mencintaiku

Upload: allin

Post on 14-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    1/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    KAU TAK PERLU MENCINTAIKUAlmino Situmorang

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Hanya ada satu pria yang mampu membuat hatinya bergetar.

    Tapi, hingga kini, entah mengapa, ia masih ragu menerima cintanya.

    Tolong beri tahu aku nomor teleponnya. Siapa saja, seseorang di dunia ini yang

    tak punya masalah. Kenalkan aku padanya. Akan kuberikan dia medali.

    Di kantor aku tak menemukannya.

    Layla yang cantik sedang bergumul dengan kanker payudara.

    Pak Bowo sedang setengah mati ketakutan akan diceraikan istrinya, karenapenyakit selingkuhnya yang tidak kunjung sembuh.

    Ibu Jim yang sedang sekarat karena narkoba, hidup segan mati tak mau.

    Bortje dijauhi orang karena kabarnya mengidap AIDS. Malah, ia dicurigai AC/DCalias biseksual.

    Farrah bertengkar melulu dengan suaminya dan terancam perceraian.

    Jean yang punya suami kaya raya belum bisa punya anak.

    Bosku, Pak Rudy, tak bisa menghentikan hobinya berjudi.

    http://tionghoaindonesia.wordpress.com/2010/11/07/kau-tak-perlu-mencintaiku/http://tionghoaindonesia.wordpress.com/2010/11/07/kau-tak-perlu-mencintaiku/
  • 7/30/2019 Mencintaiku

    2/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Takeda San, sang bos Jepang yang punya banyak istri, senang menghambur-hamburkan uangnya. Dan, itu selalu membuatnya mabuk.

    Karen sakit jiwa.

    Karen tidak sakit jiwa, sebenarnya. Tapi, semua orang setuju bahwa dia sedangbermasalah. Entah apa. Tapi, dia selalu mencari masalah denganku. Mungkin,akulah masalah baginya. Dan, dia memang potensial untuk menjadi masalahbagiku, walau aku merasa tak ada yang perlu dipermasalahkan.

    Entahlah, tapi akhir-akhir ini dia makin seperti orang sakit jiwa saatmenghadapiku. Dia lebih senior, walaupun usiaku lebih tua. Dia cantik. Tetapcantik, walaupun tengah hamil. Hamilnya besar hingga dia yang dulunya model,tinggi dan langsing, kini bagaikan babon, king kong, gajah gemuk atau sebutlahraksasa. Dia lumayan cerdas dan pekerja yang bagus. Tapi, itu mulai berubahakhir-akhir ini. Dia selalu mencari gara-gara padaku. Sering marah-marah tanpa

    sebab yang jelas, dan bicara dengan pedas tentang soal-soal yang takberhubungan dengan pekerjaan. Aku mencoba memaklumi, mungkin itu gejalapenyakit ibu muda yang sedang hamil pertama. Kata orang, bisa jadi, kelak bilaanaknya lahir akan mirip denganku. Jadi, kuabaikan keganjilan sikapnya itu.

    Tapi, makin lama makin menjadi.

    Banyak hal yang tidak masuk akal dan tidak edukatif serta tidak pantasdiucapkan keluar dari mulutnya tanpa sebab yang jelas. Tapi, jelas-jelasditujukan padaku. Tak ada angin, tak ada hujan. Kata-kata yang dilontarkannyatajam-tajam, sampai bisa untuk memotong semangka!

    Kamu sadar nggak, sebentar lagi kamu akan jadi satu-satunya perawan tua dikantor ini?

    Astaga! Seumur hidupku, baru pertama kalinya aku mendengar kata-kata itu.Perawan tua? Aku baru 28 tahun, kok. Sebentar lagi 29, sih. Baru dua delapan?Baru? Entah kenapa, aku tak suka mendengarnya. Aku merasa ada yang sakit didalam hatiku. Kusadari, di satu sisi dia benar. Tinggal aku yang belum menikah.Layla sedang bertunangan. Padahal, setelah Jean, aku lebih tua dari semuawanita di kantor ini. Tapi, aku kan tak menghendaki hal itu. Itu terjadi di luarkuasaku, bukan?

    Tapi, aku menganggap dia ada benarnya. Rasanya, dia juga tak sengajamenyakiti perasaanku. Anggaplah itu bentuk perhatiannya padaku. Jadi, segerakulupakan. Atau, kalau dia memang sengaja, kumaafkan saja. Aku terlalu sibukuntuk marah.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    3/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Tapi, ketika aku memutuskan untuk diam, mulutnya malah makin beraksi.Sering sekali dia menyebut kedua kata itu: perawan dan tua. Yang lebih parahlagi, ia menyebutkan istilah baru lagi.

    Jangan-jangan kamu lesbian, Ra. Temen pria kamu kan banyak. Banyak pula

    yang mengejar-ngejar kamu. Tapi, kok, kamu cuek aja, sih?

    Saat itu aku ingin menamparnya. Tapi, untunglah, tidak jadi. Aku hanya yakinbahwa aku tidak seperti yang dia sebutkan. Kumaafkan. Anggap saja angin lalu.

    Begitulah hidup. Semua orang punya masalah, disadari atau tidak, diakui atauditutupi. Sedangkan aku? Masalahku apa? Mungkin hanya satu.

    Taka.

    Itulah yang terbesar. Letak kesalahannya adalah aku telanjur mencintainya dan

    belum bisa pindah ke lain hati. Padahal, kisah itu sudah terjadi bertahun-tahunyang lalu.

    Terus terang, aku mulai pusing. Mulai agak panik. Panik? Ya! Aku tak sukamenghitung usiaku. Aku takut seperti Jean yang terlambat menikah dan sampaikini setengah mati mengusahakan punya anak. Aku takut seperti Farrah yangmenyesal menikah dengan pria pilihannya sendiri. Padahal, dulu pria itudianggapnya ideal sekali. Aku takut ini dan takut itu.

    Aku juga selalu pusing jika Mama dan Papa mulai berbicara soal keinginanmereka memiliki cucu. Hanya aku yang sedang ditunggunya untuk mengabulkan

    keinginan itu.

    Aku bingung dengan semua hubungan yang sudah dan sedang kucoba jalani. AdaNathan, Yoel, Aba, Ferry, Ibem, dan yang lain. Tapi, rasanya, belum ada yangmampu merebut hatiku seperti Taka. Kehadiran mereka justru makinmembuatku merindukan Taka. Bukannya aku tak membuka hati. Tapi, bersamadengan pria-pria yang baik itu malah membuatku merasa tidak nyaman,sehingga aku lebih memilih untuk menikmati kebebasanku dalam kesendirian.

    Apa dari Taka yang begitu istimewa? Tidak banyak. Dia hanyalah pria keturunanpetani buah dari sebuah kampung pedalaman Tokyo, masih jauh dari Hachioji,

    kampus almamaternya.

    Jalan hidup kami berpapasan ketika aku mengikuti program pertukaranmahasiswa ke kampusnya, dan dia mendaftar sebagai salah seorang relawanbagi mahasiswa asing. Kebetulan, dia salah satu mahasiswa teladan. Tapi,bukan itu daya tarik utamanya, walaupun, aku sangat beruntung memiliki diasebagai guru bahasa Jepang pribadi dan gratis!

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    4/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Aku tidak berencana berjalan-jalan di negeri mantan penjajah itu. Mencarikekasih juga tidak. Bahkan, aku bertekad untuk tidak tertarik pada seorang priapun keturunan penganut Shinto itu. Aku bahkan tiba di sana dengan berat hati.Berkali-kali kuyakinkan orang tuaku bahwa Tuhan akan menjagaku di negeriasing itu. Masa lalu keluarga kami membuat mereka berat melepas

    kepergianku, walau hanya satu tahun.

    Aku tidak peduli padanya sejak pertama melihat ia menjemputku di BandaraNarita itu. Instingku berkata bahwa dia adalah orang yang memiliki sesuatuyang istimewa dalam dirinya. Dan, meski hampir tiap hari dia menemanikupergi, perlu berbulan-bulan untukku berjuang menyangkal pesona pria ini.Akhirnya, aku kalah. Terpanah Dewa Cupid. Tak berdaya mengelak.

    Aku tak tahu apakah itu yang namanya jatuh cinta.

    Serasa jatuh, tak berdaya. Semua mengalir begitu saja. Alami dan tanpa

    rekayasa.

    Aku tak tahu apakah itu yang dikhawatirkan oleh kedua orang tuaku.

    Ternyata, aku salah. Kami berdua salah. Sebab, sejauh apa pun kami berpisah,sejauh apa pun aku melarikan diri, biarpun samudra luas membatasi kami, akuterus membawa dia dalam hatiku. Aku belum bisa melepas segala kenangantentangnya.Hebat sekali dia, pesonanya. Dulu, kukira pertemuan kami beberapa tahun laludi Bandara Narita adalah pertemuan terakhir, sekaligus menjadi akhir dari satubabak perjalanan hidup yang mungkin paling manis. Kupikir, setelah

    menginjakkan kaki di Bandara Soekarno-Hatta, aku akan segera menemukanorang lain dan melupakan pria bernama Taka. Dia juga mengharapkan halserupa, yang ditegaskannya dalam sorot mata yang dalam, tapi teduh danpenuh kasih, jabatan tangan, serta rangkulan erat, ketika dia berbisik semogaaku selalu bahagia. Sebab, bila aku bahagia, dia juga akan bahagia.

    Selalu bahagia.

    Aku setuju dan selalu mengusahakannya. Selalu bahagia, kapan, di mana pun,dan dalam kondisi apa pun. Tapi, tampaknya tak semudah itu. Selalu bahagia?Maaf, ada yang bisa menjelaskan definisinya? Sebab, selama ini selalu bahagia

    tak ada artinya. Selalu dan bahagia, tanpa dia? Maaf sekali lagi, sampai kini akubelum berhasil memenuhi harapannya itu.

    Kesepian. Itulah oleh-oleh yang masih tertinggal, yang kubawa pulang dariNegeri Sakura itu. Yang kian terasa mencekam, seiring debur ombak yangmemantulkan kelap-kelip lampu dari Hard Rock Caf, ditambah langitmengguntur, serta bunyi jangkrik-jangkrik nakal yang menyiuli turis-turishampir telanjang, yang sedang melintas pulang.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    5/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Pulang.

    Aku juga harus pulang ke masa kini. Tak mungkin pulang ke masa lalu.

    Entah karena kesepian, tiba-tiba aku jadi sangat merindukan masa lalu itu.

    Merindukan Taka. Sangat. Teramat.

    Bagaimana weekend-nya? Ada kekasih baru atau masih berkumpul denganteman-teman lesbi?

    Karen, dengan perutnya yang makin membesar, menaruh setumpuk berkas dimejaku, sambil mengucapkan kalimat yang tajam itu. Lesbi.

    Huff. Kalau setumpuk berkas itu mendarat di kepalanya, bisa nggak, ya, diamenahan keseimbangan tubuhnya? Tapi, jangan. Kasihan si janin. Akumenimbang-nimbang.

    Karen, tegur Jim yang sedang lewat, your mouth sounds like hell.

    Im not talking to you, sergah Karen.

    Kubuka segera berkas-berkas itu.

    Karen, ini berkas yang minggu lalu, kan? ujarku. Sudah beres, ada di mejaPak Rudy.

    Wajahnya menyemburat merah. Semuanya?

    Aku mengangguk. Menatap lurus matanya yang tajam. Bagaimanapun, dia lebihsenior.

    Farrah mengedipkan mata padaku. Dia kan belum hamil, Ren. Jadi, masihgesit mengerjakan setumpuk kerjaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

    Belum punya pacar pula, sambung Karen, yang sengaja membalikkan sindiranFarrah. Tapi, lain kali lapor ke saya dulu, dong, sudah selesai atau belum.Jadi, saya bisa memonitor. Jangan langsung ke Pak Rudy. Bisa-bisa kredibilitassaya dipertanyakan.

    Memang kamu siapa? Memangnya kamu punya kredibilitas? Cuma menangsenioritas dan perut buncit saja! Aku memaki dalam hati. Untunglah, lampumerah kecil di ujung boks teleponku berkedip-kedip.

    Terdengar suara khas Layla.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    6/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Mbak Rara, line satu dari orang Jepang. Maaf, namanya kurang jelas. Kawaatau siapalah. Klik.

    Kuangkat. Moshi-moshi, Rara degozaimasu. (Halo, di sini Rara.)

    Ogawa desu. Hisashiburi ne, Rara chan. Genki? (Ini Ogawa. Lama takbertemu, Rara, apa kabar?)

    Takaaa, seruku, membuat banyak kepala di ruangan ini menoleh.

    ***

    Kejutan, kejutan! Inilah yang disebutnya kejutan dalam e-mail-nya yangterakhir. Dia akan mengunjungiku minggu depan!

    Lihat, inilah salah satu kelebihan Taka. Seolah-olah, kami mempunyai kontak

    batin. Dia akan muncul ketika aku sedang memikirkannya, baik lewat e-mailatau telepon. Namun, kali ini dengan sosok nyata!

    Tapi, kenapa ada perasaan lain yang membuatku tak nyaman, selain perasaangembira yang meluap dengan kabar kedatangan Taka? Kenapa sepertinyapertemuan ini tak akan seindah harapanku, padahal sudah kutunggu-tunggusekian lama? Entahlah.

    Columbuslah gara-garanya.

    Teorinya tentang bumi yang bulat itu sungguh menakjubkan.

    Aku bagaikan berdiri di atas permukaan air dalam sebuah bola, yangseparuhnya berisi air. Langit melengkung bagaikan busur setengah lingkaranyang melingkupiku. Bila dilihat sampai batas cakrawala, aku seolah sedangberdiri pada diameter bumi.Ketika itu Pantai Kuta sedang pasang.

    Pria itu sedang sibuk menghabiskan isi kamera sekali pakainya. Terakhir diamembidik ke arahku dan segera kuberikan ekspresi terjelek sepanjanghidupnya. Dia sangat senang hingga tertawa berkepanjangan. Foto itu pastiakan disimpannya, kelak untuk dilihat anak-cucunya.

    Lalu, dia duduk di pasir, di sebelahku. Menulis huruf-huruf kanji di pasir, walauombak segera menghapusnya. Terakhir, dia menulis dengan huruf hiragana.Sugoi. Hebat. Dia sepertinya sangat kagum pada negeri ini.

    Sejurus di depan kami, melintas sepasang turis asing, yang diikuti seorangpenjaja patung gajah kecil berwarna cokelat. Sejenak mereka bertiga berhenti.Turis wanita menggoreskan jempol kaki kanannya di atas pasir, menuliskan

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    7/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    sejumlah angka. Si penjaja menggeleng. Mereka meneruskan langkah. Sipenjaja mengucapkan beberapa kata sambil tetap mengikuti mereka. Ketiganyaberhenti lagi. Giliran si penjaja yang menggoreskan jari tangan di atas pasir.Kedua turis melihatnya, berpikir sejenak, lalu menggeleng, melambai pergi.Transaksi gagal. Lain kali, si penjaja mungkin sebaiknya membawa-bawa pasir

    di tangan untuk tempat menulis angka sebagai ganti kalkulator supaya merekatak perlu meggoreskan jari kaki di pasir, pikirku.

    Lalu, kami sama-sama terdiam, menikmati suara ombak, angin, dan cakrawala.Lama. Apakah hanya aku yang merasakannya? Tapi, aku yakin kami tidaksedang menikmati itu semua sepenuhnya. Kami sedang memikirkan hal lain.

    Rara chan, desisnya. Aku sangat senang pada panggilan sayang itu. Tapi, akujadi berdebar-debar. Mungkin, karena suasana Bali yang terlalu romantis untukdinikmati berdua saja oleh orang yang mengaku hanya berteman ataubersahabat?

    Dan, di bawah langit yang remang-remang sisa-sisa sunset, seperti yang sudahkuduga dan kutakutkan, dia mencoba membuka kisah lalu itu.

    Dia bertanya apakah aku masih menyimpan perasaan itu untuknya. Aku tak bisamenjawab. Aneh. Padahal, mestinya tanpa bertanya pun dia pasti tahu, sebabaku tidak pernah bisa menutupi perasaan di depannya.

    Dia bertanya lagi, apakah aku ingin tahu isi hatinya. Aku takut mendengarjawabannya, walau aku sangat ingin. Jadi, aku hanya menggeleng. Dia bertanyaapakah ada yang berubah. Kubilang tidak tahu. Dia bilang tidak ada. Mungkin

    dia benar. Bukan mungkin. Dia benar. Tidak ada yang berubah!

    Aku masih mencintainya, seperti dulu.

    Dia juga. Hanya dia. Dan, itulah masalahnya.

    Lihat sisi positifnya bila kuambil cuti.

    Aku takkan melihat Karen untuk sementara atau muka-muka bertopeng orangkantor yang seolah tanpa masalah, atau deadline laporan ke Takeda San.

    Aku menikmati tabunganku selama ini dengan berbelanja di sepanjang OrchardRoad, makan di restoran lesehan yang romantis di atas sungai dalam Boat Quay,menikmati botanical garden, dan China Town (Niu Che Shui, aku dan Takaberlomba melafalkannya dengan fasih), juga mengunjungi Cantonese OperaHouse (Lai Chun Yuen, aksenku lebih pas daripada Taka, lho!).

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    8/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Jangan salah, ini bukan semacam acara berpacaran atau berbulan madu. Bukanpula semacam proyek balas jasa setelah setahun dia menjadi guide pribadiku diJepang.

    Kami tinggal dalam kamar terpisah di hotel yang sama. Selebihnya, kami hanya

    sebatas pegangan tangan, itu pun sesekali. Takut salah satu hilang atau nyasardi negeri orang.

    Di Clarke Quay, Taka sangat menikmati durian. Ketika kubilang rasa durian diSumatra lebih enak, dia hampir tak percaya masih ada rasa durian yang lebihenak lagi. Kian lama ia kian ingin mengenal Indonesia. Dengan napasnya yangmasih beraroma durian, dia menanyakan perasaanku.

    Senang. Singapura indah, ya. Tapi, Indonesia lebih indah.

    Bukan itu maksudku.

    Aku jadi teringat, pernah ditanyakan seperti ini ketika di Yokohama, hampirempat tahun yang lalu, sewaktu kami sedang menikmati indahnya pantaipelabuhan Yokohama yang romantis. Mercusuar yang menebarkan cahaya hijauke segala arah, sepasang tiang penyangga biru berkilauan Yokohama RainbowBridge, lampu jalan, dan taman kota berkelap-kelip. Memesona sekali.

    Perasaanku? tanyaku waktu itu. Senang. Yokohama indah, ya. Ada jugatempat seperti ini di Jepang. Tapi, masih kalah, sih, dengan Bali.

    Baka. Bukan itu maksudku. Perasaanmu tentang aku, tentang kita berdua.

    Lalu, aku terdiam dengan tololnya. Baka.

    Saat itu aku baru mengetahui dan mengalami sendiri bagaimana cara priaJepang mengungkapkan cinta. Yang kutahu, sebelumnya mereka takkan pernahmengungkapkannya dengan kata-kata, hanya melalui sikap atau tindakanabstrak. Huh!Rara chan no koto ga suki. (Saya suka Rara.)

    Suki. (Suka.) Bukan aishiteiru. (Bukan cinta.) Itu jarang sekali diucapkan,kecuali jika memang sangat mendalam. Atau, hanya diucapkan oleh orang-

    orang yang tak menganut budaya Jepang tradisional. Aku jadi penasaran,apakah suatu waktu akan pernah mendengar kata itu dari mulut Taka.Aishiteiru.

    Perasaanku? kataku. Kamu kan tahu.

    Kamu masih percaya bahwa kita tak mungkin menikah?

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    9/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Aku tak bisa menjawab.

    Kamu tidak ada keinginan lagi, walau sedikit, untuk menikah denganku?

    Oh, jangan tanya soal itu.

    Taka, jawaban apa yang kamu inginkan? Kita kan sudah pernah membicarakanini.

    Dia terdiam sejenak, menatapku dalam.

    Kapan kamu akan menikah?

    Aku merasa hampa, tiba-tiba. Kuhindari matanya. Aku tak ingin diamengucapkan apa-apa lagi. Tapi, masih saja dia tak bisa diam.

    Aku hanya memikirkanmu, memikirkan hubungan kita, masa depan kita.

    Ucapannya mantap. Hatiku yang akhir-akhir ini sudah terlalu sering luka bisa-bisa luluh karenanya. Dia mengambil sapu tangan untuk mengelap ujungmataku.

    Kau tahu, aku sering menangis karena terharu oleh sikapnya.

    Aku masih ingin ke Danau Toba, lho, katanya.

    Aku pernah mempromosikan kampung halamanku dan dia teracuni.

    Aku masih penasaran ingin melihat gigi palsu nenekmu. Rupanya, ia teringatceritaku bahwa kalau gigi palsu nenek dicopot, pipinya akan terlihat kempotsekali.

    Aku mengangguk, menahan senyum. Agak bingung membayangkan denganbahasa apa dia akan berkomunikasi dengan Oppung. Dia terlihat sedangmengernyit, mungkin memikirkan hal yang sama denganku. Tapi, minatnyasangat jelas terlihat di mukanya.

    Aku tahu mengapa dia sangat ingin pergi ke sana. Aku pernah bercerita tentang

    Batu Gantung, sebuah tempat di sekitar Danau Toba yang menjadi legenda.Tentang sepasang kekasih yang berjanji sehidup semati, tapi tidak direstuiorang tua. Sang pria harus menikah dengan wanita pilihan orang tuanya,sedangkan sang wanita memegang teguh janji mereka, memilih bunuh diridengan meloncat ke jurang. Akan tetapi, rambutnya yang panjang tersangkut didahan pohon. Kabarnya, sampai kini masih ada patung yang menyerupai sosokwanita yang tersangkut itu, beserta anjingnya.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    10/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Legenda itu diabadikan ke dalam sebuah lagu.

    Ai anggo ahu da ito ndang tarbaen ahu lao roLao mangadopi pestami songon pandok ni suratmiTu Batu Gantung do ahu lao di topi Tao Toba

    Lao mangaluhon sasude hinalungun ni rohaIdo upa ni padanta iAi manang ise hita nadua ose di janjiGantung ma ibana songon batu gantung iIdo angga upa ni padantaDi tingki hita rap padua-dua

    Tetapi saya tak bisa datangmenghadiri pestamu seperti isi suratmusaya akan pergi ke Batu Gantung di tepi Danau Tobauntuk mengungkapkan segala kepedihan hati

    seperti isi janji kita dulubila seorang melanggar janjidia akan tergantung seperti Batu Gantungitulah isi ikrar kita duluketika kita masih berdua

    Hari terakhir di Singapura, dia kebingungan soal oleh-oleh. Untuk Mama danPapa.

    Mereka suka oleh-oleh ini, nggak?

    Tiap kali dia bertanya, kujawab santai, Kayaknya, sih, enggak.

    Aku hanya bercanda. Tapi, mukanya serius.

    Aku heran melihat dia sudah membelikan sehelai selendang etnik dan dasi.Entah kapan dan di mana. Ketika aku menggeleng lagi untuk dasinya, diamengerutkan dahi.

    Kalau begitu, kamu saja yang pilihkan.

    Taka, mereka nggak peduli oleh-olehmu.

    Aku tahu. Mereka hanya peduli satu hal, anaknya pulang dengan selamat.

    Bukan. Mereka bukan orang penganut oleh-oleh-isme, Taka. Oleh-olehbukanlah yang utama, ujarku, menggantung. Tapi, lebih suka mentahnya,ha haha.

    Kupikir, aku telah berhasil mematahkan semangatnya.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    11/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Sebenarnya, aku tahu, kok. Aku cuma menguji kamu. Papa suka mengoleksikacamata hitam, kan? Ha ha ha, dia membalas.

    Sepanjang toko di Singapura, dijelajahinya untuk mencari satu yang terbaik.Dengan sikapnya itu, aku jadi merasa dia lebih mencintai orang tuaku daripada

    aku sendiri.

    Untuk Nenek, apa, ya?

    Hah? Apa lagi itu? Untuk Nenek? Harus mencari lagi? Kakiku sudah terasa akanpatah.

    Beli gambar tempel tato saja, ujarku, asal. Buat aksesori gigi palsunya.

    Dia menatapku seperti menatap anak kecil. Aku sudah kecapaian.

    Ya, sudah, beli surfing board saja, yang bisa berubah fungsi jadi papansetrikaan. Atau, bikini, atau perlengkapan diving. Lagi-lagi, aku hanyamengajaknya bercanda.

    Dasar cucu durhaka. Rambutku diacak-acaknya dengan gemas. Asalkan diatak bertanya soal pernikahan, aku sangat senang berada di sampingnya.

    ***

    Aku tahu kencan kami saat ini tidak romantis sama sekali.Kubawa Taka melewati pasar tradisional yang becek, dengan menggunakan

    sandal jepit. Kucekoki perutnya dengan jajanan pasar yang takkan ada dinegara asalnya. Ketoprak, siomai, otak-otak, batagor, es doger, rujak pedas,tahu tek, dan banyak lagi menu berbeda setiap harinya. Kuajak dia naik mobilompreng reyot, becak yang lelet dan terjepit di keramaian lalu lintas, bajajyang bising, kereta api ekonomi yang sesak, bau, kotor, dan penuh copet.

    Hoi, orang Batak! serunya, suatu kali. Berhentilah menyiksa turis asing ini.

    Ketika di Jepang dulu, saya dipaksa makan natto dan wasabi. Ingat?

    Tapi, berkat wasabi flu kamu sembuh.

    Rujak pedas juga bikin pilek kamu sembuh.

    Dia tak bisa mendebatku. Tapi, dia bisa bertahan.

    Di Jepang pun aku berjalan kaki dengannya. Menelusuri china town Yokohamayang banyak jajanan dan berjalan kaki sampai ke Yokohama Marine Tower.Padahal, pelabuhan itu jalannya menanjak. Cuaca saat itu panas dan membuat

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    12/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    kulit terbakar. Ditambah lagi, aku dipaksa makan sashimi dan sushi, berikutwasabi dan natto, yang semuanya membuatku mual. Tapi, akhirnya akuterbiasa.

    Juga ketika aku dipaksa naik King Coaster, wahana yang paling tinggi, meliuk-

    liuk, dan paling menyeramkan di Fujikyu Highland. Ketika baru naik wahanasaja, aku sudah hampir menangis melihat ke bawah. Aku pun langsungberhadapan dengan Gunung Fuji. Rasanya mau mati. Berteriak pun tak bisa.Terus meluncur, berputar, dan tidak terasa berhenti. Ternyata, semuanya baik-baik saja. Aku masih hidup. Anggota badan masih utuh semua. Lega. Taka, yangtadinya ingin kubunuh begitu turun dari wahana, memelukku sambil tertawalebar.

    Jadi, pengalaman bagus, kan? katanya, waktu itu. Jangan pulang dariJepang kalau belum naik King Coaster. Menyesal seumur hidup.

    Ketika dia kuajak naik Halilintar dan Kora-kora di Dufan, dia hanya tersenyum-senyum geli. Cincai. Mainan anak-anak. Nggak ada apa-apanya dibandingFujikyu, katanya.

    Aku jadi malu! Jakarta baru punya yang cincai begitu.

    Nggak ada yang lebih menantang lagi, nih, di Indonesia?

    Kucubit bahunya sampai dia mengaduh.

    Di Depok, sehabis berkeliling kampus, hujan turun. Kami berteduh sambil ngopi

    di sebuah warteg di Jalan Margonda, dengan baju yang sedikit basah. Diaterlihat lelah, tapi gembira. Dia menyukai Teater Kolam di Fakultas Sastra,yang kabarnya akan dirombak, dan juga danau UI, yang menurutku kotor dantak terawat. Aku malu membandingkannya dengan Ike, kolam di kampus Soka,almamaternya. Sangat terawat, bersih, luas, dan ikannya gemuk-gemuk, tanpaseorang pun tega memancingnya. Dia bilang memang jauh berbeda, tapi diatetap menyukai UI. Mungkin, karena aku sempat bercerita bahwa dulu setiapMinggu pagi aku senang membaca di tepi danau UI, sehabis lari pagi, sambiltidur-tiduran di tempat duduk yang terbuat dari semen.

    I like the way you wanted me every night for so long, baby

    And I like the way you needed me every time when things get rockyI was believing in you, was I mistakenDo you say, do you say what you meanI want our love to last forever

    I like the way youd hold me every night for so long, babyAnd I like the way youd say my nameIn the middle of the night while you were sleeping

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    13/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    I was believing in you, was I mistakenDo you mean, do you mean what you sayI want our love to last foreverWhen you say our love could last forever

    Sambil menikmati kopi hangat, aku termangu sejenak ketika lagu VondaShepard itu terdengar dari sebuah radio kecil yang gelombangnya agakterganggu.

    Taka masih kedinginan. Bajunya masih basah. Giginya agak gemeletuk ketikadia bicara.

    Rara chan.

    Aku menoleh. Aku takut dia sakit. Sudah terlalu lama dia kusiksa di Jakarta.

    Aku tahu ini agak egois. Tapi, maukah kamu mempertimbangkan kembalipertanyaanku tempo hari? tanyanya. Aku lega. Dia tidak kelihatan akan sakit.Wajahnya terlihat lebih segar.

    Yang mana? Perpanjangan cuti? Aku, sih, mau sekali. Cuma, si Karen bisa-bisamelahirkan bayi prematur di kantor saking gemes-nya padaku.|Bukan itu, potongnya.

    Aku mendadak tersadar apa yang dimaksudnya.

    Masih maukah kamu menikah denganku?

    Tahukah dia bahwa minggu ini adalah minggu paling membahagiakan bagiku?Tiap malam aku bisa tidur nyenyak, bemimpi indah, dan melupakan semuamasalah sejak kehadirannya.

    Demi Tuhan! Saat ini aku tak punya daya lagi untuk menolak lamarannya. Akusudah letih. Letih dengan semua masalah. Letih menanti dan letihmendengarkan omongan Karen tentang bertambahnya usiaku dan harapanorang tuaku. Aku ingin semua ini berakhir segera. Aku teramat mencintai Takauntuk bisa menolak tawaran yang sangat istimewa. Sejujurnya, ini adalah

    impian terpendamku sejak lama.

    Aku mencintaimu, bukan sekadar menyayangimu. Aishiteiru.

    Aku terpana. Beberapa saat.

    Pada akhirnya aku mendengar kata itu.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    14/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Lalu, aku luluh. Bagaikan es di atas tungku panas. Kata-kata itu pun akhirnyakeluar dari mulut si Nippon ini. Aishiteiru.

    Aku tak berdaya menolak.

    Aku akan coba bicarakan dengan Papa dan Mama dulu.

    Aku bahagia, tapi sekaligus tergetar. Berdebar-debar. Apakah ini nyata?

    Samar-samar masih terdengar lagu itu.

    You would run around and lead me on foreverWhile I wait at home still thinking that were togetherI wanted our love to last forever

    But Id rather you be mean than love and lie

    Id rather hear the truth and have to say goodbyeId rather take a blow at least then I would knowBut baby dont you break my heart slow

    Papa dan Mama menganggapku bercanda. Padahal, bagiku ini bagaikan proyekharakiri. Bunuh diri.

    Mereka pikir aku hanya asal bicara, seperti biasa. Ketika ekspresiku kupertegas,Mama kira aku hanya putus asa karena belum menemukan pasangan yangcocok.

    Oleh-olehnya, sih, lumayan, tapi kan bukan berarti dia boleh barter dengananak Papa, kata Papa, dengan santai.

    Taka melamarku, Pa, Ma.

    Barulah mereka mengikuti ekspresiku yang sudah lebih serius. Suasana berubahjadi tegang.

    Jawabannya adalah hatimu sendiri. Dengarkan sanubarimu.

    Saya perlu jawaban Papa dan Mama.

    Benar? Sungguh?

    Aku mengangguk.

    Aku berharap mereka akan merestui. Mereka, toh, menyukai Taka.

    Mereka menatapku misterius. Aku berdebar-debar.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    15/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Tidak.

    Secepat dan sependek itukah jawabannya?

    Apa yang bisa kuharapkan? Sekali tidak, artinya tidak bagi orang tuaku.

    Tapi, mengapa?

    Tentu saja, bodoh! Banyak alasannya.

    Karena mereka mencintaiku dan tak mau kehilangan aku. Jepang jauh dan akuanak mereka satu-satunya, setelah kakak laki-lakiku menikah dengan si Blondedi Amerika, dan takkan kembali!

    Karena, mereka pikir aku tidak akan bahagia menikah dengan orang Jepangyang gila kerja dan akan menyia-nyiakan aku di negeri yang tak ramah itu.

    Karena, mereka berharap aku menikah dengan pria Batak, bukan denganketurunan penjajah yang tidak mengerti adat dalihan na tolu (boru bere hula-hula), sejak mereka kehilangan anak laki-laki satu-satunya. Atau, masihbanyak karena lainnya?

    Lebih baik kamu menangis sebanyak-banyaknya sekarang, Boru, ujar Mama,dengan panggilan khas untuk anak perempuan Batak. Daripada kelak kamumeneteskan air mata penuh penyesalan jika sudah telanjur menikahdengannya.

    Papa tidak mengucapkan apa-apa. Tapi, dia pasti setuju dengan Mama.

    Percayalah, tak ada orang tua yang tak ingin anaknya bahagia.

    Mama terlalu banyak menikmati sinetron. Kalimatnya persis disontek darisinetron dangdut.

    Tapi, kenapa? dalam kebebalan aku masih bertanya.

    Mama memelukku, mengusap mataku yang banjir oleh air mata.

    Kepercayaannya, Boru. Bagaimana kamu akan mempertaruhkan sepanjanghidupmu pada orang yang tak memiliki agama? Apa yang jadi sumberkekuatanmu dalam menghadapi hidup yang keras ini? Cinta? Cinta apa? Cintaanak muda yang mekar sesaat dan segera layu itu? Kepercayaan apa yang akankamu teruskan pada keturunanmu jika menikah dengan orang yang tidak jelaskeyakinannya?

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    16/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Kamu perlu contoh nyata? Papa menimpali dengan nada tak sabar. Kakaklaki-lakimu sendiri. Bagaimana hidupnya sekarang? Kamu mau mengikutijejaknya?

    Itulah intinya.

    Aku mati skak. Palu telah dipukul. Sidang selesai. Kasus ditutup.

    Aku kalah.

    Taka pulang.

    Membawa pergi semua sel-sel kegembiraan dari tubuhku.

    ***

    Dia bahkan belum sempat menjenguk oppung kempot-ku. Belum sempatmengambil durian jatuh di belakang rumah Oppung di Pulau Samosir. Belumsempat melihat Batu Gantung dan makan naniura, masakan ikan mentah alaBatak yang serupa dengan sashimi.

    Dia bukannya pergi begitu saja. Dia bukannya tidak mencoba. Dia masih sempatmenemui Papa dan Mama.

    Saya akan mempelajari agama Anda. Saya akan pindah. Saya sungguh-sungguh!

    Apakah waktumu cukup untuk itu? Dengan lingkungan di Jepang yangpekerjaan sangat menguras waktumu? Bukankah itu hanya sekadar basa-basi?tangkis Papa.

    Seperti yang diceritakannya, tiap hari dia bangun pagi, menyelesaikan ketikanlaporan semalam dan mempersiapkan presentasi rencana hari itu, laluberangkat bekerja, pulang kantor malam, setelah lembur tanpa hitungan overtime, mengetik laporan pekerjaan hari itu, dan tidur hanya tiga sampai limajam sehari. Betapa hidupnya seperti mesin!

    Kelak kalian akan mengerti, jika kalian sudah punya anak, apalagi jika kalian

    memang benar-benar menyayangi anak itu. Kalian akan mengusahakan hidupyang terbaik baginya. Dengan prinsip yang kalian pegang, kalian takkan relamembiarkannya pergi dengan orang yang tidak memegang prinsip yang sudahjadi napas hidup kalian itu! khotbah Papa dengan lancar.

    Taka tak berani menambah luka hati keluarga kami. Jadi, dia pergi.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    17/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Aku doakan kamu selalu bahagia. Itulah ucapannya yang terakhir. Aku hanyadiam.

    Sejak Taka pergi, hidupku mendadak berubah, dari tak berwarna menjadikelabu. Suram dan murung. Seolah hari datang dan pergi tanpa arti.

    Sepertinya, aku akan segera mati. Sebab, tak ada lagi bedanya matahari ditimur dan barat bagiku. Tak ada lagi daya tarik es krim Haagen-Dazs yang dulusungguh kugilai seperti orang ngidam. Tak ada lagi nafsu makan yang timbulsaat mendengar nama restoran Tempura. Klien ganteng yang konon miripdengan Mel Gibson pun tak menarik perhatianku. Padahal, teman-temansekantor langsung histeris begitu dia muncul.

    Atau, mungkin aku sudah mati, tanpa kusadari. Sebab, tak ada lagi yang begituberarti buatku dalam hidup ini. Semuanya hanya rutinitas. Datar. Lingkaranhitam.

    Aku jadi sering menghabiskan waktu memandangi Jalan Sudirman dari kacajendela kantor pada malam hari. Aku sering pergi ke kafe yang sepi untukbrowsing internet atau membaca, dan baru pulang setelah diusir olehpemiliknya.

    Suatu malam Takeda San mengajakku bicara empat mata.

    Saya suka kamu kerja keras. Kamu rajin dan pekerjaanmu makin excellent.Tapi, saya tidak suka satu hal, ujarnya, sambil menunjuk pipiku. Sudah lamatidak pernah melihat senyum di sini.

    Mereka tidak tahu. Tak ada yang tahu. Sebaiknya jangan. Tak perlu. Itumemalukan. Kisah feodal, percintaan yang dilarang orang tua membuatanaknya frustrasi. Huh, kampungan!

    Tapi, huh, biarin! Aku merasa, sebodo amat dengan dunia. Sebodo amatdengan Karen. Sebodo amat dengan siapa pun!Nggak punya pacar, sih. Jadi, bisa lembur terus, deh, sindir Karen.

    Rasanya, aku ingin menyumpal mulutnya.

    Ya, dong, mumpung belum hamil. Mengambil arsip saja sudah susah!Sebaiknya kan kerja keras selagi bisa, jawabku, sehalus mungkin. Segera akuangkat telepon yang berbunyi halus.

    Aku takut, dalam kondisi sekarang, yang bisa memancing emosiku, aku bisamembalas kalimat Karen dengan lebih pedas. Jadi, kuusahakan mencari jarakdengannya.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    18/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Sama halnya dengan menghadapi Mama dan Papa. Jaga jarak. Supaya aman.Sebab, aku punya hobi baru sejak Taka pulang. Naik darah!

    Ya, Lay? tanyaku. Dari siapa?

    Pak Andrew, line dua.

    Aduh, dia lagi. Klien baru itu lagi! Tolong bilang, saya sedang on-line.

    Tapi, tet! Telanjur tersambung.

    Halo, dengan Rara?

    Ya, saya sendiri, jawabku, agak termangu. Tidak sopan. Dia tidak menyebutBu atau Mbak? Tapi, kok, suaranya agak lain? Kok, suaranya seperti sudah akrabdengan telinga?

    Ini Andrew. Apa kabar?

    Oh, baik! seruku. Oh, ya, ampun, Andrew! Temanku. Bukan klienku yangcerewet itu.

    Suaramu bindeng. Pilek, ya?

    Oh, nggak. Sedang kursus aksen Prancis.

    Terdengar tawa empuknya. Ya, ampun, sudah berapa lama aku tak

    mendengarnya. Dia muncul lagi dari liang persembunyiannya. Dan, masih bisatertawa!

    Lalu, malam itu kami bertemu. Dia mentraktirku di restoran Jepang di lantaibawah gedung kantorku.

    Kamu nggak pernah makan di Chicago? tanyaku, sehabis dia bercerita bahwadia baru kembali dari sana. Atau, uang saku dari kantor kurang?

    Gaji kamu sendiri nggak cukup untuk beli makanan bergizi, ya? balasnya.Menurutnya, aku kurus. Menurutku dia lebih kurus, pucat, dan tak terawat.

    Oh, saya sedang menerima tawaran jadi model. Tubuh langsing seperti KateMoss atau Ally McBeal kan sedang tren.

    Dia hanya tersenyum, malu-malu, seperti dulu. Aku tak ingat kapan terakhirkali kami bertemu. Tapi, sepertinya dia tak berubah.

    Kamu kurang terawat. Belum punya istri, ya? Kasihan.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    19/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Dia tak menjawab.

    Kamu sudah menikah? katanya, balik bertanya.

    Kenapa semua orang menyukai topik yang satu ini? Menyebalkan.

    Sudah. Belum tahu, ya?

    Oh, ya? Selamat, dong. Raut wajahnya tegang. Dengan siapa?

    Masa nggak tahu, sih? seruku. Kamu nggak tahu kenapa Nicole Kidman danTom Cruise bercerai? Karena ada wanita lain, kan? Nih, kenalin orangnya.

    Kuangsurkan tangan. Dia tertawa lepas tiba-tiba.

    Kamu nggak berubah, Ra.

    Ya, kamu yang berubah.

    Really?

    Ya. Kamu tumben tidak ingkar janji lagi.

    Dia terkesima sesaat. Mukanya berubah, ada kekelaman yang dalam pada bolamatanya. Aku tak suka melihatnya sehingga segera kutepuk pundaknya. Harusada yang memecah kebekuan ini.

    Just kidding! seruku. Mana oleh-olehnya?

    Lantas, ganti aku yang terkesima. Kehilangan kata-kata. Banyak sekali yang diakeluarkan dari tas kulit mahalnya. Dulu, dia sering bertanya, oleh-oleh apayang kumau. Tapi, tak pernah kuterima oleh-olehnya, sekali pun. Meneleponsaja, dia tidak pernah sempat.

    Wah, Ndrew, jangan repot-repot. Satu saja cukup, kok.

    Nggak, ini semua memang jatah kamu. Ini yang dulu pertama kali saya ke LA.Ini dari Paris. Ini Singapura, Bangkok, Hong Kong, Tokyo, Inggris, dan kemarin

    dari Chicago. Yang lainnya lupa dari mana. Tapi, ini memang untuk kamu. Nah,yang paling besar itu juga dari Hong Kong, semoga kamu suka.

    Yang dari Belanda mana? candaku.

    Aku hanya mencoba menutupi rasa haru. Dia menyimpan ini semua untukku?Orang yang selalu ingkar janji ini? Jadi, setiap kali dia pergi jauh ke mana pun,

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    20/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    dia selalu mengingatku, berusaha membelikan oleh-oleh untukku, walau taksempat bertemu langsung untuk memberikannya padaku. Oh.

    Aku sangat tersentuh, sekaligus sedih, menyadari dua hal. Aku salahmenilainya. Kukira dia tidak peduli lagi padaku. Dan, dia salah menilaiku, aku

    masih belum bisa tampil apa adanya di depannya. Aku masih berusahamenutupi perasaanku. Dia tidak tahu itu.

    Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Dulu, sebelum Taka datang, dia menanyakanoleh-oleh apa yang kumau. Kujawab, camilan khas favoritku, keripik rumputlaut Jepang.

    Aku tahu kamu suka sembe. Tapi, itu terlalu murah, terlalu biasa. Minta yanglebih mahal, dong. Jangan bikin malu calon bankir Jepang ini, tantangnya.

    Kalau begitu, saya minta berlian. Sekilo!

    Taka pura-pura terjatuh pingsan!

    Tidak, bukan itu yang penting. Aku tak butuh oleh-oleh. Aku butuhkehadirannya. Taka tahu itu. Sedangkan Andrew?Kamu nggak suka, ya? Kok, nggak diambil? suara Andrew mengagetkanku.

    Rupanya, aku sempat bengong di depannya beberapa sesaat.

    Nggak mau, jawabku.

    Nggak mau sedikit?

    Nggak, sahutku, nggak salah lagi. Tawa kami pun berderai.

    Aku teringat, sewaktu masih mahasiswa, kami selalu begini di telepon.

    Aku juga baru sadar, dalam beberapa bulan terakhir, itulah pertama kalinyaaku tertawa lepas.

    Tepat sekali. Kehadirannya jauh lebih berarti daripada oleh-olehnya.

    Andrew menarik. Yang membuatku tertarik padanya adalah sikapnya yang lowprofile.

    Aku berkenalan dengan Andrew, anak teknik yang pendiam itu, lewatsahabatnya yang juga sahabatku, yaitu Amel. Menurut Amel, kami pasti akanmenjadi pasangan serasi, ditinjau dari sudut intelektualitas, spiritual, danemosional. Dia kikuk, sementara aku tenang-tenang saja ketika dikenalkan

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    21/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    padanya. Aku tak percaya dengan rekayasa. Diperkenalkan kan belum tentujadi pacar. Begitu prinsipku.

    Tapi, kami mudah akrab. Aku menganggapnya sebagai sahabat baru yangmenyenangkan. Menurut Amel, entah mengapa, jika sedang berdua denganku,

    Andrew bisa bercerita apa saja, bahkan hal-hal paling pribadi dan rahasia.Padahal, bagi orang kebanyakan, dia adalah patung bisu yang membosankan!Dia cerdas dan obrolan kami nyambung.

    Secara umum, lama-kelamaan kusadari bahwa dia berbeda dari sahabat laki-laki yang lain. Dulu, jika aku ingin bercerita, aku akan menelepon Warih. Diaadalah pendengar yang baik. Kalau ingin minta pendapat, akan kutelepon Edoyang otaknya encer. Kalau ingin bergosip, kuhubungi Ray, yang bekerja sebagaipenyiar radio. Kalau ingin jalan-jalan, Alan adalah orang yang paling tepatkarena selalu bisa membuatku tertawa. Mereka semua hanya sebagaisahabatku.

    Tetapi, sejak ada Andrew, aku hampir tak pernah lagi saling menelepon denganmereka. Semua yang ada di pikiran dan hatiku kubicarakan dengan Andrew,walau kami jarang bertemu karena sama-sama sibuk. Dia sering meneleponku,bahkan ketika liburan ke luar kota bersama keluarganya. Mungkin, kami tidakpacaran seperti yang Amel inginkan. Tapi, kami memang sangat klop. Dan,kami belum pernah membicarakan hubungan kami selanjutnya.

    Tapi, dari sekian banyak kelebihan Andrew, ada satu yang kurang. Dia bukanTaka.

    ***

    Hanya ada satu pria yang mampu membuat hatinya bergetar. Tapi, hinggakini, entah mengapa, ia masih ragu menerima cintanya.

    Taka sangat sibuk. Sebelum lulus kuliah, dia sudah diterima bekerja di salahsatu bank terbesar di Jepang. Tapi, dia selalu mengirimiku e-mail, yang dibawahnya sering tertera tanda waktu sekitar pukul 01.30 sampai 03.05 am.Bahkan, sesekali meneleponku dari Jepang. SLJJ!

    Andrew? Sepulang dari Jepang, sampai setahun kemudian aku menjadi alumni,

    aku hanya sempat bertemu dia dua atau tiga kali. Pertama, ketika aku maumemberikan oleh-oleh dari Jepang. Kedua, ketika tak sengaja bertemu di tokobuku. Ketiga, aku lupa. Mungkin ketika acara perpisahan alumni baru dibalairung. Aku bahkan belum sempat bercerita tentang Taka padanya. Lihat,dulu aku selalu ingin berbagi cerita dengannya tentang apa saja.

    Pernah sekali aku sudah menyusun kejutan ulang tahunnya bersama teman-teman di sebuah kafe, dia tidak muncul. Ketika akhirnya ponselnya bisa

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    22/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    dihubungi, dia ternyata sedang berada di Bandung! Aku tak tahu harusmenelusupkan muka ke mana. Untung ada Amel yang pintar mengakali suasana.Begitu terus sampai setahun. Sampai aku putuskan untuk tak mengharapkannyalagi. Semua teman bilang dia menyukaiku, dan kata Amel tak ada wanita lain,dan aku bisa percaya. Tapi, bagaimana mungkin aku dicintai bila tak pernah

    ada waktu untukku. Bagaimana dia akan jadi kekasihku dengan pola hubunganseperti itu.

    Setelah jadi alumni, Andrew berubah. Dia selalu membuat aku bersaing denganpekerjaannya. Setiap kali kami janjian, hanya ada dua kemungkinan.Dibatalkan mendadak atau tidak bisa ditepati dengan alasan yang kurangintelek (Aku heran, dia terlalu cerdas untuk tidak bisa mengarang alasan yanglebih masuk akal). Aku merasa dia menghindariku. Mungkin dia sudah punyakekasih, tak jadi masalah. Tapi, kata Amel, tidak ada wanita lain. Dia memangsangat sibuk. Taruhlah kami bukan kekasih, tapi sebagai teman biasa punsikapnya itu sungguh tak bersahabat.

    Aku pun memutuskan untuk tak memikirkan ataupun berniat bertemudengannya, setelah satu atau dua tahun lebih kecewa pada segala sikapnya.Kuhabiskan tahun-tahun terakhir dengan beberapa hubungan yang selalukandas, karena aku tak pernah bisa benar-benar serius dengan salah seorangpun dari para pria itu. Sesekali kukirimi Andrew e-mail sekadar basa-basi untukmenjaga hubungan kami tidak putus total. Terakhir kudengar dia ada proyek diHong Kong.

    Pernah sekali waktu, dia ditugaskan ke kantor di sebelah gedung kantorku,selama dua minggu. Tapi, tak sekali pun dia menemuiku, yang hanya dengan

    jalan kaki lima menit bisa sampai. Dia hanya menelepon sekali untukmenanyakan kantin ada di sebelah mana.

    Dua tahun lalu aku training ke Osaka, tanpa kuminta Taka bela-belain datangdari Tokyo untuk menemaniku week-end, menyusuri pusat pertokoan diShinsaibashi yang luas. Pada malam hari di sana banyak hosto, pria-priaeksekutif yang gagah berjas gelap, yang gencar berburu wanita-wanita cantikuntuk ditawarkan pada bos-bos kaya. Ketika Taka sedang membelikan es krimdi am-pm, dan aku sedang memotret beberapa pemandangan, seorang hostomendekatiku, tanpa kuduga. Aku bingung harus bagaimana menghadapinya. Diaagak nekat, apalagi mungkin dia mengira aku orang Filipina, yang terkenal

    sering terlibat kasus prostitusi di Jepang. Untung Taka segera muncul. Akumerasa sangat dilindungi dan dihargai bersama Taka. Bukankah perasaanseperti itulah yang paling diharapkan dari pria oleh wanita di seluruh jagat ini?

    Bukan, bukan itu yang jadi pokok perbedaan di antara mereka berdua.

    Pernah juga aku menghadiri seminar di Singapura, kebetulan Andrew sedangtransit di sana, dalam perjalanan pulang dari Amerika. Dia mengajakku

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    23/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    bertemu di salah satu food court di Orchard Road, malam sehabis aku seminar.Tapi, sampai dua jam menunggu, dia tak muncul dan tak ada kabar. Setelahkembali ke hotel, aku menerima pesan di kamar, hanya kata maaf. Besoknyadia sudah check out pada subuh hari, dan tak ada kabar sesampainya diJakarta. Ok, kumaafkan, kumaafkan lagi. Untuk Andrew, kata maaf kuobral.

    Tahun lalu aku ke Tokyo, pada musim tsuyu (transisi musim panas ke musimgugur, musim yang panas, lembap, berangin dan hujan). Taka butuh kira-kiradua jam untuk menemuiku di Shinagawa dari kantornya. Dia bela-belaindatang, walau kami hanya punya waktu beberapa jam untuk bertemu, sebutlahsebuah makan malam yang sudah sangat terlambat. Tapi, sekitar dua sampaitiga jam itu jadi sungguh terasa bermakna.

    Dia bilang sangat senang melihatku lagi. Dia bercerita tentang ibunya yangkupanggil Okasan, yang sudah mulai mencoba menjodoh-jodohkannya (omiaikekkon), dan itu membuatnya malas mudik pada akhir pekan. Dia bilang, dia

    belum bisa tertarik pada wanita (lain), selain karena kesibukannya juga karenamasih mengingat aku. Dia bilang akan menikah hanya bila aku sudah menikahdengan orang lain.

    Aku kagum pada kemampuan kami memakai logika dalam melihat kenyataan,bahwa hubungan kami tidak akan semulus impian kami, oleh karena itusebaiknya kami hentikan dan berusaha membuka hati untuk orang lain. Denganmenyadari betapa banyaknya perbedaan prinsipiil, walaupun sejujurnya tidaksemudah itu mencabut sesuatu yang berakar kuat dalam hati kami dan itumungkin akan menyakitkan, kami anggap hubungan kami too good to be true.Taruhlah bukan mission impossible, tapi kami berdua percaya (dengan susah

    payah) bahwa cinta saja tak cukup jadi modal sebuah rumah tangga yanghakiki.

    Sepanjang jalan di depan Stasiun Shinagawa menuju hotel tempatku menginap,dia mencopot dark blue suit, jas biru gelapnya, untuk melindungiku dari hujan.

    Pernah aku janjian dengan Andrew di Plaza Indonesia. Dia meminta tolongditemani membelikan kado untuk ibunya yang ulang tahun. Setelah menunggudua jam di lobi, dengan dilewati pria-pria iseng yang mencoba mengganggu, diatak muncul juga. Hujan turun, tak ada kabar. Kuhubungi ke rumah tak ada, HPtidak aktif. Aku kelaparan dan kedinginan, dan kakiku pegal. Malamnya dia

    menelepon untuk minta maaf, alasannya hujan. Aku bilang sebaiknya dia belipayung, kalau nggak punya uang kan boleh pinjam aku dulu. Dia malahtertawa, padahal aku tak sedang melucu. Dan, anehnya, aku tidak bisa marahpadahal aku ingin.

    Aku juga heran pada kemampuanku menutupi perasaan, dengan mencobabercanda dengannya. Lihat, aku adalah great pretender di depannya. Badutsejati. Dia adalah penonton buta dan bodoh yang mudah sekali tertipu oleh

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    24/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    topengku yang tipis.Boleh aku tanya sesuatu?

    Kali ini aku harus membuat si tukang ingkar janji ini buka mulut, karenaternyata setelah tiga kali janjian, dia tidak pernah ingkar lagi, berarti selama

    ini ada sesuatu yang membuat dia sengaja ingkar janji.

    Nggak boleh.

    Kalau aku paksa?

    Aku keras kepala.

    Tahu ini, kan? kutunjukkan pisau cake dengan mimik mengancam.

    Ya, ya. Ampun, ampun, sembahnya, bercanda.

    Kenapa, dulu, kamu, sukaaa sekali, kalimatku sengaja kugantung-gantung,I-N-G-K-A-R J-A-N-J-I?

    Dia menahan napas. Berpikir. Dahinya berkerut. Sinar matanya memudar.Kutatap dia tajam. Sialan, anak ini menarik juga kalau diperhatikan, bahkandengan muka kurus dan kepala agak botak seperti sekarang. Aku baru sadar.Orang jenius memang berisiko botak.

    Maafkan aku, Ra, kalau masih bisa, ucapnya. Aku memang brengsek, nggakpernah tepati janji. Aku nggak tahu bagaimana menghargai orang lain. Aku tak

    berguna, tak layak mendapatkan pengertian orang lain, karena aku sendiringgak bisa mengerti orang lain, egois.

    Dan, mestinya kamu dibakar hidup-hidup di neraka? sambungku cepat,sebelum aku tak bisa menahan perasaan haruku meledak, setelah mendengarucapannya yang terdengar sangat tulus.

    Kami tertawa. Suasana pun kembali normal.

    Sementara itu, aku dan Taka masih berkirim kabar sekali-sekali.Rara chan,

    Bagaimana hubunganmu dengan Papa dan Mama? Jangan membenci merekakarena aku. Jangan mengambil jarak terus dengan mereka. Aku juga seringmelakukan hal yang sama, tapi lama-kelamaan kupikir memang benar bahwaorang tua menginginkan anaknya bahagia.

    Minggu lalu Okasan membawa wanita lagi ke rumah. Sebegitu seringnyasampai aku tidak tega bilang bahwa aku tak berminat. Bukan karena hubungankita. Tapi, papamu benar, aku memang sibuk sekali di kantor. Aku takut dia

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    25/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    akan bosan kutinggal di rumah. Okasan marah-marah. Dia ingin sekali segeramemiliki cucu.

    Memang susah menyamakan pendapat dengan orang tua, kadang-kadang. Tapi,kita mesti gambarimasu, berjuang. Aku harap kamu bahagia. Bahagialah

    untukku. Aku turut bahagia untukmu. Bukalah hati untuk yang lain.Bahagiakanlah dirimu.

    P.S: Jangan terlalu sering lembur. Ingat makan, jaga kesehatan.

    Love, Taka

    Rara San! panggil seseorang.

    Takeda San! Aku segera menoleh.

    Hai? jawabku.

    Dareka, okyakusan ga matteruyo. Ada seorang tamu menunggu, lho.

    Aku segera bangkit. Meja resepsi yang biasanya dihuni Layla, sudah kosong.Kantor sudah sepi, tinggal segelintir orang yang masih lembur, termasuk akuyang sedang jenuh hingga buka-buka internet dan malas pulang. Jam digital diatas meja Layla menunjukkan angka 19:50.

    Seseorang muncul di ambang pintu kaca.

    Andrew? aku terkejut. Kita nggak janjian, kan?

    Aku kebetulan sedang lewat di depan kantormu, dan kulihat lampu masihmenyala, kupikir kamu mungkin belum pulang, jadi aku mampir.

    Oh, desisku.

    Kamu sudah makan malam?

    Belum.

    Kamu mau makan denganku?

    Mau tunggu sepuluh menit? Aku harus membereskan sedikit pekerjaan.

    Dia mengangguk dan duduk di sofa.

    Sebelum komputer ku-shut down, kubalas e-mail Taka.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    26/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Dear Taka,

    Aku baik-baik saja. Aku tidak membenci Papa dan Mama. Aku hanya masihmenjaga jarak dengan mereka, soalnya aku nggak suka cara merekamencarikanku jodoh. Akhir-akhir ini mendadak banyak sekali pria yang telepon

    atau mendatangiku ke rumah atau ke kantor. Aku tak peduli pada mereka,tapi itu membuatku makin nggak nyaman dan malas pulang.

    Oh, ya, masih ingat Andrew? Kami kadang-kadang bertemu sekarang. Dia sudahbertobat, tidak suka ingkar janji lagi.

    Aku harap kamu juga bahagia.

    Salam, Rara.

    Aku pamit pada Takeda San.

    Osakini shitsurei itashimasu. Maaf saya pulang duluan.

    Hai, dozo. Ki wo tsukete ne. Ya, silakan. Hati-hati di jalan, ya.

    Hai, mata ashita. Sampai besok.

    Kareshi ni yoroshiku ne. Salam, ya, buat pacarnya.

    ***

    Ungk! Aku terkejut dan menoleh. Takeda San tersenyum, lalu mengedipkan

    mata.

    Andrew melihatku datang dengan lega.

    Seram juga, ya, kantormu kalau malam. Rasanya banyak hantu Jepang yanglewat.

    Hantu? Sok tau lu! semburku.

    Dia terkekeh. Dia paling senang bisa mencelaku.

    Karen lagi, Karen lagi.

    Come on, Karen, kata Bortje. Kembalilah dengan bayi Rolling Stones-mu.Ambillah cuti hamil segera. Kamu butuh istirahat.

    Karen menjulurkan lidah. Itulah hobi barunya sejak hamil, sehingga orangsekantor yakin anaknya nanti akan jadi penyanyi rock, penerus The RollingStones.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    27/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Belum siap, nih, ninggalin kantor. Bagaimana jadinya kalau saya nggak ada,Karen mengangkat dagu sambil melirik ke arahku.

    Kalau begitu, melahirkan di kantor saja, bidannya Takeda San sekalian, siapatahu ketularan jadi bos, sembur Jean.

    Ironis juga ya, ucap Karen, nggak menggubris. Saya sudah mau punya anak,sedangkan yang lain punya pacar juga belum, umur sudah mau kepala tiga.

    Aku menahan napas. Tiba-tiba Jim mendekat sambil membawa kalender.

    Wah, sebentar lagi kita makan-makan, deh. Ada dua orang yang ulang tahun.Layla dan Rara. Asyik juga, nih. Ra, makan di restoran lantai bawah, dong. Sayasudah lama, nih, tidak makan sushi.

    Makan melulu yang dipikirin, ucap Layla, yang sedang membawa setumpuk

    surat dan menjatuhkannya beberapa di atas mejaku. Ulang tahun apaan,besok mungkin saya sudah mati duluan.

    Paling nggak sebelum mati kamu sudah tunangan dulu, Lay. Daripada jomblosama sekali, timpal Karen.

    Karen, Jim mendekati mejanya, youre sick! You better take leave soon!

    Jim bangkit dan mengusap bahuku sambil berlalu. Karen terdiam seketika.Layla juga berlalu. Karen manyun.

    Mbak Rara, line satu, suara Layla.

    Halo?

    Ra, ini Ibem. Kamu ada waktu nggak, ada pameran software di JHCC.

    Sori, Bem, aku mesti lembur hari ini.

    Besok gimana?

    Lihat besok, tapi nggak janji, ya.

    Ya, sudah. Ok, bye.

    Line empat buat mbak Rara, dari mamanya, seru Layla lagi di intercom.

    Kuangkat telepon. Ya, Ma?

    Hari ini bisa pulang cepat? Mama mau ngajak makan malam di rumah.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    28/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Ngajak makan siapa?

    Kamu. Kalau bisa, ajak Andrew.

    Kok, tumben? Kok, Andrew?

    Kan malam ini ulang tahun pernikahan Papa dan Mama. Lupa, ya? Tadi pagiMama nggak sempat bilang soalnya kamu berangkat pagi sekali. Bisa kan,Boru?

    Kok, ngajak Andrew segala? Dia nggak bisa, mestinya dia lagi di Singapurasampai lusa, jawabku, curiga.

    Ya, sudah, yang penting kamu ada. Jam tujuh bisa sampai rumah?

    Ya, sudah.

    Telepon diputus. Kuputar nomor HP Andrew. Tidak aktif. Semoga dia masih diSingapura. Aku curiga ada apa-apanya Mama mengundang dia segala. SebaiknyaAndrew nggak usah datang. Aku nggak suka karena aku tahu Mama suka orangbertipe Andrew.

    Lalu, tanpa sengaja aku punya alasan untuk tetap menjaga jarak itu, walau akutak menginginkannya. Takeda San memintaku lembur, membantunya membuatlaporan bulanan ke Headquarter. Sebenarnya aku bisa menolaknya, tapisebaiknya jangan.

    Aku sudah menelepon ke rumah dan mereka bisa mengerti. Ketika pukulsembilan aku tiba di rumah, aku tak bisa memercayai penglihatanku. Dan, itumembuatku hampir naik darah.

    Kamu bilang kamu di Singapura, kataku pada pria itu. Tanpa basa-basi.Kamu bohong.

    Dia menatap suram. Diam. Mungkin terkejut melihat ekspresi ketidaksukaanku.

    Siapa yang mengundang kamu? Mama, ya? serangku, mungkin dengan nadakemarahan.

    Rara, makan dulu. Mama mencoba menghela tanganku ke dapur. Kusergah.

    Aku nggak lapar. Aku mau tidur.

    Bum! Pintu kamarku kubanting. Aku punya alasan untuk marah!

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    29/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Aku memang marah. Bukan karena Andrew membohongiku, tapi karena Mama!Dan, aku menyesal telah bersikap begitu pada Andrew.

    Setiap kali bunyi bip-bip-bip di atas mejaku, aku akan segera menoleh danberharap itu dari Andrew. Tapi, setiap kali aku kecewa.

    Selamat siang, bisa dibantu? kuterima telepon. Entah siapa lagi ini.

    Hai, Rara. Masih ingat saya?

    Aku mengernyit. Suaranya bernada akrab sekali. Sok akrab sekali, tepatnya.Maaf?

    Ini Tonny, yang ketemu di gereja minggu lalu. Yang pakai kemeja biru. Lupa?

    Ya, ya. Ingat. Kenapa, Pak Tonny, ada yang bisa saya bantu?

    Emh, jangan panggil Pak, dong. Sorry mengganggu, lagi sibuk, ya? Engh, anu,kamu makan siangnya jam berapa?

    Hari ini saya ada meeting jadi makan siang di kantor. Kalau makan malam?

    Biasanya saya tidak pernah sempat makan malam.

    Kalau besok?

    Besok saya sales call ke tempat klien.

    Lusa, atau kapan bisa?

    Saya belum tahu. Kenapa?

    Oh, Rara, nggak heran mama kamu segitu paniknya mencarikan kekasih buatkamu, kamu sangat sibuk ternyata.

    Aaa? Maaf? aku bingung dan tersentak secara bersamaan.

    Ya, kasihan mama kamu segitu khawatirnya akan kondisi kamu, karena kamu

    sangat menutup diri dan menghindari pria. Kamu sadar nggak usia kamuberapa?

    Darahku mulai naik.

    Kamu pikir kamu siapa, beraninya ngomong begitu sama saya!

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    30/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Oh, jangan sewot begitu, dong. Saya cuma mau nolong mama kamu, kok.Mama kamu yang minta tolong saya mendekati kamu. Saya, sih, terpaksa saja.

    Brengsek. Kubanting telepon.

    Malamnya, sepulang kerja, kubanting pintu kamar di belakang Mama.

    Biasanya Mama akan mendiamkan dan membiarkanku bertapa di kamar dengandamai. Tapi, kali ini tidak.

    Pintu kamarku digedor-gedor.

    BUKAAA

    Aku yang sudah tak tahan pun segera menerima tantangan itu. Di depankusepasang manusia itu menatap marah dan terluka.

    Kelakuan kamu sudah tak pantas!

    Itu gara-gara Mama.

    Mama kan cuma ngenalin dan selanjutnya terserah kamu.

    Cuma ngenalin gimana! Mama sudah berapa kali nyuruh pria-pria ngejar-ngejar Rara. Bahkan sampai ada yang begitu lancangnya ngomong menjatuhkanharga diri Rara sebagai wanita. Mau ditaruh di mana muka Rara? KesannyaRara, tuh, cewek yang nggak laku, diobral dan dijodoh-jodohin seenak hati!

    Itu kan gara-gara kamu yang menutup diri. Ingat-ingat, dong, usia kamu sudahberapa.

    Tapi, bukan begitu caranya, dong, Ma.

    Jadi gimana caranya? Ayo, ajarin Mama. Kamu masih terus mengharapkanTaka? Dengan menutup diri begini, apa kamu pikir pria akan pada datangdengan sendirinya?

    Saya tidak peduli pada pernikahan.

    Kamu tidak boleh bicara begitu! bentak Mama.

    Papa hanya diam. Tapi aku tahu, dia tak berpihak padaku.

    Mama terlalu banyak mencampuri, aku mulai terisak. Bahkan dalam hal-hal kecil. Seperti hubunganku dengan Andrew. Ngapain juga mesti sokngundang dia segala. Tahu nggak, sejak makan malam di anniversary waktu itu,dia sudah tak pernah muncul lagi, kan? Mama bisa kasih tahu alasannya

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    31/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    kenapa? Mama lihat, dengan turut campurnya Mama, bukannya membuatkeadaan Rara lebih baik, tapi semua orang jadi makin menjauhi Rara.

    Aku terduduk lunglai.

    Mama mendekat. Kamu bilang, Andrew nggak pernah muncul lagi?

    ***

    Hanya ada satu pria yang mampu membuat hatinya bergetar. Tapi, hinggakini, entah mengapa, ia masih ragu menerima cintanya.

    Aku terduduk lunglai.Mama mendekat. Kamu bilang, Andrew nggak pernah muncul lagi?

    Tiba-tiba, entah sorot mata sedih atau sesal atau terluka, kulihat tebersit di

    sepasang mata tua itu. Tapi, aku hanya bisa memastikan bahwa nada suaranyahampir tak percaya.

    Dia satu-satunya teman yang masih bisa bikin Rara senang sejak Taka pergi.Tapi, dia juga akhirnya pergi, sejak dia kenal Mama. Entah kenapa. Entah apayang salah. Yang jelas itu sejak Mama mulai mencampuri hubungan kami.

    Andrew nggak pernah hubungi kamu lagi? suara Mama sangat tidak yakin.

    Aku menoleh. Ada sesuatu yang menarik. Kulihat mata Mama mulai berkaca-kaca.

    Padahal, dia bilang dia sangat sayang pada kamu.

    Hah? Kok, bisa dia bilang gitu sama Mama? Mama ngomong apa sama dia? Akumakin marah.

    Mama menunduk. Air matanya mulai menitik.

    Padahal, dia bilang sangat ingin jadi menantu Mama, waktu Mama minta dia

    Apa? Darahku naik lagi. Jadi, Mama? Ya, ampun!

    Oh, jadi diam-diam Mama meminta Andrew melamarku?

    BUM!!

    Kali ini pintu kubanting dan takkan kubuka, walau dengan gedoran sekeras apapun.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    32/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Dear Taka,Aku sedang ketakutan.Ketakutan pada diriku sendiri. Aku mudah sekali naik darah. Walaupun setelahmarah aku akan tersiksa dengan rasa sesal. Aku bukan membenci Papa danMama, tapi aku kesal dan muak dengan cara mereka mencampuri urusan dan

    mencoba mengatur hidupku.Apakah mereka lupa kisah Siti Nurbaya, Titanic, Romeo dan Juliet, semuanyaberakhir dengan kesedihan dan kehancuran? Bahwa cinta tidak bisadipaksakan?

    Taka, aku juga mulai merasa takut kehilangan Andrew.

    Kuklik send. Lalu muncul report. Message sent.

    Teleponku berbunyi. Segera kuaktifkan voice mail. Aku sedang tak ingindihubungi.

    Halo Rara, ini Yoel, Cuma pengen denger kabar kamu, kok. Masih suka bowlingnggak? Sesekali main bareng lagi, yuk.Lima menit kemudian. Voice mail lainnya.

    Hei, ke mana aja! Nathan, nih. Gue mau nganterin undangan, nih. Lu nggakmau ama gue, sih, jadi gue merit ama cewek lain. Kapan ada waktu? Klik.

    Rara Chan, isogashii (Sibuk)?

    Hahk! Aku tersentak. Itu suara Takeda San.

    Call back ne, ketai denwa. Shikkyu.

    Aku buru-buru menghubungi ponselnya. Shikkyu.Urgent, kata bos.

    Haro, Rara Chan, suara khasnya terdengar. Torong kirimu imeru kuNakagawa San. Birang saya tidakku bisa besokku ku kantorunya. Kirimu jugakosto karukureshon ne. Arigatou.

    Dasar orang Jepang. L jadi R. Kirim jadi kirimu. Ke jadi ku.

    Kirim juga apa tadi dia bilang? Cost calculation?

    Kejutan! Kejutan!

    Ternyata, Andrew tidak pergi ke mana-mana.

    Dia ternyata sedang mempersiapkan kejutan untukku. Setelah menghilangsekian lama, tiba-tiba dia muncul. Ah, dia selalu begitu. Tak berubah.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    33/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Dia membawakanku sebentuk cincin berlian yang khusus dibelinya di Jerman.Dia sedang mempersiapkan pernikahan kami. Dia juga telah mempersiapkanbulan madu ke Eropa. Kami akan terbang ke Negeri Kincir Angin, Amsterdam,dan mengunjungi Desa Volendam, Dam square, Royal Palace, Museum Rijks.Lalu ke Paris, mengunjungi Place De La Concorde, Arch De Triomphe, Gereja

    Notre Dame, Menara Eiffel, yang dari lantai dua bisa menyaksikanpemandangan spektakuler ke seluruh penjuru kota Paris. Malamnyamenyaksikan pertunjukan Cabaret Show di Lido Club.

    Dia menanyakan apakah dia perlu meminta izin dulu pada Taka untukmempersuntingku, kujawab tidak! Aku bahagia dalam gaun pengantin putih dandia dalam tuxedo biru. Taka akan menjadi pendamping pengantin pria. Takajuga bahagia. Seperti janjinya. Bahagia untukku.

    Di mana-mana ada bunga. Semua berwarna cerah. Indah. Bersinar. Hangat.Rasanya seperti surga. Mungkinkah ini selamanya? Bisakah?

    Semua sahabatku datang. Teman-teman kantor juga. Papa, Mama, dan bahkankakak laki-lakiku yang di Amerika muncul. Semua bahagia. Semua tersenyum.Tertawa bahagia.

    Padahal, persiapan pernikahan ini sangat buru-buru. Andrew yang mengerjakansemuanya. Aku hanya tinggal terima jadi. Tapi, aku sangat bahagia. Lihat,bukan hanya Taka yang selalu bisa membuat kejutan yang menyenangkan, kan?Andrew lebih spektakuler lagi!

    Andrew menjadi suamiku! Aku menikah! Karen tidak bisa lagi mengata-

    ngataiku.

    Aku bukan perawan tua. Aku bukan lesbian. Aku bukan gadis tak laku.

    Aku jadi pengantin. Bahagia sekali!

    Ketika kami berdiri di altar, dan pendeta menanyakan kesungguhan kami,bahwa hanya maut yang bisa memisahkan kami, Andrew telah menjawabmantap, Saya bersedia.

    Dan, ketika giliranku tiba.

    Rara, Raraaa.

    Tiba-tiba kudengar Mama berteriak-teriak, memanggil-manggil namaku.

    Semua undangan menjadi geger. Tapi, Mama tetap tidak mau diam. Dia terusmemanggil-manggil namaku. Aku menoleh dengan panik.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    34/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Dan.

    Kulihat Mama di pintu.

    Bangun, Boru. Kamu nggak ngantor?

    Kulihat jam dinding. Sudah pukul tujuh. Pagi. Aku baru bermimpi.

    Hanya mimpi.

    Seharian, entah kenapa, aku tak bisa membendung air mata.

    Jangan lakukan ini pada dirimu sendiri, Boru, kata Mama. Kalau kamumarah pada Mama, jangan dirimu sendiri yang kamu siksa.

    Itu adalah kalimat Mama yang divariasikan dengan beberapa gaya bahasa,

    ketika membukakan pintu, bila aku pulang malam atau pagi hari saat berangkatkerja dengan buru-buru.

    Lalu siapa yang harus kusiksa? Ada yang mau jadi voluntir?

    Lalu Takeda San akan datang dengan ekspresi aneh.

    Tolong beri tahu saya, berapa kira-kira kenaikan gaji yang kamu inginkantahun depan, supaya saya siap-siap. Lalu dia akan memohonku untuktersenyum sedikit untuknya.

    Seandainya dia tahu, saya sungguh senang bekerja di perusahaan ini, yangmemang cita-cita saya sejak kuliah, kecuali oleh satu hal.

    Karen menjulurkan lidah.

    Sudah punya nama buat anak kamu nanti, Ren? tanyaku pada Karen.

    Aku hanya mencoba berbasa-basi dengannya. Sebab, kulihat sorot mata sirikitu.

    Its none of your business! jawabnya, ketus.

    ***

    Jean mendongak. Saya mau gantian sama kamu, Karen. Saya lebih suka punyaanak daripada kerja di kantor. Kamu kayaknya berat sekali meninggalkanpekerjaan, padahal kerjaan kamu nggak gitu-gitu amat, kok. Ada nggak adakamu, nggak jadi masalah.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    35/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Karen tidak menjawab. Mulutnya memanjang. Dia segera beranjak danmembanting file.

    Jean mengalihkan tatapan padaku. Menahan tawa.

    Lalu, ada suara khas Layla di interkom.

    Ada tamu di depan. Pak Andrew. Bukan klien. Temennya, katanya.

    Jean tersenyum. Jadi hari ini nggak lembur, dong.

    Hari itu aku pulang kantor jauh lebih cepat dari biasanya.

    Di restoran yang senyap, dingin dan remang, aku duduk berhadapan denganorang bermuka kurus, dengan tulang dan urat-urat pipi yang menonjol nyata,pucat, dan sorot mata yang kelam. Sebegitu cepatnya dia berubah penampilan

    menjadi seburuk ini. Maksudku, pertemuan kami sebelumnya juga dia sudahkelihatan memburuk, tapi ini makin parah.

    Maafkan aku, menghilang lagi tiba-tiba.

    Selalu kumaafkan. Sejak dulu. Masih belum mengertikah dia?

    Tidak apa-apa. Aku yang harus minta maaf soal makan malam di rumah waktuitu.

    Segera disergahnya tanganku untuk memotong ucapanku. Aku terkesima.

    Berdebar-debar. Kenapa jadi begini?

    Maafkan Mama juga, kusambung dengan nekat. Mama.

    Telapak tangannya langsung menyentuh bibirku.

    Tidak, tidak. Mama kamu benar, nggak ada yang salah. Kamu nggak perluminta maaf. Akulah yang salah. Akulah yang membuat semuanya jadiberantakan. Akulah yang tidak berani menghadapi kenyataan dan selalumelarikan diri.

    Di restoran Jepang yang senyap dan dingin ini, dulu kami bertemu lagi setelahsekian lama tidak bertemu, dengan muka gembira, tawa dan canda. Segalanyaberbeda dengan sekarang.

    Sebenarnya aku sangat menyukaimu, ujarnya, dengan suaranya yangterdengar berat dan susah keluar. Aku sangat ingin menikah denganmu.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    36/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Entahlah, aku harus tersanjung atau malu dengan hal itu. Kalau Itu adalah hasilpendekatan kedua orang tuaku yang kuanggap sudah sangat keterlaluan, makaaku harus mencari tempat untuk membuang mukaku. Its just a white lie, right?Saya tidak selugu itu, Andrew!

    Tapi? tanyaku mencoba tenang, menahan malu.

    I cant make it true.

    Aku tak punya keinginan untuk bertanya apa alasannya. Aku tahu permainanini.

    Aku mengidap kanker.

    Aku tersenyum. Alasan yang bagus.

    Aku juga mengidap AIDS, balasku. Badut! Kumat.

    Aku serius, Ra.

    Padahal, akhir-akhir ini, entah setan apa yang hinggap, aku mulai sedang-hampir-akan mempertimbangkan usul Mama dan Papa untuk menikah denganpria ini, setelah kupikirkan dalam-dalam dari banyak segi. Bukan karenamimpiku. Bukan hanya karena e-mail Taka. Bukan karena umur. Bukan karenademi orang tua. Bukan juga karena aku putus asa tak menemukan pria yanglebih cocok (dia tetap tak sebanding dengan Taka). Tetapi, karena makinkurasakan, walau sedikit (demi sedikit), hasil rekayasa percomblangan Amel

    yang dulu, yaitu adanya kebutuhan untuk bertemu dan bersama dia, yangmakin hari makin menjadi, seperti dulu kurasakan dengan Taka. Apalagi sejakdia tiba-tiba menghilang akhir-akhir ini, perasaan sangat kehilangan itu makinterasa nyata. Aku jadi sangat takut kehilangan dia.

    Setelah Taka, aku belum siap untuk kehilangan lagi. Kini, rupanya aku memangakan benar-benar kehilangan dia.

    Penyakit ini ketahuan sejak aku mulai bekerja, Ra. Ketika itu aku mulai seringharus mengingkari janji denganmu, sering menghilang, karena aku tiba-tibaambruk, atau tiba-tiba harus ke dokter, atau dirawat di rumah sakit. Beberapa

    kali aku juga berobat ke luar negeri, walau itu hanya membuat kepalaku makinbotak. Juga karena aku berpikir lebih baik menjaga jarak kita supaya tidak adayang kecewa. Mungkin akulah yang akan paling kecewa karena dari dulu, sejakpertama bertemu, bibit-bibit rasa suka pada kamu sudah tumbuh. Entahlahdengan kamu, tapi kamu sangat berperan baik sebagai sahabat bagiku.Daripada berharap muluk-muluk, aku sudah merasa puas dengan persahabatankita. Meskipun sering menghilang dan menjaga jarak, sebenarnya aku tetapnggak mampu melupakan kamu.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    37/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Lalu mengapa kamu muncul lagi akhir-akhir ini? Oh, aku tahu. Hanya untukmenebus dosa, sebagai saat-saat terakhir yang manis dan takkan terlupakan.Aku mengerti. Oh. Taka, tolong aku, rasanya aku lebih baik melompat ke BatuGantung saja!Soal Mama kamu, pernah aku menelepon ke sana mencari kamu, tapi kamu

    belum pulang. Mama mengajak ngobrol dan menceritakan semuanya. Mamasangat sedih melihat kondisi kamu, karena Mama begitu sayang padamu. Akujuga tidak bisa menutupi pada Mama bahwa sebenarnya aku sangat sayang padakamu, tapi aku nggak berani karena aku nggak tahu perasaan kamu bagaimana.Apalagi waktu makan malam di anniversary itu, kamu sepertinya memang taksuka aku ada di sana, dan itu memang salahku. Aku dan Mama kamu sekongkoluntuk membuat kejutan, bahkan dengan sengaja saya membohongi kamudengan bilang bahwa saya sedang di Singapura. Setelah malam itu, saya tiba-tiba ambruk lagi. Dan, menghilang tanpa kabar. Sama sekali bukan karena inginmenghindari kamu atau Mama.

    Maafkan aku.

    Kami mengucapkannya bersamaan. Dengan air mata.

    Sementara lagu itu terdengar menusuk ke sanubari yang paling dalam.

    Too much love will kill youitll make your life a lieyes, too much love will kill youand you wont understand whyyoud give your life, youd sell your soul

    but here it comes againtoo much love will kill youin the end.

    Aku kembali ke kantor dengan sebuah kehancuran jiwa yang baru.

    Setelah Taka, kini Andrew. Apa yang salah dengan takdirku? Papa, Mama, whatmore would you say? Hatiku yang belum pulih, kini hancur lagi. Makin parah!

    Mbak Rara, line dua dari Jepang, Mr. Ogawa, teriak Layla, ketika aku sedangmelintas.

    Thank God, dia memang selalu ada ketika aku membutuhkannya.

    Buru-buru aku menghambur dengan file ordner besar menuju ke mejaku, tanpasengaja menabrak seseorang yang langsung menghasilkan bunyi debuman,terjatuh. Bunyi benda besar ambruk. Seperti gajah. Aku menoleh. Bunyi fileordner jatuh sekeras itu? Astaga! Bukan ordner. Bukan gajah. Mana ada gajah dikantor. Lalu apa? Bukan apa. Siapa! Siapa?

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    38/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Karen!

    Dia menjerit keras. Semua kegiatan di kantor tiba-tiba terhenti.

    Sepuluh menit kemudian kami sudah di rumah sakit. Kalau ada apa-apa dengan

    bayinya, akulah yang bertanggung jawab. Aku sangat tegang. Rasanya inginmati saja. Aku ingin matiii.

    ***

    Demi kebahagiaan orang tuanya, Rara rela dijodohkan. Tapi, mampukah iamencintai suaminya dengan tulus, sebagaimana ia mencintai Taka?

    Karen sudah mengerahkan segenap tenaganya. Dia terlihat sangat menderita.Dia menjerit berulang kali sambil mengejan. Kasihan Karen. Dia sudahkehabisan tenaga. Karen memang bersikeras melahirkan secara normal. Si

    bossy yang bermulut pedas, yang menjuluki aku perawan tua dan lesbian. Tapi,ia kumaafkan!

    Aku bergidik ngeri melihat penderitaan Karen menjelang melahirkan. Tubuhkubergetar hebat. Kupejamkan mata.

    Aku seakan melihat Mama di sana.

    Samar-samar terbayang wajah Mama, Papa, Taka, Andrew.

    Dan, suara-suara itu terus terngiang-ngiang.

    Masih maukah kamu menikah denganku?

    Aku mencintaimu, bukan sekadar menyukaimu. Aishiteiru.

    Taka melamarku, Mama, Papa.

    Tidak!

    Sebenarnya aku sangat menyukaimu, aku sangat ingin menikah denganmu.

    Aku mengidap kanker.

    Tiba-tiba Karen menjerit keras, untuk yang terakhir, sebelum jatuh terkulaikarena kehabisan tenaga. Akhirnya, semua berakhir. Aku menghambur keluarruangan ketika terdengar tangisan bayi.

    Ya, Tuhan, aku percaya bahwa melahirkan itu menyakitkan sekali. Tapi, akubaru mengerti setelah menyaksikannya sendiri. Aku jadi teringat cerita Papa.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    39/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Dulu, saking inginnya Mama memiliki anak lagi, biarpun dokter melarangnya,Mama tetap mengambil risiko dan nyaris meninggal. Tapi, Tuhan memang baik,masih memberikan kesempatan agar aku lahir di dunia, hidup pongah di ataspenderitaan dan taruhan nyawa seorang ibu yang kini malah tak diacuhkannya,ibu yang telah kehilangan anak laki-laki harapannya.

    Rara. Namaku artinya merah. Pertanda semangat Mama melahirkanku danbanyaknya darah yang tercurah demi aku. Rara.

    Aku makin membenci diriku sendiri.Aku tak pantas hidup. Selautan air matapun takkan mampu membersihkan semua kesalahanku. Selautan berlian puntakkan mampu membalas kasihnya. Rasanya, aku ingin segera pulang,menyembah, mencium, dan membasuh kaki Mama dengan air mataku. Mamayang melahirkan aku dengan taruhan nyawa.

    Andrew pergi untuk selamanya. Kuputuskan untuk menjadi anak manis bagi

    orang tuaku. Kukurangi kontak dengan Taka dan kuperbanyak perhatiankuuntuk Mama dan Papa. Kuputuskan menerima tawaran pekerjaan di tempatbaru. Semua orang di kantor menuduh Karen sebagai penyebab kepindahanku.Mereka salah.

    Hidup harus dilanjutkan. Hidup adalah keputusan dan tindakan.

    Aku memulai sesuatu yang baru. Meninggalkan semua kejadian pahit, menguburdalam-dalam, dan memberinya nisan bertuliskan: Masa Lalu.

    Kalau ada sesuatu yang buruk terjadi pada Papa atau Mama, aku tahu siapa

    orang pertama yang harus kusalahkan. Setelah mencoba berkali-kali, akhirnyanomor telepon, yang kusimpan sekian lama, tersambung juga.

    Yes, Jogis speaking.

    Ini Rara.

    Tak ada reaksi. Dia pasti terkejut. Rara who? tanyanya, singkat.

    Papa kena serangan jantung. Sekarang di rumah sakit. Aku hanya inginmemberi tahu hal itu, kututup telepon. Pulsa ke Amerika mahal. Lalu, kenapa

    aku harus meneleponnya?

    Bukan untuk meminta perhatian atau simpatinya.

    Aku hanya ingin dia merasa bersalah!

    Aku ingin dia ikut merasakan akibat perbuatannya!

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    40/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Aku ingin dia tidak bisa tidur oleh rasa sesal dan malu yang mendalam!

    Aku ingin dia hidup dalam penyesalan, kegusaran, dan kehampaan!

    Itu pun kalau dia masih punya perasaan!

    Apa yang Papa pikirkan?

    Papa menggeleng. Dia berbohong. Ya Tuhan, dia sudah tua. Sinar matanyameredup. Dia berbaring tak berdaya. Aku tahu apa yang berkecamuk dalambenaknya. Hanya dua. Jogi, putranya yang durhaka. Rara, putrinya yang keraskepala dan belum menikah! Jadi, lima puluh persen penyebab dia tergeletaktak berdaya adalah aku! Itu membuatku menangis semalaman.

    Taka, help me.Aku harus menikah, tapi dengan siapa?

    Apa pun akan kulakukan asal Papa bahagia.Asal Papa tidak sakit, apalagi sampai meninggal.Apa pun akan kulakukan.

    Rara,Menikahlah dengan pria yang betul-betul mencintaimu.Dia akan menolongmu belajar mencintainya.Pakailah instingmu untuk memilih yang terbaik.

    Kucoba turuti saran Taka. Sulit sekali.

    Robert bukan tipe bapak. Denny terlalu career-minded, takkan ada waktuuntukku. Toby kelihatan kurang dewasa. Hendrik terlalu bergaya bos.

    Lalu, siapa lagi? Aku makin pusing.

    Pria ini adalah anak sahabat Papa sewaktu masih sekolah di Pematang Siantar.Mereka datang menjenguk Papa.

    Perjodohan yang tepat. Orang Batak. Dia anak pertama pembawa marga. Entahkenapa, aku tidak punya alasan untuk menolak. Padahal, aku takut melihatsorot matanya. Dingin dan seolah tidak peduli.

    Mungkin sama seperti aku. Kami sama-sama tidak begitu peduli akanperjodohan ini. Kami sepertinya menyimpan kepahitan akan masa lalu.

    Tapi, apa artinya ini dibandingkan dengan kebahagiaan Papa dan Mama?

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    41/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Apa yang salah dengan cara kita mendidik anak, ya, Albert, kata sahabatPapa itu. Anakku hampir menikah dengan orang dari seberang yang tidakseiman.

    Hanya itu yang kuketahui tentang masa lalunya. Bulan berikutnya, kami berdua

    sudah berdiri di altar gereja yang bertaburan bunga.

    Pria di hadapanku ini pasti tidak mendengarnya. Padahal, aku sudahmeneriakkan sekeras-kerasnya, dalam hati.Aku rela menikah denganmu. Kau tak perlu mencintaiku. Tapi, tolong jangansakiti hatiku. Masih banyak luka yang belum sembuh, yang sedang kubalut.Tolong, jangan kau tambahi dulu.

    Pendeta pun meresmikan pernikahan kami. Kami resmi menjadi satu. Suamidan istri. Hanya maut yang bisa memisahkan kami!

    Sepulang dari resepsi dan adat, otakku mulai berputar. Apa jadinya hidup tanpacinta? Apa yang harus kulakukan pada malam pertama? Bagaimana aku harusbersikap di hadapan mertua?

    Di rumah mertua, kami diberi wejangan oleh pihak keluarga suami sampaitengah malam. Tapi, karena itu, aku tidak perlu mencari alasan untukmenghindari malam pertama. Kami sama-sama terkapar kelelahan, tanpasempat membuka baju pengantin.

    Namanya Arga. Dalam bahasa Batak artinya mahal.

    Aku memanggilnya Bang. Kami terpaut lima tahun.

    Kita bulan madu ke mana, ya? tanyanya.

    Ke mana saja, asal jangan di rumah.

    Jakarta atau daerah?

    Luar negeri?

    Aku hanya mencoba bercanda.

    Uangnya nggak cukup. Kan, kita mau cari kontrakan.

    Ya, sudah, terserah saja.

    Aku nggak punya ide.

    Aku juga.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    42/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Kami memilih Bali.

    Aku merasa aneh berjalan dengannya. Dia tidak menggenggam tanganku sepertilayaknya pengantin baru. Selama lima hari di Bali, setiap kali pulang ke hotel,kami pasti langsung tertidur. Malam pertama itu tidak pernah ada.

    Akhirnya, aku percaya bahwa dia tidak begitu peduli akan pernikahan ini. Diatidak pernah mencintaiku. Aku juga begitu. Tiga bulan berjalan, aku masihperawan. Tapi, aku tak peduli!

    Kami pindah ke kontrakan dekat kantorku.

    Tiap pagi kubuatkan kopi dan sarapan roti untuknya. Kadang-kadang, kamiberangkat bersama-sama. Tapi, pulangnya aku sering sendiri. Selain lembur,kuhabiskan waktu di mal atau kafe. Dia juga sering pulang malam. Tak adatuntutan apa-apa satu sama lain.

    Aku kurang cocok dengan ibu mertua dan adik ipar perempuanku yang sangatperhitungan dan materialistis. Suamiku harus membayar semua belanjaanmereka. Kalau begini terus, kapan tabungan kami akan cukup untuk membelirumah sendiri?

    Ya, ampun! Aku baru sadar. Aku mulai memikirkan rumah tangga dan masadepan kami. Tapi, aku tidak berani membicarakannya dengan Arga.

    Lalu, datanglah cobaan pertama.

    Aku tak ingin pergi ke acara rekreasi untuk seluruh staf perusahaanku. Jarakantara aku dan Arga akan menimbulkan kecurigaan. Arga tak tahu itu.

    Ketika aku cuti sehari untuk menemani Papa yang masuk rumah sakit lagi, Argaberkata, Tadi ada telepon. Tentang acara rekreasi kantor kamu.

    Aku sudah bilang tidak ikut.

    Kenapa?

    Aku ingin menjaga Papa.

    Tapi, aku sudah telanjur bilang kita ikut.

    Apa?

    Aku sudah lama sekali ingin ke Pulau Seribu.

    Aku terpana. Baru kali ini dia meminta sesuatu. Aku tak mampu menolak.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    43/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Di sanalah pertama kalinya dia menggandeng tanganku. Kami juga berdansabersama pasangan lain. Dia menciptakan kesan bahwa kami adalah pengantinbaru yang sangat mesra dan bahagia. Sungguh aktor yang pintar!

    Tapi, malam hari, di dalam kamar hotel, kami tidur di antara bantal.

    ***

    Kututup pintu kamar rawat Papa dengan perasaan khawatir. Khawatir hidupnyatak akan lama lagi. Khawatir akan keinginannya memiliki cucu dariku. Akuharus hamil. Aku harus membicarakannya dengan Arga.

    Tapi, apa yang harus kukatakan pada Arga?

    Beberapa menit kemudian, Arga keluar juga dari kamar Papa.

    Digandengnya tanganku menuju parkir. Kami pulang tanpa berkata sepatahkata pun selama di perjalanan.

    Air mataku tumpah di kamar mandi.

    Tuhan, jangan ambil Papa dulu.

    Ketika aku kembali ke kamar tidur, Arga mengusap rambutku dan memelukkepalaku di dadanya. Yang ada di pikiranku hanyalah keinginan untukmelemparkan bom ke muka Jogi.

    Mungkin benar, bahwa kutukan itu berlaku sepanjang masa. Tak ada ibu mertuadan menantu perempuan yang akur.Abang kamu dulu kuliah di kedokteran, ya? tanya ibu mertuaku.

    Ya, Inang.

    Di mana dia sekarang?

    Amerika, Inang.

    Aku sudah mencium bau tidak beres di sini.

    Katanya, ia menikah di sana dengan wanita asing, ya?

    Ya. Maaf, kenapa tiba-tiba Inang menanyakan abang saya?

    Kemarin kan Inang ke undangan pernikahan. Kebetulan bertemu denganNyonya Sihombing. Katanya, anaknya sempat berteman dengan abang kamu.Namanya Ida. Kenal?

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    44/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Oh, kenal.

    Kok, pertunangan mereka bisa putus? Kabarnya, Ida sampai dirawat disanatorium dan sempat pula mencoba bunuh diri, ya?

    Aku sudah muak pada semua ini. Aku tak tahu jika masa lalu Jogi akan jadibahan cemoohan bagi rumah tanggaku. Mertuaku yang menyebalkan danmemuakkan! Sepertinya, dia senang sekali bisa menemukan kelemahanku.

    Ya, mungkin bukan jodoh, tiba-tiba suamiku muncul.

    Kasihan banget mereka sekeluarga. Orang tuanya harus menanggung malu dansempat tidak berani muncul di acara adat. Undangan, gedung, katering, danpakaian sudah dipesan. Eh, tahu-tahu dibatalkan. Rugi materi, waktu, tenaga,dan harga diri, lanjut Inang.

    Keluarga kami juga sama menanggung malu seperti keluarga mereka, Inang,ucapku, akhirnya. Abang saya memang tidak bertanggung jawab.

    Inang dan putrinya saling melirik. Kok, bisa ada anak seperti itu, ya, gumamInang.

    Itu, sih, tergantung didikan orang tuanya, timpal putrinya. Dan, bataskesabaranku habis.

    Aku nggak suka cara mereka bicara! kutumpahkan kekesalanku pada Arga.Bukan urusan mereka. Mereka tak punya hak menghakimi keluargaku!

    Arga terdiam.

    Jika mereka bicara seperti itu lagi, aku tidak akan tinggal diam, ancamku.

    Arga terus menyetir mobil dengan diam.

    Arga mungkin tak peduli. Itu mengingatkanku bahwa kami menikah bukan atasdasar keinginan. Hatiku teriris. Tiba-tiba aku merasa sangat kesepian.

    Suatu malam, Arga terlihat tidak bisa tidur, sepertiku.

    Papa bilang apa tadi? tanyaku.

    Hanya bilang supaya kita hidup rukun.

    Masa?

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    45/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Katanya, Amang sudah mengatakannya padamu. Amang, panggilan untukpapak mertua.

    Bilang apa?

    Supaya segera punya anak.

    Aku kehabisan kata-kata.

    Aku ngantuk.

    Entah siapa yang berbahagia atas pernikahan kami. Mungkin Mama, Papa, ataubapak mertuaku. Yang jelas, bukan aku, suamiku, atau ibu mertuaku.

    Kenalkan, ujar Inang, ketika kami pulang dari gereja. Seorang gadis bergaunhijau memakai perhiasan lengkap di seluruh tubuhnya.

    Tuti.

    Rara.

    Ini mantan pacarnya Arga, ujar adik iparku.

    Kok, putus? Padahal, kalian terlihat serasi, lho, kataku, cepat.

    Itulah bodohnya Arga, tangkap Inang. Sialan!

    Tuti pun pergi dengan mobil mewahnya, sedangkan aku menahan jengkel dalammobil Arga.

    Sepertinya Tuti kaya ya, Bang. Kok, kalian putus?

    Kami tidak pernah berpacaran. Mama yang menjodohkan.

    Tak heran Inang suka padanya.

    Di luar dugaan, Arga tertawa.

    Kalau bukan karena Jogi, sekarang ini aku tak akan tinggal di rumahkontrakan. Aku bisa beli rumah. Bisa punya mobil mewah. Inang pasti sukapadaku.

    Jahat sekali Jogi, menghabiskan harta kekayaan keluarga kalian, ya, kataArga.

    Itu bukan karena salah didikan orang tua, lho, tukasku.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    46/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Aku percaya, sahutnya. Kamu tidak perlu memusingkan sikap Mama danadikku. Kalau mereka macam-macam, biar aku yang hadapi.

    Aku terdiam. Akhir-akhir ini, aku merasa dia lebih perhatian padaku. Ah,mungkin bukan perhatian, hanya kasihan.

    Boleh?

    Kenapa tidak?

    Siapa yang gantian menjaga Papa di rumah sakit?

    Aku. Siapa lagi?

    Kenapa Abang mau?

    Aku kan suamimu.

    Terima kasih ya, Bang, kututup telepon.

    Aku meminta izinnya untuk perjalanan dinas ke Jepang. Cuma tiga hari.

    Dia memeluk dan mencium pipi serta dahiku di bandara. Aku tak habis pikir,mengapa dia melakukannya. Sepertinya, bukan akting. Tulus. Tidak. Tidakmungkin dia kehilangan aku. Tak mungkin dia menyayangiku. Tak mungkin.

    Aku tak merasa kehilangan dia. Saat ini, yang ada di pikiranku hanya Taka!

    Kamu bahagia? tanyanya.

    Kelihatannya bagaimana?

    Kelihatannya begitu.

    Salah. Aku bahagia karena bertemu dengannya!

    Kamu bagaimana?

    Tidak bahagia sama sekali, ujarnya, sambil tersenyum tipis. Mama sudahmeninggal.

    Aku terkejut.

    Aku turut bersedih.

    Aku sangat menyesal.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    47/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Menyesal?

    Karena, dia meninggal sebelum aku memenuhi harapannya. Menikah danmemiliki anak.

    Aku terkesima.

    Itu sangat menyiksaku sampai sekarang.

    Matanya berkabut. Aku merasa tak berguna. Tak berarti.

    Wajahnya mendung.

    Seandainya waktu bisa diputar kembali, apa saja akan kulakukan demi Mama.Tapi, sekarang sudah terlambat.

    Aku belum terlambat.

    Aku tidak mau seperti Taka

    Aku pulang ke Jakarta dengan tekad baru. Papa harus punya cucu.

    Di bandara, kutelepon Arga. Handphone-nya tidak aktif. Telepon rumah tidakada yang mengangkat. Aku segera mencari taksi. Di taksi kucoba menghubungiArga di kantor. Ternyata, dia sedang cuti.

    Kucoba menelepon rumah Papa. Nadanya sibuk.

    Kutelepon ke rumah sakit. Katanya, Papa sudah pulang.

    Pak, ke Menteng saja, ya, ujarku, kepada sopir taksi.

    Aku merasa ada yang tidak beres.

    Aku tiba di rumah orang tuaku. Sepi.

    Aku segera menuju kamar Papa. Ada Mama dan Arga di sana.

    Mereka sedang menggenggam tangan Papa sambil berurai air mata.

    Papa! seruku.

    Mama makin terisak-isak.

    Papa! jeritku, sambil menghambur.

  • 7/30/2019 Mencintaiku

    48/48

    www.ac-zzz.blogspot.com

    Terlambat. Dia sudah pergi.

    Terlambat. Aku sangat menyesal!

    Aku sangat membenci diriku sendiri. Aku memang anak tak tahu diuntung.

    Durhaka. Aku tak pantas hidup. Aku tak berguna. Aku tak berarti.

    Selautan air mata takkan mampu mengembalikan hidup Papa.

    Aku tak lebih baik daripada Jogi. Aku lebih buruk, lebih parah.

    Papa, maafkan aku.

    Ampunilah aku.

    Di sebuah layar komputer.

    Dear Taka,Setahun sejak kepergian Papa, akhirnya Mama menimang cucu.

    Aku tahu dia bahagia. Kuharap Papa juga bahagia di alam sana.Dan, aku telah belajar satu hal. Perjodohan itu ternyata tidak selalu berakhirsedih seperti Siti Nurbaya.Seperti harapanmu, sekarang aku bahagia, bersama anak dan suami. Dan,suamiku sungguh mencintaiku.

    Salam,Rara

    TAMAT