mekanisme penyelesaian sengketa di wto

Upload: raymond-pakur

Post on 18-Oct-2015

85 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Dispute settlement in WTO

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    1/16

    BAB II

    MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG DI WTO

    1. Profil WTO

    World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan

    satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar

    negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi

    aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah

    ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar

    negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan

    perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk

    membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan

    perdagangan. Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi

    Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU NO. 7/1994.

    1.1 Sejarah pembentukan

    WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 tetapi sistem perdagangan itu

    sendiri telah ada setengah abad yang lalu. Sejak tahun 1948, General Agreement on Tariffs

    and Trade (GATT) - Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan telah membuat

    aturan-aturan untuk sistem ini. Sejak tahun 1948-1994 sistem GATT memuat peraturan-

    peraturan mengenai perdagangan dunia dan menghasilkan pertumbuhan perdagangan

    internasional tertinggi.

    Pada awalnya GATT ditujukan untuk membentukInternational Trade

    Organization (ITO), suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem Bretton

    Woods (IMF dan bank Dunia). Meskipun Piagam ITO akhirnya disetujui dalam UN

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    2/16

    Conference on Trade and Developmentdi Havana pada bulan Maret 1948, proses ratifikasi

    oleh lembaga-lembaga legislatif negara tidak berjalan lancar. Tantangan paling serius berasal

    dari kongres Amerika Serikat, yang walaupun sebagai pencetus, AS tidak

    meratifikasi Piagam Havana sehingga ITO secara efektif tidak dapat dilaksanakan. Meskipun

    demikian, GATT tetap merupakan instrument multilateral yang mengatur perdagangan

    internasional.

    Hampir setengah abad teks legal GATT masih tetap sama sebagaimana pada tahun

    1948 dengan beberapa penambahan diantaranya bentuk persetujuan plurilateral (disepakati

    oleh beberapa negara saja) dan upaya-upaya pengurangan tarif.1 Masalah-masalah

    perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan

    nama Putaran Perdagangan (trade round), sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi

    perdagangan internasional.

    Struktur dasar persetujuan WTO, meliputi:

    1. Barang/ goods (General Agreement on Tariff and Trade/ GATT)

    2. Jasa/ services (General Agreement on Trade and Services/ GATS)

    3. Kepemilikan intelektual (Trade-Related Aspects of Intellectual Properties/ TRIPs)

    4. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlements)

    Persetujuan-persetujuan di atas dan annexnya berhubungan antara lain dengan sektor-sektor

    di bawah ini:

    1. Pertanian

    2. Sanitary and Phytosanitary/ SPS

    3. Badan Pemantau Tekstil (Textiles and Clothing)

    4. Standar Produk

    1

    Ronald A. Reis, Global Organizations; The World Trade Organization (New York: Chelsea HousePublishers, 2009) hal. 26-31.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    3/16

    5. Tindakan investasi yang terkait dengan perdagangan (TRIMs)

    6. Tindakan anti-dumping

    7. Penilaian Pabean (Customs Valuation Methods)

    8. Pemeriksaan sebelum pengapalan (Preshipment Inspection)

    9. Ketentuan asal barang (Rules of Origin)

    10. Lisensi Impor (Imports Licencing)

    11. Subsidi dan Tindakan Imbalan (Subsidies and Countervailing Measures)

    12. Tindakan Pengamanan (safeguards)

    Salah satu bidang yang menjadi pengaturan dalam GATT (General Agreement on

    Tariffs and Trade atau Kesepakatan Umum tentang Tarif dan Perdagangan) dan Perjanjian

    WTO (World Trade Organization) adalah penyelesaian sengketa. Bidang ini memainkan

    peran penting di dalam memelihara kredibilitas dan menegakkan aturan-aturan GATT dan

    Perjanjian WTO (Agreement Establishing the World Trade Organization). Di samping itu,

    mekanisme penyelesaian sengketa ini membantu negara anggota GATT/WTO dalam

    menyelesaikan sengketa-sengketa dagang dengan cara-cara yang damai. Dengan adanya

    pengaturan mengenai penyelesaian sengketa ini, para pihak (anggota GATT/WTO) memiliki

    sarana bagaimana sengketa mereka harus diselesaikan. Meskipun bidang ini bukan sesuatu

    hal yang baru dalam GATT, namun bidang ini adalah salah satu bidang esensial.

    Pengaturannya mengalami perkembangan yang panjang. Ia telah pula mengalami berbagai

    reformasi (aturan) yang sekarang ini telah terkristalisasi dan dimasukkan ke dalam suatu

    aturan khusus dalam WTO, yaitu the Dispute Settlement Understanding of the WTO

    Agreement.

    Dispute Settlement Understanding (DSU) adalah salah satu elemen terpenting dari

    rejim perdagangan multilateral saat ini. Sistem ini diciptakan oleh para negara anggota WTO

    pada saat Uruguay Round dengan harapan untuk menciptakan suatu sistem yang kuat dan

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    4/16

    dapat mengikat semua pihak dalam rangka menyelesaikan sengketa perdagangan dalam

    kerangka WTO. Dengan sistem penyelesaian sengketa ini juga diharapkan agar negara

    anggota dapat mematuhi peraturan-peraturan yang disepakati dalam WTOAgreement. Sistem

    penyelesaian sengketa ini juga dinilai sebagai kontribusi unik dari WTO terhadap kestabilan

    perekonomian global. Sistem penyelesaian sengketa WTO dibentuk sebagai pembaruan dari

    sistem penyelesaian sengketa General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang

    sebelumnya ada.2

    Dengan sistem penyelesaian sengketa WTO diharapkan akan diperoleh kestabilan dan

    perkiraan peraturan perdagangan internasional yang berpihak pada kegiatan bisnis, petani,

    pekerja dan konsumen dari seluruh dunia. Sistem penyelesaian sengketa WTO memainkan

    peran penting dalam mengklarifikasi dan penegakan kewajiban anggota dalam WTO

    Agreement. Penyelesaian sengketa memang bukan kegiatan utama dalam kinerja organisasi

    WTO, namun penyelesaian sengketa adalah bagian yang sangat penting dalam kenyataan

    kinerja organisasi. Penyelesaian sengketa WTO juga menjadi perangkat penting dalam

    manajemen negara anggota WTO dan kaitannya dengan hubungan ekonomi yang luas.

    Perdagangan bebas dewasa ini menuntut semua pihak untuk memahami persetujuan

    perdagangan internasional dengan segala implikasinya terhadap perkembangan ekonomi

    nasional secara menyeluruh. Persetujuan-persetujuan yang ada dalam kerangka WTO

    bertujuan untuk menciptakan sistem perdagangan dunia yang mengatur masalah-masalah

    perdagangan agar lebih bersaing secara terbuka,fair dan sehat.

    Hal tersebut tampak dalam prinsip-prinsip yang dianut oleh WTO yaitu prinsip

    Nondiscrimination, Transparency, Stability and predictability of trade regulations, Use of

    tariffs as instruments of protection dan Elimination of unfair competition. Terkait dengan

    2Freddy Josep Pelawi, Penyelesaian Sengketa WTO dan Indonesia, Jurnal Departemen

    Perdagangan Republik Indonesia. (2006)

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    5/16

    prinsippredictability of trade regulations,3 dalam prinsip ini dikemukakan bahwa pemerintah

    suatu negara yang menjadi anggota dari WTO dapat melakukan pengaturan yang akan

    membatasi atau mengatur mengenai bidang perdagangannya sendiri apabila terdapat hal-hal

    khusus (special circumstances). Hal-hal khusus tersebut antara lain apabila dalam

    menegakkan fair competition, suatu Negara terpaksa perlu membuat suatu kebijakan

    berupa peraturan atau tindakan (state action) mencegah terjadinya tindakan subsidi, dumping

    dan pengenaansafeguard.

    2. Prosedur Penyelesaian Sengketa

    2.1 Konsultasi

    Sengketa dapat muncul ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan perdagangan

    tertentu yang bertentangan dengan komitmennya di WTO atau mengambil kebijakan

    kemudian merugikan negara lain. Selain negara yang paling dirugikan oleh kebijakan

    tersebut, negara ketiga yang tertarik pada kasus tersebut dapat mengemukakan keinginannya

    untuk menjadi pihak ketiga dan mendapatkan hak-hak tertentu selama berlangsungnya proses

    penyelesaian sengketa. Negara - negara anggota WTO telah sepakat bahwa jika ada negara

    anggota yang melanggar peraturan perdagangan WTO, negara-negara anggota tersebut akan

    menggunakan sistem penyelesaian multilateral daripada melakukan aksi sepihak. Ini berarti

    negara-negara tersebut harus mematuhi prosedur yang telah disepakati dan menghormati

    putusan yang diambil.

    Meskipun banyak prosedur WTO yang mirip dengan proses pengadilan, negara-

    negara anggota yang bersengketa tetap diharapkan untuk melakukan perundingan dan

    menyelesaikan masalah mereka sendiri sebelum terbentuknya panel. Oleh karena itu, tahap

    pertama yang dilakukan adalah konsultasi antar pemerintah yang terlibat dalam suatu kasus.

    3lihat http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.htm

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    6/16

    Bahkan sekiranya kasus tersebut melangkah ke kasus berikutnya, konsultasi dan mediasi

    tetap dimungkinkan.

    Seperti telah dikemukakan di atas, ketentuan berdasarkan GATT mengenai

    penyelesaian sengketa menekankan nilai atau pentingnya konsultasi di antara para pihak yang

    bersengketa.4 Konsultasi adalah tahap pertama penyelesaian sengketa dan biasanya

    berlangsung dalam bentuk yang informal atau negosiasi formal, seperti melalui saluran-

    saluran diplomatik.5 Tujuan utama dari proses ini adalah untuk menyelesaikan sengketa di

    luar dari cara atau proses ajudikasi yang formal.6 Meskipun sifatnya yang formal dan

    informal, cara konsultasi mengingat arti penting yang dimainkannya, masih merupakan

    proses penyelesaian yang penting dan utama dalam proses penyelesaian sengketa di WTO.

    Gary Horlick berpendapat bahwa:

    'the consultation process can be viewed as one of the series of milestones in the WTO

    dispute resolution process that serve as "action forcing events" for the two governments

    to rethink the merits of their cases and the desirability of moving forward.' 7

    Dispute Settlement Understanding(DSU) menetapkan jangka waktu 10 hari bagi termohon

    untuk memberi jawaban kepada pemohon untuk menyelenggarakan konsultasi. Apabila

    termohon menerima tawaran untuk berkonsultasi tersebut, maka mereka disyaratkan untuk

    menyelesaikan sengketanya secara bilateral dalam jangka waktu 30 hari sejak permohonan

    untuk berkonsultasi diterima. Jadi waktu yang digunakan untuk berkonsultasi sejak

    permohonan konsultasi adalah 60 hari.8 Permohonan untuk berkonsultasi kepada pihak

    4Asif H. Qureshi, The World Trade Organization: Implementing International Trade Norms (Manchester:

    Manchester University Press., 1996), hal. 101 (menyatakan bahwa konsultasi (dan panel) merupakan

    'cornerstone' of the DSU'.5

    Pasal 4 DSU. Uraian mengenai status proses konsultasi berdasarkan sistem penyelesaian sengketa WTO, lihat

    WTO Website: http://www.wto.org/wto/dispute/bulletin.htm di akses pada tanggal 21 juli 2010 pukul 20.32 wib6

    John H. Jackson, et.al., Jackson, John H., William J. Davey and Alan O. Sykes, Legal Problems of

    International Economic Relations (St. Paul Publication, 3rd ed, 1995), hal. 341.7

    Gary Horlick, The Consultation Phase of WTO Dispute Resolution: a Private Practitioner's View,(1998),

    hal. 6908

    Selama perundingan (yang gagal), beberapa anggota mengusulkan untuk mengurangi jangka waktu untuk

    konsultasi, dari 60 hari menjadi 30 hari, meskipun mereka mengakui bahwa negara-negara sedang berkembangharus diberi jangka waktu yang lebih lama. (Peter Lichtenbaum, 'Dispute Settlement and Institutional Issues,'

    3:1JIEL 173-176 (2000), hal. 173.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    7/16

    lainnya harus juga diberitahukan kepada Dispute Settlement Body (DSB) dan atau Komisi

    lainnya.

    Permohonan untuk konsultasi-pun harus dibuat secara tertulis. Permohonan tersebut

    juga harus mengemukakan alasan timbulnya sengketa dan dasar hukum untuk pengajuan

    permohonan untuk konsultasi.9 WTO merekomendasikan para pihak untuk memanfaatkan

    cara-cara yang tersedia untuk mencapai penyelesaian yang memuaskan selama

    berlangsungnya proses konsultasi.

    Jika termohon tidak memberi reaksi positif apa pun terhadap permohonan untuk

    konsultasi dalam jangka waktu 10 hari. Sebagai alternatif, termohon menerima permohonan

    untuk konsultasi tetapi tidak mencapai penyelesaian dalam jangka waktu 60 hari, maka

    termohon dapat meminta DSB untuk membentuk suatu panel.10 Dalam keadaan darurat,

    misalnya obyek permasalahannya adalah barang yang dapat rusak11, maka jangka waktunya

    dapat diperpendek.12 Dalam keadaan demikian itu, konsultasi dapat dilakukan dalam jangka

    waktu 10 hari sejak permohonan konsultasi. Apabila langkah ini gagal, maka negara

    penggugat ataupun negara tergugat dapat meminta pembentukan suatu panel dalam jangka

    waktu 20 hari.

    Pihak ketiga yang mempunyai kepentingan di dalam suatu penyelesaian sengketa

    dapat meminta untuk turut serta di dalam konsultasi.13 Permohonan ini seyogyanya diterima

    apabila termohon (tergugat) setuju bahwa negara yang bersangkutan memiliki kepentingan

    dagang yang cukup besar (substantial trade interest) untuk ikut serta dalam konsultasi.14

    2.2. Good Offices, Conciliation and Mediation

    9

    Pasal 4 paragraf 4 DSU.10

    Pasal 4 paragraf 7 DSU.11

    Seperti barang barang pecah belah, makanan dsb.

    12 Pasal 4 paragraf 8 DSU.13

    Pasal 4 paragraf 11 DSU.14

    Pasal 4 paragraf 11 DSU.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    8/16

    Good Offices, Conciliation and Mediation adalah cara-cara penyelesaian sengketa

    secara damai melalui keikutsertaan pihak ketiga. Prosedur untuk penyelesaian sengketa

    melalui proses ini bersifat sukarela. Hal ini berarti bahwa para pihak hanya dapat menempuh

    prosedur ini apabila mereka sepakat.15 Seperti halnya dengan konsultasi, prosedur Good

    Offices, Conciliation and Mediation bersifat informal dan konfidensial (rahasia). Namun

    demikian, hal tersebut tidak menghalangi setiap pihak untuk menempuh tahap penyelesaian

    sengketa yang lebih lanjut. Menimbang sifat sukarela ini, para pihak dapat menempuh

    penyelesaian melalui proses ini setiap saat, asalkan bahwa jangka waktu 60 hari konsultasi

    telah berahir. Demikian pula, para pihak dapat mengakhirinya setiap saat apabila mereka

    pertimbangkan prospek penyelesaian melalui tahap ini kecil kemungkinannya. Apabila proses

    ini berakhir, pemohon atau penggugat dapat meminta pembentukan panel.

    2.3. Panel

    Pembentukan panel dianggap sebagai upaya akhir manakala penyelesaian sengketa

    secara bilateral gagal. Fungsi utama panel adalah membantu penyelesaian secara obyektif dan

    untuk memutuskan apakah suatu subyek atau objek perkara telah melanggar perjanjian

    cakupan (covered agreements) WTO. Panel memformulasikan dan menyerahkan hasil dari

    penemuannya yang akan membantu DSB dalam memformulasikan rekomendasi atau

    putusan.16

    Pembentukan panel dibuat paling akhir pada saat pertemuan kedua DSB, kecuali para

    pihak mencapai konsensus atau sepakat untuk menundanya. Kemungkinan pengecualian

    lainnya adalah ada konsensus dari DSB untuk tidak membentuk suatu panel. Apabila

    15Pasal 5 paragraf 1 DSU.

    16Pasal 11 paragraf 1 DSU.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    9/16

    terbentuk, suatu anggota yang menolak untuk berpartisipasi tidak memiliki kekuasan untuk

    memberhentikan persidangan didasarkan pada bukti dan fakta-fakta yang tersedia di panel.

    Permohonan untuk membentuk suatu panel harus dibuat secara tertulis. Permohonan

    tersebut harus memuat antara lain hal-hal berikut:

    (1) upaya-upaya tertentu yang menjadi masalah;

    (2) kesimpulan ringkas mengenai dasar hukum untuk sengketa; dan

    (3) informasi mengenai upaya-upaya konsultasi yang gagal.

    Ruang lingkup sengketa yang akan diselesaikan oleh panel terdapat di dalam the

    terms of reference. Dalam hal ini, para pihak dalam suatu sengketa dapat meminta

    persyaratan-persyaratan khusus (special terms of reference), atau menerima persyaratan-

    persyaratan standar (standard terms of reference). Apabila salah satu pihak memohon suatu

    persyaratan khusus (special terms), maka permohonan atau gugatan harus mengusulkan

    rancangan atau teks persyaratannya (proposed text of the terms of reference). Persyaratan ini

    pada pokoknya memberi wewenang kepada panel untuk mempertimbangkan setiap

    ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian cakupan (covered agreements) dalam

    kaitannya dengan masalah yang diserahkan kepada panel.17

    Panel terdiri dari 3 orang yang berkompeten ('wellqualified'). Mereka harus memiliki

    syarat-syarat berikut:

    (1) berpengalaman di dalam bidang penyelesaian sengketa berdasarkan GATT atau mereka

    yang telah mengajar atau mempublikasikan hukum atau kebijakan perdagangan

    internasional;

    17Pasal 6 paragraf 2 DSU. Persyaratan standar (the standard terms ofreference) terdapat dalam Pasal 7 paragraf

    1 DSU.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    10/16

    (2) anggota panel harus netral. Mereka tidak boleh berkewarganegaraan yang sama dengan

    negara yang sedang bersengketa kecuali para pihak dalam sengketa meyetujuinya;18

    (3) mereka boleh pejabat negara (biasanya diplomat), atau orang perorangan biasa; dan

    (4) anggota penal harus dipilih dengan tujuan untuk memastikan agar tercapai 'a sufficiently

    diverse background and a wide spectrum of experience.'19

    Persyaratan tersebut di atas menunjukkan bahwa para anggota panel tidak perlu ahli

    hukum. Biasanya, mereka adalah politikus (diplomats), ahli ekonomi atau ahli di bidang

    perdagangan internasional. Sekretariat WTO memiliki daftar nama-nama yang memenuhi

    kriteria tersebut di atas.20 Kualifikasi tambahan (lainnya) bagi suatu anggota panel

    ditambahkan apabila sengketa terkait dengan masalah yang tunduk pada perjanjian cakupan

    (the covered agreements). Misalnya, berdasarkan suatu putusan mengenai penyelesaian

    sengketa di bidang jasa, yaitu the Decision on Certain Dispute Settlement Procedures for the

    General Agreement on Trade in Services menyatakan bahwa suatu daftar panel khusus

    dibentuk untuk penyelesaian sengketa berdasarkan GATT.

    BerdasarkanDecision ini, anggota panel harus terdiri dari orang-orang yang memiliki

    keahliah di bidang perdagangan jasa termasuk masalah-masalah pengaturan yang terkait.21

    Sekretariat dapat juga mengusulkan beberapa nama untuk menyelesaikan sengketa. Apabila

    para pihak setuju, komposisi panel dapat ditambahkan menjadi 5 orang anggota panelis.

    Tetapi untuk itu para pihak harus memohonnya dalam jangka waktu 10 hari sejak

    pembentukan panel.22 Apabila tidak ada kesepakatan yang tercapai dalam jangka waktu 20

    18Pasal 8 paragraf 3 DSU. Lihat juga Asif H. Qureshi, The World Trade Organization: Implementing

    International Trade Norms (Manchester: Manchester University Press, 1996), hal. 102

    19Pasal 8 paragraf 2 DSU.

    20Pasal 8 paragraf 4 DSU.

    21Pasal 3 the Decision on Certain Dispute Settlement Procedures for the General Agreement on Trade in

    Services berbunyi sebagai berikut: 'Panels shall be composed of well-qualified government and/or

    nongovernmental individuals who have experience in issues related to the General Agreement on Trade in

    Services and/or trade in services, including associated regulatory matters. Panelists shall serve in their individualcapacities and not as representatives of any government or organization.'22

    Pasal 8 paragraf 5 DSU.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    11/16

    hari mengenai penunjukan para anggota panel, salah satu pihak dapat memohon direktur

    Jenderal untuk memilih para anggota panel.23 Biasanya, tidaklah mudah bagi para pihak

    untuk mencapai kata sepakat mengenai komposisi panel. Pengalaman Korea misalnya saja

    menunjukkan bahwa acapkali negara ini mengusulkan nama-nama panel, namun pihak

    lainnya menolaknya.

    Di dalam menyelidiki suatu sengketa, panel berhak untuk mendapatkan setiap

    informasi dan nasihat dari setiap individu, lembaga atau organisasi yang berkompeten.24

    Ketentuan ini merupakan ketentuan yang baru di WTO. Berdasarkan aturan yang lama di

    bawah GATT, anggota panel hanya mengandalkan pada informasi yang diserahkan oleh para

    pihak yang bersengketa. Kewenangan panel untuk mendapatkan informasi ini didasarkan

    pada Pasal 13 paragraf 2 DSU.25 Pasal ini menyatakan bahwa panel dapat memperoleh

    informasi pada beberapa sumber informasi tambahan. Bahkan panel dapat juga berkonsultasi

    dengan para ahli mengenai suatu masalah tertentu dalam suatu sengketa. Panel dapat juga

    meminta bantuan dari para ahli mengenai suatu hal teknis atau hal-hal yang bersifat ilmu

    pengetahuan (technical or scientific matters). Panel juga dapat membentuk suatu kelompok

    ahli (a technical expert review group) untuk membantu panel dalam menyelesaikan

    sengketanya.26

    Laporan sementara panel ditulis oleh para panelis tanpa kehadiran para pihak yang

    bersengketa. Pendapat para anggota panel juga dibuat tanpa menyebutkan nama-nama

    mereka. Laporan sementara (the interim report) kemudian disebarkan kepada para pihak yang

    23Pasal 8 paragraf 7 DSU.

    24Pasal 13 paragraf 1 DSU.

    25Berikut ini adalah isi dari pasal 13 paragraf 2 : Panels may seek information from any relevant source and

    may consult experts to obtain their opinion on certain aspects of the matter. With respect to a factual issue

    concerning a scientific or other technical matter raised by a party to a dispute, a panel may request an advisory

    report in writing from an expert review group. Aturan pembentukan kelompok lebih lanjut dijelaskan pada

    Appendix 4 dari DSU (terlampir)

    26Pasal 13 paragraf 2 DSU and Appendix 4 (mengenai 'Expert Review Groups').

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    12/16

    bersengketa untuk mendapatkan komentar sebelum panel membuat laporan akhirnya.27 Pada

    tahap ini, ada dua kesempatan yang dapat dimanfaatkan oleh kedua pihak yang bersengketa

    yaitu:

    (1) para pihak dapat memeriksa ketepatan argumen yang mereka buat di dalam laporan; dan

    (2) mereka dapat pula memeriksa penemuan panel (the panel findings).

    Ketentuan pasal tersebut memberikan kesempatan kepada para pihak untuk

    memastikan bahwa panel telah melaksanakan fungsinya sesuai dengan syarat-syarat panel

    (the terms of reference). Ketentuan pasal tersebut sebenarnya mengadopsi ketentuan dari

    lembaga lain, yaitu pasal-pasal dari perjanjian antara Kanada dan AS mengenai perdagangan

    bebas (the Canada - United States Free Trade Agreement [CUSTA]) dan the North American

    Free Trade Agreement (NAFTA). Proses tersebut, tampaknya memang diperlukan karena dua

    alasan berikut:28

    Pertama, proses ini memberi kesempatan kepada para pihak untuk memastikan bahwa

    panel telah melaksanakan kewenangannya sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati

    (the agreed terms of reference). Hal tersebut juga penting kepada para pihak untuk mengecek

    apakah panel telah menerapkan hukumnya dengan benar. Hal ini menjadi sangat penting

    mengingat latar belakang dari anggota panel yang berasal latar belakang dan pengalaman

    yang berbeda-beda.

    Kedua, dengan diberikannya kesempatan untuk mengetahui terlebih dahulu laporan

    panel, suatu pihak (atau kedua pihak yang bersengketa) dapat memiliki posisi yang lebih baik

    untuk menentukan langkah yang akan dilakukannya selanjutnya di dalam proses penyelesaian

    sengketa: apakah akan menerima laporan panel atau memutuskan untuk membawa putusan

    27Pasal 12 paragraf 7 DSU.

    28Beberapa pakar telah mengusulkan agar ketentuan ini dihilangkan dari DSU. Lihat misalnya Andrew N.

    Shoyer, 'The First Three Years of the WTO Dispute Settlement: Observations and Suggestions,' 1 J.I.E.L. 293-

    296 (1998); Hudec,supra, note 16, hal. 42-43 (menyatakan bahwa panel telah dibantu oleh sejumlah staf hukum

    di Sekretariat. Selain itu, laporan panel dapat diajukan banding ke Badan Banding (the Appellate Body); dancara demikian itu akan memboros-boroskan waktu mengingat ketatnya waktu berdasarkan DSU.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    13/16

    tersebut ke badan banding untuk menguji laporan panel. Dengan adanya upaya untuk menguji

    (meninjau ulang) tersebut, maka adalah kewajiban pada pihak yang kalah untuk menaati

    putusan panel.

    Namun demikian, menurut Pasal 12 paragraf 7 DSU, para pihak diberi kesempatan

    untuk mencapai kesepakatan atau persetujuan mengenai penyelesaian sengketanya meskipun

    proses penyelesaian sengketa oleh panel sedang berjalan. Apabila persetujuan secara damai

    ini ternyata tercapai, maka panel harus menyerahkan laporannya kepada DSB yang berisi

    gambaran singkat mengenai sengketa dan pernyataan adanya kesepakatan atau perjanjian

    damai yang telah ditempuh oleh para pihak. Sebagaimana halnya dengan GATT, WTO juga

    mengharapkan cara ini, yaitu penyelesaian sengketa secara damai. DSU menyatakan bahwa

    para pihak yang menginginkan untuk membawa sengketanya kepada WTO harus

    memperhatikan atau mempertimbangkan dampak positif dan negatif penyelesaian sengketa

    melalui WTO. Pasal 3 paragraf 7 DSU menyatakan:

    'Before bringing a case, a Member shall exercise its judgment as to whether action

    under these procedures would be fruitful.'

    Pasal 16 paragraf 4 DSU menyatakan bahwa hasil dari putusan panel harus disahkan

    oleh DSB. Seperti telah disebutkan di atas, para pihak tidak dapat lagi memblok pengesahan

    laporan panel. Laporan mengikat para pihak dalam jangka waktu 60 hari sejak tanggal

    laporan tersebut disebarkan kepada anggota WTO. Sifat mengikat suatu putusan dapat

    dikesampingkan apabila salah satu pihak memberitahu DSB mengenai keputusannya untuk

    banding. Alasan lainnya, jika DSB memutuskan dengan konsensus untuk tidak mengesahkan

    laporan.29

    2.4. Badan Banding (Appellate Body)

    29

    Pasal 16 DSU.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    14/16

    Pembentukan badan banding (Appellate Body atau 'AB')30 merupakan suatu inovasi

    dalam prosedur penyelesaian sengketa WTO. AB terdiri dari tujuh orang, tiga di antaranya

    mengadili sengketa.31 Tidak seperti anggota panel, yang haruslah bukan sebagai warga

    negara dari salah satu negara yang tengah terlibat sengketa, dalam AB tidak ada larangan

    anggotanya berasal dari negara yang tengah bersengketa. Section 6.2 the Working Procedure

    for Appellate Review menolak persyaratan kewarganegaraan atau nasionalitas di dalam

    pemilihan komposisi anggota-anggota AB untuk mengadili sengketa.32 Anggota-anggota AB

    haruslah 'persons of recognized authority, with demonstrated expertise in law, international

    trade and the subject matter of the covered agreements generally.'33 Anggota-anggota AB

    dipilih untuk jangka waktu 4 tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali saja.34

    Latar belakang pembentukan AB pada prinsipnya terkait dengan adanya kekuasaan

    yang terdapat pada panel. Selama perundingan mengenai mekanisme penyelesaian sengketa

    di Uruguay Round, para negosiator berpendapat bahwa panel memiliki kekuasaan yang

    terlalu besar. Dengan kekuasaan yang besarnya itu, panel dapat saja mengeluarkan putusan

    yang keliru. Karena itu, pembentukan AB semata-mata untuk memberikan pengamanan

    (safeguard) terhadap putusan-putusan yang keliru tersebut. Lagipula, menurut Steger dan

    Hainsworth, pembentukan AB akan memberi kepastian hukum dan prediktabilitas yang lebih

    kepada sistem penyelesaian sengketa WTO ('bring additional legal certainty and

    predictability to the dispute settlement system').35

    30

    Pasal 17 DSU.31

    Pasal 17 paragraf 1 DSU; Pasal 6 paragraf (1) the Working Procedures for Appellate Review32

    Pasal 6 paragraf (2) the Working Procedure of the Appellate Review: The Members constituting a division

    shall be selected on the basis of rotation, while taking into account the principles of random selection,unpredictability and opportunity for all Members to serve regardless of their national origin.

    http://www.wto.org/english/news_e/pres96_e/ab3.htm , diakses pada tanggal 11 januari 2011 pukul 00.32. wib.33

    Pasal 17 paragraf 3 DSU.34

    Trebilcok, M.J and R. Howse, The Regulation of International Trade (New York: Routledge, 2nd .ed., 1999).

    Hal.78.35Steger, Debra P., and Susan M. Hainsworth, 'World Trade Organization Dispute Settlement: The First Three

    Years,' 1:2JIEL 199 (1998). Hal.208.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    15/16

    Tugas utama dari AB, sebagaimana termuat dalam Pasal 17 paragraf 6 DSU, adalah

    terbatas. AB hanya bertugas untuk meninjau hukum yang diterapkan panel dan penafsirannya

    ('issues of law covered in the panel report and legal interpretations developed by the panel').

    AB diberi wewenang untuk menegakkan, mengubah, atau

    penemuan-penemuan hukum dan putusan atau kesimpulan panel.

    Proses banding tidak boleh lebih dari 60 hari sejak para pihak secara formal

    menyerahkan pemberitahuan banding (Notice for Appeal) ke AB dan memberikan

    pemberitahuan tertulis (written notification) kepada DSB.36 Namun demikian, bila AB

    beranggapan bahwa jangka waktunya tidaklah cukup untuk menghasilkan laporannya, maka

    ia dapat memperpanjangnya hingga menjadi 90 hari. Untuk maksud ini, ia harus memberitahu

    DSB secara tertulis bersama-sama dengan alasan perpanjangan dan menyebutkan kapan

    laporan akan diberikan.

    Pada intinya, pihak ketiga yang memiliki kepentingan37 di dalam suatu sengketa,

    tidak memiliki hak untuk banding.38 Tetapi pihak ketiga ini dapat memberikan pendapatnya

    secara tertulis untuk dapat didengar oleh AB.39 Sesuai dengan Pasal 17 paragraf 10 DSU,

    persidangan AB bersifat rahasia. Laporan AB dirancang tanpa kehadiran para pihak yang

    bersengketa. Pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam laporan AB ditulis secara anonim

    (tanpa menyebutkan nama-nama anggota AB) dan AB menangani setiap masalah yang

    diangkat panel selama persidangan.40

    Hasil dari proses peyelidikan disampaikan dan disahkan oleh DSB. Namun demikian,

    laporan dan pengesahan putusan dan rekomendasi AB dapat saja dicegah apabila para pihak

    36Pasal 17 paragraf 5 DSU.

    37Maksud dari pihak ketiga yang memiliki kepentingan di sini ialah negara-negara yang terkena dampak dari

    terjadinya sengketa dagang antar negara-negara yang bersangkutan, sehingga mereka merasa berkepentingan

    untuk ikut andil dalam penyelesaian sengketa.38

    Pasal 10 paragraf 2 DSU memberikan hak eksklusif kepada pihak dalam sengketa untuk mengajukan banding

    ke Badan Banding.39

    Pasal 17 paragraf 4 DSU.40

    Pasal 17 paragraf 12 DSU.

  • 5/28/2018 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di WTO

    16/16

    setuju untuk tidak disahkan. Laporan AB disahkan secara otomatis dalam jangka waktu 30

    hari sejak laporan tersebut disirkulasikan kepada anggotaanggotanya.41 Keputusan untuk

    mengesahkan laporan didasarkan pada aturan konsensus negatif (negative consensus rule atau

    'reverse consensus').42

    Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa mekanisme penyelesaian sengketa dagang di

    WTO melalui beberapa tahap yaitu pertama, tahap konsultasi. Negara-negara yang

    bersengketa mengadakan pembicaraan bilateral guna mencari solusi dari persengketaan

    yang terjadi. Melalui tahap ini diharapkan Negara-negara yang terlibat sengketa dagang dapat

    menentukan solusi bersama sehingga sengketa tersebut tidak perlu dibawa ke Dispute

    Settlement Body. Kedua, tahap mediasi. Pada tahap ini, Negara-negara yang bersengketa

    menunjuk negara lain sebagai pihak ketiga (pihak ketiga haruslah negara yang netral) yang

    akan menjadi penengah terhadap sengketa yang terjadi dan sedapat mungkin mendorong

    tercapainya kesepakatan antar kedua negara yang bersengketa. Ketiga, tahap panel. Tahap ini

    ditempuh tatkala upaya konsultasi dan mediasi untuk mencapai kata sepakat gagal diperoleh.

    Pada tahap ini seluruh kewenangan untuk memutuskan pihak mana yang dimenangkan atau

    dikalahkan sepenuhnya dimiliki oleh panel. Panel mengunakan aturan-aturan yang telah

    dibuat didalam WTO untuk menyelesaikan sengketa yang tengah terjadi. Keempat, tahap

    banding. Tahap ini terjadi ketika salah satu negara yang bersengketa merasa tidak puas atas

    putusan panel dan berkeinginan untuk mengajukan banding.

    41Trebilcok, M.J and R. Howse, The Regulation of International Trade (New York: Routledge, 2nd .ed., 1999).

    Hal.78.42

    Laporan putusan Badan Banding dapat ditemukan di website WTO:

    http:/www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/stplay_e.doc, diakses pada tanggal 21 november 2010 pukul 09.11wib.