menelan sekresi urine respirasi

10

Click here to load reader

Upload: asfar-syafar

Post on 24-Jul-2015

138 views

Category:

Education


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menelan sekresi urine respirasi

Laporan Praktikum Dasar Fisiologi Ternak. No. 6 : 1-6 (Halaman)

PROSES MENELAN, EKSKRESI URINE DAN SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA

M. Asfar Syafar*, Rahmi Syamsuddin**

*Peserta Praktikum Dasar Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin**Staf Asisten Laboratorium Dasar Fisologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme dari proses menelan dengan berbagai perlakuan, pengaruh aktivitas terhadap frekuensi pernafasan, pengaruh jenis minuman terhadap volume, berat jenis, warna urine serta faktor yang mempengaruhinya. Metode kerja utuk proses menelan yaitu memakan suatu bahan makanan yang telah dihancurkan, lalu menelannya dengan bolus kering, bolus basah, dengan posisi terbalik, serta dengan larynx tertahan, lalu memperhatikan proses menelannya, apakah mudah atau tidak. Untuk metode kerja eskresi urine dilakukan dengan menyiapkan kopi, kopi dengan gula, air mineral, sirup, teh, teh dengan gula untuk diminum masing praktikan laki-laki dan perempuan. Menunggu hingga praktikan tersebut ingin buang air kecil untuk ditampung urinenya, setelah itu mengamati warna, volume dan bau dari urine tersebut. Untuk proses respirasi dilakukan dengan bernafas saat mulut terisi penuh dengan air dan memperhatikan proses bernafas apakah dapat dilakukan atau tidak. Hasil praktikum ekskresi urine diketahui bahwa volume urine yang dikeluarkan berbeda-beda tergantung jumlah yang diminum, begitupun warna urine berbeda-beda tergantung konsistensi minuman, namun dari bau hampir semua memiliki bau pesing. Dari proses menelan diketahui saat menelan dengan keadaan bolus kering, posisi terbalik, laring terangkat proses menelan sangat sulit dilakukan, sedangkan pada keadaan bolus basah proses menelan mudah dilakukan. Sistem respirasi tersusun dari rongga hidung, faring, laring, trakea, paru-paru, bronkus, bronkiolus dan alveolus. Selain itu berdasarkan hasil perlakuan bernafas dalam keadaan mulut terisi penuh dengan air maka tetap dapat dilakukan.

Kata kunci : Respirasi, Bolus, Ekskresi, Urine, Volume

PENDAHULUAN

Sistem pencernaan adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi

di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.

Proses menelan merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan oleh makhluk hidup supaya proses kehidupan-nya tetap berlangsung. Proses pencernaan berhubungan dengan proses menelan dimana merupakan mekanisme yang kompleks, dimana kelenjar ludah sangat berperan untuk memudahkan proses penelanan tersebut, kemudian makanan ke oesofagus karena kelenjar peristaltik lingkaran tersebut pada serabut otot di

1

Page 2: Menelan sekresi urine respirasi

M. Asfar Syafar – I 111 12 286

depan makanan mengendor dan yang di belakang berkontraksi, gelombang peristal-tik mengantarkan bolus makanan ke lambung.

Ekskresi adalah proses pengeluar-an zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh dan dapat dikeluarkan bersama urin, keringat atau pernapasan. Pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dari dalam tubuh dapat melalui ginjal, kulit, paru-paru, dan saluran pencernaan. Ekskresi cairan tubuh paling banyak dikeluarkan melalui urine, urine yang dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 900-1500 ml per 24 jam, bervariasi dengan asupan cairan. Pembentukan urine berlangsung di ginjal melalui tiga tahap, yaitu: proses filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi.

Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya. Secara umum pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup oksigen bebas dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Oksigen diperlukan untuk pembakaran sari-sari makanan guna memperoleh energi melalui reaksi oksidasi biologi. Atas dasar inilah dilakukan praktikum mengenai proses menelan, ekskresi urin dan respirasi pada manusia untuk mengetahui mekanisme dari proses menelan dengan berbagai perlakuan, pengaruh aktivitas terhadap frekuensi pernafasan, pengaruh jenis minuman terhadap volume, berat jenis, warna urine serta faktor yang mempengaruhinya.

MATERI DAN METODE

Alat-alat yang digunakan yaitu: gelas, sendok, gelas ukur, pemanas air. Bahan-bahan yang digunakan yaitu air mineral, air panas, teh, pisang, biskuit gabing, sirup, kopi, gula dan tissue.

Metode kerja utuk proses menelan yaitu memakan suatu bahan makanan (biskuit gabing) yang telah dihancurkan, lalu menelannya dengan bolus kering, bolus basah dan laring terangkat, sedangkan untuk posisi terbalik dilakukan dengan menelan pisang, lalu memperhati-kan proses menelannya, apakah mudah atau tidak.

Untuk metode kerja eskresi urine dilakukan dengan menyiapkan kopi tanpa gula, kopi dengan gula, air mineral, sirup, teh tanpa gula, teh dengan gula untuk diminum masing praktikan laki-laki dan perempuan. Menunggu hingga praktikan tersebut ingin buang air kecil untuk ditampung urinenya, setelah itu mengamati warna, volume dan bau dari urine tersebut.

Untuk proses respirasi dilakukan dengan bernafas saat mulut terisi penuh dengan air dan memperhatikan proses bernafas apakah dapat dilakukan atau tidak.

2

Page 3: Menelan sekresi urine respirasi

M. Asfar Syafar – I 111 12 286

HASIL DAN PEMBAHASAN

a) Ekskresi UrineBerdasarkan hasil praktikum maka

didapat data seperti pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Ekskresi Urine

Jenis Minuman

Volume (ml)

Warna Bau

♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

Air Putih 220 ml 185 mlKuning pucat

Kuning pucat

Amoniak Amoniak

Teh + Gula 30 ml 30 mlKuning pekat

Kuning pucat

Amoniak Amoniak

Teh ≠ Gula 120 ml 100 ml Kuning KuningAmoniak Amoniak

Sirup 90 ml 85 ml Kuning KuningAmoniak Amoniak

Kopi + Gula 20 ml 10 mlKuning pekat

KuningAmoniak Amoniak

Kopi ≠ Gula 30 ml 30 ml Kuning Kuning pekat

Amoniak Amoniak

Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2013

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa besarnya volume urine dihasilkan paling besar saat meminum air putih yaitu sebesar 220 ml pada laki-laki dan 185ml pada perempuan, hal itu disebabkan karena air putih memiliki kandungan air yang nyaris 100%, dalam artian air putih memiliki keenceran yang lebih dibanding minuman lain sehingga akan lebih banyak diekskresikan. Selain itu urutan meminum air putih yang pertama mempengaruhi banyaknya urin yang diekskresikan. Volume urine yang diekskresikan pada kopi+ gula semakin kecil yaitu sebesar 20ml pada laki-laki dan 10ml pada perempuan, hal itu karena sedikitnya jumlah yang diminum, selain itu disebabkan karena proses pengeluaran urine dilakukan berkali-kali selama beberapa jam sehingga ikut mempengaruhi sedikit banyaknya ekskresi urine.

Berdasarkan pengamatan diatas dapat terlihat bahwa pengeluaran urine pada minuman yang ditambahkan gula lebih sedikit, karena mengandung gula sederhana yang cepat diserap oleh tubuh. Glukosa yang berada didalam tubuh diarbsorbsi untuk menjadi energi sehingga pengeluaran zat sisanya pun akan lebih kecil dibandingkan minuman lain. Dari segi warna yang dihasilkan terlihat bahwa warna yang dihasilkan berbeda-beda setiap jenis minuman mulai dari kuning pucat, kuning, dan kuning pekat, minuman dengan konsistensi pekat seperti kopi lebih mengeluarkan warna urine yang pekat. Dari segi bau terlihat bahwa nyaris semua jenis minuman menghasilkan bau urine yang pesing. Hal ini sesuai dengan pendapat Oktavia (2010) yang menyatakan bahwa selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor jumlah air yang diminum. Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang

3

Page 4: Menelan sekresi urine respirasi

M. Asfar Syafar – I 111 12 286

dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak. Serta dipengaruhi oleh saraf dan banyak sedikitnya hormon insulin.

Lebih lanjut diungkapkan oleh Oktavia (2010) yang menyatakan bahwa urine yang dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 900-1500 ml per 24 jam, bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain. Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0. Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti. Komposisi dari urine yaitu air, urea 20-30 gr/jam, asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida,

kalium, sulfat, serta fosfat. Proses pembentukan urine berlangsung di ginjal melalui tiga tahap, yaitu: proses filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi.

Menurut Supripto (1998) bahwa fungsi eksresi saling terkait dengan osmoregulasi. Setiap permukaan yang bersifat permeabel serta berlangsung memisahkan ruangan yang mengandung hasil eksresi dengan lingkungannya, mempunyai potensi sebagai eksresi. Pada hewan tingkat tinggi derajatnya organ eksresi yang khusus dikembangkan untuk alat pembuangan eksresi yaitu ginjal.

b) Proses MenelanBerdasarkan hasil praktikum maka

didapat data seperti pada tabel berikut:

PerlakuanKemampuan Menelan

Laki-laki♂

Perempuan♀

Menelan dengan bolus kering Sulit Sangat Sulit

Menelan dengan bolus basah Mudah Sulit

Menelan dengan posisi terbalik Sulit Sulit

Menelan dengan larinx terangkat Sangat Sulit Sangat Sulit

Tabel 2. Hasil Pengamatan Proses MenelanSumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2013

Berdasarkan hasil praktikum proses menelan maka diketahui bahwa saat menelan dengan keadaan bolus kering proses menelan sangat sulit dilakukan, sedangkan pada keadaan bolus basah proses menelan mudah dilakukan pada laki-laki sedangkan pada perempuan sulit dilakukan. Begitupun dengan posisi terbalik, proses menelan sulit dilakukan. Terlebih lagi saat laring terangkat, proses menelan menjadi sangat sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena saat menelan dengan bolus kering saliva tidak dimanfaatkan sebagai pelarut makanan yang membantu proses pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Almatsier (2001)

yang menyatakan bahwa di dalam mulut terkandung kelenjar ludah yang berfungsi untuk memudahkan proses menelan, sehingga makanan yang ditelan (bolus) dapat dengan mudah masuk ke esofagus. Selain itu menurut Schottelius (1999) saliva memungkinkan makanan dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjadi bolus. Adanya enzim ptyalin yang disekresikan oleh kelenjar parotid juga membantu mengubah karbohidrat menjadi maltose serta melembabkan lidah sehingga memudahkan proses menelan. Kekurangan saliva pada mulut menyebabkan mulut menjadi kering sehingga sulit untuk menelan, hal tersebut menjelaskan

4

Page 5: Menelan sekresi urine respirasi

M. Asfar Syafar – I 111 12 286

mengapa menelan dengan lobus kering sulit dilakukan.

Disamping itu ketika menelan dengan posisi terbalik serta larynx tertahan juga tidak dapat dilakukan proses menelan dengan baik karena larynx sebagai saluran pencernaan ditahan yang menyebabkan makanan sulit untuk dilanjutkan atau diteruskan pada posisi selanjutnya. Demikian pula halnya pada saat posisi terbalik dimana kepala sebagai pusat koordinasi tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik pada saat pencernaan karena posisi organ-organ pencernaan terbalik dan tidak bisa melakukan aktivitas yang semestinya terutama untuk mengunyah dan mensekresikan kelenjar saliva. Hal ini

sesuai dengan pendapat Almatsier (2001) yang menyatakan bahwa deglutisi atau proses menelan, terbagi menjadi berbagai tahap. Pertama bergeraknya makanan atau air melalui mulut, kemudian bergeraknya bahan tersebut ke dalam farinks selanjutnya ke esophagus sebelum masuk ke perut. Makanan yang masuk di dalam mulut dipotong dan dihancurkan oleh gigi dan dilembabkan oleh saliva membentuk bolus, massa berlapis saliva. Kekurangan saliva pada mulut menyebabkan mulut kering serta kesulitan dalam menelan.

c) Proses RespirasiBerdasarkan hasil praktikum maka

didapat data seperti pada Gambar berikut:

Gambar 1. Sistem Respirasi ManusiaLABORATORIUM FISIOLOGI TERNAKFAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2013

5

Page 6: Menelan sekresi urine respirasi

M. Asfar Syafar – I 111 12 286

Sumber: Human Biology

Berdasarkan gambar diatas maka diketahui bahwa system respirasi tersusun dari rongga hidung, faring, laring, trakea, paru-paru, bronkus, bronkiolus dan alveolus. Selain itu berdasarkan hasil perlakuan bernafas dalam keadaan mulut terisi penuh dengan air maka tetap dapat dilakukan. Hal itu disebabkan karena saluran untuk makan dan minum berbeda dengan saluran pernafasan, sehingga tidak menganggu satu sama lain. Hal ini sesuai dengan Mader S (2000) bahwa organ pernafasan memastikan oksigen masuk ke dalam tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida, organ pernafasan tersusun dari luar kedalam mulai dari hidung, pharing, laring, trakea, paru-paru, bronkus, bronkiolus dan alveolus.

Menurut Sonjaya (2013) setelah melewati saluran hidung dan laring, udara akan menjadi hangat dan mengisap air, udara inspirasi masuk ke dalam trakea, ke bronkiol, dan saluran alveoli ke alveolus. Fungsi utama system pernafasan adalah menggerakkan oksigen dari udara luar ke paru-paru dan menggerakkan karbon dioksida pada arah yang berlawanan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa volume urine yang dikeluarkan berbeda-beda tergantung jumlah yang diminum, begitupun warna urine berbeda-beda tergantung konsistensi minuman, namun dari bau hampir semua memiliki bau pesing. Dari proses menelan diketahui saat menelan dengan keadaan

bolus kering, posisi terbalik, laring terangkat proses menelan sangat sulit dilakukan, sedangkan pada keadaan bolus basah proses menelan mudah dilakukan. Sistem respirasi tersusun dari rongga hidung, faring, laring, trakea, paru-paru, bronkus, bronkiolus dan alveolus. Selain itu berdasarkan hasil perlakuan bernafas dalam keadaan mulut terisi penuh dengan air proses bernafas tetap dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka. Jakarta

Mader, S. 2000. Human Biology. The Pharmaceutical Press, London.

Oktavia, Nur. 2010. Pengaruh Berbagai Jenis Minuman Terhadap Keadaan Urin. Fakultas Keperawatan. Universitas Padjadjaran

Schottelius. 1999. Textbook of Physiology. The University of Lowa College. Lowa. United States.

Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakul-tas Peternakan. Universitas Ha-sanuddin,  Makassar.

Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Penerbit ITB. Bandung

6