menakar kualitas kebijakan

Upload: jacob-junian-endiartia

Post on 06-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Indonesia Corruption Watch

TRANSCRIPT

  • 0HQDNDU.XDOLWDV.HELMDNDQ_,QGRQHVLD&RUUXSWLRQ:DWFK

    KWWSDQWLNRUXSVLLQIRLGFRQWHQWPHQDNDUNXDOLWDVNHELMDNDQ

    Search

    Menakar Kualitas Kebijakan

    Sulitnya mengungkap kebenaran di Indonesia secara sempurna digambarkan oleh kasus Bank Century.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membenarkan dan menyatakan bertanggung jawab atas kebijakanpemberian dana talangan kepada Bank Century, sementara DPR dan sebagian masyarakat menyatakankebijakan itu bermasalah.

    Meskipun sudah diputuskan dalam sidang paripurna DPR bahwa kebijakan pemberian talangan kepadaBank Century bermasalah, kasus Bank Century masih jauh dari selesai. Proses hukum dan penyidikanmasih akan berlangsung serta dapat dipastikan bakal melelahkan dan menyita perhatian pemerintah danmasyarakat. Bahkan, sebelum proses penyidikan berlangsung, anggota DPR dari Partai Demokratmengatakan, kasus ini akan ditolak pengadilan.

    Bagi masyarakat, kontroversi kasus Bank Century sungguh membingungkan karena semakin sulitmenemukan kebenaran di negeri ini. Dari sisi kebijakan, pertanyaan yang mendasar adalah apakahkebijakan pemberian dana talangan yang sedemikian besar kepada Bank Century melanggar undang-undang atau tidak?

    Seharusnya pertanyaan ini mudah dijawab jika peraturan yang dipakai sebagai landasan jelas, konsisten,dan tidak multiinterpretasi.

    Sebenarnya kebijakan yang tidak melanggar undang-undang atau peraturan belum tentu benar. Artinya,kebijakan yang keliru tidak harus melanggar hukum atau perundang-undangan. Kebijakan yang keliru jugatidak selalu terkait dengan integritas pembuat kebijakan. Kualitas kebijakan ditentukan oleh kemampuandan aspek nonlegal lainnya. Tekanan politis, data tidak akurat, kegentingan, suasana psikologis, dan intuisiadalah faktor-faktor yang tampaknya dominan dalam pengambilan keputusan bail out Bank Century.

    Kriteria lain yang sering dipakai menilai kualitas kebijakan adalah keberhasilan mencapai tujuan. Adakahmanfaat yang diperoleh negara ataupun masyarakat, baik secara langsung maupun jangka panjang?

    Jika pemberian talangan untuk menyelamatkan Bank Century, jelas tujuan tersebut tidak tercapai karenaBank Century ternyata tidak terselamatkan.

    Tujuan lain yang sering dikemukakan adalah menyelamatkan perekonomian nasional. Tujuan inilah yangbagi banyak orang dianggap kurang meyakinkan. Penyelamatan ekonomi masih menjadi ruang abu-abuuntuk dapat dilihat secara tangible ketika data dan fakta untuk mendukung pernyataan ini tidak disajikansecara jelas dan sederhana sehingga terlalu abstrak ditangkap oleh publik.

    Kendati orientasi pengambilan kebijakan di sektor publik dan swasta berbeda, ukuran-ukuran konvensional,seperti efisiensi dan efektivitas, tetap menjadi tolok ukur penilaian kualitas kebijakan publik.

    Partisipasi publikSayang, institusi publik di negeri ini tidak pernah mengenal policy failure. Meski ada lembaga-lembaga

    Beranda Berita Digest Dokumen Supporter Pengaduan ICW

  • 0HQDNDU.XDOLWDV.HELMDNDQ_,QGRQHVLD&RUUXSWLRQ:DWFK

    KWWSDQWLNRUXSVLLQIRLGFRQWHQWPHQDNDUNXDOLWDVNHELMDNDQ

    Sayang, institusi publik di negeri ini tidak pernah mengenal policy failure. Meski ada lembaga-lembagayang ditugaskan menangani keluhan masyarakat terkait kegagalan kebijakan publik, fungsinya belumoptimal. Masyarakat yang dirugikan.

    Kecuali proses politik seperti yang saat ini tengah berlangsung, mekanisme lain untuk menangani kasus-kasus kebijakan yang keliru belum optimal. Selain itu, belum ada satu pejabat pun yang mau mengakuibahwa kebijakan yang dibuat telah gagal mencapai tujuan.

    Masyarakat pun seolah tidak berdaya ketika kehidupan mereka semakin terpuruk akibat pejabat publikmembuat kebijakan yang keliru. Melalui sidang paripurna, Pansus DPR kasus Bank Century telahmenjatuhkan sanksi politis. Terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan selama pelaksanaan hakangket, keputusan DPR telah memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah. Tidak hanya terhadappemerintahan saat ini, tetapi juga pihak eksekutif secara umum.

    Mereka di semua tingkat pemerintahan diingatkan untuk cermat membuat kebijakan. Membuat kebijakanberdasarkan peraturan perundang-undangan dan menuruti SOP adalah hal wajib. Akan tetapi, perumusankebijakan yang semata-mata didasarkan pada undang-undang atau peraturan yang berlaku cenderungmengurangi rasa tanggung jawab pembuat kebijakan karena pada akhirnya rakyat akan bertanya apamanfaat konkret kebijakan itu bagi mereka.

    Yang perlu diwaspadai adalah manuver politik dan konflik internal dalam kelompok yang berpusar padaperebutan kekuasaan. Dominasi pengaruh menjadi ancaman terpenting yang dapat membelokkan arahkebijakan.

    Sanksi politisSanksi politis yang diberikan oleh DPR mungkin belum terlihat konsekuensinya dalam jangka pendek.Namun, ketika rakyat semakin paham akan hak-haknya dalam konteks kehidupan demokratis, rakyat dapatmenerjemahkan sanksi politis dalam sebuah ekspresi konkret pada saat pemilu.

    Rakyat dapat menghukum para pembuat kebijakan yang buruk dengan tidak memberikan suara merekapada saat pemilu. Dalam kerangka ini tidak ada cara lain bagi siapa pun yang ingin terpilih melalui pemilukecuali membuat dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang benar. Kebijakan-kebijakan yang tidakhanya menguntungkan kelompok, partai, atau golongan tertentu, tetapi yang dapat dirasakan manfaatnyaoleh masyarakat.

    Para pembuat kebijakan harus siap menghadapi konsekuensi demokrasi yang semakin berkembang. Disinilah mungkin tesis Amartya Sen akan memperoleh pembenaran bahwa ada hubungan positif antarademokrasi dan pembangunan. Demokrasi membuka ruang untuk koreksi dan evaluasi kebijakanpemerintah. Perkembangan ini perlu terus didorong agar kultur politik otoriter, di mana kebijakan hanyamenjadi domain elite dapat dihapuskan.

    Sejarah dan pengalaman telah menunjukkan bahwa sistem politik otoriter dengan perumusan kebijakanyang otoriter terbukti telah menimbulkan krisis ekonomi di berbagai negaratermasuk Indonesiaakibatkebijakan publik yang keliru. Sistem tersebut perlu digantikan dengan kultur pluralis yang menekankankontribusi banyak pihak dalam proses perumusan kebijakan.

    Pendekatan di atas perlu dibangun agar semua institusi publik, termasuk lembaga-lembaga yangmerupakan output politik seperti DPR, dapat menghasilkan kebijakan yang transparan dan akuntabel. Jikatidak, vonis dan sanksi dari masyarakat yang akan berlaku.

    Peningkatan pendidikan rakyat secara umum, peningkatan pendidikan politik masyarakat, danterbangunnya kesadaran masyarakat bahwa merekalah sebenarnya pemegang kekuasaan tertinggimenjadi kunci penting bagi penataan demokrasi yang dewasa dan sekaligus memberi kesejahteraankepada rakyat.

    Dalam kerangka itu modal sosial yang memfasilitasi tumbuhnya dan peran sosial masyarakat untukmendorong pelaksanaan demokrasi lokal, terutama dalam memperkuat terciptanya ruang kemitraan antaramasyarakat dan pemerintah.

  • 0HQDNDU.XDOLWDV.HELMDNDQ_,QGRQHVLD&RUUXSWLRQ:DWFK

    KWWSDQWLNRUXSVLLQIRLGFRQWHQWPHQDNDUNXDOLWDVNHELMDNDQ

    7ZHHW

    0

    Like

    0

    masyarakat dan pemerintah.

    Medelina K Hendytio MA Peneliti CSISTulisan ini disalin dari Kompas, 27 April 2010

    Opini

    Berita Terkait

    Tentang ICWPeraturanGudang dokumenAdvokasi kasusBukuAudit KeuanganOpini KalibataIndependent Report UNCAC

    Berita

    ICW: Koruptor Hukumannya Harus Double, Bukan Diampuni - Republika Online

    ICW: Ini Kiamat Pemberantasan Korupsi - Okezone

    ICW Tidak Setuju KPK Diubah Jadi Lembaga Pencegah Korupsi - Tribunnews

    ICW: Kiamat Pemberantasan Korupsi Sudah Dekat - Metro TV News

    ICW: Pemberantasan korupsi 'kiamat' jika UU KPK direvisi - merdeka.com

    ICW: Pasal-pasal yang Direvisi Mematikan KPK secara Perlahan - KOMPAS.com

    ICW : Sektor Transportasi Paling Banyak Dikorupsi - Harian Ekonomi Neraca

    ICW: Kalau Revisi UU KPK Disahkan, Kiamat Buat Pemberantasan ... - Harian Medan Bisnis -Membangun Indonesia yang Lebih Baik

    ICW: DPR Ingin Tidak Ada Lagi KPK - Solopos

    ICW Raih 2015 Honourable Mention dari University of British - Detikcom

    BERANDA | DIGEST | KUHP/KUHAP | PUBLIKASI | SUPPORTER ICW | KONTAK | RSS | ANDROID Jl. Kalibata Timur IV/D No. 6 Jakarta Selatan 12740 | Tel: +6221.7901885 +6221.7994015 | Fax: +6221.7994005 |

    Email: [email protected]

    YouTube icon

  • 0HQDNDU.XDOLWDV.HELMDNDQ_,QGRQHVLD&RUUXSWLRQ:DWFK

    KWWSDQWLNRUXSVLLQIRLGFRQWHQWPHQDNDUNXDOLWDVNHELMDNDQ