mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur...

118
MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR PEMBIAYAAN SYARIAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Oleh: SUHIDRA HIDAYAT NIM: 1112046100148 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: others

Post on 14-Mar-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR

PEMBIAYAAN SYARIAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Oleh:

SUHIDRA HIDAYAT

NIM: 1112046100148

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada
Page 3: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada
Page 4: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada
Page 5: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

v

ABSTRAK

SUHIDRA HIDAYAT. NIM: 1112046100148. Mekanisme Transmisi

Kebijakan Moneter Melalui Jalur Pembiayaan Syariah. Strata Satu (1), Konsentrasi

Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi pembiayaan perbankan

syariah terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan uji kointegrasi dan

Vector Autocorrelation Regression (VAR) / Vector Error Correction Model (VECM)

untuk melihat apakah ada hubungan jangka panjang antara pembiayaan perbankan

syariah dan pertumbuhan ekonomi. Data yang digunakan yaitu data time series Pasar

Uang Antarbank Syariah (PUAS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),

Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Pembiayaan Syariah.

Sampel dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah yang terdaftar untuk periode tahun 2008 – 2015. hasil yang ditunjukkan

dalam uji IRF dan variance decomposition dalam penelitian ini yaitu peningkatan

pembiayaan syariah berpotensi menekan tingkat inflasi dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci : PUAS, SBIS, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembiayaan Syariah.

Page 6: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat, nikmat, karunia dan serta hidayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Merupakan suatu kebahagiaan bagi penulis telah menyelesaikan skripsi ini,

sebagai bentuk penghargaan, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM Hasan Ali, MA selaku Ketua Program Studi Muamalat yang telah

memberikan arahan dalam penelitian skripsi penulis.

3. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, MA. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat

sekaligus sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini maupun dalam hal

urusan akademik.

4. Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah membantu dalam urusan permatakuliahan, Ibu Zulfiani yang telah

memberikan beasiswa kepada penulis, serta segenap dosen dan staff akademik

Fakultas Syariah dan Hukum yang telah banyak berjasa selama masa kuliah.

5. Kedua orang tua tercinta, Bapak M. Syatta dan Ibu Mulia yang selalu

Page 7: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

vii

mendoakan, memberikan motivasi, dan dukungan bagi penulis, Nana Khairina

sebagai adik yang baik, dan saudari tertua Sri Wahidah S.Pd dengan keluarga

kecil Ahmad Luthfi S.PdI serta keponakan-keponakan lucu Azky dan Dhila,

tempat dimana penulis tinggal.

6. Keluarga Perbankan Syariah angkatan 2012, PSD terutama Muhammad

Ainun Zia dan Miftahul Ridwan Z sebagai teman diskusi dan sharing yang tak

kenal bosan. Terimakasih atas kebersamaan berbagi ilmu, pengertian dan

saran-sarannya.

7. Keluarga besar Organisasi PRISMA, terutama Mas Nurkamdi yang telah

memberikan banyak kebaikan yang tak terhitung kepada penulis, jazakallah

dan terimakasih buat semuanya yang telah menghadirkan canda tawa.

8. Orang-orang terbaik, Mbak Rizkia Apriatma yang selalu menyemangati dan

mendoakan dari jauh, Kak Ria yang selalu memotivasi dan memberikan

dorongan untuk cepat menyelesaikan skripsi ini, Ridwan Setiawan sahabat

dalam menyelesaikan skripsi bareng-bareng dan Siska Fitriani atas waktunya

menemani penulis dalam urusan-urusan pemberkasan hingga akhir sidang.

Kalian terbaik.

9. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan

satu per satu.

Semoga Allah SWT dengan Ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan

pahala yang berlipat ganda. Meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin,

Page 8: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

viii

namun tidak mustahil masih terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan karya

ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

butuhkan demi karya masa depan yang lebih baik lagi. Demikian semoga bermanfaat.

Jakarta, September 2016

Penulis

Page 9: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

1. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5

2. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5

D. Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 7

E. Hipotesis ..................................................................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ............................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 13

A. Landasan Teori ......................................................................................................... 13

1. Kebijakan Moneter .................................................................................................. 13

2. Instrumen Kebijakan Moneter ................................................................................ 14

3. Konsep Transmisi Kebijakan Moneter.................................................................... 17

4. Saluran Transmisi Kebijakan Moneter.................................................................... 18

5. Pembiayaan Syariah ................................................................................................ 23

6. Pasar Uang Antar bank Syariah (PUAS) ................................................................ 25

7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .............................................................. 30

8. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................................ 33

9. Inflasi ...................................................................................................................... 34

B. Review Studi Terdahulu ........................................................................................... 43

Page 10: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

x

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 46

A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................ 46

B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................................... 46

C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 47

1. Studi Pustaka ........................................................................................................... 47

2. Field Research ........................................................................................................ 47

D. Metode Analisi Data ................................................................................................. 48

1. Ciri-ciri, Kelebihan dan Kelemahan VAR .............................................................. 49

2. Langkah-langkah dalam Pengujian VAR................................................................ 52

a. Uji Stasioner Data dan Derajat Integrasi ................................................................. 52

b. Penentuan Lag Length ............................................................................................. 52

c. Uji Kointegrasi ........................................................................................................ 53

d. Estimasi VAR dan VECM ...................................................................................... 54

e. IRF .......................................................................................................................... 55

f. Variance Decompotition ......................................................................................... 55

E. Operasional Variabel Penelitian .............................................................................. 56

1. Pembiayaan Bank Syariah ...................................................................................... 56

2. Tingkat Imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................................... 56

3. Tingkat Imbalan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) ...................................... 57

4. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................................ 57

5. Tingkat Inflasi ......................................................................................................... 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................ 58

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian........................................................... 58

B. Analisis dan Pembahasan ......................................................................................... 60

1. Analisis Deskriptif .................................................................................................. 60

2. Analisis Pengujian Data Statistik ............................................................................ 66

a. Uji Stasioneritas Data ............................................................................................. 66

b. Penentuan Lag Optimal ........................................................................................... 68

c. Uji Kointegrasi ........................................................................................................ 69

d. Estimasi Vector Autoregression (VAR).................................................................. 70

Page 11: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

xi

1. Impuls Response Function (IRF) ............................................................................ 71

2. Variance Decomposition ......................................................................................... 75

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 79

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 79

B. Implikasi Penelitian .................................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................... 92

Page 12: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perkembangan Perbankan Syariah.............................................................60

Tabel 4.2 Tingkat Imlalan SBIS................................................................................ 69

Tabel 4.3 Tingkat Imbalan PUAS.............................................................................. 70

Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi.............................................................................. 72

Tabel 4.5 Inflasi......................................................................................................... 73

Tabel 4.6 Pembiayaan Syariah................................................................................... 74

Tabel 4.7 Uji Akar Unit ADF.................................................................................... 76

Tabel 4.8 Uji Derajat Integrasi...................................................................................77

Tabel 4.9 Penentuan Lag Optimal............................................................................. 77

Tabel 4.10 Hasil Uji Kointegrasi............................................................................... 78

Tabel 4.11 Nilai Impulse Response Pembiayaan Syariah.......................................... 80

Tabel 4.12 Respon Pembiayaan Syariah.................................................................... 82

Tabel 4.13 Nilai Variance Decomposition Pembiayaan Syariah............................... 85

Page 13: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada periode sebelum krisis, sejalan dengan liberalisme sektor keuangan di

Indonesia, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan aliran masuk modal luar

negeri yang sangat tinggi yang pada akhirnya mendorong tingginya pertumbuhan

ekonomi. Dalam kondisi ini, jalur suku bunga bekerja cukup baik dalam

mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada perubahan suku bunga simpanan

dan pinjaman. Sementara itu jalur pinjaman bank pada periode sebelum krisis kurang

efektif dalam mempengaruhi penyaluran kredit. Pada periode setelah krisis, berbagai

perubahan yang terjadi dalam perekonomian dan peralihan sistem nilai tukar dari

sistem mengambang terkendali menjadi sistem mengambang/fleksibel mempunyai

implikasi terhadap mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia. Dalam

kondisi ini, mekanisme transmisi kebijakan moneter menuntut perlunya analisis dan

riset untuk memetakan bekerjanya berbagai saluran transmisi yang ada. Agar saluran

transmisi yang diambil dapat menghasilkan kebijakan moneter yang efektif.1

Pengaruh kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi terjadi melalui

perubahan perilaku bank dalam menyalurkan pembiayaannya kepada nasabah. Saat

terjadi kebijakan moneter yang ketat, kenaikan pada tingkat bunga akan membuat

1 Veithzal Rivai, Dkk. “Bank and Financial Instituation Management Conventional and

Sharia System”. 1st edition (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 97-98.

Page 14: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

2

penurunan di sektor-sektor yang terkait dengan perbankan akibat kenaikan harga. Hal

ini meningkatkan risiko kredit macet pada bank-bank baik konvensional maupun

berbasis syariah. Selain karena alasan tersebut, risiko kredit macet, baik disebabkan

oleh debitur yang mengalami kegagalan usaha ataupun karena kekurang hati-hatian

bank dalam memberikan pinjaman dapat saja terjadi. Namun di sisi lain, menurunnya

kredit yang disalurkan bank-bank dapat menyebabkan penurunan permintaan agregat

dan laju pertumbuhan ekonomi. Kondisi demikian memperkuat pandangan bahwa

adalah perilaku bank dan pasar pinjaman yang lebih berperan dalam teori ekonomi

moneter, termasuk dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter.2

Selain perlu adanya pemetaan kembali saluran transmisi yang cocok untuk

diimplementasikan, krisis moneter pada tahun 1997 tersebut juga telah menyadarkan

bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan satu-satunya sistem yang dapat

diandalkan, tetapi sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena dapat bertahan

dalam menghadapi krisis moneter. Selama krisis moneter tersebut, perbankan syariah

masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan

konvensional. Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan Bank Muamalat melewati

krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang semakin

meningkat.

Dari sisi indikator keuangan volume pembiayaan, Bank Umum Syariah

tumbuh dari Rp184,96 triliun hingga Maret 2015 pembiayaan yang disalurkan telah

2 Dahlan Siamat. “Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan”.

Edisi Kelima. (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2005), h. 77.

Page 15: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

3

mencapai Rp200,71 triliun, pembiayaan perbankan syariah yang ada di Indonesia

secara keseluruhan, yang berarti perbankan syariah memiliki kinerja yang cukup

bagus dan terus meningkat dari tahun ke tahun.3 Saat ini bank syariah lebih memilih

menyalurkan kelebihan likuditasnya pada pembiayaan syariah yang dipercaya relatif

mempu menyerap DPK (Dana Pihak Ketiga) yang ada. FDR (Financing to Deposit

Ratio) yang berada pada kisaran 90 persen merupakan bukti yang sangat valid terkait

hal ini.4 Angka FDR ini mendekati angka 98% berarti fungsi intermediasi bank sudah

berjalan dengan baik.

Keberadaan sistem bagi hasil dapat menimbulkan kemungkinan perpindahan

konsumen peminjam dari sistem bunga ke bagi hasil. Sistem bagi hasil telah terbukti

lebih tahan terhadap krisis moneter 1997 dan krisis moneter 2008. Kinerja

pertumbuhan pembiayaan bank syariah tetap tinggi sampai Oktober 2015 dengan

kinerja pembiayaan yang baik (NPF, Net Performing Finencing dibawah 4,73%).

Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah per Februari 2015 secara konsisten

terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 33,3% pada Februari

2014 menjadi 47,3% pada Februari 2015. Sementara itu, nilai pembiayaan yang

disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp68,1 trilliun.5

Hal ini timbul sebagai akibat dari mekanisme pinjaman syariah yang membuat

keseimbangan antara pertumbuhan di sektor moneter dan sektor riil sehingga

penambahan proporsi pembiayaan perbankan syariah pada perekonomian dapat

3 Statistik Perbankan Syariah, 2015.

4 (www.republika.co.id)

5 Statistik Perbankan Syariah, 2015.

Page 16: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

4

menekan tingkat inflasi.6 Bank syariah dapat menjadi alternatif bagi pengusaha mikro

untuk mendapatkan pinjaman modal yang tingkat pengembaliannya lebih

meringankan tetapi menguntungkan untuk kedua belah pihak. Namun di sisi lain,

risiko kredit macet terus mengintai jika pihak perbankan tidak terus-menerus

membenahi sistem pengawasan terhadap sistem pembiayaan yang disalurkan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan

mengingat betapa pentingnya pihak Bank Indonesia dalam menghasilkan kebijakan

moneter yang strategis yaitu melalui mekanisme transmisi moneter yang tepat guna

menjaga stabilitas moneter untuk kesejahteraan rakyat serta untuk mendorong

perkembangan isndustri keuangan syariah di Indonesia.

Selain itu, semakin berkembangnya sektor keuangan dan adanya perubahan

dalam struktur perekonomian tidak lagi dapat dijelaskan oleh transmisi moneter

melalui saluran uang, suku bunga, ataupun nilai tukar saja, tetapi juga dengan saluran

pinjaman bank dan perilaku ekspektasi masyarakat. Berbagai perkembangan ini

memerlukan pengembangan teknik permodelan maupun bukti empiris yang mampu

menjelaskan dangan lebih baik mekanisme transmisi kebijakan moneter yang perlu di

implementasikan.

Berdasarkan apa yang diuraikan di atas, maka penulis mengambil judul

penelitian “Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Pembiayaan

Syariah”.

6 Aam Slamet Rusydiana. “Mekanisme Transmisi Syariah pada Sistem Moneter Ganda di

Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (Jakarta: Bank Indonesia, 2009), h. 347.

Page 17: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Seberapa efektifkah pembiayaan syariah sebagai transmisi dapat

diimplementasikan dalam mekanisme kebijakan moneter serta perannya

dalam menekan inflasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi?

2. Bagaimana pengaruh imbalan SBIS, PUAS Inflasi dan PDB terhadap

pembiayaan syariah dalam implementasi mekanisme transmisi kebijakan

moneter?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Menganalisis efektifitas pembiayaan syariah sebagai transmisi yang

diimplementasikan dalam mekanisme kebijakan moneter serta perannya

dalam menekan inflasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

b. Menganalisis pengaruh imbalan SBIS, PUAS, Inflasi dan PDB terhadap

pembiayaan syariah dalam implementasi mekanisme transmisi

kebijakan moneter.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Page 18: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

6

a. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan pengalaman dan banyak pengetahuan baru

mengenai perbankan, indikator ekonomi makro dan kebijakan moneter

yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional.

b. Bagi Akademisi

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi

mengenai perbankan syariah bagi pembaca maupun bagi peneliti

selajutnya yang tertarik untuk meneliti tentang perbankan syariah

maupun terkait pertumbuhan ekonomi.

c. Bagi Bank Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi seberapa

besar pembiayaan syariah dapat berimplikasi pada penetapan

kebijakan moneter untuk menangani kredit yang lebih signifikan dan

untuk meningkatkan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) dan

menekan inflasi.

d. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat

untuk dapat mengetahui perkembangan perekonomian dan mekanisme

yang dijalankan, karena hal ini juga memiliki pengaruh dan dampak

terhadap perekonomian.

Page 19: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

7

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan

antara variabel independen dan dependen. Sugiyono mengemukakan bahwa seorang

peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka

pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan

sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.7

Berikut kerangka pemikiran yang dapat digambarkan:

7 Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”. (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 92

Page 20: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

8

Kerangka Pemikiran

Bank Indonesia

Pembiayaan

Syariah

Tingkat Imbalan

SBIS

Tingkat

Imbalan PUAS

Pertumbuhan

Ekonomi

Inflasi

Uji Stasioneritas Data

Stasioner pada Tingkat

Level Stasioner pada First

Difference

Penentuan Lag Optimal

VAR Bentuk Diferensi

Penentuan Lag Optimal

Terjadinya Kointegrasi

Ya

Tidak

VECM

Impulse Response Function &

Variance Decomposition

Analisis dan kesimpuan

Page 21: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

9

Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari publikasi Bank Indonesia.

Bank Indonesia sebagai penyedia data-data yang diperlukan baik data untuk variabel

dependen maupun data untuk variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel dependen yaitu Tingkat Imbalan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah),

Tingkat Imbalan PUAS (Pasar Uang Antar bank Syariah), pertumbuhan ekonomi, dan

inflasi, sedangkan variabel independennya yaitu Pembiyaan Syariah. Dikarenakan

metode yang digunakan adalah Vector Auto Regression (VAR) yang berprinsip tidak

membedakan variabel eksogen maupun variabel endogennya, maka variabel yang

digunakan tidak diklasifikasikan secara khusus variabel independen dan variabel

dependennya.

Ada beberapa analisis yang dapat dihasilkan dengan metode VAR, antara lain:

1. Uji Stasioneritas Data

2. Penentuan Lag Optimal

3. Uji Kointegrasi

4. Estimasi VAR dan VECM

5. IRF (Impuls Response Function)

6. Variance Decompotition

Page 22: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

10

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat

dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya.8 Hipotesis dapat dibedakan

dalam hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis

statistik atau hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

hipotesis statistik atau hipotesis nol yang bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran

sebuah dalil atau teori yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah.

Alasan menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik, karakteristik ini sama dengan yang

dimiliki hipotesis statistik yang juga menggunakan alat-alat analisis dalam

membuktikan dugaan objek-objek yang diteliti.9

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis dibawah

ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus

dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Statistik

a. H0 : tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara Pembiayaan Bank

Syariah terhadap Tingkat Imbalan PUAS (Pasar Uang Antar bank Syariah),

Tingkat Imbalan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah).

8 Burhan Bugin. “Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik

serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”. (Jakarta: Kencana Prenada Group Media, 2005), h. 75. 9 Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D”. Edisi 8. Bandung: Alfabeta, 2009.

Page 23: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

11

b. H1 : terdapat pengaruh secara signifikan antara Pembiayaan Syariah terhadap

Tingkat Imbalan PUAS (Pasar Uang Antar bank Syariah), Tingkat Imablan

SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah).

c. H0 : tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara Pembiayaan Bank

Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi.

d. H1 : terdapat pengaruh secara signifikan antara Pembiayaan Bank Syariah

terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memaparkan tentang masalah-masalah yang akan diteliti, yakni

mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, kerangka konseptual, hipotesis, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan tentang tinjauan teoritis yang didalamnya

menguraikan tentang kebijakan moneter dan instrumennya, konsep dan

saluran transmisi kebijakan moneter, pembiayaan syariah, PUAS (Pasar Uang

Antarbank Syariah), SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah), pertumbuhan

ekonomi dan inflasi.

Page 24: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dikemukakan ruang lingkup penelitian, data penelitian dan

metode yang digunakan untuk melakukan penelitian. Sumber data penelitian,

variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan

metode analisis data yang meliputi analisis deskriptif dan analisis pengujian

statistik.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini meliputi deskripsi data variabel penelitian, persentase tingkat imbalan

PUAS (Pasar Uang Antarbank Syariah) dan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia

Syariah), pertumbuhan ekonomi dan inflasi serta pembiayaan bank syariah.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan serta saran yang bisa

dijadikan bahan pertimbangan untuk pihak yang membutuhkan ataupun bagi

penelitian lanjutan yang akan dilakukan.

Page 25: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral

dalam bentuk pengendalian besaran moneter (monetary aggregates) untuk mencapai

perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Besaran moneter yang

dimaksud antara lain dapat berupa uang yang beredar, uang primer, atau kredit

perbankan.1

Berdasarkan pasal 1 ayat 10 UU RI No. 23 tahun 1999 menyatakan bahwa

kebijakan moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh bank

Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan

antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga.

Tujuan kebijakan moneter terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat

diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran

internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan ekonomi terganggu,

maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan kondisi yang terganggu

(tindakan stabilisasi). Kebijakan moneter adalah bagian dari kebijakan ekonomi

1 Veithzal Rivai, Dkk. “Bank and Financial Instituation Management Conventional and

Sharia System”. . 1st edition (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 83.

Page 26: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

14

makro yang meliputi pula kebijakan-kebijakan lainnya dalam mempengaruhi kegiatan

perekonomian. Selain kebijakan moneter, pemerintah secara simultan melaksanakan

kebijakan fiskal (anggaran), kebijakan perdagangan luar negeri (trade policy) dan

kebijakan mengenai perizinan dan peraturan (licencing and regulation). Selain itu

pemerintah juga melaksanakan kebijakan khusus tentang investasi, pasar modal serta

kebijakan sektor riil.2

2. Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat menggunakan instrument baik langsung maupun

tidak langsung. Instrumen langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang

dapat secara langsung mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan oleh bank

sentral. Instrumen tidak langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang

secara tidak langsung dapat mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan oleh

bank sentral, untuk mengendalikan harga (suku bunga) dan kuantitas simpanan dan

kredit yang ada pada sistem perbankan atau institusi keuangan selain bank. Secara

umum terdapat tiga bentuk utama instrumen tidak langsung yaitu operasi pasar

terbuka, cadangan primer dan fasilitas diskonto.3

a. Operasi Pasar Terbuka

Operasi pasar terbuka adalah kegiatan jual beli surat-surat berharga oleh bank

sentral. Dalam kaitan ini penjualan surat-surat berharga oleh bank sentral akan

2 Aulia Pohan. “Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia”. (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 10. 3 Ferry Irawan. “Kebijakan Moneter, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi”. (Jakarta: Erlangga,

2005), h. 38.

Page 27: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

15

mempunyai dampak kontraksi moneter karena pengurangan alat-alat likuid perbankan

yang akan memperkecil kemampuan bank-bank memberikan pinjaman. Sebaliknya

pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan membawa dampak ekspansi

moneter karena peningkatan alat-alat likuid bank-bank yang akan memperbesar

kemampuannya dalam pemberian pinjaman. Operasi pasar terbuka dilaksanakan

untuk mempengaruhi likuiditas rupiah di pasar uang yang pada gilirannya akan

mempengaruhi tingkat sungu bunga. Operasi pasar terbuka dilakukan melalui dua

cara, yaitu melalui penjualan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan intervensi rupiah

melalui FASB (Fasilitas Simapanan Bank Indonesia). Penjualan SBI dilakukan

melalui lelang sehingga tingkat diskonto yang terjadi benar-benar mencerminkan

kondisi likuiditas pasar uang. Semantara itu, kegiatan intervensi rupiah dilakukan

oleh bank sentral untuk menyesuaikan kondisi pasar uang baik likuiditas maupun

tingkat suku bunga.4

b. Cadangan Primer (Reserve Requirement)

Reserve requirement atau biasa disingkat RR adalah ketentuan bank sentral

yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat likuid (reserve) sebesar

persentase tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil persentase tersebut,

semakin besar kemampuan bank memanfaatkan reserve-nya untuk memberikan

pinjaman dalam jumlah yang lebih besar kepada masyarakat. Sebaliknya semakin

besar persentase, semakin berkurang kemampuan bank untuk memberikan pinjaman.

4 Jonni Manurung,dan Adler Haymans Manurung. “Ekonomi Keuangan dan Kebijakan

Moneter”. (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 53.

Page 28: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

16

Oleh karena itu, pinjaman perbankan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi jumlah uang beredar. Disinilah posisi RR yang dapat menjadi untuk

menambah dan mengurangi jumlah uang beredar. Disamping itu penetapan besar

kecilnya RR akan berdampak terhadap suku bunga. Makin tinggi RR akan

mengakibatkan suku bunga pinjaman meningkat serta cost of loanble fund menjadi

tinggi. Sebaliknya semakin rendah RR semakin rendah pula suku bunga pinjaman

(lending rate). Apabila bank sentral memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan

moneter cadangan wajib tersebut dapat ditingkatkan, demikian juga sebaliknya.5

Untuk saat ini ketentuan mengenai RR juga dikenal dengan cadangan wajib

atau GWM (Giro Wajib Minimum) adalah sebesar 5% dari dana pihak ketiga yang

diterima bank yang wajib dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan pada

bank sentral.

c. Fasilitas Diskonto

Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral untuk mempengaruhi

jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kepada bank-

bank. Dengan menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan bank-bank akan

mengurangi permintaan kredit dari bank sentral yang pada gilirannya akan

mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya penetapan tingkat diskonto yang rendah

akan meningkatkan permintaan pinjaman bank sentral yang selanjutnya akan

menambah jumlah uang beredar.

5 Slamet Riyadi. “Banking Asset and Liability Manajement”. Edisi Ketiga (Jakarta: Lembaga

Penerbit FEUI, 2006) h. 30.

Page 29: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

17

3. Konsep Transmisi Kebijakan Moneter

Secara sederhana, mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah saluran

yang menghubungkan antara kebijakan moneter dan perekonomian. Mekanisme

transmisi moneter dimulai sejak otoritas moneter atau bank sentral bertindak

menggunakan instrumen moneter dalam implementasi kebijakan moneternya hingga

terlihat pengaruhnya terhadap aktivitas perekonomian, langsung maupun secara

bertahap. Dampak tindakan otoritas moneter terhadap aktivitas perekonomian ini

terjadi melalui berbagai saluran, yakni : saluran uang atau langsung, saluran suku

bunga, kredit, nilai tukar, harga aset dan saluran ekspektasi.6

Karena kepelikannya, dalam teori ekonomi moneter, mekanisme transmisi

kebijakan moneter kerap disebut dengan Black Box. Alasannya adalah karena

transmisi moneter ini banyak dipengaruhi oleh tiga faktor berikut : (1) perubahan

perilaku bank sentral, perbankan dan para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas

ekonomi dan keuangannya; (2) lamanya jeda waktu (time lag) sejak tindakan otoritas

moneter hingga sasaran akhir tercapai; (3) terjadinya perubahan pada saluran-saluran

transmisi moneter itu sendiri sesuai dengan perkembangan ekonomi negara

bersangkutan.7

Dalam suatu perekonomian yang masih tradisional dan sifatnya tertutup

dengan perbankan sebagai satu-satunya lembaga keuangan, hubungan antar uang

6 Dahlan Siamat. “Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan”.

Edisi Kelima. (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2005), h. 45. 7Frederic Mishkin. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8

th edition, (Jakarta:

Salemba Empat, 2008) h. 13

Page 30: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

18

beredar dengan aktivitas ekonomi riil masih relatif erat. Namun, sejalan dengan

berkembangnya perekonomian suatu negara dan semakin majunya sektor keuangan,

keterkaitan uang dengan sektor riil menjadi semakin renggang. Sebagian dana yang

dimobilisasi oleh lembaga keuangan dapat terus berputar di sektor keuangan saja dan

tidak menyentuh masyarakat riil. Pola hubungan variable-variabel ekonomi dan

keuangan yang berubah dan semakin tidak erat tersebut akan berpengaruh pada

lamanya time lag waktu mekanisme transmisi kebijakan moneter. Setiap perubahan

kebijakan otoritas moneter akan senantiasa diikuti oleh perubahan perilaku dunia

keuangan dan perbankan, serta para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitasnya.8

4. Saluran Transmisi Kebijakan Moneter

Terdapat sedikitnya enam saluran (channels) mekanisme transmisi kebijakan

moneter yang sering dikemukakan dalam teori moneter kontemporer. Keenam saluran

tersebut meliputi saluran moneter langsung (direct monetary channel), saluran suku

bunga (interest rate channel), saluran harga aset (asset price channel), saluran nilai

tukar (exchange rate channel), saluran kredit (credit channel) dan saluran ekspektasi

(expectation channel).

a. Saluran Langsung (Direct Monetary Channel)

Transmisi kebijakan moneter saluran langsung atau saluran uang (money

channel) mengacu pada teori klasik mengenai peranan uang dalam perekonomian,

yang pertama kali dijelaskan oleh Fisher dalam Teori Kuantitas Uang atau Quantity

8 Frederic Mishkin. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. h. 14.

Page 31: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

19

Theory of Money. Pada dasarnya teori ini menggambarkan kerangka yang jelas

mengenai analisis hubungan langsung antara uang beredar dan harga yang dinyatakan

dalam suatu persamaan yang populer : MV = PT.

Dalam ekuilibrium, jumlah uang beredar yang digunakan dalam seluruh

kegiatan transaksi ekonomi (MV) adalah sama dengan jumlah output nominal

dihitung dengan harga berlaku, yang ditransaksikan dalam ekonomi (PT). Teori

kuantitas uang ini menekankan bahwa permintaan uang oleh masyarakat semata-mata

adalah keperluan transaksi. Dalam perkembangannya, pendekatan ini diperbaharui

oleh Keynes yang menyatakan bahwa motif permintaan masyarakat akan uang selain

untuk keperluan transaksi, juga untuk berjaga-jaga dan spekulasi.9

b. Saluran Suku Bunga (Interest Rate Channel)

Jalur suku bunga pada dasarnya merupakan pandangan Keynesian dimana

suku bunga riil jangka panjang paling berpengaruh dalam perekonomian dan dapat

dijelaskan dengan skema IS-LM. Kontraksi kebijakan moneter menaikan suku bunga

jangka pendek. Karena harga dan upah diasumsikan tegar, suku bunga jangka panjang

riil juga akan naik. Suku bunga jangka panjang riil yang lebih tinggi menyebabkan

turunnya pengeluaran investasi riil, pengeluaran konsumsi riil, dan PDB riil. Dalam

jangka panjang, setelah ada penyesuaian upah dan harga barang, PDB riil akan

kembali ke posisi semula.

9 Veithzal Rivai, dkk. “Bank and Financial Instituation Management Conventional and

Sharia System”. . 1st edition (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 176.

Page 32: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

20

c. Saluran Kredit (Credit Channel)

Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit

didasarkan pada pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk

uang (M1 dan M2) disalurkan oleh perbankan ke masyarakat dalam bentuk kredit.

Dengan kata lain, fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan sempurna,

dalam arti bahwa kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan

secara proporsional kredit yang disalurkan ke masyarakat, yang lebih berpengaruh

terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan, bukan simpanan masyarakat.

Tentang interaksi antara bank sentral, perbankan dan masyarakat riil, pada

tahap awal interaksi antara bank sentral dengan perbankan terjadi di pasar uang

domestik. Interaksi ini mempengaruhi tidak saja perkembangan suku bunga jangka

pendek di pasar uang namun juga besarnya dana yang dialokasikan bank dalam

bentuk instrumen likuiditas dan dalam pemberian kredit. Tahap selanjutnya transmisi

kebijakan moneter dari perbankan ke sektor riil melalui pemberian kredit yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal bank maupun eksternal.

Perkembangan kredit perbankan selanjutnya akan berpengaruh pada sektor riil seperti

kegiatan konsumsi, investasi dan produksi serta gilirannya pada harga-harga barang

dan jasa.10

10 Jonni Manurung dan Adler Haymans Manurung. “Ekonomi Keuangan dan Kebijakan

Moneter”. (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 22.

Page 33: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

21

d. Saluran Nilai Tukar (Exchange Rate Channel)

Jalur nilai tukar sebenarnya menguji hubungan antara aliran masuk modal

privat neto (net private capital inflows) dan kebijakan moneter setelah liberalisasi

keuangan. Pengetatan moneter akan mendorong suku bunga nominal dalam negeri

akan meningkat. Jika suku bunga internasional tidak berubah maka interest rate

differential meningkat, dan tabungan dalam bentuk mata uang domestik menjadi

lebih menarik sehingga hal ini akan mendorong masuknya dana dari luar negeri. Nilai

tukar mata uang domestik akan mengalami apresiasi. Tingginya mata uang domestik

membuat barang domestik menjadi relatif lebih mahal dibanding barang luar negeri,

sehingga kegiatan ekspor akan menurun dan sebaliknya impor meningkat, sehingga

transaksi berjalan dalam neraca pembayaran akan membaik, akibatnya permintaan

agregat akan menurun dan demikian pula laju pertumbuhan ekonomi dan laju

inflasi.11

e. Saluran Harga Aset (Asset Price Channel)

Perubahan harga aset, baik finansial seperti obligasi dan saham maupun fisik

seperti properti dan emas, banyak dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan

moneter. Transmisi ini terjadi karena penanaman dana oleh investor dalam portofolio

investasinya pada umumnya tidak saja berupa simpanan di bank dan instrumen lain di

pasar uang, tetapi juga dalam bentuk obligasi, dan saham, serta aset fisik. Perubahan

suku bunga dan nilai tukar akan berpengaruh pada volume transaksi dan harga

11 Dahlan Siamat. “Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan”.

h.23.

Page 34: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

22

obligasi, saham dan aset fisik tersebut. Selanjutnya, perubahan harga aset dimaksud

pada gilirannya akan berdampak pada berbagai aktivitas di sektor riil, seperti

permintaan terhadap konsumsi baik karena perubahan kekayaan yang dimiliki (wealth

effect) maupun karena perubahan tingkat pendapatan yang dikonsumsi akibat

perubahan hasil penanaman aset finansial dan fisik (substation and income effect).12

f. Saluran Ekspektasi (Expectation Channel)

Dalam konteks kebijakan moneter, yang paling diperhatikan adalah ekpektasi

inflasi oleh masyarakat. Teori ekspektasi berpendapat bahwa apabila masyarakat

cukup rasional, mereka akan mengambil tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya inflasi. Tindakan tersebut adalah berupa pengurangan jumlah uang yang

mereka pegang dengan membelanjakannya ke dalam bentuk barang-barang riil

sehingga risiko kerugian memegang uang karena inflasi dapat dihindari. Ekspektasi

masyarakat terhadap kenaikan harga pada gilirannya akan mendorong kenaikan

tingkat suku bunga. Jika suku bunga meningkat lebih kecil dibandingkan dengan

kenaikan harga, secara riil rate of return atas aset finansial menurun dan penurunan

tersebut akan mendorong orang mengalihkan kekayaannya dari bentuk aset finansial

ke bentuk aset riil.13

12 Dahlan Siamat. “Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan” h.

23. 13

Aam Slamet Rusydiana. “Mekanisme Transmisi Syariah pada Sistem Moneter Ganda di

Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (Jakarta: Bank Indonesia, 2009), h. 9.

Page 35: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

23

5. Pembiayaan Syariah

Pembiayaan syariah adalah penyaluran dana kepada masyarakat atau nasabah

yang membutuhkan yang didalamnya tidak terdapat sama sekali unsur riba/bunga.

Bedanya dengan perbankan konvensional yang dikenal dengan istilah kredit yaitu

transaksi utang-piutang yang sepenuhnya bertujuan untuk komersial dengan sistem

bunga, apabila nasabah tidak bisa membayar tagihan piutang yang diberikan, maka

pihak perbankan konvensional tidak akan tahu-menahu. Bank akan menuntut sesuai

dengan kontrak yang telah disepakati.

Di Indonesia prinsip yang digunakan dalam pembiayaan syariah terbagi dalam

prinsip bagi hasil diantaranya seperti akad Mudharabah, Musyarakah, dan akad

pengambilan keuntungan diantaranya dengan akad Murabahah, Salam dan Istishna.

Akad-akad tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Prinsip Bagi Hasil

Bagi hasil adalah suatu perkongsian antara dua pihak atau lebih dalam suatu

kegiatan usaha/proyek dimana masing-masing pihak berhak atas keuntungan dan

bersedia menanggung risiko apabila terjadi kerugian. Bentuk-bentuk akadnya

diantaranya yaitu mudharabah dan musyarakah.

1) Mudharabah

Mudharabah adalah salah satu konsep bagi hasil antara pemilik modal

(shahibul maal) dengan pengelola/pengusaha (mudharib). Konsep mudharabah yaitu

bank sebagai shahibul maal memberikan dana kepada nasabah sebagai mudharib

Page 36: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

24

untuk dikelola. Apabila diperoleh keuntungan maka keuntungan dibagi sesuai dengan

nisbah yang telah disepakati, apabila terjadi kerugian finansial maka sepenuhnya

ditanggung oleh pihak bank sebagai pemilik dana, sedangkan mudharib hanya

mengalami kerugian waktu dan tenaga.

2) Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana

masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (expertise) dengan kesepakatan

bahwa keuntungan dan risiko kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan

besaran kontribusi dana yang diberikan.

b. Prinsip Pengambilan Keuntungan

Prinsip pengambilan keuntungan dilakukan dengan jalan jual-beli/niaga.

Bentuk akadnya yaitu diantaranya Murabahah, Salam, dan Istishna.

1) Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang dengan harga pokok ditambah dengan

margin/keuntungan yang ditetapkan. Dalam murabahah, penjual harus memberitahu

harga pokok yang ia beli dan menentukan besar keuntungan (margin) sebagai

tambahan.14

2) Salam

Dalam pengertian sederhana, Salam berarti pembelian barang yang diserahkan

dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Sedangkan salam

14

Ubay Harun. “Murabahah dalam Perspektif Fikih dan Sistem Perbankan Islam”.

(Yogyakarta: BPFE, 2006), h. 48.

Page 37: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

25

paralel berarti melaksanakan dua transaksi salam antara bank dan nasabah, dan antara

bank dan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya secara simultan.

3) Istishna

Yaitu kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Pembuat barang

menerima pesanan dari pembeli, yang mana barangnya akan diserahkan dikemudian

hari setelah barang pesanan telah selesai. Kedua pihak bersepakat atas harga dan

sistem pembayaran, yaitu apakah dengan cicilan, atau ditangguhkan pada masa

mendatang setelah barang yang dipesan telah selesai.

6. Pasar Uang Antar bank Syariah (PUAS)

Secara singkat pengertian pasar uang adalah pasar yang terorganisir dimana

diperdagangkan surat-surat berharga jangka pendek (kurang dari satu tahun). Dalam

pasar uang yang ditransaksikan adalah hak untuk menggunakan uang (untuk

dibelanjakan barang dan jasa) untuk jangka waktu tertentu.

Setelah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/5/PBI/2007

tentang Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). Pengertian

PUAS menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang

Antar bank Syariah (PUAS) adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek

antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing. Pasar

uang yang digunakan bank syariah terhindar dari pemanfaatan dana yang akan

menghasilkan suku bunga. Karena dalam pasar uang antar bank syariah (PUAS)

Page 38: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

26

sesuai dengan Fatwa DSN-MUI menggunakan akad-akad yang diantaranya:

mudharabah, musyarakah, qardh, wadiah dan al-sharf.

a. Mekanisme Operasi Pasar Uang Syariah

Dalam peraturan mekanisme perdagangan surat-surat berharga harus juga

tetap berkaitan dan berada di dalam batas-batas toleransi yang ditetapkan oleh

ketentuan syariah, 15

antara lain sebagai berikut:

1) Fatwa ulama simposium yang disponsori oleh Dallah Al-Baraka Group pada

November 1984 di Tunisia, yang menyatakan, “adalah dibolehkan menjual bagian

modal dari setiap perusahaan dimana manajemen perusahaan tetap berada di

tangan pemilik nama dagang (owner of trade name) yang telah terdaftar secara

legal. Pembeli hanya mempunyai hak atas bagian modal dan keuntungan tunai

atas modal tersebut tanpa hak pengawasan atas manajemen, atau pembagian aset,

kecuali untuk menjual bagian saham yang mewakili kepentingannya”.

2) Workshop Majelis Ulama Indonesia pada Juni 1997 di Jakarta telah membolehkan

diperdagangannya reksadana yang berisi surat-surat berharga dari perusahaan-

perusahaan yang produk maupun operasinya tidak bertentangan dengan syariah.

Seseorang akan tertarik menginvestasikan dananya kedalam instrumen

finansial apabila dapat diyakinkan bahwa instrumen tersebut dapat dicairkan setiap

15

M. Syafii Antonio. “Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik”. (Jakarta: Gema Insani Press,

2001) h 189.

Page 39: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

27

saat, tanpa mengurangi pendapatan efektif dari investasinya. Oleh karena itu, sebuah

instrumen finansial harus memenuhi beberapa syarat,16

antara lain :

1. Pendapatan yang baik (good return)

2. Risiko yang rendah

3. Mudah dicairkan

4. Sederhana (simple)

5. Fleksibel

Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut, tanpa mengabaikan batas-batas

yang diperkenankan oleh syariah, maka diperlukan adanya suatu special purpose

company dengan fungsi sebagai berikut :

1) Memastikan keterkaitan antar sekuritisasi dengan aktivitas produktif atau

pembangunan proyek-proyek aset baru, dalam rangka penciptaan pasar primer

melalui pencairan kesempatan investasi baru dan menguji kelayakannya

(feasibility). Tahap ini disebut “transaction making” yang didukung oleh “initial

investor”.

2) Menciptakan pasar sekunder yang dibangun melalui berbagai pendekatan yang

dapat mengatur dan mendorong terjadinya konsensus perdagangan antara para

dealer, termasuk melakukan pembelian kembali.

16

Salim dan Sutrisno Budi. “Hukum Investasi di Indonesia”. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2008), h. 49.

Page 40: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

28

3) Menyediakan layanan kepada nasabah dengan mendirikan lembaga pembayar

(paying agent).17

Konsep ini dapat diterapkan secara lebih luas dengan pendayaan sumber-

sumber dari lembaga-lembaga lain dan para nasabah dari bank-bank syariah, sehingga

memungkinkan :

a) Penciptaan proyek-proyek besar dan penting.

b) Para penabung kecil dan para investor berpendapatan rendah memperoleh

keuntungan dari proyek-proyek yang fisibel dan sukses, dimana mereka dapat

dengan mudah mencairkan kembali dengan pendapatan yang baik.

c) Memperluas basis bagi pasar primer.

d) Menjembatani kesulitan menemukan perusahaan yang bersedia ikut berpartisipasi

dalam permodalan (joint stock companies) dan mengutipnya di pasar uang.

Pertemuan dalam Konferensi Pasar Modal yang diadakan di Beirut, Libanon,

menegaskan kembali bahwa konsep ini memerlukan pedoman lebih lanjut. Para

pengembang dan pengambil inisitif memerlukan dukungan kebijakan pembelian dan

prosedur pasar uang, terutama dalam hal jaminan pembelian kembali bagi para

investor. Oleh karena itu, lembaga marketing yang berkualitas juga diperlukan.

Apabila semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi, maka akan banyak instrumen-

instrumen keuangan baru yang menarik yang terkait dengan proyek-proyek produktif

17

Salim dan Sutrisno Budi. “Hukum Investasi di Indonesia”. h. 51.

Page 41: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

29

dapat dikembangkan di pasar sekunder. Dengan jalan demikian, modal dapat terkait

pula dengan kesempatan investasi. Para pengembang dapat memperoleh dukungan

dana, sehingga mereka dapat mengulang pengalaman sukses sebelumnya.

b. Pandangan Islam Terhadap Pasar Uang

Pasar uang (money market) adalah pasar dimana di dalamnya diperdagangkan

surat-surat berharga jangka pendek. Surat-surat yang diperdagangkan di pasar uang

adalah uang (money) dan uang kuasi (near money). Uang dan uang kuasi tersebut

yang dimaksud tidak lain adalah surat-surat berharga (finansial paper) yang mewakili

uang dimana seseorang/perusahaan mempunyai kewajiban kepada orang/perusahaan

lain.18

Selain itu perbedaan pokok antara lembaga keuangan syariah dan lembaga

keuangan konvensional adalah dilarangnya riba (bunga) pada lembaga keuangan

syariah, baik riba nasiah, yaitu riba pada pinjam-meminjam uang (qardh), maupun

riba Fadhl, yaitu riba dalam perdagangan.

Untuk memperoleh keuntungan hanya boleh diperoleh dengan bekerja atau

melakukan kegiatan perniagaan yang tidak dilarang oleh Islam. Untuk menghindari

pelanggaran terhadap batas-batas yang telah ditentukan oleh syariah tersebut, piranti

keuangan yang diciptakan harus didukung oleh aktiva, proyel pasiva, atau transaksi

jual beli yang melatarbelakangi (underlying transaction) secara halal.

18

Ahmad Rodoni. “Investasi Syariah”. (Jakarta: Lemlit UIN Jakarta, 2009), h. 45.

Page 42: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

30

7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

a. Pengertian

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah dijadikan sebagai

alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank

konvensional. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah berdasarkan Peraturan

Bank Indonesia Nomor : 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah

adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam

mata uang rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia (Pasal 1 ayat (4) ).19

Tujuan dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia tentang Sertifikat Bank

Indonesia Syariah ini ditujukan sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka

dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah

(Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank

Indonesia). Kemudian ketentuan peralihan diatur dalam Pasal 15 yang menyatakan

bahwa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang telah diterbitkan sebelum Peraturan

Bank Indonesia ini diberlakukan, tetap berlaku dan tunduk kepada ketentuan dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia sampai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia tersebut

jatuh waktu.

Peraturan tentang SBIS ini baru muncul pada tahun 2008, sebelumnya Pasar

Uang berbasis Syariah menggunakan instrumen Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

19

Tim Informasi Hukum, Direktorat Hukum. “Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah”. (Jakarta: Direktorat Hukum, 2008).

Page 43: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

31

SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana

jangka pendek dengan prinsip wadiah. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh

menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yang dapat dimanfaatkan bank syariah

untuk mengatasi kelebihan likuiditasnya. Akad yang digunakan untuk instrumen

SWBI adalah akad wadiah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN No. 01/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Tabungan. Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang

disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak Bank

Indonesia.20

b. Mekanisme Transaksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Dalam pasar keuangan syariah ada yang namanya operasi pasar terbuka

(OPT) syariah, standing facility syariah, dan pasar uang antar bank berdasarkan

prinsip syariah. Salah satu produk OPT syariah adalah Sertifikat bank Indonesia

Syariah (SBIS).

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank

Indonesia Syariah menyebutkan bahwa SBIS diterbitkan menggunakan akad Ju’alah

(Pasal 3). Akad Ju’alah adalah suatu janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan

imbalan tertentu (iwadh) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu

pekerjaan. Berdasarkan Fatwa DSN MUI No. 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ju’alah menerangkan secara rinci sistem

20

Tim Informasi Hukum, Direktorat Hukum. “Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah”. (Jakarta: Direktorat Hukum, 2008).

Page 44: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

32

akad ju’alah yang digunakan pada penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) yaitu: Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il (pemberi pekerjaan), Bank

Syariah bertindak sebagai Maj’ul lah (penerima pekerjaan), dan objek/underlying

ju’alah (mahal al-‘aqd) partisipasi bank syariah untuk membantu tugas Bank

Indonesia dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat

dan menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.

Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah

diterbitkan melalui lelang. Hal ini telah diatur dalam ketentuan Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 10/16/DPM tahun 2008 tanggal 31 Maret 2008. Sistem lelang yang

digunakan Bank Syariah maupun Unit Usaha Syariah pada saat lelang Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) adalah sistem lelang non competitive atau bank syariah

tidak memasukkan tingkat imbalan pada saat lelang, hanya memasukkan jumlah

likuiditas rupiah yang ditawarkan (amount). 21

Proses lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada saat window

times lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Bank Indonesia

mengumumkan berapa besaran target induktif yang harus dicapai pada saat lelang

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Pengumuman tersebut diberitahukan oleh

Bank Indonesia melalui SSSS Terminal yang ada disetiap bank syariah pusat.

Kemudian bank syariah yang menerima pesan pengumuman tersebut akan melakukan

balasan berupa memasukkan jumlah dana yang akan ditempatkan pada Sertifikat

21

Tim Informasi Hukum, Direktorat Hukum. “Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah”. (Jakarta: Direktorat Hukum, 2008).

Page 45: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

33

Bank Indonesia Syariah (SBIS). Setelah terdapat jumlah penawaran yang masuk,

maka Bank Indonesia selama transaksi lelang SBIS melakukan juga transaksi SBI

Konvensional.22

Setelah lelang SBI Konvensional selesai dan dipaparkan hasil RRT (Rata-

Rata Tertimbang) SBI Konvensional hasil lelang, maka Bank Indonesia memberikan

pengumuman kembali kepada bank syariah bahwa reward atau ju’al adalah sekian

persen menurut rata-rata tertimbang yang didapatkan.23

8. Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu

negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut

dan negara asing.24

Terdapat tiga cara untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu :

a. Cara Produksi

Pendekatan produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang

dihasilkan dari sektor-sektor produktif. Di Indonesia, terdapat sembilan sektor

industri, diantaranya:

1) Pertanian

2) Pertambangan dan penggalian

22

Muhammad Sadeli. “Studi Tentang Akad Ju’alah dalam Penerbitan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah”. (Palembang: IAIN Raden Fatah, 2010), h. 56-57 23

Ibid, h.57. 24

Sadono Sukirno. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rd

edition (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), h. 35.

Page 46: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

34

3) Industri pengolahan

4) Listrik, gas dan air bersih

5) Bangunan

6) Perdagangan, restoran dan hotel

7) Pengangkutan dan komunikasi

8) Keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan

9) Jasa-jasa.

9. Inflasi

Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum

barang-barang secara terus-menerus. Tapi kenaikan harga tersebut tidak selalu

dalam persentase yang sama.25

Kenaikan harga tersebut diukur dengan beberapa cara antara lain dengan,

1) Indeks biaya hidup (consumer price index).

2) Indeks harga perdagangan besar (whole sale price index).

3) GNP (Gross Net Profit) Deflator.

Inflasi merupakan variabel penghubung antara tingkat bunga dan nilai tukar

efektif, dimana dua variabel penghubung ini merupakan variabel penting dalam

menentukan pertumbuhan dalam sektor produksi. Kenaikan tingkat harga (inflasi)

yang tinggi dapat menyebabkan:

25

Aunur Rofiq. “Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan: Kebijakan dan Tantangan Masa

Depan”. (Jakarta: Republika, 2014), h. 37.

Page 47: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

35

1) Memburuknya distribusi pendapatan

2) Berkurangnya tabungan domestik yang merupakan sumber dana investasi bagi

negara berkembang

3) Terjadinya defisit dalam neraca perdagangan serta meningkatkan besarnya utang

luar negeri

4) Timbunya ketidakstabilan politik.

Berdasarkan alasan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa

macam, yaitu sebagai berikut :

1) Demand Pull Inflation (Inflasi Tarikan Permintaan)

Demand pull inflation atau inflasi akibat dari tarikan permintaan yang sering

disebut juga dengan kelebihan permintaan. Faktor penyebab inflasi dari sisi

permintaan agregat adalah adanya jumlah atau laju pertumbuhan permintaan agregat

yang lebih tinggi daripada jumlah atau laju pertumbuhan penawaran dalam agregat

didalam ekonomi. Perkembangan permintaan agregat terdiri dari pengeluaran rumah

tangga (konsumsi), investasi, pengeluaran pemerintah dan sektor luar negeri (ekspor

minus impor).26

Kenaikan permintaan masyarakat akan barang konsumsi yang mendorong

pemerintah dan para penguasa untuk menambah investasi melalui kredit. Apabila

permintaan tersebut terus-menerus bertambah sedangkan seluruh faktor produksi

26

Nurlia Listiani. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Indonesia Periode

1970-2004. (Jakarta: Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), XIV (1), 2006) h 46.

Page 48: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

36

sudah digunakan secara full, maka hal ini akan menimbulkan kenaikan harga.

Kenaikan harga yang terus-menerus ini akan menimbulkan inflasi, dan inflasi yang

terlalu tinggi pada gilirannya bukan lagi menciptakan kesempatan kerja, tetapi

sebaliknya akan menimbulkan pengangguran. Hal ini dapat dipahami jika harga-

harga naik tidak diikuti oleh kenaikan upah dan gaji, seperti tenaga kerja dengan upah

yang dikontrak selama beberapa tahun, sehingga menimbulkan daya beli masyarakat

menjadi rendah.27

Jika proses ini tetap terjadi dengan daya beli yang tetap rendah, maka

produksi akan berhenti dan tenaga kerja akan diberhentikan dari pekerjaannya.

Dengan demikian banyak tenaga kerja yang menganggur.

Adanya peningkatan konsumsi masyarakat akan menyebabkan permintaan

agregat meningkat sehingga menggeser kurva permintaan ke kanan. Peningkatan

tersebut dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu peningkatan pendapatan riil (dengan

asumsi bahwa elastisitas pendapatan terhadap permintaan barang lebih besar dari nol)

dan atau pengurangan jumlah tabungan untuk setiap tingkat pendapatan sehingga

rasio tabungan pendapatan menjadi lebih kecil. Kemudian apabila didalam ekonomi

faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk proses telah digunakan sepenuhnya (full

employment) maka akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan pada pasar

27 Latif Kharie. “Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Kemiskinan di Indonesia”. (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2007), h.46.

Page 49: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

37

barang dan jasa, sehingga harga barang dan jasa akan meningkat dan timbullah

inflasi.28

2) Cost Push Inflation

Cost push inflation yaitu inflasi yang dikarenakan oleh adanya kenaikan biaya

produksi menyebabkan terjadinya pergeseran kurva aggregate supply. Biasanya

disebut juga dengan supply-side inflation dan supply shock inflation. Faktor yang

menyebabkan aggregate supply ini bergeser bermacam-macam, mulai dari tingkat

upah, harga barang dalam negeri, harga barang impor, dan sebagainya. Harga-harga

dan upah naik sebelum tercapainya tingkat penggunaan sumber daya secara penuh.29

Terjadinya kenaikan upah atau gaji dapat disebabkan oleh permintaan dari

tenaga kerja, desakan dari serikat buruh, pemerintah, dan adanya perubahan selera

masyarakat yaitu jumlah jam untuk melakukan kegiatan lain seperti liburan

bertambah. Buruh memaksa menuntut kenaikan upah, walaupun masih banyak tenaga

kerja yang tidak bekerja.

Hal ini dapat terjadi walaupun masih banyak tenaga kerja yang belum bekerja,

apalagi jika tenaga kerja tersebut tidak memiliki keahlian tertentu yang sesuai dengan

kebutuhan akan pekerjaan. Karena itu tenaga kerja yang memiliki keahlian tinggi

dibidang tertentu, akan menuntut atau menawarkan tenaganya dengan harga tinggi.

Upah dan biaya produksi yang tinggi akan mendorong produsen untuk menjual

28

Luluk Chorida. “Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga, Inflasi dan Tingkat Margin

terhadap Alokasi Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank-Bank Syariah di

Indonesia)”. (Malang: Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim, 2010) h 26. 29

Latif Kharie. “Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Kemiskinan di Indonesia” h. 47.

Page 50: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

38

produksinya dengan harga yang tinggi, yang pada akhirnya mendesak harga-harga

yang lain ikut berlomba naik.

Perubahan ini membuat kurva penawaran jumlah tenaga kerja atau jumlah jam

kerja dipasar tenaga kerja bergeser kekiri sedangkan posisi kurva permintaan akan

tenaga kerja dari perusahaan tetap.30

3) Demand-Supply of Inflation

Adanya peningkatan agregat menyebabkan terjadinya kenaikan harga yang

kemudan diikuti oleh peningkatan penawaran agregat, sehingga harga naik lebih

tinggi. Interaksi antara permintaan agregat dan penawaran agregat yang menekan

harga diakibatkan adanya harapan atau ekspektasi bahwa tingkat harga dan tingkat

upah akan meningkat atau karena adanya kelembaman (inertia) dari inflasi dimasa

lalu. Pendapat yang mengatakan bahwa inflasi disebabkan oleh adanya ekpektasi itu

mendasarkan pada perbandingan dari perkiraan masa depan. Karena buruh dan

pengusaha memperkirakan terjadinya inflasi sebesar 10% akibat adanya excess

demand, maka akan mempengaruhi tindakan mereka dalam penentuan tingkat upah

dan harga, sehingga mendorong terjadinya ekpektasi inflasi.31

4) Pemerintah Banyak Mencetak Uang

Pemerintah melalui bank sentral terlalu banyak menciptakan uang, karena

ingin melayani kredit dari masyarakat umum dan dari dunia usaha pada khususnya.

30

Khalwaty. “Inflasi dan Solusinya”. (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001), h 25. 31

Nurlia Listiani. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Indonesia Periode

1970-2004. (Jakarta: Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), XIV (1), 2006) h 49.

Page 51: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

39

Menurut penganut teori kuantitas, bahwa terjadinya inflasi hanya disebabkan oleh

satu faktor yaitu pemerintah terlalu banyak mencetak uang baru sehingga uang yang

beredar akan bertambah. Pertambahan jumlah uang yang beredar ini, jika tidak

diimbangi dengan penciptaan barang dipasar, atau barang tetap tidak bertambah,

maka harga barang tersebut akan naik. Jika hal ini terjadi terus-menerus, maka

timbullah inflasi.

a. Variabel-variabel yang mempengaruhi infalsi

1) Nilai Tukar Riil (Valuta Asing)

Kebijakan moneter, khususnya dalam hal pengendalian likuiditas dibidang

perbankan dan perbaikan ekpektasi terhadap inflasi mempunyai andil yang cukup

penting pada proses menguatnya nilai tukar rupiah. Disamping itu, membaiknya

kondisi sosial politik dan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap prospek

pemulihan ekonomi memberikan landasan yang kuat bagi kestabilan nilai tukar.

Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal dikalikan dengan perbandingan

tingkat harga domestik dengan luar negeri yang didasarkan pada konsep purchasing

power parity. Nilai tukar mengukur tingkat pertukaran sekelompok barang yang

dijadikan acuan antara perekonomian domestik dengan luar negeri. Perubahan nilai

tukar mempunyai pengaruh terhadap inflasi yang bersifat tidak langsung melalui

output maupun langsung (passthrough effect).32

32

Sawaldjo Puspopronoto. “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan (Konsep, Teori dan

Realita)”. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004), h. 58.

Page 52: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

40

2) Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar dirumuskan dalam arti sempit (M1), meliputi uang kartal

dan uang giral, sedangkan uang beredar dalam arti luas (M2) meliputi M1 ditambah

dengan uang kuasi. Hasil penelitian secara empiris maupun pengamatan secara

teoritis memperlihatkan bahwa ekspansi moneter memiliki peran yang cukup penting

dalam analisis inflasi.

Teori kuantitas uang beredar berpendapat bahwa naik turunnya tingkat inflasi

disebabkan oleh naik turunnya jumlah uang beredar. Apabila jumlah saldo kas yang

dimiliki rumah tangga-rumah tangga meningkat (sebagai akibat dari meningkatnya

jumlah uang beredar), maka selisih antara saldo kas dengan besarnya pendapatan

dirasakan terlalu tinggi. Menurut teori tersebut rumah tangga akan langsung

menggunakan untuk memperbesar pengeluaran konsumsi mereka, sehingga

mengakibatkan meningkatnya permintaan agregat, dengan asumsi kesempatan kerja

penuh (full employment) peningkatan dalam permintaan agregat akan mengakibatkan

naiknya tingkat harga sehingga terjadilah inflasi.33

3) Kenaikan Upah

Adanya kenaikan upah atau gaji dapat disebabkan oleh permintaan dari tenaga

kerja, desakan dari serikat buruh. Kemudian permintaan kenaikan upah/gaji dituruti

oleh para pengusaha dengan pemikiran kenaikan harga tersebut dapat dialihkan

kepihak konsumen melalui peningkatan harga barang.

33

Sawaldjo Puspopronoto. “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan (Konsep, Teori dan

Realita)”. h. 59.

Page 53: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

41

4) Pendapatn Riil

Pendapatan riil mempunyai pengaruh negatif dengan asumsi inflansi yang

terjadi di Indonesia merupakan inflansi yang termasuk jenis cost push inflation, jika

pendapatan meningkat dan jumlah barang/jasa semakin banyak maka tingkat harga

menurun.

5) Harga Impor (Inforted Inflation)

Inflasi impor dapat terjadi karena adanya kenaikan harga ekspor dan impor di

pasaran. Kenaikan harga ekspor ini akan mendorong kenaikan indeks harga umum

sehingga akan menekan permintaan dalam negeri dan menekan tingkat harga untuk

naik. Disisi lain adanya peningkatan ekspor ini akan meningkatkan saldo neraca

berjalan yang akan berakibat pada meningkatnya jumlah uang primer sehingga akan

terjadi kelebihan jumlah uang beredar.34

Peningkatan harga impor akan mempengaruhi tingkat harga umum melalui

tiga saluran, yaitu: secara langsung meningkatkan indeks harga umum, melalui

peningkatan biaya input bahan baku dan barang modal sehingga dapat mendorong

harga naik melalui peningkatan pengeluaran impor, yang berarti saldo neraca berjalan

turun sehingga jumlah uang primerpun turun. Akibatnya, terjadi kontraksi jumlah

uang beredar dan sedikit mengekang ekspansi jumlah uang beredar akibat

peningkatan ekspor.

34

Muh. Fahruddin Zuhri. “Analisis Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Exchange Rate

dan Interest Rate terhadap Index JII (Jakarta Islamic Index) pada Tahun 2002-2005”. Surakarta:

Skripsi STAIN Surakarta, 2006), h.54.

Page 54: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

42

Inflasi akan membawa dampak terhadap perekonomian suatu negara, dalam

bukunya Sadono menjelaskan dampak inflasi sebagai berikut:

1) Inflasi akan menurunkan pendapat riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka

inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap.

2) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan

masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simapanan di bank, simpanan tunai,

dan simpanan institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.

Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.

3) Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima

pendapatan tetap akan mengalami kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya,

dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil

kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta tetap tanah, bangunan dan rumah

dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian

penjual/pedagang dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya

serta dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya.

Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara

golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan

penjual/pedagang akan semakin tidak merata.

Inflasi dapat diatasi melalui kebijakan moneter dan fiskal. Apabila ingin

menekan laju infalsi melalui kebijakan moneter maka tindakan yang dilakukan oleh

bank sentral adalah mengurangi penawaran/peredaran uang. Instrumen yang sangat

Page 55: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

43

populer digunakan oleh institusi moneter adalah menaikkan suku bunga. Tindakan ini

akan mengurangi para penanam modal untuk mengurangi kegiatan investasinya.

Sehingga mengurangi peredaran uang dimasyarakat dan daya beli masyarakat

berkurang. Dengan demikian harga atau laju inflasi dapat ditekan.35

Jika pemerintah ingin mengatasi inflasi melalui kebijakan fiskal maka

pemerintah dapat menggunakan dua instrumen utamanya yaitu melalui belanja

pemerintah dan pajak. Melalui pembelanjaannya pemerintah dapat mengurangi

pengeluarannya agar peredaran uang dapat dikurangi di masyarakat sehingga

permintaan atau daya beli masyarakat berkurang. Dengan demikian harga atau inflasi

dapat ditekan. Kebijakan fiskal pemerintah selain menggunakan instrumen

pengeluarannya juga dapat menggunakan pajak. Melalui pajak pemerintah dapat

menekan laju inflasi dengan menaikkan pajak. Dengan dinaikkan pajak maka uang di

tangan masyarakat dapat ditarik kepemerintah, sehingga daya beli masyarakat

berkurang. Dengan demikian harga atau laju infalsi dapat dikurangi.

B. Review Studi Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Aam Slamet Rusydiana (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Mekanisme

Transmisi Syariah pada Sistem Moneter” dengan menggunakan data bulanan dari

periode bulan Juni 2002 hingga Mei 2008. Variabel yang diteliti antara lain

35

Sadono Sukirno. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rd

edition, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), h.340.

Page 56: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

44

pembiayaan syariah (kecuai BPRS) sebagai variabel bebasnya, dan variabel

terikatnya yaitu SBI (Sertifikat Bank Indonesia), PUAB (Pasar Uang Antar

Bank), PUAS (Pasar Uang Antar bank Syariah), SBIS (Sertifikat Bank Indonesia

Syariah) dan inflasi. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi

jumlah pembiayaan perbankan syariah Indonesia, maka hal ini akan berpengaruh

dan berkontribusi cukup positif pada penurunan inflasi di Indonesia.

2. Dumadi Tri Restyanto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Stabilitas dan Efektifitas Mekanisme Transmisi Lewat Jalur Jumlah Uang Beredar

dan Kredit di Indonesia” dengan menggunakan data triwulan januari 1998 hingga

januari 2004. Variabel yang diteliti yaitu PDB, suku bunga SBI, inflasi dan

jumlah uang beredar. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa sebelum krisis

moneter jumlah uang beredar (M1) lebih efektif dari kredit (L) dalam mekanisme

transmisi moneter ditunjukkan dengan variance residual jumlah uang beredar

(M1) lebih kecil dari kredit sebelum krisis. Sesudah krisis moneter kebijakan

moneter pasca krisis dianggap mampu mengembalikan kestabilan moneter. Kredit

lebih efektif dari jumlah uang beredar (M1) dalam mekanisme transmisi moneter

ditunjukkan dengan variance residual jumlah uang beredar (M1) lebih besar dari

kredit sesudah krisis moneter.

3. Erwin Hardianto (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Mekanisme

Transmisi Syariah di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data bulanan

periode bulan Desember 2000 hingga Januari 2004. Dengan menggunakan

variabel independen Pembiayaan Syariah (kecuali BPRS), dan variabel

Page 57: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

45

dependennya antara lain yaitu SBI (Sertifikat Bank Indonesia), PUAB (Pasar

Uang Antar Bank), PUAS (Pasar Uang Antar bank Syariah), SBIS (Sertifikat

Bank Indonesia Syariah) dan inflasi. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa

tidak terjadi mekanisme substitusi antara produk pinjaman sistem konvensional

dengan sistem syariah. Pinjaman bank syariah mempunyai pola hubungan positif

dengan inflasi IHK namun tidak diikuti pola yang sama dengan GDP riil.

4. Oscar Sanchez (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Investment by

Manufacturing Firms and The Transmission of Monetary Policy in Mexico”.

Penelitian ini menggunakan data tahunan periode 1984-1999. Variabel yang

digunakan yaitu investasi, saham, indeks harga saham, arus kas dan perubahan

penjualan perusahaan. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa investasi

dipengaruhi oleh transmisi kebijakan moneter. Terutama kebijakan mengenai

tingkat suku bunga sangat dapat mempengaruhi investasi.

5. Jean Boivin and Marc Giannoni (2002) dalam penelitiannya yang berjudul

“Assessing Changes in The Monetry Transmission Mechanism: A VAR

Approach”. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari tahun 1980 hingga

tahun 2001. Variabel yang digunakan adalah GDP riil, inflasi dan suku bunga.

Hasil dari penelitian membuktikan bahwa kebijakan moneter mampu

mempengaruhi output dan inflasi dengan adanya tekanan moneter yang dilakukan

otoritas moneter.

Page 58: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data

sekunder dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Statistik Perbankan dan

Statisik Perbankan Syariah yang semuanya dipublikasikan oleh Bank Indonesia

dalam situs resmi yang dimiliki Bank Indonesia yaitu http://bi.go.id. Variabel-

variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah variabel bebasnya

(independent variabel) Pembiyaan Syariah. Variabel independen ini akan dilihat

seberapa signifikan dalam mempengaruhi tingkat imbalan SBIS (Sertifikat Bank

Indonesia Syariah), tingkat imbalan PUAS (Pasar Uang Antarbank Syariah).

Pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi sebagai variabel dependen. Data yang

diteliti adalah data triwulan dari triwulan II tahun 2008 hingga triwulan IV tahun

2015.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel akan sangat membantu dalam penelitian yang

dihadapkan pada sampel yang beragam dari suatu populasi. Penelitian ini

menggunakan Convenience Sampling yaitu istilah umum yang mencakup variasi

luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel

yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk diukur, dan bersifat

Page 59: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

47

kooperatif. Metode ini dipilih karena data yang dibutuhkan bisa didapatkan dari

publikasi Bank Indonesia dalam website-nya.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

dilakukan melalui studi pustaka, terutama yang berhubungan dengan data sekunder,

sementara itu data primer dapat dilakukan melalui studi lapangan, berupa eksperimen,

observasi atau wawancara dengan metode kuesioner.1

Dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu :

1. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu mempelajari literature-literatur ilmiah, beberapa buku,

jurnal serta membaca artikel-artikel dalam koran maupun internet yang berkaitan

dengan penelitian ini. Studi pustaka ini digunakan untuk memperoleh landasan teori

dan konsep yang kuat dari penelitian lain yang berkaitan dan juga hasil penelitian

yang dapat dijadikan acuan atau rujukan dalam pemecahan masalah yang terdapat

dalam penelitian.2

2. Field Research

Pengumpulan data dan keterangan seperti laporan keuangan dan data lain

yang berhubungan dengan penelitian ini. Diperoleh dari Bank Indonesia. Pencarian

data dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1 Burhan Bugin. “Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik

serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”. h. 81. 2 Ibid, h. 84.

Page 60: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

48

a) Pencarian secara manual untuk data yang berbentuk kertas hasil cetakan

b) Pencarian dengan mengakses website resmi Bank Indonesia yang

mempublikasikan laporan keuangan dan penelitian pendukung yang diperlukan

untuk penelitian ini.3

D. Metode Analisi Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh Pembiayaan

Bank Syariah terhadap tingkat imbalan SBIS, tingkat bagi hasil PUAS, Pertumbuhan

Ekonomi dan tingkat Inflasi di Indonesia periode 2008-2015 adalah menggunakan

teknik analisis kuantitatif deskriptif yang digunakan untuk memaparkan secara

kualitatif perkembangan data-data yang ada, baik dalam bentuk tabel maupun grafik.

Penelitian ini akan menggunakan Vector Auto Regression (VAR) sebagai alat

analisis dan menggunakan Eviews 6 serta Microsoft Excel 2003 sebagai software

pengolah data. Secara umum VAR digunakan untuk menganalisi sistem variabel-

variabel runtun waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis atau dampak yang

disebabkan perubahan nilai faktor-faktor yang teliti. Karena penelitian ini memiliki

variabel-variabel yang nilainya berfluktuasi dan diteliti dalam rentang waktu delapan

tahun maka alat analisisnya bisa menggunakan VAR.

Analisis VAR merupakan salah satu model ekonometrika yang sering

digunakan dalam analisis kebijakan makroekonomi dinamik dan stokastika. Sochrul

menjelaskan bahwa VAR merupakan suatu sistem persamaan yang memperlihatkan

3 Burhan Bugin. “Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik

serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”. h. 86.

Page 61: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

49

setiap variabel sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari variabel

itu sendiri, serta nilai lag dari variabel lain yang ada dalam sistem variabel penjelas

VAR meliputi nilai lag seluruh variabel tak bebas dalam sistem VAR yang

membutuhkan identifikasi retriksi untuk mencapai persamaan melalui interpretasi

persamaan.4

Terdapat dua alasan pengguanaan model VAR dalam penelitian ini yaitu yang

pertama karena model VAR dapat menjelaskan hubungan jangka panjang simultan

antar varibel penelitian dengan lebih baik daripada regresi linier.

Kemudian yang kedua yaitu karena model VAR dibangun dengan

pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar mampu

menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Sehingga penulisan penelitian tidak

terlalu terpaku pada teori dan dapat melihat perkembangan atau perubahan dari suatu

masalah dengan meneliti fenomena terbarunya.

1. Ciri-ciri, Kelebihan dan Kelemahan VAR

Ciri-ciri VAR yaitu sebagai berikut:

a. Bersifat atheoritic, artinya tidak berlandaskan pada teori dalam menentukan

model regresi.

b. Memperlakukan semua variabel secara endogen (tidak membedakan variabel

independen atau variabel dependen).

4 Shochrul. R Ajija, Dyah W. Sari, dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews” (Jakarta: Salemba

Empat, 2011), h. 163.

Page 62: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

50

c. Perangkat estimasi yang digunakan adalah fungsi IRF (Impulse Response

Function) dan variance decompotition.

d. IRF digunakan untuk melacak respons saat ini dan masa depan setiap variabel

akibat shock suatu variabel tertentu. Variance decompotition, memberikan

informasi mengenai kontribusi (persentase) varians setiap variabel terhadap

perubahan suatu variabel tertentu.

Setiap alat analisis memiliki ciri-ciri tertentu sebagai identitas dan pembeda dengan

alat analisis lainnya. Selain itu tentu memiliki keunggulan dan kelemaham dalam

mengelola data, kelebihan dari alat analisis VAR yaitu sebagai berikut:5

a. Dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari suatu

variabel terhadap jangka panjangnya akibat adanya perubahan (shock) yang

permanen.

b. Metode ini sederhana, penggunanya tidak perlu khawatir untuk membedakan

yang mana variabel eksogen.

c. Estimasi yang ada dalam VAR juga sederhana, dimana metode OLS (ordinal

Least Square) biasa dapat diaplikasikan pada tiap-tiap persamaan secara terpisah.

d. Hasil perkiraan (forecast) yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dalam

banyak kasus lebih bagus dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan

menggunakan model persamaan simultan yang kompleks sekalipun.

5 Abustan dan Mahyudin. “Analisis Vector Auto Regression (VAR) terhadap Korelasi antara

Belanja Publik dan Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan tahun 1985-2005”. (Bogor: Sekolah

Pasca Sarjana IPB, 2009), h. 4-5.

Page 63: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

51

e. Analisis VAR juga merupakan alat analisis yang sangat berguna, baik dalam

memahami adanya hubungan timbal balik (interrelationship) antara variabel-

variabel ekonomi, maupun dalam pembentukan model ekonomi berstruktur.

Sedangkan kelemahannya akan dijelaskan perpoint sebagai berikut:6

a. Model VAR merupakan model yang atheoritic atau tidak berdasarkan teori, hal

ini tidak seperti ada persamaan simultan. Pada persamaan simultan, pemilihan

variabel yang akan dimasukkan dalam persamaan memegang peranan penting

dalam mengidentifikasi model.

b. Pada model VAR, penekanan terletak pada peramalan sehingga model ini kurang

cocok digunakan dalam menganalisis kebijakan.

c. Permasalahan yang besar dalam model VAR adalah ada pemilihan (lag length)

panjang lag yang tepat. Oleh karena semakin panjang lag, jumlah parameter yang

akan bermasalah pada derajat bebas (degress of freedom) akan bertambah.

d. Variabel yang tergabung pada model VAR harus stasioner. Apabila tidak

stasioner, perlu dilakukan transformasi bentuk data, misalnya melalui first

difference.

e. Sering ditemui kesulitan dalam menginterpretasikan setiap koefisien pada

estimasi model VAR sehingga sebagian besar peneliti melakukan interpretasi

pada estimasi fungsi IRF dan variance decompotition.

6 Shochrul. R Ajija, Dyah W. Sari, dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews” (Jakarta: Salemba

Empat, 2011), h. 165.

Page 64: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

52

2. Langkah-langkah dalam Pengujian VAR

a. Uji Stasioner Data dan Derajat Integrasi

Shochrul R. Ajija mengemukakan bahwa langkah pertama yang harus

dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan data time series adalah dengan

menguji stasioneritas pada data atau disebut juga stationary stochastic process. Uji

stasioneritas data ini dapat dilakukan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF)

ada derajat yang sama (level atau different) hingga diperoleh data yang stasioner,

yaitu data yang variansnya tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk

mendekati nilai rata-ratanya.7

Dalam statistik dan ekonometrik, uji akar unit atau uji stasioner digunakan

untuk menguji adanya anggapan bahwa sebuah data time series tidak stasioner. Selain

uji ADF, uji lain yang serupa yaitu Uji Phillips-Perron. Keduanya mengindikasikan

keberadaan akar unit hipotesis null atau hipotesis H0 yang menyatakan tidak adanya

hubungan antar variabel. Perlu diketahui bahwa data yang dikatakan stasioner adalah

data yang bersifat flat, tidak mengandung komponen trend, dengan keragaman yang

konstan, serta tidak terdapat fluktuasi periodik.

b. Penentuan Lag Length

Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan

lag optimal. Jika lag yang digunakan dalam uji stasioneritas terlalu sedikit, maka

7 Shochrul. R. Ajija. Dyah W. Sari, dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews”. h. 164.

Page 65: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

53

residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak

dapat mengestimasi actual error secara teat. Akibatnya, γ dan standar kesalahan tidak

diestimasi secara baik. Namun demikian, jika memasukkan terlalu banyak lag, maka

dapat mengurangi kemampuan untuk menolak H0 karena tambahan parameter yang

terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas.

c. Uji Kointegrasi

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium antara

variabel-variabel yang tidak stasioner. Setelah semua variabel memenuhi persyaratan

untuk proses integrasi, pengujian kointegrasi dapat dilakukan untuk mendapatkan

hubungan jangka panjang antara variabel independen dengan model variabel

dependen. Walaupun terdapat variabel-variabel yang tidak stasioner namun

kombinasi antar variabel tersebut dapat menjadi stasioner dengan melakukan langkah

selanjutnya di dalam estimasi VAR adalah uji kointegrasi untuk mengetahui

keberadaan hubungan antar variabel.8

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam uji kointegrasi adalah

dengan metode Johansen. Uji kointegrasi metode Johansen yang digunakan dalam

penelitian ini.

8 Agus Widarjono. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi”. 2

nd edition. (Yogyakarta: Ekonesia,

2007), h. 377.

Page 66: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

54

d. Estimasi VAR dan VECM

Penggunaan pendekatan struktural atas permodalan persamaan simultan

biasanya menerapkan teori ekonomi di dalam usahanya untuk mendeskripsikan

hubungan antar variabel yang ingin diuji. Akan tetapi sering ditemukan bahwa teori

ekonomi saja ternyata tidak cukup kaya dalam menyediakan spesifikasi yang ketat

dan tepat atas hubungan dinamis antar variabel. Misalnya teori terlalu kompleks

sehingga simplifikasi harus dibuat atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu

kompleks jika hanya dijelaskan dengan teori yang ada.

VAR kemudian muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini, model

VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan

agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik.

Dengan VAR kita hanya perlu memperhatikan dua hal, yang pertama kita

tidak perlu membedakan mana yang merupakan variabel endogen dan eksogen.

Semua variabel baik endogen maupun eksogen yang dipercaya saling berhubungan

seharusnya dimasukkan variabel eksogen di dalam VAR, dan yang kedua adalah

untuk melihat hubungan antar variabel di dalam VAR. kita membutuhkan sejumlah

kelambanan variabel yang ada. Kelambanan variabel ini diperlukan untuk menangkap

efek dari variabel tersebut terhadap variabel yang lain di dalam model.9

Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode

standar sementara series non-stasioner atau stasioner pada tingkat first difference

9 Agus Widarjono. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi”. h . 378.

Page 67: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

55

akan berimplikasi pada dua pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau VECM.

Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini adalah sebagai berikut :

1) VAR (Unrestricted VAR)

VAR biasa atau tanpa restriksi digunakan jika data yang digunakan didalam

pembentukan VAR, stasioner di tingkat level. Variasi VAR tanpa restriksi biasanya

terjadi akibat adanya perbedaan derajat integrasi variabelnya. Kedua bentuk VAR

akibat adanya perbedaan derajat integrasi data variabelnya ketika data yang

digunakan memiliki bentuk stasioner di dalam level tetapi tidak memiliki hubungan

kointegrasi, maka estimasi VAR dapat dilakukan dalam bentuk difference.10

2) VECM (restricted VAR)

Model VECM digunakan didalam model VAR non-struktural apabila data

time series tidak stasioner pada level, tetapi stasioner pada data diferensi dan

terkointegrasi sehingga menunjukkan adanya hubungan teoritis antar variabel.

e. IRF

Melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau

shock suatu variabel tertentu.

f. Variance Decompotition

Variance decompotition atau disebut juga forecast error variance

decompotition merupakan perangkat pada model VAR yang akan menimbulkan

10

Agus Widarjono. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi”. 2nd

edition. (Yogyakarta: Ekonesia,

2007), h. 380.

Page 68: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

56

variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-komponen shock

atau menjadi variabel innovation, dengan asumsi bahwa variabel-variabel innovation

tidak saling berkorelasi. Kemudian, variance decompotititon akan memberikan

informasi mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock variabel lainnya pada

periode saat ini dan periode yang akan datang.

E. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang

digunakan dalam penulisan. Pengertian operasional variabel adalah definisi yang

didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (diobservasi) dari definisi operasional

tersebut dapat ditentukan alat pengambilan data yang cocok dipergunakan. Definisi

dari variabel-variabel yang ada adalah:

1. Pembiayaan Bank Syariah

Data yang digunakan adalah keseluruhan dari data pembiayaan yang ada di

lembaga keuangan syariah dengan menggunakan data triwulan.

2. Tingkat Imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Tingkat imbalan yang didapatkan dari simpanan berjangka dalam Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) berupa data persentase yang dengan jangka waktu

simpanan ini yaitu satu bulan.

Page 69: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

57

3. Tingkat Imbalan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

Karena pasar uang antar bank berbasis syariah, maka bukan data tingkat

bunga yang dihitung melainkan tingkat imbalan yang didapat dari transaksi Pasar

Uang Antarbank Syariah tersebut. Tingkat imbalan ini berupa data persentase yang

berfluktuasi tiap bulannya.

4. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita

jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi akan dilihat dalam kurun waktu tertentu. Laju

pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui perkembangan PDB yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik.

5. Tingkat Inflasi

Variabel dependen ini menggunakan tingkat inflasi yang merupakan

perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus, yang dihitung dari

perubahan Indeks Harga Konsumen Gabungan di Indonesia yang dinyatakan dalam

persen. Perubahan tingkat inflasi sangat mempengaruhi kebijakan moneter yang

ditetapkan Bank Indonesia.

Page 70: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

58

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dapat dibagi menjadi dua fase,

yaitu fase sebelum tahun 1998 dan fase setelah tahun 1998. Fase pertama ini diawali

dengan berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992, namun jauh sebelum berdirinya

Bank Muamalat konsep perbankan syariah ini sudah merupakan bahan diskusi lama,

cendekiawan Islam pada awal tahun 1980-an.

Fase kedua adalah fase setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun

1998, dimana pemerintah semakin menunjukkan komitmennya pada perbankan

syariah dengan memberikan landasan hukum yang kuat dengan mengizinkan

perbankan konvensional untuk membuka unit usaha syariah (UUS). Kebijakan ini

tentu saja membuka jalan bagi perkembangan perbankan syariah, karena sejak Bank

Muamalat didirikan pada tahun 1992, tidak ada lagi bank syariah yang berdiri.

Namun, sejak dikeluarkannya undang-undang tersebut beberapa bank konvensional

mulai membuka unit-unit syariahnya. Maraknya unit-unit syariah yang dibuka pasca

UU tersebut juga didorong oleh kenyataan bahwa bank syariah terbukti tidak

mengalami goncangan yang signifikan pada saat terjadi krisis pada pertengahan tahun

1997.1

1 Ahmad Ifham. “Optimisme Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia”. (Jakarta: Bisnis

Jakarta, 2007), h. 96.

Page 71: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

59

Pada tahap-tahap selanjutnya pemerintah maupun Bank Indonesia semakin

menunjukkan komitmennya untuk mengembangkan perbankan syariah. Dalam UU

No. 23 tahun 1999, dkemukakan bahwa Bank Indonesia bertanggung jawab untuk

mengatur dan mengawasi bank, termasuk bank umum syariah dan BPRS, BI

berwenang untuk melakukan pengawasan moneter berdasarkan prinsip syariah, dan

seiring dengan kebijakan tersebut pula tim peneliti BI untuk perbankan syariah

dibentuk. Pada tahun yang sama bank syariah kedua juga dibuka yaitu Bank Syariah

Mandiri, sebelumnya merupakan bank konvensional yaitu Bank Susila Bakti yang

dikonversi menjadi bank syariah. Sejak itu, perbankan syariah di Indonesia

berkembang cukup pesat.

Tabel 4.1

Perkembangan Perbankan Syariah (Unit)

Indikasi 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

BUS 5 6 11 11 11 11 12 12

UUS 27 25 23 24 24 23 22 22

BPRS 131 138 150 155 158 163 163 164

Keterangan:

BUS Bank Umum Syariah

UUS Unit Usaha Syariah

BPRS Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015.

Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan

laporan tahunan BI 2015 (Desember 2015). Secara kuantitas, jumlah bank syariah

terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2008 hanya ada 5 Bank Umum

Syariah dan 131 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2015

Page 72: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

60

(berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank

Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapa 34 unit yang terdiri atas 12 Bank

Umum Syariah dan 22 Unit Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) telah mencapai 164 unit pada periode yang sama.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

Pengolahaan data penelitian ini menggunakan software statistik

Eviews 5 dan Microsoft Excel 2003. Data-data yang digunakan untuk

memperoleh hasil didapat dari beberapa variabel diantaranya variabel

dependen Tingkat Imbalan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah),

Tingkat Imbalan PUAS (Pasar Uang Antarbank Syariah), Pertumbuhan

Ekonomi, dan inflasi, sedangkan variabel independennya yaitu Pembiayaan

Syariah.

a. Tingkat Imbalan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah)

Tabel 4.2

Tingkat Imbalan SBIS (%)

Periode Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

2008 - 7,80 7,04 6,32

2009 3,80 3,60 3,64 5,26

2010 3,81 4,29 4,20 5,12

2011 6,14 4,77 4,74 7,50

2012 6,36 5,95 5,82 6,71

2013 6,11 8,34 9,40 11,02

2014 8,82 7,26 6,59 6,74

2015 6,38 6,25 6,63 6,37

Sumber: data diolah

Page 73: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

61

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa perkembangan nilai persentasi

tingkat imbalan terhadap dana yang disalurkan bank-bank syariah pada instrumen

SBIS. Dari tahun 2008 hingga tahun 2015 mengalami kenaikan dan penurunan yang

beragam. Posisi tingkat imbalan SBIS yang tertinggi delapan tahun terakhir yaitu

pada triwulan IV tahun 2013 sebesar 11,02 %, sedangkan posisi tingkat imbalan SBIS

terendah terdapat pada triwulan II tahun 2009 yaitu sebesar 3,6%. Hal yang

mempengaruhi nilai bagi hasil SBIS pada tahun 2009 yaitu masih sedikit jumlah dana

yang ditransaksikan dalam bentuk SBIS, sehingga nilai bagi hasil yang ditawarkan

juga masih rendah karena jumlah dana yang ditransaksikan dan jumlah bank yang

bertransaksi juga belum besar. Dari tahun ke tahun jumlah bank syariah bertambah

dan penempatan dana dalam bentuk SBIS juga bertambah, tercatat nilai tertinggi pada

tahun 2013.

Penempatan dana dalam bentuk SBIS ini memperlihatkan adanya fluktuasi

yang sangat beragam di tiap kuartal. Namun tingkat imbalan SBIS tidak sebesar rata-

rata tingkat sungu bunga SBI yang selama 8 tahun terakhir dari tahun 2008 sampai

2015 mencapai 9% sedangkan tingkat imbalan SBIS rata-rata di tahun yang sama

yaitu 6,12%.

b. Tingkat Imbalan PUAS (Pasar Uang Antarbank Syariah)

Tabel 4.3

Tingkat Imbalan PUAS (%)

Periode Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

2008 - 7,80 7,04 6,32

2009 3,80 3,60 3,64 5,26

2010 3,81 4,29 4,20 5,12

Page 74: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

62

2011 6,14 4,77 4,74 7,50

2012 6,36 5,95 5,82 6,71

2013 6,11 7,31 8,07 10,08

2014 8,48 7,62 6,72 5,94

2015 5,96 6,16 5,57 5,96

Sumber: data diolah.

Pasar uang adalah pasar yang teroganisir dimana diperdagangkan surat-surat

berharga jangka pendek (kurang dari satu tahun). Pasar uang antar bank syariah

hampir mirip mekanismenya dengan pasar uang yang diterapkan oleh bank

konvensional namun perbedaan yang mendasar disini yaitu perolehan keuntungan

yang didapat oleh para pelaku pasar uang. Di dalam sistem syariah tidak

diperbolehkan menggunakan bunga sebagai imbalan tetapi diganti dengan sistem bagi

hasil.2

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa perkembangan nilai persentasi

tingkat imbalan terhadap dana yang disalurkan bank-bank syariah pada instrumen

PUAS (Pasar Uang Antarbank Syariah). Posisi tingkat imbalan PUAS yang tertinggi

dalam delapan tahun yaitu sebesar pada triwulan IV tahun 2013 sebesar 10,08%,

sedangkan posisi tingkat imbalan PUAS terendah terdapat pada triwulan II tahun

2009 yaitu sebesar 3,60%. Fenomena yang terjadi pada PUAS tidak berbeda dengan

SBIS. Peraturan mengenai diadakannya PUAS ini baru tahun 2000 sehingga pada

tahun 2004 perkembangan salah satu instrumen moneter syariah inipun belum begitu

ketara. Nilai bagi hasil yang ditawarkan masih rendah karena jumlah dana yang

2 Huda dan M.E. Nasution. “Investasi Pada Pasar Modal Syariah” Edisi 1. (Jakarta: Kencana,

2007) h. 27.

Page 75: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

63

ditransaksikan dan jumlah bank yang bertransaksi juga belum besar. Dari tahun ke

tahun jumlah bank syariah semakin bertambah dan penempatan dana dalam bentuk

PUAS juga bertambah, tercatat nilai tertinggi pada tahun 2013.

c. Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 4.4

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Periode Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

2008 - 2,04 2,78 -3,80

2009 3,18 2,32 2,89 -1,35

2010 2,03 2,23 2,86 -2,03

2011 2,05 2,04 3,77 -1,85

2012 2,05 2,69 3,79 -2,68

2013 2,41 2,77 3,74 -3,57

2014 1,75 2,33 3,76 -2,45

2015 1,94 2,86 3,45 -1,45

Sumber: data diolah.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa perkembangan Pertumbuhan

Ekonomi. Pertumbuhan PDB Indonesia dengan harga konstan dari tahun 2008 hingga

2015 mengalami fluktuasi rata-rata 1,37% perkuartal. Pertumbuhan PDB tertinggi

yaitu sebesar pada triwulan III tahun 2012 sebesar 3,79%, sedangkan pertumbuhan

PDB terendah terdapat pada triwulan IV pada tahun 2009 -1,35%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu kredit

perbankan, volume ekspor, konsumsi atau pengeluaran pemerintah dan upah tenaga

kerja. Hal yang menyebabkan pertumbuhan PDB mengalami peningkatan tertinggi

pada tahun 2007 disebabkan adanya peningkatan penyaluran kredit dan volume

ekspor sejak tahun 1999 hingga tahun 2007.

Page 76: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

64

d. Inflasi

Tabel 4.5

Inflasi (%)

Periode Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

2008 - 7,25 6,37 5,72

2009 4,48 6,41 6,71 6,72

2010 7,76 7,65 8,41 17,79

2011 16,90 15,51 14,87 6,05

2012 6,36 6,02 6,51 6,73

2013 7,64 10,12 11,96 11,50

2014 8,56 5,67 2,76 5,90

2015 3,65 4,37 6,15 6,32

Sumber: data diolah.

Perkembangan inflasi di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2015 mengalami

fluktuasi rata-rata 8% perkuartal. Inflasi tertinggi yaitu sebesar pada triwulan IV

tahun 2010 sebesar 17,79%, sedangkan inflasi terendah terdapat pada triwulan III

pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,76%.

Lonjakan harga pada kuartal IV tahun 2010 yang disebabkan oleh kenaikan

harga BBM tidak bisa dijadkan satu-satunya alasan adanya peningkatan tingkat

inflasi, mengingat terdapat faktor lain baik yang bersifat internal dan ekternal

meliputi tingkat pengeluaran agregat melebihi kemampuan untuk menghasilkan

barang dan jasa, kenaikan harga barang impor, penambahan penawaran uang dengan

cara mencetak uang baru, dan kekacauan politik dan ekonomi (www.bi.go.id).3

Menurut Rusman dalam Luluk Chorida, salah satu faktor landasan inflasi

adalah pemulihan ekonomi domestik. Selain itu, krisis ekonomi dan fluktuasi nilai

tukar rupiah juga menjadi faktor rendahnya inflasi. laju inflasi yang rendah sepanjang

3 www.bi.go.id

Page 77: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

65

2009 juga disebabkan oleh deflasi pada barang-barang yang ditetapkan pemerintah,

seperti BBM dan listrik.4

e. Pembiayaan Bank Syariah

Kegiatan operasional bank tidak hanya menghimpun dana dari masyarakat

namun juga menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman yang dalam istilah perbankan

syariah disebut pembiayaan.5 Di bawah ini dapat dilihat perkembangan dana yang

ditempatkan oleh perbankan syariah pada bagian pembiayaan.

Tabel 4.6

Pembiayaan Syariah (Rp Triliun)

Periode Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

2008 - 4.030 4.499 5.346

2009 6.013 7.644 9.511 11.051

2010 12.085 13.567 14.337 14.961

2011 15.469 17.373 19.076 20.308

2012 20.501 22.081 24.536 26.282

2013 28.387 32.472 36.481 38.275

2014 38.784 40.879 43.747 45.953

2015 48.608 53.558 59.626 65.705

Sumber: data diolah. (tidak termasuk BPRS).

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pembiayaan yang disalurkan oleh bank-

bank syariah dan unit usaha syariah yang ada terus mengalami peningkatan tiap

tahunnya. Bahkan krisis pada tahun 2008 tidak berimbas pada besarnya dana yang

disalurkan untuk pembiyaan. Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh bank syariah

sehingga mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari jumlah bank syariah

4 Luluk Chorida. “Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga, Inflasi dan Tingkat Margin terhadap

Alokasi Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank-Bank Syariah di Indonesia)”.

(Malang: Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim, 2010), h. 88. 5 Muhammad. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,

2005), h. 56.

Page 78: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

66

yang didirikan maupun produk-produk yang dihasilkan menyebabkan jumlah nasabah

yang tentunya juga semakin bertambah banyak.

Pada tahun 2008 hingga 2015 penyaluran pembiayaan yang berbasis syariah

terus mengalami peningkatan. Jumlah dana tertinggi yang disalurkan yaitu pada

triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp.65.705 milyar dan terendah pada triwulan I tahun

2008 sebesar Rp.4030 milyar. Pada tahun 2008 jumah bank syariah beroperasi di

Indonesia belumlah sebanyak saat ini. Sehingga dana yang disalurkan untuk

pembiayaan juga belum terlalu besar jumlahnya. Tercatat tahun 2008 jumlah Bank

Umum Syariah terdapat 2 unit dan Unit Usaha Syariah terdapat 8 unit saja sedangkan

pada tahun 2015 jumlah Bank Umum Syariah mencapai 11 unit dan Unit Usaha

Syariah mencapai 23 unit.6

2. Analisis Pengujian Data Statistik

a. Uji Stasioneritas Data

Secara kuantitatif uji stasioneritas data dapat dilakukan dengan unit root

test (uji akar unit). Uji akar unit bertujuan untuk mengamati koefisien tertentu

dari otoregresif mempunyai nilai satu atau tidak. Prosedur pengujian akar unit

yang biasa digunakan adalah uji DF dan ADF (Dickey Fuller and Augmented

Dickey Fuller Test).

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa lima variabel tidak stasioner pada derajat

nol karena variabel memiliki ADF statistic lebih kecil dari niai kritisnya untuk

6 Statistik Perbankan Syariah.

Page 79: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

67

α=5%, yaitu variabel SBIS (Sertifikat Bank Indoneisa Syariah), PUAS (Pasar

Uang Antarbank Syariah, PDB (Produk Domestik Bruto), INF (Inflasi) dan

LPMBY (Pembiayaan Syariah).

Tabel 4.7

Uji Akar Unit ADF

Variabel ADF

Statistik

Critical

Value 5%

Prob Keterangan

SBIS

PUAS

PDB

INF

LNLPMBY

-2.774823

-2.875043

-2.565187

-2.117289

-2.828884

-3.568379

-3.568379

-3.587527

-3.568379

-3.603202

0.2167

0.1841

0.2974

0.5159

0.2007

Tidak Stasioner

Tidak Stasioner

Tidak Stasioner

Tidak Stasioner

Tidak Stasioner

Keterangan:

ADF stat < nilai kritis ADF = tidak stasioner; ADF stat > nilai kritis ADF =

stasioner; signifikan pada **) α = 5%.

Sumber: data diolah.

Bila data yang diamati pada uji akar unit tidak stasioner, maka langkah

selanjutnya yaitu melakukan uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan sebagai

konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada derajat nol atau I(0).

Pada uji ini data didiferensiasikan pada derajat tertentu sampai semua data menjadi

stasioner pada derajat yang sama. Uji ini untuk mengetahui pada derajat atau

diferensiasi keberapa data yang diamati stasioner.

Hasil uji derajat integrasi pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa setelah

dilakukan uji derajat integrasi, maka semua data telah stasioner pada derajat satu atau

I(1) karena semua variabel yang diamati mempunyai nilai ADF yang lebih kecil

daripada nilai kritisnya pada α=5%.

Page 80: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

68

Tabel 4.8

Uji Derajat Integrasi

Variabel ADF

Statistik

Critical

Value 5%

Prob Keterangan

SBIS

PUAS

PDB

INF

LNLPMBY

-5.216356**

-5.584582**

-30.95692**

-4.891618**

-4.030281**

-3.574244

-3.574244

-3.587527

-3.574244

-3.603202

0.0012

0.0005

0.0000

0.0025

0.0209

Stasioner

Stasioner

Stasioner

Stasioner

Stasioner

Keterangan:

ADF stat < nilai kritis ADF = tidak stasioner; ADF stat > nilai kritis ADF

= stasioner; signifikan pada **) α = 5%.

Sumber data: data diolah.

b. Penentuan Lag Optimal

Sebelum mengaplikasikan model VAR maka perlu ditentukan terlebih

dahulu panjang lag optimal, pemilihan lag optimal disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Penentuan Lag Optimal

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: INF LPMBY PDB PUAS SBIS

Exogenous variables: C

Date: 09/06/16 Time: 15:34

Sample: 1 32

Included observations: 26 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -549.1171 NA 2.23e+12 42.62439 42.86634 42.69406

1 -447.5143 156.3120 6.43e+09 36.73187 38.18352 37.14989

2 -423.9562 27.18238 9.15e+09 36.84279 39.50415 37.60916

3 -386.4051 28.88549 7.29e+09 35.87732 39.74838 36.99204

4 -259.4253 48.83840* 23439943* 28.03271 33.11349 29.49579

5 2981.779 0.000000 NA -219.3676* -213.0772* -217.5562* * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

Page 81: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

69

Pemilihan lag optimal pada model dilakukan dengan menggunakan kriteria

informasi sequential modified likelihood ratio test statistic, menunjukkan bahwa lag

optimal untuk model VAR dan VECM pada lag empat atau lima.

c. Uji Kointegrasi

Pengujian ini dilakukan dalam rangka memperoleh hubungan jangka panjang

antarvariabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu dimana

semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat 1, I (1) atau pada

first difference. Informasi jangka panjang diperoleh dengan menentukan terlebih

dahulu rank kointegrasi untuk mengetahui berapa sistem persamaan yang dapat

menerangkan dari keseluruhan sistem yang ada. Uji kointegrasi dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan Johansen.

Tabel 4.10

Hasil Uji Kointegrasi Johansen

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.996454 248.6890 69.81889 0.0000

At most 1 * 0.844601 96.35412 47.85613 0.0000

At most 2 * 0.729540 46.08661 29.79707 0.0003

At most 3 0.240109 10.78054 15.49471 0.2254

At most 4 0.117238 3.366879 3.841466 0.0665 Sumber: data diolah.

Page 82: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

70

Berdasarkan tabel 4.10 hasil pengujian kointegrasi berdasarkan trace statistic

menunjukkan bahwa terdapat tiga rank kointegrasi pada taraf nyata lima persen,

Sehingga dapat dilanjutkan ke model VECM.

d. Estimasi Vector Autoregression (VAR)

Terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam pembentukan VAR,

pertama yaitu melakukan uji stasioneritas data. Jika data telah stasioner pada tingkat

level maka model yang digunakan adalah model VAR biasa (unrestricted VAR).

Sebaliknya jika data stasioner pada tingkat first difference, maka harus dilakukan uji

kointegrasi untuk mengetahui apakah data memiliki hubungan jangka panjang atau

tidak. Apabila terkointegrasi maka diterapkan Vector Error Correction Model

(VECM), sedangkan jika tidak terjadi kointegrasi maka diterapkan VAR dengan data

difference (VAR in difference).7

Berdasarkan hasil uji stasioneritas, diketahui bahwa semua variabel telah

stasioner pada tingkat first difference dan data tersebut terintegrasi. Berdasarkan hasil

tersebut maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji VECM melalui Impulse

Response Function (IRF) dan Variance Decomposition.

Estimasi VECM dilakukan untuk melihat analisis jangka panjang dan pendek.

Berikut ini disajikan simulasi analisis Impulse Response untuk mengetahui pengaruh

shock dalam perekonomian maka digunakan metode impulse response function.

7 Yolanda. “Aplikasi Supply Chain Management dalam Dua Bisnis” (Jakarta: Grasindo,

2005), h 99.

Page 83: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

71

Selama koefisien pada persamaan struktural VECM di atas sulit untuk

diinterpretasikan maka banyak praktisi menyarankan menggunakan impulse response

function. Fungsi impulse response menggambarkan tingkat laju dari shock variabel

yang satu terhadap variabel yang lainnya pada suatu rentang periode tertentu sehingga

dapat dilihat lamanya pengaruh shock suatu variabel terhadap variabel lain sampai

pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan.

1. Impuls Response Function (IRF)

Tabel 4.11

Nilai Impulse Response Pembiayaan Syariah

Response of LNLPMBY:

Period SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 -0.001249 -0.004116 0.003712 0.025403 -0.000000

2 -0.004088 -0.017373 0.001977 0.040012 -0.001987

3 -0.014587 -0.029604 0.008436 0.052810 -0.003445

4 -0.029519 -0.030513 0.009987 0.059832 -0.003290

5 -0.043976 -0.031230 0.006740 0.065341 -0.002048

6 -0.046987 -0.032847 0.004574 0.070262 -0.001236

7 -0.049707 -0.036073 0.013081 0.074041 -0.004494

8 -0.054880 -0.038585 0.016247 0.074437 -0.007397

9 -0.058439 -0.040363 0.012806 0.076370 -0.007041

10 -0.056321 -0.038967 0.009633 0.079169 -0.006274 Sumber: Data diolah.

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat dilihat bahwa respon yang diberikan

tingkat imbalan SBIS terhadap variabel pembiayaan syariah adalah negatif, artinya

semakin tinggi SBIS yang ditetapkan Bank Indonesia, akan semakin rendah jumlah

pembiayaan syariah yang diberikan kepada masyarakat. Respon yang diberikan oleh

Page 84: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

72

standar deviasi Pembiayaan Syariah dari variabel SBIS pada periode terakhir adalah

sebesar -0,056321 artinya kenaikan SBIS sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan

jumlah dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan sebesar 0,056%. Hasil ini

sejalan dengan penelitian Aam Slamet Rusydiana (2009 : 17) yang menyatakan SBIS

berpengaruh negatif terhadap pembiayaan.

Respon yang diberikan tingkat imbalan PUAS terhadap variabel pembiayaan

syariah juga negatif. Respon yang diberikan oleh nilai standar deviasi Pembiayaan

Syariah dari variabel PUAS pada periode terakhir adalah sebesar -0,038967 artinya

kenaikan PUAS sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan pembiayaan sebesar

0,0173%. Semakin besar tingkat imbalan PUAS maka akan semakin terbatas dana

yang dapat disalurkan oleh bank syariah melalui jalur pembiayaan. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Aam Slamet Rusydiana (2009 : 17) yang menyatakan PUAS

berpengaruh negatif terhadap pembiayaan.

Demikian pula respon yang diberikan variabel inflasi terhadap pembiayaan

syariah juga negatif. Hal ini berarti semakin tinggi inflasi maka akan semakin rendah

pembiyaan yang dapat disalurkan kepada masyarakat. Respon yang diberikan oleh

nilai standar deviasi Pembiayaan Syariah dari variabel inflasi pada periode terakhir

keempat adalah sebesar -0,006274 artinya kenaikan inflasi sebesar 1% akan

mengakibatkan penurunan pembiayaan sebesar 0,006%. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Aam Slamet Rusydiana (2009 : 17) yang menyatakan inflasi berpengaruh

negatif terhadap pembiayaan.

Page 85: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

73

Sedangkan respon yang diberikan variabel PDB terhadap pembiayaan syariah

adalah positif. Respon yang diberikan oleh nilai standar deviasi pembiayaan syariah

terhadap variabel PDB pada periode terakhir adalah sebesar 0.009633 artinya

kenaikan PDB sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan pembiayaan syariah

sebesar 0,0019%. Semakin besar tingkat pertumbuhan ekonomi maka akan semakin

banyak dana yang dapat disalurkan oleh bank syariah melalui pembiayaan syariah.

Rangkuman hasil analisi Impulse Response Function untuk model transmisi

syariah melalui jalur pembiayaan ini dapat dibaca pada tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12

Respon Pembiayaan Syariah

Perubahan Variabel Respon LPMBY

SBIS Negatif

PUAS Negatif

INF Negatif

PDB Positif

Sumber: data diolah.

Dari hasil uji IRF diketahui bahwa SBIS, PUAS dan inflasi memiliki respon

negatif terhadap pembiayaan syariah. Artinya, semakin tinggi SBIS yang ditetapkan

Bank Indonesia, akan semakin rendah jumlah pembiayaan syariah yang diberikan

kepada masyarakat. Ini dapat dipahami karena dengan SBIS yang relatif tinggi,

perbankan syariah akan cenderung memilih untuk menyimpan dananya di Bank

Sentral dan tidak perlu repot untuk melempar dana ke nasabah peminjam.

Dampaknya terhadap masyarakat yang membutuhkan modal yaitu akan semakin

susah untuk mencari pembiayaan usahanya, termasuk pada perbankan syariah.

Page 86: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

74

Demikian pula hubungan yang terjadi antara PUAS dengan Pembiayaan Syariah.

Instrumen moneter syariah SBIS dan PUAS yang menyebabkan turunnya

pembiayaan perbankan syariah secara umum, kiranya perlu peninjauan ulang

terhadap instrumen ini, karena bank syariah sebagai lembaga intermediasi yang

tangguh dapat mendorong aktivitas sektor riil, fokus bank syariah terhadap sektor

usaha mikro dapat mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Inflasi yang memiliki hubungan negatif terhadap pembiayaan syariah dengan

kondisi ini dapat menjelaskan bahwa inflasi semakin tinggi, Bank Indonesia sebagai

otoritas moneter akan meresponnya dengan menaikkan suku bunga SBI, yang akan

menjadi sebab perbankan konvensional secara umum menaikkan suku bunganya.

Tingkat bagi hasil bank syariah juga mengacu pada tingkat suku bunga bank

konvensional. Namun ketika bunga bank konvensional tinggi akan menyebabkan

kurang kompetitifnya perbankan syariah. Pada akhirnya, sangat mungkin jumlah

DPK (Dana Pihak Ketiga) berikut pembiayaan bank syariah akan mengalami

penurunan. Penurunan jumlah DPK dapat menyebabkan perputaran jumlah uang

beredar semakin meningkat. Hal ini dikarenakan tingkat permintaan dan penawaran

semakin meningkat dan menyebkan tingkat harga juga terus meningkat sebagai akibat

tingginya jumlah uang yang beredar.

Alasan ini seharusnya sudah dapat menjadi dasar pemikiran yang strategis

bagi para pemegang otoritas yaitu pihak Bank Indonesia untuk mengembangkan

industri perbankan syariah, dalam rangka mengatur dan mengendalikan inflasi serta

aneka dampak buruknya hingga titik yang paling minimal.

Page 87: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

75

PDB (Produk Domestik Bruto) memiliki hubungan yang positif terhadap

pembiayaan syariah yang artinya jika tingkat pembiayaan syariah meningkat maka

tingkat pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Tujuan dari pertumbuhan yang

stabil berkaitan erat dengan tujuan penyediaan lapangan kerja yang tinggi karena

dunia usaha lebih mungkin menginvestasikan modanya untuk meningkatkan

produktivitas dan pertumbuhan ekonomi ketika pengangguran rendah. Karena itulah

pengembangan jenis modal sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Hal

ini menyebabkan tingkat pengangguran rendah dan mengakibatkan terciptanya

pertumbuhan ekonomi yang stabil.

2. Variance Decomposition

Tabel 4.13

Nilai Variance Decomposition Pembiayaan Syariah

Variance Decomposition of LNLPMBY:

Period S.E. SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 0.026031 0.230271 2.500336 2.033689 95.23570 0.000000

2 0.051039 0.701364 12.23658 0.679104 86.23141 0.151540

3 0.081031 3.518833 18.20177 1.353339 76.68522 0.240844

4 0.109813 9.141770 17.63182 1.564067 71.44143 0.220909

5 0.138878 15.74247 16.08082 1.213446 66.80340 0.159861

6 0.165931 19.04643 15.18347 0.926009 64.72656 0.117537

7 0.192298 20.86316 14.82409 1.152238 63.01837 0.142135

8 0.217574 22.65948 14.72480 1.457669 60.93143 0.226624

9 0.241720 24.20354 14.71826 1.461649 59.34810 0.268453

10 0.263665 24.90526 14.55447 1.361957 58.89607 0.282243 Sumber: Data diolah.

Page 88: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

76

Tabel 4.13 di atas menggambarkan analisis variance decomposition hubungan

antara variabel PUAS, SBIS, PDB, INF dan Pembiayaan Syariah selama 10 periode

ke depan, periode disini mewakili triwulan karena penelitian ini menggunakan data

triwulan.

Dari tabel tersebut dapat dilihat pada periode pertama fluktuasi pembiayaan

syariah (LNLPMBY) dipengaruhi paling dominan oleh LNLPMBY itu sendiri.

Variasi terbesar pada periode kesatu dan kedua yaitu sebesar 95,23% dan 86,23%.

Variabel INF pada periode kedua meningkat dalam mempengaruhi variabilitas

pembiayaan syariah yaitu sebesar 0,15%, pada periode selanjutnya terus mengalami

fluktuasi hingga pada akhir periode yaitu sebesar 0,28%. Sedangkan PDB

mempengaruhi paling dominan variabilitas pembiayaan syariah namun variasi

perubahan PDB juga mengalami fluktuasi. Pada periode akhir pengamatan,

perubahan PDB mempengaruhi 1,36% terhadap respon pembiayaan syariah.

Selanjutnya variabel PUAS dan SBIS sejak periode pertama hingga periode

terakhir terus mengalami peningkatan dalam mempengaruhi variabilitas pembiayaan

syariah. Terlihat pada periode ketujuh hingga kesepuluh yaitu sebesar 14,82%,

14,72%, 14,71%, dan 14,55%.

Sementara pada periode yang sama, SBIS juga menunjukkan nilai yang kecil

pada periode pertama hingga keempat, namun sama seperti variabel tingkat imbalan

PUAS yaitu terus mengalami peningkatan pada periode ketujuh hingga kesepuluh

yaitu sebesar 20,86%, 22,65%, 24,20% dan 24,90%. Hasil nilai variance

decomposition menunjukkan bahwa perubahan tingkat imbalan SBIS memiliki

Page 89: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

77

pengaruh yang besar dibanding ketiga variabel lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa

perubahan tingkat imbalan SBIS sangat efektif menjelaskan variasi perubahan

pembiayaan syariah pada jangka pendek.

Dari hasil uji IRF dan variance decomposition di atas dapat disimpulkan

bahwa dalam jangka pendek pembiayaan syariah lebih dapat mempengaruhi sektor

riil dimana dalam penelitian ini sektor riil yang dimaksud yaitu usaha kecil menengah

yang menjadi fokus dalam pembiayaan syariah. Sedangkan PUAS dan SBIS masih

menjadi instrumen syariah untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang baik agar

bank syariah tersebut dapat menjaga kebutuhan jangka pendeknya.

Produk Domestik Bruto (PDB) yang menjadi tolak ukur pertumbuhan

ekonomi suatu negara dan pengendalian inflasi yang merupakan menjadi tugas

otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dalam penelitian ini terlihat memiliki pengaruh

yang tidak terlalu besar terhadap pembiayaan syariah. Dalam hasil variance

decomposition terlihat hanya memberikan pengaruh sebesar 1,36% untuk PDB dan

inflasi 0,28%. Hal ini dikarenakan belum besarnya minat masyarakat Indonesia yang

mayoritas muslim untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah dalam bentuk

produk syariah yang ditawarkan yang saat ini sudah sangat beragam bentuknya serta

tidak kalah menguntungkan dibandingkan menaruh dana pada bank konvnsional.

Namun pertumbuhan nilai persentase pengaruh pembiayaan syariah terhadap

pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi

otoritas moneter mengambil kebijakan moneter melalui jalur pembiayaan syariah.

Dengan adanya upaya meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mayoritas

Page 90: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

78

muslim untuk lebih memilih menaruh dananya pada bank syariah sehingga dapat pula

menghindari praktik riba dalam transaksi keuangannya, maka tingkat dana DPK juga

akan meningkat sehingga dana untuk melaksanakan pembiayaan syariah ke sektor riil

juga akan meningkat dengan adanya sektor rill yang berkembang maka tingkat

pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat dan menjaga kestabilan tingkat inflasi.

Hal ini terbukti dari hasil yang ditunjukkan dalam uji IRF dan variance

decomposition dalam penelitian ini yaitu peningkatan pembiayaan syariah berpotensi

menekan tingkat inflasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Page 91: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian Vector Error Correction Model (VECM)

mengenai pengaruh pembiayaan syariah terhadap PUAS (Pasar Uang Antarbank

Syariah), SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah), PDB (Produk Domestik

Bruto) dan INF (Inflasi) selama periode April 2008 sampai dengan Desember

2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil impulse response function menunjukkan bahwa variabel SBIS

memberikan pengaruh negatif sebesar -0,056321 yang berarti kenaikan 1%

imbalan SBIS akan mengakibatkan penurunan pembiyaan syariah sebesar

0,056%. Variabel PUAS juga memberikan pengaruh negatif sebesar -0,038967

yang berarti kenaikan 1% imbalan PUAS akan mengakibatkan penurunan

pembiayaan syariah sebesar 0,038%. Begitu pula dengan Inflasi yang juga

memberikan pengaruh negatif sebesar -0,006274 yang berarti kenaikan 1% inflasi

akan mengakibatkan penurunan pembiayaan syariah sebesar 0,006%. Sedangkan

variabel PDB memberikan pengaruh positif sebesar 0,009633 terhadap

pembiayaan syariah yang berarti kenaikan 1% PDB juga akan mengakibatkan

peningkatan pembiayaan syariah sebesar 0,009%.

Page 92: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

80

2. Berdasarkan hasil variance decomposition maka dapat disimpulkan bahwa

variabel-variabel dalam model yang berkontribusi terhadap pembiayaan syariah

berturut-turut pada 10 periode adalah PUAS 14,55%, SBIS 24,90%, PDB 1,36%,

dan inflasi 0,28%. Perubahan ini dipengaruhi oleh tingkat pembiayaan syariah itu

sendiri dan tingkat imbalan PUAS serta SBIS. Kemudian pembiayaan syariah dan

tingkat imbalan PUAS serta SBIS juga lebih besar nilainya dibanding PDB dan

inflasi. Nilai volatilitas pembiayaan syariah yang lebih besar dibanding nilai PDB

dan inflasi menandakan pembiayaan syariah efektif dalam mempengaruhi tingkat

pertumbuhan ekonomi dan menekan tingkat inflasi.

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mekanisme transmisi syariah

melalui jalur pembiayaan maka implikasi dari penelitian ini yang mungkin

bermanfaat diantaranya:

1. Bagi akademisi

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai

perbankan syariah bagi peneliti sendiri maupun peneliti selanjutnya yang tertarik

unuk meneliti tentang perbankan syariah khusus yang berkaitan dengan

mekanisme transmisi syariah, selain itu juga dapat dijadikan bahan referensi

tambahan bagi kepustakaan pihak kampus.

Dalam penelitian selanjutnya dapat diteliti jalur mekanisme transmisi lain selain

jalur atau saluran ini. Saluran lain yaitu saluran uang atau langsung, saluran suku

Page 93: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

81

bunga, nilai tukar, harga aset dan saluran ekspektasi. Periode penelitian dapat

diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang didapat lebih dapat menjelaskan

berbagai fenomena yang terjadi terkait dengan topik ini.

2. Bagi Bank Indonesia

Bagi pemegang otoritas moneter seperti Bank Indonesia untuk mengembangkan

industri perbankan syariah di Indonesia, dalam rangka mengatur dan

mengendalikan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat untuk evaluasi mekanisme transmisi yang dilaksanakan dengan

melihat perkembangan sistem perbankan syariah sebagai bahan awal kajian dalam

menentukan model kebijakan moneter dengan sistem syariah.

Metode kebijakan moneter dengan sistem syariiah yaitu kebijakan yang

ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui

pengendalian jumlah uang beredar dan atau tingkat bagi hasil, jika dalam bank

konvensional menggunakan tingkat suku bunga maka dalam sistem syariah

menggunakan tingkat bagi hasil yang dinilai lebih tahan terhadap guncangan

krisis moneter 1997 dengan banyak bank syariah yang terbukti tetap bertahan dan

tidak bangkrut dalam menghadapi krisis moneter tersebut.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini selain diharapkan mampu menambah wawasan juga

diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat untuk dapat mengetahui

perkembangan perekonomian dan melihat mekanisme transmisi yang sebaiknya

Page 94: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

82

dijalankan yaitu dengan adanya kebijakan moneter yang sebaiknya ditetapkan

oleh Bank Indonesia, karena hal ini juga memiliki pengaruh dan dampak terhadap

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Dampak mekanisme transmisi

terhadap perekonomian yaitu bagaimana jalur transmisi yang diambil oleh Bank

Indonesia dapat menghubungkan antara kebijakan moneter dengan perekonomian.

Perekonomian suatu negara ditentukan oleh kebijakan moneter dan fiskal yang

diambil oleh otoritas moneter yang bersangkutan.

Sehingga apabila masyarakat mengetahui kebijakan moneter yang terbaik yang

dapat diambil untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian maka dapat

memberikan penilaian baik dalam bentuk kritik maupun saran terhadap

pemerintah agar mengambil dan menentukan kebijakan moneter yang dapat

mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi sehingga berdampak pada

meningkatnya kesejahteraan masyarakat karena dengan adanya pertumbuhan

ekonomi yang baik maka pengangguran akan berkurang, ekspor juga akan

meningkat yang berpotensi meningkatkan iklim usaha di Indonesia dan lain

sebagainya.

Page 95: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Burhanuddin. “Strategi Kebijakan Moneter dalam Mendorong

Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Jakarta: Penerbit Kanisius,

2005.

Abustan dan Mahyudin. “Analisis Vector Auto Regression (VAR) terhadap Korelasi

antara Belanja Publik dan Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan tahun

1985-2005”. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana IPB, 2009.

Ajija, Shochrul. R, Dyah W. Sari, dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews” Jakarta:

Salemba Empat, 2011.

Akhtar, Akhand Hossain. “Bank Sentral dan Kebijakan Moneter di Asia-Pasifik”.

Alih Bahasa Haris Munandar. Ed cet-1. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Antonio, Syafii. M. “Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik”. Jakarta: Gema Insani

Press, 2001.

Arfida. “Ekonomi Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Aris, Ananta. “Ekonomi Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, 1990.

Arsyad, Lincolin. “Ekonomi Pembangunan”. Yogyakarta: Bagian Penerbitan

Sekolah Tinggi, 2008.

Ascarya. “Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktiknya di Beberapa

Negara”. Jakarta: Bank Indonesia, 2006.

Asfia, Murni. “Ekonomi Makro”. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.

Azwar, Saifuddin. “Metode Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001.

Page 96: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

84

Basalim, dkk. “Perekonomian Indonesia: Krisis dan Strategi Alternatif”. Jakarta: PT.

Pustaka Cidesindo, 2000.

Boediono. “Ekonomi Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2”.

Yogyakarta: BPFE, 1985.

Boediono. “Indonesia Mau Kemana?”. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2009.

Boediono. “Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi

No.4” Yogyakarta: BPFE, 1992.

Boivin, Jean. March Gionnomi. “Assessing Changes in the Monetery Transmission

Mechanism: a VAR approach”. FRBNY Economics Policy Review, 2002.

Bukhari, Ahmad dkk. “Standarisasi Akad Perbankan Syariah”. Jakarta: Bank

Indonesia, 2004.

Caaley, Troy J. “Economics: Principles and Instituitions”. USA: The Naddon

Craftsmen. 1963.

Chorida, Luluk. “Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga, Inflasi dan Tingkat Margin

terhadap Alokasi Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada

Bank-Bank Syariah di Indonesia)”. Malang: Skripsi UIN Maulana Malik

Ibrahim, 2010.

Colander. “Prinsip-Prinsip Ilmu Makroekonomi”. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Deliarnov. “Ekonomi Politik”. Jakarta: Erlangga, 2006.

Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan” Bogor: Ghalia Indonesia, 2001.

Dewi, Gemala. “Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah

di Indonesia”. Jakarta: Kencana, 2006.

Page 97: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

85

Dodd, Kennedy Olsen. “Applied Economics, Sevent Edition”. USA South-Western:

Publishing Co, 1967.

Dornbusch, dkk. “Makro Ekonomi” Jakarta: Erlangga, 1992.

Dumadi, Restyanto Tri. “Analisis Strabilitas dan Efektifitas Mekanisme Transmisi

Lewat Jalur Jumlah Uang Beredar dan Kredit di Indonesia”. Semarang:

Tesis Universitas Diponegoro, 2008.

Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Pusat Peningkatan

dan Jaminan Mutu ( PPJM ) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah, 2012.

Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional”. Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2005.

Halwani, Hendra. “Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi.” Bogor: Ghalia

Indonesia, 2005.

Hamidi, M. Luthfi. “Jejak-Jejak Perkembangan Ekonomi Syariah”. Jakarta: Senayan

Abadi, 2003.

Hardianto, Erwin. “Mekanisme Transmisi Syariah di Indonesia”. Surabaya:

Airlangga University, 2004.

Hartanto, Tony. “Mekanisme Ekonomi dalam Konteks Ekonomi Indonesia”.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Harun, Ubay. “Murabahah dalam Perspektif Fikih dan Sistem Perbankan Islam”.

Yogyakarta: BPFE, 2006.

Ifham, Ahmad. “Optimisme Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia”. Jakarta:

Bisnis Jakarta, 2007.

Irawan, Ferry. “Kebijakan Moneter, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi”. Jakarta:

Erlangga, 2005.

Page 98: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

86

Irmayanto, J. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Pertama. Jakarta:

Universitas Trisakti, 1999.

Jhingan, M. L. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada Cet ke-4, 2001.

Karim, Adiwarman. “Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer”Jakarta: Bina

Insani, 2001.

Kewon, J. Arthur, dkk. “Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi”. Edisi

Sembilan. Jakarta: PT. Indeks, 2004.

Khalwaty. “Inflasi dan Solusinya”. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001.

Kharie, Latif. “Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Kemiskinan di Indonesia”.

Jakarta: Ghalia Indonesia, 2007.

Lipsey. “Pengantar Mikroekonomi” Edisi Kesepuluh, Jilid 1. Jakarta: Binarupaz

Aksara, 1997.

Listiani, Nurlia. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Indonesia

Periode 1970-2004. Jakarta: Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), XIV

(1), 2006.

Mankiw, Gregory. “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”. Edisi 3.

Jakarta: Salemba Empat, 2006.

Manurung, Adler Haymans. “Reksadana Investasiku”. Jakarta: Kompas, 2008.

Manurung, Jonni dan Adler Haymans Manurung. “Ekonomi Keuangan dan

Kebijakan Moneter”. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan, dan Ekonomi

Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,

2004.

Metwally. “Teori dan Model Ekonomi Islam”. Jakarta: PT. Bankit Jaya Insana, 1995.

Page 99: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

87

Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8th

edition,

Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Muana, Nanga. “Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan”. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2001.

Muhammad. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN, 2005.

Mulyadi. “Ekonomi SDM dalam Perspektif Pembangunan”. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003.

Murni, Asfia. “Ekonomi Makro”. Bandung: Refika Aditama, 2006.

Nopirin. “Ekonomi Moneter” Yogyakarta: BPFE, 1988.

Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia

Syariah. Jakarta: Bank Indonesia, 2008.

Peraturan Bank Indonesia No. 6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat Bank Wadiah Bank

Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia, 2004.

Peraturan Bank Indonesia No. 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Syariah.

Jakarta: Bank Indonesia, 2007.

Periyanto. “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga Pinjaman dan

Inflasi terhadap Kualitas Kredit Perbankan di Indonesia”. Jakarta: Skripsi

UIN Syarif Hidayatullah, 2011.

Pohan, Aulia. “Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia”.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Page 100: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

88

Prathama, Ragarja. “Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi)”

Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga PFE UI, 2008.

Puspopronoto, Sawaldjo. “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan (Konsep,

Teori dan Realita)”. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004.

Rachbini, J. Didik. “Ekonomi di Era Transisi Demokrasi”. Jakarta: Gahalia

Indonesia, 2001.

Rivai, Veithzal. Dkk. “Bank and Financial Instituation Management Conventional

and Sharia System”. . 1st edition, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Manajement”. Edisi Ketiga, Jakarta:

Lembaga Penerbit FEUI, 2006.

Rodoni, Ahmad. Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Zikrul

Hakim, 2008.

Rusydiana, Aam Slamet. “Mekanisme Transmisi Syariah pada Sistem Moneter

Ganda di Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Jakarta:

Bank Indonesia, 2009.

Sadeli, Muhammad. “Studi Tentang Akad Ju’alah dalam Penerbitan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah”. Palembang: IAIN Raden Fatah, 2010.

Saeed, Abdullah. “Bank Islam dan Bunga, Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer

tentang Riba dan Bunga”. Terj. Muhammad Ufuqul Mubin, et, al, cet 1.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Page 101: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

89

Sanches, Oscar. “The Transmission of Monetary Policy and The Behavior of

Manufacturing Firms in Mexico. Center for Research on Economics”.

Development and Policy Reform at Standford University, 2001.

Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat.

Yogyakarta: BPFE, 2001.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan

Perbankan”. Edisi Kelima. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2005.

Soesastro, Hadi, dkk. “Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam

Setengah Abad Terakhir”. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2005.

Sudarsono, Heri dan Hendi Yogi Prabowo. “Istilah-Istilah Bank dan Lembaga

Keuangan Syariah”. Yogyakarta: UII Press, 2004.

Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis” Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D”. Edisi 8. Bandung: Alfabeta,

2009.

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rd

edition, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010.

Sunariyah. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Yogyakarta: UUP AMP YPKN,

1997.

Suryana. “Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan”. Jakarta:

Salemba Empat, 2000.

Susanti, Hera, dkk. “Indikator-Indikator Makroekonomi”. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1995.

Page 102: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

90

Tojibi, Wildan. “Tinjauan Yuridis Terhadap Transaksi Murabahah pada Bank

Muamalat Indonesia Cabang Yogyakarta. Yogyakarta: MSI UII, 2007.

Ulfah, Maria. “Analisa Perkembangan Asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan

Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia”. Depok: Skripsi Universitas

Gunadarma, 2010.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Jakarta: Bank

Indonesia, 2008.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Tujuan Bank Indonesia. Jakarta: Bank

Indonesia, 2004.

Wahyudi, Ribut. “Analisis Vector Auto Regression (VAR) Transaksi Instrumen

Moneter Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia”.

Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Wasana, Jaka. “Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Erlangga, 1985.

Widarjono, Agus. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi”. 2nd

edition. Yogyakarta:

Ekonesia, 2007.

Widyaningsih. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”. Jakarta: Kencana, 2005.

Yaya, Rizal. dkk. “Akuntansi Perbankan Syariah”. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Page 103: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

91

Yolanda. “Analisis Kebijakan Moneter terhadap Deposito Mudharabah di Indonesia

(PT. Bank Mandiri Tbk 2006-2010)”. Jakarta: Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2009.

Yolanda. “Aplikasi Supply Chain Management dalam Dua Bisnis” Jakarta: Grasindo,

2005.

Zakaria, Junaiddin. “Pengantar Ekonomi Makro”. Jakarta: Galung Persada Press,

2009.

Zuhri, Muh Fahruddin. “Analisis Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Exchange

Rate dan Interest Rate terhadap Index JII (Jakarta Islamic Index) pada

Tahun 2002-2005”. Surakarta: Skripsi STAIN Surakarta, 2006.

http://bi.go.id

www.google.com

www.tempointeraktif.com

www.republika.co.id

Page 104: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

92

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : uji Augmented Dicky-Fuller (ADF) Data pada Tingkat Level

1. Uji ADF Variabel SBIS

Null Hypothesis: SBIS has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.774823 0.2167

Test critical values: 1% level -4.296729

5% level -3.568379

10% level -3.218382 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(SBIS)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 15:41

Sample (adjusted): 3 32

Included observations: 30 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SBIS(-1) -0.372448 0.134224 -2.774823 0.0099

C 1.458719 0.753601 1.935666 0.0634

@TREND("1") 0.048962 0.026984 1.814522 0.0807 R-squared 0.227670 Mean dependent var -0.047667

Adjusted R-squared 0.170460 S.D. dependent var 1.220917

S.E. of regression 1.112000 Akaike info criterion 3.144837

Sum squared resid 33.38670 Schwarz criterion 3.284957

Log likelihood -44.17256 Hannan-Quinn criter. 3.189663

F-statistic 3.979573 Durbin-Watson stat 1.814812

Prob(F-statistic) 0.030573

2. Uji ADF Variabel PUAS

Null Hypothesis: PUAS has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=5)

Page 105: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

93

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.875043 0.1841

Test critical values: 1% level -4.296729

5% level -3.568379

10% level -3.218382 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(PUAS)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 15:41

Sample (adjusted): 3 32

Included observations: 30 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PUAS(-1) -0.389383 0.135436 -2.875043 0.0078

C 1.598349 0.761170 2.099858 0.0452

@TREND("1") 0.041707 0.024082 1.731911 0.0947 R-squared 0.240703 Mean dependent var -0.061333

Adjusted R-squared 0.184459 S.D. dependent var 1.139809

S.E. of regression 1.029330 Akaike info criterion 2.990334

Sum squared resid 28.60707 Schwarz criterion 3.130453

Log likelihood -41.85500 Hannan-Quinn criter. 3.035159

F-statistic 4.279611 Durbin-Watson stat 1.921542

Prob(F-statistic) 0.024297

3. Uji ADF Variabel INF

Null Hypothesis: INF has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.117289 0.5159

Test critical values: 1% level -4.296729

5% level -3.568379

10% level -3.218382 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INF)

Page 106: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

94

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 15:41

Sample (adjusted): 3 32

Included observations: 30 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INF(-1) -0.281206 0.132814 -2.117289 0.0436

C 2.806378 1.610108 1.742975 0.0927

@TREND("1") -0.034200 0.057780 -0.591901 0.5588 R-squared 0.144825 Mean dependent var -0.031000

Adjusted R-squared 0.081479 S.D. dependent var 2.830134

S.E. of regression 2.712387 Akaike info criterion 4.928174

Sum squared resid 198.6401 Schwarz criterion 5.068294

Log likelihood -70.92262 Hannan-Quinn criter. 4.973000

F-statistic 2.286243 Durbin-Watson stat 1.688932

Prob(F-statistic) 0.120988

4. Uji ADF Variabel PDB Null Hypothesis: PDB has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.565187 0.2974

Test critical values: 1% level -4.339330

5% level -3.587527

10% level -3.229230 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(PDB)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 16:17

Sample (adjusted): 6 32

Included observations: 27 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PDB(-1) -1.736563 0.676973 -2.565187 0.0180

D(PDB(-1)) 0.338745 0.502795 0.673723 0.5078

D(PDB(-2)) -0.078255 0.340399 -0.229891 0.8204

D(PDB(-3)) -0.498851 0.173764 -2.870856 0.0091

C 2.483069 0.974367 2.548392 0.0187

@TREND("1") 0.000957 0.016622 0.057574 0.9546

Page 107: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

95

R-squared 0.973791 Mean dependent var -0.171481

Adjusted R-squared 0.967551 S.D. dependent var 3.711080

S.E. of regression 0.668498 Akaike info criterion 2.225564

Sum squared resid 9.384689 Schwarz criterion 2.513528

Log likelihood -24.04512 Hannan-Quinn criter. 2.311191

F-statistic 156.0520 Durbin-Watson stat 1.930366

Prob(F-statistic) 0.000000

5. Uji ADF Variabel Pembiayaan Syariah Null Hypothesis: LNLPMBY has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 5 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.828884 0.2007

Test critical values: 1% level -4.374307

5% level -3.603202

10% level -3.238054 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(LNLPMBY)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 16:06

Sample (adjusted): 8 32

Included observations: 25 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNLPMBY(-1) -0.340096 0.120223 -2.828884 0.0116

D(LNLPMBY(-1)) 0.588979 0.146054 4.032602 0.0009

D(LNLPMBY(-2)) -0.261978 0.149499 -1.752371 0.0977

D(LNLPMBY(-3)) 0.013826 0.135893 0.101743 0.9202

D(LNLPMBY(-4)) 0.326466 0.120567 2.707764 0.0149

D(LNLPMBY(-5)) -0.325318 0.114082 -2.851619 0.0110

C 3.026110 1.042361 2.903130 0.0099

@TREND("1") 0.024540 0.008997 2.727540 0.0143 R-squared 0.741578 Mean dependent var 0.077309

Adjusted R-squared 0.635169 S.D. dependent var 0.036155

S.E. of regression 0.021838 Akaike info criterion -4.555972

Sum squared resid 0.008107 Schwarz criterion -4.165932

Log likelihood 64.94966 Hannan-Quinn criter. -4.447792

F-statistic 6.969115 Durbin-Watson stat 1.865677

Prob(F-statistic) 0.000529

Page 108: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

96

Lampiran 2 : Uji Augmented Dicky-Fuller (ADF) pada Tingkat 1st Difference

1. Uji ADF Variabel PUAS Null Hypothesis: D(PUAS) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.584582 0.0005

Test critical values: 1% level -4.309824

5% level -3.574244

10% level -3.221728 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(PUAS,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 15:48

Sample (adjusted): 4 32

Included observations: 29 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PUAS(-1)) -1.087629 0.194756 -5.584582 0.0000

C -0.191978 0.502237 -0.382246 0.7054

@TREND("1") 0.008706 0.026458 0.329044 0.7448 R-squared 0.545394 Mean dependent var 0.039655

Adjusted R-squared 0.510424 S.D. dependent var 1.699364

S.E. of regression 1.189040 Akaike info criterion 3.281867

Sum squared resid 36.75924 Schwarz criterion 3.423312

Log likelihood -44.58708 Hannan-Quinn criter. 3.326166

F-statistic 15.59617 Durbin-Watson stat 2.016684

Prob(F-statistic) 0.000035

2. Uji ADF Variabel SBIS

Null Hypothesis: D(SBIS) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.216356 0.0012

Test critical values: 1% level -4.309824

5% level -3.574244

10% level -3.221728

Page 109: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

97

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(SBIS,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 15:49

Sample (adjusted): 4 32

Included observations: 29 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(SBIS(-1)) -1.020842 0.195700 -5.216356 0.0000

C -0.164601 0.541039 -0.304231 0.7634

@TREND("1") 0.008274 0.028543 0.289880 0.7742 R-squared 0.511905 Mean dependent var 0.017241

Adjusted R-squared 0.474359 S.D. dependent var 1.764616

S.E. of regression 1.279367 Akaike info criterion 3.428305

Sum squared resid 42.55625 Schwarz criterion 3.569749

Log likelihood -46.71042 Hannan-Quinn criter. 3.472603

F-statistic 13.63413 Durbin-Watson stat 2.008220

Prob(F-statistic) 0.000089

3. Uji ADF Variabel Inflasi

Null Hypothesis: D(INF) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.891618 0.0025

Test critical values: 1% level -4.309824

5% level -3.574244

10% level -3.221728 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INF,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 15:47

Sample (adjusted): 4 32

Included observations: 29 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

Page 110: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

98

D(INF(-1)) -0.956012 0.195439 -4.891618 0.0000

C 0.413593 1.251671 0.330433 0.7437

@TREND("1") -0.024332 0.066104 -0.368089 0.7158 R-squared 0.479304 Mean dependent var 0.036207

Adjusted R-squared 0.439251 S.D. dependent var 3.970074

S.E. of regression 2.972918 Akaike info criterion 5.114662

Sum squared resid 229.7943 Schwarz criterion 5.256107

Log likelihood -71.16261 Hannan-Quinn criter. 5.158961

F-statistic 11.96659 Durbin-Watson stat 2.006028

Prob(F-statistic) 0.000207

4. Uji ADF Variabel PDB

Null Hypothesis: D(PDB) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -30.95692 0.0000

Test critical values: 1% level -4.339330

5% level -3.587527

10% level -3.229230 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(PDB,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 16:18

Sample (adjusted): 6 32

Included observations: 27 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PDB(-1)) -3.820437 0.123411 -30.95692 0.0000

D(PDB(-1),2) 1.874305 0.090503 20.70991 0.0000

D(PDB(-2),2) 0.932123 0.045687 20.40216 0.0000

C 0.126946 0.364105 0.348652 0.7307

@TREND("1") -0.002502 0.018550 -0.134871 0.8939 R-squared 0.988935 Mean dependent var -0.440000

Adjusted R-squared 0.986924 S.D. dependent var 6.545488

S.E. of regression 0.748493 Akaike info criterion 2.424065

Sum squared resid 12.32531 Schwarz criterion 2.664035

Log likelihood -27.72488 Hannan-Quinn criter. 2.495421

F-statistic 491.5754 Durbin-Watson stat 2.287717

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 111: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

99

5. Uji ADF Variabel Pembiayaan Syariah

Null Hypothesis: D(LNLPMBY) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=5) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.030281 0.0209

Test critical values: 1% level -4.374307

5% level -3.603202

10% level -3.238054 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(LNLPMBY,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 16:01

Sample (adjusted): 8 32

Included observations: 25 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNLPMBY(-1)) -0.787215 0.195325 -4.030281 0.0008

D(LNLPMBY(-1),2) 0.412300 0.202516 2.035888 0.0568

D(LNLPMBY(-2),2) 0.116019 0.165675 0.700282 0.4927

D(LNLPMBY(-3),2) 0.071513 0.147585 0.484553 0.6338

D(LNLPMBY(-4),2) 0.451752 0.123706 3.651831 0.0018

C 0.078547 0.034383 2.284459 0.0347

@TREND("1") -0.000790 0.001037 -0.761310 0.4563 R-squared 0.726738 Mean dependent var -0.004858

Adjusted R-squared 0.635651 S.D. dependent var 0.042640

S.E. of regression 0.025738 Akaike info criterion -4.250207

Sum squared resid 0.011924 Schwarz criterion -3.908921

Log likelihood 60.12758 Hannan-Quinn criter. -4.155549

F-statistic 7.978481 Durbin-Watson stat 1.738238

Prob(F-statistic) 0.000266

Lampiran 3 : Penentuan Kriteria Lag VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: INF LPMBY PDB PUAS SBIS

Exogenous variables: C

Date: 09/06/16 Time: 15:34

Sample: 1 32

Included observations: 26 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

Page 112: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

100

0 -549.1171 NA 2.23e+12 42.62439 42.86634 42.69406

1 -447.5143 156.3120 6.43e+09 36.73187 38.18352 37.14989

2 -423.9562 27.18238 9.15e+09 36.84279 39.50415 37.60916

3 -386.4051 28.88549 7.29e+09 35.87732 39.74838 36.99204

4 -259.4253 48.83840* 23439943* 28.03271 33.11349 29.49579

5 2981.779 0.000000 NA -219.3676* -213.0772* -217.5562* * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

Lampiran 4: Impulse Respon Test

Response of

SBIS:

Period SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 0.923003 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 1.249508 -0.077475 -0.063330 0.060228 0.519002

3 1.333260 -0.288312 -0.036756 0.037176 0.271619

4 1.515274 -0.242514 -0.027204 0.158796 0.216811

5 1.234704 -0.176050 -0.139179 0.149902 0.241418

6 1.150947 -0.162612 0.114753 0.102454 0.136159

7 1.214918 -0.189590 0.077696 0.185141 0.105580

8 1.258047 -0.120750 -0.010288 0.159719 0.178560

9 1.112611 -0.209756 -0.123258 0.121037 0.198059

10 1.177790 -0.192986 0.080471 0.118475 0.167079 Response of

PUAS:

Period SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 0.687214 0.344282 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.867337 0.218787 -0.058540 -0.030310 0.462707

3 1.088821 -0.144643 -0.031089 -0.020705 0.260132

4 1.349110 -0.030913 -0.039653 0.128717 0.276036

5 1.016445 0.065267 -0.180472 0.091763 0.287682

6 0.932594 0.013217 0.070423 0.041076 0.158297

7 1.020642 -0.006203 0.063732 0.144990 0.142484

8 1.052751 0.101713 -0.009127 0.121518 0.209306

9 0.902363 -0.003861 -0.151647 0.077737 0.217633

10 0.963474 -0.008410 0.032116 0.073873 0.200350 Response of

PDB:

Period SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 0.196325 0.383979 0.601157 0.000000 0.000000

Page 113: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

101

2 -0.112664 -0.013650 -0.354983 0.062041 -0.249079

3 -0.045127 0.135465 -0.060981 -0.107073 -0.000462

4 -0.533111 0.048878 0.025574 -0.038259 -0.083370

5 0.066759 0.386153 0.694013 -0.031986 -0.263702

6 -0.086160 0.116605 -0.327760 0.087044 -0.111041

7 -0.122585 0.127561 -0.128204 -0.176597 0.023101

8 -0.417459 -0.011189 0.039495 -0.057721 -0.086460

9 0.094203 0.375722 0.623563 -0.012231 -0.214859

10 -0.083286 0.168260 -0.248358 0.058911 -0.115876 Response of

LNLPMBY:

Period SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 -0.001249 -0.004116 0.003712 0.025403 -0.000000

2 -0.004088 -0.017373 0.001977 0.040012 -0.001987

3 -0.014587 -0.029604 0.008436 0.052810 -0.003445

4 -0.029519 -0.030513 0.009987 0.059832 -0.003290

5 -0.043976 -0.031230 0.006740 0.065341 -0.002048

6 -0.046987 -0.032847 0.004574 0.070262 -0.001236

7 -0.049707 -0.036073 0.013081 0.074041 -0.004494

8 -0.054880 -0.038585 0.016247 0.074437 -0.007397

9 -0.058439 -0.040363 0.012806 0.076370 -0.007041

10 -0.056321 -0.038967 0.009633 0.079169 -0.006274 Response of

INF:

Period SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 0.018233 -1.731928 -1.715839 0.140682 2.629914

2 0.563818 -2.088963 -1.701612 -0.018575 2.606259

3 0.853344 -1.791471 -1.844941 0.393512 2.777583

4 0.566733 -1.886895 -1.921798 0.388462 2.808679

5 0.530903 -2.262747 -1.807069 0.540336 2.691776

6 0.598335 -2.170987 -1.764302 0.746301 2.700350

7 0.337480 -2.061536 -1.911259 0.766719 2.726990

8 0.160489 -2.217642 -1.944437 0.744769 2.685246

9 0.183866 -2.264317 -1.857348 0.821725 2.710850

10 0.193348 -2.163842 -1.824902 0.867288 2.733826 Cholesky

Ordering: SBIS PUAS

PDB LNLPMBY

INF

Lampiran 5 : Variance Decomposition Variance

Decomposition of SBIS:

Period S.E. SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF

Page 114: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

102

1 0.923003 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 1.642013 89.50363 0.222623 0.148755 0.134537 9.990458

3 2.152538 90.44685 1.923548 0.115720 0.108115 7.405766

4 2.657302 91.86527 2.095081 0.086413 0.428050 5.525189

5 2.952434 91.90613 2.052718 0.292221 0.604534 5.144401

6 3.179652 92.34259 2.031369 0.382196 0.625044 4.618801

7 3.416668 92.61939 2.067223 0.382721 0.834963 4.095702

8 3.650806 92.99492 1.919965 0.335999 0.922698 3.826423

9 3.831365 92.86936 2.042990 0.408573 0.937580 3.741498

10 4.018982 92.98918 2.087277 0.411408 0.938985 3.573153 Variance

Decomposition of PUAS:

Period S.E. SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 0.768631 79.93712 20.06288 0.000000 0.000000 0.000000

2 1.268613 76.08755 10.33928 0.212935 0.057085 13.30315

3 1.698498 83.54093 6.493116 0.152291 0.046707 9.766957

4 2.190955 88.12323 3.922169 0.124281 0.373216 7.457109

5 2.441610 88.28927 3.229665 0.646422 0.441768 7.392876

6 2.619746 89.36322 2.807925 0.633762 0.408316 6.786775

7 2.819610 90.24637 2.424445 0.598190 0.616905 6.114092

8 3.021174 90.74841 2.225078 0.521946 0.699117 5.805446

9 3.165149 90.80813 2.027404 0.705093 0.697282 5.762088

10 3.315592 91.19855 1.848237 0.651941 0.685082 5.616187 Variance

Decomposition of PDB:

Period S.E. SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 0.739847 7.041531 26.93597 66.02250 0.000000 0.000000

2 0.867269 6.811990 19.62715 64.80077 0.511740 8.248344

3 0.887539 6.762907 21.07047 62.34669 1.944035 7.875906

4 1.040861 31.15044 15.54070 45.39219 1.548601 6.368074

5 1.337601 19.11145 17.74448 54.40652 0.994899 7.742645

6 1.391952 18.03126 17.08757 55.78522 1.309764 7.786186

7 1.420206 18.06598 17.22117 54.40256 2.804366 7.505922

8 1.484503 24.44289 15.76739 49.86282 2.717886 7.209016

9 1.670011 19.63237 17.52070 53.34230 2.152972 7.351656

10 1.703750 19.10148 17.80897 53.37550 2.188106 7.525937 Variance

Decomposition of LNLPMBY:

Period S.E. SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 0.026031 0.230271 2.500336 2.033689 95.23570 0.000000

2 0.051039 0.701364 12.23658 0.679104 86.23141 0.151540

3 0.081031 3.518833 18.20177 1.353339 76.68522 0.240844

4 0.109813 9.141770 17.63182 1.564067 71.44143 0.220909

Page 115: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

103

5 0.138878 15.74247 16.08082 1.213446 66.80340 0.159861

6 0.165931 19.04643 15.18347 0.926009 64.72656 0.117537

7 0.192298 20.86316 14.82409 1.152238 63.01837 0.142135

8 0.217574 22.65948 14.72480 1.457669 60.93143 0.226624

9 0.241720 24.20354 14.71826 1.461649 59.34810 0.268453

10 0.263665 24.90526 14.55447 1.361957 58.89607 0.282243 Variance

Decomposition of INF:

Period S.E. SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF 1 3.588907 0.002581 23.28818 22.85750 0.153657 53.69808

2 5.220184 1.167777 27.02111 21.42942 0.073894 50.30779

3 6.516250 2.464393 24.89951 21.76888 0.412110 50.45511

4 7.620758 2.354856 24.33551 22.27549 0.561146 50.47300

5 8.618640 2.220574 25.91930 21.81205 0.831779 49.21630

6 9.503355 2.222771 26.53670 21.38651 1.300818 48.55321

7 10.31285 1.994607 26.53027 21.59551 1.657354 48.22226

8 11.08353 1.747832 26.97242 21.77443 1.886414 47.61891

9 11.81013 1.563620 27.43153 21.65086 2.145545 47.20844

10 12.48019 1.424228 27.57117 21.52657 2.404273 47.07376 Cholesky

Ordering: SBIS PUAS PDB

LNLPMBY INF

Lampiran 6: Uji Kointegrasi Date: 09/06/16 Time: 16:23

Sample (adjusted): 6 32

Included observations: 27 after adjustments

Trend assumption: Linear deterministic trend

Series: SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF

Lags interval (in first differences): 1 to 3

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.996454 248.6890 69.81889 0.0000

At most 1 * 0.844601 96.35412 47.85613 0.0000

At most 2 * 0.729540 46.08661 29.79707 0.0003

At most 3 0.240109 10.78054 15.49471 0.2254

At most 4 0.117238 3.366879 3.841466 0.0665 Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Page 116: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

104

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.996454 152.3349 33.87687 0.0000

At most 1 * 0.844601 50.26751 27.58434 0.0000

At most 2 * 0.729540 35.30607 21.13162 0.0003

At most 3 0.240109 7.413662 14.26460 0.4414

At most 4 0.117238 3.366879 3.841466 0.0665 Max-eigenvalue test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF

4.498548 -3.838972 10.19940 -2.471151 0.137141

12.11244 -13.77268 0.756405 -3.791143 -0.299423

2.960348 -3.368704 3.758631 1.798458 0.749024

-1.194189 1.558578 0.521916 -2.446421 0.024143

-2.528221 3.850900 -3.326045 -0.488400 0.068463

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(SBIS) -0.051490 -0.372800 0.208657 0.078320 -0.153803

D(PUAS) -0.015663 -0.129616 0.274829 0.055918 -0.141343

D(PDB) -0.496400 0.043096 6.05E-05 -0.021582 -0.032142

D(LNLPMBY) -0.001467 0.000768 -0.000102 0.005915 0.002733

D(INF) 0.173649 -0.006566 -1.487526 0.347948 -0.306961

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 50.80755 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF

1.000000 -0.853380 2.267264 -0.549322 0.030486

(0.00672) (0.04199) (0.01760) (0.00343)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(SBIS) -0.231631

(0.95594)

D(PUAS) -0.070459

(0.78802)

D(PDB) -2.233081

(0.16728)

D(LNLPMBY) -0.006598

(0.02062)

D(INF) 0.781167

Page 117: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

105

(2.96397)

2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 75.94130 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF

1.000000 0.000000 8.899700 -1.260228 0.196553

(0.31766) (0.13715) (0.03019)

0.000000 1.000000 7.771959 -0.833047 0.194600

(0.35567) (0.15356) (0.03380)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(SBIS) -4.747149 5.332124

(2.28439) (2.52781)

D(PUAS) -1.640422 1.845285

(2.20054) (2.43503)

D(PDB) -1.711079 1.312115

(0.44704) (0.49467)

D(LNLPMBY) 0.002708 -0.004951

(0.05915) (0.06545)

D(INF) 0.701633 -0.576196

(8.51315) (9.42033)

3 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 93.59434 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF

1.000000 0.000000 0.000000 -8.003095 -1.840777

(1.66282) (0.33582)

0.000000 1.000000 0.000000 -6.721480 -1.584567

(1.44900) (0.29264)

0.000000 0.000000 1.000000 0.757651 0.228921

(0.18851) (0.03807)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(SBIS) -4.129451 4.629220 -0.022891

(2.17424) (2.40938) (1.78724)

D(PUAS) -0.826833 0.919467 0.775191

(1.94149) (2.15146) (1.59592)

D(PDB) -1.710900 1.311911 -5.030158

(0.45862) (0.50822) (0.37699)

D(LNLPMBY) 0.002407 -0.004608 -0.014760

(0.06068) (0.06724) (0.04988)

D(INF) -3.701961 4.434837 -3.824916

(6.11538) (6.77674) (5.02687)

4 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 97.30117 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

Page 118: MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46561... · 2019-08-13 · mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada

106

SBIS PUAS PDB LNLPMBY INF

1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 -2.573632

(1.22335)

0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 -2.200062

(1.02975)

0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.298300

(0.11710)

0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 -0.091571

(0.14724)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(SBIS) -4.222980 4.751287 0.017985 1.724237

(2.15802) (2.39513) (1.76877) (0.88363)

D(PUAS) -0.893609 1.006619 0.804375 0.887566

(1.93509) (2.14771) (1.58606) (0.79235)

D(PDB) -1.685127 1.278274 -5.041422 1.116203

(0.45143) (0.50103) (0.37001) (0.18484)

D(LNLPMBY) -0.004657 0.004611 -0.011672 -0.013942

(0.05561) (0.06171) (0.04558) (0.02277)

D(INF) -4.117477 4.977141 -3.643316 -3.930697

(5.96295) (6.61812) (4.88741) (2.44160)