memahami hadis kepemimpinan...

90
MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISY Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: HARI PUTRA Z NIM: 1112034000009 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M.

Upload: truonghuong

Post on 23-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISY

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

HARI PUTRA Z

NIM: 1112034000009

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M.

Page 2: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

i

MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISY

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Hari Putra Z

NIM. 1112034000009

Pembimbing

Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A

NIP. 19770120 200312 1 003

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M.

Page 3: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy
Page 4: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

Page 5: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

iv

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan

Quraisy yang diriwayatkan oleh al-Bukhāri, hadis tersebut secara tekstual

mengisyaratkan bahwa kepemimpinan berada di tangan Quraisy, jika hadis tersebut

dipahami demikian, tentu akan menimbulkan masalah karena Islam sudah

menyebar keberbagai belahan dunia dan dianut oleh bermacam ras, suku dan

bangsa. Berangkat dari permasalahan tersebut penulis perlu melakukan penelitian

terhadap hadis kepemimpinan Quraisy.

Penelitian ini mencoba melakukan studi pemahaman hadis terhadap hadis

kepemimpinan Quraisy secara komprehensif serta mencoba mengaplikasikannya

untuk Indonesia masa sekarang. Penelitian ini dalam penulisannya berbentuk kajian

pustaka dan teknik pengumpulan data bersifat kualitatif yang dibantu dengan

metode takhrij hadis, untuk menganalisa menggunakan metode analisis deskriptif,

langkah-langkahnya dengan pengumpulan data tentang hadis kepemimpinan

Quraisy dan beberapa pendapat ulama serta pakar tentang pemimpin, kegiatan ini

berguna untuk memahami apa itu pemimpin dan kepemimpinan serta mengetahui

kualiatas hadis yang menjadi objek penelitian ini, dalam memaknai hadis tersebut

penelitian ini menggunakan metode Semantik, yaitu metode yang menggunakan

tanda dalam menggali makna, kata Quraisy diposisikan sebagai tanda untuk

dianalisa agar menghasilkan makna konotasi sebagai makna lapis kedua/ makna

lain yang bersifat implisit/ tersembunyi. Metode-metode tersebut ditempuh,

kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan

bagaiman makna hadis kepemimpinan Quraisy tersebut.

Setelah semua langkah tersebut ditempuh, maka dari hasil penelitian

ditemukan bahwa kata Quraisy yang dimaksud oleh Nabi Saw. dalam matan hadis

tersebut bersifat simbolik, kata Quraisy merujuk kepada keriteria-kriteria yang

hanya dimiliki suku Quraisy kala itu yaitu: mempunyai keluhuran tata sosial

(amanah, mempunyai solidaritas yang kuat), dominan dan berpengaruh (cerdas,

kekuatan sosial ekonomi yang cukup kuat sehingga mampu memberikan

perlindungan kepada anggota yang mengikuti/ dipimpin). Setelah menemukan

secara utuh tentang makna hadis kepemimpinan Quraisy tesebut, penelitian ini

mencoba mengaplikasikan hadis tersebut untuk konteks Indonesia masa sekarang.

Semua langkah-langkah yang ditempuh merupakan bentuk jawaban dari rumusan

masalah penelitian ini, yakni: Memahami Hadis kepemimpinan Quraisy. Maka

diambil kesimpulan bahwasanya yang berhak memegang kepemimpinan di

Indonesia adalah yang mempunyai keluhuran tata sosial, dominan serta

berpengaruh atau yang mempunyai karakteristik-karakteristik suku Quraisy dahulu.

Page 6: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulilah sebagai bentuk rasa syukur penulis

kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kekuatan jasmani, rohani, taufik,

rahmat dan hidayahNya, serta kemudahan dan kesabaran dalam menghadapi

berbagai kesulitan dan cobaan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

berbingkiskan salam semoga tercurah dan dilimpahkan kepada Nabi Muhammad

Saw. rasul penutup para nabi, serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya di akhir zaman.

Skripsi ini merupakan satu di antara tugas yang harus diselesaikan dalam

rangka mendapatkan gelar Sarjana Agama Islam Fakultas Ushuluddin, jurusan Ilmu

Al-Quran dan Tafsir, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Judul skripsi ini adalah “Memahami Hadis kepemimpinan Quraisy”. Pada

penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan, maka tentunya

skripsi memerlukan perbaikan. Oleh karena itu penulis sangat menerima kritikan

dan saran yang bersifat konstruktif.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sanak-saudara yang telah

memberikan dukungan terhadap penelitian ini dalam banyak bentuk, yakni kepada:

1. Prof Dede Rosyada, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

beserta seluruh jajaranya.

Page 7: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

vi

3. Dr. Lilik Umi kaltsum, M.A, dan Dra. Banun Binaningrum M.Pd, selaku

Ketua dan Sekertaris Jurusan Tafsir Hadits.

4. Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A, selaku dosen pembimbing penulis, serta

guru yang telah memberikan ilmunya, pengalaman serta pengarahan dalam

proses penulisan skripsi ini.

5. Dr. Abd. Moqsith, M.A selaku dosen pembimbing akademik penulis yang

dari semester pertama telah memberikan ilmunya.

6. Seluruh dosen fakultas Ushuluddin yang dalam mendidik, memberikan

ilmu, pengalaman serta pengarahan kepada penulis selama jadi mahasiswa.

7. Kepada Almarhum Inyiak Syeikh Ibrahim Musa dan Almarhum Inyiak

Khatib Muzakkir yang menjadi inspirasi sekaligus guru bagi penulis.

8. Kepada orang tua penulis, Papa Zettyawarman dan Mama Delfi Maksis dan

Uwa Multi Afrida atas doa, nasehat, kerja keras, ketabahan, kesabaran, rela

susah payah, semua ini agar anak-anaknya menjadi anak Shalih dan

Shalihah.

9. Kepada kawan-kawan pejuang Skripsi; Luci, Hilmi, Haris, Amar, Basit,

Adi, Ucup 1, Ucup 2, Arai, Arif, Pajar, Abal dan duo Lili Dewi yang selalu

istiqomah untuk kajian demi selesainya skripsi kita. Kawan-kawan TH A

2012 yang dari awal selalu ngopi dan berjuang bersama dan juga kepada

keluarga besar Pondok Adil.

10. Seluruh pihak yang telah membantu proses kuliah penulis dan proses skripsi

ini yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu.

Page 8: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

vii

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Tidak

dimungkiri masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penelitian

ini menerima segala saran dan kritikan demi perbaikan dan kemajuan penelitian

dimasa mendatang. Terima kasih.

Ciputat, 19 Desember 2017

Hari Putra Z

Page 9: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik

Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

a. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h ha dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ´ ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

Page 10: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

ix

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof ء

y ye ي

b. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,

terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau

diftong. Untuk vocal tunggal, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah

i kasrah

u dammah

Ada pun untuk vokal rangkap, ketentuan alihaksaranya adalah

sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Page 11: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

x

ي ai a dan i

و au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alihaksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

â a dengantopi di atas ى

î i dengantopi di atas ى ي

û u dengantopi di atas ىو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-

diwân bukan ad-diwân.

Syaddah(Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ), dalam alihaksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

Page 12: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

xi

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

Misalnya, kata الض رورة tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah,

demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta

marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika

huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menja dihuruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No TandaVokal Latin Keterangan

tarîqah طريقة 1

al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2

Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Huruf Kapital

Meski pun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam alihaksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan

mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat,

huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting

diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis

Page 13: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

xii

dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid

Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat

diterapkan dalam alihaksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak

miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu

ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alihaksaranya.

Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-

Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânirî.

Page 14: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4

C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6

F. Metodologi Penelitian ................................................................ 10

1. Metode Penelitian ................................................................ 12

2. Teknik Penulisan .................................................................. 12

G. Sistematika Penulisan ................................................................ 12

BAB II DEFINISI SERTA RAGAM PEMIMPIN

A. Defenisi Pemimpin dan Kepemimpinan .................................... 15

1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ......................... 15

2. Sebab-musabab Munculnya Pemimpin ............................... 19

3. Tipe dan Gaya Kepemimpinan ............................................ 20

4. Syarat-syarat Kepemimpinan ............................................... 21

B. Kepemimpinan Menurut Pemikir Islam .................................... 24

1. Khazanah Lafaz-lafaz yang Mengisyaratkan Pemimpin

Dalam Islam ......................................................................... 24

2. Landasan dan Urgensi Kepemimpinan Dalam Islam ........ 30

3. Tujuan Kepemimpinan Menurut Islam .............................. 34

4. Prinsip-prinsip Kepemimpinan menurut Islam .................. 37

C. Kepemimpinan di Indonesia ...................................................... 40

1. Bentuk Pemerintahan Indonesia ......................................... 40

2. Sitem Pemerintahan Indonesia ............................................ 41

Page 15: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

xiv

BAB III SEPUTAR TEKS HADIS QURAISY

A. Ketersebaran Periwayatan ......................................................... 44

B. Siapa itu Quraisy? ....................................................................... 56

1. Sejarah Quraisy ........................................................ 57

2. Populasi dari Masyarakat Quraisy ................................ 59

3. Kekuatan Ekonomi dan Politik Suku Quraisy ............. 61

C. Hadis Kepemimpinan Quraisy Sebagai Simbol ....................... 64

D. Hadis Kepemimpinan Quraisy Dalam Konteks

Keindonesiaan ............................................................................. 67

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 70

B. Saran ........................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 73

Page 16: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemimpin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/ KBBI secara bahasa

berarti orang yang memimpin.1 Di dalam sistem pemerintahan Islamiah, seseorang

yang melaksanakan fungsi kekhilafahan, keimaman dan keamiran disebut khalifah,

Khalifah berasal dari kata khalafa yang berarti pengganti,2 yaitu “seseorang yang

menggantikan tempat orang lain dalam beberapa persoalan.”3 Menurut istilah,

khalifah adalah pemimpin yang menggantikan Nabi dalam tanggung jawab umum

terhadap agama untuk membuat manusia tetap mengikuti aturan-Nya dalam

keadilan di depan kebenaran sebagai khalifah Rasul dalam memelihara agama dan

mengatur dunia.4

Di dalam buku Fiqh Siasah karangan Pulungan J. Suyuti yang mengutip

perkataan Al-Maududi (w. 1979 H) mengatakan bahwa khalifah adalah pemimpin

tertinggi dalam urusan agama dan dunia sebagai penganti Rasul. Dengan demikian

kata khalifah yang semulanya pengganti telah berkembang menjadi titel atau

gelaran pemimpin tertinggi masyarakat muslim.5 Dalam pengertian yang terbatas,

pemimpin ialah seorang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas

1 “Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KBBI Online)”. Artikel diakses pada 16 Januari

2018 dari https://kbbi.web.id/pimpin. 2 H. Mahmud Yunus, Arab Indonesia, (Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,

2007), h. 122. 3 Pulungan J. Suyuti, Fiqh siasah, Ajaran, Sejarah Dan Pemikira (Jakarta: PT Radja

Grafindo Persada, 1999), h. 48. 4 Pulungan J. Suyuti, Fiqh siasah, Ajaran, Sejarah Dan Pemikira, h. 48. 5 Pulungan J. Suyuti, Fiqh Siasah, Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran, h. 49.

Page 17: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

2

persuasifnya, dan penerimaan sukarela oleh para pengikutnya.6 Menurut

Muhammad Rasyid Ridha (w. 1354 H), Khalifah adalah pemerintahaan Islam yang

berorientasi untuk kemaslahatan agama dan dunia,7 yang berarti seorang pemimpin

mempunyai kepandaian dalam mengurus urusan dunia dan cakap dalam masalah

keagamaan. Dipertegas oleh al-Ghazali (w. 505 H), kepemimpinan merupakan tata

nilai/ sistem yang diusung untuk sebuah kemaslahatan yang lebih besar karena

mencakup seluruh aspek kehidupan sebuah bangsa. bahasa, agama, seni serta

norma-norma, seorang pemimpin yang memang tidak bisa dijamin dengan kualitas

dan ukuran ibadah seseorang.8 Ada kemampuan-kemampuan dan spesifikasi

khusus yang harus menjadi dasar fundamental bagi seseorang untuk mampu

memimpin. Dan menurut George R. kepemimpinan adalah kegiatan memengaruhi

orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan- tujuan kelompok.9

Namun, di dalam kitab Irsyādu al-Sari li Syarhi Sahih al-Bukhāri disebutkan

ke-khalifahan itu yang pantas mendapatkan adalah orang Quraisy,10 sebagaimana

juga dikatakan dengan jelas oleh Nabi Saw melalui hadis berikut:

6 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 33. 7 Muhammad Rasyid Ridho, al-Khilafah (Mesir: al-Zahro ulama al-Arobi, T.tt) juz 1, h. 17. 8 Pemimpin menurut al-Ghazāli (w. 505 H) wajib melaksanakan salat jumat dan

menggunakan waktu tersebut untuk bertafakkur. Ketika Nabi Muhammad Saw. misalnya bersabda

bahwa hari jum’at adalah “sayyid al-ayyām”, maka dalam konteks kepemimpinan, ia merupakan

hari penting untuk mempertimbangkan segalanya. Boleh seorang pemimpin mengabaikan hari-hari

lainnya karena berbagai kesibukan yang dimiliki, tapi tidak hari jumat. Tapi yang perlu diperhatikan,

kewajiban salat jumat sebagaimana yang dimaksud al-Ghazāli di atas sama sekali tidak ada kaitannya dengan seorang pemimpin itu harus muslim. Agama dan keyakinan seseorang bukanlah

tolak ukur serta jaminan kualitas kadar keadilan seorang pemimpin. Sebagai khalifah Allah di muka

bumi, ada hal lain yang mesti dipenuhi yaitu berupa pengetahuan dan daya jangkau nalar yang luas.

Ini seperti yang diperlihatkan oleh al-Imām al-Ghazāli ketika beliau mendudukkan beberapa tokoh

pemimpin ideal yang berasal dari non-Islam seperti Raja Kisra Anusyirwan. Baca: al-Imām al-

Ghazāli, Al-Tibr al-Masbūk fi Naṣihat al-Mulūk, h. 44. 9 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2001),

h. 49. 10 Ahmad ibn Muhammad ibn Abu Bakr ibn Adullmalik al-Qastalānī, Irsyādu al-Sari li

Syarhi Sahih al-Bukhāri (Mesir: al-Mathba’ah al-Kubra, 1323 H), h. 6.

Page 18: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

3

Redaksi Hadis:

ث نا أبو اليمان أخبن شعيب عن الزهري قال كان ممد بن جبي حد عا أ أهب ب م د عي بن ن قحان ك أ أهب سيكون د ن ق ر ش أن عبد الل بن عمر ا هو عنده ف فد ب ف ف

نك فأثن عى الل با هو أهب ث ن أن رجالا ا ب عد فإهب ب ف قال أ لي ثون أحا د ي كي الكي فإي لئك جه أ كتاب الل ل توث ر عن رسول الل صى الل عيب سي ال ت ا ار ف ق ر ش ل ول إن هذا ا رسول الل صى الل عيب سي ع س هي أحد إل أهها فإ عا

وا الد ن ا أقا ف النار عى جهب 11كبب الل

“Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami

Syu’aib dari al-Zuhri mengatakan, bahwa Muhammad ibn Jubair menceritakan,

Mu’awiyah mendapat informasi darinya, ketika itu Jubair berada di sampingnya

saat berada dalam rombongan Quraisy, bahwa Abdullah ibn Amru menceritakan,

bahwa akan ada yang menjadi raja dari orang Qahtan, maka dia seketika murka,

ia lalu berdiri dan memanjatkan puji-pujian kepada Allah dengan pujian

semestinya, kemudian mengatakan; ‘Amma ba’d. Telah sampai berita kepadaku

bahwa beberapa orang di antara kalian menceritakan hadist yang tidak terdapat

dalam kitabullah dan tidak pula berasal dari Rasulullah , mereka itu adalah orang-

orang jahil (bodoh) dari kalian, jauhilah olehmu angan-angan yang menyesatkan,

sebab aku mendengar Rasulullah bersabda: “Kepemimpinan ini di (tangan)

Quraisy, tidaklah seseorang memusuhi mereka (orang-orang Quraisy), kecuali

Allah yang menelungkupkannya (yang memusuhi) dalam neraka di atas wajahnya,

selama mereka (orang Quraisy) menegakkan agama.”

Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa tidak ada yang boleh mengurusi

masalah kepemimpinan atau kekhalifahan kecuali orang Quraisy, namun sebelum

benar-benar mengamini pemahaman tersebut, sebaiknya ditinjau terlebih dahulu

konteks kesejarahan yang melahirkan pemahaman ini. Apakah benar hadis ini

dipahami sebagaimana yang tertera di atas, dan bagaimana penerapan hadis tersebut

11 Abū Abdillah Muḥammad bin Ismāīl bin Ibrāhīm al-Bukhārī, Sahīh al-Bukhārī (Beirut:

Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009), h. 1293.

Page 19: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

4

terhadap kepemimpinan di Nusantara atau umumnya disebut dengan Indonesia12

yang disebut sebagai negara dengan mayoritas Muslim.

Berangkat dari masalah maka penelitian ini bermaksut untuk memahami

bagaimana seorang pemimpin dengan menggunakan Hadis Kepemimpinan

Quraisy.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas muncul beberapa masalah yaitu:

1. Kepemimpinan merupakan tata nilai yang diusung untuk kemaslahatan yang

lebih besar karena mencakup seluruh aspek dalam kehidupan.

2. Ada kemampuan-kemampuan dan spesifikasi khusus yang menjadi dasar

fundamental bagi seseorang untuk mampu memimpin, yaitu kepandaian

dalam hal dunia dan cakap dalam masalah agama tanpa mengkhususkan

kepada satu ras ataupun suku tertentu, siapapun yang mempunyai kriteria di

atas mempunyai kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin, namun

menurut hadis Kepemimpinan Quraisy yang berhak menjadi pemimpin

adalah Suku Quraisy, hal tersebut bisa dilihat di kitab Shahih al-Bukhari juz

IX halaman 217.

12 Di Republik Indonesia (RI), umumnya disebut Indonesia, sebuah negara di Asia Tenggara

yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta antara Samudra

Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia sebagaimana yang disebutkan dalam UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (1) adalah sebuah negara kesatuan yang berbentuk republik, dan

kekuasaan pemerintahan negara dipegang oleh seorang Presiden dan dibantu satu orang Wakil

Presiden, hal itu recantum dalam UUD Negara Tahun 1945 pasal 4 ayat (1) dan (2).

Page 20: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

5

3. Bagaimana pemahaman Hadis Kepemimpinan Quraisy secara universal dan

untuk Indonesia saat ini.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini dalam penulisannya membatasi masalah hanya dari segi

pemahaman pemimpin menurut hadis Quraisy yang tertulis pada point ke 3 yaitu

bagaiman makna hadis Kepemimpinan Quraisy bisa dipahami secara universal

dan juga bisa dikontekstualisasikan untuk Indonesia yang terdapat pada

identifikasi masalah agar penelitian ini tidak mengambang.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Memahami maksud dari Hadis Quraisy dan kontekstualisasinya di

masa sekarang.

b. Memberi gambaran tentang model kepemimmpinan dalam Islam.

2. Manfaat Penelitan

a. Memberi pemahaman kepada pembaca tetang makna Hadis pemimpin

yang berasal dari Quraisy.

b. Secara akademis, penelitian ini turut mengembangkan khazanah

keilmuan dalam bidang hadis.

Page 21: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

6

E. Tinjauan Pustaka

Setelah dilakukan peninjauan terkait pembahasan diatas, ditemukan beberapa

referensi tentang pembahasan Hadis Quraisy. Secara umum tulisan-tulisan

bertemakan pemimpin dan Hadis Quraisy yang sekaligus menjadi kata kunci dalam

pencarian referensi tulisan ini.

Yang pertama, penelitian ini memunculkan tulisan-tulisan yang membahas

masalah kepemimpinan diharuskan kepada suku Quraisy yaitu:

1. Buku yang berjudul Hadis-Hadis Politik, karya Muhibbin, dalam bukunya,

Muhibbin berusaha melakukan kajian secara kesejarahan tentang hadis-hadis

politik, dalam konteks waktu dan keadaan ketika hadis-hadis tersebut diucapkan.

Buku ini juga mengangkat pembahasan mengenai hadis-hadis kepemimpinan

Quraisy namun tidak secara khusus dan spesifik karena hanya mengutip pehaman

Ibnu Khaldun, sehingga pembahasannya tidak sampai pada studi pemahaman

sebagaimana akan dijadikan objek penelitian penulis. 13

2. Buku Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis yang ditulis Abdul

Karim Munte dkk, dalam buku tersebut fokus membahas tentang hadis-hadis yang

dipakai oleh kaum jihadis seperti IS sebagai landasan dalam menyebarkan

fahamnya/ ideologinya, dalam buku tersebut Munte mengkritik IS dalam

pemakaian hadis jihad dengan menggunakan pendekatan ilmu hadis, Munte juga

menyinggung sedikit tentang hadis kepemimpinan Quraisy, tapi dalam

penjabarannya hanya mengutip perkataan Ibnu Khaldun yang berkata hadis Quraisy

13 Muhibbin, Hadis-Hadis Politik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 71.

Page 22: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

7

bersifat simbolik, dan tidak rinci menjelaskan bagaimana studi pemahaman

terhadap hadis Quraisy.14

3. Skripsi yang ditulis oleh Hasisul Ulūm yang berjudul “Study Pemahaman

Ibnu Taimiyyah Tentang Hadis Kepemimpinan Quraisy”, dia menulis bahwa

Metode pemahaman Ibnu Taimiyyah tentang hadis-hadis kepemimpinan Quraisy

mencerminkan dua metodologi sekaligus; Tekstual dan Kontekstual. Metode

tekstual, Ulūm simpulkan sebagai tipologi pemahaman Ibnu Taimiyyah terhadap

hadis-hadis kepemimpinan Quraisy yang terdapat dalam kitab Minhāj as-Sunnah fī

naqdi kalām asy-Syī’ah Kwa al-Qadariyyah. Ia menerima apa adanya hadis

kepemimpinan Quraisy sesuai dengan arti literalnya dan mengakui keberadaan

kepemimpinan suku Quraisy, sebagaimana ia mengakui kepemimpinan di luar

Quraisy. Namun yang berbeda disini adalah Penerimaan Ibnu Taimiyyah tentang

kepemimpinan suku Quraisy tidak berarti menolak suku atau kelompok lain untuk

menjadi pemimpin. Namun tidak secara khusus menjelaskan bagaimana studi

pemahamannya terhadap hadis Quraisy dan penggamalan hadis tersebut untuk

konteks Keindonesiaan. 15

Yang kedua adalah tulisan-tulisan yang membahas tentang pemimpin dan

kepemimpinan yakni:

1. Skripsi yang berjudul Konsep Kepemimpinan; Said Hawwa; kitab al-Asas

fi al-Tafsir; al-Islam, ditulis oleh Ryan Alfian, dalam skripsi tersebut Ryan lebih

terfokus membahas tentang kepemimpinan menurut Saîd Hawwa. Ryan

14 Abdul Karim Munte , Dkk., Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis (Ciputat:

Yayasan Pengkaji Hadis el-Bukhori) h. 91-95. 15Hasisul Ulum, Studi Pemahaman Ibnu Taimiyyah Tentang Hadis Kepemimpinan Quraisy

(Semarang: IAIN Walisongo, 2012).

Page 23: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

8

menjelaskan, kepemimpinan menurut Said Hawwa dimulai dengan membahas tema

khilâfah, pada pembahasan selanjutnya, adalah hal-hal yang berkaitan dengan

kepemimpinan dan pemimpin. Seperti, bagaimana cara mengangkat seorang

pemimpin, syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, bagaimana

seorang pemimpin bisa diturunkan dari jabatannya, serta apa saja yang menjadi

kewajiban dan hak dari seorang pemimpin. Setelah mendeskripsikan serta

menganalisa data yang terdapat dalam kitab al-Asâs fî al-Tafsîr dan al-Islâm,

didalam skripsi tersebut sedikit dibahas masalah tentang pemimpin yang berasal

dari suku Quraisy, namun Said Hawwa dalam skripsi tersebut mengutip perkataan

dari Ibnu Khaldun, karena suku Quraisy mempunyai solidaritas yang kuat, namun

tidak secara jelas bagaimana studi pemahamn terhadap hadis tersebut.16

2. Artikel dengan judul Konsep Negara dalam Pemikiran Politik Ibnu

Khaldun karangan H. Samsul Nizar, dalam jurnal tersebut sedikit membahas

tentang pemimpin harus berasal dari suku Quraisy, namun tidak terlalu merinci

bagai mana studi pemahan terhadap hadis suku Quraisy, H. Samsul Nizar lebih

terfokus kepada bagai mana konsep sebuah negara meliputi fungsi, tujuan dan

kriteria yang harus dipenuhi sebagai seorang pemimpin.17

3. Artikel dengan judul Kepemimpinan Non Muslim Dalam al-Quran, yang

ditulis oleh M. Suryadinata, dalam jurnal tersebut membahas masalah

kepemimpinan menurut al-Quran, namun lebih banyak membahas apa saja kriteria

16 Ryan Alfian, Konsep Kepemimpinan;Said Hawwa;kitab al-asas fi al-tafsir;al-islam

(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2014), h. 62-63. 17 H. Samsul Nizar, “Konsep Negara dalam Pemikiran Politik Ibnu Khaldun,” Demokrasi,

Vol II, no.1 (2003): h. 9.

Page 24: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

9

pemimpin menurut al-Quran dan tidak menyinggung tentang hadis suku Quraisy

yang menjadi fokus dalam penelitian ini.18

4. Pergolakan Politik Islam, dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Post

Modernisme karya Azyumardi Azra. Buku ini selintas menyinggung hadis

kepemimpinan Quraisy yaitu pada saat mengulas Arabisme-nya al-Kawakibi.19

Namun oleh karena fokus pembahasan buku ini lebih kepada persoalan khilafah.

Yang ketiga tulisan-tulisan yang membahas tentang pendekatan-pendekatan

yang dipakai dalam memahami hadis:

1. Artikel yang ditulis oleh Subhan yang berjudul Hadis Kontekstual, dalam

tulisan tersebut membahas tentang dua pendekatan yang dipakai untuk memahami

hadis, yaitu pendekatan tekstual dan kontekstual, namun fokus Shubhan adalah

bagaimana pengenalan terhadap metode tersebut, Subhan menyinggug sedikit

masalah hadis kepemimpinan Quraisy, namun tidak merinci dalam studi

pemahaman hadis tersebut, dan tidak mencapai pada studi pemahanan hadis yang

akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini.20

2. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah Ma’ani al-Hadis

tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal. Karya M. Syuhudi

Ismail. Buku ini juga sedikit mengulas hadis tentang kepemimpinan Quraisy

dengan mencoba mengungkapkan pemahaman baik secara tekstual maupun

18 M .Suryadinata, “Kepemimpinan Non Muslim Dalam al-Quran,” Ilmu Ushuluddin Vol 2,

nomor 3, (2015) 19 Menurutnya, gagasan al-Kawakibi mengenai nasionalisme Arab tidak bias dipisahkan dari

pandangannya mengenai despotisme, dan dalam konteks membebaskan umat dari despotisme inilah

dapat diungkap interpretasinya terhadap hadiś kepemimpina Quraisy yang merupakan solusi atas

despotisme otokrat-otokrat “usśmani atas dunia islam. Lihat selengkapnya dalam Azyumardi Azra,

Pergolakan Politik Islam, dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Post Modernism (Jakarta:

Paramadina, 1996), h. 30-38. 20 Subhan, Hadis Kontekstual (Samarinda:IAIN Samarinda, 2012), h. 3.

Page 25: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

10

kontekstual. Namun tidak terlalu merinci dalam studi pemahaman, yang hanya

mengutip pemahaman Ibn Khaldun dalam memaknai hadis Quraisy sebagai

simbol.21

Setelah melakukan tinjauan pustaka, penulis dapat mengetahui dimana posisi

penelitian ini, yakni, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya yang membahas tentang hadis suku Quraisy.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah Studi

Kepustakaan, pembahasan ini bersifat deskriptif analitis yaitu melalui

pengumpulan data dan beberapa pendapat ulama beserta pakar untuk

kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan.

b. Sumber Data

Sumber data primer yang digunakan untuk menganalisa data adalah

hadis Kepemimpinan Quraisy dan hadis tersebut berada pada kitab hadis

Shahih al-Bukhāri yang disusun oleh al-Bukhāri juz IX halaman 217, dan

sumber data sekunder berasal dari artikel dan jurnal yang berhubungan

dengan pembahasan pemimpin, sumber sekunder dalam penelitian ini

21 M. Syuhdi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual,Telaah Ma’ani al-Hadis

tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 23-

33.

Page 26: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

11

berguna untuk memahami apa itu kepemimpinan secara umum dan menurut

Islam yang nanti membantu dalam memahami hadis Kepemimpinan

Quraisy.

c. Metode Pengumpulan Data

Secara detail, penelitian ini akan memaparkan bagaimana definisi

pemimpin secara umum dan menurut islam beserta ragam-ragam

penyebutannya, lalu dikumpulkan data mengenai hadis Quraisy tentang

kepemimpinan dengan metode takhrij hadis, metode ini juga berguna untuk

menentukan kualitas hadis yang digunakan sebagai sumber primer.

d. Metode Analisis Data

Selanjutnya dalam menganalisa, penelitian ini menggunakan metode

Semantik untuk membaca dan memahami makna hadis tersebut, metode

Semantik22 adalah ilmu untuk membaca/ menggali makna melalui sebuah

tanda, Penggunaan semantik dalam pembacaan hadis Quraisy harus

didasarkan kepada pemahaman yang komprehensif mengenai elemen-

elemen dasar semiotika23 yaitu tanda. Keberadaan tanda tidak dapat terlepas

22 Semantik adalah studi mengenai relasi antara tanda dan signifikansi atau maknanya, dalam

bahasa C.S Morris, semantik adalah ilmu untuk membaca makna dari sebuah tanda. Semantik

merupakan salah satu dari tiga dimensi analisa Semiotika, maka dalam kontek Struktural Semiotika,

semantik adalah bagian dari Semiotika, semiotika didefenisikan oleh Ferdinand de Saussure sebagai

ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian kehidupan sosial, menurutnya semiotika sangat

bergantuk kepada aturan main atau kode sosial yang berlaku dalam lingkungan masyarakat,

sehingga tanda dapat dimaknai secara kolektif. Baca: Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan

Hipersemiotika, (Bandung: Matahari, 2012), h. 299-301. 23 Elemen dasar dalam semiotika adalah tanda(penanda/ petanda), aksi tanda (sintagma/

sistem), tingkatan tanda (denotasi/ konotasi), serta relasi tanda (metafora/ metonimi), menurut

Page 27: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

12

dari konteks sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sistem nilai yang dianut

pada masa tersebut dan dimana tanda tersebut berada.24 Dan kata Quraisy

yang diucapkan Nabi Saw. dalam matan hadis tentu juga disertai oleh aspek-

aspek diatas yang telah disebutkan. Maka penelitian ini menjadikan kata

Quraisy sebagai tanda dan juga teks yang akan dikembangkan maknanya

menjadi makna konotasi25 dan segala aspek yang menyertai akan menjadi

bahan analisa dalam pemaknaan hadis tersebut. Selanjutnya penulis akan

menganalisa bagaimana pengaplikasian hadis Quraisy tersebut untuk

Indonesia zaman sekarang.

2. Teknik Penulisan

Secara keseluruhan, penulisan skripsi ini mengacu kepada Pedoman

Penulisan Skripsi dalam Buku Pedoman Akademik Program Strata 1 tahun

terbitan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.26

G. Sistematika Penulisan

Terdapat empat bab dalam skripsi ini, setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab

yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses pemahaman dan

Saussure, diskursus sosial, politik, ekonomi, budaya, seni dan desain sebagai fenomena bahasa,

maka ia dapat pula dipandang sebagai tanda (penanda+petanda= tanda). Baca: Yasraf Amir Piliang,

Semiotika dan Hipersemiotika, (Bandung: Matahari, 2012), h. 301. 24 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika, h. 348. 25 Makna konotasi adalah makna lapis dua/ makna lain yang bersifat ekplisit. Baca: Yasraf

Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika, (Bandung: Matahari, 2012), h. 305. 26 Amsal Bakhtiar, dkk., Pedoman Akademik Program Strata I 2012/ 2013, h. 368.

Page 28: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

13

tersistematikanya penulisan skripsi ini. Adapun sistematikanya adalah sebagai

berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Latar belakang masalah adalah pemaparan tentang faktor-faktor penyebab

timbulnya masalah yang akan dibahas dan diteliti dalam penelitian ini, setelah itu

permasalahan diidentifikasi sehingga memunculkan batasan-batasan dan rumusan

dalam permasalahan yang bertujuan agar penelitian tidak mengambang, Kemudian

tujuan masalah yang disesuaikan dengan pokok permasalahan, sedangkan

manfaatnya adalah harapan baik yang dihasilkan dari penelitian dan penulisan ini.

Setelah itu, dilakukan peninjauan terhadap literatur-literatur yang membahasa

tentang tema penelitian. Kemudian disusul dengan metodologi penelitian yang

memberikan penjelasan mengenai teknik dan langkah-langkah yang akan ditempuh

dalam pengumpulan dan menganalisis data. Subab terakhir dalam bab ini berupa

sistematika penulisan yang digunakan sebagai pedoman klasifikasi data serta

sistematika yang ditetapkan pokok masalah yang akan diteliti.

Bab kedua berisi tentang landasan teori dari kegiatan penelitian yang akan

membahas tentang definisi kepemimpinan menurut kajian-kajian umum dan

agama, dan dalam tulisan ini juga akan menampilkan ragam-ragam pemimpin yang

pernah ada di dalam Islam di Indonesia, hal ini perlu dilakukan karena sebelum

memahami makna hadis Quraisy tentang kepemimpinan maka diperlukan

pemahaman tentang kepemimpinan terlebih dahulu.

Page 29: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

14

Bab ketiga merupakan analisis dari pemimpin menurut hadis Quraisy,

penelitian ini akan menjabarkan tentang seputar hadis Quraisy, mulai dari redaksi

hadis, ketersebaran periwayatan hadis dengan menggunakan Taghrij Hadis sebagai

metode analisa kualitas hadis, bab ini bertujuan untuk memberikan penjelasan dan

pemaknaan Hadis Kepemimpinan Quraisy secara tekstual dan kontekstual.

Bab keempat adalah penutup sebagai akhir dari seluruh proses penelitian yang

berisi kesimpulan, hasil penelitian dan saran-saran dari saya sebagai penulis yang

terkait dengan pembahasan serta kata penutup.

Page 30: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

15

BAB II

DEFENISI DAN RAGAM PEMIMPIN

A. Defenisi pemimpin dan kepemimpinan

Sebelum lebih lanjut membahas tentang pemimpin menurut hadis Quraisy,

harus dijelaskan dahulu defenisi pemimpin secara umum dan menurut pemikir

Islam beserta ragam-ragam pemimpin menurut Islam dengan tujuan untuk

memahami apa itu pemimpin dan kepemimpinan yang nantinya akan menjadi acuan

dan perbandingan dalam memahami hadis Kepemimpinan Quraisy.

1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan sebuah

kepemimpinan, tentunya harus ada seorang pemimpin demi kesuksesan dan

efisiensi kerja untuk mencapai tujuan bersama dan mempertahankan hidup

bersama, maka diperlukan bentuk kerja yang kooperatif. Dan semua kegiatan

kooperatif perlu diatur dan dipimpin. Oleh karena itu banyak studi dan penelitian

dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan, dan

para sarjana telah memberikan berbagai definisi mengenai pemimpin dan

kepemimpinan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/ KBBI, pemimpin secara bahasa

berarti orang yang memimpin.1 Secara etimologi, kepemimpinan adalah perihal

pemimpin atau cara memimpin. Dari kata tersebut, kemudian para pakar

memberikan defenisi tentang kepemimpinan. Menurut Ordway Tead yang dikutip

1 “Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KBBI Online)”. Artikel diakses pada 16 Januari

2018 dari https://kbbi.web.id/pimpin.

Page 31: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

16

oleh Kartono mengatakan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain

agar mereka mau bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Senada dengan

Ordway, George R. Terry juga mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan

mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan

kelompok.2

Kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban manusia,

yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama,

lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya demi

bertahan dari buasnya binatang dan alam sekitar. Sejak itulah terjadi kerjasama

antara manusia, dan ada unsur kepemimpinan. Pada saat itu pribadi yang ditunjuk

sebagai pemimpin ialah orang yang paling kuat, cerdas dan paling berani. Sebagai

contoh, Kautilya dengan tulisannya “Arthasastra” (321 Sebelum Masehi)

menuliskan ciri-ciri khas seorang perwira yang ditunjuk sebagai seorang pemimpin,

ialah:

a. Pribumi, lahir dari keturunan luhur.

b. Sehat, kuat, berani, ulet.

c. Cerdas, punya ingatan yang kuat, pandai, fasih berbicara.

d. Punya watak yang murni, dengan sifat-sifat utamanya: penuh kebaktian, setia,

taat pada kewajiban, punya harga diri, kokoh pendiriannya, bijaksana, mampu

melihat jauh ke depan.

e. Ramah tamah, baik hati, sopan santun.

2 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2001),

h. 49.

Page 32: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

17

f. Terampil, terlatih, baik dalam bidang seni.

g. Mempunyai pengaruh.

Dengan ringkas dapat dinyatakan pemimpin dan kepemimpinan itu di

manapun dan kapanpun selalu diperlukan agar keperluan atau tujuan bersama bisa

dicapai dengan sebagaiman yang diharapkan.3

Mengenai pemimpin dimunculkan beberapa definisi menurut para pakar,

yaitu:

a. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan

dalam satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain

untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi tercapainya

satu atau beberapa tujuan. Jadi pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu

atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir),

dan merupakan kebutuhan dari satu situasi/ zaman, sehingga dia mempunyai

kekuasaan dan kewibawaan dalam untuk mengarahkan dan membimbing

bawahan. Dia juga mendapat pengakuan serta dukungan dari bawahannya,

dan mampu menggerakkan bawahan karah tujuan tertentu.4

b. Henry Pratt Fairchild menyatakan, pemimpin dalam pengertian luas ialah

seorang yang memimpin, dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial

dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/

upaya orang lain, atau melalui pretise, kekuasaan atau posisi. Dalam

pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang membimbing, memimpin

3 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 28. 4 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 33.

Page 33: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

18

dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan penerimaan sukarela oleh

para pengikutnya.5

c. Jhon Gage Allee mengatakan “Leader a Guide, a conductor, a comander”

(pemimpin itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun, komandan).6

d. Definisi ini lebih mementingkan aspek politisnya yaitu, pemimpin adalah

kepala aktual organisasi partai di kota, dusun, atau bagian-bagian lainnya.

Sekalipun dia itu secara nominal (pada namanya) saja dipilih secara langsung

oleh pemilih-pemilih pemberi suara partai, secara aktual dia itu sering dipilih

oleh satu kumpulan klik kecil atau langsung oleh supervisor langsung dari

partai. Perbedaan antara bos (kepala, atasan, majikan) dan pemimpin,

sebagian besar tergantung pada metode pemilihan, dan tokoh pemimpinnya

yang melaksanakan kekuasaan.7

Maka dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa pemimpin dan

kepemimpinan itu selalu diperlukan, dan yang berhak menjadi seorang pemimpin

adalah pribadi yang memiliki kecakapan/ kelebihan dalam satu bidang, mempunyai

kekuasaan, kewibawaan dan mendapat pengakuan serta dukungan untuk

mengarahkan/ membimbing bawahan demi tercapainya satu atau beberapa tujuan

bersama.

5 Henry Pratt Fairchild, Dictionary of Sociology and Ralated Sciences (Littlefield Adam &

Co. Paterson, New Jersey, 1960), h. 174. 6 Jhon Gage Allee, Webster`s New Standar Dictionary (New York, Mc.Laonglin Brothers

Inc, 1969), h. 214. 7Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 33.

Page 34: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

19

2. Sebab-musabab Munculnya Pemimpin

Dalam kemunculan pemimpin disebutkan ada tiga teori yang menonjol dalam

menjelaskan kemunculan pemimpin, yaitu:

a. Teori Genetis di dalam tulisan Kartono menyatakan:

Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin dari bakat-bakat

alami yang luar biasa sejak lahirnya.

Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang

bagaimanapun juga, yang khusus.

Secara filsafi, teori tersebut mengandung pandangan determinitis.

b. Teori Sosial(lawan teori genetis) menyatakan:

Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk, tidak dilahirkan

begitu saja.

Setiap orang berhak menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan

pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.

c. Teori Ekologis atau sintesis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut

yang lebih dahulu), menyatakan sebagi berikut:

Seseorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah

memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat

dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan dan juga sesuai

dengan tuntutan lingkungan/ ekologisnya.

Page 35: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

20

3. Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Pemimpin itu mempunyai watak, sifat, kebiasaan kepribadian atau sesuatu

yang unik dan khas yang membuat dia berbeda dengan orang lain, hal-hal tersebut

akan mewarnai dan memberikan tipe dan gaya sendiri terhadap kepemimpinannya.

Seperti pemimpin dengan tipe kharismatik, militeristik, administratif, demokratis,

dan banyak lainnnya.8

Kartono mengutip dari W.J Reddin dalam artikelnya What Kind of Manager,

dan disunting oleh Wahjosumido (Dept. P.& K., Pusat Pendidikan dan Latihan

Pegawai, 1982), menentukan watak dan tipe-tipe pemimpin atas tiga pola dasar

yakni:

a. Berorientasikan tugas (task orientation).

b. Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation).

c. Berorientasikan hasil yang efektif (effectivess orientation).

Berdasarkan tiga orientasi tersebut, di dalam tulisan Kartono ditentukan

delapan tipe kepemimpinan, yaitu:

a. Tipe desertir (pempelot)

Sifatnya: bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa

pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan dan suka diramalkan.

b. Tipe birokrat

Sifatnya: correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma; ia adalah

manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin dan keras.

c. Tipe misionaris

8 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 29.

Page 36: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

21

Sifatnya: terbuka, penolong, lembut hati dan ramah.

d. Tipe developer (pembangun)

Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/ melimpahkan wewenang

dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan.

e. Tipe atokrat

Sifatnya: keras, ditaktoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong.

f. Benevolent autocrat (autokrat yang bijak)

Sifatnya: lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri.

g. Tipe compromiser (kompromis)

Sifatnya: tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek

dan sempit.

h. Tipe eksekutif

Sifatnya: bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik,

berpandangan jauh dan tekun. 9

4. Syarat-syarat Kepemimpinan.

Secara konsep, persyaratan dari kepemimpinan itu selalu dikaitkan dengan

tiga hal penting, yaitu kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan.10

a. Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas, dan legalitas yang memberikan

wewenang terhadap pemimpin guna mengakomodir atau menggerakkan

bawahan untuk berbuat sesuatu.

9 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 30. 10 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 31.

Page 37: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

22

b. Kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang

mampu mengatur orang lain dan orang yang diatur patuh terhadap pemimpin

itu dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan atau

keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari anggota

biasa.

Pemimpin sebagai seorang yang mengorganisir atau mengatur menurut

Stogdil harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu:11

a. Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau verbal

facility, keaslian dan kemampuan menilai.

b. Prestasi atau achievement: gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, Perolehan

dalam olahraga dan atletik lainnya.

c. Tanggung jawab: mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif dan

punya hasrat yang untuk unggul.

d. Partisipasi: aktif, memiliki sosiabilitas yang tinggi, mampu bergaul,

kooperatif atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri dan mempunyai

rasa humor.

e. Status: meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer dan

tenar.

Sedangkan Earl Nightingale dan Whitt Scult menuliskan syarat yang harus

dimilki oleh seorang pemimpin adalah:12

11 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 31. 12 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 31-32.

Page 38: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

23

a. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualisme).

b. Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda.

c. Multi-terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.

d. Memiliki rasa humor, antusias yang tinggi, suka berkawan.

e. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.

f. Mudah menyesuaikan diri atau adaptasi yang tinggi.

g. Sabar, ulet dan tidak mudah berhenti.

h. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.

i. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.

j. Berjiwa wiraswasta.

k. Sehat jasmani, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta

berani mengambil resik.

l. Tajam firasatnya, adil dalam menimbang.

m. Memiliki motivasi yang tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya

yang ingin dicapai.

n. Punya imajinasi yang tinggi, daya kombinasi dan daya inovasi.

Yang terpenting adalah seorang pemimpin harus mempunyai beberapa

kelebihan dibanding anggota-anggota lainnya, karena kelebihan-kelebihan itulah

yang membuat dia bisa berwibawa dan dipatuhi oleh bawahan atau anggotanya, dan

yang terutama menurut Kartono, kelebihan dibidang moral moral dan akhlak,

semangat juang, ketajaman inteligensi, kepekaan terhadap lingkungan, ketekunan,

Page 39: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

24

memiliki integritas kepribadian tinggi sehingga dia menjadi dewasa dan

bertanggung jawab.13

B. Kepemimpinan Menurut Pemikir Islam

Secara umum sebelumnya dijelaskan bawa bahwa pemimpin dan

kepemimpinan itu selalu diperlukan, dan yang berhak menjadi seorang pemimpin

adalah pribadi yang memiliki kecakapan/ kelebihan dalam satu bidang, mempunyai

kekuasaan, kewibawaan dan mendapat pengakuan serta dukungan untuk

mengarahkan/ membimbing bawahan demi tercapainya satu atau beberapa tujuan

bersama, maka selanjutnya akan dibahas apa itu pemimpin menurut agama Islam.

1. Khazanah lafaz-lafaz yang mengisyaratkan pemimpin di dalam Islam.

Dalam redaksi hadis yang menjadi fokus penelitian ini menyebutkan al-Amr

fi Quraisy (kepemimpinan berada di Quraisy), kata al-amr berasal dari kata amara

yang berarti memerintah, menguasai/ pemimpin, kata pemimpin dalam bahasa Arab

juga digunakan dalam beberapa istilah/ term, yaitu:

a. Term Amīr

Kata amīr merupakan bentuk isim fā'il dari akar kata amara yang berarti

memerintahkan atau menguasai.14 Namun pada dasarnya kata amara memiliki lima

13 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 32. 14 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir; Arab-Indonesia Terlengkap, Cet.

XIV, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.), h. 1466.

Page 40: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

25

makna pokok, yaitu antonim kata larangan, tumbuh atau berkembang, urusan, tanda

dan sesuatu yang menakjubkan.15

Hanya saja, bila merujuk ke al-Qur'an, kata amīr tidak pernah ditemukan di sana,

yang ada hanya kata ul al-amrī yang mengarah kepada makna pemimpin, meskipun

para ulama berbeda pendapat tentang arti ul al-amrī tersebut. Ada yang menafsirkan

dengan kepala Negara, pemerintah dan ulama. Bahkan orang-orang Syi'ah

mengartikan ul al-amrī dengan imam-imam mereka yang ma‘sūm.16 H.A. Djazuli

dalam bukunya Fiqh Siyasah menjelaskan bahwa term amīr atau ul al-amrī dari sisi

fiqh dustūrī.17 adalah ahl al-Hāl wa al-'Aqd, yaitu orang yang memegang kekuasaan

tertinggi dalam pemerintahan dan atau mempunyai wewenang membuat undang-

undang yang mengikat kepada seluruh ummat di dalam hal-hal yang tidak diatur

secara tegas oleh al-Qur'an dan hadis.18

b. Term al-Rā’in

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa term al-Rā’in pada dasarnya berarti

penggembala yang bertugas memelihara binatang, baik yang terkait dengan

pemberian makanan maupun dengan perindungan dari bahaya. Namun dalam

perkembangan selanjutnya, kata tersebut juga dimaknai pemimpin, karena tugas

15 Abū al-Husain Ahmad ibn Fāris ibn Zakariya, Mu'jam Maqāyīs al-Lugah, Juz. I (Beirut:

Dār al-Fikr, 1979), h. 141. 16 H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah; Implementasi Kemaslahatan Ummat dalam Rambu-rambu

Syariah (Bogor: Kencana, 2003), h. 91-92 17 Fiqh Dustūrī adalah salah satu bagian dari fiqh siyāsah (fiqh dustūrī, fiqh māli, fiqh daulī,

dan fiqh harbī), yang mengatur hubungan antara warga Negara dengan lembaga Negara yang satu dan warga Negara dengan lembaga Negara yang lain dalam batas-batas administratif suatu Negara.

18 H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah; Implementasi Kemaslahatan Ummat dalam Rambu-rambu

Syariah, h. 92-118.

Page 41: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

26

pemimpin sebenarnya hampir sama dengan tugas penggembala yaitu memelihara,

mengawasi dan melindungi orang-orang yang dipimpinnya.19

Hal ini berarti bahwa ketika kata pemimpin disebut dengan term al-Rā’in maka

itu lebih dikonotasikan pada makna tugas dan tanggung jawab pemimpin tersebut.

Lebih jauh lagi, term ri’āyah yang merupakan salah satu bentukan dari akar kata

al-Rā’in hanya ditemukan satu kali dalam al-Qur`an, yakni pada QS. al-Hadīd (57)

ayat 27.

جنيل وجعلن نهم ال نا بعيسى ابن مري وءات ي لنا وق في نا على ءاثرهم برمسم ق ملموب الذين ات ب عموهم رأفة ا ثم ق في ها عليهم إل ابتغاء رضون الل ه فما رعوها حق ن نا الذين ورحة ورهبانية اب تدعموها ما كت ب ات ي رعايتها ف ا

همم أجرهمم وكثري من هم ٢٧م فسقمون ءامنموا من Artinya:“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan

Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan

Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih

sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak

mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-

adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya

dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang

yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang

fasik”

Di dalam ayat tersebut, kata ri’āyah dihubungkan dengan kata ganti/ dhamir ha

yang merujuk kepada kata ruhbaniyyah. Menurut al-Asfahānī, kata ini berarti takut

yang disertai dengan usaha memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti. Dengan

demikian, seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya harus memiliki

kesadaran akan tanggung jawab tersebut sehingga tugasnya dilaksanakan penuh

19 Sahabuddin et.al. Ensklopedi al-Qur'an; Kajian Kosa Kata (Jakarta: Lentera Hati, 2007)

Juz. III, h. 829.

Page 42: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

27

hati-hati, disertai upaya untuk memperbaiki diri sendiri dan orang yang

dipimpinnya.20

c. Term Khalīfah

Kata khalīfah berasal dari akar kata khalafa (yang berarti di belakang. Dari akar

kata tersebut, lahir beberapa kata yang lain, seperti khalīfah (pengganti), khilāf

yang berarti lupa atau keliru.

Khusus untuk kata khalīfah, secara harfiyah berarti pengganti. Makna ini

mengacu kepada arti asal yaitu di belakang. Disebut khalīfah karena yang

menggantikan selalu berada di belakang atau datang di belakang, sesudah yang

digantikan.21

Di dalam al-Qur'an sendiri, kata khalifah disebut pada dua konteks. Pertama,

dalam konteks pembicaraan tentang Nabi Adam as. Konteks ayat ini menunjukkan

bahwa manusia dijadikan khalīfah di atas bumi ini bertugas memakmurkannya atau

membangunnya sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah. Kedua, di dalam

konteks pembicaraan tentang Nabi Daud as. Konteks ayat ini menunjukkan bahwa

Daud menjadi khalīfah yang diberi tugas untuk mengelola wilayah yang terbatas.

Melihat penggunaan kata khalifah di dalam kedua ayat tersebut, dapat dipahami

bahwa kata ini lebih dikonotasikan pada pemimpin yang diberi kekuasaan untuk

mengelola suatu wilayah di bumi. Dalam mengelola wilayah kekuasaan itu, seorang

khalifah tidak boleh berbuat sewenang-wenang atau mengikuti hawa nafsunya.

20 Sahabuddin et.al. Ensklopedi al-Qur'an; Kajian Kosa Kata, Juz. III, h. 829. 21 Sahabuddin et.al., Ensklopedi al-Qur'an; Kajian Kosa Kata, Juz. II, h. 452.

Page 43: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

28

Berikut salah satu ayat dalam al-Qurān yang menggunakan kata khalīfah dalam

surat al-Baqarah ayat 30:

ويسفكم فيهاوإذ قال ربك للملئكة إن جاعل الرض خليفة قالموا أتعلم فيها من ي مفسدم مآء وننم نمسبحم بمدك ون مقدسم لك قال إن أعلمم ما ل ت علممون ٣٠ الد

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka

berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalīfah) di bumi itu orang yang

akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan

berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

d. Term Imām

Kata imām merupakan salah satu bentukan kata dari akar kata أيم-أم . yang berarti

"pergi menuju, bermaksud kepada, dan menyengaja".22 Akan tetapi menurut Ibn

Mansūr di dalam Lisān al-‘Arab, kata imām mempunyai beberapa arti. Di antaranya

berarti setiap orang yang diikuti oleh suatu kaum, baik untuk menuju jalan yang

lurus maupun untuk menuju jalan yang sesat. Sebagaimana firman Allah:

هم ي وم ندعموا كمل أمنس بم

"Ingatlah pada suatu hari Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya". (QS. Al-

Isra`): 71.

Di samping itu, imām juga berarti misāl (contoh, teladan). Imam juga dapat

berarti "benang yang dibentangkan di atas bangunan untuk dibangun dan guna

menyamakan bangunan tersebut.23 Sedangkan Ibn Fāris di dalam Maqāyīs al-

22 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir; Arab-Indonesia Terlengkap, h. 39. 23 Lihat Muhammad ibn Mukrim ibn Mansūr al-Misrī, Lisān al-‘Arab, Juz. XII (Beirut; Dar

Sadir, t.th.), h. 22.

Page 44: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

29

Lughah menyebutkan bahwa kata imām memiliki dua makna dasar, yaitu "setiap

orang yang diikuti jejaknya dan didahulukan urusannya", karena itulah Rasulullah

Saw. disebut sebagai imām al-aimmah dan khalīfah sebagai pemimpin rakyat sering

juga disebut imām al-ra'iyyah atau dalam hadis digunakan kata al-imām al-A'zam.

Di samping itu,menurut Ibn Faris, imām juga berarti "benang untuk meluruskan

bangunan".24 Term imām juga digunakan dalam shalat yang memiliki banyak

makna filosofi, diantaranya memiliki aspek spiritual, yakni kedekatan dengan

Tuhan. Ibadah tersebut juga mengarah kepada makna jamā'ah yang berarti seorang

imām haruslah diikuti. Sehingga term imām lebih dikonotasikan sebagai orang yang

menempati kedudukan/ jabatan yang diadakan untuk mengganti tugas kenabian di

dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia.

e. Term Wāli

Kata wāli dalam bahasa arab berarti orang yang dekat dengan fulan,25 menurut

kamus istilah fiqh, wali secara bahasa jug aberarti pelindung, pertolongan, bisa juga

berarti kekuasaan dan kekuatan.26

Secara istilah, yang dimaksud dengan wali menurut fuqaha adalah seorang yang

memiliki kekuasaan untuk melansungkan suatu perkara (akad) tanpa harus adanya

persetujuan dari orang yang di bawah perwaliannya,27 akan tetapi wali juga

mempunyai arti lain yaitu:28

24 Abū al-Husain Ahmad ibn Fāris ibn Zakariya, Mu'jam Maqāyīs al-Lughah (Beirut: Dār

al-Fikr, 1979), Juz I, h. 28-29 25 H. Mahmud Yunus, Arab Indonesia, (Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,

2007), h. 508. 26 Abdul Mudjieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 416. 27 Hasan Muarif Ambary, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Intermasa, 2005), h. 243. 28 Hasan Muarif Ambary, Ensiklopedia Islam, h. 243.

Page 45: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

30

a. Orang yang menurut hukum diberi kewajiban dalam mengurus anak yatim

dan hartanya sebelum anak tersebut dewasa.

b. Pengasuh pengantin perempuan waktu menikah (yang mengakadkan

dengan pengantin pria).

c. Orang shaleh, penyebar agama.

d. Kepala pemerintahan dan sebagainya.

Menurut Jawad Mughniyah, wāli adalah suatu kekuasaan atau wewenang syar’i

atas segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang yang mempunyai

kelebihan dari orang yang dikuasai demi kemaslahatan.29

Contoh penggunaan kata wāli dalam al-Quran dalam surat al-Taubah ayat 116:

ۥ يتم وما لكمم من دمون هللا من ولى ول نصريى إن هللا لهم ۦ ويم ١١٦ االتوبة مملكم السموت والرض يمى“Artinya: Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia

menghidupkan dan mematikan. Dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong

bagimu selain Allah.”

2. Landasan dan Urgensi Kepemimpinan Dalam Islam.

Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai sebuah

kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,

mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau perlu

memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya

berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya sebuah tujuan tertentu yang telah

ditetapkan.30 Dalam Islam, tidak dijelaskan secara rinci tentang bentuk

pemerintahan yang baku.31 Demikian pula Sunnah, Nabi tidak menetapkan

29 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2011), h. 345. 30 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 49. 31 Menurut Jhon. L. Esposito dalam Islam dan Politik Muslim, Secara teoritik, negara Islam

adalah negara Allah, negara yang memberlakukan syariat Islam dan kedaulatan di tangan Tuhan

Page 46: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

31

peraturan secara rinci mengenai prosedur pergantian kepemimpinan umat dan

kualifikasi pemimpin umat.

Menurut para pemikir muslim, keberadaan pemimpin adalah sebuah

keharusan (wajib/ fardhu).32 Kewajiban itu didasarkan pada ijma’ para sahabat dan

tabi’in. Namun para pemikir muslim berbeda pendapat tentang sumber argumentasi

kewajiban itu. Sebagian berpendapat, kewajiban adanya kepemimpinan didasarkan

pada argumentasi rasional belaka, bukan bersumber dari syariat. Sementara

sebagian lainnya meng-anggap kewajiban itu berasal dari ketentuan syariat.33

Ibn Khaldun menjelaskan, kelompok pertama ‘aqli, berpendapat bahwa yang

membuat jabatan itu wajib menurut rasio adalah kebutuhan manusia pada

organisasi dan ketidakmungkinan mereka hidup secara sendiri-sendiri. Salah satu

akibat logis dari adanya organisasi (masyarakat) adalah munculnya silang pendapat

dan tanazu’ (perselisihan). Selama tidak ada penguasa/ pemimpin yang bisa

mengendalikan silang pendapat itu, maka selama itu pula akan selalu timbul

keributan dan kekacauan, yang selanjutnya akan mengakibatkan hancur dan

(Allah Swt.). Negara Islam memiliki tiga komponen penting, yakni: 1) Masyarakat Muslim, 2)

Hukum Islam atau syariat Islam, 3) Khalifah. Tiga komponen ini menjadi prasyarat berdirinya

negara Islam yang sah. Formulasi ini kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh Hasan al Turabi (Hasan

Abdullah al Turabi, Fiqh Demokratis, terj. Abdul Haris dan Zaimul Aim, Jakarta: Arasy, 2003, hlm.

11.,) bahwa negara Islam memiliki landasan teologis yang kuat, yakni: 1)Negara Islam tunduk pada

doktrin tauhid, yang meniscayakan religiusitasnya dan sebaliknya menolak sekularitas. 2)Negara

Islam bukanlah negara yang dibatasi oleh wilayah teritorial (nasionalitas), karena kesetiaan utama

hanya diberikan kepada Tuhan, setelah itu barulah diserahkan kepada masyarakat (umat). Karena itu, Islam tidak memperbolehkan adanya kesetiaan terbatas etnis atau teritorial. 3)Negara Islam

bukanlah suatu kesatuan yang berdaulat, karena ia tunduk kepada norma-norma syariat yang lebih

tinggi, yang mewakili kehendak Tuhan. Bahkan, oleh Abul A‟la al Maududi, negara Islam

diletakkan pada prinsip utamanya pada pengakuan kedaulatan Tuhan sebagai sumber segala hukum.

Bahwa, tidak seorang pun yang dapat menetapkan hukum, kecuali Allah Swt. sebagai pemilik

kedaulatan tunggal. 32 Al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Basri al-Baghdadi, Al-Ahkam

al-Sultaniyyah wa al-Wilayah al-Diniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2006), h. 5. 33 Al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Basri al-Baghdadi, Al-Ahkam

al-Sultaniyyah wa al-Wilayah al-Diniyyah, h. 5.

Page 47: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

32

musnahnya umat manusia. Namun pendapat ini disanggah oleh Ibn Khaldun.

Menurutnya, ada silang pendapat dan tanazu’ (perselisihan) tidak mesti dihilangkan

dengan kepemimpinan. Keduanya bisa dihilangkan dengan banyak cara, seperti

adanya pemimpin selain juga dengan ikhtiar pada masyarakat untuk menghindari

perselisihan dan perilaku zalim, atau juga dengan adanya syariat. Dengan demikian,

Ibn Khaldun menegaskan bahwa kewajiban mendirikan kepemimpinan bersumber

dari syariat melalui ijma’.34

Dari penjelasan sebelumnya, maka sesuatu yang wajar sekali apabila agama

Islam mengajarkan pula masalah-masalah kenegaraan, sebagai berikut:

a. Menurut ajaran Islam terdapat prinsip-prinsip musyawarah,

pertanggungjawaban pemerintah, kewajiban taat kepada pemerintah didalam

hal-hal yang ma’ruf, hukum-hukum didalam keadaan perang dan damai,

perjanjian antar negara. Dalam sunnah Nabi sering dijumpai kata-kata ‘amir,

imām, sultan yang menunjukkan kepada kekuasaan dan pemerintahan.

34 Al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Basri al-Baghdadi, Al-Ahkam

al-Sultaniyyah wa al-Wilayah al-Diniyyah, h. 191-192. Lebih jauh dijelaskan, keberadaan

kepemimpinan (al-mulk, kerajaan, raja, penguasa) muncul dari keharusan umat manusia untuk hidup

bermasyarakat dan dari penaklukan serta paksaan yang merupakan sisa-sisa sifat amarah dan

kebinatangan ma-nusia. Namun sebagian penguasa berlaku menyimpang dengan memberi beban

yang keterlaluan kepada rakyatnya demi kepen-tingan pribadi. Akibatnya, peraturan-peraturan yang

dibuat oleh sang penguasa seringkali tidak ditaati oleh rakyat. Karena itu, diperlukan peraturan

(hukum) yang bisa diterima dan ditaati rakyat sebagaimana yang terjadi pada bangsa Persia dan

bangsa-bangsa lain. Tidak ada suatu negara pun dapat tegak dan kuat tanpa hukum demikian. Apabila peraturan itu dibuat oleh cendekiawan dan para elite bangsa, maka pemerintahan itu disebut

sebagai negara berdasar atas rasio. Namun bila peraturan itu bersumber dari ketentuan Allah melalui

rasul-Nya, maka pemerintahan itu disebut berdasar atas agama (syariat). Pemerintahan berdasar

agama ini sangat bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrawi bangsa itu. Ibn Taymiyah

memandang keberadaan pemerintahan atau kepemimpinan merupakan sebagian dari kewajiban-

kewajiban agama yang terpenting. Hal itu karena kemaslahahan umat manusia tidak akan sempurna

dan agama tidak akan tegak tanpa adanya kepemimpinan. Sebegitu pentingnya kepemimpinan,

sehingga Rasulullah Saw mewajibkan tiga orang yang sedang bepergian untuk memilih salah

satunya sebagai pemimpin. Selain itu, keberadaan pemimpin juga untuk menegakkan kebenaran dan

menghapuskan kemungkaran (amr ma’ruf nahi munkar).

Page 48: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

33

b. Negara penting sekali di dalam rangka melaksanakan hukum-hukum Islam.

Bahkan sebagian hukum Islam tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya negara

seperti hukum pidana.

c. Dikalangan fuqaha dikenal istilah Dar al-Islam dan Dar al-harb. Darul Islam

itu sesungguhnya adalah daulah Islamiyah.

d. Sejarah berbicara kepada kita bahwa Nabi juga seorang kepala negara ketika

beliau berada di Madinah.

Oleh karena itu, mayoritas ulama mewajibkan adanya pemerintahan.35

Kewajiban ini didasarkan kepada: (1) ijma sahabat, (2) menolak bencana yang

ditimbulkan oleh keadaan yang kacau balau akibat tidak adanya pemerintahan, (3)

melaksanakan tugas-tugas keagamaan, (4) mewujudkan keadilan yang sempurna.36

Keadilan yang sempurna tidak berwujud dan kebahagiaan manusia tidak

terjamin, baik di dunia maupun di akhirat, kesatuan mereka tidak sempurna dan

urusan mereka tidak teratur, melainkan dengan adanya pemerintahan Islam yang

35 Kewajiban adanya kepemimpinan didasarkan pada beberapa argumentasi berikut ini:

pertama, firman Allah dalam surat al-Nisa’: 59 dan 83 tentang ketaatan pada ulil amri. Kedua, hadis

Rasulullah yang menyatakan, “Barangsiapa mati dalam keadaan belum berbaiat, maka dia mati

dalam keadaan jahiliyah”. Hadis kedua adalah, “Jika tiga orang di antara kalian bepergian, maka

hendaklah salah satunya dipilih sebagai pemimpin” serta hadis ketiga, “Sesungguhnya manusia yang

paling dicintai oleh dan paling dekat tempat duduknya dengan Allah pada hari kiamat adalah imam

(pemimpin) yang adil”, Ketiga, perkataan para salaf al-salih, antara lain: 1) perkataan Abu Bakar

saat wafatnya Rasul, “Sesungguhnya Muhammad telah melalui jalannya, dan agama ini tetap harus

ada yang mendirikannya (menjaganya)” dan 2) perkataan Umar ibn Khattab: “Tidak ada Islam

kecuali dengan jamaah (komunitas), tidak ada jamaah (komunitas) kecuali dengan imarah

(kepemimpinan), dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan” (Salabi, 1984: 29). Meski

adanya kepemimpin merupakan kewajiban syar’i berdasar ijma’, namun kewajiban itu bersifat

kifayah (fardh kifayah) seperti halnya kewajiban berjihad dan menuntut ilmu. Artinya, apabila ada

ahli yang telah mendirikannya, maka gugurlah kewajiban seluruh masyarakat. Baca: Al-Mawardi,

Abi al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Bashri al-Baghdadi, Al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-

Wilayah al-Diniyyah, h. 6. 36 TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Islam dan Politik Bernegara (Jakarta, Bulan Bintang, 1971), h.

62-72.

Page 49: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

34

ditegakkan atas dasar agama, lantaran keadilan yang sempurna adalah keadilan

ketuhanan yang dilengkapi oleh syara', bukan oleh undang-undang manusia.37

3. Tujuan Kepemimpinan Menurut Islam

Dalam sejarah peradaban Islam, kepemimpinan memiliki beberapa sebutan.

yaitu: khilafah (subyeknya disebut khalifah), imāmah (subyeknya disebut imām),

dan sultan. Sebutan “imām” dikaitkan dengan imam shalat yang diikuti dan ditaati

tingkah laku dan perbuatannya. Karena itulah, imāmah dalam konteks

kemasyarakatan biasa disebut dengan “imāmah kubra” (kepemimpinan besar).

Penamaan “khilafah” disebabkan oleh kenyataan bahwa para penguasa muslim

adalah mereka yang melanjutkan tugas Nabi Muhammad Saw. terhadap umatnya.

Mereka biasa disebut sebagai khalīfah Rasulullah atau khalīfah saja. Sementara

sebutan “sultan” diberikan oleh umat kepada mereka yang diangkat dan dibai’at

sebagai penguasa.38

Meski memiliki sebutan berbeda-beda namun kesemuanya itu memiliki dua

tujuan utama: menjaga agama dan mengelola kehidupan duniawi. Dengan

kemampuannya sebagai pemimpin agama, seorang pemimpin wajib menyampaikan

kewajiban syariat kepada umat manusia dan berusaha memobilisasikan mereka

untuk melaksanakannya. Sebagai pemimpin duniawi, pemimpin wajib mengurusi

kepentingan umum umat manusia dengan segala kemampuannya.39

37 TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Islam dan Politik Bernegara, h. 72. 38 Ahmad Khoirul Fata, “Kepemimpinan Dalam Perspektif, Pemikiran Politik Islam”,

Jurnal Review Politik, Vol 02, No. 01 (Juni 2012): h. 6. 39Ahmad Khoirul Fata, “Kepemimpinan Dalam Perspektif, Pemikiran Politik Islam”, h. 6.

Page 50: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

35

Lebih jelasnya, Ibn Taymiyah memaparkan, kepemimpinan memiliki dua

tujuan: pertama, mewujudkan kemaslahatan dalam bidang spiritual (keagamaan)

maupun dalam bidang sosial-ekonomi. Kemaslahatan di bidang spiritual-

keagamaan dilakukan dengan memperbaiki cara hidup beragama umat manusia.

Pengabaian pada tujuan ini dapat menimbulkan kerugian dan kesia-siaan di dunia

dan akhirat. Sedangkan kemaslahatan sosial-ekonomi dicapai dengan cara: 1)

mengelola keuangan negara untuk kesejahteraan rakyat; 2) menjamin ketentraman

melalui upaya penegakan syariat Islam sehingga hukuman hanya diberikan kepada

orang-orang yang melampaui batas.40

Tujuan pertama ini mendapat perhatian cukup serius Ibn Khaldun karena

dianggap sebagai sebab jatuh bangunnya suatu pemerintahan. Menurutnya,

jatuhnya sebuah dinasti didahului oleh tidak berjalannya peran strategis agama

dalam mengarahkan kekuasaan. Ada lima fase perkembangan suatu dinasti

pemerintahan; 1) tahap kesuksesan menggulingkan lawan-lawan politiknya. Pada

fase ini pemimpin menjadi model bagi rakyatnya. Ia juga memutuskan suatu

masalah dengan melibatkan bawahan-bawahannya; 2) tahap pemimpin mulai

berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat; 3) tahap hidup sentosa dan menikmati

kesenangan; 4) tahap kepuasan hati. Ini adalah fase puncak suatu dinasti; 5) hidup

boros dan berlebih-lebihan. Pada fase ini pemimpin mulai merusak hal-hal yang

dulu sudah dibangun oleh pendahulunya. Ia lebih suka mementingkan hawa nafsu

dan kesenangan duniawinya. Akhirnya, dasar-dasar yang telah dibangun

pendahulunya hancur, maka hancur pula dinasti tersebut, Kedua, memerintahkan

40Ahmad Khoirul Fata, “Kepemimpinan Dalam Perspektif, Pemikiran Politik Islam”, h. 6.

Page 51: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

36

kebaikan dan mencegah kemung-karan.41 Fungsi ini merupakan fardhu ain

(kewajiban personal) setiap penguasa.

Kebaikan adalah hal-hal yang didalamnya terkandung kemaslahatan dan

keadilan. Baik yang ditentukan oleh syariat ataupun akal.42 Dengan demikian,

kemungkaran adalah hal-hal yang mengandungi kemudharatan dan kezaliman, baik

menurut syariat ataupun akal. Sesungguhnya tujuan mewujudkan kemaslahatan

bersama merupakan tujuan utama adanya syariat Islam.

Maslahah adalah kebaikan yang terkait dengan kelestarian hidup manusia,

kesempurnaan kehidupan manusia, dan pemenuhan kebutuhan intelektual dan

emosional dalam pengertian mutlak.43 Para ahli fikih telah mengelompokkan

kepentingan dan kemaslahatan publik dalam tiga kategori: 1) kemaslahatan yang

meliputi kebutuhan mutlak, seperti perlindungan terhadap jiwa, harta benda,

kesehatan tubuh dan mental; 2) kemaslahatan yang meliputi kepentingan yang tidak

mutlak, tetapi secara umum diperlukan, membawa kesejahteraan sosial, dan

membuat kehidupan anggota masyarakat menjadi lebih mudah; misalnya ketentuan

tentang sarana publik, seperti pembangunan jalan raya dan taman kota; dan 3)

kemaslahatan demi tujuan tertentu, seperti mengedepankan moral dan budaya

islami.44

Dalam konteks kepemimpinan, sebuah kaidah hukum Islam menyatakan

bahwa setiap keputusan pemimpin harus didasarkan pada kemaslahatan rakyatnya

41Ibn Taymiyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Ishlah Ra’i wa Ra’iyyah (Beirut: Dar al-Kutub

al-Ilmiyyah. 1988), h. 72. 42Ibn Taymiyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Ishlah Ra’i wa Ra’iyyah, h. 121. 43Ziauddin Sardar, Kembali ke Masa Depan, terj. R Cecep Lukman Hakim & Helmi

Mustafa (Jakarta: Serambi, 2003), h. 127. 44Ziauddin Sardar, Kembali ke Masa Depan, h. 115.

Page 52: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

37

keputusan pemimpin yang menyangkut kepentingan publik harus didasarkan pada

kemaslahatan).45 Urgensi menjaga ke maslahatan publik itu sesungguhnya bukan

sekedar terkait dengan pemimpin dan kepemimpinan, namun seluruh umat Islam

juga memiliki kewajiban untuk menjaganya. Yusuf al-Qardāwi menegaskan bahwa

umat Islam harus lebih memen-tingkan hak dan kepentingan bersama (komunitas/

masyarakat) di atas kepentingan pribadi, dan mendahulukan loyalitas kepada umat

(masyarakat) daripada loyalitas kepada kabilah (kelompok) dan individu.46

4. Prinsip-prinsip Kepemimpinan Menurut islam

Menurut Ahmad Khoirul Fata, agar kemaslahatan yang menjadi tujuan utama

kepemimpinan dapat terwujud, para pemikir muslim memberikan panduan pada

setiap pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Ibn Taymiyah

memberikan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan kekuasaan politik. Tiga prinsip

tersebut adalah: 1) amanat, 2) keadilan, 3) musyawarah (syurā). Prinsip ketiga

didasarkan pada QS Ali Imrān ayat 159 dan As-syurā ayat 38.

Prinsip pertama menyangkut dua hal: 1) kekuasaan politik (al-wilāyah), 2)

harta benda. Prinsip amanat dalam politik cukup jelas, bahwa makhluk adalah

hamba-hamba Allah, dan para penguasa adalah wakil-wakil Allah untuk hamba-

hambanya. Namun pada saat yang sama, penguasa juga merupakan wakil-wakil

hamba atas diri mereka sendiri, seperti dua orang yang bermitra (al-syarikāh).47

45Hakim, Abd Hamid. Mabadi Awwaliyah fi Ushul al-Fiqh wa al-Qawaid al-Fiqhiyyah

(Jakarta: Maktabah Saadiyah Putra,tt), h. 40. 46al-Qardāwy, Yusuf, Fiqh Prioritas, terj. Bahruddin F (Jakarta: Rabbani Press, 1999), h.

169-179. 47Ahmad Khoirul Fata, “Kepemimpinan Dalam Perspektif, Pemikiran Politik Islam”, h. 9.

Page 53: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

38

Dengan kata lain, kekuasaan adalah titipan Allah dan rakyat kepada para pemimpin/

penguasa untuk ditunaikan kepada yang berhak (Allah dan rakyat). Bila tidak, maka

penguasa tersebut termasuk telah berkhianat kepada Allah, Rasul, dan rakyat. Ini

tentu berbeda dengan pemahaman al-Mawardi yang menganggap “amanat” lahir

dari kontrak sosial antara rakyat sebagai trustor dan pemimpin sebagai trustee.48

Dalam konteks Surat Al-Nisa’ ayat 58 tersebut, lafadz “amanat” menurut Ibn

Taymiyah mempunyai dua arti: pertama, amanat adalah kepentingan-kepentingan

rakyat yang merupakan tanggung jawab pemimpin untuk mengelolanya.

Pengelolaan itu akan baik dan sempurna jika dalam pemilihan dan pengangkatan

pembantu-pembantunya pemimpin betul-betul memilih orang-orang yang memiliki

kecakapan dan kemampuan. Kedua, amanat dalam ayat tersebut terkait erat dengan

kewenangan memerintah yang dimiliki pemimpin. Jika dalam proses

kepemimpinan dia memilih wakil-wakil dan pembantu-pembantu yang tidak cakap

dan kompeten, maka dia termasuk sudah melanggar amanat-nya.49 Salah satu

perwujudan prinsip amanat ini adalah penempatan orang-orang layak kepada

jabatan yang sesuai dengan kemampuannya.50 Bila proses pemilihan pejabat

didasarkan pada faktor kekeluargaan, persahabatan, kesamaan, baik kesamaan pada

aspek daerah, mazhab, pendapat, atau suku bangsa, suap menyuap, rasa iri, dan

faktor-faktor lainnya yang merupakan bentuk kemungkaran, maka dia termasuk

penguasa yang telah berkhianat pada Allah, Rasul, dan rakyat. Penguasa seperti ini

akan disiksa Allah, mendapat kehinaan, dan kehilangan harta benda. Lebih dari itu

48Ahmad Khoirul Fata, “Kepemimpinan Dalam Perspektif, Pemikiran Politik Islam”, h. 9. 49Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara (Jakarta: UI Press, 1993), h. 86. 50Ibn Taymiyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Islah Ra’i wa Ra’iyyah, h. 14.

Page 54: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

39

ia akan menjadi faktor utama hancurnya kehidupan bernegara seperti sabda Rasul,

“Apabila suatu urusan diserahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah saat

kehancurannya”.51

Sementara itu, prinsip amanat dalam harta benda menegaskan penguasa

untuk mengelola harta benda yang dipercayakan rakyat kepadanya dengan baik.

Ada dua model harta benda yaitu, pertama, harta kekayaan negara (al-amwāl al-

sultaniyyah), seperti hasil zakat dan ghanimah. Dalam hal ini, penguasa harus

mengikuti prosedur yang jelas dalam menghimpun harta dari sumbernya,

mendistribusikan sesuai haknya, dan tidak meng-halangi orang yang berhak

menerimanya. Harta ini harus dikhususkan untuk kemaslahatan kemasyarakatan

secara umum, penguasa juga harus memberikan perlindungan hukum dan

menjamin keamanan bagi orang-orang yang berhak menerima dengan menjaganya

dari berbagai bentuk penyimpangan seperti perampasan, penipuan, dan oleh pejabat

(korupsi). Kedua adalah harta yang terkait dengan persoalan-persoalan yang timbul

dalam masyarakat. Seperti harta hasil mencuri atau penipuan. Harta model ini harus

dikembalikan oleh penguasa kepada pemiliknya.52

Prinsip kedua, keadilan. Dalam QS. al-Nisā` ayat 58 tersebut ditujukan

kepada penguasa politik karena sebagian besar hukum dan hak-hak tidak dapat

ditegakkan kecuali dikelola oleh otoritas kekuasaan politik.53 Menurut Ibn

Taymiyah, ada dua jenis keadilan: syar’iyah dan aqliyah. Keadilan syariat dicapai

dengan menjalankan semua hukum syariat. Sedangkan keadilan rasional dicapai

51Ahmad Khoirul Fata, “Kepemimpinan Dalam Perspektif, Pemikiran Politik Islam”, h. 9. 52Ibn Taymiyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Islah Ra’i wa Ra’iyyah, h. 49. 53Ibn Taymiyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Islah Ra’i wa Ra’iyyah, h. 138.

Page 55: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

40

dengan melaksanakan apa yang menurut indera dan akal mengandung maslahah

bagi kehidupan manusia. Ini berlaku pada sebagian bidang muamalat (interaksi

sosial).54

Dari pembahasan di atas maka diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan

merupakan tata nilai yang bertujuan untuk kemaslahatan bersama, pemimpin di

dalam Islam merupakan sebuah keharusan/ wajib, dan pemimpin diharuskan

memiliki kemampuan untuk menjaga agama serta kehidupan duniawi dengan

tujuan kemaslahatan.55

C. Kepemimpinan di Indonesia

Dalam penelitian ini penulis mencoba mengaplikasikan hadis tersebut di

Indonesia untuk masa sekarang, maka perlu sedikit dibahas tentang kepemimpinan

di Indonesia.

1. Bentuk Pemerintahan Indonesia

54Ibn Taymiyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Islah Ra’i wa Ra’iyyah, h. 121. Ibn Taymiyah

sangat menekankan prinsip adalah ini sehingga dia punya kecenderungan untuk lebih menyukai

kepemimpinan yang adil meski sang pemimpin dari orang kafir daripada kepemimpinan orang Islam

yang tidak adil (dzalim). Prinsip ketiga, musyawarah (syura), berdasar QS Ali Imran ayat 159 dan

QS Assyura ayat 38. Menurut Ibn Taymiyah perintah bermusyawarah pada surat Ali Imran ditujukan

kepada Nabi Muhammad sebagai pemimpin masyarakat. Kenapa Nabi yang ma’shum (terbebas dari

dosa) disuruh bermusyawarah? Ibn Taymiyah memberikan beberapa alasan: 1) untuk menarik

simpati dan melunakkan hati para sahabat; 2) memberi contoh agar ditiru oleh umat sesudahnya; 3)

sebagai prosedur untuk menelurkan pendapat-pendapat terbaik dalam memecahkan persoalan yang

tidak tertera dalam wahyu. 55 Pada pembahasan sebelumnya disebutkan, tujuan kemaslahatan, pertama, yang meliputi

kebutuhan mutlak seperti perlindungan terhadap jiwa, harta benda, kesehatan tubuh dan mental.

Kedua meliputi kebutuhan yang tidak mutlak tetapi secara umum dibutuhkan seperti membawa

kesejahteraan sosial dan membuat kehidupan masyarakat menjadi mudah. Ketiga kemaslahatan

demi tujuan tertentu, seperti mengedepankan moral dan budaya Islami.

Page 56: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

41

Republik Indonesia (RI), umumnya disebut Indonesia, sebuah negara di Asia

Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan

Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah

negara kesatuan yang berbentuk Republik,56 perihal ini tercantum dalam buku UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Sitem Pemerintahan Indonesia

Sistem pemerintahan negara Indonesia dalam Undang-Undang Dasar adalah,

Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), pemerintahan

berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme

(kekuasaan yang tidak terbatas). Kekuasan dan pemerintahan negara dipegang oleh

Presiden Republik Indonesia,57 dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu

oleh seorang Wakil Presiden, presiden memegang kekuasaan dalam pembentukan

undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, dan presiden

menetapkan peraturan untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya

untuk kesejahteraan rakyak Indoneisia seperti yang tertulis dalam pembukaan

UUD.58

56Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 1 ayat (1). 57Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 4 ayat (1). 58Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Pembukaan, Bahwa

sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas

dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan

perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara

Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha

Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,

maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk

membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu

dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha

Page 57: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

42

Dari data-data di atas, secara umum dengan ringkas dapat dinyatakan

pemimpin dan kepemimpinan itu di manapun dan kapanpun juga selalu

diperlukan.59 Kesimpulan yang senada dengan para pemikir muslim, keberadaan

pemimpin adalah sebuah keharusan (wajib/ fardhu).60 Kewajiban itu didasarkan

pada ijma’ para sahabat dan tabi’in. Secara konsep, persyaratan dari kepemimpinan

itu selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu kekuasaan, kewibawaan dan

kemampuan.61 Dan bagi seorang pemimpin dibutuhkan spesifikasi khusus yang

harus dimiliki agar kepemimpinan berjalan sebagaimana yang seharusnya yaitu;

seorang pemimpin harus mempunyai kapasitas (kecerdasan, kewaspadaan,

kemapuan untuk berbicara serta kemampuan untuk menilai/ menimbang) melebihi

anggota yang dipimpin, pemimpin harus bertanggung jawab (mandiri, mempunyai

sosiabilitas yang tinggi, tekun, percaya diri, mampu melindungi dan punya hasrat

yang unggul) terhadap yang dipimpin dan pemimpin harus mempunyai status

meliputi sosial-ekonomi yang cukup tinggi serta popoler, hal ini senada dengan

kepemimpinan menurut Islam yaitu, kepemimpinan merupakan tata nilai yang

bertujuan untuk kemaslahatan bersama, pemimpin di dalam Islam merupakan

sebuah keharusan/ wajib, dan pemimpin diharuskan memiliki kemampuan untuk

menjaga agama serta kehidupan duniawi dengan tujuan kemaslahatan.

Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 59Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 28. 60Al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Bashri al-Baghdadi, Al-Ahkam

al-Sultaniyyah wa al-Wilayah al-Diniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2006), h. 5. 61Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, h. 31.

Page 58: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

43

Namun tidak ditemukan kesimpulan yang mengharuskan maupun

mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin dikhususkan pada satu ras, suku, bangsa

tertentu, sangat bertolak belakang dengan hadis kepemimpinan Quraisy yang

secara tekstual mengisyaratkan pemimpin berada di tangan Quraisy. Maka dari

perbedaan di atas yang menjadi landasan mengapa hadis kepemimpinan Quraisy

tersebut perlu diteliti.

Page 59: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

44

BAB III

SEPUTAR TEKS HADIS KEPEMIMPINAN QURAISY

A. Ketersebaran Periwayatan

Setelah melakukan penelitian terhadap defenisi pemimpin dan ragam-

ragamnya dalam Islam, maka selanjutnya dalam bab ini fokus membahas tentang

teks hadis kepemimpinan Quraisy. Dalam penulisan skripsi ini, yang menjadi bahan

utama dalam pengolahan data yaitu hadis Quraisy tentang kepemimpinan yang

diambil dari kitab Sahih al-Bukhāri, hadis di bawah ini saya pilih menjadi sumber

primer karena diriwayatkan oleh al-Bukhāri dalam kitabnya Sahīh al-Bukhārī,

mengikuiti perkataan Ibn Sallah bahwasanya kitab Sahīh al-Bukhārī paling tinggi

derjat ke-Sahīh an nya, berikut redaksi hadis tersebut:

ث د بن جبي بن مطعم يد ث نا أبو اليمان أخبن شعيب عن الزهري قال كان مم حد معا أ ب ث أ سيكون هو عنده ف فد من ق رش أن عبد الل بن عم ا ر يد ب ف طان ف من ق م

ثون ن أن رجالا منكم يد ث قال أما ب عد فإ ب أحادث ليست ف فأثن عى الل با هو أهالكم ف كتاب الل ل توث ر عن جه لئ أ سم رسول الل صى الل عي ال ت ما ا كم إ

مر ف ق رش ل ول إن هذا ا سم سعت رسول الل صى الل عي م أحد إل عاده أهها فإن ما أقاموا الد ف النار عى جه الل 1كب

“Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami

Syu’aib dari al-Zuhri mengatakan, Muhammad ibn Jubair menceritakan,

Mu’awiyah mendapat informasi darinya, ketika itu Jubair berada di sampingnya

saat berada dalam rombongan Quraisy, bahwa Abdullah ibn Amru menceritakan,

bahwa akan ada yang menjadi raja dari orang Qahtan, maka dia seketika murka,

ia lalu berdiri dan memanjatkan puji-pujian kepada Allah dengan pujian

semestinya, kemudian mengatakan; ‘Amma ba’d. Telah sampai berita kepadaku

bahwa beberapa orang di antara kalian menceritakan hadist yang tidak terdapat

1 Abū Abdillah Muḥammad ibn Ismāīl ibn Ibrāhīm al-Bukhārī, Sahīh al-Bukhārī (Beirut: Dar

al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009), h. 1293.

Page 60: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

45

dalam kitabullah dan tidak pula berasal dari Rasulullah, mereka itu adalah orang-

orang jahil (bodoh) dari kalian, jauhilah olehmu angan-angan yang menyesatkan,

sebab aku mendengar Rasulullah bersabda: “‘Kepemimpinan ini berada di

Quraisy, tidaklah seseorang memusuhi mereka (orang-orang Quraisy), kecuali

Allah yang menelungkupkannya (yang memusuhi) dalam neraka di atas wajahnya,

selama mereka (orang Quraisy) menegakkan agama.”

Sebelum dianalisa lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan penelusuran

bagaimana penyebaran hadis tersebut dengan menggunakan metode Takhrij Hadis,

yaitu penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli

hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap

matan dan sanad hadis tersebut.2 Metode takhrij yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu:

1. Metode Takhrij dengan Mengetahui lafaz pertama dari matan hadis,

menggunakan kitab Mausu`ah Atraf al-Hadis al-Nabawi al-Syarif karya

Muhammad Sa`id Ibn Basyuni. Kitab ini memuat indeks lafaz pertama matan

hadis yang terdapat dalam 150 kitab.3

2. Metode takhrij dengan mengetahui kata-kata yang jarang digunakan dari

suatu bagian matan hadis, menggunakan kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfâz

al-Hadîts al-Nabâwî karya A.J. Wensinck.4 Kitab ini memuat indeks kata

yang terdapat dalam sembilan sumber hadis atau Kutub al-Tis’ah. Berikut ini

salah satu contoh cara membaca rumus yang terdapat di dalam kitab ini, yaitu:

3. Jika tidak ditemukan pada dua metode takhrij di atas, maka pencarian

dilakukan melalui search engine Maktabah Syamilah versi. 3.57 50 GB.

2 Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi, (Bulan Bintang, 2007), h. 41. 3 Abu Hajar Muhammad al-Sa`id ibn basyuni Zaghlul, Maus`ah Atraf al-Hadis al-Nabawi

al-Syarif (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t), Juz 1, h. 16-21. 4 Mahmud al-Thahhan, Usl al-Takhrîj wa Dirâsah al-Asânid (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif,

1991), h. 35.

Page 61: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

46

Setelah dilakukan pencarian terhadap hadis dengan menggunakan metode-

metode di atas maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Metode pertama, pencarian dengan menggunakan kalimat inna haza al-amr

sebagai awal lafaz dari matan hadis pada kitab Mausu`ah Atraf al-Hadis al-Nabawi

al-Syarif yaitu:

6720ح 2611/ص6البخاري:ج (1 779ح 337/ص19املعجم الكبي:ج (2 3309ح 1289/ص3صيح البخاري:ج (3 33799ح 0/ص0كنز العمال:ج (4 780ح 338/ص19املعجم الكبي:ج (5 8750ح 228/ص5السنن الكبى:ج (6 16311ح 141/ص8سنن البيهي الكبى:ج (7 2521ح 315/ص2سنن الدارمي:ج (8 16898ح 94/ص4مسند أمحد:ج (9

3201ح 248/ص4مسند الشاميني:ج (10 14059ح 0/ص0كنز العمال:ج (11 16314ح 143/ص8سنن البيهي الكبى:ج (12 37719ح 526/ص7مصنف ابن أيب شيب :ج (13 32389ح 402/ص6مصنف ابن أيب شيب :ج (14 37991ح 0/ص0كنز العمال:ج (15 19559ح 396/ص4مسند أمحد:ج (16 216ح 142/ص1املعجم الصي:ج (17

2. Metode yang kedua, penelusuran menggunakan kata al-amr, Quraisy dan

kata baqīa yang dibantu kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabâwî,

dan diperoleh informasi periwayatan lewat jalur Sahīh al-Bukhāri, dengan memuat

Page 62: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

47

empat riwayat.5 Dua riwayat dalam kitab Manāqib, pada bab Manāqib al-Quraisy,

dan dua riwayat yang lain dalam kitab al-Ahkām, yaitu pada bab al-Umarā Min

Quraisy. Berikut redaksi hadis dalam al-Bukharī

Hadis pertama:

ث نا أبو اليمان أخبن شعيب عن د بن جبي بن م حد الزهري قال كان مم معا ث أ ب طعم يد طان من ق ث أ سيكون م ا هو عنده ف فد من ق رش أن عبد الل بن عمر يد ب ف ف

ث فأثن ع ن أن رجالا منكم يد ث قال أما ب عد فإ ب ون أحادث ليست ف ى الل با هو أهك الكم فإ جه لئ أ سم م كتاب الل ل توث ر عن رسول الل صى الل عي ال ت ما ا

مر ف ق رش ل ول إن هذا ا سم سعت رسول الل صى الل عي عادهم أحد إل أهها فإن ما أقاموا الد ف النار عى جه الل 6كب

“Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami

Syu’aib dari al-Zuhri mengatakan, Muhammad ibn Jubair menceritakan,

Mu’awiyah mendapat informasi darinya, ketika itu Jubair berada di sampingnya

saat berada dalam rombongan Quraisy, bahwa Abdullah ibn Amru menceritakan,

bahwa akan ada yang menjadi raja dari orang Qahtan, maka dia seketika murka,

ia lalu berdiri dan memanjatkan puji-pujian kepada Allah dengan pujian

semestinya, kemudian mengatakan; ‘Amma ba’d. Telah sampai berita kepadaku

bahwa beberapa orang di antara kalian menceritakan hadist yang tidak terdapat

dalam kitabullah dan tidak pula berasal dari Rasulullah, mereka itu adalah orang-

orang jahil (bodoh) dari kalian, jauhilah olehmu angan-angan yang menyesatkan,

sebab aku mendengar Rasulullah bersabda: “‘Kepemimpinan ini berada di

Quraisy, tidaklah seseorang memusuhi mereka (orang-orang Quraisy), kecuali

Allah yang menelungkupkannya (yang memusuhi) dalam neraka di atas wajahnya,

selama mereka (orang Quraisy) menegakkan agama.”

Hadis kedua:

ث نا عاصم بن ممد قال سعت ث نا أبو الوليد حد هما عن النب صى عن ابن عم أيب حد ر رضي هللا عن سم قال ل زال مر ف ق رش هللا عي هم اث نان ما هذا ا ي من 7ب

5 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī, Juz I, h. 87. 6 Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’il al-Bukhārī, Sahīh al-Bukhāri (t.tp.: Dar Mutabī

Syabī, t.t.) Juz IV, h. 217-218. 7 Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’il al-Bukhārī, Shahih al-Bukhārī, Juz IX, h. 217-218

Page 63: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

48

“Menceritakan kepada kami Abū al-Walīd, menceritakan kepada kami ‘Āsīm ibn

Muhammad ia berkata, aku mendengarkan dari ayahku dari Ibn ‘Umar ra, dari

nabi Saw. beliau bersabda “Kepemimpinan ini tetap ada di (tangan) Quraisy

selama masih ada dua orang di antara mereka”

Hadis ketiga

ث د بن جبي بن مطعم يد ث نا أبو اليمان أخبن شعيب عن الزهري قال كان مم حد معا أ ب سيكون هو )هم( عنده ف فد من ق رش ث أ ب أن عبد هللا بن عمر يد طان ف من ق م

ن أن رجالا منكم يد ب ث قال أما ب عد فإ ا فأثن عى هللا با هو أه ثون( أحادث ف د ثون ) ت جهالكم لي لئ أ سم ست ف كتاب هللا ل توث ر عن رسول هللا صى هللا عي ما ا كم فإ

ول إن هذا ا سم سعت رسول هللا صى هللا عي أهها فإ مر ف ق رش ل عادهم ال تن ما أقاموا الد هللا ف النار عى جه 8أحد إل كب

“Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami

Syu’aib dari al-Zuhri mengatakan, Muhammad ibn Jubair menceritakan,

Mu’awiyah mendapat informasi darinya, ketika itu Jubair berada di sampingnya

saat berada dalam rombongan Quraisy, bahwa Abdullah ibn Amru menceritakan,

bahwa akan ada yang menjadi raja dari orang Qahtan, maka dia seketika murka,

ia lalu berdiri dan memanjatkan puji-pujian kepada Allah dengan pujian

semestinya, kemudian mengatakan; ‘Amma ba’d. Telah sampai berita kepadaku

bahwa beberapa orang di antara kalian menceritakan (menyebarkan) hadist yang

tidak terdapat dalam kitabullah dan tidak pula berasal dari Rasulullah, mereka itu

adalah orang-orang jahil (bodoh) dari kalian, jauhilah olehmu angan-angan yang

menyesatkan, sebab aku mendengar Rasulullah bersabda: “Kepemimpinan ini

tetap berada di Quraisy, tidaklah seseorang memusuhi mereka (orang-orang

Quraisy), kecuali Allah yang menelungkupkannya (yang memusuhi) dalam neraka

di atas wajahnya, selama mereka (orang Quraisy) menegakkan agama.

Hadis keempat

ث نا عاصم بن ممد قال سعت أيب عن ث نا أبو الوليد حد هما عن ا حد بن عمر رضي هللا عن سم قال ل زال مر ف ق رش النب صى هللا عي هم اث نان م هذا ا ي من 9ا ب

“Menceritakan kepada kami Abū al-Walīd, menceritakan kepada kami ‘Ashīm ibn

Muhammad ia berkata, aku mendengarkan dari ayahku, dari Ibn ‘Umar ra, dari

8 Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’il al-Bukhārī, Shahih al-Bukhārī, Juz IX, h. 77-78. 9 Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’il al-Bukhārī, Sahīh al-Bukhārī, Juz IX, h. 77-78.

Page 64: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

49

nabi, beliau bersabda, “Kepemimpinan ini tetap ada di tangan Quraisy selama

masih ada dua orang di antara mereka (orang Quraisy)”

3. Penelusuran selanjutnya menggunakan kata kepemimpinan Quraisy dapat

ditelusuri dalam kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal memuat delapan riwayat yakni:

Juz II ada tiga riwayat, Juz III ada dua riwayat dan Juz IV ada tiga riwayat.10 Berikut

adalah seluruh matan dan sanad hadis tersebut:

Hadis pertama

ثن أب ث نا عبد الل حد ث ناحد عت أ حد ث نا عاصم بن ممد س ول سعت عبد الل بن معاذ حد ب ى م مر ف ق رش ما ب سم ل زال هذا ا ول قال رسول الل صى هللا عي اث نان ن عمر النا

وهما هكذا«. 11قال حرك أصب عي"Abdullāh menceritakan kepada kami bahwasanya ayahnya berkata: menceritakan

kepada kami Mu’āz, menceritakan kepada kami ‘Asim ibn Muhammad ia berkata:

aku mendengar ayahku berkata: Aku mendengar Abdullāh ibn ‘Umar berkata, Nabi

Saw. bersabda: “Kepemimpinan ini tetap berada pada Quraisy, selama sisa

manusia hanya tinggal dua, ibn Umar menambahkan, beliau (Nabi) menggerakkan

jari jemarinya dengan menunjukkan bilangan dua seperti ini."

Hadis kedua

د بن زد عن أ د بن زد عن عاصم بن مم ث نا مم ثن أب حد ث نا عبد الل حد عن ابن عمر حد بيسم- النب عن ى ف » قال -صى هللا عي مر ف ق رش ما ب اث نان ل زال هذا ا 12النا

"Abdullāh menceritakan, menceritakan kepadaku ayahku, bercerita Muhammad

ibn Yazīd dari ‘Āsim ibn Muhammad ibn Zayd dari ayahnya dari Ibn ‘Umar dari

Nabi saw. bersabda: kepemimpinan tertap berada pada (tangan) Quraisy sekalipun

manusia hanya tinggal dua.

10 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī (Leiden: E-J.Brill,

1942) Juz I, h. 92 11 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal (Beirut: al-

Maktabah al-Islamī, 1398) Juz II, h. 29. Selanjutnya akan disebut sebagai Ahmad ibn Hanbal. 12 Ahmad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal, juz II, h. 128.

Page 65: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

50

Hadis ketiga

ى أب اث نا شعب عن ع د بن جعفر حد ث نا مم ثن أب حد ث نا عبد الل حد ثن بكي سد قال حد حد

ك أحد إن رسول ث حدثاا ما أحد ث أحد صى -لل ابن هب الزرى قال قال ل أس بن مالسم ال -هللا عي ف ا لكم ش إن ائم من ق ر » قا عى بب الب يت نن في لم عيكم ح

إن حكموا عدلوا فمن ل ا فوا إن عاهد ا إن استمحوا ف رمحوا ا مث ذل عيهم ح فع ذل أجعني لعن الل المالئك النا هم ف عي 13من

“Abdullahāh menceritakan, menceritakan kepadaku ayahku, Muhammad ibn Ja’far

bercerita Syu’bah dari ‘Alī Abī al-Asad ia berkata: Menceritakan kepadaku Bukair

ibn Wahab al-Jazarī ia berkata: berkata kepadaku Anas ibn Mālik, aku akan

menceritakan kepadamu hadis yang aku certakan pada setiap orang, yaitu

sesungguhnya Rasulullah saw. berdiri di depan pintu rumah, dan kami berada

disitu, dan beliau bersabda: “Pemimpin itu dari Quraisy” sesungguhnya mereka

mempunyai hak atas kalian dan kalian pun mempunyai hak atas mereka juga. Apabila mereka diminta untuk berbelas kasih, mereka akan memberikan belas

kasih, apabila mereka berjanji, mereka menepati janji, dan apabila mereka

menghakimi, mereka berlaku adil. Barang siapa di antara mereka tidak

melaksanakan hal tersebut, maka atas mereka laknat Allah, malaikat, dan seluruh

manusia.”

Hadis keempat

د ث نا سيمان بن دا ثن أب حد ث نا عبد الل حد ث ناحد أ أب ب رز سكني حد ث نا سيار بن سالم س حد إل النب سم- رف ع ا ف وا ائم من ق رش إذا استمح » قال -صى هللا عي إذا عاهد وا رمحوا

إذا حكموا عدلوا فمن ل فع ذل لعن الل المالئك الن هم ف عي أجعني من 14ا“Menceritakan kepada kami ‘Abdullāh, menceritakan kepadaku ayahku,

merceritakan kepada kami Sulaiman ibn Dāud, merceritakan kepada kami Sukain,

merceritakan kepada kami Sayyār ibn Salāmah, ia mendengar ‘Abū Barzah yang

ia sandarkan kepada Nabi saw., beliau bersabda: “pemimpin itu dari Quraisy”.

Apabila mereka diminta untuk berbelas kasih, mereka akan memberikan belas

kasih, apabila mereka berjanji, mereka menepati, dan apabila mereka menghakimi,

mereka berlaku adil. Barang siapa di antara mereka yang tidak melaksanakan hal

tersebut, maka bagi mereka laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia”.

13 Ahmad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal, h. 129. 14 Ahmad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal, juz IV, h. 421.

Page 66: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

51

Hadis kelima

ث نا ث نا عفان حد ثن أب حد ث نا عبد الل حد ث نا سيار بن سالم أبو بن عبد سكني حد العزز حدرطني إن غال ق هال قال دخت مأ أب عى أب ب رز إن ف أذن ومئذ ل ل قال رسول الل االمن

سم- استمحوا ف رمحوا رش ثالاثا ما ف عوا ثالاثا ما حكموا ف عدلوا امراء من ق » -صى هللا عي أجعني لعن الل المالئك النا هم ف عي من ا ف وف وا فمن ل فع ذل 15عاهد

“Merceritakan kepada kami ‘Abdullāh, menceritakan kepadaku ayahku, bercerita

‘Affān, bercerita Sukain ibn ‘Abdul‘azīz, merceritakan kepada kami Sayyār ibn

Salāmah ‘Abu al- Minhāl ia berkata: “Aku pergi bersama ayahku kepada ‘Abu

Barzah, pada saat itu di telingaku ada dua anting-anting dan aku masih anak-anak,

ia berkata (Sayyar) Rasulullah saw. bersabda: “pemimpin itu dari Quraisy”

(disebut) tiga kali, selama mereka melaksanakan tiga perkara yaitu: Apabila

menghakimi, berlaku adil, apabila diminta belas kasih, mereka akan memberikan

belas kasih, dan apabila mereka berjanji, menepati. Barang siapa di antara mereka

tidak melakuakannya, maka baginya laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia”.

Hadis keenam

ث نا حسن بن ثن أب حد ث نا عبد الل حد ث نا سكني ب موسىحد ن عبد العزز عن سيار بن سالم حدسمى إن ف أذن ومئذ هال الر حى قال دخت مأ أب عى أب ب رز ا رطني أب المن -قال -ل

ال ال . قال ف ت لئماا لذا الى م إن ل ن ق رش فالن ها هنا أبو ب رز إن أمحد الل أن أصب يا ات عى الد يا فالن ها هنا ات عى الد ن قال حت ذكر اب - بن مران عن عبد الم -

إل لذه العصاب المبد الميص بطونم م زرق. قال ث قال إن أحب النا أموال المسمني ن اسم-قال قال رسول الل «. الفيف ظهورهم من دمائهم مراء من ق رش ا» -صى هللا عي

مراء من ق رش ل عيهم حق لم عيكم حق ما ف عوا ثالاثا ما مراء من ق رش ا كموا ف عدلوا ح اهم من ا ف وف وا فمن ل فع ذل ل استمحوا ف رمحوا عاهد أجعني ف عي 16عن الل المالئك النا

“Abdullah bercerita, menceritakan kepadaku ayahku, bercerita Hasan ibn Mūsā,

bercerita Sukain ibn ‘Abdul’azīz dari Sayyār ibn Salāmah ibn Munhāl al-Rayyāhi

ia berkata: “Aku pergi bersama ayahku kepada ‘Abū Barzah-pada saat itu di kedua

telingaku ada dua anting-anting dan aku masih anak-anak, ia berkata (Sayyar),

maka Abū Barzah berkata: Aku memuji Allah, sesungguhnya aku dalam keadaan

mencela kepada salah satu golongan Quraisy, dimana seseorang hanya berperang

15 Ahmad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal, juz IV, h. 421. 16 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal, juz IV, h. 424.

Page 67: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

52

demi kepentingan dunia, dan orang yang lainnya (juga) berperang demi

kepentingan dunia, yaitu ‘Abd al-Mālik ibn Marwān, bahkan Ibn al-Azrāq

mengatakan bahwa manusia yang paling aku suka adalah sekelompok orang-orang

ini yang perutnya penuh dengan harta kaum muslimin (orang-orang yang haus

akan harta), dan orang-orang yang mudah menumpahkan darah mereka.

Kemudian ‘Abū Bazrah berkata, Nabi Saw. bersabda: Para pemimpin dari

Quraisy, pemimpin itu dari Quraisy, pemimpin itu dari Quraisy. Aku mempunyai

hak atas mereka, dan mereka mempunyai hak atas kalian, apabila mereka

mengerjakan tiga perkara. Yaitu apabila menghakimi, mereka berlaku adil, apabila

diminta untuk berbelas kasih, mereka akan memberikan belas kasih, dan apabila

mereka berjanji, mereka menepatinya. Maka barang siapa antara mereka yang

tidak melaksanakan hal tersebut, maka bagi mereka laknat Allah, malaikat, dan

seluruh manusia.”

4. Metode Pencarian yang ketiga dalam penelitian ini yaitu menggunakan

bantuan search engine Maktabah Syamilah versi. 3.57 50 GB. Berikut hasil

pelacakannya:

إن هذا امر ف قرش ل عادهم في أحد إل كب هللا عى (1 17جه ما أقاموا الدن

إن هذا المر ف قرش ل عادهم أحد إل أكب هللا لوجه (2 18ما أقاموا الدن

جه عادهمان هذا امر ف قرش ل (3 أحد ال كب هللا عى 19ما أقاموا الدن

جه نازعهمإن هذا امر ف قرش ل (4 هللا عى أحد إل أكب 20ما أقاموا الدن

17 Abu Bakar Aḥmad ibn al-ḥusein ibn Ali al-Baihāqi, al-Sunan al-Kubrā (India: Majlīs

Dā’irah al-Mā’arif an-Niḍāmiyah, 1334 H), jil. 8, h. 141. Dan dengan tambahan ta’ālā: Ala’uddin

Alī ibn Hisāmuddin al-Muttaqi al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl fi ṣunan al-Aqwāl wa al-Af’āl

(Mu’assasah al-Risālah, 1981 M/ 1401 H), jil. 12, h. 23. 18 Sulaiman ibn Aḥmad ibn Ayyūb Abū al-Qāsim al-Tabrāni, al-Mu’jam al-Kabīr (Maushul:

Maktabah al-‘Ulūm wa al-Hikam, 1983 M/ 1404 H), h. 337. 19 Abdullah ibn Abdurrahman Abū Muhammad ad-Dārimī, Sunan al-Dārimī (Beirut: Dar al-

Kutub al-Arabī, 1407 H), jil. 2, h. 315. Abu Abdirrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali an-Nasā’i,

Sunan al-Kubrā, jil. 8, h. 81. 20 Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal (Mu’assasah al-Risalāh, 1999 M/ 1420

H), jil. 28, h. 65.

Page 68: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

53

Hadis di atas merupakan hadis riwayat al-Bukhārī yang kami jadikan hadis

acuan untuk melacak hadis-hadis serupa. Hadis dengan redaksi seperti di atas hanya

diriwayatkan oleh al-Bukhārī saja. Pelacakan di atas hanyalah pelacakan yang

didasarkan pada redaksi serupa; hadis riwayat al-Bukhāri. Sebenarnya masih bisa

ditemukan hadis-hadis lain yang menggunakan redaksi yang berbicara tentang

kepemimpinan orang Quraisy. Seperti misalnya hadis riwayat al-Baihāqi (w. 458

H) berikut:

ممد بن عوب حدثنا أمحد بن عبد البار حدثنا وس أخبن أبو عبد هللا الافظ حدثنا أبو العباإن ه ا امر ف قرش ذبن بكي عن ممد بن إساق بن سار ف خطب أب بكر رضى هللا عن قال

ل سم استاموا عى أمره قد بكم ذل أ سعتموه عن رسول هللا صى هللا عي ما أطاعوا هللا أتم الوزراء إخوانا ف الدن ا إن هللا مأ الصابرن فنن امراء اصب تذهب ريكم تنازعوا فتفشوا

ف خطب عمر رضى هللا عن بعده وا رسول شدتكم بهلل معشر اصار أل تسمعأصارن عي استاموا عى هو ول الول من قرش ما أطاعوا هللا سم أ من سع منكم صى هللا عي

21أمره.

Atau riwayat Ibn Abi Saibah (w. 235 H) dalam Musannaf-nya:

ي أيب موسى قال قا النب صى هللا ععن أبو أسام عن عوف عن زد بن خمراق عن أيب كنا عن إذا سم عى بب بيت في فر من قرش فال إن هذا المر ف قرش ما داموا إذا استمحوا رمحوا النا أجعني املالئك إذا ما قسموا أقسطوا فمن ل فع ذل منهم فعي لعن هللا ما حكموا عدلوا

ل عدل. ل ب من صرف

21 al-Bukhari, Sahih al-Bukhāri, h. 1293.

Page 69: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

54

Semua informasi tentang redaksi matan hadis-hadis kepemimpinan Quraisy

secara utuh dengan seluruh jalur sanadnya sangat diperlukan untuk menghindari

pemahaman secara parsial tentang hadis ini. Secara keseluruhan jalur periwayatan

hadis-hadis kepemimpinan Quraisy adalah sebagai berikut:

1. Hadis kepemimpinan Quraisy dengan redaksi al-A’immah min Quraisy

terdapat dalam kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal dan redaksi inna haza al-

amr fi Quraisy berada pada kitab sahih al-Bukhārī.

2. Hadis kepemimpinan Quraisy dengan redaksi lain (la yazāllu..) terdapat

dalam tiga jalur periwayat hadis, al-Bukhārī, Muslim, dan Ibn Hanbal.

3. Lafaz tahammul yang dipakai dalam jalur riwayat ini berbeda-beda, ada yang

menggunakan qāla, sami’tu, sanā, haddasanā, akhbaranā,‘an dan inna.

4. Terdapat periwayat yang tidak disebut namanya secara jelas, yaitu pada jalur

sanad al-Bukhārī, yakni Abū al-Yamān, namun menurut al-Asqalanī dalam

Tahzdīb al-Tahzdīb nya yang dimaksud sebenarnya ialah al-Hakam ibn Nafi’

al-Bahranī.22 Selain itu masih terdapat juga periwayat yang tidak disebut

namanya dengan jelas dalam ketiga jalur sanad, al-Bukhārī, Muslim, dan Ibn

Hanbal, yakni dari riwayat Abdullahāh ibn ‘Umar yang disebutkan ‘an Abī.

Setelah ditelusuri ternyata yang dimaksud adalah Muhammad ibn Zayd

Abdullahāh ibn ‘Umar.23

5. Penulis tidak secara rinci meneliti perawi dari hadis kepemimpinan Quraisy

yang dihasilkan dari metode takhrij di atas karena mengikuti perkataan al-

22 Ahmad ibn Ali ibn Hajar al-Asqalanī, Tahzib at-Tahzib, (Beirut: Dar Shadir, t.ţ.) Juz II, h.

441. 23 Jamal al-Din Abī al-Hajjāj Yusuf al-Mizzī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijal (t.tp:

Muassasat al-Risalah, 1985) Juz XXV, h. 226-227.

Page 70: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

55

Qastalānī bahwa hadis-hadis di dalam kitab Sahih al-Bukhari paling tinggi

ke-otentikan dan ke-sahih-annya.24

6. Dari hasil penelusuran terhadap hadis di atas menghasilkan lafadz yang

mengisyaratkan kepemimpinan itu berada di suku Quraisy menjadi beberapa

macam yaitu:

مر ف ق رش ل عادهم .1 ف النار ع إن هذا ا الل ن أحد إل كب ما أقاموا الد ى جههم اث نان .2 ي من مر ف ق رش ما ب ل زال هذا ا اث نان .3 ى من النا مر ف ق رش ما ب ل زال هذا ا ا إن اائم من ق رش .4 ا مث ذل ا لكم عيهم ح ستمحوا ف رمحوا إن لم عيكم ح

لعن الل هم ف عي من إن حكموا عدلوا فمن ل فع ذل ا فوا إن عاهد المالئك أجع ني النا

إذا حكموا عدلوا فمن ل .5 ا ف وا إذا عاهد فع ائم من ق رش إذا استمحوا رمحوا أجعني لعن الل المالئك النا هم ف عي من ذل

مراء من ق رش ثالاثا ما ف .6 ا ف وف وا عوا ثالاثا ما حكموا ف عدلوا استمحوا ف ا رمحوا عاهد أجعني لعن الل المالئك النا هم ف عي من فمن ل فع ذل

مراء من ق رش .7 مراء من ق رش ا مراء من ق رش ل عيهم حق ا لم عيكم حق اا ف وف وا فمن ل ما ف عوا ثالاثا ما حكموا ف عدلوا استمحوا ف رمحوا عاهد فع ذل

لعن الل المالئك الن هم ف عي أجعني من ا

Hadis di atas mengisyarakatkan bahwa tidak ada yang boleh mengurusi

masalah kepemimpinan kecuali orang Quraisy, sebelum benar-benar mengamini

pemahaman tersebut, harus ditinjau terlebih dahulu konteks kesejarahan yang

melahirkan sabda ini. Apa yang dimaksud dengan Quraisy? Apakah pada masa

24 Ahmad ibn Muhammad ibn Abu Bakr ibn Adullmalik al-Qastalānī, Irsyādu al-Sari li

Syarhi Sahih al-Bukhāri (Mesir: al-Mathba’ah al-Kubra, 1323 H), jil. 1, h. 19.

Page 71: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

56

sekarang masih diwajibkan memilih pemimpin dari Quraisy sedangkan Islam sudah

meluas dan menyeber ke berbagai penjuru dunia?

B. Siapa itu Quraisy?

Hadis kepemimpinan Quraisy ditemukan di sembilan kitab hadis, bahkan di

antaranya diriwayatkan oleh al-Bukhārī, sebagai perawi hadis yang paling selektif,

ketat dan dan mempunyai standar tinggi dalam meriwayatkan sebuah hadis. Dengan

demikian, kualitas hadis pemimpin Quraisy secara umum bisa dikatakan sebagai

Shahih. Tetapi bagaimana dengan pemaknaan hadis tersebut? Di dalam penelitian

ini penulis mencoba memahami apa itu Quraisy yang tercantum dalam matan hadis

tersebut, dan untuk menganalisa hadis kepemimpinan Quraisy, penelitian ini

menggunkan metode Semantik.

Semantik adalah studi mengenai relasi antara tanda dan signifikansi atau

maknanya, dalam bahasa C.S Morris, semantik adalah ilmu untuk membaca makna

dari sebuah tanda. Semantik merupakan salah satu dari tiga dimensi analisa

Semiotika, maka dalam kontek Struktural Semiotika, semantik adalah bagian dari

Semiotika, Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure sebagai ilmu yang

mengkaji tentang tanda sebagai bagian kehidupan sosial, menurutnya semiotika

sangat bergantung kepada aturan main atau kode sosial yang berlaku dalam

lingkungan masyarakat, sehingga tanda dapat dimaknai secara kolektif.25

25 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika, (Bandung: Matahari, 2012), h. 299-

301.

Page 72: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

57

Penggunaan semantik dalam pembacaan hadis Quraisy harus didasarkan

kepada pemahaman yang komprehensif mengenai elemen-elemen dasar

semiotika26 yaitu tanda. Keberadaan tanda tidak dapat terlepas dari konteks sosial,

budaya, politik, ekonomi, dan sistem nilai yang dianut pada masa tersebut dan

dimana tanda tersebut berada.27

Kata Quraisy yang diucapkan Nabi Saw. dalam matan hadis tentu juga

disertai oleh aspek-aspek di atas yang telah disebutkan, maka penelitian ini

menjadikan kata Quraisy sebagai tanda dan juga teks yang akan dikembangkan

maknanya menjadi makna konotasi28 dan segala aspek yang menyertai akan

menjadi bahan analisa dalam pemaknaan hadis tersebut.

1. Sejarah Quraisy

Kata Quraisy yang dimaksud adalah salah satu suku dari bangsa Arab

keturunan Nabi Ibrahim yang terkuat.29 Mereka diduga berasal dari keturunan

Ismail (Bani Ismail) melalui anaknya Adnan, ada juga yang menyebut dengan

nama Arab Adnan dan Quraisy termasuk cabang dari ini, mereka adalah adalah

anak dari Fihr ibn Mālik ibn Nadar ibn kinānāh. Quraisy terpecah menjadi

banyak kabilah di antaranya yang terkenal adalah; Jamah, Saham, Adi,

26 Elemen dasar dalam semiotika adalah tanda(penanda/ petanda), aksi tanda (sintagma/

sistem), tingkatan tanda (denotasi/ konotasi), serta relasi tanda (metafora/ metonimi), menurut

Saussure, diskursus sosial, politik, ekonomi, budaya, seni dan desain sebagai fenomena bahasa,

maka ia dapat pula dipandang sebagai tanda (penanda+petanda= tanda). Baca: Yasraf Amir Piliang,

Semiotika dan Hipersemiotika, (Bandung: Matahari, 2012), h. 301. 27 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika, h. 348. 28 Makna konotasi adalah makna lapis dua/ makna lain yang bersifat ekplisit. Baca: Yasraf

Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika, (Bandung: Matahari, 2012), h. 305. 29Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Pener:

Qomaruddin SF, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Merdeka, 2007), h. 16.

Page 73: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

58

Makhzum, Ta`im, Zahrah, dan keturunan Qushai ibn Kilab. Keturunan dari

Adnan mulai banyak, mereka tersebar keseluruh penjuru Arab, mengais rezeki

di tempat-tempat yang subur, Quraisy adalah salah satu dari keturunan tersebut

bermukim di Makkah dan sekitarnya, mereka tidaklah bersatu sebelum nantinya

Qushay mempersatukannya.30 Sekitar empat ratus tahun sesudah Masehi,

seorang lelaki Quraisy bernama Qushay menikahi anak perempuan Hulāyl ibn

Hubsyah, pemimpin Khuza’ah, Posisi Jumhur sebagaia penguasa Kota Suci

Makkah, Khuza’ah adalah suatu suku Arab Keturunan Ismail yang telah

bermigrasi dari yaman.31 Hulayl menganggap menantunya sebagai anak

kandung sendiri.32 Setelah itu, pada masa kelahiran Nabi Muhammad

Saw(571M) penduduk kota Makkah terdiri dari berbagai suku bangsa. Elemen

Sentral dan yang berkuasa terkenal dengan sebutan Quraisy Dalam (Quraisy of

Inside),33 Pertama, terdiri dari sekelompok saudagar bisnis yang aristokratis,

bankir-bankir dan pedagang-pedagang, wirasuasta dan tokoh-tokoh yang

sebenarnya berkuasa terhadap perdangan transisto. Kedua, sesudah mereka

adalah kelempok yang disebut dengan Quraisy Luar (Quraisy of the Outsider),

yaitu sejumlah penduduk yang lebih kecil, terdiri dari pedagang-pedagang,

pemukim-pemukim yang lebih muda dan statusnya lebih rendah, terahir,

sekelompok proletar yang terdiri dari orang asing dan Badui. Di luar kota

30Syaikh Shafyyur-Rahman al-Mubarakfury, Sejarah Hidup Muhammad; Sirah Nabawiayah,

(Jakarta: Robbani Press, 1998 ), h. 8-9. 31 Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, h. 16. 32 Menganggap menantu sebagai anak sendiri adalah sesuatuyang tidak lazim pada bangsa

arab masa itu. Martin Lings, baca: Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik,

Pener: Qomaruddin SF, h. 16. 33Benard Lewis, Bangsa Arab Dalam Lintasan Sejarah, Pener: Said Jamhuri, h. 17-18.

Page 74: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

59

Makkah ada Quraisy Arab, yaitu hidupnya yang tergantuk pada situasi dan

kondisi, pemerintahan kota Makkah dilukiskan oleh Lammens sebagai Republik

Kota Saudagar.34 Menurut sejarah mereka dikatan sebagai suku yang paling

kuat, paling dominan, terkemuka dan berwibawa dibandingkan suku Mudhar

lainnya. Tidak hanya itu mereka juga paling disegani di jazirah Arab pada masa

dahulu, masyarakat arab sangat patuh dan tunduk pada mereka.35

2. Populasi dari Masyarkat Quraisy

Disaat Hulayl meninggal terjadilah perang antara Khuza’ah dan Quraisy,

pada ahirnya peperangan tersebut berimplikasi pada kemenangan Qushay untuk

menguasai Makkah dan Kakbah, ada tiga riwayat yang menjelaskan sebab

terjadinya peperangan tersebut, yaitu: Pertama, takkala anak-anak dan keluarga

Qushay sudah bertebaran, hartanya berlimpah dan posisinya di masyarakat

sudah mapan, sementara Hulayl pun sudah tiada, Qushay memandang dirinya

lebih berhak untuk menguasai Makkah dan Kakbah dari pada Khuza’ah dan Bani

Bakr, karena Qushay adalah pangkal Bani Ismail, maka Qushay berbicara

kepada tokoh-tokoh Qurasih dan Bani Kinanah untuk mengusir Khuza’ah dan

Bani Bakr dari Makkah. Merekapun menyambutnya.

Kedua, menurut Khuza’ah, Hulayl berwasiat kepada Qushay untuk mengurus

kota Makkah. Ketiga, Hulayl mengangkat anaknya, Haba untuk mengurus Baitul

Haram, dan mengangkat Abu Ghabsyan lah yang bertindak sebagai pelaksana

pengurusan Kakbah, menggantikan Hulayl, takkala Hulayl meninggal dunia

34 Benard Lewis, Bangsa Arab Dalam Lintasan Sejarah, Pener: Said Jamhuri, h. 17. 35 Abdul Karim Munte , Dkk, Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis (Tangerang

Selatan: Yayasan Pengkaji Hadis el_Bukhori, 2017), h. 94-95.

Page 75: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

60

Qushay membeli kekuasaan atas Baitul Haram dari Tangan Abu Ghabsyan, dan

Khomer, Khuza’ah tidak rela terhadap jual beli tersebut dan berusaha

menghalangi Qushay dari kekuasaan terhadap Kakbah. Maka Qushay

mengumpulkan Bani Kinanah dan tokoh-tokoh Quraisy untuk mengusir

Khuza’ah dari Makkah. Apapaun yang terjadi, Qushay bertekat untuk

memerangi mereka, dan terjadi peperangn yang sengit. Akan tetapi Khuza’ah

dan Bani Bakr yang menjadi mangsa bagi Qushay mengajak untuk berdamai dan

berhukum kepada Yamur ibn Auf salah seorang Bani Bakr, maka disepakati

bahwa Qushay lah yang berhak atas Makkah dan Kakbah.

Melalui perundingan, ditetapkan bahwa Qushay menggantikan mertuanya

menjadi pemimpin Makkah dan penjaga Ka`bah.36 Maka Qushay membawa

anggota Quraisy yang merupakan keluarga terdekatnya untuk tinggal di

Makkah, dekat dengan Rumah Suci.37 Mereka adalah Zuhrah; saudaranya,

Taym; pamannya, Makhzum; anak pamannya yang lain. Mereka dan

keturunannya kemudian dikenal dengan nama Quraisy Lembah. Sementara

sanak-sanak Qushay yang lain yang tinggal di lembah-lembah yang mengelilingi

Makkah dan diluar kota dinamakan dengan Quraisy Pinggiran, suku Quraisy

sudah mendominasi populasi kota Makkah.38

36 Syaikh Shafyyur-Rahman al-Mubarakfury, Sejarah Hidup Muhammad; Sirah

Nabawiayah, h. 19-21. 37 Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, h. 17. 38 Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, h. 17.

Page 76: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

61

3. Kekuatan Ekonomi dan Politik Suku Quraisy

Qushay memerintah di Makkah bak seorang raja dengan kekuasaan yang

tidak tertandingi. masyarakat Makkah membayarnya setiap tahun dengan

domba, sehingga dia dapat menyediakan makanan untuk jamaah Haji yang tak

mampu. Sebelumnya para Penjaga Kakbah tinggal ditenta-tenda disekitar

Kakbah, Qushay menyuruh mereka membangun rumah, setelah itu membangun

sebuah kediaman yang luas untuknya yang dikenal dengan Rumah Majelis.39

Menjelang Qushay meninggal dia berpesan kepada anaknya Abdul al-Dar,

“wahay anakku, aku akan menetapkan siapa yang bakal menjadi pemimpin

semua orang. Tidak ada yang dapat memasuki Kakbah kecuali engkau yang

membukakannya, selain tanganmu tiada yang boleh menandai peperangan bagi

kaum Quraisy. Tidak ada yang boleh meminum air di Makkah dalam perjalanan

hajinya kecuali engkau yang yang memberinya, tidak ada yang yang boleh

makan kecuali engkau yang memberinya. Tak ada yang boleh segala urusan

Qurasih kecuali dalam rumahmu”. Qushay memewarisakan seluruh hak dan

kekuasaannya kepada putra40 kesayangannya tersebut, termasuk kepemilikkan

Rumah Majelis.41 Kota Makkah yang dihuni oleh Suku Quraisy dari Arab Utara

39 Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, h. 17. 40 Suatu karakter khas dari keturunan Qushay adalah setiap generasi harus ada pemimpin bagi

semua, dari empat putra Qushay, Abdul Manaf adalah sebagai putra yang dihormati semasa Qushay hidup, akan tetapi dia milih Abdul al-Dar meskipun dia yang paling kurang kecakapannya sebagai

pengganti. Baca: Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Pener:

Qomaruddin SF, h. 17. 41 Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, h. 19. Abdul

Manaf mematuhi keinginan ayahnya tanpa protes, akan tetapi pada generasi berikutnya, separo kaum

Quraisy berdiri di belakang putra Abdul Manaf, Hasyim, lelaki paling terkemuka saat itu, dan

menuntuk agar pemerintahan dialihkan dari klan Abdul al-Dar ke Klan Abdul Manaf, mereka yang

mendukung Hasyim dan saudara-saudaranya itu adalah keturunan Zuhrah dan Taym dan seluruh

anak cucu Qushay kecuali dari anak pertama. Keturunan Makhzum dan para sepupu yang lebih jauh

menerima pemerintahan bani Abdul al-Dar. Kaum wanita dari Bani Abdul Manaf kemudian

Page 77: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

62

yang dalam waktu singkat berkembang menjadi masyarakat perdagangan yang

penting.42 Data-data di atas menunjukkan bagai mana kekuatan politik dan

ekonomi yang mapan dari Suku Quraisy.

Kewajiban masyarakat Makkah untuk membayar upeti kepada Qushai, secara

tidak lansung juga menggambarkan bagaimana aliansi Qushai sebagai Suku

Quraisy dengan klan-klan yang lain, yang dengan otomatis juga memberikan

kekuatan politik kuat kepada Suku Quraisy, hal itu menjadikan Suku Quraisy

mempunyai derajat tertinggi dibanding suku lain.43 fakta lain yang

memperkukuh kekuatan dari Suku Quraisy yaitu, Quraisy sebagai pemegang

kunci Kakbah dan air, dimana segala kegiatan keagamaan di Kakbah bisa

berlansung di bawah kendali dari Quraisy, dan air yang kita ketahui adalah

sebagai sumber kehidupan-pun berada dalam kendali Quraisy, karena itu suku

Quraisy dapat memberikan perlindungan serta mampu melerai konflik dan

perpecahan. bisa dikatakan keberlansungan kehidupan di Makkah tergantung

membawa secawan minyak wangi dan meletakkannya di sebelah Kakbah. Hasyim beserta seluruh

pengikutnya mencelupkan tangan ke cawan dan mengangkat sumpah agar tidak menggangu satu

sama lain, kelompok ini dikenal sebagai Kelompok Harum (al-Muthayyibun), kemudian kelompok

dari Abdul al-Dar mengangkat sumpah dikenal dengan nama Kelompok Sekutu (al-Ahlaf).41

Peperangan benar-benar di tidak hanya di Kakbah saja, tapi juga dalam kawasan Makkah dalam

radius beberapa mil. Kedua pihak harus mendirikan perjanjian dan menghindari pertumpahan darah.41 Maka disepakati bahwa keturunan Abdul Manaf berhak menentukan pajak dan

menyediakan makanan dan minuman bagi para jamaah haji, dan keturunan Abdul al-Dar berhak

memegang kunci Kakbah dan hak-hak mereka yagn lain, dan tempat tinggal mereka harus diteruskan

fungsinya sebagai Rumah Majelis. Baca: Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan

Sumber Klasik, h. 18. Dalam sumber lain lain Rumah Majelis disebut sebagai sebagai Darun-

Nadwah. Baca : Syaikh Shafyyur-Rahman al-Mubarakfury, Sejarah Hidup Muhammad; Sirah

Nabawiayah, h. 22. 42Benard Lewis, Bangsa Arab Dalam Lintasan Sejarah,Pener: Said Jamhuri (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1994), h. 16. 43Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, h. 21.

Page 78: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

63

kepada keputusan Quraisy, Suku Quraisy juga dikatakan memiliki sikap amanah

dan solidaritas sosial yang sangat kuat.44

Dari fakta sejarah yang telah dipaparkan di atas, penulis membuat point-point

penting terkait dengan Suku Quraisy, yaitu: Quraisy adalah nama dari suku bangsa

Arab keturunan Ibrahim yang terkuat, Quraisy termasuk sebagai suku tertua di

daerah Makkah, Quraisy menguasai kota Makkah sebagai pemegang kunci Kakbah

dan penyelenggara Haji, aliansi antar suku yang kuat, Suku Quraisy memiliki sikap

amanah, solidaritas sosial yang kuat. Suku Quraisy dapat memberikan

perlindungan, mampu melerai konflik dan perpecahan, suku-suku lain sangat segan

dan patuh serta tunduk kepada Qurais, serta mempunyai kekuatan politik yang kuat

karna secara otomatis disokong oleh poin-poin yang telah disebutkan sebelumnya.

Dari poin-point tersebut disimpulkan bahwa dibalik kata Quraisy yang yang

menjadi fokus penelitian ini ternyata mempunyai makna yang berbeda dari arti

tekstualnya, dalam tulisan ini saya memaknai Quraisy menjadi dua kriteria ;

1. Keluhuran tata sosial

- Dengan alasan, Suku Quraisy dikenal memiliki sikap amanah, berwibawa

dan solidaritas yang kuat, hal ini sangat penting bagi seorang pemimpin,

sebagaimana di bab II sebelumnya disebutkan.45

44 Martin Lings, Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, h. 21. 45 Pemimpin dan kepemimpinan itu di manapun dan kapanpun juga selalu diperlukan.

Kesimpulan yang senada dengan para pemikir muslim, keberadaan pemimpin adalah sebuah

keharusan (wajib/ fardhu). Kewajiban itu didasarkan pada ijma’ para sahabat dan tabi’in. Secara

konsep, persyaratan dari kepemimpinan itu selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu

kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan. Dan bagi seorang pemimpin dibutuhkan spesifikasi

khusus yang harus dimiliki agar kepemimpinan berjalan sebagaimana yang seharusnya yaitu;

seorang pemimpin harus mempunyai kapasitas (kecerdasan, kewaspadaan, kemapuan untuk

berbicara serta kemampuan untuk menilai/ menimbang) melebihi anggota yang dipimpin, pemimpin

harus bertanggung jawab (mandiri, mempunyai sosiabilitas yang tinggi, tekun, percaya diri, mampu

melindungi dan punya hasrat yang unggul) terhadap yang dipimpin dan pemimpin harus mempunyai

Page 79: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

64

2. Dominan/ berpengaruh (berwibawa, cerdas, mempunyai kekuatan ekonomi

dan stabilitas politik)

- Perekonomian Suku Quraisy yang mapan serta kekuatan politik yang kuat

dan masa yang banyak sehingga mampu memberikan perlindungan dan

melerai konflik dan perpecahan.

C. Hadis Kepemimpinan Quraisy Sebagai Simbol

مر ف ق رش ل .......... ول إن هذا ا سم عادهم أحد سعت رسول الل صى الل عين ما أقاموا الد ف النار عى جه الل 46إل كب

............aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya kepemimpinan ini

berada di Quraisy, tidaklah seseorang memusuhi mereka, selain Allah

menelungkupkannya dalam neraka di atas wajahnya, selama mereka

menegakkan agama.”

Untuk memahami hadis di atas, ada beberapa hal yang harus di bahas.

Pertama yang harus dipertimbangkan adalah faktor geo-politis.47 Hadis ini tentu

tidak bisa digeneralisir untuk seluruh pemerintahan yang ada di negara-negara

Islam atau yang mayoritas penduduknya agama Islam. Karena memang tidak

mungkin misalnya orang Indonesia mengangkat orang Quraisy untuk memimpin

negara. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan mereka. Bagaimana kondisi

alamnya, politiknya, ekonominya, budayanya dan agamanya. Pengetahuan-

status meliputi sosial-ekonomi yang cukup tinggi serta popoler, hal ini senada dengan

kepemimpinan menurut Islam yaitu, kepemimpinan merupakan tata nilai yang bertujuan untuk

kemaslahatan bersama, pemimpin di dalam Islam merupakan sebuah keharusan/ wajib, dan

pemimpin diharuskan memiliki kemampuan untuk menjaga agama serta kehidupan duniawi dengan

tujuan kemaslahatan 46 Abū Abdillah Muḥammad ibn Ismāīl ibn Ibrāhīm al-Bukhārī, Sahīḥ al-Bukhārī (Beirut:

Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009), h. 1293. 47 Baca lebih jauh tentang metode jughrafiyah al-hadis dalam: Ali Mustafa Yaqub, al-Turuq

al-Sahīhah fi Fahmi al-Sunnah al-Nabawiyyah (Ciputat: Darus-Sunnah, 2015), h. 73-82.

Page 80: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

65

pengetahuan tentang sisi sektoral tersebut mesti dipahami oleh seorang kepala

negara sehingga kebijakan-kebijakannya sesuai dengan unsur-unsur potensial

negara.48

Berbeda jika kondisinya di Arab pada saat itu. Tak diragukan lagi, bangsa

Quraisy merupakan salah satu gen arya dikalangan suku-suku Arab. Sebagai salah

satu suku tertua dalam garis keturunan Arab, tentu orang Quraisy memahami apa

yang ada di Arab sana. Dengan bekal ini pula mereka tentu memiliki kekuatan

politik yang besar ditimbang suku-suku lainnya. Dengan jumlah anggota mayoritas

dan kerapatan aliansi, tentu mendorong Nabi untuk mengharuskan kepemimpinan

diserahkan kepada bangsa Quraisy. Karena sebuah pemerintahan akan kuat ketika

disokong oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Oleh karena itulah, pemahaman hadis di

atas terbatas pada kondisi dan situasi.49 Silap pemahaman ini kemudian membawa

hadis ini kepada wilayah pemaknaan yang lebih simbolik.50

Pertimbangan kedua adalah faktor ideologi-politis-normatif. Hadis ini

disabdakan Nabi Muhammad Saw. sebelum benar-benar muncul fenomena

keretakan politik di kalangan umat Islam. Ringkasnya, hadis semacam ini masuk

jenis hadis-hadis futuristik yang mencoba membaca kondisi masa depan. Oleh

karena itu, pada masa Nabi hadis ini tidak begitu populer. Karena memang posisi

Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin sudah sangat disegani, ideal dan sesuai

48 Daoed Joesoef, Studi Strategi: Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional (Jakarta:

Kompas, 2014), h. 29-63. 49 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Ibnu al-Battāl dalam syarhnya. Baca: Abu al-Hasan

Ali ibn Khalaf ibn Abdilmalik ibn Battal al-Bakri al-Qurtubī, Sharah Sahih al-Bukhāri li Ibn al-

Battāl (Riyadl: Maktabah al-Rusyd, 2003 M/ 1423 H), ji. 8, h. 211. 50 Hadis tersebut lebih bersifat Politis-Sosiologis, karena keharusan pemimpin dari Suku

Quraisy saat ini tentu akan menimbulkan perpecahan dan permasalahan. Baca: Abdul Karim Munte,

Dkk, Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis, h. 95.

Page 81: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

66

dengan keinginan mereka. Tapi, sebagai seorang Nabi dan politikus ulung, Nabi

tentu mampu menjangkau sebuah pemikiran akan kebutuhan hadis yang bernuansa

politik ini. Akhirnya, hadis ini pun ternyata juga dipakai dan mulai tenar ketika

keretakan politik pertama terjadi setelah Rasulullah wafat. Kaum Anshar ingin

mengangkat pemimpin dari Anshar, begitu juga Muhajirin. Hadis ini semakin kuat

pengaruhnya ketika ada pertentangan antara kelompok Ali dan kelompok

Mu’awiyah.51 Muncullah kemudian faksi Quraisy yaitu kelompok Ali dan faksi

Qathān yaitu kelompok Mu’awiyah. Unsur ideologis semacam ini yang kemudian

membawa kebakuan dalam memahami hadis-hadis berbau politik; salah satunya

hadis Quraisy.

Dari pertimbangan-pertimbangan yang sudah kami tebar sebelumnya, dapat

ditarik satu pemahaman bahwa hadis mengenai kepemimpinan Quraisy merupakan

hadis simbolik yang dikemas dengan tata nilai yang hanya cocok untuk konteks

masanya. Maka dari pesan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW melalui hadis

pemimpin dari Quraisy adalah pengangkatan pemimpin bukan hanya semata

berasal dari keturuna atau suku semata, akan tetapi siapa yang mempunyai

pengaruh kuat, berwibawa, mampu memberi perlindungan, cerdas dan paling

dominan, pada masa lalu kriteria ini mungkin hanya diwakili atau dimiliki oleh

Suku Quraisy saja. Pada masa sekarang belum tentu Suku Qurasih memiliki kriteria

seperti di atas, dan Islam sudah menyebar ke berbagai melahan dunia dan dianut

oleh bermacam suku dan ras, mengharuskan pemimpin dari Suku Quraisy tentu

51 Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakr bin Abdulmalik al-Qastalāni, Irshādu al-Sārī li Sarhi

Sahīh al-Bukhāri (Mesir: al-Mathba’ah al-Kubra, 1323 H), jil. 6, h. 6.

Page 82: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

67

hanya menimbulkan perpecahan dan permasalahan, oleh sebab itu, Sabda Nabi

tersebut lebih bersifat Politis-Sosiologis, bukan teologis.

D. Hadis Kepemimpinan Quraisy dalam Konteks Keindonesiaan

Indonesia atau Nusantara adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik,

Kekuasan dan pemerintahan negara dipegang oleh Presiden Republik Indonesia,52

dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden,

dengan kata lain pemimpin untuk Republik Indonesia dipegang oleh seorang

presiden, sebagai negara dengan mayoritas muslim terbanyak, persoalan dalam

penganggkatan pemimpin tentu menjadi masalah tersendiri bagi penduduk

Indonesia, salah satunya yaitu, apabila pengangkatan pemimpin di Indonesia harus

sesuai dengan hadis kepemimpinan Quraisy, tentu akan sangat sulit dan

menimbulkan masalah apabila hadis tersebut benar-benar diartikan dan

diaplikasikan secara tekstual, maka hanya Suku Quraisy yang berhak memimpin

Indonesia.

Di atas telah dibahas makna di balik kata Quraisy yang disabdakan Nabi

Muhammad Saw., bahwa hadis tersebut tidak mesti di maknai secar literal dan

tekstual, karena hadis tersebut hanya sesuai untuk masanya dan hadis Quraisy lebih

bersifat Simbolik, inti utama dari hadis tersebut terletak pada subtansinya, bukan

pada makna literalnya, yang dimaksud Nabi Saw. dalam pengangkatan pemimpin

bukan hanya berdasarkan pada keturunan semata, tetapi kepada siapa yang

mempunyai pengaruh kuat, dominan dan berwibawa. Ketika diterapkan terhadap

52Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 4 ayat (1).

Page 83: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

68

Nusantara, yang berhak menjadi pemimpin adalah yang sesuai dengan kriteria yang

telah dimunculkan oleh kata Quraisy dalam hadis kepemimpinan Quraisy.

Jika di pembahasan sebelumnya saya membagi makna Quraisy menjadi dua

kriteria; keluhuran tata sosial dan dominan dan berpengaruh, maka apabila

diaplikasikan dalam konteks Keindonesiaan maka kriteria penting yang harus

dimiliki oleh calon pemimpin Nusantara berdasarkan hadis kepemimpinan Quraisy

adalah:

1. Keluhuran tata sosial

- Pemimpin Indonesia harus mempunyai sikap yang amanah, amanah dalam

memegang janji, amanah terhadap tugas yang dipikul serta harus

mempunyai jiwa solidaritas yang kuat terhadap masyarakat, karena

pemimpin adalah seorang yang diberi amanah untuk mencapai

kemaslahatan bersama dunia dan ahirat.

2. Dominan dan berpengaruh

- Sama halnya dengan dengan suku Quraisy, pemimpin Indonesia harus

mempunyai karakter yang dominan dan berpengaruh, ada beberapa faktor

yang dibutuhkan dalam poin ini yaitu: disokong oleh kekuatan politik yang

kuat dan ekonomi yang mapan, mempunyai banyak pendukung, tegas,

berwibawa serta cerdas, hal ini diharuskan agar bisa memberikan

perlindungan dan melerai konflik serta perpecahan. Mengingat Indonesia

secara keseluruhan adalah negara kepulauan, mempunyai kurang lebih

742 bahasa dan 1340 suku, spesifikasi pemimpin yang disimbolkan

dengan Suku Quraisy oleh Nabi Saw akan sangat dibutuhkan.

Page 84: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

69

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk merangkul, mengajak,

mengarahkan masyarakat atau pengikut demi kemaslahatan maupun tujuan

bersama, untuk itu dibutuhkan seorang pemimpin dengan kriteria Quraisy lampau.

Page 85: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

70

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk memahai hadis Kepemimpinan Quraisy yang harus diperhatikan

adalah, Pertama, faktor geo-politis. Hadis ini tentu tidak bisa digeneralisir untuk

seluruh pemerintahan yang ada di negara-negara Islam atau yang mayoritas

penduduknya agama Islam. Karena memang tidak mungkin misalnya orang

Indonesia mengangkat orang Quraisy untuk memimpin negara. Bagaimana kondisi

alamnya, politiknya, ekonominya, budayanya dan agamanya. Pengetahuan-

pengetahuan tentang sisi sektoral tersebut mesti dipahami oleh seorang kepala

negara sehingga kebijakan-kebijakannya sesuai dengan unsur-unsur potensial

negara. Kedua, faktor ideologi-politis-normatif. Hadis ini disabdakan Nabi

Muhammad Saw. sebelum benar-benar muncul fenomena keretakan politik di

kalangan umat Islam. Ringkasnya, hadis semacam ini masuk jenis hadis-hadis

futuristik yang mencoba membaca kondisi masa depan.

Secara teks, hadis tersebut mengisyaratkan bahwa kepemimpinan itu adalah

urusan bagi orang-orang Quraisy, akan tetapi di balik makna Quraisy yang menjadi

fokus penelitian ini ternyata menghasilkan makna yang lain, yaitu; keluhuran tata

sosial, dominan serta berpengaruh, akan berbeda bila kondisinya di Arab pada dulu

saat Hadis tersebut disabdakan Nabi SAW, sebagai salah satu suku tertua di garis

keturunan Arab, mereka juga memiliki kekuatan politik yang besar ditimbang suku-

suku lainnya, dengan jumlah anggota mayoritas, loyalitas yang kuat dan kerapatan

aliansi, tentu mendorong Nabi untuk mengharuskan kepemimpinan diserahkan

kepada bangsa Quraisy. Karena sebuah pemerintahan akan kuat ketika disokong

Page 86: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

71

oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Oleh karena itulah, pemahaman hadis di atas

terbatas pada kondisi dan situasi. Dari pertimbangan-pertimbangan yang sudah

saya tebar sebelumnya, dapat ditarik satu pemahaman bahwa hadis mengenai

kepemimpinan Quraisy merupakan hadis simbolik yang dikemas dengan tata nilai

yang hanya cocok untuk konteks masanya.

Maka dari pesan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW melalui hadis

pemimpin dari Quraisy adalah pengangkatan pemimpin bukan hanya semata

berasal dari keturuna atau suku semata, akan tetapi siapa yang mempunyai

pengaruh kuat, berwibawa, mampu memberi perlindungan, cerdas dan paling

dominan, pada masa lalu kriteria ini mungkin hanya diwakili atau dimiliki oleh

Suku Qurasih saja. Pada masa sekarang belum tentu Suku Qurasih memiliki kriteria

seperti diatas, dan Islam sudah menyebar ke berbagai melahan dunia dan dianut

oleh bermacam suku dan ras, mengharuskan pemimpin dari Suku Quraisy tentu

hanya menimbulkan perpecahan dan permasalahan, oleh sebab itu, sabda Nabi

tersebut lebih bersifat Politis-Sosiologis, bukan teologis. Dan jika hadis tersebut

diterapkan di Nusantara maka seorang pemimpin harus sesuai dengan kriteria yang

telah dimunculkan oleh kata Quraisy dalam hadis Kepemimpinan Quraisy.

B. Saran

Pada bagian akhir penelitian ini, saya ingin menyampaikan saran-saran yang

nantinya bisa menambah nilai dari penelitian ini:

1. Dalam penelitian ini penulis hanya terfokus pada data-data yang bersumber dari

hadis yang menjadi bahan analisa tentang kepemimpinan, akan lebih baik kalau

mencoba menambahkan sumber al-Quran sebagai bahan analisa.

Page 87: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

72

2. Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi baru terhadap kajian hadis

tematik dan memperkaya khazanah pemikiran, khususnya Ilmu Hadis, serta

mengasah nalar kritis dalam merespon teks-teks agama.

Page 88: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

73

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Ryan, Konsep Kepemimpinan;Said Hawwa;kitab al-asas fi al-tafsir;al-

islam, Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Allee, Jhon Gage, Webster`s New Standar Dictionary, New York, Mc.Laonglin

Brothers Inc, 1969.

Ash-Shiddieqy, TM. Hasbi, Islam dan Politik Bernegara, Jakarta, Bulan Bintang,

1971.

al-Asqalanī, Ahmad ibn Ali ibn Hajar, Tahzib at-Tahzib, Beirut: Dar Shadir, t.ţ

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam, dari Fundamentalisme, Modernisme

hingga Post Modernism, Jakarta: Paramadina, 1996.

al-Baihāqi, Abu Bakar Aḥmad ibn al-ḥusein ibn Ali, al-Sunan al-Kubrā , India:

Majlīs Dā’irah al-Mā’arif an-Niḍāmiyah, 1334 H.

Bakhtiar, Amsal, dkk., Pedoman Akademik Program Strata I 2012/2013.

al-Bukhārī, Abū Abdillah Muḥammad ibn Ismāīl ibn Ibrāhīm, Saḥīḥ al-Bukhārī,

Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009, h. 1293.

al-Dārimī, Abdullah ibn Abdirrahman Abū Muhammad, Sunan al-Dārimī, Beirut:

Dar al-Kutub al-Arabī, 1407 H.

Djazuli, H. A., Fiqh Siyasah; Implementasi Kemaslahatan Ummat dalam Rambu-

rambu Syariah, Bogor: Kencana, 2003.

Fairchild, Henry Pratt, Dictionary of Sociology and Ralated Sciences, Littlefield

Adam & Co. Paterson, New Jersey, 1960.

Fata, Ahmad Khoirul, Kepemimpinan Dalam Perspektif, Pemikiran Politik Islam,

Jurnal Review Politik, Volume 02, Nomor 01, Juni 2012.

al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad. Al-Tibr al-

Masbūk fi Naṣihat al-Mulūk. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1988 M.

Hakim, Abd Hamid. Mabadi Awwaliyah fi Ushul al-Fiqh wa al-Qawaid al-

Fiqhiyyah, Jakarta: Maktabah Saadiyah Putra,tt.

Hanbal, Ahmad ibn Muhammad bin, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal, Beirut: al-

Maktabah al-Islamī, 1398.

Hanbal, Imam Ahmad bin, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Mu’assasah al-Risalāh,

1999 M/1420 H.

al-Hindī, Ala’uddin Alī ibn Hisāmuddin al-Muttaqi, Kanz al-‘Ummāl fi ṣunan al-

Aqwāl wa al-Af’āl, Mu’assasah al-Risālah.

Page 89: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

74

Ibn Taymiyah, al-Siyasah al-Syar’iyah fi Ishlah Ra’i wa Ra’iyyah, Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyyah. 1988.

Ismail, M. Syuhdi, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual,Telaah Ma’ani al-

Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, Jakarta:

Bulan Bintang, 1994.

Ismail, Syuhudi, Metode Penelitian Hadis Nabi, Bulan Bintang, 2007.

Joesoef, Daoed, Studi Strategi: Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional,

Jakarta: Kompas, 2014.

Kartono, Kartini, Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT RajaGrafindo

Persada, 2001.

Lewis, Benard, Bangsa Arab Dalam Lintasan Sejarah,Pener: Said Jamhuri, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1994.

Lings, Martin, Muhammad, Kissah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Pener:

Qomaruddin SF, Jakarta: PT Serambi Ilmu Merdeka, 2007.

Al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Bashri al-Baghdadi,

Al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayah al-Diniyyah, Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyah, 2006

al-Misrī, Lihat Muhammad ibn Mukrim ibn Mansūr, Lisān al-'Arab, Beirut; Dar

Sadir, t.th.

al-Mizzī, Jamal al-Din Abī al-Hajjāj Yusuf, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijal, t.tp:

Muassasat al-Risalah, 1985.

al-Mubarakfury, Syaikh Shafyyur-Rahman, Sejarah Hidup Muhammad; Sirah

Nabawiayah, Terj. Faris Khairul Anam, Jakarta: Robbani Press, 1998.

Muhibbin, Hadis-Hadis Politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Munawir, Sjadzali, , Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1993.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir; Arab-Indonesia Terlengkap,

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Munte, Abdul Karim Dkk, Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis,

Tangerang Selatan: Yayasan Pengkaji Hadis el_Bukhori, 2017.

Nizar, H. Samsul, Konsep Negara dalam Pemikiran Politik Ibnu Khaldun,

Demokrasi, Vol.II No.1 Th. 2003.

Piliang, Yasraf Amir, Semiotika dan Hipersemiotika, Bandung: Matahari, 2012.

Page 90: MEMAHAMI HADIS KEPEMIMPINAN QURAISYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37979/1/HARI... · Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah hadis tentang kepemimpinan Quraisy

75

Al-Qaradhawy, Yusuf, Fiqh Prioritas, terj. Bahruddin F,Jakarta: Rabbani Press,

1999.

al-Qastalāni, Ahmad ibn Muhammad ibn Abu Bakr ibn Abdilmalik, Irsyādu al-Sārī

li Sarhi Sahīh al-Bukhāri, Mesir: al-Mathba’ah al-Kubra, 1323 H.

al-Qurtubī, Abu al-Hasan Ali ibn Khalaf ibn Abdilmalik ibn Battal al-Bakri, Syarah

Sahih al-Bukhāri li Ibn al-Battāl, Riyadl: Maktabah al-Rusyd, 2003 M/

1423 H.

Ridho, Muhammad Rasyid, al-Khilafah, Mesir: al-Zahra ulama al-Arobi, T.tt.

Sahabuddin et.al. Ensklopedi al-Qur'an; Kajian Kosa Kata, Jakarta: Lentera Hati,

2007.

Sardar, Ziauddin, Kembali ke Masa Depan, terj. R Cecep Lukman Hakim & Helmi

Mustafa, Jakarta: Serambi, 2003.

Subhan, Hadis Kontekstual, Samarinda:IAIN Samarinda, 2012, h. 3.

Suryadinata, M., Kepemimpinan Non Muslim Dalam al-Quran, Ilmu Ushuluddin,

Vol 2, nomor 3, 2015.

Suyut, Pulungan J. i, Fiqh siasah, Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran, Jakarta: PT

RadjaGrafindo Persada, 1999.

at-Tabrāni, Sulaiman ibn Aḥmad ibn Ayyūb Abū al-Qāsim, al-Mu’jam al-Kabīr

Maushul: Maktabah al-‘Ulūm wa al-Hikam, 1983 M/1404 H, h. 337.

al-Tahhan, Mahmud, Usl al-Takhrîj wa Dirāsah al-Asānid, Riyadh: Maktabah al-

Ma’arif, 1991.

Al-Turabi, Hasan Abdullah, Fiqh Demokratis, terj. Abdul Haris dan Zaimul Aim,

Jakarta: Arasy, 2003.

Ulum, Hasisul, Studi Pemahaman Ibnu Taimiyyah Tentang Hadis Kepemimpinan

Quraisy, Semarang: IAIN Walisongo, 2012.

Wensinck, A.J, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Ḥadis al-Nabawī, Leiden: E-

J.Brill, 1942.

Yaqub, Ali Mustafa, al-Turuq al-Sahīhah fi Fahmi al-Sunnah al-Nabawiyyah,

Ciputat: Darus-Sunnah, 2015.

Zaghlul, Abu Hajar Muhammad al-Sa`id ibn basyuni, Maus`ah Atraf al-Hadis al-

Nabawi al-Syarif, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t.

Zakariya, Abū al-Husain Ahmad ibn Fāris ibn, Mu'jam Maqāyīs al-Lugah, Beirut:

Dār al-Fikr, 1979.