yang dihadapi dengan memakai mode manual ini hanya dua : kalau kita salah menentukan eksposure, hasil foto bisa menjadi under-exposed (terlalu gelap) atau justru menjadi over-exposed (terlalu terang). Tujuan fotografi yang baik tentu menghindari adanya over atau under pada sebuah foto yang mana perlu adanya kendali akan eksposure yang tepat dan teliti. Sekedar mengingat tulisan saya terdahulu soal optimalkan fitur manual pada kamera, bukaan diafragma dan kecepatan shutter memegang peranan utama dalam menentukan nilai eksposure. Diafragma menentukan seberapa banyak intensitas cahaya yang dibolehkan untuk masuk ke kamera secara bersamaan, sementara shutter menentukan seberapa lama cahaya mengenai

Upload: heitor

Post on 15-Apr-2016

235 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Manual mode (dilambangkan dengan huruf M) pada kamera digital disediakan bagi mereka yang ingin berkreasi dengan eksposure dalam fotografi. Intinya, kendali akan nilai shutter dan diafragma yang digunakan, sepenuhnya ditentukan oleh sang juru potret.

TRANSCRIPT

Page 1: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual (M)

Manual mode (dilambangkan dengan huruf M) pada kamera digital disediakan bagi mereka yang ingin berkreasi dengan eksposure dalam fotografi. Intinya, kendali akan nilai shutter dan diafragma yang digunakan, sepenuhnya ditentukan oleh sang juru potret. Tidak seperti mode lain (P/A/S) yang menjadikan light-meter kamera sebagai penentu referensi eksposure yang tepat, pada mode M ini light-meter hanya menjadi indikator seberapa banyak eksposure yang kita tentukan mendekati eksposure yang dianggap tepat oleh kamera.Tantangan yang dihadapi dengan memakai mode manual ini hanya dua : kalau kita salah menentukan eksposure, hasil foto bisa menjadi under-exposed (terlalu gelap) atau justru menjadi over-exposed (terlalu terang). Tujuan fotografi yang baik tentu menghindari adanya over atau under pada sebuah foto yang mana perlu adanya kendali akan eksposure yang tepat dan teliti.

Sekedar mengingat tulisan saya terdahulu soal optimalkan fitur manual pada kamera, bukaan diafragma dan kecepatan shutter memegang peranan utama dalam menentukan nilai eksposure. Diafragma menentukan seberapa banyak intensitas cahaya yang dibolehkan untuk masuk ke kamera secara bersamaan, sementara shutter menentukan seberapa lama cahaya mengenai sensor sebelum foto diambil. Sebagai pedoman dalam fotografi, dikenal istilah f-stop, yang intinya menyatakan seberapa banyak penambahan atau pengurangan intensitas cahaya yang memasuki kamera (Exposure value/Ev). Setiap kelipatan 1-stop artinya kita menambah cahaya dua kali lipat dari nilai stop sebelumnya, atau mengurangi cahaya setengah dari nilai stop sebelumnya.Pengaturan bukaan diafragmaUntuk dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui lensa, diafragma pada lensa kamera bisa membuka dengan besaran diameter yang bisa dirubah. Besar kecilnya bukaan diafragma dinyatakan dalam f-number tertentu, dimana f-number kecil menyatakan bukaaan besar dan f-number yang besar menyatakan bukaan kecil. Selain itu, secara karakteristik optik lensa, bukaan besar akan membuat foto yang DOFnya sempit (background bisa blur), dan bukaan kecil akan membuat DOF lebar (background tajam).

Page 2: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Saat mengatur nilai diafragma (aperture), ingatlah bahwa setiap stop ditandai dengan nilai f-number tertentu yang digambarkan dalam deret berikut, urut dari yang besar hingga kecil  :f/1 – f/1.4 – f/2 - f/2.8 – f/4 – f/5.6 – f/8 – f/11- f/16 – f/22 – f/32 dstSebagai contoh :

jika kita berpindah 1-stop dari f/2 ke f/2.8, maka kita akan mengurangi setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera

jika kita berpindah 1-stop dari f/8 ke f/5.6, maka kita akan menambah intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya

Perhatikan kalau kamera modern umumnya memberi keleluasaan untuk merubah diafragma di skala yang lebih kecil, dalam hal ini perubahan f-stop dilakukan pada kelipatan 1/2 hingga 1/3 f-stop sehingga bisa didapat banyak sekali variasi eksposure yang bisa didapat dari mengatur nilai diafragma. Sebagai contoh, diantara f/5.6 hingga f/8 bisa terdapat f/6.3 dan f/7.1 yang memiliki rentang 1/3 stop.

Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi diafrgama, dengan sebuah foto referensi di f/5.6 (nilai shutter dibuat tetap di 1/125 detik dan ISO 100). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari merubah bukaan diafragma terhadap eksposure foto yang dihasilkan. Terdapat 3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under dengan kelipatan 1-stop.

Page 3: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Dari contoh di atas tampak pada 3 stops diatas referensi normal, foto tampak amat terang (over) yang ditandai dengan banyaknya area yang wash-out (highlight-clipping). Demikian juga pada 3 stops dibawah referensi normal, foto tampak amat gelap (under).Pengaturan kecepatan shutterSama halnya dengan diafragma, setelan kecepatan shutter pun punya pedoman berupa deret yang mewakili 1-stop. Berikut adalah variasi kecepatan shutter dengan kelipatan 1-stop, urut dari yang lambat hingga yang cepat ( d menyatakan detik ) :1d – 1/2d - 1/4d  – 1/8d – 1/15d - 1/30d – 1/60d – 1/125d – 1/250d – 1/500d – 1/1000d

Sebagai contoh :

jika kita berpindah 1-stop dari 1 detik ke 1/2 detik, maka kita akan mengurangi setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera

jika kita berpindah 1-stop dari 1/60 detik ke 1/30 detik, maka kita akan menambah intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya

Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi kecepatan shutter, dengan sebuah foto referensi di 1/125 detik (nilai diafragma dibuat tetap di f/5.6 dan ISO 125). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari merubah kecepatan shutter terhadap eksposure foto yang dihasilkan. Terdapat 3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under dengan kelipatan 1-stop.

Page 4: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Dari gambar di atas terlihat bahwa semakin cepat shutter speednya, maka cahaya yang masuk ke dalam sensor akan semakin kecil sehingga gambar menjadi lebih gelap. Begitu juga sebaliknya untuk kecepatan yang semakin lambat, cahaya yang masuk akan bertambah banyak sehingga gambar menjadi lebih terang. Dengan kata lain, kita bisa menyatakan bahwa di 1/500 detik hasil fotonya under exposed sebanyak 2 stops dan di 1/30 detik fotonya over exposed sebanyak 2 stops.ReciprocityMaka itu dalam memakai mode manual, perubahan nilai diafragma tidak bisa mengabaikan nilai shutter dan sebaliknya. Artinya untuk mendapat eksposure yang tepat, baik diafragma dan shutter memegang peranan yang sama. Ada sebuah istilah penting dalam berkreasi dengan eksposure, yaitu reciprocity, dimana artinya adalah bagaimana setelan shutter dan diafragma harus saling berlawanan untuk meniadakan efeknya. Jadi bila kita mengekspos sensor dengan waktu yang lebih lama, maka secara di sisi yang lain kita mengecilkan bukaan diafragma untuk mengurangi cahaya yang masuk sehingga bisa mendapat eksposure yang sama. Prinsipnya sebuah eksposure konstan bisa didapat dari berbagai variasi nilai shutter dan diafragma, selama mempertahankan prinsip reciprocity ini.Untuk mencobanya, siapkan kamera anda dan gunakan mode manual. Bila kamera sudah berada di nilai eksposure yang tepat, coba naikkan diafragmanya 1 stop sehingga indikator light-meter akan menunjukkan eksposure bergeser -1 stop. Selanjutnya kurangi kecepatan shutternya 1 stop, tampak indikator light-meter akan kembali ke nilai eksposure normal. Begitulah cara kerja reciprocity, kalau yang satu ditambah, satu lagi dikurangi, sehingga hasil akhirnya tetap sama.

Page 5: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Contoh diatas menunjukkan beberapa variasi reciprocity yang memberi eksposure konstan. Dari percobaan ini tampak bahwa untuk menjaga supaya eksposure tetap sama, nilai diafragma dan shutter harus saling berlawanan. Bila membuka diafragma besar (f/2), maka shutter harus dibuat cepat (1/1000 detik). Bila mengecilkan diafragma (f/16), konsekuensinya shutter harus dibuat lebih lama (1/15 detik). Inilah esensi dari prinsip reciprocity. Perhatikan dengan bukaan diafragma besar (f/2 hingga f/2.8), didapat foto yang punya background blur, sebaliknya dengan bukaan kecil (f/11 hingga f/16) didapat background dan objek yang sama-sama tajam.\

Metering berhubungan erat dengan fotografi digital. Metering menentukan berapa banyak cahaya yang perlu dilewatkan ke dalam sensor untuk menghasilkan gambar yang baik. Namun, dalam kebanyakan kamera saku dan DSLR terdapat beberapa pilihan mode metering. Penggunaan mode metering yang tepat dapat membedakan hasil akhir dan kecepatan kita bekerja.

Kebanyakan kamera juga hanya menggunakan simbol untuk membedakan mode metering. Untuk dapat menggunakan metering dengan tepat, kita perlu lebih dulu mengenali simbol-simbol yang digunakan.

Contoh

Simbol pada kamera Canon

Page 6: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Simbol pada kamera Nikon

Simbol pada kamera Panasonic

Untuk mengubahnya, Anda dapat mencari simbol-simbol tersebut pada kamera Anda. Posisinya kadang berbeda-beda tergantung tipe kamera, atau bahkan hanya tersedia dalam menu.

Contoh

DSLR Canon EOS

DSLR Pentax

Page 7: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Canon PowerShot G

Seperti yang terlihat di atas, mode metering yang paling umum adalah Multi-Segment (Evaluative pada Canon, Matrix pada Nikon), Center Weighted Average, dan Spot. Mode metering Spot termasuk rumit untuk digunakan dengan benar dan akan dibahas lain kali. Saat ini, kita akan membahas kedua tipe metering yang lain secara sekilas.

Metering Multi Segment secara pintar mengukur pencahayaan di titik fokus yang digunakan, dan area-area di sekitarnya. Data pengukuran diolah dengan algoritma untuk menghasilkan gambar yang baik. Di beberapa kamera, mode ini bahkan dapat mendeteksi warna, sehingga dapat membedakan warna kulit dan warna daun untuk untuk memberikan hasil optimal.

Metering Center Weighted adalah mode metering yang terdapat pada banyak kamera-kamera film. Mode ini mengukur kecerahan di bagian tengah frame dan sekitar-sekitarnya.

Page 8: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Metering Spot hanya mengukur satu bagian kecil di dalam frame dan mengabaikan bagian lain. Pengunaannya memerlukan pemahaman yang mendalam sehingga tak dapat dibahas saat ini.

Perbedaan antara Multi-Segment dan Center Weighted dapat dilihat dalam contoh foto ini.

Metering Multi-Segment memberikan hasil yang baik saat titik fokus jatuh di muka subjek contoh. Namun, saat titik fokus dipindah ke area terang dalam frame, metering memberikan nilai exposure yang berbeda, menyesuaikan dengan kecerahan pada titik fokus. Sebaliknya, metering Center Weighted tidak terpengaruh dengan posisi titik fokus.

Kapan harus digunakan?

Page 9: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Metering Multi-Segment lebih sesuai untuk portrait atau pemotretan dengan komposisi ketat seperti dengan lensa tele. Metering ini juga cocok untuk pemotretan dengan kondisi pencahayaan yang merata dan akan menghasilkan pencahayaan flash yang lebih akurat. Mode metering ini bisa saja digunakan pada kondisi pencahayaan backlight atau kondisi pencahayaan sulit asalkan kita memastikan bahwa titik fokus benar-benar pada objek utama.

Page 10: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Metering Center-Weighted lebih sesuai untuk pemotretan dengan lensa lebar/ultralebar, atau kondisi pencahayaan sulit seperti pemotretan panggung. Dalam kedua penggunaan tersebut, biasanya banyak area gelap terang dengan kontras yang tinggi dan metering Center Weighted dapat memberikan pengukuran yang lebih konsisten dari frame ke frame.

Page 11: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Pentingnya Exposure Compensation pada Kamera13 Okt

Salah satu fitur pada kamera digital yang amat penting dalam menentukan eksposure yang tepat adalah Exposure Compensation (Ev), yang bisa diatur ke arah negatif hingga positif, dengan kelipatan 1/3 stop. Fitur ini sedemikian pentingnya hingga bisa ditemui mulai di sebuah kamera ponsel hingga sebuah kamera DSLR profesional. Bisa jadi masih banyak orang yang belum memaksimalkan fitur ini dalam kesehariannya memotret, padahal dengan menggunakan fitur Ev ini dengan tepat, bisa didapat hasil foto yang lebih baik. Berikut cara mengatur nilai Ev pada kamera DSLR.

Page 12: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Seperti yang kita tahu, memotret adalah berkreasi dengan cahaya. Kamera mengukur cahaya yang masuk melalui lensa (istilahnya metering), dan selanjutnya intensitasnya diukur dan ditentukanlah nilai pasangan shutter – diafragma (dan ISO) yang sesuai. Proses metering ini umumnya didapat dengan merata-rata besaran cahaya yang diterima oleh sensor (kamera saku) atau modul light meter (kamera DSLR), yang biasa disebut multi segment atau matrix atau evaluative. Nyatanya, dalam pelaksanaannya bisa saja hasil pengukuran ini menghasilkan foto yang eksposurenya tidak sesuai dengan keinginan kita., entah terlalu terang (over eksposure) atau justru terlalu gelap (under eksposure).Kapan kasus metering pada kamera bisa meleset? Kamera bisa salah menentukan eksposure yang tepat apabila objek foto adalah dominan terang atau dominan gelap, sehingga cenderung mengganggu light meter dari kamera. Dalam hal ini istilah yang umum dikenal: metering kamera telah tertipu. Untuk itu sang fotografer perlu memberi tahu kameranya bahwa metering yang dilakukannya perlu dikompensasi, yaitu dengan mengatur nilai Ev ini. Sederhananya, Ev berfungsi membuat foto menjadi lebih gelap atau lebih terang dari metering normalnya (namun jangan salah menafsirkan seolah-olah dengan Ev bisa didapat foto yang lebih terang di kondisi gelap, bila lingkungan sekitar gelap gunakan lampu kilat). Maka itu definisi Exposure compensation lebih tepatnya adalah fasilitas pengaturan / kompensasi nilai eksposure dari hasil metering light meter kamera. Dengan merubah nilai eksposure ke arah positif, kita menginformasikan kepada kamera untuk memasukkan lebih banyak cahaya (sehingga foto akan lebih terang); sementara dengan merubah ke arah negatif, kita meminta untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera (supaya foto lebih gelap).Catatan : Bila kamera memiliki mode dial manual (M), tentu kendali akan shutter dan diafragma bisa dilakukan secara manual sehingga banyak kemungkinan variasi eksposure yang bisa dicoba. Namun bagi kamera saku (dan kamera ponsel) yang serba otomatis, fitur Ev ini akan banyak berguna utamanya untuk mengatur eksposure kamera yang tidak sesuai keinginan kita.Berikut contoh nilai Ev dari arah minus sampai positif.Ev -2                                                                 Ev 0                                                                   Ev +2

Page 13: Mengatur Diafragma Dan Kecepatan Shutter Dalam Mode Manual

Kapan perlu merubah nilai Ev ke arah positif? Utamanya adalah saat terjadi backlight, dimana objek relatif lebih gelap dibanding background. Metering standar akan tertipu oleh terangnya background dan membuat objek foto jadi gelap. Bila ada orang yang difoto dengan background yang terang, gunakan kompensasi ke arah positif sehingga wajah si objek tidak gelap. Contoh gambar berikut menunjukkan pepohonan yang gelap karena metering kamera telah tertipu. Dengan menaikkan Ev ke arah +0.7, bisa didapat eksposure yang lebih tepat.Sebaliknya, kapan perlu merubah nilai Ev ke arah negatif? Utamanya saat cahaya sekitar kurang dan kamera cenderung memaksa untuk membuka diafragma semaksimal mungkin. Bisa jadi si objek justru menjadi over eksposure dan kita perlu menurunkan nilai Ev. Contohnya saat ingin memotret sunset, dengan tujuan kamera menangkap rona jingga matahari dengan alami. Metering kamera umumnya tertipu sehingga foto mataharinya menjadi amat terang dan menurunkan Ev ke arah negatif dapat memberi banyak perubahan.Bila kita tidak yakin akan metering yang dilakukan kamera dan ingin mengambil beberapa foto dengan nilai eksposure yang berbeda, gunakan fitur Ev bracketing. Dengan menentukan rentang nilai negatif dan positif eksposure, kamera akan mengambil sekaligus tiga foto yang berbeda. Kita bisa memilih mana dari ketiganya yang menurut kita paling tepat.Tidak ada standar baku tentang pemakaian Ev ini. Gunakan sesuai kondisi pencahayaan, tujuan pemotretan dan tentunya selera kita. Meski demikian, fotografer umumnya menghindari banyak area foto yang over-exposure, karena akan banyak detil foto akan hilang. Satu hal, setelah selesai memotret dengan fitur Ev, jangan lupa untuk menormalkan kembali setting Ev ini ke posisi default supaya foto-foto lainnya terhindar dari kesalahan eksposure.

http://www.nikonusa.com/en_US/o/sW8RomxQReezfbQt-6GkHk62paI/Video/Digitutor/index.html