memahami audit forensik.pdf

9
MEMAHAMI AUDIT FORENSIK Irsyadi, Nanda Ira Yunilda, dan Zulfakar Program Magister Akuntansi-Universitas Syiah Kuala Abstrak Dalam rangka mencegah, mendeteksi, memastikan fraud itu terjadi atau tidak terjadi, menghitung kerugian keuangan akibat suatu fraud, membantu proses penyelesaian hukum, bahkan membantu upaya pemulihan aset melalui penelusuran aset, diperlukan tenaga auditor yang memiliki kompetensi khusus di bidang audit forensik. Audit forensik merupakan gabungan dari keahlian di bidang akuntansi, audit, dan hukum. Temuan audit dari hasil pemeriksaan ini bisa dijadikan salah satu alat bukti bagi penyidik, pengacara, atau jaksa untuk memutuskan suatu kasus hukum perdata. Tidak menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan bukti baru untuk tindakan yang menyangkut hukum pidana, seperti penipuan. Dalam hal ini, auditor dituntut harus benar-benar independen. Keywords: fraud, forensic audit, coruption. A. Pendahuluan Fraud dapat terjadi pada setiap entitas organisasi, baik itu organisasi pemerintah, organisasi non profit, maupun perusahaan. Fraud dapat dilakukan oleh pegawai atau personel internal pada setiap level organisasi terhadap entitasnya atau terhadap pihak lain, dan mungkin juga dapat dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu entitas. Dalam banyak kasus, pengungkapan dan pembuktian terhadap terjadinya fraud bukanlah proses yang mudah dan sederhana, mengingat fraud adalah suatu kejahatan yang dilakukan dengan sengaja dan disembunyikan (kamuflase). Bologna et al. (1995) mendefinisikan “Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Dalam rangka mencegah, mendeteksi, memastikan fraud itu terjadi atau tidak terjadi, menghitung kerugian keuangan akibat suatu fraud, membantu proses penyelesaian Memahami audit forensik 1

Upload: jessica-brown

Post on 10-Apr-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: memahami audit forensik.pdf

MEMAHAMI AUDIT FORENSIK

Irsyadi, Nanda Ira Yunilda, dan Zulfakar

Program Magister Akuntansi-Universitas Syiah Kuala

Abstrak

Dalam rangka mencegah, mendeteksi, memastikan fraud itu terjadi atau tidak

terjadi, menghitung kerugian keuangan akibat suatu fraud, membantu proses

penyelesaian hukum, bahkan membantu upaya pemulihan aset melalui penelusuran aset,

diperlukan tenaga auditor yang memiliki kompetensi khusus di bidang audit forensik.

Audit forensik merupakan gabungan dari keahlian di bidang akuntansi, audit, dan

hukum. Temuan audit dari hasil pemeriksaan ini bisa dijadikan salah satu alat bukti bagi

penyidik, pengacara, atau jaksa untuk memutuskan suatu kasus hukum perdata. Tidak

menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan bukti baru untuk tindakan yang

menyangkut hukum pidana, seperti penipuan. Dalam hal ini, auditor dituntut harus

benar-benar independen.

Keywords: fraud, forensic audit, coruption.

A. Pendahuluan

Fraud dapat terjadi pada setiap entitas organisasi, baik itu organisasi pemerintah,

organisasi non profit, maupun perusahaan. Fraud dapat dilakukan oleh pegawai atau

personel internal pada setiap level organisasi terhadap entitasnya atau terhadap pihak lain,

dan mungkin juga dapat dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu entitas. Dalam banyak

kasus, pengungkapan dan pembuktian terhadap terjadinya fraud bukanlah proses yang

mudah dan sederhana, mengingat fraud adalah suatu kejahatan yang dilakukan dengan

sengaja dan disembunyikan (kamuflase). Bologna et al. (1995) mendefinisikan “Fraud is

criminal deception intended to financially benefit the deceiver” yaitu kecurangan adalah

penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu.

Dalam rangka mencegah, mendeteksi, memastikan fraud itu terjadi atau tidak terjadi,

menghitung kerugian keuangan akibat suatu fraud, membantu proses penyelesaian

Memahami audit forensik 1

Page 2: memahami audit forensik.pdf

hukum, bahkan membantu upaya pemulihan aset melalui penelusuran aset, diperlukan

tenaga auditor yang memiliki kompetensi khusus di bidang audit forensik.

Perkembangan ilmu audit forensik belakangan ini menjadi harapan bagi Bangsa

Indonesia dalam menghadapi kecurangan terutama korupsi yang semakin marak. Audit

forensik merupakan gabungan dari keahlian di bidang akuntansi, audit, dan hukum. Hasil

dari audit forensik dapat digunakan dalam proses pengadilan atau bentuk hukum lainnya.

Seorang auditor forensik harus memiliki kompetensi akademis dan empiris yang

berkaitan dengan proses litigasi. Oleh karena itu perlu adanya kajian maupun penelitian-

penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan ilmu audit forensik dan investigasi.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang audit forensik.

Makalah ini dimualai dengan membahas pengertian audit forensik, dilanjutkan

pembahasan tentang tujuan audit forensik, proses audit forensic, prinsip-prinsip audit

forensik dan kriteria untuk menjadi auditor forensik juga dibahas dalam makalah ini.

a. Konsep Audit Forensik

Teori yang menlandasi munculnya audit forensik diantaranya adalah teori

keagenan (Mayangsari, 2005 : 37). Teori keagenan menunjukkan bahwa pemisahan

antara manajemen perusahaan dan hubungan pemilik kepada manajer merupakan hal

yang penting untuk dilakukan. Pemisahan ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan

efektivitas dengan menyewa pihak yang professional untuk mengelola perusahaan, tetapi

pemisahan ini ternyata menimbulkan permasalahan. Permasalahan muncul ketika terjadi

ketidaksamaan tujuan antara principal dan agen.

Menurut ASOSAI, audit forensik juga dapat didefinisikan sebagai “the

application of auditing skills to situations that have legal consequences”. Audit forensik

merupakan gabungan dari keahlian di bidang akuntansi, audit, dan hukum. Hasil dari

audit forensik dapat digunakan dalam proses pengadilan atau bentuk hukum lainnya.

Seorang auditor forensik harus memiliki kompetensi akademis dan empiris yang

berkaitan dengan proses litigasi.

Memahami audit forensik 2

Page 3: memahami audit forensik.pdf

Menurut Charterji (2009), audit forensik dapat didefinisikan sebagai aplikasi

keahlian mengaudit atas suatu keadaan yang memiliki konsekuensi hukum. Audit

forensik umumnya digunakan untuk melakukan pekerjaan investigasi secara luas.

Pekerjaan tersebut meliputi suatu investigasi atas urusan keuangan suatu entitas dan

sering dihubungkan dengan investigasi terhadap tindak kecurangan (fraud), oleh karena

itu audit forensik sering juga diartikan sebagai audit investigasi. Audit investigasi itu

sendiri merupakan salah satu metode di dalam audit kecurangan (fraud audit), yaitu

merupakan fraud audit yang pelaksanaannya setelah diketahui (teridentifikasi) adanya

kecurangan, misalnya korupsi.

Perbandingan antara Audit Forensik dengan Audit Tradisional (Keuangan)

Audit Tradisional/ Keuangan Audit Forensik

Waktu Berulang Tidak berulang

Lingkup Laporan Keuangan secara

umum

Spesifik

Hasil Opini Membuktikan fraud

(kecurangan)

Hubungan Non-Adversarial Adversarial (Perseteruan

hukum)

Metodologi Teknik Audit Eksaminasi

Standar Standar Audit Standar Audit dan Hukum

Positif

Praduga Professional Scepticism Bukti awal

Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah

pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa

teknik audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis,

Memahami audit forensik 3

Page 4: memahami audit forensik.pdf

analisa dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam

Audit Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks.

C. Tujuan dan Peranan Audit Forensik

Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis

kecurangan (fraud). Untuk mendukung proses identifikasi alat bukti dalam waktu yang

relatif cepat, agar dapat diperhitungkan perkiraan potensi dampak yang ditimbulkan

akibat perilaku jahat yang dilakukan oleh kriminal terhadap korbannya, sekaligus

mengungkapkan alasan dan motivitasi tindakan tersebut sambil mencari pihak-pihak

terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan perbuatan tidak

menyenangkan dimaksud.

Bologna et el. (1995) mendefinisikan kecurangan “Fraud is criminal deception

intended to financially benefit the deceiver” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal

yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kecurangan atau

perbuatan curang hanyalah salah satu dari berbagai tindak pidana.

Audit forensik dalam menjalankan peranannya diharapkan mampu secara efektif

mencegah, mengetahui atau mengungkapkan, dan menyelesaikan kasus korupsi melalui

tindakan preventif, detektif, dan represif (Wiratmaja, 2010). Strategi preventif dibuat dan

dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya praktek

korupsi untuk dapat meminimalkan penyebab korupsi serta peluang untuk melakukan

korupsi. Pada strategi detektif dilaksanakan untuk kasus korupsi yang telah terjadi, maka

kasus tersebut dapat diketahui dalam waktu singkat dan akurat untuk mencegah

terjadinya kemungkinan kerugian yang lebih besar. Strategi reprensif diarahkan untuk

memberikan sanksi hukum kepada pihak yang terlibat dalam praktik korupsi.

D. Proses Audit Forensik

1. Gambaran Proses Audit Forensik

a. Identifikasi masalah

Memahami audit forensik 4

Page 5: memahami audit forensik.pdf

Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak

diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi

ruang lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.

b. Pembicaraan dengan klien

Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup,

kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan

untuk membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.

c. Pemeriksaan pendahuluan

Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya.

Hasil pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H

(who, what, where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila

sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya,

dalam proses ini auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan

atau tidak.

d. Pengembangan rencana pemeriksaan

Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan

audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah

diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian

akan dikomunikasikan bersama tim audit serta klien.

e. Pemeriksaan lanjutan

Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa

atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan

teknik-teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan

pelaku fraud tersebut.

f. Penyusunan Laporan

Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik.

Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut

antara lain adalah:

1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.

Memahami audit forensik 5

Page 6: memahami audit forensik.pdf

2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh

karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut

sebagai temuan.

3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya

mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud

tersebut.

2. Teknik Audit Forensik

Teknik audit menurut Tuannakotta (2010:349) adalah cara-cara yang dipakai dalam

mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah

bukti audit. Terdapat tujuh teknik audit menurut Tuanakotta (2010:350-359), yakni:

a. Memeriksa Fisik (Physical examination)

Memeriksa fisik lazimnya diartikan sebagai penghitungan uang tunai (baik dalam mata

uang rupiah atau mata uang asing), kertas berharga, persediaan barang, aset tetap, dan

barang berwujud (tangible assets) lainnya.

b. Meminta konfirmasi (Confirmation)

Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diaudit investigatif) untuk

menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Dalam audit, teknik ini

umumnya diterapkan untuk mendapatkan kepastian mengenai saldo utang-piutang. Akan

tetapi sebenarnya ia dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun

nonkeuangan.

c. Memeriksa dokumen (documentation)

Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen menjadi lebih

luas pada saat ini seiring dengan kemajuan teknologi, termasuk informasi yang diolah,

disimpan dan dipindahkan secara elektronis (digital).

d. Review analatikal (analytic review atau analytical review)

Menurut Stringer dan Stewart, review analitikal meliputi perbandingan antara data

keuangan menurut catatan dengan apa yang wajarnya atau layaknya harus terjadi.

Substansinya adalah sebagai suatu penalaran deduktif. Penekanannya adalah pada

Memahami audit forensik 6

Page 7: memahami audit forensik.pdf

penalaran, proses berfikirnya. Penalaran yang membawa seorang auditor atau investigator

pada gambaran yang diperoleh secara global, menyeluruh atau aggregate.

e. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee (inquiries of the auditee)

Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan prosedur yang

biasa dilakukan auditor. Permintaan informasi harus dibarengi, diperkuat atau dikolaborasi

dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantiated) dengan cara lain.

Permintaan informasi sangat penting dan juga merupakan prosedur yang normal dalam

suatu audit investigatif.

f. Menghitung kembali (reperformance)

Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari pengecekan kebenaran

penghitungan (kali, bagi, tambah, kurang dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat

lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai

bekerja sebagai auditor, seorang junior auditor di kantor akuntan. Dalam audit

investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya kompleks, didasarkan atas kontrak

atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-

kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau

disupervisi oleh investigator yang berpengalaman.

g. Mengamati (observation)

Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui

sesuatu.

E. Kriteria Menjadi Auditor forensik

LSP-AF adalah lembaga yang mendapat kewenangan untuk menyelenggarakan

sertifikasi profesi auditor forensik dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi berdasarkan

lisensi yang dikeluarkan instansi tersebut dengan nomor: BNSP-082-ID tanggal 15 Mei

2012. LSP-AF didirikan oleh 3 (tiga) instansi pemerintah yaitu Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Kepolisian Negara RI (Polri) dan Kejaksaan

Agung RI. Setelah mengikuti program sertifikasi dan dinyatakan kompeten oleh LSP-AF,

peserta akan mendapat Setifikat Auditor Forensik dan berhak menggunakan gelar profesi

Certified Forensic Auditor (CFrA).

Memahami audit forensik 7

Page 8: memahami audit forensik.pdf

Pemegang Sertifikat Auditor Forensik diakui dan dinyatakan secara formal

sebagai AHLI sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2012 tanggal 17 Januari

2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan Keputusan Menteri Kerja dan

Transmigrasi No. Kep. 46/Men/II/2009 tanggal 27 Februari 2009 tentang Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Audit Forensik (SKKNI-AF).

Untuk menjadi auditor forensik menurut padangan BPK dan ahli hukum disamping

bersetifikat profesi Certified Forensic Auditor (CFrA) , maka harus memiliki kompetensi:

1. kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dan berbagai saksi secara adil, tidak

memihak, sahih dan akurat.

2. Kemampuan melaporkan fakta secara lengkap

3. Memiliki kemampuan dasar akuntansi dan audit yang kuat

4. Memahami prilaku manusia

5. Pengetahuan tentang aspek yang mendorong terjadinya kecurangan

6. Pengetahuan tentang huku dan peraturan

7. Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi

8. Pengetahuan tentang pengendalian interen

9. Kemampuan berpikir seperti pencuri (think like a theft)

Sedangkan menurut Kumalahadi dari IAI, sebagai seorang auditor orensik harus

memiliki pengetahuan accounting, auditing dan investigative skills. Selain itu auditor

forensic harus memiliki karakteristik psikologis seperti curiosity, persistence, creativity,

discretion, organization, confidencesound professional juggement.

Ahli hukum nerpandangan bahwa seorang auditor forensic yang terpenting adalah

harus mampu membantu merumuskan alternative penyelesaian perkara dalam sengketa,

perumusan perhitungan gantirugi dan upaya mengitung dampak pemutusan atau

pelanggaran kontrak.

F. Kesimpulan

Audit forensik merupakan gabungan dari keahlian di bidang akuntansi, audit, dan

hukum. Peran penting audit forensik dalam beberapa artikel dan literature, bahwa audit

Memahami audit forensik 8

Page 9: memahami audit forensik.pdf

forensik lebih mengarah kepada kasus pembuktian penyimpangan keuangan atau korupsi.

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan, audit forensik diperlukan untuk pembuktian

pada kasus-kasus penipuan. Objek audit forensik adalah informasi keuangan yang

mungkin (diduga) mengandung unsur penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud

bisa berupa tindakan merugikan keuangan perusahaan, seseorang, atau bahkan negara.

Temuan audit dari hasil pemeriksaan ini bisa dijadikan salah satu alat bukti bagi

penyidik, pengacara, atau jaksa untuk memutuskan suatu kasus hukum perdata. Tidak

menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan bukti baru untuk tindakan yang

menyangkut hukum pidana, seperti penipuan. Dalam hal ini, auditor dituntut harus benar-

benar independen. Meskipun penugasan audit diberikan oleh salah satu pihak yang

bersengketa, independensi auditor harus tetap dijaga. Auditor tidak boleh memihak pada

siapa-siapa. Setiap langkah, kertas kerja, prosedur, dan pernyataan auditor adalah alat

bukti yang menghasilkan konskuensi hukum pada pihak yang bersengketa.

Referensi

Bologna G.J, Lindquist J.R and Wells T.J (1995). Fraud Auditing and Forensic Accouting. New York: John Wiley & Sons.

Tuanakotta M. Theodorus. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi. Edisi Satu, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Mayangsari Sekar (2005). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Litigasi Auditor. DISERTASI.

Wiratmaja, I Dewa Nyoman. 2010. “Akuntansi Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”. (online). Karya Ilmiah yang Tidak Dipublikasikan, Universitas Udayana.Vol. 5, No. 2

Memahami audit forensik 9