mengajar anak sekolah minggu secara optimal

35
Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal Thu, 08/05/2010 - 05:00 Membahas pelayanan anak tidak dapat lepas dari pelayanan sekolah minggu. Ini adalah bagian penting dari gereja untuk menjangkau dan melayani anak. Apakah sekolah minggu saudara memiliki pengertian sebatas departemen pelayanan, yang merupakan bagian dari organisasi, ataukah suatu organisme yang hidup? Sekolah minggu merupakan peluang pelayanan yang besar di mata Tuhan. Oleh karena itu, guru sekolah minggu juga memengaruhi masa kanak- kanak yang penting dan berharga. Peran sekolah minggu, baik guru maupun kurikulum (apa yang diajarkan dan bagaimana cara mengajar), sangat menentukan pembentukan dalam diri anak-anak yang dilayaninya. Lois E. LeBar mendefinisikan kurikulum sebagai aktivitas yang direncanakan dengan baik untuk membawa anak-anak selangkah lebih dewasa dalam Kristus. Aktivitas yang dirancang untuk menghubungkan kehidupan anak dengan firman Tuhan dan menghadirkan firman Tuhan sebagai Roti Hidup dalam kehidupan nyata yang dialami oleh anak-anak akan menolong pertumbuhan mereka semakin menjadi seperti Kristus. Hal ini merupakan inti dari sebuah kurikulum. Kurikulum sekolah minggu yang hidup tidak sekadar memberikan pengetahuan tentang Alkitab kepada anak-anak, namun membiarkan anak- anak menikmati firman Tuhan sebagai Air Hidup dalam kehidupan mereka. Dengan kata lain, anak-anak tidak hanya belajar dari tulisan yang tertera, tapi belajar dengan mengalaminya dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu, kurikulum sekolah minggu perlu dirancang secara lengkap dan tepat untuk dapat dipakai sebagai alat mengajar anak-anak, agar bertumbuh optimal di dalam rencana Allah. 1. Perkembangan Anak Holistik Anak bertumbuh dan berkembang tidak hanya secara fisik dan intelektual saja, tetapi juga secara emosi, moral, dan spiritual. Dalam penelitian tentang kecerdasan disebutkan bahwa kemampuan intelektual bukan lagi merupakan satu-satunya tolok ukur dalam menentukan tingkat kecerdasan. Seseorang dikatakan cerdas ketika dia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Itu berarti selain kecerdasan intelektual, kecerdasan

Upload: ardi-putra

Post on 30-Jun-2015

2.726 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Thu, 08/05/2010 - 05:00

Membahas pelayanan anak tidak dapat lepas dari pelayanan sekolah minggu. Ini adalah bagian penting dari gereja untuk menjangkau dan melayani anak. Apakah sekolah minggu saudara memiliki pengertian sebatas departemen pelayanan, yang merupakan bagian dari organisasi, ataukah suatu organisme yang hidup?

Sekolah minggu merupakan peluang pelayanan yang besar di mata Tuhan. Oleh karena itu, guru sekolah minggu juga memengaruhi masa kanak- kanak yang penting dan berharga. Peran sekolah minggu, baik guru maupun kurikulum (apa yang diajarkan dan bagaimana cara mengajar), sangat menentukan pembentukan dalam diri anak-anak yang dilayaninya.

Lois E. LeBar mendefinisikan kurikulum sebagai aktivitas yang direncanakan dengan baik untuk membawa anak-anak selangkah lebih dewasa dalam Kristus. Aktivitas yang dirancang untuk menghubungkan kehidupan anak dengan firman Tuhan dan menghadirkan firman Tuhan sebagai Roti Hidup dalam kehidupan nyata yang dialami oleh anak-anak akan menolong pertumbuhan mereka semakin menjadi seperti Kristus. Hal ini merupakan inti dari sebuah kurikulum.

Kurikulum sekolah minggu yang hidup tidak sekadar memberikan pengetahuan tentang Alkitab kepada anak-anak, namun membiarkan anak- anak menikmati firman Tuhan sebagai Air Hidup dalam kehidupan mereka. Dengan kata lain, anak-anak tidak hanya belajar dari tulisan yang tertera, tapi belajar dengan mengalaminya dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu, kurikulum sekolah minggu perlu dirancang secara lengkap dan tepat untuk dapat dipakai sebagai alat mengajar anak-anak, agar bertumbuh optimal di dalam rencana Allah.

1. Perkembangan Anak Holistik

Anak bertumbuh dan berkembang tidak hanya secara fisik dan intelektual saja, tetapi juga secara emosi, moral, dan spiritual. Dalam penelitian tentang kecerdasan disebutkan bahwa kemampuan intelektual bukan lagi merupakan satu-satunya tolok ukur dalam menentukan tingkat kecerdasan. Seseorang dikatakan cerdas ketika dia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Itu berarti selain kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan moral, dan kecerdasan spiritual memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang. Manusia tidak pernah statis, sejak terjadinya pembuahan selalu terjadi perkembangan (perubahan). Tidak ada satu individu pun yang sama, namun tahap perkembangan secara umum dapat diprediksi.

Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa "kematangan" dan "belajar" memegang peranan penting dalam perkembangan. Kematangan adalah terbukanya sifat bawaan individu. Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha dari pihak individu. Setiap individu tidak dapat belajar sampai dirinya siap dan sebaliknya, kesempatan belajar harus diberikan bila individu itu telah siap. Ketidaktepatan pada satu sisi akan mengurangi pengembangan potensi maksimal dalam diri seseorang.

2. Pembentukan Karakter

Ketika Tuhan Yesus menyatakan agar kita bertumbuh semakin serupa dengan Dia, Yesus tidak berbicara mengenai tampilan fisik tapi sesuatu di dalam diri kita yang dapat disebut sebagai "karakter". Kemajuan karakter akan semakin menampakkan "karakter ilahi", dan hal ini sangatlah penting. Semakin dini kita

Page 2: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

menanamkan dan menumbuhkannya di dalam diri seorang anak, akan semakin kokoh, karena berarti kita sudah meletakkan dasar/fondasi yang kuat.

3. Kepedulian Sosial dan Misi

Salah satu ciri kecerdasan seseorang dapat dilihat dari dampak sosial yang dihasilkan. Tidak ada batasan usia untuk seseorang menjadi utusan misi atau pekerja sosial yang menjadi berkat bagi masyarakat sekitarnya. Tidak ada seorang anak yang terlalu muda untuk dibentuk dan dilatih untuk menjadi alat Tuhan bagi pekerjaan-Nya. Setidaknya ada 3 hal yang perlu ditumbuhkan dalam diri seorang anak untuk memiliki hati misi dan kepedulian kepada orang lain, yaitu: Passion (Tekad) - Motivation (Motivasi) - Compassion (Belas Kasihan)

Pendidikan yang hanya menekankan pada intelektual semata telah menghasilkan pemimpin-pemimpin yang gagal membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Inilah saatnya bagi sekolah minggu untuk berperan lebih lagi dalam pelayanan holistik bagi anak, agar nilai- nilai Injil, karakter, dan jiwa misi dapat melekat kuat dalam diri sang anak.

Kurikulum Sekolah Minggu yang Komprehensif akan:

membawa anak mengenal Kristus secara pribadi mendorong pertumbuhan iman mengembangkan semua aspek dan potensi dalam diri anak menanamkan dan menumbuhkan karakter ilahi, dan menghasilkan anak-anak yang memiliki hati misi dan peduli pada orang lain

Kriteria Mengevaluasi Pelajaran Sekolah Minggu:

Apakah materi tersebut menggunakan firman Tuhan sebagai sumber utama dari pengajaran? Apakah materi tersebut mengajarkan kesetiaan dan kemahakuasaan Allah melalui keajaiban-

keajaiban yang dibuatnya?

Apakah firman Tuhan digunakan dalam setiap pemecahan masalah sebagai yang terutama?

Apakah materi tersebut mengajarkan nilai-nilai yang terdapat dalam Alkitab?

Apakah materi tersebut mendorong anak-anak untuk menerima Kristus sebagai Juru Selamat pribadi dan tumbuh dalam imannya?

Apakah ada tujuan yang jelas?

Apakah materi yang digunakan sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan anak-anak yang diajar?

Apakah melalui materi yang digunakan anak-anak akan terpacu untuk mengingat hal-hal penting dan memiliki pengalaman yang sama dengan yang diajarkan?

Apakah materi yang digunakan memberi berbagai kemungkinan diadakannya stimulasi dalam pengajaran?

Apakah ada alat-alat peraga pembantu dalam pengajaran?

Apakah semua aspek dalam diri seorang anak diasah dan digunakan dengan menggunakan materi kurikulum tersebut?

Page 3: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Apakah guru baru akan mudah mempergunakan materi tersebut?

Apakah "buku Petunjuk Bagi Guru" benar-benar membantu pengajar secara sederhana dan efektif?

Apakah dengan menggunakan materi tersebut, para pengajar semakin bertumbuh dalam cara mengajar?

(Diadaptasi dari daftar kriteria untuk mengevaluasi materi kurikulum oleh Ronald C. Doll di Children's Ministry oleh Lawrence O.Richards)

Apa Yang Harus Dilakukan Bila Anak Tidak Mau Berkelakuan Baik Selama Sekolah Minggu.

Anak-anak berbeda satu dengan yang lain. Anda bisa membuktikannya di dalam kelas. Selama sekolah minggu, Anda mungkin bisa menemukan bahwa sebagian besar dari anak-anak yang menjadi murid Anda memiliki perilaku yang tidak banyak menganggu hingga tidak menimbulkan kesulitan sama sekali. Tetapi, selalu ada beberapa murid yang memiliki masalah tingkah laku. Meminta murid-murid Anda berperilaku baik selama sekolah minggu adalah hal yang penting karena beberapa alasan: Anda membutuhkan kelas yang tertib untuk mengajarkan pelajaran, murid-murid yang lain membutuhkan ketertiban untuk kebutuhan belajar mereka sendiri, dan Anda perlu menyediakan lingkungan yang aman untuk mereka semua. Berikut beberapa ide untuk membantu setiap murid berperilaku baik selama sekolah minggu.

Menetapkan Peraturan-Peraturan

Berapa pun usia murid yang Anda ajar, Anda perlu membuat peraturan-peraturan di dalam kelas. Peraturan ini harus selalu sederhana dan berkaitan. Jangan membuat terlalu banyak peraturan sehingga murid-murid merasa terperangkap di dalamnya. Sebagai contoh, peraturan sederhana seperti "selalu mendengarkan", diterapkan tidak hanya untuk mendengarkan Anda saja, tetapi juga mendengarkan murid-murid yang lain juga. Pikirkan tentang apa yang Anda harapkan dari murid-murid Anda dan mulailah dari sana. Ini adalah ide yang baik untuk menjelaskan seluruh peraturan kepada murid-murid di kelas, dengan demikian tidak ada cara bagi mereka untuk salah memahami artinya.

Kenalilah Murid-Murid Anda

Satu langkah penting dalam menertibkan kelas Anda adalah dengan mengenal murid-murid secara pribadi. Bicaralah kepada orang tua mereka dan cari tahu apakah ada masalah tingkah laku di rumah atau apakah murid telah diketahui memiliki suatu kondisi medis yang menyebabkan masalah tingkah laku. Cari tahulah tindakan apa yang baik untuk diterapkan kepada murid-murid Anda dan bentuk kelas tertentu yang membuat mereka bisa memberikan respons terbaik.

Sistem Pemberian Hadiah

Sistem pemberian hadiah bisa diterapkan dengan sangat baik untuk murid-murid pada segala usia, khususnya murid-murid prasekolah. Hadiah bisa berupa sesuatu yang sederhana seperti mendapatkan stiker

Page 4: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

bintang setiap minggu untuk tingkah laku yang menonjol, dan biarkan murid-murid menempelkan bintangnya sendiri di daftar hadir di sekolah minggu mereka. Setelah beberapa minggu, murid-murid bisa mendapatkan hadiah dari kotak hadiah. Ide-ide lain misalnya koin plastik, uang kertas bertema Alkitab, atau apa saja yang berbentuk kecil yang dapat murid-murid tukarkan dengan hadiah yang lebih besar. Salah satu ide yang bagus adalah menempatkan hadiah-hadiah tersebut di tempat yang bisa mereka lihat setiap minggu. Hadiah-hadiah ini menjadi tanda pengingat tentang apa yang diharapkan dari mereka.

Rencanakan Berbagai Aktivitas

Murid-murid sering berperilaku tidak baik atau menjadi gelisah ketika mereka bosan. Anda dapat mencegahnya dengan tetap membuat murid-murid sibuk selama mereka berada di dalam kelas. Siapkan berbagai kegiatan singkat dan mudah, yang hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Ingatlah bahwa murid-murid yang masih kecil memiliki rentang perhatian yang singkat dan memerlukan beberapa kegiatan kecil untuk tetap menjaga perhatian mereka. Patung dari tanah liat, permainan teka-teki, balok, permainan yang mudah, dan bahkan berjalan cepat mengelilingi gedung gereja adalah aktivitas yang singkat yang akan mengarahkan perhatian mereka.

Akan selalu ada murid yang tidak berperilaku baik selama kelas sekolah minggu berlangsung. Belajar bagaimana mengalihkan tingkah laku murid adalah cara terbaik yang dapat Anda lakukan. Tetaplah menjalin komunikasi dengan orang tua murid-murid Anda, gunakan tip-tip di atas, dan Anda akan dapat menjalankan kelas yang tertib setiap minggu. (t/Kristin)

Bergabunglah dalam Facebook BA: http://fb.sabda.org/binaanak

Mengendalikan Anak-Anak

Wed, 02/03/2010 - 06:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Tips

Guru selalu tertantang untuk menjaga kerapian kelas sekolah minggu yang penuh dengan anak-anak atau pelayanan anak. Berikut beberapa ide yang mungkin bisa digunakan.

1. Jadilah teman mereka.

Anak-anak senang membuat teman-teman mereka bahagia. Kunjungi setiap murid secara pribadi setiap hari minggu. Dengarkanlah mereka! Berikan dukungan semangat! Beri mereka pujian! Biarkan mereka tahu bahwa Anda tertarik pada setiap kehidupan mereka dan ingin melihat setiap dari mereka berhasil.

2. Berusahalah mendapatkan kepercayaan dari mereka.

Jadilah orang yang dapat mereka percaya, konsisten, dan adil.

3. Berusahalah agar mereka menghormati Anda.

Siapkan dengan baik materi pelajaran tiap minggu dan kuasailah materi tersebut.

4. Doronglah setiap anak untuk berpartisipasi.

Partisipasi menjadikan energi mereka tetap terfokus pada hal-hal yang benar.

Page 5: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

5. Sesuaikan gaya mengajar Anda dengan kepribadian mereka.

Beberapa anak lebih senang membaca dan menjawab pertanyaan sendiri sedangkan yang lainnya lebih senang menggunakan pendekatan yang interaktif misalnya melalui permainan. Beberapa anak pemalu, sedangkan yang lainnya agresif. Beberapa anak duduk di gereja selama sejam dan perlu istirahat sebentar.

6. Gunakan berbagai gaya mengajar.

Keberagaman menambah ketertarikan. Murid-murid yang tertarik adalah murid-murid yang berperilaku baik. Keberagaman juga menarik berbagai perbedaan yang ada dalam setiap kelas.

7. Segeralah berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan berikutnya.

Murid-murid menjadi gaduh bila tidak ada yang bisa mereka lakukan.

8. Bertindaklah ketika mereka mulai tidak tertarik.

Murid yang terbaik sekalipun memiliki rentang perhatian yang terbatas. Kenalilah kapan harus berpindah ke kegiatan lain untuk menarik kembali perhatian mereka.

9. Rencanakan waktu aktif.

Anak-anak bisa belajar sambil bermain misalnya "Siapa yang Ingin Menjadi Pewaris Kristen?" atau "Bisbol Alkitab".

10. Buatlah peraturan kelas.

Biarkan anak-anak tahu harapan Anda. Ingatkan anak-anak yang lebih besar untuk menaati peraturan-peraturan tersebut setelah membahasnya sekali. Ingatkan kembali anak-anak yang lebih muda untuk berperilaku baik pada awal setiap kegiatan.

Contoh-contoh peraturan kelas seperti berikut ini.

a. Lakukan perintah guru.b. Dengarkan ketika orang lain sedang berbicara.c. Perlakukan barang-barang orang lain dengan baik.d. Perlakukan teman sekelas dan guru dengan baik.

11. Percaya dirilah.

Anak-anak memanfaatkan ketidakpastian.

12. Berpikirlah positif.

Bila Anda harus mengoreksi perilaku seorang anak, lakukan dengan positif. Misalnya, doronglah seluruh kelas untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh, jangan hanya menyuruh anak yang ramai untuk diam. Dibutuhkan banyak komentar positif untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh satu kata negatif. Jangan mempermalukan anak.

Energi anak yang berperilaku baik difokuskan pada hal yang baik. Belajarlah untuk fokus pada energi mereka terhadap hal-hal yang baik dan Anda akan memperoleh kelas yang baik pula. Bila di

Page 6: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

antara hal-hal ini tidak berhasil, konsultasikan dengan majelis gereja Anda sebelum mengambil tindakan disiplin. (t/Ratri)

Bergabunglah dalam Facebook BA: http://fb.sabda.org/binaanak

Buah Yang Baik

Wed, 01/13/2010 - 17:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

"Wah, bagus sekali pohon apel itu!" kata Krista. "Buahnya lebat dan warnanya pun merah!" Ayah tersenyum mendengar perkataan Krista. "Apel yang baik berasal dari pohon apel yang baik," kata ayah, "tetapi lihatlah pohon apel yang di sebelah sana." Krista melihat kepada pohon apel itu. Pohon itu bukanlah pohon yang baik. Cabang-cabangnya banyak yang patah. Beberapa di antaranya ada yang bergelantungan, dan daun-daunnya pun tampak layu.

"Apel seperti apakah yang kamu lihat pada pohon itu?" tanya ayah kepada Krista.

Renungan Singkat tentang Buah yang Baik

1. Apel-apel yang bagaimanakah yang tergantung pada pohon yang baik itu? Menurut kamu, apel-apel yang bagaimanakah yang dilihat Krista pada pohon yang tidak baik itu?

2. Mengapa pohon yang tidak baik itu tidak dapat menghasilkan buah yang baik? Dapatkah kamu mengharapkan hal-hal yang baik dari seorang yang jahat? Mengapa tidak?

"Pohon yang baik biasanya menghasilkan buah yang baik", kata ayah kepada Krista. "Dan pohon yang jelek biasanya menghasilkan buah yang jelek pula. Pohon yang tidak baik jarang menghasilkan buah yang baik."

"Apakah hal itu sama dengan manusia?" tanya Krista.

"Itulah yang dikatakan Tuhan Yesus," kata ayah kepada Krista. "Pada saat kamu menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat, hidupmu seperti sebuah pohon yang baik, yaitu pohon milik Tuhan Yesus. Jika hidupmu seperti pohon milik Tuhan Yesus, maka pohon itu akan menghasilkan buah-buah yang baik."

"Ayah saya ingin hidup saya seperti pohon milik Tuhan Yesus, "kata Krista.

Renungan Singkat tentang Tuhan Yesus dan Kamu

1. Sudahkah kamu meminta Tuhan Yesus masuk ke dalam hidupmu? Kalau sudah, hidupmu dapat seperti sebuah pohon yang indah bagi-Nya. Kalau belum, maukah kamu melakukannya sekarang juga?

2. Buah yang bagaimana yang dapat kamu berikan kepada Tuhan Yesus?

Bacaan Alkitab: Matius 7:16-20

Kebenaran Alkitab:

"Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik dan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik pula." (Matius 7:17)

Page 7: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Doa:

Tuhan, jadikanlah hidup saya seperti pohon yang buahnya baik, supaya saya dapat memberikan buah-Mu yang baik kepada orang lain. Amin

--Bergabunglah dalam Facebook BA: http://fb.sabda.org/binaanak--

Langkah-Langkah Menyusun Rancangan Pembelajaran Dengan Menggunakan Multiple Intelegence (MI)

Wed, 07/29/2009 - 05:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Tema : Nabi Nuh

Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai:

Anak mengetahui peristiwa air bah. Anak mengetahui bahwa Tuhan memelihara Nabi Nuh dan orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Cakupan materi yang hendak diajarkan dalam 1 bulan (4 kali pertemuan).

a. Anak mengetahui bahwa di dalam Alkitab terdapat cerita tentang seseorang yang bernama Nuh.b. Anak mengetahui bahwa Nabi Nuh dan keluarganya percaya kepada Tuhan.

c. Anak mengetahui bahwa Tuhan menyuruh Nabi Nuh membuat kapal yang besar.

d. Anak mengetahui bahwa di dalam kapal (bahtera) Nuh terdapat 8 orang dan banyak binatang yang dipelihara Tuhan yang selamat dari hujan dan banjir yang besar.

e. Anak mengetahui bahwa Tuhan yang menciptakan pelangi.

Ide-Ide Aktivitas untuk 8 Kotak "Jenis Kecerdasan"

Tujuan

a. Linguistik o Perpustakaan Nabi Nuh.

Page 8: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

o Guru bercerita.b. Logis Matematis

o Menghitung jumlah keluarga Nabi Nuh.o Puzzle binatang dan Nabi Nuh.

c. Visual Spasial o Mewarnai gambar binatang, bahtera.o Peraga gambar Nabi Nuh dan keluarganya.o Membuat bahtera dari balok kayu atau hawkblocks.

d. Naturalis o Bermain kapal-kapalan di kolam air.o Eksperimen pelangi.

e. Musikal o Menyanyikan lagu Nabi Nuh.o Menyanyikan lagu Pelangi-Pelangi

f. Intrapribadi o Bermain dengan kostum Nabi Nuh.o Bermain dengan kostum binatang.

g. Antarpribadi o Bersama-sama (dan bergantian) memasukkan binatang ke dalam bahtera Nuh.o Bermain drama.

h. Kinestetik o Mengecat awan hujan dan menaburinya dengan garam.o Bermain alat pertukangan membuat kapal.

Ide-Ide Aktivitas yang Paling Sesuai dan Dapat Dilaksanakan.

Tujuan

a. Area 1: Linguistik (perpustakaan mini)b. Area 2: Logis, Spasial (Puzzle, lego, balok, hawkblocks)

c. Area 3: Intra + Antarpribadi (binatang plastik, bahtera, kostum binatang atau Nabi Nuh dan keluarganya, wayang anggota keluarga Nuh)

d. Area 4: Visual, Kinestetik (Finger paiting, cat, stiker, peralatan pertukangan, lacing, dan pancing magnet)

Susunan Rancangan Pembelajaran dalam 1 Bulan (4 Minggu).

1. Bermain Bebas (15 menit)a. Minggu 1: Perpustakaan mini, balok, kapalb. Minggu 2: Perpustakaan mini, hawkblocks, binatangc. Minggu 3: Perpustakaan mini, kapal, peralayan pertukangand. Minggu 4: Perpustakaan mini, binatang, lego

2. Lagu Pembukaan dan Doa Pembukaan (5 menit)

a. Lagu Pembukaan Good Morning 3x to you and you. Good morning 3x to you (lalu sebutkan satu per satu nama anak).

b. Doa Pembukaan Lagu pengantar doa: Satu lipat tangan, Dua tutup mata, Tiga tunduk kepala, Lalu aku berdoa. Doa: Selamat pagi Tuhan Yesus, terima kasih saya boleh datang ke

Page 9: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Sekolah Minggu. Tuhan sertai saya supaya dapat memuji nama-Mu dan mendengarkan firman-Mu. Amin

3. Lagu Pujian (5 menit)

a. Anak monyet di atas pohon, anak cacing di dalam tanah, anak burung di dalam sangkar, anak Tuhan di dalam gereja.

b. Kambing embek-embek, kucing meong-meong, katak teot teblung- teot teblung, tetapi anak Tuhan selalu bergembira pujilah haleluya.

c. Belalai gajah yang panjang, sayap burung dara, ikan yang pandai berenang, Tuhan penciptanya.

d. Kingkong badannya besar, tapi aneh kakinya pendek. Lebih aneh aneh binatang bebek lehernya panjang kakinya pendek. Haleluya Tuhan Mahakuasa (2x).

e. Dan sebagainya.

4. Firman Tuhan (5 menit)

Untuk ide-ide bentuk penyampaian firman Tuhan sesuai level usia anak.

a. Minggu 1: Panggung boneka, menggunakan wayang Nabi Nuh dan keluarganya untuk mengenalkan keluarga Nuh.

b. Minggu 2: Bermain "Sst...dengar!" Tebak-tebakan suara binatang saat binatang diajak masuk bahtera.

c. Minggu 3: Painting -- mengecat awan hujan raksasa, menjelaskan hujan lebat dan banjir.

d. Minggu 4: Bermain "Ayo Cari Pasangannya" saat para binatang keluar dari bahtera.

5. Pusat Aktivitas dan Aktivitas Per Area (20 Menit)

a. Pusat Aktivitas (berbeda setiap minggu) Minggu 1: Mengecat bahtera Minggu 2: Finger painting binatang Minggu 3: Membuat awan hujan Minggu 4: Mengecat pelangi

b. Aktivitas Per Area (aktivitas ini selalu ada dan sama setiap minggu selama 1 bulan)

Area 1: Perpustakaan Mini (linguistik) Area 2: Puzzle, balok, hawkblocks, lego (logis dan spasial) Area 3: Binatang, bahtera, wayang Nuh (inter dan antarpribadi) Area 4: Mewarna, finger painting, menempel stiker, lacing hewan, pancing magnet

(visual, kinestetik)6. Bereskan mainan (dilakukan oleh anak-anak dan dibantu orang tua, pengasuh) dan Persembahan (5

menit)

a. Bereskan mainan Area 1: Perpustakaan mini (linguistik) Area 2: Puzzle, balok, hawkblock, lego (logis dan spasial)

Page 10: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Area 3: Binatang, bahtera, wayang Nuh (antar dan intrapribadi) Area 4: Mewarna, finger painting, menempel stiker, lacing hewan, pancing magnet

(visual, kinestetik)b. Persembahan

Lagu: Aku bawa aku b'rikan persembahanku, pada Yesus pada Tuhan Juru S'lamatku.

7. Lagu Tema, Doa Penutup, dan Lagu Penutup (5 menit)a. Lagu Tema

Nabi Nuh dan istrinya, 3 orang anaknya, 3 orang menantunya, masuk dalam bahtera. Hujan lebat turunlah 3x, 8 orang selamat.

b. Doa Penutup

Lagu sebelum doa: Tanganku ada dua, lima lima jarinya, kulipat semuanya lalu aku berdoa. Doa: Tuhan Yesus, terima kasih untuk pagi ini, saya belajar tentang Tuhan yang memelihara keluarga Bapak Nuh. Saya berdoa untuk papa dan mama, kakak dan adik, mbak dan suster, Tuhan berkati. Amin.

c. Lagu Penutup

S'lesailah S'kolah Minggu mari kita pulang. Bye 2x, Tuhan lindungimu.

Praktikkan!

Yang perlu diperhatikan saat memilih cerita alkitab untuk kelas bayi

a. Pintu masuk pembelajaran adalah dari hal yang sudah diketahui anak menuju pada hal yang baru. Jadi, berangkatlah dari dunia anak menuju informasi baru yang hendak Anda sampaikan. Misalnya: Bermain kapal untuk menjelaskan bahtera Nuh, bermain boneka domba dan playhouse kandang untuk menjelaskan tentang di mana Bayi Yesus dilahirkan, menempel stiker bunga, kupu, serta membuat taman untuk mengajarkan tentang Yesus berdoa di Taman Getsemani, dan sebagainya.

b. Fokus utama bukan pada pengetahuan atau detail informasi dari kisah Alkitab, melainkan pada kecintaan anak untuk belajar firman Tuhan. Jadi, informasi diberikan secukupnya saja, tetapi guru lebih menekankan asyiknya atau serunya belajar firman Tuhan. Lalu dorong anak dan orang tua untuk menyediakan waktu membaca firman Tuhan di rumah.

Diambil dan disesuaikan dari:

Cermin Ajaib

Wed, 07/08/2009 - 05:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Pada mulanya, bayi suka melihat dirinya di cermin. Aktivitas ini merupakan pengalaman visual yang akan merangsang bayi dan membantunya untuk mengenal dirinya sendiri, serta mempelajari ciri-ciri tubuhnya, juga untuk mengenal citra diri dan memahami lingkungannya.

Page 11: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Contoh tema: Terima kasih Tuhan untuk tubuhku.

Bahan: cermin (bisa cermin yang mudah dipegang dan dipindahkan atau cermin yang menempel di dinding) -- pastikan bahwa posisi cermin aman bagi bayi untuk mereka sentuh, pegang, atau mungkin didorong.

Cara: Pertama-tama, biarkan bayi "mengenal" cermin (mungkin dengan menyentuhnya, menciumnya, atau memukulnya). Izinkan bayi mempelajari cermin menurut keinginannya, namun pastikan ia melakukannya dengan aman. Kemudian, mulai tunjukkan pada bayi apa yang ia lihat di dalam cermin. Bila bayi merasa nyaman dengan permainan ini, Anda bisa menggunakan berbagai barang untuk dikenakan oleh bayi.

Misalnya: Hei, lihat Angel ... saya meletakkan topi cantik di atas kepalamu. Apakah kamu suka? Ini ada pita yang bagus, coba saya taruh di depan topimu, yah! Sebutkan juga anggota-anggota tubuh bayi lainnya sambil kenakan berbagai perlengkapan.

Jangan lupa untuk senantiasa memperkuat pesan firman Tuhan hari ini, yaitu: terima kasih Tuhan untuk tubuhku. Untuk kepalaku, sehingga aku bisa memakai topi yang cantik. Untuk tanganku, sehingga aku bisa memakai gelang. Untuk kakiku, sehingga aku bisa memakai sepatu. Dan sebagainya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Si Rendah Hati dan Si Sombong

Wed, 06/10/2009 - 05:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Dengan menggunakan perumpamaan tentang si pemungut cukai dan orang Farisi, kegiatan ini akan menolong kita membedakan mana orang yang rendah hati dan tinggi hati atau sombong.

Bahan: Kertas kosong, pensil, dan spidol atau krayon.

Durasi: Kira-kira 20 menit.

Topik: Kesombongan, Pujian, Kerendahan Hati

Target umur: Anak-anak kelas 1 -- 6.

Persiapan: Tidak ada.

Yang akan Anda kerjakan selama pelajaran: Ajaklah anak-anak untuk menyimak Alkitab mereka ketika Anda membaca perumpamaan tentang si pemungut cukai dan orang Farisi dalam Lukas 18:10-14. Mintalah anak- anak untuk mengulang cerita itu kembali ketika mereka membuat satu gambar untuk menunjukkan perbedaan dua orang itu. Berikan waktu 10 menit untuk menyelesaikan gambar mereka. Lalu, mintalah masing-masing anak memberikan gambarnya kepada teman yang berada di sebelah kanannya. Selanjutnya mintalah mereka masing-masing menceritakan kepada murid-murid lain tentang apa yang mereka suka (hal baik) dari gambar yang mereka pegang.

Perumpamaan tentang Si Pemungut Cukai dan Orang Farisi

Page 12: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: 'Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.' Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: 'Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.'" (Lukas 18:10-14)

Pertanyaan tambahan:

Apakah kamu mendapati satu anak yang lebih mudah menggambar daripada anak yang lain, jika demikian anak yang mana dan mengapa?

Bagaimana perasaanmu ketika teman sekelasmu menceritakan apa yang mereka suka dari gambaranmu?

Apakah ada gambar yang kamu rasa tidak sebagus gambaranmu? Bagaimana perasaanmu karenanya?

Jika kamu harus memilih menjadi salah seorang yang ada di dalam gambar itu, yang mana yang akan kamu pilih? Mengapa kamu memilih orang itu?

Dari manakah kemampuan kita untuk bisa menggambar dengan baik berasal?

Saat kita menyombongkan apa yang kita punya, atau merendahkan seseorang yang kurang beruntung, kita mengatakan kepada Tuhan bahwa Dia tidak penting dan kita pikir kita bisa melakukan segala sesuatu dengan kekuatan kita. Ini benar-benar salah besar. Segala hal yang baik berasal dari Allah, kita sendiri tidak memiliki apa-apa. Oleh karena itu, kita harus hidup dengan rendah hati di hadapan Allah dan mengakui bahwa tanpa Dia, kita pasti tidak bisa berbuat apa-apa. Agar tidak menjadi sombong, kita harus mengakui dan bersyukur kepada-Nya untuk semua yang telah Ia berikan kepada kita. Saat kita melakukannya, Allah akan meninggikan kita dan ingatlah bahwa Allah mengetahui apa yang berada di dalam hati kita. (t/Setya)

Menggunakan Kata-Kata untuk Memotivasi

Tue, 08/05/2008 - 17:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Tips

PANDANGAN ANAK

Saat bertanya bagaimana orang dewasa merangkul dan memotivasi mereka, anak-anak usia SD merespons demikian:

"... ngobrollah denganku seperti seorang teman, jangan anggap aku anak-anak."

"... peluk aku."

Page 13: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

"... buatkan aku kue."

"... bermainlah denganku."

"... ajak aku jalan-jalan."

"... cobalah untuk mengerti aku."

"... dengarkan aku saat aku bicara."

Kata-kata bisa menyembuhkan, tapi juga bisa menyakiti. Kata-kata bisa digunakan untuk membangun hubungan antara guru dan murid, namun bisa juga membangun rintangan. Kata-kata bisa menyampaikan penerimaan atau penolakan. Dengan kata lain, anak-anak tersentuh dan mereka mulai membentuk konsep tentang Tuhan. (Perhatikan bagaimana ungkapan-ungkapan mereka menekankan pada diri mereka sendiri dan bukan pada Tuhan.)

PENERIMAAN

"Terima kasih sudah banyak membantuku."

"Saya senang dengan caramu berbagi/merapikan kelas/menyelesaikan tugas, dll.."

"Saya perlu bantuanmu untuk bercerita/menyanyi/menyingkirkan barang-barang ini."

"Kamu punya ide apa?"

"Senangnya melihatmu menyapa teman baru/mengatur kursi/mengeluarkan buku-buku nyanyian."

PENOLAKAN

"Mengapa kamu tidak bisa duduk tenang seperti Mary?" (membandingkan)

"Kamu tidak pernah tahu ayat-ayatmu!" (selalu/tidak pernah)

"Kalau saja ibumu tidak bekerja/orang tuamu bercerai/keluargamu rajin ke gereja, dll.." (menghakimi)

"Kalau saja kamu lebih sering berdoa/lebih percaya lagi kepada Tuhan, maka ...." (menyatakan bahwa anak tidak cukup berdoa/percaya).

"Aku yakin kamu pasti akan bertanya." (respon yang tidak berempati/menolong anak yang baru saja menceritakan suatu masalah dan ingin mendapatkan bantuan/peyakinan).

"Kamu pikir itu buruk, saya beritahu kamu tentang ...." (mengabaikan atau meremehkan cerita yang baru saja diceritakan oleh anak).

"Kamu seharusnya tidak boleh merasa begitu terhadap adik barumu/perubahan di sekolahmu/keputusan orang tuamu, dll.." (menutup kemungkinan untuk pengungkapan lebih lanjut mengenai perasaan dan pikiran).

KATA-KATA YANG MENYENTUH PERASAAN

"Itu pasti sangat sulit/membuat frustasi/mengecewakan/menakutkan bagimu."

Page 14: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

"Ya, itu sepertinya tidak masuk akal."

"Bagaimana perasaanmu atas semua yang terjadi ini?"

"Apa yang bisa aku bantu?"

"Sepertinya kamu benar-benar merasa salah paham/tertolak."

PEMBUKA PERCAKAPAN

Beberapa anak senang menyampaikan gagasan mereka dengan gembira dan spontan kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka. Anak-anak yang lain perlu beberapa dorongan semangat. Cobalah beberapa pembuka percakapan berikut ini.

"Kejadian menarik apa yang kamu alami minggu ini?"

"Apa yang kamu lakukan minggu ini, yang membuatmu merasa gembira?"

"Apa yang kamu cari beberapa hari ini?"

"Ceritakan hal-hal yang menyenangkan dan yang menyedihkan tentang sekolah, latihan sepak bola, kemah, dll.."

"Apa yang kamu pelajari minggu ini?"

"Apa yang kamu pikirkan beberapa hari ini?"

MEMOTIVASI DENGAN MELAKUKAN SESUATU

Anak-anak jauh lebih menginginkan waktu istimewa dengan orang dewasa daripada permen atau mainan. Menghabiskan waktu sendirian bisa menjadi jalan untuk menemukan anak-anak yang terkucil dari teman-temannya di sekolah minggu, paduan suara anak, program-program kelompok lainnya. Saat mereka sendirian adalah saat yang tepat untuk "menyentuh" anak, tidak hanya dengan "melakukan sesuatu", tetapi juga dengan mendengarkan, memberi dorongan, dan berbicara dengan mereka. Berikut beberapa cara yang efektif untuk menyentuh mereka dengan melakukan sesuatu.

Mengajaknya menikmati es krim. Bawa bekal makanan dan ajaklah makan siang di luar. Jalan-jalan di mal. Kunjungi museum yang dipilih oleh anak-anak. Buat roti di rumah Anda. Makan pagi bersama. Mengajaknya bermain. Baca buku bersama. Menonton film bersama dan kemudian mendiskusikannya. Bersepeda bersama.

MEMOTIVASI MURID-MURID UNTUK MENJANGKAU ORANG LAIN

Menjangkau dan menyentuh orang lain bukan hanya kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa. Anak-anak juga bisa belajar bagaimana untuk peduli dan melakukannya, mereka membangun harga diri mereka

Page 15: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

sendiri dan tersentuh sendiri. Anda mungkin ingin mengajarkan konsep peduli ini dengan cara sebagai berikut.

1. Kenalkan konsep peduli dengan menunjukkan iklan "menjangkau dan menyentuh seseorang".2. Tanyakan, "Bagaimana orang lain tersentuh melalui telepon?" (Mereka tahu ada seseorang yang

peduli, mereka mengobrol, seseorang mendengarkan mereka, dll..)3. Gunakan cerita tentang orang Samaria yang baik hati untuk menciptakan konteks alkitabiah tentang

menjangkau dan menyentuh seseorang.4. Tanyakan kepada murid-murid bagaimana seseorang telah "dijangkau dan tersentuh". Buatlah daftar

pada papan tulis dengan judul "Kata-kata" dan "Tindakan-tindakan".5. Tanyakan kepada anak-anak apa yang mereka rasakan saat mereka diperhatikan. 6. Sebutkan orang-orang di gereja Anda atau di lingkungan Anda yang bisa menggunakan "jangkauan

dan sentuhan". Tulislah beberapa nama di papan tulis.7. Mintalah kepada seluruh anggota kelas untuk menambah daftar nama di atas. 8. Diskusikan bagaimana murid-murid Anda bisa menjangkau dan menyentuh orang-orang ini dengan

perkataan dan perbuatan. Berikan penjelasan secara spesifik dan tulislah saran-sarannya di papan tulis.

9. Pilihlah satu atau dua orang yang ada di daftar tersebut. Putuskan bagaimana cara menyentuh mereka sebagai anggota kelas (atau dalam kelompok kecil). Tentukan hari untuk melakukan kegiatan ini.

IDE-IDE UMUM

1. Buatlah dan bawalah kue-kue. 2. Bersihkan rumah atau halaman mereka.3. Bersihkan daun-daun atau salju. 4. Bermain puzzle bersama mereka. 5. Tulislah pesan. 6. Undang mereka ke pesta kelas. 7. Cucilah mobil mereka.

IDE-IDE UNTUK HARI LIBUR

Hari libur bisa menjadi hari yang menyenangkan bagi murid-murid Anda untuk menjangkau dan menyentuh seseorang. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk memberi contoh peduli, menyentuh kehidupan di lingkungan atau gereja Anda dan membangun kekompakan kelas. Selain ide-ide di atas, cobalah juga beberapa ide berikut ini.

1. Undanglah murid-murid dari sekolah internasional atau misionaris internasional untuk bercerita di kelas Anda tentang liburan di negara mereka.

2. Undanglah kakek nenek atau orang yang sudah tua untuk menceritakan hari libur mereka saat mereka masih anak-anak.

3. Undanglah kakek nenek atau murid-murid dari sekolah internasional untuk memeragakan bagaimana membuat suatu keterampilan.

4. Adakan kegiatan "carol" (menyanyi di malam natal) di rumah perawatan, rumah sakit, atau orang yang tinggal sendirian di rumah.

5. Kirimlah paket atau kartu kepada keluarga para misionaris.6. Kumpulkan pakaian pantas pakai dan berikan kepada suatu keluarga tertentu atau suatu organisasi

yang bisa mendistribusikan bantuan-bantuan berupa kebutuhan keluarga tersebut. (t/Ratri)

Naomi Gaede-Peener adalah penulis dan pembicara lepas yang tinggal di Littleton, Colorado.

Page 16: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Metode-Metode untuk Menyampaikan Firman Tuhan

Tue, 07/22/2008 - 17:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Tips

Memilih Metode Mengajar

Dalam memilih suatu metode, mulailah dengan menganalisa cerita dan tujuan dari cerita itu sendiri. Metode yang umum dipakai:

1. Gunakan metode narasi saat ceritanya memiliki plot sederhana dengan elemen-elemen yang sudah dikenal anak-anak dan untuk meminimalkan kebingungan yang mungkin akan dialami anak.

2. Pengikutsertaan atau nyanyian sederhana saat ada elemen-elemen yang sering diulang-ulang dan/atau frasa yang mencolok. Gaya pembacaan cerita tradisional banyak menggunakan pengulangan sehingga anak-anak dapat dilibatkan.

3. Gunakan alat bantu visual bila dalam cerita yang disampaikan terdapat unsur-unsur yang asing bagi anak-anak atau bila cerita tersebut rumit. Alat bantu visual ini bisa berupa gambar, benda, gambar pada kain flanel, dan lain-lain. Alat-alat bantu visual itu dapat digunakan sebelum atau selama cerita itu disampaikan.

4. Karakter cerita (kostum atau penggunaan satu boneka) di mana aksi penyampai cerita dalam memerankan tokoh dalam cerita dapat membantu dalam menyampaikan poin penting atau dalam mengungkapkan perasaan, pikiran, atau proses berpikir.

5. Gunakan sandiwara saat mengilustrasikan penerapan atau saat beberapa karakter memiliki peranan-peranan yang penting.

Berikut beberapa cara menyajikan firman Tuhan yang lebih dari sekadar menyampaikannya secara biasa-biasa saja.

1. Membacakan cerita yang disukai anak-anak. Dalam mempersiapkannya, bacalah cerita tersebut selama beberapa kali, setidaknya sekali dengan suara yang keras. Bersemangatlah saat membacakan cerita untuk anak-anak, dan bacalah pelan-pelan dengan sering melakukan kontak mata. Membaca untuk anak-anak dengan suara keras adalah latihan yang bagus untuk pembaca cerita yang masih pemula.

2. Bersandiwara. Cara ini bagus untuk mengeksplor peranan yang berbeda-beda.

3. Membagikan pengalaman hidup Anda, khususnya yang dapat dijadikan teladan.

4. Diskusi dan/atau tanya jawab. Cara ini tepat diterapkan untuk anak-anak yang lebih besar. Ingat, penyampaian cerita firman Tuhan tidak seharusnya dijadikan sebagai sebuah ceramah.

Metode-Metode yang Membutuhkan Keterlibatan

1. Cerita yang membutuhkan keterlibatan.

Saat Anda melibatkan anak dalam cerita, Anda layaknya seorang pesulap yang melibatkan penonton. (Anak-anak belajar 60% dari apa yang mereka lakukan, 30% dari apa yang mereka lihat dan, hanya 10% dari apa yang mereka dengar.)

Page 17: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

2. Cerita dengan unsur-unsur yang terus diulang.

Doronglah anak-anak untuk ikut terlibat dalam cerita itu dengan memberi jeda, kontak mata antisipasi, gerak tubuh, dan bahasa tubuh yang sifatnya memberi dorongan. Berikan "kata kunci" yang tepat kepada mereka, bangunlah dan variasikan intensitas dan irama dengan tepat. Metode ini bisa maksimal bila digunakan dengan cerita-cerita sederhana dan plot yang sederhana pula.

3. Paduan suara, nyanyian pujian, dan "cerita bergema".

Guru menyampaikan cerita satu atau dua baris dan anak-anak menggemakan (menirukan) kata-kata, gerakan, atau suara. Dalam nyanyian pujian, anak-anak mengulang kembali kalimat-kalimat yang sudah ditandai dengan irama yang sama. Atau mintalah anak-anak membuat efek suara dari kata kunci yang diberikan selama cerita disampaikan. Anda akan heran betapa cepatnya hal-hal penting bisa diingat dengan cara ini.

4. Pantomim.

Pantomim khususnya efektif pada kelompok yang lebih kecil atau lebih muda di mana mereka bisa "terlibat" dalam cerita itu dengan memerankannya. (Pencerita harus menggali kepekaan bahasa tubuh. Dan menggunakan kesempatan untuk mengenal lebih dalam lagi tentang dunia lawak/badut. Bahkan saat menyampaikan cerita pun, wajah dan gerak tubuh Anda sangatlah penting.)

5. Bermain peran.

Setelah menyampaikan cerita secara singkat, ajaklah anak-anak untuk menjadi tokoh dalam cerita itu (atau menjadi benda-benda dalam cerita itu, misalnya pohon, dll.) dan perankanlah. Biasanya anak-anak akan ingin memainkan peran tertentu secara bergantian. Cara ini sangat tepat untuk anak-anak usia sekolah yang masih pemula.

Metode-Metode yang Menggunakan Alat Peraga

1. Cerita berantai.

Saat cerita mulai berkembang, gunakan serangkaian gambar untuk mengilustrasikan cerita. Waktu adalah penting. Jangan terlalu cepat menampilkan gambar, tariklah terus perhatian mereka dan jangan alihkan perhatian mereka dari inti yang diajarkan.

2. Cerita dengan papan gambar.

Cerita dengan menggunakan kain flanel bergambar. Cara ini cukup dapat menarik perhatian anak-anak bila benar-benar dipersiapkan dan disampaikan. Metode ini sangat membantu bila rangkaian cerita, gerakan, dan hubungan-hubungan dalam cerita itu adalah hal penting yang perlu disampaikan. Alat peraga yang bisa dipajang berdiri, misalnya boneka dengan tongkat, juga bisa digunakan.

Alat-alat peraga sangat membantu saat benda-benda yang tidak dikenal oleh anak-anak yang sulit mereka bayangkan ternyata muncul dalam cerita yang disampaikan. Kadang-kadang ada baiknya menunjukkan alat-alat peraga itu sebelum bercerita. Hal ini dilakukan untuk menghindari gangguan pada saat cerita disampaikan.

Page 18: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Tujuan dari pelajaran. Di mana guru menggunakan alat-alat peraga untuk memfokuskan perhatian dan memberikan ilustrasi atas cerita yang disampaikan. Persiapan yang cermat dan latihan sangat diperlukan. Pastikan terlebih dahulu bahwa alat-alat peraga ini bisa digunakan!

Alat peraga lain, misalnya model, kertas lipat, papan tulis, peta, dan lain-lain.

Metode-Metode Drama: Pertunjukan Boneka/Wayang

Ada banyak jenisnya: boneka tangan yang punya mulut; boneka tangan yang punya lengan; boneka tangan yang punya mulut dan lengan, marionet, dll.. Boneka sederhana dapat dibuat dari kaos kaki, tas kertas, atau dari boneka mainan dari kertas. Setiap boneka harus memiliki kepribadian yang jelas, berpikiran maju, dan harus tetap dalam karakter itu, baik itu sombong, galak, pemalu, gelisah, dll.. Setiap tokoh harus memiliki suara sendiri dan harus memertahankan suaranya itu.

Jangan menggunakan boneka hanya untuk menyampaikan cerita. Buatlah percakapan dengan boneka itu atau buatlah boneka itu melakukan sesuatu agar jangan membuat anak-anak cepat bosan. Karena boneka membuat anak-anak harus mendengarkan percakapan, maka boneka ini sangat menolong, khususnya saat situasi benar-benar memerlukan pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah menjadi bagian dari pelajaran hari itu. Saat anak-anak benar-benar dilibatkan dengan boneka sehingga mereka seolah-olah mengalami sendiri cerita yang disampaikan, maka sangat disarankan bila tokoh boneka itu bersikap dan bertindak kekanak-kanakan.

Secara khusus, berhati-hatilah kalau-kalau boneka "tenggelam" karena tangan Anda lelah, suara yang tidak bisa keras (khususnya bila menggunakan panggung teater), pergerakan atau pembicaraan yang tidak selaras, serta dialog, peralatan, atau alur yang terlalu rumit (usahakan supaya hal-hal ini tetap sederhana). Perhatikan kontak mata antara boneka satu dan boneka lain atau penonton. Sering-seringlah berlatih.

Anak-anak yang masih kecil sering kali takut pada boneka dan harus diperkenalkan secara perlahan-lahan. Ada banyak buku tentang boneka dan ada banyak kesempatan untuk melihat pertunjukkan boneka. Bila Anda memunyai keterampilan khusus dan peralatan yang dibutuhkan, buatlah sendiri boneka-boneka itu, belajarlah berbicara dengan menggunakan suara perut.

Mempersiapkan cerita boneka yang pendek dan lucu atau cerita kelompok adalah suatu kegiatan yang lebih menantang. Saat melakukannya, buatlah skenario terlebih dahulu sehingga Anda tahu bagaimana alur cerita itu. Ambillah beberapa "kata kunci" yang diperlukan. Bedakan mana dialog Anda dan cerita yang Anda bawakan. Jadilah tokoh yang ada dalam pikiran Anda. Buatlah kepribadiannya. Pikirkan kemungkinan-kemungkinan dalam dialog. Selama dalam cerita atau drama pendek itu, berbicaralah dan berperanlah "dalam tokoh yang dimainkan". Bersenang-senanglah dan nikmatilah kesalahan-kesalahan Anda. Biasanya bila satu tim melakukannya, satu orang "menyampaikan" pesan yang ingin ditekankan, dan yang lainnya "mempermainkan" tokoh tersebut. (t/Ratri)

Pertanyaan dan Jawaban tentang Allah

Wed, 08/01/2007 - 17:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Tips

Page 19: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Apa yang Anda katakan kepada seorang anak yang bertanya tentang Allah? Agar jawaban itu bermakna, jawabannya harus cocok dengan tingkat pemahaman anak pada saat itu. Misalnya, orang dewasa yang dingin dan cenderung mengambil jarak dengan anaknya akan kurang berhasil dalam menjelaskan bahwa Allah mengasihi seorang anak. Orang dewasa yang penuh kasih dan pengertian mungkin mengucapkan kata-kata yang sama, tetapi pengaruh jawabannya pada anak akan amat berbeda. Sikap orang dewasalah yang membuat perbedaan itu.

1. Akui jika Anda tidak tahu jawabannya.

Jawaban apa pun bagi pertanyaan anak tentang Allah harus masuk akal bagi orang dewasa, bukan sekadar usaha untuk membeo apa yang dianggap jawaban yang "benar". Memberi jawaban yang tidak benar-benar dipercayai orang dewasa hanya akan menjadikan diskusi tentang Allah bersifat munafik. Anak pasti akan mengetahui ketidaksesuaian itu cepat atau lambat. Lebih baik berkata, "Saya tidak tahu. Ada banyak hal tentang Allah yang tak seorang pun benar-benar mengetahuinya." Seorang ayah menanggapi pertanyaan yang rumit dengan cara seperti ini: "Papa tidak tahu bagaimana menjawabnya. Itu pertanyaan yang bagus, tetapi Papa perlu berpikir tentang hal ini selama beberapa hari. Papa mungkin akan bertanya kepada orang lain. Papa berjanji akan melakukan yang terbaik untuk menemukan jawaban itu bagimu."

2. Hindari jawaban yang terlalu sederhana atau muluk-muluk.

Beri jawaban yang paling singkat dan akurat terhadap sebuah pertanyaan, kemudian tanyakan, "Apakah penjelasan ini menjawab pertanyaanmu?" Anak tersebut akan memberitahu Anda apakah ia ingin tahu lebih lanjut atau tidak.

Berikut beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan anak-anak.

1. Seperti apakah Allah itu?

Seorang guru menjawab demikian, "Tak seorang pun yang pernah melihat Allah, jadi kita tidak tahu seperti apa Dia. Alkitab memang kadang-kadang menggambarkan Dia seperti manusia untuk menolong kita memahami-Nya."

2. Di mana Allah tinggal?

Sebuah jawaban yang bisa diberikan adalah: "Allah ada di mana-mana pada saat yang bersamaan. Tak seorang pun mengerti bagaimana Dia melakukan hal itu, tetapi kita tahu bahwa hal itu memang benar." Jawaban ini mungkin tidak sepenuhnya memuaskan anak, tetapi lebih baik daripada mengatakan bahwa Allah ada di "surga" yang jauh. Juga, membiarkan anak tinggal dalam realitas misteri memberikan sarana untuk menghindari jawaban yang disederhanakan yang terkunci di benak anak saat ia bertumbuh makin dewasa.

3. Di mana surga?

Mirip dengan pertanyaan sebelumnya. Anak mendengar istilah itu digunakan dalam kalimat sebagai suatu nama tempat dan beranggapan bahwa tempat itu merupakan lokasi fisik. Karena anak kecil tidak dapat memahami hal yang bersifat nonfisik, pertanyaan ini mendorong orang tua untuk mencari bantuan dari "pakar", atau berlindung di balik jawaban sederhana, "Surga ada di langit, di atas sana." Namun, jawaban ini justru menimbulkan masalah ketika anak naik pesawat terbang atau melihat peluncuran roket di layar televisi. Ada orang tua yang lebih suka menjawab begini, "Surga itu nyata, tetapi tak seorang pun di dunia yang pernah melihatnya. Alkitab mengatakan bahwa surga itu luar biasa indahnya. Tetapi surga begitu berbeda dengan segala tempat yang kita ketahui

Page 20: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

sehingga amat sukar untuk kita pahami." Jawaban ini tidak membebaskan anak dari pemahaman tentang surga dari sudut pandang yang bersifat fisik, tetapi paling tidak jawaban ini memalingkan pengertian bahwa surga adalah jalan untuk dilalui pesawat, jet.

4. Kapan saya akan ke surga?

Seorang guru hanya menjawab, "Saya tidak tahu. Saya kira saatnya belum tiba."

5. Bagaimana Allah memelihara saya?

Pertanyaan ini merupakan pokok dari beraneka ragam pertanyaan yang tidak terbatas tentang peranan Allah dalam kehidupan anak. Jawaban terbaik adalah memusatkan perhatian anak pada pemeliharaan khusus Allah bagi kelangsungan hidup manusia. "Allah menciptakan seluruh dunia dengan tanaman dan binatang yang berguna untuk kita. Dan Allah merencanakan agar manusia memiliki tubuh yang kuat sehingga dapat menggunakan ciptaan-ciptaan Allah yang diperuntukkan bagi kita. Dan Dia merencanakan agar kita memiliki keluarga dan teman sehingga kita dapat saling menolong." Jawaban ini menolong anak menghargai kemampuannya sebagai pemberian Allah dan bersyukur atas orang-orang yang merupakan bagian dari hidupnya. Hal ini juga menghindari pandangan yang muluk-muluk bahwa Allah melindungi dengan cara ajaib dan mengabaikan tanggung jawab tiap individu.

6. Apakah Allah suka marah?

Merupakan jenis pertanyaan untuk mengetahui tanggapan Allah atas tindakan anak. Interpretasi anak tentang kemarahan amat tergantung pada ekspresi kemarahan yang dialaminya ketika berinteraksi dengan orang lain. Salah satu jawaban yang paling baik diberikan oleh nenek Andrea: "Allah begitu mengasihimu, Andrea sehingga Dia selalu ingin kamu melakukan yang terbaik sehingga kamu dan orang lain akan bahagia. Jika kamu melakukan yang tidak baik, Allah sedih karena Dia tahu bahwa kamu tidak sungguh-sunggah merasa bahagia."

;

Sikap Anak Tentang Allah

Wed, 08/25/2010 - 05:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Ketika anak berpikir tentang Allah, pengertiannya mungkin belum matang bahkan terkadang kabur dan kontradiktif. Tetapi perasaan- perasaan anak tentang Allah biasanya cukup meyakinkan. Ada anak-anak yang pada usia sangat dini sudah belajar untuk takut akan Allah sebagai hakim yang sangat berkuasa, yang akan menghukum mereka untuk setiap kesalahan yang mereka perbuat. Anak yang secara terus-menerus didisiplin dengan ancaman, teriakan, dan hukuman akan mulai memikirkan Allah sebagai pribadi yang pemarah dan pendendam. Ada anak-anak lain yang belajar menghubungkan Allah dengan semua pengalaman menyenangkan dalam hidup mereka dan menganggap-Nya sebagai sahabat yang suka menolong dan peduli akan kesejahteraan mereka.

Page 21: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Hampir semua anak menaruh rasa kagum dan takjub pada Allah, meski ada sedikit perasaan tidak pasti. Meskipun anak dapat mengungkapkan kekaguman akan tindakan-tindakan Allah, tetapi cenderung hanya bersifat permukaan, bahkan kadang-kadang memiliki makna yang sama sekali berlawanan.

Sikap dasar anak terhadap Allah terutama terbentuk dalam proses interaksinya dengan orang dewasa, khususnya orangtuanya. Meskipun Allah selalu dilihat lebih berkuasa daripada orangtuanya, jenis hubungan yang dimiliki anak dengan orangtuanya mendominasi kesannya tentang Allah. Saat pemikiran anak menjadi lebih dewasa, berangsur-angsur ia mulai mentransfer perasaan-perasaannya tentang kemahakuasaan orangtua kepada idenya mengenai Allah.

Orangtua yang mudah kehilangan kesabaran terhadap anak-anaknya akan membuat mereka memiliki gambaran tentang Allah sebagai si Pemarah. Janji yang tidak dipenuhi, standar yang tidak konsisten, dan moralitas yang munafik membuat perasaan anak terhadap orangtuanya menjadi tidak pasti. Akibatnya, anak memunyai konsep bahwa Allah tidak dapat dipercaya. Ungkapan-ungkapan kasih, penghargaan terhadap minat anak, disiplin yang masuk akal dan konsisten, dan perilaku etis memberikan dasar yang positif bagi suatu konsep tentang Allah yang positif. Kesalahpahaman yang tidak dapat dihindarkan tentang Allah dapat diminimalkan jika anak memiliki lingkungan yang sehat dan kokoh untuk membentuk sikap-sikapnya.

Pikiran Anak Tentang Allah

Bagi anak-anak, gambaran yang menonjol dan hampir universal tentang Allah adalah bahwa Allah itu kurang lebih seperti manusia. Meskipun mereka mengakui kuasa-Nya yang besar, anak-anak cenderung memandang Allah sebagai kakek tua dengan jubah panjang dan jenggot putih "yang lebih panjang dari jenggot Sinterklas." Sejumlah besar imajinasi yang kekanak-kanakan ini jelas terlihat melalui penggambaran anak-anak tentang Allah, baik secara lisan maupun dalam bentuk gambar. Dia mungkin manusia yang paling kuat, atau lebih besar dari manusia mana pun. Tetapi dalam analisa akhir seorang anak, Dia tetap manusia dengan sifat-sifat manusia.

Allah Itu Baik

Meskipun anak akan mengatakan bahwa segala sesuatu yang Allah lakukan itu baik, beberapa tindakan Allah terkadang tampak agak mencurigakan. Anak-anak kelihatannya percaya bahwa Allah mirip dengan orang dewasa yang sering melakukan hal-hal aneh tanpa alasan yang jelas, meskipun anak itu diberitahu bahwa orangtua tahu yang paling baik. Anak-anak mungkin menerima hal itu begitu saja. Namun dalam situasi khusus, mereka dengan gigih akan menolak saat perilaku orang dewasa tidak sesuai dengan perbuatan yang dianggap paling baik sebagaimana diharapkan anak.

Sebagian dari masalah yang timbul dalam membedakan apakah Allah ataupun orangtua telah melakukan hal yang benar disebabkan oleh adanya kesulitan anak dalam memahami pandangan orang lain. Anak sering menerapkan motivasinya sendiri dalam menggambarkan tindakan Allah. Dengan amat logis, ia akan menyimpulkan bahwa Allah bertindak dengan cara yang mirip dengan bagaimana ia bereaksi. Pemahaman akan kemarahan Allah ditafsirkan sebagai perilaku yang kekanak-kanakan, seperti misalnya ketika ia marah atau frustrasi. Dengan demikian, dari sudut pandang anak, Allah dapat mengubah pikiran-Nya dan dapat melakukan kesalahan, tetapi pada saat yang bersamaan anak amat percaya akan perlindungan Allah.

Allah Itu Mahahadir

Banyak anak tampaknya memahami konsep kemahahadiran Allah, yang biasanya merupakan penghiburan pada saat-saat tertekan. Tetapi konsep ini didominasi oleh ketergantungan anak pada kualitas fisik sehingga sering kali agak menggelikan. "Apakah Allah benar-benar berada di sini bersama kita? Apakah Dia ada di balik gorden? Apakah Dia ada di saku saya?" Sifat nonfisik Allah sering membingungkan anak.

Page 22: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Allah Sebagai Roh

Bahkan ketika anak dapat memakai istilah-istilah yang "benar" untuk menggambarkan Allah sebagai roh, pemahaman mengenai kata itu amat terbatas. Stefani yang berusia 6 tahun dapat berkata, "Allah adalah roh". Ketika ditanya apa artinya, ia menjelaskan, "Itu berarti Dia tidak memiliki tubuh". Tetapi ketika didesak lebih lanjut untuk menjelaskan tentang Allah, ia menggambarkan-Nya begini, "Dia mengenakan jubah putih yang panjang, dan memiliki dagu serta kumis." Kata-kata saja ternyata tidaklah cukup untuk membawa Stefani melampaui batas-batas pemikiran konkret. Ia harus menggambarkan "Makhluk" ini sebagai tanpa tubuh yang memakai pakaian dan memiliki jenggot yang mengagumkan.

Kuasa Allah

Kualitas pemikiran anak secara literal menimbulkan masalah dalam memahami kuasa Allah. Anak-anak sering kali melihat Dia menggunakan "tangan" dan "lengan" atau melayang di udara seperti tukang sulap. Mereka mengharapkan Allah bekerja pada situasi eksternal. Misalnya, seorang anak kecil menafsirkan ide pemeliharaan Allah dengan pengertian bahwa bila ia menyeberang jalan, Allah akan menyediakan tempat yang aman dengan menghentikan mobil-mobil yang lewat di jalan tersebut.

Kasih Allah

Anak-anak tampaknya juga amat yakin bahwa Allah mengasihi setiap orang. Namun dalam situasi khusus mereka dengan amat mudah meyakini bahwa satu pribadi atau kelompok lebih disukai daripada yang lain. Dalam banyak cerita Alkitab, bagi anak, "pahlawan" layak memperoleh lebih banyak kasih daripada "penjahat". Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, anak sungguh-sungguh yakin bahwa ia lebih dikasihi Allah daripada orang lain. Biasanya, keluarga dan teman dekat juga dianggap termasuk dalam kelompok orang-orang yang paling istimewa bagi Allah.

Sekali lagi, pandangan anak yang terbatas membuatnya hanya memiliki sebuah sudut pandang. Seorang anak bisa dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Allah juga mengasihi anak laki-laki dan perempuan di berbagai negara, tetapi kata-kata semacam ini bukanlah ukuran yang tepat bagi perasaannya yang sesungguhnya.

Surga

Surga juga ditafsirkan dengan imajinasi yang kekanak-kanakan. Bagi anak, surga adalah sebuah tempat secara fisik, yang terletak di suatu tempat di langit, mungkin di dalam atau di atas awan. Bagi beberapa anak, surga merupakan tempat kediaman yang kabur dan berkabut dari Allah. Beberapa anak lainnya memiliki gambaran yang menyenangkan bahwa surga adalah tempat bermain yang menakjubkan, anak-anak bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan. Hal-hal yang menyenangkan tentang surga biasanya tidak selalu cukup untuk membuat anak sungguh-sungguh ingin pergi ke sana. Fungsi surga hanyalah tempat serba guna untuk menemukan binatang-binatang peliharaan atau keluarga yang sudah meninggal.

Pada kebanyakan keluarga Kristen, Allah bukanlah bagian integral dari pengalaman anak sehari-hari. Kecuali untuk doa makan dan doa menjelang tidur, terkadang pembacaan cerita Alkitab, Allah benar-benar digeser dari kehidupan anak. Secara umum, pola ini disebabkan karena orangtua tidak mengaitkan Allah dengan saat-saat penting dalam kehidupan mereka sendiri. Anak dan orang dewasa cenderung dikuasai oleh hal-hal yang bersifat jasmani sehingga tidak peduli dengan Allah yang tidak dapat dilihat secara kasat mata.

Diambil dan disunting dari:

Mencegah Keluarnya Murid-Murid Sekolah Minggu

Page 23: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

Tue, 11/25/2008 - 17:00 — admin

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Artikel di bawah ini akan membantu para pelayan anak melihat lebih jauh mengapa sekolah minggu kerap tidak dapat memertahankan murid-muridnya. Pengurus sekolah minggu dapat mengadakan pertemuan khusus untuk membicarakan hal ini. Berikut adalah petunjuk jika pengurus mengadakan pertemuan untuk membahas masalah tersebut.

Pembahasan ini dimulai dengan menanyakan pendapat-pendapat para pekerja untuk menentukan beberapa alasan mengapa anak-anak keluar dari sekolah minggu. Tulislah semua pendapat yang dikemukakan di papan tulis. Beberapa alasan di bawah ini mungkin akan dikemukakan.

Sebab-sebab keluarnya murid:

1. pencatatan yang kurang lengkap, 2. tidak ada tindak lanjut, 3. tidak mendapat dorongan di rumah, 4. pengajaran yang tidak efektif, 5. ruang kelas yang terlalu penuh, 6. pengelompokan murid yang tidak tepat, 7. tidak ada guru pria, 8. tekanan dari anak-anak yang sebaya, atau 9. tidak ada transportasi.

Jikalau para pekerja tidak memunyai pendapat-pendapat lain lagi untuk dikemukakan mengenai hal itu, beritahukanlah kepada mereka hasil-hasil penyelidikan tentang sebab musabab anak-anak remaja berhenti ke gereja dan sekolah minggu. Terangkanlah bahwa alasan-alasan ini disusun sesuai dengan kepentingannya bagi kaum muda.

1. Tidak ada cukup kegiatan kaum muda di gereja. 2. Orang dewasa di gereja bersifat munafik. 3. Kebaktian di gereja membosankan. 4. Terlalu banyak kegiatan lain yang bersamaan waktunya dengan kegiatan di gereja. 5. Orang tua tidak memberi dorongan. 6. Tidak peduli akan hal-hal yang bersifat agama. 7. Terlalu banyak pekerjaan rumah dan kegiatan sekolah. 8. Teman-temannya tidak ke gereja.

Mencegah Keluarnya Murid

Bahan di bawah ini dapat disampaikan dengan cara yang berikut. Sesudah para pekerja memberi pendapat, salah seorang anggota pengurus dapat memimpin pembahasan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

1. Bagaimana kita dapat menggunakan catatan kita sebagai pencegah terhadap keluarnya murid-murid?

Catatan sekolah minggu Saudara harus menjadi garis pertahanan yang pertama untuk mencegah keluarnya murid-murid. Perbandingan catatan kelas dari satu tahun atau satu triwulan ke tahun atau triwulan berikutnya akan menunjukkan lubang-lubang penerobosan dalam beberapa kelas atau departemen. (Saudara dapat meminta sekretaris sekolah minggu membuat daftar anak-anak dari

Page 24: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

setiap kelas yang sudah tidak hadir lagi dalam tahun yang baru atau yang jarang hadir. Banyak guru yang mungkin akan teringat pada murid-murid yang sudah dilupakannya sama sekali.)

Sekolah minggu harus memunyai peraturan mengenai penghapusan nama-nama itu dari buku catatan. Pemimpin departemen atau pemimpin sekolah minggu harus diberi daftar semua nama yang hendak dihapus dengan keterangan mengapa nama anak-anak itu dihapus dari buku catatan. Pengurus sekolah minggu harus menyampaikan keterangan ini kepada pendeta dan meminta bantuannya dalam mendorong anak-anak supaya setia hadir di sekolah minggu.

2. Kunjungan yang bagaimanakah yang diperlukan untuk menahan anak-anak supaya tetap setia datang ke sekolah minggu?

Tidak ada cara yang mudah untuk menjaga supaya anak-anak tidak keluar atau supaya selalu setia hadir. Hal itu menuntut usaha dan itu berarti perkunjungan. Perkunjungan haruslah menjadi bagian yang saling melengkapi dalam cara menjalankan sekolah minggu Saudara, termasuk pencatatan. Suatu kunjungan ke rumah sering kali dapat menerangkan mengapa seorang murid tidak hadir lagi. Anak yang absen itu harus tahu bahwa kelasnya merindukan kehadirannya. Kata yang penting dalam perkunjungan adalah kunjungan yang "tetap dan teratur". Para guru harus memberi laporan tentang perkunjungannya kepada salah seorang pengurus.

Dalam kelas-kelas remaja, orang dewasa atau para pelajar dapat mengambil bagian dalam tanggung jawab perkunjungan. Guru pembantu juga dapat diberi tugas perkunjungan. Jika ada anggota-anggota dari satu keluarga yang duduk di berbagai kelas, maka guru dari kelas-kelas tersebut boleh mengadakan kunjungan bersama-sama. Kadang-kadang, adalah ide yang baik juga untuk membawa salah seorang murid ketika mengunjungi rumah seorang anak lainnya.

3. Bagaimana kita dapat meminta kerja sama keluarga untuk menjaga anak-anaknya supaya tetap ke sekolah minggu?

Anak-anak yang keluar dari sekolah minggu hampir selalu dari rumah tangga yang bukan Kristen. Kunjungan ke rumah anak itu akan meyakinkan keluarganya tentang perhatian gereja kepada mereka. Cobalah untuk menentukan alasannya mengapa anak-anak berhenti menghadiri sekolah minggu, dan tawarkan bantuan Saudara untuk mengatasi rintangan yang ada. Usahakan untuk membangkitkan minat setiap anggota keluarga terhadap bermacam-macam kegiatan yang diselenggarakan oleh gereja Saudara. Carilah kesempatan dengan bijaksana mengingatkan para orang tua akan tanggung jawab mereka dalam menyediakan semua keperluan keluarganya, baik yang rohani maupun yang jasmani. Carilah juga kesempatan untuk memimpin para orang tua yang belum diselamatkan kepada Kristus.

4. Bagaimanakah kita dapat memakai fasilitas dan alat perlengkapan kita seefektif mungkin?

Jikalau satu sekolah minggu ingin berkembang, maka sekolah minggu itu harus memunyai tempat untuk pengembangan. Para guru mungkin tidak merasa terdorong untuk mengunjungi anak-anak yang sudah keluar jika kelas-kelas mereka sudah penuh sekali. Periksalah fasilitas dalam sekolah minggu Saudara untuk melihat apakah semua tempat yang ada sudah terpakai dengan efisien. Lemari-lemari yang besar dan perabot lain yang tidak perlu sebaiknya dipindahkan dari ruang kelas yang sesak. Susunlah kembali kelas-kelas itu supaya cocok dengan keperluan saat itu.

Pikirkanlah hal mengubah jadwal kegiatan-kegiatan Minggu pagi supaya setengah dari sekolah minggu (mulai dari madya sampai orang dewasa) mengadakan kebaktian bersama sementara setengah lainnya memakai kelas-kelas, dan demikian sebaliknya. Buatlah anggaran belanja yang mencakup perlengkapan-perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan. Periksalah kembali untuk

Page 25: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal

melihat bahwa perlengkapan yang sudah ada dipergunakan oleh para guru. Tetapkanlah 1 jam untuk melatih mereka memakai alat bantuan mengajar secara efektif.

5. Bagaimanakah kita dapat memeroleh lebih banyak guru pria untuk memelihara minat anak laki-laki?

Mungkin staf sekolah minggu akan heran apabila melihat betapa sedikitnya kaum pria yang dipakai dalam kelas-kelas sekolah minggu di bawah tingkat tunas remaja. Pakailah kaum pria sebagai guru atau pembantu dalam semua departemen, termasuk kelas kanak-kanak. Suami istri sering kali sangat berhasil bila bekerja bersama-sama sebagai guru dalam satu kelas. Adakanlah kursus pendidikan untuk kaum pria saja. Mintalah kepada kelompok kaum pria di gereja Saudara untuk membantu dalam sekolah minggu.

Cara Menyelamatkan Anak yang Keluar

1. Tinjaulah mutu pengajaran Saudara, pemakaian metode pengajaran, alat peraga, dsb.. 2. Kunjungilah anak yang keluar itu dan doronglah dia untuk kembali. Mintalah orang lain juga untuk

mengunjunginya. 3. Berilah kepada anak yang hendak keluar itu satu bagian dalam suatu kegiatan kelas. 4. Ajaklah anak yang keluar itu untuk ikut menghadiri kegiatan-kegiatan lain di gereja, misalnya

Pekan Pendidikan Anak-Anak, kebaktian kebangunan rohani, kegiatan kaum muda, kamp remaja, dll..

5. Jangkaulah keluarga anak itu dengan Injil. 6. Doakanlah anak itu dengan menyebut namanya. Berdoalah dengan penuh iman serta percaya bahwa

Allah akan mengabulkan doa itu. 7. Inisiatif harus ada pada pihak Saudara. Berbuatlah sesuatu!

Suatu rumusan untuk pelaksanaannya. Sediakanlah daftar pertanyaan untuk setiap pekerja. Pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab untuk setiap anak yang telah keluar dari kelasnya selama 6 bulan yang baru lalu.

1. Menurut Saudara apakah alasan yang menyebabkan mereka tidak terus datang? (Selidikilah alasan-alasan dan sebab-sebab yang tersembunyi maupun yang nyata.) Apakah yang Saudara ketahui tentang latar belakang rumah tangga si murid, rapor sekolahnya, laporan pekerjaannya, dsb.?

2. Apakah yang telah Saudara lakukan sebagai tindak lanjut untuk anak yang absen itu? Hasilnya bagaimana?

3. Apa lagikah yang dapat Saudara lakukan? Dapatkah orang lain atau departemen lainnya di gereja membantu dalam hal ini?

4. Langkah khusus apakah yang akan diambil? Oleh siapa? Kapan? Di mana? Bagaimana?

Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab secara terperinci. Hanya membicarakan persoalannya saja tidak akan memecahkan persoalan itu. Tindakan harus diambil. Mendapatkan kembali anak yang telah keluar adalah sama pentingnya dengan mendapatkan satu anggota baru.

Berilah tempat kosong di bawah setiap kelompok pertanyaan. Jika waktu mengizinkan, mintalah setiap guru menuliskan dengan singkat jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu sehubungan dengan anak-anak yang keluar dari kelas atau departemen mereka.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Published in e-BinaAnak, 26 November 2008, Volume 2008, No. 409

Page 26: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal