mendalami peristiwa kebangkitan kristus · mengajarkan soal kebangkitan dari kematian. bagi orang...

5
02 | BULLETIN GKI WAHA MENDALAMI PERISTIWA KEBANGKITAN KRISTUS n TOPIK UTAMA maka segala iman kita pun akan menjadi sia-sia (1 Korintus 15:17). Di manakah posisi saya? Tentu, saya akan menjawab, kedua-duanya penting! Alasannya sederhana, kisah Kristus tidak akan lengkap jika kita hanya menyoroti sebagian bagian dari kehidupan-Nya saja. Pentingnya melihat keseluruhan hidup Kristus itu tercermin dari bagaimana penulis kitab Matius pertama kali membahas mengenai silsilah Kristus, bahkan sebelum Oleh Pnt. Christian Elbert Budiman D alam ranah berteologi, ada perdebatan yang cukup lama dalam pembahasan hal yang lebih utama: antara hari raya Paska, dan hari raya Natal. Beberapa berpendapat bahwa hari Natal perlu menjadi titik tonggak sekaligus perayaan terbesar kita, karena tanpa adanya kelahiran Kristus, maka puncak kasih Allah kepada kita itu belum juga tercapai (Yohanes 3:16). Di sisi lain, yang lain berpendapat bahwa tanpa ada kebangkitan Kristus,

Upload: votu

Post on 06-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENDALAMI PERISTIWA KEBANGKITAN KRISTUS · mengajarkan soal kebangkitan dari kematian. Bagi orang banyak, apa yang diajarkan oleh agama Kristen tampak sebagai sebuah kebodohan (1

02 | BULLETIN GKI WAHA

MENDALAMI PERISTIWA KEBANGKITAN KRISTUS

n TOPIK UTAMA

maka segala iman kita pun akan menjadi sia-sia (1 Korintus 15:17).

Di manakah posisi saya? Tentu, saya akan menjawab, kedua-duanya penting! Alasannya sederhana, kisah Kristus tidak akan lengkap jika kita hanya menyoroti sebagian bagian dari kehidupan-Nya saja. Pentingnya melihat keseluruhan hidup Kristus itu tercermin dari bagaimana penulis kitab Matius pertama kali membahas mengenai silsilah Kristus, bahkan sebelum

Oleh Pnt. Christian Elbert Budiman

Dalam ranah berteologi, ada perdebatan yang cukup lama dalam pembahasan hal yang

lebih utama: antara hari raya Paska, dan hari raya Natal. Beberapa berpendapat bahwa hari Natal perlu menjadi titik tonggak sekaligus perayaan terbesar kita, karena tanpa adanya kelahiran Kristus, maka puncak kasih Allah kepada kita itu belum juga tercapai (Yohanes 3:16). Di sisi lain, yang lain berpendapat bahwa tanpa ada kebangkitan Kristus,

Page 2: MENDALAMI PERISTIWA KEBANGKITAN KRISTUS · mengajarkan soal kebangkitan dari kematian. Bagi orang banyak, apa yang diajarkan oleh agama Kristen tampak sebagai sebuah kebodohan (1

BULLETIN GKI WAHA | 03

tidak mengherankan juga apabila ketika para murid kemudian mewartakan tentang kabar kebangkitan Kristus ke masyarakat luas yang tidak pernah mendengarnya, mereka pun dicemooh. Misalnya saja, peristiwa ketika Petrus dan Yohanes ditangkap oleh imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang Saduki (Kisah Para Rasul 4:2), ataupun ketika Paulus menyebarkan Injil kepada orang-orang di Athena (Kisah Para Rasul 17:32).

Mengapa kebangkitan Kristus ini menjadi penolakan dan cemoohan bagi orang banyak? Karena bisa dikatakan bahwa agama Kristenlah yang mengajarkan soal kebangkitan dari kematian. Bagi orang banyak, apa yang diajarkan oleh agama Kristen tampak sebagai sebuah kebodohan (1 Korintus 1:18). Reaksi orang yang berbeda-beda dalam menerima berita kebangkitan Kristus sebenarnya masuk akal, karena bagaimanapun juga, secara logika manusia, secara ilmu pengetahuan, kebangkitan itu bukanlah hal yang masuk akal. Tetapi, inilah ciri unik kekristenan, sekaligus pengharapan bersama bagi semua orang percaya!

SEPERTI APA KEBANGKITAN ITU?Bagi orang-orang yang percaya

(atau penasaran) terhadap kebangkitan, pertanyaan selanjutnya biasanya mengarah kepada bentuk kebangkitan itu. Seperti apa bentuknya? Tubuh yang seperti apakah? Pertanyaan-pertanyaan yang nampak “sepele” ini sebenarnya menyimpan sebuah

kekhawatiran yang lebih mendalam: kesadaran bahwa tubuh kita, manusia, adalah sebuah tubuh yang tidak sempurna. Apakah Tuhan akan membangkitkan kembali tubuh yang tidak sempurna tersebut? Bila seorang dilahirkan cacat, akankah ia dibangkitkan kembali dalam kecacatannya?

Walaupun tidak persis sama, Alkitab mencatat sebuah kisah yang membahas tentang “ketidaksempurnaan” manusia dan kaitannya dalam kebangkitan. Orang-orang Saduki, dalam Lukas 20:27-40, bertanya tentang seperti apa relasi seorang yang nanti akan dibangkitkan dengan suami dan istrinya. Hal penting yang perlu kita catat dari jawaban Kristus adalah, “... mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan” (ayat 36). Kristus menjelaskan bahwa kebangkitan bukanlah sesuatu yang bisa diukur oleh ukuran manusiawi kita di dunia, melainkan sesuatu yang sungguh-sungguh berbeda.

Keyakinan akan sebuah tubuh dan kondisi yang sungguh-sungguh berbeda inilah yang sebenarnya tercermin dalam Pengakuan Iman Rasuli yang kita ucapkan. Bagi Saudara-Saudara yang pernah bergereja di gereja lain selain GKI, mungkin menyadari bahwa ada satu bagian kecil yang berbeda dari Pengakuan Iman kita dengan gereja-gereja lain pada umumnya. Perbedaan itu ada pada bagian akhir:

Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang Kudus dan Am.

membahas peristiwa kabar baik kepada Maria. Di sisi lain, kitab-kitab Injil juga menuliskan bagaimana Kristus pada akhirnya naik ke surga. Jadi, sudah jelaslah bahwa keseluruhan kehidupan Kristus memang memegang peranan yang penting dalam hidup beriman para pengikut-Nya.

KEBANGKITAN – CIRI UNIK KEKRISTENANNamun, walaupun segenap kehidupan Kristus memang bermakna dalam hidup beriman segenap pengikut-Nya, saya pun tidak bisa memungkiri bahwa ada hal-hal tertentu yang menjadi identitas kekristenan yang tidak bisa kita acuhkan. Secara khusus, dalam tulisan kali ini, saya ingin membahas soal kebangkitan Kristus.

Kebangkitan Kristus mendapat sorotan yang cukup tajam dari Alkitab, sekaligus menjadi cerminan akan bagaimana orang-orang pada umumnya bereaksi terhadap hal tersebut. Hal pertama yang kita pelajari adalah, bahwa bahkan para murid-Nya pun pada awalnya tidak bisa mempercayai hal tersebut! Para murid, yang selama 3 tahun mengikuti perjalanan bersama Kristus dan menyaksikan berbagai mukjizat serta pengajaran-Nya, tetap tidak bisa mempercayai kabar sukacita tersebut pada awalnya. Sedemikian tidak percayanya, hingga Alkitab mencatat bahwa ketika Kristus menampakkan diri kepada para murid, mereka menyangka melihat hantu (Lukas 24:37).

Oleh karena itu, rasanya

Page 3: MENDALAMI PERISTIWA KEBANGKITAN KRISTUS · mengajarkan soal kebangkitan dari kematian. Bagi orang banyak, apa yang diajarkan oleh agama Kristen tampak sebagai sebuah kebodohan (1

04 | BULLETIN GKI WAHA

Persekutuan orang Kudus, pengampunan dosa, kebangkitan orang matiDan hidup yang kekal. Amin.Dalam gereja-gereja lain,

pada umumnya kalimat tersebut berbunyi:

Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang Kudus dan Am.Persekutuan orang Kudus, pengampunan dosa, kebangkitan dagingDan hidup yang kekal. Amin.Apa esensi dari perbedaan

“kebangkitan orang mati” dan “kebangkitan daging”? Kita meyakini bahwa kebangkitan yang akan kita alami sebagai orang percaya bukanlah kebangkitan dalam tubuh daging seperti yang kita hidupi pada saat ini, melainkan dalam sebuah tubuh yang benar-benar berbeda. Itulah juga yang kita saksikan dalam diri Kristus, yang “... dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Korintus 15:20).

Di satu sisi, diri Kristus tampak sedemikian berbeda, hingga Ia tidak dikenali oleh orang-orang dekatnya. Lihatlah kisah Maria yang tidak mengenal Kristus setelah Ia baru saja dibangkitkan (Yohanes 20:11-18), ataupun kisah mengenai Kleopas yang sedang dalam perjalanan ke Emaus dan tidak menyadari bahwa ia berjalan bersama Kristus untuk waktu yang cukup lama (Lukas 24:13-35). Di sisi lain, Kristus dapat menampakkan diri maupun menghilang secara cepat, ditandai dengan kata-kata “tiba-tiba berdiri di tengah-

oleh orang-orang, bahkan bagi mereka yang bukan pengikut Kristus.

Mungkin Saudara masih ingat, mengenai bagaimana ramainya berita-berita berseliweran tentang berakhirnya Kalender Bangsa Maya yang diabadikan dalam sebuah film berjudul 2012? Atau bagaimana Holywood membuat film yang dibintangi oleh Nicolas Cage berjudul Left Behind, yang mencoba mengimajinasikan bagaimana hari kiamat mungkin terjadi? Dua film di atas hanyalah sebagian kecil dari kelompok-kelompok yang memang senang mencari tahu misteri Allah. Padahal, Kristus sendiri sudah pernah mengatakan dalam Alkitab: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya” (Kisah Para Rasul 1:7).

Harus diakui juga, bahwa fenomena semacam ini tidaklah muncul baru-baru ini saja. Pada tahun 1843, sebuah kelompok yang dipimpin oleh William Miller, menyatakan bahwa kiamat akan terjadi pada 23 April 1843. Seluruh pengikut kelompok tersebut bahkan menjual segala harta milik mereka karena meyakini Kristus benar-benar datang pada tanggal tersebut. Fenomena ini bahkan muncul di dalam Perjanjian Baru, ketika Paulus secara khusus menuliskan surat kedua kepada jemaat di Tesalonika karena ia mendengar bahwa beberapa jemaat Tesalonika berhenti bekerja dan tidak melakukan apa-apa, karena menyangka bahwa waktu

tengah mereka” (Lukas 24:36). Oleh karena itu, dengan Kristus sebagai yang sulung dari yang dibangkitkan, kita pun tahu bahwa kelak, tubuh seperti demikianlah yang akan menjadi tubuh kebangkitan kita.

APA YANG TERJADI SEPUTAR KEBANGKITAN TERSEBUT?Namun, tampaknya, hal yang sangat sering dibahas oleh banyak orang bukanlah soal kebangkitan tubuh, melainkan hal yang terjadi di sekitarnya. Kenapa? Karena membahas soal kebangkitan secara otomatis perlu membahas juga soal “hari kiamat” (dalam bahasa Ibrani: Yom Yahweh – Hari Tuhan). Lagipula, rasanya harus diakui bahwa pembahasan soal hari Tuhan ini sangat diminati

n TOPIK UTAMA

INGATLAH SENANTIASA

BAHWA KEBANGKITAN

KRISTUS BERARTI PENGHARAPAN

AKAN KEHIDUPAN YANG LEBIH

BAIK DI MASA MENDATANG.

Page 4: MENDALAMI PERISTIWA KEBANGKITAN KRISTUS · mengajarkan soal kebangkitan dari kematian. Bagi orang banyak, apa yang diajarkan oleh agama Kristen tampak sebagai sebuah kebodohan (1

BULLETIN GKI WAHA | 05

kedatangan Kristus yang kedua kalinya akan segera datang (2 Tesalonika 3:6).

Salah satu faktor pencetus banyaknya fenomena tersebut, mungkin tidak lain diakibatkan dari “keasyikan” dalam membaca kitab Wahyu. Harus saya akui, sewaktu kecil, kitab inilah yang pertama kali saya selesaikan dalam membaca. Cerita-cerita menegangkan, peperangan antara kebaikan dan keburukan, bersama dengan banyaknya sosok misterius yang rasanya hanya muncul di dalam imajinasi seseorang, sangat menarik minat saya sebagai seorang pembaca awam.

Namun, saya memiliki pengalaman yang menarik dalam percakapan dengan

seorang teman semasa kecil mengenai kitab Wahyu ini. Alih-alih menjadi sebuah kitab yang menyenangkan untuk dibaca, ia menjadi sangat takut membacanya karena berbagai bentuk kekerasan dan kematian yang ada di dalamnya. Sedemikian takutnya, hingga ia bertanya kepada saya, “Kenapa sih Allah merancang hari kiamat yang sedemikian mengerikannya?”. Pada titik itu, saya pun merenung. Alkitab, yang harusnya adalah sebuah Injil – Berita, Kabar Baik – untuk semua orang, kini justru menjadi sesuatu yang menakutkan bagi pembacanya.

Oleh karena itu, izinkan saya berbagi mengenai sebuah cara alternatif membaca kitab Wahyu: bukan sebagai

kitab ramalan masa depan, tetapi sebagai sebuah kitab pengharapan bagi umat yang tertindas.

Kitab Wahyu diperkirakan ditulis pada zaman ketika gereja Kristen perdana mendapat tekanan yang luar biasa dari pemerintah Romawi. Salah satu penyebabnya, adalah ketika Kaisar Nero membakar sebagian dari Kota Roma dan kemudian menyalahkan orang Kristen sebagai biang keladi kebakaran tersebut. Kebencian dan anggapan bahwa orang Kristen akan memberontak kepada bangsa Romawi, membuat jemaat Kristen perdana hidup dalam ketersembunyian. Untuk berhubungan satu sama lain pun sulit, karena ada penjaga-

Page 5: MENDALAMI PERISTIWA KEBANGKITAN KRISTUS · mengajarkan soal kebangkitan dari kematian. Bagi orang banyak, apa yang diajarkan oleh agama Kristen tampak sebagai sebuah kebodohan (1

06 | BULLETIN GKI WAHA

penjaga yang selalu membaca surat-surat yang dibawa oleh para utusan. Apabila pembawa surat tersebut ditangkap, maka satu komunitas Kristen akan menjadi korban. Oleh karena itulah, para pemimpin gereja bersepakat membuat sebuah kode-kode tertentu, yang menyembunyikan makna surat yang sesungguhnya dari pengawasan bangsa Romawi. Dengan demikian, surat-surat tersebut dapat didistribusikan secara aman, karena pengawas Romawi pun tidak dapat mengerti isi surat tersebut.

Dalam memaknai surat Wahyu secara demikian, maka dilihatlah bahwa isi surat Wahyu sebenarnya membahas mengenai persekusi yang dirasakan oleh jemaat Kristen perdana pada waktu itu. Penulis surat Wahyu, lewat bagian akhir dari surat Wahyu tersebut, ingin memberitakan pesan bahwa pengharapan itu akan tiba pada waktunya nanti, lewat simbolisasi langit yang baru dan bumi yang baru, bahkan Yerusalem yang baru, dan ditutup akan kedatangan Kristus.

Apakah saya menutup kemungkinan bahwa pada hari kiamat nanti akan terjadi hal yang secara persis terjadi sesuai kitab Wahyu? Tidak! Tuhan dengan segala kuasaNya dapat menjadikan segala sesuatu sesuai kehendakNya. Namun, saya di sini ingin kembali menempatkan posisi kitab Wahyu, dan bahkan hari Kiamat, bukan sebagai sesuatu yang harus ditakuti dan dikhawatirkan, melainkan merupakan pengharapan bagi kita sekalian.

KEBANGKITAN-NYA MEMBERI DAMPAK DALAM KEHIDUPANNamun, terlepas dari segala hal yang baru saja dibahas dalam tulisan ini, ada hal yang sangat penting untuk kita senantiasa pegang: Pengetahuan akan Tuhan akan sia-sia bila kita tidak menghayatinya dalam kehidupan kita secara pribadi. Tidak ada gunanya kita memahami secara persis apa yang akan terjadi pada saat kita bangkit. Tidak ada gunanya kita mencari tahu seperti apa hari Tuhan akan terjadi. Itu semua tidak ada gunanya, bila kita tidak mendapatkan makna dari kisah kebangkitan Kristus

yang kita imani. Oleh sebab itu, izinkanlah saya mengangkat beberapa poin untuk menutup tulisan ini.

Pertama, ingatlah senantiasa bahwa kebangkitan Kristus berarti pengharapan akan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Tidak perduli, betapapun kacau hidup Saudara pada saat ini, akan ada waktunya ketika Kristus memulihkan segala sesuatunya. Oleh karena itu, jangan pernah berputus asa maupun menyerahkan diri kita kembali pada dosa-dosa dunia. Ingatlah tulisan dalam Matius 16:25, “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.

Kedua, kebangkitan Kristus adalah bukti dari janji kasih dan kesetiaan Allah terhadap umat-Nya. Ada orang-orang yang melihat bahwa kematian Kristus adalah bukti bahwa Tuhan sudah meninggalkan manusia. Namun, kebangkitan Kristus memperlihatkan bahwa kasih setia Allah sebenarnya melampaui segala sesuatu, bahkan melampaui batas-batas kehidupan dan kematian. Oleh karena itu, jangan sampai kita merasa sesaat pun bahwa Allah meninggalkan kita dalam menghadapi kesulitan dan tantangan dunia ini.

Kiranya tulisan ini dapat menjadi berkat bagi setiap yang membacanya, tidak saja dari segi pengetahuan dan pendalaman iman, melainkan juga dapat sungguh-sungguh berdampak bagi kehidupan kesehariannya. Tuhan memberkati segenap pelayanan dan kehidupan kita.

KEBENCIAN DAN ANGGAPAN BAHWA ORANG KRISTEN AKAN MEMBERONTAK

KEPADA BANGSA ROMAWI, MEMBUAT

JEMAAT KRISTEN PERDANA HIDUP DALAM KETER-SEMBUNYIAN.

n TOPIK UTAMA