membangun jati diri bangsa indonesia

18
TUGAS SEJARAH INDONESIA NAMA: ASLAN HADI IMAM M. NURUL F.Z WIREN S.

Upload: mashud94jkt

Post on 07-Jul-2015

1.152 views

Category:

Education


22 download

DESCRIPTION

Bab 3 Sejarah Indonesia (wajib)

TRANSCRIPT

TUGAS SEJARAH INDONESIA

NAMA: ASLAN HADI

IMAM M.

NURUL F.Z

WIREN S.

BAB 3

MEMBANGUN JATI DIRI

KEINDONESIAAN

A. MENGANALISIS TUMBUHNYA RUH KEBANGSAAN DAN

NASIONALISME

1. POLITIK ETIS

Politik Etis adalah kebijakan baru yang di buat oleh Ratu Wilhelmina selaku

Ratu Belanda untuk meningkat kan kesejahteraan yang pernah mengalami

penurunan pada abad ke 20. Semua itu di picu oleh berubahnya sistem

administrasi tradisional menjadi administrasi modern yang mana pemerintahan

mengambil alih sistem pemimpin pribumi ke sistem birokrasi kolonial untuk

mengambil posisi penting dari pemimpin daerah ke tangan Belanda. Namun

mendapatkan kritikan yang menyatakan bahawa pemerintahannya telah

mengeksploitasi wilayah jajahan untuk membangun negeri mereka dan

memperoleh keuntungan yang besar.

Awal abad 20, era Politik Etis di pimpin oleh Menteri Jajahan Alexander

W.F. Indenburg yang kemudian menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda ( 1909-

1916 ). Politik Etis memiliki 3 program yaitu, irigasi, edukasi, dan trasmigrasi

yang membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik Negeri

Belanda atas Negara jajahannya. Serta munculnya symbol baru yaitu “kemajuan”.

Zaman kemajuan ditandai dengan bergeraknya kaum wanita yang di pelopori R.A

Kartini yang merupakan inspirasi bagi kaum etis pada saat itu.

Semangat era etis adalah kemajuan menuju moderanitas dengan adanya

pendidikan gaya barat yang membuka peluangbagi mobilitas social masyarakat di

tanah Hindia/Indonesia. Pengaruhnya, muncul sekelompok kecil intelektual

bumiputra (“priyayi baru”) atas kesadaran bahwa rakyat bumiputra harus mampu

bersaing dengan bangsa lain untuk mencapai kemajuan. Para kaum muda

terpelajar inilah yang kemudian membentuk kesadaran “nasional” sebagai

bumiputra di Hindia, dan bergerak bersama “bangsa-bangsa” lain dalam garis

waktu yang tidak terhingga menuju moderanitas. Pemerintah colonial Belanda

juga membentuk Volksraad (Dewan Rakyat) yang sejumlah tokoh Indonesia

bergabung di dalalmnya.

2. PERS MEMBAWA KEMAJUAN

Awal abad ke 20, para priyayi baru menuangkan gagasannya melalui pers (media

cetak) mengenai isu-isu perubahan yang di populerkan yaitu terkait dengan

peningkatan status social rakyat bumiputra dan peningkatan kehidupan di bidang

siosial, ekonomi, budaya dan politik. Pada dekade itu ditandai dengan jumlah

penerbitan surat kabar berbahas melayu yang mengalami peningkatan. Orang-orang

pertama yang aktif dalam dunia pers saat itu adalah orang Indo seperti H.C.O.

Clockener Brousson dari Bintang Hindia, E.F Wigger dari Bintang Baru, dan G.

Francis dari Pemberitaan Betawi. Penertib Tionghoa yang menjadikan pertumbuhan

surat kabar berkembang pesat. R. Tirtodanudja dan R. Mohammad Jusuf. Keduanya

adalah redaktur sinar Djawa, yang dituliskan Honh Thaji Kwee Khaij Khee.

Ketua majalah bulanan insulinde adalah Dja Endar Muda, seorang wartawan

keturunan Tapanuli yang telah menerbitkan surat kabar Pertja Barat dan majalah

bulanan berbahasa Batak, Tapian Nauli. Majalah itulah yang pertama

memperkenalkan slogan “kemajuan” dan “Zaman Maju” .

Majalah itu tidak saja memuat artikel tentang bangsa Hindia Belanda, akan tetapi

juga memuat tentang berita Asia dan Eropa.

Beberapa surat kabar yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan peribumi

yaitu Medan Prijaji (1909-1917) dan juga terbitan wanita pertama yang terbit berkala yaitu

Poetri Hindia (1908-1913). Editornya adalah R.M. Tirtoadisurya memuat tentang tulisannya,

bahwa untuk memperbaiki status dagang “pedagang bangsa islam”, perlu ada organisasi yang

anggota-anggotanya terdiri atas para pedagang sehingga “orang kecil tidak bias dikalahkan

karena mereka bersatu”. Ia di kenal sebagai pendiri sarekat dagang islamijah atau lebih di

kenal dengan SDI ( syarekat dagang islam).

Pada perkembangannya SDI mengubah dirinya menjadi SI (Syarekat Islam) dengan

pemimpin HJ. Samanhudin. Sementara itu anak-anak muda berpendidikan barat di Padang

menerbitkan majalah perempuan Soeara Perempuan (1918) dengan semboyan Vrijheid yang

berarti kemerdekaan bagi anak perempuan untuk ikut dalam kemajuan tanpa hamabatan adat

yang mengekang. Pers Bumiputra mempunyai fungsi untuk mobilisasi pergerakan nasional

pada saat itu. Sinar Djawa memuat tentang perlunya rakyat kecil untuk terus menunutut ilmu

setinggi mungkin. Memuat dua hal penting, yaitu tentang “bangsawan usul” ( keluarga raja-

raja) dan “bangsawan pikiran” ( memiliki gelar).

Surat kabar yang paling mendapat perhatian pemerintah colonial saat itu adalah De

Express yang memuat berita-berita propaganda ide-ide radikal dan kritis terhadap system

pemerintah colonial. Puncaknya didirikan Comite tot Herdenking van Nederlands

Honderdjarige Vrijheid yang di sebut Komite Boemipoetera (1913). Tujuannya untuk

mengumpulkan dana dari rakyat untuk mendukung perayaan kemerdekaan Belanda dan

mengkritik tindakan pemerintahan colonial yang merayakan kemerdekaannya di tanah

jajahan dengan mencari dana dukungan dari rakyat.

Kritik tajam yang terdapat di brosur yang berjudul Als Ik Eens Nederlans Was.

Pemerintahan kolonil menilai tulisan itu dengan menghasut rakyat untuk melawan

pemerintah. Seorang jurnalis bumiputra yang gigih memperjuangkan kebebasan pers di kenal

denga nama Semaun. Ia mengkritik beberapa kebijakan colonial melalui Sinar Hindia.

Kritikannya mengenaia Haatzaai Artiklen, yang menurutnya sebagai saranan untuk

membungkam rakyat dan melindungu kekuasaan colonial dan kapitalis asing.

1. Modernisme dan Reformasi Islam

#Modernisme Islam

Semangat modernisme itu berlandaskan pada pencarian nilai-nilai yang

mengarah pada kemajuan dan pengetahuan. Modernisme di artikan sebagai cara

berpikir dengan peradaban barat, dengan merujuk upaya mengejar

ketertinggalan mendasar etnik kepada agama Islam.

#Reformasi Islam

Gerakan reformasi Islam telah di rintis sumatera barat pada abat ke 19

yang berlanjut ke Jawa dan berbagai daerah lainnya. Pada abad ke 19 gerakan

itu menekankan pada, gerakan salafi melawan kaum adat pada abad ke 20

menekankan pada pencarian etnik modernitas, untuk melawan tradisionalisme

dan kemunduran umat Islam. Pada awal abad ke 20 terdapat empat ulama muda

dari daerah Minangkabau, yaitu :

1. Syeikh Muhammad Taher Jamaluddin ( 1900)

2. Syeikh Muhammad Jamil Jambek (1903)

3. Haji. Abdul Karim Amrullah (1906)

4. Haji. Abdullah Achmad ( 1899)

Mereka ber-empat menyebarkan Gerakan pembaharuan dengan

menggunakan majalah al-imam, untuk keluar dari Minangkabau. Di samping itu

al-imam memuat ajaran agama dan peristiwa penting di dunia.

Hj. Abdullah Achmad yang mendirikan majalah al-munir pada tahun 1909

untuk menyebarkan agama Islam yang di anggap sesungguhnya. Haji. Abdul

Kamrim Amrullah mulai menumbuhkan kesadaran akan perlunya perubahan

metode pengajaran dan system pendidikan tradisional menjadi lebih modern.

Sementara itu berdiri pula sekolah dinniyah di padang pada tahun 1915.

#Organisasi Awal Pergerakan

Budi Utomo lahir dari inspirasi yang dikemukakan oleh Ngabehi Wahidin

Soedirohusodo, seorang dokter Jawa dan termasuk priayi, dalam tahun 1906-

1907. Di saat itu beliau sedang melakukan kampanye di kalangan priayi di

Pulau Jawa. pada akhir tahun 1907, Wahidin bertemu Soetomo, Goenawan

Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Pertemuan tersebut

membahas tentang nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh

dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara

memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh

praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan

sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan

bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk

menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.

Para pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan

sebuah organisasi untuk mewadahi mereka, seperti halnya golongan-golongan

lain yang mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan mereka seperti Tiong

Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk orang Indo-

Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa diharapkan mau

menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi, bahkan

sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum pribumi dengan

mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan rakyat kecil.

Para pemuda itu akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus

mengambil prakarsa menolong rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul

gagasan Soetomo untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang akan

mempersatukan semua orang Jawa, Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa

dan bersedia memikirkan serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini

tidak bersifat eksklusif tetapi terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan,

kekayaan, atau pendidikannya.

Pada awalnya, para pemuda itu berjuang untuk penduduk yang tinggal di

Pulau Jawa dan Madura, yang untuk mudahnya disebut saja suku bangsaJawa.

Mereka mengakui bahwa mereka belum mengetahui nasib, aspirasi, dan

keinginan suku-suku bangsa lain di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera,

Sulawesi, dan Maluku. Apa yang diketahui adalah bahwa Belanda menguasai

suatu wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie),

tetapi sejarah penjajahan dan nasib suku-suku bangsa yang ada di wilayah itu

bermacam-macam, begitu pula kebudayaannya. Dengan demikian, sekali lagi

pada awalnya Budi Utomo memang memusatkan perhatiannya pada penduduk

yang mendiami Pulau Jawa dan Madura saja karena, menurut anggapan para

pemuda itu, penduduk Pulau Jawa dan Madura terikat oleh kebudayaan yang

sama. Pertemuan tersebut berhasil mendorong didirikannya organisasi. Pada

hari Rabu, 20 Mei 1908 di Btaviatepatnya di salah satu ruang belajar STOVIA,

Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan bangsa

dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Dan

kemudian Soetomo ditunjuk sebagai ketuanya.

Tanggal berdirinya Boedi Oetomo hingga saat ini diperingati oleh bangsa

Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada awal berdirinya hingga

bulan Oktober 1908, Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar dengan

pelajar STOVIA sebagai anggota intinya. Tujuan Boedi Oetomo dituliskan

secara samar-samar, yaitu "kemajuan bagi hindia". Ruang geraknya masih

terbatas di Jawa dan Madura dengan tidak membedakan keturunan,jenis

kelamin dan agama. Hingga menjelang kongres pertama terdapat 8 cabang

Boedi Oetomo yaitu Batavia, Bogor, Bandung, Yogyakarta I, Yogyakarta II,

Magelang, Surabaya dan Probolinggo.

Setelah cita-cita Boedi Oetomo mendapat dukungan yang luas dari

kalangan cendekiawan Jawa, kaum pelajar mulai menyingkir dari barisan

depan. Karena para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai

mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh

karena itu, sebagian dari mereka menginginkan "kaum tua"-lah yang harus

memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor

yang akan menggerakkan organisasi itu. ketika kongres Boedi Oetomo

berlangsung di Yogyakarta, kongres tersebut mengangkat Tirtokusumo, Bupati

Karanganyar, sebagai ketua baru dan Yogyakarta sebagai pusatnya. Namun,

dalamperkembangannya Tirtokusumo sebagai ketua yang baru lebih cenderung

memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial daripada reaksi penduduk

pribumi.

Setelah persetujuan dari pemerintah kolonial sebagai badan hukum

diberikan, diharapkan organisasi Boedi Oetomo akan lebih melancarkan

kegiatannya secara luas. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, Boedi

Oetomo segera menjadi lamban. Hal itu disebabkan adanya kesulitan keuangan

dan banyak Bupati yang sebelumnya menjadi anggota Boedi Oetomo,

mendirikan organisasi sendiri.

Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi

Boedi Oetomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan

Goerge Desa dan beberapa petisi kepada pemerintah agar meningkatkan mutu

sekolah menengah pertama. Pemerintah kolonial yang mengawasi

perkembangan boedi Oetomo sejak berdirinya dengan penuh perhatian akhirnya

pengaruh Boedi Oetomo terhadap kaum pribumi tidak begitu besar.

Ketika Perang Dunia terjadi pada tahun 1914, ada usaha untuk

mengembalikan usaha kekuatan Boedi Oetomo. Adanya bahaya intervensi

pihak asing ke wilayah Indonesia menjadi alasan bagi bagi Boedi Oetomo untuk

mengjukan usul tentang perlunya wajib militer bagi kaum pribumi. kemudian

dikirim misi ke Belanda oleh komite Indie Weerbaar ( Hindia yang

berketahanan ). periode tahun 1916-1917 merupakan masa yang sangat amat

berhasil bagi Boedi Oetomo. Dwidjosewoyo sebagai wakil Boedi Oetomo

dalam misi tersebut berhasil melakukan pendekatan dengan pemimpin-

pemimpin Belanda.Namun, usulan tentang wajib militer gagal. sebagai

gantinya, dikeluarkan undang-undang tentang pembentukan volksraad(Dewan

Rakyat) yang disahkan pada Bulan Desember 1916.

Saat terjadi krisis pada Bulan November 1918 di Negeri Belanda, mereka

menuntut perubahan bagi volksraad dan kebijakan pemerintah kolonial pada

umumnya. Oleh karena itu, pada tahun 1919 dibentuk suatu komisi untuk

mengadakan penyelidikan perlunya perbaikan ketatanegaraan. Akhirnya Boedi

Oetomo menyadari tentang perlunya suatu gerakan politik dan menggalang

dukungan massa sehingga unsur-unsur radikal dalam tubuh Boedi Oetomo pun

mulai besar pengaruhnya. akan tetapi, segera setelah itu kebijakanplitik yang

;lebih kerasdilakukan oleh Gubernur Jendral Mr. D.Fock dan anggaran

pendidikan dikurangi secara drastis. Akibatnya, terjadi perpecahan antara

golongan moderat dan radikal di dalam Boedi Oetomo. Pada tahun 1924, Dr.

Soetomoyang merasa tidak puas dengan Boedi Oetomo mendirikan

Indonesische Studie Club di Surabayayang kemudian berkembang menjadi

Persatuan Bangsa Indonesia(PBI).

Sebab utama pembentukan Indonesische Studie Club adalah Dr.

Soetomo dan juga pemimpin Nasionalislainnya menganggap asas "Kebangsaan

Jawa" dan Boedi Oetomo tidak sesuai lagi. Karena Boedi Oetomo tidak pernah

mendapatkan dukungan massa, kedudukannya secara politik kurang begitu

penting. Namun, satu hal yang penting adalah dari dal;am Boedi Oetomo telah

muncl benih semangat nasional yang pertama.

SAREKAT ISLAM

Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan

perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji

Samanhudi di Solo pada tahun 1911, dengan tujuan awal untuk menghimpun

para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing

dengan pedagang-pedagang besar timur. Pada saat itu, pedagang-pedagang

tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih

tinggi dari pada penduduk Indonesia lainnya. Kebijakan yang sengaja

diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kemudian menimbulkan

perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi.

SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam

dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H.

Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan

yang berpengaruh.Setahun kemudian, pada bulan November 1912, nama SDI

diubah menjadi Sarekat Islam (SI) dengan ketuanya Haji Oemar Said

Tjokroaminoto . Hal ini dilakukan agar keanggotaannya lebih luas, bukan hanya

dari kalangan pedagang.

Permasalahan utama yang menjadi inti perlawanan Sarekat Islam

ditunjukkan terhadap setiap bentuk penindasan dan kesombongan

rasial.Berbeda dengan Boedi Oetomo, keanggotaan Sarekat Islam bersifat

terbuka sehingga berhasil menyentuh lapisan masyarakat bawah yang sejak

berabad-abad paling banyak menderita. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya,

dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:Mengembangkan jiwa

dagang.Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang

usaha.Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya

derajat bumiputra.Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai

agama Islam.Hidup menurut perintah agama.

SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan

Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan

tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.

Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Pada waktu

SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg

menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam

anggaran dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI

menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang

ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial.

Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan

kekhawatiran pemerintah Belanda.

SI merupakan organisasi pertama di Indonesia yang antara tahun 1917

dan 1920 pengaruhnya sangat terasa dalam perkembangan politik Indonesia.

Coraknya yang demokratis dan kesiapannya untuk berjuang secara radikal

mendekatkan beberapa cabang SI beserta pemimpinnya kepada ajaran Marxis.

Penggunaan teori Marxis untuk perjuangan melawan imperialisme dipelopori

oleh SI cabang Semarang yang dipimpin oleh Semaun dan Darsono.

Masuknya ajaran-ajaran marxis menimbulkan krisis dalam tubuh SI

antara pendukung paham Islam dan penganut ajaran Marxis. Perdebatan seru

terjadi antara H.A. Agus Salim-Abdul Muis pada satu pihak dengan Semaun-

Tan Malaka pada lain pihak. Pada tahun 1921, melalui kebijakan " Disiplin

Partai" golongan kiri dalam tubuh SI dapat disingkirkan . Kebijakan "Disiplin

Partai" melarang anggota SI memiliki anggota ganda dalam organisasi

pergerakan nasional. Mereka terdepak dan menamakan dirinya Sarekat Rakyat

(SR).

Aktivitas SI yang lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh

sebagian anggotanya. Mereka menginginkan SI lebih banyak memperhatikan

masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu, SI memutuskan untuik bekerja

sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi Partai Sarekat

Islam. Sehubungan dengan semakin luasnyasemangat persatuan setelah Sumpah

Pemuda, nama tersebut diubah menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII)

pad tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus Salim.

INDISCHE PARTIJ

Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.

organisasi ini juga dimaksudkan sebagai pengganti organisasi Indische Bond,

sebagai organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang didirikan pada tahun

1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal sebagai tiga serangkai, yaitu

E.F.E Douwes Dekker(Danudirja Setiabudhi), Cipto Mangunkusumo dan

Suwardi Suryadiningrat( Ki Hajar Dewantara). Indische Partij, yang

berdasarkan golongan Indo yang makmur, merupakan partai pertama yang

menuntut kemerdekaan Indonesia.

Partai ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah

kolonial Hindia Belanda tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan

dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda

di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi ini dianggap

oleh pemerintah kolonial saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme

rakyat dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah

kolonial Belanda.

Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan

sebagian besar anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite

Boemi Poetra.

PERHIMPUNAN INDONESIA

Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr.Soetomo dan

Herman Kartawisastra. organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische

Vereeniging. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah

tenar digunakan oleh para pemrakarsa Politik etis. Para anggota Indonesische

juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan

Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwi bulanan, dengan

16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan

kembali Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide

antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik

mengenai praktek sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan

petani.

Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923, Indonesische

mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi

kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun 1924, saat M. Nazir

Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi

Indonesia Merdeka. Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi

ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926

hingga 1930, sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun.

Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana propaganda

tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda.

Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain:

Achmad Soebardjo, Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, Prof Mr

Sunario Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdul Madjid, Sutan Sjahrir, Sutomo,

Ali Sastroamidjojo, dll.

PARTAI KOMUNIS INDONESIA

Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet

pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV)

atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada

dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP

(Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang

aktif di Hindia Belanda

Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa

Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf

Baars.

Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan

Indonesia. Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari

semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia.

Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti

kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan

kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada

1917, kelompok reformis dari ISDV memisahkan diri dan membentuk partainya

sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial Hindia.

Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa

Melayu, "Soeara Merdeka".

Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober

seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil

mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang

ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam

waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917,

para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan

angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah dewan soviet.

Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan ISDV.

Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para

pemimpin pemberontakan di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman

penjara hingga 40 tahun.

ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di

bawah tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain,

Soeara Ra’jat. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan paksa,

ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan organisasi

ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang

Indonesia.

Pembentukan Partai Komunis

Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat

Islam. Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para

anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam

melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar

ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja

membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan

membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang

(Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di

Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai.

PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari

Komunis Internasional. Henk Sneevliet 1920. mewakili partai ini pada

kongresnya kedua Komunis Internasional pada

Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi

Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pemberontakan 1926

Pada November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan

pemerintahan kolonial di Jawa Barat dan Sumatra Barat. PKI mengumumkan

terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal

oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang

ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven

Digul, sebuah kamp tahanan di Papua . Beberapa orang meninggal di dalam

tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran

pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis.

Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu,

PKI kemudian bergerak di bawah tanah.

Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di

dalam perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas

oleh Tan Malaka, salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa

terutama di Sumatra. Penolakan tersebut membuat Tan Malaka di cap sebagai

pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan Revolusi

Rusia. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di

Jawa terjadi. Semisal Pemberontakan Silungkang di Sumatra.

Pada masa awal pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan

diri, terutama karena banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935

pemimpin PKI Moeso kembali dari pembuangan di Moskwa, Uni Soviet, untuk

menata kembali PKI dalam gerakannya di bawh tanah. Namun Moeso hanya

tinggal sebentar di Indonesia. Kini PKI bergerak dalam berbagai front, seperti

misalnya Gerindo dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di

antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis,

Perhimpoenan Indonesia , yang tak lama kemudian berada di dalam kontrol PKI

.

Peristiwa Madiun 1948

Pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 pihak Republik Indonesia dan

pendudukan BelandaPerundingan Renville. Hasil kesepakatan perundingan

Renville dianggap menguntungkan posisi Belanda. Sebaliknya,RI menjadi

pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang dimiliki.Oleh

karena itu, kabinet Amir Syarifuddin diaggap merugikan bangsa, kabinet

tersebut dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Ia terpaksa menyerahkan mandatnya

kepada presiden dan digantikan kabinet Hatta.

Selanjutnya Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat

(FDR) pada 28 Juni 1948. Kelompok politik ini berusaha menempatkan diri

sebagai oposisi terhadap pemerintahan dibawah kabinet Hatta. FDR bergabung

dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan suatu perebutan

kekuasaan.

Beberapa aksi yang dijalankan kelompok ini diantaranya dengan

melancarkan propaganda antipemerintah, mengadakan demonstrasi-

demonstrasi, pemogokan, menculik dan membunuh lawan-lawan politik, serta

menggerakkan kerusuhan dibeberapa tempat.

Sejalan dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis

yang sejak lama berada di Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan

Amir Syarifuddin untuk menentang pemerintah, bahkan ia berhasil mengambil

alih pucuk pimpinan PKI. Setelah itu, ia dan kawan-kawannya meningkatkan

aksi teror, mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan menjelek-jelekan

kepemimpinan Soekarno-Hatta.

Puncak aksi PKI adalah pemberotakan terhadap RI pada 18 September

1948 di Madiun, Jawa Timur.T ujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan

negara RI dan menggantinya dengan negara komunis. Dalam aksi ini beberapa

pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama dan rakyat yang dianggap

musuh dibunuh dengan kejam. Tindakan kekejaman ini membuat rakyat marah

dan mengutuk PKI.

Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang menghadapi

Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar

Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel

Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan

pemberontakan PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali

oleh TNI dan polisi. Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak mati sedangkan

Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman

mati.Bangkit kembali

Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya, dengan organ-

organ utamanya yaitu Harian RakjatBintang Merah. Pada 1950-an, PKI

mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan

mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang diambil

oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk pemimpin-

pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai

pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak satupun di antara mereka yang

berusia lebih dari 30 tahun. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan sangat

cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954

dan bahkan 1,5 juta pada 1959.Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian

pemogokan militan, yang diikuti oleh tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di

Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali bergerak di bawah

tanah untuk sementara waktu.

PARTAI NASIONAL INDONESIA

Partai Nasional Indonesia (PNI) dibentuk di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927

dengan tokoh-tokohnya Ir.Soekarno, Iskaq, Budiarto, Cipto Mangunkusumo,

Tilaar, Soedjadi, Sunaryo. Dalam pengurus dasar PNI, Ir.Soekarno ditunjuk

sebagai ketua, Iskaq sebagai sekertaris/bendahara, dan Dr.Samsi sebagai

komisaris. Sementara itu, dalam perekrutan anggota disebutkan bahwa mantan

PKI tidak diperkenankan menjadi anggota PNI, juga pegawai negeri yang

memungkinkan berperan sebagai mata-mata pemerintah kolonial.

Dalam anggaran dasarnya dinyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja

untuk kemerdekaan Indonesia. Tujuan tersebut hendak dicapai dengan asas

"Percaya Pada Diri Sendiri". Artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi

danm sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri. Sifatnya yang non-

kooperatif diwujudkan antara lain dengan tidak ikut dalam dewan-dewan yang

dibentuk oleh pemerintah kolonial.

Cabang-cabang pertama PNI didirikan di Bandung, Surabaya, dan

Batavia. Menyusul kemudian dalam tahun 1928 berdiri beberapa cabang

lainnya, seperti di Jogjakarta,Semarang, Pekalongan, Palembang, Makasar dan

Manado. Akhirnya, jumlah anggota PNI meningkat secara drastis. Kenaikan

tersebut merupakan hasil dari propaganda yang sanmgat aktif dilakukan. Jelas

sekali bahwa popularitas rapat-rapat umum yang diselenggarakan oleh PNI itu

disebabkan oleh pengaruh Ir.Soekarno dengan pidato-pidatonya yang sangat

menarik perhatian rakyat.

Ada dua macam cara dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan

pengaruhnya di dalam masyarakat.

1) Usaha ke dalam, yaitu usaha-usaha terhadap lingkungan sendiri,

antara lain mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah

dan bank-bank.

2) Usaha ke l;uar dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan

PNI, antara lain melalui rapat-rapat umum dan menerbitkan surat

kabar Banteng Priangan di Bandung dan Persatuan Indonesia di

Batavia.

Kegian PNI yang cepat dapat menarik masa yang sangat mencemaskan

pemerintah kolonial Belanda. Gubernur Jendral yang berkuasa pada waktu itu

dalam pembukaan sidang Volskraad pada tanggal 15 Mei 1928 mengharapkan

kesadaran rakyat terhadap Nasionalisme yang ekstrem. Dikemukakan juga

bahwa sikap non-kooperatif yang dijalnkan oleh PNI bersifat bermusuhan

terhadap pemerintah. Meskipun ada peringatan halus tersebut, cabang-cabang

PNI malah bermunculan di berbagai wilayah Indonesia.

Propraganda PNI menimbulkan zaman baru dalam pikiran dan perasaan

orang Indonesia. Dalam melaksanakan kegiatannya, PNI juga banyak dibantu

oleh tokoh-tokoh mantan Perhimpunan Indonesia. Apabila dibandingkan

dengan jumlah anggota Serekat Islam , jumlah anggota PNI jauh lebih kecil.

Akan tetapi, pengaruh Ir.Soekarno sebagai pemimpin PNI dan pemimpin

Indonesia telah meluas dan meresap di kalangan masyarakat Indonesia.

Sukses yang diciptai oleh PNI tidak lepas dari paham yang dianutnya,

yaitu marhaenime. kata marhaen menurut Soekarno adalah nama seorang petani

kecil yang di jumpainya dan menurutnya mewakili kelas sosial yang rendah

(dapat dibandingkan dengan sebagai golongan proletar).

Tindakan progresip PNI dilakukan dengan melakukan rapat-rapat umum

yang selalu dibanjiri massa. hal itu tidak lepas dari peran Ir. Soekarno sebagai

orator ulung. oleh karena itu, pemerintah kolonial mengangap tindakan PNI

sebagai hasutan terhadap rakyat, bahkan di anggap sebagai serangan kaum

komunis kedua setelah pemberontakan PKI tahun 1926. Kemajuan yang dicapai

oleh PNI juga telah menghawatirkan orang-orang reaksioner belanda di

Indonesia. mereka kemudian membentuk Vanderlandsche Club pada tahun

1929. organisasi itu kemudian mendesak kepada pemerintah kolonial agar

menganbil tindakan yang tegas terhadap PNI.

Peningkatan kegiatan rapat-rapat umum di cabang-cabang sejak bulan

Mei 1929 menimbulkan suasana yang tegang. Pemerintah kolonial Belanda

lebih banyak melakukan pengawasan secara tegas terhadap kegiatan-kegiatan

PNI yang dianggap membahayakan keamanan dan ketertiban. Akhirnya,

pemerintah Hindia Belanda beanggapan bahwa tiba saatnya untuk melakukan

tindakan terhadap PNI. Bahkan, Gubernur Jendral de Graeff telah mendapatkan

tekanan dari golongan konservatif Belanda yang tergabung dalam

Vanderlandsche Club untuk bertindak tegas karena mereka berkeyakinan bahwa

PNI melanjutkan teka-teki PKI.

Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan penangkapan-

penangkapan dan penggeledahan-penggeledahan di banyak tempat. Pada

tanggal 29 Desember 1929, Ir.Soekarno(ketua PNI), R.Gatot

Mangkupraja(sekertaris II PB PNI ), Maskoen Sumadireja(sekertaris II

pengurus PNI cabang Bnadung), dan Supriadinata(anggota PNI cabang

Bandung) ditangkap oleh polisi Jogjakarta.Empat tokoh PNI ditangkap tersebut

kemudian diajukan ke pengadilan di Bandung.

Sidang pengadilan itu dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Dalam

sidang tersebut, Ir.Soekarno membacakan pidato pembelaan berjudul Indonesia

Menggugat. Dalam pidato pembelaannya itu, Ir.Soekarno menandaskan "kini

telah jelas bahwa pergerakan nasional di Indonesia bukanlah bikinan kaum

intelektual dan kaun komunis saja, tetapi merupakan reaksi umum yang wajar

dari rakyat jajhan yang dalam batinnya telah merdeka. revolusi industrinya

adalah revolusi zaman sekarang, sekarang bukan revolusinya sekelompok

kelompok kecil kaum intelektual, tetapi revolusinya bagian terbesar rakyat

Dunia yang terbelakang dan diperbodoh ". Pada tanggal 22 Desember 1930,

para pemimpin PNI tersebut dijatuhi hukuman penjara di Suka Miskin,

Bandung.

# Pertanyaan

1. Apa yang menyebabkan Ratu Wilhelmina mengubah kebijakan lama

menjadi kebijakan baru untuk rakyat Hindia Belanda?

2. Apa yang menyebabkan colonial Belanda membentuk Volksraad ?

3. Kemajuan apa saja yang dihasilkan oleh Dja Endar Muda di bidang

media cetak?

4. Apa makna dari semboyan Vrijheid?

5. Bagaimana isi dari kritikan yang terdapat di brosur Als Iks Eens

Nederlander Was ?

6. Dalam kritikannya mengenai haatzaai artiklen, bagaimana Semaun

menggambarkan Pemerintahan Kolonial Belanda pada saat itu?

7. Apa yang melatarbelakangi semangat modernisme Islam ?

8. Siapa yang mempelopori Gerakan reformasi Islam ?

9. Bagaimana caranya menyebarkan gerakan pembaharuan Islam ?