membangun ketahanan sosial budaya

31
MEMBANGUN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL By : Edy Santosa Pasca Sarjana UGM Tahun 2009 Program Studi Ketahanan Nasional 1. Latar Belakang Dalam perjuangan mencapai tujuannya, bangsa Indonesia senantiasa akan menghadapi berbagai tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan (TAHG) dari mana pun datangnya, baik dari luar maupun dari dalam sehingga diperlukan keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang disebut Ketahanan Nasional 1 . Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan nasional. Dalam hubungan ini cara mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nasional, setiap bangsa berbeda-beda, sesuai falsafah, budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Bagi bangsa Indonesia, ketahanan nasional dibangun di atas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila, selain itu ketahanan nasional juga dibangun sesuai norma UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. Oleh karena itu Ketahanan Nasional perlu terus ditingkatkan, dipupuk dan dibina secara terus menerus berdasarkan Wawasan Nusantara melalui pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam segenap aspek dan dimensi 1 Ketahanan Nasional sebagai suatu kondisi, Materi BS. TANNAS, Matrikulasi Program S2 Lemhannas RI-UGM Tahun 2009. 1

Upload: edy-santosa

Post on 15-Jun-2015

5.318 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Pentingnya Meningkatkan Ketahanan Sosial Budaya

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

MEMBANGUN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL

By : Edy SantosaPasca Sarjana UGM Tahun 2009 Program Studi Ketahanan Nasional

1. Latar Belakang

Dalam perjuangan mencapai tujuannya, bangsa Indonesia senantiasa akan

menghadapi berbagai tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan (TAHG) dari

mana pun datangnya, baik dari luar maupun dari dalam sehingga diperlukan

keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional yang disebut Ketahanan Nasional1.

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk

mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan

nasional. Dalam hubungan ini cara mengembangkan dan mewujudkan ketahanan

nasional, setiap bangsa berbeda-beda, sesuai falsafah, budaya dan pengalaman

sejarah masing-masing. Bagi bangsa Indonesia, ketahanan nasional dibangun di

atas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila, selain itu

ketahanan nasional juga dibangun sesuai norma UUD 1945, dan Wawasan

Nusantara.

Oleh karena itu Ketahanan Nasional perlu terus ditingkatkan, dipupuk dan

dibina secara terus menerus berdasarkan Wawasan Nusantara melalui

pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam segenap aspek dan dimensi

kehidupan (asta gatra), baik yang bersifat statis yaitu trigatra (Geografi,

Demografi, Sumber Kekayaan Alam), maupun yang bersifat dinamis yaitu panca

gatra (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hankam).

Ruang lingkup dalam pembahasan tulisan ini difokuskan pada pelaksanaan

pembangunan ketahanan sosial budaya yang diharapkan dapat meningkatkan

ketahanan nasional.

Ketahanan Sosial Budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa

yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung

1 Ketahanan Nasional sebagai suatu kondisi, Materi BS. TANNAS, Matrikulasi Program S2 Lemhannas RI-UGM Tahun 2009.

1

Page 2: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

kemampuan membentuk dan mengembangkan hak atas kehidupan sosial budaya

manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas dan sejahtera dalam

kehidupan yang serba selaras, serasi, dan seimbang, serta kemampuan

menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan

nasional.

Namun demikian, pembangunan ketahanan sosial budaya hingga saat ini

belum dapat berlangsung secara optimal, dalam pengamatan penulis setidaknya

masih terdapat berberapa permasalahan yang dihadapi antara lain : Rendahnya

kesejahteraan masyarakat; Terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga pelayanan

sosial, Lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya;

Terjadinya krisis jati diri (identitas) nasional; dan Lemahnya penegakan hukum.

Dengan mencermati kondisi diatas, maka muncul pertanyaan : ”Bagaimana

membangun ketahanan sosial budaya guna meningkatkan ketahanan nasional ?”.

2. Pembahasan

Sosial dapat diartikan pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat

yang mengandung nilai-nilai dan norma kebersamaan. Adanya rasa senasib

dan sepenanggungan tertib sosial dan solidaritas yang merupakan unsur

pemersatu, sedangkan Budaya adalah sistem nilai yang merupakan hasil

hubungan manusia dengan pencipta, rasa, dan karsa yang menumbuhkan

gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak

kehidupan yang menghasilkan karya 2.

Secara umum dalam teori sosial budaya yang berkembang di Indonesia,

disebutkan paling tidak terdapat tiga komponen utama dari sosial budaya di dalam

kehidupan masyarakat yang tumbuh mengakar sejak lama yaitu : Musyawarah;

Paternalistik; dan Gotong royong. Budaya ini apabila dikembangkan akan mampu

mendukung ketahanan aspek sosial budaya yang tangguh.

2 Modul E-learnig, Bidang Studi Ketahanan Nasional, Lemhannas RI, Tahun 2008

2

Page 3: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya yang telah tumbuh berkembang secara subur di

Indonesia seperti disampaikan Utomo (2005) 3, adalah sebagai berikut:

a. Musyawarah

Musyawarah sejak lama sudah menjadi budaya bangsa Indonesia,

dalam setiap kesempatan musyawarah ini dilakukan oleh masyarakat

Indonesia pada umumnya, mulai dari hendak mengawinkan anak,

membangun rumah, hingga memilih kepala desa dilakukan dengan

musyawarah. Musyawarah tersebut dilakukan baik dalam internal keluarga.

Biasanya dalam sebuah keluarga ada orang-orang yang dituakan yang

menjadi nara sumber. Namun orang yang dituakan tersebut biasanya

mengundang anggota keluarga lain untuk bermusyawarah membahas

suatu hal. Hasilnya berupa kesepakatan (mufakat) yang kelak akan

dilaksanakan oleh keluarga lain.

Pada tingkat desa, dalam merancang kegiatan pembangunan desa,

masyarakat desa melakukan musyawarah dengan melibatkan tokoh-tokoh

masyarakat, tokoh adat hingga tokoh agama. Karena itulah secara formal

kegiatan musyawarah tersebut kemudian dilembagakan. Dengan demikian

pemilihan kepala desa sudah dilaksanakan secara langsung di desa jauh

sebelum dilaksanakan di tingkat nasional (pemiihan Presiden).

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

pasal 209 dijelaskan lembaga tersebut diberi nama Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). BPD ini juga menjadi lembaga yang

menggodok kegiatan pilkades, calon-calon Kepala Desa ditetapkan melalui

musyawah desa selanjutnya masyarakat dipersilahkan untuk memilih

kepala desa yang telah ditetapkan. Itulah sebabnya pasal 209 UU 32/2004

menegaskan bahwa BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama

kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

3 Utomo. TWW, dalam “Pilkada Langsung dalam Kerangka Reformasi Birokrasi”, Beberapa Catatan Kritis, Inovasi Online, 2004

3

Page 4: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

Dalam pasal 203 ayat (1) juga dijelaskan bahwa kepala desa dipilih

langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara republik Indonesia

yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur dengan Peraturan

Daerah yang berpedoman dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada

ayat (3) dijelaskan bahwa pemilihan kepala desa dalam kesatuan

masyrakat hukum adat beserta kepala desa hak tradisionalnya sepanjang

masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat

setempat yang diterapkan dalam Perda dengan berpedoman pada

Peraturan Pemerintah.

Dari uraian di atas jelaslah kegiatan musyawarah sudah tumbuh

berkembang dalam budaya masyarakat kita sejak zaman dahulu

dilaksanakan di desa di seluruh Indonesia.

b. Paternalisme

Paternalisme adalah suatu sistem yang menempatan pimpinan

sebagai pihak yang paling dominan. Paternalisme tumbuh subur karena

dipengaruhi oleh kultur feodal yang sebagian besar daerah di Indonesia

masih menganutnya yang semula merupakan daerah bekas kerajaan.

Daerah-daerah bekas kerajaan ini telah mempunyai sistem nilai, norma,

dan adat kebiasaan yang selalu menjunjung tinggi dan mengagungkan

penguasa/pemimpin sebagai orang yang harus dihormati dan dipatuhi

karena mereka telah memberikan kehidupan dan pengayoman kepada

warga masyarakat.

Tidak dapat kita dipungkiri bahwa budaya politik di Indonesia banyak

dipengaruhi oleh budaya feodal yang hirarkis dan tertutup yang menuntut

seseorang untuk pandai menempatkan diri dalam masyarakat. Pada

budaya ini terdapat nilai tentang pentingnya peranan atasan dalam

memberikan perlindungan terhadap bawahan. Perlindungan yang diberikan

oleh atasan atau pimpinan berbentuk status dan pangkat, kedua atribut

tersebut merupakan hak istimewa bagi seorang bawahan yang kemudian

menentukan status sosial seseorang di mata masyarakat.

4

Page 5: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

Budaya paternalistik sangat dipengaruhi oleh hubungan “bapak”

dengan “anak” yang pada prinsipnya “bapak” menanggung pemenuhan

kebutuhan sosial, material, spiritual, dan emosional “anak”. para bawahan

yang mendapatkan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan tersebut,

dengan loyal dan sukarela memenuhi segala perintah atasan, yang

kemudian menjadi sumber legitimasi kekuasaan atasan di dalam

masyarakat. di sini pada hakekatnya “bapak” dan “anak”, keduanya,

mendapatkan sesuatu yang diharapkan, sehingga sulit dikatakan siapa

memeras siapa atau siapa memanfaatkan siapa:. hubungan paternalistik

lebih bersifat informal dan individual. selain itu, kedudukan

pemimpin/atasan khususnya birokrat dalam hubungan paternalisme bersifat

sentralistis, karena itu pengikut itu harus memenuhi semua aturan demi

kepentingan pribadi kepentingan pemimpin itu sendiri.

Budaya paternalisme memandang pemimpin sebagai pihak yang

harus dihormati oleh pengikutnya. Sedangkan pada sisi lain, pengikut

dalam hal ini masyarakat hanya dipandang sebagai alat untuk menjalankan

perintah tujuan pemimpinnya. Ada kecendrungan bahwa aparat bikrokrasi

yang telah menjadi pemimpin mempertahankan kedudukannya kerana

dirasakan mampu memberikan keuntungan finansial dan sosial.

Dampaknya adalah aparat bekerja karena orang yang ada di dalamnya

cenderung menurut dan tunduk pada atasannya tanpa memiliki inisiatif

untuk mengembangkan diri. Bawahan tidak berani mengambil keputusan

meskipun keputusan itu menyangkut kepentingan yang mendesak.

Di dalam budaya paternalisme, atasan memberikan perlindungan

dan pekerjaan kepada bawahannya. hal tersebut berdampak pada

munculnya perasaan berhutang budi, segan, dan takut pada diri bawahan

terhadap pemimpin, yang pada akhirnya ketika atasan bertindak di luar

peraturan, rakyat/pengikut tidak memiliki keberanian untuk menegurnya.

Budaya paternalistik ini pulalah melahirkan figur-figur atau tokoh-tokoh

politik yang kharismatik. Seringkali masyarakat memmilih calon pemimpin

5

Page 6: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

hanyalah karena figur seseorang bukannya program yang ditawarkan oleh

figur tersebut.

c. Gotong Royong

Tidak dapat kita pungkiri bahwa gotong royong sangat kental terjadi

diperdesaaan, namun bukan berarti di perkotaan tidak terdapat gotong

royong. Kita masih dapat menyaksiklan di kota-kota adanya kerja bakti

membersihkan lingkungannya, membangun sekolah, atau saling

memberikan bantuan ketika terjadi bencana alam.

Bentuk-bentuk gotong royong sendiri banyak ragamnya. Ketika

terjadi gempa bumi, banjir atau kebakaran warga masyarakat tidak tertimpa

musibah dengan spontan memberikan bantuan dan sumbangan kepada

korban. Ada menyumbangkan pakaian, mie instan, tenda, obat-obatan,

membuat dapur umum dan menyumbangkan uang. Ini adalah perhatian

yang dilandasi semangat gotong royong yang memang sudah tumbuh

berkembang dalam kehidupan sosial budaya di negara kita. Demikian pula

ketika tetangga ada hajatan, kenduri, musibah kematian, kegiatan arisan

dan sebagainya tetangga kiri kanan merasa sungkan kalau tidak ikut

membantu. Misalnya dalam kegiatan Pemilu atau Pilkada, walaupun uang

lelah yang diberikan kepada KPPS nilainya tidak seberapa, namun

masyarakat dengan antusias membuat tenda, bilik suara dan segala

perlengkapannya. Masyarakat sekitarnya turut membantu Hal ini

menunjukkan bahwa gotong goyong itu masih hidup subur di Indonesia.

Dengan adanya gotong royong ini, maka masyarakat dapat digerakkan

untuk secara bersama-sama bahu membahu, berat sama dipikul dan ringan

sama dijinjing. Apabila hal ini telah tercapai, maka kegiatan pembangunan

akan lancar dan kondusit sehingga menciptakan pembangunan yang

mantap dan dinamis. Sebab beban dan biaya pembangunan akan terasa

menjadi ringan bila dikerjakan secara bersama-sama atau bergotong

royong.

6

Page 7: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

Kebudayaan merupakan buah usaha budi, dimensi, dan jatidiri manusia

baik sebagai perorangan, kelompok, maupun sebagai bangsa. Budaya ini akan

mengalami perubahan baik disebabkan oleh faktor internal bangsa maupun faktor

eksternal yang datangnya dari luar sebagai akibat globalisasi. Pembangunan yang

hanya menekankan ekonomi, telah mengakibatkan tertinggalnya pengembangan

kebudayaan. Pemahaman dan penerapan budaya lokal melalui jalur pendidikan,

keluarga dan masyarakat belum berjalan secara optimal sebagai akibat apresiasi

dan penerapan masyarakat terhadap budaya sendiri semakin lemah pula.

Pembangunan yang selama ini dilakukan secara terpusat telah menyebabkan

lunturnya penerapan ciri budaya daerah dalam pelaksanaan pembangunan.

Ketahanan Sosial Budaya tercermin dalam kondisi kehidupan Sosial

Budaya yang dijiwai kepribadian Nasional berdasarkan Pancasila yang

mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan Sosial

Budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman, cinta tanah air,

berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan

seimbang dengan kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak

sesuai dengan kebudayaan nasional serta mengakomodasi nilai-nilai budaya

asing yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

Pengembangan Sosial Budaya Indonesia berjalan bersama dengan

pengembangan Sosial Budaya Daerah. Kebhinekaan budaya daerah merupakan

kekayaan yang menuntut agar pengembangan Sosial Budaya daerah mendapat

prioritas. Pengembangan kehidupan beragama tidak hanya mencakup

penghayatan dan pengamalan ajaran agama untuk diri manusia pemeluknya

sendiri namun harus disertai pemahaman dan penghormatan terhadap

keberadaan agama lain beserta masyarakat pemeluknya. Pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai perwujudan budaya bangsa disesuaikan

dengan kekhasan unsur-unsur budaya daerah yang beraneka ragam sehingga

melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan identitas bangsa.

Kondisi ketahanan Sosial Budaya yang demikian akan mampu menangkal

penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia

7

Page 8: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

sehingga mampu mendukung upaya untuk meningkatkan ketahanan nasional

yang tangguh.

Perubahan era pemerintahan dan kepemimpinan ternyata juga mengubah

tatanan sosial dan tatanan budaya bangsa. Pengertian sosial pada awalnya

adalah pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-

nilai kebersamaan, senasib sepenanggungan, tertib sosial dam solidaritas

(subsidiaritas) yang merupakan unsur pemersatu. Pengertian awal semacam ini

nampak akhir-akhir ini memerlukan permenungan lagi yang mendalam dan

tindakan nyata yang tepat, bijaksana serta untuk kepentingan bangsa dan negara.

Hal ini mengingat ketahanan sosial budaya mendapat tantangan cukup serius di

dalam negeri sendiri sebagai akibat dari perubahan yang begitu cepat.

Penanggulangan dari sekian banyak masalah yang menimbulkan degradasi sosial

budaya antara lain dikarenakan banyak terjadi pelanggaran hukum, kemerosotan

etika pemimpin, primordial sempit, pertikaian antar etnis dan SARA yang

kemudian menimbulkan konflik, kondisi demikian jelas menjadi ancaman

ketahanan nasional yang pada akhirnya akan mengancam pula keutuhan NKRI.

Kondisi inilah yang perlu dianalisa dan dicermati dalam rangka mewujudkan

ketahanan nasional yang tangguh, dengan mempertimbangkan pengaruh

perkembangan lingkungan strategis.

Berikut akan dianalisa pengaruh perkembangan lingkungan strategis baik

lingkungan global, regional maupun nasional dan provinsional/lokal terhadap

upaya membangun ketahanan sosial budaya guna meningkatkan ketahanan

nasional..

a. Pengaruh perkembangan lingkungan Global

Globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi terutama teknologi komunikasi informasi dan

transportasi, menyebabkan dunia terasa semakin sempit, transparan dan

tanpa batas yang semakin mengglobal. Proses globalisasi tercermin dalam

globalisasi informasi dan globalisasi ekonomi, yang membawa sistem nilai

8

Page 9: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

yang positif yang mendorong ke arah kemajuan dan modernisasi dan yang

bersifat negatif dapat mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa serta

sendi kehidupan di seluruh aspek kehidupan nasional. Selain itu adanya

kecenderungan dan dominasi negara adidaya yang selalu memaksakan

kehendaknya merupakan permasalahan yang dihadapi dalam

penyelenggaraan politik luar negeri. Negara-negara yang kuat cenderung

menerapkan kepentingan politik serta dilandasi nilai-nilai yang berlaku di

masyarakanya kepada negara lain dalam hal demokrasi, Ham dan

lingkungan hidup serta pandangan bebas, hal ini menyebabkan tekanan

politik dan krisis ekonomi nasional yang dapat memperlemah ketahanan

nasional.

Ketahanan nasional mempunyai peranan penting dalam pemulihan

krisis ekonomi, karena ketahanan nasional adalah sebagai pedoman atau

sarana untuk meningkatkan dan ketangguhan bangsa yang mengandung

kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan

kesejahteraan dan keamanan sehingga terwujudnya ketahanan idiologi,

ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya dan

ketahanan pertahanan keamanan.

b. Pengaruh perkembangan lingkungan Regional

Regionalisme dianggap penting karena region4, merupakan wadah

paling tepat dan paling mungkin untuk menerima perubahan dan

mengintensifkan resistensi dari tekanan kompetisi kapitalisme global.

Menurut perspektif realis, ketidaksetaraan kekuatan (unequal power) dapat

menciptakan logika yang tidak mendukung pasar kapitalis, oleh karena itu

regionalisme digunakan untuk menciptakan kesetaraan kekuasaan.

Sedangkan perspektif kontra-realisme menyatakan bahwa regionalisme

merupakan sarana untuk memahami kondisi sosial-ekonomi yang berubah

yang akan mengubah karakter, lingkup, dan arena kompetisi kekuasaan.

4 Farrel, Mary and Bjorn Hette, et al. 2005. Global Politics of Regionalism. Pluto Press. pp. 38-53

9

Page 10: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

Kerjasama regional antar negara merupakan regionalisme yang

terbentuk sebagai upaya untuk merespon tantangan eksternal. Dalam

regionalisme ini ditekankan adanya koordinasi untuk menentukan posisi

regional dalam sistem internasional. Di lain sisi, integrasi regional

menekankan pada pengurangan atau bahkan usaha untuk menghilangkan

batas antar negara. Dalam konteks ini bukan batas geografis yang ingin

dihilangkan, namun batas interaksi seperti batasan pajak ekspor dan impor.

Keinginan kawasan untuk menjadi negara industri baru

menyebabkan pembangunan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara

semakin dipacu dengan memprioritaskan pembangunan industri substitusi

impor yang menitikberatkan pada industri padat modal dan berpihak pada

pemilik modal. Pola seperti itu di Indonesia menyebabkan hanya segelintir

orang yang dapat terlibat, sementara masyarakat luas belum terlibat secara

aktif. Strategi pembangunan yang benar-benar berpihak dan

memberdayakan keluarga miskin menjadi luput dari perhatian, kesenjangan

sosial semakin melebar. Ketika krisis moneter melanda kawasan Asia, yang

ditandai dengan meningkatnya nilai dollar terhadap mata uang domestik,

beberapa negara di Asia terutama negara-negara Asia Tenggara seperti

Thailand, Malaysia dan Indonesia mengalami krisis dengan meningkatnya

harga-harga barang yang mempengaruhi kenaikan harga disegala bidang.

Kondisi ini diperparah dengan tingginya tingkat ketergantungan atas

barang impor sehingga kenaikan di suatu bidang berimbas pada bidang

lainnya. Namun Negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia

dengan cepat telah bangkit dari krisis, sementara krisis moneter di

Indonesia meluas menjadi krisis multidimensi yang salah satu dampaknya

adalah semakin bervariasinya permasalahan sosial, disamping semakin

bertambahnya masalah sosial laten seperti kemiskinan yang belum

sepenuhnya tertangani. Tentunya yang paling menderita atas timbulnya

krisis moneter ini adalah kaum miskin di Negara-negara Asia Tenggara,

termasuk halnya di Indonesia.

10

Page 11: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

c. Pengaruh perkembangan lingkungan Nasional

Pembangunan kesejahteraan sosial yang telah dilaksanakan pada

umumnya telah memberi kontribusi peran pemerintah dan masyarakat di

dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang makin adil dan merata.

Sasaran utama program pembangunan kesejahteraan sosial adalah

manusia, maka perubahan-perubahan yang secara langsung terkait

dengan sasaran program tersebut terutama permasalahan dan

kebutuhannya,serta ukuran-ukuran taraf kesejahteraan sosialnya sangat

berpengaruh terhadap arah,tujuan dan kegiatan-kegiatan program.

Permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan manusia tidak terlepas dari

kondisi dan perubahan lingkungan baik fisik maupun non-fisik; dalam

kawasan lokal, nasional dan global. Maka perencanaan yang lebih cermat

perlu dilakukan dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan fisik,

sosial dan lingkungan strategisnya. Hal-hal ini akan mengkaitkan

pembangunan kesejahteraan sosial dengan bidang pembangunan yang

lain; ekonomi, politik, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan. Di dalam

konteks inilah sesungguhnya posisi pembangunan kesejahteraan sosial

dapat diperhitungkan sebagai bagian integral dan bagian strategis

pembangunan nasional. Permasalahan kesejahteraan sosial ke depan

masih didominasi oleh permasalahan “konvensional” terutama kemiskinan

dan keterlantaran, kecacatan, keterpencilan dan ketertinggalan, ketunaan

sosial dan penyimpangan perilaku serta akibat bencana. Namun demikian,

permasalahan “aktual” yang terkait dengan kelangsungan kehidupan

kenegaraan seperti disintegrasi sosial, kesenjangan sosial, perlu

memperoleh perhatian yang serius dan berkelanjutan. Demikian pula

permasalahan kesejahteraan sosial “hulu” dan dampak pelaksanaan

berbagai bidang pembangunan lain, secara intensif perlu ditangani melalui

berbagai cara. Apabila hal ini luput dari perhatian, resiko-resiko yang

potensial terjadi akan menjadi beban yang sangat berat baik terhadap

11

Page 12: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

meningkatnya beban “murni kesejahteraan sosial” maupun permasalahan

yang bersifat lebih “makro” terkait dengan masalah pembangunan lainnya.

Dari perkembangan lingkungan strategis nasional terdapat beberapa

hal yang mempengaruhi ketahanan nasional diantaranya : Secara

sosiologis bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri

dari berbagai suku bangsa dan etnis dengan adat-istiadat, bahasa,

pandangan hidup serta agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, hal

ini dapat merupakan titik rawan yang menimbulkan primordialisme sempit

yang mengarah kepada perpecahan bangsa dan pada akhirnya berbagai

krisis melanda kehidupan bangsa Indonesia. Selain itu kepemimpinan

nasional yang belum terlepas dari KKN mengindikasikan belum optimalnya

implementasi good governance, tingginya tingkat pengangguran dapat

menimbulkan kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan yang miskin

sehingga krisis akan semakin sulit teratasi. Terbatasnya sarana dan

prasarana pendukung kegiatan ekonomi dapat mempengaruhi arus bahan,

barang dan jasa sehingga upaya pemulihan ekonomi mengalami

hambatan.

d. Pengaruh perkembangan lingkungan Provinsional/Lokal

Perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat dari

globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi

membutuhkan penyesuaian tata nilai dan perilaku. Dalam suasana dinamis

tersebut, pengembangan kebudayaan diharapkan dapat memberikan arah

bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur

budaya bangsa. Di samping itu pengembangan kebudayaan dimaksudkan

untuk menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan

lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif

sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.

Kearifan lokal yang telah berkembang secara turun menurun

dari generasi ke generasi mengajarkan kepada kita betapa pentingnya

12

Page 13: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

menjaga kelestarian lingkungan hidup kita secara bijaksana dan penuh

kearifan.

Nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan sosial,

dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan

pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, makin pudar bersamaan

dengan menguatnya nilai-nilai materialisme. Demikian pula kebanggaan

atas jati diri bangsa seperti penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan

benar, semakin terkikis oleh nilai-nilai yang dianggap lebih unggul. Identitas

nasional meluntur oleh cepatnya penyerapan budaya global yang negatif,

serta tidak mampunya bangsa Indonesia mengadopsi budaya global yang

lebih relevan bagi upaya pembangunan bangsa dan karakter bangsa

(nation and character building). Lajunya pembangunan ekonomi yang

kurang diimbangi oleh pembangunan karakter bangsa telah mengakibatkan

krisis budaya yang selanjutnya memperlemah ketahanan budaya

Ketika krisis ekonomi diikuti dengan perubahan-perubahan politik,

ekonomi, sosial, budaya dan hankam sehingga menjadi krisis multi dimensi.

Hal ini telah menyebabkan situasi keamanan dan perekonomian menjadi

tidak menentu, yang semakin menambah panjang permasalahan

kesejahteraan sosial di Indonesia.

Masalah keterpencilan dan ketertinggalan yang selama ini hanya

dikaitkan dengan soal kemiskinan; dalam arus perubahan yang cepat, telah

menjadi masalah kompleks. Ketertinggalan dan keterpencilan berjalan

seiring dengan masalah yang terkait HAM, Lingkungan, Integrasi Sosial,

dan berbagai kerentanan terhadap eksploitasi dan perlakuan salah.

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan masyarakat

Indonesia masih terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang belum

sepenuhnya terjangkau oleh proses pelayanan pembangunan baik karena

isolasi alam maupun isolasi sosial budaya. Dengan demikian, mereka

belum atau kurang mendapatkan akses pelayanan sosial dasar. Keadaan

ini dapat menghambat proses pemerataan pembangunan dan hasil-

13

Page 14: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

hasilnya menuju ke arah tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Untuk memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan

memantapkan budaya nasional, maka perlu upaya untuk memperkokoh

ketahanan budaya nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya

asing yang bernilai negatif dan memfasilitasi proses adopsi dan adaptasi

budaya asing yang bernilai positif dan produktif. Di samping itu, diupayakan

pula pembangunan moral bangsa yang mengedepankan nilai-nilai

kejujuran, amanah, keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, gotong-

royong, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu dan tanggungjawab. Tujuan

tersebut dilaksanakan pula melalui pengarusutamaan nilai-nilai budaya

pada setiap aspek pembangunan. Oleh sebab itu, dibutuhkan langkah-

langkah untuk mengaktualisasikan nilai moral dan agama, revitalisasi dan

reaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur termasuk di dalamnya

pengembangan budaya maritim, dan transformasi budaya melalui adopsi

dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk memperkaya dan

memperkokoh khasanah budaya bangsa, seperti: orientasi pada

peningkatan kinerja, budaya kritis, akuntabilitas dan penerapan iptek.

Dari berbagai pengaruh perkembangan lingkungan strategis diatas, selain

terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan, juga memunculkan beberapa kendala

yang perlu dieliminir dalam rangka membangun ketahanan sosial budaya guna

meningkatkan ketahanan nasional.

a. Peluang

1) Proses globalisasi tercermin dalam globalisasi informasi dan

globalisasi ekonomi, yang membawa sistem nilai yang positif yang

mendorong ke arah kemajuan dan modernisasi dan yang bersifat

negatif dapat mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa serta

sendi kehidupan di seluruh aspek kehidupan nasional.

2) Kerjasama regional antar negara merupakan regionalisme

yang terbentuk sebagai upaya untuk merespon tantangan eksternal,

14

Page 15: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

melalui koordinasi untuk menentukan posisi regional dalam sistem

internasional. Regionalisme dapat digunakan untuk menciptakan

kesetaraan kekuasaan bagi negara-negara anggotanya.

3) Pembangunan kesejahteraan sosial telah memberi kontribusi

dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang makin adil dan

merata.

4) Pengembangan kebudayaan dapat memberikan arah bagi

perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur

budaya bangsa dan dapat untuk menciptakan iklim kondusif dan

harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon

modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai

kebangsaan.

b. Kendala

1) Media kamonuikasi elektronik sperti telavisi, komputer, satelit,

internet dan sebagainya menyebabkan terjadinya banjir masuknya

budaya asing dari negara maju ke negara-negara berkembang tanpa

dapat dibendung. Kondisi ini akan menjadi kendala dalam

membangun ketahanan sosial budaya tatkala budaya asing tersebut

tidak disaring (filtering). Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya

adalah timbulnya erosi nilai-nilai budaya suatu bangsa, yang menjadi

jati dirinya. Menghadapi perkembangan ini diperlukan suatu upaya

yang mampu mensosialisasikan budaya nasional menjadi jati diri

bangsa.

2) Krisis moneter di Indonesia meluas menjadi krisis

multidimensi yang telah menyebabkan semakin bervariasinya

permasalahan sosial, disamping semakin bertambahnya masalah

sosial laten seperti kemiskinan yang belum sepenuhnya tertangani.

Kondisi ini berdampak semakin meningkatnya kaum miskin di

Negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

15

Page 16: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

3) Ketika krisis ekonomi diikuti dengan perubahan-perubahan

politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam sehingga menjadi krisis

multi dimensi. Hal ini telah menyebabkan situasi keamanan dan

perekonomian menjadi tidak menentu, yang semakin menambah

panjang permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia.

3. PENUTUP

a. Kesimpulan

1) Bagi bangsa Indonesia, ketahanan nasional dibangun di atas

dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila, selain

itu ketahanan nasional juga dibangun sesuai norma UUD 1945, dan

Wawasan Nusantara. Oleh karena itu Ketahanan Nasional perlu

terus ditingkatkan, dipupuk dan dibina secara terus menerus melalui

pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam segenap aspek dan

dimensi kehidupan (dalam hal naskah ini melalui pembangunan

aspek sosial budaya).

2) Diterbitkannya UU No 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan

Sosial, merupakan upaya terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang

dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam

bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap

warga Negara yang bertujuan untuk5 : Meningkatkan taraf

kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; Memulihkan fungsi

sosial dalam rangka mencapai kemandirian; Meningkatkan

ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani

masalah kesejahteraan sosial; Meningkatkan kemampuan,

kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan

berkelanjutan; Meningkatkan kemampuan dan kepedulian

masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara

5 Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

16

Page 17: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

melembaga dan berkelanjutan; dan Meningkatkan kualitas

manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

3) Pembangunan ketahanan sosial budaya hingga saat ini belum

dapat berlangsung secara optimal dan masih dihadapkan pada

berbagai permasalahan, sehingga belum mampu memberikan

kontribusi terhadap upaya membangun ketahanan nasional yang

tangguh.

4) Kondisi budaya di dalam masyarakat Indonesia yang tumbuh

mengakar sejak lama perlu dikembangkan secara maksimal agar

mampu mendukung ketahanan nasional yang tangguh dari aspek

sosial budaya.

b. Rekomendasi

Untuk membangun ketahanan sosial budaya yang ideal, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu strategi dan upaya-upaya yang

diarahkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi diantaranya

adalah:

1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kegiatan pokok

yang dilaksanakan antara lain: Sinkronisasi kebijakan dan

pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan;

Penyerasian penanganan masalah-masalah strategis yang

menyangkut kesejahteraan rakyat, antara lain pengungsi dan korban

bencana alam dan konflik sosial; dan Penyelarasan kebijakan

bidang kesehatan, bidang lingkungan hidup, pemberdayaan

perempuan, pendidikan, budaya, pemuda, olah raga, aparatur

negara, pariwisata dan agama.

2) Meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial

melalui: Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial

bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS);

Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi

kesejahteraan sosial bagi PMKS; Peningkatan pembinaan,

17

Page 18: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

pelayanan dan perlindungan sosial dan hukum bagi anak terlantar,

lanjut usia, penyandang cacat, dan tuna sosial; dan

Penyelenggaraan pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja

bagi PMKS; Peningkatan penyuluhan kesejahteraan sosial,

khususnya di daerah kumuh, perbatasan, terpencil, rawan konflik,

rawan bencana, dan gugus pulau; Peningkatan kualitas dan

kuantitas penyuluhan sosial melalui media massa cetak dan

elektronik; dan Peningkatan kualitas penyuluhan kesejahteraan

sosial melalui pelatihan teknik komunikasi.

3) Meningkatkan kemampuan dalam mengelola keragaman budaya

untuk menciptakan keserasian hubungan antar unit sosial dan

antarbudaya dalam rangka menurunkan ketegangan dan ancaman

konflik sekaligus memperkuat NKRI, yang dilakukan melaui kegiatan

pokok antara lain: Pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka

dan demokratis; Pengembangan pendidikan multikultural untuk

meningkatkan toleransi dalam masyarakat; Pengembangan berbagai

wujud ikatan kebangsaan antara lain melalui pengembangan

infrastruktur untuk meningkatkan akses transportasi dan komunikasi

lintas daerah dan lintas budaya; Pelestarian dan pengembangan

ruang publik untuk memperkuat modal sosial; danPeningkatan

penegakan hukum untuk menciptakan rasa keadilan antarunit

budaya dan antarunit sosial.

4) Mengembangkan nilai-nilai budaya yang bertujuan untuk

memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan memantapkan

budaya nasional yang diharapkan dapat memperkokoh ketahanan

budaya nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya

asing yang bernilai negatif. Kegiatan yang dilakukan antara lain :

Mengaktualisasikan nilai moral dan agama, merevitalisasi dan

mereaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur termasuk di

dalamnya pengembangan budaya maritim, dan transformasi budaya

18

Page 19: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

melalui adopsi dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk

memperkaya dan memperkokoh khasanah budaya bangsa, seperti:

orientasi pada peningkatan kinerja, budaya kritis, akuntabilitas dan

penerapan iptek.

5) Meningkatkan penegakan hukum dengan upaya: Menata

kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan kembali

peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan tertib perundang-

undangan dengan memperhatikan asas umum dan hirarki

perundang-undangan; dan menghormati serta memperkuat kearifan

lokal dan hukum adat untuk memperkaya sistem hukum dan

peraturan melalui permberdayaan yurisprudensi sebagai bagian dari

upaya pembaruan materi hukum nasional; Melakukan pembenahan

struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan

meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta

kualitas sistem peradilan yang terbuka dan transparan;

menyederhanakan sistem peradilan, meningkatkan transparansi

agar peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan

bahwa hukum diterapkan dengan adil dan memihak pada

kebenaran; memperkuat kearifan lokal dan hukum adat untuk

memperkaya sistem hukum dan peraturan melalui pemberdayaan

yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaruan materi hukum

nasional; dan Meningkatkan budaya hukum antara lain melalui

pendidikan dan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan

serta perilaku keteladanan dari kepala negara dan jajarannya dalam

mematuhi dan menaati hukum serta penegakan supremasi hukum.

19

Page 20: Membangun Ketahanan Sosial Budaya

DAFTAR BACAAN

Anonim, Budaya, Wikipedia Indonesia, 2007

Anonim, Kebudayaan Indonesia, Wikipedia Indonesia, 2007

Anonim, Ketahanan Nasional dan Pengembangannya, Pokja Geostrategi dan Ketahanan Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional RI Jakarta, 2004.

Anonim, Pilkada : Masalah dan Prospek, CSIS, 2004

Anonim, Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya dan Kearifan Lokal menghadapi Pilkada Langsung, Program Pendidikan Simpul Demokrasi, Jeneponto, 2007

Anonim, Sosiologi, Wikipedia Indonesia, 2007

Bapennas RI, Pertahanan dan Keamanan Nasional, Jakarta 2008.

Kusni. S, Yang Tercecer dari Supremasi Hukum Selama 2006, Riau Pos, 2006

Mansur Ma’shum, Prof. Ir. Ph.D.,Pembinaan Teritorial Dalam Mendukung Ketahanan Nasional, Denpasar 26 Pebruari 2009

Modul E-learning BS Ketahanan Nasional Lemhannas RI Tahun 2008 :

- Kondisi Ketahanan Nasional;

- Filosofi Ketahanan Nasional Indonesia;

- Konsep Dasar Ketahanan Nasional;

- Pengertian, Konsepsi, Dan Hakekat Tannas;

- Azaz Tannas;

- Implementasi Konsepsi Ketahanan Nasional Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Dan Pembangunan

Mutakin.A, Prof,Dr. Proses Perubahan Sosial Budaya. 2006

Riza. T, Bagaimana Memilih Pemimpin Yang Tepat, Beranda Net, 2004

Safitri. Indra, Paradigma Baru Penegakan Hukum, Insider Online Jurnal, 1999.

Sayidiman Suryohadiprojo, Perencanaan Ketahanan Nasional Dalam Era Reformasi, Jakarta 17 Maret 2009.

Suhyar. H, Resiko Seorang Pemimpin, Antara News, 2006

UU No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN 2005-2025

UU No.7 Tahun 2005 Tentang RPJMN 2004-2009

20