melakukan pencegahan polusi lingkungan laut

13
KODE : PTK.NP 02.015.01 MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 1 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bahwa 71% dari dunia adalah laut dan 2/3 dari seluruh luas Indonesia adalah laut. Luasnya perairan di Indonesia berarti laut mempunyai fungsi yang sangat strategis, sehingga di perlukan perlindungan lingkungan terutama yang berasal dari pengoperasian kapal dimana potensi laut yang mempunyai sumber daya alam antara lain: Tempat berkembang biaknya binatang laut dan tumbuhan Tempat pariwisata dan olah raga laut Lalu lintas transportasi laut Sebagai produksi tambang Sebagai sumber energi Dalam pelaksanaan perlindungan terhadap lingkungan di laut, dibuat suatu aturan yang berlaku secara Internasional yang terkenal dengan sebutan MARPOL ’73/74. B. Tujuan Modul ini bertujuan agar para peserta diklat mampu melakukan pencegahan polusi lingkungan laut. Kompetensi ini memerlukan aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pencegahan polusi lingkungan laut. C. Ruang Lingkup Modul Ruang lingkup modul ini terdiri dari 5 pemelajaran, yaitu: 1. Mengidetifikasi sumber pencemaran serta melakukan pencegahan pencemaran serta melakukan pencegahan pencemaran lingkungan laut. 2. Melakukan pola penanggulangan pencemaran lingkungan laut. 3. Pengoperasian dan perawatan peralatan pencegahan pencemaran laut 4. Pengenalan peralatan pencegahan pencemaran laut 5. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran laut.

Upload: mes-ry

Post on 06-Aug-2015

300 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 1 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana kita ketahui bahwa 71% dari dunia adalah laut dan 2/3 dari

seluruh luas Indonesia adalah laut. Luasnya perairan di Indonesia berarti

laut mempunyai fungsi yang sangat strategis, sehingga di perlukan

perlindungan lingkungan terutama yang berasal dari pengoperasian kapal

dimana potensi laut yang mempunyai sumber daya alam antara lain:

Tempat berkembang biaknya binatang laut dan tumbuhan

Tempat pariwisata dan olah raga laut

Lalu lintas transportasi laut

Sebagai produksi tambang

Sebagai sumber energi

Dalam pelaksanaan perlindungan terhadap lingkungan di laut, dibuat

suatu aturan yang berlaku secara Internasional yang terkenal dengan

sebutan MARPOL ’73/74.

B. Tujuan

Modul ini bertujuan agar para peserta diklat mampu melakukan

pencegahan polusi lingkungan laut. Kompetensi ini memerlukan aplikasi

pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pencegahan

polusi lingkungan laut.

C. Ruang Lingkup Modul

Ruang lingkup modul ini terdiri dari 5 pemelajaran, yaitu:

1. Mengidetifikasi sumber pencemaran serta melakukan pencegahan

pencemaran serta melakukan pencegahan pencemaran

lingkungan laut.

2. Melakukan pola penanggulangan pencemaran lingkungan laut.

3. Pengoperasian dan perawatan peralatan pencegahan

pencemaran laut

4. Pengenalan peralatan pencegahan pencemaran laut

5. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran laut.

Page 2: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 2 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

BAB II

LEMBAR INFORMASI

1. MENGIDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN SERTA MELAKUKAN PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

1.1 Pencegahan pencemaran klaut, klasifikasi tumpahan minyak dan

penyebab tumpahan minyak serta tingkat pencemaran diidentifikasi

Dalam hal pencemaran yang terjadi di laut dapat disebabkan oleh benda

atau bahan yang ada di kapal lain dari minyak, sampah, kotoran,

pencemaran udara dari kapal.

Hal ini sudah diatur dalam peraturan pencegahan pencemaran

(konvensi MARPOL 73/78) terdiri dari 20 artikel, 2 protokol dan 6

annexes. Konvensi ini diberlakukan untuk semua kapal dari tipe apapun

yang dioperasikan di laut, kecuali kapal perang dan kapal pemerintah

yang tidak dikomersilkan.

Annex yang mengatur tentang pencegahan pencemaran tersebut adalah

sebagai berikut :

Annex I : Peraturan tentang pencegahan pencemaran dari kapal oleh

minyak

Annex II : Peraturan tentang pencegahan pencemaran dari kapal oleh

bahan cair beracun dalam bentuk curah

Annex III : Peraturan tentang pecegahan pencemaran dari kapal oleh

barang yan berbahaya dalam bentuk kontak

Annex IV : Peraturan pencegahan pencemaran oleh kotoran

Annex V : Peraturan pencegahan pencemaran oleh sampah

Annex VI : Peraturan pencegahan pencemaran uadara dari kapal

Page 3: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 3 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

1.2 Hukum dan perundang undangan tentang polusi laut

Marpol ’73/78 – ANNEX 1

Sebagai hasil ” International Convention for the Prevention of Pollution

from Ships” tahu 1973, yang kemudian disempurnakan dengan TSPP

(Tanker Safety and Pollution Prevention) Protocol tahun 1978 dan

konvensi ini dikenal denga nama MARPOL ‘73/78 maka MArpol memuat

5 (lima) Annex yang masih berlaku sampai sekarang yakni :

Annex I : Minyak (Oil)

Annex II : Nixious Liquid Substance Carreid in Bulk

Annex III : Harful Subtance in Packages form

Annex IV : Sewage

Annex V : Garbage

Annex VI : Air Polution

Konvensi ini berlaku secara Internasional sejak 2 Oktober 1983, dan

menjadi keharusan untuk Annex I (Oil), menyusul Compulsory untuk

Annex II Nixious Liquid Substance Carreid in Bulk bahan cair berbahaya

dalam keadaan curah. 6 April 1987. menyusul kemudian Annex IV (

Sewage) 31 Desember 1988, Annex III : Harful Subtance in Packages

form atau bahan cair berbahaya dalam kemasan) pada tangal 1 JUli

1992, sehingga sisa Annex IV (Garbage) yang belum berlaku

Internasional sampai saat ini. Isi dan teks MARPOL ‘73/78 sangat

kompleks dan sulit dipahami bila tanpa ada usaha mempelajarinya

secara Maritim dan hasil pelaksanaannya memperlukan evaluasi

berkelanjutan baik oleh pemerintah maupun pihak industri suatu negara.

Annex I MARPOL ‘73/78 yang berisi mengenai peraturan untuk

mencegah pencemaran oleh tumapahan minyak dari kapal sampai 6 Juli

1993 sudah terdiri dadri 26 Regulation:

Dokumen penting yang menjadi bagian intergral dadri Annex I adalah :

Appendix I Mengenai daftar dan jenis minyak

Appendix II Bentuk formattiari IOPP Certificate

Appendix III Bentuk format dari Oil Record Book

Page 4: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 4 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

Berikut adalah isi dan bentuk dari dokumen dimaksud berdasarkan

MARPOL ‘73/78 seperti terlampir :

”List of Oil” sesuai Appendix I MARPOL ’73/78 adalah daftar dari minyak

yang akan menyebabkan pencemaran apabila tumpah ke laut dimana

daftar tersebut tidak akan sama dengan daftar minyak sesuai kriteria

industri perminyakan.

”Intrnational Oil Pollution Prevetion Certificate”(IOCP Certficate) untuk

semua kapal dagang dimana supplement atau lampiran mengenai

”Record of Contruction an Equiepment for Other tahn Oil Tankers and

Oil Tankers” dijelaskan secara terpisah di dalam Appendix II MARPOL

‘73/78 dimana struktur, peralatan, system, kelengkapan perencanaan

dan kondisi kapal memuaskan dan memenuhi ketentuan sesuai Annex I

Konvensi MARPOL 1973.

”Oil Record Book”

Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan diatas

kapal, untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-

sisa minyak, campuran minyak dan air got (bilga) di kamar mesin,

semua jenis kapal dan untuk kegiatan bongkar muat muatan dan air

ballast pada kapal tanker.

Bagian I adalah untuk kegiatan dikamar mesin (machinery space

operation) ditrapkan semua kapal ukuran 400 GT atau

lebih dengan daftar item yang harus dicatat didalam oil

record book dimuat didalam appendix III MARPOL ’73/78

Bagian II adalah untuk kegiatan bongkar muat minyak dan iar

ballast utnuk kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih

(Cargo and Beast Operation) dengan daftar item yang

harus dicatat di dalam oil record, dimuat didalam Appendix

III MARPOL ’73/78, appendix to Annex I MARPOL ’73/78

Pada permulaan tahun 1970-an cara pendekatan yang dilakukanoleh

IMO dalam membuat peraturan yang berhubungan dengan maritime

pollution pada dasarnya sama dengan sekarang, yakni melakukan

Page 5: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 5 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

kontrol yang ketat pada struktur kapal untuk mencegah jangan sampai

trejadi tumpahan minyak atau pembuangan campuran miyak kelaut.

Dengan pendekatan demikian MARPOL ’73/78 memuat peraturan untuk

mencegah mungkin minyak yang mencemari laut, tapi kemudian pada

tahun 1984 dilakukan beberapa modifikasi oleh IMO yang menitik

beratkan pencegahan padakegiatan operasi tanker pada Annex I dan

yang terutama adalah keharusan kapal untuk dilengkapi dengan Oil

Water Separating Equipment dan Oil Dischare Monitoring System.

Karena itu pada peraturan MARPOL ’73/78 dapat dibagi dalam 3 (tiga)

kategori :

Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran

Peraturan untuk menanggulangi pencemaran

Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut

2. MELAKUKAN POLA PENANGGULANGAN PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

Menyadari akan besarnya bahaya pencemaran minyak dilaut serta

peningkatan kualitas pencemaran yang berjalan/sebanding dengan

meningkatnya kebutuhan minyak sebagai sumber energi, maka timbulah

upaya-upaya untuk pencegaha dan penanggulangan bahaya tersebut

oleh negara-negara maritime yang selanjutnya dikeluarkanlah ketentuen-

ketentuan lokal atau Internasioanl ileh IMCO dengan konvensi MARPOL

1973 dan yang disempurnakan dengan protokol 1978 atau disebut

MARPOL ’73/78, dimana dalam konvensi tersebut diantaranya disebutkan

bahwa pada dasarnya tidak dibenarkan membuang minyak kelaut,

sehingga pada pelaksanaannya timbullah :

a. Peraturan pencegahan pencemaran laut dari kapal tanker

1. Pengadaan tangki ballast terpisah (SBT) atau COW pada ukuran

kapal-kapal tertentu ditambah dengan peralatanm-peralatan

tertentu.

2. Batasan-batasan jumlah minyak yang dapat dibuang kelaut

3. Daerah-daerah pembuangan minyak

Page 6: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 6 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

4. Keharuasan pelabuhan-pelabuhan, khususnya pealbuhan muat

untuk menyediakan tanki pembuangan slop (ballast kotor).

b. Peraturan atau usaha-usaha penanggulanganny, misalnya :

1. Membuat Contingency plant regional dan local

2. Ditentukan atau dibuatnya peralatan penanggulangan, misalnya oil

boom, Oil skimmer, cairan-cairan sebagai dispersant agent,

danlain-lain. Contingency plant adalah tata cara penangulangan

pencemaran dengan prioritas pada pelaksanaan serta jenis alat

yang digunakan dalam :

a. Memperkecil/meminimalkan sumber pencemaran

b. Melokalisasi dan mengumpulkan material/bahan pencemaran

c. Menetralisir pencemaran

Oil boom alat pengumpul material pencemaa yag terapung, Chemical

dispersant (singking agent), sorbent dan bahan-bahan zat penetral adalah

berfungsi untuk menetralisasi atau mencerai beraikan/Dispersi material

pencemaran dan ini sangat tergantung dari :

Jenis minyak dan kerapatan (density)

Kepekatan (Viscosity)

Pour Point (titik endap)

Kadar lilin dan aspal

3. TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP PENCEMARAN LAUT SESUAI

DENGAN SOP MARPOL ’73/74

3.1 Oil Record Book

Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan diatas kapal,

untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-sisa

minyak, campuran minyak dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis

kapal dan untuk kegiatan bongkar muat muatan dan air ballast pada kapal

tanker.

Bagian I adalah untuk kegiatan dikamar mesin (machinery space

operation) ditrapkan semua kapal ukuran 400 GT atau

Page 7: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 7 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

lebih dengan daftar item yang harus dicatat didalam oil

record book dimuat didalam appendix III MARPOL ’73/78

Bagian II adalah untuk kegiatan bongkar muat minyak dan iar

ballast utnuk kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih

(Cargo and Beast Operation) dengan daftar item yang

harus dicatat di dalam oil record, dimuat didalam Appendix

III MARPOL ’73/78, appendix to Annex I MARPOL ’73/78

3.2 Prosedur Kegiatan Bunker.

Pekerjaan muatan harus dipimpin oleh seorang Mulaim I yang cajap,

bertanggung jawab dan memenuhi persyaratan ijazah untuk kapal itu.

Sebelum pemuatan atau pembongkaran dimulai, nakhoda atau mualim

I diharuskanuntuk memeriksa dan mengisi sendiri di formulir Check-

List, bahwa ketentuan setempat mengenai keselamatan, pencegahan

kebakaran dan pencegahan pencemaran laut telah dilaksanakan.

Di pelabuhan bongkar atau muat, nakhoda, kepala kamar mesin, dan

mualim-mualim yang bertugas diahruskan megetahui fasilitas-fasilitas

setempat yang ada serta mengetahui cara-cara yang tepat untuk

meghubungi instalasi darat, regu pemadam kebajaran dan

pencegahan pencemaran.

Pekerjaan muatan dan pengisiian bahan bakar harus dilakukan

dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya tumpahan minyak.

Selama pemuatan dan pembongkaran, jika tak ada bak penampungan

yang tetap harus ditempatkan loyang penampung minyak yang cukup

besar gergaji dan biserpant yang setiap saat dapat dipergunakan.

4. PENGENALAN PERALATAN PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT

Untuk memastikan pembuangan keluar tabung kapla dan kamar mesin

sesuai dengan peraturan pembuangan, maka perlu memperhatikan

peralatan agar bekerja dengan baik sesuai denga ketentuan yang ada :

1. Peralatan etrsebut adalah sebagai berikut :

a. Oil Water Separator dari filter dapat bekerja pada kadar 15 PPM

Page 8: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 8 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

b. Oil Discharge Monitoring dan Sytem Control

c. Automatic Stop dan alarm pada DWS (Deck Water Seal)

d. Standar sambungan buangan.

2. Peralatan yag diperlukan untuk kapal tanker adalah :

a. Crude oil washing & Equipment Manual

b. Oil Record Cargo Book

c. Segregated clean ballast tank

d. Dedicated clean ballast tank

e. Oil Discharge monitoring

5. PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PERALATAN PENCEGAHAN

PENCAMARAN LAUT

Untuk mengontrol memonitoring pembuangan minyak digunakan alat Oily

Discharge Monitoring dan System Control dan Oil Separator untuk

memisahkan antara minyak dan air yang akan memudahkan pompa

pembuangan, yang diatur dakam peraturan MARPOL ’73/78 Annex I Reg.

1.6. menyebutkan bahwa :

a. Kapal ukuran 400 GT atau lebih tetapi lebih kecil dari 1000 GT harus

dilengkapi dengan Oil Separator Equipment yang dapat menjamin

pembuangan minyak kel laut setalh melalui system tersbut denga

kandunga minyak kurang dari 100 ppm.

b. Kapal ukuran 10.000 GT atau lebih harus dilengkapi dengan :

kombinasi antara Oily Water Separating Equipment dengan Oil

Discharge and Controling system atau dilengkapi dengan oil Filter

Equipment yang dapat mengatur buangan. Campurkan minyak ke laut

tidak lebih dari 15 ppm, (alarm akan berbunyi bila melebihi ukuran

tersebut).

6. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN LAUT

Pembagian bahan-bahan yang berbahaya

GESAMP (Group of Expert on the Scientific Aspect of Marine Pollution

atau kelompok ahli dibidang ilmu pencemaran lingkungan laut diminta

Page 9: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 9 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

untuk membuat item evaluasi bahan-bahan ini didasarkan atas pengaruh

pada :

a. Kehidupan bila terakumulasi

b. Kerusakan pada sumber daya

c. Bahaya pada kesehatan manusia (bila tertelan)

d. Bahaya pada kesehatan manusia (bila terkena wit)

e. Degredasi kehidupan

Atas dasar diatas GESAMP mendifinisikan bahan-bahan cairan yang

merugikan dan membagi ke dalam kategori di bawah ini :

Kategori A : Bahan-bahan yang menimbulkan bahaya besar bagi

sumber daya laut dan kesehatan manusia serta kerugian serius bagi

lingkungan.

Kategori B : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya.

Kategori B termasuk Acrylonitrile butyraldehyde, carbon tertacholide,

Epichlorohydrin, ethylene discholoride, phenol dan trichiorocthylene.

Kategori C : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya kecil.

Kategori C termasuk Acetaldehyde, Bunlene, Cyclohexane, Ethylbenzene,

monoisopro-pilamine, Styene, Topcene, Venylacetate dan Xylene.

Kategori D : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya yang

tidak dapat dikenal. Kategori D termasuk Acetone, Butylacrylate,

Isopentene, Phosporic Acid dan Yellow.

Annex ini juga berisi daftar bahan-bahan yang diketahui tidak

mendatangkan bahaya kesehatan manusia, sumber daya laut, degradasi

atau hal yang lainnya di laut.

7. PROSEDUR PEMBERSIHAN TUMPAHAN MINYAK

Pengalaman-pengalaman menunjukan bahwa pembersih minyak tidak

selalu sama, tumpahan dalam daerah yang kecil da dapat diisolir adalah

lebih mudah dibandingkan dengan daerah yang luas.

a. Menghilangkan minyak secara mekanik

Page 10: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 10 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

Memakai bom atau barier pemakaian bom akan baik pada pelaut

yang tidak berombak, dan yang arusnya tidak kuat (maksimum 1

knot). Juga tebal minyak yang tidak melapaui tinggi bom

b. Absorbents

Zat untuk mengabsor minyak, ditaburkan diatas tumpahan minyak

tersebut kemudian zat tersebut diangkut yang berarti minyak akan

turut terangkut bersamanya.

c. Menengelamkan minyak

Suatu campuran 3000 ton Calcium Carbonate yang ditambah

dengan 1% Sodium pernah dicoba dan berhasil menenggelamkan

20000 ton minyak. Setelah 14 bulan kemudian tidak lagi ditemui

tanda-tanda adanya minyak didsasr laut tersebut.

d. Dispersant

Fungsi Dipersant adalah guna pencampuran dengan 2 komponen

yang lain dan masuk ke lapisan minyak kemudian membentuk

emulsi. Stabilizer akan menjaga polusi tadi tidak pecah. Dispersant

ini menenggelamkan minyak dari permukaan air. Keuntungan cara

ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan dan

mempercepat proses penghancuran secara mikroba.

e. Pembakaran

Pembakaran minyak diatas laut umumnya sedikit sekali dapat

berhasil,karena minyak yang terkandung telah menguap secara

cepat. Juga panas yang dibutuhkan guna menahan tetap berjalan,

cepat seklai diserap oleh air sehinga panas tidak cukup untuk

mendukung pembakaran tersebut. Banyak yang dikembangkan

adalah menaburkan zat-zat ringan diatas lapisan minyak tersebut

yang nantinya berfungsi untuk menambahkan api dengan air.

Teknik pembakaran ini akan mengakibatkan polusi udara.

8. TUMPAHAN MINYAK DI PELABUHAN

a. Jika terjadi tumpahan minyak digeladak supaya tumpahan itu

dibersihkan dengan segera dan diusahakan agar tidak ada yang

megalir ke laut.

Page 11: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 11 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

b. Jika terjadi tumpahan minyak dari kapal kel aut, supaya segera

dihilangkan dengan dispersant yang tersedia. Kalau tumpahan

minyak terlalu banyak dan sulit dihilangkan, maka mualim jaga

harus segera melaporkan kepada petugas darat.

Page 12: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 12 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perhubungan, Konvensi Internasional tentang Keselamatan

Kapal-Kapal tangki dan Pencegahan Pencemaran, 1978,

1983. Jakarta.

Mario, 1987. Maritim Pollution, FAO

Tim USKP STP Jakarta, 2004. MOdul BST, STP Jakarta

Page 13: Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 13 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009

GLOSSARY

MARPOL : (Marie Pollutuion ) Suatu ketentuan Internasional yang

mengatur tetang Gara pencegahan polusi lingkungan

laut

GESAMP (Group of Expert on the Scientific Aspect of Marine

Pollution) atau kelompok ahli dibidang ilmu

pencemaran lingkungan laut

Oily Water Separating

Equipment

: Perlatan untuk mesisahkan antara Minyak dan air untuk

memudahkan dalam proses pembuangan nanti dan

mencegah minyak jatuh kelaut

Oil Discharge and

Controling system

: Suatu alat untuk mengontrol tumpahan minyak

Contingency plant

regional dan local

: Suatu perencanaan yang dibuat secara tebatas untuk

mempersiapkan langkah – langkah pencegahan

pencemaran.