melawan penyiksaan melawan penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat negara yang juga bertanggung...

237
Melawan Penyiksaan Manual untuk Hakim dan Jaksa Penuntut Conor Foley Melawan Penyiksaan Manual untuk Hakim dan Jaksa Penuntut Conor Foley Melawan Penyiksaan Manual ini memaparkan kewajiban dan tanggung jawab para hakim dan jaksa penuntut untuk mencegah dan menyelidiki tindakan penyiksaan, dan bentuk- bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, untuk memastikan bahwa para pelaku tindakan semacam itu diadili dan untuk menyediakan pemulihan bagi para korbannya. Manual ini juga memberikan nasihat praktis, yang disarikan dari praktik terbaik, tentang bagaimana penyiksaan dapat dilawan di tingkat prosedural. Kendatipun ditujukan terutama sekali untuk para hakim dan jaksa penuntut, manual ini juga dapat digunakan sebagai acuan bagi para pembela dan pihak lain yang bekerja pada isu pencegahan dan penyelidikan tindakan penyiksaan. Suatu profesi hukum yang berbekal kuat dengan ilmu dan pengeta- huan memainkan peran yang vital untuk menghapus penyiksaan dan manual ini juga diarahkan untuk membantu para anggotanya untuk memenuhi fungsi profesional tersebut. Manual ini sebaiknya dipandang sebagai pelengkap bagi The Torture Reporting Handbook, yang dikeluarkan oleh University of Essex. Sebuah buku panduan kedua dalam seri ini telah dikeluarkan oleh Human Rights Centre, Reporting Killings as Human Rights Violations. Para partisipan dalam sebuah seminar di Foreign and Commonwealth Office in London, 1 November 2002, yang membahas draf awal dari manual ini. Kiri ke kanan: Eugenio Aragão (Brazilian Public Prosecutor), Wilder Taylor (Human Rights Watch), Professor Malcolm Evans, Param Cumaraswamy (UN Special Rapporteur on the Independence of Judges and Lawyers), David Geer (Human Rights Adviser FCO), Professor Sir Nigel Rodley (former United Nations Special Rapporteur on Torture and current member of the UN Human Rights Committee). ISBN: 1-874635-40-4 (English Version) ISBN: 978-979-8981-37-1 (Versi Indonesia)

Upload: vodan

Post on 07-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

Melawan Penyiksaan

Manual untuk Hakimdan Jaksa Penuntut

Conor Foley

Melaw

an Penyiksaan

Manual untuk H

akim d

an Jaksa Penuntut

Conor Foley

Melawan PenyiksaanManual ini memaparkan kewajiban dan tanggung jawab para hakim dan jaksa penuntut untuk mencegah dan menyelidiki tindakan penyiksaan, dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, untuk memastikan bahwa para pelaku tindakan semacam itu diadili dan untuk menyediakan pemulihan bagi para korbannya. Manual ini juga memberikan nasihat praktis, yang disarikan dari praktik terbaik, tentang bagaimana penyiksaan dapat dilawan di tingkat prosedural. Kendatipun ditujukan terutama sekali untuk para hakim dan jaksa penuntut, manual ini juga dapat digunakan sebagai acuan bagi para pembela dan pihak lain yang bekerja pada isu pencegahan dan penyelidikan tindakan penyiksaan. Suatu profesi hukum yang berbekal kuat dengan ilmu dan pengeta-huan memainkan peran yang vital untuk menghapus penyiksaan dan manual ini juga diarahkan untuk membantu para anggotanya untuk memenuhi fungsi profesional tersebut.

Manual ini sebaiknya dipandang sebagai pelengkap bagi The Torture Reporting Handbook, yang dikeluarkan oleh University of Essex. Sebuah buku panduan kedua dalam seri ini telah dikeluarkan oleh Human Rights Centre, Reporting Killings as Human Rights Violations.

Para partisipan dalam sebuah seminar di Foreign and Commonwealth Office in London, 1 November 2002, yang membahas draf awal dari manual ini. Kiri ke kanan:Eugenio Aragão (Brazilian Public Prosecutor), Wilder Taylor (Human Rights Watch), Professor Malcolm Evans, Param Cumaraswamy (UN Special Rapporteur on the Independence of Judges and Lawyers), David Geer (Human Rights Adviser FCO), Professor Sir Nigel Rodley (former United Nations Special Rapporteur on Torture and current member of the UN Human Rights Committee).

ISBN: 1-874635-40-4 (English Version) ISBN: 978-979-8981-37-1 (Versi Indonesia)

Page 2: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

Melawan Penyiksaan

Manual untuk Hakim dan Jaksa Penuntut

Conor Foley

Page 3: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

First edition published in Great Britain 2003

Versi Bahasa Inggris:

©Human Rights Centre, University of Essex, Wivenhoe Park, Colchester, CO4 3SQtelephone: 00 44 1206 872 558 fax: 00 44 1206 873 428url: http://www2.essex.ac.uk/human_rights_centre http://www2.sx.ac.uk/human_rights_centre

All rights reserved. This work may be reproduced for training, educational and reference purposes, providedthat no commercial use is made of it, and that the Human Rights Centre, University of Essex is acknowledged.

ISBN: 1-874635-40-4 (English Version)

Other books in this series:The Torture Reporting Handbook, ISBN 1-874635-28-5

http://www.essex.ac.uk/torturehandbook/

Reporting Killings as Human Rights Violations, ISBN 1-874635-37-4, http://www.essec.ac.uk/reportingkillingshandbook/

Design: Louise [email protected]

Editing: Al [email protected]

Versi Bahasa Indonesia:

Melawan Penyiksaan Manual untuk Hakim dan Jaksa PenuntutDiterjemahkan dari Combating Torture, A Manual for Judges and Prosecutors

Cetakan Pertama: Desember 2009ISBN: 978-979-8981-37-1 (Versi Indonesia)

Penerjemah: Theresia Sri LestariPemeriksa Terjemahan: Eddie Sius Riyadi dan Betty YolandaEditor: Eramus Cahyadi

Layout & desain: Puji Saksono

Semua penerbitan ELSAM didedikasikan kepada para korban pelanggaran hak asasi manusia, selain sebagai bagian dari usaha pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia.

Penerbitan versi Indonesia dilakukan atas kerjasama ELSAM dengan APT dan Human Rights Centre of Essex University.

Penerbit:ELSAM – Lembaga Studi dan Advokasi MasyarakatJln. Siaga II No. 31, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta 12510Tlp.: (021) 797 2662; 7919 2519; 7919 2564; Fax.: (021) 7919 2519E-mail: [email protected]; Web-site: www.elsam.or.id

Dicetak oleh: SERPICOJl. Djuanda No. 44, BekasiTelp. (021) 88851618 E-mail: [email protected]

Page 4: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

iii

Pengantar Penerbit (Versi Indonesia)

Kurang lebih dua tahun lalu (2007) ELSAM menerbitkan dua buku kunci berkaitan dengan kampanye anti-penyiksaan, yaitu Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia: Sebuah Pedoman untuk Pencegahan dan Panduan tentang Penetapan dan Penunjukan Mekanisme-Mekanisme Pencegahan Nasional Berdasarkan Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Monitoring Tempat-Tempat Penahanan: Sebuah Panduan Praktis. Kedua buku tersebut diterbitkan atas kerja sama antara ELSAM dengan APT serta institusi-institusi yang terkait dengan kerja APT. Melengkapi kedua buku tersebut dan mendukung kerja-kerja advokasi anti-penyiksaan lainnya, sekarang kami menghadirkan kembali, masih dalam kerja sama dengan APT dan pihak-pihak terkait dengan kerja APT, sebuah buku manual yang tidak kalah pentingnya, bahkan merupakan sebuah buku yang sangat menentukan karena diarahkan bagi para ujung tombak penegakan hukum yaitu hakim dan jaksa. Manual ini memaparkan kewajiban dan tanggung jawab para hakim dan jaksa penuntut untuk mencegah dan menyelidiki tindakan penyiksaan, dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, untuk memastikan bahwa para pelaku tindakan semacam itu diadili dan untuk menyediakan pemulihan bagi para korbannya. Manual ini juga memberikan nasihat praktis, yang disarikan dari praktik terbaik, tentang bagaimana penyiksaan dapat dilawan di

Page 5: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

iv

tingkat prosedural. Kendatipun ditujukan terutama sekali untuk para hakim dan jaksa penuntut, manual ini juga dapat digunakan sebagai acuan bagi para pembela dan pihak lain yang bekerja pada isu pencegahan dan penyelidikan tindakan penyiksaan. Suatu profesi hukum yang berbekal kuat dengan ilmu dan pengetahuan memainkan peran yang vital untuk menghapus penyiksaan dan manual ini juga diarahkan untuk membantu para anggotanya untuk memenuhi fungsi profesional tersebut. Manual ini sebaiknya dipandang sebagai pelengkap bagi The Torture Reporting Handbook, yang dikeluarkan oleh University of Essex. Sebuah buku panduan kedua dalam seri ini telah dikeluarkan oleh Human Rights Centre, Reporting Killings as Human Rights Violations. Akhirnya, dengan harapan tinggi akan teradvokasinya gerakan anti-penyiksaan di Indonesia dalam pelbagai bentuk-nya, kami silahkan Anda membaca dan mempraktikkan manual ini.

Jakarta, 2009.

Page 6: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

v

Prakata

Kendati larangan penyiksaan bersifat absolut di bawah hukum internasional dan di sebagian besar (jika tidak semua) hukum jurisdiksi-jurisdiksi nasional, namun penggunaan penyiksaan tetap terjadi. Meskipun dikutuk secara terbuka, penyiksaan dipraktikkan secara sembunyi-sembunyi di banyak Negara di seluruh dunia. Memang, penyiksaan pada umumnya dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum.

Para hakim dan jaksa penuntut berperan penting dalam melawan penyiksaan. Pertama, mereka berperan penting di dalam memelihara kepastian hukum. Tidak ada hal yang lebih merusak kepastian hukum selain pelanggaran hukum, khususnya kriminalitas yang dilakukan secara resmi. Kedua, ketika Negara terlibat di dalam dan gagal untuk mencegah penyiksaan, maka Negara melanggar kewajiban-kewajibannya di bawah hukum internasional. Mereka yang bertanggung jawab atas administrasi keadilan perlu waspada mengenai peran mereka untuk menghindari situasi yang menempatkan Negara pada posisi semacam itu. Ketiga, ketika cabang-cabang pemerintahan, yakni eksekutif dan legislatif mungkin tergoda untuk mengabaikan kepastian hukum dan hak asasi manusia sebagai respons atas tekanan-tekanan publik untuk meningkatkan keamanan dari kriminalitas umum dan, terlebih sejak tragedi 11 September 2001, terorisme transnasional, cabang judikatif dipandang lebih dapat menyelamatkan masyarakat dari perangkap yang

Page 7: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

vi

memperkenankan kelayakan jangka pendek untuk menang atas stabilitas kelembagaan jangka panjang dan nilai-nilai masyarakat yang fundamental.

Melawan penyiksaan mengharuskan para hakim dan jaksa penuntut untuk memegang dan menggunakan perisai dan pedang hukum. Perisai yang harus mereka miliki mencakup penghormatan atas jaminan perlindungan nasional dan internasional untuk melindungi mereka yang berada di tangan penegakan hukum dari kemungkinan mengalami penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang serupa yang dilarang. Pedang yang harus mereka acungkan mencakup upaya meminta pertanggungjawaban para pelaku atas pelanggaran hukum yang mereka lakukan.

Manual ini menguraikan tugas dan tanggung jawab para hakim dan jaksa penuntut untuk mencegah dan menyelidiki tindakan-tindakan penyiksaan, dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, untuk memastikan bahwa mereka yang melakukan tindakan-tindakan tersebut diadili dan bahwa para korban menerima ganti rugi. Manual ini juga memberikan masukan praktis, yang ditarik dari praktik terbaik (best practice), mengenai bagaimana penyiksaan dapat diberantas di level prosedural.

Meskipun terutama ditujukan bagi para hakim dan jaksa penuntut, manual ini juga dapat digunakan sebagai sumber oleh para pembela yang memainkan peran penting di dalam persidangan-persidangan pidana dan yang mewakili salah satu benteng melawan penyiksaan, dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, bagi mereka yang telah dirampas kebebasannya. Profesi hukum yang memiliki pengetahuan yang luas memiliki peran yang penting untuk dimainkan di dalam upaya menghapus penyiksaan

Page 8: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

vii

dan manual ini juga dimaksudkan untuk membantu para anggotanya untuk memenuhi fungsi profesi tersebut.

Manual ini harus dipandang sebagai pelengkap ter-hadap pedoman yang ditulis oleh Camille Giffard yang berjudul “University of Essex Human Rights Centre’s The Torture Reporting Handbook”. Seperti halnya pedoman, ma-nual ini merupakan hasil sebuah proyek yang didukung dan didanai oleh Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran Pemerintah Inggris (United Kingdom Government’s Foreign and Commonwealth Office) di dalam kerangka program anti-penyiksaan yang pertama kali diluncurkan oleh Pemerintah Inggris pada tahun 1998. Sebagai editor proyek ini dan atas nama University of Essex, Human Rights Centre dan semua orang yang telah mendukung, saya berterima kasih dan menghargai dukungan yang telah diberikan.

Professor Sir Nigel Rodley KBEHuman Rights Centre, University of Essex, Maret 2003

Page 9: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 10: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

ix

Kontributor Utama

Direktur Proyek : Professor Sir Nigel Rodley KBEPenulis dan Peneliti : Conor FoleyAdministrasi dan Sekretariat : Anne Slowgrove and Heidi Wiggam

Page 11: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 12: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xi

Ucapan Terima Kasih

Kami berterima kasih kepada orang-orang berikut yang telah menyumbangkan waktu dan tenaga mereka untuk proyek ini, membaca draf, memberikan masukan atau pun bantuan: Meghna Abraham, Clive Baldwin, David Bergman, Jean-Nicolas Beuze, Judith Bueno de Mesquita, Ian Byrne, Ralph Crawshaw, Param Cumaraswamy, Eugenio Aragão, Tina de Cruz, Jan Doerfel, Graham Dossett, Helen Duffy, Malcolm Evans, Gláucia Falsarelli, Camille Giffard, Geoff Gilbert, Lisa Gormley, Gabriela Gonzalez, Mel James, Michael Kellett, Mark Kelly, Sam Kincaid, James Logan, Debra Long, Jeremy McBride, Daniel Machover, Greg Mayne, Fiona McKay, Lutz Oette, Grainne O’Hara, Joanna Salsbury, Ian Seiderman, Helen Shaw, Anna-Lena Svensson McCarthy, Wilder Taylor, Mark Thomson dan John Wadham.

Kami juga berterima kasih kepada organisasi-organisasi berikut: Amnesty International, Association for the Prevention of Torture, the Committee for the Administration of Justice, the Global Justice Centre Brazil, Inquest, the International Bar Association, the International Commission of Jurists, Interights, the Law Society, Liberty, the Office of the Public Prosecutor São Paulo, Redress, the Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights dan the Office of the United Nations High Commissioner for Refugees.

Orang-orang berikut menghadiri seminar sehari yang diselenggarakan di Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran (Foreign and Commonwealth Office) untuk

Page 13: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xii

membahas draf awal manual. Kami berterima kasih atas kontribusi mereka dan kepada Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran atas keramahtamahan yang diberikan.

Peserta seminar: Jean-Nicolas Beuze, Param Cumaraswamy, Eugenio Aragão, Helen Duffy, Malcolm Evans, Geoff Gilbert, Lisa Gormley, Mel James, Mark Kelly, Jeremy McBride, Joanna Salsbury, Ian Seiderman, Anna-Lena Svensson McCarthy, Wilder Taylor dan Mark Thomson.

Rapporteur seminar: Gabriela Gonzalez.

Proyek ini secara finansial didukung oleh Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran. Kami secara khusus berterima kasih kepada David Geer dan Alisdair Walker dari Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran, Departemen Kebijakan Hak Asasi Manusia (Human Rights Policy Department) atas komitmen pribadi mereka dan dukungan terhadap proyek ini.

Page 14: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xiii

Pengantar Penerbit (Versi Indonesia)

Prakata

Ucapan Terima Kasih

Istilah

Pengantar

Untuk Siapakah Manual Ini?Bagaimana Menggunakan Manual Ini

1: Larangan Penyiksaan di dalam Hukum Internasional

Larangan UmumKonvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia tahun 1984Standard-standard lain yang relevanDefinisi-Definisi HukumMekanisme Pengawasan dan Prosedur-Prosedur Pengaduan Internasional• Komite Hak Asasi Manusia (Human Rights Committee)• Komite PBB Menentang Penyiksaan (UN Committee

against Torture)

Daftar Isi

iii

v

xi

xvii

xxix

xxixxxxiv

3

612

151823

2324

Hlm

Page 15: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xiv

• Mekanisme-Mekanisme Regional• Mekanisme-Mekanisme Monitoring Lainnya• Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan dan Perlakuan

atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia

• Mahkamah Pidana Internasional dan Pengadilan-Pengadilan Pidana Internasional

• Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross, ICRC)

2: Perlindungan terhadap Penyiksaan bagi Mereka yang Dirampas Kebebasannya

Memberitahu Orang-Orang Mengenai Hak-Hak MerekaPenggunaan Tempat-Tempat Penahanan yang Diakui Secara Resmi dan Pemeliharaan Dokumen-Dokumen Penahanan yang EfektifMenghindari Penahanan Tanpa Komunikasi (Incommunicado Detention)Kondisi-Kondisi Penahanan yang ManusiawiBatasan-Batasan terhadap InterogasiAkses terhadap Pengacara dan Penghormatan terhadap Fungsi-Fungsi PengacaraAkses terhadap DokterHak untuk Menantang Ketidaksahan PenahananPerlindungan bagi Kategori-Kategori Tahanan yang KhususPerempuan di dalam PenahananTahanan Anak-AnakOrang-Orang dengan Masalah-Masalah Kesehatan Mental

252829

30

31

37

3941

44

475456

606269707173

Page 16: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xv

3: Peran Para Hakim dan Jaksa Penuntut di dalam Melindungi Para Tahanan dan Tersangka Pidana dari Penyiksaan

Peran Para HakimPeran Para Jaksa PenuntutPerlindungan Selama PenahananInterogasiInspeksi-Inspeksi IndependenKondisi-Kondisi PenahananKehadiran di Hadapan Pejabat JudisialBantuan HukumAdmisibilitas BuktiPemeriksaan Saksi-SaksiKewajiban untuk Melindungi di dalam Kasus-Kasus Pengusiran (Explusion)

4: Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan atas Tindakan-Tindakan Penyiksaan

Merespon Tuduhan-Tuduhan PenyiksaanPrinsip-Prinsip yang Mengatur Mengenai PenyelidikanBukti MedisMelakukan Wawancara-WawancaraMewawancarai Korban-Korban PenyiksaanMewawancarai Korban-Korban Kekerasan SeksualMewawancarai Anak-AnakMewawancarai TersangkaMengidentifikasi Saksi-Saksi LainMasalah-Masalah Perlindungan Saksi

83

8587889397100105108109110116

123

128130139142145153154155157158

Page 17: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xvi

5: Menuntut Para Tersangka Penyiksa dan Memberikan Ganti Rugi kepada Para Korban Penyiksaan

Penyiksaan sebagai Pelanggaran PidanaKebersalahan (Culpability) untuk Kejahatan-Kejahatan Penyiksaan dan Bentuk-Bentuk Perlakuan Sewenang-Wenang LainnyaMengidentifikasi dan Menuntut Mereka yang Bertanggung JawabKewajiban untuk Melakukan PenuntutanPersidangan yang AdilKekebalan, Amnesti dan KedaluarsaPenghukumanGanti Rugi

169

170172

174

182184185191192

Page 18: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xvii

Aktor-aktor non-pemerintah

Permohonan

Badan antar-pemerintah

Badan pengawas

Badan perjanjian

Orang-orang atau kelompok-kelompok privat yang bertindak secara independen dari pihak-pihak yang berwenang.

Surat atau bentuk penyerahan lain yang meminta badan judisial untuk mempertimbangkan sebuah kasus di bawah prosedur pengaduan individu.

Sebuah badan atau organisasi yang tersusun atas perwakilan-perwakilan pemerintah yang berasal lebih dari satu Negara.

Sebuah badan yang dibentuk untuk mengawasi langkah-langkah di mana Negara-Negara melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka di bawah perjanjian.

Sebuah badan yang dibentuk oleh suatu perjanjian.

Daftar Istilah-Istilah yang Digunakan dalam Manual Ini

Page 19: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xviii

Berkas amicus curiae

Cuti

Deklarasi

Deportasi

Hukum acara

Hukum atau sistem hukum domestik

Pernyataan yang disampaikan oleh non-pihak kepada proses pemeriksaan judisial dengan maksud untuk memberikan informasi kepada badan judisial mengenai masalah spesifik yang terkait dengan proses pemeriksaan.

Izin.

Resolusi yang sangat formal, umumnya dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang tidak mengikat secara hukum, tetapi mengedepankan standard-standard yang harus dihormati oleh Negara-Negara.

Pengusiran dari suatu Negara.

Aturan-aturan rinci yang diguna-kan oleh badan judisial atau quasi-judisial, yang mengedepankan cara bagaimana proses pemeriksaan se-harusnya dilaksanakan.

Hukum atau sistem hukum nasional; hukum atau sistem hukum yang khusus dari suatu Negara tertentu.

Page 20: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xix

Implementasi (kewajiban-kewajiban)

Impunitas

Instrumen

Kejahatan perang

Kejahatan terhadap kemanusiaan

Cara di mana kewajiban-kewajiban dijalankan atau dipenuhi, atau langkah-langkah yang dimaksud-kan untuk mencapai implementasi.

Dapat menghindari penghukuman atas perilaku yang tidak sesuai dengan hukum atau jahat.

Sebuah istilah umum yang merujuk pada dokumen-dokumen hukum internasional baik mengikat secara hukum atau tidak.

Pelanggaran serius terhadap Kon-vensi-Konvensi Jenewa tahun 1949, yang dilakukan pada saat konflik bersenjata terhadap orang-orang atau properti yang dilindungi oleh Konvensi-Konvensi Jenewa, dan pelanggaran-pelanggaran pidana terhadap tata cara perang lainnya.

Tindakan-tindakan serius, seperti misal penyiksaan, yang dilakukan sebagai bagian dari suatu serangan yang meluas atau sistematik terhadap penduduk sipil, baik dilakukan pada saat konflik bersenjata atau tidak.

Page 21: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xx

Komunikasi

Koroborasi (corroboration)

Langkah-langkah provisional

Litigasi

Mandat

Surat atau bentuk penyerahan lain dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada suatu badan internasional. Istilah ini sering digunakan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk merujuk pada permohonan-permohonan di bawah prosedur pengaduan individu. Orang yang menulis suatu komunikasi sering dirujuk sebagai penulis komunikasi.

Bukti yang mendukung atau menguatkan kebenaran dari suatu tuduhan.

Langkah-langkah sementara yang dapat dimintakan oleh badan ju-disial atau quasi-judisial sebelum menyelesaikan pertimbangannya atas suatu kasus untuk meng-hindari kerugian yang tidak dapat diperbaiki.

Proses menyerahkan suatu kasus dan beracara di hadapan pengadilan.

Kekuasaan-kekuasaan yang sah dari suatu mekanisme – dokumen

Page 22: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxi

Mengikat secara hukum

Mengurangi (derogate)

Menyampaikan pengaduan

Kepatutan (merits)

yang menjelaskan apa yang dapat dilakukan oleh atau melalui mekanisme tersebut.

Jika sesuatu mengikat secara hukum pada suatu Negara, ini berarti bahwa Negara tersebut diharuskan untuk bertindak sesuai dengan hal itu, dan mungkin terdapat akibat-akibat hukum jika Negara tidak bertindak demikian.

Untuk secara sementara menangguhkan atau mem-batasi.

Mendaftarkan pengaduan.

Tahapan dari prosedur pengaduan individu di mana badan judisial atau quasi-judisial memeriksa fakta-fakta dari suatu kasus dan memutuskan apakah suatu pelanggaran telah terjadi atau tidak.

Page 23: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxii

Monitoring

Negara Pihak (pada suatu perjanjian)

Observasi

Pasal perjanjian

Pelaku

Pelanggaran (kewajiban-kewajiban)

Pelanggaran berat hak asasi manusia

Pelapor

Mencari dan menerima informasi dengan tujuan untuk melaporkan suatu masalah atau situasi.

Negara yang telah setuju untuk terikat oleh suatu perjanjian.

Komentar/masukan, penilaian.

Istilah yang digunakan untuk merujuk pada bagian-bagian tersendiri dari suatu perjanjian.

Orang yang telah melakukan suatu tindakan.

Kegagalan Negara untuk mema-tuhi kewajiban-kewajibannya di bawah hukum internasional.

Terutama pelanggaran-pelangar- an serius hak asasi manusia, seper-ti penyiksaan atau pembunuhan di luar proses hukum.

Orang yang membuat laporan di bawah prosedur pengaduan individu.

Page 24: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxiii

Saat di mana kewajiban-kewajiban perjanjian mulai berlaku.

Merampas kebebasan pribadi sese-orang kecuali apabila merupakan penghukuman atas suatu pelang-garan.

Penahanan oleh pihak yang ber-wenang tanpa diperbolehkan un-tuk memiliki kontak dengan dunia luar.

Perbuatan menawan seseorang karena dituduh melakukan suatu pelanggaran atau dengan tindakan seorang penguasa.

Melakukan penyelidikan untuk mengungkap fakta-fakta.

Mengefektifkan kewajiban-kewa-jiban; memastikan bahwa kewa-jiban-kewajiban tersebut terpenuhi.

Orang yang membuat pengaduan di bawah prosedur pengaduan individu.

Pemberlakuan (suatu perjanjian) (entry into force)

Penahanan

Penahanan tanpa komunikasi(incommunicado)

Penangkapan

Pencarian fakta

Penegakan (kewajiban-kewajiban)

Pengadu

Page 25: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxiv

Pengaduan individu

Penyampaian (tuduhan)

Perjanjian

Petisi

Prosedur quasi-judisial

Prosedur judisial

Pengaduan yang terkait dengan seperangkat fakta yang spesifik yang memiliki pengaruh pada seorang individu atau individu-individu.

Menyampaikan tuduhan, misal-nya, kepada Negara terkait.

Dokumen hukum internasional yang menetapkan kewajiban-kewajiban mengikat secara hukum bagi Negara-Negara.

Permohonan aksi, misalnya, per-mohonan agar suatu masalah diselidiki.

Prosedur di hadapan suatu badan yang mempertimbangkan kasus-kasus dengan cara yang serupa dengan sebuah badan judisial, tetapi yang tidak tersusun atas hakim-hakim dan putusan-putusan yang dihasilkan tidak dengan sendirinya mengikat secara hukum.

Sebuah prosedur di hadapan badan judisial.

Page 26: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxv

Putusan yang mengikat secara hukum di mana pengadilan mengutarakan kesimpulan-kesim-pulannya di dalam suatu kasus.

Proses di mana Negara setuju untuk terikat oleh suatu perjanjian.

Tindakan yang diusulkan. Reko-mendasi tidak mengikat secara hukum.

Langkah-langkah untuk memper-baiki kerusakan yang ada, misalnya, kompensasi.

Pada saat menyetujui untuk terikat oleh suatu perjanjian, Negara dapat mendaftarkan suatu reservasi: pernyataan yang dimaksudkan untuk mengurangi kewajiban-kewajibannya di bawah suatu perjanjian.

Keputusan resmi suatu badan internasional, sering kali disahkan melalui pemungutan suara. Resolusi umumnya merupakan sebuah rekomendasi dan oleh karena itu tidak mengikat secara hukum.

Putusan pengadilan

Ratifikasi

Rekomendasi

Reparasi

Reservasi

Resolusi

Page 27: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxvi

Hukuman yang dijatuhkan atas kegagalan Negara untuk mematuhi kewajiban-kewajiban hukumnya.

Suaka dicari oleh individu-individu yang tidak ingin kembali ke suatu Negara, umumnya Negara mereka sendiri, di mana mereka berada dalam bahaya. Jika diberikan, itu berarti mereka diperbolehkan untuk tinggal di suatu Negara yang bukan Negara mereka. Suaka dapat bersifat sementara atau permanen.

Menetapkan suatu Negara ber-tanggung jawab berdasarkan hu-kum internasional.

Pernyataan (yang belum dibuktikan kebenarannya) bahwa peristiwa penyiksaan telah terjadi.

Pemberitahuan resmi yang diberi-kan kepada individu oleh pejabat yang berwenang bahwa ia telah melakukan suatu pelanggaran pidana.

Hal-hal yang masuk di dalam jurisdiksi suatu badan judisial

Sanksi

Suaka (asylum)

Tanggung jawab Negara

Tuduhan (penyiksaan)

Tuntutan pidana

Jurisdiksi (suatu badan judisial)

Page 28: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxvii

atau quasi-judisial adalah hal-hal di mana badan tersebut memiliki kewenangan untuk memeriksa.

Wilayah atau orang-orang di mana atasnya suatu Negara menjalankan kewenangannya.

Jurisdiksi (suatu Negara)

Page 29: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 30: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxix

Pengantar

Untuk Siapakah Manual Ini?

1.1 Manual ini ditulis sebagai sebuah sumber informasi bagi para hakim dan jaksa penuntut di seluruh dunia untuk membantu mereka untuk mencegah dan menyelidiki tindakan-tindakan penyiksaan. Berdasarkan standard-standard internasional, Manual ini juga berisi daftar praktik-praktik terbaik dan nasihat yang seharusnya dapat digunakan di dalam sistem hukum mana pun. Mengingat sistem-sistem hukum yang berbeda, hukum acara dan pembuktian (rules of evidence and methods of procedure) yang ada di Negara-Negara yang berbeda, adalah mustahil untuk menghasilkan sebuah buku referensi hukum yang rinci yang dapat digunakan secara universal di setiap jurisdiksi. Manual ini sebaliknya bertujuan untuk memberikan sebuah pedoman praktis bagi para hakim dan jaksa penuntut yang putusan-putusannya boleh jadi, dalam banyak kasus, memiliki dampak langsung atas masalah penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya.

1.2 Penyiksaan secara absolut dilarang di bawah hukum internasional dan tidak dapat dibenarkan dalam situasi apa pun. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengutuk penyiksaan sebagai sebuah pengingkaran terhadap tujuan-tujuan dari Piagam PBB dan sebagai

Page 31: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxx

sebuah pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan mendasar yang dinyatakan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Penyiksaan juga dilarang oleh hampir semua sistem hukum domestik di dunia. Bahkan di mana tidak terdapat kejahatan khusus penyiksaan di dalam hukum domestik, biasanya terdapat udang-undang lain di mana para pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban. Namun demikian, tindakan-tindakan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang tetap meluas di seluruh dunia.

1.3 Mencegah penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya terutama merupakan sebuah tindakan kemauan politik atau profesi dan tanggung jawab untuk melawan penyiksaan mencakup semua pihak yang berwenang di dalam masyarakat. Para hakim dan jaksa penuntut, mengingat peran mereka di dalam menjunjung kepastian hukum, memiliki tanggung jawab khusus untuk membantu mencegah tindakan-tindakan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang dengan cara melakukan penyelidikan yang segera dan efektif atas tindakan-tindakan semacam itu, menuntut dan menghukum mereka yang bertanggung jawab dan memberikan ganti rugi kepada para korban. Mencegah dan menyelidiki tuduhan atas tindakan-tindakan penyiksaan menimbulkan masalah-masalah khusus bagi para hakim dan jaksa penuntut, dan bagi administrasi keadilan, karena kejahatan semacam ini biasanya dilakukan oleh pejabat resmi yang sama yang pada umumnya bertanggung jawab untuk menjunjung tinggi dan menegakkan hukum. Hal ini membuatnya

Page 32: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxxi

semakin sulit untuk berhadapan dengan bentuk-bentuk kriminalitas lainnya. Namun demikian, para hakim dan jaksa penuntut memiliki tugas hukum untuk menjamin bahwa integritas profesi mereka dan keadilan yang mereka junjung tidak dibahayakan oleh toleransi yang berkelanjutan terhadap penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya.

1.4 Selain mempertimbangkan upaya-upaya perlindungan khusus yang dirinci di dalam Manual ini, yang penting adalah bahwa semua orang yang memiliki wewenang – khususnya mereka yang bertanggung jawab atas penegakan hukum dan administrasi keadilan – secara publik mengutuk penyiksaan dalam segala bentuknya kapan pun ia terjadi. Mereka harus membuat jelas bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan penyiksaan dan orang-orang yang bertanggung jawab atas tempat-tempat penahanan pada saat tindakan-tindakan semacam itu dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban secara pribadi atas tindakan-tindakan tersebut.

1.5 Penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya boleh jadi berlangsung di hampir semua tempat. Orang-orang terutama sekali berada dalam risiko ketika kebebasan mereka dirampas, ditahan dalam penahanan pra-persidangan atau tunduk pada interogasi. Risiko terbesar adalah dalam fase pertama penangkapan dan penahanan, sebelum orang tersebut memiliki akses terhadap pengacara atau pengadilan. Orang-orang yang ditahan tanpa komunikasi (incommunicado) – tanpa akses terhadap siapa pun di dunia luar – sangat rentan.

Page 33: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxxii

1.6 Para hakim dan jaksa penuntut memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa mereka sendiri tidak, baik secara tidak sengaja atau sebaliknya, berkolusi dengan tindakan-tindakan penyiksaan pada saat mengemban fungsi-fungsi resmi mereka. Dalam beberapa sistem hukum, jaksa penuntut boleh jadi terlibat secara langsung di dalam melakukan interogasi-interogasi di mana metode-metode koersif untuk menggali pengakuan dan informasi digunakan. Dalam beberapa situasi, jaksa penuntut dapat bergantung pada informasi atau pengakuan, ketika memeriksa kasus, tanpa meyakinkan diri mereka sendiri bahwa informasi atau pengakuan tersebut tidak diperoleh dengan cara-cara koersif.

1.7 Kadang-kadang para hakim dan jaksa penuntut gagal untuk menjamin bahwa hukum dan hukum acara yang dirancang untuk melindungi orang-orang yang berada dalam penahanan, dan mencegah tindakan-tindakan penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, ditegakkan. Mereka boleh jadi juga gagal untuk mewajibkan agar seseorang yang membuat pernyataan atau pengakuan melakukan hal tersebut di hadapan mereka; gagal untuk memeriksa tanda-tanda tekanan fisik atau mental pada tahanan yang dibawa ke hadapan mereka; mengembalikan tahanan ke dalam penahanan para aparatur penegak hukum di mana terdapat alasan untuk dipercaya bahwa tahanan akan mengalami perlakuan sewenang-wenang; gagal untuk bereaksi terhadap tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mungkin telah diperlakukan secara sewenang-wenang bahkan di tengah ketiadaan sebuah

Page 34: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxxiii

pengaduan resmi; gagal untuk mempertimbangkan pengaduan-pengaduan perlakuan sewenang-wenang secara cukup serius; gagal untuk menyelidiki tuduhan-tuduhan semacam itu dengan maksud untuk membawa para pelaku ke persidangan; dan gagal untuk menggunakan kekuasaan mereka untuk melakukan inspeksi yang seksama terhadap tempat-tempat penahanan.

1.8 Sebaliknya, para hakim dan jaksa penuntut dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk mencegah dan menyelidiki tindakan-tindakan penyiksaan. Mereka dapat meminta agar seorang tersangka dibawa ke hadapan mereka sesegera mungkin dan memeriksa apakah ia diperlakukan dengan baik. Oleh karena mereka memiliki diskresi, mereka dapat menginterpretasikan keseimbangan pembuktian (balance of proof), berkenaan dengan tuduhan-tuduhan penyiksaan dan admisibilitas (dapat diterimanya) bukti yang diperoleh melalui penyiksaan, dengan cara-cara yang mengecilkan hati para aparat penegak hukum, dan mereka yang bertanggung jawab atas tempat-tempat penahanan, untuk melakukan, atau membiarkan pihak-pihak lain melakukan, penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Mereka juga dapat tetap waspada terhadap semua kemungkinan bahwa pengadilan mereka sendiri tidak sesuai dengan standard-standard tertinggi yang dimungkinkan berkenaan dengan pencegahan dan penyelidikan terhadap penyiksaan.

1.9 Sementara hukum internasional menyediakan dasar minimum, terdapat juga contoh-contoh dari Negara-

Page 35: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxxiv

Negara yang berbeda yang dapat ditarik tentang kapan mengembangkan standard-standard praktik yang baik. Studi-studi kasus yang terkandung di dalam Manual ini, yang hanya menggambarkan cuplikan singkat dari kasus-kasus yang diambil dari seluruh dunia tersebut, dimaksudkan untuk mengilustrasikan bagaimana para hakim dan jaksa penuntut telah berusaha untuk melawan penyiksaan di dalam jurisdiksi-jurisdiksi mereka sendiri.

Bagaimana Menggunakan Manual Ini

0.10 Bab pertama dari Manual ini secara singkat mengedepankan mengenai larangan penyiksaan dalam hukum internasional dan kewajiban-kewajiban yang mengalir dari larangan ini. Bab ini juga merujuk pada beberapa mekanisme pengawasan internasional yang ada. Bab kedua menguraikan upaya-upaya perlindungan yang ada bagi orang-orang yang telah dirampas kebebasannya untuk tidak mengalami penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Bab ini juga mencakup baik standard-standard perjanjian dan non-perjanjian dan juga instrumen-instrumen regional dan universal. Bersama-sama dengan putusan pengadilan dan laporan badan dan institusi monitoring internasional, Manual ini akan menjadi sebuah sumber hukum yang penting yang dapat memberikan informasi hakim dan jaksa penuntut domestik.

0.11 Bab ketiga menggambarkan peran para hakim dan jaksa penuntut di dalam memastikan bahwa standard-

Page 36: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxxv

standard ini ditegakkan di dalam praktiknya. Bab ini mencakup daftar upaya-upaya perlindungan bagi mereka yang dirampas kebebasannya dan nasihat untuk melakukan inspeksi terhadap fasilitas-fasilitas penahanan. Bab ini juga mempertimbangkan peran para hakim dan jaksa penuntut ketika dinyatakan bahwa bukti di dalam sebuah persidangan pidana telah diperoleh melalui penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Kewajiban positif untuk melindungi seseorang yang mungkin berisiko mengalami penyiksaan di Negara-Negara lain – dalam konteks proses-proses deportasi atau ekstradisi, atau klaim suaka – juga dibahas secara singkat.

0.12 Bab keempat menguraikan bagaimana mereka yang bertanggung jawab untuk melakukan penyelidikan terhadap tindakan-tindakan penyiksaan harus merespon tuduhan-tuduhan dan mengumpulkan bukti-bukti yang terkait dengan penyiksaan. Bab ini juga membahas siapa yang harus melakukan penyelidikan-penyelidikan semacam itu dan prinsip-prinsip umum yang mengatur penyelidikan. Bab ini juga memberikan nasihat tentang bagaimana mewawancarai para korban, saksi dan tersangka dan melindungi para saksi selama penyelidikan dan persidangan terhadap para tersangka penyiksa.

0.13 Bab kelima terkait dengan penuntutan terhadap mereka yang terlibat dalam penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Bab ini membahas definisi hukum mengenai penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, siapa yang harus dimintai pertanggungjawaban atas

Page 37: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

xxxvi

kejahatan-kejahatan semacam itu dan bagaimana mereka dapat diidentifikasi dan dituntut. Masalah-masalah mengenai jurisdiksi universal, amnesti, penghukuman dan ganti rugi dibahas secara singkat.

0.14 Teks beberapa instrumen internasional tercakup sebagai lampiran pada Manual ini. Sebuah tabel mengenai status ratifikasi perjanjian-perjanjian utama hak asasi manusia juga dilampirkan.

Page 38: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

1

Isi

Larangan Umum Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia tahun 1984Standard-Standard Lain yang RelevanDefinisi-Definisi HukumMekanisme Pengawasan dan Prosedur-Prosedur Pengaduan Internasional• Komite Hak Asasi Manusia (Human Rights Committee)• Komite PBB Menentang Penyiksaan (UN Committee

against Torture)• Mekanisme-Mekanisme Regional• Mekanisme-Mekanisme Monitoring Lainnya• Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan dan Perlakuan

atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia

• Mahkamah Pidana Internasional dan Pengadilan-Pengadilan Pidana Internasional

• Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross, ICRC)

612

151823

2324

252829

30

31

1 Larangan Penyiksaan di dalam Hukum Internasional

Page 39: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 40: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

3

1.1 Bab ini secara singkat mengedepankan mengenai larangan penyiksaan dalam hukum internasional dan kewajiban-kewajiban yang mengalir dari larangan ini. Bab ini juga menggambarkan beberapa badan pengawasan yang telah dibentuk untuk memonitor pemenuhan kewajiban ini. Praktik badan-badan ini dapat memberikan informasi kepada hakim dan jaksa penuntut mengenai cakupan standard-standard internasional yang mereka cari untuk diterapkan di tingkat nasional.

1.2 Komunitas internasional telah mengembangkan standard-standard untuk melindungi orang-orang dari penyiksaan yang berlaku pada semua sistem hukum di dunia. Standard-standard tersebut memperhatikan keragaman sistem hukum yang ada dan menetapkan jaminan-jaminan minimum yang harus disediakan oleh setiap sistem hukum. Para hakim dan jaksa penuntut memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa standard-standard ini melekat di dalam kerangka sistem hukum mereka sendiri. Bahkan jika suatu Negara belum meratifikasi suatu perjanjian tertentu yang melarang penyiksaan, karena larangan penyiksaan sangat fundamental, Negara tersebut biar bagaimanapun juga terikat atas dasar hukum internasional umum.1

1 Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional mendaftar cara-cara untuk menentukan aturan-aturan hukum internasional, yakni: konvensi-konvensi internasional yang membentuk aturan-aturan, kebiasaan internasional

1 Larangan Penyiksaan di dalam Hukum Internasional

Page 41: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

4

1.3 Di banyak Negara, pengadilan-pengadilan diharapkan untuk menerapkan perjanjian-perjanjian yang dira-tifikasi oleh Negara-Negara mereka, atau hukum internasional umum (atau hukum kebiasaan) atau keduanya. Kegagalan untuk melakukan demikian merupakan kegagalan tugas profesi. Bahkan di Negara-Negara tersebut, di mana hukum internasional mungkin tidak secara langsung diberlakukan di pengadilan-pengadilan, adalah bijaksana jika pengadilan tidak menempatkan Negara pada posisi yang melanggar kewajiban-kewajiban hukum internasionalnya, ter-masuk larangan penyiksaan. Hal ini disebabkan, di bawah hukum internasional, tidak ada Negara yang dapat menggunakan konstitusi nasional atau hukum-nya untuk menjustifikasi suatu pelanggaran terhadap hukum internasional.

1.4 Standard-standard yang dikutip di dalam Manual ini memiliki status hukum yang berbeda. Beberapa standard terkandung di dalam perjanjian-perjanjian yang mengikat secara hukum pada Negara-Negara yang telah menandatangani dan meratifikasi atau mengaksesi perjanjian-perjanjian tersebut. Banyak dari upaya-upaya perlindungan yang lebih rinci terhadap penyiksaan terkandung di dalam instrument-instrumen soft law – misalnya, deklarasi, resolusi, atau kumpulan prinsip-prinsip – atau di dalam laporan-laporan badan atau lembaga monitoring internasional. Sementara

sebagai bukti praktik umum yang diterima sebagai hukum, prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab dan putusan-putusan pengadilan dan ajaran para sarjana terkemuka. Hukum internasional umum (hukum kebiasaan internasional) terdiri dari norma-noram yang berasal dari pelbagai kombinasi sumber-sumber ini.

Page 42: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

5

tidak mengikat secara langsung, standard-standard ini memiliki kekuatan persuasif yang dirundingkan oleh pemerintah-pemerintah dan/atau digunakan oleh badan-badan politik seperti misal Majelis Umum PBB. Kadang-kadang standard-standard ini menegaskan prinsip-prinsip yang sudah dianggap mengikat secara hukum sebagai prinsip-prinsip hukum internasional umum atau hukum kebiasaan internasional. Standard-standard ini sering kali menguraikan, secara lebih rinci, langkah-langkah yang harus diambil untuk melindungi hak fundamental setiap orang untuk dilindungi dari penyiksaan.

1.5 Sejumlah badan PBB telah dibentuk oleh konvensi-konvensi khusus untuk memonitor pemenuhan standard-standard ini dan memberikan panduan tentang bagaimana mereka harus diinterpretasikan. Badan-badan ini pada umumnya mengeluarkan komentar dan rekomendasi umum, mengkaji laporan-laporan yang disampaikan oleh Negara dan mengeluarkan kesimpulan-kesimpulan observasi (concluding observations) tentang pemenuhan Negara terhadap konvensi terkait. Beberapa badan juga mempertimbangkan pengaduan dari individu-individu yang menyatakan bahwa mereka telah mengalami pelanggaran. Dalam hal ini, mereka dapat memberikan interpretasi-interpretasi yang bersifat otoritatif atas ketentuan-ketentuan perjanjian dan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada Negara-Negara Pihak.

1.6 PBB juga telah membentuk sejumlah mekanisme ekstra-konvensional untuk memeriksa masalah-

Page 43: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

6

masalah tertentu yang mendapat perhatian khusus dari komunitas internasional atau situasi di Negara-Negara tertentu. Mekanisme-mekanisme ini memonitor semua Negara, tanpa memperhatikan apakah mereka telah meratifikasi konvensi tertentu, dan dapat menarik perhatian pada pelanggaran-pelanggaran tertentu.

Larangan Umum

1.7 Larangan penyiksaan ditemukan di dalam sejumlah perjanjian hak asasi manusia dan humaniter inter-nasional dan dipandang sebagai sebuah prinsip hukum internasional umum. Larangan penyiksaan juga dianggap memiliki status khusus dalam hukum internasional, yakni jus cogens, yang merupakan sebuah “norma tertinggi” dalam hukum internasional.2 Hukum internasional umum mengikat semua Negara, bahkan jika mereka tidak meratifikasi suatu perjanjian tertentu. Aturan-aturan jus cogens tidak dapat dipertentangkan dengan hukum perjanjian atau dengan aturan-aturan hukum internasional lainnya.

2 Komite Hak Asasi Manusia (Human Rights Committee), Komentar Umum 24 (52), Komentar umum tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan reservasi yang dilakukan terhadap ratifikasi atau aksesi pada Kovenan atau Protokol Opsional pada Kovenan, atau dalam kaitan dengan deklarasi-deklarasi di bawah pasal 41 Kovenan, UN Doc. CCPR/C/21/Rev.1/Add.6 (1994), paragraf 10. Lihat juga, Pengadilan Pidana Internasional untuk Negara Bekas Yugoslavia (International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia, ICTY), Jaksa Penuntut v Delalic dkk, Kasus IT-96-21-T, Putusan 16 November 1998, paragraf 452, 454; Jaksa Penuntut v Furundzija, Kasus IT-95-17/1-T, Putusan 10 Desember 1998, paragraf 139 dan 143; Jaksa Penuntut v Kunarac dkk, Kasus IT-96-23-T & IT-96-23/I-T, paragraf 466.

Page 44: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

7

1.8 Larangan penyiksaan termuat dalam Pasal 5 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) tahun 1948 dan sejumlah perjanjian hak asasi manusia internasional dan regional. Mayoritas luas Negara telah meratifikasi perjanjian-perjanjian yang berisi ketentuan-ketentuan yang melarang penyiksaan dan bentuk-bentuk perla-kuan sewenang-wenang lainnya. Perjanjian-perjanjian ini yakni: Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights, ICCPR) (1966),3 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia (European Convention on Human Rights, ECHR) (1950),4 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia (American Convention on Human Rights, ACHR) (1978)5 dan Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Rakyat (Piagam Afrika) (African Charter on Human and People’s Rights) (1981).6 Naskah pasal-pasal yang berkaitan dengan penyiksaan dari beberapa perjanjian ini dan sebuah tabel ratifikasi-ratifikasi Ne-gara terhadap perjanjian-perjanjian universal pilihan dimasukkan dalam Lampiran pada Manual ini.

1.9 Sejumlah perjanjian juga telah dirancang secara khusus untuk melawan penyiksaan, yakni:

§Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia tahun 1984 (Konvensi Menentang Penyiksaan)

3 ICCPR Pasal 7 dan 10(1). 4 ECHR Pasal 3. 5 ACHR Pasal 5(2). 6 Piagam Afrika Pasal 5.

Page 45: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

8

§Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia (European Convention for the Prevention of Torture and Inhuman and Degrading Treatment or Punishment) tahun 1987

§Konvensi Inter-Amerika untuk Mencegah dan Menghukum Penyiksaan (Inter-American Convention to Prevent and Punish Torture) tahun 1985

Larangan yang absolut terhadap penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang digarisbawahi oleh statusnya yang tidak dapat dikurangi (non-derogable) dalam hukum HAM. Tidak ada keadaan di mana Negara-Negara dapat mengesampingkan atau membatasi kewajiban ini, bahkan dalam situasi perang atau keadaan darurat lain yang mengancam kehidupan bangsa, yang mungkin menjustifikasi penggantungan atau pembatasan terhadap beberapa hak lain.7 Negara-Negara juga dibatasi untuk membuat pengurangan-pengurangan yang mungkin menempatkan para individu dalam risiko mengalami penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang – misal, dengan mengizinkan periode penahanan tanpa komunikasi secara berlebihan atau meniadakan hak

7 Pasal 4 ICCPR, Pasal 15 ECHR dan Pasal 27 ACHR menetapkan, dalam keadaan-keadaan tertentu yang nyata, bahwa Negara-negara dapat mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu yang ditetapkan, sejauh benar-benar diperlukan oleh keadaan darurat. Pengurangan tidak diperbolehkan apabila berkenaan dengan pasal-pasal yang melarang penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia. Piagam Afrika tidak memuat klausul keadaan darurat dan dengan demikian tidak memperbolehkan pengurangan semacam itu.

Page 46: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

9

tahanan atas akses yang segera pada pengadilan.8 Larangan ini berjalan tanpa memperhatikan keadaan-keadaan atau sifat-sifat, seperti misal status korban atau, jika ia seorang tersangka pidana, atas kejahatan-kejahatan yang mana si korban dicurigai telah me-lakukan.9

1.10 Pejabat-pejabat Negara dilarang melakukan, menghasut atau mentoleransi penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia terhadap siapa pun. Perintah dari seorang atasan atau seorang pejabat publik tidak boleh digunakan sebagai justifikasi untuk penyiksaan.10 Negara-Negara juga diwajibkan untuk memastikan bahwa semua tindakan penyiksaan ada-lah pelanggaran di bawah hukum pidana mereka,

8 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 29, Keadaan-Keadaan Darurat (pasal 4), diadopsi pada pertemuan ke-1950, tanggal 24 Juli 2001, paragraf 16; Aksoy v Turkey, Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa (European Court on Human Rights, ECtHR), Putusan 18 Desember 1996; Brannigan and MacBride v UK, ECtHR, Putusan 26 Mei 1993; Brogan v UK, Putusan ECtHR 29 November 1988; ‘Habeas Corpus dalam Keadaan-Keadaan Darurat’, Opini Nasihat (Advisory Opinion) OC-8/87 tanggal 30 Januari 1987, Laporan Tahunan Mahkamah Inter-Amerika, 1987, OAS/Ser.L/V/III.17 doc.13, 1987; dan ‘Jaminan-Jaminan Judisial dalam Keadaan-Keadaan Darurat’, Opini Nasihat OC-9/87 tanggal 6 Oktober 1987, Laporan Tahunan Mahkamah Inter-Amerika, 1988, OAS/Ser.L/V/III.19 doc.13, 1988.

9 Pasal 2, Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia. Lihat juga Laporan-laporan Komite Menentang Penyiksaan, Mutambo v Switzerland (13/1993) GAOR, Tambahan No. 44 Sesi ke-49 (1994) Khan v Canada (15/1994), GAOR, Tambahan No. 44 Sesi ke-50 (1995); dan Ireland v UK, Seri-Seri A 25 ECtHR, (1978); Chahal v UK, ECtHR, Putusan 15 November 1996; Tomasi v France, ECtHR, Seri-Seri A, No. 241-A (1993); Selmouni v France, ECtHR, Putusan 28 Juli 1999.

10 Pasal 2, Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia. Prinsip ini juga termaktub dalam Piagam Pengadilan Nuremberg dan Pengadilan Tokyo tahun 1946, dan selanjutnya ditetapkan oleh Majelis Umum PBB. Prinsip ini juga dapat ditemukan dalam Statuta pengadilan-pengadilan pidana internasional untuk Rwanda dan Yugoslavia dan, dengan sedikit modifikasi dalam Statuta Mahkamah Pidana Internasional.

Page 47: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

10

menetapkan jurisdiksi pidana atas tindakan-tindakan tersebut, menyelidiki semua tindakan tersebut dan meminta pertanggungjawaban dari orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan tersebut.11

1.11 Penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang lainnya terhadap siapa pun yang berada dalam kekuasaan pihak lain juga dilarang dan ditetapkan sebagai kejahatan perang di bawah hukum konflik bersenjata (hukum humaniter).12 Larangan penyiksaan dalam hukum humaniter secara tegas dinyatakan dalam Pasal 3 Umum Konvensi-Konvensi Jenewa dan dalam pelbagai ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa, termasuk ketentuan-ketentuan pelanggaran berat,13 dan Protokol-Protokol Tambahan tahun 1977.14 Penyiksaan juga dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan ketika tindakan-tindakan dilakukan sebagai bagian dari suatu serangan yang meluas atau sistematik terhadap penduduk sipil, baik dilakukan pada saat konflik bersenjata atau tidak. Dengan demikian, misalnya,

11 Pasal 4, 5, 7, 12 dan 13 Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia. Lihat juga Komentar Umum Komite Hak Asasi Manusia No. 20, paragraf 13 dan 14.

12 Kejahatan perang mencakup ‘pelanggaran-pelanggaran berat terhadap Konvensi-Konvensi Jenewa tahun 1949, yang dilakukan di dalam situasi konflik bersenjata internasional terhadap orang-orang atau properti yang dilindungi oleh Konvensi-Konvensi dan, sebagaimana ditegaskan oleh Pengadilan Pidana Internasional untuk Negara Bekas Yugoslavia (ICTY), pelanggaran-pelanggaran terhadap Pasal Umum 3 Konvensi-Konvensi Jenewa (Jaksa Penuntut v Tadic, Putusan Mosi Pembelaan untuk Penetapan Banding tentang Jurisdiksi, Kasus No. IT-94-I-AR72, 2 Oktober 1995, paragraf 134). Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai bagian dari suatu serangan yang meluas atau sistematik terhadap penduduk sipil, baik dilakukan pada saat konflik bersenjata atau tidak.

13 Pasal 12 dan 50 Konvensi Jenewa I; Pasal 12 dan 51 Konvensi Jenewa II; Pasal 13, 14, 87 dan 130 Konvensi Jenewa III; Pasal 27, 32 dan 147 Konvensi Jenewa IV.

14 Pasal 75 Protokol Tambahan 1 dan Pasal 4 Protokol Tambahan 2.

Page 48: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

11

Pasal 7 Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court, ICC) memasukkan penyiksaan dan pemerkosaan ke dalam jurisdiksi Mahkamah. Naskah Pasal 3 Umum Konvensi-Konvensi Jenewa dan Pasal 7 dan 8 Statuta Roma dimasukkan dalam Lampiran Satu dari Manual ini.

1.12 Fokus utama dari Manual ini adalah mengenai penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang oleh agen-agen Negara, khususnya para aparatur penegak hu-kum. Namun demikian, juga terdapat dukungan yang berkembang terhadap pentingnya melindungi orang-orang dari perlakuan yang serupa yang dilakukan oleh kelompok-kelompok privat atau individu-individu terhadap orang-orang yang berada dalam kontrol efektif kelompok-kelompok atau individu-individu tersebut. Negara-negara bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak setiap orang di dalam jurisdiksi mereka dan dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu privat apabila Negara mendukung atau mentoleransi tindakan-tindakan tersebut, atau gagal dengan cara lain untuk memberikan perlindungan yang efektif di dalam hukum terhadap mereka.15

1.13 Hak seorang individu atas perlindungan terhadap penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya yang dilarang mencakup hak untuk tidak dikembalikan ke suatu Negara di mana terdapat alasan-alasan yang kuat untuk menduga bahwa orang

15 Kasus Velásquez Rodríguez, Putusan 29 Juli 1988, Seri-Seri C, No. 4, Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika; H.L.R. v France, ECtHR, Putusan 29 April 1997; D. v UK, ECtHR, Putusan 2 Mei 1997.

Page 49: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

12

tersebut berisiko mengalami perlakuan semacam itu.16 Orang-orang memiliki hak untuk tidak dikembalikan secara paksa di mana mereka berisiko mengalami penyiksaan – bahkan jika mereka belum diakui sebagai pengungsi. Negara yang merespon suatu permintaan ekstradisi juga perlu memastikan bahwa Negara lain mematuhi kewajiban-kewajibannya di bawah hukum internasional yang berkenaan dengan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang sebelum Negara tersebut dapat menyerahkan seseorang ke jurisdiksi tersebut.17

Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia tahun 1984

1.14 Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia disahkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1984. Seratus tiga puluh Negara menjadi pihak pada Konvensi per Agustus 2002. Konvensi mendefinisikan penyiksaan dan menetapkan bahwa Negara-Negara Pihak harus melarang penyik-saan dalam keadaan apa pun. Penyiksaan tidak dapat dibenarkan dalam keadaan darurat, atau keadaan-

16 Pasal 3, Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia; Pasal 33, Konvensi yang Terkait dengan Status Pengungsi (Convention Relating to the Status of Refugees), Chahal v UK, ECtHR, Putusan 15 November 1996.

17 Soering v UK, ECtHR, Putusan 7 Juli 1989, Ser. A No. 161.

Page 50: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

13

keadaan luar biasa lainnya, atau pun karena perintah-perintah atasan yang diterima oleh seorang pejabat resmi.18 Konvensi melarang pemulangan paksa atau ekstradisi terhadap seseorang ke Negara lain di mana ia berhadapan dengan risiko penyiksaan.19 Negara-Negara harus menjamin bahwa semua tindakan penyik-saan adalah pelanggaran di bawah hukum pidana – termasuk keterlibatan dan partisipasi di dalam dan hasutan untuk melakukan tindakan-tindakan semacam itu.20 Negara-Negara harus menetapkan jurisdiksi atas pelanggaran-pelanggaran semacam itu dalam kasus-kasus penyiksaan di mana para tersangka pelanggar tidak diekstradisi untuk menghadapi penuntutan di Negara lain, tanpa mempedulikan Negara di mana penyiksaan dilakukan, atau kewarganegaraan dari si pelaku atau korban (“jurisdiksi universal”).21 Di dalam menggunakan jurisdiksi universal, Negara-Negara berkewajiban untuk menahan para tersangka pelaku penyiksaan, melakukan penyelidikan-penyelidikan atas tuduhan-tuduhan penyiksaan dan menyerahkan para tersangka penyiksa kepada pihak-pihak yang berwenang melakukan penuntutan.22 Negara-Negara juga harus bekerja sama satu sama lain untuk mengadili para penyiksa.23 Pernyataan-pernyataan yang dibuat sebagai hasil dari penyiksaan tidak dapat digunakan

18 Pasal 2, Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia.

19 Pasal 3 ibid. 20 Pasal 4, ibid.21 Pasal 5, ibid. 22 Pasal 6-8, ibid. 23 Pasal 9, ibid.

Page 51: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

14

sebagai bukti – kecuali terhadap para tersangka penyiksa.24 Korban-korban penyiksaan juga memiliki hak atas ganti rugi dan kompensasi yang memadai.25

1.15 Konvensi Menentang Penyiksaan juga mewajibkan Negara-Negara Pihak untuk mengambil langkah-langkah yang efektif untuk melawan penyiksaan. Negara-Negara bertanggung jawab untuk melatih aparat penegak hukum dan petugas kesehatan, dan orang-orang lain yang mungkin terlibat di dalam penahanan, interogasi atau perlakuan terhadap individu-individu yang ditahan, mengenai larangan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang.26 Atu-ran-aturan interogasi dan pengaturan-pengaturan penahanan harus diawasi dengan maksud untuk mencegah tindakan-tindakan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang.27 Negara-Negara harus secara aktif melakukan penyelidikan terhadap tindakan-tindakan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang – bahkan jika belum terdapat pengaduan resmi mengenai hal tersebut.28 Para individu memiliki hak untuk mengadu mengenai tindakan-tindakan penyiksaan dan perla-kuan sewenang-wenang, agar pengaduan-pengaduan mereka diperiksa dan dilindungi dari intimidasi atau perlakuan sewenang-wenang sebagai akibat dari pengaduan mereka.29 Tindakan-tindakan perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi

24 Pasal 15, ibid. 25 Pasal 14, ibid. 26 Pasal 10, ibid. 27 Pasal 11, ibid. 28 Pasal 12, ibid.29 Pasal 13, ibid.

Page 52: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

15

atau merendahkan martabat manusia yang tidak sama dengan tindakan-tindakan penyiksaan juga dilarang dan ketentuan-ketentuan yang dibahas dalam paragraf ini juga berlaku untuk tindakan-tindakan semacam itu.30

Standard-Standard Lain yang Relevan

1.16 Selain hukum HAM internasional dan hukum-hukum konflik bersenjata, sejumlah aturan dan standard telah dikembangkan untuk melindungi hak semua orang atas perlindungan terhadap penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang lainnya. Meskipun aturan dan standard tersebut tidak dengan sendirinya mengikat secara hukum, mereka menggambarkan prinsip-prinsip yang disepakati yang harus dipertahankan oleh semua Negara dan dapat memberikan pedoman yang penting bagi para hakim dan jaksa penuntut. Aturan dan standard tersebut meliputi:

§Peraturan Standard Minimum untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana (Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners) tahun 1957, sebagaimana diamendemen tahun 1977

§Deklarasi tentang Perlindungan terhadap Semua Orang dari Dijadikan Sasaran Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia (Declaration on the Protection of All Persons

30 Pasal 16, ibid.

Page 53: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

16

from Being Subjected to Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment) tahun 1975

§Kode Etik untuk Para Aparatur Penegak Hukum (Code of Conduct for Law Enforcement Officials) tahun 1979

§Prinsip-Prinsip Etika Medis yang Terkait dengan Peranan Petugas Kesehatan, Khususnya Para Dokter, di dalam Perlindungan terhadap Para Narapidana dan Tahanan dari Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia (Principles of Medical Ethics relevant to the Role of Health Personnel, particularly Physicians, in the Protection of Prisoners and Detainees against Torture, and Other Cruel and Inhuman, Degrading Treatment or Punishment) tahun 1982

§Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar tentang Keadilan bagi Para Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan (Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power) tahun 1985

§Prinsip-Prinsip Dasar untuk Independensi Pengadilan (Basic Principles for the Independence of the Judiciary) tahun 1985

§Peraturan Standard Minimum untuk Pelaksanaan Peradilan Anak (Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice) tahun 1987, yang sering disebut dengan “Peraturan Beijing” (“The Beijing Rules”)

§Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada dalam Segala

Page 54: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

17

Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun (UN Body of Principles for the Protection of All Persons under Any Form of Detention or Imprisonment) tahun 1988

§Prinsip-Prinsip Dasar untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana (Basic Principles for the Treatment of Prisoners) tahun 1990

§Prinsip-Prinsip Dasar tentang Peran Para Pengacara (Basic Principles on the Role of Lawyers) tahun 1990

§Pedoman untuk Peran Para Jaksa Penuntut (Guidelines for the Role of Prosecutors) tahun 1990

§Peraturan-Peraturan untuk Perlindungan terhadap Anak-Anak yang Dirampas Kebebasannya (Rules for the Protection of Juveniles Deprived of their Liberty) tahun 1990

§Prinsip-Prinsip tentang Pencegahan dan Penyelidikan yang Efektif terhadap Pelaksanaan Hukuman Mati di Luar Proses Hukum, Sewenang-wenang dan Sumir (Principles on the Effective Prevention and Investigation of Extra-legal, Arbitrary and Summary Executions) tahun 1990

§Prinsip-Prinsip Dasar tentang Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api oleh Aparatur Penegak Hukum (Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement Officials) tahun 1990

§Prinsip-Prinsip untuk Perlindungan terhadap Orang-Orang dengan Sakit Ingatan dan Peningkatan Perawatan Kesehatan Mental (Principles for the Protection of Persons with Mental Illness and the Improvement of Mental Health Care) tahun 1991

Page 55: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

18

§Deklarasi tentang Perlindungan terhadap Semua Orang dari Penghilangan Paksa (Declaration on the Protection of All Persons from Enforced Disappearances) tahun 1992

§Prinsip-Prinsip tentang Penyelidikan dan Dokumentasi yang Efektif terhadap Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia (sering disebut sebagai “Protokol Istanbul”) (Principles on the Effective Investigation and Documentation of Torture and Other Cruel, Inhuman and Degrading Treatment or Punishment – “The Istanbul Protocol”) tahun 1999

Kutipan-kutipan pilihan dari beberapa instrumen ini termuat dalam Lampiran Satu dalam Manual ini.

Definisi-Definisi Hukum

1.17 Pasal 1 Konvensi Menentang Penyiksaan mengede-pankan sebuah definisi mengenai tindakan-tindakan yang merupakan “penyiksaan” yang disepakati secara internasional. Pasal ini menetapkan bahwa:

istilah “penyiksaan” berarti setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang luar biasa, baik jasmani maupun rohani, pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang itu atau orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan

Page 56: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

19

yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh orang itu atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa orang itu atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan apa pun yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan atau sepengetahuan seorang pejabat publik atau orang lain yang bertindak di dalam kapasitas publik. Hal itu tidak meliputi rasa sakit atau penderitaan yang semata-mata timbul dari, melekat pada atau diakibatkan oleh suatu sanksi hukum yang berlaku.

1.18 Batasan-batasan yang tepat antara “penyiksaan” dan bentuk-bentuk “perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan mar-tabat manusia” lainnya sering kali sulit untuk diiden-tifikasi dan boleh jadi bergantung pada keadaan-ke-adaan khusus dari kasus dan karakteristik-karakter-istik dari korban. Kedua istilah mencakup perlakuan sewenang-wenang secara fisik dan mental yang telah ditimbulkan secara sengaja oleh, atau dengan persetu-juan atau sepengetahuan pejabat-pejabat Negara yang berwenang. “Unsur-unsur pokok” dari apa yang men-dasari penyiksaan terkandung dalam Pasal 1 Konvensi Menentang Penyiksaan mencakup:

§ Timbulnya rasa sakit atau penderitaan mental atau fisik yang luar biasa;

§ Oleh atau dengan persetujuan atau sepengetahuan pejabat-pejabat Negara yang berwenang;

Page 57: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

20

§Untuk suatu tujuan tertentu, seperti mendapatkan informasi, penghukuman atau intimidasi.

1.19 Perlakuan kejam, dan perlakuan atau penghukuman yang tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia juga merupakan istilah-istilah hukum. Istilah-istilah ini merujuk pada perlakuan sewenang-wenang yang tidak harus ditimbulkan untuk suatu tujuan tertentu, tetapi harus terdapat suatu niat untuk menyingkapkan individu-individu pada kondisi-kondisi yang sama dengan atau berakibat pada perlakuan sewenang-wenang. Menyingkapkan seseorang pada kondisi-kondisi yang layak dipercaya merupakan perlakuan sewenang-wenang akan menimbulkan tanggung jawab atas penderitaan yang ditimbulkan. Perlakuan yang merendahkan martabat manusia dapat mencakup rasa sakit atau penderitaan yang tidak sehebat penyiksaan atau perlakuan kejam atau tidak manusiawi dan pada umumnya akan mencakup penghinaan dan penurunan harga diri si korban. Unsur-unsur pokok yang mendasari perlakuan sewenang-wenang yang tidak sama dengan penyiksaan dengan demikian akan dikurangi:

§Penyingkapan yang disengaja pada rasa sakit atau penderitaan mental dan fisik yang signifikan

§Oleh atau dengan persetujuan atau sepengetahuan pejabat-pejabat Negara yang berwenang

Sering kali sulit untuk mengidentifikasi batasan-batasan yang tepat antara pelbagai bentuk perlakuan sewenang-wenang karena hal ini membutuhkan suatu penilaian mengenai tingkat penderitaan yang mungkin

Page 58: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

21

bergantung pada keadaan-keadaan tertentu dari kasus dan karakteristik-karakteristik dari korban. Dalam beberapa kasus, bentuk-bentuk tertentu dari perlakuan sewenang-wenang atau aspek-aspek penahanan tertentu yang tidak akan dengan sendirinya mendasari penyiksaan mungkin dapat mengidentifikasi batasan-batasan yang tepat dengan penggabungan satu dengan yang lain. Namun demikian, perlakuan sewenang-wenang dilarang di bawah hukum internasional dan bahkan apabila perlakuan tersebut tidak memiliki unsur tujuan atau, sejauh mana perlakuan merendahkan martabat manusia terkait, tidak dipertimbangkan cukup luar biasa (dalam istilah hukum) untuk dipersamakan dengan penyiksaan, masih dapat dipersamakan dengan perlakuan sewenang-wenang yang dilarang.31

1.20 Komite Hak Asasi Manusia telah menetapkan bahwa: “Kovenan tidak berisi suatu definisi mengenai konsep-konsep yang dicakup dalam pasal 7, dan Komite juga tidak mempertimbangkan perlunya membuat sebuah daftar tindakan-tindakan yang dilarang atau untuk menetapkan pembedaan-pembedaan yang tajam an-tara jenis-jenis penghukuman atau perlakuan yang berbeda; pembedaan-pembedaan tersebut bergantung pada sifat, tujuan dan kekejaman dari perlakuan yang diterapkan.”32 Namun demikian, Komite menetapkan

31 Hanya praktik Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa yang secara eksplisit menggunakan gagasan mengenai hebatnya penderitaan relatif (relative severity of suffering) yang relevan dengan garis batas antara ‘penyiksaan’ dan ‘perlakuan tidak manusiawi’. Pendekatan yang lazim adalah untuk menggunakan unsur keberadaan atau sebaliknya unsur tujuan untuk menentukan apakah perilaku tersebut merupakan penyiksaan.

32 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum 20, Pasal 7 (Sesi keempatpuluh empat, 1992), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI/GEN/1/Rev.1. hlm. 30 (1994), paragraf 4.

Page 59: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

22

bahwa pelarangan di dalam pasal 7 tidak hanya terkait dengan tindakan-tindakan yang menimbulkan rasa sakit secara fisik tetapi juga tindakan-tindakan yang menimbulkan penderitaan mental kepada korban.33 Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa juga telah mencatat di dalam Selmouni v France: Tindakan-tindakan tertentu yang dikelompokkan di masa lalu sebagai “perlakuan tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia” yang berbeda dari “penyiksaan” dapat dikelompokkan secara berbeda di masa depan… semakin tingginya standard yang diperlukan di area perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan mendasar selalu berhubungan dengan dan mutlak membutuhkan keteguhan yang lebih besar di dalam menilai pelanggaran-pelanggaran terhadap nilai-nilai fundamental dari masyarakat-masyarakat demokratis.”34

1.21 Para perancang Konvensi-Konvensi Jenewa juga menghindari sebuah daftar yang rinci mengenai tindakan-tindakan yang dilarang. Dalam Komentar atas Konvensi-Konvensi Jenewa, Komite Palang Merah Internasional telah menyatakan “Selalu berbahaya untuk masuk ke dalam sesuatu yang terlalu rinci – khususnya dalam bidang ini. Seberapa pun besarnya ketelitian yang diberikan dalam menyusun sebuah daftar tentang segala bentuk penderitaan, tidak akan mungkin untuk menyetarakan dengan imajinasi para penyiksa di masa depan yang ingin memuaskan naluri kebinatangan mereka; semakin kita mencoba untuk menyusun sebuah daftar yang rinci dan lengkap, maka ia akan semakin

33 Ibid., paragraf 5.34 Selmouni v France, ECtHR, Putusan tanggal 28 Juli 1999, paragraf 101.

Page 60: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

23

bersifat membatasi. Bentuk susunan kata yang diadopsi fleksibel dan pada saat yang bersamaan tepat.”35

Mekanisme Pengawasan dan Prosedur-Prosedur Pengaduan Internasional

Komite Hak Asasi Manusia (Human Rights Committee)

1.22 Komite Hak Asasi Manusia dibentuk sebagai sebuah badan monitoring oleh Kovenan Internasional ten-tang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR). Komite tersusun atas 18 orang pakar independen yang dipilih oleh Negara-Negara Pihak pada Kovenan. Komite memeriksa laporan-laporan yang mana Negara-Negara Pihak berkewajiban untuk menyerahkan secara berkala dan mengeluarkan observasi-observasi kesimpulan (concluding observations) yang menarik perhatian pada pokok-pokok masalah dan membuat rekomendasi-rekomendasi khusus kepada Negara. Komite juga dapat mempertimbangkan pengaduan-pengaduan dari indi-vidu-individu yang menyatakan diri sebagai korban pelanggaran-pelanggaran terhadap Kovenan oleh Negara Pihak. Agar prosedur ini dapat digunakan oleh para individu, Negara juga harus telah menjadi pihak pada Protokol Pilihan pertama pada Kovenan. Komite juga telah mengeluarkan serangkaian Komentar Umum (General Comments), untuk menguraikan arti

35 Jean Pictet, Commentary – IV Geneva Convention Relative to the Protection of Civilian Persons in Time of War, ICRC, 1958, hlm. 39

Page 61: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

24

dari pelbagai pasal dalam Kovenan dan syarat-syarat yang ditetapkan pada Negara-Negara Pihak. Komentar Umum mengenai Pasal 7 dimuat dalam Lampiran Satu pada Manual ini.

Komite PBB Menentang Penyiksaan (UN Committee against Torture)

1.23 Komite Menentang Penyiksaan adalah sebuah badan yang terdiri dari sepuluh orang pakar independen yang dibentuk di bawah Konvensi Menentang Penyiksaan. Komite mempertimbangkan laporan-laporan yang diserahkan oleh Negara-Negara Pihak mengenai im-plementasi mereka atas ketentuan-ketentuan dalam Konvensi dan mengeluarkan observasi-observasi ke-simpulan. Komite juga dapat mempertimbangkan pengaduan-pengaduan dari individu-individu apabila Negara terkait telah sepakat atas prosedur ini dengan membuat deklarasi di bawah Pasal 20 Konvensi. Juga terdapat sebuah prosedur, di bawah Pasal 20, di mana Komite dapat memulai sebuah penyelidikan apabila ia menganggap terdapat “indikasi-indikasi yang dapat dipercaya bahwa penyiksaan sedang dipraktikkan secara sistematik di wilayah Negara Pihak”.

1.24 Sebuah Protokol Opsional baru disahkan oleh Majelis Umum PBB pada bulan Desember 2002. Protokol ini membentuk sebuah sistem kunjungan rutin ganda yang saling melengkapi terhadap tempat-tempat penahanan dalam rangka mencegah penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang. Sistem yang pertama adalah mekanisme kunjungan internasional, atau

Page 62: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

25

“Sub-Komite” yang terdiri dari sepuluh orang pakar independen yang akan melakukan kunjungan-kun-jungan berkala ke tempat-tempat penahanan. Sistem yang kedua melibatkan sebuah kewajiban bagi Negara-Negara Pihak untuk membentuk, menunjuk atau mempertahankan satu atau beberapa mekanisme kunjungan nasional yang dapat melakukan kunjungan-kunjungan rutin lebih sering. Mekanisme-mekanisme internasional dan nasional akan membuat rekomendasi-rekomendasi kepada pihak-pihak berwenang terkait dengan maksud untuk meningkatkan perlakuan terhadap orang-orang yang dirampas kebebasannya dan kondisi-kondisi penahanan.

Mekanisme-Mekanisme Regional

1.25 Sejumlah perjanjian hak asasi manusia regional juga telah dikembangkan di dalam Dewan Eropa (Council of Europe, CoE), Organisasi Negara-Negara Amerika (Organisation of American States, OAS) dan Uni Afrika (African Union, AU).36 Hak-hak yang dilindungi oleh perjanjian-perjanjian ini berasal dari, dan serupa dengan, hak-hak yang dilindungi oleh Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, tetapi setiap perjanjian telah mengembangkan pendekatan-pendekatan yang unik ketika mencoba untuk mengimplementasikan hak-hak tersebut. Instrumen-instrumen pokok yang dirujuk di sini adalah:

36 Dulu adalah Organisasi untuk Kesatuan Afrika (Organisation for African Unity).

Page 63: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

26

§Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia§Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan

dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia

§Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia§Konvensi Inter-Amerika untuk Mencegah dan

Menghukum Penyiksaan§Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan

Hak Rakyat

1.26 Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa, Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika, Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika, Komisi Hak Asasi Manusia Eropa dan Mahkamah Hak Asasi Manusia Afrika (yang akan segera dibentuk) bertanggung jawab untuk memonitor pemenuhan Negara atas kewajiban-kewajibannya dalam masing-masing perjanjian. Badan-badan ini memeriksa tuduhan-tuduhan penyiksaan pada level yang sama seperti tuduhan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Namun demikian, Dewan Eropa juga telah membentuk sebuah badan khusus untuk mencegah penyiksaan di dalam Negara-Negara anggotanya.

1.27 Komite Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan (European Committee for the Prevention of Torture, CPT) dibentuk berdasarkan Konvensi Dewan Eropa tahun 1987, yakni Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia. Komite tersusun atas anggota-anggota yang independen dan imparsial

Page 64: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

27

sejumlah Negara-Negara Pihak pada Konvensi dan dapat dibantu oleh pakar-pakar ad hoc. Saat ini, semua anggota Dewan Eropa juga telah meratifikasi Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan. CPT melakukan kunjungan-kunjungan berkala dan ad hoc di setiap tempat di bawah jurisdiksi suatu Negara penandatangan di mana orang-orang dirampas kebebasannya oleh pejabat publik. Negara-Negara Pihak berkewajiban untuk memberikan akses terhadap wilayahnya dan hak untuk berkunjung tanpa batasan kepada CPT; informasi penuh tentang tempat-tempat di mana orang-orang dirampas kebebasannya ditahan; akses yang tidak terbatas ke setiap tempat di mana orang-orang dirampas kebebasannya, termasuk hak untuk masuk ke dalam tempat-tempat semacam itu tanpa batasan; dan informasi lain yang penting bagi CPT di dalam melaksanakan tugasnya.37 CPT juga berhak melakukan wawancara secara privat dengan orang-orang yang dirampas kebebasannya dan untuk berkomunikasi secara bebas dengan setiap orang yang dipercaya dapat memberikan informasi yang relevan. Laporan kunjungan dan rekomendasi-rekomendasi rinci yang dikirim kepada pemerintah bersifat rahasia kecuali pemerintah terkait memutuskan bahwa laporan tersebut dapat dipublikasikan. Dalam praktiknya, sebagian besar laporan dibuat publik.

37 Pasal 8, Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia tahun 1987.

Page 65: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

28

Mekanisme-Mekanisme Monitoring Lainnya

1.28 Sejumlah mekanisme lain telah dikembangkan oleh Komisi Hak Asasi Manusia PBB (UN Commission on Human Rights) untuk meninjau jenis-jenis pelanggaran hak asasi manusia yang spesifik yang terjadi di mana pun di dunia. Mekanisme-mekanisme spesifik-negara (country-specific) dan tematik (thematic) meliputi pelapor-pelapor khusus, wakil-wakil khusus, dan pakar-pakar independen atau kelompok-kelompok kerja. Mekanisme-mekanisme ini dibentuk dengan resolusi sebagai respons atas situasi-situasi yang dipertimbangkan cukup memprihatinkan untuk dila-kukannya suatu studi yang mendalam. Prosedur-prosedur melapor secara terbuka kepada Komisi Hak Asasi Manusia setiap tahun dan beberapa juga melapor kepada Majelis Umum PBB.

1.29 Mekanisme-mekanisme tematik utama yang relevan dengan Manual ini adalah: Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, Pelapor Khusus untuk Kekerasan terhadap Perempuan, Pelapor Khusus untuk Independensi Hakim dan Pengacara, Kelompok Kerja untuk Penghilangan Paksa, dan Kelompok Kerja untuk Penahanan Secara Sewenang-Wenang. Juga terdapat banyak mekanisme tematik lainnya. Kerja badan-badan ini tidak eksklusif satu sama lain dan mereka dapat membuat intervensi-intervensi bersama-sama atau terpisah dalam kaitan dengan tuduhan yang sama.

Page 66: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

29

Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia

1.30 Mandat ini ditetapkan pada tahun 1985 oleh Komisi Hak Asasi Manusia PBB. Ini adalah badan non-perjanjian, yang “berbasis Piagam PBB” yang mana tujuannya adalah untuk memeriksa praktik internasional yang terkait dengan penyiksaan di Negara mana pun tanpa mempedulikan perjanjian apa yang mungkin mengikat Negara. Atas dasar informasi yang diterima, Pelapor Khusus dapat berkomunikasi dengan pemerintah-pemerintah dan meminta komentar-komentar mereka atas kasus-kasus yang diangkat. Pelapor Khusus juga dapat menggunakan prosedur “tindakan segera” (urgent action), meminta pemerintah untuk memastikan bahwa satu orang tertentu, atau kelompok orang, diperlakukan secara manusiawi. Pelapor Khusus juga dapat melakukan kunjungan-kunjungan apabila diundang, atau diberikan izin, oleh suatu Negara. Laporan-laporan dari misi-misi ini biasanya dikeluarkan sebagai lampiran (addenda) pada laporan utama Pelapor Khusus Komisi Hak Asasi Manusia PBB.

1.31 Pelapor Khusus melapor setiap tahun dan secara terbuka kepada Komisi Hak Asasi Manusia PBB dan kepada Majelis Umum PBB. Laporan-laporan kepada Komisi berisi ringkasan dari semua korespondensi yang disampaikan kepada pemerintah-pemerintah oleh Pelapor Khusus dan korespondensi-korespondensi yang diterima dari pemerintah-pemerintah. Laporan-

Page 67: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

30

laporan juga dapat meliputi observasi-observasi umum mengenai masalah penyiksaan di Negara-Negara tertentu, tetapi tidak memuat kesimpulan-kesimpulan tentang tuduhan-tuduhan penyiksaan secara individu. Laporan-laporan dapat membahas isu-isu atau perkembangan-perkembangan tertentu yang mempengaruhi atau terkait dengan penyiksaan di dunia, menawarkan kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasi umum.

Mahkamah Pidana Internasional dan Pengadilan-Pengadilan Pidana Internasional

1.32 Pengadilan-pengadilan pidana nasional terutama bertanggung jawab atas penyelidikan dan penuntutan terhadap kejahatan-kejahatan penyiksaan dan bentuk-bentuk pidana dari perlakuan sewenang-wenang lainnya. Sejumlah pengadilan pidana internasional ad hoc telah dibentuk dalam beberapa tahun terakhir – termasuk Pengadilan Pidana Internasional untuk Negara Bekas Yugoslavia (International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia, ICTY) dan Pengadilan Pidana Internasional untuk Rwanda (International Criminal Tribunal for Rwanda, ICTR). Kejahatan penyiksaan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang dimasukkan dalam Statuta ICTY,38 ICTR39 dan Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional (ICC).40 Statuta ICC disepakati pada tahun 1998 dan

38 Pasal 5, ICTY.39 Pasal 3, ICTR. 40 Pasal 7 dan 8, ICC.

Page 68: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

31

memperoleh 60 ratifikasi yang diperlukan untuk dapat mulai berlaku pada tahun 2002. ICC akan, di masa depan, dapat melakukan penuntutan terhadap beberapa kejahatan penyiksaan ketika pengadilan-pengadilan nasional tidak dapat (unable) atau tidak mau (unwilling) melakukan penuntutan.

Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross, ICRC)

1.33 Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross, ICRC) merupakan sebuah badan kemanusiaan yang independen dan imparsial dengan mandat khusus yang ditetapkan di bawah hukum humaniter internasional, khususnya keempat Konvensi Jenewa. ICRC aktif dalam memberikan pelbagai bentuk perlindungan dan bantuan kepada para korban konflik bersenjata, dan juga para korban situasi-situasi pertikaian internal. Dalam kasus-kasus konflik bersenjata internasional antara Negara Pihak pada Konvensi-Konvensi Jenewa, ICRC berwenang untuk melakukan kunjungan ke semua tempat penahanan, pemenjaraan dan pekerjaan di mana para tawanan perang atau tawanan sipil ditahan. Dalam kasus-kasus konflik bersenjata non-internasional, atau situasi-situasi pertikaian atau ketegangan internal, ICRC dapat menawarkan jasanya kepada pihak-pihak yang bertikai dan, dengan persetujuan mereka, diberikan akses ke semua tempat penahanan. Para delegasi mengunjungi tahanan-tahanan dengan maksud untuk memeriksa dan, jika perlu, memperbaiki kondisi-kondisi material

Page 69: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

32

dan psikologis penahanan dan mencegah penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang. Prosedur-prosedur kunjungan memerlukan akses ke semua tahanan dan tempat penahanan, bahwa tidak ada batasan terhadap durasi dan frekuensi kunjungan-kunjungan, dan bahwa para delegasi dapat berbicara secara bebas dan tanpa saksi dengan setiap tahanan. Tindak lanjut individu terhadap keberadaan para tahanan juga merupakan bagian dari standard prosedur kunjungan ICRC. Kunjungan-kunjungan dan laporan-laporan yang di-buat oleh ICRC bersifat rahasia – meskipun ICRC dapat menerbitkan komentar-komentarnya jika suatu Negara secara terbuka memberikan komentar atas suatu laporan atau kunjungan.

Namunjepo & Ors v The Commanding Officer, Windhoek & Anor Prison, Namibia, Mahkamah Agung,

9 Juli 1999, 2000 (6) BCLR (NmS); [2000] 3 LRC 360; (1999) 2 CHRLD 331 (Namibia)

Para penggugat, lima orang narapidana dalam penahanan pra-persidangan, dirantai setelah empat orang dari mereka melarikan diri dari penjara dan narapidana yang kelima dituduh telah mencoba melarikan diri. Mereka mengajukan permohonan yang menegaskan bahwa hak-hak konstitusional mereka atas martabat dan untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia telah dilanggar. Mahkamah Agung menggunakan standard-standard internasional ketika mempertimbangkan kasus

Page 70: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

33

ini, termasuk Aturan-Aturan Standard Minimum PBB untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana (United Nations Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners) dan Aturan-Aturan Standard Minimum Eropa yang Direvisi untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana (Revised European Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners). Mahkamah Agung juga menyatakan bahwa aksesi Namibia terhadap Konvensi Menentang Penyik-saan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik penting dan “menjelaskan bahwa para narapidana mempertahankan hak mereka atas penghormatan terhadap martabat dan kemanusiaan mereka”. Mahkamah juga mencatat bahwa putusan pengadilan dan ketentuan-ketentuan legislatif Negara-Negara lain menunjukkan pergerakan yang menjauhi penggunaan pengekangan-pengekangan mekanis secara sewenang-wenang dan tidak perlu. Sebagian besar Negara menggunakan pengekangan-pengekangan ini hanya ketika benar-benar diperlukan, di bawah pengawasan yang ketat dan untuk jangka waktu yang singkat. Mahkamah memutuskan bahwa: “Apa pun situasinya, praktik menggunakan rantai dan pasung besi untuk manusia adalah sebuah pengalaman yang memalukan yang menempatkan orang yang dirantai pada tingkatan yang sama dengan binatang yang terikat yang mobilitasnya terbatas sehingga ia tidak dapat bergerak. Lagipula, adalah tetap merupakan peringatan yang keras terhadap hari-hari yang telah berlalu ketika orang-orang di benua ini masuk ke dalam perbudakan untuk dijual

Page 71: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

34

seperti ternak. Untuk secara terus-menerus dirantai atau dipasung kakinya dan untuk tidak dapat dengan layak membersihkan dirinya sendiri dan pakaian yang dipakainya tersisihkan dari teman manusia lainnya dan hal ini dengan sendirinya merupakan pengalaman yang memalukan dan merendahkan martabat.”

Page 72: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

35

Isi

Memberitahu Orang-Orang Mengenai Hak-Hak MerekaPenggunaan Tempat-Tempat Penahanan yang Diakui Secara Resmi dan Pemeliharaan Dokumen-Dokumen Penahanan yang EfektifMenghindari Penahanan tanpa Komunikasi (Incommunicado Detention)Kondisi-Kondisi Penahanan yang ManusiawiBatasan-Batasan terhadap InterogasiAkses terhadap Pengacara dan Penghormatan terhadap Fungsi-Fungsi PengacaraAkses terhadap DokterHak untuk Menantang Ketidaksahan PenahananPerlindungan bagi Kategori-Kategori Tahanan yang KhususPerempuan di dalam PenahananTahanan Anak-AnakOrang-Orang dengan Masalah-Masalah Kesehatan Mental

2 Perlindungan terhadap Penyiksaan bagi Mereka yang Dirampas Kebebasannya

3941

44

475456

606269707173

Page 73: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 74: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

37

2.1 Bab ini menguraikan upaya-upaya perlindungan yang ada di dalam hukum internasional untuk melindungi orang-orang di dalam penahanan dari penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya.

2.2 Setiap orang memiliki hak atas kebebasan dan keamanan pribadi – termasuk hak untuk bebas dari penangkapan atau penahanan sewenang-wenang.1 Ketika Negara merampas kebebasan seseorang, itu berarti terdapat sebuah kewajiban untuk memelihara keselamatan dan melindungi kesejahteraan orang tersebut. Para tahanan tidak untuk dijadikan subjek penderitaan atau paksaan selain dari apa yang diakibatkan dari perampasan kebebasan.2 Hak-hak ini dijamin oleh Pasal 7 dan 10(1) Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik yang, berturut-turut, melarang penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang dan melindungi hak-hak orang yang dirampas kebebasannnya. Hak-hak tersebut juga tercermin di dalam sejumlah perjanjian hak asasi

1 Pasal 9(1) Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik; Pasal 5 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia; Pasal 6 Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Rakyat; Pasal 7 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusi

2 Komite Hak Asasi Manusia; Komentar Umum No. 21, Pasal 10 (Sesi keempatpuluh empat, 1992), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI/GEN/1/Rev.1. hlm. 33 (1994), paragraf 3.

2 Perlindungan terhadap Penyiksaan bagi Mereka yang Dirampas Kebebasannya

Page 75: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

38

manusia internasional lainnya.3 Larangan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang berlaku bagi semua orang setiap saat. Hak-hak tertentu di dalam perjanjian-perjanjian, seperti misal, hak untuk tidak menjadi subjek penahanan sewenang-wenang, dalam keadaan-keadaan tertentu semisal dalam keadaan darurat publik dapat dibatasi, tetapi perlindungan yang diperlukan untuk mencegah penyiksaan, seperti membatasi jangka waktu di mana seseorang dapat ditahan tanpa komunikasi (incommunicado), harus terus berlaku.4

2.3 Individu-individu boleh jadi berisiko mengalami penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang sebelum mereka berhadapan dengan formalitas-formalitas hu-kum seperti penangkapan dan penuntutan.5 Memang,

3 Sebagai contoh, Pasal 3 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia; Pasal 5 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia; Pasal 5 Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Rakyat; Pasal 37 Konvensi tentang Hak-Hak Anak; Pasal 1 Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; Pasal 2 dan 4 Konvensi Inter-Amerika tentang Pencegahan, Penghukuman dan Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan; Pasal XVI Piagam Afrika tentang Hak-Hak dan Kesejahteraan Anak.

4 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 29, Keadaan-Keadaan Darurat (pasal 4), diadopsi pada pertemuan ke-1950, tanggal 24 Juli 2001, paragraf 16; Aksoy v Turkey, ECtHR, Putusan 18 Desember 1996; Brannigan and MacBride v UK, ECtHR, Putusan 26 Mei 1993; Brogan v UK, Putusan ECtHR 29 November 1988; ‘Habeas Corpus dalam Keadaan-Keadaan Darurat’, Opini Nasihat (Advisory Opinion) OC-8/87 tanggal 30 Januari 1987, Laporan Tahunan Mahkamah Inter-Amerika, 1987, OAS/Ser.L/V/III.17 doc.13, 1987; dan ‘Jaminan-Jaminan Judisial dalam Keadaan-Keadaan Darurat’, Opini Nasihat OC-9/87 tanggal 6 Oktober 1987, Laporan Tahunan Mahkamah Inter-Amerika, 1988, OAS/Ser.L/V/III.19 doc.13, 1988.

5 Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun menggunakan istilah-istilah sebagai berikut: (a) ‘Penangkapan’ berarti perbuatan menawan seseorang karena dituduh melakukan suatu pelanggaran atau dengan tindakan seorang penguasa; (b) ‘Orang yang ditahan’ berarti setiap orang yang dirampas kebebasan pribadinya kecuali sebagai akibat hukuman karena suatu pelanggaran; (c) ‘Orang yang dipenjara’ berarti siapa pun yang dirampas kebebasan pribadinya sebagai akibat hukuman karena suatu pelanggaran; (d) ‘Penahanan’ berarti kondisi orang-orang yang ditahan sebagaimana didefinisikan di atas; (e) ‘Pemenjaraan’ berarti kondisi orang-orang yang dipenjara sebagaimana yang didefinisikan di atas; (f) Kata-kata “seorang penguasa pengadilan atau penguasa yang lain”

Page 76: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

39

Komite Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan (European Committee for the Prevention of Torture, CPT) telah menekankan bahwa risiko paling besar terjadinya penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang adalah selama periode menjelang perampasan kebebasan.6 Standard-standard internasional berikut, dengan demikian, berlaku sejak saat seseorang dirampas kebe-basannya.

Memberitahu Orang-Orang Mengenai Hak-Hak Mereka

2.4 Setiap orang yang dirampas kebebasannya memiliki hak untuk diberitahu alasan penangkapan dan penahanan. Pasal 9(1) ICCPR menetapkan bahwa: “Setiap orang berhak atas kebebasan dan keamanan pribadi. Tidak seorang pun dapat ditangkap atau ditahan secara sewenang-wenang. Tidak seorang pun dapat dirampas kebebasannya kecuali berdasarkan alasan-alasan yang sah, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh hukum.” Pasal 9(2) ICCPR menetapkan bahwa: “Setiap orang yang ditangkap harus diberitahu, pada saat penangkapan, alasan-alasan penangkapan dan harus sesegera mungkin diberitahu mengenai tuduhan-tuduhan yang dikenakan terhadapnya.”

berarti seorang penguasa pengadilan atau penguasa yang lain menurut undang-undang yang status dan masa jabatannya harus memberikan jaminan-jaminan sekuat mungkin atas kompetensi, imparsialitas dan independensi.

6 Komite Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia, Standard-Standard CPT, Bagian-Bagian Substantif dari Laporan-Laporan Umum CPT, Dewan Eropa, Oktober 2001, CPT/Inf/E(2002), hlm.12, paragraf 41.

Page 77: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

40

Komite Hak Asasi Manusia telah menyatakan bahwa adalah tidak cukup hanya memberitahu tahanan bahwa ia telah ditangkap tanpa indikasi apa pun mengenai substansi pengaduan yang diarahkan terhadapnya.7 Bahkan dalam “kasus-kasus keamanan nasional”, polisi dan petugas-petugas keamanan diwajibkan untuk memberikan alasan-alasan tertulis kepada orang yang ditangkap, secara terbuka dan tunduk pada tinjauan pengadilan.8

2.5 Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa telah mene-tapkan bahwa setiap orang yang ditangkap harus “diberitahu, dengan bahasa yang sederhana dan non-teknis yang dapat ia mengerti, mengenai dasar-dasar hukum dan faktual yang utama mengenai penangkapannya, sehingga ia dapat, apabila dirasa sesuai, menggunakannya di hadapan pengadilan untuk menantang keabsahan penangkapannya.”9 CPT telah merekomendasikan agar setiap orang yang dirampas kebebasannya harus diberitahu mengenai hak mereka untuk memberitahu seseorang yang mereka pilih, hak mereka untuk memiliki akses terhadap pengacara dan hak mereka untuk memiliki akses terhadap dokter termasuk dokter pilihan mereka sendiri. Hak-hak ini harus berlaku sejak dari permulaan penahanan mereka (yakni, sejak saat mereka diharuskan untuk tinggal bersama polisi).10 CPT juga telah merekomendasikan

7 Adolfo Drescher Caldas v Uruguay, Komunikasi No. 43/1979 (11 Januari 1979), U.N. Doc. Supp. No. 40 (A/38/40) hlm. 192 (1983).

8 Observasi-Observasi Kesimpulan Komite Hak Asasi Manusia: Sudan, UN Doc. CCPR/C/79/Add.85, 19 November 1997, paragraf 13.

9 Fox, Campbell and Hartley, ECtHR, Kasus No. 18/1989/178/234-236, Putusan 30 Agustus 1990, paragraf 40.

10 CPT/Inf/E (2002) 1, ‘Kutipan dari Laporan Umum ke-12’, hlm.12, paragraf 40 dan hlm.13, paragraf 42.

Page 78: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

41

agar: “formulir yang menjelaskan mengenai hak-hak ini harus diberikan secara sistematis kepada [orang-orang dalam penahanan] sejak dari permulaan penahanan. Formulir ini harus tersedia dalam pelbagai bahasa. Lebih lanjut, tahanan harus diminta untuk menandatangani pernyataan yang menegaskan bahwa ia telah diberitahu mengenai hak-hak ini.”11

2.6 Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun menetapkan bahwa “setiap orang harus, pada saat penangkapan dan pada saat permulaan penahanan atau pemenjaraan, atau segera setelahnya, diberikan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas penangkapan, penahanan atau pemenjaraan tersebut, secara berturut-turut informasi mengenai dan penjelasan tentang hak-haknya dan bagaimana menggunakan hak-hak tersebut.”12

Penggunaan Tempat-Tempat Penahanan yang Diakui Secara Resmi dan Pemeliharaan Dokumen-Dokumen Penahanan yang Efektif

2.7 Komite Hak Asasi Manusia telah menyatakan bahwa “untuk menjamin perlindungan yang efektif terhadap orang-orang yang ditahan, penetapan-penetapan harus dibuat untuk para tahanan untuk ditahan di tempat-

11 Ibid., hlm.13, paragraf 44.12 Prinsip 13.

Page 79: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

42

tempat yang secara resmi diakui sebagai tempat-tempat penahanan dan agar nama-nama mereka dan tempat-tempat penahanan, dan juga agar nama orang-orang yang bertanggung jawab atas penahanan mereka disimpan di dalam arsip yang siap tersedia dan dapat diakses oleh orang-orang yang berkepentingan, termasuk para kerabat dan teman.”13 Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa telah menyatakan bahwa penahanan terhadap seorang individu yang tidak diakui adalah sebuah “negasi yang menyeluruh” terhadap jaminan-jaminan yang terkandung dalam Konvensi Eropa yang menentang perampasan terhadap hak atas kebebasan dan keamanan pribadi secara sewenang-wenang.14

2.8 CPT merekomendasikan agar terdapat sebuah cata-tan penahanan yang menyeluruh untuk setiap orang tahanan yang harus merekam “semua aspek penahanan dan tindakan yang diambil menyangkut mereka (ketika dirampas kebebasannya dan alasan-alasan untuk langkah semacam itu; ketika diberitahu mengenai hak-haknya; tanda-tanda luka, sakit ingatan, dsb.; ketika keluarga terdekat/konsulat dan pengacara menghubungi dan ketika dikunjungi oleh mereka; ketika disediakan makanan; ketika diinterogasi; ketika dipindahkan atau dibebaskan, dsb.). Lebih lanjut, pengacara para tahanan harus memiliki akses terhadap rekaman penahanan semacam itu.”15

13 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum 20, Pasal 7 (Sesi keempatpuluh empat, 1992), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI/GEN/1/Rev.1. hlm. 30 (1994), paragraf 11.

14 Çakici v Turkey, ECtHR, Putusan 8 Juli 1999, paragraf 104.15 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm.7, paragraf 40.

Page 80: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

43

2.9 Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun menetapkan bahwa pihak-pihak yang berwenang harus menyimpan dan memelihara arsip-arsip resmi terbaru dari semua tahanan, baik pada setiap tempat penahanan atau terpusat.16 Informasi dalam arsip-arsip tersebut harus tersedia bagi pengadilan dan pihak-pihak berwenang lainnya, tahanan, atau keluarganya.17 Lebih lanjut, prinsip-prinsip ini menetapkan bahwa “dalam rangka mengawasi ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan yang relevan, tempat-tempat penahanan harus dikunjungi secara teratur oleh orang-orang yang berkualitas dan berpengalaman yang ditunjuk oleh, dan bertanggung jawab kepada, pihak berwenang yang berbeda dari pihak yang secara langsung bertanggung jawab atas administrasi tempat penahanan atau pemenjaraan. Orang yang ditahan atau dipenjara berhak untuk berkomunikasi secara bebas dan dengan kerahasiaan penuh dengan orang-orang yang mengunjungi tempat-tempat penahanan atau pemenjaraan… tunduk pada syarat-syarat yang layak untuk menjamin keamanan dan tata tertib yang baik di tempat-tempat semacam itu.”18

2.10 Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan telah mere-komendasikan bahwa: “Interogasi harus dilakukan hanya di pusat-pusat resmi dan keberadaan tempat-tempat penahanan rahasia harus dihapuskan

16 Prinsip 12.17 Ibid.18 Prinsip 29.

Page 81: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

44

berdasarkan hukum. Adalah suatu pelanggaran yang dapat dihukum bagi setiap pejabat yang menahan seseorang secara rahasia dan/atau di tempat penahanan yang tidak resmi. Bukti apa pun yang diperoleh dari seorang tahanan di suatu tempat penahanan yang tidak resmi dan tidak dikonfirmasi oleh tahanan selama interogasi di tempat-tempat resmi tidak boleh diakui sebagai bukti di pengadilan. Pernyataan atau pengakuan yang dibuat oleh seseorang yang dirampas kebebasannya, selain dari pada yang dibuat di tengah kehadiran seorang hakim atau pengacara, tidak boleh memiliki nilai probatif di pengadilan, kecuali sebagai bukti melawan mereka yang dituduh telah memperoleh pengakuan dengan cara-cara yang tidak sah.”19

Menghindari Penahanan Tanpa Komunikasi (Incommunicado Detention)

2.11 Standard-standard internasional tidak secara tegas melarang penahanan tanpa komunikasi (incommunicado detention) – di mana seorang tahanan sama sekali tidak memiliki kontak dengan dunia luar – dalam segala keadaan. Namun demikian, standard-standard internasional menetapkan dan badan-badan pakar telah mempertahankan bahwa batasan-batasan dan penundaan-penundaan di dalam memberikan para tahanan akses terhadap dokter dan pengacara dan agar

19 Laporan Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, UN Doc.A/56/156, Juli 2001, paragraf 39(d).

Page 82: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

45

seseorang diberitahu mengenai penahanan mereka diperbolehkan hanya dalam keadaan-keadaan yang sangat luar biasa untuk jangka waktu yang sangat singkat.

2.12 Komite Hak Asasi Manusia telah menemukan bahwa praktik penahanan tanpa komunikasi memungkinkan penyiksaan20 dan boleh jadi dengan sendirinya me-langgar Pasal 7 atau Pasal 10 ICCPR.21 Komite telah menetapkan bahwa ketentuan juga harus dibuat ter-hadap penahanan tanpa komunikasi sebagai suatu upa-ya perlindungan terhadap penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang.22 Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika telah menetapkan bahwa praktik penahanan tanpa komunikasi tidak sejalan dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia, karena praktik semacam itu “menciptakan suatu situasi yang memungkinkan praktik-praktik lain termasuk penyiksaan”, dan menghukum keluarga tahanan.23 Komisi Inter-Amerika juga mempertimbangkan bahwa hak untuk menerima kunjungan dari keluarga adalah “syarat utama” untuk menjamin penghormatan terhadap hak para tahanan.24 Komisi juga menetapkan bahwa hak atas kunjungan

20 Observasi-Observasi Pendahuluan Komite Hak Asasi Manusia: Peru, UN Doc. CCPR/C/79/Add.67, paragraf 18 dan 24, 25 Juli 1996.

21 Albert Womah Mukong v Cameroon, (458/1991), 21 Juli 1994, UN Doc. CCPR/C/51/D/458/1991; El-Megreisi v Libyan Arab Jamahiriya, (440/1990), 23 Maret 1994, UN Doc. CCPR/C/50/D/440/1990.

22 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 11.23 Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika, Aktivitas-Aktivitas Sepuluh Tahun

1971-1981, hlm. 318; lihat Laporan tentang Situasi Hak Asasi Manusia di Bolivia, OEA/Ser.L/V/II.53, doc. 6, rev. 2, 1 Juli 1981, hlm. 41- 42; dan Laporan Tahunan Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika, 1982-1983, OEA/Ser.L/V/II/61, doc. 22, rev. 1; Laporan Tahunan Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika, 1983-1984, OEA/Ser.L/V/II/63, doc. 22

24 Ms. X v Argentina, Kasus 10.506, Laporan No. 38/96, Inter-Am.C.H.R., OEA/Ser.L/V/II.95 Doc. 7 rev. hlm. 50 (1997).

Page 83: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

46

berlaku bagi semua tahanan, tidak bergantung pada sifat dari pelanggaran yang dituduhkan atau dihukumkan terhadap mereka, dan bahwa aturan-aturan yang hanya memperbolehkan kunjungan-kunjungan singkat dan jarang dan pemindahan para tahanan ke fasilitas-fasiltas yang jauh merupakan bentuk-bentuk penghukuman secara sewenang-wenang.25

2.13 Komisi Hak Asasi Manusia PBB telah menetapkan bahwa “penahanan tanpa komunikasi yang diperpanjang dapat memungkinkan dilakukannya penyiksaan dan dengan sendirinya dapat merupakan suatu bentuk perlakuan kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.”26 Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan telah menetapkan bahwa “penyiksaan paling sering dipraktikkan selama penahanan tanpa komunikasi. Penahanan tanpa komunikasi harus dinyatakan tidak sah dan orang-orang yang ditahan tanpa komunikasi harus dilepaskan dengan segera.”27

2.14 Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun menetapkan bahwa setiap orang yang ditangkap, ditahan atau dipenjara memiliki hak untuk menginformasikan, atau agar pihak-pihak berwenang memberitahu, keluarga atau teman mereka.28 Informasi tersebut harus mencakup fakta penangkapan atau penahanan dan tempat di mana ia sedang ditahan.

25 Laporan Tahunan Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika, 1983-1984, OEA/Ser.L/V/II/63, doc. 10, Uruguay; Laporan Ketujuh tentang Situasi Hak Asasi Manusia di Kuba, 1983, OEA/Ser.L/V/II.61, doc. 29, rev. 1

26 Resolusi 1997/38, paragraf 20.27 Laporan Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, UN Doc.A/56/156, Juli 2001,

paragraf 39(f).28 Prinsip 16.

Page 84: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

47

Jika orang yang bersangkutan dipindahkan ke tempat penahanan yang lain, keluarga atau teman dari orang tersebut harus kembali diberitahu. Pemberitahuan ini harus dilakukan sesegera mungkin, atau paling tidak tanpa penundaan.29

2.15 Para warga negara asing berhak agar konsulat atau perwakilan diplomatik mereka diberitahu.30 Jika mereka adalah pengungsi atau di bawah perlindungan suatu organisasi antar-pemerintah, mereka memiliki hak untuk berkomunikasi atau menerima kunjungan dari perwakilan-perwakilan organisasi internasional yang kompeten.31

Kondisi-Kondisi Penahanan yang Manusiawi

2.16 Komite Hak Asasi Manusias telah menetapkan bahwa kewajiban untuk memperlakukan para tahanan dengan penghormatan terhadap martabat mereka adalah suatu standard dasar dari penerapan universal. Negara-Negara tidak dapat mengklaim ketiadaan sumber-sumber material atau finansial sebagai justifikasi atas perlakuan tidak manusiawi. Negara-Negara memiliki kewajiban untuk menyediakan kepada semua tahanan

29 Prinsip 15.30 Prinsip 16(2) Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua

Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun. Lihat juga LaGrand, (Germany v United States) Putusan Mahkamah Internasional (International Court of Justice), 27 Juni 2000, http://www.icj-cij.org.

31 Prinsip 16(2) Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun.

Page 85: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

48

dan narapidana layanan-layanan yang akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka.32 Kegagalan untuk memberikan makanan yang layak dan fasilitas-fasilitas rekreasi merupakan pelanggaran terhadap Pasal 10 ICCPR, kecuali terdapat keadaan-keadaan yang luar biasa.33 Komite juga menetapkan bahwa kurungan seorang diri (solitary confinement) yang diperpanjang dapat dipersamakan dengan pelanggaran terhadap larangan terhadap penyiksaan dan pelakuan sewenang-wenang di dalam Pasal 7 ICCPR.34

2.17 Komite Hak Asasi Manusia telah menginstruksikan Negara-Negara untuk menjamin bahwa semua tempat penahanan bebas dari peralatan apa pun yang mung-kin digunakan untuk melakukan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang.35 Komite Menentang Penyiksaan telah merekomendasikan agar Negara-Negara menghapuskan penggunaan kursi-kursi kejut listrik sebagai metode untuk mengekang mereka yang ditahan oleh karena penggunaan metode semacam itu “hampir selalu” menghasilkan praktik-praktik yang dapat dipersamakan dengan pelakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.36

2.18 Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun menetapkan bahwa setiap

32 Kelly v Jamaica, (253/1987), 8 April 1991, Laporan Komite Hak Asasi Manusia, (A/46/40), 1991; Párkányi v Hungary (410/1990), 27 Juli 1992, Laporan Komite Hak Asasi Manusia, (A/47/40), 1992.

33 Kelly v Jamaica, (253/1987), paragraf 5.34 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 6.35 Ibid., paragraf 11.36 Kesimpulan dan Rekomendasi Komite Menentang Penyiksaan: Amerika

Serikat, 15 Mei 2000, UN Doc. A/55/44, paragraf 180(c).

Page 86: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

49

orang yang ditahan atau dipenjara memiliki hak untuk meminta perbaikan-perbaikan dalam perlakuan yang mereka terima atau untuk mengadu mengenai perlakuan yang mereka terima. Pihak-pihak yang berwenang harus segera merespon, dan jika ditolak, permintaan atau pengaduan tersebut dapat dibawa ke pengadilan atau pejabat berwenang lainnya.37

2.19 Peraturan Standard Minimum untuk Perlakuan ter-hadap Para Narapidana (Standard Minimum Rules on the Treatment of Prisoners) menetapkan bahwa pe-ngekangan-pengekangan, seperti misalnya borgol, rantai, belenggu besi dan jaket pengekang (strait-jacket), harus digunakan hanya terhadap orang-orang yang ditahan atau dipenjara untuk alasan-alasan keamanan semata, dan tidak sebagai suatu bentuk penghukuman.38 Ketika digunakan, pengekangan-pengekangan tersebut tidak boleh dipakai melebihi jangka waktu yang benar-benar diperlukan dan administrasi penjara pusatlah yang memutuskan pola dan cara penggunaan alat-alat pengekang tersebut.39 Kekerasan hanya boleh digunakan terhadap orang-orang yang ditahan ketika benar-benar diperlukan untuk menjaga keamanan dan ketertiban di dalam lembaga, dalam kasus-kasus percobaan melarikan diri, ketika terjadi perlawanan terhadap perintah yang sah, atau ketika keamanan pribadi terancam. Biar bagaimanapun juga, kekerasan dapat digunakan hanya jika cara-cara non-kekerasan telah terbukti tidak efektif.40

37 Prinsip 33.38 Aturan 33.39 Aturan 34.40 Aturan 54.

Page 87: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

50

2.20 CPT telah menekankan bahwa “seorang narapidana yang mana terhadapnya cara-cara kekerasan telah digunakan harus memiliki hak untuk segera diperiksa dan, jika perlu, dirawat oleh seorang dokter. Dalam kasus-kasus yang langka di mana penggunaan alat-alat pengekang fisik diperlukan, narapidana harus ditempatkan di bawah pengawasan yang terus-menerus dan memadai. Alat-alat pengekang harus dilepaskan sesegera mungkin dan alat-alat tersebut tidak boleh pernah digunakan atau penggunaan alat-alat tersebut diperpanjang sebagai suatu bentuk penghukuman. Catatan atas setiap kesempatan penggunaan kekerasan terhadap para narapidana harus senantiasa disimpan.”41

2.21 Prinsip-Prinsip Dasar tentang Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api oleh Aparatur Penegak Hukum (Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement Officials) menetapkan bahwa keke-rasan dapat digunakan hanya apabila cara-cara lain tetap tidak efektif,42 perhatian harus diberikan untuk meminimalisasi kerusakan dan luka-luka dan pertolongan dan bantuan medis harus diberikan sesegera mungkin yang dimungkinkan.43 Senjata api hanya boleh digunakan oleh aparatur penegak hukum sebagai pembelaan diri terhadap ancaman kematian atau luka-luka yang serius yang ada di depan mata, untuk mencegah suatu kejahatan yang melibatkan ancaman yang besar terhadap nyawa, untuk menangkap seseorang yang menghadirkan bahaya semacam itu

41 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 19, paragraf 53(2).42 Prinsip 4.43 Prinsip 5.

Page 88: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

51

atau untuk mencegah mereka melarikan diri, dan hanya ketika cara-cara yang lebih tidak ekstrem tidak ampuh. Penggunaan senjata api yang disengaja dan mematikan hanya boleh digunakan ketika benar-benar tak terelakkan untuk melindungi nyawa.44

2.22 Peraturan Standard Minimum untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana menetapkan bahwa Negara-Negara harus mengambil langkah-langkah untuk menghapuskan kurungan seorang diri sebagai suatu penghukuman atau untuk membatasi penggunaan-nya.45 Peraturan Standard Minimum untuk Perla-kuan terhadap Para Narapidana menjelaskan bahwa “penghukuman badan (corporal punishment), penghukuman dengan menempatkan seseorang di dalam sebuah sel yang gelap, dan semua penghukum-an kejam, tidak manusiawi atau merendahkan mar-tabat manusia harus sepenuhnya dilarang sebagai penghukuman untuk pelanggaran-pelanggaran disi-plin.46 CPT telah menekankan bahwa kurungan seorang diri dapat menimbulkan “akibat-akibat yang sangat berbahaya bagi orang yang bersangkutan” dan bahwa, dalam keadaan-keadaan tertentu, kurungan seorang diri dapat “dipersamakan dengan perlakuan tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia” dan harus, dalam segala keadaan digunakan sesingkat mungkin.”47

44 Prinsip 9.45 Prinsip 7 Peraturan Standard Minimum untuk Perlakuan terhadap Para

Narapidana.46 Aturan 31.47 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 20 paragraf 56(2).

Page 89: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

52

Harding v Superintendent of Prisons & Anor, St Lucia, Pengadilan Tinggi, 31 Juli 2000, (2000)

3 CHRLD 128 (St Lucia)

H, yang dihukum atas pelanggaran penggunaan senjata api, dipenjara di dalam kurungan seorang diri untuk jangka waktu yang diperpanjang di dalam sayap pengamanan yang maksimum yang juga digunakan untuk menempatkan para tahanan yang akan menghadapi hukuman mati. Selama dalam kurungan ia terus dibelenggu untuk periode awal selama 10 bulan dan 15 hari dan setelah itu kapan saja ia masuk ke dalam kamar mandi atau bertemu penasihat hukumnya. Ia juga tidak diperbolehkan melakukan gerak badan setiap hari, akses terhadap sinar matahari dan hak-hak kunjungan resmi dan menderita dua kali serangan asma sebagai akibat yang mungkin karena tidur di atas lantai yang basah di dalam selnya untuk periode dua bulan. H menyatakan bahwa tindakan-tindakan ini melanggar larangan penyiksaan, penghukuman yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia yang diatur dalam konstitusi St Lucia dan Aturan-Aturan Penjara yang melarang penggunaan pengekangan-pengekangan mekanis kecuali di bawah situasi-situasi yang sangat terbatas. Para responden tidak menyangkal tuduhan-tuduhan yang dibuat terkait dengan penggunaan pengekangan-pengekangan mekanis secara terus-menerus, tetapi membantah bahwa hal tersebut telah menyebabkan luka-luka berat pada mata kaki dan kakinya.

Page 90: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

53

Pengadilan mencatat definisi mengenai penyiksaan, penghukuman yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia atau perlakuan lain yang dibuat oleh Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa dalam Ireland v UK. Pengadilan juga menyatakan bahwa “tidak dimanapun juga di dalam Aturan-Aturan Penjara diperbolehkan untuk membelenggu seorang narapidana yang berbahaya atau berpotensi menimbulkan bahaya untuk jangka waktu yang diperpanjang. Dalam situasi-situasi semacam ini penggunaan belenggu pada H selama 24 jam sehari, termasuk ketika ia mandi, makan dan tidur, untuk jangka waktu yang diperpanjang adalah perbuatan yang brutal dan kejam terhadap pribadi dan fisiknya yang dapat dipersamakan dengan pelanggaran yang jelas terhadap Aturan-Aturan Penjara dan penyiksaan… Lebih lanjut, mengurung H dalam sebuah sel kurungan untuk jangka waktu yang diperpanjang, tanpa akses terhadap gerak badan dan sinar matahari, merupakan penghukuman yang tak beralasan dan tidak manusiawi dan tidak sesuai dengan nilai-nilai dan perilaku masyarakat yang beradab… Pengurungan sel pada umumnya tidak diperbolehkan sebagai sebuah bentuk penghukuman di bawah Aturan-Aturan Penjara dan hanya dapat disahkan untuk sementara oleh Dewan Kunjungan (Board of Visiting Justices), dapat diperpanjang waktunya setiap bulan, untuk alasan yang sah seperti keamanan, disiplin atau administrasi keadilan. Dalam kasus ini, tidak satu pun syarat tersebut di atas terpenuhi.’

Page 91: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

54

Batasan-Batasan terhadap Interogasi

2.23 Pasal 11 Konvensi Menentang Penyiksaan mewajibkan Negara-Negara untuk mengawasi secara sistematis peraturan-peraturan interogasi, instruksi, metode dan praktik, begitu juga pengaturan untuk penahanan dan perlakuan terhadap orang-orang yang menjadi sasaran penangkapan, penahanan atau pemenjaraan. Komite Hak Asasi Manusia telah menyatakan bahwa: “mengawasi secara sistematis peraturan-peraturan interogasi, instruksi, metode dan praktik, begitu juga pengaturan untuk penahanan dan perlakuan terhadap orang-orang yang menjadi sasaran penangkapan, penahanan atau pemenjaraan adalah cara yang efek-tif untuk mencegah kasus-kasus penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang.”48 Komite juga telah me-nyatakan bahwa, “susunan kata dalam Pasal 14(3)(g) – yakni, bahwa tidak seorang pun dapat dipaksa untuk memberikan kesaksian yang memberatkan dirinya, atau dipaksa mengaku bersalah – harus dipahami dalam kaitan dengan ketiadaan tekanan fisik atau psikis secara langsung atau tidak langsung dari pejabat-pejabat pemeriksa terhadap tersangka, dengan maksud untuk memperoleh pengakuan bersalah. Dengan alasan yang lebih kuat, adalah hal yang tidak dapat diterima untuk memperlakukan seorang tersangka dengan cara-cara yang bertentangan dengan Pasal 7 Kovenan untuk memperoleh pengakuan.”49

48 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 11.49 Kelly v Jamaica, (253/1987), 8 April 1991, Laporan Komite Hak Asasi Manusia,

(A/46/40), 1991; Conteris v Uruguay, (139/1983), 17 Juli 1985, 2 Sel. Dec. 168; Estrella v Uruguay, (74/1980), 29 Maret 1983, 2 Sel. Dec. 93.

Page 92: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

55

2.24 CPT mempertimbangkan bahwa aturan-aturan atau pedoman-pedoman yang jelas harus ada ketika interogasi hendak dilakukan. Seorang tahanan harus diberitahu mengenai identitas semua orang yang hadir pada saat wawancara. Juga harus terdapat aturan-aturan yang jelas mengenai lamanya wawancara yang diperbolehkan, waktu istirahat, tempat di mana wawancara akan dilakukan, apakah tahanan akan diharuskan untuk tetap berdiri ketika ditanyai, dan cara bertanya pada orang-orang yang berada di bawah pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol. Harus juga ditetapkan agar rekaman proses wawancara dari awal sampai akhir disimpan, permintaan-permintaan yang diajukan oleh para tahanan selama wawancara dan orang-orang yang hadir selama wawancara.50

2.25 Pedoman tentang Peran Jaksa Penuntut (Guidelines on the Role of Prosecutors) menetapkan bahwa: “Ketika mempertimbangkan alat bukti yang melawan tersangka yang diketahui atau dipercaya atas dasar yang masuk akal telah diperoleh melalui penggunaan metode-metode yang tidak sah, yang merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi tersangka, khususnya yang melibatkan penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia, atau pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia lainnya, jaksa penuntut harus menolak untuk menggunakan bukti semacam itu melawan siapa pun selain dari pada mereka yang menggunakan metode-metode tersebut, atau memberitahu Pengadilan, dan harus mengambil semua

50 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 7, paragraf 39.

Page 93: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

56

langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas penggunaan metode-metode semacam itu diadili.”51

2.26 Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun menetapkan bahwa tidak seorang pun dapat dipaksa “untuk mengaku, jika tidak memberatkan dirinya atau untuk bersaksi melawan orang yang lain… Tidak seorang tahanan pun ketika sedang diinterogasi menjadi subjek kekerasan, ancaman atau metode-metode interogasi yang menghalangi kapasitasnya untuk mengambil keputusan atau ke-putusannya.”52

2.27 Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan telah me-nyatakan bahwa: “Semua sesi interogasi harus direkam dan terutama direkam gambar, dan identitas semua orang yang hadir harus dimasukkan di dalam rekaman. Bukti-bukti yang diperoleh dari interogasi-interogasi yang tidak direkam harus dikecualikan dari proses persidangan.”53

Akses terhadap Pengacara dan Penghormatan terhadap Fungsi-Fungsi Pengacara

2.28 Hak umum mereka yang telah ditangkap dan ditahan untuk memiliki akses terhadap nasihat hukum diakui

51 Pedoman 16.52 Prinsip 21.53 Laporan Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, UN Doc.A/56/156, Juli 2001,

paragraf 39(f).

Page 94: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

57

dalam Pasal 14 ICCPR dan sejumlah instrumen lain yang berkenaan dengan hak atas persidangan yang adil. Ketepatan waktu pemberian akses terhadap seorang pengacara juga sangat penting dari sudut pandang pencegahan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang. Komite Hak Asasi Manusia menekankan bahwa perlindungan terhadap tahanan menghendaki pemberian akses yang segera dan rutin terhadap dokter dan pengacara54 dan bahwa “semua orang yang ditangkap harus memiliki akses yang segera terhadap pembela” untuk perlindungan yang lebih umum terhadap hak-hak mereka.55 Pembela harus berkomunikasi dengan tersangka dalam kondisi-kondisi yang memberikan penghormatan penuh terhadap kerahasiaan komunikasi mereka.56 Pihak-pihak yang berwenang juga harus menjamin bahwa para pengacara menasihati dan mewakili klien-klien mereka sesuai dengan standard-standard profesi, bebas dari intimidasi, gangguan, usikan, atau campur tangan yang tidak patut dari mana pun.57

2.29 Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa telah meng-ungkapkan keprihatinan bahwa pengingkaran atas akses terhadap nasihat hukum selama penahanan yang diperpanjang boleh jadi melanggar hak atas persidangan

54 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 11.55 Observasi-Observasi Kesimpulan Komite Hak Asasi Manusia: Georgia, UN

Doc. CCPR/C/79/Add.74, 9 April 1997, paragraf 28.56 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 13, Pasal 14 (Sesi keduapuluh

satu, 1984), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI\GEN\1\Rev.1 hlm. 14 (1994), paragraf 9.

57 Ibid.

Page 95: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

58

yang adil.58 Mahkamah juga menjelaskan bahwa akses terhadap pengacara adalah “perlindungan utama ter-hadap pelanggaran” selama periode penahanan yang diperpanjang59 dan bahwa ketiadaan perlindungan semacam itu selama penahanan yang diperpanjang akan menyerahkan tahanan “sepenuhnya pada belas kasihan orang-orang yang menahannya.”60

2.30 Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika mem-pertimbangkan bahwa dalam rangka melindungi hak-hak untuk tidak dipaksa mengaku bersalah dan untuk bebas dari penyiksaan, seseorang harus diinterogasi hanya di tengah kehadiran pengacaranya dan hakim.61 Mahkamah telah menyimpulkan bahwa hak terhadap pembela berlaku sejak interogasi pertama.62 CPT beranggapan bahwa ini adalah hak yang harus ada sejak dari permulaan penahanan, yakni sejak saat di mana seseorang diwajibkan untuk tinggal bersama dengan polisi, dan ini meliputi “pada dasarnya, hak bagi orang yang bersangkutan agar seorang pengacara hadir selama interogasi.”63 Di mana akses terhadap seorang pengacara khusus dilarang untuk alasan-alasan keamanan, CPT merekomendasikan agar akses terhadap seorang pengacara independen yang dapat dipercaya untuk tidak berkompromi dengan kepentingan-kepentingan penyelidikan pidana harus diatur.64

58 Murray v UK, ECtHR, Putusan 8 Februari 1996.59 Brannigan and MacBride v UK, ECtHR, Putusan 26 Mei 1993, paragraf 66.60 Aksoy v Turkey, ECtHR, Putusan 18 Desember 1996, paragraf 83.61 Laporan tentang Situasi Hak Asasi Manusia terhadap Bagian dari Populasi

Suku Miskito di Nikaragua, OEA Ser.L/V/11.62, doc.10, rev. 3, 1983, hlm. 100.62 Laporan Tahunan Komisi Inter-Amerika, 1985-1986, OEA/Ser.L/V/II.68, doc. 8

rev. 1, 1986, hlm. 154, El Salvador.63 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 6, paragraf 38.64 Ibid., hlm. 9, paragraf 15.

Page 96: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

59

2.31 Prinsip-Prinsip Dasar tentang Peran Pengacara (Basic Principles on the Role of Lawyers) menetapkan bahwa “semua orang yang ditangkap dan ditahan, dengan atau tanpa suatu tuntutan pidana, harus memiliki akses yang segera terhadap seorang pengacara”65 dan bahwa orang-orang tersebut “harus diberikan kesempatan-kesempatan yang cukup, waktu dan fasilitas-fasilitas untuk dikunjungi oleh dan untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan seorang pengacara, tanpa penundaan, intersepsi atau penyensoran dan dalam kerahasiaan penuh.”66

2.32 Prinsip-Prinsip Dasar tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa adalah merupakan tanggung jawab Negara untuk menjamin bahwa para pengacara “(a) dapat melaksanakan semua fungsi profesi mereka tanpa intimidasi, gangguan, usikan atau campur tangan yang tidak patut; (b) dapat mengunjungi dan berkonsultasi dengan klien-klien mereka dengan bebas baik di dalam negeri maupun di luar negeri; dan (c) tidak boleh mengalami, atau diancam dengan, penuntutan atau sanksi-sanksi administratif, ekonomi atau sanksi-sanksi lainnya untuk tindakan apa pun yang diambil sesuai dengan tugas, standard dan etika profesi yang diakui.”67 Ketika keamanan para pengacara terancam sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi-fungsi mereka, mereka harus dilindungi secara memadai oleh pihak-pihak yang berwenang.68 Para pengacara tidak boleh disamakan dengan klien-klien mereka atau perkara-

65 Prinsip 7.66 Prinsip 8.67 Prinsip 16.68 Prinsip 17.

Page 97: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

60

perkara klien mereka sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi-fungsi mereka.69

2.33 Pelapor Khusus PBB untuk Independensi Para Hakim dan Pengacara telah merekomendasikan bahwa “adalah perlu untuk seorang pengacara hadir selama interogasi polisi sebagai bentuk perlindungan yang penting untuk melindungi hak-hak tersangka. Ketidakhadiran pembela hukum berpotensi menimbulkan pelang-garan.”70 Pelapor Khusus untuk Penyiksaan telah me-nyatakan bahwa: “Dalam keadaan-keadaan luar biasa, di mana ditetapkan bahwa kontak segera dengan pengacara tahanan boleh jadi menimbulkan masalah-masalah keamanan yang nyata, dan di mana batasan terhadap kontak semacam itu disetujui secara hukum, paling tidak harus dimungkinkan untuk mengizinkan sebuah pertemuan dengan seorang pengacara inde-penden, seperti misalnya dengan seseorang yang direkomendasikan oleh asosiasi pengacara.”71

Akses terhadap Dokter

2.34 Komite Hak Asasi Manusia menetapkan bahwa per-lindungan terhadap para tahanan menghendaki agar setiap orang yang ditahan diberikan akses yang segera dan rutin terhadap dokter.72

69 Prinsip 18.70 Laporan Misi Pelapor Khusus ke Inggris, UN Doc. E/CN.4/1998/39/add.4,

paragraf 47, 5 Maret 1998.71 Laporan Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, UN Doc.A/56/156, Juli 2001,

paragraf 39(f).72 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 11.

Page 98: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

61

2.35 Kumpulan Prinsip PBB untuk Perlindungan terhadap Semua Orang yang Berada di bawah Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Apa pun menetapkan bahwa “pemeriksaan medis yang layak harus diberikan kepada seseorang yang ditahan atau dipenjara sesegera mungkin setelah ia memasuki tempat penahanan atau pemenjaraan, dan setelah itu perawatan dan pengobatan medis harus diberikan kapan pun diperlukan. Perawatan dan pengobatan ini harus diberikan secara gratis.”73 Para tahanan berhak untuk meminta pendapat medis kedua dari seorang dokter pilihan mereka, dan untuk memiliki akses terhadap catatan-catatan medis mereka.74 Peraturan Standard Minimum PBB untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana menetapkan bahwa para tahanan atau narapidana yang membutuhkan perawatan khusus harus dipindahkan ke lembaga-lembaga khusus atau rumah sakit sipil untuk perawatan semacam itu.75

2.36 CPT telah menekankan bahwa bahkan jika para dokter yang ditunjuk oleh Negara tersedia untuk merawat para tahanan, demi kepentingan pencegahan terhadap perlakuan sewenang-wenang, akan lebih baik apabila mereka, sebagai tambahan, memiliki akses terhadap dokter pilihan mereka.76

2.37 Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan telah merekomendasikan bahwa: “Pada saat penangkapan, seseorang harus menjalani inspeksi medis, dan inspeksi medis harus diulang secara teratur dan wajib dilakukan

73 Prinsip 24.74 Prinsip 25.75 Aturan 22(2) Peraturan Standard Minimum.76 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 6, paragraf 36 dan catatan kaki no. 1.

Page 99: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

62

ketika dipindahkan ke tempat penahanan lain.”77 Ia lebih lanjut menyatakan bahwa: “Para pemerintah dan asosiasi-asosiasi profesi medis harus mengambil langkah-langkah yang tegas terhadap para petugas medis yang berperan, secara langsung atau tidak langsung, di dalam penyiksaan. Larangan tersebut harus diperluas pada praktik-praktik seperti pemeriksaan seorang tahanan untuk menentukan “kebugarannya untuk interogasi”, prosedur-prosedur yang melibatkan perlakuan sewenang-wenang atau penyiksaan, dan juga penyediaan perawatan medis bagi para tahanan yang diperlakukan secara sewenang-wenang sehingga memungkinkan mereka untuk bertahan terhadap pelanggaran lebih lanjut.”78

Hak untuk Menantang Ketidaksahan Penahanan

2.38 Pasal 9(3) ICCPR menetapkan bahwa: “Setiap orang yang ditangkap atau ditahan atas tuduhan pidana harus segera dihadapkan ke depan pengadilan atau pejabat lain yang diberi kewenangan oleh hukum untuk menjalankan kekuasaan peradilan dan berhak untuk diadili dalam jangka waktu yang masuk akal atau dibebaskan.” Komite Hak Asasi Manusia juga menetapkan bahwa hak untuk menantang keabsahan penahanan berlaku bagi semua orang yang dirampas

77 Laporan Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, UN Doc.A/56/156, Juli 2001, paragraf 39(f).

78 Ibid., paragraf 39(l).

Page 100: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

63

kebebasannya dan tidak hanya bagi mereka yang dituduh melakukan suatu pelanggaran pidana.79

2.39 Masalah ini telah dipertimbangkan secara ekstensif oleh Komite Hak Asasi Manusia, Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa dan Komisi Hak Asasi Manusia dan Hak Rakyat Afrika. Institusi-institusi ini telah menetapkan bahwa otoritas yang dipersoalkan harus merupakan sebuah mahkamah atau pengadilan yang ditetapkan secara resmi dengan kekuasaan untuk memerintahkan pembebasan terhadap tahanan. 80 Otoritas tersebut harus imparsial dan independen dari badan yang membuat keputusan untuk menahan orang tersebut dan juga harus membuat keputusan tanpa penundaan.81

2.40 Hak untuk menantang penahanan yang tidak sah, yang terutama merupakan perlindungan terhadap perampasan hak atas kebebasan secara sewenang-wenang, juga merupakan jaminan yang penting untuk perlindungan terhadap hak-hak yang lain. Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika telah menyatakan bahwa habeas corpus, atau amparo, prosedur-prosedur yang terutama dirancang untuk melindungi hak atas

79 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 8, Pasal 9 (Sesi keenambelas, 1982), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI\GEN\1\Rev.1 hlm. 8 (1994), paragraf 1.

80 Brincat v Italy, ECtHR, Putusan 26 November 1992; De Jong, Baljet and van den Brink, ECtHR Putusan 22 Mei 1984, 77 Ser. A 23; Observasi-Observasi Kesimpulan Komite Hak Asasi Manusia: Belarus, UN Doc. CCPR/C/79/Add.86, 19 November 1997, paragraf 10; Rencontre Africaine pour la défense de droits de l’homme v Zambia, (71/92), Laporan Tahunan Komisi Afrika ke-10, 1996-1997, ACHPR/RPT/ 10th.

81 Vuolanne v Finland, (265/1987), 7 April 1989, Laporan Komite Hak Asasi Manusia, (A/44/40), 1989; Torres v Finland, (291/1988), 2 April 1990, Laporan Komite Hak Asasi Manusia volume II, (A/45/40), 1990, paragraf 7; Chahal v UK, ECtHR Putusan 15 November 1996; Navarra v France, ECtHR, Putusan 23 November 1993.

Page 101: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

64

kebebasan yang dapat dikurangi, juga merupakan alat yang penting untuk perlindungan terhadap hak-hak narapidana yang tidak dapat dikurangi, yakni hak hidup dan hak atas kebebasan dari penyiksaan. Mahkamah lebih lanjut menetapkan bahwa hak atas penyelesaian (remedy) terhadap habeas corpus dan amparo tidak pernah boleh ditunda oleh karena upaya penyelesaian tersebut merupakan upaya yang penting dari upaya-upaya penyelesaian hukum (judicial remedy) untuk perlindungan terhadap pelbagai hak yang terhadapnya pengurangan dilarang.82

2.41 Komisi Inter-Amerika telah menetapkan bahwa jika pengadilan tidak secara resmi diberitahu mengenai suatu penahanan, atau hanya diberitahu setelah penundaan yang signifikan, hak-hak seorang tahanan tidak terlindungi. Komisi telah menunjukkan bahwa situasi-situasi tersebut dengan sendirinya mengarah pada jenis-jenis pelanggaran lain, mengikis penghormatan terhadap pengadilan dan mengarah pada institusionalisasi pelanggaran hukum.83 Komisi Afrika telah menetapkan bahwa mengingkari kesempatan para tahanan yang dianggap orang-orang asing yang ilegal untuk menghadap ke pengadilan-pengadilan nasional melanggar Piagam Afrika.84 Mahkamah Eropa telah

82 ‘Habeas Corpus dalam Keadaan-Keadaan Darurat’, Opini Nasihat (Advisory Opinion) OC-8/87 tanggal 30 Januari 1987, Laporan Tahunan Mahkamah Inter-Amerika, 1987, OAS/Ser.L/V/III.17 doc.13, 1987; dan ‘Jaminan-Jaminan Judisial dalam Keadaan-Keadaan Darurat’, Opini Nasihat OC-9/87 tanggal 6 Oktober 1987, Laporan Tahunan Mahkamah Inter-Amerika, 1988, OAS/Ser.L/V/III.19 doc.13, 1988.

83 Komisi Inter-Amerika, Laporan Kedua tentang Situasi Hak Asasi Manusia di Suriname, OEA/Ser. L/V/II.66, doc. 21 rev. 1, 1985, hlm. 24.

84 Rencontre Africaine pour la défense de droits de l’homme v Zambia, (71/92), Laporan Tahunan Komisi Afrika ke-10, 1996-1997, ACHPR/RPT/10th.

Page 102: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

65

menetapkan bahwa tinjauan terhadap pelanggaran hukum terhadap penahanan harus menjamin bahwa penahanan dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh hukum nasional, dan bahwa alasan-alasan untuk penahanan disahkan oleh hukum nasional.85 Penahanan harus tunduk pada aturan perundang-undangan nasional yang substantif dan prosedural. Pengadilan-pengadilan juga harus memastikan bahwa penahanan tidak dilakukan se-cara sewenang-wenang menurut standard-standard internasional.86 Baik Komite Hak Asasi Manusia dan Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa telah menetapkan bahwa akses yang segera terhadap pengadilan merupakan upaya perlindungan yang penting terhadap penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang bahkan pada saat keadaan darurat.87

2.42 CPT merekomendasikan agar “semua orang yang ditahan oleh polisi yang dimaksudkan untuk dikirim ke penjara harus secara fisik dibawa ke hadapan hakim yang harus memutuskan masalah itu… Membawa orang tersebut ke hadapan hakim akan memberikan kesempatan yang tepat waktu bagi seorang tersangka pidana yang telah diperlakukan secara sewenang-wenang untuk mengajukan pengaduan. Lebih lanjut, bahkan di tengah ketiadaan pengaduan yang cepat, hakim dapat mengambil tindakan pada waktu yang tepat apabila terdapat indikasi-indikasi lain mengenai

85 Navarra v France, ECtHR, Putusan 23 November 1993, paragraf 26.86 Ibid.87 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 29, Keadaan-Keadaan

Darurat (pasal 4), diadopsi pada pertemuan ke-1950, tanggal 24 Juli 2001, paragraf 16; Aksoy v Turkey, ECtHR, 1996, App. No. 21987/93.

Page 103: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

66

perlakuan sewenang-wenang (misal, luka-luka yang kelihatan; penampilan umum atau tingkah laku seseorang).”88

The State v Williams and Others, [1995] 2 LRC 103,Mahkamah Konstitusi Afrika Selatan, 1995

(Afrika Selatan)

Para pemohon di dalam kasus ini adalah enam orang anak laki-laki yang telah dihukum untuk mendapat “perbaikan yang layak’, yakni sejumlah pukulan dengan rotan. Persoalan untuk dipertimbangkan oleh Mahkamah adalah apakah hukuman cambuk terhadap anak-anak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konstitusi Afrika Selatan. Mahkamah mengatakan bahwa dalam menjatuhkan hukuman, Negara harus bertindak sesuai dengan standard-standard tertentu, yang akan mencerminkan nilai-nilai yang mendukung Konstitusi. Pengadilan-pengadilan berperan dalam pemajuan dan pembangunan sebuah budaya baru “yang didasarkan pada pengakuan terhadap hak asasi manusia”. Salah satu implikasi dari aturan baru tersebut adalah bahwa aturan-aturan dan praktik-praktik lama tidak lagi dapat dibenarkan; aturan-aturan tersebut harus tunduk pada penilaian ulang yang konstan untuk menyelaraskan mereka dengan ketentuan-ketentuan Konstitusi. Mahkamah lebih lanjut menyatakan bahwa: “Tidak ada kepentingan yang memaksa telah terbukti yang

88 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 14, paragraf 45.

Page 104: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

67

dapat membenarkan praktik pencambukan terhadap anak-anak sebagai sebuah bentuk penghukuman. Tidak pernah diperlihatkan bahwa tidak ada penghukuman lain yang memadai untuk mencapai tujuan-tujuan untuk mana penghukuman tersebut dijatuhkan. Juga tidak pernah diperlihatkan bahwa penghukuman semacam itu mendatangkan efek jera yang benar-benar efektif. Efek dari penghukuman tersebut cenderung memperburuk dan merendahkan ketimbang memperbaiki. Tidak perlu ada penghukuman semacam itu. Terdapat cukup banyak pilihan penghukuman di dalam sistem hukum Afrika Selatan untuk menyimpulkan bahwa pencambukan tidak perlu untuk dipilih. Pencambukan terhadap anak-anak, saat ini, saat yang sangat dekat untuk menyongsong abad ke-21, adalah tindakan yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia.” Mahkamah meninjau jurisprudensi internasional mengenai definisi “kejam”, “tidak manusiawi” dan “merendahkan martabat manusia” ketika mempertimbangkan legalitas dari penghukuman badan (corporal punishment). Mahkamah menyatakan bahwa: “Ketika definisi akhir kita mengenai konsep-konsep ini perlu mencerminkan pengalaman kita sendiri dan situasi-situasi saat ini sebagai komunitas Afrika Selatan tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman-pemahaman yang berharga boleh jadi diperoleh dari cara bagaimana konsep-konsep tersebut diselesaikan dalam hukum publik internasional dan dalam putusan pengadilan asing.” Mahkamah mencatat bahwa Komite Hak Asasi Manusia PBB tidak mempertimbangkan perlunya untuk membuat sebuah daftar tindakan-tindakan yang dilarang atau untuk

Page 105: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

68

menetapkan pembedaan-pembedaan yang tajam antara pelbagai jenis penghukuman atau perlakuan dan bahwa pembedaan-pembedaan tersebut bergantung pada sifat, tujuan dan kekejaman dari perlakuan yang diterapkan. Mahkamah juga menyatakan bahwa Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa telah membedakan konsep-konsep tersebut terutama dengan menggunakan tingkat penderitaan yang ditimbulkan. Mahkamah mengutip putusan Mahkamah Eropa dalam Tyrer v UK bahwa: “Sifat alami dari penghukuman badan adalah bahwa tindakan tersebut melibatkan seorang manusia yang melakukan kekerasan fisik terhadap manusia lainnya. Lebih lanjut, penghukuman badan adalah kekerasan yang dilembagakan, yang dalam kasus ini merupakan kekerasan yang diperbolehkan oleh hukum, dipe-rintahkan oleh pejabat-pejabat pengadilan Negara dan dilaksanakan oleh polisi Negara… Karakter kelembagaan dari kekerasan ini kemudian diperumit oleh keseluruhan aura prosedur resmi yang menyertai penghukuman dan fakta bahwa mereka yang melakukan tindakan tersebut benar-benar orang asing bagi si pelanggar.” Mahkamah menyimpulkan bahwa: “Disayangkan, tetapi tak dapat disangkal, bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an masyarakat kita telah menjadi korban gelombang kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sengketa-sengketa, baik sengketa politik, industri, pribadi, sering berakhir dengan serangan-serangan kekerasan. Selain itu, selama periode yang sama, terjadi peningkatan kejahatan-kejahatan dengan kekerasan, seperti perampokan bersenjata dan pembunuhan. Proses negosiasi-negosiasi politik yang menghasilkan Konstitusi

Page 106: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

69

merupakan sebuah penolakan terhadap kekerasan. Dalam konteks ini, tidak dapat disangkal bahwa penggunaan kekerasan yang dilembagakan oleh Negara terhadap para pelanggar anak-anak sebagaimana disahkan oleh bagian 294 Undang-Undang adalah sebuah penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia. Pemerintah memiliki tanggung jawab khusus untuk memelihara dan memajukan nilai-nilai Konstitusi. Apabila Negara tidak menegakkan nilai-nilai tersebut dengan tepat, Konstitusi akan menjadi lemah. Budaya kekuasaan yang melegitimasi penggunaan kekerasan tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh Konstitusi.

Perlindungan bagi Kategori-Kategori Tahanan yang Khusus

2.43 Semua orang yang ditahan memiliki hak atas perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lain, kebangsaan atau status sosial, kekayaan, kelahiran atau status lain. Namun demikian, perhatian khusus harus diberikan terhadap hak-hak dan kebutuhan-kebutuhan dari kategori-kategori tahanan yang khusus termasuk perempuan, orang-orang tua, orang-orang asing, etnis minoritas, orang-orang dengan orientasi seksual yang berbeda, orang-orang yang sakit, orang-orang dengan masalah kesehatan mental atau ketidakmampuan

Page 107: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

70

belajar, dan kelompok-kelompok atau individu-individu lain yang mungkin terutama rentan selama penahanan. Beberapa kelompok mungkin menjadi target kekerasan yang diskriminatif oleh staf lembaga di mana mereka ditahan. Mereka mungkin juga rentan terhadap kekerasan oleh para tahanan yang lain.

Perempuan di dalam Penahanan

2.44 Komite Hak Asasi Manusia telah mengungkapkan keprihatinan mengenai praktik yang mengizinkan petugas-petugas penjara laki-laki untuk mengakses pusat-pusat penahanan perempuan, yang telah meng-arah pada tuduhan-tuduhan pelecehan seksual yang serius terhadap perempuan dan invasi terhadap privasi mereka.89 Komite juga telah menyatakan bahwa staf perempuan harus hadir selama interogasi terhadap para tahanan dan narapidana perempuan dan terutama harus bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan badan.90

2.45 Peraturan Standard Minimum untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana menetapkan bahwa para perempuan dalam tahanan harus diawasi oleh anggota staf perempuan.91 Mereka juga harus ditempatkan dalam lembaga-lembaga yang terpisah atau dipisahkan di dalam sebuah lembaga di bawah pengawasan

89 Observasi-Observasi Komite Hak Asasi Manusia: Amerika Serikat, UN Doc. CCPR/C/79/Add.50, 7 April 1995, paragraf 20.

90 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 16, (Sesi keduapuluh tiga, 1988), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI/GEN/1/Rev.1. hlm. 21 (1994), paragraf 8.

91 Peraturan Standard Minimum, Aturan 8(a) dan 53.

Page 108: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

71

staf perempuan. Tidak satu pun staf laki-laki boleh memasuki bagian lembaga yang dikhususkan untuk para perempuan tanpa disertai oleh seorang anggota staf perempuan.92 Di dalam lembaga-lembaga di mana perempuan ditahan, fasilitas-fasilitas perawatan pra- dan pasca-melahirkan harus disediakan.93 Kapan pun dimungkinkan, pengaturan-pengaturan harus dibuat untuk anak-anak yang akan dilahirkan di sebuah rumah sakit di luar lembaga.94 Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan telah merekomendasikan bahwa Negara-Negara harus menyediakan pelatihan yang sensitif gender bagi para petugas pengadilan dan aparatur penegak hukum dan pejabat-pejabat publik lainnya.95

Tahanan Anak-Anak

2.46 Beberapa kewajiban khusus yang terkait dengan penggunaan penahanan pra-persidangan dalam kasus -kasus yang melibatkan anak-anak diatur dalam Konvensi tentang Hak-Hak Anak. Konvensi berlaku bagi semua anak-anak sampai dengan usia 18 tahun, yang pada umumnya akan dipandang sebagai anak-anak dalam sebagian besar sistem hukum pidana. Pasal 37 menekankan bahwa penahanan terhadap anak-anak – pra-persidangan atau bentuk yang lain – harus menjadi upaya terakhir dan digunakan untuk jangka waktu yang paling singkat. Konvensi mengharuskan

92 Ibid.93 Aturan 23. 94 Ibid.95 Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan, UN Doc. E/CN.4/1995/34, hlm.

8.

Page 109: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

72

perhatian diberikan terhadap kebutuhan anak-anak yang dirampas kebebasannya dan bahwa mereka harus ditempatkan secara terpisah dari orang-orang dewasa kecuali dipertimbangkan demi kepentingan terbaik mereka untuk tidak melakukan pemisahan. Pasal 39 mewajibkan Negara-Negara, antara lain, untuk meningkatkan pemulihan fisik dan psikis serta reintegrasi sosial seorang anak korban penyiksaan atau bentuk perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia dan juga setiap bentuk kelalaian, eksploitasi atau kekerasan.

2.47 CPT telah menetapkan beberapa upaya perlindungan khusus untuk melindungi anak-anak dari perlakuan sewenang-wenang. CPT menegaskan “adalah penting agar semua orang yang dirampas kebebasannya (termasuk anak-anak) menikmati, sejak saat mereka untuk pertama kalinya diwajibkan untuk tinggal bersama dengan polisi, hak-hak untuk memberitahu kerabat atau pihak ketiga lainnya mengenai fakta penahanan mereka, hak untuk mengakses seorang pengacara dan hak untuk mengakses seorang dokter. Di samping upaya-upaya perlindungan ini, jurisdiksi-jurisdiksi tertentu menetapkan bahwa kerentanan yang melekat pada anak-anak menghendaki diambil-nya tindakan-tindakan pencegahan tambahan. Tinda-kan-tindakan ini mencakup menempatkan polisi dengan sendirinya di bawah kewajiban formal untuk memastikan bahwa seseorang yang tepat diberitahu mengenai fakta bahwa seorang anak telah ditahan (tanpa mempedulikan apakah si anak meminta agar hal ini dilakukan). Boleh jadi polisi tidak berhak untuk

Page 110: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

73

mewawancarai seorang anak kecuali jika seseorang yang tepat dan/atau seorang pengacara hadir.”96

Orang-Orang dengan Masalah-Masalah Kesehatan Mental

2.48 Prinsip-Prinsip untuk Perlindungan terhadap Orang-Orang dengan Penyakit Mental dan Peningkatan terhadap Perawatan Kesehatan Mental (Principles for the Protection of Persons with Mental Illness and the Improvement of Mental Health Care) menetapkan bahwa: “Semua orang dengan penyakit mental, atau yang sedang dirawat seperti orang-orang dengan penyakit semacam itu, harus diperlakukan dengan perikemanusiaan dan penghormatan terhadap martabat manusia yang inheren.”97 “Semua orang dengan penyakit mental, atau yang sedang dirawat seperti orang-orang dengan penyakit semacam itu, memiliki hak atas perlindungan terhadap eksploitasi ekonomi, seksual dan bentuk-bentuk eksploitasi lainnya, kekerasan fisik atau kekerasan lainnya dan perlakuan yang merendahkan martabat manusia.”98

2.49 Peraturan Standard Minimum untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana juga menetapkan bahwa orang-orang dengan masalah penyakit mental tidak boleh ditahan di dalam penjara dan “harus diperiksa dan dirawat di institusi-institusi khusus di bawah manajemen medis.”99

96 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 57, paragraf 23.97 Prinsip 2.98 Prinsip 3.99 Peraturan Standard Minimum paragraf 82.

Page 111: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

74

2.50 CPT telah menetapkan bahwa: “Seorang narapidana yang sakit mental harus ditempatkan dan dirawat di sebuah fasilitas rumah sakit dengan peralatan yang memadai dan memiliki staf yang terlatih. Fasilitas tersebut haruslah sebuah rumah sakit jiwa umum atau sebuah fasilitas psikiatris khusus yang lengkap di dalam sistem penjara.”100 Seorang narapidana yang terganggu secara mental dan kejam harus dijaga dengan pengawasan yang ketat dan dukungan perawatan. Meskipun obat-obat penenang boleh digunakan, apabila dianggap tepat, alat-alat pengekang fisik harus jarang digunakan dan harus secara tegas disahkan oleh seoorang dokter medis atau segera dibawa ke dokter. Alat-alat pengekang tersebut harus dilepaskan sesegera mungkin dan tidak boleh pernah digunakan sebagai cara-cara penghukuman. Setiap penggunaan alat-alat pengekang harus dicatat secara tertulis.101

D K Basu v State of West Bengal; Ashok K Johri v State of UttarPradesh, India, Mahkamah Agung,

18 Desember 1996, (1997) 1 SCC 416, AIR 1997 SC 610; (1996) 2 CHRLD 86 (India)

Kasus ini berawal dari sebuah pengaduan yang disampaikan oleh sebuah organisasi non-politik yang terdaftar terhadap Ketua Mahkamah Agung (Chief Justice) India. Mahkamah memutuskan bahwa, kendati terdapat perlindungan-perlindungan konstitusional dan prosedural untuk melindungi hak-hak individu, peris-

100 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 33, paragraf 43.101 Ibid. hlm. 33, paragraf 44.

Page 112: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

75

tiwa-peristiwa telah menarik perhatian Mahkamah di mana hak-hak ini telah secara rutin diabaikan. Mahkamah juga mencatat bahwa penuntutan terhadap pelanggaran-pelanggaran penyiksaan dan kematian kustodial ter-hambat oleh ketaatan yang berlebihan, dan desakan untuk, menetapkan bukti yang melampaui setiap keraguan yang masuk akal. Mahkamah menyatakan bahwa hal ini mengabaikan kenyataan, dan situasi-situasi khusus dari kasus yang ada dan sering kali berakhir pada kegagalan hukum. Mahkamah menarik perhatian Parlemen pada kebutuhan mendesak untuk mengamendemen hukum acara mengenai penuntutan terhadap aparat kepolisian yang dituduh melakukan kekerasan kustodial, terutama rekomendasi-rekomendasi Komisi Hukum India di dalam Laporannya yang ke-113 mengenai pergeseran di dalam beban pembuktian, dengan pendahuluan terhadap dugaan kekerasan kustodial jika terdapat bukti bahwa luka-luka yang dialami oleh tahanan terjadi selama periode penahanan, dan pertimbangan oleh pengadilan terhadap semua situasi yang relevan. Mahkamah menyatakan bahwa sebagai tambahan terhadap syarat-syarat menurut undang-undang dan konstitusional yang dirujuk di atas, akan bermanfaat dan efektif untuk membangun mekanisme yang sesuai untuk pencatatan dan pemberitahuan yang serentak terhadap semua kasus penangkapan dan penahanan untuk membawa masuk transparansi dan pertanggungjawaban. Sebagai langkah-langkah pencegahan, Mahkamah men-yatakan bahwa syarat-syarat berikut harus dipatuhi dalam semua kasus penangkapan atau penahanan sampai ketentuan-ketentuan hukum disahkan:

Page 113: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

76

(i) Aparat kepolisian yang melakukan penangkapan dan interogasi harus menggunakan tanda pengenal yang akurat, kelihatan dan jelas dan tag nama yang menunjukkan pangkat mereka, rincian-rincian yang harus dicatat dalam sebuah buku daftar;

(ii) Sebuah memo penangkapan (meliputi tanggal dan waktu yang relevan) harus disiapkan oleh aparat kepolisian yang melakukan penangkapan dan harus ditegaskan oleh paling sedikit satu orang saksi (baik seorang kerabat dari orang yang ditangkap atau orang lokal yang dihormati) dan ditandatangani oleh orang yang ditangkap;

(iii) Satu orang teman atau kerabat dari orang yang ditangkap (atau orang lain yang dikenalnya yang berkepentingan di dalam kesejahteraannya) ha-rus diberitahu, sesegera mungkin, mengenai penangkapan dan penahanan di tempat yang dipermasalahkan;

(iv) Jika teman atau kerabat terdekat dari orang yang ditangkap tinggal di luar wilayah atau kota yang dipermasalahkan, ia harus diberitahu oleh polisi mengenai waktu, tempat penangkapan dan tempat penahanan dalam waktu 8 sampai 12 jam sejak penangkapan;

(v) Orang yang ditangkap harus diberitahu mengenai hak-haknya segera setelah ia dtangkap atau ditahan;

(vi) Catatan harus dibuat di tempat penahanan menyangkut penangkapan orang yang bersang-kutan, termasuk nama teman terdekat yang telah diberitahu dan nama-nama dan keterangan-keterangan tentang aparat kepolisian yang menahan orang tersebut;

Page 114: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

77

(vii) Atas permintaan, orang yang ditangkap harus diperiksa untuk luka-luka yang mungkin terjadi pada saat penangkapan dan diberikan salinan laporan hasil, ditandatangani oleh petugas dan orang yang ditangkap;

(viii) Orang yang ditangkap harus menjalani pemeriksaan medis setiap 48 jam oleh seorang dokter yang berasal dari sebuah panel yang diakui;

(ix) Salinan semua dokumen yang menyangkut pe-nangkapan adalah untuk dikirim ke Hakim lokal yang tepat untuk rekaman catatan orang yang bersangkutan;

(x) Orang yang ditangkap boleh jadi diperbolehkan untuk bertemu dengan pengacaranya selama interogasi, kendati tidak di sepanjang interogasi;

(xi) Sebuah ruang pengawasan polisi harus dibangun di semua kantor pusat wilayah dan Negara di mana informasi mengenai penangkapan harus diterima dalam waktu 12 jam sejak penangkapan dan ditampilkan di sebuah papan pengumuman yang menarik perhatian;

(xii) Syarat-syarat ini adalah tambahan terhadap upaya-upaya perlindungan yang ada dan tidak mengurangi arahan-arahan lain yang diberikan oleh pengadilan-pengadilan mengenai hal ini. Syarat-syarat ini akan berlaku dengan kekuatan yang sama bagi agen-agen pemerintahan lain yang memiliki kekuasaan untuk menahan dan menginterogasi para individu. Syarat-syarat ini perlu benar-benar dipatuhi; gagal untuk patuh akan membuat pejabat terkait bertanggung jawab atas tindakan departemen dan penghinaan terhadap pengadilan (contempt of court).

Page 115: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

78

Mahkamah juga memutuskan bahwa apabila pelanggaran terhadap hak-hak mendasar dilakukan, Mahkamah tidak cukup hanya mengeluarkan sebuah deklarasi; Mahkamah harus bertindak lebih jauh dan memberikan ganti rugi, bukan dengan ganti rugi seperti di dalam tindakan perdata, tetapi dengan ganti rugi menurut jurisdiksi hukum publik atas perbuatan salah karena suatu pelanggaran terhadap kewajiban publik oleh Negara karena tidak melindungi hak fundamental, yakni hak hidup warga negaranya. Penghukuman semata terhadap pelanggar tidak dapat memberikan cukup penghiburan bagi keluarga korban dan tindakan perdata atas kerugian-kerugian yang dialami merupakan proses hukum yang panjang dan sulit. Ganti rugi berupa uang untuk memperbaiki pelanggaran terhadap hak hidup warga Negara yang tidak dapat dikurangi, dengan demikian, bermanfaat dan kadang-kadang boleh jadi merupakan satu-satunya upaya penyelesaian yang efektif bagi anggota keluarga dari korban yang meninggal, yang mungkin merupakan tulang punggung keluarga. Tanggung jawab Negara yang nyata atas tindakan-tindakan pejabat publik yang melanggar hak-hak semacam itu saat ini diterima dengan baik hampir di semua jurisdiksi. Di dalam penilaian ganti rugi, penekanan harus diberikan atas penggantian kerugian ketimbang unsur penghukuman. Menjatuhkan hukuman yang sesuai untuk pelanggaran semacam itu (tanpa bergantung pada ganti rugi) harus diserahkan kepada pengadilan-pengadilan pidana di mana pelanggar dituntut, di mana Negara, di dalam hukum, berkewajiban untuk melakukan penuntutan. Pemberian ganti rugi di dalam jurisdiksi

Page 116: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

79

hukum publik juga tidak boleh merugikan tindakan lain, seperti gugatan perdata untuk kerugian-kerugian, yang secara sah tersedia bagi korban (atau ahli waris dari korban yang meninggal) yang terkait dengan pokok masalah yang sama untuk tindakan berbelit-belit yang dilakukan oleh para pejabat Negara. Kuantum ganti rugi akan bergantung pada fakta-fakta khusus dari setiap kasus dan tidak ada rumusan yang kaku dapat disusun. Jumlah ganti rugi yang diberikan oleh pengadilan (dan dibayarkan oleh Negara) untuk memperbaiki perbuatan salah dapat, dalam kasus ini, disesuaikan dengan jumlah yang mungkin diberikan kepada penggugat untuk kerugian-kerugian di dalam gugatan perdata.

Page 117: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 118: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

81

Isi

Peran Para HakimPeran Para Jaksa PenuntutPerlindungan Selama PenahananInterogasiInspeksi-Inspeksi IndependenKondisi-Kondisi PenahananKehadiran di Hadapan Pejabat JudisialBantuan Hukum Admisibilitas BuktiPemeriksaan Saksi-SaksiKewajiban untuk Melindungi di dalam Kasus-Kasus Pengusiran (Explusion)

3 Peran Para Hakim dan Jaksa Penuntut di dalam Melindungi Para Tahanan dan Tersangka Pelaku Kejahatan dari Penyiksaan

8587889397100105108109110116

Page 119: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 120: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

83

3.1 Hukum HAM mewajibkan Negara-Negara untuk me-ngawasi secara sistematis peraturan-peraturan tentang interogasi, instruksi, metode dan praktik, begitu juga dengan aturan-aturan penahanan dan perlakuan ter-hadap orang-orang yang menjadi sasaran dari setiap penangkapan, penahanan atau pemenjaraan sebagai sebuah cara yang efektif untuk mencegah kasus-kasus penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang.1 Negara-Negara juga diwajibkan untuk menyelidiki pengaduan-pengaduan atas perlakuan sewenang-wenang terhadap para tahanan dan membentuk mekanisme-mekanisme independen untuk memonitor para tahanan.2

3.2 Bab ini fokus pada peran hakim dan jaksa penuntut di dalam melindungi orang-orang yang kebebasannya dirampas dari tindakan-tindakan penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Secara khusus, bab ini membahas bagaimana upaya-upaya perlindungan yang diuraikan dalam bab dua harus diterapkan. Bab ini memberikan saran praktis kepada para hakim dan jaksa penuntut tentang

1 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 11.2 Observasi-Observasi Kesimpulan Komite Hak Asasi Manusia: Perancis, UN

Doc.CCPR/C/79/Add.80, 4 Agustus 1997, paragraf 16.

3 Peran Para Hakim dan Jaksa Penuntut di dalam Melindungi Para Tahanan dan Tersangka Pelaku Kejahatan dari Penyiksaan

Page 121: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

84

bagaimana mereka dapat meyakinkan diri mereka sendiri bahwa para tahanan yang dibawa ke hadapan mereka belum mengalami penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya yang dilarang. Bab ini juga menyoroti kewajiban para jaksa penuntut untuk menjamin bahwa bukti yang diperoleh selama penyelidikan telah diperoleh secara patut dan bahwa hak fundamental tersangka pelaku kejahatan untuk tidak disiksa atau diperlakukan secara sewenang-wenang tidak dilanggar selama proses penyelidikan. Risiko perlakuan semacam itu semakin besar apabila sistem hukum mendasarkan pendirian-pendiriannya terutama atau secara substansial pada pengakuan-pengakuan dan bukti-bukti yang diperoleh di dalam penahanan pra-persidangan.

1.3 Para hakim dan jaksa penuntut menjalankan fungsi yang berbeda berdasarkan sistem hukum yang dianut; begitu juga dengan peran mereka dalam (a) memutuskan admisibilitas bukti, (b) mempertanyakan saksi-saksi dan (c) menyimpulkan kasus-kasus juga akan berbeda. Kewenangan yang akan dinikmati oleh para hakim dan jaksa penuntut di dalam menjalankan fungsi-fungsi mereka sebagian akan bergantung pada sistem hukum seperti apa yang mereka gunakan. Misalnya, dalam civil atau common law systems, keadilan pidana mungkin mengikuti model-model inkuisitorial atau adversarial. Persidangan-persidangan juga dapat dilakukan dengan cara-cara yang berbeda tergantung pada apakah persidangan-persidangan tersebut berlangsung di depan juri atau hakim yang duduk dalam kapasitas mereka sendiri. Prinsip-prinsip berikut

Page 122: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

85

perlu diinterpretasikan dalam kerangka sistem keadilan pidana yang spesifik dari berbagai Negara.

Peran Para Hakim

3.4 Peran utama para hakim adalah menegakkan hukum nasional – termasuk hukum internasional apabila telah diinkorporasikan ke dalam peraturan perundang-undangan nasional – dan untuk memimpin administrasi peradilan secara independen dan imparsial. Di dalam memutuskan apakah seseorang bersalah atau tidak bersalah, atau di dalam menimbang kepatutan klaim-klaim antara para individu dan Negara, para hakim harus merujuk hanya pada fakta-fakta, sejauh dapat dibuktikan; kepatutan posisi masing-masing pihak; dan hukum yang relevan. Meskipun demikian, keadilan juga menghendaki agar para hakim memahami semua faktor yang relevan dengan situasi yang sedang mereka pertimbangkan, termasuk faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi perilaku mereka yang hadir di ruang pengadilan, atau mengamati jalannya proses persidangan. Dalam hal ini, para hakim tidak tidak hanya mengatur prosedur-prosedur, membuat ketetapan-ketetapan tentang pokok-pokok hukum, menyimpulkan kasus-kasus, menghasilkan putusan-putusan, atau menjatuhkan hukuman, tetapi juga menjamin bahwa proses persidangan mereka diatur sedemikian rupa sehingga adil dan terlihat adil.

3.5 Adalah tanggung jawab para hakim untuk men-jamin bahwa para tersangka, saksi dan korban di-perlakukan secara adil dan bahwa mereka yang

Page 123: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

86

dituduh telah melakukan pelanggaran pidana mendapatkan persidangan yang adil, termasuk menjamin dihormatinya hak-hak mereka (tersangka, saksi dan korban) setiap saat, dan bahwa hanya bukti yang diperoleh secara patut yang dapat diterima di pengadilan. Ini ini juga berarti bahwa mereka yang bertanggung jawab untuk menegakkan hukum dengan sendirinya terikat pada batasan-batasannya sendiri, yang boleh jadi termasuk mengambil peran yang tegas untuk memastikan bahwa semua kesaksian dan bukti telah diberikan secara sukarela dan tidak diperoleh dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Para hakim harus setiap saat waspada terhadap kemungkinan bahwa para tersangka dan saksi mungkin mengalami penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang lainnya. Misalnya, jika seorang tahanan, ketika dibawa ke hadapan seorang hakim menyatakan bahwa ia telah diperlakukan secara sewenang-wenang di akhir masa penahanannya di kantor polisi, adalah tugas hakim untuk mencatat pernyataan tersebut secara tertulis, segera memerintahkan pemeriksaan forensik medis dan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut benar-benar diselidiki.3 Hal ini juga harus dilakukan di tengah ketiadaan pengaduan atau tuduhan yang cepat jika orang yang bersangkutan menunjukkan luka-luka fisik atau mental yang kelihatan.

3.6 Kendati dalam hal tertentu ada perbedaan dalam sistem-sistem hukum berbagai belahan dunia, larangan hukum terhadap penyiksaan bersifat universal. Peran

3 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 14, paragraf 45.

Page 124: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

87

utama para hakim di dalam mencegah penyiksaan, yakni menjamin bahwa hukum ditegakkan setiap saat.

Peran Para Jaksa Penuntut

3.7 Para hakim dan jaksa penuntut dapat memainkan peran yang sungguh berbeda di dalam pelbagai sistem hukum pidana – tergantung pada apakah sistem-sistem hukum ini menggunakan proses adversarial atau inkuisitorial. Di banyak Negara, peran dan tanggung jawab para hakim juga banyak berlaku bagi para jaksa penuntut.

3.8 Para jaksa penuntut juga memiliki tanggung jawab tertentu untuk menjamin bahwa semua bukti yang dikumpulkan selama penyelidikan kasus pidana telah diperoleh secara patut dan bahwa hak-hak funda-mental tersangka pelaku tindak pidana tidak dilanggar selama proses penyelidikan. Ketika para jaksa penuntut mempertimbangkan bukti yang melawan para tersangka yang diketahui atau dipercaya atas dasar yang masuk akal bahwa bukti tersebut diperoleh melalui penggu-naan metode-metode yang tidak sah, khususnya pe-nyiksaan, maka mereka (jaksa penuntut) harus menolak bukti semacam itu, memberitahu Pengadilan, dan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab diadili.4 Setiap bukti yang diperoleh melalui penggunaan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang yang serupa hanya dapat digunakan untuk melawan para pelaku pelanggaran-pelanggaran semacam ini.5

4 Pedoman PBB tentang Peran Jaksa Penuntut, Pedoman 16.5 Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain

yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia, Pasal 15.

Page 125: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

88

3.9 Dalam beberapa jurisdiksi, para jaksa penuntut perlu meminta hakim-hakim penyelidik untuk bertindak sebelum hakim-hakim tersebut memulai penyelidikan. Sangat penting apabila para jaksa penuntut meng-anggap tugas ini secara serius karena ada kemungkinan bahwa kejahatan penyiksaan ini dilakukan oleh para aparatur penegak hukum. Hampir semua jurisdiksi mewajibkan jaksa penuntut untuk mengejar para pelaku pelanggaran pidana, termasuk mengejar para aparatur penegak hukum yang mungkin dituduh melakukan pelanggaran-pelanggaran pidana, seperti melakukan tindakan-tindakan penyiksaan. Di banyak jurisdiksi para jaksa penuntut tidak perlu menunggu pengaduan resmi untuk mengejar bukti dari suatu kejahatan karena mereka (para jaksa) memang sering kali memiliki tanggung jawab hukum untuk mengambil langkah semacam itu apabila mereka mendapatkan informasi yang menarik perhatian mereka.

Perlindungan Selama Penahanan

3.10 Para jaksa penuntut dan para hakim harus dapat menjamin penghormatan terhadap unsur-unsur yang terkandung di dalam daftar yang berisi standard-standard-standard hukum internasional, sebagaimana dikemukakan dalam bab sebelumnya. Namun penting untuk diingat bahwa standard-standard internasional hanya menetapkan dasar minimum. Banyak Negara justeru menawarkan perlindungan yang lebih besar dan hal itu tentu saja dapat dipertimbangkan sebagai model-model praktik yang baik. Apabila standard-

Page 126: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

89

standard ini belum dipatuhi, ada suatu risiko bahwa para tahanan mungkin mengalami penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Kegagalan untuk mematuhi beberapa standard ini selanjutnya bisa jadi juga dapat mempersulit pengidentifikasian dan penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan ini:

§Memberitahu orang-orang mengenai hak-hak mereka. Semua orang yang dirampas kebebasan-nya memiliki hak untuk diberitahu mengenai alasan-alasan penangkapan dan penahanan mereka dan apa saja hak-hak mereka di dalam penahanan. Mereka berhak untuk memberitahu, atau meminta pihak-pihak yang berwenang untuk memberitahu, keluarga atau teman mere-ka mengenai fakta penahanan dan tempat di mana mereka sedang ditahan. Jika orang yang bersangkutan dipindahkan ke tempat penahanan yang lain, maka keluarga atau teman dari orang tersebut harus kembali diberitahu. Pemberitahuan ini harus dilakukan sesegera mungkin, atau paling tidak tanpa penundaan. Orang-orang yang ditahan dalam penahanan pra-persidangan harus diberikan semua fasilitas yang layak untuk berkomunikasi dengan keluarga atau teman dan untuk menerima kunjungan dari mereka.

§Penggunaan tempat-tempat penahanan yang diakui secara resmi dan pemeliharaan dokumen-dokumen penahanan yang efektif. Setiap orang yang dirampas kebebasannya harus ditahan di

Page 127: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

90

tempat-tempat yang ditunjuk secara resmi dan diketahui publik. Interogasi harus dilakukan hanya di pusat-pusat resmi dan bukti apa pun yang diperoleh dari seorang tahanan di suatu tempat penahanan yang tidak resmi dan tidak dikonfirmasi oleh tahanan selama interogasi di tempat-tempat resmi tidak boleh digunakan sebagai bukti di pengadilan – kecuali digunakan sebagai bukti untuk melawan para tersangka penyiksa. Rekaman-rekaman penahanan yang tepat waktu dan akurat, yang disimpan di tempat pencatatan yang dapat diakses secara publik, adalah unsur yang penting di dalam melindungi orang-orang dari penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang. Pihak-pihak yang berwenang harus menyimpan dan memelihara arsip-arsip resmi terbaru dari semua tahanan, baik pada setiap tempat penahanan atau pun secara terpusat. Arsip-arsip ini harus mencakup nama-nama para tahanan, tempat penahanan mereka dan identitas mereka yang bertanggung jawab atas penahanan orang-orang tersebut. Sel-sel harus diberi nomor dan sel di mana tahanan ditempatkan harus dicatat. Rekaman lengkap mengenai semua komunikasi dengan tahanan juga harus disimpan, termasuk permintaan-permintaan yang diajukan oleh tahanan, tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang berwenang dan keputusan-keputusan yang diambil yang berkenaan dengan tahanan. Rekaman-rekaman penahanan harus disimpan dengan menggunakan cara-cara di mana setiap

Page 128: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

91

usaha untuk merusak catatan-catatan tersebut dapat dengan mudah dideteksi – seperti buku-buku yang dijilid dengan halaman-halaman yang diberi nomor dan disimpan untuk periode tertentu (yakni beberapa tahun).

§Menghindari penahanan tanpa komunikasi. Orang-orang (tersangka) terutama sekali berisiko mengalami penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang ketika mereka ditahan tanpa komunikasi – yakni ketika seorang tahanan tidak memiliki akses terhadap dunia luar, keluarganya, pengacara, atau dokter yang independen. Risiko ini meningkat dengan semakin lamanya waktu penahanan mereka karena hal tersebut berarti mengizinkan periode yang lebih lama untuk ditimbulkannya luka-luka dan waktu penahanan yang semakin lama itu akan menyebabkan tanda-tanda yang kelihatan dari luka itu akhirnya. Para hakim harus menggunakan setiap kewenangan yang mereka miliki untuk menjamin batasan-batasan dan penundaan-penundaan di dalam memberikan akses dunia luar bagi para tahanan yang dibuat seminim mungkin.

§Akses terhadap pengacara dan penghormatan terhadap fungsi-fungsi pengacara. Para tahanan berhak mendapatkan akses terhadap nasehat hukum tanpa penundaan. Mereka harus dapat berkonsultasi secara privat dengan pengacara ketika berada dalam penahanan, untuk meminta kehadiran pengacara selama interogasi dan untuk meminta pengacara mewakili mereka ketika

Page 129: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

92

muncul di pengadilan. Para pengacara harus menasihati dan mewakili klien-klien mereka sesuai dengan standard-standard profesi, bebas dari intimidasi, gangguan, usikan, atau campur tangan yang tidak patut dari pihak-pihak mana pun.

§Akses terhadap dokter. Para tahanan harus diperiksa secara medis sesegera mungkin setelah mereka dirampas kebebasannya dan pada semua tahap penahanan mereka. Mereka memiliki hak tambahan untuk diperiksa oleh seorang dokter yang independen dan benar-benar berkualitas atas pilihan mereka. Pemeriksaan-pemeriksaan medis harus dilakukan di luar proses pemeriksaan dan, terutama di luar pengawasan polisi. Hasil dari setiap pemeriksaan, dan juga pernyataan-pernyataan yang relevan oleh tahanan dan kesimpulan-kesimpulan dokter, harus secara resmi direkam oleh dokter dan diberikan kepada tahanan dan pengacaranya.

§Perlindungan bagi kategori-kategori tahanan yang khusus. Semua orang yang ditahan memiliki hak atas perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lain, kebangsaan atau status sosial, kekayaan, kelahiran atau status lain. Meskipun demikian, perhatian khusus harus diberikan terhadap hak-hak dan kebutuhan-kebutuhan dari kategori-kategori tahanan yang khusus termasuk perempuan, orang-orang tua, orang-orang asing, etnis minoritas, orang-orang dengan yang memiliki

Page 130: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

93

orientasi seksual berbeda, orang-orang yang sakit, orang-orang dengan masalah kesehatan mental atau ketidakmampuan belajar, dan kelompok-kelompok atau individu-individu lain. Beberapa kelompok mungkin menjadi target kekerasan yang diskriminatif oleh staf lembaga di mana mereka ditahan. Mereka mungkin juga rentan terhadap kekerasan oleh para tahanan yang lain.

Interogasi

3.11 Para jaksa penuntut memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam interogasi di mana metode-metode koersif digunakan untuk memperoleh pengakuan atau informasi. Para jaksa penuntut juga harus meyakinkan diri mereka sendiri bahwa metode-metode semacam itu tidak digunakan oleh aparatur penegak hukum dalam rangka memperoleh bukti untuk menuntut tersangka. Jika tersangka atau saksi dibawa ke hadapan jaksa penuntut, jaksa penuntut harus memastikan bahwa setiap informasi atau pengakuan yang disampaikan oleh tersangka atau saksi tersebut diberikan secara sukarela. Jaksa penuntut juga harus memeriksa tanda-tanda tekanan fisik atau mental, mempertimbangkan secara serius semua tuduhan penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, dan menolak untuk mengembalikan seseorang ke dalam tahanan apabila orang tersebut berisiko mengalami perlakuan semacam itu.

Page 131: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

94

3.12 Risiko terjadinya penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang pada saat interogasi semakin besar jika sistem hukum mendasarkan pendirian-pendiriannya terutama atau secara substansial pada pengakuan dan bukti-bukti yang diperoleh di dalam masa penahanan pra-persidangan – terutama ketika interogasi-interogasi dila-kukan tanpa kehadiran pengacara si tahanan. Dalam segala situasi, prosedur-prosedur yang ketat harus ditaati untuk menjamin bahwa interogasi-interogasi dilakukan secara tepat dan bahwa pelanggaran-pelanggaran tidak dilakukan ketika seorang tahanan sedang ditanyai. Sangat penting apabila rincian keseluruhan interogasi direkam dan dicatat. Informasi ini juga harus tersedia untuk tujuan-tujuan dalam proses pemeriksaan judisial atau administratif.

3.13 Para jaksa penuntut dan hakim harus menjamin penghormatan terhadap unsur-unsur yang terkandung di dalam daftar berikut mengenai praktik interogasi yang baik, yang didasarkan pada rekomendasi-rekomendasi CPT dan Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan.6

§ Interogasi harus dilakukan hanya di pusat-pusat interogasi yang resmi. Bukti apa pun yang diperoleh di suatu tempat penahanan yang tidak resmi dan tidak dikonfirmasi oleh tahanan selama ia menjalani proses interogasi di tempat-tempat resmi tidak boleh diakui sebagai bukti di pengadilan untuk melawan tahanan;

§Tahanan harus memiliki hak untuk mendapatkan seorang pengacara selama interogasi;

6 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 10-16, paragraf 33-50; Laporan Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, 2001, UN Doc.A/56/156, Juli 2001, paragraf 39.

Page 132: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

95

§Terutama sekali, dalam setiap interogasi, tahanan harus diberitahu mengenai identitas (nama dan/atau nomor seri) semua orang yang hadir;

§ Identitas semua orang yang hadir harus dicatat dalam sebuah catatan yang tetap yang menjelaskan waktu saat interogasi dimulai dan berakhir dan setiap permintaan yang diajukan oleh tahanan selama interogasi;

§Tahanan harus diberitahu tentang lamanya wawancara yang diperbolehkan, prosedur untuk waktu rehat di tengah-tengah wawancara dan istirahat selama interogasi, tempat-tempat di mana wawancara akan dilakukan, dan apakah tahanan akan diharuskan untuk berdiri ketika sedang ditanyai. Semua prosedur semacam itu harus ditetapkan oleh hukum atau peratura dan ditaati secara ketat;

§Menutup mata atau menutup kepala dengan kain harus dilarang karena tindakan-tindakan semacam itu dapat membuat si tahanan menjadi rentan, termasuk perampasan penglihatan dan dengan sendirinya dapat dipersamakan dengan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang. Tindakan-tindakan tersebut membuat penuntutan hampir tidak mungkin dilakukan karena akan menjadi lebih sulit untuk mengidentifikasi para pelaku;

§ Semua sesi interogasi harus direkam atau dicatat dan tahanan atau, jika ditetapkan oleh hukum, pembelanya harus memiliki akses terhadap rekaman-rekaman tersebut;

Page 133: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

96

§Pihak-pihak yang berwenang seharusnya dan harus secara rutin meninjau prosedur-prosedur yang mengatur mengenai cara bertanya terhadap orang-orang yang berada di bawah pengaruh obat-obatan terlarang, alkohol atau pengobatan atau yang berada dalam kondisi tertekan;

§Perlindungan khusus harus diberikan kepada orang-orang dengan kondisi yang rentan (misalnya, perempuan, anak-anak dan orang-orang dengan masalah-masalah kesehatan mental).

3.14 Rekaman wawancara elektronik secara signifikan dapat membantu mengurangi risiko penyiksaan dan per-lakuan sewenang-wenang dan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berwenang sebagai pembelaan atas tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Sebagai pencegahan terhadap rusaknya rekaman-rekaman tersebut, satu buah tape harus disegel di tengah kehadiran tahanan dan satu salinan lagi digunakan di dalam proses. Ketaatan terhadap prosedur-prosedur semacam itu juga membantu memastikan bahwa larangan secara Negara secara konstitusional dan legislatif terhadap penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang dihormati dan dapat dilaksanakan.

3.15 Istilah “interogasi” tidak hanya merujuk pada waktu di mana seseorang sedang ditanyai secara resmi, tetapi juga mencakup periode-periode sebelum, selama dan setelah proses bertanya, ketika tekanan-tekanan fisik dan psikis diterapkan pada individu-individu untuk mendisorientasikan mereka dan memaksa mereka untuk patuh selama proses bertanya yang resmi. Semua praktik semacam itu harus sepenuhnya dilarang.

Page 134: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

97

Inspeksi-Inspeksi Independen

3.16 Inspeksi-inspeksi rutin terhadap tempat-tempat pena-hanan, khususnya jika dilakukan sebagai bagian dari sebuah sistem kunjungan periodik, merupakan salah satu langkah pencegahan yang paling efektif terhadap penyiksaan. CPT telah menyatakan bahwa langkah ini “memberikan arti penting untuk setiap penetapan kunjungan-kunjungan rutin ke penjara oleh sebuah badan independen (misal, dewan kunjungan atau hakim pengawas), memiliki kekuasaan untuk menerima, dan jika perlu, mengambil tindakan terhadap pengaduan-pengaduan dari para narapidana serta memeriksa alasan-alasan penetapan tersebut. Badan-badan semacam itu dapat, antara lain, memainkan peran penting di dalam mengatasi per-bedaan-perbedaan yang muncul antara manajemen penjara dan narapidana tertentu atau para narapidana secara umum.7 CPT juga menyambut baik kehadiran mekanisme-mekanisme untuk memeriksa pos-pos polisi karena “memberikan sumbangsih yang penting ke arah pencegahan terhadap perlakuan sewenang-wenang terhadap orang-orang yang ditahan oleh polisi dan, secara umum, memastikan kondisi-kondisi penahanan yang layak di pos-pos polisi.”8 Pelapor Khusus untuk Penyiksaan telah menyatakan bahwa “kunjungan-kunjungan yang tidak diumumkan (unannounced) ke pos-pos polisi, fasilitas-fasilitas pena-hanan pra-persidangan dan penjara” memberikan perlindungan yang efektif terhadap penyiksaan.”9

7 Laporan Umum ke-2 tentang Kegiatan-Kegiatan CPT, 1991, paragraf 54.8 CPT/Inf/E (99) 1 (REV. 2), paragraf 97.9 Laporan Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, 2001, UN Doc.A/56/156, paragraf 39(c).

Page 135: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

98

3.17 Hukum nasional sering kali mewajibkan para anggota pengadilan dan/atau jaksa penuntut untuk melakukan inspeksi-inspeksi. Para aparatur penegak hukum, pengacara pembela dan dokter, dan juga pakar-pakar independen dan perwakilan-perwakilan masyarakat sipil lainnya juga mungkin dilibatkan dalam inspeksi-inspeksi tersebut. Ombudsman dan institusi-institusi hak asasi manusia nasional, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan organisasi-organisasi non-pemerintah (NGO) yang independen juga harus diberikan akses penuh terhadap semua tempat penahanan sesuai permintaan.

3.18 Tempat-tempat penahanan harus dikunjungi secara rutin – tanpa pemberitahuan sebelumnya – dan setiap upaya harus dilakukan untuk berkomunikasi secara langsung dan rahasia dengan orang-orang yang sedang ditahan atau dipenjara. Tempat-tempat untuk dikunjungi meliputi ruang-ruang penahanan di kepolisian, pusat-pusat penahanan pra-persidangan, tempat-tempat badan keamanan, tempat-tempat penahanan administratif dan penjara-penjara. Tim-tim inspeksi harus bebas melaporkan secara publik temuan-temuan mereka apabila mereka memilih untuk melakukannya.

3.19 The Association for the Prevention of Torture (APT), yang adalah sebuah organisasi non-pemerintah, telah menerbitkan sebuah laporan, yang didasarkan pada sejumlah laporan dan rekomendasi CPT, tentang mekanisme-mekanisme kunjungan nasional. Laporan tersebut memuat daftar pokok berikut bagi para hakim dan jaksa penuntut yang melakukan inspeksi.10

10 Rekomendasi-Rekomendasi CPT Mengenai Mekanisme-Mekanisme Kunjungan Nasional, The Association for the Prevention of Torture, Juni 2000.

Page 136: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

99

§ Independen. Badan kunjungan harus memper-lihatkan independensi dan imparsialitas, terpisah dari staf dan administrasi tempat penahanan. Badan kunjungan harus menegaskan bahwa perhatiannya hanya ditujukkan untuk memastikan bahwa penahanan dilakukan dalam kondisi-kondisi yang manusiawi dan bahwa para tahanan diperlakukan secara adil.

§Pakar. Mereka yang terlibat di dalam melakukan inspeksi harus memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu mengenai jenis tempat penahanan tertentu di mana mereka terlibat untuk memeriksanya.

§Kontak langsung dan bersifat pribadi dengan para tahanan. Badan kunjungan harus berusaha untuk mengadakan kontak langsung dengan para tahanan pada saat kunjungan. Para tahanan yang belum meminta wawancara dengan badan kunjungan harus dipilih secara acak dan diwawancara sebagai bagian dari sebuah kunjungan rutin. Para tahanan juga berhak untuk menyampaikan pengaduan-pengaduan, baik di dalam dan di luar fasilitas penahanan.

§Rahasia. Badan kunjungan harus dapat berko-munikasi dengan para tahanan tanpa diawasi dan tanpa didengar oleh staf tempat penahanan.

§Rutin. Kunjungan-kunjungan mingguan ke penjara dan tempat-tempat penahanan lainnya paling efektif dan kunjungan-kunjungan bulanan merupakan alternatif yang dapat diterima. Untuk menjamin efektivitasnya, maka badan-badan kunjungan harus diberikan waktu dan sumber

Page 137: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

100

daya yang memadai untuk melakukan kunjungan-kunjungan secara teratur.

§Tidak diumumkan. Badan-badan kunjungan harus memiliki, dan memakai, kekuasaan untuk mengunjungi setiap tempat penahanan pada hari dan waktu yang mereka pilih.

§Semua bagian dari fasilitas. Badan-badan kun-jungan harus memiliki, dan meminta, akses ke semua bagian dari fasilitas penahanan.

§Laporan-laporan rutin. Badan-badan kunjungan harus membuat laporan-laporan rutin dari kunjungan-kunjungan mereka dan harus tersedia bagi institusi-institusi nasional yang relevan.

3.20 Selain berbicara dengan para tahanan, mengamati kon-disi fisik mereka dan keseluruhan tingkah laku serta hubungan mereka dengan staf fasilitas penahanan, anggota-anggota badan kunjungan juga harus mem-perhatikan perlengkapan atau peralatan apa pun yang dapat digunakan untuk melakukan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang. Staf fasilitas penahanan harus senantiasa ditanyai mengenai alat-alat semacam itu dan para tahanan juga harus ditanyai secara terpisah dari staf.

Kondisi-Kondisi Penahanan

3.21 Meskipun kondisi-kondisi tempat penahanan akan berbeda-beda, CPT telah menetapkan sebuah daftar umum11 tentang faktor-faktor yang perlu diperhatikan

11 CPT/Inf/E (2002) 1, hlm. 8, paragraf 42.

Page 138: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

101

ketika melakukan penilaian terhadap sebuah tempat yang digunakan untuk penahanan jangka pendek:

§ Sel-sel harus bersih, dengan ukuran yang layak untuk sejumlah orang yang ditempatkan di dalam-nya, dan memiliki pencahayaan yang memadai (cukup untuk membaca, periode tidur tidak diperhitungkan) dan ventilasi; terutama, sel-sel harus memiliki pencahayaan yang alami;

§ Sel-sel harus diperlengkapi dengan perlengkapan untuk istirahat (kursi atau bangku yang kokoh), dan orang-orang yang diharuskan untuk menginap di dalam tahanan harus diberikan matras dan selimut yang bersih;

§Orang-orang yang ditahan harus diperbolehkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan alami mereka dalam kondisi-kondisi yang bersih dan layak, dan diberikan fasilitas-fasilitas mencuci yang memadai;

§Orang-orang yang ditahan harus memiliki akses yang segera terhadap air minum dan diberikan makanan pada waktu yang tepat, sedikitnya satu kali sehari;

§Mereka yang ditahan untuk periode yang diperpanjang, 24 jam atau lebih, harus diizinkan untuk melakukan olahraga di luar ruangan.

Faktor-faktor ini harus dianggap sebagai standard-stan-dard minimum. Penahanan dengan jangka waktu yang lebih lama pada umumnya harus dilakukan di dalam sebuah fasilitas yang dirancang untuk penahanan-pena-

Page 139: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

102

hanan jangka panjang, di mana standard-standard yang diharapkan jauh lebih ketat. Perampasan kebebasan di dalam kondisi-kondisi yang tidak memenuhi standard-standard ini dapat dipersamakan dengan perlakuan yang tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia yang bertentangan dengan hukum HAM inter-nasional.12

Blanchard & Others v Minister of Justice, Legal and Parliamentary Affairs & Anor,

Mahkamah Agung, Zimbabwe, 9 Juli 1999, 1999 (10) BCLR 1169 (ZS),

[2000] 1 LRC 671; (1999) 2 CHLRD 326 (Zimbabwe)

Para pemohon telah dituduh melakukan beberapa pe-langgaran serius, termasuk terorisme dan sabotase, dan ditahan di dalam sebuah penjara dengan keamanan tingkat tinggi untuk kasus-kasus tunggu sidang. Mereka mengajukan sebuah permohonan kepada Mahkamah Agung, yang menyatakan bahwa para responden telah melanggar hak konstitusional mereka untuk tidak disiksa atau diperlakukan secara tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia dengan menahan mereka secara terus-menerus di dalam sel-sel tunggal dan dikunci; memaksa mereka untuk memakai pakaian penjara; menelanjangi dan membelenggu mereka dengan pasung kaki besi setiap malam, dan menghalangi mereka untuk mendapatkan makanan dari sumber-sumber di luar penjara.

12 Peers v Greece, ECtHR, Putusan 19 April 2001; Kalashnikov v Russia, ECtHR, Putusan 15 Juli 2002.

Page 140: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

103

Pada bulan Juli 1999, Mahkamah Agung Zimbabwe mengeluarkan sebuah perintah berupa pernyataan agar sel-sel para pemohon harus dibiarkan tidak terkunci pada siang hari, agar lampu di dalam sel-sel mereka dimatikan pada waktu malam, dan oleh karena mereka adalah narapidana yang belum diputus bersalah, maka mereka (para pemohon) harus diizinkan untuk menggunakan pakaian mereka sendiri dan diberikan hak untuk menerima makanan dari luar penjara. Mahkamah mempertimbangkan jurisprudensi internasional termasuk kasus-kasus dari Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa, yakni Ireland v UK dan Koskinen v Finland dan terutama merujuk pada Peraturan Standard Minimum PBB untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana. Mahkamah mengutuk penggunaan pasung kaki dan belenggu besi oleh para petugas penjara, kecuali untuk mencegah para narapidana melarikan diri pada saat pemindahan atau untuk mengendalikan perilaku kekerasan di tengah ketiadaan metode-metode lain yang efektif. Mahkamah menyatakan bahwa meskipun orang-orang yang ditahan tidak memiliki kebebasan yang luas layaknya individu-individu yang tidak dipenjara, tetapi setiap pengekangan yang dilakukan terhadap mereka harus benar-benar dikurangi. Pengekangan-pengekangan harus sesuai dengan tujuan Negara satu-satunya, yakni mengajukan nara-pidana ke depan persidangan, dan diadili dengan standard-standard perikemanusiaan dasar terhadap orang-orang yang tidak bersalah di mata hukum ketimbang dengan standard-standard penologikal yang abstrak. Penghukuman, penjeraan dan pembalasan tidak

Page 141: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

104

sesuai dengan praduga tidak bersalah. Meskipun mungkin terdapat situasi-situasi khusus di mana diperbolehkan untuk memberikan perlakuan yang lebih berat kepada seorang narapidana yang sedang menunggu persidangan ketimbang narapidana-narapidana lain yang juga sedang menunggu persidangan, adalah tanggung jawab petugas penjara untuk menjustifikasi tindakan semacam itu. Dalam kasus ini, para responden tidak menyatakan bahwa tindakan para pemohon merupakan ancaman terhadap keamanan penjara. Menelanjangi para pemohon dan membelenggu mereka dengan pasung kaki besi, dengan demikian, sungguh tidak manusiawi. Memaksa penggunaan lampu secara terus-menerus adalah tidak logis dan dimaksudkan untuk memperburuk efek dari pengurungan dengan membuatnya setidaknyaman dan seberat mungkin, terlebih karena para pemohon ditahan dalam kurungan seorang diri. Mahkamah juga menyatakan bahwa Konstitusi Zimbabwe bertujuan untuk melindungi baik martabat dan integritas fisik dan mental individu dan perlindungan ini serupa dengan ketentuan-ketentuan Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik. Diperpanjangnya durasi perlakuan sewenang-wenang yang dialami oleh para pemohon, dan efek fisik dan mental dari perlakuan tersebut terhadap mereka, telah mencapai tingkat kekejaman minimum yang diperlukan untuk menetapkannya sebagai pelanggaran terhadap hak ini. Mahkamah juga berpendapat bahwa larangan konstitusional tentang penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang lainnya dimaksudkan untuk melindungi orang-orang dari

Page 142: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

105

tindakan-tindakan yang mengakibatkan tidak hanya penderitaan fisik tetapi juga penderitaan mental. Para responden diperintahkan untuk membayar biaya-biaya dengan skala yang lebih tinggi sebagai tanda penolakan Mahkamah terhadap perlakuan kekerasan yang secara sewenang-wenang diarahkan terhadap para pemohon.

Kehadiran di Hadapan Pejabat Judisial

3.22 Semua orang yang ditahan berhak untuk menantang penahanan yang tidak sah. Hal ini kadang-kadang dirujuk sebagai prosedur habeas corpus, yang berarti mengajukan diri ke hadapan pengadilan. Ini dapat memberikan perlindungan yang penting terhadap penyiksaan dan juga sebagai cara untuk menantang penahanan-penahanan yang sewenang-wenang – meskipun terkadang para hakim membatasi prosedur ini untuk memastikan bahwa penahanan itu sendiri sah tanpa memberikan pertimbangan yang cukup apakah kondisi-kondisi penahanan juga benar-benar sesuai dengan hukum.

3.23 Permohonan untuk menantang suatu penahanan dapat dibuat oleh tahanan atau oleh seseorang yang bertindak atas namanya. Prosedur-prosedur semacam itu harus dilakukan secara cepat dan efisien. Apabila masuk dalam kewenangan mereka untuk melakukan, para hakim juga harus menetapkan bahwa tahanan dibawa ke pengadilan secara fisik dan bahwa, selama di pengadilan tahanan boleh berkomunikasi dengan pengacaranya secara rahasia.

Page 143: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

106

3.24 Kapan pun seorang tahanan dibawa ke hadapan ha-ha-kim dari penahanan, para hakim harus terutama se-kali memperhatikan kondisi tahanan tersebut. Jika di-perlukan, para hakim harus secara teratur melakukan inspeksi visual terhadap setiap tanda luka fisik – atau memerintahkan agar inspeksi tersebut dilakukan oleh seorang dokter. Inspeksi dapat melibatkan pemeriksaan terhadap memar fisik yang mungkin tersembunyi di ba-lik pakaian. Banyak bentuk penyiksaan tidak mening-galkan bekas-bekas yang kelihatan dan bentuk-bentuk penyiksaan yang lain dilakukan dengan menggunakan metode-metode yang sulit untuk dideteksi. Para hakim juga harus, dengan demikian, waspada terhadap petun-juk-petunjuk lain, seperti kondisi fisik dan mental indi-vidu dan keseluruhan tingkah laku, perilaku polisi dan penjaga yang terlibat di dalam kasus dan sikap tahanan terhadap mereka. Para hakim harus secara aktif beru-saha menunjukkan bahwa mereka akan mempertim-bangkan tuduhan-tuduhan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang secara serius dan akan mengambil tindakan apabila diperlukan untuk melindungi mereka yang berisiko mengalami penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang.

3.25 Jika seorang tersangka tidak mengerti atau tidak dapat berbicara dalam bahasa yang digunakan di pengadilan, syarat-syarat dari persidangan yang adil mengharuskan agar orang tersebut diberikan fasilitas-fasilitas penterjemahan yang lengkap.13 Hal ini juga merupakan upaya perlindungan yang penting untuk memastikan

13 Pasal 14(3)(f) Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

Page 144: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

107

bahwa semua tindakan penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya dilaporkan.

3.26 Secara kelembagaan, mereka yang bertanggung jawab atas keamanan pengadilan dan yang bertanggung jawab untuk menjaga keamanan para tahanan pada saat mereka muncul di pengadilan harus senantiasa dipisahkan dan independen dari mereka yang menjaga para tahanan di tempat penahanan dan juga terpisah dari mereka yang melakukan penyelidikan terhadap kejahatan yang dituduhkan terhadap tersangka. Para tahanan penjara berada dalam risiko tertentu jika mereka ditahan oleh, atau dapat dikirim kembali ke penahanan oleh pihak yang berwenang. Sedangkan di pengadilan tahanan harus ditahan di tempat yang secara fisik terpisah dari tempat di mana polisi atau petugas-petugas yang terlibat di dalam penyelidikan kasus menunggu. Jika terdapat kecurigaan-kecurigaan bahwa seorang individu telah mengalami penyiksaan, atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, individu tersebut harus segera dijauhkan dari penahanan di mana para tersangka penyiksa berada.

3.27 Untuk dapat waspada terhadap tanda-tanda penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang, para hakim perlu memberikan perhatian terhadap tata ruang (lay-out) fisik dari ruang sidang mereka dengan memperhatikan beberapa hal berikut:

§Dapatkah hakim dengan jelas melihat dan mendengar tahanan setiap saat ketika tahanan berada di dalam ruang sidang, cukup untuk mendeteksi tanda-tanda luka fisik atau mental yang kelihatan?

Page 145: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

108

§Apakah tingkat pengamanan di mana tahanan sedang ditahan cukup untuk menghadang suatu bahaya nyata yang mungkin ia hadapi?

§Dapatkah tahanan berkomunikasi dengan pengacaranya secara rahasia?

§Dapatkah tahanan berkomunikasi dengan pengadilan secara bebas tanpa suatu ancaman atau intimidasi?

Bantuan Hukum

3.28 Para hakim harus memastikan bahwa semua tersangka tahu akan hak mereka untuk meminta bantuan seorang pengacara pilihan mereka. Para pembela harus dapat memperlihatkan fungsi-fungsi profesi mereka tanpa intimidasi, gangguan, usikan, atau campur tangan yang tidak patut, termasuk hak untuk berkonsultasi dengan klien-klien mereka secara bebas.14 Mereka tidak boleh disamakan dengan klien-klien mereka atau perkara-perkara klien mereka sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi-fungsi mereka. Para pembela juga tidak boleh mengalami, atau diancam dengan, penuntutan atau sanksi-sanksi administratif, ekonomi atau sanksi-sanksi lainnya untuk tindakan apa pun yang diambil sesuai dengan tugas, standard dan etika profesi mereka. Ketika keamanan para pembela terancam sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi-fungsi mereka, mereka harus

14 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 13, Pasal 14 (Sesi keduapuluh satu, 1984), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI/GEN/1/Rev.1. hlm. 14 (1994), paragraf 9; Prinsip-Prinsip Dasar tentang Peran Pengacara, Prinsip 16-18.

Page 146: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

109

dilindungi secara memadai oleh pihak-pihak yang berwenang.15

Admisibilitas Bukti

3.29 Di banyak jurisdiksi, para hakim memainkan peran penting di dalam memutuskan bukti apa saja yang harus didengarkan di persidangan utama, atau di hada-pan juri, dan bukti apa saja yang harus dipertimbang-kan tidak dapat diterima. Jelas, bukti yang diperoleh melalui penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya harus dipertimbangkan tidak dapat diterima.16 Hal ini biasanya akan diurai-kan di dalam hukum nasional – meskipun beberapa bentuk perlakuan sewenang-wenang secara fisik dan mental tidak selalu dicakup secara memadai di dalam peraturan perundang-undang nasional. Kecuali hukum tertulis menyatakan tidak ada interpretasi lain, hakim harus selalu menginterpretasikan bukti secara konsisten dengan standard-standard internasional dan praktik-praktik terbaik menyangkut penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya.

3.30 Adalah tugas pengadilan untuk memastikan bahwa bukti yang dihasilkan dapat diterima. Oleh karena itu, adalah tugas hakim untuk meyakinkan dirinya bahwa pengakuan atau bukti-bukti lain tidak diperoleh melalui penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Bahkan jika pengaduan tidak diajukan

15 Ibid.16 Kelly v Jamaica, (253/1987), 8 April 1991, Laporan Komite Hak Asasi Manusia,

(A/46/40), 1991; Conteris v Uruguay, (139/1983), 17 Juli 1985, 2 Sel. Dec. 168; Estrella v Uruguay, (74/1980), 29 Maret 1983, 2 Sel. Dec. 93.

Page 147: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

110

oleh tersangka, hakim harus siap untuk meminta agar penuntutan membuktikan melampaui keraguan yang masuk akal bahwa pengakuan diperoleh secara sukarela.

3.31 Bukti mungkin dipertimbangkan dapat diterima di dalam suatu persidangan meskipun terdapat tuduhan bahwa pengakuan tersebut diperoleh melalui cara-cara koersif – karena tidak semua klaim semacam itu dianggap benar. Dalam beberapa kasus, para hakim boleh mengadakan dengar kesaksian secara terpisah – atau “persidangan di dalam persidangan”– terhadap klaim-klaim semacam itu sebelum memutuskan apa-kah bukti ini dapat disajikan di persidangan utama. Jika persidangan dilakukan dengan sistem juri, juri mung-kin tidak diikutsertakan dalam bagian pemeriksaan semacam ini. Namun, juga terdapat kasus-kasus di mana bukti yang oleh pembela dituduh telah diperoleh melalui penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya dihadirkan di persidangan utama. Dalam kasus apa pun di mana tuduhan sema-cam itu telah dibuat, para hakim memiliki tanggung jawab khusus untuk memastikan bahwa para saksi diperiksa secara patut menyangkut tuduhan-tuduhan dan bahwa bobot yang cukup diberikan untuk hal ini pada saat pertimbangan-pertimbangan terhadap tuduhan-tuduhan tersebut dan ketika menyimpulkan kasus.

Pemeriksaan Saksi-Saksi

3.32 Perhatian khusus harus diberikan kepada setiap saksi yang tampak telah menderita atau mengalami luka-

Page 148: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

111

luka fisik atau mental selama penahanan. Luka-luka semacam itu mungkin tidak sepenuhnya merupakan akibat penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan se-wenang-wenang lainnya dan tidak semua klaim per-lakuan sewenang-wenang semacam itu dapat diper-hitungkan secara nominal (at face value). Namun, per-timbangan yang tepat harus diberikan terhadap fakta bahwa seorang saksi yang bersaksi mengenai tindakan-tindakan semacam itu boleh jadi rentan, ketakutan atau tidak terarah. Perhatian harus diberikan untuk memas-tikan bahwa saksi tidak kembali mengalami trauma se-lama proses pemeriksaan dan bahwa kualitas bukti yang diberikan saksi sedapat mungkin sedikit terpengaruh oleh kerentanan-kerentanan yang ada. Pertimbangan juga harus diberikan terhadap fakta bahwa saksi mung-kin mengalami stres post-traumatis, atau ketidakmam-puan mental yang tidak bertalian dengan perlakuan sewenang-wenang yang dituduhkan, dan bahwa hal ini mungkin mempengaruhi ingatan, kemampuan- kemampuan komunikasi, dan responsnya terhadap se-rangan yang diarahkan selama pemeriksaan.

3.33 Praktik-praktik berikut harus dipertahankan selama proses pemeriksaan dan apabila diperlukan, alasan-alasan untuk hal ini dijelaskan ke pengadilan:

§Pertanyaan-pertanyaan yang diulang. Pertanyaan-pertanyaan mungkin perlu untuk diulang atau disampaikan dengan cara lain karena beberapa orang memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyerap, memahami dan mengingat informasi.

Page 149: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

112

§Membuat pertanyaan-pertanyaan sederhana. Pertanyaan-pertanyaan harus dibuat sederhana karena beberapa orang mungkin mengalami kesulitan untuk memahami dan menjawab per-tanyaan-pertanyaan tersebut. Mereka mungkin juga memiliki kosa kata yang terbatas dan sulit untuk menjelaskan hal-hal dengan cara yang oleh orang lain mungkin mudah untuk diikuti.

§Membuat pertanyaan-pertanyaan yang tidak bersifat mengancam dan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan tidak boleh bersifat mengancam karena beberapa orang mungkin merespon pertanyaan kasar dengan serangan yang berlebihan atau dengan mencoba untuk menyenangkan si pena-nya. Pertanyaan-pertanyaan juga harus dibuat terbuka karena beberapa orang cenderung akan mengulangi informasi yang diberikan kepada mereka atau yang dikatakan oleh pewawancara.

3.34 Para hakim dan jaksa juga harus waspada terhadap penyiksaan fisik dan mental dan bentuk-bentuk per-lakuan sewenang-wenang lainnya yang mungkin dila-kukan dalam kekhususan sosial, budaya atau politik tertentu di mana saksi mungkin sulit memberikan penjelasan kepada pengadilan. Suatu tindakan yang mungkin tampak sepele atau tidak berbahaya di dalam satu konteks dapat benar-benar merendahkan martabat atau traumatis pada konteks yang lain. Sebuah komentar yang mungkin tampak benar-benar tidak berbahaya ketika diulangi dapat dengan mudah dimengerti – dan dimaksudkan untuk menjadi – sebuah ancaman

Page 150: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

113

yang menyiratkan bahaya ketika komentar itu pertama kali dibuat. Hal ini mungkin dikarenakan sensitivitas-sensitivitas budaya tertentu atau hal-hal yang tabu, seperti “kehormatan” dan “rasa malu”. Mungkin juga dikarenakan kelompok-kelompok sosial atau politik tertentu percaya bahwa polisi secara rutin bertindak de-ngan cara-cara yang oleh orang lain sangat sulit untuk dimengerti. Sebagai contoh, ancaman-ancaman dengan kata-kata sandi mungkin telah diarahkan terhadap seorang saksi, atau anggota keluarganya, oleh polisi di mana saksi mengalami kesulitan di dalam menjelaskan hal tersebut kepada pengadilan. Hakim harus secara aktif mengungkap nuansa-nuansa semacam itu apabila para pengacara gagal untuk melakukannya pada saat mereka menanyai para saksi.

3.35 Di banyak jurisdiksi, di mana seorang saksi dalam penuntutan memiliki karakter yang diragukan, terdapat kewajiban untuk mengungkapkan hal tersebut kepada pembela. Di beberapa Negara, lembaga-lembaga atau badan-badan penegak hukum boleh jadi diwajibkan untuk mengungkapkan catatan-catatan kriminal atau disipliner individu para petugas sehingga pembela dapat melakukan pemeriksaan silang terhadap mereka ketika kredibilitas mereka merupakan suatu masalah. Apabila masuk dalam wewenang mereka untuk melakukannya, para hakim harus memastikan bahwa catatan pelanggaran-pelanggaran disipliner atau tindak pidana terdahulu dari seorang aparat penegak hukum yang tampil sebagai seorang saksi dalam sebuah penuntutan diungkapkan kepada pembela. Hal ini penting terutama pada kasus di mana terdapat tuduhan

Page 151: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

114

penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang dan petugas sebelumnya telah dijatuhi sanksi disipliner atas perilaku semacam itu. Hal ini juga dapat menjadi sebuah disinsentif bagi para petugas secara individu untuk terlibat di dalam praktik-praktik semacam itu karena kredibilitas mereka sebagai saksi-saksi penuntutan dalam kasus-kasus selanjutnya akan rusak.

3.36 Ketika seorang hakim menyimpulkan, mengakhiri suatu persidangan atau menyampaikan alasan-alasannya dalam suatu kasus, adalah penting untuk memastikan bahwa pertimbangan yang cukup telah diberikan terhadap tuduhan-tuduhan penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang dan terhadap kesaksian mereka yang menuduh bahwa tindakan-tindakan semacam itu telah dilakukan. Ketika persidangan dilakukan di hadapan seorang juri, harus dijelaskan secara saksama mengapa semua bentuk penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang dilarang, tanpa bergantung pada keadaan orang yang menyatakan bahwa dirinya telah mengalami penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang, atau kejahatan yang mungkin dituduhkan terhadapnya. Hal ini penting terutama dalam kasus-kasus di mana orang yang membuat tuduhan memiliki ras, jenis kelamin, orientasi seksual, atau kebangsaan yang berbeda, memiliki keyakinan politik atau agama yang berbeda, atau berasal dari latar belakang sosial, budaya atau etnis yang berbeda dari mayoritas juri. Hal ini juga penting apabila orang yang membuat tuduhan dituduh melakukan kejahatan yang sangat serius atau kejahatan yang mengerikan.

Page 152: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

115

3.37 Di dalam masyarakat di mana suatu kelompok sosial tertentu secara umum dipandang negatif, atau di mana anggota-anggota kelompok ini diidentifikasi dengan jenis-jenis kejahatan tertentu, para juri harus menahan diri untuk mengikuti prasangka-prasangka mereka yang mendorong mereka untuk menyimpulkan bahwa korban “pantas” mengalami penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang. Sama halnya, apabila bukti lain di persidangan menunjuk pada kebersalahan seorang ter-sangka, para juri harus menahan diri untuk memper-timbangkan tuduhan-tuduhan penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lain-nya secara kurang serius – atau menyimpulkan bahwa polisi ha-nya sekedar mencoba untuk “mengangkat” kasus me-reka. Di dalam memberikan arahan hukum kepada para juri, para hakim harus senantiasa menunjukkan bahwa penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya tidak dapat diterima secara menye-luruh dalam segala situasi.

3.38 Para hakim juga harus memerintahkan juri untuk mem-berikan pertimbangan yang tepat terhadap faktor-faktor “budaya” ketika menerapkan “akal sehat” mereka pada tuduhan-tuduhan semacam itu. Sementara tidak mene-rapkan stereotype-stereotype yang merugikan kelompok-kelompok tertentu – atau secara instinktif menemukan beberapa bukti yang lebih kredibel ketimbang bukti-bukti yang lain – para juri harus dipandu untuk men-coba memahami dampak yang mungkin ditimbulkan oleh berbagai bentuk perlakuan sewenang-wenang baik secara fisik dan mental terhadap seorang korban hanya karena latar belakangnya berbeda dengan mereka.

Page 153: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

116

Kewajiban untuk Melindungi di dalam Kasus-Kasus Pengusiran (Explusion)

3.39 Para hakim mungkin juga, sesekali, diharuskan untuk membuat putusan-putusan mengenai pengiriman atau pengembalian seorang individu ke suatu situasi di mana ia menghadapi risiko yang nyata untuk disiksa. Hal ini mungkin timbul, misalnya, karena suatu permohonan ekstradisi atau suatu keberatan terhadap putusan mengenai deportasi yang akan segera dilakukan.

3.40 Hak seseorang untuk tidak dikirim ke suatu Negara di mana terdapat alasan-alasan yang substansial untuk dipercaya bahwa ia akan menghadapi risiko yang nyata untuk mengalami perlakuan yang dapat dipersamakan dengan penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia juga ditetapkan dalam hukum HAM. Hak ini berlaku bagi semua orang dan setiap saat. Hak ini dipertimbangkan membentuk sebagian dari hak untuk dilindungi dari tindakan-tindakan penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang yang dilarang lainnya yang termuat dalam Kovenan Inter-nasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik tahun 1966, Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa tahun 1950, Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika tahun 1978, Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Rakyat tahun 198, Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia

Page 154: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

117

tahun 1984 dan Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia tahun 1987.

3.41 Komite Hak Asasi Manusia dan Mahkamah Eropa telah menetapkan bahwa membiarkan seseorang berhadapan dengan “risiko yang nyata” untuk mengalami perlakuan tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia akan melanggar haknya atas perlindungan terhadap tindakan-tindakan semacam itu.17 Komite Hak Asasi Manusia menetapkan bahwa “Negara-Negara Pihak tidak boleh membiarkan individu-individu berhadapan dengan bahaya penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia pada saat pengemba-lian ke suatu Negara dengan cara ekstradisi, pengusiran atau refoulement.”18 Mahkamah Eropa menetapkan bahwa larangan yang absolut terhadap penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya berlaku tanpa mempedulikan tingkah laku korban dan tidak dapat dikesampingkan oleh kepentingan nasional Negara atau pada saat berhadapan dengan tersangka

17 Soering v UK, 1989, ECtHR, Seri-Seri A, No. 161. Lihat juga Cruz Varas v Sweden, 1991, ECtHR Seri-Seri A No. 201, Vilvarajah v UK, 1991, ECtHR Seri-Seri A, No. 215, H.L.R. v France, 1997, EtCHR Seri-Seri A, D v UK, 1997, Putusan 2 Mei, Jabari v UK, 2000, Putusan 11 November. Keputusan Komite Hak Asasi Manusia tentang komunikasi Ng v Canada, (469/1991), Laporan Komite Hak Asasi Manusia, Volume II, GAOR, Sesi ke-49, Tambahan No. 40 (1994), Lampiran IX CC; dan Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 2, Pedoman-Pedoman Pelaporan (Sesi ketigabelas, 1981), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI/GEN/1/Rev.1. hlm. 3 (1994), paragraf 3.

18 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 9.

Page 155: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

118

teroris.19 Bahkan apabila bahaya berasal dari kelompok-kelompok privat, seperti pemberontak-pemberontak bersenjata atau para kriminal, apabila Negara yang bersangkutan tidak mampu (unable) atau tidak mau (unwilling) melindungi individu dari perlakuan sema-cam itu, maka ketidakmampuan negara tersebut akan dipertimbangkan sebagai sebuah pelanggaran.20 Dalam situasi-situasi luar biasa, Mahkamah Eropa juga telah menetapkan bahwa ketiadaan fasilitas-fasilitas medis yang memadai di dalam Negara di mana seseorang terancam untuk dikembalikan dapat dipertimbangkan sebagai pelanggaran terhadap Pasal 3.21 Komite Menentang Penyiksaan juga telah meminta Negara-Negara Pihak pada Konvensi untuk tidak mengusir seseorang yang dapat memperlihatkan “risiko yang nyata dan pribadi” akan mengalami perlakuan semacam itu.22 Komite telah menekankan bahwa perlindungan ini absolut, “tanpa mempedulikan apakah individu yang bersangkutan telah melakukan kejahatan-kejahatan dan keseriusan kejahatan-kejahatan tersebut.”23

3.42 Konvensi yang Terkait dengan Status Pengungsi tahun 1951 dan Protokol tahun 1967 menetapkan ketentuan-ketentuan khusus bagi para pengungsi dan prinsip-prinsip ini juga harus ditegakkan oleh pengadilan-pengadilan domestik. Unsur terpenting

19 Chahal v UK, ECtHR, 1996, Putusan 15 November.20 Ahmed v Austria, ECtHR, Putusan 17 Desember 1996; H.L.R. v France, ECtHR,

Putusan 29 April 1997.21 D. v UK, ECtHR, Putusan 2 Mei 1997.22 Lihat sebagai contoh: Laporan-laporan Komite Menentang Penyiksaan, Mutambo

v Switzerland (13/1993) GAOR, Tambahan No. 44 Sesi ke-49 (1994) Khan v Canada (15/1994), GAOR, Tambahan No. 44 Sesi ke-50 (1995).

23 Ibid.

Page 156: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

119

dari status pengungsi dan suaka adalah perlindungan terhadap pengembalian ke suatu Negara di mana seseorang memiliki alasan untuk takut akan persekusi. Perlindungan ini telah terlukis di dalam prinsip non-refoulement – hak seseorang untuk tidak dikembalikan ke suatu Negara di mana hidup atau kebebasannya akan terancam – yang diterima secara luas oleh Negara-Negara. Prinsip non-refoulement telah dimuat dalam sejumlah instrumen internasional mengenai pengungsi, baik di tingkat internasional maupun regional.

3.43 Konvensi yang Terkait dengan Status Pengungsi menetapkan, dalam Pasal 33(1), bahwa: “Tidak ada Negara Pihak dapat mengusir atau mengembalikan (“refouler”) pengungsi dengan cara apa pun ke perbatasan wilayah-wilayah di mana hidup atau kebebasannya akan terancam karena ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu atau opini politiknya.” Prinsip non-refoulement merupakan salah satu pasal pokok dari Konvensi tahun 1951. Prinsip ini juga merupakan sebuah kewajiban di bawah Protokol pada Konvensi tahun 1967. Tidak seperti banyak ketentuan lain di dalam Konvensi, penerapan prinsip non-refoulement tidak bergantung pada apakah tempat tinggal seorang pengungsi di dalam wilayah suatu Negara Pihak sah menurut hukum. Prinsip ini juga berlaku tanpa mempedulikan apakah orang yang bersangkutan telah secara resmi diakui sebagai seorang pengungsi – jika status ini belum ditetapkan. Oleh karena penerimaannya yang luas di tingkat universal, prinsip non-refoulement semakin dipertimbangkan sebagai sebuah prinsip umum atau hukum kebiasaan internasional, dan bahkan jus cogens, dan mengikat pada

Page 157: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

120

semua Negara. Oleh karena itu, pemerintah tidak boleh mengusir seseorang dalam situasi-situasi semacam ini.

Page 158: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

121

Isi

Merespon Tuduhan-Tuduhan PenyiksaanPrinsip-Prinsip yang Mengatur MengenaiPenyelidikanBukti MedisMelakukan Wawancara-WawancaraMewawancarai Korban-Korban PenyiksaanMewawancarai Korban-Korban Kekerasan SeksualMewawancarai Anak-AnakMewawancarai TersangkaMengidentifikasi Saksi-Saksi LainMasalah-Masalah Perlindungan Saksi

4 Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan atas Tindakan-Tindakan Penyiksaan

128130

139142145153154155157158

Page 159: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 160: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

123

4.1 Bab ini menjelaskan bagaimana para jaksa penuntut harus melakukan penyelidikan dan penyidikan atas tindakan-tindakan penyiksaan. Bab ini membahas ba-gaimana para jaksa penuntut harus merespon tuduhan-tuduhan dan mengumpulkan bukti. Juga memberikan masukan tentang bagaimana mewawancarai para kor-ban, saksi dan tersangka dan melindungi para saksi selama penyelidikan dan persidangan.

4.2 Tanggung jawab untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan semacam itu secara tegas ditetapkan di dalam hukum internasional. Konvensi Menentang Penyiksaan mewajibkan Negara-Negara Pihak untuk atas inisiatif mereka sendiri melakukan penyelidikan-penyelidikan terhadap penyiksaan, bahkan jika belum terdapat pengaduan resmi, dan untuk memberikan hak untuk mengadu bagi para individu, agar pengaduan-pengaduan mereka diselidiki dan untuk memberikan perlindungan kepada mereka dari setiap ancaman sebagai akibat dari pengaduan-pengaduan tersebut atau perlakuan sewenang-wenang.1 Kewajiban-kewajiban yang sama berlaku dalam kaitan dengan perlakuan atau

1 Pasal 12 dan 13, Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia.

4 Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan atas Tindakan-Tindakan Penyiksaan

Page 161: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

124

penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.2

4.3 Komite Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa hak untuk menyampaikan pengaduan-pengaduan ter-hadap penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya harus diakui dalam hukum domestik. Pengaduan-pengaduan harus diselidiki secara cepat dan imparsial oleh pihak-pihak yang berwenang. Negara-Negara juga harus meminta pertanggungjawaban dari mereka yang melakukan tindakan-tindakan semacam itu, baik keterlibatan mereka hanya dengan “mendorong, memerintahkan, membiarkan atau melakukan” tindakan-tindakan ter-sebut.3 Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa telah me-mutuskan bahwa Negara-Negara berkewajiban untuk menyelidiki semua “klaim-klaim yang dapat dibantah” mengenai penyiksaan dan bahwa hal ini secara implisit terdapat di dalam gagasan mengenai hak atas upaya penyelesaian yang efektif dan hak untuk dilindungi dari tindakan-tindakan penyiksaan.4 Mahkamah telah menyatakan bahwa “apabila seorang individu dibawa ke penahanan polisi dalam keadaan sehat tetapi ditemukan mengalami luka-luka pada saat dilepaskan, adalah kewajiban Negara untuk memberikan pen-jelasan yang masuk akal mengenai penyebab luka-luka tersebut.”5 Apabila seorang individu memberikan

2 Pasal 16, ibid.3 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 13 dan 14.4 Assenov and others v Bulgaria ECtHR, Putusan 28 Oktober 1998; Aksoy v Turkey

ECtHR, Putusan 18 Desember 1996.5 Ribitsch v Austria, ECtHR, Putusan 4 Desember 1995; Aksoy v Turkey ECtHR,

Putusan 18 Desember 1996; Assenov and others v Bulgaria ECtHR, 28 Oktober 1998, Kurt v Turkey ECtHR, Putusan 25 Mei 1998, Çakici v Turkey, ECtHR, Putusan tanggal 8 Juli 1999, Akdeniz and others v Turkey, ECtHR, Putusan 31 Mei 2001.

Page 162: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

125

pernyatan yang dapat dibantah bahwa ia telah secara serius diperlakukan secara sewenang-wenang oleh agen-agen Negara, maka pihak-pihak yang berwenang berkewajiban untuk melakukan penyelidikan resmi yang efektif dan independen – termasuk mengambil pernyataan-pernyataan saksi dan mengumpulkan bukti forensik – yang dapat mengarah pada identifikasi dan penghukuman terhadap mereka yang bertanggung jawab.6 Tanpa adanya kewajiban semacam itu untuk menyelidiki, Mahkamah mencatat bahwa “larangan hukum yang bersifat umum terhadap penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia, kendati memiliki arti penting yang fundamental, akan menjadi tidak efektif dalam praktiknya dan agen-agen Negara dalam beberapa kasus mungkin akan menyalahgunakan hak orang-orang yang berada dalam kekuasaan mereka dengan impunitas yang sebenarnya.”7 Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika dengan cara yang sama juga telah menemukan bahwa kegagalan untuk melakukan penyelidikan adalah pelanggaran terhadap hak untuk dilindungi dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi.8

4.4 Pelapor Khusus untuk Penyiksaan telah menyatakan bahwa “pada saat seorang tahanan atau kerabat atau pengacara mengajukan pengaduan bahwa telah terjadi penyiksaan, penyelidikan harus senantiasa dilakukan…

6 Ibid.; lihat juga Sevtap Veznedaroglu v Turkey, ECtHR, Putusan 11 April 2000; Kelly and Others v UK, ECtHR, Putusan 4 Mei 2001.

7 Ibid.; lihat juga Selmouni v France, ECtHR Putusan 28 Juli 1999.8 Kasus Velásquez Rodríguez, Putusan 29 Juli 1988, Seri-Seri C Mahkamah Hak

Asasi Manusia Inter-Amerika, No. 4

Page 163: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

126

Pengaduan-pengaduan mengenai penyiksaan harus ditangani secara cepat dan harus diselidiki oleh seorang pejabat yang independen yang tidak memiliki hubungan dengan pejabat yang sedang melakukan penyelidikan atau penuntutan terhadap kasus melawan korban.”9

Case No. 0002.00.049085 9-00, Vara 19, Forum Criminal de São Paulo, 15 Agustus 2002 (Brazil)

Dua orang laki-laki ditangkap pada tanggal 10 Januari 2000 dan dituduh membawa senjata-senjata ilegal. Mereka dibawa ke Jardim Ranieri, sebuah basis polisi militer yang baru dibuka di kota São Paulo di mana mereka juga ditanyai mengenai sebuah perampokan yang menewaskan seorang penjaga keamanan. Penjaga keamanan tersebut juga seorang perwira polisi, yang telah bekerja untuk sebuah perusahaan privat ketika ia tidak bertugas. Para perwira polisi yang sedang menyelidiki pembunuhan tersebut telah menerima informasi bahwa kedua orang laki-laki yang ditangkap tersebut telah terlibat di dalam perampokan. Mereka kemudian menanyai kedua orang laki-laki tersebut untuk memperoleh pernyataan bersalah, atau untuk mendapatkan nama-nama mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan rekan mereka. Para korban menyatakan bahwa ketika mereka ditahan di Jardim Ranieri, mereka mengalami penyiksaan yang berulang. Mereka mengatakan bahwa mereka dipukul dan ditendang dan dibuat mati lemas di mana

9 Laporan Pelapor Khusus untuk Penyiksaan, UN Doc.A/56/156, Juli 2001, paragraf 39(d).

Page 164: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

127

kepala mereka ditutup dengan kantong plastik. Salah satu dari mereka juga disetrum listrik, dengan cara menyambungkan sebuah kawat listrik ke jari manisnya berulang kali. Ia akhirnya harus kehilangan jari tangan-nya. Laporan-laporan medis menunjukkan bahwa luka-luka yang dialami oleh laki-laki tersebut cocok dengan cerita mereka bahwa mereka telah disiksa. Sebagai akibat dari penyiksaan ini para korban menyebutkan nama seorang laki-laki ‘Pezinho’, dan mengatakan bahwa ia telah terlibat di dalam perampokan di mana seorang petugas keamanan telah terbunuh. ‘Pezinho’ dibawa ke kantor polisi di Jardim Ranieri, tanpa ditangkap secara resmi. Ia kemudian menyebutkan nama seorang laki-laki lain, ‘Alemão’, yang dinyatakan telah secara langsung melakukan pembunuhan. ‘Alemão’ kemudian ditembak mati oleh polisi ‘karena melakukan perlawanan ketika ditangkap’. Fakta-fakta dari kasus ini menjadi jelas ketika Gubernur São Paulo diminta untuk melantik perwira polisi baru di Jardim Ranieri pada kisaran waktu yang ber-samaan. Setelah mendengar kabar angin mengenai apa yang telah terjadi ia memerintahkan sebuah penyelidikan yang penuh , yang berakhir pada sebuah penuntutan terhadap para perwira polisi yang bertanggung jawab. Dua orang perwira polisi dihukum karena melakukan penyiksaan secara langsung – dan menerima hukuman delapan dan sembilan tahun penjara secara berturut-turut. Yang ketiga, Kepala Polisi di kantor tersebut, dihukum karena gagal untuk melakukan pencegahan atau menyelidiki kejahatan tersebut dan karena itu ia mendapatkan hukuman dua tahun penjara.

Page 165: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

128

Hakim menguraikan bahwa ia telah gagal menjalankan tugasnya untuk menyelidiki tindakan-tindakan anak buahnya di mana ia seharusnya tahu bahwa terdapat sejumlah ketidakberesan di dalam kasus tersebut. Kedua orang perwira polisi yang dijatuhi hukuman karena melakukan penyiksaan juga dilarang untuk memegang fungsi-fungsi publik untuk periode-periode setelah mereka menyelesaikan masa hukuman mereka.

Merespon Tuduhan-Tuduhan Penyiksaan

4.5 Jika seorang tahanan atau kerabat atau pengacara mengajukan pengaduan bahwa telah terjadi suatu penyiksaan, maka penyelidikan harus selalu dilakukan dengan segera. Dalam semua kasus kematian yang terjadi di dalam penahanan atau segera setelah orang yang bersangkutan dilepaskan, sebuah penyelidikan harus dilakukan oleh pejabat-pejabat judisial atau pejabat-pejabat lain yang imparsial.

4.6 Proses untuk mendaftarkan sebuah pengaduan harus secara langsung dan, pada dasarnya, bersifat rahasia. Keberadaan mekanisme-mekanisme pengaduan harus dipublikasikan secara luas dan orang-orang didorong untuk melaporkan semua tindakan penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Apabila perlu mengisi sebuah formulir untuk membuat sebuah pengaduan, maka formulir-formulir ini harus tersedia secara luas dan dalam semua bahasa utama yang umumnya digunakan. Haruslah dimungkinkan

Page 166: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

129

untuk menyampaikan pengaduan-pengaduan kepada badan terkait dalam sebuah amplop yang disegel sehingga pengaduan-pengaduan tersebut tidak da-pat dibaca oleh para staf penahanan yang memiliki hubungan dengan si pengadu. Badan yang menerima pengaduan harus segera memberikan jawaban atas pengaduan yang telah diterimanya. Apabila kasus yang diadukan sedang terjadi, dan seorang individu berada dalam risiko, “badan” tersebut harus bertindak dengan segera. Dalam semua kasus, harus terdapat batasan waktu atau sasaran yang jelas untuk menyelidiki dan menjawab pengaduan-pengaduan. Para korban dan kuasa hukum mereka harus memiliki akses terhadap informasi yang relevan dengan penyelidikan.

4.7 Para korban dan saksi harus dilindungi selama dan setelah penyelidikan. Mereka yang terlibat di dalam penyelidikan harus diberhentikan dari posisi pengawasan atau kekuasaan apa pun, baik langsung atau tidak langsung, terhadap para pengadu, saksi dan keluarga mereka, dan juga mereka yang melakukan penyelidikan. Kecuali jika tuduhan secara nyata terbukti, pejabat-pejabat publik yang terlibat harus ditangguhkan dari tugas-tugas mereka sambil menunggu hasil penyelidikan dan proses pemeriksaan hukum atau disipliner selanjutnya. Dalam kasus-kasus di mana tahanan berada dalam risiko, mereka harus dipindahkan ke fasilitas penahanan yang lain di mana langkah-langkah khusus untuk menjamin keamanan mereka dapat diambil. Apabila sesuai, para korban dan saksi tindakan-tindakan penyiksaan harus ditempat-kan di dalam program-program perlindungan saksi.

Page 167: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

130

Program-program perlindungan saksi harus terbuka bagi semua korban dan saksi tindakan-tindakan penyiksaan, tanpa memperhatikan apakah mereka memiliki catatan-catatan pidana.

Prinsip-Prinsip yang Mengatur Mengenai Penyelidikan

4.8 Penyelidikan dan penyidikan dapat dilakukan oleh Jaksa Penuntut, Hakim, Institusi Hak Asasi Manusia Nasional (seperti Ombudsman dan Komisi-Komisi Hak Asasi Manusia di beberapa Negara) atau Inspektorat, tergantung pada sifat dari sistem hukum Negara yang bersangkutan. Beberapa Negara boleh jadi juga mengembangkan “unit-unit penyelidikan penyiksaan” yang khusus dalam sebuah institusi tertentu – seperti Kantor Kejaksaan Agung.

4.9 Penyelidikan-penyelidikan juga dapat dilakukan se-cara internal berupa penyelidikan-penyelidikan internal oleh kepolisian atau badan-badan penegak hukum lainnya dengan maksud untuk menetapkan sanksi-sanksi disipliner yang dimungkinkan atau penyerahan kepada pejabat-pejabat penuntutan; penyelidikan-penyelidikan judisial atau pemeriksaan-pemeriksaan koroner terhadap kematian, komisi-komisi penyelidikan judisial terhadap suatu pola kekerasan atau insiden pokok tertentu; badan-badan penyelidikan pengaduan khusus yang bertanggung jawab untuk secara langsung menyelidiki pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh polisi atau mengawasi penyelidikan-penyelidikan

Page 168: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

131

internal. Apabila temuan-temuan mengungkapkan bukti prima facie dari suatu kejahatan, maka sebuah penyelidikan pidana harus selalu dilakukan.

4.10 Jaksa penuntut dan hakim yang terlibat di dalam melakukan penyelidikan-penyelidikan harus, jika mungkin, menjamin penghormatan terhadap prinsip-prinsip berikut:

§Penyelidikan-penyelidikan harus dilakukan oleh pakar-pakar yang kompeten, berkualitas dan imparsial, yang independen dari para tersangka pelaku dan badan (institusi) tempat mereka bertugas.

§Para penyelidik harus memiliki akses terhadap semua informasi penting, sumber-sumber bud-geter (keuangan) dan fasilitas-fasilitas teknis untuk menyelidiki semua aspek pengaduan secara penuh.

§Para penyelidik harus memiliki akses yang tak terbatas ke tempat-tempat penahanan, dokumen-dokumen dan orang-orang. Badan penyelidik harus berhak untuk mengeluarkan surat-surat pemanggilan kepada para saksi, untuk meminta penyerahan bukti-bukti dan untuk menggunakan semua perintah operasional yang relevan dan materi-materi briefing yang terkait. Temuan-temuan dari semua penyelidikan harus dibuat dipublikasikan.

4.11 Bahkan apabila sebuah pengaduan mengenai pe-nyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang tidak dikuatkan oleh suatu penyelidikan, adalah penting untuk memastikan bahwa penyelidikan tersebut telah

Page 169: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

132

dilakukan dengan baik dan dapat dinyatakan telah dilakukan dengan baik. Segera setelah penyelidikan selesai, sebuah keputusan yang beralasan secara tertulis yang menguraikan bukti dan juga temuan harus diberikan kepada pengadu. Jejak audit harus disusun dengan jelas, yang menggambarkan bahwa sebuah penyelidikan yang tegas, imparsial, cepat dan efisien telah berlangsung dan mengapa penyelidik sampai pada kesimpulan-kesimpulan tertentu. Pelaksanaan dari setiap penyelidikan juga harus ditinjau secara rutin dan temuan-temuan direkam sehingga praktik-praktik terbaik dapat diidentifikasi dan “proses pembelajaran” (lesson learned) dapat membantu meningkatkan kualitas penyelidikan-penyelidikan di masa depan.

4.12 Penyelidikan-penyelidikan harus menjelaskan fakta-fakta tentang tuduhan-tuduhan penyiksaan, meng-identifikasi pola-pola apa pun yang terkait dengan praktik-praktik ini dan merekomendasikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah keberulangan dari praktik-praktik tersebut. Penyelidikan harus bertujuan untuk mengidentifikasi tidak hanya mereka yang bertanggung jawab atas penyiksaan atau per-lakuan sewenang-wenang, tetapi juga mereka yang bertanggung jawab atas pengawasan terhadap tahanan ketika praktik-praktik semacam itu terjadi, dan juga mereka yang bertanggung jawab atas pengawasan dan manajemen para staf, dan pola-pola penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang apa pun yang mungkin diidentifikasi.

4.13 Tujuan dari penyelidikan tersebut adalah untuk mengungkap kebenaran mengenai sebuah tuduhan.

Page 170: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

133

Jika terdapat substansi pada tuduhan tersebut maka penyelidikan-penyelidikan juga harus mengumpulkan bukti-bukti untuk tiga tujuan yang berbeda:

§Tindakan disipliner terhadap mereka yang bertanggung jawab;

§Penuntutan pidana terhadap mereka yang bertanggung jawab;

§Kompensasi bagi korban dan reparasi dan ganti rugi penuh dari Negara.

4.14 Standard pembuktian mungkin berbeda untuk masing-

masing tujuan di atas dan – bahkan jika standard pembuktian tersebut telah dilakukan secara cepat dan efisien – sebagian besar waktu mungkin berlalu di antara fase-fase penyelidikan yang berbeda. Adalah penting bahwa bukti yang dikumpulkan memiliki kualitas yang cukup untuk digunakan pada semua tujuan di atas dan dapat digunakan untuk menguatkan atau membantah tuduhan-tuduhan apa pun sesuai dengan standard yang ditetapkan.

4.15 Salah satu aspek terpenting dari penyelidikan atas kemungkinan kasus-kasus penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya adalah pencatatan yang sistematis mengenai alasan-alasan dan keputusan-keputusan mengapa berbagai jalur penyelidikan diikuti, atau mengapa jalur-jalur ter-sebut tidak diikuti. Pencatatan yang rinci terhadap keputusan-keputusan dan alasan-alasan semacam itu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil harus dapat dipastikan. Semua tindakan yang dilakukan

Page 171: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

134

dan informasi yang diterima juga harus dicatat secara akurat.

4.16 Berikut adalah daftar pokok bagi para penyelidik:

§ Semua insiden harus diselidiki sebagai kejahatan-kejahatan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang yang potensial sampai dibuktikan se-baliknya;

§Penyelidikan harus direncanakan dan dirancang untuk memastikan bahwa semua informasi yang diterima ditindaklanjuti dan bahwa penyelidikan-penyelidikan segera dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan fakta-fakta secara cepat dan akurat;

§Keadaan-keadaan harus diselidiki secara menye-luruh dan imparsial. Semua informasi harus dicatat dan didokumentasikan untuk memastikan bahwa kualitas-kualitas bukti terbaik dapat disajikan di hadapan pengadilan atau mahkamah;

§ Semua pihak harus diberikan informasi yang memadai, sementara kehatian-hatian dilakukan tidak untuk menghalangi perkembangan penye-lidikan;

§Para korban dan saksi harus dilindungi dengan baik selama penyelidikan dan setiap upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa mereka yang terlibat tidak dapat menghalangi atau merusak penyelidikan;

§Para korban penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang harus ditangani secara sensitif setiap saat dan diberikan bantuan yang sesuai. Perhatian

Page 172: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

135

harus diberikan agar mereka tidak kembali trauma pada saat penyelidikan;

§Apabila penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang telah berakibat pada kematian, perhatian serupa harus ditunjukkan kepada kerabat, pasangan dan keluarga terdekat;

§Penyelidikan harus benar-benar memperhatikan orang-orang yang rentan yang terlibat di dalamnya;

§Penyelidikan juga harus sensitif terhadap faktor -faktor seperti ras, jenis kelamin, orientasi seks-ual dan kebangsaan, keyakinan politik atau keagamaan, dan latar belakang sosial, budaya atau etnis dari tersangka pelaku atau korban.

4.17 Penyelidikan atas tindakan-tindakan penyiksaan harus mengikuti prinsip-prinsip yang sama seperti penyelidikan atas kejahatan serius lainnya. Perbedaan pokoknya adalah bahwa kejahatan penyiksaan yang dituduhkan mungkin telah dilakukan oleh pejabat-pejabat penegak hukum, atau pejabat-pejabat Negara lainnya, yang membuatnya lebih sulit untuk ditangani ketimbang bentuk-bentuk kriminalitas lainnya. Keja-hatan-kejahatan penyiksaan juga sering dilakukan di tempat-tempat yang tertutup dari dunia luar, tanpa saksi-saksi yang independen. Bukti dapat dihancurkan atau disembunyikan dan mungkin terdapat budaya bungkam oleh pejabat-pejabat penegak hukum atau pejabat-pejabat Negara yang menjadi tersangka. Para korban dan saksi juga mungkin diintimidasi untuk tetap diam.

Page 173: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

136

4.18 Penyelidikan-penyelidikan pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh, merekam, menyaring dan menginterpretasikan bukti-bukti yang dikumpulkan. Pengumpulan, pemeliharaan dan penyusunan materi ini adalah tugas penyelidik. Sementara tugas pengadilan adalah untuk menimbang nilai pembuktian dari materi ini. Dalam semua penyelidikan adalah sangat penting untuk:

§mengidentifikasi “lokasi kejahatan”;§menjaga “lokasi kejahatan”;§mengamankan “lokasi kejahatan”.

Sebagian besar penyiksaan terjadi di tempat-tempat di mana orang-orang ditahan dalam pelbagai bentuk penahanan. Jadi menjaga bukti fisik atau memiliki akses yang tak terbatas ke lokasi kejahatan mungkin sulit dilakukan. Para penyelidik harus diberikan kewenangan untuk memperoleh akses semacam itu ke tempat atau lokasi manapun, dan dapat mengamankan posisi letak di mana penyiksaan mungkin dilakukan. Sebaliknya, penyelidikan berisiko dikompromikan melalui pemindahan exhibit, pemusnahan bukti, hilangnya bukti atau penambahan bukti.

4.19 Para penyelidik harus mendokumentasikan rantai penyelidikan (chain of custody) yang terlibat di dalam menemukan dan menjaga bukti fisik dalam rangka menggunakan bukti tersebut di proses hukum di masa depan, termasuk penuntutan pidana yang potensial. Penyelidik harus mencari keberadaan atau ketiadaan unsur-unsur yang menguatkan atau membantah

Page 174: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

137

tuduhan, dan bukti apa pun mengenai pola dari praktik-praktik semacam itu.

4.20 Para penyelidik harus patuh pada hukum dan aturan domestik, termasuk praduga tidak bersalah, dan memberikan peringatan-peringatan, jika sesuai, kepada mereka yang sedang diselidiki. Para penyelidik juga harus tetap berpikiran terbuka, sabar, mendengarkan apa yang mereka sampaikan dan menunjukkan kebijaksanaan dan sensitivitas, khususnya ketika berhadapan dengan korban-korban penyiksaan.

4.21 Berikut adalah daftar untuk penyelidikan “lokasi kejahatan” penyiksaan:

§Bangunan atau lokasi apa pun di bawah penyelidikan harus ditutup agar tidak akan kehilangan bukti apa pun. Hanya para penyelidik dan staf mereka yang dapat diperbolehkan untuk memasuki lokasi segera setelah lokasi tersebut ditetapkan berada di bawah penyelidikan;

§Bukti-bukti materi harus dikumpulkan dengan baik, ditangani, dibungkus, diberi tanda dan ditempatkan di penyimpanan yang aman untuk mencegah kontaminasi dan rusak atau hilangnya bukti-bukti. Apabila penyiksaan yang dituduhkan baru saja berlangsung, maka bukti yang sangat relevan untuk dikumpulkan adalah contoh-contoh cairan tubuh yang ditemukan (seperti darah atau sperma), rambut, serat dan jaringan. Bukti-bukti tersebut harus dikumpulkan, diberi tanda dan diamankan dengan baik;

§Alat-alat yang dapat berpotensi digunakan untuk melakukan penyiksaan harus diambil dan diamankan;

Page 175: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

138

§ Jika cukup baru untuk menjadi relevan, sidik jari apa pun yang ditemukan, harus diambil dan diamankan;

§ Sketsa tempat-tempat atau lokasi-lokasi yang ditandai di mana tempat-tempat atau lokasi tersebut telah dituduh (diduga) sebagai tempat dilakukannya penyiksaan harus dibuat dengan skala, menunjukkan semua detil yang relevan, seperti lokasi lantai-lantai yang berbeda di dalam bangunan, ruang-ruang yang berbeda, pintu-pintu masuk, jendela-jendela, perabotan, tanah lapang di sekeliling, dsb;

§ Foto-foto harus diambil di lokasi kejahatan dengan kamera polaroid, apabila itu tersedia, sehingga detil-detil yang relevan dapat ditandai atau disoroti pada saat inspeksi;

§ Foto-foto juga harus diambil di lokasi kejahatan dengan kamera standard sehingga gambar negatif dapat disimpan dan digandakan dan foto-foto ini dapat digunakan di dalam pembuktian selanjutnya;

§ Foto luka-luka yang dialami harus diambil, berwarna, dan menggunakan garisan dan grafik berwarna untuk menunjukkan ukuran dan kekejaman dari luka-luka ini;

§ Identitas semua orang yang berada di lokasi penyiksaan harus dicatat, termasuk nama lengkap, alamat dan nomor telepon atau informasi lainnya;

§ Semua pakaian orang yang menuduh telah terjadi penyiksaan harus diambil, dan diuji di laboratorium, dan jika tersedia, cairan-cairan tubuh dan bukti fisik lainnya;

Page 176: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

139

§ Semua pakaian orang-orang yang dituduh bertanggung jawab melakukan penyiksaan juga harus diambil untuk pemeriksaan forensik;

§ Surat-surat, catatan-catatan atau dokumen-dokumen apa pun yang relevan harus disimpan untuk pembuktian dan melakukan analisa tulisan tangan.

Bukti Medis

4.22 Bukti medis adalah bukti yang vital untuk sebagian besar penyelidikan atas tindakan penyiksaan. Penyik-saan sering tidak meninggalkan jejak-jejak fisik atau tanda-tanda fisik jangka panjang. Dan sebaliknya, tidak semua tanda-tanda atau luka-luka yang dialami oleh tahanan merupakan akibat penyiksaan; tanda-tanda atau luka-luka tersebut mungkin disebabkan oleh hal-hal lain. Namun demikian, bukti medis dapat menunjukkan bahwa luka-luka atau pola-pola perilaku yang ditemukan pada korban sesuai dengan penyik-saan yang digambarkan atau dituduhkan. Teknik-teknik media yang canggih sering kali dapat mendeteksi jaringan halus atau trauma saraf yang mungkin tidak tampak dengan mata telanjang. Pemeriksa forensik medis yang kompeten bahkan juga dapat mendeteksi tanda-tanda luka minor jika ia sejak permulaan memiliki akses terhadap orang yang telah disiksa atau diperlakukan secara sewenang-wenang.

Page 177: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

140

4.23 Penyiksaan pada umumnya meninggalkan trauma psikologis dan bukti dari trauma ini juga dapat diambil. Gejala-gejala psikologis penyiksaan sering kali subjektif dan terkait dengan pola-pola perilaku yang berubah atau bukti tekanan jiwa yang dapat memiliki alasan yang beragam. Namun, penilaian psikologis harus dicoba apabila hal ini praktis untuk dilakukan. Apabila terdapat kombinasi bukti fisik dan psikologis yang sesuai dengan tuduhan, hal ini akan memperkuat keseluruhan nilai bukti medis.

4.24 Apabila pemeriksaan-pemeriksaan medis dilakukan ketika tiba di tempat penahanan, akan sangat berguna untuk meminta laporan medis dari pemeriksaan pertama dan semua laporan medis selanjutnya. Para dokter dan petugas medis lainnya juga harus diwawancara mengenai keadaan-keadaan di mana mereka melakukan pemeriksaan-pemeriksaan mereka. Sebagai contoh:

§Apakah mereka dapat melakukan pemeriksaan yang independen?

§Apakah ada orang yang hadir pada saat pemeriksaan?

§Apakah mereka mengeluarkan laporan medis?§Apa yang disampaikan dalam laporan tersebut?§Apakah korban memiliki tanda-tanda luka yang

nyata pada saat itu?§Apakah terdapat usaha untuk campur tangan di

dalam laporan medis atau apakah dokter ditekan untuk mengubah temuan-temuan mereka dengan cara apa pun?

Page 178: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

141

4.25 Di banyak Negara, pemeriksaan-pemeriksaan terapi dan forensik dilakukan oleh ahli-ahli kesehatan yang sama. Salah satu kesulitan dari pemeriksaan-pemeriksaan terapi medis, yang lebih terkait dengan pengobatan terhadap gejala-gejala pasien adalah bahwa luka-luka yang digambarkan bisa jadi tanpa menyebutkan penyebab yang mungkin. Tujuan dari ilmu forensik adalah untuk membuktikan penyebab dan sumber dari luka-luka, dan merupakan sebuah bidang khusus. Pemeriksaan forensik medis yang patut harus senantiasa dilakukan pada saat penyelidikan atas tuduhan tindakan-tindakan penyiksaan. Laporan penyelidikan tersebut harus mendokumentasikan:

§ sebuah laporan menyeluruh yang berisi pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh orang terkait yang relevan dengan pemeriksaan medis (termasuk deskripsi mengenai situasi kesehatan orang tersebut dan tuduhan-tuduhan perlakuan sewenang-wenang);

§ sebuah laporan menyeluruh tentang temuan-temuan medis yang didasarkan pada pemeriksaan yang seksama terhadap orang terkait;

§ kesimpulan-kesimpulan yang menunjukkan ting-kat konsistensi antara tuduhan-tuduhan yang di-buat dan temuan-temuan medis yang objektif.

4.26 Ketika mencari bukti medis yang terkait dengan penyiksaan, adalah penting bagi para penyelidik untuk menunjukkan penghormatan yang penuh terhadap etika-etika medis dan kerahasiaan pasien.

Page 179: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

142

Masalah ini, dan masalah-masalah lain yang terkait dengan penyelidikan dan dokumentasi atas tuduhan-tuduhan penyiksaan, dibahas secara lebih rinci dalam Protokol Istanbul, Pedoman tentang Penyelidikan dan Dokumentasi yang Efektif terhadap Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia.10

Melakukan Wawancara-Wawancara

4.27 Aturan-aturan umum untuk melakukan wawancara dengan para korban, saksi dan tersangka pada saat penyelidikan pidana atau disipliner juga berlaku untuk wawancara-wawancara yang dilakukan pada saat penyelidikan atas tindakan-tindakan penyiksaan. Tujuan wawancara investigatif adalah untuk mem-peroleh informasi yang akurat dan terpercaya dari para tersangka, saksi atau korban dalam rangka meng-ungkap kebenaran dari persoalan-persoalan yang sedang diselidiki. Pada saat melakukan wawancara, adalah penting untuk membangun hubungan saling percaya dan profesionalitas antara pewawancara dan orang yang diwawancara, mempertimbangkan lokasi dan tata letak di mana wawancara berlangsung, dan bersikap sabar serta metodis. Hal ini juga dibahas secara rinci dalam Protokol Istanbul.11

10 Protokol Istanbul, Pedoman tentang Penyelidikan dan Dokumentasi yang Efektif terhadap Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia, Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, New York dan Geneva, 2001.

11 Ibid.

Page 180: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

143

4.28 Wawancara-wawancara dapat menjadi sumber infor-masi yang berharga. Namun wawancara hanyalah satu bagian dari keseluruhan proses pengumpulan bukti dan para penyelidik tidak boleh terlalu bergantung pada wawancara-wawancara. Para penyelidik teruta-ma juga harus waspada terhadap bahaya-bahaya ketergantungan yang berlebihan pada pengakuan-pengakuan. Perhatian khusus harus diberikan untuk menghormati hak-hak para tersangka yang potensial. Atas dasar apa pun, wawancara tidak boleh dilakukan dengan seseorang yang mungkin akan didakwa dengan pelanggaran pidana dalam kaitan dengan penyelidikan, dalam situasi-situasi di mana pernyataan tersebut akan ditetapkan tidak dapat diterima.

4.29 Wawancara-wawancara harus dilakukan dengan pen-dekatan “pemikiran yang terbuka” dan informasi yang diperoleh harus selalu diuji dengan apa yang sudah diketahui oleh si pewawancara atau apa yang dapat dibuktikan secara layak. Pada saat menanyai setiap orang, pewawancara harus bertindak adil dalam situasi masing-masing kasus individu, tetapi pewawancara tidak dibatasi oleh aturan-aturan yang berlaku bagi pengacara di pengadilan. Para pewawancara tidak harus menerima jawaban pertama yang diberikan dan bertanya tidak berarti tidak adil hanya karena dilakukan terus-menerus. Bahkan apabila tersangka menggunakan hak untuk diam, pewawancara memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan merekam respons apa pun, atau pun ketiadaan respons.

4.30 Pewawancara juga harus mengenal budaya dan keyakinan keagamaan orang yang diwawancara. Hal ini

Page 181: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

144

dapat mencegah asumsi-asumsi yang tidak akurat yang dibuat berdasarkan perilaku individu. Pewawancara juga harus berhati-hati untuk tidak membuat asumsi-asumsi yang didasarkan pada latar belakang budayanya sendiri. Orang-orang yang rentan, baik para korban, saksi atau tersangka setiap saat harus diperlakukan dengan pertimbangan khusus dan aturan-aturan yang mengatur perlakuan terhadap mereka harus ditaati dengan ketat.

4.31 Sebagai sebuah daftar pokok, pewawancara harus:

§mengetahui sebanyak mungkin mengenai kejahatan dan situasi-situasi yang dituduhkan.

§mengetahui bukti apa saja yang sudah tersedia.§mengetahui penjelasan-penjelasan apa saja yang ia

kehendaki dari orang yang diwawancara.§mengetahui “poin-poin untuk membuktikan”

pelanggaran yang sedang dalam pertimbangan.§mengetahui sebanyak mungkin tentang orang

yang sedang diwawancara.

Wawancara harus selalu direkam, dan substansi dari wawancara – pertanyaan-pertanyaan, jawaban-jawaban, dan peristiwa-peristiwa lain – setiap saat harus dicatat atau direkam, kata demi kata (secara tertulis jika tidak menggunakan alat-alat elektronik).

Page 182: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

145

Mewawancarai Korban-Korban Penyiksaan

4.32 Wawancara terhadap seorang korban penyiksaan biasanya akan menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah penyelidikan karena bukti utama di dalam banyak kasus adalah kesaksian korban bersama dengan bukti-bukti medis.

4.33 Wawancara-wawancara harus dilakukan dengan cara yang sensitif dan kelonggaran harus diberikan terhadap orang yang diwawancara dengan memperhatikan keadaan fisik dan emosionalnya. Perhatian khusus harus diberikan kepada orang-orang yang diwawan-cara untuk menghindari traumatisasi ulang atau menghindari wawancara yang justru menempatkan mereka dalam bahaya lebih lanjut. Beberapa detil tentang apa yang terjadi mungkin tidak akan muncul sampai pewawancara memenangkan kepercayaan dari orang yang diwawancara. Oleh karena itu, wawancara mungkin juga perlu dilakukan dalam beberapa tahapan dan setelah jangka waktu tertentu. Disarankan bagi pewawancara agar meluangkan beberapa waktu untuk mendiskusikan masalah-masalah selain mendiskusikan masalah perlakuan sewenang-wenang yang dituduhkan. Ini bertujuan untuk membangun “iklim kepercayaan” yang akan membuat pewawancara lebih mudah untuk membahas hal-hal yang lebih sensitif.

4.34 Tujuan utama dari wawancara adalah untuk memperoleh fakta serinci mungkin mengenai hal-hal berikut:

§Apa yang terjadi?§Kapan hal itu terjadi?

Page 183: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

146

§Di mana hal itu dilakukan?§Siapa yang melakukan?§Seberapa sering hal itu dilakukan?§Mengapa hal itu dilakukan?§Apa akibat-akibat dari hal itu?

4.35 Semakin informasi diperoleh langsung dari sumber informasi, semakin besar tingkat detil dan semakin konsisten cerita yang disampaikan, kredibilitasnya pun akan semakin besar. Namun demikian, kelonggaran harus diberikan untuk beberapa inkonsistensi. Sebagai contoh, seorang korban mungkin takut, bingung atau mengalami tekanan pasca-trauma. Orang yang diwawancara di awal mungkin telah diintimidasi untuk membuat sebuah pernyataan palsu. Ia juga mungkin telah menunda membuat pengaduan sampai ia merasa aman untuk melakukan hal tersebut. Inkonsistensi-inkonsistensi terkadang dapat dipecahkan dengan menanyakan pertanyaan yang sama dengan cara yang berbeda atau kembali ke pertanyaan semacam itu dalam wawancara-wawancara lanjutan.

4.36 Human Rights Centre di University of Essex telah menyu-sun sebuah daftar yang harus digali para penyelidik ketika melakukan wawancara dengan korban-korban penyiksaan, yaitu sebagai berikut:12

§ Situasi-situasi yang mendorong pada penyiksaan, termasuk penangkapan atau penculikan dan

12 Camille Giffard, The Torture Reporting Handbook, Human Rights Centre, University of Essex bekerja sama dengan Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran Pemerintah Inggris, 2000.

Page 184: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

147

penahanan. Apakah orang yang diwawancara me-nerima ancaman apa pun sebelum penangkapan mereka? Dengan cara apa orang yang bersangkutan ditangkap dan apakah ia mengalami luka-luka pada saat penangkapan? Apakah ada orang yang menyaksikan penangkapan tersebut? Apakah orang yang diwawancara mengalami perlakuan sewenang-wenang sebelum dibawa ke penahanan?

§Tempat di mana orang yang diwawancara ditahan, termasuk nama dan lokasi lembaga tersebut.

§Berapa lama orang yang diwawancara ditahan.§Apakah orang yang diwawancara dipindahkan

dari satu lembaga ke lembaga yang lain? Jika ya, ke mana, oleh siapa dan pada tanggal berapa kira-kira pemindahan tersebut dilakukan? Bagaimana cara ia sampai ke tempat itu? Apakah ada alasan untuk pemindahan tersebut? Jika ya, apakah pemindahan tersebut bersifat sementara, berapa lama pemindahan tersebut akan berlangsung?

§Perkiraan tanggal dan waktu penyiksaan yang dituduhkan dilakukan, termasuk kapan peristiwa terakhir terjadi.

§Deskripsi yang rinci tentang orang-orang yang terlibat di dalam penangkapan, penahanan dan penyiksaan yang dituduhkan.

§ Isi dari apa yang disampaikan oleh atau ditanya-kan kepada orang yang diwawancara.

§Deskripsi tentang rutinitas umum di tempat penahanan dan pola penyiksaan yang dituduhkan.

§Deskripsi tentang fakta-fakta penyiksaan yang dituduhkan, termasuk metode-metode penyiksaan

Page 185: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

148

dan deskripsi tentang senjata-senjata atau objek-objek fisik lain yang digunakan.

§Hal-hal khusus mengenai ruangan di mana penyiksaan yang dituduhkan terjadi. Jika me-mungkinkan, orang yang diwawancara dapat diminta untuk menggambarkan sebuah diagram mengenai lokasi dan denah ruangan di mana penyiksaan yang dituduhkan terjadi.

§Apakah orang yang diwawancara mengalami kekerasan seksual.

§Luka-luka fisik yang tiada henti selama penyiksaan yang dituduhkan.

§ Identitas saksi-saksi lain pada peristiwa-peristiwa tersebut – seperti tahanan-tahanan lain dan staf sipil dari lembaga tersebut.

§Apakah ada petugas-petugas medis yang hadir sebelum, pada saat atau setelah penyiksaan – jika ya, apakah mereka memperkenalkan diri mereka dan apa peran mereka?

§Apakah orang yang diwawancara mendapat perawatan medis, segera atau setelah kejadian, termasuk pembebasan? Apakah dokter dapat me-lakukan pemeriksaan yang independen? Apakah ada orang yang hadir pada saat pemeriksaan? Apakah dokter mengeluarkan laporan medis? Apa isi dari laporan tersebut?

§Apakah orang yang diwawancara mengadu kepa-da siapa pun mengenai perlakuan yang ia terima atau memberitahu pihak yang berwenang di tempat itu? Apa respons atas pengaduan tersebut? Apakah penyelidikan dilakukan? Apa yang tercakup di

Page 186: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

149

dalam penyelidikan tersebut? Apakah ada saksi-saksi yang diwawancara? Apakah para tersangka pelaku diwawancara?

§Apakah orang yang diwawancara pernah me-miliki kontak dengan pejabat-pejabat resmi yang menahannya (atau pejabat-pejabat resmi lain dari badan atau agen yang sama) sejak insiden terjadi?

4.37 Pernyataan yang diambil untuk digunakan dalam penyelidikan judisial harus dibuat oleh orang pertama dan dapat mencakup sejumlah besar detil mengenai apa yang dirasakan oleh tahanan pada tahap-tahap tertentu. Orang yang diwawancara harus diminta, di mana dimungkinkan, untuk menghubungkan apa yang terjadi dengan pengalaman-pengalaman yang lebih bersifat keseharian, termasuk perasaan-perasaan yang biasa ia alami. Sebagai contoh: Bagaimana orang yang diwawancara tahu bahwa sebuah ruangan memiliki ukuran tertentu? Apakah bau tertentu mengingatkannya pada sesuatu? Dan apa itu? Seperti siapakah wajah salah satu petugas (jika, misalnya, mereka mirip dengan bintang televisi atau tokoh terkenal lainnya)? Jenis pertanyaan semacam ini akan memberikan informasi tambahan untuk bukti-bukti yang menguatkan, dan dapat membantu mengidentifikasi inkonsistensi-inkonsistensi atau mendorong orang yang diwawan-cara untuk lebih mengingat mengenai kejadian yang menimpa dirinya. Perhatian harus diberikan terhadap indera-indera orang yang diwawancara selain peng-lihatan – seperti misalnya apa yang ia dengar, ia cium atau ia sentuh. Hal ini menjadi sangat penting apabila

Page 187: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

150

orang yang diwawancara telah ditutup matanya untuk sebagian waktunya di dalam penahanan atau interogasi.

4.38 Jenis informasi yang perlu dicatat meliputi:

§Lokasi ruangan di dalam lembaga: Apakah orang yang diwawancara harus naik ke atas atau turun ke bawah; jika ya, kira-kira berapa banyak anak tangga atau tingkat; apa yang dapat ia dengar atau cium; apakah orang yang diwawancara memperhatikan petunjuk-petunjuk di sepanjang jalan; jika terdapat jendela di dalam ruangan, dapatkah sesuatu dilihat dari luar?

§Ruangan itu sendiri: Berapa ukurannya; terbuat dari apa dinding, lantai, atap, dan pintu; apa bentuknya dan apakah terdapat hal-hal yang tidak lazim atau khusus mengenai ruangan itu?

§Orang-orang lain yang ditahan di dalam ruangan: Apakah ada orang-orang lain yang ditahan di sana; jika ya, berapa banyak; dan apakah ada dari mereka yang mungkin menjadi saksi; apakah mereka memperhatikan kondisi kesehatan korban; bagaimana kondisi kesehatan orang-orang tersebut?

§Ruang isolasi: Jika orang yang diwawancara ditahan di dalam ruang isolasi, untuk berapa lama dan dengan cara apa?

§ Isi ruangan: Apa saja yang ada di dalam ruangan – tempat tidur, perabotan, kamar mandi, wastafel?

§ Iklim ruangan: Berapa suhu ruangan; apakah terdapat ventilasi; apakah keadaannya lembab?

Page 188: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

151

§Pencahayaan: Apakah ada cahaya; apakah itu cahaya alami dari jendela, atau cahaya lampu; jika itu cahaya lampu, berapa lama lampu dinyalakan; terlihat atau terasa seperti apa cahaya tersebut, misalnya, warna, intensitas?

§Kebersihan: Apakah ada fasilitas-fasilitas untuk kebersihan pribadi; di mana dan bagaimana orang yang diwawancara pergi ke toilet atau mandi; seperti apa kebersihan tempat tersebut secara umum; dan apakah tempat tersebut penuh?

§Pakaian: Pakaian-pakaian apa yang dipakai oleh orang yang diwawancara dan dapatkah ia mencuci atau mengganti pakaian-pakaian tersebut?

§Makanan dan air minum: Seberapa sering dan seberapa banyak makanan dan air yang diberikan; seperti apa kualitasnya; siapa yang menyediakan; apakah makanan dan air tersebut gratis?

§Olahraga: Apakah ada kesempatan untuk me-ninggalkan sel dan, jika ya, untuk berapa lama dan seberapa sering?

§Rezim: Apakah ada aspek-aspek yang secara khusus keras atau monoton pada rezim?

§ Fasilitas-fasilitas medis: Apakah tersedia seorang dokter atau ahli kesehatan lainnya; apakah orang yang diwawancara diperiksa atau dirawat di fasilitas kesehatan yang terpisah, misalnya oleh seorang dokter keluarga atau rumah sakit; apakah obat-obatan tersedia; siapa yang menyediakan obat-obatan tersebut?

§Kunjungan keluarga: Apakah orang yang diwawancara memiliki akses terhadap kunjungan keluarga; jika ya, di mana kunjungan ini

Page 189: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

152

berlangsung; apakah pembicaraan-pembicaraan dapat didengar; apakah keluarga tahu di mana orang yang diwawancara berada?

§Penasehat hukum: Apakah orang yang di-wawancara memiliki akses terhadap seorang penasehat hukum; kapan akses tersebut untuk pertama kalinya diberikan, yakni berapa lama sejak orang tersebut ditahan untuk pertama kalinya; seberapa sering akses tersebut diberikan; di mana kunjungan-kunjungan berlangsung; apakah pembicaraan-pembicaraan dapat didengar?

§Kehadiran di hadapan seorang pejabat pengadilan: Apakah orang yang diwawancara hadir di hadapan seorang hakim; kapan hal ini terjadi, yakni berapa lama sejak orang tersebut ditahan untuk pertama kalinya?

§Permintaan-permintaan: Apakah orang yang diwawancara membuat permintaan-permintaan tambahan, jika ya, kepada siapa dan apa hasilnya?

§Suap: Apakah orang yang diwawancara harus membayar suap untuk fasilitas-fasilitas yang ada dan apakah suap diminta setiap waktu?

Namun demikian, harus diingat bahwa penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang sering kali dilakukan di luar fasilitas penahanan. Oleh karena itu, pewawancara harus memastikan bahwa wawancara yang dilakukan mencakup laporan yang menyeluruh mengenai semua perlakuan sewenang-wenang yang telah dialami oleh korban, tanpa memperhatikan di mana tindakan-tindakan tersebut berlangsung.

Page 190: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

153

Mewawancarai Korban-Korban Kekerasan Seksual

4.39 Sensitivitas tertentu diperlukan ketika mengajukan pertanyaan terhadap korban-korban kekerasan seksual. Di banyak masyarakat, pembahasan mengenai subjek ini adalah hal yang tabu atau sangat sensitif. Orang- orang yang diwawancara pun mungkin menganggap bahwa menggambarkan kembali kejadian-kejadian ini sebagai cobaan yang berat. Sebaiknya, pernyataan-pernyataan diambil oleh seseorang dengan jenis kelamin yang sama dengan korban – tergantung pada permintaan orang yang bersangkutan – dan aturan-aturan kerahasiaan merupakan hal yang lebih penting. Namun, pokok masalah tidak boleh dihindari. Untuk itu, setiap upaya harus dilakukan untuk mendapatkan laporan yang rinci dan seksama mengenai apa yang terjadi sehingga para pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban.

4.40 Kebanyakan orang akan cenderung menjawab per- soalan “kekerasan seksual” dengan menggunakan pengertian pemerkosaan atau sodomi yang sesungguhnya. Para penyelidik harus sensitif terhadap fakta bahwa kekerasan verbal, tindakan-tindakan menelanjangi, meraba, menggigit, mencabuli atau mempermalukan, atau memukul atau menyetrum alat kemaluan sering kali tidak dianggap oleh korban sebagai tindakan-tindakan kekerasan seksual. Padahal, semua tindakan ini melanggar intimasi individu, dan harus dianggap sebagai bagian terpenting dari kekerasan seksual. Tindakan-tindakan semacam itu sering menyertai pemerkosaan fisik atau sodomi dan

Page 191: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

154

mungkin dianggap sebagai “petunjuk-petunjuk” bahwa tindakan-tindakan ini juga dilakukan. Korban-korban kekerasan seksual biasanya tidak akan mengatakan apa-apa, atau bahkan sejak awal menyangkal telah terjadi kekerasan seksual terhadapnya. Sering kali lebih banyak cerita baru akan keluar dari mulut korban kekerasan seksual pada kontak yang kedua atau ketiga. Itupun, jika pada kontak yang pertama pewawancara menunjukkan empati dan sensitivitasnya terhadap budaya dan kepribadian orang yang bersangkutan. Para penyelidik harus, oleh karena itu, menunjukkan kebijaksanaan dan kesabaran selama wawancara.

4.41 Dalam semua kasus kekerasan seksual, pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hal-hal yang intim hanya boleh dilakukan dengan persetujuan penuh dari korban dan oleh petugas medis dengan kualifikasi yang sesuai, dan akan lebih baik jika pewawancaranya berjenis kelamin sama dengan orang yang diwawancara.

Mewawancarai Anak-Anak

4.42 Anak-anak mungkin telah disiksa atau dipaksa untuk menyaksikan penyiksaan terhadap orang-orang lain, khususnya terhadap orangtua atau anggota keluarga terdekat mereka. Hal ini dapat menimbulkan efek trauma tertentu pada anak-anak. Untuk itu, perhatian khusus harus diberikan tidak untuk membuat anak kembali mengalami trauma selama wawancara. Me-wawancarai anak-anak sangat tidak sama dengan mewawancarai orang dewasa, dan kebutuhan-kebu-tuhan untuk diperlakukan demikian. Para pewawan-

Page 192: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

155

cara harus memiliki pengalaman bekerja dengan anak-anak – dan pelatihan mengenai bagaimana melakukan wawancara dengan anak-anak – jika tidak maka efek dari sebuah wawancara mungkin akan lebih merugikan ketimbang manfaat-manfaat yang potensial. Seorang anak harus selalu diwawancara di tengah kehadiran orangtua, keluarga atau walinya. Ketelitian khusus harus diberikan terhadap tanda-tanda non-verbal. Kemampuan anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka secara verbal tergantung pada usia dan tahap perkembangan mereka, dan perilaku mereka boleh jadi lebih mengungkapkan mengenai apa yang menimpa mereka ketimbang kata-kata mereka. Anak-anak terutama sensitif pada rasa lelah dan tidak boleh ditekan selama wawancara. Anak juga harus diberikan dukungan segera setelah wawancara selesai dilakukan.

Mewawancarai Tersangka

4.43 Sebagian besar poin umum mengenai cara melakukan wawancara juga berlaku pada saat mewawancarai mereka yang dituduh terlibat dalam tindakan-tindakan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang. Mengingat bahwa mereka yang terlibat kemungkinan besar adalah pejabat-pejabat Negara – dan sering kali dengan pengalaman mengenai sistem keadilan pidana mereka sendiri – ketelitian khusus perlu dilakukan dengan cara merencanakan dan menyusun wawancara dan poin-poin yang akan ditanyakan kepada tersangka atau para tersangka. Penyelidikan yang patut harus mencakup wawancara-wawancara, tidak hanya dengan

Page 193: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

156

mereka yang dituduh melakukan perlakuan sewenang-wenang secara langsung, tetapi juga dengan setiap orang, yang berpotensi, yang berada dalam posisi tanggung jawab di dalam lembaga di mana tahanan ditahan, yang mengetahui bahwa perlakuan semacam itu sedang dilakukan dan gagal untuk mengambil tindakan pencegahan atau melaporkan perlakuan tersebut.

4.44 Wawancara-wawancara harus dilakukan dengan cara yang benar-benar independen, imparsial dan profesional. Pertimbangan juga harus dibuat terhadap fakta bahwa masalah-masalah yang diangkat mungkin secara khusus terkait dengan emosi dan bahwa pejabat-pejabat yang sedang diselidiki bisa jadi membangkitkan rasa simpati yang besar dari rekan-rekan mereka. Prosedur-prosedur yang sesuai harus dikembangkan untuk mengatasi masalah representasi, kesejahteraan, pertentangan kepentingan, pertentangan loyalitas dan faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada penyelidikan.

4.45 Para tersangka harus selalu diwawancara secara terpisah dan tidak diizinkan untuk berunding satu dengan yang lain di tengah-tengah wawancara. Jika diperlukan, mereka harus ditangguhkan dari tugas mereka untuk mencegah kolusi di antara para petugas. Perlindungan juga harus diberikan untuk menghormati hak-hak para tersangka yang dianggap potensial dan tidak untuk membuat pernyataan-pernyataan yang diambil dari mereka menjadi bukti yang tidak dapat diterima.

Page 194: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

157

Mengidentifikasi Saksi-Saksi Lain

4.46 Saksi-saksi yang melihat tahanan baik sebelum atau ketika ia ditangkap mungkin dapat menggambarkan kondisi fisik tahanan sebelum penangkapan, situasi-situasi yang memicu penangkapan, cara melakukan penangkapan dan identitas petugas-petugas penang-kapan.

4.47 Para tahanan lain yang tidak secara langsung menyak-sikan penyiksaan yang dituduhkan mungkin dapat memberikan informasi seperti kapan tahanan dibawa keluar untuk interogasi dan menggambarkan kondisi tahanan sebelum dan setelah dibawa keluar, atau bahwa tahanan tidak pernah kembali. Mereka mungkin dapat memberikan bukti dengan mengidentifikasikan suara-suara yang mereka dengar seperti jeritan atau teriakan, atau berupa noda-noda darah atau alat-alat penyiksaan yang mungkin pernah mereka lihat. Mereka mungkin sadar akan luka-luka baru yang menjadi kelihatan setelah orang tersebut tiba di penahanan atau luka-luka yang sudah ada sebelumnya yang semakin buruk selama penahanan. Mereka juga mungkin dapat memberikan informasi mengenai pola-pola penyiksaan tertentu – seperti nama, tempat, waktu, atau tanggal.

4.48 Mereka juga mungkin dapat menceritakan mengenai penyiksaan yang mereka alami sendiri atau yang dialami oleh individu-individu lain yang telah mereka saksikan yang akan membantu membuktikan bahwa penyiksaan terjadi di lembaga yang dipermasalahkan atau bahwa seorang polisi atau sipir penjara sebelumnya telah terlibat di dalam penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang.

Page 195: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

158

4.49 Staf sipil, atau petugas polisi lainnya atau staf penjara di kantor polisi atau fasilitas penahanan mungkin pernah melihat atau mendengar mengenai tahanan di berbagai tahapan selama penahanan. Mereka mungkin pernah melihat atau mendengar bahwa penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang sedang dilakukan, atau mendengar staf atau tahanan yang lain sedang membicarakan tindakan-tindakan semacam itu. Mereka juga mungkin pernah diminta untuk membersihkan tempat di mana penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang dilakukan atau untuk berkolusi untuk menutup-nutupi bukti mengenai hal itu.

4.50 Apabila yang membuat tuduhan bukan korban itu sendiri karena ia telah meninggal, “hilang”, atau tetap berada di penahanan, maka keluarga terdekat, tetangga atau anggota komunitas lokal mungkin dapat mengusulkan saksi-saksi yang mungkin, atau mereka sendiri dapat memberikan informasi yang berguna.

Masalah-Masalah Perlindungan Saksi

4.51 Saksi-saksi penuntutan, khususnya mereka yang kemungkinan besar akan dipanggil untuk memberikan kesaksian di persidangan boleh jadi merasa tertekan dan ketakutan. Apalagi, para saksi juga sering mengalami intimidasi, ancaman-ancaman verbal, dan/atau keke-rasan fisik dari pihak-pihak lain yang berusaha untuk mencegah mereka bersaksi di pengadilan. Sebagai respons atas adanya ancaman-ancaman seperti itu, telah dikembangkan berbagai bentuk perlindungan saksi. Pada level yang paling sederhana, saksi penuntutan

Page 196: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

159

dapat ditemani ke pengadilan oleh seseorang yang siap duduk dengan mereka pada saat mereka menunggu untuk memberikan kesaksian, karena situasi ini merupakan situasi yang paling menekan bagi seorang saksi. Bentuk-bentuk perlindungan saksi yang umum lainnya meliputi:

§ nasihat mengenai keamanan pribadi;§ langkah-langkah keamanan fisik di rumah individu

seperti memasang alarm, gembok atau palang;§pindah rumah atau tempat kerja yang lain;§perubahan identitas yang menyeluruh dan relokasi;§memastikan bahwa individu tidak ditempatkan di

dalam situasi di mana “tuduhan-tuduhan balasan” dan palsu dapat dibuat;

§perlindungan fisik melalui pengiriman penjaga-penjaga keamanan pribadi.

4.52 Mengingat poin-poin tersebut dan sepanjang hal ini berada di dalam kekuasaan mereka, maka para jaksa penuntut dan hakim harus memberitahu para saksi mengenai berbagai bentuk perlindungan saksi. Namun, kehati-hatian harus dilakukan untuk memastikan bahwa hal ini tidak dapat disalahartikan sebagai buju-kan agar seorang saksi mau bersaksi. Catatan-catatan finansial harus disimpan dengan seksama, semua keputusan kebijakan harus dibukukan dan mungkin juga perlu dibuatkan kesepakatan-kesepakatan dengan saksi yang ditandatangani untuk melindungi dirinya.

4.53 Melindungi para saksi sangat penting dilakukan sebelum dan pada saat orang-orang yang dituduh melakukan tindakan-tindakan penyiksaan atau bentuk-

Page 197: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

160

bentuk perlakuan sewenang-wenang yang dilarang lainnya dihadapkan di persidangan. Sifat kejahatan-kejahatan ini menunjukkan bahwa bukti yang diberikan oleh korban dan saksi sangat penting untuk sebuah penuntutan yang sukses. Namun demikian, para korban dan saksi mungkin akan menghadapi tekanan tertentu untuk tidak bersaksi; sebagian karena dampak-dampak yang telah mereka rasakan dari kejahatan yang dipersoalkan dan sebagian lagi karena ada kemung-kinan mereka takut terhadap ancaman dan intimidasi. Fakta bahwa mereka yang dituduh melakukan tindakan-tindakan penyiksaan kemungkinan besar adalah pejabat-pejabat Negara atau para aparat penegak hukum sangat mungkin membuat para korban dan saksi merasa dalam posisi yang sangat rentan apabila mereka bersaksi.

4.54 Dalam beberapa kasus, para saksi atau korban mungkin ditahan, untuk pelanggaran-pelanggaran lain, dalam periode sebelum atau selama persidangan di mana mereka akan dipanggil untuk memberikan bukti. Hal ini akan membuat mereka benar-benar rentan terha-dap ancaman atau perlakuan sewenang-wenang yang dirancang untuk mencegah mereka bersaksi. Dalam kasus-kasus di mana para tahanan berada dalam risiko, maka mereka harus dipindahkan ke fasilitas penaha-nan yang lain di mana langkah-langkah khusus untuk keamanan mereka dapat diambil. Dalam kasus-kasus lain, para korban dan saksi mungkin memiliki catatan kriminal dan, oleh karena itu, dikeluarkan dari be-berapa jenis program perlindungan saksi. Adalah hal yang sangat penting agar saksi-saksi tersebut mendapat

Page 198: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

161

perlindungan yang layak dan perencanaan khusus harus dipertimbangkan, dalam situasi-situasi ini, untuk melindungi mereka.

4.55 Persidangan-persidangan bisa saja dimulai beberapa waktu setelah insiden awal, atau di akhir dari suatu penyelidikan, dan terkadang mengalami penundaan-penundaan lebih lanjut. Penting untuk diingat bahwa hal tersebut terutama sekali dapat melemahkan saksi-saksi penuntutan. Para saksi harus diberitahu mengenai perkembangan kasus dan harus dapat menghubungi seorang anggota tim penyelidik setiap saat. Apabila seorang saksi menunjukkan kecemasan akan ke-selamatan pribadinya atau mengalami ancaman atau intimidasi, maka harus diambil tindakan yang tepat untuk melindungi saksi tersebut dan untuk meminta pertanggungjawaban pelaku.

4.56 Apabila dalam kasus disertai dengan kematian sebagai akibat dari penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang, dan kerabat atau keluarga terdekat kemungkinan besar akan dipanggil sebagai saksi-saksi, maka pertimbangan khusus harus diberikan terhadap kesedihan dan trauma tambahan yang bisa jadi mereka alami melalui dan di luar persidangan. Pertimbangan khusus juga harus diberikan kepada saksi-saksi yang terutama rentan, seperti anak-anak, dan masalah-masalah tertentu yang mungkin mereka alami, misalnya jika mereka menghadiri persidangan untuk memberikan kesaksian. Memberikan bukti video-link, di mana fasilitas-fasilitas untuk hal ini tersedia, mungkin sangat membantu untuk mencegah tekanan yang tidak perlu terhadap saksi anak dan dapat

Page 199: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

162

memberikan lingkungan terbaik untuk mengamankan bukti yang koheren dan menyeluruh, tanpa merugikan hak tersangka atas persidangan yang adil. Ketika akan menghadiri persidangan, beberapa saksi mungkin meminta bantuan khusus dalam mempersiapkan diri mereka berdasarkan pertimbangan ras, jenis kelamin, orientasi seksual, kebangsaan, keyakinan politik atau keagamaan, atau latar belakang sosial, budaya atau etnis mereka.

4.57 Bahkan apabila pengaduan mengenai penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang ditarik kembali pada saat penyelidikan atau penuntutan, hal ini tidak boleh secara otomatis membatalkan kasus. Dalam beberapa kasus, para korban dan saksi mungkin saja telah ditempatkan di bawah tekanan atau diintimidasi untuk menarik kembali bukti-bukti mereka. Namun demikian, sebagaimana kejahatan-kejahatan lain, tidak ada hal yang dapat mencegah sebuah kasus dilanjutkan atas dasar bukti-bukti lain.

V v Mr. Wijesekara and Others, Mahkamah Agung, Sri Lanka 24 Agustus 2002, SC App. No. 186/2001 (Sri

Lanka)

V, seorang perempuan Tamil berusia 27 tahun dari Kayta, telah menolak untuk melakukan kawin kontrak setelah mengetahui bahwa suaminya sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Ia melarikan diri setelah menerima ancaman-ancaman dari suaminya bahwa ia akan menggunakan pengaruhnya supaya V ditangkap oleh polisi sebagai tersangka pelaku bom bunuh diri

Page 200: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

163

Macan Tamil. Pada tanggal 21 Juni 2000 ia ditangkap di Trincomalee oleh sekelompok polisi berpakaian preman. Saudara laki-lakinya juga ditangkap dan mereka dibawa ke kantor polisi Negombo. Antara tanggal 21 dan 26 Juni, ia berulang kali disiksa di kantor polisi ini. Ia dipukul dan kepalanya ditutup dengan sebuah kantong yang berisi bubuk cabai dan bensin yang membuatnya tidak dapat bernafas. Ia ditelanjangi dan pergelangan tangannya diikat dan digantung dan kemudian kembali dipukul. Ia kemudian ditekan di bawah meja dan mengalami kekerasan seksual, yang membuatnya mengalami luka-luka yang dalam di vaginanya. Sebagai akibat dari penyiksaan ini ia setuju untuk menandatangani pernyataan-pernyataan yang belum ia baca atau mengerti oleh karena pernyataan-pernyataan tersebut ditulis dalam bahasa Sinhala. Ia kemudian dipindahkan ke Divisi Penyelidikan Teroris di Kolombo pada tanggal 26 Juni dan ditahan di sana sampai tanggal 20 September 2000. Di sini pun, ia mengalami kekerasan yang berulang-ulang dan dipaksa untuk menulis pernyataan-pernyataan yang didikte dalam bahasa Tamil, mengaku sebagai anggota Macan Tamil. Pada tanggal 21 Juli 2000, ia muncul di Pengadilan Kolombo, di mana ia berusaha untuk memberitahu hakim mengenai perlakuan yang ia alami, tetapi dihalangi oleh petugas dari Divisi Penyelidikan Teroris yang menemaninya. Ia kembali muncul di pengadilan pada tanggal 21 September 2000 – dengan instruksi-instruksi yang keras untuk tidak berusaha berbicara dengan hakim – dan kemudian dikirim kembali ke penjara. Pada tanggal 23 Oktober, pengacaranya membawa sebuah

Page 201: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

164

surat permohonan agar ia mendapat pemeriksaan medis dan ia dirawat di rumah sakit pemerintah Ragama selama tiga hari. Di penjara ia juga mengenali salah satu laki-laki yang telah menyiksanya dari sebuah foto di surat kabar. Pada tanggal 4 November 2000, V mendapat pemeriksaan medis yang independen. Para responden, yang adalah polisi, membantah bahwa pengaduan belum didaftarkan dalam waktu satu bulan sejak kemunculan di pengadilan atau memiliki kontak dengan pengacaranya, sebagaimana ditetapkan oleh Konstitusi Sri Lanka. V menyampaikan sebuah pernyataan balasan yang menyatakan bahwa ia telah diperingatkan untuk tidak mengadu dan bahwa pertemuan pertamanya dengan seorang pengacara berlangsung di tengah kehadiran empat orang polisi. Ia mengatakan bahwa ia tidak dapat mengadu selama dalam penahanan karena takut akan tindakan pembalasan. Ia bahkan baru menerima salinan laporan petugas medis judisial pada tanggal 12 Maret 2001, sesudah mana ia mengajukan pengaduan dalam waktu tujuh hari. Meskipun laporan medis di dalam kasus ini tidak menentukan, Pengadilan mencatat beberapa kontradiksi di dalam cerita-cerita yang disampaikan oleh responden-responden yang berbeda dan juga menyatakan bahwa pemeriksaan medis yang pertama berlangsung ketika V masih berada di dalam penahanan polisi. Pemeriksaan medis kedua – yang dilakukan setelah ia dibebaskan – lebih seksama dan mengungkapkan baik luka-luka fisik maupun trauma mental yang sesuai dengan ceritanya bahwa ia telah disiksa. Pengadilan memutuskan bahwa V telah disiksa dan diberikan kompensasi pembayaran

Page 202: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

165

tertinggi untuk kasus semacam itu. Hakim juga memerintahkan Jaksa Agung ‘agar mempertimbangkan untuk mengambil langkah-langkah berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1994 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia terhadap para responden dan orang-orang lain yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan penyiksaan yang dilakukan terhadap pemohon.’

Page 203: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 204: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

167

Isi

Penyiksaan sebagai Pelanggaran PidanaKebersalahan (Culpability) untuk Kejahatan-Kejahatan Penyiksaan dan Bentuk-Bentuk Perlakuan Sewenang-Wenang LainnyaMengidentifikasi dan Menuntut Mereka yang Bertanggung JawabKewajiban untuk Melakukan PenuntutanPersidangan yang AdilKekebalan, Amnesti dan KedaluarsaPenghukumanGanti Rugi

5 Menuntut Para Tersangka Penyiksa dan Memberikan Ganti Rugi kepada Para Korban Penyiksaan

170172

174

182184185191192

Page 205: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan
Page 206: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

169

5.1 Bab ini akan menguraikan soal-soal penuntutan terhadap mereka yang terlibat di dalam penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Akan diuraikan tentang siapa yang dapat dimintai per-tanggungjawaban atas kejahatan-kejahatan semacam itu dan juga menggambarkan beberapa langkah hukum dan prosedural yang tercakup di dalam penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab. Hukum dan prosedur tentu saja akan berbeda di berbagai jurisdiksi. Bab ini juga akan membahas masalah-masalah menge-nai amnesti dan jurisdiksi universal serta menyoroti pentingnya memberikan ganti rugi bagi para korban penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya.

5.2 Adalah terutama tanggung jawab Negara untuk menegakkan hukum pidana, dan dalam upaya pene-gakkan hukum tersebut, peran para hakim dan jaksa penuntut berbeda di berbagai sistem hukum pidana. Penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya sudah dilarang di hampir semua sistem hukum domestik di dunia. Bahkan jika kejahatan-kejahatan spesifik mengenai penyiksaan atau perlakuan

5 Menuntut Para Tersangka Penyiksa dan Memberikan Ganti Rugi kepada Para Korban Penyiksaan

Page 207: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

170

sewenang-wenang tidak diatur di dalam hukum domestik, umumnya terdapat undang-undang lain yang dapat digunakan untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku, seperti misalnya kejahatan terhadap orang (crimes against the person). Namun demikian, pada saat tindakan-tindakan semacam itu dilakukan oleh wakil-wakil Negara atau aparat penegak hukum, maka itu harus dipertimbangkan sebagai keadaan yang memberatkan karena pejabat tersebut mengkhianati tugas profesionalnya, yaitu sebagai orang yang me-miliki tanggung jawab untuk melayani dan melindungi orang-orang di Negara tersebut.

Penyiksaan sebagai Pelanggaran Pidana

5.3 Konvensi PBB Menentang Penyiksaan menetapkan bahwa:Setiap Negara Pihak harus memastikan bahwa semua tindak penyiksaan merupakan tindak pidana menurut ketentuan hukum pidananya. Hal yang sama berlaku bagi percobaan untuk melakukan penyiksaan dan bagi tindakan oleh siapa pun yang membantu atau turut serta dalam penyiksaan. Setiap Negara Pihak harus mengatur agar tindak pidana semacam ini dapat dihu-kum dengan hukuman yang setimpal dengan pertim-bangan sifat kejahatannya.1

5.4 Tidak ada pengecualian apa pun yang dapat digunakan untuk menjustifikasi penggunaan penyiksaan termasuk

1 Pasal 4, Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia tahun 1984.

Page 208: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

171

perintah dari atasan atau pejabat publik.2 Komite Hak Asasi Manusia telah menetapkan bahwa: “Negara-Negara Pihak harus menunjukkan pada saat mempresentasikan laporan-laporan mereka ketentuan-ketentuan hukum pidana mereka yang menjatuhkan sanksi pidana terhadap penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi atrau merendahkan martabat manusia, menjelaskan sanksi-sanksi yang berlaku untuk tindakan-tindakan semacam itu, baik yang dilakukan oleh pejabat-pejabat resmi atau orang-orang lain yang bertindak atas nama Negara, atau oleh orang-orang privat. Mereka yang melanggar pasal 7, baik dengan cara mendorong, memerintah-kan, membiarkan atau melakukan tindakan-tindakan yang dilarang, harus dimintai pertanggungjawaban. Sebagai konsekuensi, mereka yang telah menolak untuk mematuhi perintah-perintah tidak boleh dihukum atau mendapat perlakuan yang merugikan.”3

5.5 Konvensi Inter-Amerika untuk Mencegah dan Menghukum Penyiksaan menetapkan bahwa: “Negara-Negara Pihak harus memastikan bahwa semua tin-dakan penyiksaan dan usaha-usaha untuk melakukan penyiksaan adalah tindak pidana di bawah hukum pidana mereka dan harus menetapkan bahwa tindakan-tindakan tersebut dihukum dengan sanksi-sanksi yang berat dengan mempertimbangkan keseriusan tindakan-

2 Pasal 2, ibid. Prinsip ini juga terkandung di dalam Piagam Pengadilan-Pengadilan Nuremberg dan Tokyo tahun 1946, dan kemudian ditegaskan oleh Majelis Umum PBB. Prinsip ini juga dapat ditemukan di Statuta-Statuta pengadilan-pengadilan pidana internasional untuk Rwanda dan Negara Bekas Yugoslavia dan, dengan sedikit modifikasi, di dalam Statuta Mahkamah Pidana Internasional.

3 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 13.

Page 209: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

172

tindakan tersebut.”4 Konvensi juga menetapkan bahwa “Seorang pejabat publik atau pegawai yang bertindak dalam kapasitas tersebut, yang memerintahkan, menghasut atau mendorong penggunaan penyiksaan, atau yang secara langsung melakukan penyiksaan, atau, yang dapat mencegah penyiksaan tetapi gagal untuk melakukannya, akan ditetapkan bersalah atas kejahatan penyiksaan. Seseorang yang, dengan hasutan dari seorang pejabat atau pegawai publik, memerintahkan, menghasut, atau mendorong penggunaan penyiksaan, secara langsung melakukan atau membantu melakukan tindakan-tindakan semacam itu juga akan ditetapkan bersalah atas kejahatan penyiksaan.”5

Kebersalahan (Culpability) untuk Kejahatan-Kejahatan Penyiksaan dan Bentuk-Bentuk Perlakuan Sewenang-Wenang Lainnya

5.6 Ketika Negara merampas kebebasan seseorang, Negara memikul tanggung jawab untuk menjaga keselamatan dan melindungi kesejahteraan orang tersebut. Hal ini menetapkan kewajiban bagi semua orang yang bertanggung jawab atas perampasan kebebasan dan perlindungan tahanan.6 Apabila tindakan penyik-

4 Pasal 6, Konvensi Inter-Amerika untuk Mencegah dan Menghukum Penyiksaan tahun 1985.

5 Pasal 3, ibid.6 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 21, Pasal 10 (Sesi

keempatpuluh empat, 1992), Kompilasi Komentar-Komentar Umum dan Rekomendasi-Rekomendasi Umum yang Disahkan oleh Badan-Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia, U.N. Doc. HRI/GEN/1/Rev.1. hlm. 33 (1994), paragraf 3.

Page 210: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

173

saan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya telah terjadi, jaksa penuntut harus mempertimbangkan untuk menuntut semua orang yang gagal untuk memenuhi kewajiban ini.

5.7 Kebersalahan (culpability) akan mencakup siapa pun yang berada pada posisi sebagai orang yang bertang-gung jawab di dalam lembaga di mana tahanan ditahan, yang mengetahui atau seharusnya mengetahui bahwa penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang sedang dilakukan dan ia gagal untuk bertindak guna mencegah atau melaporkan tindakan tersebut. Hal ini dapat meliputi komandan-komandan kantor polisi dan wakil-wakilnya, petugas-petugas penahanan, dokter-dokter dan petugas-petugas medis, dan juga petugas dan staf lainnya di tempat penahanan. Kebersalahan juga dapat dikenakan kepada para jaksa penuntut dan hakim atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab atas peme-riksaan tempat-tempat penahanan apabila mereka dengan sadar mengabaikan atau tidak menghiraukan bukti bahwa penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya sedang atau telah dilakukan di tempat-tempat yang mereka kunjungi – atau terhadap orang-orang yang telah dibawa ke hadapan mereka.

5.8 Untuk membuktikan pertanggungjawaban, seorang jaksa penuntut pada umumnya perlu menunjukkan bahwa tersangka melakukan, atau mencoba untuk melakukan kejahatan, baik sebagai seorang individu, bersama-sama dengan yang lain dengan perantaraan orang lain; memerintahkan, mengajak atau mendorong pelaksanaan kejahatan atau percobaan kejahatan; atau dengan cara lain yang berkontribusi pada pelaksanaan

Page 211: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

174

kejahatan atau percobaan kejahatan. Hal ini meliputi individu yang terlibat secara langsung dalam penyik-saan atau perlakuan sewenang-wenang, membantu melakukannya dengan cara apa pun yang memiliki dampak yang substansial terhadap pelaksanaan kejahatan, atau memerintahkan pelaksanaan kejahatan tersebut. Pertanggungjawaban juga dapat mencakup kegagalan untuk mencegah dilakukannya kejahatan oleh orang-orang yang atas mereka ia memiliki tang-gung jawab komando atau manajemen, apakah orang tersebut tahu, atau oleh karena keadaan-keadaan pada saat itu, ia seharusnya tahu, bahwa penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang sedang terjadi dan gagal untuk mengambil semua langkah yang diperlukan dan layak untuk mencegahnya atau untuk menyerahkan masalah tersebut kepada pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan penyelidikan dan penuntutan.

5.9 Gagal untuk melaporkan aktivitas kriminal, bahkan jika individu tersebut tidak secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan yang sedang dilakukan, pada umumnya juga dipan-dang sebagai sebuah pelanggaran pidana – sekalipun sifatnya kurang serius.

Mengidentifikasi dan Menuntut Mereka yang Bertanggung Jawab

5.10 Tuntutan-tuntutan pidana pada umumnya harus di-ajukan terhadap individu-individu yang teridentifi-kasi. Ini mungkin saja menyulitkan terutama di dalam

Page 212: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

175

kasus-kasus penyiksaan, atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya, karena mereka yang bertanggung jawab bisa jadi telah menyembunyikan identitas mereka dari korban. Mereka juga dapat bergantung pada perlindungan “tembok bungkam” rekan-rekan mereka – atau bahkan kolusi mereka yang aktif di dalam membuat cerita-cerita palsu. Bahkan apabila korban telah mengidentifikasi orang-orang tersebut, para pelaku dapat membantah bahwa itu adalah “perkataan seseorang melawan perkataan orang yang lain” dan bahwa hal tersebut tidak cukup untuk membuktikan kebersalahan.

5.11 Apabila seorang petugas telah diidentifikasi melalui nama, gambaran fisik, atau melalui nomor seri atau identifikasi pribadi, harus dimungkinkan untuk men-cari petugas tersebut melalui catatan-catatan resmi. Jika korban telah ditahan di sebuah tempat penahanan yang diakui secara resmi maka catatan-catatan penahanan seharusnya menunjukkan mereka yang bertanggung jawab atas penahanan dan setiap orang yang memiliki kontak dengan korban selama periode penahanan. Catatan-catatan lain yang disimpan di kantor-kantor polisi dan fasilitas-fasilitas penahanan juga mungkin mengandung informasi yang relevan, yang dapat meliputi: catatan-catatan jaga dan buku-buku parade (menunjukkan petugas-petugas mana yang sedang berjaga di pos tertentu); kertas pesan dan log radio (merekam semua komunikasi telepon dan radio di pos tertentu); dan laporan-laporan kejahatan dan buku catatan (merekam tindakan tertentu yang diambil oleh petugas selama masa tugas mereka). Apabila

Page 213: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

176

disimpan dan dipelihara dengan baik, informasi ini dapat membantu menyatukan bukti-bukti yang dapat mengarah pada keberhasilan untuk mengidentifikasi seseorang yang dituduh melakukan penyiksaan. Hal ini juga dapat membantu menguatkan atau membantah tuduhan tertentu.

5.12 Jika tidak ada saksi-saksi yang independen, jaksa penuntut boleh percaya bahwa kemungkinan-kemungkinan untuk penghukuman tidak terlalu besar untuk menjustifikasi suatu perkara. Beberapa kalangan percaya bahwa apabila bukti yang ada hanyalah kata-kata seseorang melawan kata-kata orang yang lain, maka standard pembuktian yang ditetapkan untuk penghukuman pidana (“melampaui keraguan yang masuk akal”, “penghukuman pada waktunya”, dsb) tidak akan pernah dapat terpenuhi. Anggapan bah-wa seorang aparat penegak hukum yang dituduh me-lakukan suatu kejahatan selama ia bertugas mungkin memiliki kemungkinan yang lebih baik untuk pada akhirnya dibebaskan ketimbang tersangka pidana pada umumnya boleh jadi membuat beberapa jaksa penun-tut enggan untuk mengejar sebuah kasus. Namun demikian, faktor-faktor ini perlu diselaraskan dengan kepentingan publik yang ada untuk memastikan bahwa mereka yang memiliki wewenang tidak me-nyalahgunakan kewenangannya dan hal ini mungkin menjustifikasi penuntutan bahkan dalam kasus-kasus di mana terdapat kemungkinan pembebasan yang lebih besar dari pada biasanya. Apabila terdapat bukti yang kuat bahwa seseorang telah mengalami bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang yang dilarang di dalam

Page 214: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

177

penahanan, dan bukti kuat bahwa seorang petugas atau sekelompok petugas yang teridentifikasi, hadir pada saat perlakuan sewenang-wenang ini dilakukan, maka mereka dapat didakwa secara bersama-sama atau secara individu karena melakukan atau membantu melakukan perlakuan sewenang-wenang atau karena gagal untuk melindungi seseorang yang berada di dalam pengawasan mereka.

5.13 Apabila tidak ada perdebatan bahwa seorang petugas yang teridentifikasi telah menggunakan kekerasan yang mengakibatkan seorang tahanan mengalami luka, persoalan mungkin terletak pada apakah – apabila korban tidak berada di bawah pengawasan si petugas – kekerasan perlu dilakukan, sesuai atau proporsional. Hukum yang mengatur mengenai penggunaan kekerasan terhadap tahanan akan berbeda di berbagai Negara. Namun demikian, larangan terhadap penyik-saan adalah absolut. Baik karakter tahanan yang membahayakan, atau pun kurangnya kemananan di fasilitas penahanan tidak dapat digunakan untuk menjustifikasi penyiksaan.7 Menurut standard-standard internasional, kekerasan hanya boleh digunakan terhadap orang-orang di dalam penahanan jika benar-benar diperlukan untuk memelihara keamanan dan ketertiban di dalam lembaga, misalnya dalam kasus-kasus percobaan melarikan diri, di mana terdapat

7 Pasal 2, Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia. Lihat juga Laporan-Laporan Komite Menentang Penyiksaan, Mutambo v Switzerland (13/1993) GAOR, Sesi ke-49, Tambahan No. 44 (1994); Khan v Canada (15/1994), GAOR, Sesi ke-50, Tambahan No. 44 (1995); dan Ireland v UK, EctHR, Seri-Seri A 25, (1978); Chahal v UK, ECtHR Putusan 15 November 1996; Tomasi v France, ECtHR Seri-Seri A, No. 241-A (1993); Selmouni v France, ECtHR Putusan 28 Juli 1999.

Page 215: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

178

perlawanan terhadap perintah yang sah, atau ketika keselamatan pribadi terancam. Dalam situasi apa pun, kekerasan hanya boleh digunakan jika cara-cara non-kekerasan telah terbukti tidak efektif.8

5.14 Tuntutan-tuntutan pidana juga harus diajukan terhadap mereka yang berada dalam posisi tanggung jawab, yang tahu atau dengan sadar mengabaikan informasi yang menunjukkan bahwa para bawahan mereka melaku-kan kejahatan-kejahatan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang dan gagal untuk mengambil lang-kah-langkah yang sesuai guna mencegah atau melapor-kannya. Apabila pola-pola penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang muncul atau telah terjadi kegagalan yang sistematis untuk mencegah pola-pola tersebut atau meminta pertanggungjawaban para pelaku, maka hal tersebut dapat diambil sebagai bukti yang menun-jukkan bahwa mereka yang berwenang secara efektif memaafkan praktik-praktik semacam itu.

1.15 Anggapan bahwa luka-luka yang dialami oleh seorang tahanan adalah hasil dari penyiksaan atau bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya yang dilarang dapat dibantah jika terdapat penjelasan lain yang masuk akal, tetapi pihak-pihak yang berwenang dan para pelaku lah yang harus menunjukkan secara meyakinkan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut tidak beralasan. Mengingat kesulitan-kesulitan untuk membuktikan tuduhan-tuduhan penyiksaan, dalam situasi-situasi penahanan, pertimbangan yang tepat juga harus diberikan untuk memperkuat bukti. Para hakim

8 Aturan 54, Peraturan Standard Minimum untuk Perlakuan terhadap Para Narapidana; Prinsip 4, 5 dan 9, Prinsip-Prinsip Dasar tentang Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api oleh Aparatur Penegak Hukum.

Page 216: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

179

tidak boleh membuat standard pembuktian yang terlalu tinggi yang membuat standard tersebut secara realistis tidak dapat dipenuhi. Hal ini terutama penting ketika berhadapan dengan tuntutan-tuntutan ganti rugi (lihat di bawah). Faktor-faktor yang harus diambil sebagai bukti yang menguatkan bahwa tuduhan penyiksaan memang berasalan (well-founded) dapat meliputi:

§di mana seorang tahanan telah ditahan di sebuah tempat penahanan yang tidak resmi atau rahasia;

§di mana seorang tahanan telah ditahan tanpa komunikasi untuk jangka waktu tertentu;

§di mana seorang tahanan telah ditahan untuk jangka waktu yang lama di dalam ruang isolasi atau kurungan seorang diri;

§di mana catatan-catatan penahanan yang baik tidak dipelihara atau di mana ketidaksesuaian-ketidaksesuaian yang signifikan muncul di dalam catatan-catatan ini;

§di mana seorang tahanan belum sepenuhnya diberitahu mengenai hak-haknya pada permulaan penahanan dan sebelum interogasi;

§di mana seorang tahanan telah diingkari haknya untuk memperoleh akses yang segera terhadap pengacara;

§di mana seorang tahanan warga negara asing telah diingkari haknya untuk memiliki akses terhadap konsuler;

§di mana seorang tahanan tidak mendapat pemeriksaan medis yang segera dan pemeriksaan-pemeriksaan rutin lebih lanjut;

Page 217: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

180

§di mana catatan-catatan medis tidak benar-benar dipelihara atau telah secara tidak patut diintervensi atau dipalsukan;

§di mana pernyataan-pernyataan telah diambil oleh para penyelidik tanpa kehadiran seorang pengacara;

§di mana situasi-situasi pada saat pernyataan-pernyataan diambil tidak secara patut direkam dan pernyataan-pernyataan itu sendiri tidak seluruhnya dicatat secara serentak;

§di mana pernyataan-pernyataan kemudian telah diubah secara tidak sesuai;

§di mana seorang tahanan telah ditutup matanya, ditutup kepalanya dengan kain, disumbat, dibelenggu atau mengalami pengekangan fisik lainnya, atau telah ditelanjangi, tanpa alasan yang masuk akal, kapan pun selama penahanan;

§di mana kunjungan-kunjungan independen ke tempat-tempat penahanan oleh organisasi-organisasi bona fide, skema-skema kunjungan atau pakar-pakar telah dihalangi, ditunda atau sebaliknya diintervensi.

R v Fryer, Nichol, Lawrie EWCA Crim 825 Pengadilan Tinggi Divisi Pidana, Mahkamah Kerajaan

Selasa, 19 Maret 2002 (Inggris)

Pada tanggal 15 Maret 1998, seorang narapidana di penjara Wormwood Scrubs, mengalami kekerasan yang

Page 218: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

181

serius dan terus-menerus yang dilakukan oleh tiga orang petugas penjara di unit pemisahan di dalam penjara. Narapidana, pengadu dalam kasus ini, telah dibawa untuk digeledah dengan cara ditelanjangi (strip search) dan kemudian dibawa ke unit pemisahan. Ia ditampar, kemudian lehernya ditarik, tangan dan kakinya dan dibawa dari sel ke area terbuka, di tengah blok di mana dilempar ke lantai. Ia mengalami dua kekerasan yang berbeda di mana ia dipukul dan ditendang berulang kali ketika ia tergeletak di lantai sampai berdarah. Ia kemudian dibawa kembali ke sel dan ditendang dari belakang ketika ia masuk ke dalam tembok sel. Para petugas kemudian membuat pengaduan palsu terhadap narapidana yang mengakibatkan dirinya ditempatkan di kurungan seorang diri dan kehilangan remisi untuk ma-sa hukumannya. Sejumlah narapidana lain mengadukan perlakuan sewenang-wenang yang serupa pada saat yang hampir bersamaan dan tuntutan-tuntutan pidana pada akhirnya diajukan terhadap 27 orang petugas penjara terkait dengan 13 pengaduan yang terpisah mengenai perlakuan sewenang-wenang dan kekerasan, di mana beberapa di antaranya dipersamakan dengan penyiksaan. Pada tanggal 14 September 2001, tiga orang petugas pen-jara dihukum terkait dengan kasus di atas dan mendapat hukuman tiga setengah sampai empat tahun penjara. Untuk menguatkan putusan-putusan tersebut, Pengadilan Banding menyatakan bahwa terdapat “keadaan-keadaan khusus dan memberatkan” dalam kasus ini, termasuk keseriusan dari kekerasan yang dilakukan dan fakta bahwa kekerasan tersebut bukan merupakan kekerasan yang terpisah tetapi kekerasan yang terus-menerus dan berulang setelah selang waktu tertentu. Pengadilan

Page 219: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

182

juga menetapkan bahwa: “Para narapidana berhak atas perlindungan hukum, terhadap kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh para petugas penjara. Masyarakat berhak atas pelaksanaan yang patut terhadap tanggung jawab-tanggung jawab sulit yang diemban oleh para petugas penjara. Tanggung jawab-tanggung jawab tersebut adalah tanggung jawab-tanggung jawab yang berat. Tetapi lebih dari itu, para pemohon ini tidak mengambil kesempatan yang seharusnya dapat mereka ambil pada tahap paling awal di mana para petugas penjara terebut seharusnya telah dapat bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Mereka berusaha, dengan tuduhan-tuduhan palsu dan cara-cara disipliner, untuk menyelamatkan situasi mereka sendiri.”

Kewajiban untuk Melakukan Penuntutan

5.16 Pasal 5 Konvensi Menentang Penyiksaan mewajibkan Negara-Negara yang telah meratifikasi Konvensi untuk “mengambil langkah-langkah yang mungkin diperlukan untuk menetapkan jurisdiksi atas tindak pidana-tindak pidana yang sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 dalam hal-hal berikut:

(a) Apabila tindak pidana dilakukan di dalam suatu wilayah jurisdiksinya atau di atas kapal laut atau pesawat terbang di Negara itu;

(b) Apabila pelaku yang dituduh melakukan tindak pidana merupakan warga negara dari Negara itu;

(c) Apabila korbannya merupakan warga negara dari Negara itu, jika Negara itu memandang hal itu perlu.”

Page 220: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

183

5.17 Lebih lanjut, Konvensi mewajibkan Negara-negara untuk “mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menetapkan jurisdiksi atas tindak pidana-tindak pidana semacam itu dalam kasus-kasus di mana ter-sangka pelaku berada di dalam wilayah jurisdiksinya”, apabila negara tersebut tidak mengekstradisi pelaku ke negara lain. Kewajiban ini dipenuhi dengan tidak menghiraukan di mana kejahatan dilakukan, kebangsaan korban dan kebangsaan tersangka pelaku. Pasal 7 Konvensi mewajibkan Negara-Negara, yang di dalam wilayah jurisdiksinya ditemukan seseorang yang dituduh telah melakukan tindak pidana sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4, dalam kasus-kasus sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 5, jika Negara tersebut tidak mengekstradisi pelaku, maka negara itu harus mengajukan kasus tersebut kepada pihak yang berwenang untuk tujuan penuntutan.” Kewajiban untuk “mengadili atau mengekstradisi” ber-dasarkan Konvensi Menentang Penyiksaan berlaku di wilayah-wilayah yang tunduk pada jurisdiksi Negara Pihak, yang meliputi setiap wilayah di mana Negara memiliki kontrol yang efektif. Konvensi Inter-Amerika untuk Mencegah dan Menghukum Penyiksaan juga mewajibkan setiap Negara Pihak untuk mengadili atau mengekstradisi orang-orang yang ditemukan “di wilayah-wilayah di bawah jurisdiksinya,” tanpa menghiraukan di mana kejahatan dilakukan atau kebangsaan korban dan tersangka pelaku.”9

5.18 Keempat Konvensi Jenewa juga mewajibkan Negara-Negara untuk menggunakan jurisdiksi universal berkenaan dengan “pelanggaran-pelanggaran berat”

9 Pasal 12, Konvensi Inter-Amerika untuk Mencegah dan Menghukum Penyiksaan.

Page 221: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

184

terhadap Konvensi dan mengajukkan kasus-kasus tersebut ke pengadilan-pengadilan nasional mereka. Keempat Konvensi mewajibkan Negara-Negara Pihak untuk mencari orang-orang yang dituduh telah melakukan atau telah memerintahkan pelanggaran-pelanggaran berat terhadap Keempat Konvensi, seperti penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi, atau oran-orang yang telah gagal dalam tugas-tugas mereka seba-gai atasan dalam mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran berat semacam itu. Kewajiban untuk “mencari dan mengadili” adalah tanpa batasan-batasan di bawah Konvensi-Konvensi Jenewa.

5.19 Negara-Negara yang tidak terikat oleh Konvensi-Konvensi Jenewa tetap diperbolehkan untuk meng-gunakan jurisdiksi universal apabila seorang tersangka pelaku penyiksaan yang adalah warga Negara asing ditemukan di dalam wilayah mereka oleh karena hukum internasional umum atau hukum kebiasaan internasional memperbolehkan penggunaan jurisdiksi universal atas penyiksaan. Para hakim dan jaksa penuntut memiliki peran yang sangat penting di dalam memastikan bahwa kewajiban-kewajiban ini terpenuhi berkenaan dengan penuntutan terhadap orang-orang yang dituduh melakukan tindakan-tindakan penyiksaan atau kejahatan-kejahatan pembantuan (ancillary crimes).

Persidangan yang Adil

5.20 Para hakim dn jaksa penuntut harus memastikan bahwa persidangan-persidangan terhadap orang-orang yang dituduh melakukan penyiksaan dan kejahatan-

Page 222: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

185

kejahatan pembantuan dilakukan secara adil di bawah hukum nasional dan internasional dan benar-benar menghormati hak-hak para tersangka dan kepentingan-kepentingan para korban serta keluarga mereka. Para tersangka berhak mendapat nasehat dan bantuan hukum pilihan mereka sendiri, pada semua tahap proses pemeriksaan pidana. Pengadilan-pengadilan nasional juga harus melindungi para korban, saksi dan keluarga mereka – termasuk aturan mengenai keamanan yang efektif. Langkah-langkah perlindungan semacam itu tidak boleh merugikan hak tersangka atas sebuah persidangan yang adil, termasuk hak untuk pemeriksaan silang terhadap saksi-saksi. Namun, hak ini harus dilarang dipergunakan untuk tujuan mengintimidasi atau menyebabkan para korban atau saksi kembali trauma.

5.21 Apabila persidangan-persidangan dilakukan di bawah jurisdiksi universal, pengaturan-pengaturan tertentu mungkin perlu dilakukan untuk mendatangkan saksi-saksi dari luar negeri atau untuk mengatur fasilitas-fasilitas sambungan video, apabila memungkinkan, sehingga mereka dapat memberikan bukti. Jika diperlukan, fasilitas-fasilitas interpretasi lengkap juga harus disediakan.

Kekebalan, Amnesti dan Kedaluarsa

5.22 Pengadilan memiliki tugas untuk melaksanakan, dalam ranah jurisdiksi mereka, kewajiban-kewajiban internasional untuk menyelidiki, mengadili dan menghukum para pelaku kejahatan penyiksaan. Tidak

Page 223: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

186

seorangpun yang mendapat pengecualian atas hal ini oleh karena jabatan resmi mereka. Amnesti dan lang-kah-langkah serupa lainnya yang menghalangi para pelaku pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti penyiksaan, untuk dibawa ke pengadilan, diadili dan dihukum, bertentangan dengan kewajiban-kewajiban Negara di bawah hukum HAM internasional, termasuk kewajiban-kewajiban untuk menyelidiki, mengadili dan menghukum orang-orang yang bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran berat hak asasi manusia.

5.23 Statuta Mahkamah Pidana Internasional menjelaskan bahwa Statuta “harus diberlakukan secara sama bagi semua orang tanpa suatu pembedaan yang didasarkan pada jabatan resmi. Secara khusus, jabatan resmi sebagai seorang Kepala Negara atau Pemerintahan, anggota Pe-merintahan atau parlemen, wakil terpilih atau pejabat pemerintah dalam hal apa pun tidak mengecualikan se-seorang dari tanggung jawab pidana di bawah Statuta ini, demikian pula dalam dan mengenai dirinya sendiri, tidak merupakan suatu alasan untuk mengurangi hukuman.10 Kekebalan atau peraturan prosedural khusus yang mungkin terkait dengan jabatan resmi seseorang, baik di bawah hukum nasional atau inter-nasional, tidak menghalangi Mahkamah untuk meng-gunakan jurisdiksinya atas orang tersebut.”11 Lebih lanjut Statuta menetapkan bahwa: “Kejahatan-kejahatan dalam jurisdiksi Mahkamah tidak boleh tunduk pada batasan-batasan kedaluarsa.”12 Meskipun Protokol II

10 Pasal 27(1), Statuta Mahkamah Pidana Internasional.11 Pasal 27(2), ibid.12 Pasal 29, ibid.

Page 224: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

187

untuk Keempat Konvensi Jenewa mengedepankan bahwa Negara-Negara harus memberikan “amnesti yang seluas mungkin” kepada orang-orang yang telah terlibat di dalam konflik bersenjata sampai berakhirnya pertikaian, tetapi hal tersebut tidak dimaksudkan untuk memberikan kekebalan terhadap tindakan-tindakan yang dipersamakan dengan kejahatan perang.13

5.24 Komite Hak Asasi Manusia juga telah menetapkan: “Komite telah mencatat bahwa beberapa Negara telah memberikan amnesti berkenaan dengan tin-dakan-tindakan penyiksaan. Amnesti secara umum bertentangan dengan tugas Negara-Negara untuk menyelidiki tindakan-tindakan semacam itu; untuk menjamin kebebasan dari tindakan-tindakan semacam itu di dalam jurisdiksi mereka; dan untuk memastikan bahwa tindakan-tindakan tersebut tidak terjadi di masa depan. Negara-Negara tidak boleh merampas hak individu atas upaya penyelesaian yang efektif, termasuk kompensasi dan rehabilitasi penuh yang dimungkinkan.”14 Komite telah menegaskan bahwa jenis-jenis amnesti semacam ini mendorong terciptanya iklim impunitas bagi para pelaku pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia dan merusak upaya-upaya untuk membangun kembali penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kepastian hukum.15 Deklarasi Wina yang disahkan dalam Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia meminta Negara-Negara

13 Pasal 6.5, Protokol Tambahan II tahun 1977 untuk Konvensi-Konvensi Jenewa tahun 1949

14 Komite Hak Asasi Manusia, Komentar Umum No. 20, paragraf 15.15 Observasi-Observasi Kesimpulan Komite Hak Asasi Manusia: Argentina, 5

April 1995, UN Doc. CCPR/C/79/Add. 46; A/50/40, paragraf 146.

Page 225: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

188

untuk “mencabut peraturan perundang-undangan yang mendorong ke arah impunitas bagi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran berat hak asasi manusia seperti penyiksaan, dan menuntut pelanggaran-pelanggaran semacam itu, sehingga kepastian hukum mendapatkan dasar yang kokoh.”16

5.25 Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika telah menetapkan bahwa “adalah hal yang tidak dapat diterima untuk menggunakan ketentuan-ketentuan amnesti, kedaluarsa atau langkah-langkah yang diran-cang untuk melepaskan pertanggungjawaban pidana sebagai cara untuk menghalangi penyelidikan dan peng-hukuman terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran berat hak asasi manusia seperti penyiksaan, eksekusi kilat di luar hukum dan secara sewenang-wenang dan penghilangan, yang ke-semuanya dilarang sebagai pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak yang tidak dapat dikurangi (non-derogable) yang diakui di bawah hukum internasional.”17

5.26 Jika masuk dalam kewenangannya untuk melakukan demikian, pengadilan-pengadilan harus tidak me-negakkan undang-undang yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban internasional Negara, sehingga negara itu tidak melanggar hak asasi manusia yang dilindungi secara internasional, dan kemudian menyatakan bahwa undang-undang tersebut tidak berlaku.

16 Deklarasi dan Program Aksi Wina, Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia, Wina 14-25 Juni 1993, UN Doc. A/CONF.157/23 12 Juli 1993, paragraf 60

17 Kasus Barrios Altos (Chumbipuma Aguirre and others v Peru), Inter-Am Ct.H.R., Putusan 14 Maret 2001, paragraf 41.

Page 226: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

189

5.27 Komisi-komisi kebenaran sering kali memainkan peran penting di dalam menciptakan sebuah catatan otoritatif mengenai masa lalu dan memberikan para korban platform untuk menceritakan kisah-kisah mereka dan mendapat ganti rugi. Tetapi komisi-komisi kebenaran bukanlah sebuah substitusi bagi keadilan dalam bentuk penuntutan-penuntutan yang penuh dan adil. Apabila komisi-komisi kebenaran dibentuk, mereka harus menghormati proses hukum, menciptakan kebenaran, memberikan reparasi bagi para korban dan membuat rekomendasi-rekomendasi yang dirancang untuk mencegah keberulangan kejahatan-kejahatan semacam itu. Komisi-komisi kebenaran juga harus berjalan berdampingan dengan pengadilan di dalam membawa para pelaku ke depan hukum dan tidak digunakan sebagai sebuah alternatif.

Causa No. 8686/2000 caratulada “Simón, Julio, Del Cerro, Juans/Sustracción de menores de 10 año” del

registro de la Secretaría Nro. 7 de este Antonio Juzgado Nacional en lo Criminal y Correccional Federal No. 4, 6

March 2001 (Argentina)

Pada bulan Maret 2001, seorang hakim federal di Argentina memutuskan bahwa Punto Final Law dan Law of Due Obedience, yang memberikan kekebalan dari penuntutan atas pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan di bawah pemerintahan militer, tidak konstitusional dan tidak sah. Putusan ini terkait dengan penuntutan-penuntutan pidana mengenai “penghilangan” pada tahun 1978 terhadap José Liborio

Page 227: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

190

Poblete Roa, istrinya, Gertrudis Marta Hlaczik, dan anak mereka. Pada bulan November 2001, Pengadilan Tinggi Federal menguatkan putusan ini.

Actuaciones Sumariales registradas bajo el No. 13.445/1999, caratuladas:Videla Jorge Rafael y otros s/Privación Ilegal de la Libertad Personal” del registro

de ésta Secretaria No.14, pertenecientes al Juzgado Nacional en lo Criminal y Correccional Federal No.7, 20

July 2001, (Argentina)

Pada bulan Juni dan Juli 2001, seorang hakim federal mengeluarkan tiga buah putusan hukum yang menyatakan dan meminta penangkapan terhadap sejumlah mantan anggota pasukan bersenjata Argentina, Chile, Paraguay dan Uruguay atas keterlibatan mereka di dalam rencana kriminal yang ditandai dengan sebuah pola penghilangan paksa yang sistematis yang dikenal dengan nama “Operation Condor”. Dalam putusannya, hakim memerintahkan persidangan dan penangkapan pencegahan terhadap mantan Presiden Jorge Rafael Videla. Hakim juga meminta penangkapan sementara (provisional arrest), penundaan atas permintaan-permintaan ekstradisi terhadap mantan Presiden Chile, Augusto Pinochet. Pada bulan Desember 2001, dalam sebuah putusan yang terpisah, hakim juga meminta penangkapan sementara, menunda permintaan-permintaan ekstradisi terhadap mantan Presiden Bolivia, Hugo Banzer Suárez.

Page 228: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

191

Penghukuman

5.16 Penghukuman atas kejahatan-kejahatan penyiksaan akan ditentukan oleh hukum domestik. Namun demi-kian, Konvensi Menentang Penyiksaan menetapkan bahwa Negara-Negara Pihak “harus menetapkan bahwa pelanggaran-pelanggaran ini (penyiksaan) dapat dihukum dengan hukuman-hukuman yang setimpal dengan pertimbangan sifat kejahatannya.”18 Selain melibatkan tindakan-tindakan kekerasan fisik atau mental, kejahatan-kejahatan ini (penyiksaan) kerap merupakan penyalahgunaan kewenangan dan pengkhianatan terhadap kepercayaan publik. Apabila masuk dalam kewenangannya untuk melakukan demikian, para hakim dan jaksa penuntut harus memastikan bahwa tindakan-tindakan penyiksaan diperlakukan demikian. Apabila kejahatan dengan nama seperti itu tidak terdapat dalam udang-undang, atau fakta-fakta tidak sesuai dengan definisi nasional yang lebih sempit dari definisi internasional, maka yang digunakan adalah kejahatan berikutnya dengan kategori paling serius yang mencakup fakta-faktanya. Hal ini dilakukan dalam rangka memastikan bahwa pengadilan menjatuhkan hukuman yang sepadan dengan berat fakta-fakta yang ada dan menjamin bahwa penerapan kedaluarsa yang prematur dihindari.

18 Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia tahun 1984, Pasal 4.

Page 229: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

192

Ganti Rugi

5.29 Sampai pada taraf maksimum yang diperbolehkan oleh hukum nasional, para hakim dan jaksa penuntut juga harus memastikan bahwa setiap orang yang telah mengalami penyiksaan dan tindakan-tindakan tidak sah lainnya mengetahui bahwa ia memiliki hak untuk menuntut kompensasi atas penderitaan moral dan fisik dan membantu menciptakan kondisi-kondisi yang benar-benar mereka perlukan untuk menerima manfaat dari hak ini. Para korban penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang memiliki hak untuk mengetahui kebenaran mengenai apa yang terjadi pada mereka, untuk melihat mereka yang bertanggung jawab diadili dan untuk mendapatkan reparasi atas kerugian yang mereka alami.

5.30 Pelapor Khusus untuk Hak atas Restitusi, Kompensasi dan Rehabilitasi bagi Para Korban Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia, Cherif Bassiouni, dalam laporan akhirnya kepada Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 2000, melampirkan draft mengenai prinsip-prinsip dan pedoman-pedoman dasar tentang hak atas ganti rugi dan reparasi bagi para korban pelanggaran hukum HAM dan hukum humaniter internasional (Prinsip-Prinsip Van Boven-Bassiouni).19 Prinsip-Prinsip Van Boven-Bassiouni, yang termuat di dalam Lampiran Satu dari Manual ini, mengakui bentuk-bentuk reparasi berikut:

19 UN Doc. E/CN.4/2000/62, 18 Januari 2000.

Page 230: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

193

§Restitusi: langkah-langkah yang harus diambil untuk mengembalikan korban pada situasi semula sebelum pelanggaran terjadi, termasuk restorasi atas hak-hak hukumnya, status sosial, kehidupan berkeluarga, tempat kediaman, properti dan pekerjaan;

§Kompensasi: langkah-langkah yang harus diambil untuk mengganti kerusakan yang dapat dinilai secara ekonomi sebagai akibat dari pelanggaran-pelanggaran termasuk kerusakan fisik atau mental, tekanan emosional, hilangnya kesempatan pendidikan, hilangnya pendapatan, biaya-biaya hukum dan/atau medis;

§Rehabilitasi: langkah-langkah yang harus diambil untuk menjamin perawatan medis dan psikologis apabila diperlukan serta bantuan-bantuan hukum dan sosial;

§Kepuasan dan jaminan-jaminan ketidak-berulangan: langkah-langkah yang harus diambil untuk menjamin penghentian pelanggaran-pelanggaran yang berkelanjutan, penyingkapan kebenaran di balik pelanggaran-pelanggaran, pernyataan resmi atas pertanggungjawaban dan/atau permintaan maaf, pengakuan publik atas pelanggaran-pelanggaran, serta sanksi-sanksi judisial atau administratif, dan langkah-langkah pencegahan termasuk pelatihan hak asasi manusia.

5.31 Kadang-kadang para korban membutuhkan perawatan medis atau terapi jangka panjang yang mahal. Kadang-kadang mereka tidak dapat bekerja karena pengalaman-

Page 231: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

194

pengalaman mereka atau mereka menemukan hidup mereka secara fundamental berubah. Jika penyiksaan telah dilakukan oleh agen-agen Negara, atau dengan persetujuan mereka, Negara harus, sejauh mungkin, memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Apabila masuk di dalam kewenangannya, para hakim harus memastikan bahwa para korban penyiksaan menerima ganti rugi yang sepenuhnya dengan pertimbangan pada sifat, berat dan seriusnya kejahatan yang telah menimpa mereka. Apabila korban meninggal dunia sebagai akibat dari penyiksaan, maka yang berhak atas ganti rugi adalah orang yang berada di bawah tanggungan korban.

5.32 Pelapor Khusus untuk Masalah Impunitas, Louis Joinet, dalam laporannya kepada Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 1997, menguraikan serangkaian prinsip untuk perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia melalui tindakan untuk melawan impunitas. Rangkaian prinsip itu disebut juga dengan Prinsip-Prinsip Joinet,20 yang meliputi:

§Prinsip 33: Hak dan kewajiban yang muncul dari kewajiban untuk membuat reparasi. Setiap pelanggaran hak asasi manusia memunculkan hak atas reparasi di pihak korban atau ahli warisnya, yang mengimplikasikan kewajiban di pihak Negara untuk membuat reparasi dan kemungkinan bagi korban untuk mencari penggantian kerugian dari pelaku pelanggaran.

20 UN Doc. E/CN.4/Sub.2/1997/20/Rev.1, 2 Oktober 1997.

Page 232: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

195

§Prinsip 34: Prosedur-prosedur reparasi. Seluruh korban harus memiliki akses atas pemulihan yang siap tersedia, cepat dan efektif dalam bentuk peradilan pidana, sipil, administratif, atau disipliner… Dalam menggunakan hak ini, mereka harus diberikan perlindungan terhadap intimidasi dan tindakan balas dendam. Penggunaan hak atas reparasi mencakup akses atas prosedur-prosedur internasional yang berlaku.

§Prinsip 35: Mempublikasikan prosedur-prose-dur reparasi. Prosedur-prosedur ad hoc yang memungkinkan para korban menggunakan hak mereka atas reparasi harus dipublikasikan seluas mungkin oleh media komunikasi publik maupun swasta. Penyebarluasan semacam ini harus dilakukan di dalam dan di luar negeri, termasuk melalui jasa konsulat, terutama di negara-negara di mana sejumlah besar korban telah dipaksa hidup di pengasingan.

§Prinsip 36: Ruang lingkup hak atas reparasi. Hak atas reparasi harus mencakup seluruh kerugian yang diderita oleh korban; hak ini harus mencakup langkah-langkah individu mengenai hak atas restitusi, kompensasi dan rehabilitasi, dan langkah-langkah perbaikan umum… Dalam kasus penghilangan paksa, apabila nasib korban telah diketahui, keluarga korban tersebut memiliki hak yang tidak dapat dilanggar untuk mendapatkan informasi mengenai korban dan, apabila korban meninggal dunia, jenazah korban harus dikembalikan kepada keluarga segera setelah ia

Page 233: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

196

diidentifikasi, terlepas dari apakah para pelaku pelanggaran telah diidentifikasi, dituntut atau diadili atau belum.

P v Marksman & Anor, St. Vincent & the Grenadines, Pengadilan Tinggi, 13 April 1999, [2000] 1 LRC 1, (1999)

2 CHRLD 430, (St Vincent & the Grenadines)

P, seorang narapidana, berhasil membuat pernyataan ke-pada Pengadilan Tinggi bahwa Inspektur Penjara telah melanggar hak konstitusionalnya untuk tidak disiksa atau diperlakukan secara tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia dengan memerintahkannya untuk dicambuk dengan alat cambuk ‘cat-o-nine tails’ dan dikurung dalam kurungan seorang diri untuk jangka waktu yang diperpanjang. Pada bulan Juli 1997, Pengadilan memutuskan bahwa pencambukan dengan ‘cat-o-nine tails’ (sebagai penghukuman atas serangan yang dilakukan terhadap seorang penjaga penjara) bertentangan dengan Konsti-tusi yang melarang penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang lainnya. Mengutip kasus-kasus sebelumnya yang terjadi di Zimbabwe dan Afrika Selatan, dengan persetujuan, Hakim memutuskan bah-wa ‘pencambukan semacam itu bertentangan dengan standard-standard kepantasan yang diharapkan dari Layanan Penjara. Tindakan tersebut tidak hanya meng-aniaya orang yang dicambuk tetapi juga masyarakat yang mengizinkannya serta memelihara kebencian dan kepahitan terhadap hukum dan masyarakat.

Page 234: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

197

Mencambuk dengan ‘cat-o-nine tails’ memenuhi definisi penyiksaan yang terdapat di dalam Pasal 1 Deklarasi PBB tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan terhadap Tersangka… Sekarang, biarkan cambuk cat-o-nine tails’ yang digunakan di Penjara Pria di St. Vincent mengambil tempatnya di dalam museum penjara bersama-sama dengan alat-alat lain semacam itu seperti alat gantung, tonggak tempat mencambuk, sekrup, dan kurungan badan di mana para pemberontak Indian Barat dulu dikurung sampai mereka mati kelaparan.’ Pengadilan memutuskan bahwa tanggung jawab Negara untuk membayar kompensasi atas pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak konstitusional didasarkan pada tanggung jawabnya yang utama atas tindakannya yang salah, dan bukan pada tanggung jawab mutlak (vicarious liability) atas kesalahan-kesalahan yang dilaku-kan oleh pejabat-pejabatnya. Kerugian-kerugian atas tindakan opresif dan berlebihan oleh para pejabat Negara harus diganti. Dalam menilai kerugian-kerugian, Pengadilan harus memperhitungkan kerugian terhadap martabat dan harga diri, penderitaan mental dan hilang-nya reputasi yang telah diderita oleh penggugat. Penggantian atas kerugian harus menyeimbang-kan antara kepentingan-kepentingan Negara di dalam memelihara hukum dan ketertiban dan kepentingan-kepentingan warga Negara untuk tidak dilanggar hak-hak konstitusionalnya. Mengingat rasa sakit dan penderitaan yang luar biasa yang diderita, serangan terhadap mar-tabatnya dan tekanan, ketidaknyamanan, aib dan rasa malu, maka berdasarkan kewenangannya yang luas untuk menegakkan hak-hak konstitusional di

Page 235: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

198

bawah Konstitusi, Pengadilan dapat, antara lain, memulai proses-proses hukum terhadap pejabat-pejabat publik yang bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak konstitusional warga negara, mene-tapkan pembayaran ganti rugi atau menempatkan mereka dalam proses-proses disipliner. Berkenaan dengan ke-gagalan Negara dan Inspektur Penjara untuk membuat permintaan maaf secara tertulis atas pelanggaran terhadap hak-hak konstitusional P, P juga mendapat penggantian kerugian. Pengadilan lebih lanjut memerintahkan proses-proses disipliner untuk dilakukan terhadap Inspektur Penjara.

Page 236: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

199

Profil ELSAM

Lembaga Studi dan Advokasi Mayarakat (Institute for Policy Research and Advocacy) yang disingkat ELSAM adalah organisasi advokasi kebijakan yang berdiri sejak Agustus 1993 di Jakarta. Tujuannya turut berpartisipasi dalam usaha menumbuhkembangkan, memajukan dan melindungi hak-hak sipil dan politik serta hak-hak asasi manusia pada umumnya – sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi UUD 1945 dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.

ELSAM mempunyai empat kegiatan utama sebagai berikut: (i) studi kebijakan dan hukum yang berdampak pada hak asasi manusia; (ii) advokasi hak asasi manusia dalam berbagai bentuknya; (iii) pendidikan dan pelatihan hak asasi manusia; dan (iv) penerbitan dan penyebaran informasi hak asasi manusia.

Susunan Organisasi Perkumpulan ELSAM

Dewan Pengurus: Ketua: Asmara Nababan, S.H.; Wakil Ketua: Drs. Hadimulyo, M.Sc.; Sekretaris: Ifdhal Kasim, S.H.; Bendahara: Ir. Yosep Adi Prasetyo; Anggota: Sandrayati Moniaga, S.H., Abdul Hakim

Page 237: Melawan Penyiksaan Melawan Penyiksaan dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang juga bertanggung jawab untuk memegang teguh dan menegakkan hukum. Para hakim dan jaksa penuntut berperan

200

Garuda Nusantara, S.H., LL.M., Maria Hartiningsih, Kamala Chandrakirana, M.A., Ir. Suraiya Kamaruzzaman, LL.M., Johny Simanjuntak, S.H., Raharja Waluya Jati, Mustafsirah Marcoes, M.A., Fransisca Ery Seda, Ph.D., Dra. Agung Putri, M.A., Ester Rini Pratsnawati.

Pelaksana Harian:Direktur Eksekutif: Dra. Agung Putri, M.A.Deputi Direktur Bidang Program: Indriaswati Dyah Saptaningrum, S.H., LL.M.Deputi Direktur Bidang Urusan Internal: Otto Adi Yulianto, S.E.Staf: Atnike Nova Sigiro, S.Sos., M.Sc., Betty

Yolanda, S.H., Elisabeth Maria Sagala, S.E., Ester Rini Pratsnawati, Adyani Hapsari Widowati, Ikhana Indah, S.H., Maria Ririhena, S.E., Mariah, Triana Dyah P., S.S., Yuniarti, S.S., Agung Yudhawiranata, S.IP., LL.M., Amiruddin, S.S., M.Si., Eddie Sius Riyadi, Elly Pangemanan, Ignasius Taat Ujianto, Khumaedi, Kosim, Paijo, Wahyu Wagiman, S.H., Zani.

Alamat: Jl. Siaga II No. 31, Pasar Minggu, Jakarta 12510. Tel.: (021) 797 2662; 7919 2519; 7919 2564; Facs.: (021) 7919 2519; Email: [email protected], atau [email protected]; Website: www.elsam.or.id