melakukan pencegahan polusi lingkungan laut
TRANSCRIPT
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 1 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa 71% dari dunia adalah laut dan 2/3 dari
seluruh luas Indonesia adalah laut. Luasnya perairan di Indonesia berarti
laut mempunyai fungsi yang sangat strategis, sehingga di perlukan
perlindungan lingkungan terutama yang berasal dari pengoperasian kapal
dimana potensi laut yang mempunyai sumber daya alam antara lain:
Tempat berkembang biaknya binatang laut dan tumbuhan
Tempat pariwisata dan olah raga laut
Lalu lintas transportasi laut
Sebagai produksi tambang
Sebagai sumber energi
Dalam pelaksanaan perlindungan terhadap lingkungan di laut, dibuat
suatu aturan yang berlaku secara Internasional yang terkenal dengan
sebutan MARPOL ’73/74.
B. Tujuan
Modul ini bertujuan agar para peserta diklat mampu melakukan
pencegahan polusi lingkungan laut. Kompetensi ini memerlukan aplikasi
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pencegahan
polusi lingkungan laut.
C. Ruang Lingkup Modul
Ruang lingkup modul ini terdiri dari 5 pemelajaran, yaitu:
1. Mengidetifikasi sumber pencemaran serta melakukan pencegahan
pencemaran serta melakukan pencegahan pencemaran
lingkungan laut.
2. Melakukan pola penanggulangan pencemaran lingkungan laut.
3. Pengoperasian dan perawatan peralatan pencegahan
pencemaran laut
4. Pengenalan peralatan pencegahan pencemaran laut
5. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran laut.
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 2 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
BAB II
LEMBAR INFORMASI
1. MENGIDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN SERTA MELAKUKAN PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
1.1 Pencegahan pencemaran klaut, klasifikasi tumpahan minyak dan
penyebab tumpahan minyak serta tingkat pencemaran diidentifikasi
Dalam hal pencemaran yang terjadi di laut dapat disebabkan oleh benda
atau bahan yang ada di kapal lain dari minyak, sampah, kotoran,
pencemaran udara dari kapal.
Hal ini sudah diatur dalam peraturan pencegahan pencemaran
(konvensi MARPOL 73/78) terdiri dari 20 artikel, 2 protokol dan 6
annexes. Konvensi ini diberlakukan untuk semua kapal dari tipe apapun
yang dioperasikan di laut, kecuali kapal perang dan kapal pemerintah
yang tidak dikomersilkan.
Annex yang mengatur tentang pencegahan pencemaran tersebut adalah
sebagai berikut :
Annex I : Peraturan tentang pencegahan pencemaran dari kapal oleh
minyak
Annex II : Peraturan tentang pencegahan pencemaran dari kapal oleh
bahan cair beracun dalam bentuk curah
Annex III : Peraturan tentang pecegahan pencemaran dari kapal oleh
barang yan berbahaya dalam bentuk kontak
Annex IV : Peraturan pencegahan pencemaran oleh kotoran
Annex V : Peraturan pencegahan pencemaran oleh sampah
Annex VI : Peraturan pencegahan pencemaran uadara dari kapal
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 3 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
1.2 Hukum dan perundang undangan tentang polusi laut
Marpol ’73/78 – ANNEX 1
Sebagai hasil ” International Convention for the Prevention of Pollution
from Ships” tahu 1973, yang kemudian disempurnakan dengan TSPP
(Tanker Safety and Pollution Prevention) Protocol tahun 1978 dan
konvensi ini dikenal denga nama MARPOL ‘73/78 maka MArpol memuat
5 (lima) Annex yang masih berlaku sampai sekarang yakni :
Annex I : Minyak (Oil)
Annex II : Nixious Liquid Substance Carreid in Bulk
Annex III : Harful Subtance in Packages form
Annex IV : Sewage
Annex V : Garbage
Annex VI : Air Polution
Konvensi ini berlaku secara Internasional sejak 2 Oktober 1983, dan
menjadi keharusan untuk Annex I (Oil), menyusul Compulsory untuk
Annex II Nixious Liquid Substance Carreid in Bulk bahan cair berbahaya
dalam keadaan curah. 6 April 1987. menyusul kemudian Annex IV (
Sewage) 31 Desember 1988, Annex III : Harful Subtance in Packages
form atau bahan cair berbahaya dalam kemasan) pada tangal 1 JUli
1992, sehingga sisa Annex IV (Garbage) yang belum berlaku
Internasional sampai saat ini. Isi dan teks MARPOL ‘73/78 sangat
kompleks dan sulit dipahami bila tanpa ada usaha mempelajarinya
secara Maritim dan hasil pelaksanaannya memperlukan evaluasi
berkelanjutan baik oleh pemerintah maupun pihak industri suatu negara.
Annex I MARPOL ‘73/78 yang berisi mengenai peraturan untuk
mencegah pencemaran oleh tumapahan minyak dari kapal sampai 6 Juli
1993 sudah terdiri dadri 26 Regulation:
Dokumen penting yang menjadi bagian intergral dadri Annex I adalah :
Appendix I Mengenai daftar dan jenis minyak
Appendix II Bentuk formattiari IOPP Certificate
Appendix III Bentuk format dari Oil Record Book
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 4 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Berikut adalah isi dan bentuk dari dokumen dimaksud berdasarkan
MARPOL ‘73/78 seperti terlampir :
”List of Oil” sesuai Appendix I MARPOL ’73/78 adalah daftar dari minyak
yang akan menyebabkan pencemaran apabila tumpah ke laut dimana
daftar tersebut tidak akan sama dengan daftar minyak sesuai kriteria
industri perminyakan.
”Intrnational Oil Pollution Prevetion Certificate”(IOCP Certficate) untuk
semua kapal dagang dimana supplement atau lampiran mengenai
”Record of Contruction an Equiepment for Other tahn Oil Tankers and
Oil Tankers” dijelaskan secara terpisah di dalam Appendix II MARPOL
‘73/78 dimana struktur, peralatan, system, kelengkapan perencanaan
dan kondisi kapal memuaskan dan memenuhi ketentuan sesuai Annex I
Konvensi MARPOL 1973.
”Oil Record Book”
Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan diatas
kapal, untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-
sisa minyak, campuran minyak dan air got (bilga) di kamar mesin,
semua jenis kapal dan untuk kegiatan bongkar muat muatan dan air
ballast pada kapal tanker.
Bagian I adalah untuk kegiatan dikamar mesin (machinery space
operation) ditrapkan semua kapal ukuran 400 GT atau
lebih dengan daftar item yang harus dicatat didalam oil
record book dimuat didalam appendix III MARPOL ’73/78
Bagian II adalah untuk kegiatan bongkar muat minyak dan iar
ballast utnuk kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih
(Cargo and Beast Operation) dengan daftar item yang
harus dicatat di dalam oil record, dimuat didalam Appendix
III MARPOL ’73/78, appendix to Annex I MARPOL ’73/78
Pada permulaan tahun 1970-an cara pendekatan yang dilakukanoleh
IMO dalam membuat peraturan yang berhubungan dengan maritime
pollution pada dasarnya sama dengan sekarang, yakni melakukan
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 5 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
kontrol yang ketat pada struktur kapal untuk mencegah jangan sampai
trejadi tumpahan minyak atau pembuangan campuran miyak kelaut.
Dengan pendekatan demikian MARPOL ’73/78 memuat peraturan untuk
mencegah mungkin minyak yang mencemari laut, tapi kemudian pada
tahun 1984 dilakukan beberapa modifikasi oleh IMO yang menitik
beratkan pencegahan padakegiatan operasi tanker pada Annex I dan
yang terutama adalah keharusan kapal untuk dilengkapi dengan Oil
Water Separating Equipment dan Oil Dischare Monitoring System.
Karena itu pada peraturan MARPOL ’73/78 dapat dibagi dalam 3 (tiga)
kategori :
Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran
Peraturan untuk menanggulangi pencemaran
Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut
2. MELAKUKAN POLA PENANGGULANGAN PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
Menyadari akan besarnya bahaya pencemaran minyak dilaut serta
peningkatan kualitas pencemaran yang berjalan/sebanding dengan
meningkatnya kebutuhan minyak sebagai sumber energi, maka timbulah
upaya-upaya untuk pencegaha dan penanggulangan bahaya tersebut
oleh negara-negara maritime yang selanjutnya dikeluarkanlah ketentuen-
ketentuan lokal atau Internasioanl ileh IMCO dengan konvensi MARPOL
1973 dan yang disempurnakan dengan protokol 1978 atau disebut
MARPOL ’73/78, dimana dalam konvensi tersebut diantaranya disebutkan
bahwa pada dasarnya tidak dibenarkan membuang minyak kelaut,
sehingga pada pelaksanaannya timbullah :
a. Peraturan pencegahan pencemaran laut dari kapal tanker
1. Pengadaan tangki ballast terpisah (SBT) atau COW pada ukuran
kapal-kapal tertentu ditambah dengan peralatanm-peralatan
tertentu.
2. Batasan-batasan jumlah minyak yang dapat dibuang kelaut
3. Daerah-daerah pembuangan minyak
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 6 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
4. Keharuasan pelabuhan-pelabuhan, khususnya pealbuhan muat
untuk menyediakan tanki pembuangan slop (ballast kotor).
b. Peraturan atau usaha-usaha penanggulanganny, misalnya :
1. Membuat Contingency plant regional dan local
2. Ditentukan atau dibuatnya peralatan penanggulangan, misalnya oil
boom, Oil skimmer, cairan-cairan sebagai dispersant agent,
danlain-lain. Contingency plant adalah tata cara penangulangan
pencemaran dengan prioritas pada pelaksanaan serta jenis alat
yang digunakan dalam :
a. Memperkecil/meminimalkan sumber pencemaran
b. Melokalisasi dan mengumpulkan material/bahan pencemaran
c. Menetralisir pencemaran
Oil boom alat pengumpul material pencemaa yag terapung, Chemical
dispersant (singking agent), sorbent dan bahan-bahan zat penetral adalah
berfungsi untuk menetralisasi atau mencerai beraikan/Dispersi material
pencemaran dan ini sangat tergantung dari :
Jenis minyak dan kerapatan (density)
Kepekatan (Viscosity)
Pour Point (titik endap)
Kadar lilin dan aspal
3. TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP PENCEMARAN LAUT SESUAI
DENGAN SOP MARPOL ’73/74
3.1 Oil Record Book
Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan diatas kapal,
untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-sisa
minyak, campuran minyak dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis
kapal dan untuk kegiatan bongkar muat muatan dan air ballast pada kapal
tanker.
Bagian I adalah untuk kegiatan dikamar mesin (machinery space
operation) ditrapkan semua kapal ukuran 400 GT atau
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 7 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
lebih dengan daftar item yang harus dicatat didalam oil
record book dimuat didalam appendix III MARPOL ’73/78
Bagian II adalah untuk kegiatan bongkar muat minyak dan iar
ballast utnuk kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih
(Cargo and Beast Operation) dengan daftar item yang
harus dicatat di dalam oil record, dimuat didalam Appendix
III MARPOL ’73/78, appendix to Annex I MARPOL ’73/78
3.2 Prosedur Kegiatan Bunker.
Pekerjaan muatan harus dipimpin oleh seorang Mulaim I yang cajap,
bertanggung jawab dan memenuhi persyaratan ijazah untuk kapal itu.
Sebelum pemuatan atau pembongkaran dimulai, nakhoda atau mualim
I diharuskanuntuk memeriksa dan mengisi sendiri di formulir Check-
List, bahwa ketentuan setempat mengenai keselamatan, pencegahan
kebakaran dan pencegahan pencemaran laut telah dilaksanakan.
Di pelabuhan bongkar atau muat, nakhoda, kepala kamar mesin, dan
mualim-mualim yang bertugas diahruskan megetahui fasilitas-fasilitas
setempat yang ada serta mengetahui cara-cara yang tepat untuk
meghubungi instalasi darat, regu pemadam kebajaran dan
pencegahan pencemaran.
Pekerjaan muatan dan pengisiian bahan bakar harus dilakukan
dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya tumpahan minyak.
Selama pemuatan dan pembongkaran, jika tak ada bak penampungan
yang tetap harus ditempatkan loyang penampung minyak yang cukup
besar gergaji dan biserpant yang setiap saat dapat dipergunakan.
4. PENGENALAN PERALATAN PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT
Untuk memastikan pembuangan keluar tabung kapla dan kamar mesin
sesuai dengan peraturan pembuangan, maka perlu memperhatikan
peralatan agar bekerja dengan baik sesuai denga ketentuan yang ada :
1. Peralatan etrsebut adalah sebagai berikut :
a. Oil Water Separator dari filter dapat bekerja pada kadar 15 PPM
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 8 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
b. Oil Discharge Monitoring dan Sytem Control
c. Automatic Stop dan alarm pada DWS (Deck Water Seal)
d. Standar sambungan buangan.
2. Peralatan yag diperlukan untuk kapal tanker adalah :
a. Crude oil washing & Equipment Manual
b. Oil Record Cargo Book
c. Segregated clean ballast tank
d. Dedicated clean ballast tank
e. Oil Discharge monitoring
5. PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PERALATAN PENCEGAHAN
PENCAMARAN LAUT
Untuk mengontrol memonitoring pembuangan minyak digunakan alat Oily
Discharge Monitoring dan System Control dan Oil Separator untuk
memisahkan antara minyak dan air yang akan memudahkan pompa
pembuangan, yang diatur dakam peraturan MARPOL ’73/78 Annex I Reg.
1.6. menyebutkan bahwa :
a. Kapal ukuran 400 GT atau lebih tetapi lebih kecil dari 1000 GT harus
dilengkapi dengan Oil Separator Equipment yang dapat menjamin
pembuangan minyak kel laut setalh melalui system tersbut denga
kandunga minyak kurang dari 100 ppm.
b. Kapal ukuran 10.000 GT atau lebih harus dilengkapi dengan :
kombinasi antara Oily Water Separating Equipment dengan Oil
Discharge and Controling system atau dilengkapi dengan oil Filter
Equipment yang dapat mengatur buangan. Campurkan minyak ke laut
tidak lebih dari 15 ppm, (alarm akan berbunyi bila melebihi ukuran
tersebut).
6. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN LAUT
Pembagian bahan-bahan yang berbahaya
GESAMP (Group of Expert on the Scientific Aspect of Marine Pollution
atau kelompok ahli dibidang ilmu pencemaran lingkungan laut diminta
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 9 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
untuk membuat item evaluasi bahan-bahan ini didasarkan atas pengaruh
pada :
a. Kehidupan bila terakumulasi
b. Kerusakan pada sumber daya
c. Bahaya pada kesehatan manusia (bila tertelan)
d. Bahaya pada kesehatan manusia (bila terkena wit)
e. Degredasi kehidupan
Atas dasar diatas GESAMP mendifinisikan bahan-bahan cairan yang
merugikan dan membagi ke dalam kategori di bawah ini :
Kategori A : Bahan-bahan yang menimbulkan bahaya besar bagi
sumber daya laut dan kesehatan manusia serta kerugian serius bagi
lingkungan.
Kategori B : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya.
Kategori B termasuk Acrylonitrile butyraldehyde, carbon tertacholide,
Epichlorohydrin, ethylene discholoride, phenol dan trichiorocthylene.
Kategori C : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya kecil.
Kategori C termasuk Acetaldehyde, Bunlene, Cyclohexane, Ethylbenzene,
monoisopro-pilamine, Styene, Topcene, Venylacetate dan Xylene.
Kategori D : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya yang
tidak dapat dikenal. Kategori D termasuk Acetone, Butylacrylate,
Isopentene, Phosporic Acid dan Yellow.
Annex ini juga berisi daftar bahan-bahan yang diketahui tidak
mendatangkan bahaya kesehatan manusia, sumber daya laut, degradasi
atau hal yang lainnya di laut.
7. PROSEDUR PEMBERSIHAN TUMPAHAN MINYAK
Pengalaman-pengalaman menunjukan bahwa pembersih minyak tidak
selalu sama, tumpahan dalam daerah yang kecil da dapat diisolir adalah
lebih mudah dibandingkan dengan daerah yang luas.
a. Menghilangkan minyak secara mekanik
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 10 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Memakai bom atau barier pemakaian bom akan baik pada pelaut
yang tidak berombak, dan yang arusnya tidak kuat (maksimum 1
knot). Juga tebal minyak yang tidak melapaui tinggi bom
b. Absorbents
Zat untuk mengabsor minyak, ditaburkan diatas tumpahan minyak
tersebut kemudian zat tersebut diangkut yang berarti minyak akan
turut terangkut bersamanya.
c. Menengelamkan minyak
Suatu campuran 3000 ton Calcium Carbonate yang ditambah
dengan 1% Sodium pernah dicoba dan berhasil menenggelamkan
20000 ton minyak. Setelah 14 bulan kemudian tidak lagi ditemui
tanda-tanda adanya minyak didsasr laut tersebut.
d. Dispersant
Fungsi Dipersant adalah guna pencampuran dengan 2 komponen
yang lain dan masuk ke lapisan minyak kemudian membentuk
emulsi. Stabilizer akan menjaga polusi tadi tidak pecah. Dispersant
ini menenggelamkan minyak dari permukaan air. Keuntungan cara
ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan dan
mempercepat proses penghancuran secara mikroba.
e. Pembakaran
Pembakaran minyak diatas laut umumnya sedikit sekali dapat
berhasil,karena minyak yang terkandung telah menguap secara
cepat. Juga panas yang dibutuhkan guna menahan tetap berjalan,
cepat seklai diserap oleh air sehinga panas tidak cukup untuk
mendukung pembakaran tersebut. Banyak yang dikembangkan
adalah menaburkan zat-zat ringan diatas lapisan minyak tersebut
yang nantinya berfungsi untuk menambahkan api dengan air.
Teknik pembakaran ini akan mengakibatkan polusi udara.
8. TUMPAHAN MINYAK DI PELABUHAN
a. Jika terjadi tumpahan minyak digeladak supaya tumpahan itu
dibersihkan dengan segera dan diusahakan agar tidak ada yang
megalir ke laut.
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 11 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
b. Jika terjadi tumpahan minyak dari kapal kel aut, supaya segera
dihilangkan dengan dispersant yang tersedia. Kalau tumpahan
minyak terlalu banyak dan sulit dihilangkan, maka mualim jaga
harus segera melaporkan kepada petugas darat.
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 12 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Perhubungan, Konvensi Internasional tentang Keselamatan
Kapal-Kapal tangki dan Pencegahan Pencemaran, 1978,
1983. Jakarta.
Mario, 1987. Maritim Pollution, FAO
Tim USKP STP Jakarta, 2004. MOdul BST, STP Jakarta
KODE : PTK.NP 02.015.01
MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Edisi Revisi : A Halaman 13 dari 13 Tanggal : 5 September 2007 Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
GLOSSARY
MARPOL : (Marie Pollutuion ) Suatu ketentuan Internasional yang
mengatur tetang Gara pencegahan polusi lingkungan
laut
GESAMP (Group of Expert on the Scientific Aspect of Marine
Pollution) atau kelompok ahli dibidang ilmu
pencemaran lingkungan laut
Oily Water Separating
Equipment
: Perlatan untuk mesisahkan antara Minyak dan air untuk
memudahkan dalam proses pembuangan nanti dan
mencegah minyak jatuh kelaut
Oil Discharge and
Controling system
: Suatu alat untuk mengontrol tumpahan minyak
Contingency plant
regional dan local
: Suatu perencanaan yang dibuat secara tebatas untuk
mempersiapkan langkah – langkah pencegahan
pencemaran.