mencegah disintegrasi ody

19
Mencegah Disintegrasi Pembacaan kita terhadap disintegrasi di Indonesia hendaknya bersifat global. Ini karena disintegrasi di Indonesia merupakan bagian dari disintegrasi Dunia Islam secara keseluruhan. Jadi, disintegrasi Indonesia bukan disebabkan oleh Indonesia sebagai Indonesia, tapi Indonesia sebagai salah satu negeri Islam. Lebih khusus lagi, negeri Islam yang paling berpotensi, terutama dari aspek kependudukan dan kekayaan alam Disintegrasi melemahkan potensi ideologi Islam Penjajahan merupakan metoda negara-negara imperialis dalam menyebarluaskan ideologi kapitalisme ke seluruh penjuru dunia dalam kerangka mempertahankan dan memperluas hegemoninya. Dulu ini dilakukan dengan cara penjajahan fisik-militer, sekarang dengan penjajahan halus-diplomatis dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan lain-lain. Imperialis tak ingin ada kekuatan lain yang mengancam hegemoni mereka. Karena itu, mereka akan menghalangi munculnya negara kuat yang berpotensi menyaingi atau bahkan mengalahkan mereka. Dan Islam punya segala potensi yang diperlukan untuk menggusur tata dunia baru ala Kapitalisme. Pertama, potensi ideologis. Di dunia ini hanya ada tiga ideologi: Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme-Komunisme. Pascaruntuhnya Uni Soviet sebagai pengusung Komunisme, musuh ideologis AS adalah Islam. Meski Francis Fukuyama mengklaim bahwa sekarang ini Kapitalisme telah menang, tapi sesungguhnya pertarungan ideologis masih berjalan, walaupun memang hingga ‘setengah main’ ini Kapitalisme dalam posisi unggul. Tapi kondisi ini tidak bisa menafikan fakta bahwa Islam tetap menjadi ancaman laten bagi Kapitalisme, terutama bila segala potensi yang Islam miliki bisa diberdayakan. Kedua, potensi geopolitis. Kaum Muslim menempati posisi strategis jalur laut dunia. Mereka ada di Selat Gibraltar, Terusan Suez, Selat Dardanella dan Bosphorus yang menghubungkan jalur laut Hitam ke Mediterania, Selat Hormuz di Teluk dan Selat Malaka di Asia Tenggara. Dengan posisi strategis ini, kebutuhan dunia akan wilayah Kaum Muslim pasti tinggi mengingat mereka harus melewati jalur laut tersebut. Bilamana seluruh wilayah Kaum Muslim di dunia bersatu di bawah naungan Daulah Khilafah Islam, mereka akan memiliki posisi yang sangat menguntungkan dan

Upload: daniel-olovan

Post on 27-Jun-2015

244 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mencegah Disintegrasi ody

Mencegah DisintegrasiPembacaan kita terhadap disintegrasi di Indonesia hendaknya bersifat global. Ini karena disintegrasi di Indonesia merupakan bagian dari disintegrasi Dunia Islam secara keseluruhan. Jadi, disintegrasi Indonesia bukan disebabkan oleh Indonesia sebagai Indonesia, tapi Indonesia sebagai salah satu negeri Islam. Lebih khusus lagi, negeri Islam yang paling berpotensi, terutama dari aspek kependudukan dan kekayaan alam

Disintegrasi melemahkan potensi ideologi IslamPenjajahan merupakan metoda negara-negara imperialis dalam menyebarluaskan ideologi kapitalisme ke seluruh penjuru dunia dalam kerangka mempertahankan dan memperluas hegemoninya. Dulu ini dilakukan dengan cara penjajahan fisik-militer, sekarang dengan penjajahan halus-diplomatis dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan lain-lain. Imperialis tak ingin ada kekuatan lain yang mengancam hegemoni mereka. Karena itu, mereka akan menghalangi munculnya negara kuat yang berpotensi menyaingi atau bahkan mengalahkan mereka. Dan Islam punya segala potensi yang diperlukan untuk menggusur tata dunia baru ala Kapitalisme. Pertama, potensi ideologis. Di dunia ini hanya ada tiga ideologi: Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme-Komunisme. Pascaruntuhnya Uni Soviet sebagai pengusung Komunisme, musuh ideologis AS adalah Islam. Meski Francis Fukuyama mengklaim bahwa sekarang ini Kapitalisme telah menang, tapi sesungguhnya pertarungan ideologis masih berjalan, walaupun memang hingga ‘setengah main’ ini Kapitalisme dalam posisi unggul. Tapi kondisi ini tidak bisa menafikan fakta bahwa Islam tetap menjadi ancaman laten bagi Kapitalisme, terutama bila segala potensi yang Islam miliki bisa diberdayakan. Kedua, potensi geopolitis. Kaum Muslim menempati posisi strategis jalur laut dunia. Mereka ada di Selat Gibraltar, Terusan Suez, Selat Dardanella dan Bosphorus yang menghubungkan jalur laut Hitam ke Mediterania, Selat Hormuz di Teluk dan Selat Malaka di Asia Tenggara. Dengan posisi strategis ini, kebutuhan dunia akan wilayah Kaum Muslim pasti tinggi mengingat mereka harus melewati jalur laut tersebut. Bilamana seluruh wilayah Kaum Muslim di dunia bersatu di bawah naungan Daulah Khilafah Islam, mereka akan memiliki posisi yang sangat menguntungkan dan berdaya tawar tinggi. Ketiga, potensi sumber alam. Negeri-negeri Islam dianugerahi Allah dengan kekayaan alam yang melimpah, baik karena kesuburannya maupun bahan tambangnya. Bila dikelola dengan betul, ini akan menjadi sumber kekayaan negara sekaligus meningkatkan posisi tawar negara di kancah internasional. Keempat, potensi penMemang, jumlah penduduk bukanlah faktor penentu kekuatan suatu negara. Namun bila umat Islam di seluruh dunia bersatu di bawah Khilafah, jumlah penduduknya yang 20% populasi dunia tentu akan sangat luar biasa. Kelima, potensi militer. Saat ini militer Dunia Islam mengalami ketergantungan terhadap Barat. Tapi, secara kuantitas jumlah tentara di Dunia Islam sangat besar. Bila direkrut 1 % saja dari penduduknya yang 1,5 Milyar akan didapat 15 juta tentara. Karena itu, dapat dibayangkan jika mobilisasi pasukan militer ini dilakukan oleh sebuah negara yang bersifat internasionaDengan potensi seperti itu, Daulah Khilafah Islam akan menjadi sebuah negara adidaya yang sangat kuat. Karena itu, Barat sangat berkepentingan agar negeri-negeri Islam tidak bersatu.l seperti Khilafah

Page 2: Mencegah Disintegrasi ody

Disintegrasi menciptakan politik ketergantunganManajemen konflik menjadi senjata andalan para imperialis untuk menancapkan dominasi politik mereka atas suatu negara. Konflik merupakan pintu masuk bagi intervensi asing. Sang imperialis biasanya masuk ke wilayah konflik (yang mereka buat) itu dengan berpura-pura ingin turut membantu menyelesaikan konflik. Kasus Timor Timur adalah contoh nyata bagaimana negara-negara Barat bermain di wilayah yang sebetulnya ingin mereka kuasai. Sejak masih berstatus daerah konflik, para pembesar Timor Timur selalu merujuk negara-negara Barat sebagai orientasi politiknya.Kondisi ini bagus untuk menciptakan politik ketergantungan. Negara baru pascadisintegrasi biasanya kecil, lemah dan tak berdaya. Sebagai negara baru, perlu ada sumber daya yang cukup untuk melakukan pembangunan sarana dan prasarana fisik sebagai bagian dari pembangunan nasional. Saat itulah negara-negara Barat datang menawarkan bantuan berlabel pinjaman lunak atau hibah. Sepintas ini berkah, padahal sebenarnya musibah, karena negara-negara baru itu menjadi sangat tergantung, secara ekonomi, kepada negara-negara donornya. Negara-negara donor menjadi lebih leluasa untuk mengobok-obok negara-negara baru itu karena punya daya tawar yang lebih tinggi.

Motif Ekonomi: Eksploitasi Kekayaan AlamSelain motif-motif politik itu, ada juga motif ekonominya, yakni untuk mengeksploitasi kekayaan alam. Pada 6 Juli 2001, sekira 2 tahun pasca-Referendum 1999 yang membuat Timor Timur lepas dari Indonesia, Australia dan Timor Timur menandatangani kerjasama eksplorasi minyak dan gas bumi di Celah Timor, yang kandungan minyak buminya diperkirakan mencapai 5 miliar barel dan merupakan salah satu dari 23 lapangan minyak terbesar di dunia.

Di Aceh, Barat sangat berkepentingan mengingat di sana ada cadangan gas alam cair terbesar di dunia. Perusahaan yang menguasai eksplorasi di sana adalah ExxonMobil, perusahaan AS, sedangkan hasil produksinya digunakan untuk memasok kebutuhan gas alam cair di Jepang dan Korea Selatan. Irian Jaya, atau Papua, sudah lama menjadi lahan emas bagi AS melalui PT Freeport-nya, yang dengan leluasa mengeruk kekayaan Indonesia. Karena itu tak mengherankan bila Kongres Rakyat Papua (29 Mei-4 Juni 2000), yang menggugat penyatuan Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dilakukan pemerintah Belanda, Indonesia, dan PBB di masa Soekarno, dihadiri Sekretaris I Kedubes Amerika dan utusan Australia, Inggris dan negara-negara asing lain.

Saat ini Papua, resminya, masih menjadi bagian dari NKRI, tapi AS sudah berhasil membuat pihak Indonesia hanya kebagian 10% dari hasil tambang yang dieksplorasi oleh PT Freeport Indonesia. Posisi AS bisa lebih baik lagi jika harus berunding dengan pemerintah “Negara Papua” yang pastinya berdaya tawar jauh lebih rendah ketimbang NKRI. Logika yang sama berlaku dalam kasus Timor Timur dan Aceh.

Faktor-Faktor Pendukung DisintegrasiDisintegrasi tidak akan berhasil tanpa adanya faktor-faktor pendukung. Faktor pertama dan utama adalah lemahnya pemikiran umat Islam. Ini membuat umat Islam mengalami depolitisasi sehingga kehilangan pengaruh politik di tengah-tengah umat lain. Umat Islam hampir-hampir tidak memahami politik dan berbagai peristiwa politik yang terjadi. Pandangan politik mereka

Page 3: Mencegah Disintegrasi ody

relatif lebih banyak bertaklid pada pendapat para politisi atau pengamat yang diekspos media massa yang tentu sangat beragam dan dipengaruhi kepentingan dan ideologinya. Akibatnya, umat Islam tidak mampu mengantisipasi, apalagi menghadapi, gencarnya serangan pemikiran dari Barat yang ingin memecah-belah negeri-negeri Islam, termasuk Indonesia.

Lemahnya pemikiran umat ini berbanding terbalik dengan adanya serangan dan dominasi pemikiran sekularisme, liberalisme, dan pluralisme. Indonesia adalah negara sekular, karena meski lebih dari 85% penduduknya adalah Muslim, sistem yang diterapkan sama sekali bukan sistem Islam. Yang berkuasa justru Sekularisme, sistem hidup yang menetralkan peran agama dalam kehidupan publik. Konsepsi sekularisme, liberalisme, dan pluralisme berperan menjauhkan umat dari pemahaman Islam. Umat tidak lagi terbiasa memandang persoalan dari kacamata Islam. Islam tidak lagi dijadikan solusi. Dan inilah yang dikehendaki oleh Barat.

Dalam kondisi seperti itu, dengan mudahnya Barat masuk dengan membawa ide-ide beracun seperti kemerdekaan, menentukan nasib sendiri, kebebasan berorganisasi atau berekspresi. Dalam konteks global, disintegrasi biasanya diprovokasi oleh ide nasionalisme. Tapi dalam konteks Indonesia, yang berperan adalah pemikiran primordialisme. Primordialisme membuat masyarakat yang tidak puas terhadap pemerintah pusat cenderung mudah dihasut untuk memisahkan diri. Buktinya, Timor Timur lepas dari Indonesia melalui referendum rakyat sebagai perwujudan dari kemerdekaan menentukan nasib sendiri. Papua dan Aceh bisa mengalami hal yang sama. Ide menentukan nasib sendiri sangat mungkin kembali menjadi senjata untuk melepaskan diri dari Indonesia.

Tentu saja ide-ide itu tidak bisa nyelonong begitu saja tanpa ada yang menyebarkannya. Di sinilah para agen Barat berperan. Agen-agen itu bisa berupa pejabat pemerintah, termasuk presiden dan anggota parlemen, partai politik, dan terutama lembaga swadaya masyarakat. Dengan bermantel organisasi-organisasi nonpolitis, seperti organisasi kemanusiaan dan keilmuan, para agen itu leluasa menjalankan agenda disintegrasi di Indonesia, utamanya dengan mempengaruhi pemikiran masyarakat.

Dari sini Kaum Muslim harus serius mencermati keberadaan LSM, organisasi asing baik yang mandiri atau yang bekerjasama dengan organisasi lokal. Sangatlah mungkin, organisasi seperti itu hanyalah topeng untuk menjalankan misi memecah-belah Indonesia. Tak heran kalau organisasi seperti itu senantiasa ada di wilayah-wilayah konflik. Dan merekalah yang biasanya getol menyuarakan referendum sebagai wujud kemerdekaan menentukan nasib sendiri.

Bagaimana Mencegah DisintegrasiUntuk mencegah disintegrasi, soal pertama yang harus diselesaikan adalah membangun kesadaran politik umat. Yang dimaksud dengan kesadaran politik adalah upaya manusia untuk memahami bagaimana memelihara urusannya. Kesadaran politik adalah pandangan yang universal dengan paradigma yang khas. Dengan demikian, umat akan mengetahui pentingnya Islam bagi kehidupan individu dan masyarakat. Dalam konteks politik internasional, kesadaran politik sangat dibutuhkan untuk dapat memahami peristiwa-peristiwa politik dengan kacamata Islam dan mendapatkan penjelasan secara Islami. Kesadaran politik menjadi pisau analisis yang mampu membedah persoalan secara jernih dan sesuai dengan pandangan Islam. Dengannya umat bisa menjaga diri untuk tidak tersesatkan oleh fakta-fakta atau opini-opini dalam mencari hakikat

Page 4: Mencegah Disintegrasi ody

sebuah persoalan. Kesadaran politik juga yang akan menyadarkan umat bahwa disintegrasi merupakan perkara yang membahayakan kesatuan umat. Umat juga akan bisa melihat betapa disintegrasi tidak lain hanyalah rekayasa pihak asing untuk menguasai dan melakukan penjajahan halus untuk meraih tujuan politik dan ekonomi mereka.

Kedua, Kaum Muslim selayaknya jangan mau didikte oleh pihak asing dan tunduk pada negara-negara kafir seperti AS. Sebab, sikap tunduk pada negara-negara asing yang kufur adalah sikap yang bertentangan dengan status kita sebagai umat yang terbaik, yang justru harus mempengaruhi dan mengendalikan orang-orang kafir. Allah swt berfirman,

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi mungkar, dan beriman kepada Allah. (QS Ali Imran [3] 103).

Selain itu, umat Islam sudah saatnya mandiri. Semakin umat Islam tunduk pada tekanan asing, niscaya semakin kokoh pula cengkeraman itu atas kaum Muslim. Tidak ada jalan lain, kecuali umat Islam harus bersatu, berdiri di atas kaki sendiri, dan percaya diri. Kita memiliki aturan-aturan yang jelas dari Allah Yang Mahakuasa, tuntunan yang tegas dari Rasulullah saw, serta sejarah yang gemilang dan potensi umat yang besar sekali, meski kini masih berserakan. Selama umat Islam berpegang pada Islam, niscaya tidak ada yang dapat mengunggulinya. Rasullah saw bersabda,

Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi (dari Islam). (HR. al-Bukhari)

Allah swt juga memerintahkan kepada kita untuk tidak memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai kita. Ketundukan kepada pihak asing yang kafir jelas merupakan salah satu di antara sekian banyak jalan ke arah penguasaan kita oleh mereka. Allah swt berfirman,

Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin. (QS an-Nisa [4]: 141).

Ketiga, umat Islam harus bersikap menolak penguasa yang menjadi kepanjangan tangan AS maupun negara-negara kafir penjajah lain. Penguasa seperti itu pada hakikatnya adalah hamba sahaya bagi sang majikan. Penguasa seperti itu hanya melaksanakan segala titah baginda, meskipun harus mengorbankan rakyatnya sendiri. Umat Islam hendaknya memiliki seorang penguasa yang memenuhi syarat-syarat syar’i, yang mampu mengusir dominasi imperialis. Sang penguasa itu hendaknya mampu menjaga kesatuan wilayah dan tidak memberi toleransi terhadap disintegrasi yang diupayakan oleh negara-negara kafir atas negeri ini. Penguasa tersebut juga harus bisa berlaku adil dalam mengatur kepentingan seluruh warganegara, adil dalam mendistribusikan kekayaan negara, serta dapat menjamin hak-hak warganegaranya.

Keempat, harus ada sistem yang dapat mensejahterakan rakyat. Tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan parameter yang berpotensi melahirkan disintegrasi. Di Indonesia, teriakan disintegrasi biasanya lantang terdengar dari daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, tapi tidak pernah merasakan buah dari kekayaan itu, misalnya Aceh, Riau, dan Papua. Daerah-daerah ini biasanya hanya menjadi sapi perah pemerintah pusat.Karena itu, harus dibangun sistem yang mampu mensejahterakan rakyat. Dan itu hanya ada

Page 5: Mencegah Disintegrasi ody

dalam Islam. Kebijakan ekonomi Islam menjamin pemenuhan semua kebutuhan dasar setiap warganegara secara menyeluruh, serta memberi kesempatan bagi pemenuhan kebutuhan sekunder sesuai dengan kemampuan individu. Selain itu, negara juga bertanggungjawab memenuhi kebutuhan kolektif rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Semua itu berlaku bagi rakyat yang ada di pusat maupun di daerah, di wilayah yang kaya maupun yang miskin, tanpa melihat Muslim atau bukan. Dengan sistem Islam, tidak akan ada masalah ketidakseimbangan distribusi kekayaan antara pusat dan daerah, seperti yang terjadi di Aceh. Ini karena keuangan seluruh negara dianggap satu. Anggaran belanja diberikan kepada setiap daerah, tanpa membedakan pendapatan asli daerah bersangkutan. Anggaran diberikan sesuai tingkat kebutuhannya.

Sistem seperti inilah yang bisa memberikan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat. Namun demikian, sistem ekonomi Islam ini tidak bisa disempalkan ke dalam sistem yang ada sekarang. Sistem ekonomi Islam bertemali erat dengan sistem politik Islam, sistem hukum Islam dan subsistem Islam lain. Karena itu, yang mendesak untuk dilakukan sekarang ini adalah merealisasikan negara yang menerapkan hukum-hukum Islam dalam segala aspek, yakni Khilafah Islamiyah. Khilafah akan membebaskan dan menyatukan negeri-negeri Islam yang tertindas. Di sinilah letak penting Kaum Muslim di seluruh dunia untuk menjalankan kewajiban menegakkan kembali Khilafah.

INDONESIA TERANCAM DISINTEGRASI

JAKARTA (SiaR, 14/7/98), Pergolakan menuntut pemisahan diri dikedua wilayah paling bermasalah, Irian Jaya dan Timor Timur diperkirakanakan memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Seorang mantan menteri mengatakan kalau ABRI terus menggunakankekerasan senjata untuk menangani pergolakan di kedua wilayah itu, ancamandisintegrasi malah akan makin besar. "Pemerintah harus menemukan solusipolitik yang tepat untuk menyelesaikan tuntutan separatisme itu," katanya.

Solusi politik nampaknya tak akan segera terwujud mengingat ABRIterus mengatasi tuntutan pemisahan diri itu dengan kekerasan. Di Irian, ABRImenembaki para demonstran hingga menyebabkan sejumlah orang tewas. Di TimorTimur ABRI juga menembaki demonstran hingga menyebabkan tewasnya sejumlahorang.

Masyarakat Irian selama lebih dari tigapuluh tahun bergabung denganIndonesia merasa kecewa karena sumber daya alam mereka yang kaya tak bisamereka nikmati sendiri, melainkan dinikmati oleh wilayah Indonesia lainnya.Emas dan tembaga ditambang oleh Freeport tapi hasilnya tak membuatmasyarakat Irian makmur. Sebaliknya, bahkan ratusan orang tiap tahun matikarena kelaparan.Di sejumlah kantor pemerintah di kota-kota Irian, putra daerah takmemperoleh tempat yang layak. Bahkan kalangan wanita Irian merasadisingkirkan oleh kantor-kantor bank di sana yang sedikit sekalimempekerjakan perempuan Irian.Ketua Umum Muhammadyah Amien Rais mengatakan, bahwa Indonesia terancamdisintegrasi jika Presiden Habibie tak segera mengambil kebijakan ekonomiyang bertujuan memakmurkan wilayah-wilayah yang bergolak itu. "Bukannya takmungkin Indonesia akan terpecah-pecah seperti Yugoslavia," katanya.***

Page 6: Mencegah Disintegrasi ody

DISINTEGRASI MENGANCAM KITA

Disintegrasi Indonesia bukan lagi sebuah wacana dan isapan jempol belaka. Ini sebuah kenyataan yang harus disikapi dan diantisipasi. Timor Timur lepas dari Indonesia tahun 1999. Aceh dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-nya pun melancarkan gerakan bersenjata selama bertahun-tahun untuk tujuan tersebut. Akhirnya, 15 Agustus 2005 Aceh memperoleh kemerdekaan'secar� � a de facto �setelah penandatanganan Helsinki , Finlandia.

Sebagian warga Papuadulu disebut Irian Jayapun menginginkan kemerdekaan. Belakangan � �mereka melancarkan aksi unjuk rasa di berbagai kesempatan untuk mengembalikan otonomi khusus. Bersamaan dengan itu, di Washington, anggota Kongres AS mulai mempertanyakan keabsahan Papua masuk ke Indonesia .

Tidak jauh dari Papua, di Maluku sekelompok masyarakat secara bergerilya ingin mendirikan Republik Maluku Selatan (RMS). Beberapa aktornya mengendalikan aksi tersebut dari luar negeri. Sebelumnya sempat terlontar pula rencana memerdekakan Riau. Benih-benih distintegrasi seperti bara dalam sekam' yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kilatan api �yang tidak dapat dipadamkan.

Imperialisme dan Disintegrasi

Pasca Perang Dingin, peta politik dunia berubah. Setelah kehancuran Uni Sovyet, muncul adidaya baru dunia yang tak tertandingi, Amerika Serikat. Adikuasa ini (baca: Barat) tidak memberikan pilihan kepada negara di dunia, terutama Dunia Ketiga, untuk hidup mandiri.

Dominasi Barat atas masyarakat dunia dipertahankan melalui dua cara utama: Pertama, melalui upaya penentuan topik pembahasan agenda ( agenda setting ) dalam seluruh organisasi/forum internasional yang masih dapat dipengaruhinya. Kedua , melalui kekuatan ekonomi-perdagangan dan pengaruh dalam sistem moneter dunia. Pihak Barat mampu mengupayakan agar negara-negara lain yang bergantung pada kekuatan ekonomi-perdagangan tersebut dapat dipengaruhi agar bersikap sesuai yang diinginkan pihak Barat, baik dalam memenuhi agenda internasional yang ditentukan sendiri oleh pihak Barat maupun dalam kaitan bilateral dengan negara donor. 1 Model penguasaan tidak langsung suatu negara seperti ini yang kemudian oleh para pakar disebut sebagai imperialisme gaya baru.

Motivasi imperialisme baru ini adalah mencari sumber bahan baku baru, tenaga kerja murah, area investasi baru, area pasar industri, strategi penyeimbangan, dan kebanggaan nasional. Penjajahan baru ini ibarat sebuah mesin yang berjalan dengan sistem yang terstruktur dengan sangat rapi. Sistem ini digerakkan oleh para pemain ekonomi yang sekaligus pemain politik atau yang sering disebut sebagai corporatocracy.

Dalam konteks negara, imperialisme tidak memandang negara jajahannya sebagai sesuatu yang sakral, harus dipertahankan, dan tak boleh diutak-utik. Ketika suatu negara mampu memberikan keuntungan yang besar, negara itu pasti dipertahankan. Sebaliknya jika tidak, negara tersebut

Page 7: Mencegah Disintegrasi ody

akan dipecah-belah menjadi negara kecil-kecil yang bisa dikendalikan. Fakta ini bisa dilihat dalam proses kehancuran negara Uni Sovyet dan negara-negara di kawasan Balkan. Proses balkanisasi' melahirkan negara-negara baru yang akhirnya menjadi sekutu Amerika dan Barat. �

Berbagai Upaya Disintegrasi

Imperialisme berusaha menghancurkan kesatuan suatu negara melalui mekanisme penghancuran sistem nilai (pemikiran), politik, hukum, ekonomi, dan media massa. Proses tersebut berjalan secara sistematis dan terstruktur sehingga perubahan yang telah digariskan seolah-olah berjalan secara wajar dan alamiah.

a. Pemikiran.

Sebelum disintegrasi terjadi, kaum imperialis biasanya senantiasa menanamkan pemahaman baru dalam rangka brain washing (cuci otak) terhadap nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat. Pemikiran-pemikiran yang menonjol dalam hal ini adalah nasionalisme, patriotisme, kedaerahan, dan kesukuan. Pemikiran ini melahirkan ikatan yang bersifat emosional, temporal, dan menguat jika ada pertentangan-pertentangan . 2 Dari sini muncul kristalisasi entitas masyarakat yang merasa memiliki kepentingan bersama untuk menyatu. Penanaman pemikiran itu, misalnya kepada masyarakat Papua, dikatakan akan lebih baik berdiri sendiri karena secara fisik dan sejarah sangat berbeda dengan saudara-saudaranya di wilayah lain di Indonesia. Kepada rakyat Timor Timur ditanamkan semangat membebaskan diri dan pemahaman bahwa integrasi Timtim dengan Indonesia merupakan rekayasa Indonesia. Lalu kepada rakyat Indonesia ditanamkan pemikiran yang menekankan pentingnya Timtim dilepas dari Indonesia karena hanya menjadi duri dalam daging' dan terus membebani Indonesia karena Timtim propinsi yang miskin.�

Proses serupa pernah dilakukan Barat ketika ingin memecah-belah Daulah Khilafah Ustmaniyah yang berpusat di Turki. Akhir abad 19 Barat imperialis mengagitasi pemuda Turki dengan mempropagandakan bahwa Turki memikul beban berat bangsa-bangsa yang bukan bangsa Turki. Turki harus membebaskan diri dari bangsa-bangsa yang bukan Turki. Sebaliknya, slogan-slogan nasionalisme Arab juga disebarkan ke kalangan pemuda Arab, seperti: Turki adalah negara �penjajah, Kinilah saatnya bagi bangsa Arab untuk membebaskan diri dari penjajahan Turki, dll. � � �Untuk tujuan itu kemudian orang-orang Arab membuat partai politik sendiri. 3 Pemecahbelahan pun terjadi. Daulah Khilafah Islamiyah akhirnya hancur dan Arab membentuk pemerintahan merdeka.

Penanaman pemikiran nasionalisme, kebangsaan, kedaerahan, dan kesukuan yang berbahaya tersebut dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengaruh di masyarakat. Mereka sengaja dididik di Barat atau terpengaruh oleh pemikiran Barat. Kulturisasi' ide-ide baru ini dilakukan �bersamaan dengan penanaman paham-paham Barat lainnya seperti demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Walhasil, pemikiran self determination' � (baca: merdeka) seolah-olah menjadi hal yang lumrah dalam kerangka HAM dan demokrasi.

b. Politik.

Page 8: Mencegah Disintegrasi ody

Konflik sosial-politik merupakan sarana ampuh dalam proses disintegrasi. Mengapa? Konflik menimbulkan semangat perpecahan. Jika semangat tersebut tak terkendali, persatuan yang sebelumnya ada akan hancur berantakan. Selain itu, konflik sosial yang berkepanjangan akan memunculkan situasi tidak stabil. Dua kondisi ini sangat menguntungkan negara-negara imperialis yang ingin ikut campur tangan atau menguasai suatu negara.

Gembong RMS Alex Manuputty yang dijatuhi hukuman penjara 4 tahun oleh Mahkamah Agung akhir tahun 2003 hingga saat ini asyik berkeliaran di Amerika Serikat. Upaya Indonesia untuk memulangkannya tak berhasil. Sementara itu, beberapa dedengkot RMS mengendalikan gerakan mereka dari negeri Belanda dengan leluasa. Walhasil, konflik Maluku tak pernah usai kendati perjanjian perdamaian sudah ditandatangani. Bendera RMS pun terus dicoba dikibarkan pada berbagai kesempatan.

Konflik bernuansa SARA juga terjadi di Poso, Sulawesi Tengah. Kendati pihak-pihak yang berseteru telah bertemu dan diikat perjanjian, konflik masih belum selamanya padam. Beberapa pengamat menduga ada permainan asing di wilayah ini mengingat kondisi geografis Poso yang sangat strategis dalam jalur pelayaran dunia.

Papua pun dilanda konflik. Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus melancarkan berbagai serangan kendati secara sporadis. Upaya menumpas pemberontakan tersebut terus disorot oleh Barat dan dianggap melanggar HAM. Akhirnya, konflik tak kunjung usai. Bahkan belakangan, dua anggota Kongres AS, Eni Fa'aua'a Hunkin Faleomavaega asal Samoa dan Donald Milford Payne asal Newark, New Jersey, berhasil menggolkan RUU mengenai Papua Barat yang isinya mempertanyakan keabsahan proses masuknya Papua ke Indonesia. Apa pedulinya mereka membahas ini? Ini membuktikan bahwa Amerika memiliki kepentingan dengan Papua.

Adanya indikasi campur tangan asing untuk membantu kelompok separatisme sudah tampak dari kehadiran Sekretaris I Kedubes Amerika pada Kongres Papua dan kehadiran utusan Australia, Inggris, dan negara-negara asing lainnya yang menghadiri kongres itu. Kongres Rakyat Papua yang berlangsung tanggal 29 Mei-4 Juni 2000 menggugat penyatuan Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dilakukan Pemerintah Belanda, Indonesia, dan PBB pada masa Presiden Soekarno. Menurut Kongres, bangsa Papua telah berdaulat sebagai sebuah bangsa dan negara sejak 1 Desember 1961. Selanjutnya Kongres meminta dukungan internasional untuk kemerdekaan Papua ( Kompas, 05/06/2000 ). Demikian juga, diduga keras telah terjadi pengiriman senjata-senjata untuk para propagandis separatisme di Irian Jaya (OPM) oleh Papua Nugini dan Australia.

Keberhasilan imperialis memecah Indonesia yang paling nyata adalah lepasnya Timtim dan perjanjian damai RI-GAM di Helsinki, Finlandia. Begitu Timor Timur merdeka, wilayah itu langsung jatuh ke tangan Australiasatelit AS di kawasan Asia Pasifik. �

Kondisi instabilitas lainnya muncul hampir di seluruh Indonesia dengan adanya pemilihan kepala daerah langsung (Pilkadal). Konflik ini seakan memutus tali persaudaraan masyarakat yang sebelumnya damai-damai saja. Ketidakpuasan kubu yang kalah dan kesombongan kubu yang menang memicu dendam yang bisa berujung pada konflik berkelanjutan.

Page 9: Mencegah Disintegrasi ody

c. Hukum.

Pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua mampu memenuhi tuntutan otonomi yang disuarakan pascareformasi. Akan tetapi, di sisi lain, ia menimbulkan kekhawatiran baru akan munculnya disintegrasi mengingat peranan pemerintah daerah yang sangat besar, termasuk dalam hubungan antarbangsa. Kerjasama antara propinsi di perbatasan yang melibatkan dua negara atau lebih ( growth triangle ), ataupun meningkatnya bentuk-bentuk kerjasama seperti sister cities dan sister provinces , merupakan perwujudan meningkatnya peranan pemerintah daerah tersebut. Gejala desentralisasi ini juga akan membawa dampak dalam kebijakan kerjasama pembangunan, terutama yang menyangkut pengaturan wewenang dan tanggung jawab antara pemerintah pusat dan daerah, antara lain yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, dan akuntabilitas bantuan pinjaman luar negeri. 4

Rencana Pemerintah untuk menyusun undang-undang partai lokal sangat berpotensial menyemai benih-benih disintegrasi baru. Partai lokal bisa menjadi batu loncatan bagi suatu daerah untuk berdiri sendiri, menentukan nasibnya sendiri, tanpa terikat lagi dengan partai yang lebih besar yang menjangkau seluruh negeri, yang akhirnya berjuang melepaskan diri dari negara. Barat jelas mendukung upaya ini seperti yang terlihat dalam perjanjian Helsinki RI-GAM.

Ide otonomi daerah, otonomi khusus, apalagi federasi memang penting untuk dicermati. Untuk kasus Indonesia, otonomi tidak hanya akan menimbulkan kesenjangan antara daerah kaya dan miskin, tetapi juga akan memunculkan sentimen kedaerahan yang jelas bisa menyebabkan disintegerasi. Sama halnya dengan pemekaran daerah yang dianggap sebagai cara untuk mengakomodasi kehendak masyarakat, tidak sedikit menimbulkan korban. Bukan hanya Papua, pemekaran wilayah Kabupaten Polewali Mamasa (Polmas), Provinsi Sulawesi Selatan juga kisruh. Pertikaian massal antarwarga yang pro dan kontra pemekaran mengakibatkan lima warga tewas. Pemunculan ide federasi yang sempat menjadi polemik beberapa waktu yang lalu sudah seharusnya ditolak kaum Muslim karena akan memberikan peluang disintegrasi Indonesia.

Semestinya masalah hak untuk menentukan nasib sendiri terkait dengan bangsa-bangsa yang dijajah. Jadi, bukan menyangkut bangsa-bangsa yang hidup di tanah air yang satu. Apabila terdapat tindak kezaliman dan pengistimewaan (terhadap kelompok/suku bangsa lainnya) di antara rakyat maka pemecahannya adalah penguasa harus menyingkirkan kezaliman dan menyetarakan hak-hak seluruh masyarakat secara sama; bukan dengan memisahkan diri, memecah-belah kesatuan negeri, dan mengerat-ngerat anggota tubuhnya sendiri.

d. Ekonomi .

Faktor ekonomi berpotensi besar memicu proses disintegrasi. Pembagian hasil kekayaan alam yang timpang antara pusat dan daerah memunculkan sikap antipati terhadap pemerintah, yang akhirnya berujung pada keinginan untuk merdeka. Ini yang terjadi di Riau dan Papua. Kedua propinsi ini penghasil bahan tambang yang sangat besar kontribusinya ke Pusat, tetapi hanya sedikit memperoleh bagian sehingga keduanya tetap tergolong propinsi tertinggal. Selain itu,

Page 10: Mencegah Disintegrasi ody

perebutan sumberdaya alam antardaerah bisa menimbulkan konflik. Jika konflik itu tidak dikelola dengan baik, perpecahan akan sangat mudah terjadi.

Yang lebih berbahaya sebenarnya adalah cengkeraman imperialis melalui badan-badan dunia seperti IMF, Bank Dunia, ADB, dan sebagainya. Lembaga-lembaga itu tidak saja melaksanakan tugasnya sebagai badan dunia secara profesional yang bebas nilai, tetapi juga menentukan agenda setting setiap negara sesuai dengan kehendaknya. Melalui lembaga itu, para imperialis bisa memaksakan berbagai bentuk peraturan perundangan yang memungkinkan mereka mengeruk habis kekayaan suatu negara, apalagi jika negara tersebut telah masuk dalam jeratan utang luar negeri yang mencekik seperti dialami Indonesia saat ini. Yang lebih dahsyat, melalui jeratan krisis ekonomi, negara bisa dihancurkan. Disintegrasi Uni Sovyet menjadi negara-negara kecil adalah contoh nyata.

Intervensi Nyata

Adanya campur tangan asing di Indonesia adalah sebuah kenyataan. Jenderal Ryamizard Ryacudu ketika masih menjabat Kepala Staf TNI/Angkatan Darat mengatakan, jumlah agen intelijen asing yang menyusup ke Indonesia telah mencapai tingkat yang mencemaskan. Menurutnya, intelijen asing ini, selain menciptakan kondisi tidak stabil, juga menyumbangkan dana dalam jumlah besar kepada gerakan-gerakan pemberontak di berbagai pelosok Nusantara untuk menciptakan konflik-konflik internal. 5

Sebelumnya, mantan Kepala Bakin, Z.A. Maulani (alm.) menyatakan, intelijen asing yang paling banyak berasal dari Amerika Serikat, disusul kemudian dari Singapura. Mereka masuk ke Indonesia memanfaatkan berbagai pihak termasuk pers, ormas, dan LSM agar gerakan mereka tidak dicurigai. 6

Contoh paling mutakhir adalah masuknya wartawan AS William Nessen ke NAD. Dia berdalih hanya menjalankan misi jurnalistik di bumi Serambi Makkah. Belakangan kita tahu bahwa dia membawa misi dan itu terlihat nyata ketika dia menjadi pendamping GAM dalam perundingan di Helsinki, Finlandia.

Walhasil, ancaman disintegrasi Indonesia bukanlah isapan jempol belaka. Sewaktu-waktu pemecahbelahan bisa terjadi jika tidak diantisipasi sejak dini. Caranya dengan terus menumbuhkan ikatan yang hakiki yang bisa mengikat seluruh negeri, dengan ikatan ideologi Islam, produk Ilahi. Wallâhu alam bi ash-shawâb. �

Page 11: Mencegah Disintegrasi ody

Solusi Atasi Ancaman Disintegrasi BangsaOleh Mangku

Selasa, 24 Juli 2001

Ancaman disintegrasi bangsa nampaknya bukan sesuatu yang bersifat isapan jempol belaka. Realitas itu tengah menggelantung di depan pelupuk mata. Bahkan Presiden Gus Dur kerap mengedepankan isu politik seperti ini dalam upaya mematahkan serangan lawan-lawan plitiknya di parleman.

    Bisa jadi amcaman disintegrasi bangsa seperti yang menjadi isu politik akhir-akhir ini benar-benar akan menjadi kenyataan. Meski masih bersifat polemik, berbagai konflik horizontal pada tingkat masa akar rumput sudah tak terhitung terjadi di belahan bumi pertiwi ini. Sebagian masyarakat menganggap konflik horizontal yang terjadi akibat ulah para provokator serta permainan elit politik. Jadi bukan keadaan yang sungguh-sungguh terjadi di tingkat grass root. Namun tidak sedikit pula masyarakat yang menyatakan konflik horizontal yang terjadi sesungghnya memang berpangkal pada tradisi solidaritas masyarakat Indonesia yang mulai pudar.

    Dalam konteks ini, solidaritas organisasi sebagaimana diterangkan sosiolog Emile Durkhaem memang perlahan mulai menghilang dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang begitu plural. Pada tingkat makroetnik, solidaritas organis biasanya memang begitu mengental dalam kehidupan keseharian di mana elemen ketergantungan antar etnis merupakan variabel penting. Namun entah mengapa, masyarakat Indonesia yang plural dengan aneka etnis, telah kehilangan rasa ketergantungan satu sama lain.

    Kepudaran solidaritas organis ini dalam kasus Indonesia setidaknya sudah memunculkan puluhan kali konflik horizontal. Meski demikian tidak dapat dipungkiri secara empirik memang belum tentu kepudaran solidaritas organis satu-satunya penyebab konflik horizontal pada tingkat akar rumput yang akhir-akhir ini terjadi. Adai kita mencermati, konflik horizontal yang terjadi sebagian besar berhubungan dengan perkembangan politik di tanah air. Gerakan reformasi ibarat kotak pandora demokrasi yang kemudian memicu masyarakat bertindak semaunya dengan dalih reformasi. Semua itu sebagai akibat dari tatanan kehidupan politik yang berubah 180 derajad dari suatu sistem sosial politik dengan kontrol ketat yang diterapkan rezim orde baru menjadi sistem politik yang lebih terbuka. Pada masa ini kebebasan politik boleh disebut berkembang luas. Malah dapat kita sebut, sering tanpa kendali. Iklim politik yang kian kondusif itu membuat hari-hari kehidupan politik di Indonesia seperti tiada hari tanpa massa dan demonstrasi. Masyarakat cenderung memanfaatkan euforia reformasi secara kebablasan. Massa aksi dianggap sebagai satu-satunya modus paling efektif guna menyampaikan kehendak atau cenderung memaksakan kehendak melalui aksi massa.

    Akibat iklim politik yang makin terbuka itu memaksa masyarakat terkonsentrasi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan aspirasinya. Kedaan ini mau tidak mau merupakan sumber konflik horizontal yang cukup potensial. Kondisi yang parah ini juga dimanfaatkan para elit politik untuk memainkan agenda politiknya yang tersembunyai. Seakan-akan fragmentasi masyarakat adalah fakta yang harus dimanfaatkan sebagai sandera politik guna memainkan lebih lanjut setting politik yang dikehendaki sesuai dengan kepentingan golongan ataupun kelompoknya. Sayangnya keterbukaan politik yang sudah lama diidamkan itu hingga kini belum memperhatikan kontribusi positif bagi kehidupan demokrasi politik yang lebih baik. Keterbukaan di era reformasi ini diterjemahkan menjadi adu kekuatan massa sehingga tak mengherankan bila aksi masa segera mendapat tandingan yang sama dari kelompok massa lainnya. Karateristik masa transisi ini ditengarai tidak

Page 12: Mencegah Disintegrasi ody

makin sehat karena diperkirakan langkah seperti itu kerap memperhatikan fenomena money politics (politik uang). Kelompok-kelompok masyarakati-dengan aspirasi politiknya masing-masing-merupakan awal mula konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat kita.

    Konflik horizontal ini menjadi kian mengental karena memang terdapat persemaian subur. Secara jujur elit politik sudah selayaknya mengakui selama 30 tahun terakhir bangsa Indonesia gagal membangun sebuah rumah kebersamaan bagi seluruh anak bangsa. Itu berupa kebersamaan memperoleh kesempatan berusaha dalam perbaikan ekonomi ataupun aspek kehidupan lainnya. Sebaliknya selama tiga dekade itu malah melahirkan kesenjangan terutama dalam kehidupan politik dan ketidakadilan sosial. Di antara variabel pemicu konflik horizontal agaknya masalah kesenjangan ekonomi merupakan amunisi paling efektif. Tentu saja konflik horizontal tersebut melunturkan identitas nation Indonesia di mata masyarakat internsional. Orang Indonesia tidak lagi dikenali bangsa-bangsa di dunia sebagai murah senyum. Kini, masyarakat internasional menyorot orang Indonesia sebagai bangsa sadis dan suka memotong kepala orang.

    Selain problem semacam itu, yang juga cukup memprihatinkan adalah kemunculan fenomena komunalism. Jauh sebelum terdapat tanda-tanda Gus Dur terpilih sebagai presiden dengan predikat kiai yang masih melekat padanya. Eksistensi Sang Kiai Presiden sebagai pemimpin ormas keagamaan besar dikhawatirkan akan mendatangkan fenomena komunalism secara negatif. Kekhawatiran itu akhirnya memang menjadi kenyataan mengingat komunalism di Indonesia cukup kental sebagai konsekuensi struktural sosial patron klien. Tampaknya itulah yang terjadi. Gus Dur sendiri gagal mengendalikan para pendukungnya, khususnya para pendukungnya di Jawa Timur. Komunalism destruktif ini pada dataran yang lebih luas telah menggejala di masyarakat. Sedangkan pada konteks akar massa pendukung Gus Dur di Jawa Timur kebetulan atau secara sengaja merupakan persemaian subur kemunculan komunalism destruktif. Memang benar komunalism destruktif semata-mata bukan hanya milik kelompok pendukung Gus Dur an sich yang nota bene tengah menyuarakan aspirasi politiknya.

    Ketika komunalism destruktif itu menjadi sebuah fenomena demokrasi kerumunan dengan melencengkan arah demokrasi, maka ada kemungkinan akan muncul premanisme politik yang mengatasnamakan demokrasi. Kemunculan gejala tersebut sudah merupakan domain partai politik untuk mengantisipasinya antara lain secara terencana menyiapkan sebuah blue print serta plat form kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk dalam membentuk dan mempersiapkan para pemimpin parpol yang berorientasi pada kepentingan banyak pihak (negarawan). Sebaliknya bukan menciptakan para politik yang lebih berorientasi pada kepentingan diri dan kelompoknya. Jika para politisi gagal mengedepankan hal ini ada kemungkinan akan muncul budaya politik baru, yaitu budaya politik komunalism yang bersifat destruktif dengan merugikan kepentingan banyak pihak. Memang komunalism ini dengan karateristik kerumunan massa amat efektif sebagai pressure Akan tetapi yang tidak kalah negatifnya adalah kemungkinan munculnya premanisme politik. Bila cara-cara ini yang ditempuh banyak politisi, konflik horizontal juga akan berlangsung lebih luas yang pada gilirannya memicu disintegrasi.

    Perlu Integrasi Politik

    Pengertian disintegrasi ternyata memiliki aspek yang begitu luas. Berlawanan dengan pengertian disintegrasi, jika kita membalik pengertiannya maka akan kita temukan pengertian sebaliknya yaitu integrasi. Terdapat dua pengertian yang mengundang perdebatan diantara para pakar ilmu politik. Integrasi politik dan integrasi nasional. Keduanya menurut beberapa pakar seharusnya tidak perlu dibedakan karena terdapat kesamaan elemen di dalamnya. Tetapi sebaliknya keduanya harus dibedakan, sebab integrasi politik menyangkut elit dan massa. Dalam kecenderungannya yang bersifat vertikal, integrasi politik lebih ditujukan guna menjembatani perbedaan yang mungkin

Page 13: Mencegah Disintegrasi ody

antara elit dan massanya. Sementara integrasi nasional meliputi aspek teritorial yang lebih bersifat horizontal. Integrasi nasional umumnya menghendaki diskontinuitas dan ketegangan kultur kedaerahan dalam rangka suatu proses penciptaan masyarakat yang lebih bersifat homogen.

    Meski demikian menurut pakar ilmu politik Nazaruddin Sjamsuddin terminologi integrasi politik kalah populer dibandingkan istilah kedua. Integrasi nasional lebih sering dikemukakan banyak kalangan. Mengutip dua orang sarjana politik Barat James Coleman dan Carl G Rosberg, Nazaruddin menyatakan keduanya cenderung menyebut integrasi politik sebagai bagian dari integrasi nasional.

    Pemisahan secara dikotomis antara integrasi politik dan integrasi nasional tersebut mendapat tantangan dari pakar politik lainnya. Adalah Claude Ake secara tegas menolak istilah integrasi nasional dan lebih menyukai istilah integrasi politik. Bagi Ake, istilah integrasi nasional berbau tautologis. Kemungkinan penolakan Ake disebabkan akar kata nation dapat mengundang pengertian kelompok masyarakat yang sangat terpadu. Seperti halnya di Indonesia, aktifis gerakan demokrasi di sini menentang slogan integrasi nasional oleh regim Orba yang kerap disalahgunakan dan kerap mengundang pelanggaran HAM. Demikian juga Nazaruddin Sjamsuddin, lebih condong memakai istilah integrasi politik. Dia beralasan, dalam masalah integrasi teritorial (baca: integrasi nasional) sekalipun akan muncul persoalan ketegangan elit-massa sebagai aspek dominan. Disamping itu istilah itu juga mengundang persoalan baru, saat sulit membedakan faktor elit-massa dalam konteks daerah-nasional. Angota masyarakat dalam konteks nasional, bisa saja dikategorikan sebagai massa. Padahal mungkin saja dia adalah elit untuk ukuran masyarakat setempat.

    Mencari Syarat Integrasi

    Karena faktor disintegrasi masuk dalam kategori potensial untuk segera mendapatkan jalan penyelesaian, sudah sepantasnya semua pihak memikirkan secara bersama-sama. Akan tetapi dalam upaya mencapai integrasi, seharusnya menghindari upaya-upaya yang bersifat manipulatif apalagi sampai melanggar HAM. Pakar ilmu politik seperti Myron Weiner mengisyaratkan beberapa persyaratan guna mencapai integrasi. Pertama, kata dia, bagaimana membuat masyarakat patuh dan tunduk pada tuntutan negara. Masalah yang pertama ini mencakup persoalan pengakuan rakyat akan hak-hak yang menjadi milik negara dan rakyat harus mematuhinya. Sedangkan syarat kedua adalah bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur tingkah laku politik anggota masyarakat. Kedua syarat itu tidak tergapai secara gratis melainkan butuh cost berupa strategi guna mencapainya. Weiner menekankan strategi berupa politik asimilasi dan persatuan dalam keanekaragaman yang oleh bangsa Indonesia dikenal sebagai konsep Bhinneka Tunggal Ika. Apa yang dimaksud dengan strategi politik asimilasi adalah menjadikan kebudayaan suatu etnis dalam masyarakat plural lebih dominan dan menjadikannya sebagai kebudayaan nasional. Pemilihan strategi semacam ini memaksa identitas etnik minoritas tunduk pada unsur kebudayaan suku yang telah menjadi dominan. Meski begitu tidak sampai terjadi proses reduksi terhadap budaya minoritas karena masih ada yang membentengi melalui strategi Bhinneka Tunggal Ika.