membangun komunikasi intersubyektivitas antara anggota keluarga demi terwujudnya keluarga yang...

11
MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTAR ANGGOTA KELUARGA 1 Oleh : Masriadi Faishal NIM : 15.4.10.2.001 { ِ اَ دْ نِ عْ مُ ك م رْ ك ا نِ وا اُ ف ار ع تِ ل لِ ا " ب ق ا وً " وبُ عُ + شْ مُ ك ا نْ ل ع " ج ى و 0 ثْ نُ ا وٍ ر ك ذْ نِ مْ مُ ك ا نْ ق ل خ ا بِ اُ اس ن ل ا ا هُ = ي ا ا = بْ مُ ك ا قْ ت ا} [ : "رات ج ح ل ا13 ] “ Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling berkomunikasi. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa” (QS. Al-Hujarat: 13) A. Pendahuluan Dari ayat diatas terlihat bahwa diciptakannya manusia berbeda jenis laki-laki dan perempuan, dan berbeda suku dan bangsa bertujuan supaya terjalin komunikasi yang intens antara mereka dalam semua tingkatan masyarakat. Karena keluarga merupakan tingkatan terendah dari masyarakat, maka bisa dikatakan bahwa tujuan utama dari berkeluarga adalah komunikasi. Sedangkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah merupakan indikator dari tepat dan berhasilnya komunikasi yang dibangun antara anggota keluarga. Jika sakinah dijadikan tujuan, dan bukannya komunikasi, maka keluarga sakinah yang diangan-angankan hanya bisa hadir dalam khayal tanpa bisa direalitakan dalam dunia nyata. Hal ini karena terjadinya dis- komunikasi antar anggota keluarga. 1

Upload: fayedulhaq

Post on 27-Jul-2015

181 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTARA ANGGOTA KELUARGA DEMI TERWUJUDNYA KELUARGA YANG SAKINAH

MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTAR ANGGOTA KELUARGA1

Oleh : Masriadi FaishalNIM : 15.4.10.2.001

�َّن� } ِإ ُف�وا َعاَر �َت ِل �َل اِئ َوَقَب �ا َع�وًب ُش� �ْم� اُك �َن َوَجَعْل ى �َث �ْن َوُأ ٍر! َذُك ِم�ْن� �ْم� اُك ْق�َن ْل َخ �ا �ْن ِإ �اُس� اِلَن *َها ُّي ُأ ا ُّي

�ْم� �ْقاُك ْت ُأ �ِه� اِلْل �َد َن ِع� �ْم� ِمُك �ٍر ُك ] { ُأ 13اِلحجٍرات: ]

“ Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling berkomunikasi. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di

sisi Allah ialah yang paling bertakwa”(QS. Al-Hujarat: 13)

A. PendahuluanDari ayat diatas terlihat bahwa diciptakannya manusia berbeda jenis laki-laki

dan perempuan, dan berbeda suku dan bangsa bertujuan supaya terjalin komunikasi yang intens antara mereka dalam semua tingkatan masyarakat.

Karena keluarga merupakan tingkatan terendah dari masyarakat, maka bisa dikatakan bahwa tujuan utama dari berkeluarga adalah komunikasi. Sedangkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah merupakan indikator dari tepat dan berhasilnya komunikasi yang dibangun antara anggota keluarga.

Jika sakinah dijadikan tujuan, dan bukannya komunikasi, maka keluarga sakinah yang diangan-angankan hanya bisa hadir dalam khayal tanpa bisa direalitakan dalam dunia nyata. Hal ini karena terjadinya dis-komunikasi antar anggota keluarga.

Terjadinya dis-komunikasi ini disebabkan karena komunikasi tidak dijadikan sebagai tujuan, sehingga ia kurang mendapat perhatian, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kebenaran subyektif yang dinyakini masing-masing anggota keluarga tidak bermetamorfosis menjadi kebenaran intersubyektif.

Kebenaran-kebenaran subyektif yang tidak dikomunikasikan ini tentu akan dipertahankan oleh masing-masing penganutnya, dan itulah perbedaan yang bakal menjadi cikal bagi kehancuran sebuah bangunan rumah tangga yang kokoh sekalipun.

Untuk meningkatkan kebenaran subyektif menjadi kebenaran intersubyektif maka diperlukan sebuah komunikasi intersubyektivitas. _____________________________1. Paper ini adalah tugas mata kuliah Filsafat Ilmu, yang diampu oleh H.M. Husni Mu’adz, Ph.D,

Program Pasca Sarjana, Prodi Hukum Keluarga, IAIN Mataram, Semester I, Tahun Akademi 2010/11

1

Page 2: MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTARA ANGGOTA KELUARGA DEMI TERWUJUDNYA KELUARGA YANG SAKINAH

B. Komunikasi, Tinjauan UmumKegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan.

Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut.

Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi adalah:

- Komunikator    : orang yang menyampaikan pesan- Pesan                 : ide atau informasi yang disampaikan- Media                : sarana komunikasi- Komunikan       : audience, pihak yang menerima pesan- Umpan Balik     : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya Dalam kehidupan nyata komunikasi akan ada yang menyampaikan pesan/ ide;

ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan.  Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.2 

C. Komunikasi IntersubyektivitasYang kita maksudkan dengan komunikasi intersubyektifitas disini adalah

komunikasi yang dibangun atas identitas intersubyektivitas tanpa syarat, yaitu hubungan keberterimaan dengan sesama, yang dalam hal ini adalah sesama anggota keluarga. Jika hubungan intersubyektifitas yang dibangun bersyarat, maka kebenaran yang diperoleh akan dipengaruhi oleh syarat tersebut, seperti mengikut pada kesukaan. Dalam komunikasi intersubtektifitas ini, kebenaran merupakan attractor komunikasi. Sedangkan kebenaran itu bersifat subyektif, maka diperlukan komunikasi untuk menyamakan persepsi kebenaran, karena monopoli kebenaran adalah sebuah kebutaan.

Jadi komunikasi intersubyektif berfungsi:1. Untuk saling berbagi kebenaran, dan untuk mencari yang lebih benar 2. Dari poin pertama akan terbangun collective intentionality3. Dari poin kedua akan terbangun koordinasi tindakan bersama (second order)

sebagai emergence 4. Memperkuat hubungan saling berterima.

Jika komunikasi dibangun berdasarkan hubungan intersubyektifitas, maka:

- Interaksi manusia berkaitan dengan makna - Makna terbangun dalam setiap tindak komunikasi - Keterhubungan antar manusia berlangsung dalam tindak komunikasi

______________________________2. http://rumakom.wordpress.com/2007/08/07/komunikasi-efektif/

2

Page 3: MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTARA ANGGOTA KELUARGA DEMI TERWUJUDNYA KELUARGA YANG SAKINAH

Dasar-dasar komunikasi intersubyektivitas:1. Komunikasi berada di ranah relasional (antar individu)2. Komunikasi adalah cara manusia mengada dan tidak bisa dihindari 3. Komunikasi adalah institusi primer untuk mencari kebenaran intersubyektif 4. Komunikasi sebagai institusi primer akan menjamin sirkularitas komunikasi 5. Sirkulasi komunikasi akan mengakibatkan keterhubungan intersubyektivitas

individu.3

D. Pembelajaran Komunikasi IntersubyektivitasUntuk tercapainya sebuah komunikasi intersubyektivitas, maka semestinya harus

diperhatikan hal-hal berikut ini:1. Pelaku komunikasi (dalam hal ini komunikator) diransang untuk berbicara

bebas; batasnya adalah kejujuran. 2. Pelaku komunikasi (dalam hal ini komunikan/audience) berlatih menahan diri

mendengarkan kebenaran 3. Pembicaraan komunikator akan melahirkan umpan balik (feedback loops)

dari komunikan, sehingga terjadi pergantian posisi antara komunikator dan komunikan.

4. Adanya umpan balik adalah syarat lahirnya kebenaran yang lebih tinggi 5. Umpan balik juga akan melahirkan kesejajaran antar pelaku komunikasi.

Karena komunikator menjadi komunikan dan komunikan menjadi komunikator.

6. Kesejajaran lahir apabila masing-masing partisipan berorientasi pada kebenaran

Dalam komunikasi, komunikan (audience) harus berusaha untuk memperhatikan hal-hal berikut:

1. Pengosongan diri dari selain komunikator dan materi komunikasi (konsentrasi / khusyu’)

2. Mendengarkan dengan penuh empati, karena mendengarkan adalah bentuk partisipasi aktif dalam komunikasi

3. Bukan partisipasi bila kita ingin “langsung” berkontribusi secara verbal4. Waktu mendengarkan, belajar untuk tidak memberikan value judgement (menarik

kesimpulan) 5. Kepedulian yang tulus untuk memahami gagasan orang lain6. Menjadi pendengar yang jujur 7. Tidak ada motip lain selain untuk memahami gagasan orang lain.3

_______________________________

3. M. Husni Muadz, Prinsip-prinsip Relasi Intersubyektivitas, Power point, LPP-Unram: 2011

3

Page 4: MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTARA ANGGOTA KELUARGA DEMI TERWUJUDNYA KELUARGA YANG SAKINAH

Sedangkan komunikator harus berusaha untuk membuat komunikan:1. Mendengarkan apa yang komunikator katakan (atau melihat apa yang

ditunjukkan kepada mereka)2. Memahami apa yang mereka dengar atau lihat3. Menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui, tetapi dengan

pemahaman yang benar)4. Mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud komunikator dan maksud itu

bisa mereka terima5. Memberikan umpan balik atas komunikasi yang dilontarkan komunikator.

Tentu tidaklah mudah untuk membuat sebuah komunikasi berjalan dengan menghasilkan kesepakatan secara utuh. Terdapat kesulitan-kesulitan pokok dalam mencapai tujuan komunikasi. Berikut matrik tujuan dan kesulitan dalam proses komunikasi.4 

Tujuan KesulitanMENDENGAR - Orang sulit memusatkan perhatian baik pada kata

yang tertulis maupun terucap untuk waktu yang lama

- Orang kurang memiliki perhatian pada apa yang bagi mereka tampak kurang penting

MEMAHAMI - Orang memiliki asumsi berdasarkan pengalaman masa lalunya

- Orang sering tidak memahami jenis bahasa yang dipakai pembicara

- Orang lebih mudah salah mengerti saat mereka mendengar tanpa melihat

- Orang sering sudah menarik kesimpulan padahal kita belum selesai bicara.

MENYETUJUI - Orang sering merasa curiga terhadap orang lain yang sedang sedang membujuk mereka

- Orang tidak suka jika dibuktikan bersalah

BERTINDAK - Tidak mudah bagi banyak orang untuk mengubah kebiasaan mereka

- Orang merasa takut akan akibat dari pengambilan tindakan yang keliru

- Banyak orang tidak suka mengambil keputusan

______________________________

4

Page 5: MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTARA ANGGOTA KELUARGA DEMI TERWUJUDNYA KELUARGA YANG SAKINAH

4. http://rumakom.wordpress.com/2007/08/07/komunikasi-efektif/

UMPAN BALIK - Beberapa orang sering dengan sengaja menyembunyikan reaksi dan apa yang sesungguhnya mereka pikirkan

- Penampilan dapat bersifat memperdaya -anggukan kepala, mungkin tidak selalu tanda setuju dan mengerti, karena bisa digunakan untuk menutupi ketidak tahuan atau keragu-raguan.

Yang biasanya menjadi hambatan yang harus dihilangkan dalam komunikasi adalah:

a. A-simetris, nonresiprokal: meninggikan diri, merendahkan orang lain b. Dominasi, atasan-bawahan (subordinasi): perintah-larangan, I-Itc. Kombinasi a-simetris dan dominasi.5

E. Pentingnya Komunikasi Intersubyektivitas Dalam KeluargaBila semua metode dan tata cara komunikasi diatas dibawa dan dipraktekkan

dalam kehidupan rumah tangga, maka buah manisnya yaitu rimah tangga sakinah, mawaddah dan rahmah tentu akan tercapai, karena kebenaran yang diusung bukan lagi kebenaran subyektif (yang diyakini masing-masing anggota keluarga), tetapi kebenarannya bersifat intersubyektif (yang diterima bersama).

Sebagai contoh, Stephen Covey - penulis buku "Seven Habits" (Tujuh Kebiasaan)- pernah menghadapi masalah dengan anaknya yang sering menghabiskan waktu di depan televisi. Dalam menghadapi kebiasaan tersebut ia berpikir tak akan efektif bila secara langsung membatasi anaknya untuk menonton televisi."Saya tahu pasti apa yang akan terjadi bila saya membatasi mereka: mereka akan berteriak tidak puas, menggerutu, atau bahkan ekspresi penutupan diri yang buruk ".

Lalu bagaimana solusinya? Covey mengajak mereka untuk berkumpul dan mendiskusikan banyak hal tentang televisi. Setelah semuanya paham tentang apa dan bagaimana televisi tersebut, ia kemudian memberi penekanan terhadap dampak buruk bila terlalu banyak nonton. Ia pun mengutip sebuah penyataan dari Alexander Pope tentang kemaksiatan : dikatakannya bahwa kemaksiatan adalah monster yang sangat mengerikan, untuk dibenci bukan untuk dilihat. Namun bila kita terlalu sering melihatnya, kenal dengan wajahnya, sikap kita yang tadinya tegar, dapat berubah menjadi iba, kasihan, kemudian memeluknya. Dalam keadaan akrab inilah monster tersebut dapat menyerang dan membinasakan kita.

Pada akhirnya, Stephen Covey mengungkapkan bahwa usahanya tersebut berhasil membuahkan suatu keputusan bahwa semua anggota keluarga akan membatasi diri dalam menonton televisi; hanya satu jam setiap hari. Semua senang dan tidak ada yang melanggar, karena telah menjadi keputusan bersama berdasarkan kebenaran yang diyakini dan diterima bersama.

________________________________

5

Page 6: MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTARA ANGGOTA KELUARGA DEMI TERWUJUDNYA KELUARGA YANG SAKINAH

5. M. Husni Muadz, Prinsip-prinsip Relasi Intersubyektivitas, Power point, LPP-Unram: 2011

Namun yang perlu diperhatikan, bahwa komunikasi tidak terbatas "hanya" pada penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain saja. Ada hal mendasar yang harus ada agar komunikasi berjalan lancar, yaitu kepercayaan. Sebaik apapun materi komunikasi, bila tidak dilandasi kepercayaan, maka komunikasi akan menjadi sulit dan tidak efektif. Kunci komunikasi adalah kepercayaan, dan kunci kepercayaan adalah layak dipercaya. Nah, di sini integritas diri memainkan peranan penting.

Integritas adalah fondasi utama untuk membangun komunikasi yang efektif. Integritas diri menggambarkan kesesuaian antara kelakuan dengan apa yang dikatakan. Di dalamnya terkandung pula unsur kejujuran.

Masalah komunikasi di keluarga, tak lepas dari peran orangtua yang sangat dominan. Kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua berkomunikasi kepadanya. Komunikasi akan sukses apabila orangtua memiliki kredibilitas di mata anaknya.

Begitu pula komunikasi suami istri akan efektif bila keduanya telah saling percaya.Bagaimana caranya agar komunikasi di keluarga bisa efektif? Ada lima hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. RespekKomunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull

attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di sekitanya.

2. EmpatiEmpati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan

kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain.

Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga.

3. AudibelAudibel berarti "dapat didengarkan" atau bisa dimengerti dengan baik.

Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.

4. Jelas Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan

banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi

6

Page 7: MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERSUBYEKTIVITAS ANTARA ANGGOTA KELUARGA DEMI TERWUJUDNYA KELUARGA YANG SAKINAH

dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).

5. TepatDalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat

baik waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.

6. Rendah Hati Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling

menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka laaawaaan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.6

***

__________________________6. http://pondokhikmat.tripod.com/komunikasi_keluarga_efektif.htm

7